Anda di halaman 1dari 236

LAPORAN AKHIR

RENCANA INDUK SISTEM


PENYEDIAAN AIR MINUM
KOTA MAGELANG
TAHUN 2020 - 2035

i
KATA PENGANTAR

Penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Magelang merupakan implementasi Peraturan


Pemerintah No 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum.Arah studi ini
memberikan gambaran kebutuhan air minum, potensi air baku dan menyusun
skenario/program Penyelenggaraan RISPAM di Kota Magelang tahun 2020-2035.
Sampai tahun 2035 kebutuhan air minum Kota Magelang diperkirakan sebesar 130 l/det
dengan tingkat pelayanan sebesar 90 %. Sumber air baku yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan SPAM di Kota Magelang adalah Sumber Mata Air Eksisting (Mata Air Kalimas
1, Mata Air Kalimas 2, Mata Air Wulung, Mata Air Kanoman, Mata Air Kanoman 1, Mata Air
Kanoman 2, Mata Air Tuk Pecah) untuk program jangka pendek (tahap mendesak).
Sedangkan untuk program jangka panjang diharapkan berasal dari Sumber Mata Air (Mata
Air Kalimas 1, Mata Air Kalimas 2, Mata Air Wulung, Mata Air Kanoman, Mata Air Kanoman 1,
Mata Air Kanoman 2, Mata Air Tuk Pecah, Mata Air Sri Punganten, Sungai Progo dan Sungai
Elo). Oleh karena itu masih diperlukan kerja keras dalam pemenuhan kebutuhan air minum
di Kota Magelang.
Permasalahan utama dalam pengembangan SPAM di Kota Magelang adalah kondisi
perpipaan yang usianya sudah terlalu lama, sistem distribusi yang kurang baik sehingga NRW
sangat tinggi dan keterbatasan dana yang dimiliki,namum permasalahan ini dapat diatasi,
bila program-program jangka pendek dan jangka panjang dalam mengatasi produksi dan
distribusi air dapat dilaksanakan dengan baik. Akhirnya, Kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Pemerintah Kota Magelang, Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA)Kota Magelangdan PDAM Kota Magelang yang telah merampungkan
terlibat aktif dalam penyusunan RISPAM Kota Magelang Semoga buku ini dapat bermanfaat
dalam mendukung upaya Penyelenggaraan SPAM di Kota Magelang.

Kota Magelang, November 2019

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Daftar Gambar viii

Daftar Tabel x

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG 1–2

1.1.1. Air Sebagai Sumber Kehidupan 1–2

1.1.2. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 1–3

1.1.3. Kondisi Pengelolaan SPAM di Kota Magelang 1–4

1.1.4. Nilai Strategis Kegiatan RISPAM 1–5

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN 1–6

1.3. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1–7

1.4. KELUARAN KEGIATAN 1–9

1.5. SISTEMATIKA PELAPORAN 1 – 10

BAB 2. GAMBARAN UMUM KOTA MAGELANG

2.1. KONDISI UMUMKOTA MAGELANG 2–2

2.1.1. Kondisi Geografis 2–2

2.1.2. Kondisi Wilayah Administrasi 2–3

2.1.3. Kondisi Topografi 2–4

2.1.4. Kondisi Hidrologi 2–6

2.1.5. Kondisi Klimatologi 2–8

iii
2.1.6. Kondisi Kependudukan 2–8

2.1.7. Kondisi Perekonomian Daerah 2–9

2.1.8. Alokasi APBD untuk Air Bersih 2 – 10

2.2. KONDISI SARANA DAN PRASARANA 2 – 11

2.3. TRADISI DAN BUDAYA 2 – 44

2.4. SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN 2 – 47

2.5. PENGEMBANGAN KOTA 2 – 50

BAB 3. GAMBARAN SPAM EKSISTING KOTA MAGELANG

3.1. UMUM 3–2

3.1.1. Profil Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) 3–2

3.1.2. Sistem Penyediaan Air Minum 3–3

3.1.3. Cakupan Pelayanan 3–4

3.1.4. Jumlah Pelanggan PDAM 3–5

3.1.5. Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Air 3–6

3.1.6. Kapasitas Produksi dan Idle Capacity 3–7

3.2. KENDALA DAN PERMASALAHAN 3–9

3.2.1. Penurunan Kontinuitas Air PDAM 3–9

3.2.2. Fungsi Reservoir yang Tidak Maksimal 3 – 10

3.2.3. Menurunnya Debit Mata Air 3 – 11

3.2.4. Kualitas Air Belum Memenuhi Syarat 3 – 11

3.2.5. Kurang Maksimalnya Pemanfaatan Kapasitas Produksi 3 – 12

3.2.6. Meningkatnya Tingkat Kehilangan Produksi di Mata Air 3 – 13

3.2.7. Kehilangan Air di Unit Distribusi 3 – 14

3.2.8. Kendala Lokasi Sumber Air Baru 3 – 15

iv
3.3. PENDEKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR 3 – 18

3.3.1. Definisi Penyediaan Air 3 – 18

3.3.2. Prinsip-prinsip Penyediaan Air 3 – 18

3.4. PENDEKATAN SISTEM DISTRIBUSI 3 – 21

3.4.1. Sistem Pengaliran 3 – 21

3.4.2. Sistem Distribusi Air 3 – 21

3.4.3. Jaringan Induk Distribusi 3 – 22

3.4.4. Pelayanan Air 3 – 23

BAB 4. STANDAR KRITERIA PERENCANAAN

4.1. KRITERIA PERENCANAAN 4–2

4.1.1. Unit Air Baku 4–2

4.1.2. Unit Transmisi 4–6

4.1.3. Unit Produksi dan Sistem pengolahan Air 4–8

4.1.4. Unit Distribusi 4 – 14

4.2. STANDAR KEBUTUHAN AIR 4 – 22

4.2.1. Kebutuhan Domestik 4 – 23

4.2.2. Kebutuhan Non Domestik 4 – 24

4.3. PERIODE PERENCANAAN 4 – 25

4.4. KRITERIA DAERAH PELAYANAN 4 – 26

4.4.1. Penetapan Wilayah Pelayanan 4 – 26

4.4.2. Penetapan Wilayah Studi 4 – 27

4.4.3. Penetapan Wilayah Program 4 – 27

v
BAB 5. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

5.1. PEMANFAATAN RUANG 5–2

5.2. RENCANA DAERAH PELAYANAN 5 – 14

5.3. RENCANA JUMLAH PENDUDUK 5 – 17

5.4. RENCANA KEBUTUHAN AIR MINUM 5 – 20

BAB 6. POTENSI AIR BAKU

6.1. POTENSI SUMBER MATA AIR 6–2

6.2. PELAYANAN DAN JALUR DISTRIBUSI 6 – 12

6.2.1. Cakupan Pipa Distribusi 6 – 16

6.2.2. Unit Distribusi 6 – 20

BAB 7. RENCANA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

7.1. RENCANA PEMANFAATAN RUANG WILAYAH 7–2

7.2. PRIORITAS RENCANA PENGEMBANGAN 7 – 18

7.3. DETIL RENCANA PENGEMBANGAN 7 – 18

BAB 8. RENCANA KEUANGAN

8.1. KEBUTUHAN INVESTASI DAN SUMBER PENDANAAN 8–2

8.1.1. Kebutuhan Investasi 8–2

8.1.2. Sumber dan Pola Pendanaan 8–2

vi
8.2. DASAR PENENTUAN ASUMSI 8–3

8.3. KONDISI KEUANGAN DAERAH 8–8

8.4. KELAYAKAN KEUANGAN 8 – 14

8.5. LAPORAN KEUANGAN PDAM 2018 8 – 16

BAB 9. RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

9.1. LEMBAGA PENYELENGGARAAN 9–2

9.2. STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA 9–2

9.3. KEBUTUHAN SDM 9–3

9.4. RENCANA PENGEMBANGAN SDM 9–6

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Ruang Lingkup Kegiatan 1–8

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kota Magelang 2–3

Gambar 2.2. Peta Kelerengan Kota Magelang 2–5

Gambar 2.3. Peta Hidrologi Kota Magelang 2–7

Gambar 2.4. Peta Infrastruktur Jalan Kabupaten Magelang dan Kota


Magelang 2 – 37

Gambar 2.5. Kondisi Sebagian Jalan di Kota Magelang 2 – 37

Gambar 2.6. Peta Rencana Pola Ruang Kota Magelang 2 – 43

Gambar 2.7. Alur Program Pengembangan Permukiman 2 – 50

Gambar 3.1. Jumlah dan Pertumbuhan Pelanggan PDAM Kota Magelang


2013 - 2017 3–5

Gambar 3.2. Kontinuitas Air PDAM Kota Magelang Tahun 2013-2017 3–7

Gambar 3.3. Kapasitas Produksi Terpasang, Kapasitas Produksi Riil dan


Efisiensi Produksi Air 3–8

Gambar 3.4. Idle Capacity 3–8

Gambar 3.5. Kontinuitas Air PDAM Kota Magelang 3–9

Gambar 3.6. Sumber Mata Air Kalegen dan Wulung Kabupaten Magelang 3 – 11

Gambar 3.7. Kapasitas Produksi Terpasang, Kapasitas Produksi Riil dan


Efisiensi Produksi Air 3 – 13

Gambar 3.8. Tingkat Kehilangan Air di Unit Produksi Tahun 2013-2017 3 – 14

Gambar 3.9. Kehilangan Air di Unit Distribusi 3 – 15

Gambar 3.10. Peta Ketinggian Kota Magelang 3 – 17

Gambar 5.1. Daerah Pelayanan PDAM Kota Magelang 5 – 15

viii
Gambar 6.1. Mata Air Kalegen 6–5

Gambar 6.2. Mata Air Wulung 6–6

Gambar 6.3. Mata Air Kalimas I dan II 6–7

Gambar 6.4. Mata Air Kanoman I dan II 6–7

Gambar 6.5. Mata Air Tuk Pecah 6–9

Gambar 6.6. Sebaran Mata Air Penyuplai Kebutuhan Air Minum di Kota
Magelang 6 – 10

Gambar 6.7. Peta Pelayanan PDAM Kota Magelang 6 – 13

Gambar 6.8. Skematik Jaringan Distribusi PDAM Kota Magelang 6 – 15

Gambar 6.9. Pemetaan Kondisi Kerusakan Pipa Distribusi 6 – 19

Gambar 6.10. Reservoir Alun-Alun Magelang 6 – 20

Gambar 6.11. Reservoir Bandongan 6 – 21

Gambar 7.1. Peta Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya 7–2

Gambar 7.2. Tata Guna Lahan Kota Magelang 7 – 17

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Magelang 2–4

Tabel 2.2. Kemiringan Lereng 2–4

Tabel 2.3. Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut


Kecamatan di Kota Magelang 2–6

Tabel 2.4. Curah Hujan, Hari Hujan dan Rata-rata Curah Hujan Menurut
Bulan di Kota Magelang 2–8

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Kota Magelang 2–8

Tabel 2.6. Distribusi PDRB Kota Magelang 2–9

Tabel 2.7. Alokasi APBD Kota Magelang untuk Air Bersih 2 – 10

Tabel 2.8. Jumlah Industi Kecil dan Penyerapan Tenaga Kerja 2 – 28

Tabel 2.9. Jumlah Industi Menengah dan Penyerapan Tenaga Kerja 2 – 29

Tabel 2.10. Perusahaan di Kota Magelang 2 – 30

Tabel 2.11. Hotel di Kota Magelang Tahun 2017 2 – 30

Tabel 2.12. Tempat Wisata di Kota Magelang Tahun 2017 2 – 31

Tabel 2.13. Penyebaran Rumah Sakit di Kota Magelang Tahun 2017 2 – 33

Tabel 2.14. Penyebaran Sarana Kesehatan di Kota Magelang Tahun 2017 2 – 34

Tabel 2.15. Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Magelang Tahun 2017 2 – 35

Tabel 2.16. Jumlah Pemeluk Agama di Kota Magelang Tahun 2014-2018 2 – 35

Tabel 2.17. Fasilitas Jalan di Kota Magelang 2 – 38

Tabel 2.18. SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan 2 – 54

Tabel 2.19. Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan 2 – 55

Tabel 2.20. Tabel 2.20. Capaian Indikator Kinerja Sasaran RPJMD Kota
Magelang Tahun 2016-2021 pada Akhir Tahun 2018 2 – 64

Tabel 3.1. Cakupan Pelayanan PDAM Kota Magelang 3–4

Tabel 3.2. Tabel Jumlah Kategori Pelanggan PDAM Kota Magelang


Tahun 2013 – 2017 3–5

x
Tabel 3.3. Lokasi Mata Air PDAM 3 – 12

Tabel 3.4. Kapasitas Terpasang, Kapasitas Tidak Dimanfaatkan,


Kapasitas Riil, Volume Produksi, dan Kapasitas Menganggur
Masing-masing Mata Air dari PDAM Kota Magelang 3 – 12

Tabel 3.5. Kemiringan Lereng 3 – 16

Tabel 4.1. Kriteria Pipa Transmisi 4–7

Tabel 4.2. Besar Debit dan Jumlah Pompa 4–7

Tabel 4.3. Ketentuan Teknis Pipa Transmisi 4–8

Tabel 4.4. Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi 4–9

Tabel 4.5. Kriteria Pipa Distribusi 4 – 15

Tabel 4.6. Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi 4 – 17

Tabel 4.7. Diameter Pipa Distribusi 4 – 17

Tabel 4.8. Tingkat konsumsi/pemakaian air rumah tangga sesuai


kategori kota 4 – 23

Tabel 4.9. Periode Perencanaan 4 – 25

Tabel 5.1. Detil Daerah Pelayanan Kota Magelang 5 - 16

Tabel 5.2. Proyeksi Penduduk Kota Magelang 2019 – 2035 5 - 18

Tabel 5.3. Kriteria Perencanaan Air Bersih menurut Ditjen Cipta Karya 5 - 20

Tabel 5.4. Proyeksi Jumlah Pelanggan dan Kebutuhan Air 5 - 21

Tabel 6.1. Debit Sungai Progo 6-3

Tabel 6.2. Kualitas Air di Musim Hujan 6-4

Tabel 6.3. Kualitas Air di Musim Kemarau 6-4

Tabel 6.4. Data Unit Produksi dan Kapasitas Sumber 6 - 11

Tabel 6.5. Data Luas dan Jumlah Penduduk Di Kota Magelang 6 - 12

Tabel 6.6. Eksisting Distribusi dan Pemipaan 6 - 16

xi
Tabel 6.7. Reservoir PDAM Kota Magelang 6 - 20

Tabel 8.1. Realisasi dan Prediksi Pendapatan Daerah Dalam APBD Kota
Magelang Tahun 2017 - 2020 8-8

Tabel 8.2. Tabel Struktur Pendapatan APBD Pemerintah Kota Magelang


Tahun 2014-2018 8 –10

Tabel 8.3. Perkembangan PAD dan Proporsinya terhadap Pendapatan


APBD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-2018 8 –11

Tabel 8.4. Kontribusi Pajak Terhadap PAD Pemerintah Kota Magelang


Tahun 2014-2018 8 –11

Tabel 8.5. Kontribusi Retribusi Terhadap PAD Pemerintah Kota


Magelang Tahun 2014-2018 8 - 12

Tabel 8.6. Kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang


Dipisahkan terhadap PAD Pemerintah Kota Magelang Tahun
2014-2018 8 –12

Tabel 8.7. Kontribusi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah


terhadap PAD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-2018 8 –12

Tabel 9.1. Pemilihan Lembaga Penyelenggaraan SPAM 9-3

Tabel 9.2. Kebutuhan Karyawan PDAM Kota Magelang 9-4

Tabel 9.3. Jumlah Karyawan 9-5

Tabel 9.4. Profil Pegawai PDAM Kota Magelang menurut pendidikan (Juli
2018) 9-5

xii
1. PENDAHULUAN BAB 1
PENDAHULUAN

xiii
1.1. LATAR BELAKANG

1.1.1. Air sebagai Sumber Kehidupan


Sumber daya air adalah sumber daya berupa air yang berguna atau potensial bagi manusia.
Kegunaan air meliputi penggunaan di bidang pertanian, industri, rumah tangga, rekreasi, dan
aktivitas lingkungan. Sangat jelas terlihat bahwa seluruh manusia membutuhkan air
tawar.97% air di bumi adalah air asin, dan hanya 3% berupa air tawar yang lebih dari 2 per
tiga bagiannya berada dalam bentuk es di glasier dan es kutub. Air tawar yang tidak
membeku dapat ditemukan terutama di dalam tanah berupa air tanah, dan hanya sebagian
kecil berada di atas permukaan tanah dan di udara.

Air tawar adalah sumber daya terbarukan, meski suplai air bersih terus berkurang.
Permintaan air telah melebihi suplai di beberapa bagian di dunia dan populasi dunia terus
meningkat yang mengakibatkan peningkatan permintaan terhadap air bersih. Perhatian
terhadap kepentingan global dalam mempertahankan air untuk pelayanan ekosistem telah
bermunculan, terutama sejak dunia telah kehilangan lebih dari setengah lahan basah
bersama dengan nilai pelayanan ekosistemnya. Ekosistem air tawar yang tinggi
biodiversitasnya saat ini terus berkurang lebih cepat dibandingkan dengan ekosistem laut
ataupun darat.
Penggunaan air tawar dapat dikategorikan sebagai penggunaan konsumtif dan non-
konsumtif. Air dikatakan digunakan secara konsumtif jika air tidak dengan segera tersedia
lagi untuk penggunaan lainnya, misalnya irigasi (di mana penguapan dan penyerapan ke
dalam tanah serta penyerapan oleh tanaman dan hewan ternak terjadi dalam jumlah yang
cukup besar). Jika air yang digunakan tidak mengalami kehilangan serta dapat dikembalikan
ke dalam sistem perairan permukaan (setelah diolah jika air berbentuk limbah), maka air
dikatakan digunakan secara non-konsumtif dan dapat digunakan kembali untuk keperluan
lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu fungsi air bagi manusia
adalah sebagai air minum. Air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi
kehidupan manusia. Oleh karenanya air minum wajib tersedia dalam kualitas dan kuantitas
yang memadai. Penyediaan air minum berhubungan erat dengan jumlah air baku yang
tersedia, yang untuk selanjutnya diolah menjadi air minum dan didistribusikan kepada
masyarakat. Kondisi geografis, topografis dan geologis serta sumber daya manusia yang
berbeda di setiap wilayah di Indonesia berpengaruh terhadap penyediaan air baku. Tingkat
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 2
pelayanan air minum yang berbeda juga berdampak pada penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) yang berbeda pula untuk masing-masing wilayah.

1.1.2. Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)


Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 40 Undang-undang Nomor
7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air maka ditetapkan
Peraturan Pemerintah tentang Pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum. Pengaturan pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (selanjutnya disingkat SPAM)

diselenggarakan secara terpadu dengan pengembangan


prasarana dan sarana sanitasi yang berkaitan dengan air minum.
Dalam penyelenggaraan pengembangan SPAM dan/atau
prasarana dan sarana sanitasi, Pemerintah Daerah dapat
melakukan kerja sama antar daerah.
Kebijakan dan strategi nasional pengembangan SPAM disusun
dan ditetapkan oleh Pemerintah setiap 5 tahun sekali melalui
konsultasi publik. Rencana induk pengembangan SPAM yang cakupan wilayah layanannya
bersifat lintas Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Pemerintah
Provinsi setelah berkoordinasi dengan daerah Kabupaten/Kota
terkait. Jika bersifat lintas provinsi, maka ditetapkan oleh Menteri
setelah berkoordinasi dengan menteri terkait, pemerintah
provinsi, dan/atau kabupaten/kota.
Penyelenggaraan pengembangan SPAM dilakukan oleh BUMN
atau BUMD yang dibentuk secara khusus untuk pengembangan
SPAM. Apabila BUMN/BUMD tidak dapat meningkatkan kuantitas
dan kualitas pelayanan SPAM di wilayah pelayanannya, maka
atas persetujuan dewan pengawas/komisaris dapat
mengikutsertakan koperasi, badan usaha swasta, dan/atau
masyarakat.Untuk mencapai tujuan pengaturan pengembangan
SPAM dibentuklah suatu badan yang disebut Badan Pendukung
Pengembangan SPAM (BPP SPAM). BPP SPAM merupakan badan
non-struktural yang dibentuk oleh, berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri. Keanggotaan BPP SPAM
terdiri atas unsur Pemerintah, unsur penyelenggara dan unsur
masyarakat.
Dalam hal pembiayaan pengembangan SPAM meliputi
pembiayaan untuk membangun, memperluas serta
meningkatkan sistem fisik (teknik) dan sistem non-fisik dapat berasal dari Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, koperasi, badan
usaha swasta, dana masyarakat dan/atau sumber dana lain yang
sesuai dengan peraturan perundangan-undangan.Koperasi,
badan usaha swasta dan/atau masyarakat dapat
menyelenggarakan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri
berdasarkan izin dari Pemerintah atau Pemerintah
Daerah.Masyarakat yang dirugikan berhak mengajukan gugatan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 3


perwakilan ke pengadilan. Begitu pula dengan organisasi yang bergerak pada bidang sumber
daya air berhak mengajukan gugatan terhadap orang atau badan usaha yang melakukan
kegiatan yang menyebabkan kerusakan pada prasarana dan sarana penyediaan air minum.

1.1.3. Kondisi Pengelolaan SPAM di Kota Magelang


Kebutuhan air minum bagi masyarakat terus meningkat seiring dengan pertambahan
populasi penduduk, mendorong untuk dilakukan kajian tentang pengembangan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM). Kewajiban untuk mengembangkan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) pada dasarnya adalah merupakan tanggung jawab Pemerintah Daerah.
Namun mengingat masih sangat terbatasnya sumber daya manusia yang ada di daerah
(kabupaten/kota), maka baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi harus dapat
memberikan dukungan dan bantunan teknis pembinaan yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan daerah. Pada dasarnya Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi harus
mendorong Pemerintah Daerah dalam upaya melaksanakan penyelenggaraan Sistem
Penyediaan Air Minum (SPAM) secara optimal, menyeluruh, berkelanjutan dan dilakukan
secara terpadu dengan sarana dan prasarana sanitasi pada setiap tahapan
penyelenggaraannya. Sumber air di Kota Magelang dapat digolongkan dari air pemukaan
dan air tanah. Air permukaan merupakan air limbah dan air hujan. Potensi air hujan perlu
dilestarikan dengan membuat sumur resapan. Sedangkan potensi air tanahnya juga
tergantung pada pelestarian pemanfaatan air permukaan yaitu air hujan.
Untuk kebutuhan air bersih Kota Magelang sampai saat ini bergantung pada sumber- sumber
air yang ada di luar wilayah Kota Magelang yaitu dari mata air yang berada di wilayah
Kabupaten Magelang dan satu-satunya mata air yang berada di Kawasan Kota Magelang
adalah Mata Air Tuk Pecah. Di kawasan Kota Magelang juga terdapat 2 (dua) saluran air
yaitu: (i) Kali Bening (Kali Kota), dan (ii) Kali Progo Manggis. Berdasarkan data pemakaian air
minum pada tahun 2016 sebesar 7.606.319 m3. Apabila di bandingkan dengan data tahun
2015 sebesar 7.434.942 m3 maka terjadi kenaikan kebutuhan dari penggunaan air PDAM
di Kota Magelang. Sementara data tahun 2017 penggunaan air PDAM sebanyak 7.633.558
m3/ tahun. Jumlah pemakaian air minum terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan
meningkatnya kebutuhan masyarakat. Apabila perkiraan kebutuhan air bersih perorangan
adalah sebesar 60 liter/hari maka jika dikalikan dengan jumlah penduduk Kota Magelang
pada tahun 2017 kapasitas mata air yang tersedia masih mampu untuk mencukupi
kebutuhan air bersih masyarakat Kota Magelang walaupun masih mengandalkan sumber air
yang berasal dari kabupaten Magelang. Namun hal ini perlu menjadi perhatian untuk ke
depan mengingat semakin hari kebutuhan akan air bersih akan terus meningkat seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk padahal untuk memenuhi kebutuhan akan air Kota
Magelang masih bergantung pada mata air yang berada di daerah lain.
Rata-rata cakupan pelayanan air minum di Kota Magelang pada akhir Tahun 2017 baru
mencapaia sebesar 82,33 % melalui jaringan perpipaan dan 8,12% melalui Bukan Jaringan
Perpipaan (BJP). Salah satu kendala pemenuhan dalam pelayanan sistem penyediaan air
minum perpipaan ini adalah sistem jaringan yang sebagian besar sudah berusia cukup lama
dan bahkan ada yang peninggalan zaman Belanda. Kondisi pipa transmisi saat ini
dibeberapa titik sudah banyak kebocoran terutama untuk pipa Asbestos Cement Pipe(ACP),
sedangkan untuk pipa Ductile Cast Iron Pipe(DCIP) kebocoran yang timbul kebanyakan pada
sambungan karet (Rubbering). Disamping kebocoran pada pipa transmisi, kebocoran juga
terjadi pada jaringan distribusi yang kurang layak dan kondisi perpipaan yang buruk sehingga

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 4


menyebabkan tingginya tingkat kebocoran air.Salah satu solusi untuk mengatasi masalah
kebocoran adalah dengan mengendalikanjumlah kehilangan air di jaringan distribusi.
Kehilangan air bisa disebabkan oleh beberapapenyebab, termasuk kebocoran, kesalahan
meteran, penggunaan publik misalnya untukkeperluan pemadam kebakaran dan
pembilasan, serta pencurian.Angka kebocoran distribusi PDAM Kota Magelang pada tahun
2014 mencapai 41,57%. Pada tahun 2017 angka kebocoran turun menjadi 37,12%.
Tingginya angka kebocoran ini karena masih lemahnya PDAM Kota Magelang menangani
masalah kebocoran secara teknis terutama karena pipa di jaringan distribusi yang telah tua
sehingga rentan terhadap kerusakan.
Pipa distribusi yang rusak menjadi faktor utama tingginya angka kebocoran air secara teknis.
Kerusakan pada pipa distribusi tidak hanya menyebabkan kehilangan air tetapi juga
menimbulkan resiko bagi kesehatan masyarakat, kerugian ekonomis akibat tingginya biaya
dan energi yang terbuang pada pemompaan dan resiko terhadap infrastruktur seperti
pondasi bangunan dan jalan. Dengan demikian, penurunan kebocoran air dari jaringan
distribusi adalah strategi penting dalam peningkatan pemanfaatan air yang berkelanjutan.

1.1.4. Nilai Strategis Kegiatan RISPAM


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, Pemerintah Kota Magelang berkewajiban meninjau seluruh permasalahan
yang ada kaitannya dengan pengadaan sarana dan prasarana Sistem Penyediaan Air Minum
yang bersifat lintas Kabupaten/Kota. Untuk melihat hal tersebut diperlukan gambaran
secara utuh seluruh kawasan, khususnya kawasan yang berbatasan dengan wilayah Kota
Magelang. Tinjauan mulai dari kebutuhan, sumber daya yang tersedia, prioritas program
dalam pelaksanaan pembangunan dan lain sebagainya. Pemenuhan sumber daya tersebut
apabila dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum,
maka untuk penyediaan prasarana tersebut harus mengacu terhadap unsur kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas.
Target Suistainable Developments Goals (SDGs), pada tahun 2030 dicanangkan bahwa
setengah penduduk perkotaan yang belum terlayani sistem penyediaan air minum harus
sudah mendapatkan akses terhadap hal tersebut diatas. Melihat potensi yang ada di Kota
Magelang tentang sumber air yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku pada sistem
penyediaan air minum PDAM Kota Magelang saat ini, masih terdapat idle capacity yang
cukup besar. Total kapasitas sumber yang digunakan dari 5 (Lima) mata air adalah967,46
lt/det, sedangkan kapasitas produksi saat ini mecapai 509,60 lt/det dan kapasitas distribusi
total 463,22 lt/det, sehingga apabila dilihat dari kapasitas sumber yang ada dengan
kapasitas produksi, masih terdapat sisa pada sumber sebesar 457,85 lt/det.
Berdasarkan jabaran diatas dibutuhkan suatu konsep dasar yang kuat guna menjamin
ketersediaan air minum bagi masyarakat sesuai dengan tipologi dan kondisi daerah.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) merupakan jawaban bagi dasar
pengembangan air minum suatu wilayah. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM) dapat menjadi dasar tersusunnya program pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum (SPAM) wilayah yang berkelanjutan dan terarah.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 5


1.2. MAKSUD, TUJUAN dan SASARAN

Maksud, Tujuan dan Sasaran kegiatan “Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Kota Magelang” ini antara lain :
1.2.1. Maksud
Maksud dari kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum ini yaitu, memberikan
arahan strategis bagi pemerintah dalam mengidentifikasi kebutuhan air minum, penentuan
program untuk mencapai target pelayanan SPAM, acuan pengembangan prasarana dan
sarana air minum dan sebagai syarat teknis untuk penyusunan program jangka panjang
terkait rencana pengembangan air minum.
1.2.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota
Magelang adalah:
A. Tersusunnya dokumen Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum sebagai
pedoman penyelenggaraan pengembangan SPAM di Kota Magelang.
B. Terselenggaranya sistem pengembangan air minum yang dapat melayani seluruh
kebutuhan masyarakat Kota Magelang.
1.2.3. Sasaran
Sasaran penyusunan kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota
Magelang adalah :
A. Mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan pengembangan SPAM
B. Tersusunnya strategi dan program pengembangan SPAM
C. Memberikan arahan bagi perencanaan pengembangan SPAM untuk periode 20 tahun
kedepan.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 6


1.3. RUANG LINGKUP KEGIATAN

Lingkup kegiatan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Kota Magelang
sebagai berikut :
A. Persiapan Pengumpulan Data
Persiapan pengumpulan data dari pekerjaan ini yaitu dilakukan dengan beberapa fokus
persiapan antara lain :
a. Pemahaman Pekerjaan
b. Koordinasi dengan pihak terkait
c. Penyiapan data awal dan instrumen studi
d. Rencana jadwal studi perencanaan
B. Pengumpulan Data
Pengumpulan data meliputi data sistem penyediaan air minum eksisting, kondisi air
baku, cakupan pelayanan dan data permasalahan terkait air.Pengumpulan data dari
pekerjaan ini dilakukan dengan metode survey, dengan beberapa hal fokus pengamatan,
antara lain:
a. Survey instansional
b. Survey daerah studi perencanaan
c. Pengukuran elevasi muka air tinggi dan rendah
d. Sampel air
e. FGD dengan stakeholder terkait
C. Analisis Data meliputi :
a. Melakukan review studi terlebih dahulu
b. Menganalisis kebutuhan air minum masyarakat dan kebutuhan debit air
c. Menganalisis daerah pelayanan dan jalur pipa
d. Menganalisis kebutuhan sistem air minum eksisting dan rencana interkonektingnya
dengan sistem air minum yang dibangun
D. Dasar PIJAK dan KONSEP
a. Menentukan konsep penyediaan air minum
b. Menentukan konsep pendistribusian air minum
E. Kesimpulan
a. Melakukan perhitugan-perhitungan desain jaringan pipa transmisi dan distribusi dan
hidrant umum
b. Menentukan sistem pola pelayanan dan penyediaan air, serta pembagian peran
c. Menentukan skala prioritas program

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 7


d. Melakukan kajian finansial/menghitung perkiraan biaya untuk operasi dan
pemeliharaan sistem yang terbangun

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 8


Gambar 1.1. Ruang Lingkup Kegiatan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 9


1.4. KELUARAN KEGIATAN

Keluaran (output) yang dihasilkan dari kegiatan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air
Minum (RISPAM) Kota Magelangadalah Dokumen Rencana Induk Sistem Pengembangan Air
Minum (RISPAM) Kota Magelang yang siap ditindaklanjuti oleh penyelenggara SPAM
Pemerintah Kota Magelang untuk menjadi dokumen Legal Pemerintah Kota Magelang
mengenai Rencana Induk Pengembangan Air Minum.
Keluaran ini akan dilakukan dalam beberapa tahap bentuk laporan secara berjenjang,
meliputi laporan pendahuluan, laporan antara dan laporan akhir.
A. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan merupakan laporan awal pelaksanaan yang telah didiskusikan
dengan pihak pemberi tugas. Laporan pendahuluan memuat tanggapan terhadap
Kerangka Acuan Kerja dan rencana/program kerja pelaksanaan secara keseluruhan
dari kegiatan yang disampaikan oleh pemberi tugas, berkaitan dengan rencana survey,
jenis survey yang akan dilaksanakan. Serta dilengkapi rancangan awal yang berisi
rencana kerja konsultan perencana dan masukan penyajian desain obyek/kawasan
strategis dan prioritas daerah.
B. Laporan Antara
Laporan antara memuat hasil pengumpulan data dan hasil analisa/konsep serta gambar
sementara perencanaan dan perancangan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum
(RISPAM) Kota Magelang.
C. Laporan Akhir
Laporan akhir memuat perencanaan dan rancangan akhir yang telah didiskusikan
dengan pihak terkait, berisikan rencana dan rancangan meliputi kompilasi data survey,
hasil sintesa analisis, konsep pengembangan, dan rekomendasi dari Rencana Induk
Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kota Magelang.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 10


1.5. SISTEMATIKA PELAPORAN

Sistematika penyusunan Laporan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM)
Kota Magelanga dalah sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan secara ringkas mengenai latar belakang,maksud dan tujuan, sasaran,
lingkup kegiatan dan lokasikegiatan serta keluaran yang diharapkan dalam
kegiatanPenyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang.

BAB 2 GAMBARAN UMUM KOTA MAGELANG

Bab ini menguraikan gambaran umum lokasi studi yang meliputi kondisi fisik dasar, rumah
dan lahan, kondisi sarana dan prasarana, serta kondisi sosial ekonomi budaya hanya
untuk Provinsi yang masuk ke dalam lingkup rencana Penyelenggaraan SPAM Kota
Magelang.

BAB 3 GAMBARAN SPAM EKSISTING KOTA MAGELANG

Bab ini menguraikan kondisi eksiting SPAM Kota Magelang yang masuk ke dalam lingkup
rencana Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang yang meliputi aspek teknis, permasalahan
aspek teknis, skematik SPAM eksisting serta aspek non teknis

BAB 4 STANDAR/KRITERIA PERENCAAAN

Bab ini menguraikan kriteria teknis, metoda dan standar Penyelenggaraan SPAM yang
meliputi periode perencanaan, standar pemakaian air, kebutuhan air, kehilangan sistem
serta metoda proyeksi penduduk

BAB 5 PROYEKSI KEBUTUHAN AIR

Bab ini menguraikan rencana pemanfaatan ruang, rencana daerah pelayanan, proyeksi
jumlah penduduk dan proyeksi kebutuhan air minum di Provinsi yang masuk ke dalam
lingkup rencana Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang

BAB 6 POTENSI AIR BAKU

Bab ini menguraikan potensi sumber-sumber air baku di wilayah Kota yang masuk ke
dalam lingkup rencana Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang yang dapat dimanfaatkan
untuk Penyelenggaraan SPAM

BAB 7 RENCANA SISTEM PENYELENGGARAAN AIR MINUM

Bab ini menguraikan rencana pola pemanfaatan ruang dan kawasan Provinsi yang masuk
ke dalam lingkup rencana Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang Penyelenggaraan
daerah pelayanan, rencana pentahapan Penyelenggaraan dan skenario/konsep
Penyelenggaraan SPAM Kota Magelang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 11


BAB 8 RENCANA KEUANGAN

Bab ini menjelaskan biaya investasi serta pola investasi yang dilakukan dengan
pentahapan serta sumber pendanaan disesuaikan dengan kondisi kinerja BUMD /UPTD.
Selain itu juga menjelaskan gambaran asumsi-asumsi yang berpengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap hasil perhitungan proyeksi finansial.

BAB 9 RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

Bab ini menjelaskan mengenai bentuk badan pengelola yang akan menangani SPAM
Provinsi; sumber daya manusia, baik jumlah maupun kualifikasinya;

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 12


2. GAMBARAN UMUM KOTA MAGELANG BAB 2
GAMBARAN UMUM
KOTA MAGELANG

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 1 - 13


2.1. KARAKTER FISIK DASAR

Kota Magelang merupakan salah satu kota yang terletak di Provinsi Jawa Tengah yang
letaknya secara geografis berada ditengah-tengah wilayah Kabupaten Magelang. Dengan
demikian wilayah Kota Magelang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Magelang.
Posisi tersebut menjadikan daya tarik geografis alami Kota Magelang karena berada pada
persilangan simpul ekonomi, transportasi dan pariwisata antara wilayah Semarang –
Magelang - Yogyakarta dan Purworejo - Temanggung. Jaraknya 65 km dari Semarang dan 42
km dari Yogyakarta. Posisi strategis ini didukung dengan penetapan Kota Magelang sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) kawasan PURWOMANGGUNG (Kabupaten Purworejo,
Kabupaten Wonosobo, Kota Magelang, Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung)
dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan Rencana Tata Ruang Provinsi Jawa Tengah.

2.1.1. Kondisi Geografis


Kota Magelang yang memiliki luas 18,54km2 adalah sebuah kota yang berbentuk linear
dengan kecenderungan arah utara-selatan yang dominan disebabkan oleh kuatnya jalur
transportasi yang menghubungkan Yogyakarta dan Semarang.
Magelang Kota Sejuta Bunga memiliki filosofi bahwa Kota Magelang adalah Tuin Van Java
(Kota kebun/Tamannya Pulau Jawa) yang terletak di 110o12’30” – 110o12’52” BT dan
7026’18” – 7o30’9” LS serta berada pada ketinggian 380 meter di atas permukaan laut.
Kota Magelang memiliki batas-batas :
Utara : Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
Timur : Sungai Elo / Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang
Selatan : Kecamatan Mertoyudan / Kabupaten Magelang
Barat : Sungai Progo / Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang
Posisi Kota Magelang yang strategis di jalur persilangan lalu lintas ekonomi dan transportasi
antara Semarang-Magelang-Yogyakarta dan Purworejo-Temanggung dan pada persimpangan
jalur wisata lokal dan regional antara Yogyakarta–Borobudur–Kopeng-Ketep Pass-Dataran
Tinggi Dieng menjadikannya sebagai kota kecil dengan nilai strategis dalam katagori sebagai
Pusat Pelayanan Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Kawasan
Purwomanggung (Kabupaten Purworejo, Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Temanggung,
Kota Magelang, dan Kabupaten Magelang dalam Rencana Tata Ruang Nasional dan
Rencana Tata Ruang Provinsi.
Keberadaan Gunung Tidar merupakan kekhasan (landmark) Kota Magelang yang tidak
dimiliki oleh banyak daerah lainnya. Selain sebagai kawasan hutan lindung, lokasi ini juga
dapat dimanfaatkan sebagai arena rekreasi alam dan wisata spiritual. Nuansa spiritual
sebenarnya secara tradisional pada hari-hari tertentu sudah berjalan selama ini. Karena itu
perlu diadakan penggalian terhadap kandungan keluhuran nilai spiritualnya yang merupakan
warisan nenek moyang (local wisdom), untuk kemudian diaktualisasikan dan direlevansikan
dengan konteks kondisi yang tengah berjalan.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 2


2.1.2. Kondisi Wilayah Administrasi

Gambar 2.1. Peta Administrasi Kota Magelang


Sumber: RTRW Kota Magelang
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 3
Kota Magelang memiliki luas wilayah 18,5364 km2. Secara administratif Kota Magelang
terdiri dari 3kecamatan, 17 kelurahan, jumlah RW sebanyak 192 RW dan RT sebanyak
1.026 RT. Kecamatan yangmempunyai luas terbesar adalah Kecamatan Magelang Selatan
dengan luas 7,1315 km2 atau 38,47%dari luas Kota Magelang, sedangkan kecamatan yang
mempunyai luas terkecil adalah KecamatanMagelang Tengah dengan luas 5,1011 km2 atau
28,17% dari luas Kota Magelang.

Tabel 2.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kota Magelang

No. Kecamatan Luas (km²) Persentase


1. Magelang Selatan 7,1315 38,47
2. Magelang Tengah 5,1011 28,17
3. Magelang Utara 6,3037 33,82
Jumlah 18,5364 100,00

Sumber: Kota Magelang dalam Angka, 2018

2.1.3. Kondisi Topografi


Kota Magelang merupakan dataran tinggi dan perbukitan yang dikelilingi oleh gunung-
gunung dan bukit-bukit seperti: Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Perahu. Gunung
Telomoyo, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Andong, Perbukitan Menoreh serta
terdapat "Bukit Tidar" yang terletak di jantung kota. Mengingat wilayah kota Magelang
merupakan daerah perbukitan, maka sebagian besar daerahnya (63%) memiliki kemiringan
lereng antara 2-15% dan kemiringan lereng antara 15-40% sebanyak 35%.

Tabel 2.2. Kemiringan Lereng

No Kemiringan Lereng Luas (Ha) %


1 Datar ( 0 - 2% ) 0 0
2 Bergelombang ( 2 - 15% ) 1,144 63
3 Curam ( 15 - 40% ) 630.75 35
4 Sangat Curam ( >40% ) 37.25 2
Jumlah 1.812 100

Sumber: Kota Magelang dalam Angka, 2018

Bentuk fisik Kota Magelang saat ini relatif memanjang mengikuti jaringan jalan arteri.Dengan
kondisi fisik tersebut, kecenderungan pertumbuhan alamiah Kota Magelang adalah ke arah
utara dan selatan dengan dominasi area terbangun di daerah yang mempunyai topografi
relatif datar.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 4


Gambar 2.2. Peta Kelerengan Kota Magelang
Sumber: RTRW Kota Magelang, 2018

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 5


Di bagian selatan wilayah terdapat Gunung Tidar yang merupakan hutan lindung dengan
kemiringanhingga 30-40%. Bentuk fisik Kota Magelang saat ini relatif memanjang mengikuti
jaringan jalan arteriengan kecenderungan pertumbuhan alamiah ke arah utara dan selatan
yang didominasi areaterbangun pada daerah dengan topografi datar. Dilihat dari
ketinggiannya, Kota Magelang berada diketinggian 375–500 m di atas permukaan laut
dengan titik ketinggian tertinggi pada Gunung Tidaryaitu 503 m di atas permukaan laut.

Tabel 2.3. Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di
KotaMagelang

No Kecamatan Ibukota Tinggi (m)


1. Magelang Selatan Tidar Selatan 337
2. Magelang Tengah Cacaban 370
3. Magelang Utara Kramat Selatan 377

Sumber: Kota Magelang dalam Angka, 2018

2.1.4. Kondisi Hidrologi


Kota Magelang memiliki 2 (dua) sungai yang cukup besar yaitu Sungai Elo di sebelah Timur
dan Sungai Progo di sebelah Barat yang juga merupakan batas alamiah yang menentukan
letak adminstrasi Kota Magelang. Kota Magelang termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS) Progo-Opak-Serang. Sumber air di Kota Magelang dapat digolongkan dari air
pemukaan dan air tanah. Air permukaan berupa sungai dan saluran irigasi.Sedangkan
potensi air tanahnya relatif bervariasi dengan kedalaman antara 5 meter sampai dengan
lebih dari 20 meter. Untuk kebutuhan air bersih Kota Magelang sampai saat ini bergantung
pada sumber-sumber air yang ada di luar wilayah Kota Magelang yaitu dari mata air yang
berada di wilayah Kabupaten Magelang dan satu-satunya mata air yang berada di Kawasan
Kota Magelang adalah Mata Air Tuk Pecah.Sumber mata air yang dimanfaatkan untuk
kebutuhan air bersih di Kota Magelang saat ini adalah :
A. Mata air Wulung sebesar 60 lt/det.
B. Mata air Kalegen sebesar 40 lt/det.
C. Mata air Kalimas sebesar 210 lt/det
D. Mata air Kanoman sebesar 175 lt/det
E. Mata air Tuk Pecah sebesar 100 lt/det
Di kawasan Kota Magelang juga terdapat 2 (dua) saluran air yaitu : (i) Kali Bening (Kali Kota),
dan (ii) Kali Progo Manggis. Saluran tersebut juga dapat berfungsi sebagai saluran irigasi
teknis. Dari data klimatologi menunjukkan bahwa banyaknya curah hujan Jumlah curah
hujan di Kota Magelang selama tahun 2017 sebesar 3.689 mm, jumlah hari hujansebanyak
172 hari dan rata-rata curah hujan sebesar 21,45 mm/hari.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 6


Gambar 2.3. Peta Hidrologi Kota Magelang
Sumber: RTRW Kota Magelang, 2018

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 7


2.1.5. Kondisi Klimatologi
Jumlah curah hujan di Kota Magelang selama tahun 2017 sebesar 3.689 mm, jumlah hari
hujan sebanyak 172 hari dan rata-rata curah hujan sebesar 21,45 mm/hari.Curah hujan
tertinggi di Kota Magelang pada tahun 2017 terjadi di bulan Januari dengan curah hujan
sebesar 713 mm, sedangkan tidak ada curah hujan terjadi di bulan Agustus. Jumlah hari
hujan terbanyak di Kota Magelang pada tahun 2017 terjadi di bulan Nopember dengan 25
hari hujan, sedangkan rata-rata curah hujan tertinggi terjadi di bulan September sebesar
32,00 mm/hari.

Tabel 2.4. Curah Hujan, Hari Hujan dan Rata-rata Curah Hujan Menurut Bulan di Kota Magelang
Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari) Rata-rata Curah Hujan
(mm/hari)
Januari 713 24 29,71
Februari 450 23 19,57
Maret 447 17 26,29
April 615 21 29,29
Mei 170 6 28,33
Juni 127 10 12,7
Juli 80 6 13,33
Agustus 0 0 0
September 128 4 32
Oktober 207 18 11,5
November 369 25 14,76
Desember 383 18 21,28
Sumber : Kota Magelang dalam Angka, 2018

2.1.6. Kondisi Kependudukan


Jumlah penduduk Kota Magelang berdasarkan hasil registrasi akhir tahun 2018 tercatat
sejumlah121.673 jiwa yang terdiri dari 59.864 jiwa penduduk laki-laki dan 61.809 jiwa
penduduk perempuan.Ratio jenis kelamin (rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk
perempuan) sebesar 96,85. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin di Kota Magelang
tahun 2017 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Kota Magelang

Jumlah Penduduk
No Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Magelang Selatan 20.637 20.194 40.831
2. Magelang Tengah 21.486 22.793 44.279

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 8


Jumlah Penduduk
No Kecamatan
Laki-laki Perempuan Jumlah
3. Magelang Utara 17.741 18.822 36.563
Jumlah 59.864 61.809 121.673

Sumber : Kota Magelang dalam Angka, 2018

2.1.7. Kondisi Perekonomian Daerah


Nilai PDRB Kota Magelang atas dasar harga berlaku 2010 pada tahun 2017 mencapai
7.638,61 miliarrupiah. Secara nominal, nilai PDRB ini mengalami kenaikan sebesar 623,23
miliar rupiah dibandingkandengan tahun 2016 yang mencapai 7.015,38 miliar rupiah.
Naiknya nilai PDRB ini dipengaruhi olehmeningkatnya produksi di seluruh lapangan usaha
dan adanya inflasi.
Berdasarkan harga konstan 2010, angka PDRB juga mengalami kenaikan, dari 5.518,68
miliar rupiahpada tahun 2016 menjadi 5.804,31 miliar rupiah pada tahun 2017. Hal ini
menunjukkan selama tahun2017 Kota Magelang mengalami pertumbuhan ekonomi sekitar
5,18 persen. Kenaikan PDRB ini murnidisebabkan oleh meningkatnya produksi di seluruh
lapangan usaha, tidak dipengaruhi inflasi.

Tabel 2.6. Distribusi PDRB Kota Magelang

No. Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,17 2,08 2,04 1,94 1,86

2. Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

3. Industri Pengolahan 15,21 15,76 16,11 16,08 15,91

4. Pengadan Listrik dan Gas 0,31 0,29 0,28 0,29 0,30

5. Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, 0,14 0,14 0,13 0,13 0,13


Limbah dan Daur Ulang

6. Konstruksi 17,14 17,02 16,89 16,58 16,40

7. Perdagangan Besar dan Eceran 15,55 14,86 14,55 14,34 14,38

8. Transportasi dan Pergudangan 6,57 6,82 6,94 6,73 6,96

9. Penyediaan Akomodasi dan Makan 5,65 5,74 5,86 6,03 6,08


Minum

10. Informasi dan Komunikasi 4,64 4,81 4,77 4,76 5,01

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 4,95 4,92 4,99 5,22 5,22

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 9


No. Lapangan Usaha 2013 2014 2015 2016 2017

12. Real Estate 3,23 3,23 3,24 3,21 3,17

13. Jasa Perusahaan 0,32 0,32 0,34 0,35 0,36

14. Administrasi Pemerintahan, 12,32 11,87 11,75 12,01 11,66


Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

15. Jasa Pendidikan 7,23 7,43 7.39 7,54 7,69

16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2,58 2,70 2,75 2,79 2,84

17. Jasa Lainnya 2,00 2,02 1,97 2,00 2,04

Sumber: Produk Domestik Regional Bruto Kota Magelang Menurut Lapangan Usaha, 2018

2.1.8. Alokasi APBD untuk Air Bersih


Besarnya anggaran APBD pemerintah Kota Magelang untuk program air bersih rata-rata
pada tahun2014 – 2018 sebesar Rp. 2.731.000.000,- atau sebesar 0,29% dari total APBD
pada tahun tersebut.
Tabel 2.7. Alokasi APBD Kota Magelang untuk Air Bersih

Lapangan Usaha 2014 2015 2016 2017 2018 Rata-rata

Total APDB 689.961 775.334 881.416 907.336 969.217

Alokasi 3 468 259 4573 8351 2.731

Persentase (%) 0 0.06 0.03 0.50 0.86 0.29

Dari data tersebut alokasi APBD Kota Magelang untuk program air bersih mengalami
peningkatan yang cukup signifikan setiap tahunnya, kenaikan pada tahun 2014 - 2018 rata-
rata berkisar 0.29 %.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 10


2.2. KONDISI SARANA DAN PRASARANA

2.2.1. Air Limbah


Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang
terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur
dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang
tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas
lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan.
Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem
setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite).Sanitasi sistem setempat (onsite)
adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang
dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi sistem terpusat
(offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak
dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Untuk melakukan rumusan strategis dilakukan dengan cara identifikasi data dan informasi
dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan
permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kota,
Renstra Dinas, SPPIP, SSK dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis
pengembangan air limbah sesuai dengan karakteristik kota Magelang.
Tujuan dari bagian ini adalah:
• Teridentifikasinya rumusan isu strategis pengelolaan air limbah di Kota Magelang
• Tereviewnya isu strategis pengembangan air limbah dari dokumen terkait.
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai
90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar
fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang
ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai
2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum diberdayakannya
potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya
penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis
masyarakat.
Isu strategis dalam pengembangan air limbah menjadi dasar dalam pengembangan
infrastrukturair limbah dan akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam
Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang lebih berpihak kepada
pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan
nasional. Adapun isu strategis air limbah di kota Magelang sebagiamana teranngkum dalam
Buku Putih Sanitasi Kota Magelang adalah sebagai berikut :
1. Belum meratanya sarana dan prasarana air limbah pada setiap bagian wilayah Kota
Magelang, Banyaknya rumah tangga yang belum memiliki KM/ WC, terlebih adalah
Rumah tangga miskin,

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 11


Sementara itu sebagian besar KM/ WC Masyarakat belum dilengkapi dengan septic
tank sehingga saluran buangan langsung ke saluran drainase/ irigasi.
2. Persepsi dari sebagian masyarakat yang menganggap sarana sanitasi air limbah belum
menjadi kebutuhan yang penting dan mendesak.
3. Masih kurang tersedianya fasilitas instalasi pengolahan limbah tinja (IPLT), mengingat
kebutuhan fasilitas kota ini sangat penting dan mendesak.
4. Berbagai kendala yang masih menghadang pihak industri dalam upaya melakukan
pengolahan air limbahnya agar sesuai dengan ketentuan baku mutu meskipun telah
ada Peraturan Perundangan ditingkatan Kota Magelang, hal ini tentunya akan
membahayakan Sumber daya air, selain itu juga belum adanya Pemantauan dan
Pemeriksaan terhadap pengolahan air limbah domestik dari unit usaha kecil.
5. Air sumur di daerah pemukiman padat perkotaan umumnya sudah banyak tercemar
oleh bakteri tinja atau E. coli.
6. Jamban komunal yang ada di beberapa titik di Kota Magelang kondisinya kurang
terawat dengan baik, hal ini karena sistem pengelolaannya tidak ada.
7. Limbah rumah tangga tanpa bak kontrol dan tanpa pengelolaan terlebih dahulu.
8. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman Masyarakat terhadap opsi teknologi baru
yang ditawarkan oleh Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.
9. Belum adanya peraturan mengenai prosedur penyediaan layanan air limbah domestik
(pengangkutan, personil, peralatan, dll), belum adanya sosialisasi peraturan, dan
pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik serta belum adanya sanksi
terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik.
10. Sarana umum yang ada saat ini belum dilengkapi dengan sarana sanitasi yang
memadai, termasuk juga Penataan PKL yang tidak di ikuti dengan penyediaan sarana
sanitasi yang memadai sehingga mengakibatkan lingkungan yang tidak sehat.
Kota Magelang merupakan Kota kecil dengan luas wilayah ± 18,54 Km², dalam pengelolaan
Air Limbah Domestik di Kota baru ada satu system yaitu sistem Onsite (sistem
penampungan, pengaliran dan pengolahan secara setempat) Sistem setempat ini meliputi
jamban pribadi maupun jamban umum yang menggunakan tangki septic tank sendiri tanpa
adanya penggabungan dengan KM/ WC lain, system ini merupakan system yang dominan
digunakan oleh tiap – tiap Rumah Tangga di Kota Magelang.
Dalam rangka mendukung proses pengelolaan air limbah domestik ini maka dibangunlah
Instalasi Pembuangan Limbah Terpadu (IPLT) yang berlokasi di Kampung Dumpoh,
Kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara untuk pembuangan akhir lumpur tinja
dari Jamban Pribadi dan Umum baik yang di angkut oleh mobil tinja Swasta maupun
Pemerintah dengan jumlah penerima manfaat Seluruh Masyarakat Kota Magelang.
Prasarana dan sarana pengelolaan limbah cair di Kota Magelang masih terbatas pada skala
rumah tangga saja, sedangkan untuk skala yang lebih luas seperti IPAL dan IPLT belum
maksimal digunakan.Volume limbah tinja yang terangkut di Kota Magelang kurang lebih 2.25
m3/hari.
Sarana sanitasi berupa pengelolaan air limbah di beberapa tempat telah tersedia namun
pengelolaannya belum maksimal. Sebagian besar tempat usaha belum memiliki sarana
pengolah limbah terutama pada industri kecil dan industri rumah tangga.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 12


Peran serta masyarakat di Kota Magelang dalam penangangan limbah cair masih sebatas
pada kesadaran untuk hidup sehat dengan membangun jamban dan tangki septik sendiri
tanpa bantuan pemerintah serta iuran warga untuk membangun sarana MCK pada
lingkungan masyarakat yang kurang mampu, namun tingkat kesadaran masyarakat untuk
menggunakan jamban rumah maupun jamban umum masih rendah yang ditunjukkan
dengan masih adanya sebagian masyarakat yang membuang limbah cair langsung dari toilet
ke sungai dan masih banyak terdapat jamban umum/MCK yang kurang terawat.
Rendahnya peran serta masyarakat dalam penanganan/pengelolaan air limbah terbukti dari
data lapangan bahwa kepemilikan jamban dan sarana sanitasi lainnya masih terbatas serta
banyak dijumpai fasilitas umum yang sudah terbangun namun tidak dimanfaatkan
sebagaimana mestinya dan terkesan tidak terawat.
Ada beberapa program pemerintah berbasis masyarakat yang ada di Kota Magelang, namun
yang berkaitan langsung dengan Sanitasi diantaranya adalah program PNPM Mandiri
Perkotaan dan Program SLBM (Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat), PNPM memiliki
pilar Tridaya dimana pembangunan diarahkan untuk pembangunan ekonomi, sosial dan
lingkungan (berdasarkan usulan warga sebagian wilayah dialokasikan untuk Pembangunan
Infrastruktur yang mendukung aspek sanitasi yangterkait dengan Sanitasi ini antara lain
yakni pembangunan Saluran Drainase, MCK umum, Bak Sampah, dsb) sedangkan Program
SLBM terkonsentrasi pada pelaksanaan pembangunan infrastruktur berupa MCK ++ yang
merupakan MCK umum yang dilengkapi dengan sarana pengolahan limbah rumah tangga
yang dapat mengubah tinja menjadi biogas melalui alat yang disebut biodigester.
Mengenai cakupan wilayahnya, Program PNPM Mandiri Perkotaan meliputi seluruh wilayah
Kota Magelang dengan skala program per masing – masing wilayah Kelurahan sedangkan
Program SLBM saat ini baru Kelurahan Kramat Selatan, Magersari, Gelangan, Rejowinangun
Utara, dan Cacaban dengan skala program per masing – masing wilayah RT/RW yang
disepakati oleh Kelurahan setempat.
Secara umum warga Masyarakat dapat mengakses sarana jamban keluarga/ jamban umum
dan hanya sebagian kecil wilayah yang telah memperoleh dana bantuan untuk
pembangunan MCK ++ yakni sekitar 5 dari 17 Kelurahan, melalui program SLBM (Sanitasi
Lingkungan Berbasis Masyarakat).
Secara umum Masyarakat memiliki MCK, sementara pada sebagian Masyarakat yang belum
dapat mengakses MCK pribadi dapat mengakses MCK Umum dengan air bersih dari PDAM,
namun baru sekitar 25 % yang teridentifikasi membuang air kotor pada tanki septic, 7% pada
Cubluk dan 68% belum diketahui tempat buangan air kotornya. Teridentifikasi memiliki
fasilitas cuci tangan sebesar 30% dan teridentifikasi menggunakan sabun 50 % pada
fasilitas cuci tangan tersebut.
Dalam rangka pengelolaan Air Limbah Domestik, baru sekitar 30% Kelurahan yang telah
memperoleh dana bantuan Program SLBM untuk pembangunan MCK ++, sedangkan
Program PNPM meliputi seluruh Kelurahan di Kota Magelang yang terkait dengan
pembangunan infrastruktur pengelolaan Air Limbah Domestik seperti MCK Komunal,
pengelolaan Drainase seperti Selokan, dsb.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 13


2.2.2. Persampahan
Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses
alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan
UU 18 tahun 2008 yaitu:
a. Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga
(tidak termasuk tinja).
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan
industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll.
c. Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran
bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang timbul
secara periodik. Sampah spesifik harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila
belum ada penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat penampungan khusus di
TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.
Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan dengan
pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan
pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan,
ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.
Untuk melakukan rumusan strategis, perlu dilakukan identifikasi data dan informasi dari
dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman
tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kota,
Renstra Dinas, Rencana Induk Persampahan dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan
isu strategis pengembangan permukiman di Kota Magelang.
Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Kota Magelang,
antara lain.
a. Kapasitas Pengelolaan Sampah
Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan :
- Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah
perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan
industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan
sampah.
- Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan. Rendahnya kualitas
pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai protes
masyarakat.
- Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang
tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah
di tempat terbuka.
- Keterbatasan Lahan TPA
Kota Magelang yang sempit dengan luas wilayah ± 18, 2 km² tidak memiliki TPA sendiri
namun berada di Kabupaten Magelang, tepatnya di Desa Banyu Urip, Kecamatan
Tegalrejo, Kabupaten Magelang yang berjarak ± 5 km dari pusat Kota Magelang,
bahkan Lahan perkotaan yang sempit serta kepadatan penduduk yang demikian tinggi
amat menyulitkan dalam memperoleh lahan untuk pengumpulan sampah sementara
(sulit dalam penempatan TPS).
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 14
b. Kemampuan Kelembagaan
Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus
operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas)
menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.
c. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan
dari APBD Kota Magelang yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan
retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD.
Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas
penanganan sampah.
d. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan
belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan
sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta
berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat
pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
e. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum
Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan
kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala
dalam penanganan sampah.

Kondisi Eksisting Timbulan Sampah


Timbulan sampah adalah banyaknya sampah yang timbul dari masyarakat dalam satuan
volume atau berat per kapita per hari, atau per luas bangunan, atau per panjang jalan. Dari
timbulan sampah tersebut, sekitar 69% diangkut ke tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah, 10% ditimbun, 7% diolah (kompos), 5% dibakar, 3% dibuang ke sungai, dan 6%
sisanya tidak tertangani. Dilihat dari komposisinya, sampah di Indonesia didominasi oleh
bahan organik sebesar 65%, kertas sebesar 13%, plastik sebesar 11%, dan kayu sebesar
3%. Sisanya adalah tekstil, karet, logam, gelas, dan keramik masing-masing sebesar 1%
(Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Angka, 2009).
Peran serta masyarakat sangat penting dalam pengelolaan persampahan. Peran serta
masyarakat tersebut antara lain adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
- Membersihkan lingkungan rumah sendiri, pekarangan dan perkebunan masing-masing.
- Membersihkan jalan dan lingkungan sekitarnya serta tidak membuang sampah di
sembarang tempat.
- Menyediakan tong sampah atau kantong-kantong sampah
Namun demikian dalam penanganan pengelolaan persampahan di Kota Magelang, peran
serta masyarakat bisa dikatakan masih kurang karena tingkat kesadaran masyarakat yang
masih rendah.Hal ini dikarenakan peran serta masyarakat dalam pengelolan persampahan
di Kota Magelang masih sebatas membayar retribusi dan pengelolaan sampah di
permukiman.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 15


Dalam pengelolaan sampah di masyarakat sudah ada keterlibatan baik laki – laki maupun
perempuan mulai dari pengumpulan di TPS, pengangkutan ke TPA dan pemilahan sampah di
TPA. Pada tingkatan RT/ RW sampah dikelola oleh Masyarakat sedangkan pada tingkatan
Kelurahan, Kecamataan dan Kota sampah dikelola secara formal oleh Pemerintah Kota
Magelang kemudian ketika sampai di TPA ada pemilahan sampah yang dilakukan oleh pihak
swasta
Namun permasalahan yang ada saat ini adalah keterbatasan lahan di Kota Magelang
sehingga kesulitan dalam pembangunan TPS yang cukup representative, tidak adanya lahan
untuk pembangunan TPA sementara TPA yang ada saat ini diperkirakan hanya akan
bertahan hingga 4 tahun mendatang dan pemilahan sampah belum sampai pada tataran
rumah tangga sehingga hanya sekitar 70 % saja sampah yanga terangkut sampai di TPA,
30% diantaranya mengalami pembusukan dan tidak dapat diangkut, hal ini juga terkait pula
dengan keterbatasan mobil pengangkut.
Secara umum kondisi sarana pengelolaan persampahan saat ini berfungsi dengan baik
mulai dari sosialisasi kebijakan, kegiatan pelaporan, pengadaan sarana pengelolaan
persampahan, pengadaan kendaraan, pemantauan dan peningkatan operasi dan
pemeliharaan.

2.2.3. Drainase
Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Indonesia dan
pembangunan tempat tinggal penduduk yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang
(RTR) seperti di daerah-daerah yang seharusnya jadi resapan/tempat parkir air (Retarding
Pond) dan daerah-daerah bantaran sungai mengakibatkan peningkatan volume air yang
masuk ke saluran drainase dan sungai sehingga terlampauinya kapasitas penyediaan
prasarana dan sarana drainase perkotaan dan daya tampung sungai. Sebagai akibat dari
permasalahan tersebut adalah terjadinya banjir atau genangan yang semakin meningkat.
Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang didefinisikan sebagai
drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air permukaan
sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan
sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat parsial, sehingga
tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan
drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu kepada SIDLACOM
dimulai dari tahap Survey, Investigation (investigasi), Design (perencanaan), Operation
(Operasi) dan Maintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan
kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman
mengenai sistem drainase kepada pihak yang terlibat baik pelaksana maupun masyarakat
perlu dilakukan secara berkesinambungan.
Perumusan strategis pengembangan Drainse Kota Magelang dilakukan dengan melakukan
identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait
dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen
RPJMN, RPJMD, RTRW Kota, Renstra Dinas, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya
yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan Drainase di Kota Magelang.
Adapun Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan Kota Magelangantara
lain :

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 16


1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase
Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan air
permukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran air limbah
permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistem drainase
berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalah pada daerah hilir
aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yang dibuang ke saluran
akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelola sampah dan masyarakat.
2. Pengendalian debit puncak
Untuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangi luasan
air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkan penampungan air
sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan- penampungan tersebut
dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan, kolam-kolam retensi di atap-
atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk, lapangan, yang selanjutnya di atas
untuk dialirkan secara bertahap.
3. Kelengkapan perangkat peraturan
Aspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainase
permukiman di daerah adalah:
- Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan seperti pencegahan
pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangan sampah di saluran,
pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaan daerah resapan air (wet land),
termasuk sanksi yang diterapkan.
- Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman, posisinya,
agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.
- Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat dan swasta
dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
- Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yang dibutuhkan
dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturan daerah.
4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta
Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran
drainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam
saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran
drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan, kolam ikan dll.
5. Kemampuan Pembiayaan
Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan
dari APBD Kota yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan
pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupun biaya operasi dan
pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada
buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.
6. Penanganan Drainase Belum Terpadu
Pembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutama
masalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 17


drainasesehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yang berakibat
pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannya saja.
Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan drainase yang telah dilakukan
pemerintah Kota Magelang, perlu diuraikan hal-hal berikut ini:
1. Aspek teknis
Penanganan drainase perkotaan selama ini dihubungkan dengan saluran drainase
utama yang telah ada.Saluran drainase utama Kota Magelang masih memanfaatkan
sungai yang ada dan saluran pengairan yang saat ini telah berkembang menjadi
saluran drainase Kota Magelang.Pada lokasi tertentu, kawasan perkotaan masih ada
genangan akibat luapan/limpasan yang disebabkan drainase perkotaannya kurang
optimal atau tidak sesuai lagi dengan dimensi badan saluran karena tekanan terhadap
ruang dan lingkungan untuk kebutuhan perumahan, kawasan jasa dan perdagangan
menjadi kawasan terbangun. Pembuangan air dari jalan ke saluran drainase pada
beberapa ruas jalan kurang terpelihara dan bahkan tidak memiliki saluran drainase
tepi, sehingga pengeringan air dari muka jalan sangat sulit selain apabila hanya dengan
penguapan air pada muka jalan saja. Pada lokasi tertentu ada yang salurannya dari
dimensi besar dan kemudian mengecil (saluran tersier), sehingga pada saat hujan
dengan curah hujan yang agak tinggi akan menggenangi jalan. Kemiringan saluran
yang ada di lapangan sangat bervariasi. Di beberapa kawasan saluran miring dengan
sangat curam, tetapi di beberapa kawasan saluran hampir landai. Di beberapa tempat,
saluran drainase menjadi sempit bahkan mengalami kerusakan karena terdesak oleh
akar pohon yang terdapat di sepanjang jalan. Sistem pengelolaan drainase lingkungan
di Kota Magelang pada dasarnya telah diatur sebagaimana pola permukiman yang ada,
namun seiring dengan berjalannya waktu, jumlah penduduk meningkat dan secara fisik
mengalami perkembangan terutama adalah target pemenuhan kualitas lingkungan
hidup, penurunan permukaan tanah, peningkatan debit air, kerusakan – kerusakan
ekologi lingkungan, dsb. Setiap kawasan permukiman telah memiliki saluran drainase
sekunder dan tersier sampai ke tiap – tiap rumah dan terintegrasi ke dalam saluran
drainase primer (Riol Kota), namun genangan pada musim penghujan akibat dari
naiknya debit air pada saluran drainase primer dan adanya penurunan sudut elevasi
pada saluran drainase sekunder sehingga air yang seharusnya mengalir dari saluran
drainase tersier menuju saluran drainase sekunder kemudian berakhir di saluran
drainase berbalik arah.
Secara umum kawasan Kota Magelang sudah mempunyai jaringan drainase yang
sudah dibangun oleh Belanda sesuai dengan kondisi Kota Magelang seperti topografi,
tata guna lahan/permukiman, dan fungsi-fungsi lain dari sebuah kota, seperti pasar,
stasiun kereta api, terminal, alun-alun, dsb. Jaringan drainase di Kota Magelang di
beberapa lokasi banyak tebing saluran (pasangan batu) yang sudah rusak, tertimbun
endapan lumpur (sedimentasi), di wilayah yang padat permukiman penduduk banyak
dijumpai saluran terbuka yang dijadikan tempat membuang sampah oleh masyarakat,
ada beberapa lokasi yang di atas saluran drainase didirikan warung dan rumah makan.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 18


2. Peran Serta Masyarakat
Kesadaran masyarakat dalam pengelolaan drainase berbeda – beda, hal ini tergantung
dari kondisi geografis, kelembagaan dan kesadaran individu dalam suatu kelompok.
Namun demikian secara umum
kesadaran Masyarakat dalam pengelolaan drainase sudah cukup baik dengan
partisipasi aktif masyarakat baik, namun pada lokasi – lokasi tertentu, semisal adalah
saluran drainase yang tidak berhubungan langsung dengan lingkungan permukiman
kurang mendapat perhatian dari masyarakat.

3. Pendanaan
Saluran Drainase yang ada di Kota Magelang terdiri atas Saluran Drainase Primer,
Sekunder dan Tersier. Saluran Drainase Primer merupakan Saluran Drainase dengan
skala pelayanan yang cukup luas, yang merupakan saluran induk yang berhubungan
langsung dengan pembuangan akhir, Saluran Drainase primer ini merupakan
kewenangan daripada Dinas Pekerjaan Umum, demikian pula dengan Saluran Drainase
Sekunder.
Akan tetapi untuk Saluran Drainase Tersier, pendanaannya dapat diperoleh dari Dinas
Pekerjaan Umum maupun oleh program Pemerintah seperti halnya dengan PNPM,
BSPS, dsb.
Permasalahan drainase perkotaan merupakan permasalahan yang dihadapi kota
Magelang dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin
dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan
pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan
kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah
dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter- parameter teknis
yang ada di kawasan tersebut.
Dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan teknis
dan non teknis pada sub sektor drainase. Adapun Permasalahan Pembangunan Sektor
Drainase di Kota Magelang secara umum adalah:
- Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini;
- Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.
Tantangan yang dihadapi secara umum di Kota Magelang adalah mencegah penurunan
kualitas lingkungan permukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan
efisiensi prasarana dan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan
pengembangan sistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang
menjangkau masyarakat berpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya
lingkungan perumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan
ekonomi masyarakat berpenghasilan rendah.
Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010
tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar
bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan
dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat
sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 19


ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen
RPIJM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Drainase.

2.2.4. Irigasi
Saluran irigasi Kota Magelangmerupakan saluran air buatan Belanda yang mengalir di
tengah Kota Magelang. Selain melewati tengah kota, saluran ini memiliki keunikan lain yaitu
pada jalur-jalur tertentu letaknya lebih tinggi dari tanah di sekitarnya. Ditambah lagi adanya
bangunan pelengkung yang berfungsi sebagai jembatan saluran air dan membuka akses
jalan. Saluran irigasi dengan panjang sekitar 6 km dan lebar antara 1,6 – 3,8 m
inimerupakan saluran irigasi buatan yang merupakan saluran sekunder dari Saluran Irigasi
Progo-Manggis yang sifatnya terbuka.
Irigasi ini mengikuti alur jalan utama KotaMagelang. Hal tersebut didukung oleh kondisi
morfologi Kota Magelang yangberbentuk pita (ribbon shaped city). Bentuk kota seperti ini
dipengaruhi oleh perananjalur memanjang atau jalur transportasi yang dominan serta
adanya kendala yangmenghambat perluasan areal ke samping.
Irigasimengalir di tengah Kota Magelang dari Kampung Pucangsarihingga Kampung Jagoan
dengan melewati enam kelurahan, yaitu KelurahanKedungsari, Kelurahan Potrobangsan,
Kelurahan Magelang, Kelurahan Cacaban,Kelurahan Kemirirejo, dan Kelurahan Jurangombo
Utara. Irigasi inimengalirmelewati pemukiman penduduk dan beberapa komponen kota
,seperti kompleksmiliter, kompleks kabupaten (sekarang kompleks BPPK), dan Masjid Agung
KotaMagelang.
Sebagai saluran sekunder Saluran Irigasi Progo-Manggis (Kali Manggis),pembangunan
saluran irigasibertujuan untuk menyalurkan distribusi airsebagai irigasi persawahan di Kota
Magelang yang tidak dilalui secara langsungoleh saluran primer Kali Manggis. Kontur tanah
yang naik-turun, menyebabkan tidaksemua areal persawahan di Kota Magelang, khususnya
di bagian tengah kota,mendapatkan supali air dari saluran primer irigasi, baik dari
KaliManggis maupun Kali Bening.
Oleh sebab itu, pemerintah Belanda membuat saluran irigasisebagai upaya untuk mengatasi
permasalahan tersebut.
Pembangunan saluran air tentu membawa dampak terhadap pertanian,lingkungan alam,
dan kondisi sosial masyarakat.Irigasi sangat penting khususnyabagi
persawahan.Keberadaan irigasimemberikan kemudahan dalam halketersediaan air irigasi
bagi petani di Kota Magelang.Beberapa areal persawahanyang tidak dilalui oleh Kali Bening
atau Kali Manggis, sudah bisa menikmati saranapengairan yang berasal dari irigasi.Selain
itu, keberadaan irigasi menjadikan para petani tidak terlalu bergantung pada iklim untuk
melakukankegiatan pertanian.Dengan adanya irigasi,produktivitas padi dapat meningkat dari
satu kali panen menjadi dua atau tiga kalipanen dalam setahun.
Seiring dengan perkembangan zaman, penduduk Kota Magelang menjadisemakin
bertambah.Pertambahan penduduk ini menjadikan areal persawahanbanyak mengalami alih
fungsi menjadi pemukiman.Dampak negatif dari pendudukyang semakin bertambah adalah
banyak rumah penduduk yang dibangun disepanjang saluran irigasi. Diharapkan kepada
dinas terkait dalam hal pengairan sebagaiorganisasi pemerintah yang bertanggung jawab
dengan keberadaan irigasi untuk menjaga kelangsungan saluran irigasisebagai peninggalan
teknologipengairan yang sudah maju pada masa lalu agar tetap berfungsi dengan baik.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 20


Fungsi irigasi Kali Manggis sebagai saluran irigasi lahan pertanian (di wilayah kota Magelang)
masih bisa terlihat dengan banyaknya dam dan pintu air ukuran kecil, sedang, dan besar.
Namun seiring perkembangan daerah perkotaan, persawahan yang tadinya luas kini beralih
fungsi menjadi permukiman, perkantoran, dan aktivitas perdagangan. Hingga akhirnya luas
sawah di kota Magelang makin menyusut.

Sumber: kota magelang dalam angka 2019

Lahan pertanian di Kota Magelang sangat sempit. Luas tanah sawah hanya sebesar
177,46 hektar dari 1.854 hektar luas wilayah secara keseluruhan. Luas
tegal/kebun/ladang sekitar 13,68 hektar, luasan kolam sebesar 6,8 hektar, dan
lahan yang untuk perkebunan/hutan rakyat 99,56 hektar. Oleh karenanya produk
pertanian di Kota Magelang tidak cukup potensi. Dari luasan sawah tersebut,
produksi padi yang dihasilkan sebanyak 3.001,2 ton dengan rata-rata produksinya
sebanyak 6,03 ton per hektarnya. Produk pertanian lainnya yang dihasilkan juga
sangat terbatas. Hasil pertanian yang bisa tercatat hanya jagung (14 ton), ketela
pohon (16 ton), dan kacang tanah (0,89 ton) dan selain itu pada tahun 2018 kota
magelang menjadi penghasil tanaman hias anggrek yang mencapai 2.253 Tangkai
dan untuk penghasil buah-buahan kota magelang paling banyak yaitu buah manga

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 21


yang mencapai 2.273 kuintal, buah pisang sebanyak 1,637 kuintal dan buah durian
1.150 kuintal (Data Bps kota magelang 2019 )

2.2.5. Sarana Perekonomian


Kondisi perekonomian regional Kota Magelang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian
kawasan yang lebih luas. Pertumbuhan ekonomi Kota Magelang relatif baik dengan tingkat
pertumbuhan pada tahun 2018 sebesar 5,59%.
Secara makro laju pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh secara langsung terhadap
peningkatan kesejahteraan rakyat dalam arti luas, walaupun pada skala regional maupun
nasional tampak jelas ada hubungan signifikan antara meningkatnya laju pertumbuhan
ekonomi dengan menurunnya jumlah pengangguran. Untuk itu, dibutuhkan inovasi-inovasi
agar kesenjangan ekonomi dapat tereliminir.
Harapan tercapainya target-target pembangunan tersebut hanya dapat terealisir apabila
stabilitas ekonomi tetap terjaga, asumsi-asumsi makro ekonomi nasional cenderung tetap
seperti harga minyak bumi, suku bunga bank, harga emas dunia serta terjaminnya kestabilan
politik dan keamanan.
Kondisi perekonomian di Kota Magelang dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Kondisi Makro Ekonomi
Perkembangan ekonomi makro Kota Magelang dalam kurun waktu 2014-2018
telah menunjukkan kinerja yang membaik, antara lain ditunjukkan dengan
meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dari sebesar 4,98% pada tahun 2014
menjadi 5,59 % pada tahun 2018. Membaiknya perekonomian Kota Magelang tahun
2018 juga ditunjukkan dengan meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan mencapai Rp614.586.975.000.000,-sedangkan
tahun 2014 baru mencapai Rp. 499.211.282.000.000,-yang berarti terjadi
peningkatan yang cukup signifikan. Struktur PDRB tahun 2018dengan melihat
pertumbuhan ekonomi kota magelang Tahun 2018 yang di tunjukan oleh PDRB atas
dasar Harga konstan 2010 tumbuh lebih cepat pada tahun sebelumnya yaitu 5,59 %
(2017 = 5,42 %), Pertumbuhann sektor Rill tahun 2018 mengalami fluktuasi pada
tahun sebelumnya, pertumbuhan tertinggi tercapai oleh sektor informasi dan
komunikasi sebesar 10,57 % namun pera terhadap PDRB hanya sebesar 5,32% .Sektor
yang mengalami pertumbuhan paling rendah pada tahun 2018 adalah sektor
pertanian,Kehutanan dan Perikanan yaitu sebesar 0,86%. Sektor Kontruksi masih
memberikan sumbangan tertinggi terhadap Ekonomi kota Magelang Yaitu sebesar
16,76 % dengan laju pertumbuhan sebesar 5,10 %. Sektor Industri dan pengolahan
Juga merupakan sektor dominan yang memberikan sumbangan bagi perekonomian
kota Magelang sebesar 15,96 % dengan pertumbuhan Rill sebesar 4,32 %
Bulan Desember 2018 di kota magelang terjadi inflasi sebesar 0,36 % dengan IHK
sebesar 132,01 lebih tinggi pada bulan november 2018 yang mengalami inflasi sebesar
0,22% dengan IHK konsumen sebesar 132,01,inflasi di sebabkan kenaikan harga yang
ditunjukan dengan terjadinya kenaikan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar
1,18%,jadi minimum rokok dan tembakau sebesar 0,35% dan pada tahun 2018 inflasi
terbesar terjadi pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 5,67% dan
inflasi terjadi di semua kelompok pengeluaran di kota Magelang .

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 22


Sumber: kota magelang dalam Angka 2019

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 23


Sumber: Kota magelang dalam angka 2019

2. Kondisi Mikro Ekonomi


Pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) memiliki
potensi yang besar dan strategis dalam meningkatkan aktivitas ekonomi daerah,
termasuk dalam penyerapan tenaga kerja daerah. Jumlah koperasi di Kota
Magelang sampai dengan tahun 2018 berjumlah 222 buah yang berarti ada
peningkatan sebesar 5 buah dari tahun 2015 yang berjumlah 217 buah. Pada
tahun 2015 memiliki anggota perorangan sebanyak 40.973 anggota, anggota
koperasi sebanyak 80 anggota dan tenaga kerja 453 karyawan, di tahun 2018
memiliki anggota perorangan sebanyak 58.297 anggota, anggota koperasi sebanyak
79 anggota dan tenaga kerja 399 karyawan. Dari tahun 2015 hingga tahun 2018
jumlah anggota perorangan mengalami kenaikan sebesar 17.324 anggota, anggota
koperasi mengalami penurunan 1 anggota, sedangkan jumlah tenaga kerja juga
mengalami penurunan sebanyak 54 orang. Besar modal dan volume usaha
koperasi meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 modal koperasi Rp.
138.882.115.000,00 meningkat menjadi Rp. 465.629.773.000,00 di tahun 2018
dan volume usaha di tahun 2015 sebesar Rp. 331.561.414.000,00 di tahun 2018
menjadi Rp. 366.810.970.000,00.
Jumlah perusahaan industri kecil formal mengalami kenaikan 18 buah perusahaan
dari tahun 2015 hingga 2018, industri menengah formal naik 2 buah perusahaan.
Banyaknya surat ijin berusaha yang diterbitkan oleh Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) mengalami penurunan dari 361 di tahun
2015 menjadi 226 ditahun 2018 sehingga ada penurunan 135 surat izin. Kinerja
ekspor ada kecenderungan semakin meningkat. Hal ini tercermin dari nilai ekspor
yang meningkat dari US$ 576.270,57 ditahun 2015 menjadi US$ 2.164.541 di
tahun 2018.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 24
Jumlah sentra perusahaan industri kecil meningkat cukup baik dari 283 unit
usaha ditahun 2015 menjadi 632 unit usaha ditahun 2018 dengan jumlah sentra
10 di tahun 2015 yang terdiri dari sentra konveksi di Kramat Selatan dan Kedung
Sari, sentra mainan anak di Jurangombo Utara dan Selatan, sentra tahu ada di Tidar
Campur, Tidar Selatan, Tidar Baru, Trunan dan Kelurahan Magersari, sentra tempe
yang berada di Kedungsari, dan sentra krupuk iris di Potrobangsan. Sedangan pada
tahun 2018 jumlah sentra di Kota Magelang terdapat 13 sentra, yang terdiri dari
sentra industri getuk, sentra industri aneka, sentra konveksi terdapat di Kramat
Selatan dan Kedung Sari , sentra mainan anak terdapat di Jurangombo Utara dan
Selatan, sentra Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan, sentra tahu ada di Tidar
Campur, Tidar Selatan, Tidar Baru, Trunan dan Kelurahan Magersari, sentra tempe
yang berada di Kedungsari, dan sentra krupuk iris di Potrobangsan. Tenaga kerja yang
dapat diserap dari usaha ini juga meningkat dari 712 orang di tahun 2015
menjadi 2.051 orang di tahun 2018 dan jumlah investasi dari tahun 2015 hingga
2018 mengalami penurunan sebesar Rp. 161.223,00, di tahun 2015 jumlah investasi
sebesar Rp. 3.662.100,00 sebesar Rp. 3.500.877,00
Pengembangan potensi Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah tersebut masih
menghadapi berbagai permasalahan dan kendala, diantaranya adalah :
a. Panjangnya proses perijinan.
b. Praktik usaha dan persaingan usaha yang tidak sehat.
c. Lemahnya koordinasi lintas instansi dalam pemberdayaan Koperasi dan
UMKM.
d. Masih lemahnya kelembagaan UMKM.
Permasalahan pokok lainnya yakni masih rendahnya produktivitas yang berakibat
terjadinya kesenjangan antar pelaku Koperasi dan UMKM. Hal ini berkaitan dengan
masih rendahnya kualitas SDM UMKM khususnya dalam bidang manajemen,
organisasi, penguasaan teknologi, pemasaran, serta rendahnya kompetensi
kewirausahaan UMKM. Kondisi yang demikian melemahkan kesiapan bersaing dan
daya adaptasi dalam menghadapi persaingan di kancah perdagangan bebas dan
global. Koperasi dan UMKM juga masih menghadapi masalah keterbatasan akses
ke modal, sehingga menyulitkan dalam usahanya untuk meningkatkan kapasitas
usaha ataupun pengembangan produk-produk yang memiliki nilai tambah dan daya
saing yang tinggi.
3. Kegiatan Sektor Ekonomi (Struktur Perekonomian)
Ciri khas sebuah kota sepenuhnya melekat pada Kota Magelang. Kota ini tidak lagi
memiliki ciri agraris. Hal ini terlihat dari komposisi PDRB Kota dimana lima besar
sektor di kota ini adalah non pertanian. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling
rendah pada tahun 2018 adalah sektor pertanian, Kehutanan dan Perikanan yaitu
sebesar 0,86% . Sektor Kontruksi masih memberikan sumbangan tertinggi terhadap
Ekonomi kota Magelang Yaitu sebesar 16,76 % dengan laju pertumbuhan sebesar
5,10 % .Sektor Industri dan pengolahan Juga merupakan sektor dominan yang
memberikan sumbangan bagi perekonomian kota Magelang sebesar 15,96 dengan
pertumbuhan Rill sebesar 4,32 %

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 25


Sumber : kota Magelang dalam angka 2019

Dari Angka- angka indeks Impisit PDRB dapat di ketahui Kenaikan Harga Dari waktu ke
waktu baik secara Agregat maupun secara sektoral Secara Agregat Indeks implisit Dikota
Magelang Tahun 2018 sebesar 133,38

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 26


Sedangkan Secara sektoral pertumbuhan indeks implisit yang paling cepat atau di atas rata-
rata iindeks implisit kota Magelang pada tahun 2018 terjadi pada sektor kontruksi sebesar
4,15%.Sektor yang berkembang indeks implisitnya yang paling lamban adalah sektor
transportasi dan pergudangan yaitu sebesar 0,81 %.

4. Industri Kecil
Jumlah industri kecil Kota Magelang pada tahun 2017 (data BPS Kota Magelang 2017)
adalah sebanyak 600 unit, dimana sektor industri kecil ini dapat menyerap tenaga
kerja sebanyak 3703 tenaga kerja. Kecamatan yang terbanyak memiliki kegiatan
Industri Kecil adalah Kecamatan Magelang Selatan yaitu 261 industri. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 27


Tabel 2.8. Jumlah Industi Kecil dan Penyerapan Tenaga Kerja

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2018

5. Industri Menengah
Jumlah industri Menengah Kota Magelang pada tahun 2017 (data BPS Kota Magelang
2017) adalah sebanyak 20 unit, dimana sektor industri menengah ini dapat menyerap
tenaga kerja sebanyak 1548 tenaga kerja. Kecamatan yang terbanyak memiliki
kegiatan Industri Menengah adalah Kecamatan Magelang Selatan yaitu 9 industri.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 28


Tabel 2.9. Jumlah Industi Menengah dan Penyerapan Tenaga Kerja

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2018

6. Perusahaan
Jumlah perusahaan menurut sektor yang ada di Kota Magelang saat ini telah mencapai
2512 buah, dengan tenaga yang bisa diserap dari jumlah perusahaan tersebut
mencapai 4989 orang. Tidak hanya itu, dengan adanya perusahaan tersebut, nilai
investasi Kota Magelang pada tahun 2017 mencapai Rp 976.135.000. Selengkapnya
data mengenai Perusahaan dan jumlah karyawan yang berada di Kota Magelang dapat
dilihat pada tabel 2.10

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 29


Tabel 2.10. Perusahaan di Kota Magelang

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2018

7. Hotel dan tempat wisata


Hotel yang saat ini terdapat di Kota Magelang saat ini berjumlah sebanyak 19 buah
yang terdiri dari, hotel bintang 7 buah dan hotel melati 12 buah. Selengkapnya data
mengenai hotel yang berada di Kota Magelang dapat dilihihat pada tabel 2.11

Tabel 2.11. Hotel di Kota Magelang Tahun 2017

Kecamatan Hotel Berbintang Hotel Melati Jumlah

Magelang Selatan 4 3 7

Magelang Selatan 2 6 8

Magelang Utara 1 3 4

Total 7 12 19

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2018


Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 30
Sedangkan tempat wisata yang berada di kota Magelang saat ini berjumlah 9 lokasi yaitu,
taman rekreasi 3 lokasi dan Museum 6 lokasi. Tempat wisata yang ada di Kota Magelang
terpusat pada Kecamatan Magelang Selatan. Selengkapnya data mengenai tempat wisata
yang berada di Kota Magelang dapat dilihat berikut

Tabel 2.12. Tempat Wisata di Kota Magelang Tahun 2017

Kecamatan Taman Rekreasi Museum Jumlah

Magelang Selatan 3 1 4

Magelang Selatan - 4 4

Magelang Utara - 1 1

Total 3 6 9

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2018

2.2.6. Sarana sosial dan kesehatan


1. Kesejahteraan Sosial
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) masih cukup tinggi, yaitu
11,99% dari keseluruhan jumlah penduduk Kota Magelang. Secara lintas sektor,
kesejahteraan sosial para PMKS telah tertangani dengan berbagai upaya
pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi, dan perlindungan sosial, namun dukungan dan
peran stake holder masih sangat diperlukan untuk menanganinya secara profesional
dan berkesinambungan.
Di sisi lain, jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis
Kemiskinan) di Kota Magelang pada tahun 2018 mencapai 9.590 orang (7,87%)
berkurang dibandingkan dengan penduduk miskin pada tahun 2017 yang berjumlah
10.630 orang (8,75%). Garis Kemiskinan di Kota Magelang pada tahun 2018 sebesar
Rp. 476.582,-.
Pengurangan jumlah penduduk miskin ini ditandai dengan peningkatan tenaga kerja di
Kota Magelang. Menurut data dari Kota Magelang dalam Angka tahun 2019, tenaga
kerja yang dapat diserap dari berbagai sektor di Kota Magelang meningkat dari 4989
pekerja pada tahun 2017 menjadi 6875 pekerja pada tahun 2018. Perkembangan
perdagangan, hotel, dan restoran merupakan salah satu sektor paling besar dalam
menyerap tenaga kerja yaitu sebesar 3387 pekerja.
Dalam rangka penanggulangan kemiskinan, disamping sudah dilaksanakan berbagai
program pemberantasan kemiskinan oleh SKPD terkait, juga telah dibentuk Komite
Penanggulangan Kemiskinan (KPK) atau yang sekarang menjadi Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) sebagai lembaga yang mengelola pelaksanaan
penanggulangan kemiskinan di Kota Magelang secara terarah, terencana, terpadu,
komprehensif, dan berkelanjutan dengan menggunakan data base yang sama dalam
menentukan sasaran penerima manfaat. Namun demikian, secara umum, dalam
implementasi di lapangan masih ditemui beberapa kendala antara lain:
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 31
a. Masih lemahnya koordinasi dalam hal: pendataan, pendanaan, dan
kelembagaan.
b. Masih lemahnya koordinasi antar program penanggulangan kemiskinan
antara pemerintah pusat dan daerah, lemahnya integrasi program pada
tahap perencanaan, lemahnya sinkronisasi program pada tahap pelaksanaan,
lemahnya sinergi antar pelaku (pemerintah, dunia usaha, masyarakat
madani) dalam penyelenggaraan keseluruhan upaya penanggulangan
kemiskinan.
c. Masih belum optimalnya kelembagaan di pemerintah, dunia usaha, LSM dan
masyarakat madani dalam bermitra dan bekerjasama dalam penanggulangan
kemiskinan serta penciptaan lapangan kerja.

2. Kesehatan
Sebagai salah satu penentu indeks pembangunan manusia, kualitas kesehatan
antara lain ditentukan oleh derajat kesehatan, perilaku sehat, kesehatan lingkungan,
dan pelayanan kesehatan.
Derajat kesehatan ibu dan anak selalu mendapat perhatian karena masih adanya
kasus-kasus seperti:
a. Kematian bayi, kematian ibu melahirkan dan kematian balita.
b. Berat bayi yang lahir dengan berat badan rendah.
c. Penderita kurang energi protein (KEP) dan status balita dengan gizi buruk.
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat antara lain dilaksanakan melalui RSU,
Puskesmas, Poliklinik, RS Bersalin, Posyandu, dan fasilitas prasarana kesehatan
lainnya. Selain itu secara berkala juga dilakukan pemeriksanaan kualitas lingkungan
di permukiman, penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), pelayanan
Asuransi Kesehatan (Askes) termasuk pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
melalui Askeskin, dan sebagainya.
Pembangunan kesehatan pada waktu yang akan datang secara terus menerus
menghadapi tantangan antara lain :
a. Peningkatan derajat kesehatan yang terus menerus.
b. Peningkatan tuntutan pelayanan yang semakin berkualitas, yang dipengaruhi
oleh jangkauan pelayanan kesehatan Kota Magelang yang telah mencapai
wilayah sekitar.
Tantangan tersebut harus diupayakan antara lain dengan memelihara dan
meningkatkan sarana prasarana pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan
terjangkau. Merata berarti tersebar di seluruh wilayah kota, dan terjangkau berarti
mampu dengan mudah diakses oleh masyarakat baik biaya pengobatan maupun
transportasinya.
Sarana prasarana dimaksud mencakup gedung yang memenuhi persyaratan
standar pelayanan, serta peralatan kesehatannya sesuai jenis pelayanan medis
yang dibutuhkan dengan kualitas yang prima sehingga masyarakat tidak perlu ke
luar daerah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pemenuhan sarana prasarana

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 32


yang telah ada harus diikuti dengan kesadaran sumber daya kesehatan dan
masyarakatnya untuk turut serta memelihara sehingga sarana prasarana tersebut
akan dapat mempunyai umur efektif yang lebih panjang.
Sarana kesehatan yang ada saat ini di seluruh wilayah Kota Magelang dan juga
Meskipun hanya PUSKESMAS Pembantu, sarana kesehatan tersebut telah mampu
membantu masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Sementara fasilitas kesehatan yang ada di kota Magelang saat ini berjumlah 7 unit
yaitu, Rumah Sakit Umum 5 buah, Rumah Sakit Jiwa 1 unit. Selengkapnya lokasi
penyebaran fasilitas kesehatan di Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2.13. Penyebaran Rumah Sakit di Kota Magelang Tahun 2017

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2018

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 33


Untuk sarana kesehatan di Kota Magelang berjumlah 17 unit yang terdiri 5 puskesmas dan
12 puskesmas pembantu. Selain itu, terdapat tenaga kesehatan yang berjumlah 1882 orang
terdiri dari 231 dokter, 187 bidan, dan 1464 perawat. Untuk lebih detail, dapat dilihat pada
tabel 2.14

Tabel 2.14. Penyebaran Sarana Kesehatan di Kota Magelang Tahun 2017

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2018

2.2.7. Sarana Peribadatan


Ketersediaan fasilitas peribadatan di Kota Magelang jika dilihat pada kondisi eksisting yang
ada saat ini sudah sangat mencukupi. Sehingga dalam pengembangannya hanya
berorientasi pada perbaikan atau peningkatan kondisi dari fasilitas peribadatan yang ada.
Pengembangan kawasan peribadatan penting diarahkan di seluruh unit BWK yang ada di
Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 2,80 ha.
Fasilitas peribadatan yang ada di Kota magelang saat ini berjumlah 413 buah yaitu, Masjid
160 buah, Mushola 217 buah, Gereja Katholik 2 buah, Gereja Kristen 26 buah, Wihara 2
buah, Klenteng 2 buah dan fasilitas ibadah lainnya sebanyak 4 buah. Selengkapnya fasilitas
peribadatan yang berada di Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 34


Tabel 2.15. Jumlah Fasilitas Peribadatan di Kota Magelang Tahun 2017

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2018

Sementara pemeluk agama di Kota Magelang pada tahun 2018 didominasi oleh pemeluk
agama Islam yaitu sebanyak 110.302 orang, pemeluk agama Katholik 6.867orang, pemeluk
agama Kristen 12.118 orang, pemeluk agama Budha 597 orang, pemeluk agama Hindu 123
oarang, pemeluk agama Konghucu 9 orang dan pemeluk agama lainnya sebanyak 14 orang.
Selengkapnya data mengenai jumlah penduduk yang memeluk agama masing-masing di
Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 35


Tabel 2.16. Jumlah Pemeluk Agama di Kota Magelang Tahun 2014-2018

Jumlah Pemeluk Agama dan Keyakinan


Agama /Keyakinan
Tahun
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017*
2018**
Islam 110.856 111.610 112.135 110.877 110.302
Kristen 12.711 12.616 12.566 12.276 12.118
Katolik 7.232 7.241 7.165 6.957 6.867
Hindu 149 150 143 124 123
Budha 639 620 628 601 597
Konghucu 8 7 8 8 9
Lainnya 17 17 17 22 14

Sumber : Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Magelang Tahun 2020

2.2.8. Sarana Transportasi


Pengembangan jaringan sistem transportasi di Kota Magelang diarahkan guna mendukung
posisi wilayah Kota Magelang sebagai wilayah yang berbukit-bukit dan guna mendukung
strategi Kota Magelang dalam pemerataan pembangunan khususnya peningkatan kualitas
aksesibilitas antara pedesaan dan perkotaan dengan tujuan meningktakan Sumber daya
Manusia yang ada di kawasan perdesaan.
Jika dilihat secara makro pola jaringan jalan yang ada di Kota Magelang adalah Peningkatan
jalan yang sudah ada, terutama ruas jalan yang menghubungkan antara Kota Magelang
dengan Yogyakarta dan Kota Magelang arah Temanggung menjadi jalan kolektor primer.
Peningkatan dan pembangunan jaringan jalan tersier atau jaringan jalan lokal, yaitu jaringan
jalan yang menghubungkan antar desa-desa yang ada dan antara pusat kecamatan dengan
desa-desa pusat pertumbuhan (DPP) yang ada di masing-masing kecamatan.Percepatan
pelaksanaan pembangunan/peningkatan ruas jalan di Kota Magelang yang dicanangkan
sebagai jalan akses dan pengembangan ke kawasan perdesaan.Keterangan selengkapnya
mengenai rencana pengembangan sistem transportasi di Kota Magelang dapat dilihat pada
gambar berikut.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 36


Gambar 2.4. Peta Infrastruktur Jalan Kabupaten Magelang dan Kota Magelang

Total panjang jalan saat ini di Kota Magelang adalah 118,92km dengan jenis jalan yang
sudah beraspal permukannya, sedangkan kondisi jalan tersebut saat ini adalah, kondisi baik
70,08 km, kondisi sedang 38,98 km dan kondisi rusak 9,15 km serta rusak berat 0,7 km.

Gambar 2.5. Kondisi Sebagian Jalan di Kota Magelang

Selengkapnya data mengenai data jalan dan kondisi jalan yang berada di Kota Magelang
dapat dilihat pada tabel berikut

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 37


Tabel 2.17. Fasilitas Jalan di Kota Magelang

Sumber : Kota Magelang Dalam Angka, 2018

2.2.9. Telepon
Berbicara mengenai telepon tidak lepas dari bidang informasi dan komunikasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi (Iptek) di bidang informasi dan komunikasi mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Kemajuan teknologi memberi kontribusi signifikan
terhadap terjadinya perubahan dan kemajuan di dunia modern. Dengan pesatnya kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi begitu cepat berkembang dan menyebar nyaris
tanpa batas. Ilmu pengetahuan dan teknologi cepat menyebar, ditirukan dan
dimanfaatkan di seluruh penjuru dunia, suatu langkah menuju efektivitas dan efisiensi
yang tinggi. Keluasan dan ketinggian keilmuan ditunjukkan dengan daya respons yang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 38


cepat dan kemampuan dalam menyerap informasi dan melakukan komunikasi timbal
balik dari apa yang tidak diketahui menjadi diketahui.
Berbekal itu selanjutnya dikembangkanlah berbagai bentuk dan macam penerapan, uji
coba (kreasi) dan inovasi, hingga menemukan sesuatu yang baru. Hasil temuan itu
selanjutnya akan berguna apabila ada proses difusi, penyebaran informasi dan
pemanfaatan yang lebih luas. Dalam realitasnya kesadaran akan proses tersebut, baru
dimiliki sebagian kecil masyarakat Kota Magelang. Terlihat dari kemauan dan kemampuan
mengakses internet, mempergunakan e-mail, TV Edukasi dan lain sebagainya untuk
keperluan yang lebih maju dan efisien. Yang terjadi saat ini sistem manual dan tradisional
masih menjadi tradisi, tumpukan berkas dokumen menghabiskan ruang dan biaya.
Media informasi dan komunikasi yang dimiliki pemerintah, dari bentuk majalah ”Dinamika”
hingga website ”Pemerintah Kota Magelang”, ”Desa Buku” dan lain-lainnya dirasa masih
belum cukup memenuhi kebutuhan akan informasi dan komunikasi sebagian
masyarakat Kota Magelang. Di sisi lain, sebaliknya, masyarakat pada umumnya belum
begitu akrab, melihat, mengetahui dan memanfaatkan kemajuan fasilitas hasil rekayasa
teknologi tersebut, yang salah satunya disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan
diseminasi, serta kampanye akan arti pentingnya budaya iptek maupun pemanfaatan
teknologi informasi.Hampir seluruh masyarakat saat ini memeliki telepon seluler, hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan teknologi tersebut dibutuhkan oleh masyarakat.

2.2.10. Kawasan Strategis


Faktor-faktor yang merupakan daya dukung kota, dan yang menjadi potensi bagi
pengembangan kota telah di akomodasi kedalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Kota Magelang Tahun 2005-2025 dan juga dalam dokumen Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Magelang Tahun 2011-2031. Kedua dokumen tersebut menjadi
landasan bagi pengembangan wilayah Kota Magelang, dimana, pengembangan kota
diarahkan untuk bisa lebih merata kesemua wilayah kota.
Potensi Pengembangan wilayah di Kota Magelang, akan lebih diarahkan untuk menjadi kota
jasa. Faktor pendukung sebagai kota jasa, adalah posisi strategis kota yang berada pada
simpul jalur ekonomi dan wisata regional. Kondisi geografis tersebut, yang dipadukan
dengan penataan fisik wajah kota yang sudah dilaksanakan sampai tahun 2012, akan
menjadi potensi yang dominan dalam mempertegas fungsi kota sebagai kota jasa.
Potensi Pengembangan Kota Magelang sebagaimana terdapat dalam Rencana Pola Ruang
Kota Magelang adalah sebagai berikut :

KAWASAN BUDIDAYA
Arahan pengunaan lahan kawasan budidaya Kota Magelang berdasarkan Kota Magelang
Tahun 2011-2031 adalah :
Kawasan Permukiman
Pengembangan kawasan permukiman diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau
BWK yang ada di wilayah Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 701,36 ha. Secara
eksisting perumahan di Kota Magelang memiliki kepadatan yang sangat tinggi, sehingga
pengembangannya dimasa mendatang diarahkan secara vertikal. Selain itu diperlukan juga
pengembangan rumah susun untuk mencukupi kebutuhan perumahan bagi masyarakat yang
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 39
tidak memiliki lahan untuk bermukim. Kawasan yang masih memungkinkan adanya
pengembangan permukiman adalah BWK III dan V.
Kawasan Perdagangan/Jasa
Pengembangan kawasan perdagangan/jasa diarahkan di sekitar jalan arteri primer di BWK
IV khusus untuk perdagangan/jasa skala regional, jalan arteri sekunder di BWK I, BWK II,
BWK IV dan BWK V dan jalan lokal primer/sekunder di BWK I dengan luas keseluruhan ±
120,86 ha.
Kawasan Perkantoran
Fasilitas perkantoran utama yang diarahkan untuk dikembangkan di kawasan perkantoran
antara lain meliputi perkantoran pusat peme-rintahan Kota Magelang, kantor dinas/instansi
pemerintahan Kota Magelang, kantor instansi vertikal di Kota Magelang, kantor pemerin-
tahan kecamatan, maupun sarana perkantoran niaga. Fasilitas/ kegiatan lain yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan ekonomi, sosial dan budaya yang layak dan
dapat dikembangkan di kawasan perkantoran antara lain meliputi kantor pemerintah
kelurahan, kantor niaga dan perbankan, koperasi, kantor jasa, gedung pertemuan, museum,
fasilitas kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, rekreasi/olah raga skala lokal, dan
kegiatan-kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan perkantoran
diarahkan di seluruh unit lingkungan atau BWK yang ada di wilayah Kota Magelang dengan
luas keseluruhan ± 48,76 ha.
Kawasan Pendidikan
Pengembangan fasilitas pendidikan diarahkan menyebar di seluruh unit lingkungan atau
BWK yang ada di wilayah Kota Magelang guna memeratakan sistem pelayanan kepada
masyarakat. dengan luas keseluruhan ± 107,92 ha.
Kawasan Kesehatan
Rencana pengembangan fasilitas kesehatan diarahkan tersebar pada seluruh wilayah
perkotaan guna memeratakan sistem pelayanan kepada masyarakat. Pengembangan
kawasan kesehatan diarahkan di BWK I, BWK II, BWK III dan BWK V dengan luas
keseluruhan ± 42,46 ha.
Kawasan Peribadatan
Ketersediaan fasilitas peribadatan di Kota Magelang jika dilihat pada kondisi eksisting yang
ada saat ini sudah sangat mencukupi. Sehingga dalam pengembangannya hanya
berorientasi pada perbaikan atau peningkatan kondisi dari fasilitas peribadatan yang ada.
Pengemba-ngan kawasan peribadatan penting diarahkan di seluruh unit BWK yang ada di
Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 2,80 ha.
Kawasan Rekreasi/Olah Raga
Rencana pengembangan kawasan rekreasi di Kota Magelang diarahkan dalam dua bentuk,
yaitu rekreasi terbuka dan rekreasi tertutup.
Untuk rekreasi terbuka direncanakan dengan memanfaatkan arena olahraga, lapangan dan
taman-taman kota yang direncanakan ada di setiap pusat kawasan sebagai sarana interaksi
sosial bagi masyarakatnya. Untuk rekreasi yang tertutup direncanakan berbentuk sarana
rekreasi bioskop, tempat olahraga, arena permainan dan sebagainya. Fasilitas rekreasi
tersebut berada pada kawasan pusat kota dan sub pusat kota, serta kawasan perdagangan
terutama yang berupa pasar swalayan. Sarana (fasilitas) rekreasi/olah raga yang diarahkan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 40


untuk dikembang-kan di kawasan rekreasi/olah raga antara lain meliputi objek wisata,
taman, stadion, gedung olah raga, dan sarana rekreasi/olah raga lain.
Fasilitas dan/atau kegiatan lain yang mendukung perikehidupan dan penghidupan ekonomi,
sosial dan budaya yang layak dan dapat dikembangkan di kawasan rekreasi/olah raga
antara lain fasilitas rekreasi/olah raga skala lokal, kesehatan skala lokal, peribadatan skala
lokal, gedung pertemuan, gedung kesenian/ pertunjukan, dan kegiatan-kegiatan lain yang
layak peruntukannya. Pengembangan kawasan rekreasi olah raga diarahkan di BWK II, BWK
III dan BWK V dengan luas keseluruhan ± 89,39 ha.
Kawasan Industri/Perdagangan
Dalam penataan ruang untuk industri di wilayah Kota Magelang ini, diprioritaskan untuk
sedang dan industri kecil/rumah tangga yang rata-rata berkembang dikawasan permukiman,
sehingga perlu diatur dengan dukungan penyediaan prasarana sarana seperti pengelolaan
limbah dan showroom sekaligus outlet sebagai sarana promosi dan pemasaran.
Pengembangan kawasan industri/ perdagangan diarahkan di BWK IV dengan luas
keseluruhan ± 68,03 ha.
Kawasan Militer
Kawasan militer, sebagaimana kondisi yang ada saat ini, di luar kawasan-kawasan milik TNI
yang pemanfaatannya untuk fungsi non kemiliteran lain (seperti lapangan golf, gedung
pertemuan A. Yani, gelanggang remaja dan lainnya) berada di BWK II, BWK III dan BWK V
dengan luas keseluruhan ± 151,05 ha.
Kawasan Pertanian
Pengembangan kawasan pertanian diarahkan di BWK II, BWK III, BWK IV dan BWK V dengan
luas keseiuruhan ± 185,56 ha.
Kawasan Terbuka Non Hijau
Adapun RTNH yang ada di Kota Magelang, meliputi : plasa, parkir, lapangan olahraga, tempat
bermain dan rekreasi, pembatas (median jalan), dan koridor rumah. Pengembangan RTNH
merupakan salah satu alternatif untuk penganti RTH yang bisa di terapkan pada kawasan-
kawasan padat di Kota Magelang.
Kawasan Transportasi (Terminal)
Sarana (fasilitas) terminal yang diarahkan untuk dikembangkan di kawasan terminal antara
lain meliputi terminal regional, terminal angkutan kota dan terminal barang. Fasilitas
dan/atau kegiatan lain yang mendukung perikehidupan dan penghidupan ekonomi, sosial
dan budaya yang layak dan dapat dikembangkan di kawasan terminal antara lain fasilitas
perdagangan skala lokal (kios), kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, dan kegiatan-
kegiatan lain yang layak peruntukannya. Pengembangan kawasan terminal diarahkan di BWK
I, BWK II dan BWK IV dengan luas keseluruhan ± 4,85 ha.
Kawasan Pemakaman
Kawasan pemakaman merupakan kawasan budidaya yang mempunyai fungsi utama dan
satu-satunya sebagai tempat pemakaman umum ataupun taman makam pahlawan.
Pengembangan kawasan pemakaman diarahkan di seluruh unit lingkungan atau BWK yang
ada di Kota Magelang dengan luas keseluruhan ± 35,65 ha.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 41


Kawasan Khusus Sektor Informal
Pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL secara umum dapat
dikembangkan di daerah-daerah yang merupakan simpul-simpul perdagangan, memiliki
tingkat aksesibilitas untuk dijangkau dengan berjalan kaki, ruang terbuka aktif, daerah-
daerah yang memiliki tingkat keramaian dan merupakan area bebas yang cukup luas dan
memiliki potensi untuk dikunjungi penduduk sebagai lokasi untuk bersantai dan melepas
lelah. Arahan pengembangan kawasan khusus sektor informal untuk PKL dapat
dikembangkan dan ditata di kawasan Jalan Jenggolo dengan melakukan penutupan akses di
malam hari di Jalan Pajajaran dan Jalan Pajang. Kawasan khusus ini diperuntukan bagi
pedagang kuliner khas Kota Magelang dan sekitar (yang berupa makanan unggulan).
Sedangkan area untuk mewadahi PKL di waktu siang hari adalah di sepanjang jalan Pemuda
dengan memanfaatkan
jalur lambat. Pedagang yang diwadahi adalah yang berjualan barang aksesories serta
kerajinan khas Kota Magelang, dan barang yang bersifat barang kering. Pengembangan PKL
di sebelah utara Kota Magelang akan diakomodasi di Kawasan Armada Estate dengan
membuka waktu berjualan di siang dan malam hari di sekitar tanah kosong milik Armada
Estate. Secara spasial rencana pola ruang Kota Magelang dapat dilihat pada Peta Rencana
Pola Ruang Kota Magelang dibawah.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 42


Gambar 2.6. Peta Rencana Pola Ruang Kota Magelang
Sumber : Dokumen Perencanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Kota Magelang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 43


2.3. TRADISI DAN BUDAYA

Dari seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Tengah terlihat bahwa hanya 38% atau kurang dari 13
Kabupaten Kota yang sudah memiliki kebijakan terkait dengan pelestarian dan
pengembangan adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat, sedangkan 62% atau
22 Kabupaten /Kota belum memiliki kebijakan terkait dengan pelestarian dan
pengembangan adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya masyarakat. Masih tingginya
presentase kabupaten dan kota yang belum memiliki kebijakan yang dimaksud
menunjukkan bahwa masih rendahnya konsentarasi kabupaten/kota dalam mengatur dan
mengelola pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai-nilai sosial budaya
masyarakat segi pembuatan kebijakan. Belum adanya kebijakan di beberapa
Kabupaten/Kota seperti di atas diakibatkan beberapa alasan yang cukup beragam atara
lain; sedang dalam proses pembuatan, sedang menyiapkan draf SK Bupati tentang
pembentukan kelompok kerja pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial
budaya masyarakat, belum menerima Permendagri tentang kerja pelestarian dan
pengembangan adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat , kemudian masih
mengandalkan pelaku budaya yang ada di daerah.
Urusan Kebudayaan diindikasikan dalam 7 indikator yang mencakup 7 target. Ketujuh
indikator tersebut, terdistribusi ke dalam 1 indikator yang termasuk dalam sasaran
terdatanya lembaga/ kelompok seni dan budaya, 4 indikator yang termasuk dalam sasaran
meningkatnya pembinaan lembaga/ kelompok seni dan budaya, serta 2 indikator yang
termasuk dalam sasaran terpeliharanya museum dan peninggalan purbakala serta cagar
budaya.
Indikator yang kinerjanya telah tercapai adalah: jumlah festival seni dan budaya, jumlah
gedung kesenian, jumlah museum yang dikelola, dan Jumlah Benda, Situs dan Kawasan
Cagar Budaya yang dilestarikan. Sedangkan indikator yang akan tercapai yaitu jumlah
kelompok seni dan budaya, rasio kelompok seni dan budaya yang dibina, dan frekuensi temu
pelaku seni dan budaya.
Apabila ditinjau per sasaran, sasaran terdatanya lembaga/ kelompok seni budaya dengan
indikator jumlah kelompok seni dan budaya di Kota Magelang dikategorikan akan tercapai
dengan capaian 162 kelompok dari target 163 kelompok pada tahun 2013 dan 165
kelompok pada tahun 2015. Kelompok seni dan budaya di Kota Magelang meliputi
kelompok-kelompok drum band, kubro siswo, kuntulan, ketoparak, jathilan, wayang orang,
dagelan/ lawak, karawitan, orkes keroncong, samproh/ kasidah, orkes melayu, group band,
grup tari, seni lukis/seni rupa, tari jawa tradisional, wayang kulit, dalang, dekorasi, seni
pahat, dan campursari.
Sasaran meningkatnya pembinaan lembaga/ kelompok seni dan budaya dengan 4 indikator,
dengan capaian 2 indikator telah tercapai yaitu jumlah festival seni dan budaya dan jumlah
gedung kesenian, sedangkan 2 indikator lainnya akan tercapai yaitu rasio kelompok seni dan
budaya yang dibina dan frekuensi temu pelaku seni dan budaya.
Festival seni dan budaya yang diikuti delegasi Kota Magelang pada tahun 2013 sebanyak 4
kali sesuai dengan target yang ditetapkan, yaitu pengiriman duta seni dan budaya dari Kota
Magelang pada Apeksi di Palangkaraya, Parade Seni di Semarang, Pentas Seni di PRPP Jawa
Tengah di Semarang dan Parade Seni di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 44


Disamping itu, berbagai atraksi kesenian dan budaya seperti Wayang Kulit, Kuntulan, Jatilan
dan Topeng Ireng juga ditampilkan dalam rangkaian Prosesi Hari Jadi Kota Magelang yang
diselenggarakan selama bulan April setiap tahunnya. Pemerintah Kota Magelang setiap
tahun juga memfasilitasi pengembangan seni dan budaya melalui pentas seni 17 kelurahan
yang diselenggarakan pada saat even-event tertentu.Namun demikian, berbagai potensi seni
budaya di Kota Magelang selama ini belum dikemas dalam atraksi yang atraktif dan
menarik.Berbagai seni dan budaya Kota Magelang apabila dikelola dan dikemas dalam
atraksi yang menarik dan atraktif dalam event seni dan budaya dengan skala regional
berpotensi menjadi atraksi yang menarik untuk mengundang wisatawan berkunjung ke Kota
Magelang dalam rangka mensukseskan Ayo ke Magelang Tahun 2015.Dalam upaya
pengembangan seni budaya, kalangan pengusaha dan swasta Kota Magelang juga perlu
diberikan peran serta baik dalam penyelenggaraan event maupun mendukung pendanaan.
Untuk mengembangkan dan melestarikan berbagai seni dan budaya yang berkembang saat
ini, dan juga untuk memfasilitasi sarana prasarana pementasan berbagai karya seni dan
budaya, Kota Magelang saat ini sudah memiliki Gedung Kesenian yang menempati areal eks
gedung Sasana Bumi Kyai Sepanjang. Selain gedung kesenian sebagai sarana pementasan
berbagai karya seni dan budaya, berbagai pentas seni dan budaya juga diselenggarakan di
gedung pertemuan seperti Gedung Wiworo Wiji Pinilih, Gedung Wanita, Gedung Tri Bhakti
dan juga dilaksanakan di ruang terbuka publik seperti Alun-Alun maupun di Taman Kyai
Langgeng.
Capaian rasio kelompok seni dan budaya yang dibina pada tahun 2013 sebesar 18,52% di
bawah target sebesar 22%. Dari 162 kelompok seni dan budaya di Kota Magelang, pada
tahun 2013 telah dibina 30 kelompok seni dan budaya, termasuk kelompok seni dan budaya
yang ada di kelurahan-kelurahan. Di tengah derasnya pengaruh budaya asing yang terkadang
tidak sesuai dengan norma dan budaya bangsa dan berpotensi merusak moral dan akhlak
bangsa, seni dan budaya Kota Magelang perlu terus dibina dan dikembangkan agar dapat
lestari dan memperkuat jati diri masyarakat Kota Magelang serta menjadi aset yang
berhargabagi Kota Magelang. Pembinaan kelompok seni dan budaya yang dilaksanakan
selama ini belum optimal,salah satunya disebabkan keterbatasan sumber daya manusia di
bidang seni dan budaya. Terkait dengan indikator frekuensi temu pelaku seni dan budaya di
Kota Magelang pada tahun 2013 telah terlaksana sebanyak 2 kali yaitu sarasehan
penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Kemah Budaya di Selo.
Sasaran terpeliharanya museum dan peninggalan purbakala serta cagar budaya dengan 2
indikator kesemuanya telah tercapai.Pemerintah Kota Magelang melalui Dinas Pemuda,
Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata mengelola Museum Jenderal Sudirman. Sedangkan
jumlah benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan pada tahun 2013 sama
dengan tahun sebelumnya dan memenuhi target yaitu sebanyak 36 buah. Ketiga puluh
enam benda, situs dan kawasan cagar budaya tersebut diantaranya adalah Mapolresta,
Gereja Naktius, Gereja Bayeman, Gedung Bundar, Gedung Eks Karesidenan Kedu, dan lain-
lain dengan klasifikasi mempunyai nilai historis dan berumur lebih dari 50 (lima puluh)
tahun.
Sebagian besar benda cagar budaya tersebut dimiliki oleh masyarakat dan Instansi/
Lembaga di luar Pemerintah Kota Magelang, sehingga seiring perkembangan jaman, banyak
bangunan dan benda cagar budaya rentan beralih fungsi bahkan dibongkar untuk dijadikan
peruntukan lainnya seperti untuk kegiatan usaha, jasa atau kegiatan lainnya.
Pengelolaan benda cagar budaya yang dilaksanakan di Kota Magelang selama ini belum
optimal. Dalam upaya perlindungan dan pelestarian berbagai benda cagar budaya, pada
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 45
tahun 2013 telah disyahkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2013 tentang pelestarian
Benda Cagar Budaya. Sebagai tindak lanjut dan untuk operasional Perda tersebut, maka
pada tahun 2014 direncanakan disusun Peraturan Walikota. Berbagai benda, bangunan,
situs yang tergolong benda cagar budaya perlu diinventarisir sesuai dengan kriteria.Selain
inventarisasi benda cagar budaya, diperlukan pula mekanisme pelestarian berbagai benda,
situs dan kawasan cagar budaya baik yang dikelola pemerintah maupun masyarakat.
Mekanisme pelestarian itu dapat berupa fasilitasi pemerintah kepada masyarakat dalam
bentuk stimulan ataupun reward bagi masyarakat agar secara sadar berpartisipasi menjaga
dan melestarikan berbagai benda, situs, dan kawasan cagar budaya.
Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pada tahun 2015 adalah peningkatan kualitas
sumber daya manusia seni dan budaya, pembinaan seni dan budaya serta fasilitasi
penyelenggaraan berbagai even seni dan budaya yang dikemas secara atraktif dan menarik
serta berskala regional untuk mendukung dan mensukseskan program Ayo ke Magelang
Tahun 2015. Pelestarian dan pengelolaan Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya perlu
lebih dioptimalkan, promosi seni dan budaya daerah perlu ditingkatkan dengan
memanfaatkan berbagai media dan tekhnologi informasi. Selain itu perlu diantisipasi
terjadinya degradasi nilai-nilai moral, etika, budaya dan jati diri bangsa sebagai akibat
pengaruh kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan budaya bangsa dan berpotensi
merusaktatanan norma dan budaya bangsa.
Di Kota Magelang memiliki eksistensi adat istiadat dan budaya lokal. Adapun banyak dan
bentuk nilai adat istiadat dan budaya local yang ada di Kota Magelang antara lain sebagai
berikut :
Nyadaran, Ruwat Bumi, Selapanan, Bersih Desa, Sungkeman, Shilaturahmi, Slametan,
Sambatan, Acara Kelahiran, Perkawinan, Peringatan Bulan Jawa, Ritual masyarakat Padusan
dll.
Bayi : Mitoni, Tingkeban, Tedak siti.
Orang meninggal: Peringatan satu hari, tiga hari, empat puluh hari, seratus hari, seribu hari.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 46


2.4. SARANA KESEHATAN LINGKUNGAN

Kesehatan lingkungan sangat didukung oleh sanitasi yang baik dan itu penting bagi
kehidupan masyarakat maupun keberlangsungan kehidupan sebuah negara dan
menggambarkan kompleksitas permasalahan sanitasi, tidak hanya terkait permasalahan
fisik perkotaan namun juga permasalahan non-fisik, dan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan di sebuah wilayah. Fakta saat ini menunjukkan bahwa perbaikan fisik tidak
serta merta
mengarah pada perbaikan kesehatan apabila tidak disertai perbaikan non-fisik berupa
perilaku higienis dari masyarakat. Maka segala upaya yang dilakukan pemerintah tidak akan
berhasil tanpa adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan sektor sanitasi. Upaya perbaikan kondisi sanitasi mensyaratkan kerjasama
antara berbagai pemangku kepentingan terkait, utamanya masyarakat dengan pemerintah,
untuk mendapatkan hasil pembangunan yang efektif dan efisien.
Di Indonesia, upaya perbaikan kondisi sanitasi telah dilakukan pemerintah beberapa tahun
terakhir, hingga akhirnya lahir Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
(PPSP).
Kota Magelang merupakan salah satu kota yang dilibatkan, terintegrasi dengan pemerintah
provinsi dan pusat. Pada tingkat provinsi, koordinasi dilakukan dengan Pokja Provinsi
sedangkan pada tingkat pusat koordinasi kebijakan dilakukan oleh komisi pengendali dan
tim teknis pembangunan sanitasi yang menyatukan semua pemangku kepentingan utama
dari lingkungan pemerintah (BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam
Negeri, Departemen Keuangan, Kementrian Lingkungan Hidup dan Departemen
Perindustrian) dan didukung oleh mitra pembangunan Indonesia dan lembaga donor
internasional dibawah payung kelompok donor sanitasi. Di Kota Magelang, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah berperan sebagai koordinator pembangunan sektor
sanitasi dibantu instansi terkait lainnya.
Terkait dengan PPSP, terdapat beberapa dokumen yang perlu disusun Kota Magelang secara
berurutan yaitu Buku Putih dan dilanjutkan SSK (Strategi Sanitasi Kota). Buku Putih Sanitasi
pada hakekatnya merupakan gambaran karakteristik dan kondisi sanitasi, serta prioritas/
arah pengembangan kabupaten/ kota dan masyarakat saat ini. Kegunaan Buku Putih ini
merupakan dokumen yang memuat data dasar (baseline) kondisi sanitasi Kota Magelang
saat ini sebagai dasar penyusunan SSK pada tahap selanjutnya.
Melihat latar belakang di atas maka Buku Putih memegang peran penting dalam PPSP dan
pembangunan sanitasi pada umumnya, untuk pencapaian Millenium Development
Goal’s(MDG’s) dari sektor Lingkungan, Kesehatan dan Ekonomi demi mewujudkan
pembangunan berkelanjutan. Validitas dan reliabilitas dokumen buku putih akan
menentukan ketepatan prioritas dan lokasi pembangunan sanitasi sehingga pada akhirnya
menentukan keefektifan program. Apabila terjadi sebaliknya maka program pembangunan
yang dilakukan menjadi salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan riil masyarakat dan pada
akhirnya tidak mampu mengatasi permasalahan
sanitasi. Untuk itu diperlukan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan yang terlibat.
Pemerintah Daerah dapat bersinergi dalam rangka mengawal kegiatan ini secara bersama–
sama dengan harapan dapat memenuhi target Kinerja Kelembagaan secara kuantitatif
maupun kualitatif.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 47


Melihat kondisi Masyarakat di Kota Magelang terkait dengan pola hidup bersih dan sehat
tersebut masih beragam kondisinya, hal ini terkait dengan kondisi Sosial Ekonomi masing –
masing Wilayah, kondisi Geografis Wilayah dan akses terhadap program Pemerintah Kota
Magelang Bidang Sanitasi yang implementasinya bisa dalam bentuk fisik berupa :
a. Pembangunan saluran air, turap, gorong – gorong, WC umum, dsb oleh DPU atau
Program Pembangunan berbasis Masyarakat (PNPM, SLBM, PKP, dsb) yang
pendanaannya dari APBN atau Lembaga Donor .
b. Pengelolaan sistem persampahan, limbah rumah tangga dan drainase lingkungan oleh
Pemerintah Kota Magelang dalam rangka mendukung Masyarakat untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat.
Adapun kegiatan non fisik saat ini juga telah di koordinir serta digalakkan oleh beberapa
SKPD yang merupakan bagian dari tugas pokok dan fungsinya seperti :
a. Kegiatan Bersih Lingkungan yang digalakkan oleh BPMPKB
b. Gertak oleh Dinas Kesehatan, dsb.
c. Penyuluhan KB secara rutin kepada Masyarakat
d. Pengecekan air bersih rumah tangga dari wabah nyamuk Malaria dan Demam berdarah
oleh para Jumantik secara berkala
e. Pemilahan sampah secara intensif oleh para Jumilah (juru pemilah sampah) yang
dikoordinir oleh Kantor LH
f. Konsistensi terhadap pelayanan kesehatan masyarakat oleh puskesmas induk dan
pembantu sesuai dengan jadwal yang berlaku ( pukul 07.00 – 15.30 WIB), hal ini tentu
berbeda dengan kondisi di Daerah lain yang pada umumnya hanya berlaku jadwal
setengah hari (pukul 07.00 – 12.00 WIB)
Sebagai usahanya untuk mewujudkan Kota yang Bersih dan sehat tentu ada banyak hasil
yang telah dicapai oleh Kota Magelang antara lain yakni :
a. Kota Magelang meraih penghargaan Adipura Kencana pada tahun 2014.
b. Setiap minggu seluruh warga Kota Magelang melakukan kegiatan bersih – bersih
c. Berdasarkan pantauan dari Dinas Kesehatan, hanya sedikit warga yang belum
mengakses Jamban Pribadi maupun Jamban Umum.
Namun demikian, masih juga ada permasalahan terkait dengan aspek kebersihan dan
kesehatan ini yakni :
a. Rendahnya kesadaran pada sebagian masyarakat terhadap pola hidup bersih sehat.
b. Sistem pengelolaan limbah rumah tangga yang tidak komprehensif sehingga meskipun
secara fisik memiliki MCK namun buangan limbahnya masuk ke sluran drainase tanpa
adanya pengolahan terlebih dahulu.
c. Belum adanya regulasi terkait dengan pengelolaan air limbah domestik.
Kondisi sanitasi di Kota Magelang dibeberapa sector adalah sebagai berikut :
1. Tatanan Sanitasi Sekolah

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 48


Kondisi Sanitasi di Sekolah sudah tergolong cukup baik, hal ini terkait dengan Sumber Air
Bersih yang pada umumnya diperoleh dari PDAM dan Sumur Pompa Tangan, Jumlah
Toilet/WC yang cukup memadai, dan dibersihkan secara rutin oleh petugas kebersihan pada
masing – masing Sekolah. namun ada beberapa permasalahan yang sampai saat ini belum
dapat terselesaikan adalah :
a. kesadaran siswa untuk membuang sampah pada tempatnya,
b. promosi hygiene pada sekolah – sekolah untuk membangun kesadaran dan prinsip –
prinsip etika dalam menjaga kebersihan, terlebih adalah membangun pola pikir dalam
rangka menumbuhkan jiwa inovatif di kalangan siswa Sekolah dibidang sanitasi
lingkungan.
Secara umum telah tersedia fasilitas sanitasi di Sekolah/ Pesantren baik dari sumber air
bersih, jumlah toilet, persediaan sabun dan petugas kebersihan namun belum memiliki
tempat kencing, hanya sekitar 40% dari Sekolah yang ada tersebut yang memiliki tempat
kencing.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 49


2.5. PENGEMBANGAN KOTA

2.5.1. Rencana Pengembangan Kota


2.5.1.1. Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri
dari
pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh,
sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan
permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal.Program
pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari:
a. Pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan Rusunawa.
b. Peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH.
Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman juga berupa
kegiatan non-fisik yaitu penyusunan SPPIP dan RPKPP.
Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan
a. Infrastruktur kawasan permukiman kumuh
b. Infrastruktur permukiman RSH
c. Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

Gambar 2.7. Alur Program Pengembangan Permukiman

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 50


Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari
kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
A. Umum
▪ Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
▪ Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
▪ Kesiapan lahan (sudah tersedia).
▪ Sudah tersedia DED.
▪ Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP, Masterplan Kws.
Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
▪ Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah untuk
pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
▪ Ada unit pelaksana kegiatan.
▪ Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.
B. Khusus
Rusunawa
▪ Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA dalam Rangka penanganan Kws.
Kumuh
▪ Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD
▪ lainnya
▪ Ada calon penghuni
RIS PNPM
▪ Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra.
▪ Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya.
▪ Tingkat kemiskinan desa >25%.
▪ Wali Kota menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5% dari
BLM.
Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk
penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang
Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1)
ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana,
sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman,
serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan,
dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut
kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta
Karya meliputi sebagai berikut:
A. Vitalitas Non Ekonomi
a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
b. Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 51
c. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki indikasi
terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu
hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.
d. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai
indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan
dan kepadatan penduduk.
B. Vitalitas Ekonomi Kawasan
a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota, apakah
apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis.
b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan faktor
ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan
kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat
aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau
fungsi lainnya.
c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan
permukiman kumuh.
2.5.1.2. Penataan Bangunan dan Lingkungan
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai
bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan
lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik
bangunan gedung dan lingkungannya.
Program dan Kegiatan untuk sektor PBL Kota Magelang mengacu pada Lingkup Tugas Din
PU untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah
dijelaskan pada Sub.Bab 4. 4.2.1.
Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi:
A. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman
Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan
prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan
Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di
perkotaan.
a. RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan)
RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun
suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan
ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan
program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan,
rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian
pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana
Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi:
• Program Bangunan dan Lingkungan;
• Rencana Umum dan Panduan Rancangan;

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 52


• Rencana Investasi;
• Ketentuan Pengendalian Rencana;
• Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.
b. RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran
RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan
dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas
peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada
bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi
pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan
lingkungannya terhadap bahaya kebakaran.
Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan
meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran system proteksi kebakaran pada
bangunan gedung dan lingkungannya.
RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem
Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK
memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi
terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan
bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada
masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual
(NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang
terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan
harta benda.
c. Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional / Bersejarah
Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan
Permukiman Tradisional adalah:
• Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah.
• Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia,
lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat.
• Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin
kelangsungan kegiatan. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak
mungkin aspirasi masyarakat, selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan
teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
d. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14
tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang.Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan
Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya
melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan.
Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada Tabel 2.29, yang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 53


dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan
sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.
Tabel 2.18. SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

B. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara


Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi:
a. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan
keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan
kemudahan).
b. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara.
c. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan.
Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah
negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga
perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung.

C. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan


Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan
adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program
Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan).P2KP merupakan program pemerintah yang
secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan
masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan
kelompok peduli setempat.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 54
Identifikasi kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan Kota Magelang untuk
jangka waktu 5 tahun ke depan dengan mengacu pada program dan capaian Renstra
Nasional dan RPJMD, sebagaimana tergambarkan pada tabel berikut
Tabel 2.19. Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

2.5.1.3. Bangunan dan Lingkungan


Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari:
a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman.
b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara.
c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan kemiskinan.
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
(PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain
rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan
kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta
pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset
proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapanuntuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
a. Penyusunan RanPerda Bangunan Gedung.
b. Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas
Kriteria KhususFasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman
Berbasis Komunitas:

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 55


▪ Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan.
▪ Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM
Pronangkis-nya.
▪ Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota.
▪ Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat.
▪ Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
c. Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kriteria Lokasi :
▪ Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006.
▪ Kawasan terbangun yang memerlukan penataan.
▪ Kawasan yang dilestarikan/heritage.
▪ Kawasan rawan bencana.
▪ Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/
budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central
business district).
▪ Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota.
▪ Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah,
swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau
pengembangan wilayahnya.
▪ Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
▪ Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.
d. Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan
Permukiman Tradisional/ Bersejarah
Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen
kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan
serta DAED/DED.
Kriteria Umum:
o Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL (jika
luas kws perencanaan > 5 Ha) atau.
o Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah (jika luas
perencanaan < 5 Ha).
o Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah,
swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau
pengembangan wilayahnya.
o Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus
Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan:
o Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis;
o Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas;

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 56


o Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota;
o Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat;
o Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus
Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau:
o Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman.
o (RTH Publik);
o Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat
terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No.
o 26/2007 tentang Tata ruang);
o Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas
wilayah kota;
o Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat;
o Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
Kriteria Khusus
Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah:
o Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten);
o Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan estetis;
o Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai;
o Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
o Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
e. Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK):
o Ada Perda Bangunan Gedung;
o Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang;
o Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi
o Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg Tata
Ruang;
o Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
o Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
f. Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman
Tradisional/Ged Bersejarah:
o Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-
Bersejarah;
o Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya;
o Ada DDUB;

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 57


o Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran;
o Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional, diutamakan
pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat
yang menyentuh unsur tradisionalnya;
o Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
o Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
g. Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:
o Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal
o SK/peraturan bupati/walikota);
o Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan
o DPRD);
o Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun;
o Ada lahan yg disediakan Pemda;
o Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat;
o Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.
h. Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan:
o Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan;
o Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan, terminal,
stasiun, bandara);
o Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat
o (taman, alun-alun);
o Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

2.5.2. Rencana Pengembangan Kawasan Prioritas


Dalam perencanaan detail suatu kawasan perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang
terkait dengan kebijakan dengan wilayah yang lebih umum yang ada keterkaitannya.
Pertimbangan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan tinjauan regional ini
merupakan dasar-dasar dari perumusan RTRW Kota Magelang.Memperhatikan profil
pembangunan dan hasil analisis pengembangan struktur ruang, dipahami bahwa
merumuskan kembali kebijakan struktur ruang telah merupakan suatu kebutuhan
yang tidak dapat ditunda lagi. Berkaitan dengan perumusan tersebut, terdapat
beberapa hal yang penting untuk dipertimbangkan dalam mensinergikan kebijakan
struktur dalam rangka optimalisasi pemanfaatan sumber daya, Isue-isue strategis
yang ada di wilayah Kota Magelang, antara lain :
1. Semakin berkurangnya aktivitas ekonomi di Kota Magelang (Beralih ke daerah lain)
Misal: di Pasar Gotong Royong dan Pasar Rejowinangun akibat proses rehabilitasi
yang lama.
2. Pengembangan sarana prasarana wilayah kerjasama antara Kota Magelang
dengan kabupaten Magelang seperti Pengembangan TPA regional dan kawasan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 58


transportasi terpadu untuk mendukung perkembangan di wilayah yang berkaitan.
3. Kawasan pusat Kota (CBD) akan tetap menjadi pusat orientasi pembangunan
dalam kurun waktu 20 tahun ke depan untuk melayani aktivitas regional, kota dan
lokal setempat dan berungsi sebagai pusat aktivitas bisnis utama di Kota
Magelang.
4. Kawasan Pusat Transportasi dan Pergudangan di Soekarno-Hatta sebagai sarana
perpindahan moda angkutan antar regional antar kota-provinsi akan mempunyai
percepatan pembangunan tertinggi di Kota Magelang. Kawasan tersebut akan
mempengaruhi perubahan fungsi lahan di sekitarnya seperti layanan jasa,
perbengkelan, penginapan transit dan lain sebagainya.
5. Kawasan Sidotopo sebagai pusat bisnis baru di Kota Magelang (Pusat
Perdagangan, rekreasi/pariwisata, pendidikan dengan skala pelayanan lokal dan
regional).
6. Kawasan GOR Samapta sebagai wahana rekreasi dan olahraga skala regional.
7. Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar sebagai pusat perdagangan modern
dan tradisional skala regional.
8. Kawasan Kebonpolo sebagai pusat perdagangan kota dengan memadukan antara
kegiatan perdagangan dan transportasi.
9. Kawasan Gunung Tidar sebagai kawasan lindung diluar kawasan hutan (paru-paru
Kota).
10. Kawasan wisata bangunan kuno sebagai alternatif pengembangan sektor jasa
untuk mendukung peran Kota Magelang (MICE).
Mengacu kepada dasar pertimbangan tersebut diatas, strategi pembangunan
perkotaan Kota Magelang sampai dengan tahun 2031 sebagai berikut :
1. Pembagian zona pembangunan berdasarkan dominasi karakter fisik dan kegiatan,
serta rentang kendali (span of control) pembangunan oleh pemerintah terkait.
2. Pengaturan fungsi kota.
3. Pengamanan kawasan lindung.
4. Pengurangan ketergantungan kepada Kabupaten Temanggung, Kabupaten
Magelang, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.
5. Pengaturan dan pengarahan lokasi pengembangan jaringan infrastruktur regional.

Pembagian Zona Pembangunan


Untuk mengembangkan wilayah Kota Magelang agar tidak terpusat di Kota Magelang,
maka fungsi Kota Magelang perlu disebarkan ke berbagai bagian wilayah. Untuk itu
dilakukan pembagian zona berdasarkan fungsi yang akan dikembangkan di masing-
masing zona tersebut. Aktivitas yang akan dikembangkan berdasarkan fungsinya
diarahkan kepada lokasi-lokasi yang bukan merupakan kawasan lindung dan lahan
sawah serta lahan yang belum terbangun.
Dalam ruang lingkup regional, Perwilayahan Pelayanan Kecamatan-kecamatan yang
berada di Kota Kota Magelang secara hirarkis mencakup seluruh wilayah administrasi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 59


Kota Magelang. Konsepsi pengembangan dari konsep dasar tersebut mencakup Dalam
ketentuan peraturan zonasi Kota Magelang ditentukan untuk setiap zona pada lima
BWK yang ada. Zona yang ditetapkan pada tiap BWK adalah zona komersial, zona
perumahan, zona fasilitas pelayanan, zona industri, zona RTH, zona pertanian dan zona
lindung.zona pelayanan yang mengikuti kecenderungan pola penggunaan lahan dan
ketersediaan sarpras dan utilitas kawasan yang terbentuk antara lain :
1. Zona Komersil
2. Zona Perumahan
3. Zona Fasilitas Pelayanan
4. Zona Industri
5. Zona RTH
6. Zona Pertanian
7. Zona Lindung

Zona Komesial, dimana perumahan yang ada pada kawasan ini adalah :
− K1 – Perumahan kampung
− K2 – Perumahan deret
− K3 – Perumahan kopel
− K4 – Perumahan tunggul
− K5 – Rumah dinas
− K6 – Rumah susun

Jenis rumah yang diperbolehkan pada zona ini berupa :


− Perdagangan : warung, toko, dan pertokoan serta aneka jenis jasa.
− Adapun kegiatan yang diIzinkan secara bersyarat di zona ini, diantaranya kegiatan :
pendidikan dan kesehatan. Maksud dari bersyarat ini yaitu bahwa kegitan
pendidikan dan kesehatan ditinjau lagi dari segi jangkauan pelayanan atau
maksud pembangunannya, kemudahan akses sebagian besar masyarakat, serta
memperhatikan kebutuhan skala besar.
− Kegiatan komersial pada jalan kolektor primer tidak diperkenankan berupa pasar
tradisional maupun perdagangan retail dengan skala yang besar.

− Alokasi kegiatan berdasar fungsi jalan adalah :


o Jalan kolektor primer : diperbolehkan, kecuali pasar tradisional dan pusat
belanja.
o Jalan kolektor sekunder : diperbolehkan, kecuali perdagangan grosir dan pasar
tradisional, ditentukan bersyarat.
o Jalan lokal sekunder : diperbolehkan dengan luas fasilitas maksimum 200 m2.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 60


o Jalan lingkungan : diperbolehkan dengan luas fasilitas maksimum 100 m2.

Zona Perumahan, dimana perumahan yang ada pada kawasan ini adalah :
− R1 – Perumahan kampung
− R2 – Perumahan deret
− R3 – Perumahan kopel
− R4 – Perumahan tunggul
− R5 – Rumah dinas
− R6 – Rumah susun
Jenis rumah yang diperbolehkan berupa :
− Rumah tinggal : semua jenis perumahan, sedang rumah deret (R2) dan rumah
susun (R6), pada kawasan dengan intensitas kepadatan bangunan tinggi. Jenis
rumah susun masih diperbolehkan pada semua BWK.
− Kegiatan komersial : hanya diperkenankan berupa jenis kegiatan perdagangan dan
jasa dengan skala lingkungan, misal kios, warung, praktek dokter, wartel.
− Fasilitas pelayanan : hanya diperkenankan berupa jenis kegiatan pelayanan
dengan skala lingkungan, misal TK, SD, tempat pembayaran listrik/PBB, dan
sebagainya.
− RTH : semua jenis RTH diperkenankan.
− Pertanian : semua jenis kegiatan pertanian diperkenankan.
Jenis kegiatan yang diperbolehkan terbatas adalah :
− Kegiatan perdagangan berupa toko.
− Semua kegiatan pelayanan yang diperkenankan.
Jenis kegiatan yang diperbolehkan bersyarat adalah :
− Kegiatan pelayanan maupun komersial yang mempunyai intensitas kegitan tinggi.

Zona Fasilitas Pelayanan, yang termasuk fasilitas pelayanan adalah fasilitas


pendidikan, fasilitas kesehatan, dan fasilitas peribadatan. Jenis fasilitas pada zona ini
adalah :
− FP1 – Pelayanan skala regional/kota
− FP2 – Pelayanan skala kota
− FP3 – Pelayanan skala BWK/kecamatan
− FP4 – Pelayanan skala blok/kelurahan
− FP5 – Pelayanan skala sub blok/lingkungan
Kegiatan yang diizinkan adalah :
− Semua jenis fasilitas pelayanan dengan mempertimbangkan jenis dan fungsi jalan.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 61


− FP4 dan FP5 dapat berada di jalan lokal, sedangkan FP1, FP2 dan FP3, minimal
berada pada jalan kolektor.
− Fasilitas pendidikan, ditentukan bersyarat untuk fasilitas pendidikan dengan luas
lebih dari 200 m2 ditentukan bersyarat.

Zona Industri, yang diperbolehkan adalah jenis indutsri non polutan.


Semua jenis industri dengan mempertimbangkan jenis dan fungsi jalan, berkaitan
dengan jumlah orang maupun mobil yang menggunakan ruas jalan terkait.
Semua jenis industri tidak diperkenankan berada pada jalan lingkungan, minimal
berada pada jalan lokal sekunder.
Zona RTH, dimana jenis RTH meliputi :
− H1 – RTH skala kota
− H2 – RTH skala BWK/kecamatan
− H3 – RTH skala blok/kelurahan
− H4 – RTH skala sub blok/lingkungan
Ketentuan pada zona RTH ini adalah :
− Semua jenis fungsi dengan bangunan gedung tidak diperkenankan pada zona ini,
kecuali bangunan penunjang zona.

2.5.3. Kawasan Lindung


Arahan pengunaan lahan kawasan lindung Kota Magelang berdasarkan RTRW Kota
Magelang Tahun 2011-2031 adalah:
a. Kawasan Perlindungan Setempat yang meliputi : sempadan sungai dan ruang terbuka
hijau (hutan kota). Kota Magelang memiliki kawasan hutan lindung dan hutan wisata
yang keberadaannya sangat penting untuk memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau
kota, yaitu kawasan konservasi Gunung Tidar. Kelestarian Gunung Tidar perlu di jaga
dan dipertegas fungsinya, jika tidak semakin lama kawasan ini akan semakin
mengalami degradasi lingkungan, menginggat letak kawasan ini sangat strategis dinilai
dari sudut pandang investasi.
b. Kawasan Rawan Bencana Longsor merupakan kawasan yang diidentifikasi sering dan
berpotensi tinggi mengalami bencana longsoran. Daerah-daerah yang termasuk
kawasan rawan bencana longsor di Kota Magelang meliputi daerah yang terdapat di
sekitar DAS Progo dan Elo.
2.5.4. Laju Perubahan Tata Guna dan Fungsi Lahan
Pemanfaatan ruang bertujuan mewujudkan keseimbangan dan keselarasan pembangunan
antar wilayah sesuai dengan fungsi yang diemban, serta daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup guna mendukung struktur tata ruang yang telah direncanakan.
Prinsip pembentukan sistem Kota Magelang adalah:
a. Membatasi daerah perkotaan untuk tidak meluas dan tidak beraturan,
b. Menjaga keberadaan Kawasan Lindung,
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 62
c. Mengintegrasikan fungsi dan pusat pelayanan di kota-kota di luar Kota Inti (Kota
Magelang), dalam rangka menyebarkan pusat pertumbuhan dan mengurangi beban
Kota Inti.
Laju penggunaan lahan terbangun di Kota Magelang mempunyai kecenderungan
meningkat khususnya untuk jenis guna lahan perumahan permukiman, dari total lahan
terbangun seluas 1.485,92 ha lebih dari 50% merupakan lahan perumahan permukiman
dan untuk jasa, perusahaan atau industri sekitar 23% lainnya merupakan prasarana
perkotaan. Pola sebaran penggunaan lahan baru untuk permukiman lebih banyak
mengikuti pola sebaran permukiman lama, sedang untuk jasa, perusahaan atau industri
lebih cenderung mengikuti pola jaringan jalan utama pada lapis pertama.Dengan
keterbatasan sumber daya tanah yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Magelang,
dihadapkan pada kendala dalam pemanfaatan lahan oleh masyarakat maka perlu
dilakukan pembatasan dan pengaturan dalam tata guna lahan, sehingga penggunaan
lahan akan sesuai dengan peruntukannya.
Dari luas lahan Kota Magelang sekitar 1.812 Ha kurang lebih 1.504 ha atau 80% dari
luas wilayah telah bersertifikat (HGB/HP/HM) dan sekitar 70 % dari lahan tersebut
digunakan untuk perumahan permukiman. Kepemilikan lahan oleh masyarakat
diperkotaan yang didasarkan pada luasan dan lokasi yang strategis masih didominasi
oleh kepemilikan modal yang kuat, sehingga masyakat yang hanya mempunyai modal
terbatas makin tersingkir kepinggiran yang berakibat munculnya permukiman yang
kumuh (slum area) di wilayah-wilayah padat Kota Magelang.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 63


Tabel 2.20. Capaian Indikator Kinerja Sasaran RPJMD Kota Magelang Tahun 2016-2021 pada Akhir Tahun 2018
INDIKATOR Capaian Target Realisasi Kinerja 2018
No TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
TUJUAN 2017 2018 Kinerja Capaian
1 Meningkatkan sumber daya manusia aparatur yang berkualitas dan profesional dengan mengoptimalkan kemajuan teknologi sebagai dasar terciptanya pemerintahan daerah yang bersih serta
tanggap terhadap pemenuhan aspirasi masyarakat, mampu meningkatkan dan mengelola potensi daerah dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelayanan kepada masyarakat didukung partisipasi
masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
1 Mewujudkan reformasi Indeks 1 Terwujudnya aparatur sipil 1 Persentase pegawai berkinerja baik 82,63% 97,00% 83,52% 86,10%
birokrasi dan tata kelola Reformasi negara yang profesional dan
2 Capaian SPM Kota Magelang 86,09% 70,00% 93,24% 133,20%
pemerintahan dengan Birokrasi organisasi perangkat daerah
aparatur professional dan yang efektif dilengkapi 3 Persentase pengelolaan kearsipan 47,00% 52,00% 53,29% 102,48%
berintegritas dengan norma standar dan persandian sesuai standar
pelayanan minimal dan
standar operasional
prosedur
2 Meningkatnya akuntabilitas 1 Nilai Opini BPK atas LKPD WTP WDP WTP 100,00%
kinerja penyelenggaraan 2 Indeks EKPPD 3,215 3,10 3,20 103,34%
pemerintahan serta
penegakan hukum dan HAM 3 Hasil implementasi SAKIP 55,78 56,00 60,05 107,23%
tanpa diskriminasi 4 Persentase pelaksanaan PATEN di 65,08% 55,00% 67,69% 123,06%
kecamatan
a KMU 64,48%
b KMT 63,72%
c KMS 74,86%
5 Persentase penyusunan produk 100,00% 100,00% 100,00% 100,00%
hukum yang difasilitasi
2 Mewujudkan Indeks 1 Terwujudnya pemerintahan 1 Persentase PD dengan nilai 48,28% 60,60% 62,07% 102,43%
penyelenggaraan Kepuasan dengan pelayanan publik pelayanan baik
pemerintahan dan Masyarakat yang responsive
pelayanan publik yang
2 Optimalisasi pemanfaatan 1 Persentase PD menerapkan e-Gov 100,00% 90,00% 100,00% 111,11%
responsif melalui
Teknologi Informasi dan 2 Persentase pelayanan berbasis 100,00% 70,00% 100,00% 142,86%
optimalisasi tehnologi
Komunikasi untuk teknologi informasi
informasi
mendukung layanan Smart
City dalam pemerintahan
dan pelayanan publik
3 Terwujudnya perencanaan 1 Persentasi capaian sasaran 93,18% 93,00% 0,00%
daerah partisipatif berbasis pembangunan dalam RPJMD, RKPD,
data yang akurat dan Renstra, Renja
akuntabel
2 Persentase Publikasi data dan 90,99% 70,00% 97,81% 139,73%

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 64


INDIKATOR Capaian Target Realisasi Kinerja 2018
No TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
TUJUAN 2017 2018 Kinerja Capaian
statistik sektoral yang dimanfaatkan
dalam perencanaan pembangunan
3 Mewujudkan pengelolaan Rasio 1 Peningkatan sumber 1 Derajat Otonomi Fiskal 34,80% 29,82% 37,47% 125,65%
potensi daerah dan Kemandirian pendapatan daerah dan
2 Rasio ketergantungan keuangan 61,18% 69,67% 63,12% 90,60%
pembangunan daerah Keuangan efisiensi pengelolaan
daerah terhadap dana pusat
secara patisipatif dan Daerah keuangan dan asset daerah
demokratis untuk
melayani aspirasi
masyarakat secara
berkeadilan
4 Mewujudkan peningkatan Cakupan PD 1 Meningkatnya kemampuan 1 Persentase usulan masyarakat yang 60,00% 62,00% 62,00% 100,00%
kuantitas dan kualitas yang pemerintah mendorong diakomodir dalam APBD
partisipasi masyarakat mempunyai partisipasi masyarakat dan
2 Cakupan PD yang mempunyai mitra 58,62% 65,52% 66,00% 100,73%
dalam rangka memajukan mitra dengan kemitraan
dengan forum warga
kualitas hidup masyarakat forum warga
3 Persentase perkembangan kerjasama 8,82% 3,96% 35,14% 887,25%
daerah
Persentase 1 Meningkatnya kemampuan 1 Persentase Swadaya Masyarakat 87,24% 47,00% 74,06% 157,57%
Swadaya partisipasi masyarakat dalam program pembangunan yang
Masyarakat dalam pembangunan diselenggarakan bersama pemerintah
dalam program
pembangunan 2 Meningkatnya kualitas dan 1 Jumlah prestasi pemuda/ organisasi
yang kuantitas partisipasi pemuda yang berprestasi di kancah
diselenggaraka pemuda dalam ajang regional, nasional dan internasional:
n bersama prestasi tingkat regional,
a. Regional 6 5 21 420,00%
pemerintah nasional dan internasional
b. Nasional - 2 - 0,00%
c. International - - 0,00%
2 Jumlah prestasi Olahraga di tingkat
regional, nasional dan internasional
a. Regional 125 10 37 370,00%
b. Nasional 19 5 12 240,00%
c. International 19 2 1 50,00%
2 Mengembangkan dan mengelola sarana perkotaan dan sarana pelayanan dasar di bidang pendidikan, kesehatan dan perdagangan yang lebih modern serta ramah lingkungan.
1 Meningkatkan sarana Indek 1 Meningkatnya pemerataan 1 Rata-rata lama sekolah 9,14 10,46 10,29 98,37%
pendidikan, kesehatan, Pembangunan dan kualitas layanan 2 Persentase sekolah berstandar
dan perdagangan untuk Manusia pendidikan menuju nasional

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 65


INDIKATOR Capaian Target Realisasi Kinerja 2018
No TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
TUJUAN 2017 2018 Kinerja Capaian
meningkatkan kualitas masyarakat cerdas dan a. SD 41,33% 45,66% 57,14% 125,14%
pembangunan manusia berdaya saing
b. SMP 72,73% 75,00% 78,26% 104,35%
3 Angka Melek Huruf 98,57% 97,99% 98,77% 100,80%
4 Persentase kunjungan perpustakaan 81,10% 74,25% 84,85% 114,28%
5 Jumlah kunjungan perpustakaan 107.260 98.500 112.230 113,94%
2 Meningkatnya kualitas 1 Persentase fasilitas pelayanan 97,00% 77,00% 100,00% 129,87%
sarana dan layanan kesehatan terakreditasi (7 RS, 5
kesehatan masyarakat Puskesmas, 1 Lab Kesda)
2 Angka Harapan Hidup 76,66 76,76 76,66 99,87%
3 AKI/ 1.000 KH 192,43 120,00 130,98 109,15%
4 AKB/ 1.000 KH 12,18 14,00 13,10 93,55%
5 AKABA 1,924 0,150 0,151 99,34%
6 Prevalensi Balita Gizi Buruk 0,21 0, 0,24 129,17%
7 Angka Kesakitan DBD 54,65 50,00 42,74 116,99%
8 Angka Prevalensi Kasus TB 105,00 104,00 150,55 69,08%
9 Angka Prevalensi HIV AIDS pada 0,03% 0,05% 0,02% 250%
penduduk usia 15-49 tahun
1 Persentase Rumah Tangga dengan 95,96% 97,00% 97,99% 101,02%
0 perilaku hidup bersih dan sehat
3 Meningkatnya kontribusi 1 Kontribusi sektor perdagangan pada 16,43% 17,11% 104,14%
sektor industri usha mikro, PDRB
perdagangan dan jasa
lainnya bagi perekonomian
daerah
4 Terwujudnya sarana 1 Persentase sarana prasarana 50,00% 30,00% 50,00% 166,67%
prasarana pendidikan, penyedia layanan pendidikan menuju
kesehatan dan perdagangan standar inklusivitas (universal design)
yang maju mendukung Kota
Magelang modern
2 Persentase sarana prasarana 10,00% 20,00% 50,00% 250,00%
penyedia layanan kesehatan menuju
standar inklusivitas (universal design)
3 Persentase sarana perdagangan milik 20,00% 20,00% 60,00% 300,00%
Pemerintah Kota Magelang menuju

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 66


INDIKATOR Capaian Target Realisasi Kinerja 2018
No TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
TUJUAN 2017 2018 Kinerja Capaian
standar inklusivitas (universal design)
2 Mewujudkan IKLH: Indeks 1 Meningkatnya Kualitas 1 Indeks Kualitas Air 46,47 75,70 52,00 68,69%
pembangunan Kualitas Lingkungan Hidup
2 Indeks Kualitas Udara 85,67 70,50 84,91 120,45%
berkelanjutan menuju Lingkungan
smart environtment Hidup 3 Indeks Tutupan Vegetasi 57,24 48,80 38,22 78,32%
4 Volume sampah yang dibuang ke 249,66 155,70 287,70 54,12%
TPSA (m3)
2 Meningkatnya Ruang 1 Persentase Ruang Terbuka Hijau
Terbuka Hijau
a. Privat 19,11% 10,00% 19,10% 191,00%
b. Publik 19,60% 18,42% 19,62% 106,51%
3 Terwujudnya sistem 1 Cakupan masyarakat yang paham 4,92% 9,38% 39,28% 418,7%
pencegahan, pengendalian mitigasi bencana
dan penanggulangan
2 Cakupan pembentukan rintisan 5,88% 11,76% 11,76% 100,00%
bencana
kelurahan tangguh bencana
4 Pemanfaatan lahan 1 Rasio bangunan ber-IMB per satuan 24,00% 25,00% 24,14% 96,56%
berkelanjutan sesuai bangunan
regulasi tata ruang
3 Meningkatkan pemerataan pembangunan infrastruktur perkotaan untuk mendukung pemerataan pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
1 Meningkatkan 1. Indeks Gini 1 Menurunnya kesenjangan 1 Rasio Infrastruktur Perkotaan dalam 82,62% 83,00% 85,34% 102,82%
pemerataan 2. Indeks wilayah dan kesenjangan kondisi baik
pembangunan Williamson antar kelompok pendapatan
infreastruktur untuk
2 Terpenuhinya kebutuhan 1 Presentasi penyediaan perumahan 100,00% 11,50% 80,00% 695,65%
mengurangi kesenjangan
prasarana dan sarana dasar bagi Masyarakat
wilayah dan pemerataan
yang berkeadilan dan sesuai 2 Tercapainya 100 - 0 -100
aksesibilitas
rasio kebutuhan masyarakat
a. Persentase jumlah Kepala 87,88% 97,30% 93,78% 96,38%
Keluarga yang terlayani air minum
b. Luas kawasan kumuh (Ha) 67,40 12,12 37,16 32,62%
c. Rasio Rumah Tangga yang masih 3,73% 2,00% 3,01% 66,45%
BABS
3 Prosentase RTLH 65,76% 2,30% 11,61% 19,81%
3 Terwujudnya sistem 1 Tingkat keselamatan lalu lintas dan 7,78% 8,50% 8,49% 99,88%
transportasi dan lalu lintas angkutan jalan
yang baik, ramah lingkungan
dan berkeadilan
2 Meningkatkan 1. 1 Meningkatnya kondusifitas 1 Pertumbuhan investasi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 67


INDIKATOR Capaian Target Realisasi Kinerja 2018
No TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
TUJUAN 2017 2018 Kinerja Capaian
pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan iklim investasi, daya saing a. Pertumbuhan nilai investasi PMA 0,19% 5,00% 5,90% 118,00%
dan Pengendalian laju Ekonomi dan kesejahteraan ekonomi
inflasi mendukung 2. Laju Inflasi masyarakat b. Pertumbuhan nilai investasi PMDN 16,85% 15,00% 169,26% 1128,40
penurunan kesenjangan %
antar kelompok 2 Meningkatkan produktivitas 1 Prosentase sarana prasarana 75,00% 80,00% 80,00% 100,00%
pendapatan daerah dan ekonomi kreatif perekonomian milik Pemerintah Kota
Magelang dalam kondisi baik
2 Cakupan inovasi yang ditindaklanjuti 30,84% 29,00% 37,10% 127,94%
3 Meningkatnya ketahanan 1 Ketersediaan pangan utama beras 13.637 12.882 13.820 107,28%
pangan (ton)
3 Menurunkan 1. Tingkat 1 Meningkatnya lapangan 1 Persentase penyerapan tenaga kerja 65,00% 65,00% 65,00% 100,00%
pengangguran dan Pengangguran kerja
kemiskinan Terbuka (TPT) 2 Meningkatnya 1 Persentase Penurunan PMKS 9,61% 16,00% 5,07% 31,69%
2. Angka kesejahteraan sosial,
Kemiskinan penurunnya jumlah keluarga
miskin dan PMKS
4 Mengendalikan laju Angka 1 Terkendalinya laju 1 Rata-rata Jumlah Anak dalam 2 2 2 101,48%
pertumbuhan penduduk Pertumbuhan pertumbuhan penduduk dan Keluarga
untuk kesejahteraan Penduduk daya dukung lingkungan
masyarakat
5 Meningkatkan kesetaraan 1. IPG 1 Menurunnya kesenjangan 1 Persentase partisipasi perempuan di 6,37% 20,00% 20,00% 100,00%
gender 2. IDG gender lembaga pemerintah
2 Persentase partisipasi perempuan di 14,06% 23,00% 23,00% 100,00%
lembaga swasta
3 Rasio KDRT 0,035% 0,055% 0,110% 200,00%
4 Mengembangkan potensi budaya dan kesenian daerah sebagai landasan pengembangan dan pembangunan pariwisata Kota Magelang
1 Mewujudkan pelestarian Persentase 1 Pertumbuhan jenis kesenian 1 Persentase kelompok seni budaya 15,00% 14,50% 17,41% 120,07%
budaya dan kesenian kelompok seni dan adat budaya yang yang difasilitasi/ dibina dan
daerah budaya yang dikembangkan dan situs dikembangkan
difasilitasi/ cagar budaya yang
2 Perlindungan situs atau bangunan 35 10 35 350,00%
dibina dan dilestarikan
cagar budaya
dikembangkan
2 Mengembangkan dan Kontribusi 1 Pertumbuhan daya tarik 1 Jumlah Wisatawan
mengelola destinasi pendapatan destinasi pariwisata yang a. Nusantara (orang) ####### 1.138.140 1.309.326 115,04%
wisata sektor potensial
pariwisata b. Mancanegara (orang) 17.162 5.193 6.359 122,45%
terhadap PAD

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 68


INDIKATOR Capaian Target Realisasi Kinerja 2018
No TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA
TUJUAN 2017 2018 Kinerja Capaian
5 Memperkuat kehidupan beragama dan toleransi antar umat beragama melalui penyelenggaraan kegiatan-kegiatan keagamaan dan peningkatan sarana-prasarana peribadatan sebagai landasan
terbangunnya masyarakat madani
1 Menyiapkan landasan Prosentase 1 Terbentuknya karakter 1 Prosentase penurunan penyakit 1,06% 3,00% 3,18% 106,01%
masyarakat madani yang penurunan religius dalam kehidupan masyarakat
harmonis dan kolaboratif penyakit bermasyarakat sebagai
berlandaskan tata nilai masyarakat landasan moral dan etika
religius pembangunan
2 Terwujudnya lingkungan 1 Angka kriminalitas 13,31 12,64 12,54 100,79%
kondusif yang mendukung
stabilitas daerah serta 2 Prosentase penurunan kasus narkoba 6,00% 3,00% 3,00% 100,00%
memberikan rasa aman bagi 3 Angka kriminalitas yang tertangani 9,70% 12,00% 9,43% 78,58%
masyarakat
4 Tingkat Kerukunan hidup umat antar 100,00% 100,00% 100% 100,00%
suku, adat, ras dan agama
2 Mewujudkan kondusivitas Rasio tempat 1 Terpenuhinya kebutuhan 1 Rasio tempat ibadah per satuan 3,22% 3,00% 3,31% 110,33%
iklim kebebasan ibadah per masyarakat dalam penduduk
beragama dan beribadat satuan peribadatan
2 Ketersediaan kelembagaan pusat – 1 0 0,00%
menuju tata kehidupan penduduk
pusat keagamaan (religious centre)
kota yang tertib, aman,
dan nyaman

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 2 - 69


3. GAMBARAN SPAM EKSISTING KOTA MAGELANG BAB 3
GAMBARAN SPAM
EKSISTING KOTA
MAGELANG

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - lxx


3.1. UMUM

3.1.1. Profil Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)


Kota Magelang lahir pada zaman Hindia Belanda dengan nama GementeeMagelang.
Pembentukan Gementee Magelang bersumber pada Installing Ordonantie tanggal 1 Februari
1906, seperti yang dimaksudkan padastaatsblad tahun 1906 nomor 125 tanggal 1 Maret
1906 dan dinyatakanberlaku pada tanggal 1 April 1906.
Mengingat air merupakan kebutuhan yangsangat penting bagi seluruh warga
masyarakatGamentee Magelang umumnya dan warga negara Belanda yang ada di
Gementee Magelang khususnya, makapemerintah saat itu mendirikan proyek air minum di
Kota Magelang.
Berdasarkan peraturan pemerintah daerah yang dikenal sebagai“Verordening Voorde
Gementelijke Drinkwater Leideng” Magelangtanggal 9 Oktober 1923/13 Desember 1923
yang diundangkan dalamJavsche Courant tanggal 11 Januari 1924 nomor 4, maka
pengolahan airminum Gementee Magelang merupakan bagian dari program pemerintah
setempat.
Dengan beralihnya hak pemerintah Belanda ke Indonesia, makabadan pengelola ini berganti
nama menjadi Dinas Air Minum. Jadikedinasan Air Minum Magelang merupakan kelanjutan
dari apa yang telahdilakukan pada Zaman Hindia Belanda. Selanjutnya dengan
adanyaperkembangan-perkembangan pengelolaan Air Minum di Kota Magelang, maka
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 270 tahun 1978 dandiperbaharui dengan Peraturan
Daerah Nomor 2 tahun 1989, kedinasanAir Minum Kota Magelang berubah statusnya
menjadi Perusahaan DaerahAir Minum. Kota Magelang. Sebagai Perusahaan Milik Daerah,
maka Perusahaan Daerah Air Minum Daerah Tingkat II Magelang diberi wewenang untuk
mengelola danmengusahakan sumber-sumber air minum yang ada, dengan tujuan
untukmeningkatkan daya guna dan daya kerja perusahaan daerah yang bergerakdibidang
penyediaan air minum sebagai satu unit kegiatan ekonomi yangberfungsi untuk
menyelenggarakan kemanfaatan umum (public utility).
KPDAM Kota Magelang melayani air minum masyarakat dengan sistemperpipaan.
Komponen sistem penyediaan air minum terdiri dari unit airbaku, unit produksi, unit
transmisi, unit distribusi dan unit pelayanan.Didalam pelayanannya, PDAM Kota Magelang
melayani wilayah kotaMagelang dan wilayah kabupaten Magelang.
Dasar pengelolaan PDAM Kota Magelang adalah sebagai berikut :
A. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang Nomor 270 Tahun 1978
tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Daerah Tingkat II
Magelang.
B. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Perubahan Pertama atas Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang
Nomor 270 Tahun 1978 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya
Daerah Tingkat II Magelang.
C. Peraturan Daerah Kota Magelang No. 10 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua atas
Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Magelang Nomor 270 Tahun 1978

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 2


tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Daerah Tingkat II
Magelang.
D. Peraturan Daerah Kota Magelang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Organ dan
Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum
E. Peraturan Daerah Kota Magelang No. 6 Tahun 2016 tentang Perusahaan Umum Daerah
Air Minum Kota Magelang

3.1.2. Sistem Penyediaan Air Minum


Kota Magelang termasuk ke dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo-Opak-Serang. Sumber
air di Kota Magelang dapat digolongkan dari air pemukaan dan air tanah. Air permukaan
berupa sungai dan saluran irigasi.Sedangkan potensi air tanahnya relatif bervariasi dengan
kedalaman antara 5 meter sampai dengan lebih dari 20 meter.
Untuk kebutuhan air bersih Kota Magelang sampai saat ini bergantung pada sumber-sumber
air yang ada di luar wilayah Kota Magelang yaitu dari mata air yang berada di wilayah
Kabupaten Magelang dan satu-satunya mata air yang berada di Kawasan Kota Magelang
adalah Mata Air Tuk Pecah. Sumber mata air yang dimanfaatkan untuk kebutuhan air bersih
di Kota Magelang saat ini adalah :
A. Mata air Wulung sebesar 60 lt/det.
B. Mata air Kalegen sebesar 40 lt/det.
C. Mata air Kalimas sebesar 210 lt/det
D. Mata air Kanoman sebesar 175 lt/det
E. Mata air Tuk Pecah sebesar 100 lt/det
Di kawasan Kota Magelang juga terdapat 2 (dua) saluran air yaitu: (i) Kali Bening (Kali Kota),
dan (ii) Kali Progo Manggis. Saluran tersebut juga dapat berfungsi sebagai saluran irigasi
teknis.
Berdasarkan Laporan Penyehatan PDAM hingga saat ini PDAM Kota Magelang melayani tiga
(3) wilayah pelayanan yaitu :
A. Wilayah Utara
Merupakan wilayah di bagian utara Kota Magelang yang pelayanannya meliputi:
a. Kelurahan Kramat
b. Kelurahan Kedungsari
c. Sebagian Kelurahan Magelang
d. Kelurahan Wates
e. Kelurahan Potrobangsan
B. Wilayah Tengah
Merupakan wilayah di bagian tengah Kota Magelang yang pelayanannya meliputi:
a. Kelurahan Magelang bagian tengah dan selatan
b. Kelurahan Panjang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 3


c. Kelurahan Gelangan
d. Kelurahan Kemirirejo
e. Kelurahan Cacaban
f. Kelurahan Rejowinangun Utara
g. Kelurahan Rejowinangun Selatan
h. Sebagian Kecamatan Bandongan (wilayah Kabupaten Magelang)
C. Wilayah Selatan
Merupakan wilayah di bagian selatan Kota Magelang yang pelayanannya meliputi:
a. Kelurahan Rejowinangun Selatan
b. Kelurahan Jurangombo
c. Kelurahan Tidar
d. Magersari
e. Sebagian Kecamatan Mertoyudan (wilayah kabupaten)

3.1.3. Cakupan Pelayanan


PDAM Kota Magelang sebagai instansi penyedia jasa air minum mempunyai daerah
pelayanan yang tersebar dalam 3 kecamatan di Kota Magelang dan sebagian wilayah
Kabupaten Magelang yang terlewati pipa PDAM Kota
Magelang. Bardasarkan data dari PDAM Kota Magelang, pada akhir tahun 2017 melayani
sekitar 26.252 pelanggan di wilayah Kota Magelang. Jumlah penduduk yang terlayani
sebanyak 107.772 jiwa atau 84,58% dari jumlah penduduk Kota Magelang sebanyak
130.857 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang dilayani Program Pansimas dari tahun
2013 – 2017 sebanyak 3,440 jiwa.
Tabel 3.1. Cakupan Pelayanan PDAM Kota Magelang
TAHUN
NO URAIAN
2013 2014 2015 2016 2017
1 Jumlah Penduduk Kota
Magelang (jiwa) 130.836 131.688 132.240 132.662 130.857
2 Jumlah Penduduk Yang
Dilayani Pansimas (jiwa) 3.440 3.440 3.440 3.440 3.440
3 Jumlah Penduduk Wilayah
Teknis PDAM (jiwa) 127.396 128.248 126.800 129.222 127.417
4 Jumlah Penduduk Yang
Terlayani (jiwa) 97.020 100.416 101.676 103.280 107.772
5 Cakupan Pelayanan (%) 76,16 78.30 78,94 79,92 84,58
6 Jumlah Sambungan Kota
Magelang (SR) 23.785 24.289 24.652 25.103 26.252
Sumber: PDAM Kota Magelang, 2018

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 4


3.1.4. Jumlah Pelanggan PDAM
Jumlah pelanggan PDAM Kota Magelang berdasarkan kategori pelanggan dari tahun 2013-
2017 mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Gambar 3.1. Jumlah dan Pertumbuhan Pelanggan PDAM Kota Magelang 2013 - 2017
Sumber: PDAM Kota Magelang, 2018

Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat kenaikan jumlah pelanggan
PDAM sekitar 1-4 %. Kenaikan terbesar pada tahun 2017 dengan 4,58% pelanggan.Pada
tahun 2017 kategori pelanggan yang terbanyak adalah kategori pelanggan rumah tangga
sebanyak 50.201 (89,04%), yang terkecil sebesar 0,05% adalah kategori pelanggan khusus.

Tabel 3.2. Tabel Jumlah Kategori Pelanggan PDAM Kota Magelang Tahun 2013 – 2017

Tahun %
No Kategori Pelanggan
2013 2014 2015 2016 2017 2017

1 Rumah Tangga 21.110 21.602 21.966 22.360 23.501 89.52%

2 Sosial 324 329 333 346 355 1.35%

3 Instansi Pemerintah 511 518 532 539 538 2.05%

4 Niaga 1.739 1.738 1.722 1.760 1.762 6.71%

5 Industri 22 21 21 19 19 0.07%

6 Pelanggan Khusus 79 81 78 79 77 0.29%

Jumlah 23.785 24.289 24.652 25.103 26.252 100.00%

Sumber: PDAM Kota Magelang, 2018

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 5


3.1.5. Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Air
A. Kualitas Air
Berdasarkan Laporan Hasil Audit Kinerja PDAM Kota Magelang No. LEV-121/PW12/4/2018
tanggal 25 Mei2018, kualitas air PDAM Kota Magelang belum memenuhi syarat yang
ditetapkan dalam Peraturan MenteriKesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tanggal
19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minumdisebabkan karena PDAM belum
memiliki fasilitas treatment (WTP) dan jaringan yang mengolah air bakumenjadi air minum
disebabkan keterbatasan dana/investasi.
Berdasarkan hasil audit, PDAM Kota Magelang melakukan pengawasan kualitas air minum
oleh pihak eksternalpada tahun 2017 sebanyak 115 sampel yang terdiri dari :
a. 15 sampel dilakukan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BBTKL PP) Yogyakarta di lokasi sumber air dengan pengujian 31 parameter
(23 parameter wajib dan 12 parameter tambahan) dengan hasil pemeriksaan 2 sampel
(13,33%) tidak sesuai persyaratan yaitu pH dan zat organik,
b. 110 sampel dilakukan oleh UPT Laboratorium Kesehatan dengan pengujian 2 parameter
yaitu coliform dan e-coli, dengan hasil 55 sampel (50%) tidak sesuai persyaratan.

B. Kuantitas Air
Tabel di bawah ini menunjukkan jumlah pemakaian air dari tahun 2013-2017 cenderung
meningkat.Jumlah pemakaian air pelanggan pada tahun 2013 sebanyak 8.337.056 m3 dan
tahun 2017 sebanyak9.431.745 m3. Dari tahun 2013-2017, jumlah pemakaian air
mengalami kenaikan sebanyak 1.094.689m3, atau naik 13,13% selama 4 tahun.
▪ Berdasarkan pemakaian air pada tahun 2017 dapat dirinci sebagai berikut :
▪ Pemakaian rata-rata per pelanggan tiap tahun : 322,02 m3/pelanggan/tahun
▪ Pemakaian rata-rata per pelanggan tiap bulan : 26,83 m3/pelanggan/bulan
▪ Pemakaian rata-rata per pelanggan RT tiap tahun : 228,83 m3/pelanggan RT/tahun
▪ Pemakaian rata-rata per pelanggan RT tiap bulan : 19,05 m3/pelanggan RT/bulan
▪ Pemakaian rata-rata tiap orang tiap tahun : 57,17 m3/orang/tahun (jumlah pelanggan
RT dihuni 4 orang)
▪ Pemakaian rata-rata tiap orang tiap hari : 156,60 liter/orang/hari
Kuantitas air yang didistribusikan oleh PDAM Kota Magelang telah memenuhi kebutuhan
rata-rata/bulan/rumahtangga sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 71 Tahun
2017 tentang Perhitungan dan Penetapan Tarif Air Pasal 1 ayat (10) “Standar kebutuhan
pokok air minum adalah kebutuhan air sebanyak 10 meterkubik/kepala keluarga/bulan atau
60 liter/orang/hari, atau sebesar satuan valume lainnya”. Pemakaian rata-rataer pelanggan
PDAM Kota Magelang untuk pelanggan rumah tangga sebesar 19,05 m3/bulan dan
pemakaianrata-rata keseluruhan per pelanggan sebesar 26,83 m3/bulan.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 6


C. Kontinuitas Air
kontinuitas air PDAM Kota Magelang tahun 2013–2017. Padatahun 2013, kontinuitas air
yang distribusikan ke pelanggan selama 20,00 jam/hari kemudian turunmenjadi selama
19,18 jam/hari pada tahun 2015, selanjutnya naik menjadi selama 20,47 jam/hari
padatahun 2016, dan pada tahun 2017 turun menjadi selama 19,41 jam/hari. Hal ini
disebabkan adanyapenambahan pelanggan tidak diimbangi dengan penambahan kapasitas
produksi serta posisi letakgeografis pipa transmisi dan pipa distribusi tidak mendukung.
Dari tahun 2013–2017, rata-rata kontinuitas air berkisar 19,81 jam/hari selama 5 tahun,
hal ini belumdapat memenuhi standar yang ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 122
tahun 2015 tentangSistem Penyediaan Air Minum Pasal 4 ayat (5) "Kontinuitas pengaliran
air minum sebagaimanadimaksud pada ayat (2), memberikan jaminan pengaliran sefama 24
jam per hari."

Gambar 3.2. Kontinuitas Air PDAM Kota Magelang Tahun 2013-2017


Sumber : Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang, 2018

3.1.6. Kapasitas Produksi dan Idle Capacity


A. Kapasitas Produksi
Pada tahun 2013 kapasitas produksi terpasang sebesar 18.070.128,00 m, kapasitas
produksi riilsebesar 14.348.201,00 m³. Sedangkan pada tahun 2017 kapasitas produksi
terpasang sebesar18.448.560,00 m³ (585,00 l/dt), kapasitas produksi riil sebesar
15.261.401,00 m³ (483,94 l/dt). Padatahun 2013, kapasitas produksi terpasang yang tidak
dapat dimanfaatkan sebesar 3.783.870,00 m³ (efisiensi produksi air sebesar 79,06%)
kemudian pada tahun 2017, kapasitas produksi terpasang yangtidak dapat dimanfaatkan
sebesar 3.187.159,00 m³ (efisiensi produksi air sebesar 82,72%). Hal inidisebabkan adanya
kerusakan pompa produksi, penurunan debit sumber air karena pengaruh musimkemarau,
dan keterbatasan daya listrik (di sumber MA. Kanoman).
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 7
Gambar 3.3. Kapasitas Produksi Terpasang, Kapasitas Produksi Riil dan Efisiensi
Produksi Air
Sumber: Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang, 2018

B. Idle Capacity

Gambar 3.4. Idle Capacity


Sumber: Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang, 2018

Menurut gambar di atas menunjukkan tidak ada idle capacity pada tahun 2013 sampai
dengan tahun 2017.Tahun 2013 kapasitas produksi riil sebesar 14.348.201,00 m³, volume
produksi air sebesar4.348.201,00 m³, jadi tidak ada idle capacity. Sedangkan pada tahun
2017 kapasitas produksi riilsebesar 15.261.401,00m³, jadi tidak ada idle capacity

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 8


3.2. KENDALA DAN PERMASALAHAN

3.2.1. Penurunan Kontinuitas Air PDAM


Kontinuitas adalah dimana air harus bisa tersedia secara terus-menerus meskipun dimusim
kemarau selama umur rencana. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi
air adalah agar kebutuhan masyarakat akan terpenuhi secara terus- menerus walaupun
musim kemarau. Salah satu cara menjaga agar kontinuitas air tetap tersedia adalah dengan
membuat tempat penampungan air (reservoar) untuk menyimpan air sebagai persediaan air
musim kemarau. Persyaratan kontinuitas juga sangat penting untuk menghitung aliran
kelanjutan pemakaian air baku untuk air bersih secara terus –menerus setiap harinya.
Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang
relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat
diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam/ hari, atau setiap saat diperlukan,
kebutuhan air tersedia. Penambahan jumlah pelanggan yang tidak diimbangi dengan
penambahan kapasitas produksi ini menyebabkan turunnya kontinuitas air.

Gambar 3.5. Kontinuitas Air PDAM Kota Magelang


Sumber: Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang, 2018

Gambar diatas menunjukkan kontinuitas air PDAM Kota Magelang tahun 2013–2017. Pada
tahun 2013, kontinuitas air yang distribusikan ke pelanggan selama 20,00 jam/hari
kemudian turun menjadi selama 19,18 jam/hari pada tahun 2015, selanjutnya naik
menjadi selama 20,47 jam/hari pada tahun 2016, dan pada tahun 2017 turun menjadi
selama19,41 jam/hari. Hal ini disebabkan adanya penambahan pelanggan tidak diimbangi
dengan penambahan kapasitas produksi serta posisi letak geografis pipa transmisi dan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 9


pipa distribusi tidak mendukung.
Dari tahun 2013–2017, rata-rata kontinuitas air berkisar 19,81 jam/hari selama 5 tahun,
hal ini belum dapat memenuhi standar yang ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 122
tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum Pasal 4 ayat (5) "Kontinuitas
pengaliran air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (2), memberikan jaminan
pengaliran selama2 4 jam per hari."

3.2.2. Fungsi Reservoir yang Tidak Maksimal


Reservoir adalah tempat penampungan air bersih, pada system penyediaan air bersih.
Dimana fungsi utama dari reservoir ini adalah untuk menyeimbangkan antara debit produksi
dan debit pemakaian air. Seringkali untuk waktu bersamaan, debit produksi air bersih tidak
dapat selalu sama besarnya dengan debit pemakaian air. Pada saat jumlah produksi air
bersih lebih besar daripada jumlah pemakaian air, maka kelebihan air tersebut untuk
sementara disimpan dalam reservoir dan digunakan kembali untuk memenuhi kekurangan
air pada saat jumlah produksi air bersih lebih kecil dari jumlah pemakaian air. Selain fungsi
tersebut, ada beberapa fungsi dari reservoir yaitu untuk menambah dan mengatur tekanan
air, dan sebagai tempat penyediaan air pada saat kondisi darurat.Apabila reservoir tidak
berfungsi dengan baik maka akan menyebabkan ketidakmaksimalan penyediaan air untuk
memenuhi masyarakat.
PDAM Kota Magelang saat ini memiliki 3 (tiga) buah reservoir untuk melayani sistim
penyediaan air minum (masyarakat umum), reservoir tersebut adalah reservoir menara alon-
alon, reservoir bandongan dan reservoir gunung tidar. Ketiga reservoir tersebut dibangun dari
tahun 1920 sampai dengan tahun 1994, sedangkan kapasitas reservoir keseluruhan saat ini
adalah 4.150 m 3.
A. Reservoir Menara Alon-alon
Reservoir Menara Alon -Alon berkapasitas 1.750 m3 terletak ditengah Kota
Magelang, disuplai dari mata air Tuk Pecah. Reservoir ini melayani wilayah sebagian
Magelang Tengah, seperti Kelurahan Panjang, Kelurahan Kemirirejo, Kelurahan
Rejowinangun Utara dan sebagian Kelurahan Cacaban.
B. Reservoir Bandongan
Reservoir Bandongan berkapasitas 1.400 m3 terletak di Wilayah Kecamatan
Bandongan, Kab. Magelang, disuplai dari mata air Wulung-Tuk Karang. Reservoir ini
melayani wilayah Kelurahan Magelang dan sebagian Kelurahan Cacaban.
C. Reservoir Gunung Tidar berkapasitas 1.000m3 terletak dilereng Gunung Tidar Wilayah
Kelurahan Magersari, Kec.Magelang Selatan, Kota Magelang, disuplai dari mata air
Kanoman Reservoir ini melayani wilayah Kecamatan Magelang Selatan, seperti
Kelurahan Magersari, Kelurahan Jurangombo Selatan, Kelurahan Jurangombo Utara,
Kelurahan Tidar Selatan, Kelurahan Tidar Utara dan Kelurahan Rejowinangun Selatan.

Ketiga reservoir tersebut tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak seimbangnya
antara suplai air masuk dengan kebutuhan konsumen yang dilayani. Sehingga Reservoir
harus dioperasikan secara manual dengan system buka-tutup valve.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 10


3.2.3. Menurunnya Debit Mata Air
Musim kemarau yang berkepanjangan mengancam ketersediaan air bersih. Musim kemarau
yang datang dengan jangka waktu yang panjang menyebabkan terjadinya penurunan debit
mata air. Penurunan debit mata air ini mengakibatkan tidak maksimalnya pelayanan air
untuk masyarakat. Hal tersebut dikarenakan jumlah debit air yang tersedia jumlahnya tidak
seimbang dengan jumlah pelanggan yang ada.
Jumlah debit air yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah pelanggan atau penduduk
yang semakin bertambah akan berpengaruh pada jumlah pasokan air yang akan
didistribusikan atau dipasokkan pada masyarakat. Besarnya air yang dipasokkan akan
mengalami penurunan atau dampak terburuknya adalah terjadinya krisis air bersih.
Debit sumber mata air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Magelang berpotensi
mengalami penurunan sebesar 30 persen selama musim kemarau.Sumber air tersebut yakni
sumber air Kalegen, di Desa Kebonagung, Kecamatan Bandongan, dan sumber air Wulung di
Dusun Wulung, Desa Banjarsari, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang. Sumber
mata air Kalegen dan Wulung memiliki debit sebesar 100 liter per detik turun menjadi 70
liter per detik.

Gambar 3.6. Sumber Mata Air Kalegen dan Wulung Kabupaten Magelang

3.2.4. Kualitas Air Belum Memenuhi Syarat


Kualitas air yang diminum sangat mempengaruhi kualitas kesehatan. Dari tanda-tanda fisik,
air yang tidak sehat seperti airnya tidak jernih, keruh atau berwarna. Hal tersebut jelas
menunjukan air tersebut terkontaminasi. Air yang berbau juga menunjukkan air tersebut
tidak sehat. Air yang sehat tidak berasa, sedangkan bila ada rasanya (tidak tawar) berarti
ada zat lain yang mencemari.
Kualitas air yang diminum harus memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak
menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan. Kualitas air minum yang tidak memenuhi
syarat kesehatan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan antara lain; penyakit
pencernaan seperti diare, kolera, typhus, muntaber. Kualitas air minum yang tidak
memenuhi syarat dapat terjadi karena diantara lain; kurangnya pemeliharaan terhadap
sarana air bersih, belum terlindunginya sumber air bersih dari faktor risiko pencermaran
serta perilaku pengguna air pada saat mengambil dan memanfaatkan air.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 11


Berdasarkan Laporan Hasil Audit Kinerja PDAM Kota Magelang No. LEV-121/PW12/4/2018
tanggal 25Mei 2018, kualitas air PDAM Kota Magelang belum memenuhi syarat yang
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tangga
l19 April 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum disebabkan karena PDAM belum
memiliki fasilitas treatment (WTP) dan jaringan yang mengolah air baku menjadi air minum
disebabkan keterbatasan dana/investasi.
Berdasarkan hasil audit, PDAM Kota Magelang melakukan pengawasan kualitas air minum
oleh pihak eksternal padatahun 2017sebanyak115 sampel yang terdiri dari :
A. 15 sampel dilakukan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian
Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta dilokasi sumber air dengan pengujian 31 parameter (23
parameter wajib dan 12 parameter tambahan) dengan hasil pemeriksaan 2 sampel
(13,33%) tidak sesuai persyaratan yaitu pH dan zat organik,
B. 110 sampel dilakukan oleh UPT Laboratorium Kesehatan dengan pengujian 2
parameter yaitu coliform dan e-coli, dengan hasil 55 sampel (50%) tidak sesuai
persyaratan.

3.2.5. Kurang Maksimalnya Pemanfaatan Kapasitas Produksi


Jenis sumber air baku untuk PDAM Kota Magelang adalah mata air. Mata air yang
dimanfaatkan olehPDAM Kota Magelang adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3. Lokasi Mata Air PDAM

Sumber: PDAM Kota Magelang, 2018


Berdasarkan laporan audit kinerja tahun buku 2017, total kapasitas terpasang PDAM Kota
Magelangsebesar 585,00 l/dt (18.448.560 m3/thn), kapasitas riil sebesar 483,94 l/dt
(15.261.401 m3/thn),kapasitas tidak termanfaatkan sebesar 101,06 l/dt (3.187.189
m3/thn).

Tabel 3.4. Kapasitas Terpasang, Kapasitas Tidak Dimanfaatkan, Kapasitas Riil, Volume
Produksi, dan Kapasitas Menganggur Masing-masing Mata Air dari PDAM Kota Magelang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 12


Musim kemarau yang berkepanjangan menjadi salah satu penyebab dari kurang
maksimalnya pemanfaatan kapasitas produksi, dimana debit air yang ada di mata air
(sumber air) mengalami penurunan. Musim kemarau yang berkepanjangan dan
mengkibatkan turunnya debit air ini mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan air pada
pelanggan secara maksimal. Kapasitas produksi yang ada dan tidak dapat dimanfaatkan
secara maksimal ini menyebabkan air yang didistribusikan kepada pelanggan ini mengalami
penurunan pasokan air.Secara perhitungan, bahwa kemampuan kontinuitas distribusi air
tidak sebanding dengan kebutuhan di pelanggan atau tidak sebanding dengan jumlah
pelanggan yang ada.
Dibawah ini merupakan grafik tingkat efisiensi Air PDAM Kota Magelang dimana
padatahun2013kapasitasproduksiterpasangsebesar
18.070.128,00m3,kapasitasproduksiriil sebesar 14.348.201,00 m3. Sedangkan pada
tahun 2017 kapasitas produksi terpasang sebesar 18.448.560,00m3
(585,00l/dt),kapasitas produksi riil sebesar 15.261.401,00 m3 (483,94l/dt). Pada tahun
2013, kapasitas produksi terpasang yang tidak dapat dimanfaatkan sebesar 3.783.870,00
m3 (efisiensi produksi air sebesar 79,06%) kemudian pada tahun 2017, kapasitas produksi
terpasang yang tidak dapat dimanfaatkan sebesar 3.187.159,00 m3 (efisiensi produksi air
sebesar 82,72%). Hal ini disebabkan adanya kerusakan pompa produksi, penurunan debit
sumber air karena pengaruh musim kemarau, dan keterbatasan daya listrik (di sumber MA.
Kanoman).

Gambar 3.7.Kapasitas Produksi Terpasang, Kapasitas Produksi Riil dan Efisiensi Produksi Air
Sumber: Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang, 2018

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 13


3.2.6. Meningkatnya Tingkat Kehilangan Produksi Di Mata Air
Tingkat Kehilangan Air yang di produksi dan kemudian didistribusikan ke pelanggan oleh
PDAM merupakan masalah yang tidak pernah habis habisnya untuk dibicarakan baik oleh
pengelola maupun oleh para pengambil kebijakan dalam bidang air minum.
Kehilangan air (Non Revenue Water) dapat diartikan sebagai perbedaan yang tercatat atau
selisih antara air yang di produksi dan masuk kedalam system dengan jumlah air yang
tercatat pada meter pelanggan. Hilangnya sejumlah air yang dapat terjadi karena keluar dari
system tanpa dipergunakan atau tidak tercatatnya penggunaan air karena berbagai sebab.
Kehilangan/kebocoran air akan berpengaruh terhadap seberapa besar pelayanan air bersih
yang diterima masyarakat. Hal ini terkait dengan jumlah air yang diperoleh atau sampai pada
masing-masing rumah tangga atau permukiman.

Gambar 3.8. Tingkat Kehilangan Air di Unit Produksi Tahun 2013-2017


Sumber : Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang, Tahun Buku 2013-2017

Jaringan pipa yang sudah tua atau keropos dan meter air yang tidak akurat menjadi salah
satu penyebab hilangnya air di mata air. Apabila kejadian itu tetap dibiarkan terjadi tanpa
segera diambil tindakan/solusi, maka tingkat kehilangan air akan terus meningkat secara
drastis dan membuat debit air yang ada tidak dapat menyukupi kebutuhan air para
pelanggan.
Grafikdi atas menunjukkan presentase tingkat kehilangan air PDAMKota Magelang di unit
produksi pada tahun 2013–2017. Presentase tingkat kehilangan air di unit produksi dari
tahun2013 sebesar 1,00% kemudian turun menjadi 0,82% pada tahun 2014, pada tahun
2015 naik kembali menjadi 1,21% sampai dengan tahun 2017menjadi 1,72%.
Penyebab kehilangan air diunit produksi PDAM Kota Magelang dikarenakan jaringan pipa
yang sudah tua/keropos dan meter air yang tidak akurat/rusak (meter induk diinstalasi
produksi MA.Kalimas I dan MA. Kalegen)

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 14


3.2.7. Kehilangan Air Di Unit Distribusi
Kehilangan air atau dalam istilah asing Non Revenue Water (NRW) atau air tak berekening
(ATR), telah menjadi permasalahan umum bagi lembaga penyedia air, seperti halnya
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Tingkat kehilangan Air PDAM di unit distribusi masih
cukup tinggi terjadi di beberapa PDAM. Masalah kehilangan air yang cukup tinggi
merupakan salah satu indikasi adanya ketidak-efisienan dalam penyediaan air bersih.
Kehilangan air terjadi karena 9 penyebab diantaranya yaitu: kehilangan air pada
penampungan, konsumsi air tidak berekening, kebocoran dan kerusakan pada pipa
pelanggan, kerusakan pada meter pelanggan, ketidakakuratan pembacaan pada meter
pelanggan dan kerusakan water meter pelanggan.
Faktor penyebab kehilangan air di unit distribusi ini adalah kebocoran fisik diantaranya,
akurasi meter induk yang tidak sesuai, kerusakan dan kesalahan atau ketidakakuratan
pembacaan meteran pelanggan. Kebocoran fisik banyak terjadi dikarenakan adanya pipa
keropos (secara umur teknis sudah melewati 20 tahun).

Gambar 3.9. Kehilangan Air di Unit Distribusi


Sumber : Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang, 2018

Grafik diatas ini merupakan grafik presentase tingkat kehilangan air di unit distribusi dari
tahun 2013 sebesar 41,06% kemudian naik menjadi 42,27% pada tahun 2014, selanjutnya
turun terus menjadi 37,12% pada tahun 2017. Prosentase tingkat kehilangan air pada
tahun 2013-2017 lebih tinggi dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan sebesar
20,00%.
Penyebab kehilangan air diunit distribusi dikarenakan umur pipa yang sudah tua (using)
sehingga sering bocor dan meter air pelanggan tidak akurat/rusak, meter induk di jaringan
distribusi MA.Kalimas I dan MA.Kalegen sebagian rusak. Kondisi ini secara langsung akan
mengganggu pelayanan air bersih kepada masyarakat seperti rendahnya tekanan air

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 15


distribusi sehingga mengakibatkan terganggunya kontinuitas distribusi air bersih.

3.2.8. Kendala Lokasi Sumber Air Baru


Topografi atau tampak permukaan bumi suatu wilayah diasumsikan memiliki kaitan erat
terhadap suatu kegiatan infrastruktur utamanya pendistribusian air bersih. Topografi
merupakan salah satu faktor yang menentukan system pendistribusian air bersih. Dilihat
dari segi topografinya, permukaan wilayah di Kota Magelang tidak rata atau cenderung
berbukit-bukit. Kota Magelang merupakan dataran tinggi dan perbukitan yang dikelilingi oleh
gunung-gunung dan bukit-bukit seperti : Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Perahu,
Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Andong, Perbukitan Menoreh
serta terdapat “Bukit Tidar” yang terletak di jantung kota. Mengingat wilayah Kota Magelang
merupakan daerah perbukitan, maka sebagian besar daerahnya (63%) memiliki kemiringan
lereng antara 2 – 15% dan kemiringan lereng antara 15 – 40% sebanyak 35%.
Tabel 3.5. Kemiringan Lereng

No Kemiringan Lereng Luas (Ha) %


1 Datar ( 0 - 2% ) 0 0
2 Bergelombang ( 2 - 15% ) 1,144 63
3 Curam ( 15 - 40% ) 630.75 35
4 Sangat Curam ( >40% ) 37.25 2
Jumlah 1.812 100

Sumber: Kota Magelang dalam Angka, 2018

Berdasarkan kondisi topografi wilayah tersebut menyebabkan PDAM Kota Magelang


mengalami kesulitan dalam mendistribusikan air bersih di wilayah Kota Magelang. Kontur
lokasi sumber air bersih mempengaruhi distribusi air bersih. Kondisi Topografi Kota
Magelang yang berbukit-bukit dan lembah dengan kemiringan lereng dengan kemiringan
yang curam sehingga PDAM harus menggunakan pompa untuk mengolah dan
mendistribusikan air pada pelanggan yang lokasinya tersebar dengan topografi yang
bervariasi. Kondisi tersebut menyebabkan sulitnya pendistribusian air bersih karena system
akan membutuhkan pipa yang panjang dan seringnya terjadi kehilangan tekanan selama
distribusi air.
Sungai Elo dan Progo direncanakan sebagai salah satu sumber air alternati bagi
perencanaan distribusi air ke depan, namun permasalahan posisi lokasi berada di
ketinggian yang lebih rendah dari kawasan permukiman menjadi permasalahan. Kendala
sistem pompa yang mengandalkan listrik akan memberikan beban pada biaya distribusi.
Berikut peta ketinggian di Kota Magelang.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 16


Gambar 3.10. Peta Ketinggian Kota Magelang
Sumber: RTRW Kota Magelang, 2018

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 17


3.3. PENDEKATAN SISTEM PENYEDIAAN AIR

3.3.1. Definisi Penyediaan Air


Air adalah salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan
makhluk hidup lainnya, tanpa air tidak akan ada kehidupan di bumi ini. Sedangkan yang
dimaksud air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari – hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya air bersih adalah
air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum.
Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas fisik, kimia, biologi,
dan radiologis sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping. Fungsi
terpenting dari sistem penyediaan air bersih adalah pencegahan penyebaran penyakit
melalui air.Tujuan sistem penyediaan air bersih adalah agar dapat menyalurkan/mensuplai
air bersih kepada konsumen dalam jumlah yang cukup. Bagian terpenting dalam sistem
penyediaan air bersih adalah sumber air baku.

3.3.2. Prinsip-prinsip Penyediaan Air


Penyediaan air bersih harus memenuhi konsep 3K yaitu :
A. Kualitas air bersih
Air bersih di pengaruhi oleh bahan baku air itu sendiri atau mutu air tersebut baik yang
langsung berasal dari alam atau yang sudah melalui proses pengolahan.Air baku yang
digunakan menghasilkan air bersih yang telah memenuhi syarat yang tertuang dalam
peraturan pemerintah RI No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan
pengendalian pencemaran air. Pada pasal 8 PP mengenai klasifikasi dan kriteria mutu
air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas:
a. Kelas I, yaitu air yang diperuntukan untuk air baku air minum yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaannya.
b. Kelas II, yaitu air yang diperuntukan untuk (prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan tawar, peternakan, untuk mengaliri tanaman.
c. Kelas III, yaitu air yang digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar peternakan,
untuk mengaliri tanaman. Atau untuk peruntukan lainnya yang sama jenis
kegunaannya.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 18


d. Kelas IV, yaitu air yang digunakan untuk mengaliri tanaman atau untuk peruntukan
lainnya yang mempersyaratkan mutu yang sama kegunaannya.
Kualitas atau mutu air yang mengalir dalam suatu jaringan pipa distribusi air sangat
penting, tujuan utama dari perencanaan jaringan distribusi air bersih yaitu agar para
konsumen pengguna distribusi air bersih terhindar dari berbagai macam penyakit.
Perjalanan air langsung berhubungan dengan dinding pipa yang mempengaruhi
kebersihan air.

B. Kuantitas air
Tergantung jumlah dan ketersediaan air yang akan diolah pada penyediaan air bersih
yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya konsumen yang akan dilayani.

Secara umum penyediaan air bersih berasal dari sumber air permukaan atau air dalam
tanah. Untuk wilayah kelurahan pipa reja, sumber penyediaan air yang dikelola oleh
PDAM berasal dari air sungai. Karena tujuan utama dari perencanaan jaringan adalah
agar kebutuhan masyarakat akan tersedianya air bersih dapat terlayani dangan baik.
Untuk hal-hal yang dapat mengurangi jumlah air yang didistribusikan antara lain
disebabkan oleh banyaknya sambungan pipa dan panjangnya jalur pipa sedapat
mungkin dihindarkan.
Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih dapat ditinjau dari banyaknya air
baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani.
Persyaratan kuantitas juga bisa ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke
konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Dan kuantitas adalah syarat yang
terpenting dalam melayani konsumen agar kebutuhannya sehari – hari berjalan sesuai
dengan kemampuan konsumen masing – masing.
Untuk membuktikan kondisi tersebut menggunakan rumus kontinuitas

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 19


Q1 = Q2
A1 x V1 = A2 x V2
Dimana:
Q1 = debit didaerah 1 (m3/det) Q2 = debit didaerah 2 (m3/det)
A1 = luas penampang didaerah 1 (m2) A2 = luas penampang didaerah 2 (m2)
V1 = kecepatan rata-rata didaerah 1 (m/det) V2 = kecepatan rata-rata didaerah 2
(m/det)
Pemakaian air oleh suatu masyarakat bertambah besar dengan kemajuan masyarakat
tersebut, sehingga pemakaian air sering kali di pakai sebagai salah satu tolak ukur tinggi
rendahnya kemajuan suatu masyarakat.

C. Kontinuitas air
Menyangkut kebutuhan air yang terus menerus digunakan karena air merupakan
kebutuhan pokok manusia apalagi air sangat dibutuhkan pada musim kemarau tiba.
Kontinuitas adalah di mana air harus bisa tersedia secara terus-menerus meskipun
dimusim kemarau selama umur rencana. Karena tujuan utama dari perencanaan
jaringan distribusi air adalah agar kebutuhan masyarakat akan terpenuhi secara terus-
menerus walaupun musim kemarau. Salah satu cara menjaga agar kontinuitas air tetap
tersedia adalah dengan membuat tempat penampungan air (reservoar) untuk
menyimpan air sebagai persediaan air musim kemarau.
Persyaratan kontinuitas juga sangat penting untuk menghitung aliran kelanjutan
pemakaian air baku untuk air bersih secara terus – menerus setiap harinya. Kontinuitas
aliran dapat ditinjau dari dua aspek yaitu:
a. Aspek kebutuhan konsumen
Aspek kebutuhan konsumen, sebagian besar konsumen memerlukan air untuk
kehidupan dan pekerjaannya dalam jumlah yang tidak dapat ditentukan. Karena itu
diperlukan aspek ini pada waktu yang tidak ditentukan.
b. Aspek pelayanan reservoir
Aspek ini diperlukan karena fasilitas energi reservoir yang siap setiap saat.
Sistem pada air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan
fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.
Kontinuitas dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari atau setiap
saat diperlukan, kebutuhan air harus tersedia. Akan tetapi kondisi ideal tersebut hampir
tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan
kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktifitas konsumen
terhadap pemakaian air. Pemakaian air dapat diprioritaskan, yaitu minimal selama 12
jam per hari pada jam – jam aktifitas kehidupan . jam aktifitas di Indonesia adalah pukul
06.00 sampai dengan 18.00.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 20


3.4. PENDEKATAN SISTEM DISTRIBUSI

3.4.1. Sistem Pengaliran


Untuk mendistribusikan air minum dapat dipilih salah satu sistem diantara tiga sistem
pengaliran, yaitu :
A. Sistem Pengaliran Gravitasi
Sistem ini digunakan bila elevasi sumber air baku atau pengolahan jauh berada diatas
elevasi daerah
pelayanan dan sistem ini dapat memberikan energi potensial yang cukup tinggi hingga
pada daerah pelayanan terjauh. Sistem ini merupakan yang paling menguntungkan
karena pengoperasian dan pemeliharaannya mudah dilakukan.
B. Sistem Pemompaan
Sistem ini digunakan bila beda elevasi antara sumber air atau instalasi dengan daerah
pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air yang cukup, sehingga air yang akan
didistribusikan dipompa langsung ke jaringan distribusi. Kelemahan sistem ini yaitu
dalam hal biaya yang besar karena dibutuhkan pompa untuk pengalirannya.
C. Sistem Kombinasi
Sistem ini merupakan sistem pengaliran dimana air baku dari sumber air atau instalasi
pengolahan dialirkan ke jaringan pipa distribusi dengan menggunakan pompa atau
reservoir distribusi, baik dioperasikan secara bergantian ataupun bersama-sama dan
disesuaikan dengan keadaan topografi daerah pelayanan.

3.4.2. Sistem Distribusi Air


Untuk mendistribusikan air minum dapat dipilih salah satu sistem diantara tiga sistem
pengaliran, yaitu:
A. Continuous System (Sistem Berkelanjutan)
Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplay dan didistribusikan kepada
konsumen secara terus-menerus selama 24 jam. Sistem ini biasanya diterapkan bila
pada setiap waktu kuantitas air baku dapat mensuplay seluruh kebutuhan konsumen di
daerah tersebut.
Keuntungan :
a. Konsumen akan mendapatkan air setiap saat
b. Air minum yang diambil dari titik pengambilan di dalam jaringan pipa distribusi selalu
didapat dalam keadaan segar
Kerugian :
a. Pemakaian air cenderung lebih boros
b. Jika ada sedikit kebocoran maka jumlah air yang terbuang besar

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 21


B. Intermitten System
Dalam sistem ini, air minum yang ada akan disuplay dan didistribusikan kepada
konsumen hanya selama beberapa jam dalam satu hari. Biasanya berkisar antara 2
hingga 4 jam untuk sore hari. Sistem ini biasanya diterapkan bila kuantitas dan tekanan
air yang cukup tidak tersedia.
Keuntungan :
a. Pemakaian air cenderung lebih hemat
b. Jika ada kebocoran maka jumlah air yang terbuang relatif kecil
Kerugian :
a. Bila terjadi kebakaran pada saat tidak beroperasi maka air untuk pemadam
kebakaran tidak dapat disediakan.
b. Setiap rumah perlu menyediakan tempat penyimpanan air yang cukup agar
kebutuhan air sehari-hari dapat terpenuhi.
c. Dimensi pipa yang digunakan akan lebih besar karena kebutuhan air yang disuplay
dan didistribusikan dalam sehari hanya ditempuh dalam jangka waktu yang pendek
d. Dari kedua sistem hidrolika distribusi diatas dapat diketahui bahwa sistem
berkelanjutan (Continous System) merupakan sistem distribusi air yang baik dan
ideal.

3.4.3. Jaringan Induk Distribusi


Sistem jaringan induk distribusi yang digunakan dalam pendistribusian ada 2 macam, yaitu
A. Sistem Cabang atau Branch
Pada sistem ini, air hanya mengalir dari satu arah dan pada setiap ujung pipa akhir
daerah pelayanan terdapat titik akhir (dead end). Sistem ini biasanya digunakan pada
daerah dengan sifat-sifat sebagai berikut:
a. Perkembangan kota ke arah memanjang
b. Sarana jaringan jalan tidak saling berhubungan
c. Keadaan topografi dengan kemiringan medan yang menuju satu arah
Keuntungan :
a. Jaringan distribusi relatif lebih searah
b. Pemasangan pipa lebih mudah
c. Penggunaan pipa lebih sedikit karena pipa distribusi hanya dipasang pada daerah
yang paling padat penduduknya
Kerugian :
a. Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan di ujung pipa tidak
dapat dihindari sehingga setidaknya perlu dilakukan pembersihan
b. Bila terjadi kerusakan dan kebakaran pada salah satu bagian sistem maka suplay air
akan terganggu

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 22


c. Kemungkinan tekanan air yang diperlukan tidak cukup jika ada sambungan baru
d. Keseimbangan sistem pengaliran kurang terjamin, terutama jika terjadi tekanan kritis
pada bagian pipa yang terjauh

B. Sistem Melingkar atau Loop


Pada sistem ini, jaringan pipa induk distribusi saling berhubungan satu dengan yang
lain membentuk lingkaran-lingkaran, sehingga pada pipa induk tidak ada titik mati
(dead end) dan air akan mengalir ke suatu titik yang dapat melalui beberapa arah.
Sistem ini biasa diterapkan pada :
a. Daerah dengan jaringan jalan yang saling berhubungan
b. Daerah yang perkembangan kotanya cenderung ke segala arah
c. Keadaan topografi yang relatif datar
Keuntungan :
a. Kemungkinan terjadinya penimbunan kotoran dan pengendapan lumpur dapat
dihindari (air dapat disirkulasi dengan bebas)
b. Bila terjadi kerusakan, perbaikan, atau pengambilan untuk pemadam kebakaran
pada bagian sistem tertentu, maka suplay air pada bagian lain tidak terganggu
Kerugian :
a. Sistem perpipaan yang rumit
b. Perlengkapan pipa yang digunakan sangat banyak

3.4.4. Pelayanan Air


Jenis pelayanan air memberi pengaruh terhadap konsumsi air. Dikenal 2 kategori
fasilitas penyediaan air minum, yaitu :
A. Fasilitas perpipaan, meliputi
a. Sambungan langsung
b. Pipa dan kran disediakan hingga ke bagian dalam rumah/bangunan
c. Sambungan umum
d. Berupa kran umum atau bak air yang dipakai bersama-sama oleh sekelompok
rumah/bangunan
B. Fasilitas non perpipaan, meliputi :
a. Sumur umum, mobil air atau mata air
Jenis pelayanan ini dipakai untuk konsumen domestik, yang perlu diperhitungkan adalah
pelayanan melalui fasilitas perpipaan.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 23


4. STANDAR KRITERIA PERENCANAAN BAB 4
STANDAR KRITERIA
PERENCANAAN

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 3 - 24


4.1. KRITERIA PERENCANAAN

Kebutuhan air minum ditentukan berdasarkan:


A. Proyeksi penduduk, harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode perencanaan
untuk perhitungan kebutuhan domestik
B. Identifikasi jenis penggunaan non domestik sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2 tentang
Tata Cara Perencanaan Plambing
C. Pemakaian air untuk setiap jenis penggunaan sesuai RSNI T-01-2003 butir 5.2 tentang
Tata Cara Perencanaan Plambing
D. Perhitungan kebutuhan air domestik dan non domestik berdasarkan perhitungan butir a,
b dan c
E. Kehilangan air fisik/teknis maksimal 15 % dengan komponen utama penyebab
kehilangan atau kebocoran air sebagai berikut:
a. Kebocoran pada pipa transmisi dan pipa induk
b. Kebocoran dan luapan pada tangki reservoir
c. Kebocoran pada pipa dinas hingga meter pelanggan
Sedangkan kehilangan non teknis dan konsumsi resmi tak berekening diminiminalkan
hingga mendekati nol.

4.1.1. Unit Air Baku


Unit Air Baku terdiri dari bangunan pengambilan / penyadapan, bangunan penampung air,
alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem sarana pembawa / sistem transmisi,
serta perlengkapannya. Unit air baku merupakan sarana pengambilan dan atau penyedia air
baku. Kebutuhan air baku rata-rata dihitung berdasarkan jumlah perhitungan kebutuhan air
domestik, non domestik dan air tak berekening. Rencana alokasi air baku dihitung 130% dari
kebutuhan air baku rata-rata.
4.1.1.1. Air Baku
Sumber air yang dapat digunakan sebagai sumber air baku meliputi: mata air, air tanah, air
permukaan dan air hujan
4.1.1.2. Dasar-dasar Perencanaan Bangunan Pengambilan Air Baku
A. Survei dan identifikasi sumber air baku, mengenai : mata air, debit, kualitas air,
pemanfaatan
B. Perhitungan debit sumber air baku
a. Survei dan identifikasi sumber air baku, mengenai : mata air, debit, kualitas air,
pemanfaatan.
b. Perhitungan debit sumber air baku
1) Pengukuran debit mata air, menggunakan:
a) Pengukuran debit dengan pelimpah
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 2
Alat ukur pelimpah yang dapat digunakan. Alat ukur Thomson berbentuk V
dengan sudut celah 30º, 45º, 60º, 90º.
Alat ukur Thomson sudut celah 90º dengan rumus:
Q = 1,417. H 3/2 dimana:
Q = debit aliran (m³/detik)
H = tinggi muka air dari ambang
1,417 = konstanta konversi waktu (perdetik)
b) Penampung dan pengukuran volume air dengan mengukur lamanya (t) air
mengisi penampungan air yang mempunyai volume tertentu:
Volume penampungan
Debit air (Q) = ( L / det ik )
t
Dengan mengukur perubahan tinggi muka air (H) dalam penampangan yang
mempunyai luas tertentu (A) dalam jangka waktu tertentu maka dapat
dihitung:

2) Potensi Tanah
a) perkiraan potensi air tanah dangkal dapat diperoleh melalui survei terhadap
10 buah sumur gali yang bisa mewakili kondisi air tanah dangkal di desa
tersebut.
b) Perkiraan potensi sumur tanah dalam dapat diperoleh informasi data dari
instansi terkait, meliputi: kedalaman sumur, kualitas air dan kuantitas serta
konstruksinya.
3) Perhitungan debit air permukaan terdiri dari:
Perhitungan debit air sungai pengukuran debit sungai dilakukan dengan
mengukur luas potongan melintang penampang basah sungai dan kecepatan
rata-rata alirannya, dengan rumus:

dimana:
Q = debit (m³/detik)
A = luas penampang basah (m²)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan/slope

m = koefisien Bazin

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 3


Selain pengukuran perlu diperoleh data-data lain dan informasi yang dapat
diperoleh dari penduduk. Data-data yang diperlukan meliputi debit aliran,
pemanfaatan sungai, tinggi muka air minimum dan tinggi muka air maksimum.

4.1.1.3. Persyaratan Lokasi Penempatan dan Konstruksi Bangunan Pengambilan


Penempatan bangunan penyadap (intake) harus aman terhadap polusi yang disebabkan
pengaruh luar (pencemaran oleh manusia dan mahluk hidup lain):
A. Penempatan bangunan pengambilan pada lokasi yang memudahkan dalam
pelaksanaan dan aman terhadap daya dukung alam (terhadap longsor dan lain-lain);
B. Konstruksi bangunan pengambilan harus aman terhadap banjir air sungai, terhadap
gaya guling, gaya geser, rembesan, gempa dan gaya angkat air (up-lift);
C. Penempatan bangunan pengambilan disusahakan dapat menggunakan sistem gravitasi
dalam pengoperasiannya;
D. Dimensi bangunan pengambilan harus mempertimbangkan kebutuhan maksimum
harian;
E. Dimensi inlet dan outlet dan letaknya harus memperhitungkan fluktuasi ketinggian muka
air;
F. Pemilihan lokasi bangunan pengambilan harus memperhatikan karakteristik sumber air
baku;
G. Konstruksi bangunan pengambilan direncanakan dengan umur pakai (lifetime) minimal
25 tahun;
H. Bahan/material konstruksi yang digunakan diusahakan menggunakan material lokal
atau disesuaikan dengan kondisi daerah sekitar.

4.1.1.4. Tipe Bangunan Pengambilan Air Baku


A. Sumber Air Baku Mata Air
Bangunan Pengambilan air baku untuk mata air secara umum dibedakan menjadi
bangunan penangkap dan bangunan pengumpul atau sumuran:
a. Bangunan Penangkap
1) Pertimbangan pemilihan bangunan penangkap adalah pemunculan mata air
cenderung arah horisontal dimana muka air semula tidak berubah, mata air
yang muncul dari kaki perbukitan; apabila keluaran mata air melebar maka
bangunan pengambilan perlu dilengkapi dengan konstruksi sayap yang
membentang di outlet mata air.
2) Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air bersih,
outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan lain-lain), peluap
(overflow), penguras (drain), bangunan pengukur debit, konstruksi penahan
erosi, lubang periksa (manhole), saluran drainase keliling, pipa ventilasi.
b. Bangunan Pengumpul atau Sumuran

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 4


1) Pertimbangan pemilihan bangunan pengumpul adalah pemunculan mata air
cenderung arah vertikal, mata air yang muncul pada daerah datar dan
membentuk tampungan, apabila outlet mata air pada suatu tempat maka
digunakan tipe sumuran, apabila outlet mata air pada beberapa tempat dan
tidak berjatuhan maka digunakan bangunan pengumpul atau dinding keliling.
2) Perlengkapan bangunan penangkap adalah outlet untuk konsumen air bersih,
outlet untuk konsumen lain (perikanan atau pertanian, dan lain-lain), peluap
(overflow), penguras (drain), bangunan pengukur debit, konstruksi penahan
erosi, lubang periksaan (manhole), saluran drainase keliling, pipa ventilasi.
B. Sumber Air Baku Air Tanah
Pemilihan bangunan pengambilan air tanah dibedakan menjadi sumur dangkal dan
sumur dalam.
Sumur Dangkal
Pertimbangan pemilihan sumur dangkal adalah secara umum kebutuhan air di daerah
perencanaan kecil; potensi sumur dangkal dapat mencukupi kebutuhan air bersih di
daerah perencanaan (dalam kondisi akhir musim kemarau/kondisi kritis).
Perlengkapan bangunan sumur dangkal dengan sistem sumur gali, meliputi: ring beton
kedap air, penyekat kontaminasi dengan air permukaan tiang beton, ember/pompa
tangan. Sedangkan perlengkapan sumur dangkal dengan sistem sumur pompa tangan
(SPT) meliputi pipa tegak (pipa hisap), pipa selubung, saringan, sok reducer.
Sumur Dalam
Pertimbangan pemilihan sumur dalam adalah secara umum kebutuhan air di daerah
perencanaan cukup besar; di daerah perencanaan potensi sumur dalam dapat
mencukupi kebutuhan air minum daerah perencanaan sedangkan kapasitas air dangkal
tidak memenuhi.
Sumur dalam sumur pompa tangan (SPT) dalam meliputi pipa tegak (pipa hisap), pipa
selubung, saringan, sok reducer. Sumur pompa benam (submersible pump) meliputi pipa
buta, pipa jambang, saringan, pipa observasi, pascker socket/reducer, dop socket, tutup
sumur, batu kerikil.
C. Sumber Air Baku Air Permukaan
Pemilihan bangunan pengambilan air permukaan dibedakan menjadi :

Bangunan penyadap a. Pertimbangan pemilihan bangunan penyadap (intake)


(Intake) bebas bebas adalah fluktuasi muka air tidak terlalu besar,
ketebalan air cukup untuk dapat masuk inlet.
b. Kelengkapan bangunan pada bangunan penyadap (intake)
bebas adalah saringan sampah, inlet, bangunan
pengendap, bangunan sumur

Bangunan penyadap a. Pertimbangan pemilihan bangunan penyadap (intake)


(Intake) dengan dengan bendung adalah ketebalan air tidak cukup untuk
bendung intake bebas.
b. Kelengkapan bangunan penyadap (intake) dengan
bendung adalah saringan sampah, inlet, bangunan sumur,
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 5
bendung, pintu bilas.

Saluran Resapan a. Pertimbangan pemilihan saluran resapan (Infiltration


(Infiltration Galleries) galleries) adalah ketebalan air sangat tipis, sedimentasi
dalam bentuk lumpur sedikit, kondisi tanah dasar cukup
poros (porous), aliran air bawah tanah cukup untuk
dimanfaatkan, muka air tanah terletak maksimum 2
meter dari dasar sungai.
b. Kelengkapan bangunan pada saluran resapan (Infiltration
galleries) media infiltrasi: pipa pengumpul berlubang,
sumuran.

Alternatif sumber terpilih harus dipertimbangkan terhadap aspek ekonomi dan


keandalan sumber. Tingkat keandalan sumber merupakan suatu faktor yang penilaian
bobotnya tergantung pada besar kecilnya kota atau kawasan yang ilayani. Untuk kota-
kota yang lebih kecil bobot penilaiannya lebih besar dari kota besar. Analisis pemilihan
alternatif sumber dilakukan terhadap sumber-sumber yang telah diidentifikasi menurut
jenis sumber air.

4.1.2. Unit Transmisi


Perencanaan teknis unit transmisi adalah dengan mengoptimalkan jarak antara unit air baku
menuju unit produksi dan/atau dari unit produksi menuju reservoir/jaringan distribusi
sependek mungkin, terutama untuk sistem transimisi distribusi (pipa transmisi dari unit
produksi menuju reservoir).
A. Pipa transmisi distribusi debit aliran untuk kebutuhan jam puncak, sedangkan pipa
transmisi air baku dihitung berdasar kebutuhan maksimum harian.
B. Pipa transmisi sedapat mungkin harus diletakkan sedemikian rupa dibawah level garis
hidrolis untuk menjamin aliran sesuai harapan.
C. Dalam pemasangan pipa transmisi, perlu memasang angker penahan pipa pada bagian
belokan baik dalam bentuk belokan arah vertikal maupun belokan arah horizontal untuk
menahan gaya yang ditimbulkan akibat tekanan internal dalam pipa dan energi kinetik
dari aliran air dalam pipa yang mengakibatkan kerusakan pipa maupun kebocoran aliran
air dalam pipa tersebut secara berlebihan.
D. Sistem transmisi harus menerapkan metode-metode yang mampu mengendalikan
pukulan air (water hammer) yaitu bilamana sistem aliran tertutup dalam suatu pipa
transmisi terjadi perubahan kecepatan aliran air secara tiba-tiba yang menyebabkan
pecahnya pipa transmisi atau berubahnya posisi pipa transmisi dari posisi semula.
E. Sistem pipa transmisi air baku perlu dilengkapi dengan aksesoris dan perlengkapan pipa
yang memadai.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 6


Tabel 4.1. Kriteria Pipa Transmisi

Debit pompa transmisi air minum ke reservoir ditentukan bardasarkan debit hari maksimum.
Perioda operasi pompa antara 20–24 jam per hari.
Tabel 4.2. Besar Debit dan Jumlah Pompa

Debit (m3/hari) Jumlah Pompa Total Unit

Sampai 2.800 1 (1) 2

2.500 s.d. 10.000 2 (1) 3

Lebih dari 90.000 Lebih dari 3 (1) Lebih dari 4

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 7


Tabel 4.3. Ketentuan Teknis Pipa Transmisi

Perencanaan jalur pipa


Penentuan dimensi pipa Bahan Pipa(SNI)
transmisi

1. Jalur pipa sependek 1. Pipa harus direncanakan 1. Spesifikasi pipa PVC


mungkin; untuk mengalirkan debit mengikuti standar SNI 03-
2. Menghindari jalur yang maksimum harian; 6419-2000 tentang
mengakibatkan 2. Kehilangan tekanan Spesifikasi Pipa PVC
konstruksi sulit dan dalam pipa tidak lebih bertekanan berdiameter
mahal; air 30% dari total 110-315 mm untuk Air
tekanan statis (head Bersih dan SK SNI S-20-
3. Tinggi hidrolis pipa
statis) pada sistem 1990-2003 tentang
minimum 5 m diatas
transmisi dengan Spesifikasi Pipa PVC untuk
pipa, sehingga cukup
pemompaan. Untuk Air Minum.
menjamin operasi air
valve; sistem gravitasi, 2. SNI 06-4829-2005
kehilangan tekanan tentang Pipa Polietilena
4. Menghindari perbedaan
maksimum 5 m/1000 m Untuk Air Minum;
elevasi yang terlalu besar
atau sesuai dengan 3. Standar BS 1387-67 untuk
sehingga tidak ada
spesifikasi teknis pipa pipa baja kelas medium.
perbedaan kelas pipa.
4. Fabrikasi pipa baja harus
sesuai dengan AWWA C
200 atau SNI-07-0822-
1989 atau SII 2527-90
atau JIS G 3452 dan JIS G
3457.
5. Standar untuk pipa ductile
menggunakan standar dari
ISO 2531 dan BS 4772.

4.1.3. Unit Produksi dan Sistem pengolahan Air


Unit produksi direncanakan berdasarkan kebutuhan kebutuhan hari puncak yang besarnya
berkisar 120% dari kebutuhan rata-rata. Penyusunan perencanaan teknis unit produksi
didasarkan pada kajian kualitas air yang akan diolah (kondisi rata-rata dan terburuk yang
mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan dalam penetapan proses pengolahan air dikaitkan
dengan sasaran standar kualitas air minum (output).
Rangkaian proses pengolahan air umumnya : satuan operasi dan satuan proses yaitu untuk
memisahkan material kasar, material tersuspensi, material terlarut, proses netralisasi dan
proses desinfeksi.
Unit produksi dapat terdiri dari :
- Unit koagulasi
- Unit flokulasi
- Unit sedimentasi
- Unit filtrasi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 8


- Unit netralisasi
- Unit desinfeksi
Perencanaan unit produksi antara lain dapat mengikuti standar berikut ini:
- SNI 03-3981-1995 tentang tata cara perencanaan instalasi saringan pasir lambat;
- SNI 19-6773-2002 tentang Spesifikasi Unit Paket Instalasi Penjernihan Air Sistem
Konvensional Dengan Struktur Baja;
- SNI 19-6774-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Unit Paket Instalasi Penjernihan Air.

Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi


Tabel 4.4. Kegiatan Penyusunan Rencana Teknik Unit Produksi
SURVEI DAN PENGKAJIAN PERHITUNGAN GAMBAR
1. penyelidikan tanah Perhitungan 1. gambar jaringan pipa
2. survei dan pengkajian lokasi IPA mengacu pada transmisi
tata cara 2. gambar lokasi/tata letak IPA
3. survei dan pengkajian topografi
perancangan
4. survei dan pengkajian ketersediaan 3. gambar lokasi reservoir
teknis unit
bahan konstruksi produksi 4. gambar detail konstruksi
5. survei dan pengkajian ketersediaan - pipa transmisi
peralatan elektro
- reservoir
6. survei dan pengkajian sumber daya
energi - IPA

Penyusunan perencanaan teknis unit produksi didasarkan pada kajian kualitas air yang akan
diolah (kondisi rata-rata dan terburuk yang mungkin terjadi dijadikan sebagai acuan dalam
penetapan proses pengolahan air dikaitkan dengan sasaran standar kualitas air minum
(output).Di Kota Magelang Sistem jaringan transmisi merupakan Jaringan induk dari mata air
sampai dengan Reservoir, dengan komponen sebagai berikut
A. Mata Air
B. BPT ( Bak Pelepas Tekan )
C. Reservoir
D. Jaringan Pipa transmisi
E. Sistem Pengolahan Air

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 9


4.1.3.1. Mata Air

KAPASITAS (l/dt)
NO MATA AIR ELEVASI PENGOLAHAN
SUMBER PRODUKSI DISTRIBUSI

1. Kalimas I + 474 m Gravitasi 82,661 82,661 80,678

2. Kalimas II + 470 m Gravitasi 176,246 91,846 91,846

3. Wulung + 661 m Gravitasi 52,428 48,029 48,029

4. Kalegen + 656 m Gravitasi 66,158 49,358 49,358

5. Tuk Pecah + 315 m Perpompaan 207,818 84,00 84,00

6. Kanoman I + 302 m Perpompaan 454,174 62,750 62,750

7. Kanoman II + 302 m Perpompaan 56,00 56,00 56,00

4.1.3.2. BPT ( Bak Pelepas Tekan )


Berfungsi untuk menetralkan tekanan air yang terlalu besar didalam pipa akibat perbedaan
tinggi yang ekstrim, terdapat pada jaringan transmisi Sumber Wulung – Sumber Kalegen,
terdiri dari

1. BPT Putihan (sebagai Bak Pengumpul dari sumber + 626.196 M.PAL


Wulung + Kalegen)

2. BPT Kiringan + 577.073 M.PAL


3. BPT Jati + 503 M.PAL
4. BPT Bandongan + 441.441 M.PAL

4.1.3.3. Reservoir
Berfungsi untuk mengumpulkan / menampung air yang berasal dari sumber air melalui
jaringan pipa Transmisi untuk kemudian diatur pendistribusianya ke pelanggan secara
manual ataupun secara otomatis.
Reservoir yang ada 4.650 m³ :

Reservoir Aloon – aloon, kapasitas 1.750 m³


Tahun : 1920, Menampung air dari Tuk Pecah dan Bandongan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 10


Reservoir Bandongan, kapasitas 1.750 m³
Tahun : 1961, Menampung air dari sumber Kanoman II
Reservoir AKMIL, kapasitas 500 m³
Tahun : 1981, Menampung air dari sumber Kanoman II
Reservoir Tidar, kapasitas 1.000 m³
Tahun : 1994, menampung air dari sumber Kanoman I

4.1.3.4. Jaringan Pipa transmisi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 11


4.1.3.5. Sistem Pengolahan Air
Pada PDAM Kota Magelang pengolahan air relatif tidak diperlukan karena kualitas air sudah
baik. Pengolahan yang dilaksanakan hanya berupa pembubuhan desinfektan berupa kaporit.
Data sampel pemeriksaan air lihat lampiran.
Prosedur Pembubuhan Kaporit/Kaporisasi (desinfektan)
Secara umum, prosedur pembubuhan kaporit pada tiap bak untuk tiap tempat adalah sama.
Prosedur pembubuhan kaporit dilakukan dengan cara:
1. Menyiapkan bubuk kaporit
2. Menyiapkan ember untuk mencampur kaporit
3. Mencampur kaporit bubuk dengan air
4. Mengaduk hingga homogen
5. Menuangkan larutan kaporit ke dalam bak
6. Mengalirkan larutan kaporit ke tempat pengaliran air

Dasar Perhitungan Pemakaian Kaporit


A. Reservoir Ground Tank Tidar
Debir air = 80 L/s
Kadar Chlor = 60 %
Sisa Chlor yang diharapkan = 0,5 ppm
Volume tangki kaporit = 1000 L

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 12


Perhitungan:
Kebutuhan kaporit (kadar
100%)/hari = 80 L/s x 0,5 mg/L x 86400 s/1000 L
= 3456 mg/L
Kebutuhan kaporit (kadar 60%)/hari = 3456 mg/L x 100/60
= 5760 mg/L
Kebutuhan kaporit/hari dalam kg = 5760 mg/L x 1000 L
= 5760000 mg
= 5,76 kg
Debit larutan kaporit = 5760000 mg /86400 s
= 66,7 mg/s
= 0,0116 L/s

Bandongan
Debir air = 45 L/s
Kadar Chlor = 60 %
Sisa Chlor yang diharapkan = 0,5 ppm
Volume tangki kaporit = 600 L
Perhitungan:
Kebutuhan kaporit (kadar
100%)/hari = 45 L/s x 0,5 mg/L x 86400 s/600 L
= 3240 mg/L
Kebutuhan kaporit (kadar 60%)/hari = 3240 mg/L x 100/60
= 5400 mg/L
Kebutuhan kaporit/hari dalam kg = 5400 mg/L x 6000 L
= 3240000 mg
= 3,24 kg
Debit larutan kaporit = 3240000 mg /86400 s
= 37,5 mg/s
= 0,0069 L/s
Kalimas
Debir air = 100 L/s
Kadar Chlor = 60 %
Sisa Chlor yang diharapkan = 0,5 ppm
Volume tangki kaporit = 500 L
Perhitungan:
Kebutuhan kaporit (kadar
100%)/hari = 100 L/s x 0,5 mg/L x 86400 s/500 L

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 13


= 8640 mg/L
Kebutuhan kaporit (kadar 60%)/hari = 8640 mg/L x 100/60
= 1440 mg/L
Kebutuhan kaporit/hari dalam kg = 1440 mg/L x 500 L
= 7200000 mg
= 7,2 kg
Debit larutan kaporit = 7200000 mg /86400 s
= 83,33 mg/s
= 0,0069 L/s

4.1.4. Unit Distribusi


Unit distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan jam puncak yang besarnya berkisar
115%-300% dari kebutuhan rata-rata. Air yang dihasilkan dari IPA dapat ditampung dalam
reservoir air yang berfungsi untuk menjaga kesetimbangan antara produksi dengan
kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat, dan sebagai
penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir air dibangun baik dengan
konstruksi baja maupun konstruksi beton bertulang.
Jaringan perpipaan yang terkoneksi satu dengan lainnya membentuk jaringan tertutup (loop),
sistem jaringan distribusi bercabang (dead-end distribution system), atau kombinasi dari
kedua sistem tersebut (grade system). Bentuk jaringan pipa distribusi ditentukan oleh
kondisi topografi, lokasi reservoir, luas wilayah pelayanan, jumlah pelanggan dan jaringan
jalan dimana pipa akan dipasang.
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam perancangan denah (lay-out) sistem
distribusi adalah sebagai berikut:
- Denah (Lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah
pelayanan dan lokasi instalasi pengolahan air;
- Tipe sistem distribsi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan;
- Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya, diusulkan
kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan relatif datar, dapat
digunakan sistem perpompaan langsung, kombinasi dengan menara air, atau
penambahan pompa penguat (booster pump);
- Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40 m,
wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zone sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat
digunakan katup pelepas tekan (pressure reducing valve). Untuk mengatasi kekurangan
tekanan dapat digunakan pompa penguat.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 14


4.1.4.1. Perpipaan Transmisi Air Minum dan Distribusi
A. Penentuan dimensi perpipaan transmisi air minum dan distribusi dapat menggunakan
formula:
Q = VxA
A = 0,785 D2
Dimana
Q : debit (m3/detik)
V : kecepatan pengaliran (m/detik)
A : luas penampang pipa (m2)
D : diameter pipa (m)
B. Kualitas pipa berdasarkan tekanan yang direncanakan; untuk pipa bertekanan tinggi
dapat menggunakan pipa Galvanis (GI) Medium atau pipa PVC kelas AW, 8 s/d 10
kg/cm2 atau pipa berdasarkan SNI, Seri (10–12,5), atau jenis pipa lain yang telah
memiliki SNI atau standar internasional setara.
C. Jaringan pipa didesain pada jalur yang ditentukan dan digambar sesuai dengan zona
pelayan yang di tentukan dari jumlah konsumen yang akan dilayani, penggambaran
dilakukan skala maksimal 1:5.000.
Tabel 4.5. Kriteria Pipa Distribusi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 15


4.1.4.2. Pipa Distribusi
A. Denah (Lay-out) Jaringan Pipa Distribusi
Perencanaan denah (lay-out) jaringan pipa distribusi ditentukan berdasarkan
pertimbangan:
❑ Situasi jaringan jalan di wilayah pelayanan; jalan-jalan yang tidak saling menyambung
dapat menggunakan sistem cabang. Jalan-jalan yang saling berhubungan membentuk
jalur jalan melingkar atau tertutup, cocok untuk sistem tertutup, kecuali bila
konsumen jarang
❑ Kepadatan konsumen; makin jarang konsumen lebih baik dipilih denah (lay-out) pipa
berbentuk cabang
❑ Keadaan topografi dan batas alam wilayah pelayanan
❑ Tata guna lahan wilayah pelayanan
B. Komponen Jaringan Distribusi
Jaringan pipa distribusi harus terdiri dari beberapa komponen untuk memudahkan
pengendalian kehilangan air
(a) Zona distribusi suatu sistem penyediaan air minum adalah suatu area pelayanan
dalam wilayah pelayanan air minum yang dibatasi oleh pipa jaringan distribusi utama
(distribusi primer). Pembentukan zona distribusi didasarkan pada batas alam (sungai,
lembah, atau perbukitan) atau perbedaan tinggi lebih besar dari 40 meter antara
zona pelayanan dimana masyarakat terkonsentrasi atau batas administrasi.
Pembentukan zona distribusi dimaksudkan untuk memastikan dan menjaga tekanan
minimum yang relatif sama pada setiap zona. Setiap zona distribusi dalam sebuah
wilayah pelayanan yang terdiri dari beberapa Sel Utama (biasanya 5-6 sel utama)
dilengkapi dengan sebuah meter induk.
(b) Jaringan Distribusi Utama (JDU) atau distribusi primer yaitu rangkaian pipa distribusi
yang membentuk zona distribusi dalam suatu wilayah pelayanan SPAM.
(c) Jaringan distribusi pembawa atau distribusi sekunder adalah jalur pipa yang
menghubungkan antara JDU dengan Sel Utama.
(d) Jaringan distribusi pembagi atau distribusi tersier adalah rangkaian pipa yang
membentuk jaringan tertutup Sel Utama.
(e) Pipa pelayanan adalah pipa yang menghubungkan antara jaringan distribusi pembagi
dengan Sambungan Rumah. Pendistribusian air minum dari pipa pelayanan dilakukan
melalui Clamp Sadle.
(f) Sel utama (Primary Cell) adalah suatu area pelayanan dalam sebuah zona distribusi
dan dibatasi oleh jaringan distribusi pembagi (distribusi tersier) yang membentuk
suatu jaringan tertutup. Setiap sel utama akan membentuk beberapa Sel Dasar
dengan jumlah sekitar 5-10 sel dasar. Sel utama biasanya dibentuk bila jumlah
sambungan rumah (SR) sekitar 10.000 SR.
C. Bahan Pipa
Pemilihan bahan pipa bergantung pada pendanaan atau investasi yang tersedia. Hal
yang terpenting adalah harus dilaksanakannya uji pipa yang terwakili untuk menguji
mutu pipa tersebut. Tata cara pengambilan contoh uji pipa yang dapat mewakili tersebut

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 16


harus memenuhi persyaratan teknis dalam SNI 06-2552-1991 tentang Metode
Pengambilan Contoh Uji Pipa PVC Untuk Air Minum, atau standar lain yang berlaku.

D. Diameter Pipa Distribusi


Ukuran diameter pipa distribusi ditentukan berdasarkan aliran pada jam puncak dengan
sisa tekan minimum di jalur distribusi, pada saat terjadi kebakaran jaringan pipa mampu
mengalirkan air untuk kebutuhan maksimum harian dan tiga buah hidran kebakaran
masing-masing berkapasitas 250 gpm dengan jarak antara hidran maksimum 300 m.
Faktor jam puncak terhadap debit rata-rata tergantung pada jumlah penduduk wilayah
terlayani sebagai pendekatan perencanaan dapat digunakan tabel dibawah ini :

Tabel 4.6. Faktor Jam Puncak untuk Perhitungan jaringan Pipa Distribusi

Tabel 4.7. Diameter Pipa Distribusi

Analisis jaringan pipa distribusi antara lain memenuhi ketentuan sebagai berikut:
A. Jika jaringan pipa tidak lebih dari empat loop, perhitungan dengan metoda hardy-
cross masih diijinkan secara manual. Jika lebih dari empat loop harus dianalisis
dengan bantuan program komputer.
B. Perhitungan kehilangan tekanan dalam pipa dapat dihitung dengan rumus Hazen
Williams:
Hf = 10,66-1,85 D-4,87 L
Kecepatan aliran dengan rumus:
V = 0,38464 C.D 0,63 I 0,54
Debit aliran dihitung dengan rumus:
1. Q = 0,27853 C.D 2,63 I 0,54
Dimana:
Q = debit air dalam pipa (m³/detik)
C = koefisien kekasaran pipa
D = diameter pipa (m)
S = slope/kemiringan hidrolis
Ah = kehilangan tekanan (m)

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 17


L = panjang pipa (m)
V = kecepatan aliran dalam pipa (m/detik)
A = luas penampang pipa (m³)

4.1.4.3. Perlengkapan Jaringan Pipa Distribusi :


a. Katup/valve
Katup berfungsi untuk membuka dan menutup aliran air dalam pipa, dipasang
pada:
▪ lokasi ujung pipa tempat aliran air masuk atau aliran air keluar;
▪ setiap percabangan;
▪ pipa outlet pompa;
▪ pipa penguras atau wash out
Tipe katup yang dapat dipakai pada jaringan pipa distribusi adalah Katup
Gerbang (Gate Valve) dan Katup kupu-kupu (Butterly Valve).
b. Katup penguras (Wash Out/Blow Off)
Dipasang pada tempat-tempat yang relatif rendah sepanjang jalur pipa,
ujung jalur pipa yang mendatar dan menurun dan titik awal jembatan
c. Katup Udara (Air Valve)
Dipasang pada titik tertinggi di sepanjang pipa distribusi, di jembatan pipa
dengan perletakan ¼ panjang bentang pipa dari arah aliran, pada jalur lurus
setiap jarak tertentu.
d. Hidran Kebakaran
Dipasang pada jaringan pipa distribusi dengan jarak antar hidran maksimum
tidak boleh lebih dari 300 m di depan gedung perkantoran kran komersil
e. Bak Pelepas Tekan (BPT)
Bak pelepas tekan (BPT) merupakan salah satu bangunan penunjang pada
jaringan transmisi atau pipa distribusi. BPT berfungsi untuk menghilangkan
tekanan lebih yang terdapat pada aliran pipa, yang dapat mengakibatkan
pipa pecah.
f. Jembatan Pipa
a) Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang
menyeberang sungai/saluran atau sejenis, diatas permukaan
tanah/sungai.
b) Pipa yang digunakan untuk jembatan pipa disarankan menggunakan pipa
baja atau pipa Ductile Cast Iron (DCIP).
c) Sebelum bagian pipa masuk dilengkapi gate valve dan wash out.
d) Dilengkapi dengan air valve yang diletakkan pada jarak 1/4 bentang dari
titik masuk jembatan pipa.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 18


g. Syphon
➢ Merupakan bagian dari pipa transmisi atau pipa distribusi yang
menyeberang di bawah dasar sungai/saluran.
➢ Pipa yang digunakan untuk syhpon disarankan menggunakan pipa baja
atau pipa Ductile Cast Iron (DCIP).
➢ Bagian pipa masuk dan keluar pada syphon, dibuat miring terhadap pipa
transmisi atau pipa distribusi membentuk sudut 45 derajat dan diberi
blok beton penahan sebagai pondasi.
➢ Bagian pipa yang menyeberang/berada di bawah dasar sungai/saluran
harus diberi pelindung.
h. Manhole
a) Manhole diperlukan untuk inspeksi dan perbaikan terhadap
perlengkapan-perlengkapan tertentu pada jaringan distribusi.
b) Ditempatkan pada tempat-tempat pemasangan meter air, pemasangan
katup, dan sebagainya.
i. Thrust Block
1. Berfungsi sebagai pondasi bantalan/dudukan perlengkapan pipa seperti
bend, tee, Katup (valve) yang berdiameter lebih besar dari 40 mm.
2. Dipasang pada tempat-tempat dimana perlengkapan pipa dipasang yaitu
pada:
▪ Belokan pipa.
▪ Persimpangan/percabangan pipa.
▪ Sebelum dan sesudah jembatan pipa, syphon.
▪ Perletakan valve/katup.
3. Dibuat dari pasangan batu atau beton bertulang.
Di Kota Magelang jenis pipa yang digunakan sebagai pipa distribusi adalah :
- Pipa Plastik (PVC)
- Pipa Besi (Pipa Galvanise, Pipa Steel dsb)
Sepanjang jalur pipa terdapat kelengkapan-kelengkapan seperti :
- Jembatan Pipa
- Siphon
- Crossing Jalan
- Wash Out
- Air Release Valve
- Dsb
Selain menggunakan sistem perpipaan, distribusi air minum dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem non perpipaan seperti pelayanan dengan menggunakan sistem

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 19


Mobile Service dengan menggunakan Truk Tanki Air ataupun pelayanan setempat
dengan menggunakan Kran Umum.

4.1.4.4. Unit Pelayanan


Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran/kran umum, terminal air, hidran
kebakaran dan meter air
1) Sambungan Rumah
Yang dimaksud dengan pipa sambungan rumah adalah pipa dan perlengkapannya,
dimulai dari titik penyadapan sampai dengan meter air. Fungsi utama dari sambungan
rumah adalah:
❑ mengalirkan air dari pipa distribusi ke rumah konsumen;
❑ untuk mengetahui jmlah air yang dialirkan ke konsumen.
Perlengkapan minimal yang harus ada pada sambungan rumah adalah:
❑ bagian penyadapan pipa;
❑ meter air dan pelindung meter air atau flowrestrictor;
❑ katup pembuka/penutup aliran air;
❑ pipa dan perlengkapannya.

2) Hidran/Kran Umum
Pelayanan Kran Umum (KU) meliputi pekerjaan perpipaan dan pemasangan meteran air
berikut konstruksi sipil yang diperlukan sesuai gambar rencana. KU menggunakan pipa
pelayanan dengan diameter ¾”–1” dan meteran air berukuran ¾”. Panjang pipa
pelayanan sampai meteran air disesuaikan dengan situasi di lapangan/pelanggan.
Konstruksi sipil dalam instalasi sambungan pelayanan merupakan pekerjaan sipil yang
sederhana meliputi pembuatan bantalan beton, meteran air, penyediaan kotak
pengaman dan batang penyangga meteran air dari plat baja beserta anak kuncinya,
pekerjaan pemasangan, plesteran dan lain-lain sesuai gambar rencana.
Instalasi KU dibuat sesuai gambar rencana dengan ketentuan sebagai berikut:
❑ lokasi penempatan KU harus disetujui oleh pemilik tanah
❑ saluran pembuangan air bekas harus dibuat sampai mencapai saluran air
kotor/selokan terdekat yang ada
❑ KU dilengkapi dengan meter air diameter ¾”

3) Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah suatu hidran atau sambungan keluar yang disediakan untuk
mengambil air dari pipa air minum untuk keperluan pemadam kebakaran atau
pengurasan pipa. Unit hidran kebakaran (fire hydrant) pada umumnya dipasang pada
setiap interval jarak 300 m, atau tergantung kepada kondisi daerah/peruntukan dan
kepadatan bangunannya.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 20


Berdasarkan jenisnya dibagi menjadi 2, yaitu:
❑ Tabung basah, mempunyai katup operasi diujung air keluar dari kran kebakaran.
Dalam keadaaan tidak terpakai hidran jenis ini selalu terisi air.
❑ Tabung kering, mempunyai katup operasi terpisah dari hidran. Dengan menutup
katup ini maka pada saat tidak dipergunakan hidran ini tidak berisi air.
Pada umumnya hidran kebakaran terdiri dari empat bagian utama, yaitu:
❑ Bagian yang menghubungkan pipa distribusi dengan hidran kebakaran
❑ Badan hidran
❑ Kepala hidran
❑ Katup hidran

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 21


4.2. Standar Kebutuhan Air

Tingkat pemakaian air per orang sangat bervariasi antara suatu daerah dengan daerah
lainnya, sehingga secara keseluruhan penggunaan air dalam suatu sistem penyediaan air
minum juga akan bervariasi. Bervariasinya pemakaian air ini disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain: iklim, standar hidup, aktivitas masyarakat, tingkat sosial dan ekonomi,
pola serta kebiasaan masyarakat dan hari libur.
Berhubungan dengan fluktuasi pemakaian air ini, terdapat tiga macam pengertian, yaitu:
a. Kebutuhan rata-rata
Pemakaian air rata-rata dalam satu hari adalah pemakaian air dalam setahun dibagi
dengan 365 hari.
b. Kebutuhan maksimum (Qmax)
Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan
terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari lainnya.
Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar perencanaan untuk
menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan transmisi dan Instalasi
Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar antara 1,1 sampai 1,5
(Lampiran III Permen PU NO. 18 Tahun 2007). Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM
Kota Magelang, faktor hari maksimum (fm) yang digunakan sebagai kriteria desai adalah
1,2.
c. Kebutuhan Puncak (Q peak)
Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam tersebut
mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk
dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah penduduknya semakin
beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya aktivitas penduduk,
maka fluktuasi pemakian air semakin kecil. Berdasarkan standar yang tercantum dalam
Lampiran III Permen PU No.18 Tahun 2007, faktor jam puncak (fp) berkisar antara 1,15
– 3. Dalam penyusunan Rencana Induk SPAM Kota Magelang, faktor jam puncak (fp)
yang digunakan sebagai kriteria desain adalah 1,5.
Kebutuhan air ditentukan berdasarkan:
- Proyeksi penduduk
Proyeksi penduduk harus dilakukan untuk interval 5 tahun selama periode
perencanaan
- Pemakaian air (L/o/h)
Laju pemakaian air diproyeksikan setiap interval 5 tahun
- Ketersediaan air
Perkiraan kebutuhan air hanya didasarkan pada data sekunder sosial ekonomi dan
kebutuhan air diklasifikasikan berdasarkan aktifitas perkotaan atau masyarakat

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 22


4.2.1. Kebutuhan Domestik
Merupakan kebutuhan air yang berasal dari rumah tangga dan sosial. Standar konsumsi
pemakaian domestic ditentukan berdasarkan rata-rata pemakaian air perhari yang
diperlukan oleh setiap orang.
Tabel 4.8. Tingkat konsumsi/pemakaian air rumah tangga sesuai kategori kota

Jumlah Tingkat Pemakaian


No. Kategori Kota Sistem
Penduduk Air

1. Kota Metropolitan >1.000.000 Non Standar 190

2. Kota Besar 500.000 – Non Standar 170


1.000.000

3. Kota Sedang 100.000 – Non Standar 150


500.000

4. Kota Kecil 20.000 – Standar BNA 130


100.000

5. Kota kecamatan <20.000 Standar IKK 100

6. Kota Pusat Pertumbuhan <3.000 Standar DPP 60

Sumber: SK-SNI Air minum 2001

Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik) dihitung berdasarkan jumlah penduduk tahun
perencanaan. Kebutuhan air minum untuk daerah domestic ini dilayani dengan sambungan
rumah (SR) dan hidran umum (HU). Kebutuhan air minum untuk daerah domestic ini dapat
dihitung berdasarkan persamaan berikut:
Kebutuhan air = % pelayanan x a x b
Dimana:
a = jumlah pemakaian air (liter/orang/hari)
b = jumlah penduduk daerah pelayanan (jiwa)
Kebutuhan air untuk domestik (rumah tangga) yaitu pemakaian air dilingkungan rumah
tangga dihitung berdasarkan :
- Jumlah penduduk
- Prosentase jumlah penduduk yang akan dilayani
- Pelayanan air
- Konsumsi pemakaian air (liter/orang/hari)

Pola penggunaan air di Wilayah Studi akan menentukan berapa standar konsumsi air yang
akan menjadi dasar untuk menghitung perkiraan kebutuhan air sampai dengan akhir tahun
perencanaan.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 23
Disamping berdasarkan kepada pedoman standar konsumsi yang dikeluarkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum, tetapi juga harus mengacu kepada konsumsi nyata (Real
Demand). Data yang cukup akurat untuk mengetahui kebutuhan nyata adalah data yang
dimiliki oleh PDAM. Kebutuhan akan diambil berdasarkan rata-rata pemakaian konsumsi
rumah tangga.
Selain PDAM, penyediaan air minum juga dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota
wilayah PKW Kota Magelang dan pihak swasta melalui berbagai sistem penyediaan secara
teknis dapat kategorikan didalam standar air minum.
Didalam penyediaan air minum Non PDAM, standar konsumsi air minum menggunakan
standar pemakaian sebesar 70 L/o/hari - 110 L/o/hari.
Pada umumnya pengembangan penyediaan air minum Non PDAM menggunakan sumber
sebagai berikut :
1. Sumur Dangkal/Sumur Pompa.
2. Sumur Dalam/Sumur Bor.
3. Mata Air dengan kapasitas kecil dengan perlindungan.
4. Penampungan Air Hujan

4.2.2. Kebutuhan Non Domestik


Kegiatan non domestik adalah kegiatan penunjang kota terdiri dari kegiatan komersil berupa
industri, perkantoran, perniagaan dan kegiatan sosial seperti sekolah, rumah sakit dan
tempat ibadah. Penentuan kebutuhan air non domestik didasarkan pada faktor jumlah
penduduk pendukng dan jumlah unit fasilitas yang dimaksud. Fasilitas perkotaan tersebut
antara lain adalah fasilitas umum, industri dan komersil. Perhitungan kebutuhan air non
domestik di Kota Magelang diasumsikan sebesar 15-20%.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 24


4.3. PERIODE PERENCANAAN

Untuk periode perencanaan dalam penyusunan RISPAM di ikuti pedoman yang di atur dalam
Permen PU no. 18 Tahun 2007, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.9. Periode Perencanaan

Sumber: Permen PU no. 18 Tahun 2007

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 25


4.4. Kriteria Daerah Layanan

4.4.1. Penetapan Wilayah Pelayanan


Daerah pelayanan disesuaikan dengan arah pengembangan yang ada dalam RTRW serta
memperhatikan daerah potensial, daerah yang tinggi kepadatan penduduknya, fungsi
strategis kota misalnya wisata, industry atau perkantoran, daerah dengan penduduk
berpenghasilan rendah ( MBR ), ketersediaan sumber air atau daerah rawan air, serta
kebijakan pemerintah kota dalam penyediaan air minum. Wilayah pelayanan tidak terbatas
pada wilayah administrasi yang bersangkutan sesuai hasil kesepakatan dan koordinasi
dengan pihak-pihak yang terkait dalam rangka menunjang pembangunan sistem penyediaan
air minum.
A. Bentuk Wilayah Pelayanan
Bentuk wilayah pelayanan mengikuti arah perkembangan kota dan kawasan di
dalamnya.
B. Luas Wilayah Pelayanan
Luas wilayah pelayanan ditentukan berdasarkan survei dan pengkajian sehingga
memenuhi persyaratan teknis.
C. Pertimbangan Teknis Wilayah Pelayanan
Pertimbangan teknis dalam menentukan wilayah pelayanan antara lain namun tidak
dibatasi oleh:
- kepadatan penduduk
- tingkat kesulitan dalam memperoleh air
- kualitas sumber air yang ada
- tata ruang kota
- tingkat perkembangan daerah
- dana investasi, dan
- kelayakan operasi
D. Komponen Wilayah Pelayanan
Komponen wilayah pelayanan adalah:
- Kawasan permukiman
- Kawasan perdagangan
- Kawasan pemerintahan dan pendidikan
- Kawasan industri
- Kawasan pariwisata
- Kawasan khusus: pelabuhan, rumah susun.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 25


4.4.2. Penetapan Wilayah Studi
Apabila terdapat sistem eksisting, maka lakukan penanganan seperti pada ketentuan umum
dan ketentuan teknis di atas, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
- Menguraikan sasaran wilayah pelayanan dan arah pengembangan kota menurut tata
ruang kota yang sudah disetujui.
- Menguraikan komponen-komponen yang ada di dalam wilayah pelayanan saat ini dan
proyeksi pada masa mendatang.
- Menggambarkan dan menempatkan lokasi sumber air alternatif yang telah dikunjungi dan
alternatif jalur pipa transmisi air baku.
- Membuat batas wilayah meliputi seluruh alternatif sumber dan wilayah yang menjadi
kesepakatan dan koordinasi pihak terkait.

4.4.3. Penetapan wilayah program


Wilayah proyek merupakan wilayah sistem yang sudah terpilih yang mencakup semua
tahapan pengembangan sistem penyediaan air minum kemudian menggambarkan alternatif
terpilih tersebut pada sebuah peta wilayah program, dan lengkapi dengan keterangan sistem
yang mencakup:
a. lokasi sumber air baku dan pengembangannya,
b. lokasi instalasi pengolahan dan pengembangannya,
c. lokasi reservoir distribusi dan pengembangannya,
d. wilayah pelayanan dan pengembangannya.
Pelayanan air minum ke konsumen dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Secara
individu artinya setiap rumah mendapat pelayanan air langsung dengan sambungan rumah
yang dilengkapi dengan meter air. Jenis pelayanan seperti ini diterapkan untuk kota dengan
tingkat kepadatan bangunan relatif tinggi, sedangkan untuk daerah pelayanan dengan
tingkat kepadatan bangunan relatif rendah dimana daerah kosong (Blank Areas) banyak
maka pelayanan yang dipakai berupa pelayanan secara kelompok yaitu dengan Hidran
Umum (HU) atau Kran Umum (KU).
Penempatan HU atau KU didasarkan hasil survey lapangan dan survey sosek, sehingga
penempatan HU/KU optimal sesuai kebutuhan dan dapat menjangkau konsumen.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 26


5. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR BAB 5
PROYEKSI KEBUTUHAN
AIR

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 4 - 27


5.1. RENCANA PEMANFAATAN RUANG

5.1.1. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Pola Ruang Kota Magelang


Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang Kota Magelang terbagi kedalam 2 (dua)
bagian yaitu kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung dan kebijakan dan
strategi pengembangan kawasan budidaya, kedua kebijakan dan stretegi tersebut harus
memperhatikan prinsip-prinsip Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), sehingga
kebijakan yang ditempuh dapat sinkron dengan permasalahan dan isue-iseu strategis bidang
lingkungan hidup.

5.1.2. Kebijakan dan Strategi Kawasan Lindung Kota Magelang


Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung dirumuskan sebagai upaya dalam
pemantapan kawasan lindung sesuai dengan karakter atau daya dukung, permasalahan dan
upaya pencapaiannya. Kawasan lindung di Kota Magelang meliputi kawasan perlindungan
setempat dan kawasan rawan bencana yaitu perlindungan sekitar sungai (sempadan
sungai), perlindungan sekitar mata air, RTH, perlindungan kawasan cagar budaya dan
kawasan mitigasi bencana alam. Kebijakan pengembangan kawasan lindung Kota Magelang
meliputi:
(1) pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;
dan
(2) pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan
lingkungan hidup.

5.1.2.1. Kebijakan dan Strategi I


Kebijakan pertama pengembangan kawasan lindung yaitu pemeliharaan dan perwujudan
kelestarian fungsi dan daya dukung lingkungan hidup dijabarkan dalam strategi sebagai
berikut:
a. menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang udara, dan ruang di dalam bumi
yang meliputi hutan lindung, kawasan perlindungan setempat, RTH, kawasan cagar
budaya, dan kawasan rawan bencana alam;
b. mengembangkan RTH untuk mencapai luasan 30% (tiga puluh persen) dari luas
wilayah Kota Magelang;
c. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat
pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara
keseimbangan ekosistem wilayah;
d. mengembangkan, menata, mempertahankan, dan/atau meningkatkan kualitas
kawasan cagar budaya untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pariwisata Kota
Magelang; dan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 2


e. mengarahkan kawasan rawan bencana tanah longsor sebagai kawasan sabuk hijau
(green belt).
5.1.2.2. Kebijakan dan Strategi II
Kebijakan kedua pengembangan kawasan lindung yaitu pencegahan dampak negatif
kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup dijabarkan kedalam
strategi sebegai berikut:
a. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup,
sedangkan Yang dimaksud dengan “upaya terpadu” adalah dalam penyelenggaraan
pelestarian lingkungan hidup diperlukan integrasi rencana pelestarian, sinkronisasi
program, dan koordinasi dalam penyelenggaraan pembangunan diantara para
pemangku kepentingan di Kota Magelang, melindungi kemampuan lingkungan hidup
dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu
kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya;
b. melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau
kompenen lainnya yang dibuang kedalamnya;
c. mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung
menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup
tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;
d. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana untuk menjamin
kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan; dan
e. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di
kawasan rawan bencana**.

5.1.3. Kebijakan dan Strategi Kawasan Budidaya Kota Magelang


Kebijakan dan strategi pemantapan kawasan budidaya dirumuskan sebagai upaya dalam
pemantapan kawasan budidaya sesuai dengan karakter atau daya dukung, permasalahan
dan upaya pencapaiannya. Kawasan budidaya dapat diklasifikasikan menurut fungsi
peruntukan lahan seperti perumahan, kawasan industri, perdagangan jasa, pertanian, RTH,
dan jalur hijau.
Kebijakan pengembangan kawasan budidaya Kota Magelang terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu
sebagai berikut:
a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya,
yang dimaksud dengan keterpaduan dan keterkaitan antar kegiatan budidaya
mengandung pengertian bahwa kawasan budidaya yang dikembangkan bersifat saling
menunjang satu sama yang lainnya, sehingga dapat mewujudkan sinergi dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung
lingkungan hidup.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 3


5.1.3.1. Kebijakan dan Strategi I
Kebijakan pertama pengembangan kawasan budidaya Kota magelang yaitu pengembangan
kawasan budidaya untuk mewujudkan dan meningkatkan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budidaya, dijabarkan kedalam strategi yang meliputi:
a. menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis kota untuk pemanfaatan
sumber daya alam di ruang darat, ruang udara, dan ruang di dalam bumi secara
sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;
b. mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta infrastruktur
secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian
kawasan dan wilayah sekitarnya;
c. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan
keamanan, sosial budaya, dan ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk
mewujudkan ketahanan pangan Kota Magelang dan/atau provinsi, serta nasional; dan
e. mengembangkan kegiatan pengelolaan sumber daya lahan* untuk meningkatkan
kualitas permukiman, pariwisata, pertanian, dan industri, serta ruang kegiatan sektor
informal dan ruang terbuka non hijau.

5.1.3.2. Kebijakan dan Strategi II


Kebijakan kedua pengembangan pola ruang Kota Magelang yaitu pengendalian
perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung lingkungan hidup
dijabarkan kedalam beberapa strategi sebagai berikut:
a. mengoptimalkan ruang bagi kegiatan budidaya sesuai daya dukung lingkungan hidup
dan daya tampung lingkungan hidup;
b. mengembangkan secara selektif bangunan fisik** di kawasan rawan bencana
berdasarkan kajian teknis untuk meminimalkan potensi kejadian bencana dan potensi
kerugian akibat bencana;
c. mengatur penggunaan teknologi yang berpotensi sebagai sumber ancaman atau
bahaya bencana;
d. membatasi alih fungsi lahan pertanian sawah produktif melalui penataan
perkembangan kawasan terbangun di kawasan perkotaan dengan mengoptimalkan
pemanfaatan ruang secara vertikal dan tidak sporadis guna mempertahankan lahan
pangan berkelanjutan dan mengembangkan kawasan tanah non produktif untuk
kegiatan non pertanian;
e. mengembangkan kegiatan budidaya* yang dapat mempertahankan keberadaan
kawasan dari dampak negatif yang mungkin timbul termasuk bencana; dan
f. menyiapkan ruang dan jalur evakuasi bencana.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 4


5.1.4. Kebijakan dan Strategi Sektoral Pola Ruang
Bagian ini akan dijelaskan kebijakan dan strategi khusus untuk kegiatan budidaya yang akan
dikembangkan pada masing-masing peruntukan lahan sebagai penjabaran dari strategi
pengembangan kawasan budidaya adalah sebagai berikut:
5.1.4.1. Kebijakan Pengembangan Kawasan Peruntukan Perdagangan
Kebijakan pengembangan perdagangan dan jasa dengan pengoptimalan sarana
perdagangan yang sudah ada dan pengembangan pusat-pusat perdagangan pada embrio
ekonomi baru pada kawasan-kawasan strategis kota
Strategi:
a. Pengembangan sarana perdagangan skala regional dengan mengedepankan
kenyamanan, keamanan, dan kelengkapan fasilitas bagi pengunjung,
b. Penataan, peningkatan dan pengembangan fasilitas perdagangan dengan
memperhatikan kelengkapan pendukung seperti tempat parkir yang aman dan
nyaman, aktivitas bongkar muat yang tidak menganggu lalu lintas jalan, dan
menggunakan badan jalan.
c. Pemfokusan arah pengembangan sarana prasarana ekonomi baik itu jenis dan skala
pelayanan sesuai dengan zona peruntukannya dan daya dukung dan daya tampung
lingkungannya.
d. Pengembangan kawasan perekonomian kerakyatan dengan adanya suatu kawasan
menjadi pusat kuliner malam hari, salah satunya pada Jalan Jenggolo dengan menutup
akses dari Jalan Pajajaran sampai dengan Jalan Pajang, dan hasil kajian lebih lanjut
yang memungkinkan untuk menjadi kawasan tersebut.

5.1.4.2. Kebijakan Pengembangan Kawasan Peruntukan Kesehatan


Kebijakan pengembangan kesehatan dengan peningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
yang handal dan profesional.
Strategi :
a. Peningkatan jenis pelayanan (Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Radiologi,
Pelayanan Laboratorium, Pelayanan Rehabilitasi Medik, dan Kesehatan Ibu dan Anak)
b. Peningkatan jasa kesehatan yang murah dan dapat dijangkau sampai dengan
masyarakat lingkungan terkecil seperti penyedian Balai Kesehatan, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Bidan, dan Balai Pengobatan lainnya.
c. Pengembangkan industri farmasi/herbal dengan skala pelayanan regional ataupun
internasional melalui aglomerasi IKM dan UKM yang ada di Kota Magelang, juga
dengan penyediaan sarana dan prasarana pendukungnya.
d. Peningkatan pendukung keruangan terkait dengan manajemen lingkungan dan
pemasaran terkait jasa pelayanan kesehatan seperti dengan penerbitan ISO standart
dan mutu pelayanan kesehatan.
e. Peningkatan status mutu akademik dengan penyediaan ruang yang memadahi, aman
dan lingkungan yang nyaman sekolah/fasilitas pendidikan pada jenjang strata yang
lebih tinggi (Sekolah Tinggi Kesehatan).

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 5


f. Peningkatan kemampuan dan keahlian tenaga medis melalui pendidikan dan pelatihan
yang berkesinambungan.

5.1.4.3. Kebijakan Pengembangan Kawasan Peruntukan Pendidikan


Kebijakan pengembangan pendidikan dengan peningkatkan kualitas pelayanan pendidikan
untuk menjadikan Magelang sebagai Kota Magelang tujuan utama di bidang pendidikan
(umum, kesehatan, militer, kepariwisataan dan informal).
Misi Penataan Ruang dengan Kebijakan dan strategi yang diterapkan dapat dilihat dalam
Strategi :
a. Pengembangan kualitas fasilitas pendidikan untuk menarik pelajar dari wilayah
Purwomanggung dan sekitar.
b. Pengembangan balai latihan kerja dan pusat pelatihan tenaga kerja terampil yang siap
digunakan terutama di bidang otomotif (untuk menyuplai tenaga kerja PT. Armada dan
karoseri lain), bidang perhotelan dan restoran untuk mendukung Kota Magelang
sebagai kota jasa.
c. Penambahan fasilitas pendukung kegiatan pendidikan berupa toko yang khusus
menyediakan alat tulis, buku pelajaran, buku umum, dan sebagainya, agar masyarakat
di Purwomanggung dan sekitar cukup terlayani kebutuhan di Kota Magelang (tidak
perlu ke Kota Semarang atau Yogjakarta)
d. Pengembangan perpustakaan umum yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
yang memadahi dan fasilitas internet
e. Pengembangan kawasan/sekolah khusus olahraga.

5.1.4.4. Kebijakan Pengembangan Kawasan Peruntukan Perumahan/ Permukiman


Kebijakan pengembangan perumahan permukiman dengan menyedikan ruang permukiman
kota yang sehat, nyaman huni, aman dari bencana dan tidak merusak lingkungan. Adapun
keterkaitan antara Visi dan Misi Penataan Ruang dengan Kebijakan dan strategi yang
diterapkan dapat dilihat dalam

Strategi :
a. Pengembangan Rumah Susun Sewa untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
perumahan yang sehat, murah dan terjangkau oleh semua kalangan, khususnya
kalangan masyarakat kelas bawah
b. Penertiban ijin mendirikan bangunan, baik pada bangunan yang sudah berdiri ataupun
dalam proses pembangunan
c. Penyediaan sarana prasarana pendukung kegiatan perumahan dengan standart
pelayanan yang sesuai dengan aturan teknis perkotaan, seperti pemenuhan pelayanan
persampahan, kesehatan, perdagangan, pendidikan, ruang bermain, dan sebagainya.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 6


5.1.4.5. Kebijakan Pengembangan Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kebijakan pengembangan pariwisata dengan Menjadikan Kota Magelang menjadi Kota


Magelang tujuan wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference and Exhibition) di Jawa
Tengah.
Strategi :
a. Penataan dan pengembangan sektor kepariwisataan melalui penyusunan studi
kepariwisataan (Penyusunan Rencana Induk Pariwisata)
b. Pengembangan ivent-ivent wisata khusus seperti lomba-lomba terkait pengenalan seni
budaya yang ada di Kota Magelang seperti Jatilan, Ketoprak, Keroncong, Sendratari
dan sebagainya pada kawasan-kawasan bersejarah dengan pengenalan produk wisata
yang ada di Kota Magelang, secara intensif dan berkesinambungan
c. Pengembangan wisata militer dan ketangkasan seperti wisata army
d. Peningkatan sarana penunjang wisata seperti rumah makan (pusat-pusat kuliner),
pusat oleh-oleh, penginapan, travel perjalanan dan sebagainya
e. Pengembangan sekolah-sekolah yang berbasis wisata
f. Pengembangan kawasan rekreasi alam, disekitar kawasan Sungai Progo (sekitar
kawasan hotel Puri Asri/kyai Langgeng) dan Elo, seperti arum jeram, outbond, dan
sebagainya yang dilengkapi dengan fasilitas home stay, villa, hotel dan sebagainya
untuk menangkap view sungai dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan pada
kawasan lindung (sempadan sungai, dan sebagainya).

5.1.4.6. Kebijakan Penetapan Ruang Kegiatan Sektor Informal


Kebijakan pengembangan Kota Magelang dengan penyedian kawasan
untuk pengembangan sektor informal kota sebagai wahana alternatif sebagai
wahana baru rekreasi kota yang aman, nyaman dan bernilai jual.

Strategi :
Penetapan kawasan khusus untuk pengembangan sektor informal sebagai sarana rekreasi
belanja :
a. Siang hari :
Pengembangan kawasan PKL di Jl. Pemuda sebagai pusat grosir (pakaian, anekan
makanan ringan, dan pernak-pernik) yang disertai dengan ketersedian area parkir
bersama, serta pedestrian ways yang aman dan nyaman.
b. Malam hari :
Pengembangan kawasan PKL di Jl. Jenggolo sebagai pusat kuliner/jajanan malam di
Kota Magelang (seperti : Kya-kya Kembang Jepun Surabaya). Dengan
memperdagangkan makanan khas dan unggulan Magelang dan sekitarnya.
Pengembangan kawasan PKL di Kawasan Armada Estate sebagai pusat kuliner malam
di bagian utara Kota Magelang.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 7


Penertiban kawasan alun-alun kota dari aktivitas PKL liar dan mengembangkan kawasan
tersebut sebagai kawasan khusus publik seperti Olahraga, Taman Bermain, Konser Musik,
dan sebagainya.

5.1.5. Kebijakan dan Strategi Penetapan Kawasan Strategis Kota Magelang


Kebijakan pengembangan Kawasan Strategis Kota Magelang yang meliputi kawasan
strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup, kawasan
strategis untuk kepentingan pertahanan dan keamanan, kawasan strategis pertumbuhan
ekonomi, dan kawasan strategis sosial dan budaya ditetapkan dengan memperhatikan
prinsip-prinsip Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS).
Adapun Kebijakan pengembangan kawasan strategis di Kota Magelang sebagai penjabaran
dari tujuan penataan ruang meliputi:
a. pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk
mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan
keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan
kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya Kota
Magelang;
b. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan pertahanan dan keamanan dalam
kerangka ketahanan nasional;
c. pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian
Kota Magelang yang produktif, efisien, dan mampu berdaya saing; dan
d. pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.

5.1.5.1. Kebijakan dan Strategi I


Kebijakan pertama pengembangan kawasan strategis untuk pelestarian dan peningkatan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan
keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan
melestarikan warisan budaya Kota Magelang, dijabarkan kedalam strategi sebagai berikut:
a. menetapkan kawasan Gunung Tidar sebagai kawasan strategis lingkungan hidup yang
berpengaruh pada fungsi lindung;
b. mencegah dan membatasi pemanfaatan ruang di kawasan strategis kota yang
berpotensi mengurangi fungsi lindung kawasan;
c. membatasi pengembangan sarana dan prasarana di dalam dan di sekitar kawasan
strategis Kota Magelang yang dapat memicu perkembangan budidaya;
d. mengembangkan kegiatan budidaya tidak terbangun* di sekitar kawasan strategis
Kota Magelang yang berfungsi sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan
lindung dengan kawasan budidaya terbangun; dan
e. merehabilitasi** fungsi lindung kawasan yang menurun akibat dampak pemanfaatan
ruang yang berkembang di dalam dan di sekitar kawasan strategis Kota Magelang.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 8


5.1.5.2. Kebijakan dan Strategi II
Kebijakan kedua pengembangan kawasan strategis untuk pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan pertahanan dan keamanan dalam kerangka ketahanan nasional, dijabarkan
kedalam strategi sebagai berikut:
a. mengkoordinasikan penataan kawasan strategis Nasional dengan fungsi khusus
kawasan pertahanan negara meliputi Kawasan Akademi Militer (AKMIL), Kawasan
Sekolah Calon Bintara (SECABA), Kawasan Komando Distrik Militer (KODIM) dan
Resimen Induk Kota Magelang Militer (RINDAM), dan Kawasan Batalyon Artileri Medan
(Yon ARMED) 11;
b. mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
strategis Kota Magelang untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan
c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya tidak terbangun di
sekitar kawasan strategis Kota Magelang sebagai zona penyangga yang memisahkan
kawasan strategis Kota Magelang dengan kawasan budidaya terbangun; dan
d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan/TNI.

5.1.5.3. Kebijakan dan Strategi III


Kebijakan Ketiga pengembangan kawasan strategis untuk pengembangan dan peningkatan
fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian Kota Magelang yang produktif, efisien,
dan mampu berdaya saing, dijabarkan kedalam strategi sebagai berikut:
a. menetapkan kawasan strategis Kota Magelang dengan fungsi pertumbuhan ekonomi
yang teridiri dari Kawasan Alun-alun, Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar,
Kawasan Sidotopo, Kawasan GOR Samapta, Kawasan Sukarno-Hatta. dan Kawasan
Kebonpolo;
b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan
strategis Kota Magelang untuk pengembangan ekonomi;
c. mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya manusia dan
kegiatan budidaya unggulan sebagai penggerak utama pengembangan perekonomian
Kota Magelang;
d. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
e. mengelola pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui daya dukung dan
daya tampung kawasan;
f. mengelola dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan kualitas
lingkungan hidup dan efisiensi kawasan;
g. mengintensifkan promosi peluang investasi; dan
h. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan ekonomi.

5.1.5.4. Kebijakan dan Strategi IV


Kebijakan Keempat pengembangan kawasan strategis untuk pelestarian dan peningkatan
sosial dan budaya bangsa, dijabarkan strategi sebagai berikut:

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 9


a. menetapkan* kawasan strategis Kota Magelang dengan fungsi pelestarian warisan
budaya bangsa berupa kawasan heritage arsitektural dan museum;
b. mengkoordinasikan penataan dan ikut memelihara kawasan strategis Nasional dengan
fungsi pelestarian warisan budaya bangsa berupa kawasan heritage arsitektural dan
museum;
c. mengembangkan** kegiatan budidaya secara selektif dan melalui kajian teknis
zonasi*** di dalam dan di sekitar kawasan strategis sosial dan budaya bangsa;
d. melestarikan keaslian fisik serta bentuk-bentuk bangunan yang ada di kawasan
strategis sosial dan budaya bangsa;
e. meningkatkan kecintaan masyarakat akan nilai budaya yang mencerminkan jati diri
bangsa yang berbudi luhur; dan
f. mengembangkan penerapan nilai budaya bangsa dalam kehidupan bermasyarakat.

Kebijakan dan Strategi Sektoral Kawasan Strategis Sinkronisasi terhadap RPJPD


Penetapan kawasan strategis kota di Kota Magelang didapatkan dari kawasan strategis yang
sebagian teridentifikasi oleh produk RPJP Kota Magelang dan RTRW Nasional dan RTRW
Provinsi Jawa Tengah. Adapun kawasan strategis yang terdapat di Kota Magelang adalah :
a. Kawasan Sidotopo;
b. Kawasan GOR Samapta;
c. Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar;
d. Kawasan Sukarno-Hatta;
e. Kawasan Kebonpolo;
f. Kawasan Alun-alun Kota;
g. Kawasan Strategis Lindung Gunung Tidar;
h. Kawasan Historical (Bangunan Kuno); dan
i. Kawasan Strategis Militer.

Kebijakan dan Strategi Kawasan Sidotopo


Kebijakan pengembangan dan Penataan Kawasan Sidotopo sebagai pusat bisnis baru di
Kota Magelang (Pusat Perdagangan, rekreasi/pariwisata, pendidikan dengan skala
pelayanan lokal dan regional)
Strategi:
a. Peningkatan penataan sistem transportasi menuju Kawasan Sidotopo misalnya dengan
pengembangan jaringan jalan baru, penambahan trayek, dan sebagainya.
b. .Peningkatan penataan peruntukan lahan di jalur strategis (Koridor arteri primer
Semarang-Magelang-Yogyakarta).

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 10


Kebijakan dan Strategi Kawasan GOR Samapta
Kebijakan pengembangan dan penataan Kawasan GOR Samapta sebagai wahana rekreasi
dan olahraga skala regional.
Strategi :
a. Peningkatan penataan sistem transportasi menuju Kawasan GOR Samapta dengan
pengembangan jaringan jalan baru dan terhubung dengan kawasan-kawasan potensial
lain seperti pembukaan jalur alternatif GOR Samapta-Kyai Langgeng.
b. Peningkatan jalan menuju GOR Samapta (Perlebaran Jl. Jeruk) dari Jalan Utama (Jl.
Ahmad Yani).

Kebjakan dan Strategi Kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar


Kebijakan pengembangan dan penataan kawasan Sentra Perekonomian Lembah Tidar
sebagai pusat perdagangan modern dan tradisional skala regional.
Strategi :
a. Peningkatan penataan lokasi Pasar Rejowinangun, Shoping Center, Pasar Gotong-
royong, dan sebagainya (misalnya pengembangan lokasi pasar secara vertikal).
b. Penyediaan ruang bongkar muat barang yang dapat menampung aktivas kawasan.
c. Penyediaan ruang parkir yang aman, nyaman, dan tidak menganggu aktivitas lalu lintas
di sekitar kawasan tersebut (Jl. Jend. Soedirman).
d. Pengembangan sub terminal pada Kawasan Shoping Center.

Kebijakan dan Strategi Kawasan Soekarno-Hatta


Kebijakan pengembangan dan penataan Kawasan Soekarno-Hatta sebagai sarana
perpindahan moda angkutan antar regional antar kota-provinsi.
Strategi :
a. Peningkatan penataan sistem transportasi yang melalui jalur koridor arteri primer
(Yogyakarta-Magelang-Semarang).
b. Peningkatan penataan peruntukan lahan di jalur strategis (Koridor arteri primer
Semarang-Yogyakarta).

Kebijakan dan Strategi Kawasan Kebonpolo.


Kebijakan pengembangan dan penataan Kawasan Kebonpolo sebagai pusat perdagangan
kota dengan memadukan antara kegiatan perdagangan dan transportasi.
Strategi:
a. Peningkatan skala pelayanan pasar Kebonpolo menjadi pusat pelayanan perdagangan
skala regional (Perdagangan Modern) untuk membangkitkan perkembangan di
kawasan utara Kota Magelang.
b. Pengoptimalan Sub Terminal (terminal tipe C) Kebonpolo dan pengintegrasian dengan
Kawasan Perdagangan dan Jasa.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 11
Kebijakan dan Strategi Kawasan Gunung Tidar.
Untuk Kawasan Gunung Tidar sebaiknya tetap dipertahankan sebagai kawasan lindung
diluar kawasan hutan (paru-paru Kota).
Strategi:
a. Peningkatan penghijauan dan pengayaan tanaman-tanaman tertentu untuk
meningkatkan peran Gunung Tidar sebagai paru-paru kota.
b. Pembatasan aktivitas di Gunung Tidar misalnya Jenis kegiatan yang bisa dilakukan
hanya bersifat studi dan tidak merusak lingkungan, atau hanya dapat dimanfaatkan
sebagai arena rekreasi alam dan wisata spiritual.

Kebijakan dan Strategi Kawasan Alun-alun dan sekitarnya (Losmenan dan lain sebagainya)
Kebijakan Pengembangan Kawasan pusat Kota (CBD) sebagai aktivitas bisnis utama di Kota
Magelang.
Strategi :
a. Peningkatan sarana prasarana pendukung kegiatan, seperti penyediaan tempat parkir
bersama.
b. Penghijauan disepanjang kawasan alun-alun Kota dengan jenis tanaman/bunga yang
khas.
c. Peningkatan pelayanan sistem transportasi dan pengaturan traffic lalu lintas pada
kawasan CBD.

Kebijakan dan Strategi Kawasan Wisata dan Pengembangan Wisata Bangunan


Kuno/Heritage
Kebijakan pengembangan terkait Kawasan wisata bangunan kuno sebagai alternatif
pengembangan sektor jasa untuk mendukung peran Kota Magelang (MICE).
Strategi :
a. Rehabilitasi dan penataan kawasan bangunan kuno dengan tidak mengurangi bentuk
aslinya.
b. Peningkatan promosi dan ivent-ivent budaya untuk memancing minat investor dan
mengenalkan budaya yang dimiliki Kota Magelang.
c. Pengembangan wisata religi makam Kyai Tuk Drajat dan Tuk Songo serta makam
Gunung Tidar dengan penyediaan fasilitas sarana prasarana pendukung seperti Jalan,
tempat parkir, dan sebagainya
d. Pembuatan tugu atau ornamen pada lokasi khusus sebagai penanda identitas/ciri khas
Kota Magelang seperti Patung Pahlawan pada pertigaan Menowo atau gerbang selamat
datang di Kota Magelang perbatasan kota bagian utara (Kota Magelang sambung) dan
selatan kota (penataan kawasan perbatasan).

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 12


Kebijakan dan Strategi Kawasan Strategis Militer.
Kebijakan pengembangan kawasan strategis militer dilaksanakan sesuai dengan
kewenangan pemerintah Kota Magelang yang diatur dalam peraturan perundang-undangan
Strategi:
a. Melakukan koordinasi terkait dengan pengembangan kawasan budidaya di sekitar
kawasan strategis militer yang meliputi kawasan AKMIL, RINDAM, SECABA, dan YON
ARMED.
b. Mengembangkan dan mengarahkan kawasan budidaya tidak terbangun sebagai zona
penyangga di Kawasan Militer dan ikut mengembangkan RTH.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 13


5.2. RENCANA DAERAH PELAYANAN

Berdasarkan sebaran daerah pelayanan Rencana Pengembangan SPAM Kota Magelang


dibagi menjadi 6 zona pelayanan yaitu:
A. Zona 1
Merupakan wilayah Kota Magelang yang pelayanannya meliputi:
a. Kramat Utara,
b. Kramat Selatan
c. sebagian Kedungsari
d. sebagian Potrobangsan
B. Zona 2
Merupakan wilayah Kota Magelang yang pelayanannya meliputi:
a. sebagian Potrobangsan
b. Sebagian Kedungsari
c. Wates
d. Gelangan
C. Zona 3
Merupakan wilayah Kota Magelang yang pelayanannya meliputi:
a. Magelang
b. sebagian Cacaban
D. Zona 4
Merupakan wilayah Kota Magelang yang pelayanannya meliputi:
a. sebagian Cacaban
b. Panjang
c. Rejowinangun Utara
d. Kemirirejo
E. Zona 5
Merupakan wilayah Kota Magelang yang pelayanannya meliputi:
a. Jurangombo Utara
b. Jurangombo Selatan
c. Rejowinangun Selatan
d. Tidar Utara
e. Tidar Selatan
f. Magersari

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 14


F. Zona 6
Merupakan wilayah Kota Magelang yang pelayanannya meliputi kawasan Akmil
Magelang.

Gambar 5.1. Daerah Pelayanan PDAM Kota Magelang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 15


Berikut tabel penjabaran daerah pelayanan.

Tabel 5.1. Detil Daerah Pelayanan Kota Magelang

DAERAH CAKUPAN WILAYAH


PELAYANAN Jumlah Total
dan MATA AIR KECAMATAN KELURAHAN
penduduk penduduk
1. Daerah Kramat Utara, 5.761
Pelayanan I
Kramat Selatan 7.415
KALIMAS I 20.756
sebagian Kedungsari 3.518
Magelang
sebagian Potrobangsan 4.052
Utara
2. Daerah sebagian Potrobangsan 4.052
Pelayanan II
Sebagian Kedungsari 3.519
KALIMAS II 23.254
Wates 8.246
Gelangan 7.437
3. Daerah Magelang 7.138
Pelayanan III
11.042
WULUNG DAN sebagian Cacaban 3.904
KALEGEN Magelang
4. Daerah Tengah sebagian Cacaban 3.905
Pelayanan IV
Panjang 5.940
TUK PECAH 25.816
Rejowinangun Utara 10.732
Kemirirejo 5.293
5. Daerah Jurangombo Utara 3.916
Pelayanan IV
Jurangombo Selatan 7.742
KANOMAN 1
Rejowinangun Selatan 8.012
40.831
Tidar Utara 7.782
Magelang
Selatan Tidar Selatan 5.473
Magersari 7.906
6. Daerah
Pelayanan V Akmil
KANOMAN 2

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 16


5.3. RENCANA JUMLAH PENDUDUK

Kota magelang memiliki sumber yang berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai sumber air
baku pada sistem penyediaan air minum dan magelang memiliki idle capacity sumber air
yang cukup besar meningkatnya kebutuhan air minum bagi masyarakat, khususnya kota
magelang seiri dengan pertambahan populasi penduduk sekaligus meningkatnya jumlah
pelanggan PDAM setiap tahun.
Kota magelang masih mengandalkan sumber air yang berasal dari kabupaten magelang.
Namun hal ini perlu menjadi perhatian untuk ke depannya, mengingat semakin hari
kebutuhan akan air bersih akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Munculnya kendala pemenuhan dalam penlayanan sistem penyediaan air minum
perpipaan ini adalah sistem jaringan yang sebagaian besar sudah berusia cukup lama serta
mengalami kerusakan dan kebocoran.
Dari data BPS Kota Magelang tahun 2019, penduduk Kota Magelang pada tahun 2015
sebanyak 120.792 jiwa. Dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2016 sebanyak
121.112 jiwa, pada tahun 2017 mencapai 12.474 jiwa, dan pada tahun 2018 mencapai
121.872 jiwa. Maka laju pertumbuhan penduduk di Kota Magelang rata-rata adalah sebesar
0,35 % pertahun.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung proyeksi
perkembangan penduduk yaitu Metode Geometrik, Aritmatik dan Eksponensial. Setiap
meode memiliki rumus yang berbeda, namun pada hasil perhitungan yang dilakukan pada
tabel di bawah, dari ketiga rumus yang digunakan menunjukkan hasil yang sama.
Dari Data Penduduk sampai tahun perencanaan yaitu sampai tahun 2035 dengan rumus:

Metode Geometrik: MetodeAritmatik: MetodeEksponensial:


Pn = P0 x(1 + r)n Pn = P0x(1+rxn) Pn = P0 x erxn
Maka jumlah penduduk Makajumlahpenduduktahun Makajumlahpenduduktahun
tahun 2039 adalah 2039 adalah 2039 adalah
Pn = P0 x(1 + r)n Pn = P0x(1+rxn) Pn = P0 x erxn
P2039 = P2019 x(1 + r)20 P2039 = P2019x(1+rx20) P2039 = P2019 x 2.72rx20
Nilai e: 2.72

Berdasarkan hasil perhitungan dengan beberapa Metoda, maka proyeksi penduduk tiap
Kecamatan di Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut:

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 17


Tabel 5.2. Proyeksi Penduduk Kota Magelang 2019 – 2035

EKSISTING PROYEKSI
KECAMATAN/KEL r
URAHAN
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

Magelang Selatan 40899 41022 0.003007 41145 41145 41146 41269 41393 41517 41642 41767 41892 42018 42144 42271 42397 42525 42652 42780 42909 43037

Magersari 7919 7943 0.003031 7967 7967 7967 7991 8015 8040 8064 8088 8113 8137 8162 8187 8211 8236 8261 8286 8311 8336

Rejowinangun 8026 8050 0.00299 8074 8074 8074 8098 8122 8147 8171 8195 8220 8244 8269 8294 8318 8343 8368 8393 8418 8443
Selatan

Jurangombo Utara 3924 3936 0.003058 3948 3948 3948 3960 3972 3984 3996 4009 4021 4033 4046 4058 4070 4083 4095 4108 4120 4133

Jurangombo 7755 7778 0.002966 7801 7801 7801 7824 7847 7871 7894 7917 7941 7964 7988 8011 8035 8059 8083 8107 8131 8155
Selatan

Tidar Utara 7796 7819 0.00295 7842 7842 7842 7865 7888 7912 7935 7958 7982 8005 8029 8052 8076 8100 8124 8148 8172 8196

Tidar Selatan 5479 5495 0.00292 5511 5511 5511 5527 5543 5559 5576 5592 5608 5625 5641 5657 5674 5690 5707 5724 5740 5757

Magelang Tengah 44349 44482 0.002999 44615 44615 44616 44749 44883 45018 45152 45288 45423 45559 45695 45832 45969 46107 46245 46383 46522 46661

Rejowinangun 10732 10764 0.002982 10796 10796 10796 10828 10861 10893 10925 10958 10990 11023 11056 11089 11122 11155 11188 11221 11255 11288
Utara

Kemirirejo 5293 5309 0.003023 5325 5325 5325 5341 5357 5373 5390 5406 5422 5439 5455 5471 5488 5504 5521 5538 5554 5571

Cacaban 7809 7832 0.002945 7855 7855 7855 7878 7901 7925 7948 7971 7995 8018 8042 8065 8089 8113 8137 8161 8185 8209

Magelang 7138 7159 0.002942 7180 7180 7180 7201 7222 7244 7265 7286 7308 7329 7351 7372 7394 7415 7437 7459 7481 7503

Panjang 5940 5958 0.00303 5976 5976 5976 5994 6012 6031 6049 6067 6085 6104 6122 6141 6159 6178 6197 6215 6234 6253

Gelangan 7437 7459 0.002958 7481 7481 7481 7503 7525 7548 7570 7592 7615 7637 7660 7682 7705 7728 7751 7773 7796 7819

Magelang Utara 36624 36734 0.003003 36844 36844 36845 36955 37066 37177 37288 37400 37512 37625 37738 37851 37964 38078 38192 38306 38421 38536

Wates 8257 8282 0.003028 8307 8307 8307 8332 8357 8383 8408 8433 8459 8484 8510 8536 8562 8587 8613 8639 8666 8692

Potrobangsan 8114 8138 0.002958 8162 8162 8162 8186 8210 8235 8259 8283 8308 8332 8357 8382 8406 8431 8456 8481 8506 8531

Kedungsari 7051 7072 0.002978 7093 7093 7093 7114 7135 7157 7178 7199 7221 7242 7264 7285 7307 7329 7350 7372 7394 7416

Kramat Utara 5772 5789 0.002945 5806 5806 5806 5823 5840 5857 5875 5892 5909 5927 5944 5962 5979 5997 6014 6032 6050 6067

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 18


Kramat Selatan 7430 7452 0.002961 7474 7474 7474 7496 7518 7541 7563 7585 7608 7630 7653 7675 7698 7721 7744 7766 7789 7812

12187 12223
Kota Magelang 2 8
0.003003 122605 122605 122606 122974 123343 123712 124083 124455 124828 125202 125577 125953 126331 126709 127089 127470 127852 128235

Sumber: Data BPS Kota Magelang, 2018

Pada tabel di atas, di tahun 2020 terdapat contoh perhitungan menggunakan tiga metode (Metode Aritmatik, Metode Geometrik, dan Metode
Eksponensial). Dari penggunaan tiga metode tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara hasil dari metode satu dengan metode
lainnya.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 19


5.4. PROYEKSI KEBUTUHAN AIR MINUM

Tabel 5.3. Kriteria Perencanaan Air Bersih menurut Ditjen Cipta Karya
KATEGORI KOTA BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK
500.000 s/d 100.000 s/d 20.000 s/d
>1.000.000 <20.000
NO URAIAN 1.000.000 500.000 100.000
Kota
Kota Besar Kota Sedang Kota Kecil Desa
Metropolitan
1. Konsumsi Unit Sambungan
>150 120 – 150 90 – 120 80 – 120 60 – 80
Rumah (SR) (liter/orang/hari)
2. Konsumsi Unit Hidran (HU)
20 – 40 20 – 40 20 – 40 20 – 40 20 – 40
(liter/orang/hari)
3. Konsumsi Unit Domestik
(liter/detik/ha)

a. Niaga Kecil 600 – 900 600 – 900 600


b. Niaga Besar 1000 - 5000 1000 - 5000 1500
c. Industri Besar 0.2 – 0.8 0.2 – 0.8 0.2 – 0.8
d. Pariwisata 0.1 – 0.3 0.1 – 0.3 0.1 – 0.3
4. Kehilangan Air (%) 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30 20 – 30
5. Faktor Hari Maksimum 1.15 – 1.25 1.15 – 1.25 1.15 – 1.25 1.15 – 1.25 1.15 – 1.25
6. Faktor Jam Puncak 1.17 – 2.0 1.17 – 2.0 1.17 – 2.0 1.17 – 2.0 1.17 – 2.0
7. Jumlah Jiwa per SR (Jiwa) 5 5 5 5 5
8. Jumlah Jiwa per HU (Jiwa) 100 100 100 100 100
9. Sisa Tekan Dipenyediaan
10 10 10 10 10
Distribusi (meter)
10. Jam Operasi (jam) 24 24 24 24 24
11. Volume Reservoir (% max day
15 – 25 15 – 25 15 – 25 15 – 25 15 – 25
demand)
12. SR : HU 50 : 50 s/d 50 : 50 s/d
80 :20 70 : 30 70 : 30
80 :20 80 :20
13. Cakupan Pelayanan (%) 90 90 90 90 90

Sumber: Ditjen Cipta Karya

Dari data tersebut maka dapat ditentukan proyeksi kebutuhan air pada sampai tahun 2034,
dengan asumsi sebagai berikut:
A. PDAM Kota Magelang setiap tahun menargetkan mampu menambah jumlah sambungan
antara 1.000 – 1.500 pelanggan pertahun
B. PDAM Kota Magelang mempertimbangkan ketersediaan air baku yang ada dengan
programprogram pengembangan air baku yang sudah dirintis dan ekspansi alternatif
sumber air baku lainnya.
C. Satu sambungan rumah melayani 4 jiwa.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 20
Proyeksi jumlah pelanggan dan kebutuhan air PDAM Kota Magelang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.4. Proyeksi Jumlah Pelanggan dan Kebutuhan Air


EKSISTING PROYEKSI
URAIAN
2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

KEPENDUDUKAN
Jumlah Penduduk 121872 122238 122606 122974 123343 123712 124083 124455 124828 125202 125577 125953 126331 126709 127089 127470 127852 128235

Jumlah Pelanggan (total jiwa) 113640 113981 114323 114666 115010 115355 115701 116048 116396 116745 117096 117447 117799 118153 118507 118863 119606

Jiwa Persambungan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

KEBUTUHAN DOMESTIK
Konsumsi Pemakaian Air
130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130 130
(liter/jiwa/hari)
Jumlah Sambungan 27662 28317 29067 29817 30567 31317 32067 32817 33567 34317 35067 35817 36567 37317 38067 38817 39067

Kebutuhan SR 164,80 169,10 173,40 177,70 182,00 186,30 190,60 194,92 199,20 203,50 207,80 212,10 216,40 220,70 225,00 229,30 233,60

KEBUTUHAN NON DOMESTIK


15 % dari kebutuhan
25,73 26,62 27,50 28,39 29,28 30,17 31,05 31,94 32,83 33,72 34,60 35,49 36,38 37,27 38,17 39,07 40,15
Domestik
KEBUTUHAN AIR TOTAL 197,25 204,06 210,86. 217,67 224,47 231,28 238,08 244,88 251,69 258,49 263,30 272,10 278,91 285,71 292,72 297,53 302,67

KAPASITAS PRODUKSI 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6 472,6

KAPASITAS RESERVOIR 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650 4650

Sumber: PDAM Kota Magelang, 2019

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 19


6. ANALISIS SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM BAB 6
POTENSI AIR BAKU

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 5 - 19


6.1. POTENSI SUMBER MATA AIR

Aliran air sungai dapat berasal dari limpasan langsung air hujan, limpasan mata air, outlet
danau, atau rembesan air tanah dangkal pada dinding sungai.
Di Kota Magelang sumber air baku adalah sbb :
- Sungai Progo
- Sungai Elo
- Mata Air Kalimas
- Mata Air Wulung
- Mata Air Kalegen
- Mata Air Kanoman
- Mata Air Tuk Pecah
Berdasarkan kontinuitas alirannya sungai pada daerah perencanaan secara garis besar
dapat dikelompokan menjadi Sungai Perennial yaitu sungai yang selalu mengalir sepanjang
tahun dan Sungai Intermittant yang mengalir hanya dimusim penghujan. Sungai Pernial
umumnya sumber air berasal dari mata air atau rembesan air tanah pada sungai sungai
yang mempunyai daerah tangkapan air yang sangat luas. Sungai perennial juga sumber
airnya dapat berasal dari outlet danau atau bendungan.
Sungai Progo

Debit rerata musim hujan : 34,44 m3/dt


Debit rerata musim kemarau : 15,61 m3/dt
Debit minimum : 7,38 m3/dt

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 2


Debit minimum : 3,71 m3/dt
Kualitas air Sungai Progo :
- keruh
- polutan tinggi
Tabel 6.1. Debit Sungai Progo
Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
2002 Tad 21.18 22.08 25.10 16.57 11.50 10.00 7.46 5.02 6.36 13.87 31.31

2003 20.81 35.80 23.43 17.66 14.19 9.60 7.86 6.87 6.08 8.62 17.38 30.02

2004 18.87 17.55 23.18 15.66 11.61 7.16 7.65 5.78 5.37 5.02 9.88 3.13

2005 17.72 15.53 14.90 18.49 15.86 13.30 11.83 7.74 6.99 10.86 10.76 23.97

2006 33.50 32.74 27.75 28.74 22.49 13.78 9.73 7.06 4.17 2.12 5.28 14.34

2007 11.26 20.87 27.33 30.46 15.51 12.63 11.11 14.81 12.89 15.01 10.19 23.92

2008 45.60 40.31 63.16 46.42 30.74 16.44 10.90 14.56 9.10 21.28 56.56 39.49

2009 6.64 7.67 6.55 6.73 16.42 12.58 7.48 5.73 3.58 4.07 8.25 8.71

2010 12.12 13.47 17.31 10.99 tad 11.57 9.23 8.62 8.28 8.24 tad tad

2011 11.24 13.31 15.87 11.97 6.58 4.91 5.29 1.38 1.23 3.29 4.12 5.48

2012 38.83 43.08 20.52 20.35 20.32 20.04 18.74 15.17 7.38 12.05 29.97 53.91

Sungai Elo

Debit rerata musim hujan : 4,70 m3/dt


Debit rerata musim kemarau : 4,08 m3/dt

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 3


Kualitas air Sungai Elo :
- keruh
- polutan tinggi
Perhatian terhadap lingkungan SWP DAS sangat berperan dalam menunjang pembangunan
berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. SWP DAS berperan dalam tata hidrogeologis
wilayah, yaitu dalam hal pasokan air pengaturan secara alamiah yang mampu
mengendalikan aliran airdan penyediaan air dalam bentuk reservoir alami.

Kualitas Air di Musim Hujan


Pada umumnya kualitas air masyarakat di musim hujan masih baik. Hanya sebagian kecil
masyarakat yang memiliki kualitas air yang jelek di musim hujan seperti berwarna sebesar
2,11% dan berbau sebesar 0,42%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6.2. Kualitas Air di Musim Hujan
No Uraian F %
1 Tidak Berasa 107 45.15
2 Berasa 0 0.00
3 Tidak Berwarna 121 51.05
4 Berwarna 5 2.11
5 Tidak Berbau 3 1.27
6 Berbau 1 0.42
Jumlah 237 100.00

Kualitas Air di Musim Kemarau


Pada umumnya kualitas air masyarakat di musim kemarau cukup baik. Hanya sebagian kecil
masyarakat yang memiliki kualitas air yang jelek di musim kemarau seperti berwarna
sebesar 1,27% dan berbau sebesar 0,42%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut :

Tabel 6.3. Kualitas Air di Musim Kemarau


No Uraian F %
1 Tidak Berasa 127 53.59
2 Berasa 0 0.00
3 Tidak Berwarna 102 43.04
4 Berwarna 3 1.27
5 Tidak Berbau 4 1.69
6 Berbau 1 0.42
Jumlah 237 100.00

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 4


kebutuhan air bersih Kota Magelang sampai saat ini bergantung pada sumber-sumber air
yang ada di luar wilayah Kota Magelang yaitu dari mata air yang berada di wilayah
Kabupaten Magelang. Satu-satunya mata air yang berada di Kawasan Kota Magelang adalah
Mata Air Tuk Pecah. Berikut sumber mata air yang digunakan oleh Kota Magelang.

A. Mata Air Kalegen


Sumber mata air kalegen berada pada ketinggian +656 m Dpl dan terletak di dusun
kalinongko, desa kebonagung, kecamatan bandongan, kabupaten magelang, dan dibangun
pada tahun 1920.
Sumber mata air kalegen memiliki kapasitas sumber / terpasang dari sumber mata air
kalegen saat ini adalah 62,41 lt/dtk, sedangkan kapasitas produksi saat ini sebesar 32,84
lt/dtk sehingga kapasitas yang belun termanfaatkan sebesar 29,57 lt/dtk. Dapat dilihat
Permasalahan yang di temukan pada MA. Kelegen yaitu menurunnya debit mata air,
sehingga dibutuhkan mata air lain sebagai cadangan untuk mengantisipasi kekurangan air
terutama saat kemarau.

Gambar 6.1. Mata Air Kalegen


Sumber: Dokumentasi Survey, 2019

B. Mata Air Wulung


Bangunan penangkap mata air/Bronkaptering Wulung dibangun pada tahun 1920, Sumber
mata air Wulung terletak di ketinggian +661 m diatas permukaan laut , sumber tersebut
terdapat di Dusun Wulung, Desa Banjarsari, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten magelang.
Kapasitas sumber dari sumber mata air Wulung saat ini adalah 39,84 lt/det, sedangkan
kapasitas produksi saat ini adalah sebesar 36,21, sehingga kapasitas yang belum
termanfaatkan saat ini adalah 3,63 lt/det. Permasalahan yang dialami MA wulung sama

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 5


seperti yang dialami MA lakegen yaitu penurunan debit air dari 80 lt/dtk menjadi 40 lt/dtk,
sehingga dibutuhkan mata air lain sebagai cadangan untuk mengantisipasi kekurangan air
terutama saat kemarau.

Gambar 6.2. Mata Air Wulung


Sumber: Dokumentasi Survey, 2019:

C. Mata Air Kalimas


Bangunan penangkap mata air/Bronkaptering Kanoman 1 dibangun pada tahun 1996,
Sumber mata air Kanoman 1 terletak di ketinggian +304 m diatas permukaan laut, Sumber
mata air Kanoman 1 terletak di Dusun Sudimoro, Desa Sidomulyo, Kecamatan Candimulyon,
Kabupaten magelang. Kapasitas sumber terpasang dari sumber mata air Kanoman 1 saat
ini adalah 330,41 lt/det, sedangkan kapasitas produksinya saat ini adalah sebesar 64,99
lt/det, sehingga kapasitas yang belum termanfaatkan saat ini adalah sebesar 265,42 lt/det.
Dapat dilihat permasalahan yang dialami MA Kalimas yaitu mengalami penurunan kapasitas
mata air secara drastis. Tekanan yang dimiliki MA Kalimas hanya 1,5 – 2 bar sedangkan
tekanan normal seharusnya 4 – 6 bar. Sehingga dibutuhkan reservoir.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 6


Gambar 6.3. Mata Air Kalimas I dan II
Sumber: Dokumentasi Survey, 2019:

D. Mata Air Kanoman


Bangunan penangkap mata air/Bronkaptering Kanoman 1 dibangun pada tahun 1996,
Sumber mata air Kanoman 1 terletak di ketinggian +304 m diatas permukaan laut, Sumber
mata air Kanoman 1 terletak di Dusun Sudimoro, Desa Sidomulyo, Kecamatan Candimulyon,
Kabupaten magelang. Kapasitas sumber terpasang dari sumber mata air Kanoman 1 saat
ini adalah 330,41 lt/det, sedangkan kapasitas produksinya saat ini adalah sebesar 64,99
lt/det, sehingga kapasitas yang belum termanfaatkan saat ini adalah sebesar 265,42 lt/det.
Peramasalahan yang terdapat pada MA Kanoman terdapat pada pompa air, dari 6 pompa
hanya 2 pompa yang beroperasi aliran listrik yang terbatas tekanan air yang kurang.

Gambar 6.4. Mata Air Kanoman I dan II


Sumber: Dokumentasi Survey, 2019:

Pengambilan sumber dari Mata Air Kanoman I menggunakan sistem perpompaan, dengan
spesifikasi pompa sebagai berikut:

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 7


No URAIAN KETERANGAN

1. Pompa Sentrifugal 4 unit (kondisirusak)

1.1. Q 50 lt/dtk

1.2. Head 120 m

1.3. Listrik 92 kw

2. Pompa single stage 1 unit (kondisibaik)

2.1. Q 50 lt/dtk

2.2. Head 120 m

2.3. Listrik 92 kw

3. Pompa Submersible 1 unit (kondisibaik)

3.1. Q 50 lt/dtk

3.2. Head 120 m

3.3. Listrik 92 kw

Keterangan Genset 1 unit (kondisi rusak)

Pengambilan sumber dari Mata Air Kanoman II menggunakan sistem perpompaan, dengan
spesifikasi pompa sebagai berikut:

No URAIAN KETERANGAN

1. Pompa Sentrifugal 2 unit (kondisi 50%)

1.1. Q 50 lt/dtk

1.2. Head 90 m

1.3. Listrik 92 kw

2. Pompa Submersible 2 unit (kondisibaik)

2.1. Q 25 lt/dtk

2.2. Head 90 m

2.3. Listrik 50 kw

Keterangan Genset 2 unit (kondisirusak)

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 8


E. Mata Air Tuk Pecah
Bangunan penangkap mata air/Bronkaptering Tuk Pecah dibangun pada tahun 2005,
Sumber mata air Tuk Pecah terletak di ketinggian +314 m diatas permukaan laut, sumber
tersebut terdapat di Kelurahan Wates, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang dan
merupakan satu-satunya sumber mata air yang terletak di Kota Magelang.
Kapasitas sumber/terpasang dari sumber mata air Tuk Pecah saat ini adalah 240 lt/det,
sedangkan kapasitas produksi untuk mata air tuk pecah saat ini adalah 139,10 lt/det,
sehingga masih ada kapasitas yang belum termanfaatkan sampai dengan saat ini yaitu
sebesar 100,90 lt/det. Pengambilan sumber dari Mata Air Tuk Pecah menggunakan sistem
perpompaan. Masalah yang terdapat pada MA Tuk Pecah sama dengan massalah yang
terdapat pada MA Kalimas yaitu kurangnya tekanan dari MA yang hanya memiliki tekanan
1,5 – 2 bar sehingga diperlukan reservoir.

Gambar 6.5. Mata Air Tuk Pecah


Sumber: Dokumentasi Survey, 2019:

No URAIAN KETERANGAN

1. Pompa Submersible 4 unit

1.1. Q 50 lt/dtk

1.2. Head 120 m

1.3. Listrik 92 kw

Keterangan Tidak ada Genset

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 9


Gambar 6.6. Sebaran Mata Air Penyuplai Kebutuhan Air Minum di Kota Magelang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 10


Berikut data unit produksi dan kapasitas sumber pada bulan September 2019.

Tabel 6.4. Data Unit Produksi dan Kapasitas Sumber

KAPASITAS (l/dt) RESERVOIR


NO MATA AIR ELEVASI PENGOLAHAN
SUMBER PRODUKSI DISTRIBUSI NAMA KAPASITAS ELEVASI

1. Kalimas I + 474 m Gravitasi 82,661 82,661 80,678 Tanpa reservoir

2. Kalimas II + 470 m Gravitasi 176,246 91,846 91,846 Tanpa reservoir

3. Wulung + 661 m Gravitasi 52,428 48,029 48,029


Bandongan 1400 m³ + 441 m
4. Kalegen + 656 m Gravitasi 66,158 49,358 49,358

5. Tuk Pecah + 315 m Perpompaan 207,818 84,00 84,00 Alun-alun 1750 m³ + 406 m

6. Kanoman I + 302 m Perpompaan 454,174 62,750 62,750 Gunung Tidar 1000 m³ + 406 m

7. Kanoman II + 302 m Perpompaan 56,00 56,00 56,00 AKMIL 500 m³ + 377 m

Sumber: PDAM Kota Magelang, 2019

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 11


6.2. PELAYANAN DAN JALUR DISTRIBUSI

Kota Magelang terdiri dari 3 kecamatan dan 17 kelurahan dengan total 121.673 jiwa
penduduk (BPS kota Magelang, 2018). Terdapat 5 mata air yang menjadi sumber mata air
penduduk kota magelang dan hanya 1 mata air yang berada di Kawasan kota, yaitu MA Tuk
pecah di kelurahan Wates. Berikut data luas dan jumlah penduduk di kota magelang per
kelurahan:
Tabel 6.5. Data Luas dan Jumlah Penduduk Di Kota Magelang

KELURAHAN LUAS (KM2) JUMLAH PENDUDUK (JIWA)

Keramat utara 0.864 5.761


Keramat selatan 1.458 7.415
Kedungsari 1.334 7.037
Potrobangsan 1.299 8.104
Wates 1.173 8.246
Cacaban 0.8575 7.809
Kemirirejo 0.8581 5.293
Magelang 1,2367 7.138
Jurangombo utara 0.575 3.916
Jurangombo selatan 2.264 7.742
Magersari 1.377 7.906
Rejowinagun selatan 0.433 8.012
Tidar utara 0.970 7.782
Tidar selatan 1.269 5.473
Gelangan 0.8887 7.437
Panjang 0.3552 5.940
Rejowinangun utara 0.9050 10.732
TOTAL 121.673

Sumber: BPS Kota Magelang, 2018

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 12


Gambar 6.7. Peta Pelayanan PDAM Kota Magelang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 13


Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 14
Gambar 6.8. Skematik Jaringan Distribusi PDAM Kota Magelang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 15


6.2.1. Cakupan Pipa Distribusi
Pipa transmisi PDAM Kota Magelang dari data PDAM Kota Magelang tahun 2018. dari data eksisting sebelumnya, kebocoran muncul pada pipa
ACP (Asbestos Cement Pipe) dan DCIP (Ductile Cast Iron Pipe) (pada sambungan karet).
Tabel 6.6. Eksisting Distribusi dan Pemipaan

JALUR PIPA
DIAMETER TAHUN
NO MATA AIR PENGOLAHAN PANJANG (m) JENIS
(mm) PEMASANGAN
DARI KE

1. Kalimas I Gravitasi Kalimas I Depan dr. Tarno 7.832 ACP 300 1974

1.500 ACP 300 1974

2. Kalimas II Gravitasi Kalimas II Kesatrian 5.422 ACP 350 1981

2.160 DCIP 300 1981

3.268 DCIP 300 1981

1.573 DCIP 300 1981

968 ACP 300 1981

900 ACP 300 1981

1.236 PVC 300 1994

2.805 PVC 350 2009

Wulung -
3. Gravitasi Wulung BPT Putihan 1.007 DCIP 250 1920
Kalegen

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 16


JALUR PIPA
DIAMETER TAHUN
NO MATA AIR PENGOLAHAN PANJANG (m) JENIS
(mm) PEMASANGAN
DARI KE

133 DCIP 150

Kalegen BPT Putihan 732 DCIP 225 1920

125 DCIP 175

BPT Putihan BPT Kiringan 1.038 PVC 250

BPT Kiringan BPT Jati 1.081 PVC 250

BPT Jati Res. Bandongan 1.729 PVC 250

Res. Bandongan Pelayanan Mgl 516 PVC 250 1993

418 DCIP 250 1920

Res. Bandongan Res. Alun-alun 516 PVC 250 1993

418 DCIP 225 1920

3.356 DCIP 250 1920

5. Tuk Pecah Perpompaan Tuk Pecah Jl. Sriwijaya 401 DCIP 350 2005

1.016 PVC 350 2005

444 PVC 350 2005

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 17


JALUR PIPA
DIAMETER TAHUN
NO MATA AIR PENGOLAHAN PANJANG (m) JENIS
(mm) PEMASANGAN
DARI KE

6. Kanoman I Perpompaan Kanoman Ground 3.162 PVC 300 1997

Reservoir Tidar 840 GS 300 1997

7. Kanoman II Perpompaan Kanoman Kali Manggis 1.908 PVC 250 1998

966 STEEL 250 1998

Sumber: PDAM Kota Magelang, 2019

Dari data jaringan pemipaan PDAM Kota Magelang tersebut, dapat dipetakan kondisi dan titik kerusakan pipa atau permasalahan pipa, untuk
dapat mengurangi kebocoran air saat distribusi ke pelanggan PDAM.
Dari analisis distribusi tersebut kondisi pipa yang cukup tua (lebih dari 15 tahun) dapat disimpulkan bahwa:
Titik yang berpotensi terdapat permasalahan kebocoran.
1. ACP : berusia tua
2. DCIP : kebocoran sambungan pada karet (rubbering)
Berikut pemetaan titiknya.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 18


Gambar 6.9. Pemetaan Kondisi Kerusakan Pipa Distribusi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 19


6.2.2. Unit Distribusi
A. Reservoir
PDAM Kota Magelang saat ini memiliki 4 (empat) buah reservoir untuk melayani sistim
penyediaan air minum, reservoir tersebut dibangun dari tahun 1920 sampai dengan tahun
1994, sedangkan kapasitas reservoar keseluruhan saat ini adalah 4.650 m3.
Tabel 6.7. Reservoir PDAM Kota Magelang

No. RESERVOIR KAPASITAS

1. Alun-alun 1750 m³
MA Tuk Pecah dan Reservoir Bandongan

2. Bandongan 1400 m³
MA Wulung dan Kalegen

3. Tidar 1000 m³
MA Kanoman I

4. Akmil 500 m³
MA Kanoman II

Reservoir Menara Alon-alon


Reservoir Menara Alon-alon berkapasitas 1.750 m3 terletak di tengah Kota Mage-lang, di
suplai dari mata air Tuk Pecah. Reservoir ini melayani wilayah sebagian Magelang Tengah,
seperti Kelurahan Panjang, Kelurahan Kemirirejo, Kelurahan Rejowinangun Utara dan
Kelurahan Cacaban. Reservoir tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak seimbangnya
antara suplai air masuk dengan kebutuhan konsumen yang dilayani.Sehingga reservoir harus
dioperasikan secara manual dengan sistem buka-tutup valve.

Gambar 6.10. Reservoir Alun-Alun Magelang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 20


Resevoir Bandongan
Reservoir Bandongan berkapasitas 1.400 m3 terletak di Wilayah Kecamatan Ban-dongan,
Kab. Magelang, di suplai dari mata air Wulung dan Kalegen. Reservoir ini melayani wilayah
Kelurahan Magelang, Kelurahan Potrobangsan dan sebagian Kelurahan Cacaban.Reservoir
ini juga tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak seimbangnya antara suplai air masuk
dengan kebutuhan konsumen yang di-layani.Sehingga reservoir harus dioperasikan secara
manual dengan sistem buka-tutup valve.

Gambar 6.11. Reservoir Bandongan

Reservoir Gunung Tidar


Reservoir Gunung Tidar berkapasitas 1.000 m3 terletak di lereng Gunung Tidar Wilayah
Kelurahan Magersari, Kec. Magelang Selatan, Kota Magelang, di suplai dari mata air
Kanoman 1. Reservoir ini melayani wilayah Kecamatan Magelang Selatan, seperti Kelurahan
Magersari, Kelurahan Jurangombo Selatan, Kelurahan Jurangombo Utara, Kelurahan Tidar
Selatan, Kelurahan Tidar Utara, Kelurahan Rejowinangun Selatan dan Wilayah Mertoyudan.
Reservoir tidak dapat berfungsi dengan baik karena tidak seimbangnya antara suplai air
masuk dengan kebutuhan konsumen yang dilayani.Sehingga reservoir harus dioperasikan
secara manual dengan sistem buka-tutup valve.

Reservoir Akmil
Reservoir Akmil berkapasitas 500 m3 terletak di lereng Gunung Tidar sisi selatan di komplek
Akmil, di suplai dari mata air Kanoman 2. Reservoir ini khusus mela-yani kesatuan Akademi
Militer dan pendistribusiannya dikelola sendiri oleh Akmil

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 21


7. PENDAHULUAN BAB 7
RENCANA SISTEM

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 6 - 22


7.1. RENCANA PEMANFAATAN RUANG WILAYAH

Menurut Perda Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Magelang,
Tahun 2011-2031 Rencana pola ruang wilayah daerah menggambarkan rencana sebaran
kawasan lindung dan kawasan budidaya.

Gambar 7.1. Peta Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 2


Kawasan lindung meliputi:
a. kawasan perlindungan kawasan bawahannya;
b. kawasan perlindungan setempat;
c. RTH;
d. kawasan suaka alam;
e. kawasan lindung geologi;
f. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; dan
g. kawasan rawan bencana.

Kawasan Perlindungan Kawasan Bawahannya

Kawasan perlindungan kawasan bawahannya, adalah kawasan resapan air yang terdapat
di Gunung Tidar dan kawasan lain yang ditentukan lebih lanjut, dan dilaksanakan dengan
arahan sebagai berikut:
a. pembuatan sumur-sumur resapan/biopori;
b. penataan pohon dan tegakan tinggi pohon hutan yang dikelola masyarakat dan wilayah-
wilayah sempadan sungai; dan
c. pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan meresapkan air.

Arahan kawasan perlindungan kawasan resapan air dilakukan dalam rangka peresapan air
untuk tujuan pengendalian genangan atau banjir pada kawasan tersebut dan/atau
sekitarnya, serta memperbanyak penyediaan kebutuhan air tanah, dan dilaksanakan
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kawasan Perlindungan Setempat

Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b meliputi:


sempadan sungai;
a. sempadan irigasi
b. kawasan sekitar mata air.

Kawasan sempadan sungai sebagaimana yaitu Kawasan Sempadan Sungai Progo dan
Kawasan Sempadan Sungai Elo,

dilaksanakan dengan arahan sebagai berikut:


a. pemanfataan Sempadan Sungai Elo dan Sempadan Sungai Progo sebagai RTH Taman
dan Hutan Kota;
b. pembatasan pengembangan kawasan budidaya di kawasan sempadan sungai yang
mempunyai kontur curam dengan mengidentifikasikan kawasan rawan bencana longsor
di sepanjang kawasan sempadan sungai Daerah;
c. pengendalian kegiatan di sekitar sungai atau bangunan di sepanjang sempadan sungai
yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan sungai tidak diizinkan
untuk didirikan; dan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 3


d. pengembangan RTH dengan fungsi resapan dan RTNH untuk kegiatan rekreasi di
kawasan sempadan sungai dengan memperhatikan karakteristik kawasan sempadan
sungai.

Kawasan sempadan irigasi meliputi Sempadan Kali Progo Manggis, Sempadan Kali Bening,
Sempadan Kali Kota, Sempadan Kali Ngaran, Sempadan Kali Gandekan, dan Sempadan
Kali Kedali.

dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:


a. peningkatan, pemeliharaan, dan rehabilitasi kualitas jaringan irigasi teknis dalam
rangka mewujudkan keterpaduan dengan jalur irigasi teknis pengairan sawah basah
Provinsi;
b. pengendalian kegiatan di sekitar irigasi atau bangunan di sepanjang sempadan irigasi
yang tidak memiliki kaitan dengan pelestarian atau pengelolaan irigasi tidak diizinkan
untuk didirikan; dan
c. pemanfaatan sempadan irigasi yang belum termanfaatkan sebagai RTH dan jalan
inspeksi sesuai dengan karakteristik sempadan irigasi setempat.

Kawasan sekitar mata air yaitu kawasan di sekeliling sumber air yang ada di Daerah dan
dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. penetapan sempadan kawasan sekitar mata air;
b. pengendalian bangunan dan kegiatan yang mengakibatkan penutupan jalannya mata
air serta mengganggu keberadaan dan kelestarian mata air dan
c. kegiatan yang diutamakan di sempadan adalah kegiatan penghutanan atau tanaman
tahunan yang produksinya tidak dengan menebang pohon.

Pengembangan kawasan perlindungan setempat dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan


perundang-undangan.

Ruang Terbuka Hijau (RTH)

RTH mempunyai proporsi paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah Daerah,
yang diisi oleh tanaman baik yang tumbuh secara alamiah maupun sengaja ditanam.

RTH tersebar di seluruh wilayah Daerah yang mempunyai arahan penyediaan sampai akhir
tahun rencana dengan proporsi sebagai berikut:
a. RTH Publik dengan total luas paling rendah sebesar kurang lebih 362 Ha (tiga ratus
enam puluh dua hektare); dan
b. RTH Privat dengan total luas paling rendah sebesar kurang lebih 181 Ha (seratus
delapan puluh satu hektare).

RTH Publik a dikembangkan oleh Pemerintah Daerah dan tersebar diseluruh wilayah
Daerah, meliputi:
a. RTH Publik Pekarangan;
b. RTH Publik Taman dan Hutan Kota;

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 4


c. RTH Publik Jalur Hijau Jalan; dan
d. RTH Publik Taman Fungsi Tertentu.

RTH Publik Pekarangan, dikembangkan secara bertahap dengan arahan luas sebesar 5 Ha
(lima hektare), meliputi pekarangan rumah dinas, halaman kantor pemerintahan, taman
atap bangunan kantor pemerintahan, dan taman sekolah.

RTH Publik Taman dan Hutan Kota dikembangkan secara bertahap dengan arahan luas
sebesar 267 Ha (dua ratus enam puluh tujuh hektare), meliputi:
a. taman kota seluas 5 Ha (lima hektare);
b. taman rekreasi seluas 28 Ha (dua puluh delapan hektare);
c. hutan kota seluas 70 Ha (tujuh puluh hektare);
d. taman kecamatan seluas 3 Ha (tiga hektare);
e. taman kelurahan seluas 5 Ha (lima hektare);
f. taman Rukun Warga (RW) seluas 8 Ha (delapan hektare);
g. taman Rukun Tetangga (RT) seluas 16 Ha (enam belas hektare);
h. sabuk hijau seluas 127 Ha (seratus dua puluh tujuh hektare);
i. taman lingkungan perumahan formal seluas 5 Ha (lima hektare).

RTH Publik Jalur Hijau Jalan, dikembangkan secara bertahap dengan arahan luas sebesar
5 Ha (lima hektare), meliputi taman pulau jalan, taman media jalan, dan RTH jalur pejalan
kaki.

RTH Publik Taman Fungsi Tertentu dikembangkan secara bertahap dengan arahan luas
sebesar 85 Ha (delapan puluh lima hektare), meliputi:
a. RTH sempadan sungai seluas 24 Ha (dua puluh empat hektare);
b. RTH sempadan irigasi seluas 10 Ha (sepuluh hektare);
c. RTH pengamanan sumber air baku/mata air seluas 3 Ha (tiga hektare); dan
d. RTH pemakaman seluas 48 Ha (empat puluh delapan hektare).

Pengembangan RTH Publik Pekarangan dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai


berikut:
a. pengamanan dan perlindungan dengan mempertahankan RTH Publik Pekarangan yang
sudah ada;
b. pengembangan dan optimalisasi lahan pekarangan dan halaman di kompleks kantor
pemerintahan dan sekolah menjadi RTH;
c. penataan, penanaman, dan pemeliharaan pohon jenis pelindung dan tanaman hias
sesuai fungsi dan syarat penempatannya; dan
d. pengembangan RTH di atap dan/atau bangunan kantor pemerintahan sesuai dengan
struktur teknis bangunan yang dipersyaratkan.

Pengembangan RTH Publik Taman dan Hutan Kota dilaksanakan berdasarkan arahan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 5


sebagai berikut:
a. pengamanan dan perlindungan dengan mempertahankan luasan RTH Taman dan
Hutan Kota;
b. penambahan luasan lahan untuk RTH Taman Kota dan Sabuk Hijau secara bertahap;
c. penataan, pemeliharaan, dan/atau pembangunan RTH taman secara berhierarki
sesuai standar kebutuhan dan arahan penyediaan meliputi taman kota, taman
kecamatan, taman kelurahan, taman Rukun Warga (RW), dan taman Rukun Tetangga
(RT) di seluruh wilayah Daerah;
d. pemanfaatan RTH Taman Kota sebagai kawasan resapan air, rekreasi, tempat
olahraga, tempat bermain anak-anak, dan area pengaman dan penyangga;
e. pemanfaatan RTH Hutan Kota sebagai kawasan strategis Daerah dari sudut pandang
lingkungan hidup;
f. pemanfaatan taman rekrasi Daerah sebagai sarana pariwisata dan kawasan strategis
dari sudut pandang ekonomi;
g. pemanfaatan sabuk hijau sebagai kawasan budidaya yang dilindungi;
h. pemeliharaan dan pembangunan sumur resapan di seluruh kawasan yang ditetapkan
sebagai RTH Taman dan Hutan Kota;
i. pengembangan kebun bibit di RTH Taman dan Hutan Kota yang ditetapkan;
j. pengembangan, pemeliharaan, dan/atau pembangunan sarana, prasarana, dan
bangunan pendukung secara terbatas di RTH Taman dan Hutan Kota; dan
k. penanaman, pemeliharaan, dan penataan pohon jenis pelindung, peneduh, dan
tanaman hias di seluruh RTH Taman dan Hutan Kota.

RTH Publik Jalur Hijau Jalan dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. pengamanan dan perlindungan dengan mempertahankan luasan RTH Jalur Hijau Jalan
yang sudah ada;
b. penambahan luasan lahan untuk RTH Jalur Hijau Jalan secara bertahap;
c. penataan, pemeliharaan, dan pembangunan taman pulau jalan dan taman median
jalan di sepanjang jalan arteri primer dan sekunder dan kolektor primer dan sekunder
Daerah secara bertahap;
d. pembangunan dan pengoptimalan RTH jalur pejalan kaki di dalam taman dan RTNH;
e. pengembangan, pemeliharaan, dan pembangunan sarana dan prasarana pendukung
secara terbatas di RTH Jalur Hijau Jalan; dan
f. penataan, penanaman, dan pemeliharaan pohon jenis pelindung, peneduh, dan
tanaman hias sesuai dengan fungsi dan persyaratan penempatannya.

RTH Publik Taman Fungsi Tertentu dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. pengamanan dan perlindungan dengan mempertahankan luasan RTH Taman Fungsi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 6


Tertentu yang sudah ada;
b. penambahan luasan lahan untuk RTH Taman Fungsi Tertentu secara bertahap;
c. mengembangkan RTH Taman Fungsi Tertentu sebagai taman, kebun bibit, atau
tanaman alami;
d. mengembangkan sarana, prasarana dan bangunan pendukung secara terbatas di RTH
Taman Fungsi Tertentu; dan
e. menanam, menata, dan memelihara pohon jenis pelindung dan tanaman di RTH Taman
Fungsi Tertentu.

Pengembangan RTH Privat sebagaimana, dikembangkan oleh masyarakat, meliputi:


a. RTH Privat Pekarangan;
b. RTH Privat Taman dan Hutan Kota;
c. RTH Privat Jalur Hijau Jalan; dan
d. RTH Privat Taman Fungsi Tertentu.

Pengembangan RTH privat sebagai bentuk kewajiban masyarakat dengan arahan


penyediaan melalui mekanisme perizinan Daerah dan diatur sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pengembangan RTH Publik dan RTH Privat dilaksanakan sesuai dengan Rencana Induk
Ruang Terbuka Hijau, ketentuan peraturan perundang-undangan, dan aspek pembiayaan
Pemerintah Daerah.

Kawasan Perlindungan Suaka Alam

Kawasan perlindungan suaka alam adalah kawasan perlindungan plasma nutfah yang
berada di Gunung Tidar dan kawasan lain yang ditetapkan lebih lanjut.

Rencana pengembangan kawasan perlindungan plasma nutfah di Gunung Tidar dan


kawasan lain yang ditetapkan lebih lanjut dimanfaatkan untuk pariwisata, penelitian,
pendidikan, dan ilmu pengetahuan serta dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Kawasan Perlindungan Geologi

Kawasan perlindungan perlindungan geologi adalah kawasan imbuhan air meliputi


kawasan resapan air tanah yaitu berupa Cekungan Air Tanah Magelang-Temanggung.

Cekungan Air Tanah Magelang-Temanggung merupakan cekungan air tanah lintas


kabupaten/kota, dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. mempertahankan kemampuan imbuhan air tanah;
b. pengembangan prasarana imbuhan alami dengan cara mempertahankan dan menata
RTH sampai mencapai paling rendah 30% (tiga puluh persen); dan
c. pengembangan prasarana imbuhan buatan dengan cara mempertahankan dan
membangun sumur-sumur resapan dangkal, biopori, dan/atau sumur resapan dalam

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 7


Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan

Pengembangan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 46 huruf f, meliputi:
a. Lingkungan atau benda cagar budaya; dan
b. lingkungan bangunan cagar budaya.

Lingkungan atau benda cagar budaya meliputi monumen, gapura, prasasti, makam, gua,
serta lingkungan cagar budaya lain yang dikemudian hari diketemukan dan ditetapkan
lebih lanjut.

Lingkungan bangunan cagar budaya meliputi bangunan tempat ibadah bangunan kawasan
kesehatan, bangunan kawasan pertahanan, bangunan sekolah, bangunan perkantoran,
dan bangunan rumah tinggal, serta bangunan lain yang dikemudian hari diketemukan dan
ditetapkan lebih lanjut.

Kawasan Rawan Bencana Alam

Kawasan rawan bencana alam terdiri dari:


a. kawasan rawan tanah longsor; dan
b. kawasan rawan letusan gunung berapi yang mencakup seluruh wilayah Daerah.

Kawasan rawan bencana tanah longsor dibedakan berdasarkan:


a. tingkat kerawanan tinggi meliputi bantaran sepanjang Kawasan Sungai Progo dan
Kawasan Sungai Elo;
b. tingkat kerawanan menengah dengan kontur curam lebih dari 40% (empat puluh
persen) meliputi Kawasan Gelangan dan Kawasan panjang; dan
c. tingkat kerawanan rendah dengan kontur antara 20% (dua puluh persen) sampai
dengan 40% (empat puluh persen) meliputi Kawasan Cacaban, Kawasan Rejowinangun
Utara, Kawasan Tidar Utara, Kawasan Tidar Selatan, dan Kawasan Jurangombo
Selatan.

Kawasan rawan bencana tanah longsor diarahkan berdasarkan:


a. pemanfaatan ruang berdasarkan karakteristik ruang dan memperhatikan ancaman
bencana yang timbul akibat tanah longsor;
b. pengembangan sistem drainase secara memadai berdasarkan karakteristik lahan;
c. pengembangan kawasan peruntukan budidaya dilakukan secara terbatas di kawasan
yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana longsor; dan
d. pemanfaatan kawasan rawan bencana sebagai Daerah sabuk hijau (greenbelt) melalui
penataan RTH.

Kawasan Budidaya

Pola ruang untuk kawasan budi daya meliputi:


a. kawasan peruntukan perumahan;

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 8


b. kawasan peruntukan perdagangan jasa;
c. kawasan peruntukan perkantoran;
d. kawasan peruntukan industri;
e. kawasan peruntukan pariwisata;
f. kawasan peruntukan ruang terbuka non hijau;
g. ruang peruntukan evakuasi bencana;
h. kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan
i. kawasan peruntukan lainnya, meliputi kawasan peruntukan pendidikan, kesehatan,
peribadatan, pertahanan dan keamanan, pertanian, pergudangan, dan olahraga.

Kawasan Peruntukan Perumahan

Kawasan peruntukan perumahan, meliputi:


a. kawasan perumahan sangat padat dengan kepadatan > 457 jiwa/ha (lebih dari sama
dengan empat ratus lima puluh tujuh jiwa per hektare) sampai dengan 640 jiwa/ha
(enam ratus empat puluh jiwa per hektare);
b. kawasan perumahan kepadatan tinggi dengan kepadatan penduduk > 269 jiwa/ha
(lebih dari sama dengan dua ratus enam puluh sembilan jiwa per hektare) sampai
dengan 456 jiwa/ha (empat ratus lima puluh enam jiwa per hektare);
c. kawasan perumahan kepadatan sedang berdasarkan kepadatan penduduk > 81
jiwa/ha sampai dengan (lebih dari sama dengan delapan puluh satu jiwa per hektare)
sampai dengan 268 jiwa/ha (dua ratus enam puluh delapan jiwa per hektare); dan
d. kawasan perumahan kepadatan rendah berdasarkan kepadatan penduduk < 80
jiwa/ha (kurang dari delapan puluh jiwa per hektare).

Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman ditentukan berdasarkan atas


luasan kaveling rumah bukan rumah susun, sebagai berikut:
a. luas rumah kaveling sangat kecil ≥ 50 m2 (lebih dari sama dengan lima puluh meter
persegi) sampai dengan 70 m2 (tujuh puluh meter per segi) untuk kawasan kepadatan
sangat tinggi;
b. luas rumah kaveling kecil untuk kawasan perumahan kepadatan tinggi dengan luas
lahan antara > 70 m2 (lebih dari tujuh puluh meter persegi) sampai dengan 120 m2
(seratus dua puluh meter persegi);
c. luas rumah kaveling menengah untuk kawasan kepadatan sedang dengan luas lahan
antara > 120 m2 ( lebih dari seratus dua puluh meter persegi) sampai dengan 400 m2
(empat ratus meter persegi); dan
d. luas rumah kaveling besar untuk kawasan kepadatan rendah dengan luas lahan > 400
m2 (lebih dari empat ratus meter persegi).

Kawasan peruntukan perumahan dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:


a. pengaturan pembangunan lingkungan perumahan yang sehat, aman, serasi, teratur,
terarah, dan berkelanjutan/berkesinambungan;

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 9


b. pengembangan kawasan perumahan formal dan informal sebagai tempat hunian yang
aman, nyaman dan produktif dengan didukung sarana dan prasarana permukiman
yang memadai;
c. penggunaan lahan secara efektif dan efisien sesuai dengan arahan kepadatan
bangunan;
d. pembangunan perumahan harus memenuhi persyaratan administrasi yang berkaitan
dengan perizinan pembangunan, perizinan layak huni, dan sertifikasi tanah;
e. pengembangan kawasan perumahan baru secara vertikal melalui konsolidasi lahan
dan/atau pengadaan lahan perumahan dan kawasan permukiman dengan prinsip
membangun tanpa menggusur;
f. peremajaan kawasan lingkungan permukiman yang teridentifikasi sebagai
perumahan/kawasan permukiman kumuh;
g. pengembangan perumahan formal yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup; dan
h. pengembangan perumahan oleh pengembang wajib dilengkapi dengan sarana dan
prasarana dasar perumahan, dilengkapi dengan site plan (rencana tapak), dan sesuai
dengan mekanisme perizinan Pemerintah Daerah.

Kawasan Peruntukan Perdagangan dan Jasa

Pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa, meliputi:


a. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala kota dan/atau regional;
b. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala sub pusat pelayanan kota; dan
c. pengembangan kawasan perdagangan dan jasa skala lingkungan.

Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan peruntukan industri meliputi:


a. pengembangan industri besar;
b. pengembangan industri sedang;
c. pengembangan industri kecil; dan
d. pengembangan industri rumah tangga.

Pengembangan kawasan peruntukan industri besar dan industri sedang dilaksanakan


berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. pengembangan kawasan industri besar dan industri sedang dapat dilengkapi dengan
tempat/bangunan pergudangan;
b. kegiatan industri besar dan industri sedang dapat berada di kawasan budidaya lain
secara bersyarat;
c. perluasan suatu persil/kaveling industri besar dan industri sedang dengan menambah
lahan melebihi ketersediaan lahan baik pada kawasan peruntukan industri atau
kawasan lain yang telah dizinkan, wajib berlokasi di kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan peruntukan Industri;

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 10


d. kawasan/kegiatan industri besar dan industri sedang yang menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup sehingga
dapat ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan beroperasi di suatu kawasan;
e. pengembangan kegiatan industri besar dan industri sedang harus dilengkapi dengan
infrastruktur pendukung;
f. penataan infrastruktur pendukung industri besar dan industri sedang agar bersinergi
atau terpadu dengan infrastruktur perkotaan;
g. pelaksanaan pembangunan industri tetap harus dilakukan dengan memperhatikan
keseimbangan dan kelestarian dari lingkungan hidup dan sumber daya alam;
h. pengembangan kawasan industri wajib dilengkapi dengan rencana tapak kawasan dan
kegiatan industri wajib dilengkapi dengan rencana tapak kaveling; dan
i. pengembangan kawasan sesuai dengan karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pengembangan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga huruf c dan huruf d,
dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga yang menimbulkan dampak
terhadap lingkungan hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup antara lain
berupa SPPL sehingga dapat ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan
beroperasi;
b. kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga dapat berada di kawasan budidaya
lain sepanjang berfungsi sebagai pendukung dan tidak mengganggu lingkungan;
c. pelaksanaan pembangunan industri kecil dan industri rumah tangga tetap harus
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya
alam;
d. pengembangan kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga harus dilengkapi
dengan infrastruktur pendukung;
e. penataan infrastruktur pendukung industri kecil dan industri rumah tangga agar
bersinergi atau terpadu dengan infrastruktur perkotaan;
f. pengembangan diarahkan dalam bentuk suatu aglomerasi/klaster; dan
g. pengembangan kawasan sesuai dengan karakteristik lokasi dan kesesuaian lahan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kawasan Peruntukan Pariwisata

Kawasan peruntukan pariwisata dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:


a. penataan, pemeliharaan, dan pengembangan kawasan strategis pariwisata Daerah
yang berlokasi di Taman Kyai Langgeng;
b. pengembangan sarana dan prasarana pendukung di kawasan peruntukan pariwisata

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 11


sesuai dengan arahan penyediaan dengan tidak mengurangi fungsi, peran, dan daya
tarik objek wisata;
c. penataan, pemeliharaan, dan pengembangan kawasan yang ditetapkan sebagai
kawasan pariwisata Daerah dalam bentuk ruang terbuka publik berupa situs,
bangunan, RTH, dan RTNH;
d. pengembangan wisata perkotaan, wisata pertanian, wisata alam, wisata budaya, dan
wisata konvensi di wilayah Daerah;
e. pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup; dan
f. penetapan kawasan cagar budaya dan fungsi lindung lainnya sebagai kawasan
pariwisata dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kawasan Peruntukan Ruang Terbuka Non Hijau

Kawasan peruntukan RTNH meliputi:


a. pengembangan RTNH berdasarkan struktur dan pola ruang; dan
b. pengembangan RTNH berdasarkan kepemilikan.

Kawasan Ruang Peruntukan Evakuasi Bencana

Ruang peruntukan evakuasi bencana dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:


a. penyediaan dan pemanfaatan ruang evakuasi bencana yang berupa lapangan terbuka,
kantor-kantor pemerintahan, dan gedung-gedung pertemuan;
b. menyiapkan jalur evakuasi bencana melalui jalur utama lingkungan untuk bencana
tanah longsor dan jalan utama kota untuk bencana letusan gunung berapi; dan
c. pengarahan evakuasi bencana letusan gunung berapi ke arah selatan untuk
mengantisipasi letusan Gunung Sumbing dan ke arah Utara untuk mengantisipasi
letusan Gunung Merapi dan/atau Gunung Marbabu.

Kawasan Peruntukan Ruang bagi Kegiatan Sektor Informal

Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal berupa kawasan untuk
Pedagang Kaki Lima (PKL) dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. pengembangan areal khusus untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan bangunan tidak
permanen untuk tiap jenis dagangan Pedagang Kaki Lima (PKL);
b. pengembangan Pedagang Kaki Lima (PKL) di sekitar koridor jalan-jalan utama yaitu
jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder diarahkan hanya di satu sisi jalan;
c. pengaturan dan pengendalian persebaran Pedagang Kaki Lima (PKL) pada wilayah-
wilayah tertentu sesuai dengan jenis dagangan, waktu dagangan, dan bentuk tempat

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 12


berdagang;
d. pengalokasian dan penataan utilitas secara terbatas sesuai dengan fungsi dan
kegunaannya di kawasan khusus yang diperuntukkan bagi Pedagang Kaki Lima (PKL)
berupa penyediaan utilitas pendukung kegiatan yang meliputi jaringan air bersih,
persampahan, jaringan air limbah, serta penerangan listrik;
e. penataan kawasan peruntukan Pedagang Kaki Lima (PKL) dengan konsep aglomerasi
dan estetika sehingga mendukung konsep pariwisata perkotaan; dan
f. pengembangan kawasan peruntukan ruang untuk kegiatan sektor informal tidak
mengganggu kegiatan fungsi utama, fasilitas umum dan lalu lintas suatu kawasan.

Kawasan Peruntukan Pendidikan

Kawasan peruntukan pendidikan terdapat di wilayah Daerah yang ditetapkan,


dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:
a. pengembangan sarana di kawasan pendidikan secara berjenjang untuk mendukung
pendidikan berstandar nasional dan internasional;
b. pengembangan sarana dan prasarana pendukung bagi kawasan pendidikan;
c. pengembangan lembaga penunjang kawasan pendidikan dapat berada di kawasan
perumahan, perdagangan jasa, dan perkantoran;
d. pengembangan perguruan tinggi dengan tetap mempertahankan perguruan tinggi yang
sudah ada dan untuk pengembangannya sebagai perguruan tinggi negeri dialokasikan
ruang secara khusus yang ditetapkan dan diatur lebih lanjut;
e. pengembangan kawasan dapat dengan perluasan kawasan baru dan/atau dengan
menambah kapasitas gedung di kawasan yang sudah ada dengan arahan
pembangunan secara vertikal;
f. perlindungan dan pelestarian bangunan yang berada dalam kawasan pendidikan yang
memenuhi kriteria kawasan cagar budaya;
g. pengembangan kawasan/kegiatan dilengkapi dengan Dokumen Lingkungan Hidup;
h. peningkatan kualitas fasilitas pendidikan berupa pemeliharaan dan perbaikan
diutamakan untuk bangunan yang mengalami kerusakan, serta peningkatan pelayanan
fasilitas pendidikan dimulai dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai dengan
Perguruan Tinggi; dan
i. peningkatan perpustakaan Daerah sebagai pusat pendidikan dan pariwisata.

Kawasan Peruntukan Kesehatan

Kawasan pengembangan peruntukan kesehatan dilaksanakan dengan arahan sebagai


berikut:
a. pengalokasian ruang dengan arahan mempertahankan kawasan dan lokasi sarana
kesehatan yang sudah ada utamanya rumah sakit umum skala kota dan/atau regional;
b. pengembangan unit kegiatan pada lokasi yang strategis dan mudah dijangkau oleh
penduduk sesuai dengan cakupan wilayah pelayanan;
c. pengembangan sarana kesehatan pengobatan umum dibatasi hanya untuk pelayanan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 13


skala sub pusat pelayanan dan unit lingkungan;
d. pengembangan sarana kesehatan skala kota dan/atau regional dibatasi hanya untuk
sarana kesehatan pengobatan khusus/spesifik;
e. penyebaran sarana kesehatan diarahkan secara berhierarki dan merata di seluruh
wilayah Daerah meliputi Tempat Praktek Dokter, Apotek, Polilklinik, Balai Kesehatan
Ibu dan Anak (BKIA), Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu) atau Balai
Pengobatan Lingkungan, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau Balai
Pengobatan, dan Rumah Sakit;
f. perlindungan dan pelestarian bangunan yang berada dalam kawasan kesehatan yang
memenuhi kriteria kawasan cagar budaya;
g. pengembangan jangkauan pelayanan dan kualitas sarana kesehatan disesuaikan
dengan arahan penyediaan;
j. pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup; dan
h. pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan kesehatan terintegrasi
dengan arahan pengembangan sarana dan prasarana perkotaan Daerah.

Kawasan Peruntukan Peribadatan

Kawasan peruntukan peribadatan terdapat di wilayah Daerah yang ditetapkan.

dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:


a. penyebaran sarana dan kualitas peribadatan diarahkan secara berhierarki dan merata
di seluruh wilayah Daerah;
b. pengembangan sarana peribadatan disesuaikan dengan arahan penyediaan; dan
c. perlindungan dan pelestarian bangunan yang berada dalam kawasan peribadatan
yang memenuhi kriteria kawasan cagar budaya;
d. pengembangan kawasan/kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup; dan
e. pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan peribadatan terintegrasi
dengan arahan pengembangan sarana dan prasarana perkotaan Daerah.

Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan

Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan terdapat di wilayah Daerah yang


ditetapkan.

dilaksanakan secara terintegrasi dengan prasarana perkotaan Daerah.

Kawasan Peruntukan Pertanian

Kawasan peruntukan pertanian dikembangkan sebagai kawasan/kegiatan terintegrasi


untuk menunjang agribisnis meliputi:
a. pertanian irigasi;

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 14


b. peternakan; dan
c. perikanan.

Kawasan/kegiatan pertanian irigasi dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:


a. pemanfaatan tanah eks bengkok untuk pengembangan sabuk hijau (green belt) dan
lahan pertanian pangan berkelanjutan;
b. pembatasan perubahan penggunaan lahan sawah beririgasi yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah menjadi kawasan budidaya non pertanian, kecuali untuk kegiatan
yang mendukung kegiatan pertanian Daerah; dan
c. penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan dalam pengembangan
kegiatan pertanian irigasi Daerah.

Kawasan/kegiatan peternakan dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:


a. pembatasan kegiatan peternakan di kawasan peruntukan perumahan dan kawasan
permukiman sesuai dengan jenis peternakan dan luasan lahan peternakan;
b. pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan peternakan teritegrasi
dengan arahan penyediaan sarana dan prasarana perkotaan Daerah;
c. pengembangan kegiatan peternakan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup;
d. pengembangan kegiatan peternakan skala kecil yang menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup berupa SPPL apabila
berlokasi di kawasan peruntukan perumahan dan kawasan permukiman; dan
e. pengefektifan kawasan peruntukan pertanian untuk menata, merehabilitasi,
memelihara, dan/atau membangun sarana penelitian dan pengembangan sektor
peternakan.

Kawasan peruntukan perikanan dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:


a. pengembangan sarana dan prasarana pendukung kegiatan perikanan;
b. pengembangan kegiatan perikanan terintegrasi dengan sungai dan sistem irigasi
Daerah sebagai sumber pengairan; dan
c. pengembangan kegiatan perikanan yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan
hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup;
d. pengembangan kegiatan perikanan skala kecil wajib mempunyai Dokumen
Lingkungan Hidup berupa SPPL apabila berlokasi di perumahan dan kawasan
permukiman; dan
e. pengefektifan kawasan peruntukan pertanian untuk menata, merehabilitasi,
memelihara, dan/atau membangun sarana penelitian dan pengembangan sektor
perikanan.

Kawasan peruntukan pertanian irigasi yang ditetapkan Pemerintah Daerah sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan Daerah mempunyai luasan kurang lebih 120 Ha (seratus
dua puluh hektare) meliputi:

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 15


a. Kelurahan Kedungsari, Kecamatan Magelang Utara;
b. Kelurahan Kramat Selatan, Kecamatan Magelang Utara;
c. Kelurahan Potrobangsan, Kecamatan Magelang Utara;
d. Kelurahan Magelang, Kecamatan Tengah;
e. Kelurahan Panjang, Kecamatan Magelang Tengah;
f. Kelurahan Gelangan, Kecamatan Magelang Tengah;
g. Kelurahan Rejowingun Utara, Kecamatan Magelang Tengah;
h. Kelurahan Jurangombo Utara, Kecamatan Magelang Selatan;
i. Kelurahan Magersari, Kecamatan Magelang Selatan;
j. Kelurahan Tidar Utara, Kecamatan Magelang Selatan; dan
k. Kelurahan Tidar Selatan, Kecamatan Magelang Selatan.

Kawasan Peruntukan Pergudangan

Kawasan peruntukan pergudangan dilaksanakan berdasarkan arahan sebagai berikut:


a. Pengitegrasian kawasan peruntukan pergudangan dengan sistem transportasi regional
dan nasional;
b. Pengembangan kawasan/kegiatan pergudangan yang menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup wajib dilengkapi Dokumen Lingkungan Hidup dan harus mempunyai
sistem pembuangan dan pengolahan limbah padat dan/atau cair sesuai standar yang
berlaku dalam ketentuan perundang-undangan;
c. mengarahkan kawasan peruntukan pergudangan yang mendukung kegiatan budidaya
Daerah; dan
d. kawasan peruntukan pergudangan dilengkapi dengan sarana prasarana pendukung,
serta fasilitas sosial bagi pekerja sesuai dengan arahan penyediaan.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 16


Gambar 7.2. Tata Guna Lahan Kota Magelang

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 17


7.2. PRIORITAS RENCANA PENGEMBANGAN

Prioritas rencana pengembangan RISPAM bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih
secara kualitas, kuantitas, kontinyuitas, dan keterjangkauan menurut peraturan yang telah
ditentukan, rencana ini dilakukan untuk merespon permasalahan yang muncul dan analisis
dalam pekerjaan ini. Berikut beberapa strategi prioritas, antara lain:
1. Peningkatan cakupan daerah pelayanan dan kapasitas produksi air minum
2. Penurunan tingkat kehilangan air (NRW)
3. Peningkatan tekanan dan kontinuitas aliran air
4. Peningkatan dan penambahan sambungan baru
5. Penurunan konsumsi energi (Pompa)

7.3. DETAIL RENCANA PENGEMBANGAN

Berikut jabaran strategi dan program pengembangannya.

NO. STRATEGI dan PROGRAM LOKUS


1. Peningkatan cakupan daerah pelayanan dan
kapasitas produksi air minum
1.1. melakukan pengecekan, perbaikan dan Pipa ACP
rehabilitasi pipa transmisi Kalimas I – Pancuranmas
Pipa DCIP
Kalimas II – Kesatrian
Reservoir Bandongan –
Reservoir Alun-alun
Reservoir Bandongan –
Pelayanan Magelang
Wulung – BPT Putihan
Tuk Pecah – Jalan Sriwijaya
Kalegen – BPT Putihan
1.2. pengadaan dan pemasangan pompa MA Tuk Pecah
MA Kanoman
1.3. pengadaan dan pemasangan genset MA Kanoman
1.4. pengadaan dan pemasangan pompa MA Kalimas
pendorong MA Kanoman

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 18


NO. STRATEGI dan PROGRAM LOKUS
1.5. perintisan sumber alternatif mata air baru Sungai Progo
Sungai Elo
2. Penurunan tingkat kehilangan air (NRW) Kota Magelang
2.1. pelaksanaan studi kebocoran fisik Kota Magelang
2.2. pembuatan peta jaringan dan aksesoris Kota Magelang
perpipaan yang akurat
2.3. pengadaan peralatan deteksi kebocoran 6 Daerah Pelayanan
2.4. pembuatan District Meter Area (DMA) yang MA Tuk Pecah
berfungsi untuk pembagian zona distribusi MA Kanoman
air minum MA Kalegen
MA Wulung
MA Kalimas
2.5. penggantian water meter induk Setiap Sistem ( 7 Sistem Perpipaan)
2.6. penggantian, pengadaan dan pemasangan Setiap Pelanggan
water meter pelanggan
2.7. rehab pipa lama/tua (rawan bocor) Jaringan pipa transmisi dan
distribusi
2.8. pelaksanaan studi kebocoran non-fisik Pembacaan Meter dan Administrasi
3. Peningkatan tekanan dan kontinuitas air
3.1. pemasangan wash out dan air valve Jaringan pipa distribusi
3.2. pembangunan reservoir baru Daerah pelayanan I
3.3. pemasangan pompa booster (pompa Kota Magelang
dorong)
4. Peningkatan dan penambahan sambungan baru
4.1. penambahan pipa distribusi baru Jaringan pipa distribusi
4.2. pembesaran diameter pipa distribusi Jaringan pipa distribusi
4.3. pengadaan dan pemasangan sambungan Kota Magelang
rumah
5. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)
5.1. perekrutan SDM baru yang memenuhi PDAM Kota Magelang
kompetensi
5.2. pelatihan dan pendidikan dalam PDAM Kota Magelang
peningkatan kualitas dan standarisasi
pelayanan sekaligus teknis
5.3. peningkatan kompetensi SDM PDAM PDAM Kota Magelang
dalam teknologi informasi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 19


Berikut beberapa program dengan 3 pentahapan yaitu Tahap I (2020 – 2025), Tahap II (2026 – 2030) dan Tahap III (2031- 2035), antara lain:
1. Peningkatan cakupan daerah pelayanan dan kapasitas produksi air minum
2. Penurunan tingkat kehilangan air (NRW)
3. Peningkatan tekanan dan kontinuitas aliran air
4. Peningkatan dan penambahan sambungan baru
5. Penurunan konsumsi energi
6. Pengembangan Kelembagaan dan Sumberdaya Manusia (SDM)
Berikut jabaran program dan kegiatannya pengembangannya.
TAHAPAN ESTIMASI BIAYA SUMBER
PROGRAM KEGIATAN LOKASI SEKTOR
I II III (Rp.) DANA
1. Peningkatan cakupan 1.1. Perbaikan broncaptering MA Kalimas 100.000.000 APBD PDAM
daerah pelayanan dan MA Kanoman 100.000.000 APBD PDAM
kapasitas produksi air
minum MA Tuk Pecah 100.000.000 APBD PDAM
1.2. Pembangunan broncaptering MA Sriponganten 100.000.000 APBD PDAM
MA Sungai Elo 150.000.000 APBD PDAM
MA Sungai Progo 150.000.000 APBD PDAM
MA Tuk Drajat 100.000.000 APBD PDAM
MA Tuk Pajangan 100.000.000 APBD PDAM
MA Jetis 100.000.000 APBD PDAM
MA Manggisan 100.000.000 APBD PDAM
1.3. Pembuatan bangunan bak MA Sriponganten 500.000.000 APBD PDAM
penampung MA Sungai Elo 500.000.000 APBD PDAM
MA Sungai Progo 500.000.000 APBD PDAM
MA Tuk Drajat 500.000.000 APBD PDAM
MA Tuk Pajangan 500.000.000 APBD PDAM
MA Jetis 500.000.000 APBD PDAM

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 20


TAHAPAN ESTIMASI BIAYA SUMBER
PROGRAM KEGIATAN LOKASI SEKTOR
I II III (Rp.) DANA
MA Manggisan 500.000.000 APBD PDAM
1.4. Perbaikan bangunan sumber MA Kalimas I 50.000.000 APBD PDAM
MA Wulung 100.000.000 APBD PDAM
MA Kalegen 100.000.000 APBD PDAM
MA Kanoman I dan II 200.000.000 APBD PDAM
MA Jetis 200.000.000 APBD PDAM
MA Manggisan 200.000.000 APBD PDAM
1.5. Pengadaan dan pemasangan MA Sriponganten 1.500.000.000 APBN PDAM
pompa MA Sungai Elo 1.500.000.000 APBN PDAM
MA Sungai Progo 1.500.000.000 APBN PDAM
MA Tuk Drajat 1.500.000.000 APBN PDAM
MA Tuk Pajangan 1.500.000.000 APBN PDAM
MA Tuk Pecah 3.000.000.000 APBN PDAM
MA Kanoman 8.250.000.000 APBN PDAM
1.6. Pengantian Pompa per periode 5 Mata Air 3.750.000.000/periode APBD PDAM
1.7. Pengadaan dan pemasangan MA Kanoman 1.500.000.000 APBD PDAM
genset MA Sriponganten 1.500.000.000 APBD PDAM
MA Tuk Pecah 1.500.000.000 APBD PDAM
MA Jetis 1.500.000.000 APBD PDAM
MA Sungai Elo 1.500.000.000 APBD PDAM
MA Sungai Progo 1.500.000.000 APBD PDAM
1.8. Pengecekan, perbaikan dan Pipa PVCDesa Sudimoro – 500.000.000 APBD PDAM
rehabilitasi pipa transmisi Soekarno Hatta 300 mm

Pipa ACP MA Kalimas II – 500.000.000 APBD PDAM


Candiretno 350 mm

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 21


TAHAPAN ESTIMASI BIAYA SUMBER
PROGRAM KEGIATAN LOKASI SEKTOR
I II III (Rp.) DANA
Pipa ACP Kesatrian – Pajajaran 500.000.000 APBD PDAM
300 mm
Pipa ACPPancoranmas – MA 500.000.000 APBD PDAM
Kalimas 300 mm
Pipa DCIP Bandongan – Jembatan 500.000.000 APBD PDAM
Sungai Progo 250 mm
Pipa PVC Kanoman 1 500.000.000 APBD PDAM
1.9. Ekspansi sumber alternatif MA Sriponganten 5.000.000.000 APBN PDAM
baru (bangunan dan MA Sungai Elo 5.000.000.000 APBN PDAM
pemipaan)
MA Sungai Progo 5.000.000.000 APBN PDAM
MA Tuk Drajat 5.000.000.000 APBN PDAM
MA Tuk Pajangan 5.000.000.000 APBN PDAM
MA Jetis 5.000.000.000 APBN PDAM
MA Manggisan 5.000.000.000 APBN PDAM
1.10. Pembangunan bangunan Sambung 1000 m³ 12.000.000.000 APBN PDAM
konservasi air
1.11. Pembebasan lahan menara utara 1000 m² 20.000.000.000 APBD PEMKOT
1.12. Pengantian Pipa ACP ke Kota Magelang 10.000.000.000 APBD PDAM
DCIP
1.13. Pembangunan SPAM Kecamatan Magelang Utara 25.000.000.000 APBN PDAM
2. Penurunan tingkat 2.1. Pemasangan water meter MA Tuk Pecah 350 mm 80.000.000 APBD PDAM
kehilangan aliran air induk MA Kalegen 250 mm 80.000.000 APBD PDAM
MA Wulung 250 mm 80.000.000 APBD PDAM
MA Kalimas I 300 mm 100.000.000 APBD PDAM
MA Kalimas II 350 mm 100.000.000 APBD PDAM
2.2. pembuatan District Meter Area Daerah Pelayanan I 5.000.000.000 APBD PDAM
(DMA) yang berfungsi untuk Daerah Pelayanan II 5.000.000.000 APBD PDAM

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 22


TAHAPAN ESTIMASI BIAYA SUMBER
PROGRAM KEGIATAN LOKASI SEKTOR
I II III (Rp.) DANA
pembagian zona distribusi air Daerah Pelayanan III 5.000.000.000 APBD PDAM
minum
Daerah Pelayanan IV 5.000.000.000 APBD PDAM
Daerah Pelayanan V 5.000.000.000 APBD PDAM
Daerah Pelayanan VI 5.000.000.000 APBD PDAM
2.3. Pengelolaan sumur penduduk Kota Magelang 1.000.000.000 APBD PDAM
2.4. Pembuatan sumur resapan Tuk Pecah 15.000.000.000 APBN PDAM
3. Peningkatan tekanan 3.1. Pembangunan reservoir baru Desa Sraten – MA Kalimas 24.000.000.000 APBN PDAM
dan kontinuitas aliran air 2000 m³
Gunung Tidar – MA Kanoman 25.000.000.000 APBN PDAM
2000 m³
3.2. Pembangunan reservoir Kedungsari – MA Kalimas 1000 m³ 12.000.000.000 APBN PDAM
distribusi Soekarno Hatta – MA Kanoman 12.000.000.000 APBN PDAM
1000 m³
3.3. Pembangunan booster Kanoman 10.000.000.000 APBN PDAM
Kalimas I 10.000.000.000 APBN PDAM
4. Peningkatan dan 4.1. Pengadaan dan pemasangan Pipa distribusi Kampung Jabon 50 15.000.000 APBD PDAM
penambahan pipa distribusi untuk mm
sambungan baru optimalisasi MA Tuk Pecah Pipa distribusi Perum Cendrawasih 15.000.000 APBD PDAM
50 mm
Pipa distribusi Kampung 60.000.000 APBD PDAM
Malanggaten 50 mm
Pipa distribusi Kampung 100.000.000 APBD PDAM
Nambangan 50 – 75 mm
Pipa distribusi jalan Rawa Pening 170.000.000 APBD PDAM
100 mm
Pipa dist ribusi Sumbing – Tugu 8 550.000.000 APBD PDAM
150 mm – 200 mm

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 23


TAHAPAN ESTIMASI BIAYA SUMBER
PROGRAM KEGIATAN LOKASI SEKTOR
I II III (Rp.) DANA
Pipa distribusi Yuki – Kali Manggis 20.000.000 APBD PDAM
75 mm
Pipa distribusi Bogeman dan Telaga 65.000.000 APBD PDAM
Warna 50 – 75 mm
Pipa distribusi Telaga Warna 100 200.000.000 APBD PDAM
mm
Pipa distribusi Cacaban 50 mm 15.000.000 APBD PDAM
Pipa distribusi Alun-alun selatan – 200.000.000 APBD PDAM
Pasar Telo 100 – 150 mm
Penggantian pipa DCIP Bandongan 200.000.000 APBD PDAM
4.2. Pengadaan dan pemasangan Pipa distribusi 250 mm 2.300.000.000 APBD PDAM
pipa distribusi untuk
optimalisasi MA Kalegen
4.3. Pengadaan dan pemasangan Pipa distribusi Bandongan – 3.000.000.000 APBD PDAM
pipa distribusi untuk Semaitan 250 mm
optimalisasi MA Wulung Pipa distribusi Kampung Dumpoh 1.000.000.000 APBD PDAM
50 – 75 mm
4.4. Pengadaan dan pemasangan Pipa distribusi Sraten – Candiretno 2.500.000.000 APBD PDAM
pipa distribusi untuk 300 mm
optimalisasi MA Kalimas I Pipa distribusi Candiretno – Jetis 3.000.000.000 APBD PDAM
300 mm
Pipa distribusi Kalimas – Kupatan 1.500.000.000 APBD PDAM
300 mm
Pipa distribusi Sraten – Jambesari 120.000.000 APBD PDAM
75 mm
Pipa distribusi Kedungsari 75 mm 35.000.000 APBD PDAM
Pipa distribusi Jalan A. Yani – 130.000.000 APBD PDAM
Depker Blok D 100 mm
Pipa distribusi Karangwuni – 40.000.000 APBD PDAM
Kampung Ngembik 75 mm

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 24


TAHAPAN ESTIMASI BIAYA SUMBER
PROGRAM KEGIATAN LOKASI SEKTOR
I II III (Rp.) DANA
Pipa distribusi Kemerdekaan – 40.000.000 APBD PDAM
Perum Kopri Ngembik 100 mm
Pipa distribusi Karangwuni – 820.000.000 APBD PDAM
Menowo 150 mm
Pipa distribusi Barito 75 mm 40.000.000 APBD PDAM
4.5. Pengadaan dan pemasangan Pipa transmisi MA Kalimas – Sraten 7.000.000.000 APBD PDAM
pipa distribusi untuk 350 mm
optimalisasi MA Kalimas II Pipa distribusi Sraten – Candiretno 3.000.000.000 APBD PDAM
350 mm
Pipa distribusi Kebonpolo – Canguk 1.000.000.000 APBD PDAM
150 mm
Pipa distribusi Majapahit – Telaga 500.000.000 APBD PDAM
Warna 150 mm
Pipa distribusi Kampung Pinggirejo 15.000.000 APBD PDAM
50 mm
Pipa distribusi Kampung Menowo 130.000.000 APBD PDAM
75 mm
Pipa distribusi Kalimas – Urip S. 75 130.000.000 APBD PDAM
mm
Pipa distribusi Sumba 100 mm 70.000.000 APBD PDAM
Pipa distribusi Sutopo – Kol. 160.000.000 APBD PDAM
Sugiono 100 mm
4.6. Pengadaan dan pemasangan Pipa transmisi Grenggeng – 2.400.000.000 APBD PDAM
pipa distribusi untuk Beringin 300 mm
optimalisasi MA Kanoman I Pipa transmisi MA Kanoman – 7.000.000.000 APBD PDAM
Jend. Sudirman 350 mm
Pipa distribusi Jagoan – 50.000.000 APBD PDAM
Sampangan 100 mm
Pipa distribusi SMP 7 - Gancen 70.000.000 APBD PDAM

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 25


TAHAPAN ESTIMASI BIAYA SUMBER
PROGRAM KEGIATAN LOKASI SEKTOR
I II III (Rp.) DANA
Pipa distribusi Ganten – Bojong 50 170.000.000 APBD PDAM
– 75 mm
Pipa distribusi Tidar – Jen. 1.500.000.000 APBD PDAM
Sudirman 300 mm
Pipa distribusi Tidar – Beringin 2 1.700.000.000 APBD PDAM
300 mm
Pipa distribusi Kampung Kiringan 60.000.000 APBD PDAM
75 mm
Pipa distribusi Kampung Paten 100 60.000.000 APBD PDAM
mm
Pipa distribusi Jalan Iklas – Kp. 130.000.000 APBD PDAM
Suprapto 100 mm
Pipa distribusi Gotong royong – 130.000.000 APBD PDAM
Kampung Tidar Baru 100 mm
5. Peningkatan Pelayanan 5.1. Sosialisasi terhadap kenaikan Kota Magelang 50.000.000/tahun APBD PDAM
dan Sosialisasi tarif
5.2. Survey indeks Kepuasan Kota Magelang 50.000.000/tahap APBD PDAM
Pelanggan
5.3. Sosialisasi edukasi dan Kota Magelang 50.000.000/tahun APBD PDAM
promosi
5.4. Peningkatan pelayanan PDAM Kota Magelang 300.000.000/tahun APBD PDAM
berbasis IT
5.5. Perijinan dan Pengembangan Kota Magelang 25.000.000.000 APBD PDAM
sarana prasarana gedung
6. Pengembangan 6.1. Peningkatan kinerja pegawai PDAM Kota Magelang 50.000.000/tahun APBD PDAM
Kelembagaan dan (pelaporan, manajemen,
Sumberdaya Manusia administrasi, pelayanan publik,
(SDM) laboratorium, teknis)
6.2. Pembentukan divisi produksi PDAM Kota Magelang 100.000.000 APBD PDAM
dabn distribusi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 26


TAHAPAN ESTIMASI BIAYA SUMBER
PROGRAM KEGIATAN LOKASI SEKTOR
I II III (Rp.) DANA
6.3. Perencanaan kemitraan PDAM Kota Magelang 100.000.000 APBD PDAM
dengan pihak lain

Estimasi anggaran program pengembangan sistem penyediaan air


Periode I : Rp. 73.783.000.000,- (Tujuh Puluh Tiga Milyar Tujuh Ratus Delapan Puluh Tiga Juta Rupiah)
Periode II : Rp.145.503.000.000,- (Seratus Empat Puluh Milyar Lima Lima Ratus Tiga Juta Rupiah)
Periode III : Rp.143.113.000.000,- (Seratus Empat Puluh Milyar Seratus Tiga Belas Juta Rupiah)

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - 27


8. KEBUTUHAN INVESTASI DAN SUMBER PENDANAAN BAB 8
RENCANA KEUANGAN

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 7 - xxviii


8.1. KEBUTUHAN INVESTASI DAN SUMBER PENDANAAN

8.1.1. Kebutuhan Investasi


Kebutuhan dana untuk melakukan optimalisasi, rehabilitasi dan pengembangan SPAM
PDAM Kota Magelang memerlukan biaya sebagai berikut:
Estimasi anggaran program pengembangan sistem penyediaan air

Periode I : Rp. 73.783.000.000,-


(Tujuh Puluh Tiga Milyar Tujuh Ratus Delapan Puluh Tiga Juta
Rupiah)

Periode II : Rp. 145.503.000.000,-


(Seratus Empat Puluh Lima Milyar Lima Ratus Tiga Juta Rupiah)

Periode III : Rp. 143.113.000.000,-


(Seratus Empat Puluh Milyar Seratus Tiga Belas Juta Rupiah)

Pendanaan tersebut bersumber dari sumber APBN, APBD Provinsi Jawa Tengah, APBD Kota
Magelang, PDAM dan dari sumber dana lainnya.

8.1.2. Sumber dan Pola Pendanaan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 2


Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 3
8.2. DASAR PENENTUAN ASUMSI

Asumsi dalam penyusunan proyeksi keuangan, secara umum adalah meliputi asumsi
sebagai berikut:
a. Jangka Waktu Proyeksi keuangan selama 10 (sepuluh) tahun yang dimulai sejak tahun
2014 sampai dengan tahun 2023.
b. Tahun dasar yang digunakan untuk proyeksi keuangan adalah tahun 2013
c. Inflasi untuk barang modal sebesar 6% pertahun selama masa kerjasama.
d. Transaksi keuangan seluruhnya dalam bentuk mata uang Rupiah.
e. Biaya Bunga
f. Dalam perhitungan bunga dihitung atas dasar perkiraan bunga yang belaku yaitu
sebesar 7,5% per tahun.
g. Tarif
Perhitungan rekening air yang setiap bulan ditagihkan kepada setiap pelanggan dibuat
berdasarkan struktur tarif progresif. Dasar perhitungan tarif PDAM Kota Magelang
selama ini belum sepenuhnya memperhitungkan unsur pendapatan yang dianggarkan
untuk beberapa periode dan berdasarkan jumlah biaya yang harus ditanggungnya (Cost
Recovery) serta mempertimbangkan unsur kemampuan pelanggan. Kenaikan tarif air
tidak dapat dihindari dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu antara lain adanya inflasi
dan pertimbangan akibat adanya investasi baru.
Dalam analisa keuangan ini dilakukan untuk mendukung usulan tarif air minum yang
kenaikannya memang sudah harus dilakukan terkait dengan pemenuhun kebutuhan
biaya operasional/Full Cost Recovery (FCR) dan pertimbangan pemenuhan
pembiayaan program investasi dalam rangka peningkatan pelayanan air minum
kepada masyarakat. Salah satu tujuan usulan kenaikan tarif ini adalah memperbaiki
kinerja keuangan PDAM, sehingga PDAM Kota Magelang dapat memenuhi seluruh
kewajiban pinjaman serta dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, baik
kualitas maupun kuantintasnya. Diharapkan usulan tarif air minum tetap didasarkan
kepada strukturtarif yang selama ini berlaku.
Sejalan dengan program yang akan dilaksanakan, maka PDAM telah melaksanakan
langkah-langkah persiapan dengan melakukan penggalian kemungkinan sumber-
sumber dana untuk pemenuhan kebutuhan investasi baik untuk optimalisasi maupun
untuk pengembangan (ekspansi). Tarif yang diterapkan tetap akan menggunakan tarif
progresif. Diharapkan dengan penggolongan tarif baru dapat terwujud adanya tarif
subsidi silang. Masyarakat/pelanggan yang kaya memberikan subsidi kepada
pelanggan yang kurang mampu. Mengingat komposisi pelanggan yang ada di PDAM
Kota Magelang sebagian besar adalah pelanggan Rumah Tangga, maka untuk lebih
terwujudnya subsidi silang tarif pelanggan rumah tangga yang ada diterapkan tarif yang
lebih progresif.
Pembagian kelompok rumah tangga akan lebih dititik beratkan kepada penggolongan
kemampuan pelanggan rumah tangga. Kelompok Rumah tangga yang kaya akan
membayar lebih tinggi dibandingkan kelompok rumah tangga yang kurang mampu.
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 4
Sebagai dasar penggolongan rumah tangga yang kaya dan yang kurang mampu antara
lain adalah jenis bangunan, letak bangunan, type bangunan, luas tanah, luas bangunan
dan lain lain. Sesuai dengan Keputusan Walikota Magelang dengan SK No.
539/299/112 Tahun 2016 tentang Penetapan Tarif Air Minum pada PDAM Kota
Magelang yang pemberlakuannya bertahap mulai bulan Januari 2017, dengan
penggolongan kelompok pelanggan yang sudah ada adalah sebagai berikut:
a. Hidran Umum
b. Sosial
c. Rumah Tangga
d. Sekolah
e. Instansi Pemerintah
f. Instansi TNI/ POLRI
g. Niaga Kecil
h. Niaga Besar
i. Industri Kecil
j. Industri Besar
Dalam proyeksi keuangan ini disiapkan perhitungan tarif air minum yang didasarkan
pada kondisi tarif air minum yang sudah ada, kemudian perhitungan tarif air minum
yang akan datang perhitungannya dikaitkan dengan adanya program investasi.
Sehingga proyeksi tarif air minum yang ada diperhitungkan dapat menutup seluruh
biaya operasi dan pemeliharaan dimasa yang akan datang dan pengembalian investasi
yang telah ditanamkan. Adapun tarif air minum yang diberlakukanbertahap dengan 3
tahapan yaitu Tahap I mulai Januari 2017 – Desember 2017, Tahap II mulai Januari
2018 – Desember 2019, dan Tahap III mulai Januari 2019 - Desember 2019.
TAHAP I
Harga Dasar = Rp .1550,-

PELANGGAN KELOMPOK PEMAKAIAN

KODE JENIS 0-10 11-20 21-30 >30

1A Hidran Umum 1,500 1,500 1,500 1,500

1B Sosial 1,500 1,800 2,200 2,600

IB1 Masjid Jami’ 1,500 1,800 2,200 2,600

IB2 Masjid 1,500 1,800 2,200 2,600

IA3 Musholla,dll 1,500 1,800 2,200 2,600

II A 1 Rmh .Tangga Rendah 1,550 2,000 2,650 3,400

II A 2 Rmh.Tangga Sedang 2,250 2,900 3,600 4,500

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 5


PELANGGAN KELOMPOK PEMAKAIAN

II A 3 Rmh Tangga Mampu 3,000 3,700 4,600 5,400

II B 1 Sekolah 1,800 2,250 3,000 3,700

II B 2 Instansi Pemerintahan 2,250 3,000 3,750 4,500

II B 3 Instansi TNI/POLRI 2,250 3,000 3,750 4,500

II B 4 AKMIL 2,250 2,250 2,250 2,250

III A Niaga Kecil 3,800 3,800 5,100 6,350

III B Niaga Besar 4,600 4,600 5,900 7,600

IV A Industri Kecil 3,600 3,600 4,600 5,900

IV B Industri Besar 5,500 5,500 7,150 8,400

TAHAP II
Harga Dasar = Rp. 1.700,-

PELANGGAN KELOMPOK PEMAKAIAN

KODE JENIS 0-10 11-20 21-30 >30

1A Hidran Umum 1,600 1,600 1,600 1,600

1B Sosial 1,600 2,000 2,350 2,800

IB1 Masjid Jami’ 1,600 2,000 2,350 2,800

IB2 Masjid 1,600 2,000 2,350 2,800

IA3 Musholla,dll 1,600 2,000 2,350 2,800

II A 1 Rmh .Tangga Rendah 1,700 2,200 2,900 3,750

II A 2 Rmh.Tangga Sedang 2,500 3,250 4,050 5,050

II A 3 Rmh Tangga Mampu 3,400 4,200 5,250 6,150

II B 1 Sekolah 2,000 2,500 3,350 4,150

II B 2 Instansi Pemerintahan 2,500 3,350 4,200 5,050

II B 3 Instansi TNI/POLRI 2,500 3,350 4,200 5,050

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 6


PELANGGAN KELOMPOK PEMAKAIAN

II B 4 AKMIL 2,500 2,500 2,500 2,500

III A Niaga Kecil 4,400 4,400 5,850 7,300

III B Niaga Besar 5,300 5,300 6,800 8,750

IV A Industri Kecil 4,150 4,150 5,300 6,800

IV B Industri Besar 6,350 6,350 8,250 9,650

TAHAP III
Harga Dasar : 1,850.-
PELANGGAN KELOMPOK PEMAKAIAN

KODE JENIS 0-10 11-20 21-30 >30

1A Hidran Umum 1,700 1,700 1,700 1,700

1B Sosial 1,700 2,150 2,550 3,000

IB1 Masjid Jami’ 1,700 2,150 2,550 3,000

IB2 Masjid 1,700 2,150 2,550 3,000

IA3 Musholla,dll 1,700 2,150 2,550 3,000

II A 1 Rmh .Tangga Rendah 1,850 2,450 3,200 4,100

II A 2 Rmh.Tangga Sedang 2,800 3,650 4,550 5,650

II A 3 Rmh Tangga Mampu 3,850 4,800 6,000 7,000

II B 1 Sekolah 2,250 2,800 3,750 4,650

II B 2 Instansi Pemerintahan 2,800 3,750 4,700 5,650

II B 3 Instansi TNI/POLRI 2,800 3,750 4,700 5,650

II B 4 AKMIL 2,800 2,800 2,800 2,800

III A Niaga Kecil 5,050 5,050 6,750 8,400

III B Niaga Besar 6,100 6,100 7,800 10,050

IV A Industri Kecil 4,800 4,800 6,100 7,800

IV B Industri Besar 7,300 7,300 9,500 11,100

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 7


8.3. KONDISI KEUANGAN DAERAH

8.3.1. Prospek Perekonomian Kota Magelang Tahun 2020


Berdasar kondisi eksisting perekonomian Kota Magelang tahun 2017 dan prediksi tahun
2018-2019, maka pada tahun 2020 perekonomian Kota Magelang memiliki prospek antara
lain:
a. Dengan menyesuaikan data historis PDRB penyesuaian tahun dasar 2010,
pertumbuhan ekonomi Kota Magelang diprediksi tumbuh pada rentang 5,15%-5,49%
dengan kecenderungan naik.
b. Inflasi diprediksi pada kisaran angka 3%±1% dengan kecenderungan menurun.
c. Laju pertambahan penduduk akhir tahun diproyeksi sebesari 0,24% (berdasarkan
proyeksi kependudukan Kota Magelang tahun 2010-2020 oleh BPS).
d. PDRB atas dasar harga berlaku diprediksi mencapai 9,698 triliun rupiah (deviasi
0,71%), tumbuh 8,29%.
e. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku diprediksi tumbuh 7,92%.
f. Tingkat Pengangguran Terbuka diprediksi mencapai 4,8%-5,28% (batas atas
didasarkan pada prediksi Pusdatin naker dalam dokumen Perencanaan Tenaga Kerja
Kota Magelang 2017-2021).
g. Indeks Pembangunan Manusia diprediksi mencapai 79,50.
h. Presentase penduduk miskin diprediksi mencapai 7,64%-7,79%.
Beberapa asumsi tersebut diharapkan dapat tercapai selama proses pembangunan. Target
dan asumsi akan disesuaikan kembali jika asumsi cateris paribus tidak terpenuhi, terjadi
dinamika dan atau perubahan ekstrim pada faktor/variabel eksternal dan atau internal baik
di skala global maupun lokal serta terdapat perubahan metode atau formulasi perhitungan
indikator baku pada periode yang bersangkutan.

8.3.2. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan


Berdasarkan Hasil analisis kondisi ekonomi daerah dan kajian terhadap tantangan dan
prospek perekonomian daerah, selanjutnya dilakukan analisis dan proyeksi sumber-sumber
pendapatan daerah yang kemudian dituangkan kedalam tabel . Realisasi dan
Proyeksi/Target Pendapatan Daerah, sebagai berikut:
Tabel 8.1 Realisasi dan Prediksi Pendapatan Daerah Dalam APBD Kota Magelang Tahun
2017 - 2020
REALISASI TAHUN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN PREDIKSI TAHUN
NO URAIAN
2017 TAHUN 2018 2019 ANGGARAN 2020
Pendapatan Asli
1.1 233.557.714.356 225.916.332.000 222.478.414.000 232.223 002.000
Daerah
1.1.1 Hasil Pajak daerah 31.206.960.485 30.646.800.000 32.500.000.000 35.300.000.000
Hasil Retribusi
1.1.2 6.243.021.736 4.909.300.000 5.001.088.000 5.145.511.000
Daerah

1.1.3 Hasil Pengelolaan 7.711.404.121 8.693.811.000 9.982.607.000 9.982.607.000


Kekayaan Daerah

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 8


REALISASI TAHUN PERUBAHAN APBD TAHUN ANGGARAN PREDIKSI TAHUN
NO URAIAN
2017 TAHUN 2018 2019 ANGGARAN 2020
yg Dipisahkan
Lain-lain PAD yang
1.1.4 188.396.328.014 181.666.421.000 174.994.719.000 181.794.884.000
Sah
1.2 Dana Perimbangan 553.115.007.612 583.609.549.000 590.290.453.000 586.318.945.000
Bagi Hasil Pajak /
1.2.1 Bagi Hasil Bukan 26.685.769.289 30.321.942.000 24.412.946.000 24.733.766.000
Pajak
1.2.2 DAU 440.041.244.000 440.041.244.000 455.177.029.000 449.177.029.000
1.2.3 DAK 86.387.994.323 113.246.363.000 110.700.478.000 112.408.150.000
Lain-lain
1.3 Pendapatan 122.853.140.952 93.150.056.000 99.197.714.000 98.765.114..000
Daerah yang sah
1.3.1 Hibah 24.050.844.059 18.268.200.000 16.757.600.000 16.325.000.000
1.3.2 Dana Darurat 0 0 0 0
Dana Bagi Hasil
Pajak dari Propinsi
1.3.3 41.855.667.000 52.555.256.000 40.043.975.000 40.043.975.000
dan Pemerintah
Daerah lainnya
Dana Penyesuaian
1.3.4 dan Otonomi 47.039.466.000 18.250.000.000 42.396.139.000 42.396.139.000
Khusus
Bantuan Keuangan
dari Propinsi atau
1.3.5 9.701.162.500 4.076.600.000 0 0
Pemerintah Daerah
lainnya
Pendapatan
1.3.6 206.001.393 0 0 0
Lainnya
PENDAPATAN
909.525.862.920 902.675.937.000 911.966.581.000 917.307.061.000
DAERAH

Adapun beberapa asumsi yang digunakan sebagai dasar dalam menetapkan Prediksi
kemampuan keuangan daerah pada tahun 2020 adalah sebagai berikut :
a. Pajak Daerah diperkirakan naik, dengan optimalisasi Penggunaan e-tax (pajak online),
Perubahan regulasi perpajakan daerah yang sudah out of datemenyesuaikan dengan
kondisi dan dinamika perekonomian daerah.
b. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah diperkirakan mengalami kenaikan.
c. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak diasumsikan sama dengan tahun
sebelumnya.
d. Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus diasumsikan sama dengan tahun
sebelumnya.
e. Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya diasumsikan
sama dengan tahun sebelumnya.
f. Dana penyesuaian dan otonomi khusus diasumsikan sama dengan tahun
sebelumnya

8.3.3. ARAH Kebijakan Pendapatan Daerah


Pendapatan Daerah yang tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
di Kota Magelang Tahun 2020 diperoleh dari berbagai sumber, yaitu dari Pendapatan Asli
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 9
Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Pendapatan
Asli Daerah (PAD) menunjukkan tren kenaikan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2017.
Meskipun demikian porsi terbesar sumber pandapatan daerah masih dari Dana
Perimbangan dan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Sedangkan untuk
porsi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Selama kurun waktu 2014-2018 kemampuan pendapatan daerah sesuai dengan struktur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di Kota Magelang adalah sebagaimana
tabel berikut.

Tabel 8.2 Tabel Struktur Pendapatan APBD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-2018
Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Pendapatan APBD
No Tahun PAD (Rp)
(Rp) Daerah yang Sah (Rp) (Rp)
01. 2014 164.927.631.230 459.785.205.171 110.403.278.006 735.116.114.407
02. 2015 186.677.410.081 462.804.716.465 131.853.672.963 781.335.799.509

03. 2016 220.315.848.702 567.636.707.545 52.090.070.278 840.042.626.525

04. 2017 233.557.714.356 553.115.007.612 122.853.140.952 909.525.862.920

05. 2018 225.916.332.000 583.609.549.000 93.150.056.000 902.675.937.000

Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014 –
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018

Berdasarkan pada tren yang terjadi pada pendapatan daerah mama arah kebijakan untuk
meningkatkan pendapatan daerah adalah:
a. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan dengan
menggunakan teknologi informasi berbasis web service.
b. Penerapan dan penggunaan digitalisasi peta melalu one map policy untuk
mengoptimalkan pendapatan daerah (Fiscal Cadaster Policy).
c. Optimalisasi penerimaan pendapatan melalui entitas keuangan bisnis, berupa
pemeriksaan (audit) terhadap laporan keuangan wajib pajak daerah.
d. Penegakan law enforcement berupa denda pajak bagi wajib pajak yang menunggak
pembayaran pejakanya dan fasilitasi kerjasama dengan aparat penegak hokum untuk
melakukan penagihan terhadap wajib pajak yang mempunyai tunggakan pajak
daerah..
e. Optimalisasi Sumber Daya Manusia (SDM) yang menangani pajak daerah (fiskus)
melalui diklat pajak daerah (audit pajak dan pemeriksaan pajak).
f. Perubahan regulasi yang sudah out of date menyesuaikan dengan kondisi dan
dinamika perekonomian daerah.
g. Peningkatan Koordinasi dengan OPD penghasil dan BUMD.
h. Peneran konsep ear marking dalam pendapatan daerah.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 10


8.3.4. Pendapatan Asli Daerah
Sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, Pasal 6, ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor nomor 58
tahun 2005, Pasal 22, ayat (1), Pendapatan Asli Daerah terdiri dari:
a. Pajak Daerah;
b. Retribusi Daerah;
c. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan; dan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

Masuk dalam komponen Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang berasal dari hasil
pengelolaan pelayanan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Langkah-langkah optimalisasi
pendapatan daerah dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan tren yang cukup
positif. Walaupun sumbangan PAD setiap tahunnya mengalami peningkatan, namun
kenaikannya masih relatif kecil dibandingkan dengan kebutuhan pendanaan yang
dibutuhkan dalam APBD secara keseluruhan. Untuk mengetahui perkembangan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) selama tahun 2014-2018 di Kota Magelang, dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 8.3 Perkembangan PAD dan Proporsinya terhadap Pendapatan APBD Pemerintah
Kota Magelang Tahun 2014-2018

Proporsi PAD thd Pendapatan APBD


No. Tahun PAD (Rp) Pendapatan APBD (Rp)
(%)

01. 2014 164.927.631.230 735.116.114.407 22,44


02. 2015 186.677.410.081 781.335.799.509 23,89
03. 2016 220.315.848.702 840.042.626.525 26,22
04. 2017 233.557.714.356 909.525.862.920 25,67
05. 2018 225.916.332.000 902.675.937.000 25,02

Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014 -
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018

Gambaran secara rinci obyek PAD berdasarkan kontribusi obyek pendapatan dapat dilihat
pada tabel berikut:

Tabel 8.4 Kontribusi Pajak Terhadap PAD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-2018

No. Tahun Pajak ( Rp ) PAD ( Rp ) Proporsi Pajak thd PAD ( % )

01. 2014 22.107.435.949 164.927.631.230 13,40


02. 2015 26.185.301.675 186.677.410.081 14,02

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 11


No. Tahun Pajak ( Rp ) PAD ( Rp ) Proporsi Pajak thd PAD ( % )

03. 2016 25.974.837.133 220.315.848.702 11,78


04. 2017 31.206.960.485 233.557.714.356 13,36
05. 2018 30.646.800.000 225.916.332.000 13,56

Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014-
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018

Tabel 8.5 Kontribusi Retribusi Terhadap PAD Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-
2018

No. Tahun Retribusi ( Rp ) PAD ( Rp ) Proporsi Retribusi thd PAD (%)

01. 2014 6.058.580.948 164.927.631.230 3 ,67


02. 2015 6.999.474.592 186.677.410.081 3,74
03. 2016 6.663.308.913 220.315.848.702 3,02
04. 2017 6.243.021.736 233.557.714.356 2,67
05. 2018 4.909.300.000 225.916.332.000 2,17

Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014-
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018

Tabel 8.6 Kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan terhadap PAD
Pemerintah Kota Magelang Tahun 2014-2018
Hasil Pengelolaan Proporsi Hasil Pengelolaan
No. Tahun Kekayaan Daerah Yang PAD ( Rp ) Kekayaan Daerah Yang
Dipisahkan (Rp) Dipisahkan thd PAD ( % )
01. 2014 6.242.609.307 164.927.631.230 3,79
02. 2015 6.598.774.537 186.677.410.081 5,53
03. 2016 6.182.279.953 220.315.848.702 2,80
04. 2017 7.711.404.121 233.557.714.356 3,30
05. 2018 8.693.811.000 225.916.332.000 3,84

Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014-
2018 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 12


Tabel 8.7 Kontribusi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah terhadap PAD Pemerintah
Kota Magelang Tahun 2014-2018
Lain-lain Pendapatan Proporsi Lain-lain Pendapatan
No. Tahun Asli Daerah Yang Sah ( PAD ( Rp ) Asli Daerah Yang Sah thd PAD (
Rp ) %)
01. 2014 130.519.005.026 164.927.631.230 79,14
02. 2015 146.893.859.277 186.677.410.081 78,68
03. 2016 181.495.422.703 220.315.848.702 82,37
04. 2017 188.396.328.014 233.557.714.356 80,66
05. 2018 181.666.421.000 225.916.332.000 80,41

Sumber:
1. Perda tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kota Magelang TA. 2014-
2017 merupakan realisasi anggaran.
2. Perda tentang Perubahan APBD Kota Magelang TA. 2018
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa Pajak Daerah menduduki posisi yang paling penting
peranannya dalam membiayai pembangunan di Kota Magelang. Peran Pajak Daerah di Kota
Magelang terhadap PAD idealnya semakin tahun semakin membaik, karena Kota Magelang
sebagai daerah perkotaan mengandalkan jasa sebagai salah satu sumber penghasil PAD.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 13


8.4. KELAYAKAN KEUANGAN

8.4.1. Program Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum


Program pengembangan SPAM yang direncanakan oleh PDAM Kota Magelang adalah dalam
rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Tahapan pelaksanaan dan perkiraan
biaya yang dibutuhkan untuk program rehabilitasi, optimalisasi dan pengembangan SPAM
setiap tahun anggaran dari tahun 2019-2034 sedangkan hasil analisa konsultan dengan
investasi yang sebagian sumber dananya dengan dana pinjaman selama 10 tahun
Program optimalisasi-rehabilitasi dan pengembangan SPAM yang direncanakan oleh PDAM
Kota Magelang tersebut di atas meliputi seluruh wilayah pelayanan PDAM Kota Magelang.

8.4.2. Target Teknis Pengembangan SPAM


Kondisi saat ini jumlah pelanggan PDAM Kota Magelang sebanyak 26.956 unit sambungan.
Dengan program yang telah dicanangkan oleh PDAM dalam rangka meningkatkan cakupan
pelayanan sampai dengan tahun 2023, direncanakan dapat menambah jumlah pelanggan/
sambungan rumah (SR) sebanyak 8.892 unit sambungan baru. Jumlah pelanggan
direncanakan sampai akhir tahun 2023 akan mencapai 35.848 unit SR. Target pelaksanaan
pemasangan sambungan baru setiap tahunnya disesuaikan dengan perkiraan kebutuhan
atau permintaan masyarakat untuk menjadi pelanggan air minum dan kemampuan PDAM
yang selama ini dilakukan untuk memasang sambungan baru.

8.4.3. Analisa Keuangan PDAM Kota Magelang


Analisa Keuangan disusun sehubungan dengan adanya rencana peningkatan pelayanan
PDAM Kota Magelang . Penyusunan Analisa Keuangan didasarkan atas proyeksi keuangan
dengan mempertimbangkan program yang terkait secara langsung dengan peningkatan
pelayanan PDAM Kota Magelang kepada masyarakat. Rencana tarif yang akan dikenakan
kepada masyarakat juga merupakan faktor yang akan dijadikan sebagai dasar dalam
proyeksi keuangan.
Usulan program investasi dalam rangka peningkatan pelayanan PDAM Kota Magelang
antara lain meliputi optimalisasi-rehabilitasi dan pengembangan SPAM yang ada. Pengkajian
yang berkaitan dengan aspek teknis disampaikan dalam dokumen teknis yang dituangkan
dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Dalam penulisan ini aspek
teknisnya merupakan aspek yang merupakan refleksi terhadap program investasi yang telah
dicanangkan.
Dengan adanya usulan program investasi tersebut di atas diperlukan dana investasi yang
cukup besar. Pendanaan investasi direncanakan berasal dari dana Equity PDAM Kota
Magelang , bantuan dari Pemerintah Daerah Kota Magelang (APBD), bantuan Pemerintah
Pusat (APBN) dan bila memang diperlukan akan melakukan pinjaman kepada Pemerintah
Pusat. PDAM Kota Magelang sampai dengan saat ini masih mempunyai kewajiban hutang
jangka panjang dari Pemerintah Pusat (Departemen Keuangan). Apabila dalam program
peningkatan pelayanan sebagian akan dibiayai dari pinjaman baru, maka perlu
diperhitungkan dampak keuangan bagi PDAM.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 14


Format model perhitungan keuangan disusun terperinci untuk memudahkan dalam proses
evaluasi dengan menggunakan proyeksi keuangan yang meliputi proyeksi laba rugi, arus kas
dan neraca selama 10 tahun yang dimulai dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2029.
Proyeksi Keuangan yang disampaikan telah disertai dengan asumsi – asumsi yang
digunakan dalam proyeksi keuangan. Penggunaan format model perhitungan keuangan
dengan maksud antara lain untuk mempermudah dalam analisa keuangan yang akan
dilakukan. Analisa keuangan ini juga dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menganalisa
masalah kemampuan PDAM untuk mendanai investasi yang cukup besar dengan
mempertimbangkan pengembalian investasi yang akan dilakukan.
Pendekatan analisa keuangan yang digunakan antara lain adalah bahwa masalah tarif air
harus dapat menutup seluruh biaya yang dikeluarkan oleh PDAM/FCR dan juga dapat
memenuhi kelayakan investasi yang akan dilakukan. PDAM Kota Magelang agar dapat
mencapai tujuannya yaitu melaksanakan pelayanan dan sekaligus dapat memperoleh
keuntungan, maka tarif air minum harus dapat menutup biaya operasional/Full Cost
Recovery (FCR) dan pengembalian investasi. Oleh karena itu dalam menyusun analisa
kelayakan investasi pengembangan SPAM perlu dilakukan analisa kelayakan investasi dan
kelayakan pendanaan serta analisa sensitifitas. Analisa sensitivitas yang akan dilakukan
didasarkan kepada analisa proyeksi keuangan dengan menentukan faktor yang
mempengaruhi adalah faktor tarif dan faktor biaya operasi dan pemeliharaan.

8.4.4. Anggaran Biaya Kegiatan


Dengan menggunakan harga dasar tahun 2019 sebagai dasar pertimbangan dalam
menetapkan anggaran biaya investasi dalam bidang penyediaan air minum di PDAM Kota
Magelang dapat dilakukan perencanaan keuangan investasi berserta analisanya yang telah
dibuat studi kelayakannya sebagai berikut :
a. Biaya Investasi
Seperti telah diuraikan diatas pada dasarnya biaya Investasi dalam rangka
peningkatan pelayanan penyediaan air minum PDAM Kota Magelang terdiri dari biaya
investasi dalam rangka optimalisasi SPAM yang ada dan investasi dalam rangka
pengembangan.
b. Jadwal Rencana Penyerapan Dana
Jadwal rencana penyerapan dana disesuaikan dengan hasil rencana pelaksanaan
pekerjaan yang telah ditetapkan dalam perencanaan teknis.
c. Rencana Pendanaan Program Investasi
Pemenuhan dana yang diperlukan untuk investasi diutamakan berasal dari 4 sumber
dana yaitu sebagian berasal dari APBN, APBD, equity PDAM, dan sebagian lagi berasal
pinjaman oleh PDAM Kota Magelang.
Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa PDAM Kota Magelang sampai dengan saat ini
masih mempunyai kewajiban hutang jangka panjang dari Pemerintah Pusat dan Pinjaman
dari Pemerintah Kota Magelang. Investasi dalam program peningkatan pelayanan akan
dibiayai dari pinjaman baru, maka akan menimbulkan tambahan beban keuangan bagi
PDAM, sehingga apabila kemampuan PDAM terbatas, maka sumber pembiayaan
investasinya akan dipenuhi dari sumber dana dari bantuan Pemerintah Kota dan Pemerintah
Pusat. Bantuan pembiayaan investasi yang berasal dari Pemerintah Kota (dana penyertaan
modal) dan Pemerintah Pusat bersifat hibah.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 15


8.5. LAPORAN KEUANGAN PDAM 2018

Bulan November 2018


REALISASI BULAN INI URAIAN REALISASI S/D BLN INI

I. REKENING AIR DAN PENAGIHAN :

Rekening air dalam jumlah (M3) : a.


M3 1. M3
850.016 Menurut bulan pemakaian. 8.933.029
b.
M3 M3
818.579 Menurut bulan tagihan. 8.886.866
Rp Rekening air dalam jumlah (Rp) : a. Rp
2.
3.065.918.250,00 Menurut bulan pemakaian. 32.251.557.850,00
Rp b. Rp
2.953.256.550,00 Menurut bulan tagihan. 32.112.663.700,00
Rp Rp
3. Jumlah biaya operasional.
2.897.368.587,51 29.976.034.865,92
Rp Pendapatan kotor jumlah(Rp)= No.2a- Rp
4.
168.549.662,49 No.3. 2.275.522.984,08
Rp Pendapatan kotor per (M3) yang terjual Rp
5.
198,29 = No.4/No.1axRp.1,- 254,73
Rp Rp
6. Jumlah penagihan rekening terdahulu.
1.080.375.050,00 7.025.227.975,00
Rp Rp
7. Jumlah penagihan rekening bulan ini.
2.289.460.150,00 25.319.411.300,00
Rp Jumlah pemakaian air Hidran Umum yg Rp
8.
9.588.400,00 dibebaskan (bln tag.) 97.956.400,00
Rp Pemakaian air oleh PDAM yg langsung Rp
9.
2.182.350,00 dibiayakan masuk (2b). 25.292.250,00
Efisiensi penagihan (no.7+no.9)/(no.2b-
77,85% 10. 79,17%
no.8) x 100 % =
Jumlah langganan sesuai dg pemakaian
Plg 11. Plg
31.369 air bln ini (no.1a=2a). 31.369
165 Org 12. Jumlah personalia. Org
165

II. PRODUKSI DAN DISTRIBUSI AIR :


Jumlah air yg didistribusikan meteran
M3 13. M3
1.245.416 induk. 13.729.497
Jumlah air yg dapat dipertanggung
M3 14. M3
850.016 jawabkan = no.1a. 8.933.029
Prosentase berdsrkan jmlh seluruhnya
68,25% 15. 65,06%
= no.14/no.13 x 100%
Jumlah air yg tdk dpt dipertanggung
M3 16. M3
395.400 jawabkan = no.13-no.14 4.796.468
Prosentase berdsrkan jmlh seluruhnya
31,75% 17. 34,94%
= no.16/no.13 x 100%
Jmlh pemakaian air yg dibebaskan utk
M3 18. M3
5.694 tdk membayar = (M3) 57.974
M3 19. Volume air yg dapat diproduksi. M3
1.251.360 13.847.991
Prosentase jmlh air yg dimasukkan
67,47% 20. 64,09%
rek=no.14-no.18/no.19x100%
Rp Rp
21. Biaya distribusi dan produksi.
1.302.355.517,63 13.099.153.253,85
Rp Biaya distr dan prod per M3 yg terjual = Rp
22.
1.532,15 no.21/no.1a x Rp.1,- 1.466,37

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 16


Bulan Desember 2018
REALISASI BULAN INI URAIAN REALISASI S/D BLN INI

I. REKENING AIR DAN PENAGIHAN :

Rekening air dalam jumlah (M3) : a.


M3 1. M3
837.397 Menurut bulan pemakaian. 9.770.426
b.
M3 M3
850.016 Menurut bulan tagihan. 9.736.882
Rp Rekening air dalam jumlah (Rp) : a. Rp
2.
3.328.856.100,00 Menurut bulan pemakaian. 35.580.413.950,00
Rp b. Rp
3.065.918.250,00 Menurut bulan tagihan. 35.178.581.950,00
Rp Rp
3. Jumlah biaya operasional.
3.031.690.566,05 33.007.725.431,97
Rp Pendapatan kotor jumlah(Rp)= No.2a- Rp
4.
297.165.533,95 No.3. 2.572.688.518,03
Rp Pendapatan kotor per (M3) yang terjual Rp
5.
354,87 = No.4/No.1axRp.1,- 263,31
Rp Rp
6. Jumlah penagihan rekening terdahulu.
71.982.650,00 7.097.210.625,00
Rp Rp
7. Jumlah penagihan rekening bulan ini.
1.935.008.600,00 27.254.419.900,00
Rp Jumlah pemakaian air Hidran Umum yg Rp
8.
8.820.300,00 dibebaskan (bln tag.) 106.776.700,00
Rp Pemakaian air oleh PDAM yg langsung Rp
9.
2.366.950,00 dibiayakan masuk (2b). 27.659.200,00
Efisiensi penagihan (no.7+no.9)/(no.2b-
63,37% 10. 77,79%
no.8) x 100 % =
Jumlah langganan sesuai dg pemakaian
Plg 11. Plg
31.467 air bln ini (no.1a=2a). 31.467
164 Org 12. Jumlah personalia. Org
164

II. PRODUKSI DAN DISTRIBUSI AIR :

Jumlah air yg didistribusikan meteran


M3 13. M3
1.258.639 induk. 14.988.136
Jumlah air yg dapat dipertanggung
M3 14. M3
837.397 jawabkan = no.1a. 9.770.426
Prosentase berdsrkan jmlh seluruhnya
66,53% 15. 65,19%
= no.14/no.13 x 100%
Jumlah air yg tdk dpt dipertanggung
M3 16. M3
421.242 jawabkan = no.13-no.14 5.217.710
Prosentase berdsrkan jmlh seluruhnya
33,47% 17. 34,81%
= no.16/no.13 x 100%
Jmlh pemakaian air yg dibebaskan utk
M3 18. M3
4.909 tdk membayar = (M3) 62.883
M3 19. Volume air yg dapat diproduksi. M3
1.263.771 15.111.762
Prosentase jmlh air yg dimasukkan
65,87% 20. 64,24%
rek=no.14-no.18/no.19x100%
Rp Rp
21. Biaya distribusi dan produksi.
1.395.294.920,17 14.494.448.174,02
Rp Biaya distr dan prod per M3 yg terjual = Rp
22.
1.666,23 no.21/no.1a x Rp.1,- 1.483,50

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 17


9. RENCANA PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN BAB 9
RENCANA
PENGEMBANGAN
KELEMBAGAAN

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 8 - 18


9.1. LEMBAGA PENYELENGGARAAN

BUMD merupalan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh
Daerah. BUMD didirikan dengan tujuan untuk memberikan manfaat bagi perkembangan
perekonomian Daerah pada umumnya, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu bagi pemenuhan hajat hidup masyarakat
sesuai kondisi, karakteristik, dan potensi Daerah yang bersangkutan berdasarkan Tata
Kelola Perusahaan Yang Baik.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 54 Tahun 2017 tentang BUMD,
merupakan turunan dari Undang-Undang (UU) Nomor 23 Tahun 2014, bentuk BUMD ada
dua, yaitu perusahaan umum daerah (Perumda), dan perseroan daerah (perseroda).
Perusahaan umum daerah merupakan BUMD yang modalnya dimiliki satu daerah dan tidak
terbagi atas saham. Sementara, perseroda modalnya terbagi dalam saham yang seluruhnya
atau paling sedikit 51% dimiliki oleh satu daerah. Perseroda ini bisa dimiliki lebih dari satu
daerah.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 122Tahun2015tentangSPAM, penyelenggaraan
SPAM dilaksanakan oleh BUMN/ BUMD, UPT/ UPTD, Kelompok Masyarakat, dan atau Badan
Usaha.
Sumber Daya Manusia merupakan salah satu sumber daya yang mendukung keberhasilan
organisasi dimasa depan. Rencana pengembangan sumber daya manusia yang dirumuskan
diharapkan akan mendukung strategi pengembangan pelayanan pelanggan di beberapa
wilayah operasional.

9.2. STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA

Perubahan dan perkembangan suatu perusahaan tidaklah harus selalu disertai dengan
perubahan struktur organisasinya, namun yang harus dilakukan adalah menyesuaikan
dengan perkembangan dan sumber daya manusia yang ada sehingga kedinamisan akan
nampak dengan nyata yang juga akan diikuti oleh kedinamisan produktifitas. Struktur
organisasi yang ada saat ini adalah Struktur Organisasi yang berdasarkan Peraturan Direktur
Perusahaan Daerah Air Minum Kota Magelang Nomor: 060/769/34 Tahun 2014 tanggal 14
Juli 2014 tentang susunan organisasi dan tata kerja PDAM Kota Magelang sebagai berikut:
• Unsur Pengawasan Umum : Dewan Pengawas
• Unsur Pimpinan : Direktur
• Unsur Pengawas Internal : Satuan Pengawas Internal
• Unsur Pelaksana : Bagian Administrasi
Bagian Teknik
Bagian Hubungan Langganan.

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 9 - 2


Adapun struktur organisasi perusahaan daerah air minum Kota Magelang sebagai berikut:

9.3. KEBUTUHAN SDM

Sejalan dengan dibentuknya divisi SPAM, maka kebutuhan akan SDM harus disiapkan
dengan beberapa persyaratan dan kualifikasi sesuai dengan kebutuhan dari organisasi yang
baru dibentuk. Kebutuhan pejabat struktural PDAM dapat dilihat di Tabel berikut

Tabel 9.1. KebutuhanKaryawan PDAM Kota Magelang

Jabatan Jumlah Pendidikan Minimum


Direktur 1 S1
Bagian Umum dan
Keuangan

Kepala Bagian 1 S1 Ekonomi/Teknik Sipil/ Teknik Lingkungan


Kasubbag 1 S1 Ekonomi/Teknik Sipil/ Teknik Lingkungan

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 9 - 3


Jabatan Jumlah Pendidikan Minimum
Kasubbag 1 S1 Ekonomi/Teknik Sipil/ Teknik Lingkungan
Kasubbag 1 S1 Ekonomi/Teknik Sipil/ Teknik Lingkungan
Kasubbag 1 S1 Ekonomi/Teknik Sipil/ Teknik Lingkungan
Bagian Teknik
Kepala Bagian 1 S1 Teknik Sipil / Teknik Lingkungan
Kasubbag 1 S1 Teknik Sipil/ Teknik Lingkungan
Kasubbag 1 S1 Teknik Sipil/ Teknik Lingkungan
Kasubbag 1 S1 Teknik Sipil/ Teknik Lingkungan
Kasubbag 1 S1 Teknik Sipil/ Teknik Lingkungan
Bagian Hubungan
Langganan:

Kepala bagian 1 S1 Sosial/ Hukum/ Ekonomi/Teknik


Kasubbag 1 S1 Sosial/ Hukum/ Ekonomi/Teknik
Kasubbag 1 S1 Sosial/ Hukum/ Ekonomi/Teknik
Kasubbag 1 S1 Sosial/ Hukum/ Ekonomi/Teknik
Kasubbag 1 S1 Sosial/ Hukum/ Ekonomi/Teknik
Jumlah 17
Jumlah pegawai/ sumber daya manusia PDAM Kota Magelang dari tahun 2013-2017
cenderung mengalami peningkatan, demikian juga dengan rasio jumlah pegawai per 1.000
pelanggan cenderung meningkat. Rasio pada tahun 2017 adalah 4,77, artinya dalam 1.000
pelanggan dilayani 4 sampai 5 pengawas.

Tabel 9.2. Jumlah Pegawai, Pelanggan dan Rasio PDAM Kota Magelang Tahun 2013-
2017

TAHUN PEGAWAI PELANGAN (TERMASUK RASIO PER 1.000


WILAYAH KAB. PELANGGAN
MAGELANG)
2013 118 26.941 4,38
2014 119 27.747 4,29
2015 143 28.237 5,06
2016 158 28.863 5,47
2017 144 30.198 4,77
Sumber: Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang Tahun 2017

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 9 - 4


Berdasarkan status kepegawaian, jumlah pegawai tetap PDAM Kota Magelang dari tahun
2013 sampai 2017 semakin meningkat, sedangkan jumlah pegawai tidak tetap pada akhir
tahun 2017 tidak ada seperti pada tabel berikut:

Tabel 9.3. Jumlah karyawan tetap dan tidak tetap PDAM Tahun 2013-2017

NO TAHUN PEGAWAI TETAP PEGAWAI TIDAK JUMLAH


TETAP
1 2013 177 1 118
2 2014 97 22 119
3 2015 105 38 143
4 2016 95 63 158
5 2017 144 - 144
Sumber: Laporan Audit Kinerja PDAM Kota Magelang Tahun 2017

Sedangkan ditinjau dari pendidikan, sebagian besar pendidikan karyawan PDAM pada bulan
Juli 2018 setingkat SLTA ke bawah sebesar 75,29%, sedangkan selebihnya sebesar 24,71%
berpendidikan perguruan tinggi.

Tabel 9.4. Profil Pegawai PDAM Kota Magelang menurut pendidikan (Juli 2018)

NO PENDIDIKAN PEGAWAI PEGAWAI JUMLAH PROSENTASE


TETAP TIDAK TETAP
1 Pascasarjana - 1 1 0,59%
2 Sarjana 27 - 27 15,88%
3 Diploma 14 - 14 8,24%
4 SLTA 81 31 112 65,88%
5 SLTP 9 - 9 5,29%
6 SD 7 - 7 4,12%
JUMLAH 138 32 170 100%
Sumber: PDAM Kota Magelang 2018

Pada kondisi tahun 2018 tersebut terlihat pada sebagain pegawai merupakan pegawai tetap
(81,1%) serta berpendididkan dibawah SLTA. Kondisi ini terjadi karena untuk memberikan
pelayanan pada konsumen. Namun secara umum kondisi sumber daya yang dimiliki tidak
menunjukkan tingkat pertumbuhan, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa indikasi, salah
satu indikasinya adalah ketepatan dalam menempatkan karyawan sesuai dengan bidang
dan keahlian, saat ini penempatan karyawan bukan berdasarkan kebutuhan dan keahlian
yang diperlukan, tetapi lebih pada keperluan. Apabila hal itu tetap dilakukan maka akan
Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 9 - 5
menjadikan masyarakat kurang percaya terhadap keberadaan PDAM Kota Magelang, dan
menganggap kinerja yang kurang baik.
Untuk menghitung jumlah karyawan yang dibutuhkan oleh PDAM Kota Magelang adalah
dengan menghitung rasio 8 per 1.000 pelanggan atau 1 pegawai melayani 125
sambunganrumah (SR). Pada tahun 2018jumlah karyawan sekitar 144, sedangkan jumlah
SR sekitar 30.198 unit sehingga dibutuhkan karyawan sebanyak 242 karyawan. Dengan
demikian terdapat kekurangan sekitar 100 karyawan dan perlu adanya rekrutmen untuk
mendukung program pembuatan DMA dan penurunan NRW diperlukan rekrutmen SDM
dengan spesifikasi teknis/kompetensi yang diperlukan dan jumlahnya cukup. Kompetensi
yang dibutuhkan adalah
- IT yaitu GIS dan data base
- Sistem Penyediaan Air Minum
- Sistem Distribusi
- Model hidrolika
- Kepribadian baik
- Motivasi memajukan PDAM
Setelah rekrutmen pada tahap mendesak, SDM yang baru perlu diberikan diklat/training
tentang penurunan NRW sebagai upaya untuk standarisasi kompetensi pengetahuan NRW
bagi para petugas NRW karena kegiatan penurunan NRW memerlukan dedikasi yang tinggi
sehingga SDM yang baru siap untuk ditempatkan pada organisasi NRW pada Bidang Teknik.
Seluruh SDM bidang teknik juga perlu ditraining agar memiliki kemampuan berkaitan
perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan, tetapi juga berwawasan dan berkemampuan
untuk mengendalikan kehilangan air fisik dan administrasi

9.4. RENCANA PENGEMBANGAN SDM

Kebutuhan Rencana Pengembangan SDM Sumber Daya Manusia merupakan salah satu
sumber daya yang mendukung keberhasilan organisasi dimasa depan. Rencana
pengembangan sumber daya manusia yang dirumuskan diharapkan akan mendukung
strategi pengembangan pelayanan pelanggan di beberapa wilayah operasional.
Pengembangan SDM dapat berupa pelatihan-pelatihan di bidang teknis, kelembagaan dan
keuangan yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga pendidikan/pelatihan
Untuk menyiapkan dan mendapatkan SDM yang handal khususnya dalam bidang air minum,
dibutuhkan program pelatihan yang teratur dan terprogram seperti mengikuti pelatihan yang
dilaksanakan oleh pihak-pihak yang sangat konsen terhadap pengembangan air minum,
seperti yang dilaksanakan oleh departemen PU, BPPSPAM, Perpamsi atau dari lembaga
donor/asing. Selain itu kegiatan studi banding dan mengikuti On Job Training ke PDAM yang
lebih maju sangat membantu untuk meningkatkan kemampuan SDM.
Beberapa kegiatan yang diperlukan untuk pengembangan SDM diantaranya:
- Memperbaiki sistem rekruitmen pegawai
- Meningkatkan kinerja pegawai dengan pelatiahan yang sesuai dengan bidangnya secara
teratur

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 9 - 6


- Menerapkan Key Performance Indicators (KPI)
- Meningkatkan keahlian dan ketrampilan pegawai untuk mencapai pegawai teknik dan
non teknik (60% : 40%)

Untuk mendukung program penurunan NRW diperlukan training SDM bidang :


- IT yaitu GIS dan data base
- Sistem Penyediaan Air Minum
- Sistem Distribusi
- Model hidrolika
- Penurunan NRW
- Perbaikan dan pemasangan jaringan perpipaan, tetapi juga berwawasan dan
berkemampuan untuk mengendalikan kehilangan air fisik dan administrasi

Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kota Magelang | 9 - 7

Anda mungkin juga menyukai