Anda di halaman 1dari 24

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Objek Penelitian

Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan perusahaan yang menyelenggarakan

serta menyediakan sistem dan juga perusahaan yang mempertemukan penawaran jual

beli transaksi Efek dari berbagai pihak yang bertujuan untuk memperjualbelikan Efek

kepada di antara satu sama lain.

Sejarahnya, keberadaan pasar modal sudah ada sejak Indonesia belum meraih

kemerdekaan tepatnya pada tahun 1912, yakni di Batavia yang saat itu merupakan

zaman kolonial Belanda. Pasar modal waktu itu ditujukan untuk kepentingan

pemerintah VOC.

Walaupun pasar modal sudah ada sejak tahun 1912, namun pasar modal

tersebut perkembangannya tidak sesuai dengan yang harapan. Hal ini dikarenakan

beberapa faktor, diantaranya mengharuskan dilakukannya penutupan bursa efek pada

tahun 1914-1918 akibat Perang Dunia pertama. Kemudian BEI kembali beroperasi

dari tahun 1925 hingga 1942, namun dikarenakan adanya masalah politik yang

menyebabkan perang dunia kedua, bursa efek yang berada di Semarang dan Surabaya

harus dilakukan penutupan kembali pada awal tahun 1939 dan kemudian diiringi

dengan Bursa Efek Jakarta juga dilakukan penutupan mulai tahun 1942 sampai 1952.

Peralihan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia,


dan juga dari kondisi lain yang menyebabkan terhambatnya aktivitas operasional

bursa efek seperti yang seharusnya. Hingga pada akhirnya sejak tahun 1956 hingga

1977, perdagangan di Bursa Efek Indonesia harus vakum.

Pada tahun 1977, Presiden Soeharto saat itu kembali mengoperasikan pasar

modal pada 10 Agustus 1977. Bursa Efek Jakarta saat itu dikelola oleh lembaga

BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). PT Semen Cibinong sebagai emiten

pertama yang menerbitkan saham publik diiringi kebangkitan pasar modal di

Indonesia.

Namun pada tahun 1977-1987 jumlah transaksi di Bursa Efek sangat lambat.

Hingga tahun 1987, jumlah emiten hanya mencapai 24 perusahaan saja. Saat itu

instrumen perbankan lebih digemari masyarakat dibandingkan instrumen Pasar

Modal. Terakhir, pada tahun 1987 rencana Paket Desember 1987 (PAKDES 87)

diajukan dengan harapan mampu memberikan kemudahan bagi perusahaan dalam

melakukan penawaran umum di pasar modal dan menarik investor asing untuk

berinvestasi di Indonesia.

Bursa Paralel Indonesia (BPI) pada tahun 1988 mulai dioperasikan dan dikelola

oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE). Organisasi tersebut terdiri dari

broker dan dealer. Selain itu, di tahun yang sama dikeluarkan pula PAKDES 88 yang

memudahkan perusahaan untuk go public serta terdapat kebijakan lainnya yang

bermanfaat bagi perkembangan pasar modal di Indonesia. Bursa Efek Surabaya mulai

beroperasi pada tahun 1989 yang saat itu dikelola oleh PT Bursa Efek Surabaya.
Hari ulang tahun BEJ ditetapkan pada tanggal 12 Juli 1992, dan kemudian BEJ

resmi ditetapkan menjadi perusahaan swasta. Satu tahun setelahnya yakni pada

tanggal 21 Desember 1993, didirikannya PT Pemeringkat Efek Indonesia atau yang

dikenal PEFINDO. Kemudian tanggal 22 Mei 1995, Bursa Efek Jakarta berhasil

merilis sistem Jakarta Automated Trading Systems atau yang dikenal dengan JATS,

yakni sistem perdagangan dengan berbasis komputerisasi. Kemudian pada 10

November di tahun yang sama, Pemerintah juga meresmikan UU Nomor 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal yang mulai ditetapkan pada Januari 1996. Kemudian Bursa

Paralel Indonesia melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya. Setahun

setelahnya, tepatnya pada 6 Agustus 1996 dibentuklah Lembaga Kliring Penjaminan

Efek Indonesia (KPEI). Selanjutnya pada 23 Desember 1997 didirikan PT Kustodian

Sentral Efek Indonesia (KSEI). Pada tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat

(scripless trading) mulai diterapkan dan juga pada tahun yang sama BEJ mulai

mengadopsi sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Pada tahun 2004, Bursa

Efek Indonesia mengeluarkan opsi saham.

Pada tanggal 30 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek

Jakarta (BEJ) akhirnya bergabung dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia

(BEI). Setelah BEI diresmikan, perdagangan mulai dihentikan pada tahun 2008 dan

Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) dibentuk pada tahun 2009. Selain itu, pada

tahun 2009, sistem perdagangan JATS mulai dihentikan oleh PT Bursa Efek

Indonesia diluncurkan sistem perdagangan yang baru dan digunakan hingga saat ini,

yaitu JATS-NextG. Beberapa institusi lain juga dibentuk demi meningkatkan


aktivitas perdagangan di bursa, seperti pendirian PT Indonesian Capital Market

Electronic Library (ICaMEL) pada Agustus 2011, Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

pada Januari 2012, dan pada akhir 2012, Securities Investor Protection Fund (SIPF)

serta prinsip Syariah dan Mekanisme Perdagangan Syariah juga didirikan. BEI juga

melakukan beberapa pembaruan, seperti jam perdagangan pada tanggal 2 Januari

2013, dan pada tahun berikutnya Lot Size dan Tick Price disesuaikan kembali, serta

pada tahun 2015 digabungnya TICMI dengan ICaMEL.

Bursa Efek Indonesia juga mengadakan kampanye yang disebut “Yuk Nabung

Saham” dengan target audiens seluruh masyarakat Indonesia yang ingin memulai

berinvestasi di pasar modal. IDX pertama kali meluncurkan kampanye tersebut pada

tanggal 12 November 2015, dan kampanye ini masih dilaksanakan sampai saat ini,

dan pada tahun yang sama indeks berjangka LQ-45 juga diresmikan. Pada tahun

2016, Tick Size dan batas Auto-rejection disesuaikan kembali, IDX Channel

diluncurkan, dan pada tahun tersebut BEI turut serta dalam menyukseskan

penyelenggaraan kegiatan Amnesti Pajak serta meresmikan Go Public Information

Center. Pada tahun 2017, IDX Incubator dan Indonesia Securities Fund juga

diresmikan. Kemudian pada tahun 2018, Sistem Perdagangan dan New Data Center

telah diperbarui, penyelesaian Transaksi T+2 (T+2 Settlement) diluncurkan dan

Penambahan Tampilan Informasi Notasi Khusus pada kode Perusahaan Tercatat di

Bursa Efek Indonesia.


4.1.2 Logo Perusahaan

Gambar 4.1 Logo Bursa Efek Indonesia

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia


4.1.3 Visi dan Misi Objek Penelitian

Adapun visi dari Bursa Efek Indonesia yakni menjadi bursa yang

kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Selanjutnya misi dari Bursa Efek

Indonesia yaitu menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang terpercaya dan

kredibel untuk mewujudkan pasar yang teratur, wajar, dan efisien, serta dapat

diakses oleh semua pemangku kepentingan melalui produk dan layanan yang

inovatif.

4.2 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif menggambarkan secara menyeluruh mengenai data

dari objek penelitian yang dijadikan sebagai sampel. Dengan dilakukannya

analisis ini diharapkan data yang ada dapat memberikan gambaran awal

mengenai masalah yang diteliti.

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif


Descriptive Statistics
Minimu Maximu Std.
N m m Mean Deviation

Total Asset 32 12.63 42778.04 5672.2414 13590.56461

ROA 32 2.21 38.04 15.6228 11.69204

Current Ratio 32 1.63 215.82 79.6488 84.90517

DER 32 1.51 138.40 41.5297 52.53837

Valid N 32
(listwise)

Sumber : Output IBM SPSS 25, 2021


Berdasarkan tabel 4.1 penggunaan variabel berjumlah empat, yakni ukuran

perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan struktur modal dengan keseluruhan sampel

yang digunakan tersebut dinyatakan valid. Pada kolom N memperlihatkan total data

yang dianalisis, kolom minimum menunjukan data dengan nilai terkecil dalam

keseluruhan sampel, sebaliknya pada kolom maximum menunjukan data dengan

nilai terbesar dalam keseluruhan sampel, selanjutnya kolom mean menunjukan rata-

rata data sampel yang digunakan, dan yang terakhir kolom std. deviation

menunjukan standar deviasi dari data sampel yang digunakan.

Penjelasan yang dapat diberikan kepada variabel ukuran perusahaan yaitu

variabel ini memberikan gambaran bahwa penggunaan data total asset sebanyak 32

data yang memiliki nilai terendah 12.63 dan nilai tertinggi sebesar 42778.04. Rata-

rata dari 32 data yang digunakan adalah 5672.2414 dengan standar deviasi

13590.56461.

Untuk variabel profitabilitas menggambarkan bahwa data ROA yang

dianalisis adalah 32 data, memiliki nilai terendah 2.21 dan nilai tertinggi 38.04 Rata-

rata dari 32 data yang digunakan 15.6228 adalah dengan standar deviasi 11.69204.

Variabel likuiditas menggambarkan bahwa terdapat 32 data current ratio

yang dianalisis bernilai rendah pada 1.63 dan yang bernilai tinggi pada 215.82. Rata-

rata dari 32 data yang digunakan adalah 79.6488 dengan standar deviasi 84.90517

Sedangkan pada variabel struktur modal menggambarkan terdapat 32 data

DER yang dianalisis bernilai rendah 1.51 dan bernilai tinggi pada 138.40. Rata-rata

dari data yang digunakan ini sebesar 41.5297 dengan standar deviasi 52.53837.
4.3 Analisis Data

4.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

4.3.1.1 Uji Normalitas

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan yaitu melihat apakah variabel penelitian

berdistribusi normal atau tidak, maka untuk itu penelitian akan memakai uji

histogram, uji uji Kolmogorov-smirnov (K-S). Hasil pengujan terhadap data pada

penelitian ini, disajikan pada tabel dan gambar dibawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz
ed Residual

N 32

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. 48.14494808
Deviation

Most Extreme Absolute .151


Differences
Positive .151

Negative -.107

Test Statistic .151

Asymp. Sig. (2-tailed) .060c

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Output IBM SPSS 25, 2021

Hasil uji normalitas Kolmogorov-Smirnov pada variabel Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas dan Likuiditas dengan melakukan transformasi

variabel Y (DER) dalam fungsi SQRT menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig.

(2-tailed) > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol diterima dan secara

keseluruhan variabel berdistribusi normal.

Gambar 4.3 Histogram Uji Normalitas


Sumber : Output IBM SPSS 25, 2021
Berdasarkan kriteria pengujian dapat dilihat histogram pada gambar 4.3

membentuk bell-shaped curved dan adanya keseimbangan data yang dapat dilihat

melalui histogram yang berada di tengah, maka dapat disimpulkan berdasarkan pada

histogram tersebut data yang digunakan berdistribusi normal.


4.3.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolonieritas bertujuan melihat apakah terdapat korelasi tinggi sesama

variabel bebas yang ada. Salah satu cara untuk mendeteksi hal ini adalah jika nilai

tolerance besar dibanding 0,10 dan variance inflation factor (VIF) kecil dibanding

10, hingga kesimpulannya ialah bebas dari gejala multikolinearitas.

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF

1 (Constant)

Total Asset (X1) .882 1.134

ROA (X2) .458 2.182

Current Ratio .472 2.119


(X3)

a. Dependent Variable: DER

Sumber : Output IBM SPSS 25, 2021

Berdasarkan Hasil Uji Multikolinearitas pada tabel 4.2, nilai VIF dari ketiga

variabel yaitu Total Asset sebesar 1.134, ROA 2.182, dan Current Ratio 2.119 berada

di bawah nilai 10 serta nilai tolerance variabel Total Asset 0,882, ROA 0,458 dan

Current Ratio 0,472 berada di atas 0,1. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

gejala multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

4.3.1.3 Uji Heteroskedastisitas


Uji Heteroskedastititas memeriksa ada tidaknya suatu ketidaksamaan variansi

residual suatu peninjauan terhadap peninjauan lain. dalam penelitian untuk

mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi linier berganda

adalah dengan menggunakan Rank Spearman.

Tabel 4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Correlations
Total
Asset
(X1) ROA (X2)

Spearman's Total Asset Correlation Coefficient 1.000 .201


rho (X1)
Sig. (2-tailed) . .270

N 32 32

ROA (X2) Correlation Coefficient .201 1.000

Sig. (2-tailed) .270 .

N 32 32

Current Ratio Correlation Coefficient -.219 .650**


(X3)
Sig. (2-tailed) .229 .000

N 32 32

DER (Y) Correlation Coefficient -.474** -.343

Sig. (2-tailed) .006 .055

N 32 32

Unstandardized Correlation Coefficient .124 .105


Residual
Sig. (2-tailed) .497 .566

N 32 32
Correlations
Current
Ratio
(X3) DER (Y)

Spearman's rho Total Asset (X1) Correlation Coefficient -.219 -.474**

Sig. (2-tailed) .229 .006

N 32 32

ROA (X2) Correlation Coefficient .650** -.343

Sig. (2-tailed) .000 .055

N 32 32

Current Ratio Correlation Coefficient 1.000 -.094


(X3)
Sig. (2-tailed) . .609

N 32 32

DER (Y) Correlation Coefficient -.094 1.000

Sig. (2-tailed) .609 .

N 32 32

Unstandardized Correlation Coefficient .023 .595**


Residual
Sig. (2-tailed) .899 .000

N 32 32

Correlations
Unstandardized
Residual

Spearman's rho Correlation Coefficient .124


Total Asset Sig. (2-tailed) .497
(X1)
N 32

ROA (X2) Correlation Coefficient .105

Sig. (2-tailed) .566

N 32

Current Ratio Correlation Coefficient .023


(X3)
Sig. (2-tailed) .899

N 32

DER (Y) Correlation Coefficient .595**

Sig. (2-tailed) .000

N 32

Unstandardize Correlation Coefficient 1.000


d Residual
Sig. (2-tailed) .

N 32

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : Output IBM SPSS 25, 2021

Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas dengan melakukan uji koefisien

korelasi Spearman, hasil dari analisis regresi linear dengan mentransformasikan hasil

output residual ke fungsi SQRT DER, maka diperoleh nilai signifikansi (2- tailed)

setiap variabel independen lebih besar dari 0,05 dimana pada variabel Total Asset

sebesar 0,497 , ROA 0,556 dan Current Ratio 0,899. Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik memengaruhi residual
dari model regresi. Berdasarkan keterangan tersebut, maka tidak terdapat gejala

heteroskedastisitas dalam pengujian regresi ini.

4.3.1.4 Uji Autokorelasi

Pengujian ini bermaksud memeriksa ada tidaknya keterkaitan antara kesalahan

saat ini dan masa lalu, pelaksanaan uji menggunakan uji Durbin-Watson. Hasil

pengujian mengacu pada kolom DW dibawah.

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of Durbin-


Model R R Square Square the Estimate Watson

1 .400a .160 .070 50.65853 .547

a. Predictors: (Constant), Current Ratio, Total Asset,


ROA
b. Dependent Variable: DER

Sumber: Output

Berdasarkan hasil uji autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson

menunjukkan bahwa nilai sebesar 0,547. Sebelum melakukan perbandingan

diperlukan informasi antara lain α = 5%, Nilai ini dibandingkan dengan nilai Durbin-

Watson (k,n) dengan k menunjukkan jumlah variabel independen yang berjumlah 3

serta n merupakan jumlah sampel penelitian yang berjumlah 128.

Tabel 4.4 Tabel Durbin-Watson (DW)

N K=3
dL Du
126 1.6608 1.7582
127 1.6623 1.7589
128 1.6638 1.7596
129 1.6653 1.7603
130 1.6667 1.7610

Nilai DW dari hasil pengujian adalah 0,547 Nilai dU sebesar 1,7596 dan dL

sebesar 1,6638. Jika nilai d tergolong pada jarak nilai du<d< 0,541< (4 –1,7596) yang

berarti terbebas dari autokorelasi. Hingga disimpulkan model regresi dinyatakan

layak untuk digunakan.

4.3.2 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Likuiditas terhadap Struktur Modal (DER)

Analisis ini diolah dengan menggunakan program SPSS 25.

Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Linear Berganda


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Std.
Model B Error Beta t Sig.

1 (Constant) 70.346 17.267 4.074 .000

Total Asset (X1) -.001 .001 -.382 -2.070 .048

ROA (X2) -1.525 1.149 -.339 -1.327 .195

Current Ratio .042 .156 .069 .272 .788


(X3)
Sumber : Output IBM SPSS 25

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dirumuskan persamaan regresi sebagai

berikut.

Y= 70.346 - 0,001 X1 + 1.525 X2 – 0,42 X3 + e

Melalui persamaan yang ada, penjelasan yang dapat diberikan bahwa:

1. Nilai koefisien regeresi konstanta adalah 70.346 yang menunjukan ketika X 1

(Ukuran Perusahaan), X2 (Profitabilitas) dan X3 (Likuiditas) adalah nol, maka Y

(Struktur Modal) memiliki nilai 70.346

2. Nilai koefisien dari variabel X1 (Total Asset) yakni 0,001 yang menunjukkan

setiap terjadinya kenaikan 1 poin variabel Ukuran Perusahaan maka penurunan

struktur modal akan terjadi sebesar 0,001

3. Nilai koefisien dari variabel X2 (Profitabilitas) yakni 1.525 menunjukan setiap

terjadi kenaikan 1 poin variabel profitabilitas maka peningkatan pertumbuhan

laba sebesar 1.525

4. Nilai koefisien dari variabel X3 (Likuiditas) yakni 0,42 yang menunjukan setiap

kenaikan 1 poin variabel likuiditas maka terjadi penurunan pertumbuhan laba

sebesar 0,42

4.3.3 Uji Koefisien Determinasi (R2 )

Koefisien determinasi menunjukkan tingkat persentase pengaruh antara variabel

LDR, CAR dan NPL (X) secara simultan terhadap variabel ROA (Y). Apabila
semakin tinggi tingkat koefisien determinasi, maka semakin baik analisis regresi yang

digunakan.

Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Std. Error
Mode R Adjusted R of the
l R Square Square Estimate

1 .400a .160 .070 50.65853

a. Predictors: (Constant), Current Ratio, Total Asset, ROA


b. Dependent Variable: DER
Sumber: Output IBM SPSS 25

Berdasarkan Tabel 4.8, diketahui nilai koefisien determinasi dalam kolo

Adjusted R Square sebesar 0,070. Maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh Ukuran

Perusahaan, Profitabilitas dan Likuiditas mempengaruhi Struktur Modal sebesar 7%,

sedangkan 93% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

penelitian ini.

4.4 Pengujian Hipotesis

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh varuabel dependen yaitu DER

terhadap variabel-variabel independen, yaitu Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan

Likuiditas. Adapun hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal

H2 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal


H3 : Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal

H4 : Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Likuiditas berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap Struktur Modal

4.4.1 Uji Parsial (Uji t)

Uji t dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel

independen secara parsial/individu terhadap variabel dependennya. Variabel

dependen dalam penelitian ini yakni ROA, sedangkan variabel independennya yaitu

LDR, CAR dan NPL. Kriteria dalam menganalisis uji t adalah sebagai berikut.

Berdasarkan nilai signifikansi (Sig.)

1. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima dan Ha

ditolak;

2. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak dan Ha

diterima.

Berdasarkan perbandingan nilai t hitung dengan t tabel:

1. Jika nilai t hitung > t tabel maka ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap

variabel terikat (Y) berarti hipotesis diterima;

2. Jika nilai t hitung < t tabel maka tidak ada pengaruh variabel bebas (X)

terhadap variabel terikat (Y) berarti hipotesis ditolak.

Nilai t tabel dalam penelitian ini dengan taraf signifikansi (α) 5% dan derajat

kebebasan (df) diperoleh dengan rumus berikut.

df = n – k; 8– 4 = 4

Keterangan:
df = derajat kebebasan

n = jumlah observasi (sampel)

k = jumlah variabel

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Parsial (Uji t)


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 70.346 17.267 4.074 .000

Total -.001 .001 -.382 -2.070 .048


Asset (X1)

ROA (X2) -1.525 1.149 -.339 -1.327 .195

Current .042 .156 .069 .272 .788


Ratio (X3)

Sumber : Output IBM SPSS 25

Berdasarkan tabel 4.6, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Pengujian hipotesis pertama

H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal

Berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.6, diperoleh nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,048 < 0,05. Kemudian nilai thitung -2.070 < ttabel 2,132, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai ukuran perusahaan tidak berpengaruh negatif signifikan

terhadap Struktur Modal sehingga hipotesis pertama ditolak.

2. Pengujian hipotesis kedua


H2: Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal

Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.6, diperoleh nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,195 > 0,05. Kemudian nilai thitung -1,327 < ttabel 2,132, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap Struktur

Modal sehingga hipotesis kedua ditolak.

3. Pengujian hipotesis ketiga

H3: Likuiditas berpengaruh signifikan terhadap Struktur Modal

Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.6, diperoleh nilai signifikansi (Sig.)

sebesar 0,788 > 0,05. Kemudian nilai thitung 0,272 < ttabel 2,132, maka dapat

disimpulkan bahwa nilai likuiditas berpengaruh tidak signifikan terhadap Struktur

Modal sehingga hipotesis ketiga ditolak.

4.4.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel

independen secara simultan/bersama-sama terhadap variabel dependennya. Variabel

dependen dalam penelitian ini yakni ROA, sedangkan variabel independennya yaitu

LDR, CAR dan NPL. Kriteria pengujian uji F adalah sebagai berikut.

Berdasarkan nilai signifikansi (Sig.)

1. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa H0 diterima dan Ha ditolak;

2. Jika nilai signifikansi (Sig.) lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan

bahwa H0 ditolak dan Ha diterima.

Berdasarkan perbandingan nilai F hitung dengan F tabel


1. Jika nilai F hitung > F tabel, artinya variabel bebas secara simultan berpengaruh

terhadap variabel bebas sehingga hipotesis diterima;

2. Jika nilai F hitung < F tabel, artinya variabel bebas secara simultan tidak

berpengaruh terhadap variabel bebas sehingga hipotesis ditolak.

Nilai F tabel dalam penelitian ini diperoleh dengan taraf signifikansi 5% dan derajat

kebebasan ditentukan dengan rumus berikut.

df1 = k – 1; 4 – 1 = 3

df2 = n – k; 8– 4 = 4

Keterangan:

df = derajat kebebasan

n = jumlah observasi (sampel)

k = jumlah variabel

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Simultan (Uji F)


ANOVAa
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 13712.676 3 4570.892 1.781 .174b

Residual 71856.017 28 2566.286

Total 85568.693 31

a. Dependent Variable: DER


b. Predictors: (Constant), Current Ratio, Total Asset, ROA
Sumber : Output IBM SPSS 25
Berdasarkan hasil tabel 4.7, taraf signifikansi dalam penelitian ini sebesar 0,174

yang berarti lebih besar dari 0,05 dan Fhitung 1,781 < Ftabel 6,39. Maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis ditolak, artinya Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan

Likuiditas berpengaruh tidak signifikan secara simultan terhadap Struktur Modal.

4.5 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan,

profitabilitas dan likuiditas secara parsial maupun simultan terhadap struktur modal

(DER) pada perusahaan farmasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 –

2019.

4.5.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.5, diperoleh nilai koefisien regresi

ukuran perusahaan dengan arah negatif sebesar 0,382. Nilai signifikansi sebesar 0,048

< 0,05 dan nilai thitung -2.070 < ttabel 2,132. Hal ini menunjukkan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Krisnanda & Wiksuana, 2015) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.

4.5.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.6, diperoleh nilai koefisien regresi

profitabilitas dengan arah negatif sebesar 0,339. signifikansi (Sig.) sebesar 0,195 >

0,05. Kemudian nilai thitung -1,327 < ttabel 2,132, maka dapat disimpulkan bahwa nilai

profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap Struktur Modal .


Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purwana,

Titisari, & Suhendro, 2019) yang mengatakan bahwa variabel profitabilitas tidak

berpengaruh terhadap struktur modal. sedangkan hasil penelitian ini betolak belakang

dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2014) yang mengemukakan bahwa

variabel profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal.

4.5.2 Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal

Berdasarkan perhitungan pada tabel 4.6, diperoleh nilai koefisien regresi

likuiditas dengan arah positif 0,69 signifikansi (Sig.) sebesar 0,788 > 0,05. Kemudian

nilai thitung 0,272 < ttabel 2,132, maka dapat disimpulkan bahwa nilai likuiditas

berpengaruh tidak signifikan terhadap Struktur Modal .

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Bhawa

& Dewi S, 2015) dalam penelitiannya mengatakan bahwa likuiditas berpengaruh

positif signifikan terhadap struktur modal.

4.5.3 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan Likuiditas terhadap

Struktur Modal

Berdasarkan hasil tabel 4.7, taraf signifikansi dalam penelitian ini sebesar 0,174

yang berarti lebih besar dari 0,05 dan Fhitung 1,781 < Ftabel 6,39. Maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis ditolak, artinya Ukuran Perusahaan, Profitabilitas dan

Likuiditas berpengaruh tidak signifikan secara simultan terhadap Struktur Modal.

4.6 Implikasi Hasil Penelitian

Bagi kepentingan pengembangan ilmu, hasil penelitian ini memberikan

implikasi teoritis sebagai berikut :


1. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan dengan model penelitian dan variable-

variabel yang sama namum dengan melibatkan lebih banyak objek penelitian

(organisasi), unit analisis dan sampel penelitian, sehingga diperoleh hasil

penelitian yang lebih komprehensif, dan memiliki area generealisasi yang lebih

luas.

2. Penelitian lanjutan menggunakan dimensi-dimensi dan indikaotr-indikator

untuk melihat konsistensi hasil penelitian. Jika ditemukan perbedaan, maka hal

itu akan menjadi research gap yang memerlukan klarifikasi dan konfirmasi

penelitian lanjutan.

3. Penelitian lanjutan menggunakan software yang berbeda, misalnya : Smart PLS

atau GeSCA, untuk melihat hasil penelitian. Jika terjadi inkonsistensi, maka hal

itu juga menyisakan research gap yang perlu direspon dengan penelitian baru.

Anda mungkin juga menyukai