Anda di halaman 1dari 13

PENDUGAAN UMUR SIMPAN KERIPIK UBI CILEMBU DALAM

BERBAGAI JENIS KEMASAN DENGAN METODE


ACCELERATED SHELF LIFE TESTING (ASLT)
MELALUI PENDEKATAN ARRHENIUS

Ida Purnamasari
idapursar@gmail.com
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, FMIPA, Universitas Terbuka

ABSTRAK
Keripik ubi Cilembu merupakan keripik ubi jalar khas dari desa Cilembu,
Kecamatan Pamulihan, Kabupaten Sumedang. Keripik tersebut memiliki kadar air
yang rendah sehingga mudah mengalami kerusakan akibat penyerapan air dari
lingkungan dan berpengaruh terhadap umur simpannya. Salah satu cara untuk dapat
mempertahankan mutunya adalah dengan menggunakan pengemas yang dapat
mencegah keripik dari penyerapan uap air. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui umur simpan keripik ubi Cilembu pada berbagai kemasan dengan metode
akselerasi (ASLT) melalui pendekatan Arrhenius. Penelitian dilakukan dengan
metode eksperimental deskriptif yang dilanjutkan dengan analisis regresi. Penelitian
ini menggunakan dua perlakuan kemasan yaitu plastik polipropilen (PP) dan
metallized (Co-PP/Me) dengan variasi suhu penyimpanan 30oC, 35oC, dan 40oC serta
dilakukan dengan dua kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua
kemasan yang digunakan menghasilkan umur simpan yang berbeda. Keripik ubi
Cilembu dengan kemasan PP memiliki umur simpan sekitar 3,07 bulan dan kemasan
metallized (Co-PP/Me) sekitar 5,83 bulan. Perbedaan hasil umur simpan disebabkan
oleh adanya perbedaan karakteristik dan nilai permeabilitas pada setiap kemasan.

Kata kunci : keripik ubi Cilembu, umur simpan, Arrhenius, kemasan, kadar air.

PENDAHULUAN
Keripik merupakan makanan ringan yang diiris tipis kemudian digoreng
dalam minyak nabati. Keripik tergolong jenis makanan crackers yaitu makanan yang
bersifat kering dan renyah. (Sulistyowati, 2004)
Keripik dapat dibuat dari sayuran dan buah-buahan, namun yang paling
popular yaitu keripik berbahan tanaman umbi, seperti kentang, singkong, dan talas.

1
Selain itu, ubi jalar pun dapat dijadikan bahan baku dalam pembuatan keripik, seperti
halnya keripik khas dari daerah Kabupaten Sumedang yaitu keripik ubi Cilembu.
Ubi Cilembu adalah kultivar ubi jalar yang merupakan ras lokal asal Desa
Cilembu, kecamatan Pamulihan, kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Keistimewaan
ubi Cilembu lebih manis dan lengket dibandingkan dengan umbi biasanya. Selain itu
juga memiliki struktur daging yang kenyal dan menarik sehingga sangat digemari
oleh pelaku usaha tani dan konsumen.
Keripik ubi Cilembu memiliki kadar air yang rendah sehingga mudah
mengalami kerusakan akibat penyerapan air dari lingkungan yang ditandai dengan
penurunan kerenyahan. Hal tersebut dapat mempengaruhi terhadap umur simpannya.
Umur simpan merupakan parameter penting yang berkaitan erat dengan jenis
kemasan yang digunakan. (Kilcast dan Subramaniam, 2000). Kemasan dapat
mempertahankan umur simpan suatu produk, menjaga produk tetap baik selama
penyimpanan dengan mencegah atau menghambat kerusakan produk dari pengaruh
lingkungan. (Sanjaya, 2007)
Keripik ubi Cilembu tersebut perlu untuk diketahui umur simpannya karena
hal tersebut merupakan salah satu syarat dalam pelabelan pangan di Indonesia yakni
diatur dalam Undang- Undang Pangan No. 18 Tahun 2012 tentang Label dan Iklan
Pangan. Namun, untuk metode penentuan kadaluwarsa saat ini belum dibakukan
(Savitri, 2000)
Pendugaan umur simpan suatu produk dapat dilakukan dengan metode
konvensional (Extended Storage Studies) dan akselerasi (Accelerated Shelf Life
Testing). Metode konvensional dilakukan dalam kondisi normal sehari-hari, hasilnya
sangat akurat dan tepat, namun membutuhkan waktu lama dan biaya yang mahal.
Sedangkan metode akselerasi dilakukan pada kondisi percobaan yang ekstrim (suhu
tinggi, kelembaban di atas atau di bawah kondisi normal penyimpanan) sehingga
dapat mempercepat proses penurunan mutu produk, Maka dari itu waktu yang
dibutuhkan relatif singkat. Pengaplikasian metode akselerasi pada produk kering

2
dapat dilakukan apabila kadar air produk berubah selama penyimpanan dan kecepatan
kerusakan hanya tergantung pada kadar air dan suhu. (Arpah dan Syarief, 2000)
Metode ASLT menggunakan persamaan Arrhenius dapat dilakukan dengan
cepat yakni dengan memberi stimulasi perlakuan pada suhu yang ekstrim dan
hasilnya dapat dipakai dalam mendeteksi penurunan mutu selama penyimpanan.
(Labuzza, 1982).
Umumnya produk kering memiliki Equillibrium Relative Humidity yang
rendah yakni kurang dari 60% (Syarief, Santausa dan Isyana 1989). Bahan kering
harus dilindungi dari penyerapan air dan oksigen dengan cara menggunakan
pengemas yang mempunyai daya tembus yang rendah terhadap gas tersebut. (Buckle
at al, 1987)
Pengemasan pada keripik yang dijadikan bahan penelitian masih sangat
sederhana yaitu hanya menggunakan kemasan plastik polipropilen (PP) dengan
ketebalan 0,8 mm. Hal tersebut dapat membuat produk keripik cepat mengalami
perubahan mutu berupa penurunan kerenyahan dan ketengikan dan cenderung kurang
dapat bertahan lama. Selain plastik PP, kemasan metallized pun merupakan plastik
yang telah sering digunakan oleh para produsen makanan, terutama untuk makanan
snack.
Maka dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui umur simpan
dari keripik ubi Cilembu yang dikemas dengan plastik PP 0,8 mm dan plastik
Metallized (Co-PP0,5mm/Me) berdasarkan metode Akselerasi model Arrhenius.

METODE
Penelitian pendugaan umur simpan dilakukan di Laboratorium Keteknikan
Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran. Pelaksanaan
penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2017.
Alat yang digunakan dalam analisis antara lain cawan alumunium, oven,
desikator termodifikasi, inkubator, dan timbangan analitik.

3
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah keripik ubi jalar yang
diperoleh dari salah satu UKM di daerah Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan,
Kabupaten Sumedang. Jenis bahan pengemas yang digunakan yaitu plastik PP dengan
ketebalan 0,8 mm yang diperoleh dari toko Hiro Plastik, Cileunyi, dan plastik
Metallized (Co-PP0,5mm/Me) dengan ukuran 12x20 yang diperoleh dari toko
Akapack, Kiaracondong.
Pembuatan keripik ubi Cilembu meliputi beberapa tahap antara lain penyiapan
bahan baku, pengupasan kulit, pencucian, penirisan, perajangan, penggorengan,
penirisan, pengemasan keripik ubi Cilembu, dan pengepakan.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental deskriptif. Pendugaan
umur simpan dilakukan melalui metode akselerasi pendekatan Arrhenius dengan dua
kali ulangan yang kemudian dilanjutkan dengan analisis regresi.
Penelitian ini dilakukan dengan cara produk sebanyak 5 gram yang dikemas
disimpan pada kondisi suhu 30±2oC, 35±2oC, dan 40±2oC sebagai suhu inkubasi
sehingga produk mengalami penurunan mutu akibat penyerapan uap air kemudian
dihitung kadar air setiap 12 jam sekali selama 3 hari hingga diperoleh 5 titik
pengamatan. Kadar air hasil penyimpanan dibandingkan dengan kadar air maksimal
keripik yang telah ditentukan standarnya oleh BSN dalam SNI 01-4306-1996 yaitu
sebesar 5,0.
Penelitian ini terdiri dari dua perlakuan yaitu keripik ubi cilembu yang
dikemas plastik PP 0,08 mm disimpan pada suhu 30±2oC, 35±2oC, dan 40±2oC, dan
keripik ubi Cilembu yang dikemas plastik metallized (Co-PP0,5mm/Me) disimpan
pada suhu 30±2oC, 35±2oC, dan 40±2oC.
Berdasarkan pengujian aktivitas air pada keripik ubi Cilembu, diperoleh 5 titik
perubahan kadar air pada setiap suhu, yaitu 30±2oC, 35±2oC, dan 40±2oC. Langkah
yang digunakan untuk pendugaan umur simpan keripik yang dikemas dengan plastik
PP dan metallized (Co-PP/Me) ini antara lain :
1. Pembuatan grafik hubungan antara perpindahan uap air (Ka) sebagai sumbu dan
waktu simpan (hari) sebagai sumbu x.

4
2. Amati profil grafik yang terbentuk, dan tentukan ordo reaksi.
3. Buatlah grafik reaksi ordo nol atau reaksi ordo satu. Penentuan ordo dilakukan
sebagai asumsi dalam penentuan persamaan selanjutnya. Reaksi ordo nol
ditentukan dengan menetapkan jumlah perpindahan uap air (Ka) sebagai sumbu
y, sedangkan reaksi ordo satu dengan menetapkan In perpindahan uap air (Ka)
sebagai sumbu y. Kedua ordo menetapkan waktu simpan (hari) sebagai sumbu x.
4. Untuk memperoleh persamaan regresi dan koefisien determinasi (R) untuk suhu
penyimpanan 35oC, 40oC, dan 45oC maka gunakanlah teknik regresi linier antara
lain sebagai berikut :
Reaksi ordo nol ..: Kat - Kao = -kt atau Kat = Kao – kt.........................................(1)

Reaksi ordo satu. : ln Kat – ln Kao = -kt atau ln Kao – kt......................................(2)

Y= a + bx............................................................................................................(3)

Berdasarkan persamaan diatas, maka dapat ditentukan keterangan variable


sebagai berikut :

Reaksi ordo nol...= y: Kat ; a : Kao ; bx : -kt.........................................................(4)

Reaksi ordo satu. = y : ln Kat ; a : ln Kao ; bx : -kt...............................................(5)

5. Dengan menghubungkan plot hubungan antara Kat atau In Kat terhadap t, maka
diperoleh slop sebagai nilai k. Tiga suhu akan menghasilkan masing-masing
nilai k, sehingga diperoleh tiga nilai k (k1 = 30oC, k2 = 35oC, k3 = 40oC).
6. Selanjutnya, nilai-nilai k ini diterapkan dalam rumus Arrhenius, yaitu :
k = k0.e E/RT ………………………………..…………………………….……...(6)
Keterangan :
k = konstanta penurunan suhu
k0 = konstanta (tidak tergantung pada suhu)
E = energi aktivasi
T = suhu mutlak (K)

5
R = tetapan gas konstan (8,314 J/mol.K)
Persamaan nomor (2) dapat juga ditulis sebagai berikut :
ln k = ln k0 – Eɑ/RT.............................................................................................(7)
Persamaan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
1
ln k = a + b . ...................................................................................................(8)
T
Sehingga apabila setiap nilai ln k dan 1/T diplotkan dalam suatu grafik, maka
akan diperoleh grafik hubungan antara ln k sebagai y dengan 1/T sebagai x.
7. Dengan demikian, besarnya nilai E dapat diperoleh, yaitu sebagai berikut :
-E/R = b...............................................................................................................(9)
Keterangan :
E : energi aktivasi
R : tetapan gas konstanta
b : slop dari persamaan (8)
8. Nilai k0 diperoleh dari anti In k0 dari nilai a pada persamaan (7) dan (8)
9. Hitung dan tentukan lamanya umur simpan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keripik merupakan salah satu produk yang sensitif terhadap perubahan kadar
air, sehingga kadar air menjadi parameter kritis yang diamati. Penentuan umur
simpan ini menggunakan selisih kadar air hari pengamatan dengan kadar air awal
yang dinyatakan sebagai banyaknya perpindahan uap air sebagai parameter
pengamatan. Pengujian kadar air dilakukan setiap 12 jam sekali sampai diperoleh 5
titik pengamatan. Hasil pengamatan perpindahan uap air pada keripik dilihat pada
gambar 1.

6
0.2
0.18

air yang teruapkan (gram)


0.16
0.14
0.12 PP30
0.1 PP35
0.08 PP40
0.06 OPP30
0.04 OPP35
0.02 OPP40
0
0 1 2 3 4 5 6
Titik pengamatan

Gambar 1. Grafik Perpindahan Uap Air terhadap Waktu Penyimpanan


Keripik pada saat awal selesai diproduksi memiliki kadar air sebesar 3,228%
(b.k) dengan asumsi pada hari 0 tidak terjadi perpindahan uap air pada bahan.
Perpindahan uap air yang terjadi pada bahan selama penyimpanan diduga dipengaruhi
oleh permeabilitas kemasan. Suhu dinilai memengaruhi permeabilitas kemasan
selama penyimpanan sehingga terjadi perpindahan uap air yang cukup besar.
Peningkatan suhu menyebabkan membesarnya pori-pori kemasan. Semakin
membesarnya pori-pori maka semakin mudah pula uap air untuk berpindah dan
melewati kemasan. Maka dari itu, suhu tinggi lebih besar dapat menyebabkan
permeabilitas kemasan semakin besar.
Berdasarkan profil grafik yang terbentuk merujuk pada gambar 1, terlihat
bahwa waktu penyimpanan mempengaruhi perpindahan uap air, maka produk keripik
mengikuti laju reaksi ordo satu.
Penentuan nilai k Suhu Penyimpanan 30 oC, 35 oC, 40 oC
Pencarian persamaan Arrhenius dilakukan dengan menentukan nilai k yaitu
hubungan ln K dengan 1/T. Nilai k didapatkan dari slope persamaan linear yang
dihasilkan pada grafik hubungan antara banyaknya uap air yang berpindah pada
keripik terhadap titik pengamatan. Persamaan yang digunakan yaitu persamaan linear
dari ordo 1 yang telah dipilih. Nilai k merupakan nilai b dari persamaan linear y = bx
+ a, dimana y merupakan banyaknya uap air yang berpindah dan x merupakan hari

7
pengamatan. Persamaan linear dari Gambar 1 untuk menentukan nilai k, dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Persamaan Garis dan Nilai k pada Suhu 30 oC, 35 oC, 40 oC
Kemasan Suhu (oC) Persamaan Nilai k
PP 30 y = 0,014x – 0,0017 0,014
35 y = 0,0266x – 0,0064 0,0266
40 y = 0,0113x + 0,0046 0,0113
Metlized (Co-PP/Me) 30 y = 0,0134x – 0,0019 0,0134
35 y = 0,0236x – 0,0114 0,0236
40 y = 0,0267x – 0,0215 0,0267
Persamaan linear pada Tabel 1 merupakan persamaan yang mengikuti
persamaan :
At = Ao – kt
dimana bahwa At merupakan y, Ao merupakan intersep dan k merupakan slope serta
t merupakan fungsi waktu. Berdasarkan persamaan diatas maka dapat ditentukan
bahwa slope merupakan nilai k. Nilai k merupakan konstanta penurunan mutu pada
suhu dan perlakuan kemasan tersebut. Perlakuan kemasan yang berbeda
menghasilkan nilai k pada setiap suhu yaitu 30oC, 35oC, 40oC. Nilai k yang diperoleh
kemudian diterapkan kedalam persamaan Arrhenius :
k = k0.e E/RT
Persamaan di atas diubah ke dalam bentuk linear menjadi :
In k = In k0 – Eɑ/RT
Nilai k yang sebelumnya telah diperoleh kemudian diplotkan pada grafik
hubungan ln k terhadap 1/T dimana y sebagai ln k dan 1/T sebagai x berdasarkan
persamaan (12). Grafik dapat dilihat pada Gambar 3

8
0
-0.5 0 0 0 0 0 0 0 0
-1
-1.5
-2
PP
Ln k

-2.5
-3 Linear (PP)
-3.5 Met
-4 f(x) = − 6128.46 x + 16 Linear (Met)
-4.5 R² ==0.84
f(x) 2354.4 x − 11.77
R² = 0.08
-5
1/T

Gambar 3. Grafik ln k terhadap 1/T Keripik pada Berbagai Jenis Kemasan


Persamaan dari grafik Gambar 3 mengikuti persamaan Arrhenius, yaitu ln k =
In k0 – Eɑ/RT, maka dapat ditentukan bahwa slope merupakan Ea/R, dan intersep
merupakan ln ko, sehingga nilai energi aktivasi dan nilai k o dapat diketahui. Nilai ko
diperoleh dengan cara menganti-lnkan nilai intersep pada masing-masing persamaan
garis. Sementara nilai energi aktivasi diperoleh dengan mengalikan nilai slope dengan
nilai R (konstanta gas) yaitu sebesar 8,314 J/mol K. Sebagai contoh perhitungan, pada
kemasan metallized (Co-PP/Me) didapat persamaan linear hubungan 1/T terhadap ln
k yaitu y = -6128,5x + 16,003. Nilai slope (b) merupakan nilai Ea/R, sehingga Ea
didapat dari perhitungan sebagai berikut :
Ea
b=-
R
Ea
-6128,5 = -
8,314
Ea = 6128,5 x 8,314
Ea = 19574,4816 J/mol.K
Nilai ko dan energi aktivasi untuk kedua kemasan dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2. Persamaan Arrhenius dan Nilai Energi Aktivasi
Kemasan ko Ea (J/mol.K)
PP 0,0000077331 50952,349
Metallized (Co-PP/Me) 8912808,88 19574,4816

9
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan agar reaksi
deteriorasi dapat berjalan.

Penentuan Nilai k pada Suhu Penyimpanan Sebenarnya


Persamaan Arrhenius yang sudah diperoleh pada grafik ln k terhadap 1/T,
kemudian digunakan untuk mencari nilai konstanta penurunan mutu pada
penyimpanan suhu yang sebenarnya. Penentuan nilai k dilakukan pada suhu ini
dikarenakan pada umumnya, produk pangan disimpan pada kondisi ruang yang
memiliki suhu 25oC. Nilai k untuk setiap kemasan pada suhu penyimpanan 25 oC
didapat dengan cara memasukkan suhu penyimpanan yang dinyatakan dalam satuan
Kelvin ke dalam persamaan Arrhenius. Ekstrapolasi penentuan nilai k untuk suhu
penyimpanan sebenarnya dapat dilihat pada Gambar 4
0.0000
0 0 0 0
-2.0000
-4.0000
Ln K

-6.0000
-8.0000
-10.0000
1/T

PP Met

Gambar 4. Ekstrapolasi Penentuan Nilai k untuk Suhu Penyimpanan 25oC

Berdasarkan Gambar 4, diperoleh persamaan Arrhenius untuk kemasan plastik


PP adalah y = 2354,4x – 11,77. Berdasarkan persamaan tersebut, maka dapat
ditentukan bahwa 2354,4 merupakan nilai Ea/R dan -11,77 merupakan nilai ln ko.
Data tersebut kemudian digunakan untuk mengekstrapolasi nilai k pada suhu
penyimpanan yang sebenarnya, yaitu pada suhu 25oC, dengan cara memplotkan x
yang merupakan 1/T pada persamaan y = 2354,4x – 11,77 yang dikonversikan
menjadi satuan Kelvin yaitu 0,00336, sehingga diperoleh nilai ln k pada suhu 25

10
sebesar -4,0562. Kemudian ln k di anti ln maka diperoleh hasil k pada suhu 25 oC
senilai 0,020789635.
Berdasarkan Gambar 4, diperoleh persamaan Arrhenius untuk kemasan plastik
Metallized (Co-PP/Me) adalah y = -6128,5x + 16,003. Berdasarkan persamaan
tersebut, maka dapat ditentukan bahwa 6128,5 merupakan nilai Ea/R, dan 16,003
merupakan nilai ln ko. Data tersebut kemudian digunakan untuk mengekstrapolasi
nilai k pada suhu penyimpanan yang sebenarnya, yaitu pada suhu 25 oC, dengan cara
memplotkan x yang merupakan 1/T pada persamaan y = -6128,5x + 16,003 yang
dikonversikan menjadi satuan Kelvin yaitu 0,00336, sehingga diperoleh nilai ln k
pada suhu 25 sebesar -4,6044. Kemudian ln k di anti ln maka diperoleh hasil k pada
suhu 25oC senilai 0,010544744.
Nilai k untuk setiap kemasan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Nilai k untuk Penyimpanan Sebenarnya


Kemasan Suhu k
PP 25 0,020789635
Metallized (Co-PP/Me) 25 0,010544744
Nilai k menunjukkan adanya reaksi penurunan mutu. Semakin besar nilai k
menandakan bahwa laju kinetika penurunan mutu semakin cepat.

Penentuan Umur Simpan


Penentuan umur simpan dilakukan dengan mengetahui mutu awal dan mutu
akhir keripik dan nilai k pada suhu 25 oC yang diperoleh lalu memasukkannya ke
dalam umur simpan. Umur simpan keripik mengikuti ordo satu dengan menggunakan
nilai k pada suhu 25oC dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut :
At − Ao
t=
k
t merupakan umur simpan, k merupakan laju penurunan mutu, Ao merupakan
mutu awal keripik yaitu kadar air awal keripik pada saat diproduksi, sementara At
merupakan mutu akhir yaitu keripik pada saat batas produk sudah mengalami

11
kerusakan atau dinyatakan sebagai kondisi kritis yaitu kondisi keripik pada saat
mengalami penggumpalan. Kadar air awal keripik yaitu sebesar 3,228 (b.k) dan kadar
maksimal keripik yaitu 5,0. Contoh perhitungan umur simpan keripik yang dikemas
plastik PP pada suhu 25oC dapat dilihat sebagai berikut:
At − Ao
t=
k
5,0−3,228
t=
0,020789635
t = 85,2348 hari
Ditambah dengan jangka waktu pengambilan dari UKM sampai dengan
dimulainya pelaksanaan penelitian yaitu 7 hari, sehingga menjadi 92,2348 hari atau
3,07 bulan.
Hasil perhitungan umur simpan keripik dalam berbagai jenis kemasan dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Umur Simpan Keripik pada Suhu Penyimpanan Sebenarnya
Kemasan Suhu (oC) Ea (J/mol.K) Umur Simpan (bulan)
PP 25 50952,349 3,07 bulan
Metallized (Co-PP/Me) 25 19574,4816 5,83 bulan

PENUTUP
Pendugaan umur simpan terhadap keripik ubi Cilembu yang menggunakan
kemasan polipropilen (PP) yaitu sekitar 3,07 bulan, sedangkan untuk keripik yang
menggunakan kemasan metallized (Co-PP/Me) yaitu 5,83 bulan. Berdasarkan data,
terdapat perbedaan pada lamanya umur simpan yang dikemas pada setiap kemasan.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik serta nilai permeabilitas
pada setiap kemasan.

DAFTAR PUSTAKA

12
Arpah. (2001). Buku dan Monograf Penentuan Kadaluwarsa Produk Pangan.
Bogor : Program Studi Ilmu Pangan. Program Pasca Sarjana IPB.

Arpah, M. dan Syarif, R. (2000). Evaluasi Model Pendugaan Umur Simpan Pangan
dari Difusi Hukum Fick Unidireksional. Bul. Teknol. Dan Industri Pangan
Vol.XI (1), 11-16.

Buckle, K. A, Edwards, R.A, Fleet, G.H., and Wotton, M. (1987). Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Ubi_Cilembu diakses pada tanggal 30 Oktober 2017,


pada pukul 21.10 WIB

Kilcast, D. Subramaniam P. (2000). The Stability and Shelf-Life off Food. Woodhead
Publishing Limited and CRC Press LLC, Cambridge, England.

Labuza, T. P. (1982). Shelf Life Dating of Foods. Food and Nutrition Press., Inc.,
Westport, Connecticut.

Sanjaya, Y. (2007). Pengaruh lama Perputaran Spinner dalam Pembuatan Keripik


Salak (Salacca Edulis Reinw) Terhadap Pendugaan Umur Simpan dengan
Kemasan Plastik Orented Poplypropilene (OPP), Metallized (Co-PP/Me) dan
Aluminium Foil. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Savitri, I.K.E. (2000). Penentuan Kadaluwarsa Wafer Menggunakan Model Arrhenius


dan Model Labuza. Thesis. IPB, Bogor.

Sulistyowati, A. (2004). Membuat Keripik Buah dan Sayur. Puspa Swara. Jakarta.

Syarief, R., Santausa, S., dan Isyana, B. (1989). Buku dan Monograf Teknologi
Pengemasan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor.

13

Anda mungkin juga menyukai