48 82 1 SM
48 82 1 SM
SAR, Prevalensi, Panti Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR) atau lebih dikenal sariwan adalah
Asuhan radang kronik pada mukosa mulut, berupa ulkus yang terasa nyeri dan
selalu kambuh, terutama pada jaringan lunak rongga mulut mulut tidak
berkeratin. Berdasarkan gambaran klinisnya SAR dibagi dalam tiga
klasifikasi yaitu SAR minor, mayor, dan herpetiform. Dari penelitian-
penelitian yang pernah dilakukan terbukti bahwa ada beberapa faktor
yang berperan pada timbulnya SAR. Faktor-faktor tersebut adalah
herediter, trauma emosional, stress, virus, bakteri, alergi, defisiensi
nutrisi dan gangguan hormonal. Penyebab SAR pada umumnya adalah
gabungan beberapa factor – factor tersebut. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui prevalensi SAR di Panti Asuhan Kota Padang. Jenis
penelitian ini adalah survei deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan
secara cluster sampling pada tujuh Panti Asuhan di tujuh kecamatan
Kota Padang. Dengan jumlah sampel 144 orang yang diambil secara
acak dari populasi tiap-tiap Panti Asuhan. Hasil penelitian ini
menunjukkan besarnya prevalensi SAR adalah sebesar 10.41%.
Sampai saat ini belum ditemukan terapi atau pengobatan yang efektif
untuk SAR karena banyaknya faktor yang berpengaruh. Perawatan
SAR umumnya non spesifik dan dilakukan untuk tujuan
menghilangkan rasa sakit, mengurangi besar dan lamanya ulcer dan
mencegah pembentukan ulcer baru.
suatu kondisi kerusakan pada epitelium pada pasien laki-laki di rumah sakit 5. Di
rongga mulut yang paling sering dijumpai Indonesia insiden dan prevalensi SAR cukup
pada mukosa mulut yang tidak berkeratin. tinggi 6. Data yang diperoleh dari klinik Ilmu
Bertahan untuk beberapa hari atau minggu, Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
bersifat ulang kambuh dalam periode yang Unair Surabaya dari 1991 – 1995 didapat
bervariasi dan dapat sembuh sendiri tanpa jumlah sebanyak 2663 penderita SAR dari
Prevalensi SAR cukup tinggi, terbukti dari - 2000 dijumpai 1808 penderita SAR.
hasil penelitian di berbagai dunia Distribusi usia pada semua kelompok umur
66% dari populasi tertentu 4. Di Amerika Penyakit ini tidak ganas tetapi
mahasiswi perawat perempuan, mahasiswa masalah tersendiri bagi penderita dan sangat
24
Hanisah fitri : Prevalensi Stomatitis Aftosa Rekuren di Panti Asuhan Kota Padang....
25
Jurnal B-Dent, Vol 1, No. 1, Juni 2014 : 24- 29
dari 44 prang laki-laki (30,5%) dan 64 orang Distribusi SAR terbanyak menurut riwayat
perempuan (59,02%). anak yang pernah mengalami SAR adalah
PA Khusus Anak Mentawai (PAKAM) 14
No
Jenis SAR (+) SAR (-) orang (9,72%) dan PA Putra Bangsa
Kelamin N % N %
1 Laki-laki 3 2.08% 44 30.5% (Yayasan Budi Mulia) 13 orang (9,02%).
2 Perempuan 12 8.33% 85 59.02%
Jumlah 15 10.41% 129 89.52% Sedangkan distribusi sedikit terdapat pada
Keterangan : n dinyatakan dalam orang
PA Liga Dakwah yaitu 1 orang (0.69%).
1.4 Distribusi SAR Lebih Dari Satu 1.5 Distribusi SAR Lebih Dari Satu
Lokasi Pada Panti Asuhan Kota Keluhan yang Dirasakan Pada Anak
Padang Panti Asuhan Kota Padang
Distribusi Lokasi SAR di rongga mulut yang Penelitian ini dijumpai keluhan yang sering
dikeluhkan anak-anak panti asuhan kota dirasakan saat munculnya SAR pada anak
Padang yaitu pada mukosa bibir 81,6%, panti asuhan kota Padang yaitu nyeri atau
mukosa pipi 11,45%, lidah 5,34%, palatum sakit 84,9%, rasa panas 12,7%, makan
lunak 0,76%, gingival 0,75%. terganggu 1,50% dan susah berbicara 0,75%.
26
Hanisah fitri : Prevalensi Stomatitis Aftosa Rekuren di Panti Asuhan Kota Padang....
Rancangan penelitian yang dipakai adalah herpetiform jarang terjadi. SAR dengan tipe
survey deskriptif yaitu pengambilan sampel mayor memiliki batas tepi yang tidak
dari suatu populasi yang bertujuan untuk beraturan, mempunyai ulcer lebih besar
mendeskripsikan prevalensi SAR di panti daripada SAR minor, dan sembuh dengan
asuhan kota Padang. Populasi pada penelitian meninggalkan jaringan parut. SAR dengan
ini adalah seluruh anak panti asuhan kota tipe herpetiform kebanyakan terjadi pada
padang tanpa dibatasi dengan minimal umur wanita, mempunyai ulcer kecil yang
tujuh tahun dan maksimal umur Sembilan berjumlah banyak (1-100) dengan diameter
Menurut literature pernah dilaporkan timbul pada seluruh mukosa mulut, dan
prevalensi SAR tertinggi yaitu pada umumnya sembuh pada usia 7-10 hari 2,20,4.
perempuan 56% 4. sedangkan di Amerika Penelitian ini dapat terjadi bias, karena
Serika dijumpai hanya 5% penderita SAR jumlah sampel laki-laki dan perempuan tidak
pada anak laki-laki 5. Hasil penelitian ini seimbang, sehingga perbandingan SAR
menunjukkan anak yang pernah memiliki berdasarkan jenis kelamin tidak dapat
SAR yaitu anak laki-laki 25.67% dan anak membuktikan literatur yang menyatakan
laki 6.93% dan anak perempuan 2.07%. Penelitian ini, regio SAR paling sering
Penelitian ini hanya ditemukan SAR dengan adalah mukosa bibir yaitu 81.6% sedangkan
tipe minor, sedangkan SAR dengan tipe lokasi lain-lain seperti gingiva merupakan
mayor dan herpetiform tidak di jumpai. Hal lokasi SAR paling sedikit yaitu 0.75%. Hal
ini desebabkan karena SAR dengan tipe ini sesuai dengan literatur yang menyebutkan
minor mulai tumbuh pada usia anak-anak bahwa SAR lebih sering terkena pada
atau remaja, ulcer berkembang dalam waktu mukosa mulut yang tidak berkeratin seperti
24-48 jam, ulcer berbentuk dangkal, oval, mukosa bukal, labial, lidah, palatum lunak
atau bulat, mempunyai batas yang jelas, ulcer dibandingkan mukosa yang berkeratin seperti
kekuningan dikelilingi halo eritematus. Rasa Berdasarkan penelitian ini, keluhan SAR
sakit pada SAR tipe minor berakhir 3-4 hari, yang paling sering adalah nyeri atau sakit
dan sembuh dalam waktu 7-10 hari tanpa yaitu 84.9%. Di samping itu ditemukan
meninggalkan jaringan parut dan juga SAR keluhan lain seperti rasa panas, makan
dengan tipe minor ternyata paling banyak terganggu, dan susah berbicara. Hal ini
dijumpai yaitu sekitar 80%, selanjutnya sesuai dengan literatur yang menyebutkan
27
Jurnal B-Dent, Vol 1, No. 1, Juni 2014 : 24- 29
penyakit SAR tidak ganas tetapi 2. Rusmawati, dan Subita, GP. 2003.
Amlexanox 5% sebagai modalitas terapi
keberadaannya di rongga mulut merupakan Stomatitis Aftosa Rekuren terkini. Jurnal
masalah tersendiri bagi penderita dan sangat kedokteran gigi Indonesia. Jakarta.10:401-
403
mengganggu karena keluhan rasa sakit yang 3. Tjahyani, S. 1994. Tingkat ansietas pada
sejumlah pasien stomatitis aftosa rekuren di
hebat sehingga mengakibatkan kesulitan UPF Gigi Mulut-RSCM. Kumpulan
dalam berbicara, makan, nyeri atau sakit, dan makalah ilmiah. Jakarta:Okt24-27.Hlm:665
4. Ernawati, DS, Soemarijah, S, Dachlan,YP.
bau mulut tidak enak 4,6. 2006. Analisis molekuler ekspresi anomali
protein mukosa mulut pada Reccurent
Aphthous Stomatitis (RAS). Indonesian
Journal Of Dentistry. Hlm:215-216
KESIMPULAN 5. Jurge, S, Kuffer, R, Scully, C, Porter, SR.
Dari keseluruhan pembahasan dan penelitian 2006. Recurrent aphthous stomatitis. Oral
disease. Hlm:1
yang telah dilakukan, dapat diambil 6. Parmadiati, AE, Kartabrata, MD, Vitria,Y.
2001. Peranan infeksi virus terhadap
kesimpulan antara lain sebagai berikut : timbulnya stomatitis aftosa rekuren.
1. Prevalensi SAR pada panti asuhan kota Majalah kedokteran gigi Indonesia dental
journal. 34:586-589
Padang adalah 15 orang (10,41%) dan 7. Lubis, S. 2005. Stomatitis Aftosa Rekuren
dan Liken Planus:kasus yg berhubungan
insidens tertinggi dijumpai pada anak
dengan stres. Dentika dental
perempuan sebanyak 12 orang (8.33%) journal.Medan:Des, Vol.10. No.2. Hlm.102-
106
dan diikuti anak laki-laki sebanyak 3 8. Neville, BW, Damm, DD, Allen, CM,
orang (2.08%). Bouquot, J, E. Oral & Maxillofacial
Pathology. 2th ed. Philadelphia, 2002: 285-
2. Penelitian ini hanya ditemukan SAR 289
9. Greenberg, MS, Glick, M., Ship, JA., 2008.
dengan tipe minor, sedangkan SAR Burket’s. Oral Medicine. 11th ed.
dengan tipe mayor atau herpetiform tidak Philadelphia : BC Decker Inc Hamilton,
2008 :57-58
dijumpai pada panti asuhan kota Padang. 10. Babaee, N, Mansourian, A, Heravi, FM,
Moghadamnia, A, Beitollahi, JM. 2010. The
efficacy of a paste containing Myrtus
communis (Myrtle) in the management of
SARAN recurrent aphthous stomatitis: a randomized
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat controlled trial. Original Article. Hlm:65-66
11. Kozlak, ST, Walsh, SJ, Lalla, RV. 2010.
memberikan gambaran mengenai SAR Reduced dietary intake of vitamin B12 and
folate in patients with recurrent aphthous
terutama di Panti Asuhan Kota Padang. stomatitis. Jurnal of oral
Disamping itu, hasil penelitian yang telah pathology&Medicine. Hlm:420
12. Pradono,SA, dan Setyawati,T. 1994. Faktor-
didapat ini dapat menjadi pedoman klinisi faktor yang berperan pada timbulnya
Stomatitis Aftosa Rekuren. Kumpulan
untuk melakukan penelitian berikutnya.
makalah ilmiah. Jakarta.Okt24-27. Hlm:
673-676
13. Scully, C, Path, FRC,Sci, FM, Gorsky, M,
DAFTAR PUSTAKA Nur, FL. 2003. The diagnosis and
management of recurrent aphthous
1. Hadi, SSS.1994. Aspek imunologi stomatitis. Dentistry & medicine. Jada:Feb,
Stomatitis Aftosa Rekuren. Kumpulan Vol.134. Hlm:200-204
makalah ilmiah. Jakarta:Okt24-27. 14. Ship, JA, Chavez, EM, Doerr, PA, Henson,
Hlm:651-653 BS, Sarmadi, M. 2000. Recurent aphthous
28
Hanisah fitri : Prevalensi Stomatitis Aftosa Rekuren di Panti Asuhan Kota Padang....
stomatitis. Oral medicine clinical practice lazim. Alih bahasa, Budi Susetyo; editor,
guidelines. Hlm: 95-96 Lilian Juwono. Jakarta:Hipokrates. Hlm:94
15. Shulman, JD. 2004. An exploration of point, 18. Cawson, RA, Odell, EW, Porter. 2002. Oral
annual, and lifetime prevalence in Pathology And Oral Medicine, 9th ed.
characterizing recurrent aphthous stomatitis Hlm:196
in USA children and youths. J Oral Pathol 19. Sasanti, H. 1994. Gambaran klinis dan
Med. Hlm:558-559 diagnosis banding Stomatitis Aftosa
16. Sarsito, AS. 1994. Penatalaksanaan Rekuren. Kumpulan makalah ilmiah.
penderita Stomatitis Aftosa Rekuren secara Jakarta:Okt24-27. Hlm:678-681
rasional. Kumpulan makalah ilmiah. 20. Wray, D, Lowe, GDO, Dagg, JH, Felix, DH,
Jakarta.Okt24-27. Hlm:657-659 Scully, C. Textbook of general and oral
17. Langlais, RP, Miller, CS. 2000. Atlas medicine.Philadelphia, 1999: 226-227
Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
29