Anda di halaman 1dari 8

KAJIAN PENGEMASAN TERHADAP MUTU TERUNG UNGU (Solanum

melongena L) SELAMA PENYIMPANAN


Victoria Vallen Paath1, Frans Wenur2, Ireine Longdong3
1
Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian UNSRAT
2
Dosen Program Studi Teknik Pertanian
Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi Manado
Korespondensi email : victoriavallen_paath@yahoo.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk menentukan jenis kemasan dan suhu penyimpanan yang tepat
dalam memperpanjang masa simpan terung ungu, menentukan model perubahan berat terung
selama penyimpanan dan menentukan perubahan fisik dan umur simpan terung selama
penyimpanan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode percobaan dengan analisis
deskriptif dengan dua perlakuan kemasan HDPE, stretch film dan satu kontrol. Penurunan
presentase berat terendah ada pada terung dengan kemasan HDPE pada suhu penyimpanan
8,85 ͦC yaitu sebesar 1,30%, dengan nilai kekerasan pangkal terung sebesar 0,12 mm/g, bagian
tengah terung sebesar 0,14 mm/g dan bagian ujung terung sebesar 0,13 mm/g. Setelah
penyimpanan (hari ke 44) nilai kekerasan bagian pangkal terung sebesar 0,09 mm/g, bagian
tengah terung sebesar 0,09 mm/g, dan bagian ujung terung sebesar 0,12 mm/g. Terung
mengalami perubahan warna dengan menjadi kecoklatan pada bagian pangkal dan mulai
membusuk pada hari ke-38 sampai hari ke-44, dan model perubahan berat pada kemasan HDPE
dengan suhu penyimpanan 8,85ͦC diperoleh persamaan garis y =0,1094x - 0,2617 dengan
koefisien korelasi sebesar R2 = 0,8265.
Kata kunci : Terung ungu, Mutu terung, kemasan.

ABSTRACT
The purpose of this study was to determine the proper type of packaging and storage
temperature in extending the self life of the purple eggplant, to determine the model of eggplant
weight change during storage and to determine the physical changes and storage life of
eggplant. The research method used is experimental method with descriptive analysis with two
packaging treatment HDPE, stretch film and one control. The lowest decrease of weight
percentage was on eggplant with HDPE packing at 8.85 ͦC storage temperature of 1.30%, with
the hardness value of 0.12 mm/ g, on the base, center of eggplant 0.14 mm / g and on the tip was
0,13 mm/g. After 44 days storage, the hardness of the base of the eggplant was 0.09 mm / g, the
center of the eggplant was 0,09 mm / g, and the end of eggplant was 0,12 mm / G. The eggplant
changed color by browning at the base and began to rot on the 38th day until the 44th day, and
the best weight change model at HDPE 8.85 ͦC. with the equation model of line y = 0,1094x -
0,2617And the correlation coefficient of R2 = 0.8265.

Keywords : Purple eggplant, quality, packaging.


PENDAHULUAN Muchtadi (1992) menyatakan
penyimpanan bahan pada suhu rendah
Terung (Solanum melongena L.) di merupakan cara yang efektif untuk
Pulau Jawa lebih dikenal sebagai terung) memperpanjang umur simpan bahan segar,
adalah tumbuhan penghasil buah yang karena dengan cara ini dapat mengurangi
dijadikan sayur-sayuran, yang berasal dari kegiatan respirasi, proses penuaan, dan
India dan Sri Lanka. Terung termasuk salah pertumbuhan mikroorganisme. Pendinginan
satu sayuran yang banyak digemari oleh merupakan salah satu cara untuk
berbagai kalangan karena mengandung mempertahankan kesegaran hasil pertanian,
kalsium, protein, lemak, karbohidrat, khususnya produk hortikultura. Pendinginan
vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor dan akan memperlambat atau mencegah
zar besi (Soetasad, 2000). terjadinya kerusakan tanpa menimbulkan
Masyarakat selalu menginginkan gangguan pada proses pematangan dan
terung yang segar untuk memenuhi memperlambat perubahan yang tidak
kebutuhannya. Namun, masyarakat sering diinginkan (pelayuan). Teknologi
mengeluh karena terung yang sudah dipanen pascapanen yang biasanya diterapkan pada
biasanya tidak langsung ketangan produk sayuran segar adalah teknologi
konsumen, akan ada selang waktu selama pendinginan dalam lemari pendingin
beberapa jam bahkan ada yang juga sampai (refrigerated air cooling) (Maulana, 2013).
selang beberapa hari sehingga terung mudah Pengemasan merupakan kegiatan
rusak dan layu. Kerusakan terung untuk melindungi kesegaran produk
berpengaruh terhadap selera konsumen, pertanian saat pengangkutan, pendistribusian
mutu fisik terung dan kerusakan juga dan atau penyimpanan agar mutu produk
menyebabkan penurunan gizi terung. Pada tetap terpelihara. Fungsi pengemasan adalah
umumnya masyarakat atau petani sayuran untuk melindungi komoditi dari kerusakan
tidak memperhatikan hal-hal tersebut fisik, mikrobiologis. Menciptakan daya tarik
sehingga sayur yang dihasilkan lebih mudah bagi konsumen dan memberikan nilai
layu, mudah busuk dan umur simpannya jadi tambah pada produk serta memperpanjang
lebih singkat. daya simpan produk. Pengemasan
Sebelum sampai ditangan konsumen, (Sembiring, 2009).
terung yang dipanen diangkut ke pengepul Berdasarkan uraian tersebut maka
buah dan sayuran, kemudian kepasar besar telah dilakukan penelitian penyimpanan
atau pedagang kecil, hingga sampai ke terung ungu dengan menggunakan kemasan
konsumen. Dengan lamanya pengangkutan, stretch film dan HDPE dan di simpan pada
tentu saja terung akan mengalami kerusakan. suhu 27,84 ͦC (suhu ruangan) dan pada suhu
Kerusakan yang nantinya bisa mengurangi 8,85 ͦC (lemari pendingin).
kualitas baik secara fisik maupun mutu dari
buah dan sayuran itu sendiri. Jauh dekatnya
jarak angkut buah dan sayuran dari kebun ke METODE PENELITIAN
konsumen dan cepat lambatnya Tempat Dan Waktu Penelitian
pengangkutan menjadi pengaruh terjadinya Penelitian ini dilaksanakan di
kerusakan mekanis. Penyimpanan terung Laboratorium Pasca Panen Jurusan
pada suhu ruang tanpa perlakuan apapun Teknologi Pertanian Universitas Sam
biasanya cepat berkeriput dalam jangka Ratulangi Manado selama-2 (dua) bulan
waktu 3-4 hari. mulai dari bulan Maret sampai Mei 2017
- Sampel (C1SR 1 – C1CS 3) disimpan
Alat dan bahan Penelitian dalam suhu 27,84ºC
Alat dan bahan yang digunakan yaitu
penetrometer (tekstur), gunting, keranjang, Prosedur Penelitian
lemari pendingin, kamera digital, dan alat Terung yang digunakan untuk
tulis, plastik film (wrapp plastik) yang penelitian dipanen pada pagi hari langsung
termasuk jenis PVC (polyvinyl chloride) dari kebun petani di Langowan dengan
berukuran 25 cm x 20 cm dengan ketebalan terung yang sudah berumur 3 bulan dengan
0,02 mm. Plastik bening jenis HDPE yang keadaan buah terong yaitu daging belum
berukuran 25 cm x 20 cm dengan ketebalan keras dan warna buah ungu. Terung di petik
0,05 mm , timbangan digital (berat) yang bersama tangkainya dan dimasukan kedalam
berdimensi 5kg, keranjang dan langsung dibawa ke
Bahan utama yang digunakan adalah Laboratorium Pascapanen Jurusan
Terung ungu dari kebun petani di Langowan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sam Ratulangi. Terung
Rancangan Penelitian dibersihkan dari kotoran, kemudian di
Metode yang digunakan dalam sortasi dan ditimbang untuk masing-masing
penelitian ini adalah metode percobaan ulangan. Kemudian terung dikemas
dengan analisis deskriptif yaitu data yang berdasarkan perlakuan, kemudian ditimbang
didapatkan dari hasil pengukuran selama kembali. terung yang sudah dikemas tadi
penelitian dan dianalisis kemudian diplot dimasukkan pada suhu ruang dengan suhu
dalam bentuk tabel dan grafik. Pada 27,84ºC dan kedalam lemari pendingin
penelitian ini dilakukan perlakuan terung dengan suhu 8,85⁰C, pengamatan dilakukan
tanpa kemasan, terung yang dikemas dengan setiap hari selama penyimpanan hingga
strech film, dan terung terung yang dikemas terung mengalami kerusakan yang di tandai
menggunakan HDPE yang disimpan pada dengan bintik-bintik hitam, bintik-bintik
suhu lemari pendingin dengan kisaran suhu kelam dan terjadi pengriputan pada terung
6ºC-15˚C dan suhu ruang dengan kisaran (Muchtadi, 1992). Pengamatan dilakukan
suhu 23ºC-29ºC yang dilakukan sebanyak 3 terhadap kehilangan berat, perubahan warna,
kali ulangan tekstur, suhu dan kelembaban.
Perlakuan I : Terung yang dikemas
menggunakan strech film terdiri dari :
- Sampel (A0CS 1 - A0CS 3) disimpan Variabel Pengamatan
dalam cool storage dengan suhu 8,85˚ C Variabel yang diamati dalam penelitian
- Sampel (A1SR 1- A1SR 3) disimpan ini sebagai berikut :
dalam suhu 27,84ºC 1. Suhu penyimpanan dan kelembaban
Perlakuan II : Terung yang dikemas 2. Perubahan Berat
menggunakan HDPE terdiri dari : 3. Perubahan Warna
- Sampel (B0CS 1 – B0CS 3) disimpan 4. Tekstur
dalam cool storage dengan suhu 8,85˚ C
- Sampel (B1SR 1 – B1SR 3) disimpan Suhu penyimpanan dan kelembaban
dalam suhu 27,84ºC relatif
Perlakuan III : Tanpa kemasan (tanpa Suhu dan kelembaban relatif akan
perlakuan) terdiri dari : diamati perubahannya setiap jam
- Sampel C0CS 1 – C0CS 3) disimpan menggunakan termometer bola basah dan
dalam cool storage dengan suhu 8,85˚ C bola kering.
Perubahan Berat catat angka yang tertera pada
Bobot Awal sampel ditimbang alat.
sebelum Terung disimpan. Pengamatan 5. Angka yang didapat atau terlihat
selanjutnya dilakukan dengan menimbang pada penetrometer.
sampel sebelum penyimpanan dan setelah
penyimpanan hari ke-n. Penurunan berat 𝑃
𝐶= 𝑤
terung dianalisis presentase perubahan berat
terung dapat dihitung berdasarkan rumus Keterangan :
sebagai berikut: p: Hasil yang terbaca pada penetrometer
(mm)
(𝐴−𝐵)
𝑊= 𝑥 100 c: Kekerasan (mm/g)
𝐴
w: Massa beban (g)
Keterangan :
W: Kehilangan Berat HASIL DAN PEMBAHASAN
A: Berat terung awal
B: Berat terung Hari ke- n Suhu penyimpanan dan kelembaban
relatif
Perubahan Warna fisik sayur Suhu udara merupakan salah satu
Pengamatan pada warna fisik sayur faktor yang sangat penting dalam suatu
terung dilakukan secara visual dengan proses penyimpanan. Dari proses
mengamati warnanya menggunakan kamera penyimpanan dalam penelitian ini diperoleh
digital yang dianalisis secara deskriptif. data pengamatan suhu udara dalam ruang
Pengamatan dilakukan setiap hari selama pendingin dan suhu ruangan. Data suhu
masa penyimpanan sampai sayur mengalami udara selama proses penyimpanan dapat
kerusakan. dilihat pada Lampiran 1.
Setelah data suhu di plot dalam bentuk
Tekstur grafik maka diperoleh gambar sebagai
Tekstur buah diukur dengan berikut
menggunakan penetrometer dengan cara 40
sebagai berikut (Julianti, 2014): 80
30 Ruang
1. Ambil sampel terung sesuai 60 Pendingin
Suhu ˚C

iRH (%)

perlakuan. 20
40 Suhu
Ruangan
2. Atur penetrometer hingga angka
10 20
penetrometer mencapai 0. RH
Pendingin
3. Letakkan Sampel di bawah 0 0
penetrometer, atur hingga 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 rh ruangan

menyentuh sampel. Kemudian Hari Ke


tekan hingga terdengar bunyi dan Gambar 1. Rata-rata suhu dan Kelmbaban
dengan 3 posisi berbeda yaitu: lemari pendingin dan suhu ruangan selama
Bagian atas terung, Bagian Penyimpanan
tengah terung dan bagian pangkal
bawah terung. Dari Gambar 1 nampak bahwa
4. Baca angka yang tertera pada terjadi perbedaan suhu pada lemari
penetrometer (mm). kemudian penyimpanan dingin dan penyimpanan pada
suhu ruang. pada lemari pendingin suhu
terendah yang di dapatkan yaitu 6˚C dan
suhu tertinggi yaitu15˚C dan pada suhu koefisien korelasi sebesar R2 = 0,8265, dan
ruangan suhu terendah yang di dapat yaitu pada terung tanpa kemasan diperoleh
23˚C dan suhu tertinggi yaitu 29˚C. persamaan garis y = 0,873x – 0,1993 dengan
Dari data duhu udara selama koefisien korelasi sebesar R2 = 0,9926.
penyimpanan kemudian di plot pada kurva Menurut Sembring (1995),makin dekat R2
psikometrik maka diperoleh data distribusi dengan 1 makin baik kecocokan data dengan
kelembaban untuk suhu lemari pendingin model, dan sebaliknya jika R2 mendekato 0
dan suhu ruangan. maka data makin tidak cocok.

Perubahan Berat Perubahan Warna Terung


Hasil pengukuran terhadap berat terung Hasil penelitian menunjukan adanya
dilakukan setiap hari selama penyimpanan. perubahan warna selama penyimpanan.
Stretch
16.00
Film
penilaian warna fisik terung dilakukan
14.00 secara visual dengan megamati perubahan
Perubahan Berat (%)

pada warna terung dengan menggunakan


12.00
HDPE kamera digital yang dilakukan setiap hari
10.00 y = 0.873x - 0.1993
selama penyimpanan.
R² = 0.9926
y = 0.1094x - 0.2617
8.00 R² = 0.9763 Terung yang dikemas dengan kemasan
6.00 HDPE pada gambar 5 dan 8 terjadi
y = 0.0238x + 0.0299
R² = 0.8265
Tanpa perubahan pada bagian pangkal dengan
4.00 Kemasan
warna menjadi kecoklatan pada bagian
2.00 pangkal pada suhu 8,85˚C hari ke-38 sampai
0.00 hari ke-44.
0 Hari Ke 50
Gambar 2. Rata-rata presentase berat terung
pada suhu penyimpanan 8,85˚Cdengan
beberapa kemasan
Gambar di atas menunjukan
kenaikan presentase berat terung dari awal
cenderung naik terus sampai pada akhir Gambar 3. Terung dengan kemasan HDPE
pengamatan, ini menunjukan bahwa sampel pada suhu penyimpanan 8,85˚C.
terus kehilangan air akibat proses respirasi.
Terung yang dikemas menggunakan HDPE Tekstur
pada suhu 8,85˚C selama 44 hari Pelunakan erat kaitannya dengan
menunjukan kenaikan presentase berat yang hilangnya integritas jaringan yang berakibat
paling rendah karena memiliki laju transmisi menurunnya kualitas bahan. Sampai pada
uap air yang tinggi yang dapat mencegah batas tertentu pelunakan dapat
kondensasi didalam pengemas akibat proses mengakibatkaan penurunan mutu, sehingga
respirasi. akhirnya tidak disukai konsumen atau tidak
Dari hasil regresi linear pada suhu layak untuk dipasarkan. Salah satu variabel
penyimpananan 8,85ºC pada kemasan yang mengindikasikan pelunakan jaringan
stretch film diperoleh persamaan garis ialah nilai kekerasan. Penetrometer
y=0,0238x + 0,0299 dengan koefisien merupakan alat yang digunakan untuk
korelasi sebesar R2 = 0,9763, untuk terung mengukur kekerasan bahan dengan cara
dengan kemasan HDPE diperoleh menusukkan jarum ke bagian jaringan.
persamaan garis y=0,1094x - 0,2617 dengan
Hasil pengamatan terhadap kekerasan yang diperoleh pada bagian pangkal sebesar
atau tekstur selama penyimpanan dapat 0,10 mm/g, pada bagian tengah 0,12 mm/g,
dilihat pada gambar 4 dan 5. Dari gambar dan bagian ujung 0,12 mm/g. Pengukuran
tersebut dapat dilihat bahwa nilai kekerasan tekstur setelah penyimpanan pada hari
semakin naik sejalan dengan bertambahnya terakhir memiliki nilai kekerasan yang
waktu penyimpanan. Tekstur Terung yang di berbeda pada setiap kemasan yang
simpan pada suhu 8,85˚C selama 44 hari digunakan. Pada kemasan HDPE (B1SR)
menunjukan adanya perubahan. nilai kekerasan yang diperoleh pada bagian
Pada kemasan HDPE (B0CS), nilai pangkal 0,11 mm/g, pada bagian tengah 0,11
kekerasan yang diperoleh pada bagian mm/g dan pada bagian ujung 0,11 mm/g.
pangkal yaitu 0,11 mm/g dan bagian tengah
0,12 mm/g, bagian ujung 0,10 mm/g. setelah Aktivitas respirasi dan transpirasi
pengamatan pada hari terakhir Pada kemasan yang tinggi pada terung (kontrol)
HDPE (B0CS) nilai kekerasan yang di peroleh menyebabkan kehilangan air yang cukup
pada bagian pangkal sebesar 0,09 mm/g, pada banyak sehingga ukuran sel dan tekanan isi
bagian tengah 0,10 mm/g dan pada bagian ujung sel terhadap dinding sel berkurang yang
0,10 mm/g. akhirnya mengakibatkan tekstur menjadi
lunak. Penurunan kekerasan selama
penyimpanan terjadi karena perombakan
0.15 Stretch
kekerasan (mm/g)

film komponen penyusun dinding sel sehingga


0.13 buah semakin melunak
0.11 HDPE
KESIMPULAN DAN SARAN
0.09
Kesimpulan
0.07 Tanpa Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Kemasan
0 10 20 30 sebagai berikut :
Hari Ke
1. Terung yang dikemas dengan HDPE
pada suhu 8,85⁰C memberikan hasil
Gambar 4. Rata-rata nilai kekerasan pada
yang paling baik selama masa
ungu pada suhu 8,85ºC dengan beberapa
simpan 44 hari.
kemasan.
2. Dari hasil pengamatan dalam
0.14
penelitian ini, Terung yang disimpan
Stretch pada suhu berkisar 8,85 ˚C
kekerasan (mm/g)

0.13 film
0.12
menggunakan kemasan HDPE
0.11
memberikan hasil presentase
HDPE
penurunan berat yang paling rendah
0.10
setelah disimpan selama 44 hari
0.09
Tanpa yaitu sebesar 1,30%. Dengan nilai
0.08 Kemasan
0 3 6 9 12 15
kekerasan pangkal terung sebesar
0,12 mm/g, bagian tengah terung
Hari Ke sebesar 0,14 mm/g dan bagian ujung
Gambar 5. Rata-rata nilai kekerasan terung terung sebesar 0,13 mm/g, Setelah
ungu pada suhu 8,85ºC dengan beberapa penyimpanan (hari ke 44) nilai
kemasan kekerasan bagian pangkal terung
Pengukuran tekstur pada suhu 27,84ºC sebesar 0,09 mm/g, bagian tengah
sebelum penyimpanan (hari ke 0) pada terung sebesar 0,09 mm/g, dan
kemasan HDPE (B1SR) nilai kekerasan
bagian ujung terung sebesar 0,12 Pertanian Universitas Sumatera Utara,
mm/g. Medan
3. Terung mengalami perubahan warna
dengan menjadi kecoklatan pada Kapoh, D. 2016. Kajian Penggunaan Wadah
bagian pangkal dan mulai membusuk Pengemasan Terhadap Mutu Cabai Rawit
pada hari ke-38 sampai hari ke-44. (Capsium frutescens) Yang Disimpan Dalam
4. Model perubahan berat terbaik pada Ruang Pendingin. Fakultas Pertanian
pada kemasan HDPE dengan suhu Universitas Samratulangi, Manado
penyimpanan 8,85ͦC diperoleh
Longdong, I. 2004. Pengaruh Pengemasan
persamaan garis y =0,1094x -
Terhadap Masa Simpan Bunga Lily (Lilium
0,2617 dengan koefisien korelasi
Longifiorum Thunb) Selama Penyimpanan
sebesar R2 = 0,8265
Dingin, Malang.
Maulana, I. 2013. Cabe Rawit.
Saran http://duniainovasitani.blogspot.com/
1. Perlu dilakukan penelitian lebih
diakses tanggal 20 oktober 2016
lanjut untuk melihat pengaruh bahan
pengemas lain pada penyimpanan Maya, S. 2015. Analisis matematis pengaruh
terung ungu selama penyimpanan preecooling dan suhu penyimpanan terhadap
2. Perlu dilakukan penelitian lebih perubahan laju respirasi dan kualitas fisik
lanjut dengan menggunakan terong (Solanum malongena L). Program
kemasan yang perforasi agar Pascasarjana Fakultas Teknologi Pertanian
kesegaran dan masa simpan terung Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
dapat tahan lebih lama lagi.
Muchtadi, D. 1992. Fisiologi Pasca Panen
Sayuran dan Buah-buahan. Departemen
DAFTAR PUSTAKA Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Anonymous, 2014. Pengertian dan ruang Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar
lingkup pengemasan Universitas Pangan Dan Gizi IPB, Bogor.

Anonymous, 2012. Komposisi Nutrisi Muhtar, A. 2016. Pengaruh Penyimpanan


Bahan Makanan. Suhu Dingin Terhadap Umur Simpan Bahan
http://www.organisasi.org/1970/01/isi- Pangan. Program Studi Teknologi Industri
kandungan-gizi-terong-komposisi-nutrisi- Pertanian, Universitas Trunojoyo, Madura.
bahan-makanan.html. Diakses 5 november
2016 Pantastico, Er.B. 1989. Susunan Buah-
Buahan dan Sayur-Sayuran dalam Fisiologi
BPS, 2013. Statistik Produksi Hortikultura Pasca Panen: Pemanfaatan Buah-Buahan
Terong Profinsi Sulawesi Utara tahun 2013. dan Sayur-SayuranTropika dan Sub Tropika.
Terjemahan Kamariyani. Gadjah Mada
Firmanto, B. 2011. Sukses bertanaman University Press. Yogyakarta.
terung secara organik. Angkasa, Bandung
Rukmana, R. 2002. Bertanam terung.
Hendrasty, H. 2013. Pengemasan dan Kanasius, Jogyakarta.
Penyimpanan Bahan Pangan. Yogyakarta.
Sembring R, K. 1995. Analisis Regresi. ITB
Julianti, E. 2014. Penuntun Praktikum Bandung.
Pengetahuan Bahan Pangan. Fakultas
Sembiring N. 2009. Pengaruh Jenis Bahan
Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai
Merah (Capsium annum L) Segar Kemasan
Selama Penyimpanan Dingin Tesis. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumate Utara.
Medan.
Siaban S.D., Prihastanti E., Septianingsih E.,
2003. Pengaruh Suhu Dan Lama
Penyimpanan Terhadap Kandungan Total
Asam, Kadar Gula, Serta Kematangan Buah
Terung Belanda (chypomandra betacia
Sent.). Laboratorium Biologi Dan Struktur
Fungsi Tumbuhan Jurusan Biologi FSM
UNDIP. Diponegoro.
Soetasad, A . 2000. Budidaya terung lokal
dan terung jepang. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Subaidah 2014. Kajian Suhu Teradap Lama
Penyimpanan Terung Ungu (Solanum
melongena, L.) Segar. Other thesis, Andalas
University.
Takaendengan, V. 2016. Kajian perubahan
mutu kubis (Brassica oleracea var gran 11).
Fakultas Pertanian UNSRAT, Manado.
Walangitan, S. 2016. Kajian Perlakuan
Pasca Panen Dan suhu Penyimpanan
Terhadap Mutu Bunga Potong Krisan
(Chrysanthemum sp.). Fakultas Pertanian
Universitas Samratulangi. Manado.

Anda mungkin juga menyukai