Kompetensiawakkapalsungai
Kompetensiawakkapalsungai
Kata Pengantar
Laporan ini merupakan Laporan Akhir Studi ”Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan
Danau”. Secara umum laporan ini memuat :
- Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup pekerjaan dan lokasi
pekerjaan;
- Gambaran Umum Transportasi Sungai dan Danau, berisikan kondisi transportasi sungai dan danau
saat ini, peranan angkutan sungai dan danau, kebijakan legalisasi/perundang-undangan, kajian terkait,
dan kondisi umum wilayah kajian;
- Metodologi Studi, berisikan tentang pendekatan teknis dan metodologi dan program kerja;
- Kajian Teoritis berisikan tentang karakteristik kapal, jenis-jenis kecelakaan angkutan sungai dan
danau, penyebab kecelakaan alur pelayaran sungai dan danau, dan kajian umum kompetensi;
- Keselamatan Kapal Sungai dan Danau di Wilayah Studi berisikan kecelakaan kapal, keselamatan
kepal sungai dan danau, dan peralatan keselamatan kapal sungai dan danau;
- Kondisi Transportasi Sungai dan Danau di Wilayah Studi berisikan Kondisi Transportasi Sungai dan
Danau di Sumatera Utara, Kondisi Transportasi Sungai dan Danau di Kota Pelembang (Sumatera
Selatan), Kondisi Transportasi Sungai dan Danau di Kalimantan Selatan, dan Kondisi Transportasi
Sungai dan Danau di Kalimantan Timur;
- Karakteristik SDM Awak Kapal Sungai dan Danau di Wilayah Studi berisikan kualitas SDM Awak
Kapal Sugai dan Danau dan tipologi SDM Awak Kapal,
- Tugas Pokok SDM Awak Kapal Sungai dan Danau berisikan kewajiban dan tanggung jawab
operator/perusahaan angkutan sungai danau dan penyeberangan dan tugas pokok awak kapal sungai
dan danau;
- Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau berisikan tentang Konsep Dasar
Penyusunan Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau, Pengertian Standar Kompetensi, Struktur
Standar Kompetensi, Format Standar Kompetensi, Kompetensi Kunci, Hubungan Antara Unit, Level
Unjuk Kerja Kompetensi Kunci, Kodefikasi Unit Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau, Peta
Unit Kompetensi, Nama Unit-unit Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau, Profil Kompetensi
Awak Kapal Sungai dan Danau, dan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau;
- Program Pembelajaran Awak Kapal Sungai dan Danau berisikan tentang Pengertian Kebutuhan
Pendidikan dan Pelatihan, Pendekatan Identifikasi Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, Faktor-faktor
Penentu Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan, Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Kompetensi, dan
Deskripsi Pembelajaran Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau;
Demikian Laporan Akhir ini dibuat, kami mengharap semoga Laporan Akhir ini telah sesuai dengan
Kerangka Kerja Acuan.
Daftar Isi
Halaman
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar Tabel vi
Daftar Gambar viii
Bab 7 Karakteristik SDM Awak Kapal Sungai dan Danau di Wilayah Studi 7–1
7.1 Umum 7–1
7.2 Kualitas SDM Awak Kapal Sungai dan Danau 7–2
7.3 Tipologi SDM Awak Kapal 7–4
Bab 8 Tugas Pokok SDM Awak Kapal Sungai dan Danau 8–1
8.1 Umum 8–1
8.2 Kewajiban dan Tanggung Jawab Operator/Perusahaan Angkutan 8–1
Sungai Danau dan Penyeberangan
8.3 Tugas Pokok Awak Kapal Sungai dan Danau 8–2
Bab 9 Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau 9–1
9.1 Konsep Dasar Penyusunan Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau 9–1
9.2 Pengertian Standar Kompetensi 9–6
9.3 Struktur Standar Kompetensi 9–9
9.4 Format Standar Kompetensi 9 – 10
9.5 Kompetensi Kunci 9 – 12
9.6 Hubungan Antara Unit, Level Unjuk Kerja Kompetensi Kunci 9 – 13
9.7 Kodefikasi Unit Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau 9 – 14
9.8 Peta Unit Kompetensi
9.8.1 Unit Kelompok Kompetensi Umum (01) 9 – 16
9.8.2 Unit Kelompok Kompetensi Inti (02) 9 – 17
9.8.3 Unit Kelompok Kompetensi Spesialisasi/kekhususan (03) 9 – 18
9.9 Nama Unit-unit Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau 9 – 19
9.10 Profil Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau 9 – 20
9.11 Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau 9 – 26
Bab 11 Penutup 11 – 1
11.1 Kesimpulan 11 – 1
11.2 Rekomendasi 11 – 2
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 6.1 Daftar Jaringan Pelayanan Angkutan Danau di Danau Toba, Sumatera 6–2
Utara
Tabel 6.2 Daftar Dermaga di Kabupaten Samosir 6–3
Tabel 6.3 Jumlah Kapal Sungai (unit) di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 6–4
Tabel 6.4 Karakteristik Kapal Sungai di Provinsi Kalimantan Selatan 6 – 15
Tabel 6.5 Nama Dermaga dan Rute Angkutan Sungai di Provinsi Kalimantan 6 – 16
Selatan
Tabel 7.1 Tipologi SDM Awak Kapal Sungai dan Danau 7–7
Tabel 8.1 Tugas Pokok masing-masing Awak Kapal Sungai dan Danau di Lokasi 8–3
Studi
Tabel 9.1 Hubungan Kompetensi Kunci 9 – 13
Tabel 9.2 Kode dan Nama Unit Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau 9 – 19
Tabel 9.3 Tabel Kompetensi dan Sub Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau 9 – 20
Daftar Gambar
Halaman
Bab 1
Pendahuluan
Jasa angkutan penyeberangan antar pulau yang termasuk dalam Kategori Pengangkutan dan Komunikasi,
memberikan kontribusi terhadap perekonomian masyarakat sekitar meskipun dalam persentase yang tidak
terlalu besar. Seperti halnya tipikal daerah-daerah lain, proporsi PDRB masih didominasi oleh sektor
pertanian dengan persentasi sebesar 32.47 persen. Indusri Pengangkutan dan Komuniasi yang didalamnya
termasuk Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan hanya memberikan kontribusi sebesar 8.11 persen.
Namun demikian, keberadaan industri ini tidak berdiri sendiri.
Meskipun secara persentase industri ini hanya memberikan kontribusi sebesar 8.11 persen tetapi juga
memberikan efek multiplier (multiplier effect). Apabila dalam jangka panjang angkutan penyeberangan ini
juga dikembangkan untuk tujuan wisata, maka juga akan memberikan dukungan kepada industri-industri lain
terutama industri-industri yang masih terkait dengan industri pariwisata. Industri yang berpotensi
mendapatkan dampak positif dari industri ini adalah Industri Perdagangan, Hotel dan Restoran yang saat ini
memberikan kontribusi sebesar 17.63 persen. Secara singkat, dapat disimpulkan meskipun secara
independent Industri Pengangkutan dan Komunikasi memberikan kontribusi yang tidak terlalu besar, tetapi
berpotensi besar untuk memberikan dampak positif untuk mendukung perkembangan industri-industri lain.
Angkutan perairan daratan adalah moda angkutan yang memanfaatkan prasarana alam yang tersedia berupa
perairan daratan sebagai prasarananya. Yang dimaksud perairan daratan adalah sungai, danau atau pun kanal
serta rawa di mana syarat-syarat untuki berlalu lintas untuk sarana angkutan dipenuhi, terutama yang
menyangkut dimensi lebar perairan, kedalam perairan serta tiadanya hambatan di dalam, di permukaan
maupun di atas permukaan air. Adapun sebagai sarana angkutnya dapat berupa kapal, tongkang (barge) serta
alat apung lainnya. Angkutan perairan daratan yang ada saat ini lebih dikenal sebagai angkutan sungai dan
danau. Perkembangan dan kegiatan ekonomi negara dewasa ini, ditambah lagi dengan pertumbuhan yang
pesat dalam pengelolaan daerah pedalaman telah menempatkan sungai-sungai atau danau-danau pada
kedudukan yang strategis.
Angkutan sungai diperlukan untuk menjangkau daerah-daerah terpencil yang belum tersentuh oleh moda
angkutan lainnya. Angkutan sungai dapat dimanfaatkan untuk mengangkut barang dalam jumlah besar
dibanding moda angkutan darat lainnya dan angkutan sungai juga memungkinkan kegiatan pariwisata dan
interaksi sosial budaya antara daerah dan wilayah terpencil.
Keterkaitan antara komponen dalam penyelenggaraan sistem transportasi sungai dan danau diantaranya
adalah Sumber Daya Manusia baik sebagai operator maupun pengoperasi sarana SDP, dimana sasaran
penyelenggaraan transportasi SDP diantaranya adalah keselamatan pelayanan transportasi SDP. Kondisi
SDM (awak) kapal sungai dan Danau menjadi salah satu unsur dalam pencapaian kualitas dan kuantitas
keselamatan transportasi SDP. Fenomena yang ada saat ini tergambarkan dengan adanya kualitas dan
kuantitas SDM yang belum memenuhi standar baik di bidang pelayanan maupun pengoperasian. Pelayanan
kapal sungai dan danau secara implementatif terkadang belum mendapat fokus penanganan kebijakan yang
maksimal.
1.2 Tujuan
Pekerjaan “Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau” dimaksudkan untuk
memberikan dan menciptakan tolak ukur/parameter kompetensi bagi awak kapal sungai dan danau.
Sedangkan tujuan yang dirancang dalam pekerjaan ini adalah tersusunnya standar kompetensi bagi awak
kapal sungai dan danau, yang diharapkan dapat menghasilkan awak kapal sungai dan danau yang berkualitas
dan profesional sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan di sungai dan danau, serta dapat
meningkatkan pelayanan dan keselamatan transportasi sungai dan danau.
Maksud dan tujuan paket pekerjaan ini telah tergambar dengan jelas dan dapat dioperasionalkan, menyangkut
Konsep Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau.
1.3 Ruang Lingkup Pekerjaan
a. melakukan pendalaman materi hasil studi sebelumnya yang berkaitan dengan Angkutan Sungai Danau
dan Penyeberangan
pendalaman materi tentang beberapa studi-studi terdahulu yang sangat terkait dengan paket pekerjaan ”
Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau” akan konsultan lakukan, hal ini tentunya
akan menambah khasanah, wawasan, serta pola pikir dalam menyelesaikan peket pekerjaan tersebut. Selain
materi studi-studi terdahulu yang terkait, konsultan mencoba menggali informasi tentang peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan sumber daya manusia awak kapal sugai dan danau yang tertuang
dalam Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran dan peraturan-peraturan turunannya seperti
Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, SK Dirjen.
b. mengumpulkan dan melakukan kajian referensi yang sesuai, baik dari dalam maupun dari luar negeri
untuk melengkapi materi, serta melakukan kaji banding (benchmarking) sehingga komprehensif dan
representatif yang sesuai dengan kondisi di Indonesia
guna memperkaya materi, konsultan juga mencoba menambah dengan beberapa referensi-referensi baik
didapat dari handbook atau dari internet terkait dengan kaji banding atau benchmarking. Dengan adanya kaji
banding tersebut tentunya akan dapat membandingkan sumber daya manusia awak kapal sungai dan danau
yang ada di beberapa negara, komparasi terhadap SDM yang ada akan menjadi tujuan utama dari kaji
banding tersebut meliputi beberapa aspek skill (kemampuan), aspek knowledge (pengetahuan) dan aspek
attitude (sikap perilaku) serta mengakomodir juga aspek habbit (kebiasaan).
c. melakukan penelitian dan pengambilan data yang berkaitan dengan Awak dan Angkutan Sungai Danau
dan Penyeberangan di beberapa kota (Banjarmasin, Balikpapan, dan Medan)
penelitian dan pengembilan data di beberapa lokasi seperti Banjarmasin, Balikpapan, dan Medan merupakan
representatif potret awak kapal danau dan penyeberangan yang ada di Indonesia. Bentuk pengambilan data
yang nantinya akan dilakukan meliputi data sarana dan prasarana kapal sungai dan danau, kuantitas dan
kualitas SDM yang ada di masing-masing kapal, tugas pokok dan fungsi dari masing-masing awak kapal,
beban kerja yang awak kapal laksanakan dalam pengoperasian kapal serta kompetensi yang ada saat ini. Data
yang terkumpul tentunya akan memberikan gambaran tentang profile SDM awak kapal sungai dan danau
yang ada saat ini serta tipologi masing-masing awak kapal sungai dan danau yang ada di masing-masing
lokasi.
d. secara garis besar Standar Kompetensi bagi Awak Kapal Sungai dan Danau terdiri dari 3 aspek yaitu
aspek skill (kemampuan), aspek knowledge (pengetahuan) dan aspek attitude (sikap perilaku) serta
mengakomodir juga aspek habbit (kebiasaan)
aspek skill (kemampuan), aspek knowledge (pengetahuan) dan aspek attitude (sikap perilaku) serta aspek
habbit (kebiasaan) merupakan fokus konsultan dalam merancang pekerjaan “Penyusunan Standar
Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau”. Keempat aspek tersebut akan menjadi pijakan awal dalam
menyusun kompetensi awak kapal sungai dan danau. Dengan mempunyai kompetensi tersebut diharapkan
masing-masing awak kapal sungai dan danau dapat melaksanakan tugas, pokok, dan fungsinya sesuai dengan
peran masing-masing awak, sehingga pelayanan dan keselamatan pelayaran utamanya di sungai dan danau
dapat terwujud.
e. melakukan survey terhadap awak kapal sungai dan danau untuk menambah bahan kajian
survei yang akan dilaksanakan di beberapa lokasi (Banjarmasin, Balikpapan, dan Medan) tentunya akan
menggali semua informasi terkait dengan awak kapal sungai dan danau. Formulir-formulir survei yang
berkaitan dengan perolehan data akan disiapkan oleh konsultan sebelum turun ke lapangan. Data tentang
sarana dan prasarana kapal, jumlah awak kapal, kualitas awak kapal, tugas, pokok, dan fungsi masing-masing
awak kapal, serta beban kerja akan menjadi fokus konsultan dalam perolehan data. Kompilasi data komparasi
serta tipologi dari masing-masing lokasi kajian nantinya akan dianalisis konsultan guna mengetahui
gambaran tentang kompetensi awal awak kapal sungai dan danau.
dalam menyusun standar kompetensi awak kapal sungai dan danau konsultan melakukan analisis terhadap
penyusunan struktur standar kompetensi, yang meliputi standar kompetensi, unit kompetensi, sub
kompetensi, kriteria unjuk kerja, persyaratan unjuk kerja, dan sampai kepada acuan penilaian. Penyusunan
format kompetensi tentunya juga akan dilakukan oleh konsultan yang meliputi : kode unit, judul unit, uraian
unit, sub kompetensi, kriteria unit kerja, persyaratan unjuk kerja sampai kepada acuan penilaian.
g. menyelenggarakan seminar sehari dengan mengundang para stakeholder untuk mendapatkan masukan-
masukan yang berguna melengkapi Konsep Laporan Akhir
konsep laporan akhir yang telah diselesaikan oleh konsultan tentunya akan dipaparkan dihadapan tim teknis
dan akan dilakukan seminar dengan mengundang beberapa stakeholder guna memperoleh masukan atau input
guna kesempurnaan laporan.
Bab 2
Gambaran Umum
Transportasi Sungai dan Danau
Secara geografi Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki ribuan pulau besar
dan kecil oleh karena itu jenis angkutan penyeberangan sangat strategis karena berfungsi menghubungkan
antarapulau satu ke pulau yang lain dan mempunyai peranan yang sangat penting guna pemerataan
pembangunan diseluruh wilayah Indonesia dan memperkokoh persatuan dan kesatuan Negara Republik
Indonesia.
Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang dilakukan untuk melayani lintas penyeberangan yang
berfungsi sebagai jembatan bergerak yang menghubungkan jaringan jalan atau jalur kereta api yang terputus
karena adanya perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.
Angkutan penyeberangan adalah jenis angkutan yang memanfaatkan prasarana alam yang tersedia berupa
perairan selat yang memisahkan antar pulau. Adapun sebagai sarana yang biasanya digunakan adalah kapal
Ro-Ro yang berfungsi untuk mengangkut penumpang, kendaraan dan barang dalam kendaran, sehingga
dalam angkutan penyeberangan tidak diperlukan adanya bongkar muat barang dalam pelabuhan
penyeberangan.
Indonesia memiliki 214 sungai yang umumnya tersebar di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Panjang
sungai secara keseluruhan mencapai sekitar 34.342 km dan yang dapat dilayari sekitar 23.255 km.
Angkutan sungai dan danau mempunyai berbagai kelebihan dibandingkan angkutan yang menggunakan
moda lainnya, yaitu merupakan angkutan kargo, masal, jarak jauh, hemat energi, rendah polusi, bersahabat
dengan lingkungan dan ketepatan lebih utama daripada kecepatan.
Jenis angkutan sungai dan danau yang beroperasi di berbagai sungai dan danau adalah berupa sampan, ketek,
getek, kano, speed boat, long boat, untuk angkutan cepat, jukung, bis air, klotok, truk air, barge, steel hull,
dan tug boat. Jenis angkutan sungai dan danau ini pada umumnya dibuat secara tradisional menurut
kebiasaan dan budaya masyarakat setempat secara turun temurun.
Permasalahan umum yang dihadapi dalam pengoperasian sungai dan danau tersebut adalah belum
memadainya tingkat kehandalan, tingkat keselamatan, dan kualitas pelayanan, karena faktor kondisi teknis
angkutan sungai dan danau, prasarana pendukung, sosial budaya masyarakat, dan lain sebagainya. Khusus
jasa angkutan penyeberangan, pada awalnya mempnyai fungsi menghubungkan jalur transportasi jalan raya
maupun kereta api yang terputus oleh adanya perairan danau, sungai dan selat, sehingga dulu sering disebut
jembatan penyeberangan. Tetapi di era sekarang fungsi penyeberangan telah berubah menjadi moda
transportasi perairan dengan jarak tidak terbatas, tetapi pada umumnya masih bersifat point to point services.
Seperti diketahui, sasaran pembangunan angkutan sungai, danau dan penyeberangan (ASDP) adalah: (1)
meningkatnya jumlah prasarana dermaga/lintas penyeberangan yang memenuhi standar yang ditentukan; (2)
meningkatnya kelaikan dan jumlah sarana ASDP; (3) meningkatnya keselamatan ASDP; (4) meningkatnya
kelancaran perpindahan antarmoda angkutan penumpang dan kendaraan, serta meningkatnya pelayanan
angkutan perintis; (5) meningkatnya peran swasta dan pemerintah daerah dalam pembangunan dan
pengelolaan ASDP, serta meningkatnya kinerja BUMN di bidang ASDP.
Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) merupakan istilah yang terdiri dari dua aspek yaitu
“Angkutan Sungai dan Danau” atau ASD dan “Angkutan Penyeberangan. Istilah ASDP ini merujuk pada
sebuah jenis “moda” atau “jenis angkutan” dimana suatu sistem transportasi terdiri dari 5 macam yaitu moda
angkutan darat atau jalan raya, moda angkutan udara, moda angkutan kereta api, moda angkutan pipa yang
saat ini mungkin belum dikenal luas, moda angkutan laut dan moda ASDP.
Angkutan perairan daratan atau angkutan perairan pedalaman merupakan istilah lain dari ASD, jenis
angkutan ini terbilang tradisional dan telah lama dikenal oleh manusia. Sebelum menggunakan angkutan
jalan dengan mengendarai hewan seperti kuda dan sapi, manusia telah memanfaatkan sungai sebagai
prasarana transportasi untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Demikian juga di Indonesia, sungai
merupakan prasarana yang menarik untuk digunakan sehingga banyak sekali terdapat pusat-pusat
pemukiman, ekonomi, budaya maupun kota-kota besar yang berada di tepian sungai seperti Samarinda yang
terletak ditepi sungai Mahakam, dan Palembang yang terletak di tepi sungai Musi.
Angkutan Perairan Daratan yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Inland Waterways atau juga dalam bahasa
Perancis yaitu Navigation d’Interieure atau voies navigables yang memiliki makna yang sama yaitu
pelayaran atau aktivitas angkutan yang berlangsung di perairan yang berada di kawasan daratan seperti
sungai, danau dan kanal. Sementara itu, menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
dijelaskan bahwa angkutan perairan daratan yang juga dikenal sebagai angkutan sungai dan danau adalah
meliputi angkutan di waduk, rawa, anjir, kanal, dan terusan. Di Indonesia, angkutan perairan daratan
merupakan bagian dari sub sistem perhubungan darat dalam sistem transportasi nasional.
Moda angkutan perairan daratan ini tentunya tidak mempergunakan perairan laut sebagai prasarana utamanya
melainkan melulu perairan daratan. Dalam kamus Himpunan Istilah Perhubungan, istilah perairan daratan
didefinisikan sebagai ”semua perairan danau, terusan dan sepanjang sungai dari hulu sampai dengan muara
sebagaimana dikatakan undang-undang atau peraturan tentang wilayah perairan daratan”.
Sedangkan ”angkutan penyeberangan” adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak yang
menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan kereta api yang terputus karena adanya perairan. Dalam
bahasa Inggris, moda ini dikenal dengan istilah ferry transport, beberapa contoh penyeberangan yang sudah
dikenal masyarakat luas seperti : Lintas penyeberangan Merak – Bakauheni, Palembang – Bangka, dan
bahkan juga Inggris – Perancis.
Secara teknis karakteristik moda angkutan perairan daratan mempunyai beberapa keunggulan untuk dapat
bersaing dengan moda transportasi lainnya, keungggulan-keunggulan tersebut antara lain berupa:
a. Pada daerah yang mempunyai sungai yang bisa digunakan untuk transportasi, tidak perlu dibangun
prasarana atau infrastruktur baru selain dermaga untuk melakukan aktifitas bongkar muat barang dan
menaikan/ menurunkan penumpang, karena telah tersedia secara alami. Misalnya di India, dengan
panjang jalur transportasi yang sama, biaya untuk mengembangkan angkutan perairan daratan hanya
sekitar 5% hingga 10% dari biaya mengembangkan jalan tol 4 lajur ataupun membangun jaringan kereta
api;
b. Infrastruktur sungai hanya perlu dipelihara dengan biaya yang murah sehingga kapasitas infrastruktur
umumnya akan mencukupi. Di India, dengan panjang jalur transportasi yang sama, biaya pemeliharaan
angkutan perairan daratan hanya sekitar 20% dari biaya pemeliharaan jalan;
c. Berperan sebagai angkutan utama untuk daerah terpencil (remote area) dimana konstruksi jalan belum
atau mahal untuk dibangun;
d. Mempunyai tingkat keselamatan yang lebih tinggi dibandingkan moda angkutan jalan dari aspek
kecepatannya yang rendah, terutama bila dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang memadai;
e. Hemat penggunaan bahan bakar dibanding dengan moda lainnya
f. Jarak tempuh lebih jauh dibanding penggunaan modal transportasi lainnya
g. Mempunyai dampak lingkungan lebih rendah bila dibandingkan jalan dan rel
h. Lebih ekonomis untuk angkutan barang curah pada jarak relatif panjang
i. Mampu mengangkut secara langsung dari angkutan perairan laut dalam ke perairan daratan dan
sebaliknya.
j. Mampu mengangkut barang atau muatan dengan volume besar;
Tabel 2.1
Jenis dan Karakteristik Kapal Sungai
Kapasitas Angkut
Isi Kotor Draft Tenaga Kecepatan
No Jenis Barang
(m3) Penumpang (m) (hp) (km/jam)
(ton)
< 40
1 Speed Boat 1-5 - < 14 0,35 – 0,60 < 200
20 – 30
2 Long Boat 5 - 10 - < 60 0,40 – 0,60 < 85
12 – 15
3 Bis Air < 200 < 10 < 200 0,80 – 1,50 75 – 100
7 – 12
4 Klotok < 15 <5 - 0,50 – 0,65 5 – 15
7–8
5 Truck Air 15 -200 20 – 70 - 1,00 – 1,60 22 – 33
Barge Steel
6 50 – 190 50 - 150 - 1,00 – 1,60 - -
Hull
Barge
7 20 – 50 15 – 35 - 1,00 – 1,60 - -
(tjung)
30 – 60
8 Tug Boat 20 - 50 - - 0,80 – 1,40 < 100
Sumber : Dit LLASDP Ditjen Hubat
Meskipun angkutan perairan mempunyia berbagai keunggulan, akan tetapi pada sisi lain karakteristik
angkutan perairan daratan juga mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
a. Penggunaannya tergantung pada kedalaman dan kelebaran alur perairan ;
b. Fluktuasi ketinggian air pada musim kemarau;
c. Pada musim hujan terkadang terjadi banjir;
d. Sering terjadinya pendangkalan akibat sedimen dan erosi tebing sungai;
e. Kecepatan relatif lebih rendah mengingat kehidupan disekitar sungai;
f. Aksesibiltas rendah karena terkadang sulit dijangkau dari jalan;
g. Tingkat kenyamanan yang rendah untuk angkutan penumpang;
h. Waktu operasi terbatas karena pada malam hari sulit berlayar dengan sarana bantu navigasi yang terbatas.
Tabel 2.2
Perbandingan Konsumsi Energi per Unit Muatan
Konsumsi Energi
No Moda Angkutan
Liter per Ton Relatif Terhadap Moda Air
1 Air (perairan daratan) 2,12 1
2 Kereta Api 13 6,13
3 Jalan Raya 57 26,89
4 Angkutan Pesisir 14,9 7,02
Sumber : Narmada Water Transport Study
Tabel 2.3
Perbandingan Jarak Tempuh Per Liter Bahan Bakar
Jarak Tempuh
No Moda Angkutan Relatif Terhadap Moda Air
(ton-km)
1 Air (perairan daratan) 105 1
Tabel 2.4
Perbandingan Kerusakan Lingkungan Per Unit Muatan dan Jarak
No Moda Kerusakan Lingkungan
1 Air (perairan daratan) 5,38 %
2 Kereta Api 22,25 %
3 Jalan Raya 100 %
Sumber : Transportasi Sungai & Saluran,
Tabel 2.5
Perbandingan Biaya Angkut per Unit Muatan
Biaya angkut
Moda Angkutan
US$ per Ton Mile Relatif Terhadap Moda Air
Air (perairan daratan) 0,75 1
Pipa 1,45 2
Kereta Api 2,30 3
Jalan Raya 26,2 35
Udara 61,2 82
Sumber : Teknologi Alur Pelayaran
Pelayaran diselenggarakan berdasarkan asas manfaat; asas usaha bersama dan kekeluargaan; asas persaingan
sehat; asas adil dan merata tanpa diskriminasi; asas keseimbangan, keserasian, dan keselarasan; asas
kepentingan umum; asas keterpaduan; asas tegaknya hukum; asas kemandirian; asas berwawasan lingkungan
hidup; asas kedaulatan negara; dan asas kebangsaan.
Pelayaran diselenggarakan dengan tujuan memperlancar arus perpindahan orang dan/atau barang melalui
perairan dengan mengutamakan dan melindungi angkutan di perairan dalam rangka memperlancar kegiatan
perekonomian nasional; membina jiwa kebaharian; menjunjung kedaulatan negara; menciptakan daya saing
dengan mengembangkan industri angkutan perairan nasional; menunjang, menggerakkan, dan mendorong
pencapaian tujuan pembangunan nasional; memperkukuh kesatuan dan persatuan bangsa dalam rangka
perwujudan Wawasan Nusantara; dan meningkatkan ketahanan nasional.
Kegiatan angkutan sungai dan danau di dalam negeri dilakukan oleh orang perseorangan warga negara
Indonesia atau badan usaha dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan
kelaiklautan kapal serta diawaki oleh Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia. Kegiatan angkutan sungai
dan danau antara Negara Republik Indonesia dan negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara
Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah negara tetangga yang bersangkutan. Angkutan sungai dan
danau yang dilakukan antara dua negara hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera Indonesia dan/atau
kapal berbendera negara yang bersangkutan. Kegiatan angkutan sungai dan danau disusun dan dilakukan
secara terpadu dengan memperhatikan intra dan antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi
nasional. Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap dan
teratur atau trayek tidak tetap dan tidak teratur. Kegiatan angkutan sungai dan danau dilarang dilakukan di
laut kecuali mendapat izin dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal.
Untuk menunjang usaha pokok dapat dilakukan kegiatan angkutan sungai dan danau untuk kepentingan
sendiri. Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat dilakukan oleh orang perseorangan warga negara
Indonesia atau badan usaha dengan izin Pemerintah.
3. Angkutan Penyeberangan
Kegiatan angkutan penyeberangan di dalam negeri dilakukan oleh badan usaha dengan menggunakan kapal
berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal serta diawaki oleh Awak Kapal
berkewarganegaraan Indonesia. Kegiatan angkutan penyeberangan antara Negara Republik Indonesia dan
negara tetangga dilakukan berdasarkan perjanjian antara
Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah negara yang bersangkutan. Angkutan penyeberangan yang
dilakukan antara dua negara hanya dapat dilakukan oleh kapal berbendera Indonesia dan/atau kapal
berbendera negara yang bersangkutan.
Angkutan penyeberangan merupakan angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan
jaringan jalan atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan
kendaraan beserta muatannya. Penetapan lintas angkutan penyeberangan sebagaimana dimaksud dilakukan
dengan mempertimbangkan pengembangan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan
oleh perairan; fungsi sebagai jembatan; hubungan antara dua pelabuhan, antara pelabuhan dan terminal, dan
antara dua terminal penyeberangan dengan jarak tertentu; tidak mengangkut barang yang diturunkan dari
kendaraan pengangkutnya; Rencana Tata Ruang Wilayah; dan jaringan trayek angkutan laut sehingga dapat
mencapai optimalisasi keterpaduan angkutan antar dan intramoda. Angkutan penyeberangan dilaksanakan
dengan menggunakan trayek tetap dan teratur.
Perusahaan angkutan di perairan wajib mengangkut penumpang dan/atau barang terutama angkutan pos yang
disepakati dalam perjanjian pengangkutan. Perjanjian pengangkutan sebagaimana dimaksud dibuktikan
dengan karcis penumpang dan dokumen muatan. Dalam keadaan tertentu Pemerintah memobilisasi armada
niaga nasional. Perusahaan angkutan di perairan bertangggung jawab terhadap keselamatan dan keamanan
penumpang dan/atau barang yang diangkutnya. Tanggung jawab tersebut berupa kematian atau lukanya
penumpang yang diangkut; musnah, hilang, atau rusaknya barang yang diangkut; keterlambatan angkutan
penumpang dan/atau barang yang diangkut; atau kerugian pihak ketiga. Perusahaan angkutan di perairan
wajib mengasuransikan tanggung jawabnya dan melaksanakan asuransi perlindungan dasar penumpang
umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Perusahaan angkutan di perairan wajib
memberikan fasilitas khusus dan kemudahan bagi penyandang cacat, wanita hamil, anak di bawah usia 5
(lima) tahun, orang sakit, dan orang lanjut usia. Pemberian fasilitas khusus dan kemudahan sebagaimana
dimaksud tidak dipungut biaya tambahan.
Keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan angkutan di perairan, pelabuhan,
serta perlindungan lingkungan maritim. Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi
terpenuhinya persyaratan kelaiklautan kapal dan kenavigasian. Kelaiklautan kapal wajib dipenuhi setiap
kapal sesuai dengan daerah pelayarannya yang meliputi keselamatan kapal; pencegahan pencemaran dari
kapal; pengawakan kapal; garis muat kapal dan pemuatan; kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan
penumpang; status hukum kapal; manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal; dan
manajemen keamanan kapal. Pemenuhan setiap persyaratan kelaiklautan kapal dibuktikan dengan sertifikat
dan surat kapal. Kenavigasian terdiri atas sarana bantu navigasi-pelayaran; telekomunikasi-pelayaran;
hidrografi dan meteorologi; alur dan perlintasan; pengerukan dan reklamasi; pemanduan; penanganan
kerangka kapal; dan salvage dan pekerjaan bawah air
Sungai sebagai sumber air sangat penting fungsi dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat dan meningkatkan
pembangunan nasional. Dalam rangka pemanfaatan dan pelestarian sungai dipandang perlu melakukan
pengaturan mengenai sungai yang meliputi perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian
sungai dengan Peraturan Pemerintah.
Lingkup pengaturan sungai berdasarkan Peraturan Pemerintah ini mencakup perlindungan, pengembangan,
penggunaan, dan pengendalian sungai termasuk danau dan waduk. Sungai dikuasai oleh Negara, yang
pelaksanaannya dilakukan oleh pemerintah. Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab penguasaan sungai
dilakukan Menteri. Dalam rangka pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab penguasaan sungai Menteri
menetapkan : (a) Garis sempadan sungai, (b) Pengaturan daerah diantara dua garis sempadan sungai yang
ditetapkan sebagai daerah manfaat sungai dan daerah penguasaan air, dan (c) Pengaturan bekas sungai.
Garis sempadan sungai bertanggul ditetapkan dengan batas lebar sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di
sebelah luar sepanjang kaki tanggul. Garis sempadan sungai tidak bertanggul ditetapkan berdasarkan
pertimbangan teknis dan sosial ekonomis oleh Pejabat yang berwenang. Garis sempadan sungai yang
bertanggul dan tidak bertanggul yang berada di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan ditetapkan tersendiri
oleh pejabat yang berwenang.
Pembangunan bangunan sungai yang ditujukan untuk kesejahteraan dan keselamatan umum diselenggarakan
oleh pemerintah atau badan usaha milik Negara. Pembangunan bangunan sungai selain untuk tujuan
kesejahteraan dan keselamatan umum dapat dilakukan oleh badan hukum, badan sosial atau perorangan
setelah memperoleh ijin dari pejabat yang berwenang. Pembangunan bangunan sungai dilakukan berdasarkan
standar konstruksi bangunan yang ditetapkan oleh Menteri.
Pembiayaan pembangunan bangunan sungai yang ditujukan untuk kesejahteraan dan keselamatan umum
ditanggung oleh pemerintah atau badan usaha milik Negara. Pembiayaan pembangunan bangunan sungai
untuk usaha-usaha tertentu yang diselenggarakan oleh badan hukum, badan sosial atau perorangan
ditanggung oleh yang bersangkutan. Masyarakat yang secara langsung memperoleh manfaat dari
pembangunan bangunan sungai dapat diikutsertakan dalam pembiayaan untuk pembangunan bangunan
tersebut sesuai dengan kepentingan kemampuannya.
a. Setiap kapal yang melayani angkutan sungai dan danau, wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut
memenuhi persyaratan teknis/kelaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; memiliki fasilitas sesuai
dengan spesifikasi teknis prasarana pelabuhan pada trayek yang dilayani; memiliki awak kapal sesuai
dengan ketentuan persyaratan pengawakan untuk kapal sungai dan danau; memiliki fasilitas utama
dan/atau fasilitas pendukung baik bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang, barang dan/atau
hewan, sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku; mencantumkan identitas perusahaan/pemilik dan
nama kapal yang ditempatkan pada bagian kapal yang mudah dibaca dari samping kiri dan kanan kapal;
mencantumkan informasi/petunjuk yang diperlukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
b. Awak kapal yang bertugas dalam pengoperasian kapal untuk pelayanan angkutan sungai dan danau,
wajib memakai pakaian yang sopan atau pakaian seragam bagi awak kapal perusahaan; memakai kartu
tanda pengenal awak kapal sesuai yang dikeluarkan oleh perusahaan; bertingkah laku sopan dan ramah;
tidak minum minuman yang mengandung alkohol, obat bius, narkotika maupun obat lain yang dapat
mempengaruhi pelayanan dalam pelayaran; mematuhi waktu kerja, waktu istirahat dan pergantian awak
kapal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Pengusaha kapal angkutan orang di sungai dan danau yang telah memperoleh persetujuan pengoperasian
kapal, diwajibkan untuk memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam persetujuan pengoperasian
kapal; mengoperasikan kapal sesuai dengan jenis pelayanan berdasarkan persetujuan pengoperasian
kapal yang dimiliki; mengoperasikan kapal yang memenuhi persyaratan teknis/kelaikan; mempekerjakan
awak kapal yang memenuhi persyaratan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku; mematuhi waktu kerja
dan waktu istirahat bagi awak kapal; melaporkan apabila terjadi perubahan kepemilikan kapal dan/atau
domisili perusahaan/pemilik selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah terjadi perubahan;
membuat laporan kedatangan dan keberangkatan kapal kepada Kepala Pelabuhan Sungai dan Danau di
pelabuhan pemberangkatan maupun pelabuhan tujuan; menyampaikan laporan bulanan kegiatan
operasional kepada Kepala Dinas Propinsi untuk angkutan dalam trayek antar Negara dan angkutan
trayek antar Kabupaten/Kota dalam Propinsi dan antar Propinsi serta Kepala Dinas Kabupaten/Kota
untuk angkutan dengan trayek dalam Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, yang
dibuat selambat-lambatnya pada tanggal 5 bulan berikut yang merupakan rekapitulasi dari laporan
kedatangan dan keberangkatan kapal; mengumumkan jadwal perjalanan dan daftar tarif angkutan kepada
masyarakat dan menempatkan di dalam kapal yang mudah dilihat; melayani trayek sesuai dengan
persetujuan yang diberikan, dengan cara mengoperasikan kapal secara tepat waktu sejak saat
pemberangkatan, persinggahan dan sampai ke tujuan; memelihara kebersihan dan kenyamanan kapal
yang dioperasikan; memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada penumpang.
(1) Setiap kapal yang melayani angkutan sungai dan danau, wajib memenuhi persyaratan sbb :
a. Memenuhi persyaratan teknis/kelaikan sesuai ketentuan yang berlaku ;
b. Memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana pelabuhan pada trayek yang dilayani.
c. Memiliki awak kapal sesuai dengan ketentuan persyaratn pengawakan untuk kapal sungai dan
danau;
d. Memiliki fasilitas utama dan/atau fasilitas pendukung baik bagi kebutuhan awak kapal maupun
penumpang, barang dan/atau hewan, sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku;
e. Mencantumkan identitas perusahaan/pemilik dan nama kapal yang ditempatkan pada bagian kapal
yang mudah dibaca dari samping kiri dan kanan kapal;
f. Mencantumkan semua informasi/petunjuk yang diperlukan dengan bahasa Indonesia
Pasal 11
Awak kapal yang bertugas dalam pengoperasian kapal untuk pelayanan angkutan sungai dan danau, wajib:
a. Memakai pakaian yang sopan atau pakaian seragam awak kapal
b. Memakai kartu tanda pengenal awak kapal yang dikeluarkan oleh perusahaan
c. Bertingkah laku sopan dan ramah
d. Tidak minum minuman yang mengandung alkohol, obat bius, narkotika maupun obat ain yang dapat
mempengaruhi pelayanan dalam pelayaran.
e. Mematuhi waktu kerja, waktu istirahat dan pergantian awak kapal sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(1) Setiap awak kapal yang mengoperasikan kapal harus mematuhi tata cara menaikkan dan menurunkan
penumpang, barang dan/atau hewan.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara menaikan dan menurunkan penumpang, barang dan/atau
hewan sebagaimana dimaksud
Setiap kapal yang melayani angkutan penyeberangan wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memenuhi persyaratan teknis laik laut dan standar pelayanan minimal kapal penyeberangan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku;
b. memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasaranan pelbuhan pada lintas yang dilayani;
c. memiliki dan/atau memperkerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi yang diperlukan
untuk kapal penyeberangan dan dapat berbahasa Indonesia serta mengetahui kondisi wilayah operasi
yang dilayani.
d. memiliki fasilitas bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang dan kendaraan berserta muatannya
sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku;
e. mencantumkan informasi/pentunjuk yang diperlukan dengan menggunakan Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris.
Dalam pengoperasian kapal untuk pelayaran angkutan penyeberangan awak kapal yang bertugas wajib:
a. memakai pakaian seragam yang dilengkapi dengan identitas perusahaan.
b. memakai kartu tanda pengenal awak kapal sesuai yang dikeluarkan oleh perusahaan;
c. bertingkah laku sopan dan ramah;
d. tidak mengkonsumsi/menggunakan minuman yang mengandung alkohol, obat bius, narkotik maupun
obat lain yang dapat mempengaruhi pelayanan dan keselamtan dalam pelayaran.
e. mematuhi waktu kerja, waktu istirahat dan pergantian awak kapal sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
a. Meningkatkan kapasitas manajemen organisasi dan menerapkan etika profesi dengan mengutamakan
kompetensi dan profesionalisme melalui mekanisme good governance serta pencegahan kegiatan
praktek-praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme.
b. Meningkatkan citra sistem transportasi nasional melalui langkah-langkah sistematis dan
berkesinambungan untuk menurunkan angka kecelakaan transportasi melalui program road map to zero
accident dengan tiga sasaran strategis sebagai berikut :
1) Secara sistematis dan berkesinambungan melakukan pembinaan agar setiap pelaku usaha
transportasi dapat membenahi tingkat keselamatan wahana transportasi yang dioperasikan dengan
memenuhi standar keselamatan yang ditentukan (compliance to rules and regulations) sehingga
dapat menurunkan angka kecelakaan secara signifikan minimum 20% setiap tahunnya (road map to
safety).
2) Secara sistematis dan berkesinambungan meningkatkan keamanan bandar udara, pelabuhan, stasiun
kereta api, dan teminal bus dari potensi ancaman terhadap keamanan operasi moda transportasi
antara lain dengan menghilangkan ancaman sabotase dan terorisme; dengan menghilangkan potensi
kelalaian dalam penanganan barang-barang berbahaya; dengan melakukan sterilisasi bandar udara,
pelabuhan, dan stasiun kereta api dari penumpang tanpa identitas dan tanpa karcis.
3) Meningkatkan kapasitas manajemen operasi bandar udara, pelabuhan, stasiun kereta api, dan
terminal bus, serta jembatan timbang untuk menciptakan kenyamanan dan pelayanan sempurna
kepada pengguna jasa layanan jasa transportasi.
Beberapa rencana tindak yang akan dilakukan antara lain adalah penerapan manajemen keselamatan kapal;
pembatasan umur kapal maksimal 20 tahun; pembebasan tugas kepada petugas di lapangan yang melakukan
kesalahan; audit teknis terhadap kapal penumpang dan ferry pada aspek persyaratan keselamatan,
kelengkapan keselamatan, dan kompetensi SDM operator; pembangunan sarana bantu navigasi pelayaran
(SBNP); diklat teknis keselamatan; penataan dan pembenahan SDM; dan sosialisasi bidang keselamatan
pelayaran.
Berdasar pemaparan tersebut maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a. Pemerintah memiliki kewajiban untuk :
1) Menyediakan sistem transportasi nasional yang memberikan jaminan keamanan dan kenyamanan
bagi masyarakat.
2) Menyediakan sistem transportasi nasional yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dengan demikian, pemerintah wajib memberikan subsidi kepada penyedia dan pengguna jasa
transportasi.
3) Menutup pintu privatisasi dan liberalisasi bidang transportasi karena transportasi merupakan cabang
produksi strategis dan yang menguasai hajat hidup orang banyak sehingga harus dikuasai oleh
negara. Hal ini merupakan amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
pasal 33 ayat 2 dan ayat 3.
4) Mendukung dan mengembangkan keterlibatan rakyat dalam pengusahaan angkutan rakyat. Hal ini
sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 27 ayat
2 serta pasal 33 ayat 1 dan ayat 2.
5) Membuka keterlibatan rakyat dalam setiap penyusunan regulasi dalam bidang transportasi. Hal ini
sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 28.
Perusahaan angkutan penyeberangan yang melakukan usaha angkukan penyeberangan harus memenuhi
persyaratan pelayanan untuk penumpang, pemuatan kendaraan dikapal penyeberangan, kecepatan kapal dan
pemenuhan jadwal operasi kapal.
Angkutan penyeberangan yang berfungsi sebagai jembatan bergerak merupakan pergerakan penumpang dari
tempat asal ke tempat tujuan yang dapat meningkatkan kegiatan ekonomi pada daerah yang dilayani harus
mampu memberikan pelayanan yang optimal kepada penumpang yang menggunakan jasa angkutan
penyeberangan. Untuk memberikan pelayanan yang baik kepada penumpang maka harus memenuhi
persyaratan pelayanan untuk penumpang yang terdiri dari :
Persyaratan pelayanan kenyamanan penumpang berdasarkan kelas-kelas tempat duduk terdiri dari:
(i) tempat duduk kelas ekonomi;
(ii) tempat duduk kelas non – ekonomi bisnis;
(iii) tempat duduk kelas non – ekonomi eksekutif.
Tabel 2.6
Fasilitas Ruang Akomodasi Penumpang
Sistem
Tempat Urinoir/WC P. Addreser CCTV
No. Jam Belayar Kelas Sirkulasi
Dukuk/Luas M2 K.Mandi Musik Video
Udara
1 Sampai Ekonomi
dengan 1,0 Geladak Bangku/0,3 m2 Urinoir/WC Terbuka ada -
jam Terbuka
Geladak Bangku/0,3 m2 Urinoir/WC Terbuka ada -
Tertutup
Bisnis Kursi/0,4m2 Urinoir/WC Fan ada -
2 Diatas 1,0 jam Ekonomi Bangku/0,3 m2 Urinoir/WC Terbuka ada
s/d 4 jam Bisnis Kursi/0,4m2 Urinoir/WC Fan ada ada
Eksekutif K.Reklining/0,5 Urinoir/WC AC ada ada
m2
3 Diatas 4 jam Ekonomi Bangku/0,3 m2 Urinoir/WC Fan ada ada
s/d 8 jam Bisnis Kursi/0,4m2 Urinoir/WC Fan/AC ada ada
Eksekutif K.Reklining/0,5 Urinoir/WC AC ada ada
m2
4 Diatas 8 jam Ekonomi Bangku/0,3 m2 Urinoir/WC Fan ada ada
s/d 12 jam Bisnis Kursi/0,4m2 Urinoir/WC Fan/AC ada ada
Eksekutif K.Reklining/0,5 Urinoir/WC/K AC ada ada
m2 M
5 Lebih dari 12 Ekonomi Bangku/0,3 m2 Urinoir/WC Fan ada ada
jam Bisnis Kursi/0,4m2 Urinoir/WC Fan/AC ada ada
Eksekutif K.Reklining/0,5 Urinoir/WC/K AC ada ada
m2 M
Sumber : SK 73/AP005/DRJD/2003
Angkutan penyeberangan hanya mengangkut barang-barang yang melekat atau menjadi satu kesatuandengan
kendaraan pengangkutnya atau barang jinjingan yang dibawa oleh penumpang, sehingga tidak memerlukan
proses bongkar muat barang dari dan ke kapal. Sesuai dengan fungsinya tersebut angkutan penyeberangan
dalam pelayanan pemuatan kendaraan di kapal harus memenuhi persyaratan perlengkapan pintu dan ruang
kendaraan berserta fasilitasnya. Adapun persyaratan pemuatan kendaraan di kapal penyeberangan adalah
sebagai berikut:
a. Pintu Rampa :
(1) Terdiri dari 2 pintu, yang dipasang dibagian haluan dan buritan (type Ro-Ro) atau samping kiri
dan kanan yang berguna sebagai jalan keluar dan masuk kendaraan;
(2) Di lintas-lintas tertentu yang mempunyai peralatan tangga rampa samping (elevated side-ramp),
kapal yang melayani lintas tersebut harus mempunyai geladak atas untuk kendaraan (upper car
deck) dan memuat dudukan atau tumpuan untuk rampa dermaga sehingga langsung dapat
digunakan untuk jalan keluar masuk kendaraan.
Ketentuan Daya dukung tersebut harus disesuaikan dengan kapasitas lalu lintas dan angkutan serta daya
dukung jalan raya yang akan dilalui.
(1) Lantai ruang kendaraan harus dirancang mampu menahan beban kendaraan minimal JBB 17,50 ton
dan MST 8 ton untuk muatan berat atau truk, dan mampu menahan beban kendaraan minimal JBB
40 ton dan MST 10 ton Untuk kapal yang beroperasi di lintas Penyeberangan Merak-Bakauheni,
Ketapang-Gilimanuk, Padangbai-Lembar, Kahyangan-Pototano dan Bajo Eloka.
(2) Tinggi ruang kendaraan :
1) Kendaraan kecil/sedan, minimal 2,50 m;
2) Kendaraan besar/truk dan campuran minimal 3,80 ton;
3) Kendaraan trailer/peti kemas, minimal 4,70 ton
(3) Lantai ruang kendaraan dilengkapi dengan tanda jalur kendaraan yang dapat dilihat secara jelas oleh
pengemudi kendaraan dan penempatan kendaraan harus berada didalam jalur kendaraan.
(4) Jarak minimal antar kendaraan :
a. jarak antara masing-masing kendaraan pada sisi kiri dan kanan adalah 60 cm;
b. jarak antara muka dan belakang masing - masing kendaraan adalah 30 cm
c. untuk kendaraan yang sisi sampingnya bersebelahan dengan dinding kapal, berjarak 60 cm
dihitung dari lapisan dinding dalam atau sisi luar gading-gading (frame).
d. jarak sisi antara kendaraan dengan tiang penyangga (web frame) adalah 60-80 cm.
(5) antara pintu rampa haluan/buritan dengan batas sekat pelanggaran dilarang dimuati kendaraan.
(6) untuk lintas - lintas penyeberangan yang kondisi lautnya berombak kuat sehingga
membuat sudut kemiringan kapal mencapai lebih dari 100, kendaraan yang dimuat dalam kapal
harus dilengkapi dengan sistem pengikatan (lashing)
(7) ruang kendaraan yang tertutup harus disediakan lampu penerangan, sistem sirkulasi udara,
tangga/jalan masuk bagi pengemudi, serta harus ditempelkan/ditulisi tanda larangan ”DILARANG
MEROKOK”, ”PENUMPANG DILARANG TINGGAL DIRUANG KENDARAAN” serta
”DILARANG MENGHIDUPKAN MESIN SELAMA PELAYARAN SAMPAI PINTU RAMPA
DIBUKA KEMBALI ”, yang dapat terlihat jelas dan mudah dibaca.
a. Kapal pelayanan ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan pelayanan (service speed)
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) knot per jam;
b. Kapal pelayanan non-ekonomi untuk kendaraan mempunyai kecepatan pelayanan (service speed)
sekurang-kurangnya 15 (lima belas) knot per jam.
Dalam pemenuhan kecepatan pelayanan, kapal yang melayani lintas pendek dengan jarak sampai dengan
6 (enam) mil rata-rata kecepatan kapal dapat disesuaikan untuk memenuhi jadwal perjalanan kapal.
Perusahaan angkutan penyeberangan dengan dikoordinasi oleh Kepala Capang PT ASDP atau
Kepala Pelabuhan Penyeberangan wajib mengumumkan jadwal perjalanan kapal yang telah
ditetapkan pada papan pengumuman yang dipasang di dermaga dan di loket penjualan tiket.
b. Pemenuhan jadwal siap operasi (stand by) ditentukan berdasarkan pernyataan operasi dari operator
kapal dan dapat dioperasikan bila diperintahkan.
c. Pemenuhan jadwal istirahat (off) ditentukan berdasarkan laporan operator kapal dan keberadaan
kapal yang angker dikolam pelabuhan pada lintas penyeberangan yang dilayani.
d. Pemenuhan jadwal docking ditentukan oleh adanya pekerjaan docking kapal berdasarkan penetapan
jadwal dari pejabat yang mempunyai kewenangan dibidang kelaikan kapal.
Penyusunan masterplan transportasi darat tersebut secara umum berisikan uraian tentang gambaran umum
kondisi Indonesia yang akan mempengaruhi rencana transportasi darat ke depan seperti kondisi geografis
Indonesia, kondisi demografi dan perkembangan sosial budaya, dan sebagainya. Selain itu juga dikaji
produk-produk perencanaan dan hukum yang terkait dengan perencanaan transportasi darat ke depan seperti
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Sistem Transportasi Nasional, dan regulasi terkait.
Kondisi transportasi darat di Indonesia yang meliputi moda jalan, kereta api, sungai danau dan
penyeberangan serta perkotaan, serta pola perjalanan transportasi darat yang terjadi saat ini, baik untuk
penumpang maupun barang juga diuraikan untuk memberikan gambaran kondisi transportasi darat di
Indonesia saat ini. Secara detil gambaran umum transportasi darat di Indonesia ini, merupakan data dan
informasi yang menjadi dasar untuk menyusun rencana umum dan program pengembangan transportasi darat
di Indonesia.
Transportasi sungai di Indonesia umumnya digunakan untuk melayani mobilitas barang dan penumpang baik
di sepanjang sungai maupun di lintas penyeberangan sungai. Transportasi sungai relatif murah namun
pemanfaatannya makin berkurang terutama pada wilayah yang sudah dibangun jalan dan jembatan.
Penyelenggaraannya lebih banyak oleh masyarakat, dan peran pemerintah dalam investasi terutama pada
pembangunan prasarana dermaga penyeberangan sungai dan relatif sedikit jumlahnya.
Panjang sungai di Indonesia mencapai 34.342 km dari 214 buah sungai dan panjang sungai yang dapat
dilayari adalah sepanjang 23.255 km, itupun seringkali mengalami pengurangan kerana pengaruh musim.
Angkutan sungai seringkali merupakan satu-satunya alternatif bagi mereka yang tinggal di daerah terisolasi
sehingga merupakan instrumen penting dalam menanggulangi kemiskinan. Di lain sisi angkutan sungai
merupakan angkutan barang yang efisien dan berbiaya murah namun sekali lagi masih tergantung dari siklus
musim dimana panjang yang dapat dilayari akan berkurang sangat signifikan di musim kemarau. Armada
angkutan sungai saat ini mengalami penurunan sangat signifikan dengan adanya kebijakan daerah untuk
mengembangkan jaringan jalan sejajar sungai. Disisi lain masalah pembiayaan swasta yang semakin
menurun karena sulitnya akses kredit kapal, mengakibatkan semakin tingginya resiko swasta dan
implikasinya terhadap keselamatan pelayaran.
Salah atu isu strategis yang mendasari penyusunan masterplan transportasi darat adalah berkenaan dengan
semakin pentingnya aspek keselamatan dalam penyelenggaraan transportasi, termasuk transportasi sungai.
Jaringan prasarana transportasi sungai dan danau terdiri dari simpul yang berwujud pelabuhan sungai dan
danau, dan ruang lalu lintas yang berwujud alur pelayaran. Pelabuhan sungai dan danau dikelompokkan
menurut fungsi dan kapasitasnya serta kepemilikannya. Menurut fungsi dan kapasitasnya, pelabuhan sungai
dan danau terdiri dari : (a) Pelabuhan sungai dan danau utama yang melayani angkutan antar propinsi, (b)
Pelabuhan sungai dan danau pengumpul yang melayani angkutan dalam propinsi, dan (c) Pelabuhan sungai
dan danau lokal yang melayani angkutan lokal.
Menurut pengelolaannya, dikelompokkan menjadi : (a) Pelabuhan sungai dan danau nasional yaitu pelabuhan
sungai dan danau yang dikelola oleh pemerintah, (b) Pelabuhan sungai dan danau daerah yaitu pelabuhan
sungai dan danau yang dikelola oleh pemerintah propinsi atau kabupaten/kota, dan Pelabuhan sungai dan
danau khusus yaitu pelabuhan sungai dan danau yang dikelola oleh instansi, badan hokum, atau perorangan
yang digunakan hanya untuk kepentingan yang bersangkutan.
Jaringan Pelayanan adalah sebagai berikut. Pelayanan transportasi sungai dan danau untuk angkutan
penumpang dan barang dilakukan dengan kapal pedalaman umum dan kapal pedalaman khusus.
Pengangkutan penumpang dan barang dengan kapal pedalaman umum dapat dilakukan dalam trayek tetap
teratur, dan tidak tetap tidak teratur. Pengangkutan dalam trayek tetap dan teratur dikelompokkan menjadi :
trayek utama yaitu trayek yang menghubungkan antar pelabuhan sungai dan danau sebagai pusat akumulasi
dan distribusi; trayek pengumpan yaitu trayek yang menghubungkan antara pelabuhan sungai dan danau yang
berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi dengan yang bukan berfungsi sebagai pusat akumulasi dan
distribusi atau antar pelabuhan sungai dan danau yang bukan berfungsi sebagai pusat akumulasi dan
distribusi. Pengangkutan penumpang dan barang dengan trayek tidak tetap dan tidak teratur dapat dilakukan
hanya berdasarkan sewa/charter atau perjanjian lain.
Penyusunan masterplan transportasi darat meliputi penetapan visi, misi, analisis SWOT, tujuan, target,
strategi dan kebijakan. Pengertian visi adalah suatu pandangan jauh ke depan mengenai cita dan citra yang
ingin diwujudkan suatu institusi/organisasi pada masa yang akan datang, sehingga dapat menjawab
pertanyaan institusi/organisasi ingin menjadi apa? Sedangkan misi mempunyai pengertian sesuatu yang harus
diemban oleh suatu institusi/organisasi sesuai dengan visinya. Tujuan memiliki arti hasil spesifik ke depan
yang ingin dicapai suatu institusi/organisasi terkait dengan misi utamanya. Strategi adalah cara-cara yang
tepat untuk mewujudkan tujuan jangka panjang, sedangkan kebijakan adalah suatu alat yang dengan tujuan-
tujuan jangka pendek akan tercapai.
Kebijakan pengembangan transportasi sungai adalah bahwa angkutan sungai menjadi bagian penting dalam
pengembangan jaringan transportasi darat, karena pelayarannya aman, murah dan ramah lingkungan.
Meskipun angkutan sungai tidak eksis (exist) disemua propinsi di Indonesia, tetapi dibeberapa propinsi
terutama di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan dan Papua, angkutan sungai merupakan transportasi yang saat
ini dapat dihandalkan. Di Pulau Sumatera, jaringan transportasi sungai menjadi alternatif transportasi jalan
dengan titik berat untuk angkutan barang dalam jumlah besar (masal). Di Pulau Kalimantan dan Pulau Irian
Jaya peran transportasi sungai dan danau diharapkan akan sinergi dengan transportasi jalan yang akan
menjadi tulang punggung sistem transportasi serta diharapkan dapat membuka daerah terisolir.
Pengembangan jaringan transportasi sungai diprioritaskan di Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera dan Irian
Jaya, Rencana program transportasi sungai, danau dan penyeberangan disiapkan untuk mengakomodasi
rencana pengembangan transportasi sungai, danau dan penyeberangan yang ditujukan untuk angkutan barang
dan menyambung angkutan jalan yang terputus oleh perairan. Program yang direncanakan adalah penerapan
standar keselamatan dan keamanan penyelenggaraan angkutan, perencanaan jaringan, penyusunan dan
penetapan standar pelayanan dan tata operasi, pengembangan sarana-prasarana, penyusunan standar
kompetensi operator dan rencana integrasi dengan moda lain. Uraian lebih lengkap dapat dilihat dalam tabel
berikut ini.
Tabel 2.7
Rencana Program Transportasi Sungai, Danau dan Penyeberangan
Misi Tujuan Kebijakan Program
Sistem pelayanan Peningkatan keamanan dan Memberikan rasa aman, Penerapan standar
transportasi darat yang keselamatan pelayanan selamat, dan nyaman dalam keselamatan dan
aman, selamat dan mampu transportasi darat penyelenggaraan keamanana transportasi
menjangkau masyarakat dan transportasi sungai, danau, sungai, danau, dan
wilayah Indonesia dan penyeberangan penyeberangan
Pemenuhan kebutuhan Menciptakan aksesibilitas Perencanaan jaringan
prasarana dan sarana yang tinggi dengan sungai, danau, dan
transportasi darat yang transportasi sungai, danau, penyeberangan dan fasilitas
menjangkau masyarakat dan dan penyeberangan penunjangnya
wilayah Indonesia
Transportasi darat yang Perusahaan dan Mewujudkan perusahaan Penyusunan dan penetapan
berkualitas, berdaya saing operator/penyedia jasa di dan operator/penyedia jasa standar pelayanan dan tata
dan berkelanjutan transportasi darat yang transportasi sungai, danau, cara operasi sungai, danau,
memiliki kualitas prima di dan penyeberangan yang dan penyeberangan
dalam menajemen produksi berkualitas prima
: process, capacity,
inventory, workforce’s dan
quality
Meningkatkan daya saing Mewujudkan kualitas Penerapan dan penegakan
pelayanan transportasi darat pelayanan transportasi standar pelayanan pada
sehingga mampu sungai, danau dan transportasi sungai, danau,
berkompetisi dengan moda penyeberangan sesuai dan penyeberangan
lainnya dengan standar pelayanan
Pertumbuhan pembangunan Minimalisasi dampak Pengembangan sarana
transportasi darat yang negatif operasional sungai, prasarana transportasi
merata dan berkelanjutan danau, dan penyeberangan sungai, danau, dan
terhadap lingkungan penyeberangan yang ramah
lingkungan
Tata niaga dan industri Peningkatan perkembangan Terwujudnya kesempatan Menciptakan lingkungan
transportasi darat yang tata niaga yang menjamin kepada BUMN, pengusaha yang kondusif bagi
transparan dan akuntabel hak-hak pemangku swasta untuk berperan serta pengembangan angkutan
kepentingan yang dalam pelayanan angkutan sungai, danau, dan
berkeadilan sungai, danau, dan penyeberangan
penyeberangan
Perkuatan industri Menciptakan iklim kondusif Menyusun standar
transportasi darat yang pengusahaan tranportasi kompetensi pengusahaan
bertata kelola usaha yang sungai, danau, dan transportasi sungai, danau,
baik penyeberangan dan penyeberangan
Prasarana dan sarana Terciptanya pembangunan Menciptakan aksesibilitas Perencanaan integrasi
transportasi darat yang transportasi jalanyang maksimum dengan integrasi intermoda
terintegrasi dengan moda terintegrasi dengan moda intermoda
lainnya lainnya
Sumber : Diraktorat Jenderal Perhubungan Darat
Secara umum Masterplan Transportasi Darat ini telah memberikan kerangka utama dalam pengembangan
transportasi darat di Indonesia. Pengembangan yang tercakup dalam masterplan ini mempunyai kerangka
waktu 20 tahun yang terbagi menjadi 4 (empat) periode pengembangan untuk masing-masing moda (moda
Jalan, moda ASDP dan moda Perkotaan). Dalam pelaksanaannya kerangka utama yang telah disusun dalam
masterplan transportasi darat ini perlu dijabarkan dalam kebijakan-kebijakan yang lebih rinci sehingga
mudah dalam pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Untuk itu penajaman lebih lanjut dari Masterplan
Transportasi Darat ini dalam bentuk produkproduk perencanaan yang lebih rinci tetap perlu dilakukan oleh
masing-masing direktorat di dalam lingkup Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.
Keselamatan merupakan faktor yang sangat penting dalam penyelenggaraan angkutan penyeberangan. Setiap
perusahaan angkutan penyeberangan yang akan mengoperasikan kapal penyeberangan harus memenuhi
persyaratan kelaik lautan, mulai dari kontruksi kapal, awak kapal yang harus memenuhi peryaratan,
kelengkapan alat-alat keselamatan dan kelengkapan penunjangnya. Pengawasan dalam hal keselamatan kapal
penyeberangan dilakukan oleh Direktorat jenderal Perhubungan Laut (syahbandar) sesuai dengan peraturan
yang berlaku sedangkan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat hanya mengeluarkan izin operasi kapal
penyeberangan sesuai dengan wewenangnya, karena untuk mendapatkan izin operasi angkutan
penyeberangan setiap kapal penyeberangan harus memenuhi peryaratan kelaik lautan dan persyaratan
pelayanan angkutan penyeberangan.
Penerbitan surat izin belayar merupakan mekanisme pengawasan untuk meningkatkan keselamatan
dalam belayar yang sangat penting, karena setiap kapal yang berlayar harus memiliki Surat Izin Belayar
untuk kapal penyeberangan dikeluarkan oleh syahbandar.
Dalam penerbitan surat izin belayar, syahbandar tidak hanya memeriksa dokumen/surat kapal saja
namun melakukan pengecekan fisik terhadap kondisi kapal serta peralatan lain seperti alat keselamatan,
alat pemadam kebakaran, navigasi, dan sebagainya sehingga kapal yang mendapat SIB betul-betul laik
belayar.
• Ada/lengkap? • Ada/lengkap?
• Valid? • Valid?
• Up to date • Up to date
TIDAK YA
Minor Mayor
SIB
Sampai saat ini belum terdapat aspek legalitas yang mengatur persyaratan awak kapal untuk kapal sungai dan
danau. Persyaratan yang tercantum didalam KM.73/2004 yang masih sangat terbatas, sedangkan yang
bersifat menyeluruh dan lengkap belum ada. Namun pada dasarnya, dimanapun, kapal memiliki persamaan
dalam hal pengoperasian dan pengawakan, oleh karena itu akan ditinjau persyaratan untuk awak kapal laut,
baik yang berlaku secara internasional maupun yang nasional.
Berikut tinjauan mengenai hal-hal yang tercantum peraturan yang berlaku untuk awak kapal laut.
1) Mampu,
a) Melaksanakan tugas navigasi dalam tingkat penunjang;
b) Mengemudikan kapal dan mematuhi perintah-perintah kemudi dan menggunakan kompas
magnit.
c) Melakukan tugas pengamatan secara visual (penglihatan) dan audio (pendengaran) termasuk
perkiraan posisi kapal, semboyan/rambu-rambu sinar dan bunyi atau obyek-obyek lain
d) Penggunaan sistem tanda bahaya dan komunikasi internal
e) Membantu pemantauan dan pengontrolan tugas jaga yang aman
f) Mengoperasikan peralatan keselamatan dan menerapkan prosedur darurat
Sedangkan untuk Engine Watchkeeping Rating (Awak kapal bagian mesin) sesuai STCW Bab III/4,
awak kapal bagian mesin yang berdinas jaga wajib:
1) Mampu :
a) Melaksanakan tugas jaga rutin sesuai kewajiban rating bagian mesin sebagai bagian dari tugas
jaga kamar mesin
b) Memahami perintah-pertintah dan menerima pengertian yang diberikan dalam hal-hal yang
berkaitan dengan tugas-tugas jaga.
c) Menjaga dan mengoperasikan semua permesinan, dan merawat agar selalu dalam kondisi siap
operasi
d) Mengoperasikan / menggunakan alat-alat keselamatan
e) Menggunakan semua peralatan darurat dan menerapkan prosedur darurat.
f) Menggunakan system komunikasi internal yang ada
Setiap awak kapal harus memiliki Sertifikat Keahlian pelaut (certificate of competency/COC) dan
sertifikat keterampilan pelaut (certificate of proficiency/COP).
(b) Sertifikat keterampilan khusus sebagaimana dmaksud dalam Pasal 6 huruf b, terdiri dari:
Sertifikat keterampilan keselamatan kapal tangki yang terdiri dari :
i. Familiarisasi kapal tangki (tanker familiarzation);
ii. Program pelatihan tingkat lanjut tentang pengoperasian kapal tangki minyak (advance
training program on oil tanker operation);
iii. Program pelatihan tingkat lanjut tentang pengoperasian kapal tangki bahan kimia (advance
training program on chemical tanker operation);
iv. Program pelatihan tingkat lanjut tentang pengoperasian kapal tangki gas cair (advance
training program on liquefied gas tanker operation);
(c) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-ro yang terdiri:
i. Pelatihan Manajemen Pengendalian Massa (crowd management);
ii. Pelatihan Familiarisasi Kapal Penumpang Ro-Ro
iii. Pelatihan keselamatan untuk personil yang memberikan pelayanan ke penumpang di
ruang-ruang penumpang (safety training for personnel providing direct services to
passengers in passenger spaces);
iv. Pelatihan keselamatan penumpang, muatan dan kekedapan lambung (passenger safety,
cargo safety and hull integrity training);
v. Pelatihan Pengendalian Krisis dan Perilaku Manusia (crisis management
and human behavior training);
(d) Sertifikat Keterampilan Sekoci Penolong dan dan sekoci penyelamat (survival craft and rescue
boat );
(e) Sertifikat keterampilan sekoci penyelamat cepat (fast rescue boat);
(f) Sertifikat keterampilan pemadaman kebakaran lanjutan (advance fire fighting);
(g) Sertifikat keterampilan pertolongan pertama (medical first aid);
(h) Sertifikat keterampilan perawatan medis di atas kapal (medical care on board);
(i) Sertifikat keterampilan pengoperasian radar simulator dan alat bantu plotting radar otomatis
(radar observation and automatic radar plotting aid simulator/ARPA simulator).
(1) Bagi Nahkoda, Mualim atau Masinis harus memiliki sertifikat keahlian pelaut yang jenis dan
tingkat sertifikatnya sesuai dengan daerah pelayaran, tonase dan ukuran tenaga penggerak serta
memiliki sertifikat keterampilan pelaut.
(2) Bagi operator radio harus memiliki sertifikat keahlian pelaut bidang radio yang jenis dan tingkat
sertifikatnya sesuai dengan peralatan radio yang ada di kapal dan memiliki sertifikat
keterampilan pelaut.
(3) Bagi rating harus memiliki sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat keterampilan pelaut yang
jenis sertifikatnya sesuai dengan jenis tugas, ukuran dan jenis kapal serta tata susunan kapal.
Tabel 2.8
Standar Keahlian dan Keterampilan yang harus Dimiliki oleh Pelaut Bagian Dek yang Mengawaki Kapal Niaga
No Jenis Awak Kapal Standar Keahlian dan Keterampilan
1 Nahkoda dan Mualim I pada kapal ukuran 1) Sertifikat keahlian sebagai Nakhoda dan Mualim I untuk
GT 3.000 kapal ukuran GT 3.000 atau lebih;
2) Sertifikat keahlian pelaut radio elektronika, sekurang-
kurangnya sertifikat operator radio umum (ORU);
3) Sertifikat keterampilan pengoperasian radar simulator dan
alat bantu plotting radar otomatis (radar observation and
automatic radar plotting aid/ARPA), untuk yang bekerja di
kapal yang dilengkapi dengan ARPA;
4) Sertifikat keterampilan perawatan medis di atas kapal
(medical care on board);
5) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal tangki bagi yang
bekerja di kapal oil tanker/chemical carriers/gas carriers;
6) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-
ro bagi yang bekerja pada kapal penumpang Ro-ro;
7) Sertifikat keterampilan pemadaman kebakaran tingkat
lanjut (advance fire fighting);
8) Sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
2 Nahkoda dan Mualim I di kapal ukuran GT 1) Sertifikat keahlian sebagai Nakhoda dan Mualim I untuk
500 s/d kurang dari GT 3.000 kapal ukuran GT 500 s/d kurang dari GT 3.000;
2) Sertifikat keahlian pelaut radio elektronika, sekurang-
kurangnya sertifikat operator radio umum (ORU);
3) Sertifikat keterampilan pengoperasian radar simulator dan
alat bantu plotting radar otomatis (radar observation and
automatic radar plotting aid/ARPA), untuk yang bekerja di
kapal yang dilengkapi dengan ARPA;
4) Sertifikat keterampilan perawatan medis di atas kapal
(medical care on board);
5) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal tangki bagi yang
bekerja di kapal oil tanker/chemical carriers/gas carriers;
6) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-
ro bagi yang bekerja pada kapal penumpang Ro-ro;
7) Sertifikat keterampilan pemadaman kebakaran tingkat
lanjut (advance fire fighting);
8) Sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
3 Nahkoda pada kapal ukuran kurang dari GT
500
kapal yang beroperasi di daerah pelayaran 1). Sertifikat keahlian sebagai Nakhoda pada kapal ukuran GT
Indonesia 500 s/d kurang dari GT 3.000;
2). Sertifikat keahlian pelaut radio elektronika, sekurang-
kurangnya sertifikat operator radio umum (ORU);
3). Sertifikat keterampilan pengoperasian radar simulator dan
alat bantu plotting radar otomatis (radar observation and
automatic radar plotting aid/ARPA), untuk yang bekerja di
kapal yang dilengkapi dengan ARPA;
4). Sertifikat keterampilan perawatan medis di atas kapal
(medical care on board);
5). Sertifikat keterampilan keselamatan kapal tangki bagi yang
bekerja di kapal oil tanker/chemical carriers/gas carriers;
6). Sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-
ro bagi yang bekerja pada kapal penumpang Ro-ro;
7). Sertifikat keterampilan pemadaman kebakaran tingkat
lanjut (advance fire fighting);
8). Sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
kapal yang beroperasi di daerah pelayaran 1). Sertifikat keahlian Nakhoda di kapal ukuran kurang dari
lokal GT 500;
2). Sertifikat keahlian pelaut radio elektronika, sekurang-
kurangnya sertifikat operator radio umum (ORU);
3). Sertifikat keterampilan pengoperasian radar simulator dan
alat bantu plotting radar otomatis (radar observation and
automatic radar plotting aid/ARPA), untuk yang bekerja di
kapal yang dilengkapi dengan ARPA;
4). Sertifikat keterampilan perawatan medis di atas kapal
6) Bab IV pasal 10
Standar keahlian dan keterampilan yang harus dimiliki oleh pelaut bagian mesin yang mengawaki
kapal niaga adalah sebagai berikut :
Tabel 2.9
Standar Keahlian dan Keterampilan yang harus Dimiliki oleh Pelaut Bagian Dek yang Mengawaki Kapal Niaga
No Jenis Awak Kapal Standar Keahlian dan Keterampilan
1 Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) dan 1) Sertifikat keahlian sebagai Kepala Kamar Mesin dan
Masinis II (Second Engineer) pada kapal Masinis II untuk kapal dengan tenaga penggerak 3.000 KW
dengan tenaga penggerak 3.000 KW atau atau lebih;
lebih 2) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal tangki bagi yang
bekerja di kapal oil tanker/chemical carriers/gas carriers;
3) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-
ro bagi yang bekerja pada kapal penumpang Ro-ro;
4) Sertifikat pemenuhan pemadaman kebakaran lanjutan
(advance fire fighting);
5) Sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
2 Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer) dan 1) Sertifikat keahlian sebagai Kepala Kamar Mesin dan
Masinis II (Second Engineer) di kapal Masinis II untuk kapal dengan tenaga penggerak 750 KW
dengan tenaga penggerak 750 s/d 3.000 KW s/d kurang dari 3.000 KW;
2) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal tangki bagi yang
bekerja di kapal oil tanker/chemical carriers/gas carriers;
3) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-ro
bagi yang bekerja pada kapal penumpang Ro-ro;
4) Sertifikat keterampilan pemadaman kebakaran tingkat lanjut
(advance fire fighting);
5) Sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
3 Masinis yang melaksanakan tugas jaga 1) Sertifikat keahlian sebagai Masinis;
2) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal tangki bagi yang
bekerja di kapal oil tanker/chemical carriers/gas carriers;
3) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-
ro bagi yang bekerja pada kapal penumpang Ro-ro;
4) Sertifikat keterampilan pemadaman kebakaran tingkat
lanjut (advance fire fighting) bagi yang ditunjuk
bertanggung jawab dalam pengendalian pemadaman
kebakaran;
5) Sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
4 Rating bagian mesin yang melaksanakan 1) Sertifikat keahlian sebagai rating bagian mesin;
tugas jaga 2) Sertifikat keterampilan dasar keselamatan (basic safety
training);
3) Salah satu sertifikat keterampilan keselamatan kapal tangki
yaitu tanker familiarization bagi yang ditunjuk untuk
bertanggung jawab dalam penanganan muatan pada kapal
oil tanker/chemical carriers/gas carriers;
4) Sertifikat keterampilan keselamatan kapal penumpang Ro-
ro bagi yang bekerja pada kapal penumpang Ro-ro;
5) Sertifikat keterampilan pemadaman kebakaran tingkat
lanjut (advance fire fighting) bagi yang ditunjuk
bertanggung jawab dalam pengendalian pemadaman
kebakaran;
6) Sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
5 Rating bagian mesin lainnya 1) Sertifikat keterampilan dasar keselamatan (basic safety
training);
2) Sertifikat keterampilan khusus sesuai dengan jenis kapal;
3) Sertifikat kesehatan yang masih berlaku.
Bab 3
Metodologi Studi
Sebagaimana dijelaskan di dalam Kerangka Acuan Kerja, bahwa permasalahan penyusunan standar
kompetensi awak sungai dan danau saat ini telah menjadi isyu yang harus segera dibenahi. Aspek pengakuan
keberadaan atau eksistensi pada awak kapal sungai dan danau, aspek keselamatan lalu lintas sungai dan
danau, aspek pelayanan telah menjadi alasan utama segera dilakukan penyusunan standar kompetensi awak
kapal sungai dan danau.
Secara umum permasalahan kompetensi awak sungai dan danau adalah sebagai berikut :
kajian terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan sumber daya manusia baik peraturan
perundang-undangan teknis kapal sungai dan danau, serta kajian peraturan pendukung standar kompetensi
akan menjadi fokus konsultan dalam menggali informasi. Kajian standar kompetensi yang akan disusun
diharapkan dapat mengacu pada peraturan perundangan yang ada, sehingga nantinya akan dapat mendukung
dan memperkaya isi dan muatan peraturan peundangan serta turunannya.
data tentang kecelakaan lalu lintas sungai dan danau akan menjadi langkah awal dalam melakukan kajian
keselamatan transportasi sungai dan danau. Pengumpulan data terkait kecelakaan sungai dan danau akan
konsultan lakukan guna memberikan gambaran terhadap kondisi keselamatan transportasi sungai dan danau,
serta upaya-upaya apa yang telah dilakukan guna mencegah atau meminimalisir terjadinya kecelakaan
tersebut. Keselamatan transportasi tentunya akan menjadi tujuan akhir disamping pelayanan dengan adanya
penyusunan kompetensi awak sungai dan danau.
kajian teknis kapal sungai dan danau menyangkut kajian terhadap sarana dan prasarana yang ada di kapal
sungai dan danau. Sarana dan prasarana yang ada nantinya untuk menentukan komponen-komponen apa
yang akan menjadi dasar dalam menentukan tugas dan fungsi masing-masing awak kapal sungai dan danau
yang ada. Komponen-komponen tersebut tentunya akan ditangani oleh satu atau beberapa awak kapal,
sehingga nantinya akan diperlukan suatu kompetensi tertentu untuk dapat mengoperasikan masing-masing
komponen.
kajian psikologi dan pendidikan terkait dengan beberapa aspek seperti : aspek skill (kemampuan), aspek
knowledge (pengetahuan) dan aspek attitude (sikap perilaku) serta mengakomodir juga aspek habbit
(kebiasaan). Analisisi terhadap keempat aspek tersebut akan menjadi dasar dalam menyusun standar
kompetensi yang akan dimiliki oleh awak kapal sungai dan danau. Kajian tentang pendidikan dan pelatihan
juga akan dianalisis guna untuk memenuhi kebutuhan kompetensi tersebut.
kajian struktur standar kompetensi yang akan dianalisis konsultan meliputi : kajian standar kompetensi,
kajian unit kompetensi, kajian sub kompetensi, kajian kriteria unjuk kerja, kajian persyaratan unjuk kerja, dan
sampai kepada kajian acuan penilaian. Penyusunan format kompetensi tentunya juga akan dilakukan oleh
konsultan yang meliputi : kode unit, judul unit, uraian unit, sub kompetensi, kriteria unit kerja, persyaratan
unjuk kerja sampai kepada acuan penilaian.
3.1.2 Metodologi
Setelah mempelajari Kerangka Acuan Kerja yang diberikan oleh pemberi pekerjaan, konsultan mencoba
merancang metodologi dan pentahapan pekerjaan. Metodologi dan pentahapan pekerjaan yang akan
dilakukan oleh konsultan tentunya akan dijabarkan secara rinci dan detail sesuai dengan maksud, tujuan,
sasaran, hasil keluaran dan ruang lingkup studi. Metodologi dan pentahapan pekerjaan Penyusunan Standar
Kompetensi Awak Kapal Sungan dan Danau dapat disajikan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1
Metodologi & Tahapan Pekerjaan
Proses pentahapan pekerjaan agar nantinya sesuai dengan maksud, tujuan, sasaran, hasil, dan ruang lingkup
pekerjaan“Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau”, konsultan mencoba melakukan
beberapa pentahapan pekerjaan, sebagaimana dijelaskan pada sub bab berikut.
a. pemahaman secara rinci dan detail Kerangka Acuan Kerja (KAK) dan menelaah apa yang diinginkan
oleh pemberi pekerjaan, mulai dari maksud, tujuan, sasaran, hasil keluaran, ruang lingkup;
b. pengumpulan beberapa literatur yang terkait dengan paket pekerjaan, seperi beberapa regulasi tentang
peraturan perundangan seperti UU Pelayaran, Peraturan Pemerintah, dan Keputusan Menteri, beberapa
studi yang terkait dan pernah dilakukan sebelumnya;
c. pengumpulan beberapa referensi dari beberapa negara sebagai bahan kaji banding;
d. penyusunan metodologi dan pentahapan pekerjaan;
e. pengenalan awal secara umum terhadap permasalahan kompetensi awak kapal sungai dan danau;
f. perencanaan pengumpulan data sekunder dan survei lapangan secara detail akan dilakukan pada tahap
ini. Termasuk di dalam pekerjaan ini ialah pengorganisasian dan mobilisasi personel yang akan terlibat
di dalam pekerjaan.
Data Sekunder
Beberapa data sekunder yang berhubungan dengan Penyusunan Estándar Kompetensi Awaka Kapal Sungai
dan Danau yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Kebutuhan Data Sekunder
No Data Sekunder Sumber Keterangan
1 Peraturan Perundang-undangan di Dephub Data awal
bidang Pelayaran, Sungai dan Danau
2 Master Plan Perhubungan Darat (SDM Dephub Data awal
Sungai dan Danau)
3 Peraturan Daerah di bidang sungai dan Dishub Data awal
danau Provinsi/Kabupaten/Kota
4 Studi terkait Dephub, Dishub Data awal
Provinsi/Kabupaten/Kota
5 Karaktersitik Operasional sungai dan Dephub, Dishub Data awal
danau Provinsi/Kabupaten/Kota
6 Data Kecelakaan Lalu lintas sungai dan Dephub, Dishub Data awal
danau Provinsi/Kabupaten/Kota
6 Best Practice Kompetensi Awak Kapal Literatur, website Data awal
Sungai dan Danau
Survei Primer
Survei primer dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan. Perencanaan survei yang
matang (persiapan formulir, uji coba formulir, dan pilot survey) diperlukan sebelum dilakukan survei primer
sesungguhnya. Dengan cara seperti itu akan diketahui kendala-kendala yang nantinya akan muncul di
lapangan, sehingga akan dapat mudah melakukan antisipasi.
Survei Pendahuluan
Arahan yang jelas diperlukan kepada para surveior yang akan turun ke lapangan, seperti penjelasan cara
pengisian formulir survei, sehingga nantinya diharapkan data yang diambil akan benar-banar akurat dan
dapat digunakan sebagai bahan analisis. Disamping itu pengenalan kondisi lapangan juga diperkenalkan
kepada surveior. Maksud pelaksanaan survei pendahuluan adalah :
a. menyiapkan perlengkapan survei, yang mencakup peta lokasi dan formulir survei.
1) Survei inventarisasi jaringan pelayanan dan jaringan prasarana sungai dan danau
Umum
Tujuan survei inventarisasi untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya tentang jaringan pelayanan dan
jaringan prasarana angkutan sungai dan danau yang ada di lokasi kajian (Banjarmasin, Balikpapan, dan
Medan).
Target data
a. jaringan pelayanan yang melayani lokasi kajian, seperti : jumlah trayek yang melayani, jumlah armada
yang diizinkan beroperasi, kapasitas angkut masing-masing trayek, dan jenis sarana angkutan yang
dioperasikan;
b. jaringan prasarana yang mendukung terselenggaranya jaringan pelayanan, seperti : lokasi-lokasi terminal
penumpang dan titik-titik pemberhentian (halte/shelter);
Teknik Survei
Metoda survei inventarisasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan
dengan melakukan pencatatan jenis, pola, dan jaringan pelayanan yang melayani, seperti (pencatatan jenis
dan jumlah trayek, jumlah armada yang melayani, jenis armada yang digunakan, kapasitas angkut),
pencatatan jaringan prasarana (titik-titik lokasi terminal, halte/shelter).
2) Survei Inventarisasi Sumber Daya Manusia Awak Kapal Sungai dan Danau
Umum
Tujuan survei inventarisasi sumber daya manusia awak kapal sungai dan danau untuk mengetahui kondisi
yang sebenarnya tentang jenis awak kapal yang mengoperasikan pelayanan, kuantitas, kualitas, tugas pokok
dan fungsi serta beben kerja masing-masing awak kapal sungai dan danau di lokasi kajian.
Target data
a. mendapatkan informasi tentang jenis awak kapal sungai dan danau yang mengoperasikan kapal;
b. mendapatkan informasi tentang kuantitas dan kualitas awak kapal sungai dan danau yang
mengoperasikan pada masing-masing pelayanan yang ada di lokasi kajian;
c. mendapatkan informasi tentang tugas, pokok, dan fungsi dari masing-masing awak kapal sungai dan
danau;
d. mendapatkan informasi tentang beban kerja masing-masing awak kapal sungai dan danau.
Teknik Survei
Metoda survei inventarisasi yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengamatan langsung ke lapangan
dengan melakukan pencatatan dan pengisisn formulir yang terkait dengan jenis awak kapal, kuantitas dan
kualitas awak kapal, tugas pokok dan fungsi, serta beban kerja masing-masing awak kapal sungai dan danau.
Survei preferensi dilakukan dengan menggunakan pertanyaan terbuka (revealed preference) untuk
mengetahui keiginan dan harapan pengguna dan penentu kebijakan terhadap kompetensi awak kapal sungai
dan danau.
Beberapa data sekunder dan perolehan data primer kemudian dikompilasi dan diolah, sehingga akan
mendapatkan informasi atau kajian awal tentang :
Di dalam tahapan ini akan dilakukan sintesis terhadap data baik yang didapat dari data sekunder maupun
survei-survei primer. Data dan informasi tersebut akan dipergunakan didalam rangka perumusan penyusunan
standar kompetensi awak kapal sungai dan danau.
Sebagaimana Kerangka Acuan Kerja, maka tahapan analisis yang akan dilakukan meliputi analisis kajian
peraturan perundang-undangan, kajian keselamatan transportasi angkutan sungai dan danau, kajian teknis
kapal sungai dan danau, kajian psikologi dan pendidikan, kajian struktur standar kompetensi awak kapal
sungai dan danau.
Konsep dasar Standar Kompetensi ditinjau dari segi etimologi terbentuk atas kata “Standar” dan
“Kompetensi”. Kata “standar” diartikan sebagai ukuran atau patokan yang disepakati. Sedangkan kata
“kompetensi” adalah kemampuan melaksanakan tugas-tugas di tempat kerja yang mencakup penerapan
keterampilan yang didukung oleh pengetahuan dan sikap sesuai dengan kondisi yang disyaratkan. Dari
pengertian kedua kata tersebut, maka standar kompetensi diartikan sebagai suatu ukuran atau patokan tentang
pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang harus dimiliki oleh seseorang untuk mengerjakan suatu
pekerjaan atau tugas sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Standar kompetensi tidak berarti hanya kemampuan menyelesaikan suatu tugas, tetapi dilandasi pula
bagaimana serta mengapa tugas itu dikerjakan. Dengan kata lain, standar kompetensi meliputi faktor-faktor
yang mendukung seperti pengetahuan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal
di tempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan kemampuan dan pengetahuan pada situasi dan
lingkungan yang berbeda. Standar kompetensi merupakan rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki
seseorang untuk melakukan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja, sesuai dengan kriteria unjuk kerja yang dipersyaratkan.
Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang maka yang bersangkutan akan memahami :
Standar kompetensi dapat dimanfaatkan pada lembaga pendidikan dan pelatihan, perusahaan, dan lembaga
sertifikasi profesi.
Standar kompetensi dimanfaatkan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum dan pengembangan
pengajaran, sekaligus mendorong konsistensi dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, serta
menetapkan kualifikasinya.
Struktur standar kompetensi pada setiap unit kompetensi minimal memuat unsur-unsur sebagai berikut :
+ Kode unit
+ Judul unit
+ Deskripsi unit
+ Elemen kompetensi
+ Kriteria unjuk kerja
+ Batasan Variabel
+ Panduan Penilaian
Pada rumusan unit kompetensi juga dimasukkan tingkat kompetensi kunci dan bobotnya.
Kode Unit
Kode unit dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengolahannya. Kode unit terdiri dari beberapa huruf
dan angka yang disepakati oleh pengembang.
Judul Unit
Judul memberikan penjelasan umum tentang pekerjaan yang harus dilakukan di tempat kerja atau
menjelaskan suatu pekerjaan yang akan dilakukan. Judul ditulis dengan mengarah pada hasil yang ingin
dicapai dan harus ditulis singkat, jelas dan menggunakan kata kerja aktif.
Deskripsi Unit
Uraian memberikan gambaran singkat kegunaan unit kompetensi tersebut dan kemungkinan hubungan
dengan kompetensi yang lain (bila ada)
Elemen Kompetensi
Elemen kompetensi merupakan dasar pembentukan bangunan unit kompetensi atau merupakan unsur/aspek
utama yang dibutuhkan untuk tercapainya unit kompetensi tersebut.
Batasan Variabel
Menjelaskan konteks unit kompetensi dengan kondisi pekerjaan unit yang akan dilakukan, prosedur atau
kebijakan yang harus dipatuhi pada saat melakukan pekerjaan tersebut serta informasi tentang peralatan dan
fasilitas yang diperlukan.
Panduan Penilaian
Panduan penilaian berisi tentang penjelasan pelaksanaan pengujian dan unit kompetensi yang mungkin
dipersyaratkan. Acuan penilaian sebagai indikator kompetensi dapat memberikan :
+ aspek dari kompetensi yang perlu diberikan tekanan pada saat penilaian,
+ penilaian apa yang perlu dilakukan bersamaan,
+ pengetahuan yang diperlukan, terkait, dan mendukung tercapainya kompetensi tersebut,
+ penjelasan tentang metode penilaian
Berdasar pada berbagai referensi dan pertimbangan keterbacaan kemudahan dalam penggunaannya,
disepakati struktur standar kompetensi sebagaimana digambarkan pada gambar 3.2 berikut :
STANDAR KOMPETENSI
Sejumlah unit kompetensi yang
diperlukan untuk melaksanakan
melakukan pekerjaan tertentu
UNIT KOMPETENSI
Merupakan uraian fungsi dan tugas
atau pekerjaan yang mendukung
tercapainya standar kompetensi
SUB KOMPETENSI
Merupakan sejumlah fungsi tugas
atau pekerjaan yang mendukung
ketercapaian unit kompetensi dan
merupakan aktivitas yang dapat
diamati
KRITERIA UNJUK KERJA
Merupakan pernyataan sejauh
mana subkompetensi yang
dipersyaratkan tersebut terukur
berdasarkan pada tingkat yang
diinginkan
PERSYARATAN UNJUK KERJA
Gambar 3.2
Pernyataan‐pernyataan kondisi
Struktur Standar Kompetensi
atau konteks dimana kriteria unjuk
kerja tersebut diaplikasikan
3. Kedudukan Standar Kompetensi dalam Pengembangan SDM
Pada dasarnya Standar Kompetensi suatu bidang keahlian, merupakan salah satu sub sistem dari Sistem
Pengembangan Sumber daya Manusia yang ACUAN PENILAIAN
memberikan informasi tentang standar minimal kompetensi yang
Pernyataan‐pernyataan kondisi
dibutuhkan oleh suatu sektor industri atau usaha. Skematik kedudukan standar kompetensi tersebut
atau konteks sebagai acuan dalam
diilustrasikan dengan bagan sebagaimana gambar 3.3 berikut :
melaksanakan penilaian
BADAN OTORITAS NASIONAL
DALAM BIDANG DIKLAT DARI
INTERDEP DAN INDUSTRI SEBAGAI
PENGARAH KEBIJAKAN NASIONAL
PENGEMBANGAN STANDAR
KOMPETENSI BERDASAR PADA
KEBUTUHAN INDUSTRI/USAHA
PT.. Arun Prakarsa Inforindo OLEH KELOMPOK PROFESI 3-8
Konsep Laporan Akhir
Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau
Gambar 3.3
Skematik Kedudukan Standar kompetensi
Kode Unit
Terdiri dari berapa huruf dan angka yang disepakati oleh para pengembang dan industri terkait
Judul Unit
Merupakan fungsi tugas/pekerjaan suatu unit kompetensi yang mendukung sebagian atau keseluruhan standar
kompetensi. Judul unit biasanya menggunakan kalimat aktif yang diawali dengan kata kerja aktif
Uraian Unit
Penjelasan singkat tentang unit tersebut berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilakukan
Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja
Merupakan elemen-elemen yang dibutuhkan Pernyataan-pernyataan tentang hasil atau output yang
untuk tercapainya unit kompetensi tersebut di diharapkan untuk setiap elemen/Sub Kompetensi
atas (untuk setiap unit biasanya terdiri dari 2 yang dinyatakan dalam kalimat pasif dan terukur
hingga 6 Sub Kompetensi)
Persyaratan Unjuk Kerja
Menjelaskan kontek unit kompetensi dengan kondisi pekerjaan unit yang akan dilakukan, prosedur atau
kebijakan yang harus dipatuhi pada saat melakukan pekerjaan tersebut serta informasi tentang peralatan dan
fasilitas yang diperlukan
Acuan Penilaian
+ Menjelaskan prosedur penilaian yang harus dilakukan
+ Persyaratan awal yang mungkin diperlukan sebelum menguasai unit yang dimaksud tersebut
+ Informasi tentang pengetahuan yang diperlukan terkait dan mendukung tercapainya kompetensi
dimaksud
+ Aspek-aspek kritis yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi yang dimaksud
+ Pernyataan tentang jenjang/level kompetensi unit yang dimaksud
5. Kunci Kompetensi
Yang dimaksud dengan kompetensi kunci adalah kemampuan kunci atau generik yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Kompetensi-kompetensi kunci tersebut diformulasikan ke dalam
unit-unit kompetensi, dimana jumlah dan komposisi kompetensi kunci yang dibutuhkan tergantung dari
tingkat kesulitan unit kompetensi dimaksud.
Berdasarkan pada rangkuman dari referensi yang ada, dirumuskan terdapat 7 (tujuh) kompetensi kunci
sebagai berikut :
Level kompetensi adalah pengelompokan unit-unit kompetensi berdasarkan pada tingkat kesukaran atau
kompleksitas serta tingkat persyaratan yang harus dipenuhinya. Diskripsi level unit kompetensi sebagai
berikut :
Level 1
Pada level ini seseorang dituntut mampu melaksanakan tugas/pekerjaan yang bersifat rutin berdasar pada
pemahaman prosedur/instruksi kerja dibawah pengawasan atasan langsung.
Level 2
Pada level ini seseorang dituntut mampu melaksanakan tugas/pekerjaan yang bersifat rutin berdasar pada
penerapan prosedur/instruksi dan melaksanakan tugas dan pekerjaan yang menuntut adanya :
+ kemampuan analisa masalah.
+ kemampuan pemecahan masalah
+ kemampuan mengajukan gagasan kepada atasan.
Level 3
Pada level ini seseorang dituntut mampu melaksanakan tugas/pekerjaan yang bersifat rutin berdasar pada
prosedur/instruksi dan melaksanakan tugas dan pekerjaan yang menuntut adanya :
+ kemampuan analisa masalah.
+ kemampuan pemecahan masalah
+ kemampuan mengajukan gagasan kepada atasan.
+ kemampuan memberikan bimbingan dan supervisi kepada bawahannya
Kompetensi mencakup melakukan sesuatu, tidak hanya pengetahuan yang pasif. Seorang karyawan mungkin
pandai, tetapi jika mereka tidak meterjemahlkan kepandaiannya ke dalam perilaku di tempat kerja yang
efektif, kepandaian tidak berguna. Jadi kompetensi tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan.
Kebingungan yang banyak terjadi dengan kompetensi adalah pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills),
sikap (attiudes), dan sifat-sifat pribadi lain (KSAs). Apakah KSAs sama dengan kompetnsi kerja? Kravetz
menyatakan tidak sama, walaupun terdapat hubungan antara KSAs dan kompetensi, ada perbedaan tertentu
antara mereka. Tabel di bawah ini memperlihatkan pebedaan-perbedaan kunci :
Suatu kompetensi adalah apa yang seorang karyawan mampu kerjakan untuk mencapai hasil yang diinginkan
dari satu pekerjaan. Kinerja atau hasil yang diinginkan dicapai dengan perilaku ditempat kerja yang
didasarkan pada KSAs. ditunjukkan dengan kerangka berikut :
Dari kerangka di atas dapat diketahui bahwa secara teoritis KSAs adalah sebagai dasar perilaku di tempat
kerja, sedangkan perilaku di tempat kerja yang mengandung unsur-unsur KSAs menghasilkan kinerja. Untuk
praktik, seuatu pekerjaan spesifik harus diidentifikasi kriteria-kriteria utamanya yang kemudian dijabarkan ke
dalam dimensi-dimensi dan indikator-indikator kinerja kunci yang harus dicapai berdasarkan standar kinerja
yang telah ditetapkan. KSAs di sini adalah merupakan dasar kompetensi kerja yang merupakan kemampuan,
kemauan, dan sikap untuk mencapai strandar kinerja yang telah dietapkan dalam setiap pekerjaan spesifik.
Kemampuan, kemauan, dan sikap ini dapat diamati dalam perilaku di tempat kerja dalam seseorang
melaksanakan pekerjaannya.
Misalnya, Motivasi sesungguhnya tidak lain adalah sikap seseorang dalam bekerja di tempat kerja, seperti
bersemamgat, tekun, ulet, yang tidak dapat diamati di luar tempat kerja. Dasar motivasi adalah kebutuhan-
kebutuhan manusia, yang menimbulkan dorongan atau tidak untuk berperilaku tertentu.
Kepemimpinan tidak lain adalah KSAs, artinya mengandung unsur-unsur pengetahuan, ketrampilan, dan
sikap dalam proses mempengaruhi orang-orang lain. Komunikasi sebagai bidang ilmu pemahaman juga
mengandung KSAs, artinya untuk berkomunikasi yang efektif harus memiliki pengetahuan, ketrampilan dan
sikap yang etis. Jadi tidak ada pekerjaan apapun yang tidak mengandung KSAs, hanya berbeda dalam
proporsinya saja.
Dalam bidang pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah sampai pendidikan tinggi memerlukan
adannya keterkaitan dan kesesuaian antara lembaga pendidikan dan dunia kerja (link antara University &
Industry). Sebagai konsekwensinya, kurikulum-bebasiskan-kompetensi harus dirancang berdasarkan pada
praktik-praktik dalam industri, sebaliknya praktek-praktek dalam industri seharusnya didasarkan pada KSAs
yang telah diperoleh dari lembaga pendidikan. Di Indonesia, ini berarti perlu adanya kerjasama antara badan
yang mempunyai otoritas dalam penysunan kurikulum berbasiskan kompetensi deangan badan yang
mempunyai otoritas menentukan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia, yang berwewnang
memberikan sertifikasi profesi.. Jika tidak, maka ”kurikulum-berbasiskan-kompetensi” kemungkinan besar
tidak akan sesuai dengan standar kompetensi kerja dalam industri. Berarti krikulum-berbasiskan-kompetensi
tidak mampu menyediakan SDM yang ”siap pakai”.
Kompetensi kerja secara teoritis dipengruhi oleh faktor-faktor seperti pelatihan, pengembangan karir,
imbalan berdasarkan kompetensi, seleksi, petunjuk strategik, yang dapat dilihat dari gambar di bawah ini.
Secara lebih detail model job competency dapat dijelaskan pada alur pikir sebagaimana gambar 3.4 berikut.
Pengukuran
Kinerja
Evaluasi
Pengembangan
Karier
Ki j
Job Competencies
Penilaian Pendidikan &
Modal Manusia Pelatihan
Gambar 3.4
Seleksi Model Job Competencies Pembayaran
Kompetensi
3.1.7 Tahap Finalisasi
Evaluasi
Pekerjaan/Uraian
Tahap terakhir dari pekerjaan ini merupakan tahap penyusunan finalisasi. Pada tahap ini rangkaian diskusi
baik dengan pihak pelaksana maupun dengan pihak penentu kebijakan akan dilakukan, sehingga nantinya
muncul kesepakatan-kesepakatan dalam menetapkan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau.
Sebagaimana dijelaskan di dalam Kerangka Acuan Kerja, jenis kegiatan yang dilakukan untuk paket
pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
a. melakukan pendalaman materi hasil studi sebelumnya yang berkaitan dengan Angkutan Sungai Danau
dan Penyeberangan
b. mengumpulkan dan melakukan kajian referensi yang sesuai, baik dari dalam maupun dari luar negeri
untuk melengkapi materi, serta melakukan kaji banding (benchmarking) sehingga komprehensif dan
representatif yang sesuai dengan kondisi di Indonesia
c. melakukan penelitian dan pengambilan data yang berkaitan dengan Awak dan Angkutan Sungai Danau
dan Penyeberangan di beberapa kota (Banjarmasin, Balikpapan, dan Medan)
d. secara garis besar Standar Kompetensi bagi Awak Kapal Sungai dan Danau terdiri dari 3 aspek yaitu
aspek skill (kemampuan), aspek knowledge (pengetahuan) dan aspek attitude (sikap perilaku) serta
mengakomodir juga aspek habbit (kebiasaan)
e. melakukan survey terhadap awak kapal sungai dan danau untuk menambah bahan kajian
f. penyusunan Standar Kompetensi bagi Awak Kapal Sungai dan Danau
g. menyelenggarakan seminar sehari dengan mengundang para stakeholder untuk mendapatkan masukan-
masukan yang berguna melengkapi konsep Laporan Akhir
Lingkup pekerjaan tersebut harus disusun secara sistematis ke dalam jenis-jenis kegiatan dan tahapan-
tahapan penyelesaian pekerjaannya. Jenis-jenis kegiatan dan tahapan penyelesaian pekerjaannya sebagaimana
dijelaskan di dalam sub bab berikut.
Sebagai tahap awal melakukan kegiatan studi adalah melakukan persiapan-persiapan kegiatan yang antara
lain meliputi proses surat-menyurat, komunikasi dan perizinan pelaksanaan survei. Termasuk di dalam
tahapan persiapan ini juga dilakukan pekerjaan pengembangan metodologi studi dan penyusunan rencana
pengumpulan data sekunder dan primer.
Setelah tahap persiapan dilakukan, maka dimulai tahapan-tahapan pekerjaan. Tahapan pekerjaan yang dapat
dilakukan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja meliputi pendalaman materi studi sebelumnya,
mengumpulkan dan melakukan kajian referensi, melakukan pengumpulan data, menganalisis penyusunan
standar kompetensi awak kapal sungai dan danau dan tahap terakhir ialah tahap finalisasi/rekomendasi.
Bab 4
Kajian Teoritis
4.1 Umum
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung
yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya kelaut melalui sungai
utama.Wilayah tersebut dinamakan daerah tangkapan air (DTA) / catchment area , yang merupakan suatu
ekosisitem dengan unsur utamanya terdiri atas sumber daya alam (tanah, air dan vegitasi) dan sumber daya
manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam.
1. Ekosistem DAS
Ekosisitem adalah suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang beritegrasi sehingga
membentuk satu kesatuan, yang mempunyai sifat tertentu tergantung pada jumlah dan jenis komponen (biotis
dan abiotis) yang menyusunnya.
2. Komponen-komponen ekosistim DAS; Desa, sawah/ladang, sungai dan hutan, sebagai hubungan timbal
balik.
3. Sistem hidrologi dalam ekosistem das; Karakteristik biofisik DAS seperti; -jenis tanah, tata guna lahan,
topografi, kemiringan dan panjang lereng tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap besar
kecilnya evapotranspirasi, infiltrasi, perkolasi, air larian, aliran permukaan, kandungan air tanah dan
aliran sungai.
Pola drainase dan urutan sub-das; Sistem drainase sepintas nampak seperti percabangan pohon (dendritik).
Jaringan aliran sungai yang dikenal seperti; - dendritic horizontal rock, bentuk cabang yang melingkar dan
ranting yang menyatu. - dendritic crystaline rock, cabang dengan ranting-ranting yang menyerupai garis
cristal. - rectangular, cabang yang berbentuk empat persegi. - trellis, bentuk cabang dengan anak sungai
langsung mengalir ke induknya. - radial, arah sungai seolah-olah memusat ke satu titik yang kadangkala
menyerupai kipas atau lingkaran. - annular. cabang sungai seperti memusat namun dengan arah yang tidak
beraturan.
Tabel 4.1
Jenis Ukuran Kapal
UKURAN
DRAFT
JENIS ANGKUTAN LAUT KAPAL L (o,a) B (mld)
DRAUGHT
(DWT)
• Muatan umum 2.350 79,1 14,20 4,7
• Regional 3.000 100 16.00 5.2
• Muatan konvensional 18.000 170.0 26.00 10.00
• Muatan peti kemas (kontener) 22.000 210.00 30.50 9.50
• Curah khusus 40.000 200.00 32.00 11.00
• Tanki minyak 40.000 200.00 32.00 11.00
.
Alur pelayaran sungai atau yang lebih dikenal sebagai alur pelayaran pedalaman (Inland Waterways)
mempunyai karakteristik khusus yang sangat berbeda dengan alur pelayaran laut baik pelayaran menyusuri
pantai (Off Shore) maupun pelayaran di laut terbuka (Open Sea).
Umumnya trayek perjalanan menggunakan alur sungai cukup panjang, lama dan melelahkan. Oleh karena
kondisi demikian itulah, maka pada alur pelayaran sungai yang digunakan sebagai prasana transportasi ini
terdapat daerah – daerah rawan kecelakaan, meskipun dari data yang ada, jumlah kejadian kecelakaan tidak
signifikan. Namun demikian, bila terjadi kecelakaan pada alur sungai akan dapat mengakibatkan fatal
terhadap kegiatan ekonomi kota tempat tujuan pelayaran disepanjang sungai tersebut, mengingat komoditi
yang diangkut melalui alur pelayaran sungai adalah komoditi yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat.
Pada kondisi demikian itulah, maka di alur pelayaran danau yang digunakan sebagai prasana transportasi
juga terdapat daerah – daerah rawan kecelakaan, meskipun dari data yang ada, jumlah kejadian kecelakaan
tidak terlalu banyak. Namun kecelakaan yang pernah terjadi pada alur danau mengakibatkan banyak korban
jiwa dan fatal terhadap kegiatan ekonomi pada tempat tujuan pelayaran disekitar danau tersebut, serta supply
bahan makanan menjadi terganggu mengingat muatan yang diangkut melalui alur pelayaran danau adalah
muatan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat disekitar danau tersebut.
Menurut buku Basic Safety Training Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran – Jakarta tahun 2000 dijelaskan bahwa
jenis – jenis kecelakaan yang mungkin terjadi dalam kegiatan transportasi air dibedakan atas :
a. Kebakaran (Fire)
b. Kebocoran (Leaking)
c. Orang Jatuh ke air (Man Overboard)
d. Pencemaran Lingkungan (Pollution Environment)
Terjadinya kecelakaan yang disebabkan oleh faktor eksternal pada umumnya sangat berkaitan dengan lokasi
terjadinya kecelakaan. Lokasi terjadinya kecelakaan sangat dipengaruhi oleh karakteristik alur pelayaran
ditempat tersebut.
Kedalaman alur pelayaran yang tidak sama merupakan penyebab terjadinya kapal kandas (grounding).
Akibat lanjutan dari kapal yang kandas adalah kemungkinan kapal akan terbalik (Capsize) bila stabilitas
kapal tidak terjaga.
Menurut konvensi Internasional tentang Collission Regulation 1972 dijelaskan bahwa lalu lintas yang ramai
dan padat juga dapat menimbulkan resiko terjadinya tubrukan antar kapal. Adanya kapal yang membuang
jangkar menunggu giliran mendapat dermaga di tempat – tempat yang tidak semestinya menimbulkan resiko
ditubruk oleh kapal lain yang melintas. Pandangan operator kapal yang terbatas sangat rawan terhadap resiko
terjadinya tubrukan antar kapal .(Collission Regulation 1972). Terjadinya peningkatan kekuatan arus
menyebabkan pengendalian kapal menjadi lebih sulit, hal ini mempunyai resiko terhadap terjadinya kapal
kandas. Kurang tersedianya rambu–rambu Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) menyebabkan daerah
tersebut menjadi black area untuk dilayari,hal demikian menjadikan daerah tersebut menjadi daerah yang
rawan terhadap terjadinya kecelakaan angkutan sungai. Adanya balok kayu atau sampah yang bergerak liar di
permukaan sungai maupun danau beresiko tertubruk kapal yang sedang melintas. Bila kapal melintas dengan
kecepatan tinggi, maka lambung kapal akan bocor dan dapat menyebabkan kapal tenggelam
Pengertian kompetensi dapat dijelaskan secara sederhana sebagai kemampuan manusia yang ditemukan dari
praktek dunia nyata dapat digunakan untuk membedakan antara mereka yang sukses (‘superior’) dengan
yang biasa-biasa saja di tempat kerja. Kompetensi seseorang dapat ditunjukkan dengan hasil kerja atau karya,
pengetahuan, keterampilan, perilaku, karakter, sikap, motivasi dan/atau bakatnya. Untuk membedakan
penyanyi dan pelukis yang superior dengan rata-rata, misalnya, dapat dilihat dari karyanya, yaitu album dan
lukisannya. Sedangkan untuk membedakan juru-taksir (“appraisal”) superior dengan rata-rata, yang tugas
utamanya memberikan estimasi harga suatu barang, adalah pengetahuannya akan harga barang. Sedangkan
yang membedakan tukang las superior, misalnya: “over head welder” dengan yang rata-rata adalah
ketrampilannya menggunakan peralatan las untuk posisi dan tempat kerja yang sangat sulit, seperti
kemampuan melas posisi di atas kepala. Dari contoh-contoh di muka ditemukan bahwa yang membedakan
antara mereka yang berkinerja superior dengan yang rata-rata bukan semata tingkat intelegensi dan nilai
akademis yang dimilikinya. Spencer (1993:9) mendefinisikan kompetensi “an underlying characteristic of
individual that is causally related to criterion-referenced effective and/or superior performance in a job or
situation”. Sebagai karakteristik individu yang melekat kompetensi merupakan bagian dari kepribadian
individu yang relatif dalam dan stabil, dan dapat dilihat serta diukur dari perilaku individu yang
bersangkutan, di tempat kerja atau dalam berbagai situasi. Untuk itu kompetensi seseorang mengindikasikan
kemampuan berperilaku seseorang dalam berbagai situasi yang cukup konsisten untuk suatu perioda waktu
yang cukup panjang, dan bukan hal yang kebetulan sesaat semata. Kompetensi memiliki persyaratan yang
dapat digunakan untuk menduga yang secara empiris terbukti merupakan penyebab suatu keberhasilan.
(sumber:BKN)
Skill dan knowledge dipertimbangkan sebagai karakteristik penting yang dibutuhkan setiap orang agar efektif
dalam pekerjaan. Contohnya efektifitas dalam memecahkan masalah. Sedangkan tiga fokus kompetensi
lainnya tidak dapat diukur secara langsung. Kategori tersebut harus disimpulkan dari tingkah laku dan
karakteristik, yang dapat disimpulkan dari tingkah laku dan karakteristik menjadi kompetensi yang berbeda,
faktor kritis yang membedakan kinerja superior dan kinerja dalam setting tim.
2. Dimensi Kompetensi
a. Memimpin perubahan, yaitu menggunakan inisiatif dan pengaruh terhadap hal lain untuk menuju hasil
dan mempromosikan peningkatan.
b. Membangun gerakan kerja yang lebih efektif, yaitu pelatihan pengembangan individu dan meningkatkan
kapabilitas operasional, proyek, atau fungsi lintas tim untuk meningkatkan hasil.
c. Tehnis dan sistem bisnis, yaitu mendapatkan dan mengaplikasikan keluasan dan kedalaman
pengetahuan, skill, dan pengalaman untuk meniingkatkan tantangan fungsi.
d. Melaksanakan dengan cara yang tepat, yaitu dengan pemodelan, pembelajaran, dan pelatihan nilai-nilai
perusahaan.
3. Menganalisis Kompetensi
a. Personal karakteristik. Dalam dunia kerja, karakteristik yang relevan bagi seseorang adalah integritas,
kedewasaan dalam menilai, fleksibel, dan menghormati orang lain. Para pegawai harus mampu
menerjemahkan karakter-karakter tersebut ke dalam peningkatan kompleksitas dan ketidakpastian dunia
kerja.
b. Visionari, merupakan level tertinggi dalam kompetensi. Hal ini harus diaplikasikan pada perspektif yang
lebih global. Mengambil inisiatif dalam menggerakkan organisasi dan mampu mengartikulasikan pada
trend organisasi sesuai segmentasi pasar, kejadian dunia, dan pada komunitas lokal.
c. Spesifikasi organisasi. Diantara klasifikasi di atas yang ada dalam bagian organisasi dan bagian fungsi
dimana hal tersebut diaplikasikan.
Sebagai karakteristik individu yang melekat, kompetensi nampak pada cara berperilaku di tempat kerja
seseorang. Spencer (1993:9-23) mengemukakan kompetensi dapat bersumber dari lima jenis sumber
kompetensi yang berbeda, yaitu:
a. Motif. Sesuatu yang secara konsisten menjadi dorongan, pikiran atau keinginan seseorang yang
menyebabkan munculnya suatu tindakan. Motif akan mengarahkan dan menyeleksi sikap menjadi
tindakan atau mewujudkan tujuan sehingga berbeda dari yang lain.
b. Karakter (trait) dan unsur bawaan. Karakter dan bawaan seseorang dapat mempengaruhi prestasi di
tempat kerja. Karakter dan unsur bawaan ini dapat berupa bawaan fisik (seperti postur atletis,
penglihatan yang baik), maupun bawaan sifat yang lebih kompleks yang dimiliki seseorang sebagai
karakter, seperti kemampuan mengendalikan emosi, perhatian terhadap hal yang sangat detail, dan
sebagainya.
c. Konsep diri (self-concept). Konsep diri seseorang mencakup gambaran atas diri sendiri, sikap dan nilai-
nilai yang diyakininya. Misalnya, seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi
menggambarkan dirinya sendiri sebagai orang yang dapat mencapai sesuatu yang diharapkan, yang
menurutnya, baik dalam berbagai situasi, baik situasi sulit maupun mudah.
d. Pengetahuan (knowledge). Pengetahuan mencerminkan informasi yang dimiliki seseorang pada area
disiplin yang tertentu yang spesifik. Nilai akademis atau indeks prestasi akademis seringkali kurang
bermanfaat untuk memprediksi performansi di tempat kerja, karena sulitnya mengukur kebutuhan
pengetahuan dan keahlian yang secara nyata digunakan dalam pekerjaan. Pengetahuan dapat
memprediksikan apa yang mampu dilakukan seseorang, bukan apa yang akan dilakukan. Hal ini
disebabkan pengukuran tes pengetahuan lebih banyak menghafal, jika yang dipentingkan adalah
kemampuan untuk mencari informasi. Ingatan mengenai fakta spesifik, tidak lebih penting daripada
pengetahuan mengenai fakta yang relevan, terhadap masalah spesifik dan pengetahuan tentang sumber
informasi di mana mencarinya ketika diperlukan. Tes pengetahuan juga sangat tergantung situasi
responden. Tes tersebut mengukur kemampuan memilih alternatif pilihan, yang merupakan respon yang
benar, dan bukan untuk mengukur apakah seseoranng dapat bereaksi sesuai dengan pengetahuan
dasarnya. Mengetahui sesuatu yang benar tidaklah selalu menjamin akan melakukan sesuatu yang benar.
e. Keterampilan. Kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik dan mental. Kompetensi keterampilan
mental atau kognitif meliputi pemikiran analitis (memproses pengetahuan atau data, menentukan sebab
dan pengaruh, mengorganisasi data dan rencana) serta pemikiran konseptual (pengenalan pola data yang
kompleks). (Sumber: BKN)
Lebih lanjut Spencer (1993:15) menguraikan bahwa kompetensi dapat diklasifikasikan dari berbagai sudut
padang yang berbeda. Awalnya, kompetensi diklasifikasikan menjadi kompetensi teknikal dan manajerial.
Dalam berbagai buku teks menyatakan, bahwa semakin tinggi tingkatan manajerial suatu jabatan akan
membutuhkan kebutuhan tingkat kompetensi manajerial yang semakin tinggi, dan tingkat kebutuhan
kompetensi teknikal yang semakin rendah, dan sebaliknya. Tentu saja dikotomi kompetensi teknikal dan
manajerial masing-masing dengan satu dimensi ini terlalu disederhanakan (“over simplified”), sempit, tidak
akurat, dan dapat mengarahkan pada praktek diskriminasi. Pemilihan bidang manajerial dan teknikal saja,
misalnya, seolah-olah tidak ada bidang lain yang juga penting untuk efektivitas operasional organisasi.
Lebih lanjut, arti kompetensi lebih diperluas dan bersifat lebih umum, dimana menurut substansinya,
kompetensi bisa dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu kompetensi umum (“generic competencies” atau
“soft competencies”) dan kompetensi bidang (“hard competencies”). Selanjutnya, kompetensi umum dan
kompetensi bidang ini diuraikan lagi ke dalam berbagai dimensi dan ukuran yang berbeda.
Sudut pandang lain dalam mengklasifikasikan kompetensi, dapat pula ditinjau dari tingkatan kompetensi dan
efek tingkat kinerja yang ditimbulkannya. Dalam klasifikasi ini, kompetensi dibedakan menjadi kompetensi
minimum (“threshold competencies”) dan kompetensi pembeda individu dengan kinerja superior dan rata-
rata (“differentiating competencies”). Kompetensi minimum, menunjukkan suatu tingkat
kompetensi/karakteristik penting yang dibutuhkan seseorang dalam pekerjaannya agar efektif, namun belum
mengakibatkan individu tersebut memiliki performansi superior atau di atas rata-rata. Sedangkan kompetensi
pembeda kinerja, merupakan tingkat kompetensi yang dapat membedakan performansi superior atau sukses
dari yang rata-rata.
Ketiga, pada tingkat organisasi, kompetensi dapat pula diklasifikasikan menurut perannya dalam pencapaian
visimisi, bisnis, strategi dan budaya perusahaan. Dalam hal ini kompetensi dibedakan menurut kompetensi
inti (“core competencies”) dan kompetensi pendukung (“supporting competencies”).
Kompetensi inti diperlukan untuk mencapai visi-misi, bisnis, strategi dan budaya perusahaan. Kompetensi
yang termasuk inti memiliki kontribusi dan keterkaitan yang jelas terhadap visi-misi, bisnis, strategi dan
budaya perusahaan. Biasanya kelompok kompetensi ini diwajibkan untuk dimiliki oleh seluruh anggota
perusahaan, karena diyakini memberikan nilai tambah dan meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan.
Misalnya, sebuah perusahaan memiliki visi untuk “mengutamakan kepuasan pelanggan”, maka kompetensi
“Costumer service orienttation (CSO)” merupakan kompetensi yang diwajibkan untuk dimiliki oleh seluruh
pegawainya.
Bab 5
Keselamatan Kapal Sungai & Danau
di Wilayah Studi
5.1 Umum
Kapal sebagai sarana perangkutan sebagaimana sarana perangkutan lainnya, misalnya pesawat terbang, bus,
kereta api, berpotensi mengalami kecelakaan. Dan dalam sejarah perangkutan, telah banyak terjadi kecelakan
merenggut nyawa manusia secara langsung, maupun merusak lingkungan secara fatal. Oleh karena itu
manusia sebagai khalifah di muka bumi harus belajar menghindari kecelakaan tersebut atau setidaknya
meminimalkan kerugian. Dari hasil belajar tersebut, khususnya bidang perkapalan, dibuat setumpuk
peraturan baik teknis konstruksi, instalasi, peralatan, perlengkapan kapal dan kecakapan awak kapal. Badan
PBB yang menangani masalah keselamatan Perkapalan “International Maritime Organization” (IMO),
menghasilkan banyak sekali konvensi, dan Indonesia sebagai anggota badan tersebut telah meratifikasi
konvensi-konvensi tersebut, yang paling terkenal adalah Safety Of Life At Sea Convention (SOLAS). Oleh
karena itu, sebenarnya kapal merupakan salah satu sarana perangkutan yang sangat aman. Di Amerika
Serikat rata-rata 200 juta penumpang kapal domestik setiap tahunnya (tidak termasuk kapal pesiar) dengan
kecelekaan fatal mendekati nihil.
Di Indoensia, sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan No 20 tahun 2006, suatu kapal, mulai dari
gambar rekabentuk dan rekayasa pembuatannya harus memenuhi syarat keselamatan seperti bahan,
konstruksi, bangunan, instalasi mesin dan listrik, tata susunan ruang, perlengkapan dan perlatan, termasuk
alat dan perlengkapan penolong, radio dan elektronika kapal. Kapal tersebut harus mendapat sertifikat dari
institusi yang ditunjuk Menteri Perhubungan berkaitan dengan kesempurnaan terpenuhinya persyaratan
keselamatan. Untuk konstruksi lambung, permesinan, instalasi listrik, lambung timbul, dan teknik
pembuatannya harus memenuhi peraturan dan mendapat pengawasan dari badan klasifikasi kapal Indonesia
yang merupakan lembaga yang membuat peraturan kekuatan konstruksi dan permesinan kapal, jaminan mutu
bahan konstruksi, pengawasan pembangunan, pemeliharaan, dan perombakan kapal. Badan kalsifikasi di
Indonesia adalah PT (Persero) Biro Klasifikasi Indonesia, yang saat ini telah mempunyai peraturan tentang
material kapal, konstruksi kapal, instalasi mesin dan listrik, pengelasan kapal yang relatif komplit dan andal.
Kapal tidak cukup hanya mendapat sertifikat, karena untuk keberlakuan sertifikat tersebut, kapal harus ditilik
atau disurvei secara reguler. Kalau tidak mengikuti jadwal survei atau rekomendasi surveyor, sertifikat
dinyatakan batal, dan kapal dinyatakan tidak laik laut dan pada gilirannya tidak bisa mendapatkan surat ijin
belayar.
Kelaiklautan kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan
pencemaran perairan dari kapal, pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan awak kapal dan kesehatan
penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal, dan
manajemen keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu. Keselamatan kapal adalah keadaan kapal
yang memenuhi persyaratan material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata
susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang
dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian.
Semua pihak yang terkait dengan kapal dan aktivitas perkapalan sadar akan pentingnya keselamatan, akan
tetapi apa makna keselamatan masih sering sulit didefinisikan. Dengan demikian akan sulit juga dicapai
kesepakatan pemilihan metode dan cara menjamin keselamatan tersebut. Dalam Buku Cetak Biru
Pembangunan Transportasi Laut 2005-2024, dinyatakan bahwa masih banyak kecelakaan kapal di perairan
Indonesia, akibat berbagai permasalahan dan keterbatasan, seperti: teknologi, kecukupan, keandalan, fasilitas
keselamatan, kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sebagainya.
Dalam pandangan para insinyur dan ahli perkapalan telah tertanam pemahamaan bahwa keselamatan adalah
persoalan teknologi sehingga bisa dicapai dengan jalan rekabentuk dan rekayasa produksi. Sayangnya paham
seperti ini dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu benar. Kapal yang sudah dirancang dan dibuat dengan
teknologi hebat sekalipun, kecelakaan masih tetap terjadi, ingat kasus tenggelamnya kapal Pelni setelah
tabrakan dengan kapal barang di Sungai Mahakam beberapa tahun lalu. Kecelakaan kapal hampir selalu
berpangkal pada manusia yang mengoperasikan kapal (awak kapal) maupun orang di darat yang
bersangkutan dengan keselamatan operasi pelayaran dan juga penumpang. Kasus Acita III tahun 2007 di
Baubau menjadi contoh yang baik, penumpang berebut naik ke atap kapal menjelang pelabuhan untuk
mendapatkan sinyal HP, akibatnya kapal kehilangan stabilitas dan tenggelam di perairan yang dilaporkan saat
itu tenang.
Keselamatan pada prinsipnya adalah persepsi kualitatif tentang sejauh mana pengelolaan, teknologi dan
sistem operasi kapal bebas dari bahaya kehidupan, harta benda dan lingkungan. Oleh karena itu berbicara
masalah keselamatan bisa dilihat dari berbagai sudut pandang. Keselamatan bukanlah sesuatu yang mutlak,
tetapi persepsi yang kualitatif, sehingga ukurannya bisa berkembang dari masa ke masa. Apa yang dipandang
memenuhi keselamatan sekarang ini, tahun depan dianggap kurang atau bahkan tidak memenuhi syarat
keselamatan. Persepsi keselamatan bergantung pula pada kondisi aktual, kompetensi, dan pengalaman dari
pihak-pihak yang terlibat.
Bila terjadi kecelakaan kapal, yang berwenang menyelesaikan peristiwa tabrakan antara kapal, sesuai pasal 3
ayat (2), adalah:
Secara umum penyebab kecelakaan kapal dikelompokkan menjadi kesalahan manusia (human error),
kelemahan rekabentuk (design), kesalahan teknologi, kegagalan institusional, dan lainnya. Nampaknya di
Indonesia relatif mudah menjatuhkan putusan pada akibat kesalahan manusia pada setiap kali terjadi
kecelakaan laut. Padahal untuk tiba pada kesimpulan ini tidaklah mudah. Memang benar peraturan
rekabentuk dan konstruksi kapal yang dibuat BKI persis sama ketatnya dan sama kriterianya dengan
peraturan yang dibuat Der Germanischer Lloyd di Jerman. Peraturan tersebut dibuat untuk kondisi perairan
Atlantik Utara yang terkenal ganas, sehingga gelombang laut di Indonesia secara umum mestinya belum akan
merontokkan kapal yang disertifikasi oleh BKI.
Secara teknis kecelakaan kapal bisa terjadi karena: tabrakan, kandas/menabrak karang, bocor lalu tengelam,
terguling (capsizing), terbakar/ledakan. Setiap nakhoda dan mualim yang sedang memimpin pelayaran kapal
harus menguasai peraturan pencegahan tabrakan di laut yang terkenal dengan Colreg (ini preskriptifnya).
Alur pelayaran dan kedalaman perairan harus bisa dibaca oleh nakhoda/mualim dalam peta pelayaran, dan
juga harus trampil memanfaatkan instrumen teknologi (echosounder, gps, dll). Peraturan (preskripsi)
pencegahan kebakaran di kapal cukup ketat, mulai tahap reka bentuk, material pembuatan, sampai
pengoperasian.
Kapal tenggelam akibat bocor atau patah terjadi karena beban tekanan gelombang air yang tidak sanggup
ditahan oleh konstruksi kapal. Akibatnya konstruksi mengalami perubahan bentuk, bergeser, robek atau bisa
jadi patah. Hal inilah sebenarnya yang perlu mendapat perhatian khususnya pada kapal-kapal yang dibuat di
dalam negeri atau dioperasikan di Indonesia yang dalam bahasa di kalangan maritim negara maju disebut
kapal qualitas rendah. Apalagi tidak mendapat pengawasan dari BKI sejak awal dan juga bahan-bahan, alat
dan mesin yang dipakai tidak bersertifikat ”marine use” yang dibuat oleh salah satu badan klasifikasi. Jika
dimensi struktur kapal dipasang kurang atau tidak sekokoh seharusnya, maka akibat beban tekanan
gelombang, beban percepatan gerak kapal dan sebagainya, konstruksi kapal akan keok, dan alamat kapal
kemasukan air dan tenggelam.
Kapal yang benar dirancang dan dibangun sesuai aturan untuk mengangkut penumpang, kalaupun mengalami
kebocoran, bahkan sampai dua kompartemen di bawah geladak kapal bocor dan tergenang air, kapal tidak
akan tengelam. Ini adalah peraturan tentang stabilitas, kebocoran dan keapungan kapal yang disyaratkan, dan
ini harus dihitung dan dibuktikan sebelum kapal dibangun, supaya mendapat sertifikat kapal.
Kasus kapal tenggelam karena terguling (capsizing) bisa terjadi pada saat kapal berada di gelombang dengan
irama tertentu, antara lain terjadinya resonansi gerak yang berakibat amplitudo besar. Jadi tidak selalu karena
tingginya gelombang,. Informasi dari awak kapal atau penumpang yang selamat tentang tinggi gelombang
juga sulit divalidasi. Teknik pengukuran tinggi gelombang laut dengan peralatan canggih dan mahal saja
hasilnya sering menjadi bahan perdebatan. Kasus kapal terguling atau ”capsizing” adalah salah satu sisi
keselamatan kapal yang sampai saat ini masih intensif diteliti dan belum ditemukan preskripsi ampuh. Ini
karena pola karakterisitik ritme gelombang laut dan juga sifat gerak natural lambung kapal yang sulit
diantisipasi.
Dalam kecelakaan perangkutan selalu berlaku pemeo ”setiap kecelakaan pasti didahului pelanggaran
peraturan”. Ini menggambarkan betapa aturan sudah dianggap komplit. Sayangnya pelanggaran itu selalu
dilakukan orang kecil, nakhoda, pilot, sopir, dan masinis sering menjadi tumbal pelaku pelanggaran. Karena
”human error”, maka harus ada ”human”, dan mereka tersebutlah yang mudah dijerat.
”Human error” itu seperti nyamuk, bisa dipukul atau ditepis satu persatu, tapi temannya tetap akan datang
satu demi satu seolah siap dipukul mati. Maka lebih baik membersihkan genangan air yang menjadi sarang
tempatnya berkembang biak. Karena pendekatan keselamatan yang dipakai preskriptif, maka sarang
”nyamuk” itu ada dipihak pembuat preskriptif dan institusi yang mendapat kewenangan untuk memaksa
pihak-pihak lain patuh pada preskripsi.
Tabel 5.1
Kecelakaan Kapal Sungai dan Danau di Wilayah Studi
No Uraian Lokasi Kejadian
1 Tanggal 14 Juli 1997 Danau Toba
Musibah KMP Peldatari I merupakan kecelakaan kapal penyeberangan terbesar yang pernah terjadi di
Danau Toba. Pada 1955, terjadi kecelakaan di danau itu. Dua kapal saling bertabrakan, mengakibatkan
56 penumpang tewas. Kemudian pada 1986, kapal yang mengangkut puluhan pelajar tenggelam.
Empat penumpangnya tewas. Tahun berikutnya, kembali kapal penyeberangan tenggelam, 23
penumpangnya tewas. Kali ini, tahun 1997, KMP Peldatari I dengan kapasitas 70 penumpang itu
tenggelam. Kelebihan daya angkut, lalainya pemilik kapal dan nakhoda serta masih belum berdisiplinnya
masyarakat pengguna jasa angkutan tersebut merupakan penyebab musibah di danau terbesar di Asia
Tenggara itu.
2 Tahun 2001 Danau Toba
KMP Peldatari I tenggelam sekitar 150 meter menjelang pantai Sosor Pasir, Tomok, Kecamatan
Simanindo, Kabupaten Tapanuli Utara. Saat itu, ketika kapal hendak mencapai dermaga, seluruh
penumpang merasa tidak sabar untuk segera turun ke darat.
3 Bulan September 2001 Sungai Musi
Tabrakan kapal di sungai Musi antara kapal laut Othello yang melintas dengan angkutan Jukung bernama
Halimun yang mengangkut warga Makarti Jaya dan mengakibatkan banyaknya korban jiwa.
4 Tahun 2003
Sungai Musi depan BKB
Tenggelam Tag Boat AB. Nusantara XIV
5 Tahun 2003
Sungai Musi Galangan kapal rakyat tangga buntung
Kebakaran Jukung MS Akar Mas 01
6 Tahun 2003
Sungai Musi
Tubrukan Ketek
7 Tahun 2003
Sungai Musi di belakang pasar 16 Ilir
Tenggelam Jukung Tenaga Baru 02
8 Tahun 2003
Sungai Musi didepan Pertamina Plaju
Tubrukan Tag Boat PLTU-01 dgn Kapal AN GIANG-05
9 Tahun 2003
Sungai Musi Tangga Buntung
Tenggelam Tag Boat Tanjung Enim
10 Tahun 2003
Sungai Musi Tangga Buntung
Tubrukan Tag Boat Tanjung Enim dengan Ketek Janjimu
11 Tahun 2003
Sungai Musi 4 Ulu Laut
Tenggelam SB. Tian Putra
12 Tahun 2003 Sungai Musi Dermaga III Sungai Gerong
Kelaiklautan kapal wajib dipenuhi setiap kapal sesuai dengan daerah-pelayarannya yang meliputi:
1. keselamatan kapal;
2. pencegahan pencemaran dari kapal;
3. pengawakan kapal;
4. garis muat kapal dan pemuatan;
5. kesejahteraan Awak Kapal dan kesehatan penumpang;
6. status hukum kapal;
7. manajemen keselamatan dan pencegahan pencemaran dari kapal;
8. manajemen keamanan kapal.
Menurut Kep Ditjend Hubla Nomor : PY.65/1/1-86 Tentang Persyaratan Keselamatan Bagi Kapal Layar
dengan Pesawat Penggerak Bantu yang Memiliki Isi Kotor lebih dari 424.50 m³ s.d lebih kecil dari 850 m³.
Menyebutkan bahwa “setiap kapal harus memiliki perlengkapan yang memenuhi syarat dan dalam keadaan
baik sebagai berikut :
1. Navigasi
a. Satu lampu puncak warna merah dan dibawahnya satu lampu puncak hijau yang dapat terlihat dengan
baik dari sekeliling cakrawala.
b. Satu lampu lambung kiri warna merah dan satu lampu lambung kanan warna hijau.
c. Satu lampu buritan warna putih.
d. Satu lampu jangkar warna putih.
2. Perlengkapan
a. Memiliki sekurang-kurangnya satu buah jangkar haluan dan satu buah jangkar arus dengan rantai
atau tali.
b. Memiliki sekurang-kurangnya tali tarik dan dua tali tambat yang panjang.
c. Setiap kapal harus dilengkapi dengan alat-alat pemadam kebakaran dan alat penolong yangmemenuhi
syarat serta dalam keadaan baik.
d. Alat-alat pemadam kebakaran sbb :
1) Memiliki sekurang-kurangnya 2 buah tabung pemadam kebakaran @ 9 liter tipe busa atau yang
sepadan dan ditempatkan diluar ruang mesin.
2) Memiliki sekurang-kurangnya 2 buah tabung pemadam kebakaran @ 9 liter dan ditempatkan
didalam ruang mesin.
e. Satu bak berisi sekurang-kurangnya ½ ( setengah ) meter kubik pasir dengan dua buah tembilang.
3. Alat-alat penolong :
a. Memiliki sekurang-kurangnya 2 buah pelampung penolong berwarna jingga bertuliskan nama kapal
dengan tali secukupnya.
b. Memiliki baju penolong berwana jingga untuk setiap pelayar.
c. Inflatable life raft dengan kapasitas cukup untuk seluruh pelayar, untuk kapal dengan isi kotor kurang
dari 650 m³ dapat dipakai jenis rakit lainnya.
d. Satu sekoci kerja beserta dayungnya dengan kapasitas sekurang-kurangnya 4 (empat) orang.
e. Alat isyarat bahaya, sekurang-kurangnya :
1) Dua buah cerawat payung.
2) Empat buah cerawat merah.
3) Dua buah isyarat asap apung
Persyaratan perlengkapan, navigasi dan alat penolong untuk kapal pedalaman telah diatur dalam Pedoman
Pengawasan dan Persyaratan Tentang Kelaikan, Lambung Timbul, Susunan dan Perlengkapan Kapal-kapal
Pedalaman No. A2-F/2/III/73, pada pointer 7.1 sampai dengan 7.10.
1. Pada pedoman tersebut dinyatakan bahwa kapal motor selama tidak melulu melakukan pelayaran
dimuara dimana tidak mudah diperoleh bahan bakar, harus membawa bahan bakar 1 1/5 dari kebutuhan
yang diperlukan untuk menempuh suatu trayek, dimana kemudian kapal tersebut dapat mengisi bahan
bakar.
2. Kapal motor yang panjangnya kurang dari 12 m paling sedikit harus dilengkapi dengan sebuah botol alat
pemadam kebakaran yang dalam keadaan baik dengan ketentuan harus ditempatkan dekat
motor/ditempat yang mudah dicapai.
3. Seluruh awak kapal harus mengetahui sungguh-sungguh cara menggunakannya . Kapal motor yang
panjangnya lebih dari 12 m paling sedikit 2 buah botol alat pemadam kebakaran.
4. Pada tiap-tiap kapal motor dan kapal gandengan yang panjangnya kurang dari 12 m harus dilengkapi
paling sedikit dengan sebuah pelampung penolong (lifebuoy) yang diikatkan pada tali penolong (life
heaving line) yang panjangnya paling sedikit 30 m ujung tali penolong yang lain harus diikatkan pada
bagian kapal.
5. Pada kapal yang berukuran lebih panjang dari 12 m harus dilengkapi dengan dua buah atau lebih
pelampung penolong dan diantaranya diikatkan tali penolong panjang 30 m.
6. Pada tiap-tiap kapal harus ada alat (pompa) pemarau untuk menguras air yang masuk, banyaknya alat
pemarau tersebut tergantung penggunaan dan besarnya kapal. Untuk kapal-kapal kecil dapat dilengkapi
dengan ember atau alat lain misalnya kaleng kosong.
7. Kecuali kapal yang digerakkan dengan motor tempel, semua bahan bakarnya harus disimpan didalam
tangki-tangki yang tetap dan terbuat dari bahan material yang baik. Membawa bahan bakar serap dapat
diijinkan asalkan disimpan didalam drum² yang kuat dan tidak bocor dan ditempatkan ditempat yang
aman (dibawah geladak atau ditempat yang cukup terlindung) diatas geladak.
8. Dikapal yang bergeladak penuh atau sebagian saja tidak diijinkan memakai bahan bakar bensin, kecuali
kapal yang digerakkan dengan motor tempel. Dikapal yang memakai bahan bakar bensin tangki bahan
bakarnya harus ditempatkan diatas geladak.
9. Di tiap tiap kapal harus dilengkapi sebuah kotak PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) lengkap
dengan obat obatan dan pembalut dari berbagai ukuran dengan disertai sebuah daftar dan cara
menggunakannya dan gambar dengan cara-cara PPPK di sungai.
10. Perlengkapan lain yang harus ada diatas kapal yang digerakkan motor ialah :
a. Lampu-lampu navigasi.
1) Kapal motor pedalaman yang isi kotornya 113,2 m³ ( 40 BRT ) keatas:
a) sebuah lampu tiang, cahaya putih, menyinari kearah depan dengan busur 225˚.
b) Sebuah lampu lambung kanan, cahaya hijau, menyinari dari lurus kedepan kesamping
kanan dengan busur 112,5˚.
c) Sebuah lampu lambung kiri, cahaya merah menyinari dari dari lurus kedepan kesamping
kiri dengan busur 112,5˚.
d) Sebuah lampu buritan, cahaya putih, menyinari kearah belakang dengan busur 135˚.
e) Sebuah lampu labuh (jangkar), cahaya putih menyinari keliling cakrawala.
f) Dua buah lampu bulat, cahaya merah menyinari keliling cakrawala.
Kapal diatas, bila panjangnya lebih dari 45,6 m (150 kaki) harus ditambah :
a) Sebuah lampu tiang belakang, yang warna dan sinarnya sama dengan lampu tiang pertama
dan sebuah lampu labuh lagi yang warna dan sinarnya sama pula dengan lampu labuh
pertama.
b) Pada bagian sisi dalam lampu lambung, harus dipasang sebuah tedeng sepanjang 9 dm
untuk untuk mencegah sinar lampu merah tidak kelihatan dari lambung kanan sinar hijau
tidakkelihatan dari lambung kiri.
c) Bilamana kapal tersebut menggandeng kapal lain, dibawah atau diatas lampu tiang depan
memasang sepasang lampu tiang lagi, yang warna dan sinarnya sama dengan lampu tiang
pertama. Jarak antara kedua lampu 1.80 m (6 kaki).
2) Kapal motor yang isi kotornya kurang dari 113,2 m³ (40 BRT) = Sebagai pengganti 2 lampu
lambung hijaundan merah, dapat menggunakan sebuah lampu kombinasi yang dapat menyinari
bagian sisi kiri sinar merah, dan bagian sisi kanan sinar hijau.
a) Bilamana lampu lambung tidak dapat dipasang secara tetap harus tersedia lampu lambung
atau lampu kombinasi.
b) Bilamana kapal tersebut juga digunakan menggandeng kapal lain, harus tersedia lampu
tiang yang warna dan sinarnya sama dengan lampu tiang pertama.
c) Pemasangan antara kedua lampu 0,5 m sampai 1 m.
d) Dikapal tersebut diatas juga wajib tersedia 2 buah lampu bulat warna merah dansebuah
lampu labuh.
e) Kapal gandengan wajib diperlengkapi lampu² sebagai kapal motor kecuali lampu² tiang
(tidak boleh sama sekali memasang lampu tiang putih).
Semua kapal harus dilengkapi dengan baju berenang atau alat pengapung lainnya yang cukup 1 orang
penyeberang = 1 buah baju berenang/alat pengapung. Alat perlengkapan harus dijaga agar selalu dalam
keadaan baik dan terpelihara.
Tipologi peralatan keselamatan awak kapal sungai dan danau di lokasi studi dapat diuraikan pada tabel 5.2.
Tabel 5.2
Tipologi Peralatan Keselamatan Awak Kapal Sungai & Danau
Wilayah Studi
No Variabel
Sumater Utara Sumater Selatan (Kota Kalimantan Selatan (Kota Kalimantan Timur (Kota
(Medan & Sekitarnya) Palembang & Sekitarnya) Banjarmasin & Sekitarnya) Samarinda & Sekitarnya)
Ada : 45%
Tidak Ada : 30% Ada : 65% Ada : 40% Ada : 35%
1 Alat Navigasi (Lampu Navigasi) Akan ada : 25% Tidak Ada : 15% Tidak Ada : 30% Tidak Ada : 335%
(Biasanya tergantung jenis Akan ada : 20% Akan ada : 30% Akan ada : 30%
kapal dan jarak pelayaran)
2 Perlengkapan :
Ada : 90% Ada : 95% Ada : 90% Ada : 80%
- Jangkar
Tidak Ada : 10% Tidak Ada : 5% Tidak Ada : 10% Tidak Ada : 20%
- Tali Tarik/Tali Tambat Ada : 100% Ada : 100% Ada : 100% Ada : 100%
Ada : 40% Ada : 45% Ada : 40% Ada : 40%
- Alat Pemadam Kebakaran
Tidak Ada : 60% Tidak Ada : 55% Tidak Ada : 60% Tidak Ada : 60%
Ada : 50% Ada : 65% Ada : 45% Ada : 48%
- Alat penolong (pelampung)
Tidak Ada : 50% Tidak Ada : 35% Tidak Ada : 55% Tidak Ada : 52%
- Alat pompa (penguras) pemarau air Ada : 80% Ada : 85% Ada : 70% Ada : 60%
masuk Tidak Ada : 20% Tidak Ada : 15% Tidak Ada : 30% Tidak Ada : 40%
Ada : 40% Ada : 50% Ada : 30% Ada : 20%
3 Kotak PPPK (Obat-obatan)
Tidak Ada : 60% Tidak Ada : 50% Tidak Ada : 70% Tidak Ada : 80%
Ada : 20% Ada : 30% Ada : 10% Ada : 30%
4 Peluit Kapal
Tidak Ada : 80% Tidak Ada : 70% Tidak Ada : 90% Tidak Ada : 70%
Ada : 40% Ada : 60% Ada : 55% Ada : 50%
5 Lampu Sorot
Tidak Ada : 60% Tidak Ada : 40% Tidak Ada : 45% Tidak Ada : 50%
Sumber : Data Hasil Olahan, 2009
Secara rinci gambaran prosentase perlengkapan keselamatan pelayaran kapal sungai dan danau sebagai
berikut :
b. Pada kapal yang berukuran besar pada umumnya tersedia peralatan pemadam kebakaran, sedangkan
pada kapal berukuran kecil tidak memilikinya. Tabel berikut menggambarkan ketersediaan peralatan
keselamatan pada beberapa kapal yang disurvei.
Ketersediaan alat keselamatan kapal sungai di Sungai Musi disajikan pada tabel 5.3.
Tabel 5.3
Ketersediaan Alat Keselamatan pada Kapal di Sungai Musi
Kapasitas Rakit Inflatablelife Pemadam
Nama Kapal Life jacket Life Bouy Penolong raft
penumpang kebakaran
5 jerigen
PB. Mars Morsik 27 - - - 1 botol racun api
plastik
3 jerigen
PB Rokstar 2 - - - 1 botol racun api
plastik
6 jerigen
KM. Pos-5 Ambarita 47 3 - - 1 botol racun api
plastik
Kapal Solu solu 7 - - - - -
6 botol racun api &
KMP. Tao Toba I 198 120 20 - -
Slnk Hydrat
6 botol racun api &
KMP. Tao Toba II 120 60 7 - -
Slnk Hydrat
KM. Toledo Inn 50 20 4 - - 1 botol racun api
KM. Horas Lito 1 48 10 20 - - 1 botol racun api
KM. Horas Lito 2 53 20 15 - - 1 botol racun api
KM. Sumber 3 52 50 2 - - 1 botol racun api
Sumber : Dinas Perhubungan Prov Sumut, 2009
c. Penempatan peralatan keselamatan pelayaran seharusnya pada tempat yang terlihat dan mudah
dijangkau oleh penumpang sehingga dapat dengan mudah mengambilnya bila memerlukannya. Pada
beberapa kapal, menempatkan life jacket dalam suatu ruangan yang jauh dari penumpang dan belum
tentu semua penumpang mengetahuinya.
d. Perlengkapan Komunikasi
1) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radio Vhf.
2) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radio SSB.
3) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radar.
4) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan EPIRB
a. Kondisi pelayaran di sungai Musi dengan peralatan keselamatan penumpang pada kapal yang
beroperasi pada umumnya tersedia namun jumlahnya lebih kecil daripada jumlah penumpang.
b. Perlengkapan keselamatan :
1) pelampung hanya dipunyai oleh sebagian kecil dari kapal speedboat yang hilir mudik di perairan
Sumatera Selatan, sementara untuk kapal jukung hampir sebagian sudah dilengkapi dengan
pelampung meski jumlahnya tidak memadai, untuk kapal ketek atau sampan bermesin hampir
seluruhnya tidak dilengkapi dengan pelampung
2) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Sekoci/Inflatable Life Raft/Rakit.
3) Mayoritas jumlah Life Buoy yang tersedia pada kapal angkutan sungai berukuran sekitar ≤ 7 GT
adalah 1 (satu) buah sedangkan yang berukuran ≥ 7 GT maksimum 2 (dua) buah.
c. Fasilitas keselamatan lain yang tidak semua jukung memiliki adalah alat pemadam kebakaran. Kapal
jukung memerlukan alat pemadam kebakaran karena menempuh perjalanan yang cukup jauh dan itu
memerlukan bahan bakar yang lebih dari kapasitas tangki sehingga diperlukan tempat-tempat
penampungan seperti drum dan jerigen untuk menyimpan bahan bakar. Kondisi ini tentunya sangat
rawan bahaya kebakaran, seperti yang pernah terjadi kebakaran hebat pada sebuah jukung yang
meledakkan satu unit Stasion Pengisian Bahan Bakar Umum terapung, dan menewaskan semua
penumpang kapal.
d. Perlengkapan Komunikasi
5) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radio Vhf.
6) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radio SSB.
7) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radar.
8) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan EPIRB
a. Untuk keselamatan pelayaran dihimbau kepada pemilik kapal atau nahkoda kapal supaya
pemberangkatan kapal memperhatikan situasi dan kondisi di perairan, jangan memaksakan kapal
untuk berlayar.
b. Kemudian surat-surat kapal atau dokumen pelayaran harus lengkap. Melengkapi alat-alat
keselamatan pelayaran seperti baju renang (life jacket) dan pelampung penolong (life buoy) dengan
jumlah sesuai kapasitas penumpang. Nahkoda dilarang menempatkan penumpang diatas bagian
kapal selain tempat penumpang. Dilarang mengangkut penumpang dan barang melebihi kapasitas
yang diijinkan.
c. Perlengkapan keselamatan :
1) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Sekoci/Inflatable Life Raft/Rakit.
2) Mayoritas jumlah Life Buoy yang tersedia pada kapal angkutan sungai berukuran sekitar ≤ 7 GT
adalah 1 (satu) buah sedangkan yang berukuran ≥ 7 GT maksimum 2 (dua) buah.
d. Perlengkapan Komunikasi
1) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radio Vhf.
2) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radio SSB.
3) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radar.
4) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan EPIRB
e. Dari survey yang dilakukan pada umumnya setiap kapal memiliki alat keselamatan pelayaran seperti
life jacket dan pelampung penolong, tetapi jumlahnya tidak sesuai kapasitas penumpangnya.
Peralatan keselamatan pelayaran pada armada angkutan sungai yang beroperasi di sungai Mahakam
mayoritas sesuai dengan lampiran Sertifikat Kelaikan dan Kebangsaan Kapal Sungai dan Danau yang
dikeluarkan oleh Kepala Dinas Perhubungan Kota Samarinda atas nama Walikota Samarinda, karena
tanpa adanya surat (clearence) tersebut kapal tidak diperbolehkan untuk beroperasi dan peralatan
keselamatan pelayaran yang tersedia diatas kapal adalah sebagaimana berikut :
a. Perlengkapan keselamatan :
1) Jumlah Life Jacket (Baju renang) sesuai dengan jumlah Anak Buah Kapal (ABK) ditambah
dengan jumlah penumpang.
2) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Sekoci/Inflatable Life Raft/Rakit.
3) Mayoritas jumlah Life Buoy yang tersedia pada kapal angkutan sungai berukuran sekitar ≤ 7 GT
adalah 1 (satu) buah sedangkan yang berukuran ≥ 7 GT maksimum 2 (dua) buah.
c. Perlengkapan Komunikasi
1) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radio Vhf.
2) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radio SSB.
3) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan Radar.
4) Semua jenis angkutan sungai tidak dilengkapi dengan EPIRB.
Bab 6
Kondisi Transportasi Sungai dan Danau
di Wilayah Studi
6.1 Umum
Kondisi transportasi sungai dan danau di wilayah studi, konsultan lebih mengarahkan pada transportasi
unggulan pada masing-masing wilayah, seperti wilayah Sumatera Utara transportasi air unggulannya adalah
transportasi danau di Danau Toba, wilayah Sumatera Selatan lebih kepada transportasi sungai di Sungai
Musi, Kalimantan Selatan kepada transportasi sungai di Sungai Barito, dan Kalimantan Timur lebih kepada
transportasi sungai di Sungai Mahakam
.
6.2 Kondisi Transportasi Sungai dan Danau di Kota Medan (Sumatera Utara)
Kondisi transportasi sungai dan danau di Provinsi Sumatera Utara, pada kajian ini konsultan lebih
menitikberatkan pada kondisi transportasi danau yang ada di Danau Toba. Danau Toba yang mengelilingi
Pulau Samosir menjadi daya tarik utama bagi pulau ini. Danau ini tampak seperti samudera air tawar yang
tak bertepi, dan merupakan yang terluas dan terdalam di dunia dengan ketinggian 906 meter di atas
permukaan laut, luas permukaan 1,265 km2, dengan panjang 90 km, dan kedalaman rata-rata sekitar 450
meter. Danau Toba telah sejak lama menjadi jalan lalu-lintas air bagi setiap orang yang datang dan pergi ke
Pulau Samosir. Setiap jam ada kapal motor yang datang dan pergi dari Pulau Samosir. Tambahan pula, danau
ini merupakan sumber air minum, tempat mencuci dan mandi bagi sebagian besar penghuni Pulau Samosir,
khususnya mereka yang tinggal di tepi danau.
Danau Toba yang begitu luas memiliki tranpostasi air berupa kapal kecil, yang menghubungkan beberapa
lokasi disekitar danau tersebut. Kapal tersebut menjadi alat transportasi yang paling murah dan cepat dalam
menjangkau suatu kawasan di daerah danau tersebut, karena jika menggunakan jalur darat dapat dipastikan
jarak yang akan ditempuh semakin jauh dan lama. selain sebagai alat trasportasi kapal ini juga menjadi daya
tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke Danau Toba tersebut. Berikut disajikan gambar kapal danau yang
melayani di Danau Toba sebagaimana gambar 6.1.
Gambar 6.1
Kapal Danau yang Melayani di Danau Toba
Jaringan pelayanan yang ada di Danau Toba pada saat ini berjumlah 22 rute, dengan 19 rute bersifat tetap dan
2 rute bersifat tetap dan tidak tetap. Berikut disajikan data jaringan pelayanan angkutan danau yang ada di
Danau Toba, sebagaimana tabel 6.1.
Tabel 6.1
Daftar Jaringan Pelayanan Angkutan Danau di Danau Toba, Sumatera Utara
No Asal Tujuan Keterangan
1 Tomok Ajibata Trayek Tetap dan Tidak Tetap
2 Tomok Tigaraja Trayek Tetap dan Tidak Tetap
3 Simanindo Tigaras Trayek Tetap
4 Simanindo Haranggaol Trayek Tetap
Sebagai pendukung dari jaringan pelayanan tersebut, jaringan prasarana berupa dermaga telah ada di
beberapa kecamatan yang ada di Danau Toba. Masing-masing kecamatan ada yang memeliki lebih dari 1
dermaga, seperti Kecamatan Onan Runggu, Nainggolan, Palipi, Pangururan, dan Simanindo, semantara yang
memiiki 1 (satu) dermaga adalah Kecamatan Sitio-tio dan Sianjur Mula-mula. Nama-nama dermaga pada
masing-masing kecamatan dapat disajikan pada tabel 6.2.
Tabel 6.2
Daftar Dermaga di Kabupaten Samosir
No Kecamatan Nama Dermaga
1 Kecamatan Onan Runggu a. Dermaga Lagundi
b. Dermaga Onan Runggu
c. Dermaga Sitinjak
d. Dermaga Sukkean
2 Kecamatan Nainggolan a. Dermaga Nainggolan
b. Dermaga Sipoltongon
3 Kecamatan Palipi a. Dermaga Mogang
b. Dermaga Urat
c. Dermaga Urat Sinaga Uruk II
d. Dermaga Gorat Pallombuan
4 Kecamatan Sitio-tio Dermaga Cinta Maju
5 Kecamatan Pangururan a. Dermaga Onan Lama
b. Dermaga Onan Baru
c. Dermaga Aek Rangat
d. Dermaga Rianiate
6 Kecamatan Sianjur Mula-mula Dermaga Hasinggaan
7 Kecamatan Simanindo a. Dermaga Simanindo
b. Dermaga Siallagan
c. Dermaga Tomok Wisata
d. Dermaga Lopo Parindo
e. Dermaga Pardomuan Lottung
f. Dermaga Ferry Simanindo
Sumber : Dishub Kab Samosir, 2009
Beberapa-beberapa gambaran tentang jaringan prasarana yang ada di Danau Toba dapat disajikan pada
gambar 6.2.
Gambar 6.2
Kondisi Dermaga di Danau Toba
Tabel 6.3
Jumlah Kapal Sungai (unit) di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005
Tahun
No Jenis
2000 2001 2002 2003 2004
1 Jukung 783 653 678 703 689
2 Speedboat 398 199 300 401 393
3 Ketek 920 767 410 54 56
4 Tugboat 291 237 131 26 26
5 Tongkang 189 154 103 52 52
Jumlah 2.581 2.010 1.622 1.236 1.216
Sumber : Dishub Prov Sumatera Selatan
guna mengetahui karakteristik masing-masing jenis kapal sungai yang beroperasi di Provinsi Sumatera
Selatan, berikut disajikan karakteristik masing-masing jenis kapal tersebut :
1. Jukung
Jukung adalah kapal yang terbuat dari konstruksi kayu yang digunakan sebagai sarana transportasi angkutan
barang, biasanya mengangkut barang hasil tanaman pangan dan perkebunan.
Keberadaan kapal ketek ini dapat ditemui hampir di semua dermaga, baik yang berada dalam kota Palembang
maupun di kota-kota lain. Dari survey yang telah dilakukan pada Agustus 2008, dapat diamati bahwa hampir
semua dari ketek yang beroperasi memiliki izin atau sertifikat keselamatan bagi nahkoda. Dan kelengkapan
tersebut didapat pada tahun 2007 kemarin dimana Dinas Perhubungan Kota Palembang membagikan secara
cuma-cuma perlengkapan keselamatan bagi kapal ketek seperti life jacket dan pelampung. Dari data tahun
2007 terlihat adanya sejumlah 101 izin trayek bagi pengoperasian ketek yang dikeluarkan oleh Dinas
Perhubungan Provinsi Sumatera Selatan.
Sementara dari data lapangan dapat tercatat bahwa rata-rata kapal ketek yang beroperasi terutama untuk
trayek dalam kota Palembang, masih berusia lebih dari 5 tahun atau paling tidak merupakan kapal buatan
tahun 2000.
Operasional kapal ketek dilakukan dengan cara mangkal pada dermaga tertentu untuk menunggu penumpang,
dan hanya dapat mengambil penumpang di tempat kapal tersebut bersandar, jadi setelah mengantar
penumpang ke tempat tujuan maka ketek tersebut kembali ke pangkalannya dalam kondisi kosong. Dan
mengingat cukup banyak kapal ketek yang bersandar maka kapal akan segera berangkat begitu ada
penumpangnya, namun di satu dua tempat sudah lebih tertata dengan sistim antri yaitu kapal yang datang
lebih dulu akan mendapat prioritas pengisian penumpang dengan batas tertentu misal lima atau enam orang,
dan setelah berangkat tempatnya diisi oleh kapal dibelakangnya, lalu saat kembali lagi dalam kondisi kosong
kapal tersebut mengisi tempat antrian yang paling belakang, demikian seterusnya saling susul menyusul.
Retribusi biaya standar yang dikenakan pada kapal ketek adalah Rp. 500 per hari, dan itu dibayarkan secara
langsung setiap hari di dermaga tempat mangkal.
Pada umumnya kapal-kapal ketek tersebut dibuat di beberapa galangan kapal yang terdapat di sepanjang
Sungai Musi. Dengan usaha galangan kapal yang dijalankan dengan cara tradisional dan sangat sederhana
serta dikelola oleh satu keluarga secara turun temurun, satu kapal ketek berbahan sekitar 2 meter kubik kayu
meranti dapat diselesaikan selama 15 hari oleh satu orang tukang dibantu satu orang tenaga kasar.
Untuk kelengkapan administrasi hanya disertakan surat jual beli, sementara sertifikat keselamatan dan
registrasi kapal diurus sendiri oleh pembeli atau pemilik kapal. Gambaran tentang Kapal Jukung dapat
disajikan pada gambar 6.3
Gambar 6.3
Kapal Sungai Berjenis Jukung
2. Speedboat
Kapal jenis ini hanya digunakan untuk mengangkut penumpang yang tujuannya relatif jauh dan umumnya
melayani rute atau trayek antar kota. Kapal jenis ini mempunyai kecepatan yang jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan jenis angkutan perairan pedalaman yang lain. Gambaran tentang Kapal Speedboat
dapat disajikan pada gambar 6.4
Gambar 6.4
Kapal Sungai Berjenis Speedboat
Ada dua jenis speed boat yang beroperasi. Perbedaan fisik ke dua speed boat di atas adalah untuk memenuhi
tuntutan fungsi yaitu agar mampu membawa penumpang yang lebih banyak ke tujuan yang lebih jauh,
dengan konsekuensi kecepatan berkurang atau menambah kekuatan mesin tempel yang digunakan.
Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Propinsi bahwa pada Juni 2007 terdapat 15 buah speed boat yang
mengajukan dan memperoleh izin trayek. Dan hal tersebut apabila dikaitkan dengan hasil pengamatan di
lapangan dapat dipastikan tidak akan bergeser jauh mengingat sebagian besar speed boat yang ditemui rata-
rata sudah memiliki izin atau mempunyai sertifikat keselamatan dan registrasi kapal.
Operasional speed boat mengingat jumlah serta jarak tempuhnya yang memakan waktu cukup panjang,
sebagian besar hanya satu kali mangkal tiap harinya dengan mengambil dan membawa penumpang yang
diambil dan diangkut dari pinggir sungai yang dilaluinya sepanjang alur pelayaran menuju tempat tujuan, dan
hal yang sama berlangsung saat dalam perjalanan kembali ke tempat mangkal semula. Namun di beberapa
pangkalan yang memang cukup ramai dengan mobilitas penduduk yang cukup tinggi, setiap speed boat yang
melayani trayek berjarak tempuh yang tidak begitu jauh akan dapat menyeberangkan dan membawa
penumpang beberapa kali atau lebih dari satu kali setiap harinya. Kondisi yang sangat kontras dapat ditemui
pada pangkalan yang memiliki mobilitas penduduk sangat rendah, seperti tampak pada daerah-daerah
pedalaman, dengan jarak tempuh yang cukup jauh serta waktu tempuh cukup panjang membuat satu speed
boat hanya akan berlayar dua sampai tiga kali pulang pergi dalam satu minggunya. Sebagian besar speed boat
yang ditemui sudah memiliki kelengkapan administrasi namun sebagian besar diantaranya pula tidak
dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan perlengkapan navigasi yang memadai. Sama seperti proses
pembuatan kapal ketek, galangan untuk pembuatan dan perbaikan speed boat yang terdapat di pinggiran
sungai Musi dan sungai Ogan, juga dilakukan secara tradisional dengan metode kerja yang sederhana.
Untuk satu buah sped boat mini yang memiliki kapasitas 10 orang, pembuatannya dapat diselesaikan selama
satu minggu oleh 2 sampai 3 tenaga ahli, serta memiliki harga jual 2 juta rupiah dalam kondisi kosong atau
tanpa mesin, tanpa bangku tempat duduk dan tanpa fasilitas penunjang yang lain.
Data administrasi yang menyertai pembelian speed buat hanya berupa surat jual beli, sementara untuk
persyaratan administrasi agar dinyatakan layak layar seperti sertifikat keselamatan dan registrasi diurus
langsung oleh pembeli atau pemilik kapal.
3. Ketek
Merupakan alat angkut barang dan penumpang dalam jumlah kecil dan biasanya hanya untuk melayani
penyeberangan antar wilayah seberang Ulu dan seberang Ilir yang saling berhadapan dan jaraknya relatif
dekat. Gambaran tentang kapal sungai berjenis ketek disajikan pada gambar 6.5
Gambar 6.5
Kapal Sungai Berjenis Ketek
Keberadaan kapal ketek ini dapat ditemui hampir di semua dermaga, baik yang berada dalam kota Palembang
maupun di kota-kota lain. Dari survey yang telah dilakukan pada Agustus 2008, dapat diamati bahwa hampir
semua dari ketek yang beroperasi memiliki izin atau sertifikat keselamatan bagi nahkoda. Dan kelengkapan
tersebut didapat pada tahun 2007 kemarin dimana Dinas Perhubungan Kota Palembang membagikan secara
cuma-cuma perlengkapan keselamatan bagi kapal ketek seperti life jacket dan pelampung. Dari data tahun
2007 terlihat adanya sejumlah 101 izin trayek bagi pengoperasian ketek yang dikeluarkan oleh Dinas
Perhubungan Provinsi Sumatera Selatan.
Sementara dari data lapangan dapat tercatat bahwa rata-rata kapal ketek yang beroperasi terutama untuk
trayek dalam kota Palembang, masih berusia lebih dari 5 tahun atau paling tidak merupakan kapal buatan
tahun 2000.
Operasional kapal ketek dilakukan dengan cara mangkal pada dermaga tertentu untuk menunggu penumpang,
dan hanya dapat mengambil penumpang di tempat kapal tersebut bersandar, jadi setelah mengantar
penumpang ke tempat tujuan maka ketek tersebut kembali ke pangkalannya dalam kondisi kosong. Dan
mengingat cukup banyak kapal ketek yang bersandar maka kapal akan segera berangkat begitu ada
penumpangnya, namun di satu dua tempat sudah lebih tertata dengan sistim antri yaitu kapal yang datang
lebih dulu akan mendapat prioritas pengisian penumpang dengan batas tertentu misal lima atau enam orang,
dan setelah berangkat tempatnya diisi oleh kapal dibelakangnya, lalu saat kembali lagi dalam kondisi kosong
kapal tersebut mengisi tempat antrian yang paling belakang, demikian seterusnya saling susul menyusul.
Retribusi biaya standar yang dikenakan pada kapal ketek adalah Rp. 500 per hari, dan itu dibayarkan secara
langsung setiap hari di dermaga tempat mangkal.
Pada umumnya kapal-kapal ketek tersebut dibuat di beberapa galangan kapal yang terdapat di sepanjang
Sungai Musi. Dengan usaha galangan kapal yang dijalankan dengan cara tradisional dan sangat sederhana
serta dikelola oleh satu keluarga secara turun temurun, satu kapal ketek berbahan sekitar 2 meter kubik kayu
meranti dapat diselesaikan selama 15 hari oleh satu orang tukang dibantu satu orang tenaga kasar.
Untuk kelengkapan administrasi hanya disertakan surat jual beli, sementara sertifikat keselamatan dan
registrasi kapal diurus sendiri oleh pembeli atau pemilik kapal.
4. Tugboat
Kapal ini merupakan kapal penarik atau pendorong kapal Tongkang dan dibedakan menjadi Tug Boat Besi
yang ukurannya besar dan Tug Boat Kayu yang sedikit lebih kecil, dan selalu berlabuh di pelabuhan atau
dermaga/pangkalan khusus milik perusahaan dan industri, atau pada pangkalan-pangkalan pasir yang
umumnya dikelola oleh swasta, mengikuti berlabuhnya kapal Tongkang. Gambaran tentang kapal sungai
berjenis Tugboat disajikan pada gambar 6.6
Gambar 6.6
Kapal Sungai Berjenis Tugboat
5. Tongkang
Berdasarkan fungsinya kapal Tongkang baik itu Tongkang Besi yang ukurannya besar maupun Tongkang
Kayu yang sedikit lebih kecil. Tongkang adalah kapal yang digunakan untuk mengangkut hasil tambang,
industri olahan dan hasil hutan seperti batu bara, karet, kayu, pasir dan lain-lain. Kapal ini tidak bermesin
biasanya berlabuh di pelabuhan atau dermaga/pangkalan khusus milik perusahaan dan industri, atau pada
pangkalan-pangkalan pasir yang umumnya dikelola oleh swasta. Gambaran kapal sungai berjenis Tongkang
dapat disajikan pada gambar 6.7
Gambar 6.7
Kapal Sungai Berjenis Tongkang
6. Sampan
Kapal ini merupakan angkutan sungai yang paling tradisional karena memang sudah ada sejak manusia
mengenal sistem transportasi air. Kapal tidak bermotor yang paling kecil ukurannya dibanding dengan kapal
sungai yang lain ini sudah jarang keberadaannya di kota Palembang, karena memang karakteristik sungai
yang lebar dengan lalu lintas air yang lebih didominasi kapal-kapal bermesin, juga karena sampan lebih
bersifat individual. Untuk saat ini kapal kayu yang sangat sederhana ini dapat ditemui di daerah pedalaman
dan biasanya dimiliki oleh perorangan serta digunakan sebagai sarana untuk transportasi pribadi seperti
memancing dan lain-lain. Gambaran kapal sungai berjenis Sampan dapat disajikan pada gambar 6.8
Gambar 6.8
Kapal Sungai Berjenis Sampan
Jukung dan kelotok adalah alat transportasi di Sungai Barito yang paling populer, Petersen (2001) secara
detail menggambarkan jenis jukung di Sungai Barito beserta bahan-bahan dasar dan cara pembuatannya,
adapun jenis jukung tersebut adalah : Jukung Sudur Jukung Rangkan, Jukung Patai, Jukung Hawaian, Alkon,
Jukung Rombong, Klotok Halus, Feri, Klotok Baangkut Barang, Jukung Nalayan, Jukung Tiung, Jukung
Raksasa, Motorbot. (Mengenai penjelasan masing-masing Jukung, lihat Petersen, Jukung dari Dataran
Rendah Barito, 2001)
Dari semua jenis jukung tersebut, ada beberapa paling populer bagi masyarakat Sungai Barito sementara
sebagian lainnya jarang digunakan. Sebelum membahas tentang jenis angkutan sungai, terlebih dahulu
dikemukakan ada 2 (dua) bagian utama dari kapal sungai, yakni haluan dan ngambudi. Haluan merupakan
bagian depan kapal, tempat juragan kapal menyetir. Setiran dihubungkan dengan tali yang digulungkan
kemudian pada dua sisi kapal tempat tali tersebut akan diikat pada dua ujung sampan pada buritan. Selain tali
untuk sampan, ada satu tali berhubungan dengan mesin kapal. Di sebut tali gas, jika ditarik kecepatan kapal
akan bertambah namun jika diulur kecepatannya akan melemah hingga mesin menjadi mati. Apabila jenis
kapal menggunakan kopling untuk maju, mundur dan prai (tidak jalan), akan menggunakan satu lagi di ujung
tali bagian mesin dihubungkan ke sebuah lonceng. Apabila loncengnya berbunyi satu kali “teng”, maka
kopling harus prai, bila lonceng berbunyi dua kali, “teng, teng” maka kapal harus maju, kalau lonceng
berbunyi tiga kali “teng, teng, teng” berarti kapal harus mundur. Adapun ngambudi adalah buritan kapal,
terdiri dari mesin kapal dan bagian terakhir di belakang kapal terdiri dari roda dan sampan kapal. Dengan
kata lain, ngambudi adalah tempat untuk mesin mendorong kapal untuk bergerak sedangkan haluan mengatur
kecepatan kapal sekaligus arah bergeraknya kapal.
Berdasarkan penggunaannya terdapat 3 (tiga) jenis kapal, yakni Kapal Tarik, Kapal Barang dan Angkutan
Pribadi, sebagai berikut:
1. Kapal Tarik
Jenis kapal ini digunakan untuk menarik angkutan besar, Petersen menyebutnya dengan istilah Kapal Tunda,
atau Tog Boat semua bahan dasarnya terbuat dari besi. Kapal Tunda/Tug Boat tersebut digunakan untuk
menarik tongkang berisi batu-bara atau kayu (log) tebangan dari hulu Sungai Barito. Sesuai dengan
kegunaannya, kapal tarik mempunyai kekuatan besar untuk membawa beban. Bisa juga digunakan untuk
menarik lanting (rakit kayu), umunya lebih kecil dari pada kapal tarik untuk tongkang. Sebab menarik
lanting diperlukan kapal-kapal tarik dengan jenis lain, menggunakan mesin diesel (kelotok) dengan haluan
lebih lancip dan buritan tumpul gunanya supaya lebih mudah berputar dan tidak hanya menarik juga
berfungsi mendorong.
Lanting berisi jejeran batang kayu panjangnya mencapai seratus meter lebih, di kelokan-kelokan Sungai
Barito mesti hati-hati untuk menariknya. Resiko ceroboh adalah tali-tali mengikat kayu bisa putus, kalau
terjadi batang kayu akan berhamburanh atau lanting mengenai pemukiman penduduk. Jadi meskipun
kekuatan mesin kapal bisa menarik dengan kuat dan cepat, diperlukan kehati-hatian agar tidak beresiko
kecelakaan di Sungai Barito.
2. Kapal Barang
Digunakan khusus untuk mengangkut barang, termasuk hasil hutan di dalam kapal tersebut. Terbuat dari besi
adalah kapal tanker, oleh penduduk di sebut Kapal Tampak karena haluannya tumpul digunakan untuk
mengangkat minyak atau kendaraan alat berat, seperti derek, stom, eskavator dan lain-lain. Kemudian terbuat
dari kayu, semua dinding terbuat dari papan dan atapnya menutupi keseluruhan dari kapal tersebut. Kapal
Dagang, isinya barang-barang (sembako) untuk diperjualbelikan kepada penduduk di sepanjang DAS Barito.
Kapal Dagang biasanya datang dari Banjarmasin.
Dari arah berlawanan yakni hulu, kapal dagang sejenis digunakan untuk mengangkut rotan untuk dijual ke
Banjarmasin. Jenis angkutan dari hulu ini, bisa seluruh kapal menggunakan atap bisa juga di bagian
ngambudi, bagian haluannya saja atau bagian ngambudi dan haluan menggunakan atap di tengah kapal
dibiarkan terbuka untuk lebih memudahkan memuat dan mengeluarkan barang.
Jenis lain, adalah Jukung Tiung, bentuknya tidak dibuat serapi dan sehalus kapal barang lainnya. Jukung
Tiung dibuat terbuka tanpa atap penutup, kalau pun ada hanya sedikit untuk menutupi mesin kapal
(ngambudi). Bahkan kebiasaan jukung tiung tidak dilengkapi mesin, karena digandeng kapal tunda. Jukung
Tiung digunakan untuk memuat papan, pasir dan bebatuan atau jenis material yang tahan hujan dan panas.
Kemudian Kapal Fery adalah jenis angkutan untuk menyeberangkan motor atau mobil di sungai Barito,
meskipun sudah ada jembatan Barito yang menghubungkan dua daratan yang berseberangan namun satu
jembatan penyebarangan saja tidak memadai untuk DAS Barito yang begitu panjang.
Jenis lain adalah kapal Camplon, merupakan nama lain dari kapal Pinisi, biasanya berasal dari Indonesia
Timur, dari Makassar dan Madura keperluan kapal Camplon hanya untuk membuat hasil hutan Kalimantan
berupa galam dan papan.
3. Kapal Taksi
Kapal taksi, kalau model angkutan darat seperti bus, angkot, metromini dan lain sebagainya. Beberapa tahun
lalu antara tahun 1980-an dan menjelang tahun 2000 paling populer di Sungai Barito disebut masyarakat
yakni Taksi Barito, adalah jenis bis air, kapal dengan bertingkat dua bisa mengangkut ratusan orang. Taksi
Barito mengangkut penumpang dari Hulu Sungai Barito hingga tujuan akhir kota Banjarmasin. Di dalam
kapal disediakan beberapa puluh ranjang, tentu dengan bayaran ekstra, bagi penumpang biasa bisa lesehan
duduk berdempetan kalau penumpangnya sedikit bisa berbaring. Di dalamnya disediakan televisi video,
memutar berbagai film untuk membuang rasa jenuh di dalam kapal, juga disediakan warung nasi di buritan
kapal. Juga tersedia jamban, yang kotoran langsung jatuh ke dalam sungai Barito.
Kapal taksi jenis tercepat adalah speedboat terbuat dari fiberglass, bisa mengangkut penumpang 25 hingga
30 orang. Penumpangnya memiliki kesan mewah, atau bisa dikatakan sebagai angkutan kelas satu sebab
selain cepat, barang bawaan terbatas juga tarif penumpang lebih mahal dari angkutan lain. Di bawah
speedboat adalah longboat sesuai namanya bentuknya hanya lebih panjang dan memuat penumpang lebih
banyak namun kalah cepat dengan speed boat.
Jenis berikutnya adalah Masin Motor atau motorboat panjangnya mencapai 25 meter lebih besar dari
longboat bisa mengangkut penumpang 100 hingga 150 orang. Masin motor dikembangkan dari bakal jukung
yang khusus untuk motorboat. Selain di bukanya jalan darat ke beberapa ibukota Kabupaten di sepanjang
Sungai Barito. Keberadaan motorboat ini pada akhirnya menggeser keberadaan Taksi Barito dan longboat,
karena lebih praktis dan cepat.
Selanjutnya adalah kapal getek, adalah jenis kelotok yang fungsinya khusus untuk mengangkut orang. Getek
beroperasi pada kawasan kota Marabahan, untuk membawa penumpang dari desa-desa sekitar kota tersebut.
Di banding taksi Barito, Speedboat, motorboat kemampuan getek membawa penumpang lebih sedikit, karena
digunakan untuk angkutan sungai jarak dekat.
Angkutan pribadi yang saya maksud adalah angkutan sungai yang paling banyak di miliki orang Bakumpai
adalah kelotok, bahan dasarnya terbuat dari jukung hanya saja karena ukurannya lebih besar maka jukung
dibuat dari batang pohon kayu besar. Ketika jukung besar dipasang mesin diesel sebagai tenaga penggerak,
maka namanya berubah menjadi kelotok. Penggunaan kelotok selain angkutan pribadi atau keluarga,
maksimal hanya bisa memuat belasan orang saja bisa digunakan membawa hasil alam berupa buah-buahan,
padi juga mengangkut manusia untuk keperluan tertentu seperti berobat dan pergi ke pasar, silaturrahmi atau
menghadiri acara perkawinan maupun hiburan di desa lain.
Ada kelotok khusus untuk berjualan, dinamakan jukung rombong ada yang menggunakan mesin diesel dan
bisa juga di kayuh saja. Di daerah muara Sungai Barito, barang dagangan dalam jukung rombong adalah
minuman hangat seperti teh, kopi, susu dan sejenisnya. Juga menjual kue-kue khas Banjar, cara
mengambilnya menggunakan tongkat diujungnya ada paku untuk menancapkan kue-kue tersebut. Di
pedalaman sungai Barito, jukung rombong semuanya beratap dan menjual makanan seperti gado-gado dan
soto. Pembelinya menunggu di batang sambil membawa piring, bisa juga masuk ke dalam jukung untuk
makan disitu.
Mesin kelotok adalah digerakkan oleh mesin diesel berbahan bakar solar, mesin diesel tersebut pada awalnya
menggunakan mesin buatan Jepang. Mesin diesel berbahan bakar solar tersebut dihidupkan menggunakan
engkol berbentuk huruf “L” yang diputar pada bagian depan mesin dalam kecepatan putaran tertentu engkol
dilepas dan mesin akan hidup, sebagai pendinginnya diperlukan air yang dipompa melalui tekanan roda di
bagian belakang dihubungkan dengan selang ke dalam bagian mesin paling bawah, air akan keluar bagian
atas mesin yang juga dihubungkan dengan pipa selang untuk mengeluarkan air keluar.
Perbedaan jenis mesin, membedakan nama jenis angkutan sungai, sebab selain mesin diesel yang praktis lagi,
ada mesin jenis lain yabng menghidupkannya dengan cara ditarik dan menggunakan pendingin dari kipas
angin dalam mesin tersebut yang dinamakan ces. Bahan bakar mesin ces terdiri dari bermacam BBM
tergantung jenisnya, namun ada yang memakai bahan baar minyak tanah, bensin dan ada juga solar.
Ces selain mudah menghidupkannya, beratnya lebih ringan dari mesin diesel. Mesin ces kalau di perkotaan
saya lihat dipakai untuk mesin untuk memutar tabung angin pada tempat tambal ban, atau pompa air bahan
bakarnya bisa bensin atau minyak tanah. Sehingga kalau sudah selesai memakainya, pemilik ces bisa
melepaskan mesin dan menyimpan di dalam rumah sehingga tidak khawatir akan hilang dicuri, maupun
tenggelam. Kapal Ces hanya mampu menampung beberapa orang saja, namun lebih praktis digunakan.
Pengaruh negara besar dunia, nampaknya juga memberi dampak kepada pemilik angkutan Sungai Barito
terutama masyarakat pedesaan. Cina muncul sebagai saingan Jepang memproduksi mesin kelotok, tentunya
dengan harga lebih murah meskipun kualitas masih di bawah. Mesin Diesel China masuk menjelang tahun
2000 dan Orang Bakumpai dengan kemampuan terbatas mulai beralih kepada mesin diesel buatan Cina,
meskipun daya tahan mesin agak kurang namun suku cadangnya mudah ditemukan sehingga merk-merk
Jepang mulai redup di perairan Sungai Barito. Karena kualitasnya dibawah mesin buatan Jepang, selalu saja
ada kerusakan di sana sini. Sehingga lebih sering memeriksa mesin, terutama bagian baut banyak yang
longgar. Oleh orang Bakumpai, bagian mesin sering berbunyi “tek, tek” apabila kepanasan, maka untuk
jukung dengan mesin diesel keluaran Cina dinamakan Taletek.
Baik kelotok, ces, atau taletek karena jenis angkutan air maka tidak dihindari lagi kemukinan air akan masuk
ke dalam kapal. Kapal besar biasanya menggunakan pompa untuk membuang air, untuk kelotok, ces dan
taletek membuang air menggunakan kompa got. Yakni bagian ngambudi badan jukung, biasa di depan mesin
di bor hingga tembus dengan kemiringan tertentu namun kemiringannya mengarah mengikuti arus air.
Setelah di bor dimasukkan selang, yang di ujung tembusannya dibuat runcing sementara di bagian dalam
selang dipotong sejajar dengan badan kapal. Ketika kapal sedang melaju, otomatis terbuka udara akibat ruang
kosong di bagian bawa kapal sehingga itulah yang meyedot air di kapal keluar lewat bawah. Ketika kapal
berhenti, lobang kompa got harus ditutup agar air tidak masuk ke dalam kapal.
Sebenarnya jukung dalam keseharian orang Bakumpai, adalah perahu kecil yang untuk menggerakkannya
digunakan besei (sampan). Jukung paling banyak dimuat oleh 3 orang dewasa, kecuali jenis Jukung Sudur
namun sudah langka ditemukan. Mengayuh jukung dengan besei kalau tidak bisa, sama saja dengan orang
belajar naik sepeda, kalau tidak jalannya berbelok-belok kemungkinan besar bisa terbalik. Balik mengontrol
jukung adalah duduk di ngambudi, agar keseimbangan jukung bisa dikendalikan.
Berikut disajikan beberapa jenis kapal sungai yang beroperasi di Sungai Barito, sebagaimana gambar 6.9
Gambar 6.9
Beberapa Jenis Kapal Sungai yang Beroperasi di Sungai Barito
Karakteristik kapal sungai yang beroperasi, nama dermaga dan rute pelayanan angkutan sungai di Provinsi
Kalimantan Selatan disajikan pada tabel 6.4 dan 6.5.
Tabel 6.4
Karakteristik Kapal Sungai di Provinsi Kalimantan Selatan
Kapasitas Kec
No Jenis Kapal Panjang Lebar Jenis Kekuatan Isi Kotor Jenis Jenis
Barang Rata2
(m) (m) Bahan Mesin (PK) (m3) Mesin Penggerak
(ton) Pnp (org) (km/jam)
1. Motor Getek/Klotok 13 2 Kayu Ulin 05 - 15 < 15 Diesel Dumpeng < 05 < 18 07 - 12
2. Motor Boat :
- Bus Air 22,55 4,98 Kayu Ulin 75 - 200 < 200 Diesel Yamaha < 10 < 200 12 - 15
- Truk Air - - Kayu Ulin - - Diesel Kubota 20 - 70 - -
3. Kapal Tunda 16 2,5 Kayu Ulin < 100 20 - 50 Diesel Kubota - - 30 - 60
4. Speed Boat 5,5 1,75 Fiber Glass < 200 01- 05 Premium Yamaha - < 14 < 40
Plywood
5. Motor Tempel 10,75 1,35 Kayu Ulin < 85 05 - 10 Premium Yamaha - < 60 20 - 30
Diesel Kubota
6. Tongkang
- Tongkang Besi 22 5,3 Besi - 50 - 90 - - 50 -130 - -
- Tongkang Kayu 16,25 2,8 Kayu Ulin - 20 - 50 - - 15 - 35 - -
Sumber : Dishub Kota Banjarmasin
Tabel 6.5
Nama Dermaga dan Rute Angkutan Sungai di Provinsi Kalimantan Selatan
Jenis yg
No Dermaga Lokasi Sungai Lasifikasi Dermaga Rute Jenis Sarana
Diangkut
1. Banjar Raya Barito Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Buntok - M.Tewe - P.Cahu Pnp & Barang Bis Air
2. Ujung Panti Barito Lintasan/Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Buntok - M.Tewe - P.Cahu Pnp & Barang Bis Air
B.Masin - Anjir - K. Kapuas - P. Raya Pnp & Barang Kapal Motor
Jenis yg
No Dermaga Lokasi Sungai Lasifikasi Dermaga Rute Jenis Sarana
Diangkut
B.Masin - Marbahan - Margasari - Negara . Pnp & Barang Kapal Motor - Bis Air
3. Marabahan Barito Lintasan/Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Buntok - M.Tewe - P.Cahu Pnp & Barang Bis Air
B.Masin - Marbahan - Margasari - Negara Pnp & Barang Kapal Motor - Bis Air
Marabahan - Kuripan PNP Speed Boat
4. Kuripan Barito Lintasan/Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Buntok - M.Tewe - P.Cahu Pnp & Barang Bis Air
D.Panggang - K.Kapuas - P.Raya PNP & BARANG Bis Air
Kuripan - Marabahan PNP Speed Boat
5. Ujung Murung Martapura Keberangkatan/Kedatangan B. Masin – Tamban Pnp & Barang Kapal Motor
B.Masin - Pagatan / Mendawai Pnp & Barang Kapal Motor
B.Masin - Mengkatif - Jenamas Pnp Speed Boat
B.Masin - Belawang - Berambai Pnp & Barang Kapal Motor
6. Pasar Lima Martapura Keberangkatan/Kedatangan B.Masin – Negara Pnp & Barang Bis Air
B.Masin – Tamban Pnp & Barang Kapal Motor
B.Masin – Tabunganen Pnp & Barang Kapal Motor
B.Masin – Catur Pnp & Barang Kapal Motor
B.Masin - Tanipah Pnp & Barang Kapal Motor
B.Masin - Tamban – Terusan Pnp & Barang Kapal Motor
7. Tamansari Martapura Keberangkatan/Kedatangan B. Masin – Tamban Pnp & Barang Kapal Motor
B.Masin - Catur Pnp & Barang Kapal Motor
8. Martapura Martapura Keberangkatan/Kedatangan
9. Alalak Awang Lintasan
10 Handil Bakti Handil Bakti Keberangkatan/Kedatangan
11. Tamban Km. 4 Anjir Tamban Lintasan/Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Tamban - Terusan / K. Kapuas Pnp & Barang Kapal Motor
12. Tamban Km.6 Anjir Tamban Lintasan/Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Tamban - Terusan / K. Kapuas Pnp & Barang Kapal Motor
(Pasar )
13. Mekarsari Km.12 Anjir Tamban Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Terusan / K. Kapuas Pnp & Barang Kapal Motor
( Pasar )
14. Anjir Muara Anjir Serapat Lintasan/Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Anjir - K. Kapuas - P. Raya Pnp & Barang Kapal Motor
Jenis yg
No Dermaga Lokasi Sungai Lasifikasi Dermaga Rute Jenis Sarana
Diangkut
Km.25
15. Anjir Pasar Km. Anjir Serapat Lintasan/Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Anjir - K. Kapuas - P. Raya Pnp & Barang Kapal Motor
18
16. Margasari Negara Lintasan/Keberangkatan/Kedatangan B.Masin - Buas-Buas – Negara Pnp & Barang Kapal Motor - Bis Air
17. Negara Negara Keberangkatan/Kedatangan B.Masin – Negara Pnp & Barang Bis Air
18. Babirik Negara Keberangkatan/Kedatangan Negara - Babirik – Alabio Pnp & Barang Truk Air
Negara - Babirik - Danau Panggang Pnp & Barang Truk Air
19. Amuntai Negara Keberangkatan/Kedatangan Negara - Babirik – Amuntai Barang Truk Air
Amuntai - Babirik - Danau Panggang Barang Truk Air
20. Danau Panggang Rintisan Lintasan/Keberangkatan/Kedatangan Danau Panggang – Jenamas Pnp Speed Boat
Danau Panggang - K. Kapuas - P. Raya Pnp & Barang Truk Air
Babirik - Danau Panggang - Alabio Pnp & Barang Truk Air
Sumber : Dishub Prov Kalsel, 2009
Beberapa wilayah di Kalimantan Timur hanya dapat dilalui dengan menggunakan transportasi sungai,
khususnya Sungai Mahakam. Bahkan, transportasi sungai masih menjadi andalan bagi pengangkutan barang
di Kalimantan Timur. Panjang sungai ini mencapai 920 km. Beberapa anak sungai yang bermuara di Sungai
Mahakam di antaranya Sungai Tenggarong, Sungai Belayan dan Sungai Lawa.
Menyusuri tepian Sungai Mahakam, kita akan menemukan berbagai aktivitas sosial masyarakat yang
wilayahnya dilintasi sungai tersebut. Aktivitas tersebut misalnya pemanfaatan sungai sebagai sarana
transportasi untuk angkutan penumpang dan barang, serta hasil bumi yang diperdagangkan antarpulau dan
diekspor ke berbagai negara, aktivitas nelayan pencari ikan, dan kegiatan jual beli ikan hasil tangkapan.
Sebagian besar daerah hulu Sungai Mahakam hanya dapat dijangkau dengan menggunakan ketinting atau
perahu motor, juga taksi air (kapal) jarak jauh. Pelabuhan Mahakam Hulu, menjadi titik keberangkatan kapal
motor jarak jauh menuju sejumlah daerah di antaranya Melak, Long Iram, Long Bagun yang jarak
tempuhnya antara satu hingga dua hari.
Berikut disajikan sarana transportasi sungai yang beroperasi di Sungai Mahakam, sebagaimana gambar 6.10
Gambar 6.10
Sarana Transportasi Sungai di Sungai Mahakam
Sungai Mahakam menjadi penghubung kota-kota di pesisir dengan kota kecil dan kampung-kampung di
pedalaman. Sungai Mahakam yang berhulu di bagian Barat Laut Kaltim tersebut, menjadi ‘jalur emas’ yang
perannya tak terkira dalam kehidupan penduduk di sepanjang pantainya (orang yang tinggal di sepanjang tepi
Sungai Mahakam, selalu menyebut Pantai Mahakam untuk daerah mereka).
Aneka macam alat transportasi sungai yang ada di Kaltim, untuk transportasi jarak jauh, katakanlah dari Kota
Samarinda menuju ke arah hulu, misalnya ke kota Muara Lawa, maka orang biasanya memakai Bus Air.
Kota Muara Lawa sendiri adalah ibukota Kecamatan Muara Pahu. Kota kecil yang tidak dialiri lagi oleh
Sungai Mahakam, tetapi terbelah oleh sungai Kedang Pahu, yang merupakan anak Sungai Mahakam.
Selain mengangkut penumpang, Bus Air biasanya juga menjadi alat angkutan untuk pelbagai keperluan
penduduk. Sembako, alat-alat elektronik, dan bahan bakar minyak (BBM) adalah barang-barang yang sangat
lazim ditemukan di atas kapal yang hendak menghulu ke arah pedalaman. Sementara dari arah hulu ke hilir,
rotan, pelbagai jenis kerajinan tangan, dan ikan air tawar yang sudah diasinkan, bisanya menjadi komoditas
yang diangkut dalam Bus Air.
Menaiki Bus Air bagi orang yang bukan asli Kalimantan, mungkin merupakan sebuah pengalaman menarik
yang menawarkan berjuta kenangan. Kondisi alam tropis di Kalimantan yang masih hijau; sepanjang jalan
mata kita memandang sungai dan pepohonan tropis; bahkan kalau beruntung mungkin akan melihat ikan
pesut yang meloncat keluar dari dalam air, atau monyet-monyet yang bergelantungan di pohon-pohon di tepi
sungai. Sesekali Bus Air berhenti di perkampungan tepi sungai orang Dayak. Menurunkan satu atau beberapa
orang penumpang atau muatan. Dan kemudian kembali berjalan lagi. Para penumpang sendiri, biasanya
melakukan pelbagai aktivitas di atas Bus Air untuk membunuh waktu. Mulai dari ngobrol dengan para
penumpang yang lain, bersantap di kantin kapal, nonton televisi, dan berkaraoke. Meski tampaknya, aktivitas
berkaraoke tidak dapat dinikmati maksimal karena deru mesin kapal yang cukup memekakkan.
Karena waktu tempuh dari dan ke pedalaman cukup lama, misalnya saja dari Kota kecil Muara Lawa di tepi
Sungai Kedang Pahu hingga sampai di Samarinda, dengan ongkos 100 ribu rupiah per orang, sebuah Bus Air
membutuhkan waktu menghilir selama kurang lebih 17 jam. Dan waktu yang lebih banyak dibutuhkan untuk
arah sebaliknya. Untuk mencapai Muara Lawa dari Samarinda, dibutuhkan waktu kurang lebih 20 jam. Selai
karena gerakan Bus Air yang melawan arus sungai, juga karena aktivitas bongkar barang di beberapa kota
yang dilalui.
Selain Bus Air, speed boat, menjadi salah satu alat transportasi yang lazim digunakan pada sepanjang Pantai
Mahakam dan anak-anak sungai yang bermuara di Mahakam. Tetapi biasanya speed boat dipakai untuk
kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendesak. Hal ini disebabkan ongkos speed boat yang mahal. Speed
boat dengan kekuatan 85 PK (PK: tenaga kuda.
Alat transportasi lain adalah ces. Ces adalah kapal motor tempel. Ces terbuat dari kayu dengan panjang
bervariasi, sekitar 6 sampai 12 meter. Dan lebar biasanya sekitar 1 meter. Pada bagian belakang ces dipasang
mesin tempel yang bisa dipasang-bongkar. Mesin tempel ini bervariasi juga kekuatannya, umumnya mulai
dari 5 hingga 10 PK. Ces menjadi kendaraan sehari-hari para penduduk yang berdiam di tepi sungai. Para
penuduk biasanya memaki ces untuk aktivitas bepergian ke ladang-ladang mereka. Badan ces yang ramping
menyebabkan ia dapat dengan mudah menyusuri sungai-sungai kecil. Bahkan ces juga sering dipakai oleh
penduduk untuk memasuki rawa-rawa. Selain ke ladang, ces juga biasanya dipakai untuk aktivitas
memancing, menjala dan menangguk ikan di sungai dan rawa. Long boat adalah varian lain dari ces dengan
badan yang lebih panjang dan kekuatan mesin yang lebih besar.
Selain itu, masih ada perahu tradisional dengan ukuran yang lebih kecil dan lebih ceper.. Perahu ini biasanya
mengarungi sungai-sungai dengan dayung sebagai sumber energinya. Biasanya hanya ditumpangi oleh dua
orang, di depan dan di belakang, dengan masing-masing orang memegang dayung. Kalau ces dan long boat
terbuat dari sambungan papan dan aneka bentuk kayu lainnya sehingga dibutuhkan lem disela-sela
sambungan kayu, maka perahu biasanya dibuat dari kayu utuh yang dilobangi sedemikian rupa, jadi tanpa
sambungan.
Jenis lain adalah ponton. Tetapi ponton ini biasanya secara spesifik digunakan untuk mengangkut kayu dan
barang-barang tambang seperti batubara dan konsentrat lainnya. Atau juga digunakan untuk mengangkut
alat-alat berat seperti traktor untuk kebutuhan perusahan kayu dan tambang dari kota ke pedalaman.
Dalam menjalani kesehariannya yang akrab dengan sungai dan alat transportasi air, maka para penduduk
mengembangkan strategi dalam kehidupan mereka. Karena topografi Kalimantan umumnya adalah datar
sampai hampir datar (flat – almost flat), maka pola penyaluran yang berkembang adalah pola penyaluran
yang sudah berstadia dewasa – tua. Hal ini ditandai dengan sungai-sungainya sudah membentuk mender-
mender (kelokan-kelokan sungai yang melebihi setengah lamda grafik sinusoidal), pada kelokan-kelokan
sungai biasanya penduduk membuat terusan-terusan. Terusan ini memperpendek jarak yang ditempuh,
karena ces-ces mereka tidak perlu berputar mengikuti kelokan-kelokan sungai, tetapi cukup mengambil jalan
potong berupa terusan artifisial yang memotong di leher kelokan. Strategi ini dapat memperpendek jarak
yang harus ditempuh sepanjang berpuluh-puluh kilometer.
Sungai Mahakam dilayari oleh beberapa jenis dan ukuran kapal sungai yang mayoritas adalah kapal – kapal
kayu yang dibuat secara tradisional oleh para pengrajin setempat. Kapal - kapal yang berukuran besar dan
sedang ( ≥ 7 GT ) kebanyakan berfungsi sebagai kapal Barang Penumpang sedangkan kapal – kapal yang
berukuran ≤ 7 GT cenderung berfungsi sebagai kapal penumpang. Sedangkan jenis angkutan sungai yang
beroperasi di alur sungai Mahakam adalah sebagaimana berikut :
a. Ketinting.
Kapal ketinting termasuk jenis angkutan sungai dan merupakan kapal tradisional yang dibuat dari kayu dan
berfungsi sebagai kapal pengangkut penumpang untuk penyeberangan di sungai mahakam. Ciri khas kapal
ini adalah memiliki penutup (shelter) sepanjang 2/3 dari panjang kapalnya. Awalnya kapal ini
memiliki tenaga penggerak jenis outboard engine namun sekarang sudah menggunakan inboard engine yang
bertenaga kecil sekitar 6 PK.
Gambar 6.11
Kapal sungai jenis Ketiting
Secara umum ukuran utama untuk kapal jenis ketinting adalah sbb:
1) Panjang keseluruhan, Length Overall ( Loa ) lk 8.60 m.
2) Lebar kapal, Breadth ( B ) lk 1.80 m.
3) Tinggi kapal, Depth ( D ) lk 0.74 m.
4) Tonase kotor, Gross Tonage ( GT ) lk 2 GT.
Kapal angkutan pasir yang juga disebut masyarakat sebagai angkutan Umum ini termasuk jenis angkutan
sungai dan merupakan kapal tradisional yang dibuat dari kayu oleh para pengrajin setempat , berfungsi
sebagai kapal untuk mengangkut pasir dan barang di alur sungai mahakam. Kapal ini digerakkan dengan
motor diesel (motor dalam ) yang berkekuatan sekitar 30 PK.
Gambar 6.12:
Kapal sungai jenis Angkutan Pasir/Umum.
Secara umum ukuran utama untuk kapal jenis angkutan pasir adalah sbb:
1) Panjang keseluruhan, Length Overall ( Loa ) lk 14.80 m.
2) Lebar kapal, Breadth ( B ) lk 3.56 m.
c. Bis Air
Bis air juga termasuk jenis angkutan sungai dan juga merupakan kapal tradisional yang dibuat dari kayu oleh
para pengrajin setempat dan berfungsi sebagai kapal untuk mengangkut penumpang dan barang di sungai
mahakam. Kapal ini mampu mengangkut penumpang sebanyak lk 47 orang dan 41 ton barang, kapal ini
digerakkan dengan motor diesel yang berkekuatan sekitar 160 PK dan kebanyakan menggunakan jenis
marineized (modifikasi motor darat yang disesuaikan untuk perairan).
Gambar 6.13
Kapal sungai jenis Bis Air.
Secara umum ukuran utama untuk kapal jenis Bis Air adalah sbb:
1) Panjang keseluruhan, Length Overall ( Loa ) lk 25.24 m.
2) Lebar kapal, Breadth ( B ) lk 4.19 m.
3) Tinggi kapal, Depth ( D ) lk 1.60 m.
4) Tonase kotor, Gross Tonage ( GT ) lk 41 GT.
d. Kapal Gandeng
Kapal ini juga termasuk jenis angkutan sungai dan juga merupakan kapal tradisional yang dibuat dari kayu
dan berfungsi sebagai kapal penggandeng kapal yang memuat barang di sungai mahakam, sedangkan kapal
yang digandeng ini tidak memiliki tenaga penggerak utama. Kapal penggandeng ini digerakkan dengan
motor diesel yang berkekuatan mencapai 160 PK dan kebanyakan menggunakan jenis marinized ( modifikasi
motor darat yang disesuaikan untuk perairan ).
Gambar 6.14
Kapal sungai jenis Kapal Gandeng.
Secara umum ukuran utama untuk kapal gandeng ini adalah sbb:
1) Panjang keseluruhan, Length Overall ( Loa ) lk 17.70 m.
2) Lebar kapal, Breadth ( B ) lk 4.00 m.
3) Tinggi kapal, Depth ( D ) lk 1.60 m.
4) Tonase kotor, Gross Tonage ( GT ) lk 30 GT.
e. Truk Air
Truk air ini juga termasuk jenis angkutan sungai dan juga merupakan kapal tradisional yang dibuat dari kayu
dan berfungsi hanya sebagai pengangkut barang di sungai mahakam, Kapal penggandeng ini digerakkan
dengan motor diesel yang berkekuatan mencapai 160 PK dan kebanyakan menggunakan jenis marinized
(modifikasi motor darat yang disesuaikan untuk perairan).
Gambar 6.15
Kapal Sungai jenis Truk Air
Secara umum ukuran utama untuk kapal jenis truk Air adalah sbb:
1) Panjang keseluruhan, Length Overall ( Loa ) lk 17.70 m.
2) Lebar kapal, Breadth ( B ) lk 4.00 m.
3) Tinggi kapal, Depth ( D ) lk 2.10 m.
4) Tonase kotor, Gross Tonage ( GT ) lk 30 GT.
f. Chess.
Ches adalah termasuk jenis angkutan sungai dan merupakan kapal tradisional berukuran kecil yang dibuat
dari kayu dan berfungsi sebagai ojek untuk penyeberangan dan angkutan jarak pendek di sungai mahakam.
Kapal ini degerakkan dengan outboard engine bertenaga kecil sekitar 4 PK.
Gambar 6.16
Kapal sungai jenis Chess
Secara umum ukuran utama untuk kapal jenis Ches ini adalah sbb:
1) Panjang keseluruhan, Length Overall ( Loa ) lk 8.00 m.
2) Lebar kapal, Breadth ( B ) lk 1.20 m.
3) Tinggi kapal, Depth ( D ) lk 0.70 m.
4) Tonase kotor, Gross Tonage ( GT ) lk 1 GT.
g. Kapal Penumpang
Kapal ini sebenarnya sejenis dengan Ketinting hanya saja trayeknya lain, bentuk badannya lebih ramping dan
bangunan atasnya juga lain, kapal ini termasuk jenis angkutan sungai dan merupakan kapal tradisional yang
dibuat dari kayu dan berfungsi sebagai kapal pengangkut penumpang untuk penyeberangan di sungai
mahakam. Awalnya kapal ini degerakkan dengan outboard engine namun sekarang menggunakan inboard
engine bertenaga kecil sekitar 6 PK.
Gambar 6.17
Kapal Sungai jenis Kapal Penumpang
Secara umum ukuran utama untuk kapal jenis ini adalah sbb:
1) Panjang keseluruhan, Length Overall ( Loa ) lk 8.60 m.
2) Lebar kapal, Breadth ( B ) lk 1.40 m.
3) Tinggi kapal, Depth ( D ) lk 0.74 m.
4) Tonase kotor, Gross Tonage ( GT ) lk 2 GT.
Pelabuhan angkutan sungai di sungai Mahakam belum difasilitasi dengan peralatan bongkar muat yang
konvensional (crane, gantry, forklift dll) oleh karena itu semua proses bongkar muat di dermaga angkutan
sungai dilakukan dengan secara manual yaitu dengan tenaga manusia (diangkat/dipikul secara gotong
royong). Peralatan sederhana seperti gerobak dorong digunakan untuk mengangkut barang yang berat atau
dalam jumlah banyak.
Gambar 6.18
Jenis Alat Angkat Tradisional
Pelabuhan-pelabuhan tersebut dilengkapi dengan dermaga yang dibuat dari konstruksi kayu dan dibeberapa
tempat dilengkapi dengan ponton agar pada saat terjadi pasang surut dapat memudahkan proses bongkar
muat.
Gambar 6.19
Ponton Tempat Bongkar Muat
Kondisi air sungai Mahakam agak keruh dan mengandung lumpur, dan bibir sepanjang sungai tidak diturap
dan panjang bibir sungai yang diturappun hanya sebatas dipelabuhan kota saja dengan konstruksi Beton
bertulang, pada tempat pemukiman masyarakat didaerah alur sungai tiang rumah penduduk merupakan
turapan tradisional.
Lebar sungai bisa mencapai 800 m dengan kedalaman diperkirakan sampai 12 meter dan dapat di lakukan
simpangan antara dua kapal besar yang sedang masuk atau keluar alur sungai Mahakam di Samarinda.
Gambar 6.20
Alur Sungai Mahakam
Gelombang yang terjadi karena akibat dari lajunya kapal-kapal saat ini tidak begitu berpengaruh karena pada
saat kapal melewati daerah pemukiman penduduk dialur sungai secara sadar langsung mengurangi laju
kecepatan kapalnya. Beberapa waktu lalu pada saat ramainya produksi olahan kayu didaerah alur sungai
Mahakam ini banyak balok kayu terapung dan menjadi penghalang angkutan sungai namun pada saat ini
sudah tidak terjadi lagi, adanya hanya tanaman terapung (enceng gondok) yang sudah tidak berarti lagi
terhadap operasional kapal sungai.
Alur sungai Mahakam ini dilalui oleh 3 (tiga) jembatan dengan ketinggian mencapai 12 meter dari
permukaan air sungai pada saat air pasang sehingga apabila ada kapal yang memiliki bangunan atas atau
tiang mast yang melebihi tinggi jembatan tersebut tidak dapat melewatinya.
Bab 7
Karakteristik SDM Awak Kapal Sungai
dan Danau di Wilayah Studi
7.1 Umum
Berhasil tidaknya suatu pelayanan mencapai visi dan misinya secara berkesinambungan sangat bergantung
pada kualitas SDM yang dimilikinya. Beberapa pakar di bidang SDM berpandangan bahwa SDM yang
berkualitas adalah SDM yang minimal memiliki empat karakteristik utama, yakni: (a) memiliki kompetensi
(knowledge, skill, abilities, dan experience) yang memadai, (b) komitmen pada organisasi, (c) selalu
bertindak cost effectiveness dalam setiap aktivitasnya, dan (d) congruence of goals, yaitu bertindak selaras
antara tujuan pribadinya dengan tujuan organisasi.
Bagi operator dan instansi pemerintah, tersedianya SDM yang berkualitas dan profesional merupakan suatu
syarat dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Sesungguhnya di
dalam konsep ”berkualitas dan profesional” tersebut di dalamnya terkandung unsur kompetensi. Konsep
kompetensi sendiri merupakan kelanjutan dari konsep behavioral objective yang pada awal mulanya
dikembangkan oleh Benjamin Bloom pada tahun 1950 di Amerika. Konsep behavioral objective ini
menjelaskan bahwa spesifikasi tujuan sebagai perilaku yang dapat diobservasi secara langsung dan dapat
dicatat. Pada hakikatnya, konsep ini menggunakan pendekatan melakukan observasi dan menarik kesimpulan
yang dapat dipercaya dengan prinsip operasional, observasi yang dapat dipercaya, dan tidak ada tenggang
waktu interpretasi.
Berdasarkan pada pemikiran tersebut, komponen-komponen ataupun karakteristik yang membentuk sebuah
kompetensi menurut Spencer adalah sebagai berikut:
1. Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki oleh seseorang,
sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motif tingkat laku seperti mengendalikan, mengarahkan,
membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan tertentu.
2. Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau situasi tertentu.
3. Self Concept, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang.
4. Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Komponen kompetensi ini sangat kompleks.
Nilai dari knowledge test, sering gagal untuk memprediksi kinerja karena terjadi kegagalan dalam
mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan dalam pekerjaan.
5. Skills, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.
Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden competency karena sulit untuk dikembangkan dan
sulit mengukurnya. Komponen kompetensi knowledge dan skills disebut visible competency yang cenderung
terlihat, mudah dikembangkan dan mudah mengukurnya. Sedangkan komponen kompetensi self concept
berada di antara kedua kriteria kompetensi tersebut.
Untuk mengimplementasikan secara lebih operasional konsep kompetensi sebagaimana diulas di atas, maka
perlu dikembangkan sebuah model kompetensi yang di antaranya dapat merujuk pada beberapa konsep yang
sudah dikembangkan. Menurut Raymond J. Stone, model kompetensi memiliki tiga elemen kunci, yakni:
1. Underlying Characteristic, kompetensi merupakan bagian integral dari kepribadian seseorang.
2. Causality, kompetensi dapat memprediksi perilaku dan kinerja.
3. Performance, kompetensi memprediksikan secara nyata dan efektif (dalam hal ini minimal dapat
diterima) atau kinerja superior yang terukur sesuai dengan spesifik atau standar
Pelaut sebagai awak kapal merupakan sumber daya manusia yang memegang peranan sangat strategis dan
dominan di dalam suatu perusahaan pelayaran. Hal ini dikarenakan pelaut sebagai perencana, pelaksana dan
juga sebagai pengawas dalam tugas dan tanggung jawab disuatu armada perusahaan pelayaran. Seperti yang
telah ditetapkan dalam Pasal 5 ayat 6 UU RI No.17 Tahun 2008 tentang pelayaran bahwa :
“Mewujudkan sumber daya manusia yang berjiwa bahari, profesional, dan mampu mengikuti perkembangan
kebutuhan penyelenggaraan pelayaran“ dan “Memenuhi perlindungan lingkungan maritim dengan upaya
pencegahan dan penanggulan pencemaran yang bersumber dari kegiatan angkutan di perairan,
kepelabuhan, serta keselamatan dan keamanan”.
Berdasarkan Konvensi International STCW (Standard Trainning Certification Watchkeeping for Seafarer)
Code’78 Amendment’95 Annex I menyatakan bahwa kompetensi dan kriteria tenaga kerja pelaut yang akan
bekerja di atas kapal harus memiliki Sertifikasi Pelatihan (Trainning) yang Standar.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U2002 atau Nomor 232/U/2000
menjelaskan bahwa seorang yang berkompeten harus dapat memenuhi beberapa persyaratan, yaitu :
1. Landasan kemampuan pengembangan kepribadian.
2. Kemampuan penguasaan ilmu dan ketrampilan (Know how dan know why)
3. Kemampuan berkarya (Know to do).
4. Kemampuan mensikapi dan berprilaku dalam berkarya sehingga dapat mandiri dan mengambil dan
mengambil keputusan secara bertanggung jawab (Capable to do ).
5. Dapat hidup bermasyarakat dengan bekerja sama, saling menghormati dan menghargai nilai – nilai
pluralisme dan kedamaian (Able to live together ).
Selain itu, awak kapal bertugas untuk mengabdi kepada semua kepentingan perusahaan, masyarakat dan
negara demi meningkatkan sumber daya perusahaan, dan harus berwibawa serta bermental yang kuat. Di
lain pihak awak kapal harus berkualitas yaitu memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan efisien.
Dalam upaya meningkatkan kualitas hasil sumber daya perusahaan, dituntut adanya peningkatan kualitas
teknis maupun mental sebagai awak kapal untuk kemajuan perusahaan, serta untuk awak kapal itu sendiri.
Apalagi bagi pelaksana di atas kapal harus memiliki dedikasi yang tinggi dalam tugasnya. Upaya ini haruslah
di laksanakan dalam suatu proses yang berkesinambungan, yang menyangkut berbagai aspek seperti
kedisiplinan dan pengawasan, sehingga dari waktu ke waktu awak kapal dapat meningkatkan kinerjanya
menjadi lebih baik dan dapat selalu di sesuaikan dengan perkembangan zaman serta tuntutan tugas dan
perannya.
Kedisiplinan sangat penting di terapkan agar awak kapal dapat bekerja lebih baik sehingga kinerja pun akan
meningkat. Kedisiplinan sebagai dasar dalam membentuk awak kapal berdedikasi dan bertanggung jawab
terhadap tugasnya sudah sewajarnya di tegakkan dengan tepat. Kedisiplinan sebagai salah satu upaya dalam
membangun pribadi awak kapal untuk bersikap dan berprilaku yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan
baik tertulis maupun tidak tertulis yang harus ditegakkan. Hal ini harus menjadi komitmen bersama antara
awak kapal dengan atasannya (Nahkoda). Penegakan kedisiplinan ini harus terbuka artinya semua komponen
yang ada di atas kapal harus mewujudkannya.
Selain itu pengawasan juga merupakan aspek yang penting dan berperan dalam membangun kinerja yang
tinggi. Pengawasan bukanlah sesuatu yang menakutkan dan menjadi kendala bagi awak kapal dalam
menjalankan tugas, tetapi pengawasan sebagai upaya dalam menuju hasil pekerjaan yang lebih baik sesuai
dengan standarisasi yang telah di tetapkan. Pengawasan akan sesuai dengan target tentunya harus
berdasarkan standar yang telah di tetapkan sehingga pengawasan bukan hanya formalitas tetapi menghasilkan
“sesuatu“ yang dapat memberikan masukan guna pembenahan ke depan.
Dengan demikian, di harapkan dapat terciptanya awak kapal yang berkemampuan dan berkualitas sebagai
sumber daya manusia yang mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab secara efektif dan efisien baik
nasional maupun di dunia internasional. Apalagi diatas kapal sangat memerlukan disiplin yang tinggi,
tentunya harus diupayakan agar terlaksanakan sehingga program kerja pun selesai sesuai target. Tentunya
agar kedisiplinan dapat dilaksanakan dalam praktek, maka kedisiplinan hendaknya dapat menunjang tujuan
perusahaan serta sesuai dengan kemampuan dari awak kapal itu sendiri dan pengawasan dari atasannya
sesuai dengan aturan yang berlaku.
1. Pada tiap-tiap kapal harus cukup diawaki, sesuai dengan besar dan jenisnya kapal serta daerah
pelayarannya.
2. Keadaan tubuh awak kapal tidak boleh cacat badan, mata dan telinga cukup sehat yang dibuktikan
dengan sertipikat dokter/dinas kesehatan.
3. Seorang kepala kamar mesin/motoris harus memiliki surat tanda kecakapan yang dikeluarkan oleh
Kepala Dinas Perhubungan. Nakhoda/Juragan dan kepala kamar mesin/motoris dapat dijabat oleh
seorang bagi kapal² yang digerakkan dengan motor tempel, atau kerena bentuk dan ukurannya cukup
dilayani oleh seorang.
4. Susunan awak kapal harus dibuatkan sebuah daftar, yang dinamakan daftar awak kapal, dan selalu
dilampirkan pada sertipikat kesempurnaannya.
Nakhoda adalah salah seorang dari Awak Kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai
wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
1. Nakhoda diwajibkan :
a. Mempunyai kecakapan dan cukup pengalaman mengemudikan kapalnya, faham tentang peraturan²
pencegahan tabrakan dan peraturan² setempat.
b. Sebelum kapal berangkat berlayar, harus mengetahui bahwa alat kemudi dapat bekerja dengan
baik, sehingga kapal dapat diolah gerak dengan sempurna, motor berfungsi sebagaimana mestinya,
dan suling atau peluit kapal selalu dalam keadaan siap dipergunakan. Diantara matahari terbenam
dan terbit lampu² navigasi harus menyala dengan terang.
c. Pada tiap² peristiwa penting yang menyangkut kesempurnaan kapalnya, misalnya kandas, tabrakan
dll harus segera melaporkan kepada Kepala Dinas disertai berita acara dari peristiwa tersebut.
d. Pada tiap kecelakaan yang menyangkut jiwa manusia, meskipun tidak ada hubungannya dengan
tanggung jawabnya harus sedia memberikan pertolongan yang segera dilaporkan kapada Kepala
Dinas Perhubungan dengan disertai berita acara tentang hal tersebut.
e. Harus selalu berusaha agar kapal dan perlengkapannya dalam keadaan terpelihara baik.
3. Dilarang membuat lukisan atau merobah garis lambung timbul dengan maksud untuk menambah daya
muat kapalnya.
4. Apabila diatas kapalnya tidak dipekerjakan seorang Nakhoda/Juragan maka pemilik berkewajiban
memenuhi ketentuan² yang dibebankan kepada Nakhoda/Juragan
Awak kapal sungai & danau merupakan salah satu faktor untuk terciptanya angkutan penyeberangan yang
aman dan selamat sampai tujuan, awak kapal penyeberangan harus memiliki standar keahlian dan
ketrampilan kelaiklautan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Operator/Perusahaan
angkutan sungai & danau sebelum mempekerjakan awak kapal seharusnya mewajibkan bagi awak kapal
memilki ketrampilan yang dibuktikan dengan sertifikat. Awak kapal merupakan salah satu faktor terciptanya
keselamatan pelayaran. Setiap kapal diawaki secara efisien :
1. diawaki oleh orang-orang yang cakap;
2. berpengalaman;
3. bertanggung jawab;
4. berkepribadian.
Karakteristik SDM awak kapal sungai dan danau pada masing-masing wilayah studi yang didapat dari hasil
survei wawancara disajikan pada tabel 7.1 berikut.
Tabel 7.1
Tipologi SDM Awak Kapal Sungai dan Danau
Wilayah Studi
No Variabel
Sumater Utara Sumater Selatan (Kota Kalimantan Selatan (Kota Kalimantan Timur (Kota
(Medan & Sekitarnya) Palembang & Sekitarnya) Banjarmasin & Sekitarnya) Balikpapan & Sekitarnya)
I Karakteristik Awak Kapal
1. Rata-Rata Usia 15-25 thn : 10% 15-25 thn : 5% 15-25 thn : 10% 15-25 thn : 15%
26-36 thn : 25% 26-36 thn : 30% 26-36 thn : 40% 26-36 thn : 35%
37-47 thn : 45% 37-47 thn : 50% 37-47 thn : 40% 37-47 thn : 40%
48-58 thn : 20% 48-58 thn : 15% 48-58 thn : 10% 48-58 thn : 10%
2. Latar Belakang Pendidikan :
- Formal SD : 35% SD : 35% SD : 40% SD : 30%
SMP : 48% SMP : 45% SMP : 40% SMP : 53%
SMA/STM : 2% SMA/STM : 10% SMA/STM : 5% SMA/STM : 7%
Tidak Sekolah : 15% Tidak Sekolah : 10% Tidak Sekolah : 15% Tidak Sekolah : 10%
- Keahlian/skill Pernah : 5% Pernah : 15% Pernah : 8% Pernah : 10%
Tidak Pernah : 95% Tidak Pernah : 85% Tidak Pernah : 92% Tidak Pernah : 90%
3. Kebutuhan Pendidikan Keahlian Ya : 80% Ya : 90% Ya : 80% Ya : 85%
Tidak : 10% Tidak : 5% Tidak : 5% Tidak : 5%
Tidak Tahu : 10% Tidak Tahu : 5% Tidak Tahu : 15% Tidak Tahu : 10%
4. Pengetahun/Skill Pekerjaan Dari Pengetahuan : 10% Dari Pengetahuan : 10% Dari Pengetahuan : 5% Dari Pengetahuan : 12%
Dari Pengalaman : 90% Dari Pengalaman : 90% Dari Pengalaman : 95% Dari Pengalaman : 88%
5. Penyelesaian Pekerjaan di Kapal Sendiri : 10% Sendiri : 5% Sendiri : 5% Sendiri : 10%
Berkelompok : 90% Berkelompok : 95% Berkelompok : 95% Berkelompok : 90%
6. Pengetahuan/Ketrampilan Penunjang Pekerjaan Keselamatan : 40% Keselamatan : 50% Keselamatan : 45% Keselamatan : 40%
yang dibutuhkan Operasi Kapal : 20% Operasi Kapal : 10% Operasi Kapal : 25% Operasi Kapal : 25%
Menjaga Kapal : 10% Menjaga Kapal : 10% Menjaga Kapal : 5% Menjaga Kapal : 10%
Kelaiklautan Kapal : 30% Kelaiklautan Kapal : 30% Kelaiklautan Kapal : 25% Kelaiklautan Kapal : 25%
7. Muatan Kapal Penumpang : 70% Penumpang : 65% Penumpang : 65% Penumpang : 60%
Barang : 30% Barang : 35% Barang : 35% Barang : 40%
8. Pengoperasian Kapal (Kegiatan Merangkap Merangkap : 25% Merangkap : 10% Merangkap : 10% Merangkap : 12%
Pekerjaan) Tidak Merangkap : 75% Tidak Merangkap : 90% Tidak Merangkap : 90% Tidak Merangkap : 88%
II Nahkoda Kapal (Keahlian)
1. Sertifikat ketrampilan dasar keselamatan (basic Ada : 5% Ada : 8% Ada : 3% Ada : 5%
safety training); Tidak Ada : 95% Tidak Ada : 92% Tidak Ada : 97% Tidak Ada : 95%
2. Sertifikat perawatan medis diatas kapal (medical Ada : 0% Ada : 0% Ada : 0% Ada : 0%
care on board); Tidak Ada : 100% Tidak Ada : 100% Tidak Ada : 100% Tidak Ada : 100%
3. Sertifikat ketrampilan pemadaman kebakaran Ada : 10% Ada : 15% Ada : 8% Ada : 10%
Tidak Ada : 90% Tidak Ada : 85% Tidak Ada : 92% Tidak Ada : 90%
4. Sertifikat kesehatan yang masih berlaku Ada : 0% Ada : 10% Ada : 5% Ada : 5%
Tidak Ada : 100% Tidak Ada : 90% Tidak Ada : 95% Tidak Ada : 95%
Wilayah Studi
No Variabel
Sumater Utara Sumater Selatan (Kota Kalimantan Selatan (Kota Kalimantan Timur (Kota
(Medan & Sekitarnya) Palembang & Sekitarnya) Banjarmasin & Sekitarnya) Balikpapan & Sekitarnya)
III SDM Bagian mesin :
Permesinan dalam hal ini adalah mesin penggerak utama, mesin bantu, propulsi, tanki², pipa², pompa dan bahan bakar. Beberapa unsur permesinan perlu pengaturan tersendiri karena
berhubungan dengan minyak yang mudah terbakar, keselamatan kerja operator, kesehatan dll
1. Sertifikat ketrampilan dasar keselamatan (basic Ada : 4% Ada : 8% Ada : 0% Ada : 5%
safety training); Tidak Ada : 96% Tidak Ada : 92% Tidak Ada : 100% Tidak Ada : 95%
2. Sertifikat keahlian sebagai rating bagian mesin; Ada : 5% Ada : 8% Ada : 5% Ada : 5%
Tidak Ada : 95% Tidak Ada : 92% Tidak Ada : 95% Tidak Ada : 95%
3. Sertifikat ketrampilan pemadaman kebakaran Ada : 5% Ada : 10% Ada : 5% Ada : 10%
bagi yang ditunjuk bertanggung jawab dalam Tidak Ada : 95% Tidak Ada : 90% Tidak Ada : 95% Tidak Ada : 90%
pengendalian pemadaman kebakaran;
4. Sertifikat kesehatan yang masih berlaku. Ada : 0% Ada : 10% Ada : 5% Ada : 5%
Tidak Ada : 100% Tidak Ada : 90% Tidak Ada : 95% Tidak Ada : 95%
IV Sertifikasi
1. Cara memperoleh sertifikasi Relatif Mudah : 50% Relatif Mudah : 40% Relatif Mudah : 45% Relatif Mudah : 50%
Sedang : 30% Sedang : 30% Sedang : 35% Sedang : 30%
Sulit : 20% Sulit : 30% Sulit : 20% Sulit : 20%
2. Kepemilikan Surat Keahlian Kecakapan Ada : 98% Ada : 99% Ada : 98% Ada : 97%
Tidak Ada : 2% Tidak Ada : 1% Tidak Ada : 2% Tidak Ada : 3%
V Pembinaan Pemerintah
Pembinaan Pemerintah pusat dalam bentuk Cukup 50% Cukup 50% Cukup 50% Cukup 50%
perencaan, pengoperasian, pengawasan dan
Kurang 50% Kurang 50% Kurang 50% Kurang 50%
pengendalian
Sumber : Data Survei Diaolah, 2009
Gambaran secara umum SDM awak kapal sungai dan danau adalah sebagai berikut :
1. Rata-Rata Umur
Secara umum rata-rata umur awak kapal sungai dan danau sangat bervariasi, selanjutnya secara visualisasi
dapat ditampilkan pada gambar 7.1 dibawah ini.
Gambar 7.1
Rata-Rata Umur SDM Awak Kapal Sungai dan Danau
Latar belakang pendidikan formal menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahun/skill awak kapal
sungai dan danau dalam mengoperasikan armadanya. Secara umum prosentase latarbelakang formal awak
kapal sungai dan danau sangat bervariasi, selanjutnya secara visualisasi dapat ditampilkan pada gambar 7.2
dibawah ini
Gambar 7.2
Latar Belakang Pendidikan Formal SDM Awak Kapal Sungai dan Danau
Pendidikan Keahlian/Skill merupakan pengetahuan tambahan yang dapat menunjang skill SDM awak kapal
sungai & danau. Kualitas skill menjadi pertimbangan dalam kondisi pelayanan normal dan kedaruratan dalam
berlayar. Secara umum prosentase latar belakang pendidikan skill awak kapal sungai dan danau sebagai
berikut :
Gambar 7.3
Latar Belakang Pendidikan Keahlian SDM Awak Kapal Sungai dan Danau
Kebutuhan akan pendidikan keahlian oleh awak kapal sungai dan danau menajdi bagian terpenting, hal ini
terlihat dari besarnya prosentase keinginan untuk mengikuti pendidikan keahlian sesuai dengan tugas pokok
masing-masing awak dalam berlayar. Secara umum prosentase kebutuhan pendidikan skill awak kapal
sungai dan danau sebagai berikut :
Gambar 7.4
Kebutuhan Pendidikan Keahlian SDM Awak Kapal Sungai dan Danau
5. Pengetahuan/Skill Pekerjaan
Pengoperasian kapal sungai dan danau oleh awak kapal memerlukan pengetahuan dan skill yang kompeten.
Berdasarkan hasil survey wawancara terhadap awak kapal sungai dan danau, bahwa dalam mengoperasikan
kapal untuk berlayar sebagaian besar menyatakan diperoleh dari pengalaman. Secara umum prosentase
wawancara awak kapal sungai dan danau sebagai berikut :
Gambar 7.5
Pengetahuan /Skill SDM Awak Kapal Sungai dan Danau
Kegiatan berlayar memerlukan kerjasama tim dalam mengoperasikan kapal. Kerjasama antara nakhoda kapal
dengan bagian mesin/motoris sangatlah diperlukan. Jenis pelayaran, jarak pelayaran dan kapasitas kapal
mempengaruhi kegiatan penyelesaian pekerjaan di kapal. Berdasarkan hasil survey wawancara diperoleh
bahwa sebagian besar pekerjaan di kapal memerlukan kerjasama tim yang baik. Secara umum hasil survey
sebagai berikut :
Gambar 7.6
Pengetahuan /Skill SDM Awak Kapal Sungai dan Danau
Jenis pengetahuan/skill penunjang pekerjaan yang dibutuhkan oleh awak kapal sungai & danau sangat
bervariasi. Beberapa jenis kebutuhan diklat dalam pengoperasian kapal sungai & danau berdasar hasil
wawancara sebagai berikut :
Gambar 7.7
Pengetahuan /Ketrampilan Penunjang Pekerjaan yang dibutuhkan
8. Muatan Kapal
Kapal sungai dan danau di wilayah studi melakukan pengangkutan dengan berbagai jenis angkutan, antara
lain penumpang dan barang. Sebanyak 65% kapal sungai dan danau mengoperasikan kapal dengan
mengangkut penumpang. Hasil survey secara jelas divisualisasikan sebagai berikut ;
Gambar 7.8
Muatan Kapal
Awak kapal dalam mengoperasikan kapal dalam berlayar dengan berbagai pertimbangan untuk dapat
merangkap kegiatan berlayar, antara lain : jarak berlayar, jenis kapal untuk berlayar dan maksud tujuan
kegiatan berlayar itu sendiri. Responden memberikan prosentase yang sangat kecil yaitu 14,25% menyatakan
pernah merangkap tugas operasi dalam berlayar. Alasan adanya rangkap tugas diberikan penjelasan, bahwa
jarak yang dilintasi pendek dengan maksud perjalanan yang sangat sederhana. Secara visual dijelaskan
prosentase kegiatan merangkap awak kapal sungai dan danau sebagai berikut :
Gambar 7.9
Pengoperasian Kapal
10. Sertifikat Ketrampilan Dasar Keselamatan (basic safety training) Bagi Nahkoda
Kejadian darurat pada kecelakaan kapal terkadang terjadi dalam hitungan yang sangat cepat.
Ketidakmampuan awak kapal dalam penanganan kecelakaan menyebabkan tingkat fatalitas yang sangat
tinggi. Hal ini dapat terlihat pada hasil wawancara terhadap responden awak kapal yang menyatakan
sebagian besar belum memiliki sertifikat ketrampilan dasar keselamatan. Urgensi kepemilikan sertifikat dapat
menunjang kemampuan nahkoda awak kapal sungai dan danau. Visualisasi prosentase ketrampilan dasar
keselamatan sebagai berikut :
Gambar 7.10
Sertifikat Ketrampilan Dasar Keselamatan Bagi Nahkoda
11. Sertifikat Perawatan Medis diatas Kapal (medical care on board) Bagi Nahkoda
Medical care on board menjadi bagian pelayanan dalam berlayar oleh awak kapal sungai dan danau. Secara
umum prosentase perawatan medis diatas kapal sebagai berikut :
Gambar 7.11
Sertifikat Perawatan Medis di atas Kapal Bagi Nahkoda
Kejadian secara darurat terkadang tidak pernah terpikir oleh awak kapal sungai dan danau. Kecelakaan
kapal sungai dan danau tidak hanya terjadi tabrakan antara kapal satu dengan yang lain. Kejadian kebakaran
di kapal juga menjadi salah satu kejadian kecelakaan yang dapat menyebabkan kondisi buruk. Ringkasan
umum prosentase ketrampilan pemadaman kebakaran sebagai berikut :
Gambar 7.12
Sertifikat Ketrampilan Pemadam Kebakaran Bagi Nahkoda
Kondisi kesehatan awak kapal sungai dan danau secara signifikan akan berpengaruh terhadap kegiatan
berlayar kapal sungai dan danau. Kondisi internal berpengaruh terhadap konsentrasi awak kapal terutama
nahkoda dalam mengoperasikan kapal selain dipengaruhi kondisi alur pelayaran maupun cuaca. Prosentase
sertifikasi kesehatan yang masih berlaku oleh Nahkoda kapal sungai dan danau sebagai berikut :
Gambar 7.13
Sertifikat Kesehatan yang masih berlaku Bagi Nahkoda
14. Sertifikat Ketrampilan Dasar Keselamatan (basic safety training) Bagi Petugas Mesin
Kejadian kecelakaan diatas kapal sungai dan danau saat on going maupun idle memerlukan penanganan yang
sangat serius untuk menghindari dampak buruk yang akan terjadi. Ketrampilan dasar keselamatan bagi
petugas mesin kapal sungai dan danau sesuai hasil wawancara terhadap responden petugas mesin kapal
sungai dan danau sebagai berikut :
Gambar 7.14
Sertifikat Ketrampilan Dasar Keselamatan Bagi Petugas Mesin
Pengoperasian kapal sungai dan danau dikendalikan oleh masing-masing petugas yang berkompeten, antara
lain nahkoda kapal dan petugas mesin/motoris. Keahlian motoris dalam mengoperasikan kapal sungai dan
danau menjadi salah satu komponen dalam sistem pengoperasian kapal sungai dan danau dalam keselamatan
berlayar dan pelayanan. Secara umum prosentase kepemilikan sertifikasi keahlian sebagai petugas mesin
adalah sebagai berikut :
Gambar 7.15
Sertifikat Keahlian Sebagai Rating Bagian Mesin
Kebakaran kapal sungai dan danau secara indikasi dapat disebabkan oleh kondisi mesin kapal sungai dan
danau. Komponen permesinan yang rawan terhadap bahaya kebakaran dan kecelakaan kapal dalam berlayar
memerlukan penanganan dengan tindakan preventif yaitu pengetahuan penanganan kebakaran oleh semua
awak kapal sungai dan danau. Hasil wawancara terhadap petugas mesin kapal sungai dan danau didapatkan
prosentase kepemilikan sertifikat ketrampilan pemadam kebakaran sebagai berikut :
Gambar 7.16
Sertifikat Ketrampilan Pemadaman Kebakaran Bagi Petugas Mesin
Komponen SDM dalam pengoperasian kapal sungai dan danau mempunyai prosetase yang sangat besar.
Keahlian, kecakapan dan kesehatan merupakan unsur kematangan dalam mengoperasikan kapal sungai dan
danau. Secara umum prosentase kepemilikan sertifikat kesehatan oleh petugas mesin sebagai beikut :
Gambar 7.17
Sertifikat Kesehatan yang Masih Berlaku Bagi Petugas Mesin
Prosedur perolehan sertifikasi keahlian mempunyai indikasi yang sangat signifikan terhadap kecakapan
dalam berlayar kapal sungai dan danau. Tingkat perolehan, biaya dan lama waktu perolehan menjadi unsur
yang berpengaruh terhadap tingkat kualitas dan kuantitas kecakapan yang dihasilkan. Dampak lain yang
sangat signifikan adalah terhadap kondisi keselamatan dan pelayanan dalam pelayaran sungai dan danau.
Hasil responden menunjukkan cara perolehan sertifikasi yang relatif mudah sebesar 46,25% yang tidak
diikuti oleh kemampuan awak kapal dalam penyelesaian biaya administrasi. Prosentase secara umum
divisualisasikan pada gambar berikut :
Gambar 7.18
Cara Memperoleh Sertifikasi
Surat Keahlian Kecakapan (SKK) awak kapal sungai dan danau dapat dibedakan menjadi SKK Nahkoda dan
Motoris. Hasil survai terhadap responden dinyatakan bahwa kepemilikan SKK sebesar 98% sedangkan sisa
lainnya belum memiliki SKK dalam melakukan pelayaran. Secara umum prosentase sebagai berikut :
Gambar 7.19
Kepemilikan Surat Keahlian Kecakapan
Pembinaan Pemerintah terhadap kegiatan berlayar kapal sungai dan danau dapt diwujudkan dalam berbagai
bentuk, antara lain : pembangunan infrastruktur baik prasarana maupun sarana sungai dan danau, pembinaan
bidang regulasi/aturan-aturan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan berlayar di sungai dan danau.
Hasil responden menyatakan bahwa pembinaan pemerintah terhadap kegiatan berlayar di sungai dan danau
masing-masing 50%. Prosentase secara umum divisualisasikan sebagai berikut :
Gambar 7.20
Pembinaan Pemerintah
Bab 8
Tugas Pokok SDM
Awak Kapal Sungai dan Danau
8.1 Umum
Diskripsi pekerjaan adalah seperangkat fungsi dan tugas tanggung jawab yang dijabarkan ke dalam kegiatan
pekerjaan. Deskripsi pekerjaan adalah suatu pernyataan tertulis tentang apa yang senyatanya dilakukan oleh
pemegang jabatan, bagaimana melakukannya, dan dalam kondisi seperti apa jabatan tersebut dilaksanakan.
Informasi ini pada gilirannya akan digunakan untuk menulis spesifikasi jabatan, yaitu daftar pengetahuan,
kemampuan, dan keahlian yang dibutuhkan untuk melaksanakan jabatan secara memuaskan.
Pembuatan diskripsi pekerjaan (job description) yang wajar dilakukan melalui suatu analisis jabatan.
Awak Kapal adalah semua personil yang bekerja di kapal, yang bertugas mengoperasikan dan memelihara
kapal serta menjaga muatannya. Awak kapal terdiri dari Nahkoda dan ABK (anak buah kapal). Nahkoda
disebut juga Kapten/Master adalah pimpinan umum diatas kapal. Karena kapal merupakan suatu lingkungan
khusus, maka nahkoda diberikan kewenanangan otonom. Nahkoda bertanggung jawab atas keselamatan
kapal, ABK, muatan dan penumpangnya.
8.2 Kewajiban dan Tanggung Jawab Operator/Perusahaan Angkutan Sungai Danau dan
Penyeberangan
Beberapa kewajiban dan tanggung jawab operator/perusahaan angkutan sungai dan danau dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Mengoperasikan kapal sesuai dengan jenis pelayanan berdasarkan persetujuan pengoperasian yang
dimiliki;
2. Mengoperasikan kapal yang memenuhi persyaratan teknis kelaikan kapal dan laik laut;
3. Memperkerjakan awak kapal yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
4. Mematuhi waktu kerja dan waktu istirahat bagi awak kapal;
5. Memiliki tanda bukti pembayaran iuran wajib asuransi pertanggungan kecelakaan dan penumpang
umum sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
6. Melaporkan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan dean/atau domosili perusahaan;
7. Meminta pengesahan dari pejabat pemberi persetujuan pengoperasian apabila akan mengalihkan lintas
pengoperasian kapal;
8. Menaati ketentuan wajib angkut kiriman pos sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;
9. Melaporkan kegiatan operasional setiap bulan;
10. Melaporkan secara tertulis kepada pejabat pemberi persetujuan pengoperasian kapal angkutan
penyeberangan, apabila terjadi perubahan alamat, kepemilikan kapal, perubahan nama kapal selambat-
lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah terjadi perubahan;
11. Melayani lintas sesuai persetujuan pengoperasian kapal yang diberikan dengan cara:
a. mengoperasikan kapal secara tepat waktu sesuai dengan jadwal sejak saat keberangkatan sampai di
tempat pelabuhan penyeberangan tujuan;
b. memelihara kebersihan dan kenyamanan kapal yang dioperasikan;
c. memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pengguna jasa;
d. memperkerjakan awak kapal yang dilengkapi dengan pakaian seragram, dan menggunakan tanda
pengenal perusahaan.
12. Mengumumkan jadwal perjalanan kapal yang telah ditetapkan pada papan pengumuman;
13. Penumpang dan kendaraan berserta muatannya yang telah melunasi pembayaran biaya angkutan wajib
diberi karcis sebagai tanda bukti atas pembayaraan biaya angkutan yang telah disepakati;
Sebagaimana telah diatur didalam Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 200 tentang Kepelautan dijelaskan pada
Bab VII Pengawakan Kapal Sungai dan Danau yang tercantum dalam pasal 46 dijelaskan, bahwa :
(1). Setiap kapal motor sungai dan danau dengan ukuran di atas GT. 7 sampai dengan GT. 35 harus
diawaki dengan awak kapal yang mempunyai surat keterangan kecakapan sesuai dengan jenis dan
ukuran kapal.
(2). Surat keterangan kecakapan terdiri dari :
a. surat keterangan kecakapan nautika;
b. surat keterangan kecakapan teknika.
(3). Setiap kapal sungai dan danau yang tidak bermotor dengan ukuran GT. 35 sampai dengan GT. 105
harus diawaki oleh awak kapal yang mempunyai surat keterangan kecakapan bidang nautika.
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa Awak kapal motor sungai dan danau yang berukuran GT. 7
ke bawah tidak diharuskan untuk memiliki surat keterangan kecakapan.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan di masing-masing wilayah studi, berikut disampaikan rangkuman
atau ringkasan tugas pokok masing-masing awak kapal sungai dan danau yang terdiri dai kecakapan nautika
dan teknika, dan disajikan pada tabel 8.1.
Tabel 8.1
Tugas Pokok masing-masing Awak Kapal Sungai dan Danau
di Lokasi Studi
No Kecakapan Uraian Tugas
1 Nautika a. Membuat rencana perjalanan
b. Menginformasikan bahwa semua dokumentasi telah diperbaharuhi dan sesuai
dengan prosedur perusahaan untuk mendapatkan perizinan berlayar
c. Memberikan informasi kesiapan berlayar kepada awak kapal dan penumpang
d. Memberikan keterangan kepada awak kapal dan penumpang terkait dengan
keselamatan diatas kapal
e. Memastikan peralatan navigasi sederhana layak untuk digunakan
f. Memastikan kondisi kesiapan P3K kepada awak kapal dan penumpang untuk
mendapatkan perawatan kesehatan
g. Memberikan informasi terkait kerusakan kapal kepada perusahaan/pemilik
kapal
h. Memberikan informasi tentang kontingensi diatas kapal dan prosedur kapal
dan melaporkan setiap kekurangan kepada petugas
i. Memberikan informasi tentang kondisi (cuaca) kepada awak kapal dan
penumpang
j. Melakukan pengawasan terhadap pemeliharaan lambung
k. Melakukan pengawasan terhadap pemeliharaan semua peralatan dek serta
mesin
l. Memberikan panduan dan mengawasi bawahan
m. Melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap navigasi dan komunikas
kapal sungai dan danau, serta kondisi cuaca
n. Melakukan tindakan tanggap darurat terhadap kondisi kapal (darurat) dengan
melakukan segala kemampuannya untuk menyelamatkan kapal
o. Melakukan evaluasi secara lisan dan sederhana terhadap awak kapal selama
berlayar di sungai dan danau
p. Memastikan kebersihan kondisi kapal pada saat berlayar
2 Teknika a. Memastikan kondisi mesin kapal sungai dan danau dalam kondisi laik
b. Melaporkan kondisi mesin kepada nahkoda
c. Mengoperasikan dan memelihara mesin kapal sungai dan danau secara efisien
d. Melakukan pengawasan terhadap kerja mesin kapal sungai dan danau
e. Menginventaris dan merapikan suku cadang dan persediaan termasuk minyak
pelumas
f. Memastikan telah dilakukan langkah-langkah untuk melakukan
pencegahan/meminimalkan emisi asap kapal
g. Memastikan bahwa semua peralatan keselamatan ada dalam keadaan baik
h. Memperbaiki kerusakan mesin kapal sungai dan danau pada saat berlayar
dengan berkoordinasi terlebih dahulu dengan nahkoda
Bab 9
Penyusunan Standar Kompetensi
Awak Kapal Sungai dan Danau
9.1 Konsep Dasar Penyusunan Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau
1. Kompetensi Secara Umum
Kemampuan atau kompetensi memiliki banyak pengertian yang masing-masing menyoroti aspek dan
penekanan yang berbeda. Pengertian kompetensi yang diajukan masing-masing pegawai banyak didasarkan
pada hasil penelitian dan atau pengamatan. Namun pada dasarnya terdapat suatu kesepakatan umum
mengenai elemen kompetensi yang terdiri dari pengetahuan (Knowledge), keahlian (Skill), dan tingkah laku
(personal attributs). Skill dan knowledge dipertimbangkan sebagai karakteristik penting yang dibutuhkan
setiap orang agar efektif dalam pekerjaan.
Menurut Parulian Hutapea, MBA dan Dr. Nurianna Thoha, MBA (2008) secara awam kita dapat
membedakan arti kata kompetensi menjadi :
a. Unconcious incompetence yaitu seseorang tidak menyadari bahwa dia tidak mampu melakukan
sesuatu. Sebagai contoh, seorang nahkoda kapal sungai di daerah pedalaman yang tidak pernah
menyadari bahwa kemampuan yang dimilikinya dalam menggunakan kapal sungai, padahal dalam awal
pekerjaan sebagai nahkoda kapal sungai diperolehnya dengan kemandirian.
b. Conscious incompetence yaitu apabila seseorang menyadari bahwa dia tidak mampu melakukan
sesuatu. Pada contoh diatas, apabila nahkoda kapal sungai tersebut diberitahu oleh instansi
penyelenggaran angkutan SDP tentang apa yang diharapkan atas pekerjaan tersebut.
c. Conscious competence yaitu seseorang mampu mengerjakan sesuatu dengan tingkat kehati-hatian yang
tinggi. Sebagai contoh, seorang nahkoda kapal sungai yang baru aja bisa mengemudikan kapalnya tentu
akan mengendarai dengan hati-hati karena kuatir akan terjadi kecelakaan.
d. Unconscious competence yaitu seseorang dapat melakukan pekerjaan dengan mahir sehingga dia dapat
melakukannya secara otomatis. Misalnya, seorang nakhoda kapal sungai yang mahir dan mampu
mengendarai kapal dengan mudah tanpa harus bersusah payah untuk berkonsentrasi pada saat berlayar.
2. Penggunaan Kompetensi
Penggunaan kompetensi dalam organisasi dan institusi pada umumnya adalah untuk tujuan sebagai berikut :
dijadikan pedoman untuk menyeleksi karyawan yang akan menduduki jabatan atau melaksanakan
pekerjaan tersebut.
h. Manajemen karier dan penilaian potensi karyawan (Career Management And Employee’s
Assessment)
Kerangka dan tingkatan kompetensi dapat digunakan untuk membantu perusahaan atau organisasi
menciptakan pengembangan ruang karier bagi karyawan serta membantu karyawan untuk mencapai
jenjang karier yang sesuai dengan potensi yang dimiliki.
Agar dapat memiliki konsistensi dalam berprestasi, awak kapal sungai dan danau tidak cukup hanya mampu
melakukan pekerjaannya dengan baik pada saat ini atau pada satu saat tertentu saja, melainkan juga harus
mampu melakukannya secara konsisten dalam jangka panjang.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi naik-turunnya kineraj awak kapal sungai dan danau, diantaranya
adalah :
1. Kebijakan organisasi, ini dapat dipengaruhi atau dikendalikan oleh organisasi atau perusahaan.
2. Faktor individu karyawan, ini merupakan karakter kerja yang buruk, sifat seseorang yang cepat bosan,
tidak dapat mengatasi tantangan, sering mengganggu dan merugikan orang lain dalam bekerja.
Beberapa komponen dalam penyusunan kompetensi awak kapal sungai dan danau sebagai berikut :
Mengadopsi terori Spenser dan Spenser (1994) bahwa ada 3 komponen utama pembentukan kompetensi, hal
ini yang akan dijadikan modal utama dalam penyusunan kompetensi awak kapal sungai dan danau yaitu :
pengetahuan yang dimiliki awak kapal sungai dan danau, keterampilan, dan perilaku individu, dimana ketiga
komponen tersebut dipengaruhi oleh konsep diri, sifat bawaan diri (trait) dan motif.
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan informasi yang dimiliki awak kapal sungai dan danau. Pengetahuan adalah
komponen utama kompetensi yang mudah diperoleh dan mudah diidentifikasi. Seseorang yang
mengetahui tentang banyak hal belum tentu orang tersebut dapat melakukan apa yang diketahuinya.
b. Keterampilan
Keterampilan merupakan kemampuan awak kapal sungai dan danau untuk melakukan suatu aktivitas
atau pekerjaan. Keterampilan lebih sulit dimiliki daripada pengetahuan. Namun seseorang yang
memiliki keterampilan dengan sendirinya sudah memiliki pengetahuan atas pekerjaan yang mereka
lakukan.
c. Konsep diri
Konsep diri (self concept) merupakan sikap atau nilai individu. Nilai individu mempunyai sifat reaktif
yang dapat memprediksi apa yang akan dilakukan oleh seseorang dalam waktu singkat. Konsep diri
dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang yang diperolehnya sejak kecil hingga periode
tertentu. Konsep diri menunjukkan bagaimana seseorang melihat dirinya sendiri atau sesuatu. Konsep
diri ini mempengaruhi etika, cara pandang, atau pengertian seseorang tentang sesuatu.
d. Ciri diri
Ciri diri (trait) adalah karakter bawaan diri, misalnya reaksi yang konsisten terhadap sesuatu.
e. Motif
Motif adalah sesuatu yang dipikirkan atau yang diinginkan seseorang secara konsisten, yang dapat
menghasilkan perbuatan. Kebutuhan, keinginan, dan perhatian (concern) yang biasanya terjadi tanpa
disadari ini akan mempengaruhi pemikiran seseorang untuk mencapai sasaran kerjanya, sehingga pada
akhirnya akan berdampak pada perilaku sasaran.
Komponen utama kompetensi ”pengetahuan dan keterampilan” memiliki ciri-ciri yang berbeda dari ketiga
komponen utama kompetensi lainnya, yaitu : Konsep diri, ciri diri, dan motif.
Spenser dan spenser (1994) serta Boulter et.al., (1996) menggambarkan komponen utama kompotensi dengan
model Gunung Es (Iceberg Model) sebagai berikut :
Gambar 9.1
Model Kompetensi Gunung
Upaya meningkatkan SDM awak kapal sungai dan danau yang berkualitas salah satu faktor yang harus
diperhatikan oleh setiap instansi penyelenggara transportasi sungai dan danau yaitu kondisi sosial dalam hal
ini kondisi soaial kerja, kemampuan kerja dan harus didukung oleh moril kerja. Sebuah model dalam
membentuk SDM awak kapal sungai dan danau berkualitas yang disebut dengan The Human Resources
Quality Triangle yaitu seperti tampak dalam gambar dibawah ini.
Gambar 9.2
Konsep Model Pengembangan Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau
Standar kompetensi tidak berarti hanya kemampuan menyelesaikan suatu tugas, tetapi dilandasi pula
bagaimana serta mengapa tugas itu dikerjakan. Dengan kata lain, standar kompetensi meliputi faktor-faktor
yang mendukung seperti pengetahuan dan kemampuan untuk mengerjakan suatu tugas dalam kondisi normal
di tempat kerja serta kemampuan mentransfer dan menerapkan kemampuan dan pengetahuan pada situasi dan
lingkungan yang berbeda. Standar kompetensi merupakan rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki
seseorang untuk melakukan suatu tugas/pekerjaan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
sikap kerja, sesuai dengan kriteria unjuk kerja yang dipersyaratkan.
1. Konsep : Skill
Definisi Operasional : Kapasitas yang dibutuhkan untuk melaksanakan beberapa tugas yang
merupakan pengembangan dari hasil training dan pengalaman yang
didapat.
Indikator Empirik : a. Technical Skill
b. Human Skill
c. Conceptual Skill
Konsep : Knowledge
Definisi Konseptual : Memiliki pengetahuan dari berbagai macam informasi yang dapat
diterapkan dalam pekerjaan serta mengetahui bagaimana dan kapan
pengetahuan tersebut digunakan.
Indikator Empirik : a. Teoriticall Knowledge
b. Practical Knowlwdge
Konsep : Attitude
Definisi Konseptual : Kecenderungan tetap didalam merespon berbagai macam aspek
seseorang, obyel atau situasi.
Indikator Empirik : a. Job Satisfaction;
b. Job Involvement;
Konsep : Kinerja
Definisi Konseptual : Merupakan suatu hal yang terpenting untuk tercapaianya tujuan
perusahaan melalui suatu aksi bukan kejadian yang terjadi.
Indikator Empirik : a. Quality of Work;
b. Quantity of Work;
c. Timelines of Work.
Dengan dikuasainya standar kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang bersangkutan akan memahami :
a. bagaimana mengerjakan suatu tugas/pekerjaan,
b. bagaimana mengorganisasikannya agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan,
c. apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula,
d. bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah dan atau
melaksanakan tugas/pekerjaan dengan kondisi yang berbeda.
Standar kompetensi dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihakyang terkait dalam penyiapan SDM yaitu :
STANDAR KOMPETENSI
Terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan/melakukan pekerjaan tertentu
UNIT KOMPETENSI
Terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk
melaksanakan/melakukan pekerjaan tertentu
ELEMEN KOMPETENSI
Merupakan sejumlah fungsi tugas atau pekerjaan yang mendukung ketercapaian
unit kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati
BATASAN VARIABEL
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks dimana criteria unjuk kerja tersebut
diaplikasikan
PANDUAN PENILAIAN
PT. Arun Prakarsa Inforindo 9-6
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam melaksanakan
penilaian
Konsep Laporan Akhir
Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau
Gambar 9.3
Struktur Standar Kompetensi
Gambar 9.4
Skema Standar Kompetensi
Kode Unit : Diisi dan ditetapkan dengan mengacu format kodefikasi SKKNI yaitu terdiri dari:
SEKTOR (3 digit huruf), SUB-SEKTOR (2 digit huruf), BIDANG/GRUP (2 digit
angka), NOMOR URUT UNIT (3 digit angka), VERSI (2 digit angka).
Judul Unit : Mendefinisikan tugas/pekerjaan suatu unit kompetensi yang menggambarkan sebagian
atau keseluruhan standar kompetensi.
Deskripsi Unit : Menjelaskan judul unit yang mendeskripsikan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam mencapai standar kompetensi.
dipenuhi.
Batasan Variabel
Menjelaskan konteks unit kompetensi dengan kondisi pekerjaan unit yang akan dilakukan, peraturan perundang-
undangan yang diberlakukan, prosedur atau kebijakan yang harus dipatuhi pada saat melakukan pekerjaan tersebut serta
informasi tentang peralatan dan fasilitas yang diperlukan.
Panduan Penilaian
Membantu menginterprestasikan dan menilai unit dengan mengkhususkan petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan, untuk
memperagakan kompetensi sesuai tingkat keterampilan yang digambarkan dalam kriteria unjuk kerja, yang meliputi:
1. Pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk seseorang dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu.
2. Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode apa pengujian seharusnya dilakukan.
3. Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian dan kunci pokok yang perlu dilihat pada
waktu pengujian
4. Kaitan dengan unit-unit lain.
1. Breadth (luasan)
Unit adalah satuan pekerjaan terkecil yang masih dapat didefinisikan dan terukur yang mencerminkan suatu
ekspresi yang luas dari penerapan pengetahuan dan keterampilan, bermanfaat dalam proses pengakuan dan
kemampuan transfer kompetensi dan dapat dipergunakan pada tempatkerja dalam perusahaan yang berbeda.
3. Transferability
Transferability merupakan kesamaan unit standar kompetensi yang dapat dipergunakan untuk melintasi
batasan dalam lingkup kerja yang berbeda dan cukup fleksibel untuk digunakan dalam berbagai konteks yang
spesifik.
1. Discrepancy merupakan ketidakcocokan atau ketidaklayakan unit kompetensi dilihat dari pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja terhadap format standar kompetensi.
2. Deficiency merupakan ketidakefisienan unit kompetensi terhadap format standar kompetensi,
Yang dimaksud dengan kompetensi kunci adalah kemampuan kunci atau generik yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan. Kompetensi-kompetensi kunci tersebut diformulasikan ke dalam
unit-unit kompetensi, dimana jumlah dan komposisi kompetensi kunci yang dibutuhkan tergantung dari
tingkat kesulitan unit kompetensi dimaksud.
Berdasarkan pada rangkuman dari referensi yang ada, dirumuskan terdapat 7 (tujuh) kompetensi kunci
sebagai berikut :
a. mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi
b. mengkomunikasikan ide dan informasi
c. merencanakan dan mengatur kegiatan
d. bekerjasama dengan orang lain dan kelompok
e. menggunakan ide dan teknik matematika
f. memecahkan persoalan/masalah
g. menggunakan teknologi
Level kompetensi adalah pengelompokan unit-unit kompetensi berdasarkan pada tingkat kesukaran atau
kompleksitas serta tingkat persyaratan yang harus dipenuhinya. Diskripsi level unit kompetensi sebagai
berikut :
Level 1
Pada level ini seseorang dituntut mampu melaksanakan tugas/pekerjaan yang bersifat rutin berdasar pada
pemahaman prosedur/instruksi kerja dibawah pengawasan atasan langsung.
Level 2
Pada level ini seseorang dituntut mampu melaksanakan tugas/pekerjaan yang bersifat rutin berdasar pada
penerapan prosedur/instruksi dan melaksanakan tugas dan pekerjaan yang menuntut adanya :
+ kemampuan analisa masalah.
+ kemampuan pemecahan masalah
+ kemampuan mengajukan gagasan kepada atasan.
Level 3
Pada level ini seseorang dituntut mampu melaksanakan tugas/pekerjaan yang bersifat rutin berdasar pada
prosedur/instruksi dan melaksanakan tugas dan pekerjaan yang menuntut adanya :
+ kemampuan analisa masalah.
+ kemampuan pemecahan masalah
+ kemampuan mengajukan gagasan kepada atasan.
+ kemampuan memberikan bimbingan dan supervisi kepada bawahannya
Tabel 9.1
Hubungan Kompetensi Kunci
Level Unjuk Level Unjuk
Level Unjuk
Kerja/Tingkat 2 Kerja/Tingkat 3
Kompetensi Kunci Kerja/Tingkat 1
Mengorganisasi Mengevaluasi dan
Melakukan Kegiatan
Kegiatan memodifikasi proses
Mengumpulkan, Mengakses dan merekam dari Mengakses, memilih dan Mengakses, mengevaluasi
menganalisa dan satu sumber merekam dari lebih dari dan megorganisasikan dari
mengorganisasikan satu sumber berbagai sumber
informasi
Merencanakan dan Dibawah pengawasan atau Dengan panduan Inisiasi mandiri dan
mengorganisasikan supervisi mengevaluasi kegiatan
kegiatan yang kompleks
Bekejasama dengan orang Kegiatan atau aktifitas rutin Membantu merumuskan Berkolaborasi dalam
lain dan kelompok tujuan aktifitas yang kompleks
Menggunakan ide serta Rutin dan dibawah pengawasan Memilih ide dan teknik Berkolabirasi dalam
teknik matematika yang tepat untuk tugas menyelesaikan tugas yang
yang kompleks kompleks.
Memecahkan masalah Rutin dan dibawah pengawasan Rutin dan dilakukan sendiri Rutin dan dilakukan sendiri
XXX XX 00 000 00
Sektor Sub Sektor Bidang/Grup No. Unit Versi
Untuk menguraikan kodefikasi Awak Kapal Sungai dan Danau tentang sektor, subsektor, bidang yaitu
sebagai berikut:
Perencanaan Kerja
Bidang
Pekerjaan Pengoperasian
Perawatan
PT. Arun Prakarsa Inforindo 9 - 10
Konsep Laporan Akhir
Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau
Berdasarkan hasil analisa tersebut di atas maka CONTOH kodefikasi standar kompetensi Awak Kapal
Sungai dan Danau adalah sebagai berikut :
Secara umum, susunan dan jabatan awak kapal sungai dan danau terdiri dari:
a. Nakhoda, yaitu pimpinan tertinggi diatas kapal dan bertanggung jawab atas pengoperasian kapal beserta
muatannya
b. Juru Mudi, yaitu pembantu utama nakhoda untuk mengemudikan kapal dan bertanggungjawab atas
muatan kapal
c. Juru Mesin, yaitu pembantu nakhoda yang bertanggungjawab untuk mengoperasikan mesin penggerak
kapal dan mesin-mesin lain yang ada.
d. Awak kapal lainnya, yaitu awak kapal selain nakhoda, Juru Mudi dan Juru Mesin
Standar Kompetensi Nasional Indonesia Awak Kapal Sungai dan Danau merupakan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dipetakan ke dalam tiga bidang/area pekerjaan yang berhubungan
dengan keahlian nautika dan teknika sungai dan danau. Masing-masing bidang pekerjaan diidentifikasi dan
dianalisa unit-unit kompetensi yang tercakup didalamnya. Unit-unit kompetensi tersebut dikelompokan ke
dalam 3 (tiga) katagori utama yaitu umum, inti dan spesialisasi/kekhususan yaitu seperti pada gambar 9.5
Gambar 9.5
Pola Pemetaan Unit-unit Kompetensi
Merupakan unit-unit kompetensi yang diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas inti pada sektor tertentu
yaitu pada kelompok Awak Kapal Sungai dan Danau. Area pekerjaan unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut :
Level Kualifikasi
Kode Unit Nama Unit Kompetensi
1 2 3 4
AAN.SD01.001.01 Memenuhi Persyaratan Kerja di Dunia
√ √ √ √
Usaha/Dunia Industri
AAN.SD01.002.01 Memenuhi Persyaratan Kesehatan, Keselamatan,
√ √ √ √
Keamanan dan Lingkungan di Tempat Kerja
AAN.SD01.003.01 Membina Kerjasama √ √ √ √
AAN.SD01.004.01 Memahami Sistem Komunikasi √ √ √ √
AAN.SD01.005.01 Mengkoordinasi dan memelihara tim √ √ √ √
AAN.SD01.006.01 Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
√ √ √ √
di atas Kapal
AAN.SD01.007.01 Melakukan Dinas Jaga Mesin √ √ √ √
AAN.SD01.008.01 Melakukan Dinas Jaga Dek √ √ √ √
AAN.SD01.009.01 Menerapkan Prosedur Darurat dan SAR √ √ √ √
AAN.SD01.010.01 Penerapan Pelayanan Medis diatas Kapal √ √ √ √
AAN.SD01.011.01 Penerapan Prosedur Teknik Penyelamatan Diri
√ √ √ √
di Kapal
AAN.SD01.012.01 Melakukan Pencegahan Pemadaman Kebakaran √ √ √ √
AAN.SD01.013.01 Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan
√ √ √ √
Sungai dan Danau
AAN.SD01.014.01 Memberikan petunjuk langsung √ √ √ √
AAN.SD01.015.01 Menjaga etika berperilaku √ √ √ √
Merupakan unit-unit kompetensi yang diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas inti pada sektor tertentu
yaitu pada kelompok Awak Kapal Sungai dan Danau. Area pekerjaan unit kompetensi ini adalah sebagai
berikut :
Perencanaan Kerja
(6 unit Kompetensi)
Level Kualifikasi
Kode Unit Nama Unit Kompetensi
1 2 3 4
AAN.SD02.001.01 Membuat perencanaan kerja √
AAN.SD02.002.01 Melakukan pekerjaan awal sebelum berlayar √
Level Kualifikasi
Kode Unit Nama Unit Kompetensi
1 2 3 4
AAN.SD02.007.01 Mengoperasikan mesin penggerak utama kapal
√
sungai dan danau
AAN.SD02.008.01 Mengoperasikan sistem kelistrikan √
AAN.SD02.009.01 Memberikan dan memonitor pelayanan kepada
pelanggan (pengguna jasa transportasi sungai √
dan danau)
AAN.SD02.010.01 mengoperasikan perlengkapan pemindahan √
muatan tetap/dapat bergerak
AAN.SD02.011.01 membantu dalam kegiatan penambatan dan lego √
jangkar
Level Kualifikasi
Kode Unit Nama Unit Kompetensi
1 2 3 4
AAN.SD02.012.01 melakukan perawatan ruang mesin √
AAN.SD02.013.01 melakukan perawatan mesin penggerak utama √
AAN.SD02.014.01 melakukan perawatan sistem kelistrikan √
Level Kualifikasi
Kode Unit Nama Unit Kompetensi
1 2 3 4
AAN.SD03.001.01 Melakukan kerja bengkel √
AAN.SD03.002.01 Memilih bahan teknik √
AAN.SD03.003.01 Menggambar mesin √
Tabel 9.2
Kode dan Nama Unit Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau
Tabel 9.3
Tabel Kompetensi dan Sub Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau
Kompetensi Sub Kompetensi
1. Memenuhi Persyaratan Kerja di Dunia 1.1 Menyetujui kondisi dan ketentuan ketenagakerjaan
Usaha/Dunia Industri
1.2 Memenuhi persyaratan ketenagakerjaan
1.3 Melaksanakan persyaratan ketenagakerjaan
2. Memenuhi Persyaratan Kesehatan, 2.1 Menetapkan hal-hal yang
Keselamatan, Keamanan dan berhubungan dengan kesehatan dan
Lingkungan di Tempat Kerja keselamatan kerja di lingkugan kerja
2.2 Mendokumentasikan dan
menyebarkan syarat-syarat kesehatan
dan keselamatan kerja
2.3 Menyediakan saran-saran ergonomis Dasar
Batasan Variabel
1. Tujuan dan kondisi meliputi : penghargaan yang relevan, tenaga kerja kontrak, prasarana tempat kerja dan etiket.
2. Pengembangan industri meliputi : implikasi perubahan teknologi pada tenaga kerja, lingkungan industri.
3. Bekerja praktis meliputi : pemeliharaan peralatan dan bahan- bahan, pengoperasian peralatan, pemeliharaan skedul,
buku harian dan catatan lain.
4. Tindakan meliputi : pelaporan, meralat kesalahan dan pencegahan kerusakan seperti laporan mesin sebelum menjadi
kesalahan utama, masalah kecil seperti kekurangan air, kerusakan alat.
5. Persyaratan kerusakan disajikan secara lisan dan tulisan.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Kode praktik.
1.2 Penghargaan industri dan kondisi.
1.3 Harapan para pekerja.
1.4 Sumber informasi.
1.5 Memahami dan mematuhi kondisi ketenagakerjaan.
1.6 Memenuhi ketentuan persyaratan ketenagakerjaan.
2. Konteks Penilaian
2.1 Otoritas manajemen dan pelaksanaan penilaian, Kualifikasi organisasi training.
2.2 Kualifikasi Asessor.
2.3 Pengukuran untuk memasukan penilaian yang konsisten.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1
4 Bekerja dengan orang lain 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 1
seksama.
2 Melakukan tindakan kesehatan dan keselamatan 2.1 Pengetahuan dan kemampuan untuk mengikuti
kerja dalam kondisi berbahaya/darurat prosedur yang berhubungan dengan kecelakaan, api
dan kondisi darurat termasuk komunikasi di lokasi dan
petunjuk untuk bahaya pribadi dipelihara sesuai
ketentuan di dunia usaha.
2.2 Prosedur penanganan darurat diikuti sesuai standar
perusahaan di tempat kerja.
2.3 Peralatan darurat digunakan sesuai spesifikasi pabrik
dan persyaratan di tempat kerja.
2.4 Otoritas yang sesuai diberitahukan sesuai kebijakan
perusahaan.
3 Memelihara infrastruktur dan 3.1 Kontribusi semua komponen kesehatan dan
lingkungan kerja keselamatan kerja diusahakan terus menerus dan
dilaksanakan untuk keseluruhan infrastruktur.
3.2 Bantuan kesehatan dan keselamatan kerja disiapkan
untuk antisipasi efektif dalam mengendalikan resiko
yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan di tempat
kerja.
3.3 Pengelolaan lingkungan tempat kerja dari kesibukan
tempat kerja dan penanganan limbah dari unit usaha.
Batasan Variabel
1. Kompetensi keselamatan dan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan meliputi aplikasi kesehatan, prinsip-
prinsip keselamatan, kecocokan dengan perundang undangan dan kode praktik masing-masing status termasuk
tugas-tugas dan tanggungjawab semua kelompok.
2. Resiko ditempat kerja termasuk pengoperasian angkutan sungai dan danau dan alat navigasi penanganan manual.
3. Pakaian atau alat-alat perlindungan pada tempat kerja yang beresiko sangat dibutuhkan.
4. Menangani secara manual tugas yang beresiko termasuk pengoperasian kapal sungai dan danau.
5. Resiko peserta termasuk luka-luka akibat alat pengoperasian kapal sungai dan danau.
6. Tingkatan yang sesuai untuk kesehatan dan kebugaran diperlukan untuk semua tugas di dalam bidang angkutan
sungai dan danau.
7. Kebijakan prosedur termasuk kebijakan mengandung resiko dan prosedur, kebijakan keadaan darurat, prosedur
menggunakan pakaian dan peralatan perlindungan, mengidentifikasi dan prosedur isu resolusi langkah kerja dan
lembar kerja.
8. Kesehatan dan keselamatan keadaan darurat ditempat kerja
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Resiko yang penting ditempat kerja
1.2 Penanganan kondisi darurat
1.3 Persyaratan kebugaran dan kesehatan personil.
1.4 Mengikuti prosedur identifikasi resiko dan pengendalian resiko di tempat kerja.
1.5 Bertindak dalam kondisi darurat.
1.6 Menangani pertolongan pertama
1.7 Memelihara kesehatan dan kebugaran
2. Konteks Penilaian
2.1 Melaksanakan penilaian berdasarkan prosedur penilaian
2.2 Pengukuran untuk memasukkan penilaian yang konsisten
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1
4 Bekerja dengan orang lain 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 1
Batasan Variabel
1. Isu tempat kerja meliputi: tugas dan pekerjaan pribadi, keselamatan dan kesehatan pribadi sesuai pekerjaan,
informasi dari pekerja lain atau pelanggan dan klien.
2. Peristiwa di tempat-tempat kerja meliputi laporan, informasi harian yang segera harus ditangani misalnya bahan-
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Melakukan interaksi di tempat kerja.
1.2 Melakukan pertemuan, menyalami dan mengarahkan klien dan pelanggan.
1.3 Berpartisipasi dalam rapat dan kelompok kerja
1.4 Bekerja secara kelompok.
1.5 Memelihara penampilan pribadi
1.6 Berkomunikasi efektif di tempat kerja
1.7 Berkomunikasi efektif dan pertanggungjawaban manajemen disampaikan kepada pekerja baru.
1.8 Berkomunikasi yang berkaitan dengan diklat
1.9 Berkomunikasi efektif dengan perusahaan lain berkaitan dengan peraturan, pelaksanaan terbaik di
perusahaan dalam berkomunikasi dengan pakar
2. Konteks Penilaian
2.1 Membuat perencanaan kerja
2.2 Permasalahan-permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang berdampak pada unjuk kerja unit
ini tidak dapat dipakai
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1
4 Bekerja dengan orang lain 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 1
Batasan Variabel
1. Isu tempat kerja meliputi: tugas dan pekerjaan pribadi, keselamatan dan kesehatan pribadi sesuai pekerjaan,
informasi dari pekerja lain atau pelanggan dan klien.
2. Peristiwa di tempat-tempat kerja meliputi laporan, informasi harian yang segera harus ditangani misalnya bahan-
bahan, stok, peralatan bermesin
3. Merekam termasuk menulis atau verbal
4. Permasalahan meliputi masalah pribadi, perbedaan budaya dan masalah dalam bekerja
5. Ketentuan perusahaan termasuk membantu klien, interaksi dengan supervisi dan kolega
6. Kesehatan dan pakaian pribadi, uraian posisi perusahaan, pengembangan organisasi perusahaan
7. Teknologi komunikasi meliputi fax, mesin jawaban, jaringan telepon, e-mail, interaksi dengan komputer.
8. Pelanggan termasuk kebutuhan khusus yang dibutuhkannya
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Ketentuan perusahaan dalam hubungan dengan relasi dalam menyambut, membantu klien dan pelanggan
1.2 Teknik mengatasi masalah
1.3 Teknik bertanya dan mendengar.
1.4 Pengetahuan lain yang berhubungan dengan pribadi
1.5 Berkomunikasi secara efektif
1.6 Berkomunikasi dengan berbagai cara
1.7 Berkomunikasi secara lisan
1.8 Berkomunikasi secara efektif didalam tim kerja.
1.9 Mengamati dan merekam di tempat kerja.
1.10 Berinteraksi dengan orang lain di tempat kerja
1.11 Bekerja secara tim.
1.12 Bertemu, memberi salam dan mengarahkan klien dan pelanggan
2. Konteks Penilaian
2.1 Permasalahan-permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang berdampak pada unjuk kerja unit
ini tidak dapat dipakai
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1
4 Bekerja dengan orang lain 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 1
Batasan Variabel
1. Unit ini berlaku untuk seluruh sektor teknologi informasi dan komunikasi.
2. Unit ini tidak terbatas pada sesama individu, supervisor, dan anggota organisasi, yang berasal dari berbagai sosial,
budaya, dan etika.
3. organisasi tidak terbatas pada orgranisasi pada bagan organisasi dan alur kerja, tetapi juga berdasarkan organisasi
dari pekerjaan, tujuan pekerjaan dalam organisasi.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang untuk mendemonstrasikan kompetensi, memerlukan bukti keterampilan
dan pengetahuan dibidang ini mencakup:
1.1 Pengetahuan dasar
1.1.1 Pengetahuan persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja.
1.1.2 Pengetahuan teoritis metodologi pengembangan sistem.
1.1.3 Komponen-komponen dari proses perencanaan bisnis untuk pengembangan bidang teknologi
informasi.
1.1.4 Pengetahuan umum mengenai perubahan pengelolaan sistem.
1.2 Substansi di dalam keahlian ini :
1.2.1 Keterampilan memimpin.
1.2.2 Keterampilan merencanakan proyek sesuai dengan lingkup, waktu, biaya, kualitas, komunikasi.
1.2.3 Keterampilan memecahkan masalah-masalah yang tidak dapat diprediksi
1.2.4 Partisipasi dalam perkembangan strategi tim.
1.2.5 Kontribusi tim pada solusi dan tujuan tim.
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di tempat kerja atau di tempat lain secara praktek dengan
kondisi kerja sesuai dengan keadaan normal.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan,mengorganisir dan menganalisa informasi 2
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2
4 Melakukan kerja sama dengan orang lain dan kelompok 2
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 2
6 Memecahkan masalah 2
7 Menggunakan teknologi 2
prosedur
Batasan Variabel
1. Ruang lingkup unit kompetensi ini mencakup :
+ Menyelenggarakan praktek-praktek keselamatan dan kesehatan kerja awak kapal penangkap ikan (Peraturan K3
untuk awak kapal perikanan No. 7.2.17 STCW.F amandemen 1995).
+ Menerapkan ketentuan FAO/ILO/IMO tentang awak kapal penangkap ikan.
+ Mengidentifikasi sebab-sebab terjadinya kecelakaan.
+ Menggunakan peralatan keselamatan kerja.
+ Tindakan pencegahan untuk memasuki ruangan tertutup.
+ Penerapan peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di atas kapal.
+ Melakukan tindakan pencegahan kecelakaan di atas kapal.
+ Dalam menerapkan penyelenggaraan praktek keselamatan dan kesehatan kerja awak kapal penangkapan ikan
dilakukan sesuai dengan SOP K3 dan dengan konsisten.
2. Peralatan yang diperlukan :
+ Peralatan kerja deck dan mesin.
+ Peralatan keselamatan kerja
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan adalah P3K, Teknik penyelamatan diri perorangan, Bahan
berbahaya dan beracun, pencegahan pencemaran lingkungan, aturan-aturan lain yang relevan
2. Konteks Penilaian
2.1 Tes kemampuan yang dilakukan pada kondisi-kondisi diatas kapal selama kurun waktu pelatihan.
2.2 Penilaian kompetensi dapat dilakukan baik dalam kondisi operasional maupun berupa simulasi.
2.3 Tes kemampuan yang dilakukan dan hasilnya dikumpulkan bersama-sama seluruh rekaman.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
Batasan Variabel
1. Peraturan K3 untuk awak kapal
2. Watchkeeping (dinas jaga)
3. Environment Act for Marine Pollution 73/78.
4. Manual instruction dan SOP untuk permesinan kapal
5. Job description
6. Kebijakan perusahaan berkaitan pekerjaan dinas jaga mesin
7. Log book mesin
8. Bahan dan peralatan bantu pengoperasian permesinan antara lain : kunci–kunci, obeng, tang, lampu senter, alat–alat
tulis, majun lap, minyak lumas, solar
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Teori motor pembakaran dalam (internal combustion engine).
1.2 Teori pompa.
1.3 Teknologi mekanik
1.4 Teknik pengukuran
1.5 Teknik reparasi
1.6 Pengetahuan bahan
1.7 Penggunaan peralatan tangan dan power tool
1.8 Pembacaan parameter temperatur, tekanan dan kelistrikan
1.9 Penggunaan peralatan ukur dan instrumen
1.10 Penggunaan indera sebagai alat kontrol (penglihatan, pendengaran, peraba).
2. Konteks Penilaian
2.1 Kompetensi harus diujikan di kapal perikanan atau di tempat kerja lainnya yang dikondisikan seperti di
kapal secara simulasi.
3.1 Kemampuan dalam akurasi pembacaan parameter temperatur, tekanan dan volume.
3.2 Kemampuan dalam mengikuti prosedur pengoperasian mesin
3.3 Kemampuan dalam penguasaan fungsi-fungsi dan komponen-komponen sistem-sistem yang berkaitan.
3.4 Kemampuan dalam mengikuti peraturan dinas jaga mesin
3.5 Kemampuan dalam memenuhi persyaratan K3
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2
4 Bekerja dengan orang lain 2
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 2
7 Menggunakan teknologi 1
diberlakukan
4 Menggunakan isyarat bahaya 4.1 Peralatan disiapkan sesuai SOP.
4.2 Kode isyarat di identifikasi sesuai ketentuan yang
diberlakukan
4.3 Prosedur pengisyaratan isyarat bahaya dilakukan
sesuai ketentuan
5 Mengorganisasi tindakan dalam keadaan darurat 5.1 Latihan-latihan bahaya/darurat di organisasi
5.2 Sijil darurat diterapkan sesuai dengan ketentuan
5.3 Tatacara khusus dalam keadaan darurat diterapkan
sesuai SOP yang berlaku.
5.4 Tempat kerja di siapkan dan di bebaskan dari
kemungkinan bahaya kecelakaan.
5,5 Prosedur pengisyaratan isyarat bahaya dilakukan
sesuai prosedur
6 Mengidentifikasi merkah-merkah lintas 6.1 Merkah-merkah lintas penyelamatan diri
penyelamatan diri disosialisasikan berdasarkan pada ketentuan yang
berlaku
6.2 Lintas penyelamatan dirididemonstrasikan/dilakukan
sesuai SOP yang berlaku
6.3 Komunikasi intern dan sistem alarm dilakukan sesuai
SOP yang berlaku
7 Melakukan SAR untuk menolong orang dan 7.1 Kebutuhan peralatan untuk pertolongan orang jatuh ke
kapal lain sesuai SOP laut, pertolongan dan penyelamatan kapal dalam
keadaan bahaya di siapkan sesuai SOP.
7.2 Tempat berkumpul (Muster Station) disiapkan dan
dibebaskan dari kemungkinan bahaya kecelakaan
7.3 Perlengkapan K3 serta langkah pengamanan dilakukan
sesuai SOP
Batasan Variabel
1. Ruang lingkup unit kompetensi ini mencakup :
+ Mengidentifikasi jenis-jenis keadaan darurat.
+ Prosedur-prosedur darurat.
+ Menanggulangi keadaan darurat.
+ Menerapkan pengenalan isyarat bahaya.
+ Mengorganisasi tindakan dalam keadaan darurat.
+ Mengidentifikasi merkah-merkah lintas penyelamatan diri.
+ Melakukan SAR untuk kapal lain sesuai SOP.
2. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai dan danau
3 Watchkeeping (dinas jaga)
4 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
5 Peralatan yang diperlukan :
+ Denah keadaan darurat di atas kapal.
+ Isyarat isyarat bahaya : red hand flare, buoyant smoke signal and parachute signal.
+ Life jacket.
+ Inflatable life raft.
+ Life buoy.
+ Line throwing apparatus.
+ Sekoci penolong.
+ Emergency Radio Portable.
+ EPIRB.
+ Immersion suit.
+ Thermal Protective Aid.
+ Kotak Peralatan P3K.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan meliputi : teknik penyelamatan diri dan bertahan hidup di laut,
2. Konteks Penilaian
2.1 Tes kemampuan yang dilakukan pada kondisi-kondisi diatas kapal selama kurun waktu pelatihan.
2.2 Penilaian kompetensi dapat dilakukan baik dalam kondisi operasional maupun berupa simulasi.
2.3 Tes kemampuan yang dilakukan dan hasilnya dikumpulkan bersama-sama seluruh rekaman
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 2
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
Batasan Variabel
1. Ruang lingkup unit kompetensi ini mencakup :
+ Peraturan K3 untuk awak kapal perikanan No. 7.2.17 STCW.F amandemen 1995
+ Menguraikan susunan anatomi tubuh manusia dan fungsinya.
+ Penerapan prinsip umum P3K.
+ Pertolongan pada pendarahan, resusitasi paru, jantung dan penanganan goncangan/shock.
+ Pertolongan pada korban pingsan/tidak sadarkan diri dalam keadaan darurat.
+ Pertolongan pada luka bakar, luka terkena air panas dan kecelakaan yang disebabkan oleh sengatan aliran
listrik dan binatang berbisa.
+ Penyelamatan dan pengangkutan korban/penderita akibat kecelakaan
2. Peralatan yang diperlukan :
3 Watchkeeping (dinas jaga)
+ Model susunan tubuh manusia.
+ Boneka peraga.
+ Stetoskop dan Tensimeter.
+ Resusisator.
+ Tandu.
+ Pisau, gunting.
+ Berbagai macam bandage bidai dan mitella.
+ Contoh obat-obatan.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan meliputi : penggunaan bermacam obatobatan, anatomi tubuh
manusia, macam-macam binatang laut yang berbisa.
2. Konteks Penilaian
2.1 Tes kemampuan yang dilakukan pada kondisi-kondisi diatas kapal selama kurun waktu pelatihan.
2.2 Penilaian kompetensi dapat dilakukan baik dalam kondisi operasional maupun berupa simulasi.
2.3 Tes kemampuan yang dilakukan dan hasilnya dikumpulkan bersama-sama seluruh rekaman
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 2
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
3 Melakukan penyelamatan diri di sungai dan 3.1 Bahaya-bahaya dalam mempertahankan hidup di
danau dan melaksanakan pembagian tugas sungai dan danau diidentifikasi.
3.2 Cara-cara bertahan hidup selama berada di pesawat
luput maut di tunjukkan sesuai prosedur
3.3 Sistem pembangian tugas dalam kondisi darurat diatur
dalam sijil bahaya
4 Mengoperasikan permesinan sekoci dan 4.1 Cara kerja mesin sekoci diidentifikasi dengan benar
perlengkapannya dengan penggunaan pesawat sesuai dengan ketentuan yang berlaku
luput maut
4.2 Mesin sekoci dioperasikan dengan benar sesuai
manual yang bersangkutan
4.3 Sekoci penolong, rakit penolong, dan pesawat luput
maut diidentifikasi dan digunakan sesuai dengan
prosedur.
5 Pengoperasian perlengkapan radio darurat 5.1 Instalasi radio jinjing untuk sekoci penolong
diidentifikasi dan dioperasikan sesuai manual dan
ketentuan ITU.
5.2 Radio jinjing untuk pesawat luput maut
dioperasikan.
5.3 Rambu radio darurat petunjuk posisi (EPIRB)
didemonstrasikan
6 Tindakan penyelamatan diri di atas pesawat 6.1 Tugas penyelamatan secara prosedur
luput maut didemonstrasikan.
6.2 Perlengkapan pesawat luput maut didemonstrasikan
penggunaannya
6.3 Cara-cara pembagian makanan dan air minum diatas
pesawat luput maut didemonstrasikan
Batasan Variabel
1. Ruang lingkup unit kompetensi ini mencakup :
+ Penerapan prinsip umum bertahan hidup di sungai dan danau
+ Mengidentifikasi jenis-jenis tindakan keadaan darurat dan evakuasi
+ Penggunaan pesawat luput maut dan sekoci penyelamat
+ Penggunaan alat-alat penolong perorangan
+ Melakukan penyelamatan diri di sungai dan danau dan melaksanakan pembagian tugas
+ Pengoperasian permesinan sekoci dan perlengkapannya
+ Pengoperasian perlengkapan radio darurat
+ Tindakan penyelamatan diri di atas pesawat luput maut
2. Peraturan K3 untuk awak kapal perikanan No. 7.2.17 STCW.F amandemen 1995
3 Peralatan yang diperlukan :
+ Denah keadaan darurat
+ Perlengkapan alarm
+ Denah peralatan pemadaman kebakaran
+ Organisasi keadaan darurat
+ Sekoci penolong
+ Inflatable life raft
+ Life jacket
+ Pelampung penolong
+ Immersion suit
+ Perlengkapan sekoci
+ SAR transponder.
+ Tali penolong, self ignition light, smoke signal
+ Lampu senter
+ Tangga darurat
+ Rakit penyelamat
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Menerapkan prosedur teknik penyelamatan diri di sungai dan danau
2. Konteks Penilaian
2.1 Tes kemampuan yang dilakukan pada kondisi-kondisi diatas kapal selama kurun waktu pelatihan.
2.2 Penilaian kompetensi dapat dilakukan baik dalam kondisi operasional maupun berupa simulasi.
2.3 Tes kemampuan yang dilakukan dan hasilnya dikumpulkan bersama-sama seluruh rekaman
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
Batasan Variabel
1. Ruang lingkup unit kompetensi ini mencakup :
+ Eksplosidemo didemontrasikan sesuai prosedur.
+ Mendemonstrasikan cara pencegahan terjadinya bahaya kebakaran.
+ Melakukan pengamatan dini sebelum terjadinya kebakaran.
+ Mengidentifikasi sistem pemadaman kebakaran instalasi tetap.
+ Menggunakan macam-macam perlengkapan pemadam kebakaran.
+ Menjelaskan organisasi pemadam kebakaran di kapal.
+ Menjelaskan organisasi pemadam kebakaran di kapal.
+ Mendemonstrasikan metode pemadam kebakaran.
+ Melakukan latihan pemadam kebakaran.
2. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai dan danau
3 Watchkeeping (dinas jaga)
4 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
5 Peralatan yang diperlukan :
+ Denah ruangan kapal.
+ Alat pemadaman kebakaran menggunakan instalasi tetap.
+ Pemadam kebakaran yang dapat dijinjing.
+ Alat-alat eksplosidemo.
+ Detektor kebakaran dan alarm.
+ Selimut api atau fireblanked.
+ Baju tahan api.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan meliputi : macam-macam bahan yang mudah terbakar, mudah
meledak
2. Konteks Penilaian
2.1 Tes kemampuan yang dilakukan pada kondisi-kondisi diatas kapal selama kurun waktu pelatihan
2.2 Penilaian kompetensi dapat dilakukan baik dalam kondisi operasional maupun berupa simulasi
2.3 Tes kemampuan yang dilakukan dan hasilnya dikumpulkan bersama-sama seluruh rekaman
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
Batasan Variabel
1. Ruang lingkup unit kompetensi ini mencakup :
+ Melakukan pencegahan pencemaran lingkungan sungai dan danau.
+ Mengidentifikasi sumber-sumber pencemaran lingkungan sungai dan danau
+ Melakukan pola penanggulangan pencemaran lingkungan sungai dan danau
2. Pengenalan peralatan pencegah pencemaran sungai dan danau
3 Pengoperasian dan perawatan peralatan pencegah pencemaran sungai dan danau
4. Pengenalan peralatan pencegah pencemaran sungai dan danau
5. Pengoperasian dan perawatan peralatan pencegahan pencemaran sungai dan danau
6. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai dan danau
7. Watchkeeping (dinas jaga)
8. Environment Act for Marine Pollution 73/78.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan meliputi : Jenis-jenis bahan kimia, bahan pencemar dan atau
bahan berbahaya beracun, karakteristik lingkungan sungai dan danau, kerusakan lingkungan akibat
pencemaran, ketentuan-ketentuan berkaitan dengan pencemaran dan pencegahannya.
2. Konteks Penilaian
2.1 Tes kemampuan yang dilakukan pada kondisi-kondisi diatas kapal selama kurun waktu pelatihan.
2.2 Penilaian kompetensi dapat dilakukan baik dalam kondisi operasional maupun berupa simulasi.
2.3 Tes kemampuan yang dilakukan dan hasilnya dikumpulkan bersama-sama seluruh rekaman
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 2
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
Batasan Variabel
1. Unit ini berlaku untuk seluruh sektor teknologi informasi dan komunikasi.
2. Dalam melaksanakan unit kompetensi ini didukung dengan tersedianya:
+ Sistem komputer
+ Dokumen/manual dari perangkat lunak
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang untuk mendemonstrasikan kompetensi, memerlukan bukti keterampilan
dan pengetahuan dibidang ini mencakup:
1.1 Pengetahuan dasar
1.1.1 Pengetahuan mengenai sistem operasi
1.1.2 Pengetahuan mengenai sistem komputer
1.1.3 Pengetahuan mengenai terminologi sistem informasi
1.1.4 Pengetahuan mengenai petunjuk/prosedur kemanan dan sistem jaringan
1.2 Keterampilan dasar
1.2.1 Keahlian memecahkan masalah untuk kasus yang telah diketahui
1.2.2 Keahlian bekerja sama dengan tim
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di tempat kerja atau di tempat lain secara praktek dengan
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan,mengorganisir dan menganalisa informasi 2
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2
4 Melakukan kerja sama dengan orang lain dan kelompok 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 2
7 Menggunakan teknologi 1
Batasan Variabel
1. Unit ini berlaku untuk seluruh sektor teknologi informasi dan komunikasi.
2. Unit ini mencakup aspek kesehatan dan keselamatan kerja, legalitas layanan, kode eik industri.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang untuk mendemonstrasikan kompetensi, memerlukan bukti keterampilan
dan pengetahuan dibidang ini mencakup:
1.1 Pengetahuan dasar
1.1.1 Persyaratan keorganisasian pada pelayanan customer
1.1.2 Aspek kesehatan dan keselamatan kerja
1.1.3 Aspek kewenangan dan kesehatan
1.1.4 Hak cipta dan properti intelektual
1.2 Substansi di dalam keahlian ini :
1.2.1 Keterampilan pengembangan profesional dalam hubungan untuk mengidentifikasi keterampilan
personal yang selalu di- dimutakhirkan dan ditingkatkan.
1.2.2 Mengidentifikasi kursus, seminar, informasi industri yang relevan untuk diikuti
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di tempat kerja atau di tempat lain secara praktek dengan
kondisi kerja sesuai dengan keadaan normal.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan,mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Melakukan kerja sama dengan orang lain dan kelompok 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
Batasan Variabel
1. Kegiatan meliputi : kegiatan harian, kegiatan berkala dan kegiatan khusus serta penjadwalan khusus.
2. Persyaratan dari kompetensi ini adanya kerja sama antara pekerja dan tanggung jawab personal.
3. Kegiatan ini dilakukan secara rutin menurut jadual dan atas petunjuk supervisor
4. Waktu sesuai penjadwalan
5. Alat dan bahan, Peraturan dan tata tertib
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Produk dan proses kerja yang digunakan dalam bekerja di tempat kerja
1.2 Pengaturan waktu, bahan dan peralatan
1.3 Membuat rencana kerja
1.4 Menginterprestasikan rencana kerja
1.5 Mengatur bahan dan peralatan
2. Konteks Penilaian
2.1 Mengidentifikasi bahaya berkaitan dengan OHS, resiko penilaian dan resiko pengawasan
2.2 Sistem dan prosedur keselamatan dalam penanganan dan penyimpanan bahan-bahan berbahaya
2.3 Sistem dan prosedur keselamatan dalam penanganan secara manual.
2.4 Pemilihan penggunaan, pemeliharaan peralatan dan pakaian perlindungan keselamatan kerja personal.
2.5 Keselamatan dalam pengoperasian dan pemeliharaan peralatan dan kapal perikanan
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1
4 Bekerja dengan orang lain 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 1
Batasan Variabel
1. Unit ini berhubungan dengan uraian tentang pekerjaan persiapan sebelum berlayar yang merupakan pekerjaan awal;
2. Standar pelaksanaan kegiatan persiapan sebelum berlayar sesuai dengan ketentuan yang berlaku guna keselamatan,
keamanan dan kenyamanan;
3. Aturan dan etika prosfesi sesuai dengan yang berlaku;
4. Peralatan yang dibutuhkan antara lain : alat bantu guna pengecekan kondisi kapal sungai dan danau serta peralatan
pendukung lainnya.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan yang dibutuhkan :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Pengetahuan yang dibutuhkan :
+ Pengetahuan administrasi;
+ Pengetahun teknis (permesinan).
1.2 Memiliki kemampuan bekerja dalam tim dan berkomunikasi yang baik
2. Konteks Penilaian
2.1 Membuat perencanaan kerja
2.2 Permasalahan-permasalahan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang berdampak pada unjuk kerja unit
ini tidak dapat dipakai
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1
4 Bekerja dengan orang lain 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 1
Batasan Variabel
1. Unit ini berlaku untuk seluruh sektor teknologi informasi dan komunikasi.
2. Unit ini tidak terbatas pada sesama individu, supervisor, dan anggota organisasi, yang berasal dari berbagai sosial,
budaya, dan etika.
3. organisasi tidak terbatas pada orgranisasi pada bagan organisasi dan alur kerja, tetapi juga berdasarkan organisasi
dari pekerjaan, tujuan pekerjaan dalam organisasi.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang untuk mendemonstrasikan kompetensi, memerlukan bukti keterampilan
dan pengetahuan dibidang ini mencakup:
1.1 Pengetahuan dasar
1.1.1 Prinsip-prinsip umum kesehatan dan keselamatan
1.1.2 Prinsip dasar tentang etika
1.1.3 Pengertian dasar sistem organisasi
1.2 Keterampilan dasar
1.2.1 Menerapkan keselamatan kerja
1.2.2 Melaksanakan pembuatan perencanaan kerja
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di tempat kerja atau di tempat lain secara praktek dengan
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan,mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2
4 Melakukan kerja sama dengan orang lain dan kelompok 2
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 2
7 Menggunakan teknologi 1
kebutuhan.
2 Membuat draft perencanaan perawatan dan 2.1 Daftar perawatan dan perbaikan disusun berdasarkan
perbaikan mesin penggerak utama kapal sungai hasil identifikasi dan analisa.
danau
2.2 Daftar kebutuhan alat dan bahan lengkap dengan
spesifikasi dan jumlah disusun berdasarkan pada
kebutuhan daftar perawatan dan perbaikan
2.3 Jadual perawatan dan perbaikan disusun berdasarkan
pada hasil analisa kebutuhan pekerjaan.
2.4 Kebutuhan tenaga kerja dihitung berdasarkan volume
pekerjaan dan tingkat kesulitan dan ditentukan siapa
yang mengerjakan serta dimana pekerjaan tersebut
dilaksanakan.
2.5 Biaya kebutuhan perawatan dan perbaikan dihitung
berdasarkan pada standar harga yang ditetapkan.
3 Melakukan konsultasi draft perencanaan 3.1 Draft perencanaan dan perawatan dikonsultasikan
kepada pihak yang terkait dan berwenang (DPASTCW
Code), untuk memperoleh masukan atau persetujuan.
3.2 Draft perencanaan perawatan dan perbaikan
disempurnakan, berdasarkan pada masukan dan
persetujuan dari pihak terkait.
4 Membuat laporan 4.1 Laporan perencanaan perawatan dan perbaikan dibuat
dengan menggunakan format dan model yang
ditetapkan oleh perusahaan atau ketentuan lain yang
berlaku.
Batasan Variabel
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Watchkeeping (dinas jaga) 5.2.3 STCW amandemen 1995
3 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
4. Rekomendasi dari Lembaga klasifikasi (BKI, LR, NK, GL dll-nya).
5. Rekomendasi pabrikan pembuat mesin
6. Manual instruction dan SOP untuk mesin kapal
7. Job description
8. Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan perencanaan perawatan dan perbaikan mesin penggerak utama
kapal
9. Log book mesin
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Manajemen perawatan dan perbaikan
1.2 Inventori ketersediaan suku cadang
1.3 Suku-suku mesin
1.4 Ilmu bahan terkait
1.5 Teori pesawat tenaga pembakaran dalam
1.6 Membuat perencanaan perawatan dan perbaikan
1.7 Prelimenary maintenance
1.8 Keterampilan dalam bekerjasama dan negosiasi
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di tempat kerja atau di tempat lain secara simulasi dengan kondisi kerja sesuai dengan
keadaan normal
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 2
Batasan Variabel
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Watchkeeping (dinas jaga) 5.2.3 STCW amandemen 1995
3 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
4. Rekomendasi dari Lembaga klasifikasi (BKI, LR, NK, GL dll-nya).
5. Rekomendasi pabrikan pembuat mesin
6. Manual instruction dan SOP untuk mesin kapal
7. Job description
8. Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan perencanaan perawatan dan perbaikan mesin penggerak utama
kapal
9. Log book mesin
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Manajemen perawatan dan perbaikan
1.2 Inventori ketersediaan suku cadang
1.3 Suku-suku mesin
1.4 Ilmu bahan terkait
1.5 Teori listrik
1.6 Membuat perencanaan perawatan dan perbaikan
1.7 Prelimenary maintenance
1.8 Keterampilan dalam bekerjasama dan negosiasi
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di tempat kerja atau di tempat lain secara simulasi dengan kondisi kerja sesuai dengan
keadaan normal
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 2
Batasan Variabel
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Watchkeeping (dinas jaga) 5.2.3 STCW amandemen 1995
3 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
4. Manual instruction dan SOP untuk mesin kapal
5. Job description
6. Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan perencanaan perawatan dan perbaikan mesin penggerak utama
kapal
7. Log book mesin
8. Peralatan dan bahan bantu pengoperasian : kunci-kunci , obeng , palu, tang, majun lap, oli, solar.
9. Motor penggerak utama jenis motor diesel atau jenis lainnya
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di tempat kerja atau di tempat lain secara simulasi dengan kondisi kerja sesuai dengan
keadaan normal
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
1 Mempersiapkan pekerjaan mengoperasikan 1.1 Prinsip kerja sistem kelistrikan diidentifikasi dari
sistem kelistrikan sistem pembangkit listrik, sistem instalasi daya, dan
sistem instalasi penerangan.
1.2 Data dan informasi dari log book pengoperasian
sebelumnya dipelajari dan diidentifikasi alternatif
langkah pengoperasian.
1.3 Pemeriksaan terhadap fungsi dan kondisi komponen
instalasi meliputi :
+ Pembangkit listrik : stator, rotor, slipring, carbone
brush, sistem penguatan arus magnetisasi,
peralatan ukur, peralatan sinkron, panel utama,
penghubung utama, sistem pengaman, sistem
alarm. Instalasi daya : panel pembagi, MCB,
pengawatan, pengukuran beban, motor listrik,
reostart, transformer, relay, rectifyer, NFB, sistem
pengaman beban sampai motor.
+ Instalasi penerangan : grup panel pembagi,
penghubung, pengaman, instalasi pengawatan,
saklar dan stop contac sampai lampu.
+ Dilakukan sesuai dengan SOP atau manual yang
ditetapkan.
1.4 Kebutuhan suku cadang kelistrikan dan bahan bantu
lainnya di hitung dan disediakan sesuai dengan
kebutuhan dikonsultasikan kepada perwira jaga.
1.5 Persiapan pengoperasian dilaporkan dan disediakan
sesuai dengan kebutuhan
1.6 Tindakan keselamatan kerja dipersiapan untuk
pengoperasian
2 Mengoperasikan sistem 2.1 Starting sistem pembangkit listrik dikoordinasikan
pembangkit listrik kepada pihak yang berwenang/perwira jaga dek.
2.2 Starting sistem kelistrikan dilakukan sesuai dengan
urutan dan prosedur yang ditetapkan manual/SOP.
2.3 Kondisi operasi pembangkit listrik dijaga pada
keadaan normal, sesuai dengan parameter yang
ditetapkan dalam SOP
3 Menjaga kondisi operasi 3.1 Perubahan parameter kerja generator set akibat
pembebanan diamati dan dicatat pada log book
termasuk semua aktivitas yang dilakukan.
3.2 Semua sistem yang terkait dengan kerja sistem
kelistrikan dijaga kondisi kerjanya meliputi : beban
kerja, hubungan bumi, kualitas listrik ( Cos ).
3.3 Pemaralelan dua buah generator untuk memindah atau
memikul beban bersama dilakukan sesuai manual.
3.4 Kondisi kerja abnormal dilaporkan kepada perwira
jaga/KKM.
4 Melaksanakan jaga sistem kelistrikan 4.1 Kondisi operasi sistem kelistrikan dijaga pada keadaan
normal, sesuai dengan parameter yang ditetapkan
dalam SOP.
4.2 Pemeriksaan selama beroperasi dilakukan sesuai
dengan SOP yang diberlakukan
4.3 Kondisi abnormal dicatat dan dilaporkan kepada
perwira jaga mesin
5 Mengatasi gangguan 5.1 Gangguan sistem kelistrikan yang terjadi dianalisa
secara tepat sesuai dengan manual.
5.2 Alternatif mengatasi gangguan ditetapkan, sesuai
dengan hasil analisa dan dikonsultasikan kepada
perwira jaga mesin.
5.3 Perbaikan kerusakan atau penanggulangan gangguan
dilakukan sesuai dengan alternatif yang ditetapkan
5.4 Kegiatan mengatasi gangguan dicatat dalam log book
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan
6 Membuat laporan 6.1 Data informasi pengoperasian dihimpun dan
dituangkan dalam log book, sesuai prosedur yang
ditetapkan
Batasan Variabel
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Watchkeeping (dinas jaga) 5.2.3 STCW amandemen 1995
3 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
4. Manual instruction dan SOP untuk mesin kapal
5. Job description
6. Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan perencanaan perawatan dan perbaikan mesin penggerak utama
kapal
7. Log book mesin
8. Peralatan dan bahan bantu pengoperasian : kunci-kunci, obeng, palu, tang, alat tulis, multi tester, lampu senter,
majun lap, solar, oli, carbon brush, MCB, kawat, reostrat, NFB.
9. Sistem kelistrikan kapal dengan motor penggerak diesel atau jenis lainnya
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Teori motor pembakaran dalam (diesel).
1.2 Teori transmisi (prime over).
1.3 Teori pompa.
1.4 Listrik kapal sungai danau
1.5 Pesawat bantu kapal sungai danau
1.6 Teknik pengendalian dan otomatisasi.
1.7 Teknik pengukuran.
1.8 Penggunaan peralatan tangan dan power tool.
1.9 Penggunaan peralatan ukur dan instrumen listrik.
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di kapal perikanan atau di tempat kerja lainnya yang dikondisikan seperti di kapal
secara simulasi.
6 Memecahkan masalah 2
7 Menggunakan teknologi 2
Batasan Variabel
Rentang pernyataan memberikan advis untuk menginterprestasikan lingkup dan kontek unit kompetensi ini, diijinkan
terhadap perbedaan perusahaan dan tempat kerja. Hal itu berkaitan terhadap unit ini secara keseluruhan dan memfasilitasi
penilaian secara holistik. Variabel-variabel berikut mungkin dijelaskan terhadap unit khusus ini.
Pelanggan dapat :
+ Dari dalam atau dari luar
+ Agen lain
+ Anggota individu organisasi
+ Korporat pelanggan
+ Anggota individu masyarakat.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang untuk mendemonstrasikan kompetensi, memerlukan bukti keterampilan
dan pengetahuan dibidang ini mencakup:
1.1 Perundang-undangan yang relevan dari semua level pemerintah yang mempengaruhi operasi bisnis
khususnya berkaitan dengan isu-isu K3 dan lingkungan, kesempatan yang sama, hubungan industrial dan
anti diskriminasi.
1.2 Pengetahuan prinsip-prinsip pelayanan pelanggan yang baik (excelent)
1.3 Pemahaman struktur bisnis organisasi, produk dan jasa.
1.4 Pemahaman kebijakan dan prosedur organisasi terhadap pelayanan pelanggan yang meliputi penanganan
keluhan pelanggan
1.5 Metode konsultasi, teknik dan protokol
1.6 Teknik-teknik yang berurusan dengan pelanggan, meliputi pelanggan dengan kebutuhan khusus
1.7 Ketrampilan baca tulis untuk membaca dan memahami berbagai teks, persiapan informasi umum dan
tulisan sesuai dengan target pendengar, mengeja dengan akurat, menggunakan tata bahasa dan tanda baca
secara efektip sebagai bantuan untuk pemahaman.
1.8 Ketrampilan mengoreksi dan mengedit untuk memastikan kejelasan arti dan kesesuaian dengan
persyaratan organisasi, pemeriksaan keakuratan dan konsistensi informasi
1.9 Ketrampilan menulis laporan untuk mengidentifikasi dan mengerjakan dengan teliti dalam strategi
pelayanan, menilai informasi untuk relevansi dan keakuratannya, sumber informasi tambahan sesuai
kebutuhan
1.10 Ketrampilan teknologi yang meliputi kemampuan untuk memilih dan menggunakan teknologi yang sesuai
untuk tugas-tugas
1.11 Ketrampilan menyelesaikan masalah untuk berurusan dengan permintaan atau keluhan pelanggan
1.12 Kemampuan berhubungan dengan orang dari berbagai rentang sosial, budaya dan latar belakang etnis dan
kemampuan fisik serta mental.
2. Konteks Penilaian
2.1 Kompetensi didemonstrasikan melalui unjuk kerja seluruh kriteria yang dinyatakan, meliputi pemberian
perhatian khusus terhadap aspek kritis dan pengetahuan dan ketrampilan yang dikerjakan dengan teliti
dalam Petunjuk Bukti dan dengan lingkup yang ditetapkan oleh Rentang Pernyataan
2.2 Penilaian harus memperhitungkan pedoman penilaian yang telah diendorse dalam Paket pelatihan
pelayanan bisnis
2.3 Penilaian persyaratan unjuk kerja dalam unit ini seharusnya dilakukan dalam tempat kerja nyata atau
lingkungan yang disimulasikan
2.4 Penilaian seharusnya memperkuat integrasi kompetensi kunci dan Kompetensi pelayanan bisnis umum
terhadap Level AQF khusus. Acuan level kompetensi kunci pada akhir unit ini.
Implikasi sumber
Akses yang diperlukan untuk memberi kesempatan baik :
Baik pelajar ataupun pengajar seharusnya memiliki akses atau kemudahan atas
dokumen dan sumber daya lainnya yang biasa digunakan di tempat kerja
Konsisten unjuk kerja
Untuk mendapatkan suatu ketetapan Unjuk Kerja, maka beberapa bukti atau keterangan penunjang sebaiknya
dikumpulkan dalam rentang waktu tertentu, dan cukup untuk digunakan dalam menghadapi berbagai macam
situasi
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan,mengorganisir dan menganalisa informasi 2
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2
4 Melakukan kerja sama dengan orang lain dan kelompok 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 2
7 Menggunakan teknologi 1
Batasan Variabel
Unit kompetensi berlaku dalam pengerjaan penandaan pelat kapal sebelum pemotongan Pekerjaan dilakukan mandiri atau
dalam suatu kelompok. Perlengkapan pemindah muatan dioperasikan di dalam batas-batas prosedur yang disarankan
pabrik dan beban kerja aman. Pemindah muatan yang dapat bergerak atau tetap termasuk derek anting (pendant crane),
yard, workshop dan store travelling overhead cranes, katrol rel tunggal dan rantai (manual, udara atau elektrik dll.),
pivoting slewing jib rails dll. Seluruh pekerjaan dan praktek kerja sesuai dengan peraturan dan persyaratan hukum.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang untuk mendemonstrasikan kompetensi, memerlukan bukti keterampilan
dan pengetahuan dibidang ini mencakup:
1.1 Pengetahuan peraturan maritim yang relevan
1.2 Undang-undang dan kebijakan K3 yang relevan
1.3 Jenis pengunci (knot), tekukan (bend) dan pengait (hitch) dalam penggunaan umum, karakteristiknya,
aplikasi dan batasan, metode penaliannya menggunakan tali sintetis dan fibre dari berbagai konstruksi dan
ukuran.
1.4 Prosedur penyambungan tali sintetis fibre
1.5 Regangan patah dan muatan kerja aman terhadap tali dan peralatan
1.6 Prinsip-prinsip kerusakan tali dan menjaga serta persyaratan pemeliharaan terhadap jenis tali dan kawat
yang berbeda
1.7 Prinsip-prinsip dan batasan peralatan angkat dan komponen
1.8 Prosedur untuk memeriksa dan mengoperasikan peralatan angkat meliputi slinging load dan berbagai
perlengkapan angkat dan pengaturannya
1.9 Peringatan dan prosedur untuk bekerja keatas dan kesamping
1.10 Prosedur pemeliharaan dan penyimpanan peralatan yang digunakan apabila bekerja diatas dan kesamping.
1.11 Prosedur untuk rigging dan persiapan jalan akses personel
1.12 Prinsip-prinsip dan prosedur untuk penalian dan pengikatan muatan yang meliputi persyaratan
2. Konteks Penilaian
2.1 Penilaian kompetensi harus memenuhi persyaratan penilaian dari peraturan pelayaran yang relevan
2.2 Penilaian unit ini harus dilakukan dengan kewenangan marine yang relevan yang disetujui serta
pengaturan yang teraudit oleh RTO
2.3 Sekurang-kurangnya penilaian pengetahuan harus dilaksanakan melalui latihan tulis/lisan secara memadai
2.4 Penilaian praktek yang memadai harus terjadi
+ Pada RTO dan/atau
+ Pada pekerjaan yang memadai atau pelatihan di kapal
Implikasi sumber
Akses yang diperlukan untuk memberi kesempatan baik :
+ Partisipasi dalam kesesuaian rentang rigging yang disimulasikan secara memadai, pengangkatan dan latihan
penalian muatan, situasi dan studi kasus dan sumber-sumber yang disatukan dan/atau
+ Membantu dalam rigging, pengangkatan dan operasi penalian muatan dalam bekerja di kapal
Konsisten unjuk kerja
Mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan ilmu pelayaran apabila :
+ Penggunaan dan pemeliharaan tali (rope) dan kawat (wire)
+ Pengoperasian gir pengangkat (lifting gear)
+ Rigging fishing gear
+ Melakukan tugas keatas dan kesamping kapal
+ Mengikat dan mengencangkan muatan
+ Mengaplikasikan peringatan keselamatan selama operasi rigging
+ Menunjukkan bukti aplikasi prosedur ditempat kerja yang relevan meliputi :
+ Bagian yang relevan dari peraturan marine
+ Prosedur sistem manajemen keselamatan
+ Peraturan K3 dan kebijakan serta prosedur pencegahan bahaya
+ Prosedur kerja dan instruksi kerja
+ Pedoman manufaktur yang relevan yang berkaitan dengan penggunaan tali, kawat, kabel, rantai, peralatan
dek dan permesinan termasuk instruksi pada kemampuan peralatan dan batasannya
+ Proses kebersihan di kapal
+ Tindakan diambil segera untuk melaporkan dan/atau memperbaiki kejadian (incident) dan pengoperasian
permasalahan sesuai dengan peraturan dan prosedur
+ Bekerja lengkap secara sistimatis dengan memperhatikan rincian yang diperlukan
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan,mengorganisir dan menganalisa informasi 2
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1
4 Melakukan kerja sama dengan orang lain dan kelompok 1
Batasan Variabel
1. Kontek Umum
1.1 Pekerjaan harus dilakukan dengan mengikuti peraturan yang relevan
1.2 Pekerjaan yang dilakukan dengan prosedur yang disebutkan dengan tanggung jawab terhadap keluaran
yang dimiliki dalam kaitannya dengan standar mutu khusus. Hal itu tercakup dalam melaksanakan operasi
rigging secara rutin dan menggunakan gabungan peralatan sesuai dengan praktek kerja yang aman.
2. Lingkungan di tempat kerja
1.1 Kapal bisa meliputi kapal komersil dibawah 24 meter
1.2 Operasi rigging mungkin dilaksanakan
3. Siang atau malam dalam situasi pengoperasian normal
3.1 Dibawah kondisi laut dan cuaca normal dan berlawanan
3.2 Saat jalan
3.3 Selama operasi penambatan dan tidak dalam penambatan
3.4 Ketika buang sauh
3.5 Apabila ditambatkan
3.6 Kondisi cuaca yang berlawanan
4. Pengoperasian rigging bisa meliputi :
4.1 Penggunaan dan pemeliharaan tali (rope), kawat (wire) dan rantai (chain)
4.2 Sambungan tali fiber natural dan sintetis
4.3 Pengecekan dan penggunaan peralatan angkat, tali, rantai dan gir rigging apabila mengangkat muatan
4.4 Meanli muatan
4.5 Memastikan gangway, brows dan tangga untuk akses keselamatan
5. Pengunci dan sambungan bisa meliputi :
5.1 Gambaran delapan (figure of eight)
5.2 Sambungan reef (reef knot)
5.3 Pengait cengkeh (clove hitch)
5.4 Pengait rol (rolling hitch)
5.5 Tekukan sheet (sheet bend)
5.6 Sheep shank
5.7 Tali depan (bwline) pada bite
5.8 Carrick bend
5.9 Marline spike hitch
5.10 Sambungan mata tali (eye splice)
5.11 Sambungan pendek (short splice)
5.12 Common whipping
5.13 West country whipping
5.14 Sail makers whipping
5.15 Common sezing
5.16 Racking seizing
6. Peralatan akses personel bisa meliputi :
6.1 Gangway
6.2 Brows
6.3 Tangga
7. Gir pengangkat (lifting gear) bisa meliputi :
7.1 Crane
7.2 Derrick
7.3 Winch
7.4 Hoist
7.5 Grab
7.6 Spreader
Panduan Penilaian :
Aspek-aspek kritis yang dipertimbangkan
1. Penilaian harus memastikan pengetahuan dan ketrampilan yang memadai untuk :
1.1 Penggunaan dan pemeliharaan tali dan kawat
1.2 Pengoperasian lifting gear
1.3 Rig dan memelihara jalan akses personel
1.4 Melaksanakan tugas-tugas keatas dan kesamping kapal
1.5 Penalian dan mengencangkan muatan
1.6 Membantu dalam rigging dan lashing komponen permesinan
1.7 Latihan seluruh keselamatan yang disyaratkan dan prosedur kontrol bahaya
apabila melaksanakan operasi rigging
1.8 Berkomunikasi secara efektip dengan pihak lain selama operasi rigging
3.3 Jenis pengunci (knot), tekukan (bend) dan pengait (hitch) dalam penggunaan umum, karakteristiknya,
aplikasi dan batasan, metode penaliannya menggunakan tali sintetis dan fibre dari berbagai konstruksi dan
ukuran.
3.4 Prosedur penyambungan tali sintetis fibre
3.5 Regangan patah dan muatan kerja aman terhadap tali dan peralatan
3.6 Prinsip-prinsip kerusakan tali dan menjaga serta persyaratan pemeliharaan terhadap jenis tali dan kawat
yang berbeda
3.7 Prinsip-prinsip dan batasan peralatan angkat dan komponen
3.8 Prosedur untuk memeriksa dan mengoperasikan peralatan angkat meliputi slinging load dan berbagai
perlengkapan angkat dan pengaturannya
3.9 Peringatan dan prosedur untuk bekerja keatas dan kesamping
3.10 Prosedur pemeliharaan dan penyimpanan peralatan yang digunakan apabila bekerja diatas dan kesamping
3.11 Prosedur untuk rigging dan persiapan jalan akses personel
3.12 Prinsip-prinsip dan prosedur untuk penalian dan pengikatan muatan yang meliputi persyaratan
pemeriksaan dan pemeliharaan terhadap peralatan penalian (lashing)
3.13 Teknik-teknik komunikasi pelayaran
4. Implikasi sumber
4.1 Akses yang diperlukan untuk memberi kesempatan baik :
4.1.1 Partisipasi dalam kesesuaian rentang rigging yang disimulasikan secara memadai, pengangkatan
dan latihan penalian muatan, situasi dan studi kasus dan sumber-sumber yang disatukan dan/atau
4.1.2 Membantu dalam rigging, pengangkatan dan operasi penalian muatan dalam bekerja di kapal
5. Konsistensi unjuk kerja
5.1 Mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan ilmu pelayaran apabila :
5.1.1 Penggunaan dan pemeliharaan tali (rope) dan kawat (wire)
5.1.2 Pengoperasian gir pengangkat (lifting gear)
5.1.3 Rigging fishing gear
5.1.4 Melakukan tugas keatas dan kesamping kapal
5.1.5 Menali dan mengencangkan muatan
5.1.6 Mengaplikasikan peringatan keselamatan selama operasi rigging
6. Menunjukkan bukti aplikasi prosedur ditempat kerja yang relevan meliputi :
6.1 Bagian yang relevan dari peraturan marine
6.2 Prosedur sistem manajemen keselamatan
6.3 Peraturan K3 dan kebijakan serta prosedur pencegahan bahaya
6.4 Prosedur kerja dan instruksi kerja
6.5 Pedoman manufaktur yang relevan yang berkaitan dengan penggunaan tali, kawat, kabel, rantai, peralatan
dek dan permesinan termasuk instruksi pada kemampuan peralatan dan batasannya
6.6 Proses kebersihan dikapal
7. Tindakan diambil segera untuk melaporkan dan/atau memperbaiki kejadian (incident) dan pengoperasian
permasalahan sesuai dengan peraturan dan prosedur
8. Bekerja lengkap secara sistimatis dengan memperhatikan rincian yang diperlukan
9. Kontek penilaian
9.1 Penilaian kompetensi harus memenuhi persyaratan penilaian dari peraturan pelayaran yang relevan
9.2 Penilaian unit ini harus dilakukan dengan kewenangan marine yang relevan yang disetujui serta
pengaturan yang teraudit oleh RTO
9.2.1 Sekurang-kurangnya penilaian pengetahuan harus dilaksanakan melalui latihan tulis/lisan secara
memadai
9.2.2 Penilaian praktek yang memadai harus terjadi
9.2.2.1 Pada RTO dan/atau
9.2.2.2 Pada pekerjaan yang memadai atau pelatihan di kapal.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan,mengorganisir dan menganalisa informasi 2
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1
4 Melakukan kerja sama dengan orang lain dan kelompok 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 2
7 Menggunakan teknologi 2
Batasan Variabel
Ruang lingkup pekerjaan yang dicakup oleh unit ini mencakup pekerjaan perawatan ruang mesin kapal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada kapal sungai danau, unit kompetensi ini tercapai dengan persyaratan tersedianya:
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Watchkeeping (dinas jaga) 5.2.3 STCW amandemen 1995
3 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
4. Manual instruction dan SOP untuk mesin kapal
5. Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan perawatan ruang mesin kapal
6. Log book mesin
8. Peralatan dan bahan bantu perawatan : kunci-kunci, obeng, palu, tang, lampu senter, majun lap, detergen, air tawar,
solar, oli.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 General arrangement fishing vessel piping diagram, engine room lay out, penggunaan peralatan tangan,
standard kodefikasi warna yang berlaku, bahan pelumas, menggunakan peralatan tangan dan power tool.
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di kapal perikanan atau di tempat kerja lainnya yang dikondisikan seperti di kapal
secara simulasi.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2
4 Bekerja dengan orang lain 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 2
Batasan Variabel
Ruang lingkup pekerjaan yang dicakup oleh unit ini mencakup pekerjaan perawatan ruang mesin kapal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada kapal sungai danau, unit kompetensi ini tercapai dengan persyaratan tersedianya:
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Watchkeeping (dinas jaga) 5.2.3 STCW amandemen 1995
3 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
4. Manual instruction dan SOP untuk perawatan mesin penggerak utama kapal yang relevan
5. Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan perawatan mesin penggerak utama kapal
6. Log book mesin
7. Peralatan dan bahan bantu perawatan : kunci-kunci, obeng, palu, tang, injektor tester, pompa oli/gemuk, multi tester,
alat tulis, majun lap, solar, oli, detergen, filter bahan bakar, filter oli, mur/baut, klem, gemuk, strainer, zinc anode, air
accu, packing.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Pengetahuan bahan.
1.2 Penguasaan penggunaan bahan berbahaya/beracun/explosive.
1.3 Menggunakan peralatan tangan dan power tool.
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di kapal perikanan atau di tempat kerja lainnya yang dikondisikan seperti di kapal
secara simulasi.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2
4 Bekerja dengan orang lain 1
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 2
7 Menggunakan teknologi 2
Deskripsi Unit : Unit ini berkaitan dengan perawatan sistem kelistrikan kapal sesuai dengan ketentuan yang
berlaku pada kapal sungai danau.
Batasan Variabel
Ruang lingkup pekerjaan yang dicakup oleh unit ini mencakup pekerjaan perawatan ruang mesin kapal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada kapal sungai danau, unit kompetensi ini tercapai dengan persyaratan tersedianya:
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Watchkeeping (dinas jaga) 5.2.3 STCW amandemen 1995
3 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
4. Manual instruction dan SOP untuk perawatan mesin penggerak utama kapal yang relevan
5. Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan perawatan sistem kelistrikan kapal
6. Log book mesin
7. Peralatan dan bahan bantu perawatan : kunci-kunci, obeng, palu, tang, multi tester, lampu senter, majun lap, amplas,
sikat arang, sirlak, insulasi, komponen/suku-suku mesin, filter oli, gasket kit, baut/mur pengikat, klem.
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 General arrangement fishing vessel piping diagram, engine room lay out, wiring diagram, teori listrik, dan
sistem pembangkit listrik.
1.2 Menggunakan peralatan tangan, alat ukur dan power tool
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di kapal perikanan atau di tempat kerja lainnya yang dikondisikan seperti di kapal
secara simulasi.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 3
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 2
Batasan Variabel
Ruang lingkup pekerjaan yang dicakup oleh unit ini mencakup pekerjaan perawatan ruang mesin kapal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada kapal sungai danau, unit kompetensi ini tercapai dengan persyaratan tersedianya:
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Watchkeeping (dinas jaga) 5.2.3 STCW amandemen 1995
3 Environment Act for Marine Pollution 73/78.
4. Manual instruction dan SOP untuk kerja bengkel
5. Job description.
6. Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan perbengkelan
7. Log book mesin
8. Peralatan dan bahan kerja bengkel : Mesin Bubut, Mesin Bor, Mesin Sekrap, Mesin Frais, Las Listrik, Las Asitilin,
Senai, Gerinda, Tandem, Pembengkok Pipa, Takal/ Katrol, Alat Pemotong, Kikir, Pahat, Palu, Obeng, Tool Set, Plat
Baja, Besi Beton eser, Besi siku, pipa elektroda, oksigen, acetylene, majun lap, amplas, batu gerinda
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Teori mesin kerja bengkel
1.2 Teknik pengukuran
1.3 Pengetahuan bahan
1.4 Penggunaan peralatan tangan dan power tool.
1.5 Penggunaan peralatan ukur dan instrumen.
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di kapal perikanan atau di tempat kerja lainnya yang dikondisikan seperti di kapal
secara simulasi.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 1
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 3
4 Bekerja dengan orang lain 3
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 1
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 3
Batasan Variabel
Ruang lingkup pekerjaan yang dicakup oleh unit ini mencakup pekerjaan perawatan ruang mesin kapal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada kapal sungai danau, unit kompetensi ini tercapai dengan persyaratan tersedianya:
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Environment Act for Marine Pollution 73/78
3 .Manual instruction dan SOP untuk kerja bengkel
4. Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan perbengkelan
5. Job description.
6. Peralatan dan bahan bantu perawatan : jangka sorong, mistar, mikro meter, alat tulis, plat, pipa, elbow, plange, siku,
beam, bahan bakar, minyak pelumas, minyak hidrolik
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Pengetahuan pengukuran teknik.
1.2 Pengetahuan bahan
1.3 Spesifikasi teknik
1.4 Menggunakan peralatan tangan dan alat ukur.
1.5 Menggunakan sensitivitas indera (mata, telinga, kulit).
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di tempat kerja atau di tempat lain secara simulasi dengan kondisi kerja sesuai dengan
keadaan normal.
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 2
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 1
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 2
4 Bekerja dengan orang lain 2
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 3
6 Memecahkan masalah 3
7 Menggunakan teknologi 3
Batasan Variabel
Ruang lingkup pekerjaan yang dicakup oleh unit ini mencakup pekerjaan menggambar mesin sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, unit kompetensi ini tercapai dengan persyaratan :
1. Peraturan K3 untuk awak kapal sungai danau.
2. Manual instruction dan SOP untuk ruangan dan perlengkapan gambar yang relevan
3 Kebijakan perusahaan berkaitan dengan pekerjaan menggambar mesin
4. Gambar kerja
Panduan Penilaian :
1. Pengetahuan dan keterampilan penunjang :
Untuk mendemonstrasikan kompetensi, diperlukan bukti pengetahuan dan keterampilan di bidang berikut ini :
1.1 Teknik menggambar.
1.2 General arrangement fishing vessel.
1.3 Piping diagram.
1.4 Engine room lay out.
1.5 Menggambar teknik.
1.6 Menggunakan perlengkapan menggambar.
2. Konteks Penilaian
Kompetensi harus diujikan di tempat ruang gambar atau di tempat lain sesuai dengan keadaan
Kompetensi Kunci
No Kompetensi Kunci dalam Unit ini Tingkat
1 Mengumpulkan, mengorganisir dan menganalisa informasi 3
2 Mengkomunikasikan ide-ide dan informasi 2
3 Merencanakan dan mengorganisir aktifitas-aktifitas 1
4 Bekerja dengan orang lain 2
5 Menggunakan ide-ide dan teknik matematika 2
6 Memecahkan masalah 1
7 Menggunakan teknologi 2
Bab 10
Program Pembelajaran
Awak Kapal Sungai dan Danau
Mengingat bahwa pelatihan pada dasarnya diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau
setidaknya mengurangi gap (kesenjangan) antara kinerja yang ada saat ini dengan kinerja standard atau
yang diharapkan untuk dilakukan oleh si pegawai, maka dalam hal ini analisis kebutuhan pelatihan
merupakan alat untuk mengidentifikasi gap-gap yang ada tersebut dan melakukan analisis apakah gap-gap
tersebut dapat dikurangi atau dihilangkan melalui suatu pelatihan. Selain itu dengan analisis kebutuhan
pelatihan maka pihak penyelenggara pelatihan (HRD atau Divisi Training) dapat memperkirakan manfaat-
manfaat apa saja yang bisa didapatkan dari suatu pelatihan, baik bagi partisipan sebagai individu maupun
bagi perusahaan.
Jika ditelaah secara lebih lanjut, maka analisis kebutuhan pelatihan memiliki beberapa tujuan, diantaranya
adalah:
1. memastikan bahwa pelatihan memang merupakan salah satu solusi untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja pegawai dan produktivitas instansi/lembaga;
2. memastikan bahwa para partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar orang-orang yang tepat;
3. memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan selama pelatihan benar-benar sesuai
dengan elemen-elemen kerja yang dituntut dalam suatu jabatan tertentu;
4. mengidentifikasi bahwa jenis pelatihan dan metode yang dipilih sesuai dengan tema atau materi
pelatihan;
5. memastikan bahwa penurunan kinerja atau pun masalah yang ada adalah disebabkan karena kurangnya
pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap kerja; bukan oleh alasan-alasan lain yang tidak bisa
diselesaikan melalui pelatihan;
6. memperhitungkan untung-ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti
membutuhkan sejumlah dana.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa kebutuhan pelatihan adalah selisih antara pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diharapkan/diminta dengan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang telah dimiliki oleh
seseorang atau selisih antara prestasi yang diminta dengan prestasi yang telah dicapai.
a. Pendekatan berbasis politis, Pendekatan ini lebih banyak mengedepankan faktor "pengaruh" dan
"kekuasaan" dimana kebutuhan pelatihan dilihat sebagai upaya untuk kepentingan pengaruh dan
kekuasaan politis.
b. Pendekatan Identifikasi Kebutuhan Pelatihan Sistematis, Penjajagan kebutuhan pelatihan secara
sistematis didasarkan pada persyaratan tugas yang dibebankan. Persyaratan tugas menentukan kebutuhan
jenis pelatihan yang harus dilakukan, yang pada gilirannya persyaratan tugas tersebut ditentukan oleh
kebutuhan untuk mencapai tujuan lembaga atau tujuan organisasi.
c. Pendekatan Berbasis Pengembangan Kelembagaan, Salah satu latar belakang pendekatan kelembagaan
ini berdasarkan pada teori dalam Psikologi Sosial, dengan memberikan penekanan khusus pada
Dinamika Kelompok Kerja.
d. Pendekatan Berbasis Administratif, Pendekatan administratif melihat identifikasi kebutuhan pelatihan
hanyalah untuk mengisi berbagai persyaratan dan kelemahan dalam bidang administratif.
e. Pendekatan Berbasis Kesejahteraan, Pendekatan ini tidak umum untuk kalangan swasta, tetapi
pendekatan ini banyak diterapkan di lembaga-lembaga atau instansi pemerintah. Bagi mereka kebutuhan
pelatihan dilihat sebagai situasi dimana seseorang dapat mengikuti pelatihan agar supaya memperoleh
kualifikasi lebih baik. Pendekatan ini harus memperhatikan aspek nilai dasar, tujuan, penekanan
kegiatan, kelebihan dan kekurangan.
a. Alasan; Instansi/lembaga adalah suatu sistem. Artinya di dalam Instansi/lembaga terdapat beberapa
divisi atau bagian yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Dengan adanya berbagai divisi
tersebut maka kebutuhan akan pelatihan dapat berbeda-beda antara divisi yang satu dengan yang lain.
Oleh karena itu, pada tahapan ini perancang program pelatihan (baca: Training Manager/Officer yang
mewakili HRD atau Divisi Training) dituntut untuk benar-benar jeli dalam melihat kebutuhan yang ada.
b. Peserta; Satu hal yang sangat krusial dalam suatu pelatihan adalah menentukan siapa yang menjadi
peserta pelatihan tersebut. Peserta yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah mencakup partisipan dan
juga trainer/facilitator dari pelatihan tersebut.
c. Pekerjaan; Data atau informasi yang berhubungan dengan aspek pekerjaan yang harus dikumpulkan dan
dianalisis mencakup hal-hal seperti: jenis pekerjaan (jabatan) apa yang sedang di review dan apa fungsi
utama pekerjaan (jabatan) tersebut, apa saja kompetensi yang dibutuhkan untuk dapat melaksanakan
pekerjaan secara optimal, apa standard kinerja yang harus dipenuhi oleh pegawai, apakah pegawai sudah
memenuhi standard kinerja yang diharapkan.
d. Materi ; Hal yang mendasar untuk diketahui dalam menentukan materi yang akan dirancang dalam
sebuah program pelatihan adalah apakah materi yang akan diberikan merupakan suatu hal yang bersifat
essential atau tidak.
e. Dukungan ; Dukungan tersebut adalah berupa komitmen dari para manager atau supervisor untuk
menciptakan suasana yang kondusif bagi para partisipan untuk dapat menerapkan apa yang telah mereka
pelajari dalam pelatihan.
f. Biaya ; Sekecil apapun kegiatan pelatihan pasti membutuhkan dana. Oleh karena itu amat penting untuk
menghitung untung rugi dari pelaksanaan suatu pelatihan.
g. Memilih Metode; Sebelum menentukan metode yang akan digunakan dalam pengumpulan data, maka
perlu dipikirkan sumber-sumber data yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pelatihan.
Sumber-sumber data tersebut diantaranya adalah: Riset atau survey (critical incidents research, working
climate survey, customer service survey, dsb), Penilaian kinerja (performance appraisal), Perencanaan
karir pegawai, Perubahan prosedur kerja dan perkembangan teknologi, Perencanaan SDM
Pelatihan merupakan sebuah proses mengajarkan pengetahuan dan keahlian tertentu, serta sikap agar
seseorang semakin terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik. Biasanya pelatihan
merujuk pada pengembangan keterampilan bekerja (vacational) yang dapat digunakan dengan segera.
Program-program pelatihan dirancang untuk menjembatani kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki
pekerja dan kompetensi yang diharapkan dimiliki pekerja. Pelatihan berbasis kompetensi sangat diperlukan
dalam pengembangan SDM, karena secara tradisi atau konvensional hanya menghasilkan peserta pelatihan
memiliki “pengetahuan mengenai apa”. Sementara pelatihan yang berbasis kompetensi memungkinkan
peserta setelah selesai, tidak sekedar mengerti, akan tetapi “dapat melakukan sesuatu” yang harus dikerjakan.
Melalui pelatihan berbasis kompetensi, seseorang akan terbantu di dalam mengerjakan pekerjaan yang ada,
dapat meningkatkan tanggung jawab dan mengembangkan karir. Salah satu upaya strategis yang perlu
dilakukan adalah menciptakan sebuah “proses belajar” yang berlanjut melalui pelatihan dan pengembangan.
Dalam Paradigma Pendidikan (Proses pembelajaran) versi UNESCO (dalam Mangkuprawira, 2007) yang
terbaru menekankan bahwa sasaran pendidikan diarahkan pada : ( 1) learning to know; (2) learning to do; (3)
learning to be; (4) learning to live together. Sedangkan tujuan atau maksud utama dari program-program
pelatihan yang berbasis kompetensi meliputi: (1) Memperbaiki kinerja; (2) Meningkatkan keterampilan; (3)
Menghindari keusangan manjerial; (4) Menyolusikan masalah; (5) Orientasi karyawan baru; (6) Penyiapan
Promosi; (7) memberikan kepuasan untuk kebutuhan pengembangan personal. (Carell, M,R 1995)
Sedangkan yang dimaksud dengan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Berbasis Kompetensi –PPKB
(competency-based education and or trainning) merupakan salah satu pendekatan dalam pengembangan
SDM yang berfokus pada hasil akhir (outcome). PPKB merupakan suatu proses pendidikan dan pelatihan
uang dirancang untuk mengembangkan kemampuan dan ketrampilan secara khusus, untuk mencapai hasil
kerja yang berbasis target kinerja (performance target) yang telah ditetapkan.
Lebih lanjut dikatakan bahwa tujuan PPBK adalah : (1) Menghasilkan kompetensi dalam penggunaan
keterampilan yang ditentukan untuk pencapaian pekerjaan dan jabatan; (2) Penelusuran (penilaian)
kompetensi yang telah dicapai dan sertifikasi. Penerapkan diklat berbasis kompetensi. Artinya,
penyelenggaraan diklat diarahkan untuk mengisi kompetensi peserta sesuai yang dipersyaratkan oleh
jabatannya, sehingga seseorang bersangkutan wajib mengikuti diklat yang tujuan pembelajarannya
membangun kompetensi tersebut.
Diklat berbasis kompetensi bukan diklat yang sekedar membentuk kompetensi, tetapi kompetensi tersebut
harus relevan dengan tugas dan jabatannya. Dengan kata lain, kompetensi itu secara langsung dapat
membantu di dalam melaksanakan tugas dan jabatan. Penerapan kebijakan ini memang berimplikasi
langsung pada keharusan adanya standar kompetensi untuk setiap jabatan, baik jabatan struktural, fungsional
tertentu, maupun fungsional umum.
Kompetensi yang diperoleh melalui diklatlah yang ditindaklanjuti dalam bentuk program diklat. Dengan
demikian, kebijakan diklat berbasis kompetensi ini diharapkan dapat menjadi pendorong (trigerting) dalam
memberikan pelayanan yang baik. Perubahan melalui diklat dapat dilakukan dengan melakukan berbagai
kursus, pendidikan formal maupun non formal atau pendidikan lainnya yang berkaitan dengan peningkatan
kemampuan atau kompetensi teknis maupun perubahan pola pikir, moral, dan perilaku. Meskipun merubah
pola pikir, moral dan perilaku melalui diklat memang tidak mudah, akan tetapi tetap perlu dilakukan.
Sementara peningkatan kemampuan atau kompetensi melalui non diklat dapat dilakukan dengan menciptakan
situasi dan kondisi kerja yang kondusif untuk terjadinya peningkatan kemampuan, melakukan mutasi secara
berkala, menciptakan hubungan antar personal yang harmonis dan lain sebagainya.
Seiring dengan hal tersebut, berikut disampaikan deskripsi pembelajaran kompetensi awak kapal sungai dan
danau, sesuai dengan masing-masing kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang awak kapal sungai dan
danau.
2 Mengkoordinasikan Tugas-tugas tim + Bentuk-bentuk kerja + Koordinatif + Menumbuhkan kerja Menyimpulkan bentuk
anggota tim dikonsultasikan dengan tim + Responsible sama dengan tim koordinasi anggota tim
anggota tim untuk menjamin + Manfaat bekerja dalam
operasi tim yang efektif dan tim
digunakannya sumber daya
yang efisien
3 Mendelegasikan Tanggung jawab dan + Bentuk-bentuk + Kepercayaan, dorongan + Menumbuhkan rasa Menyimpulkan dan
tanggung jawab dan kewenangan tim serta individu pendelegasian dan rasa hormat tanggung jawab atas menggunakan metoda
kewenangan dalam prosedur organisasi ditunjukkan kepada pekerjaan yang pendelegasian kewenangan
ditetapkan dengan jelas anggota tim di dalam dipercayakan
kegiatan sehari-hari
3 Mengidentifikasi Mampu menjaga kelancaran + Sistem pelumasan Cermat dalam menjaga Memahami cara menjaga
penjagaan operasi operasi mesin penggerak + Sistem pembakaran kelancaran operasi mesin kelancaran operasi mesin
mesin penggerak utama dan bantu dengan benar + Sistem bahan Bakar
utama dan bantu + Sistem pendinginan
dengan benar + Sistem transmisi daya
+ Sistem pembilasan
+ Sistem pemasukan
udara
+ Sistem kelistrikan
+ Sistem alat kontrol
+ Pesawat bantu
4 Mengidentifikasi Mampu melakukan penyetelan + Sistem pendinginan Cermat dalam menggunakan Memahami cara membaca Menyetel pompa bahan
melakukan penyetelan pada komponen permesinan + Sistem transmisi daya peralatan ukur peralatan pengukuran bakar, menyetel injektor,
pada komponen + Sistem pembilasan meyetel katup, menyetel
permesinan + Sistem pemasukan urutan, pembakaran
udara
+ Sistem kelistrikan
+ Sistem alat kontrol
+ Pesawat bantu
5 Mengidentifikasi Mampu melakukan + Pengukuran penggerak Cermat dan benar dalam Memahami cara Mengukur tekanan
pengukuran pengukuran utama dan bantu menggunakan peralatan kerja menggunakan peralatan kerja pembakaran, menggunakan,
tachometer,deplection
gauge, viscometer, fuller
gauge, micrometer, caliper
3 Memberikan petunjuk Mampu mengidentifikasi Pengertian penampilan + Profesioanal + Pengetahuan tentang Menentukan hal-hal yang
langsung petunjuk langsung diri : + Sopan sikap tubuh, cara perlu diberitahukan kepada
- Sikap tubuh + Ramah berkomunikasi pelanggan
- Cara berjalan (berbicara)
- Cara berpakaian
Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja (KUK) Lingkup Belajar Materi Pokok Pembelajaran
Bab 11
Penutup
11.1 Kesimpulan
Beberapa analisis terkait dengan studi Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai dan Danau
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Secara umum penyebab kecelakaan kapal di wilayah kajian dipengaruhi oleh : manusia (human error),
kelemahan rekabentuk (design) dan terakhir adalah kondisi alam /cuaca. Secara teknis kecelakaan kapal
terjadi karena: tabrakan, kandas/menabrak karang, bocor lalu tengelam, terguling (capsizing),
terbakar/ledakan.
b. Ketersediaan alat keselamatan dan peralatan pendukung lainnya masih memiliki prosentase ketersediaan
yang sangat memprihatinkan, hal ini akan memiliki kontibusi yang sangat signifikan terhadap tingkat
keselamatan pelayaran sungai danau.
c. Kondisi jaringan pelayanan dan prasarana pendukung pelayaran kapal sungai dan danau masih mampu
menjangkau dan melayani pola pergerakan meskipun masih diperlukan pengembangan-pengembangan
untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa trasportasi sungai dan danau.
d. Pemilihan jenis kapal sungai dan danau masing-masing wilayah sangat variatif, hal ini disebabkan Oleh :
(1). Karakteristik alur sungai dan danau;
(2). Karakteristik pengguna jasa layanan transportais sungai dan danau;
(3). Karakteritik pergerakan;
(4). Aksesibilitas pelayanan transportasi sungai dan danau;
(5). Tingkat kebutuhan pengguna jasa layanan transportasi sungai dn danau.
e. Berhasil tidaknya suatu pelayanan transportasi sungai dan danau mencapai visi dan misinya secara
berkesinambungan sangat bergantung pada kualitas SDM yang dimilikinya dalam hal ini SDM awak
kapal sungai dan danau dengan karakteristik sebagai beikut :
(1). Secara umum prosentase latar belakang pendidikan skill awak kapal sungai dan danau masih
sangat rendah, hanya 9,5% yang pernah mengikuti pendidikan terkait pelayaran sungai dan danau;
(2). Kebutuhan akan pendidikan keahlian oleh awak kapal sungai dan danau menajdi bagian
terpenting, besarnya prosentase keinginan untuk mengikuti pendidikan keahlian sesuai dengan
tugas pokok masing-masing awak dalam berlayar 83,7%.
(3). Secara deskriptif urgensi kepemilikan sertifikat dapat menunjang kemampuan nahkoda awak
kapal sungai dan danau, secara umum tergambar hanya 5,25% awak kapal sungai danau yang
memiliki sertifikasi keahlian.
11.2 Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang perlu dilakukan dalam Penyusunan Standar Kompetensi Awak Kapal Sungai
dan Danau, adalah sebagai berikut :
a. Upaya meningkatkan SDM awak kapal sungai dan danau yang berkualitas salah satu faktor yang harus
diperhatikan oleh setiap instansi penyelenggara transportasi sungai dan danau yaitu kondisi sosial dalam
hal ini kondisi soaial kerja, kemampuan kerja dan harus didukung oleh moril kerja dengan model The
Human Resources Quality Triangle.
b. Standar Kompetensi Nasional Indonesia Awak Kapal Sungai dan Danau merupakan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), dipetakan ke dalam tiga bidang/area pekerjaan yang berhubungan
dengan keahlian nautika dan teknika sungai dan danau. Masing-masing bidang pekerjaan diidentifikasi
dan dianalisa unit-unit kompetensi yang tercakup didalamnya.
c. Usulan unit-unit kompetensi awak kapal sungai dan danau sebagai berikut :
Level Kualifikasi
Kode Unit Nama Unit Kompetensi
1 2 3 4
AAN.SD01.001.01 Memenuhi Persyaratan Kerja di Dunia
√ √ √ √
Usaha/Dunia Industri
AAN.SD01.002.01 Memenuhi Persyaratan Kesehatan, Keselamatan,
√ √ √ √
Keamanan dan Lingkungan di Tempat Kerja
AAN.SD01.003.01 Membina Kerjasama √ √ √ √
AAN.SD01.004.01 Memahami Sistem Komunikasi √ √ √ √
AAN.SD01.005.01 Mengkoordinasi dan memelihara tim √ √ √ √
AAN.SD01.006.01 Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
√ √ √ √
di atas Kapal
AAN.SD01.007.01 Melakukan Dinas Jaga Mesin √ √ √ √
AAN.SD01.008.01 Melakukan Dinas Jaga Dek √ √ √ √
AAN.SD01.009.01 Menerapkan Prosedur Darurat dan SAR √ √ √ √
AAN.SD01.010.01 Penerapan Pelayanan Medis diatas Kapal √ √ √ √
AAN.SD01.011.01 Penerapan Prosedur Teknik Penyelamatan Diri
√ √ √ √
di Kapal
AAN.SD01.012.01 Melakukan Pencegahan Pemadaman Kebakaran √ √ √ √
AAN.SD01.013.01 Melakukan Pencegahan Polusi Lingkungan
√ √ √ √
Sungai dan Danau
AAN.SD01.014.01 Memberikan petunjuk langsung √ √ √ √
AAN.SD01.015.01 Menjaga etika berperilaku √ √ √ √
Level Kualifikasi
Kode Unit Nama Unit Kompetensi
1 2 3 4
AAN.SD02.011.01 membantu dalam kegiatan penambatan dan
√
lego jangkar
d. Usulan kompetensi awak kapal sungai dan danau akan ditindaklanjuti dengan program pendidikan dan
pelatihan yang diselenggarakan sebagai sarana untuk menghilangkan atau setidaknya mengurangi gap
(kesenjangan) antara kinerja yang ada saat ini dengan kinerja standard atau yang diharapkan untuk
dilakukan oleh awak kapal sungai dan danau konsep pembelajaran sebagai berikut ;
1) Lingkup pembelajaran;
2) Materi pokok pembelajaran, meliputi unsur :
a) Sikap;
b) Pengetahuan;
c) Ketrampilan.