Anda di halaman 1dari 3

FORUM PETANI GARAM MADURA

(FPGM)
Sekretariat : Jl. KH Agus Salim No. 21 A Sampang
Contact person : 08176725966, 082332233763

Nomor : 10/FPGM/IX/2019 Sampang, 13 September 2019


Lamp. : -
Perihal : Keterpurukan Nasib Petani Garam Madura

Kepada Yth.
Bapak Presiden RI
Di
JAKARTA

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Salam sejahtera, teriring doa kami semoga Bapak Presiden senantiasa dalam curahan Ridho dan
Rahmat Allah SWT serta selalu mendapatkan petunjuk, kekuatan, dan perlindungan-Nya dalam
menjalankan amanah rakyat dengan penuh kearifan. Allahumma Aamiin.
Kami Forum Petani Garam Madura yang merupakan wadah silaturrahmi lembaga-lembaga
representasi komunitas Petani Garam Madura guna memperjuangkan nasib Petani Garam Madura dan
Indonesia yang saat ini sedang terpuruk, bermaksud menyampaikan kegetiran hati kami kepada Bapak
Presiden yang seyogyanya menjadi suasana suka ria di masa panen raya garam saat ini.
Keterpurukan nasib petani garam sebenarnya diawali pada akhir panen tahun 2018 yang lalu,
stock garam rakyat hasil produksi tahun 2018 tidak terserap habis, menumpuk hingga memasuki panen
tahun 2019. Sementara arus importasi garam terus mengalir deras memenuhi gudang pabrik-pabrik
pengolah garam yang notabene sebagai penyerap garam lokal.
Awal panen 2019 hantaman garam impor mulai mendera petani garam. Sisa stock garam rakyat
hasil produksi tahun 2018 menumpuk bersama hasil produksi selama panen tahun 2019. Distribusi
penjualan tersendat bahkan tersumbat. Perusahaan-perusahaan industri pengolah garam beralasan gudang-
gudang mereka penuh stock, hukum supply - demand berlaku, harga garam rakyat (garam lokal) turun
menukik tajam. Jika tahun-tahun sebelumnya masih berada pada kisaran di atas Rp. 1.000.000,- per Ton
untuk kualitas terbaik, maka saat ini justru di masa panen raya harga tertinggi untuk kualitas terbaik
berada pada kisaran Rp, 550.000,- per Ton franco gudang pembeli di Madura, dan Rp. 700.000,- per Ton
franco gudang pembeli di Surabaya dan Gresik. Sehingga apabila harga tersebut dipotong ongkos truck,
rafaksi (pemotongan) penjualan, karung, margin supplier, dan handling angkut, maka petani garam akan
menerima harga akhir di bawah biaya produksi.
Jika diurai secara substantif, akar permasalahannya adalah sebagai berikut :
1. Dari regulasi peraturan terkait segmentasi produk atas dasar pemanfaatannya oleh konsumen akhir,
kebutuhan garam secara nasional per tahun sekitar 4.400.000 Ton, terbagi untuk garam konsumsi yang
dipasok garam lokal sebesar 700.000 Ton, dan garam industri yang dipasok garam impor sebesar
3.700.000 Ton.
FORUM PETANI GARAM MADURA
(FPGM)
Sekretariat : Jl. KH Agus Salim No. 21 A Sampang
Contact person : 08176725966, 082332233763

Pemasok garam lokal adalah petani garam dan PT Garam (Persero) yang jumlah hasil produksi
keduanya per tahun mencapai di atas 2.000.000 Ton, dan keduanya harus bersaing ketat memasok
kebutuhan pasar garam konsumsi yang kapasitasnya sangat terbatas, hanya 700.000 Ton.
Hal ini yang tidak adil bagi sesama anak-anak bangsa, terjadi over supply untuk garam konsumsi, harga
pasti juga tidak akan layak jika hanya semata-mata mengikuti mekanisme pasar, karena sebelumnya
klatur industri untuk aneka pangan, pengasinan ikan, dan beberapa industri lainnya dengan kebutuhan
lebih 1.000.000 Ton per tahun menjadi pangsa pasar garam lokal.
Kualitas garam lokal yang jelek yang selalu diopinikan sebagai alasan sangat tidak rasional. Kami
tegaskan bahwa garam hasil produksi petani garam tidak sejelek yang mereka opinikan. Kemudian
pabrikan-pabrikan pengolah garam dengan teknologi yang mereka miliki seharusnya difungsikan untuk
dapat menaikkan kualitas garam kami sesuai spesifikasi teknik yang dibutuhkan pengguna industri
tertentu, karena yang kami jual berupa garam bahan baku, bukan garam olahan.
2. Kebijakan tata kelola importasi garam yang masih ditangani beberapa Kementerian sering
menimbulkan tumpang tindih di lapangan. Akibatnya arus lalu lintas garam impor seakan bergerak liar
tanpa pengawasan yang ketat. Gudang pabrik-pabrik pengolah garam dipenuhi garam impor sehingga
distribusi garam lokal tersumbat yang pada akhirnya harga garam rakyat anjlok hingga panen raya
garam saat ini.
3. Hingga saat ini belum adanya standarisasi mutu secara nasional sehingga masing-masing pabrikan
pengolah garam memiliki kebijakan sendiri terkait mutu dan harga yang tidak sama antar pabrikan,
inilah yang menjadikan petani garam berada di pihak yang selalu dirugikan tanpa daya.
4. Selama belum adanya Harga Pokok Penjualan (HPP) di tingkat bahan baku yang ditetapkan oleh
pemerintah, maka nasib petani garam akan selalu terombang ambingkan tanpa kepastian yang hanya
akan menjadi obyek mencari keuntungan semata bagi mereka yang berjiwa dan berperilaku kapitalis
liberal.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kami mengusulkan kepada Bapak Presiden beberapa hal
strategis untuk dapat menjadi kebijakan yang berkeadilan sebagai berikut :
1. Komoditas garam segera ditetapkan pemerintah sebagai bahan pokok penting, untuk kemudian
ditetapkan Harga Pokok Penjualan (HPP). Kami mengusulkan untuk HPP minimal Rp. 1.250.000,- per
Ton untuk Kwalitas-1 (Kw-1) di collecting point.
2. Standarisasi Mutu Nasional garam bahan baku segera ditetapkan pemerintah sebagai acuan pembelian
garam lokal.
3. Klatur industri untuk aneka pangan, pengasinan ikan, penyamakan kulit, pakan ternak, water treatment,
agar dikembalikan lagi ke klatur sebelumnya yaitu klatur garam konsumsi
4. Tata kelola komoditas garam secara nasional dari hulu hingga hilir agar dikelola dalam satu pintu
pengelolaan yang terintegrasi dan berkelanjutan, dengan regulasi peraturan yang efektif, berkekuatan
eksekusi dengan sangsi yang tegas, berkepastian hukum dan berkeadilan. Khusus untuk importasi
garam, harus ada treatment khusus, agar proporsional dan terkendali, dengan pengawasan yang intensif
dan ketat agar tidak merembes ke pangsa pasar garam konsumsi.
FORUM PETANI GARAM MADURA
(FPGM)
Sekretariat : Jl. KH Agus Salim No. 21 A Sampang
Contact person : 08176725966, 082332233763

5. Untuk menjaga keseimbangan ketersediaan stock nasional, dan menjaga stabilitas harga yang layak,
perlu segera dibentuk lembaga buffer stock dan menunjuk lembaga pengelolanya berdasarkan
kapabilitas dan integritas dengan prinsip-prinsip profesionalisme
6. Pemerintah perlu membentuk lembaga independent sebagai mitra stategis yang beranggotakan stake
holder terkait, misalnya Dewan Garam Nasional yang memiliki kewenangan tugas konseptual,
kompilasi data base, evalusi sebagai rekomendasi, pengawasan terpadu, dan hal terkait lainnya.

Demikian curahan hati yang dapat kami sampaikan kepada Bapak Presiden Republik Indonesia.
Semoga upaya-upaya baik dalam memberdayakan petani garam sebagai anak-anak bangsa yang berdaulat
dan tak terpisahkan dari NKRI mendapatkan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa. Atas perhatian dan
kebijakan Bapak Presiden, kami haturkan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb

FORUM PETANI GARAM MADURA

Ketua Sekretaris

Moh. Yanto Hasan Basri

TEMBUSAN, disampaikan kepada yang terhormat:


1. Deputi Hubungan Kelembagaan dan Kemasyarakatan, Kementerian Sekretariat Negara RI
2. Direktur Jenderal Perdagaan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan RI
3. Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan RI
4. Deputi Jasa dan Sumber Daya Alam, Kementerian Koordinator Kemaritiman RI
5. Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian, Kementerian Koordinator Perekonomian RI
6. Staf Khusus Presiden RI (Lenis Kogoya)
7. Arsip

Anda mungkin juga menyukai