Anda di halaman 1dari 11

Nama : DESY ANESTASIYA SIRINGO RINGO

Kelas : 3B

NPM : A1I019038

Dosen : Drs. H.M Nasirun, M.Pd

Tugas :

1. Jelaskan teori yang mendasari bermain dan permainan (pendapat siapa)


2. Apa perbedaannya
3. Apa prinsip-prinsip keduanya
4. Kelebihan dan kelemahan keduanya dalam pembelajaran
5. Berikan minimal 5 contoh keduanya
6. Contoh tersebut harus terdiri dari permainan tradisional, kreasi, dan modern.
7. Jelaskan tugas guru dalam penerapan keduanya pada pembelajaran
8. Jelaskan kaitan tema dan jenis permainan yang sesuai

JAWABAN :

1. Rijsdorp dalam Matakupan (1993) menyatakan kegiatan bermain dan permainan


sudah ada sejak dulu, dan kegiatan bermain dan permainan telah tersebar ke
seluruh penjuru peradaban dunia. Sejak dulu manusia telah melakukan kegiatan
bermain dan permainan hingga sekarang. Untuk itulah, sejak dulu para ahli telah
mengidentifikasi teori teori bermain. Teori yang melatarbelakangi kegiatan
bermain, dikategorikan dalam 2 teori yaitu teori klasik dan teori modern.
a. Teori klasik
Teori klasik bersumber pada pandangan para ilmuwan dan filosof zaman
dahulu.
Oleh karena pada zaman klasik ini teori perkembangan anak belum
sekomplek sekarang, maka pandangan teori klasik tentang bermain dan
pemainan masih kurang komprehensif dan menyeluruh dalam
memandang kegiatan anak. Dalam konteks bermain dan permainan, dapat
diidentifikasi menjadi beberapa kelompok teori penting, yaitu :
 Teori Surplus Energi
Teori ini dikemukakan oleh Hertbert Spencer. Konsep teori ini
memandang kegiatan bermain sebagai aktivitas surplus energi.
Menurut Herbert, kegiatan bermain dan permainan anak anak terjadi
sebagi akibat adanya energi berlebih yang dimiliki anak anak. Energi
berlebih inilah yang yang menggerakkan anak anak untuk bermain
dengan aktif. Anak anak adalah individu dengan energi berlimpah,
selalu ingi bergerak kesana kemari. Dengan energi yang melimpah
inilah anak membutuhkan saluran untuk membuang energinya tersebut.
Salah satu cara yang paling fundamental adalah dengan bermain.
Melalui bermain, energi melimpah anak anak dalam kegiatan yang
aktif.
 Teori Rekreasi
Teori ini dikemukakan oleh ilmuwan dan filsuf Schaller dan Nazaruz,
yang keduanya berasal dari Jerman. Keduanya menyatakan bahawa
bermain dan permainan yang dilakukan oleh anak anak adalah suatu
bentuk kegiatan rekreatif, yaitu kegiatan yang menyenangkan dan
mendatangkan kegembiraan diri pada anak. Anak anak akan
melakukan bermain setelah anak merasakan dirinya capek sesudah
melakukan banyak aktivitas dalam melaksanakan tugas tugas tertentu.
Kegiatan bermain bagi anak anak berperan dalam menyegarkan
kembali kondisi tubuh dan pikiran setelah bekerja keras.
Menurut teori ini, tujuan utama anak melakuikan kegiatan bermain
adalah untuk memulihkan tenaga yang sudah terkuras saat bekerja atau
belajar. Aktivitas berat dalam berpikir pasti akan menguras energi
anak. Untuk itulah anak anak membutuhkan suatu kegiatan
menyenangkan (rekreatif) yang memberikan dampak pemulihan.
Disinilah kegiatan bermian dan permainan menjadi salah satu kegiatan
rekreatif yang disukai anak anak.
 Teori Rekapitulasi
Menurut G. Stanley Hall, anak merupakan bagian dari mata rantai
evolusi mulai dari binatang sampai menjadi manusia. Hal ini berarti
anak anak telah menjadi semua tahapan perkembangan kehidupan dari
yang sederhana sampai kompleks dalam kehidupannya. Pada
hakikatnya, setiap perkembangan manusia (anak-anak) yang sekarang
merupakan pengulangan atas perkembangan setiap manusia yang
terdahulu sehingga pengalaman manusia terdahulu akan
terpresentasikan kembali dalam dunia anak anak yang sekarang.
Jika pada zaman dahulu, pengalaman nenk moyang adalah hidup di
gua gua, berburu, menangkap ikan, dan lainnya. Semua bentuk ini
dihayati oleh anak dalam bentuk kegiatan-kegiatan bermain. Dari
sinilah, teori rekapitulasi berhasil memeberikan penjelasan secara rinci
mengenai tahapan kegiatan bermain yang mengikuti tata urutan yang
sama dengan evolusi gaya hidup.
 Teori Praktis
Dikemukakan oleh Karl Gross yang menyatakan bahawa kegiatan
bermain dilakukan oleh anak – anak berfungsi untuk memperkuat
insting (naluri) anak anak. Naluri ini dibutuhkan olrh anak –anak untuk
menjaga kelangsungan hidup di masa mendatang. Misalkan jika anak
anak bermain dengan berlari, maka berlari itu bukan hanya berlari.
Berlari digunakan sebagai cara untuk menguatkan otot kaki, yang
nantinya anak bias berjalan dengan kuat dalam usaha memperkuat
naluri dalam menaklukkan dunianya.
Dari sinilah bermain bagi anak anak bukanlah sifat alamiah, tetapi
bermain memilki nilai praktis, yaitu berfungsi sebagai sarana latihan
untuk kesiapan hidup dan mempertahankan hidup anak anak.

b. Teori Modern

Teori bermain modern adalah teori-teori bermain yang ditinjau dari aspek
perkembangan anak-anak secara komprehensif. Teori modern terbagi menjadi
dua teori secara umum, yaitu :

 Teori Psikoanalisis
Teori dikemukakan oleh Sigmund Freud. Teori ini memandang bahwa
aktivitas bermain yang dilakukan oleh anak-anak hakikatnya sama
dengan kegiatan berfantasi, melamun, dan berangan-angan. Setiap
kegiatan bermain selalu akan mengondisikan anak anak untuk
berangan-anagn dalam memproyeksikan harapan-harapannya terhadap
dirinya dan dunianya. Kegiatan bermain tidak hanya soal bergerak
dalam mengorganisir gerakan tubuh, tetapi menggerakkan dan
mengemabngakan potensi imajinasi.
Untuk itulah, setiap kegiatan bermain dan permainan merupakan
sebenarnya adalah representasi atas dorongan-dorongan yang tidak
disadari pada anak-anak. Dorongan yang muncul dari kondisi
psikologis terdalam anak-anak yang bisajadi tidak disadarinya.
Dorongan-dorongan itu yang kemudian diaktualisasikan oleh anak-
anak dalam bentuk kegiatan bermain dan permainan.
 Teori Kognitif
Teori kognitif sebenarnya merupakan bagian dari teori perkembangan
anak. Menurut Montessori, mengungkapkan bahwa bermain sebagai
aktivitas penjelajahan indrawi anak menjadi pondasi penting bagi
anak-anak dalam mengenal dan menaklukkan lingkungan sekitarnya.
Dengan kemampuan menaklukkan (mengetahui, mengenal,
memahami, hingga mengekplorasi) maka anak-anak akan bisa
mengembangakan dua kemampuan pentignya, yaitu bertahan hidup
dan berkontribusi sosial.
Teori bermain dari aspek kognitif Piaget banyak menjadi rujukan
dalam mengindentifikasi teori ini. Menurut Piaget, setiap anak akan
mengalami tahapan perkembangan kognitif, setiap tahap selalu
menunjukkan proses berpikir. Dalam konteks ini, kegiatan bermain
akan mempengaruhi dan menentukan setiap tahap perkembangan
kognitif anka-anak. Menurut Piaget, bermain tidak saja
merepresentasikan tahap perkembangan kognitif anak, tetapi bermain
juga memberikan sumbangan yang nyata pada perkembangan kognitif
anak itu sendiri.
Di sisi lain, dari aspek perkembangan, menurut Vygotsky, bermain
mempunyai peran langsung terhadap perkembangan kognisi
(kecedasan). Melalui bermain, anak pada akhirnya mampu
membedakan objek dan maka. Vygotsky membagi tahap
perkembangan menjadi dua, yaitu : dengan actual (independent
performance) dan potensial (assisted performance) dengan Zone of
Proximal Development (ZPD). ZPD adalah jarak antara tahap actual
dan tahap potensial.
Teori information processing model adalah teori dasar bermain kemudian
anak akan memperoleh pengetahuan. Teori ini yaitu teori tentang model
pemrosesan informasi pada memori manusia, yang memandang bahwa
memori manusia yang bekerja seperti computer. Kegiatan mengumpulkan
informasi (encoding), menyimpan informasi ( storage), mendapatkan
informasi dan menggali kembali ketika dibutuhkan (retrival).
Teori Arrousal Modulation dikembangakan oleh Berlyn pada tahun 1960 dan
dimodifikasi oleh Ellis (1973). Teori menekankan pada pada kegiatan
bermain sendiri (soliter) atau anak yang suka melakukan eksplorasi terhadap
objek bermain serta menjelajah lingkungan bermainnya. Menurut teori ini,
bermain disebabkan adanya kebutuhan atau dorongan agar sistem syaraf pusat
tetap berada dalam keadaan terjaga. Bila terlalu banyak terstimulasi, arousal
akan meningkat sampai batas yang kurang sesuai menyebabkan seseorang
akan mengurangi aktivitasnya.
Bermain menurut Jerome Bruner merupakan sarana untuk mengembangkan
kreatifitas dan fleksibilitas. Peningkatan fleksibilitas akan terjadi ketika anak
belajar tentang berbagai pola perilaku baru yang kemudia dipraktikkan dalam
situasi bermain dan pada akhirnya diperluas saat menghadapi situasi
kehidupan yang sebenarnya.
Teori kognitif menurut Sutton-Smith meyakini bahwa transformasi simbolik
yang muncul akibat kegiatan bermain khayal akan memudahkan transformasi
simbolik kognisi anak sehingga dapat meningkatkan fleksibilitas mental
mereka. Dengan demikian, anak dapat menggunakan ide-idenya dengan cara
baru yang tidak biasa sehingga berbagai ide kreatif dapat dihasilkan dan
diterapkan. Sutton-Smith juga menambahkan satu pernyataan bahwa bermain
merupakan adaptive variability, maksudnya adalah varibilitas bermain adalah
faktor kunci dalam perkembangan manusia.
Bateson memandang bahwa bermain sebagai aktivitas yang bersifat
paradoksial karena tindakan yang mereka lakukan saat bermain tidak sama
artinya dengan apa yang mereka maksudkan dalam dunia nyata. Dalam
bermain, terdapat unsur pura-pura dimana anak memainkan peran yang
berbeda dalam keadaan dan identitas diri mereka yang sbenarnya. Peran
tersebut dapat dibah-ubah sesuai keinginan masing masing anak.
Sumber :

Kurniawan,Heru,Dkk. 2020. Bermain dan Permainan Untuk Anak Usia Dini.


Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

Seminar,DewiRetno. 2019. Psikologi Permainan (Bermain dan Permainan


Bagi Perkembangan Anak). Jawa Timur. Airlangga University Press.

2. Apa perbedaannya
Perbedaan bermain dan permainan yaitu :
Bermain merupakan kegiatan yang tidak mempunyai peraturan kecuali peraturan
yang ditetapkan pemain sendiri, bermain juga kebutuhan yang penting untuk anak
dengan bermain anak bisa belajar berbagai hal selain untuk hiburan, bermain juga
dapat melatih kemampuan sosial anak terhadap teman sebaya, orang tua, dan
lingkungan sekitarnya. Bermain sangat berperan penting bagi perkembangan dan
pertumbuhan anak sehingga anak dapat berkembang dan tumbuh dengan sehat.
Sedangkan permainan adalah bentuk kegiatan bermain yang ditandai dan
dikendalikan oleh aturan-aturan berdasarkan kesepakatan bersama untuk
memberikan pengalaman belajar bagi anak.

Sumber :

Puspa pupung, dkk. (2018). Bermain dan Permainan Anak Usia Dini (sebuah
Kajian Teori dan Praktik). Demang Palang. CV. Adjie Media Nusantara

3. Prinsip-prinsip Permainan edukatif harus dapat mengembangkan sikap produktif


pada diri anak sebagai pengguna dan pemain dalam permainan itu sendiri. Harus
bersifat mendidik kegiatan yang positif bagi anak. Permainan edukatif harus
mampu mengembangkan sikap aktif pada anak.
Sedangkan Bermain Pertama, setiap aktivitas bermain anak harus bersifat
fleksibel, artinya anak memiliki kesempatan untuk memberikan beragam solusi
atas tantangan yang diberikan. Kedua, aktivitas bermain memberikan kesempatan
bagi anak untuk yang Ayah Ibu berikan.
4. ADA PUN KELEBIHANNYA:
 Sesuai dengan tahap perkembangan anak yang membutuhkan wahana dalam
mengembangkan semua aspek-aspek perkembangannya, baik perkembangan fisik,
perkembangan kognitif maupun perkembangan emosionalnya.
-Dapat mendorong minat anak untuk belajar, dengan bermain anak biasanya tidak
menyadari bahwa ia sedang belajar sesuatu sebab yang menjadi focus utama
mereka adalah ketertarikan terhadap bermainnya.
ADA PUN KELEMAHANNYA: adalah sebagai berikut:
 Apabila metode ini dilakukan tanpa persiapan yang matang, maka ada
kemungkinan tujuan-tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal sebab
anak terlalu larut dalam proses bermain apalagi misalnya guru kurang
memperhatikan tahapan-tahapan pembelajaran melalui metode ini.
 Metode ini biasanya memerlukan strategi dan media pembelajaran yang disiapkan
secara baik. Oleh karena itu ketersediaan media bermain merupakan syarat
diterapkannya metode ini. Media di sini bukan saja berbentuk barang tetapi dapat
berbentuk berbagai jenis permainan yang harus dikuasai guru agar pembelajaran
berjalan dengan baik. Apabila guru tidak menyediakan media pembelajaran maka
tujuan pembelajaran akan sulit tercapai.
a. Contoh –contoh bermain
 Bermain personal
Bermain personala adalah kegiatan bermain yang dilakukan oleh seorang
anak dengan menggunakan berbagai objek yang konkret. Anak melakukan
kegiatan bermain personal didorong ileh adanya kesadaran pada dirinya
sendiri untuk melakukan suatu kegiatan yang dapat menyenangkan
hatinya. Contohnya meronce, mewarnai, menggambar, melukis,
menganyam dan lain sebagainya
 Bermain kolektif
Bermain kolektif adalah kegiatan bermai yang dilakukan oleh sekelompok
anak dengan menggunaka berbagai objek konkret. Pada kegiatan bermain
kolektif ini, anak saling berinteraksi, saling berkomunikasi, saling bertukar
pikiran dan lainnya, serta saling bekerja sama. Contohnya yaitu bermain
peran (role play), bermain bakiak, bermain kereta api-apian, dan lain
sebagainya.
 Bermain fisik
bermain fisik adalah kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak dengan
melibatkan gerak motorik kasar, motorik halus, serta indranya. Ada dua
jenis kegiatan bermain fisik anak.
1) Bermain fisik personal-kompetitif, bermain fisik kompetitif adalah
kegiatan bermain yang dilakukan oleh seorang anak dengan
berbagai aktivitas fisik yang hasilnya adalah meraih suatu
kemenangan. Jadi, ada unsur perlombaan pada kegiatan bermain
fisik kompetitif. Contoh kegiatan bermain fisik kompetitif adalah
balap lari, balap karung, balap egrang, makan kerupuk, dan lain
sebagainya.
2) Bermain fisik kolaboratif-kompetitif
Bermain fisik kolaboratif-kompetitif merupakan kegiatan bermain
yang dilakukan oleh sekelompok anak secara fisik yang tujuan
akhirnya adalah mereka dapat saling bekerja sama untuk meraih
suatu kemenangan. Contohnya bermain sepak bola, lari estafet,
tarik tambang, dan lain sebagainya.
 Bermain imajinasi
Kegiatan bermain yang dilakukan oleh seorang anak maupun sekelompok
anak dnegan melibatkan aktivitas mental (psikis) dan benda-benda kokret.
Contohnya bermain peran, bermain dagang-dagangan, bermain telpon-
telpnan, bermain perang-perangan dan lainnya.
 Bermain permainan manual
Bermain permainan manuala adalah kegiatan bermain yang dilakukan oleh
seorang anak atau sekelompok anak dengan menggunakan berbagai alat
permainan yang tidak memerlukan kerja mesin. Contohnya bermain
kelereng, ular tangga, bermain boneka jari, bermain kartu huruf dan angka,
bermain lego, bermain boneka dan lainnya.

Sumber :

Purnama sigit, dkk. 2019. Pengembangan Alat Permainan Edukatif. Bandung.


PT. Remaja Rosdakarya

5. Contoh-contoh permainan
 Permainan aktif
Dalam permainan ini anak dapat melakukan segala hal yang
diinginkannya, tidak ada aturan-aturan dalam permainan tersebut.
Contohnya drama, bermain musik, mengumpulkan atau mengoleksi
sesuatu, olahraga, bermain bebas, spontan, dan eksplorasi.
 Permainan pasif
Permainan pasif merupakan permainan yang dilakukan anak secar tidak
langsung dengan kegiatan fisik yang berat untuk mendukung pengetahuan
bagi anak. Permainan pasif cnederung melibatkan anak dalam kegiatan
mikro yang menggunakan fisik secara ringan.
Contohnya membaca, mendengar radio, menonton televisi, mendengar
dongeng cerita, musik dan lagu.
 Permainan tradisional
Permainan tradisional banyak mengembangkan kemampuan bersosialisasi
karena permainan dimainkan secara bersama-sama bukan sendirian.
Contohnya permainan petak umpet, petak jongkok, engklek, congklak,
lompat tali, bekel, tebak-tebakan,gundu dan lain sebagainya.
 Permainan modern
Permainan modern adalah permainan yang berasal dari industry dan pada
umumnya menggunakan teknologi dalam pembuatan serta permainannya.
Contohnya rubik, Monopoli, Car Remote Control, Barbie, Robot, slime,
play station.

Sumber :

Purnama sigit, dkk. 2019. Pengembangan Alat Permainan Edukatif. Bandung.


PT. Remaja Rosdakarya

6. Contoh tesebut harus terdiri dari permainan tradisioanal, kreasi dan modern
Jawab :
Permainan tradisional :
 Permainan engklek
 Gobak sodor
 Benteng-bentengan
 Bakiak
 Lompat karet

Permainan Kreasi :
 Permainan engklek, tetapi garisnya dari lakban warna warni
 Permainan bongkar pasang baju boneka dari kertas
 Permainan balon warna
 Melukis menggunakan lem basah dan pewarna
 Ular tangga

Permainan modern :

 Bermain plastisin
 Bermain monopoli
 Robot
 Boneka Barbie (buatan pabrik)
 Menggambar dan mewarnai
7. Seorang guru memiliki peran yang sangat penting di dalam kelas yakni mendidik ,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
pembelajaran seperti yang telah dijelaskan dalan Undang-undang diatas. Guru
berperan menyampaikan ilmu-ilmu yang dimiliki kepada muridnya. Guru
merupakan sumber belajar muridnya. Dari gurulah, murid diajarkan membaca,
menulis dan berhitung. Serta dari gurulah, murid mendapat pengetahuan baru dan
pendidikan karakter. Guru sebagai orangtua kedua yang ada disekolah setelah
orangtua kandung dirumah.
8. Kaitan antara tema dan jenis permainan yang sesuai.
Jawab: Tema merupakan wadah untuk mengenalkan berbagai konsep kepada
anak-anak berusia 5-6 tahun secara utuh. Dalam pembelajaran, tema diterapkan
dengan maksud: (a)
menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan utuh, (b) memperkaya
perbendaharaan kata atau bahasa anak, (c) menciptakan pembelajaran lebih
bermakna, dan (d) mengenalkan berbagai konsep kepada anak secara tema dan
jenis permainan saling berkaitan karena dalam pembelajaran memiliki tujuan
kegiatan permainan bagi anak usia Taman Kanak-Kanak adalah untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak, baik motorik, kognitif,
bahasa, kreativitas, emosi dan sosial.  Setelah menentukan tujuan, sesuaikan
dengan tema yang telah ditetapkan dan tertera dalam kurikulum.
Dan jenis permainan yang dilakukan hari ini disekolah harus sesuai dengan tema
yang sudah tertera dalam kurikulum.
 Contohnya: Dalam menerapkan permainan sebagai bagian dari pembelajaran di
TK, guru perlu mengetahui prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh.
Berkaitan dengan hal itu, berikut ini akan disajikan materi tentang prosedur
penerapan pembelajaran melalui bermain, yaitu:
 Tema Bermain: Sesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam SKH,
misalnya Tema Alat Komunikasi. Dilakukan permainan “pesan berantai” dengan
cara berbisik, diadakan secara berkelompok dan mengandung unsur perlombaan.
 Tujuan bermain: setelah anak-anak melakukan kegiatan bermain anak dapat
menguasai cara: 1. Menghindari pertentangan 2. Berbagi kesempatan atau giliran
3. Menuntut hak dengan cara yang dapat diterima 4. Mengkomunikasikan
keinginan yang dapat diterima, dan seterusnya.
 Tema bermain: sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan tersebut, ditentukan
tema kegiatan makan dan minum termasuk tata tertib makan dan minum.
a. Menentukan macam kegiatan bermain
b. Menentukan tempat dan ruang bermain
c. Menentukan bahan dan peralatan bermain
d. Menentukan urutan langkah bermain
e. Pelaksanaan Kegiatan Bermain
Langkah-langkah kegiatan bermain melalui urutan sebagai berikut ini: a.
Kegiatan pra bermain b. Kegiatan bermain c. Kegiatan penutup

SUMBER:

Ardini pupsa pupung,anik lestariningrum.2018. bermain& permainan anak usia


dini.gorongtalo dan Kediri:Adjie media Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai