Makalah Kelompok 2 Bermain Dan Permainan Anak
Makalah Kelompok 2 Bermain Dan Permainan Anak
Kelas 4B PIAUD
Oleh Kelompok : 2
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sepatutnya penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas
berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah dengan judul, “Teori Klasik dan teori
Modern” dapat tersusun dan terselesaikan dengan tepat waktu.Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Klasik.....................................................3
B. Pengertian Teori Modern...................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktifitas bermain dilakukan anak dan aktifitas anak selalu menunjukkan
kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya. Oleh karena itu, Salah
satu prinsip pembelajaran di pendidikan anak usia dini adalah bermain
dan belajar.
Sekalipun kita menyangka anak itu cuma bermain-main dengan rasa acuh tak
acuh saja, namun, pada hakikatnya kegiatan tadi disertai intensitas
kesadaran,minat penuh, dan usaha yang keras. Gerak-gerak bermain anak itu
disebabkan
oleh kelebihan tenaga yang teradapat pada dirinya dan dikemudian hari
digerakkan dan dorongan belajar guna melatih semua fungsi jasmani dan rohani.
1
menyenangkan, sambil menggiatkan usaha belajar dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan.Semua pengalamanannya dalam kegiatan bermain-main
akan memberi dasar yang kokoh kuat bagi pencapaian macam-macam
keterampilan. Yang sangat diperlukan bagi pemecahan kesulitan hidup
dikemudian hari.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian Teori Klasik?
2. Apakah Pengertian Teori Modern?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Klasik
2. Untuk Mengertahui Pengertian Teori Modern
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teori bermain klasik merujuk pada dua pandangan yaitu pandangan barat dan non
barat. Menurut pandangan barat bermain dilakukan dengan cara permainan zaman yunani
dan romawi kuno,sedangkan bermain klasik menurut pandangan non barat mengacu pada
model bermain menurut kultur diwilayah masing-masing negara.1
A. Teori Klasik
Teori klasik ialah teori bermain yang muncul mulai abad ke-19 sampai
perang dunia pertama. Yang termasuk dalam teori bermain periode klasik,
antara lain :
1. Teori Surplus Energi
2. Teori rekreasi
1
Sue Duckett & Marilyn Fleer, Play and pedagogy in early childhood, bending the rules,
(sydney;harcourt,1999), Hal. 23
3
Teori ini dikemukakan oleh Moritz Lazarus. Menurutnya salah satu
tujuan bermain adalah memulihkan energi yang sudah terkuras saat
bekerja, karena bekerja menguras dan menyebabkan berkurangnya tenaga
(Diana,2010: 95). Bermain adalah lawan dari bekerja dan merupakan cara
yang paling ideal untuk memulihkan tenaga. Jika Energi sudah di gunakan
untuk melakuklan pekerjaan, anak-anak menjadi lelah dan kurang
semangat. Dengan bermain anak-anak memperoleh kembali energi,
sehingga mereka lebih aktif dan bersemangat kembali ( Slamet Suyanto,
2005: 120).
Bila melihat penjelasan teori ini secara sekasama, maka akan terkesan
bertentangan dengan teori-teori sebelumnya (Surplus Energi). Kalau teori
surplus energi, bermain untuk menyalurkan energi yang berlebih,
sedangkan pada teori ini untuk memulihkan tenaga atau energi kembali.
Namun demikian, sejatinya tidak bertolak belakang bahkan saling
menguatkan. Karena yang dimaksud rekreasi disini ialah dalam rangka
menghilangkan kejenuhan atau rasa bosan pada diri anak settelah beberapa
lama bekerja tatau beraktivitas yang monoton. Artinya apabila energi
berlebih yang dimiliki anak hanya untuk aktivitas yang monoton, maka
akan muncul rasa kejenuhan, sehingga energi berlebihnyan dapat
tersalurkan secara positif dan maksimal.2
3. Teori Rekapitulasi
4. Teori Praktis/Insting
2
M. Fadillah, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini,(Jakarta: Kencana,2017), hlm. 29.
4
Teori ini dikemukakan oleh karl Gross. Menurutnyabermain
dimaksudkan sebagai upaya memperkuat insting yang dibutuhkan oleh
anak dalam menghadapi atau menjaga kelangsungan hidup dimasa
mendatang (Diana, 2010 : 97). 3
4
Novan Ardy Wiyani & Barnawi,Format PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012), hlm. 94-95.
6
tahun sampai dewasa. Ciri-ciri yang dapat dilihat yaitu anak sudah
bisa memahami atau melakukan pemikiran abstrak dan simbol-
simbol secara murni. Selain itu dapat memecahkan masalah
melalui penggunaan eksperimentasi sistematis (trianto, 2010 :70-
71).
Pendapat lain menyebutkkan bahwa kemampuan kognitif
anak terbangun pada saat mereka mencoba-mencoba dengan
mainannya, membuat penemuan-penemuan sederhana dengan alat
mainannya. Dengan bermain anak bisa mngetahui warna, bentuk,
ukuran dan tekstur suatu benda. Pengetahuan anak seperti ini
diperoleh pada saat proses bermain. Maka dari itu untuk dapat
merangsang pengetahuan anak, orang tua atau pendidik hendaknya
menyediakan sarana bermain sebagai berikut :
Menyedikan lat dan bahan dengan beragam warna, bentuk,
ukuran dan tekstur.
Memberikan kesempatan untuk bermain dengan berbagai
benda, sifat benda, cara kerja benda, kegunaan benda dan
sebagainya.
Menata dan mengelompokkan alat main sesuai jangkauan anak,
agar anak dapat mengambil dan mengembalikannnya.
Mengajak anak berkomunikasi secara aktif termasuk
menerangkan benda sesuai dengan yang terasakan indra,
misalnya ringan, berat, kecil, besar dan dalam.
Menggunakan pertanyaan terbuka untuk merangsang bahasa
dan pikiran anak (Dirjen PAUD, 2012:5)
2. Teori Kognitif Sosial Vygotsky
Teori Lev Vygotsky dikenal dengan istilah kognitif sosial.
Maksudnya, yaitu pengetahuan anak doipengaruhi oleh hubungan
sosial anak. Menurt Vygotsky perkembangan anak bukan hanya
dipengaruhi oleh kegiatan anak memainkan mainan, akan tetapi juga di
pengaruhi oleh hubungan anak dengan orang dewasa dan teman sebaya
yang lebih matang. Namum demikian, ia masih berkeyakinan bahwa
7
bermain mempunyai peran penting terhadap perkembangan kognitif
anak. Karena pada saat bermain anak secara tidak langsung telah
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Artinya telah terjadi
hubungan komunikasi antara anak dengan orang dewasa atau teman
sebayanya. Interaksi dalam bermain inilah menurut Vygotsky sebagai
proses mendapatkan pengetahuan baru.5
Dalam eksperimennya, Vygotsky menggunakan istilah zon of
proximal development (ZPD), yaitu kemampuan yang sudah dikuasai
anak secara matang sampai kemampuan yang baru muncul dan perlu
dibantu orang dewasa. Kemudian proses orang dewasa membantu anak
dalam membangun pengetahuan dan pemahaman disebut scaffolding
(pijakan) (Dirjen PAUD, 2012:5; Diana, 2010:104). Dalam rangka
memaksimalkan kegiatan bermain anak dalam membangun
kognitifnya melalui ZPD, orang tua maupun pendidikandapat
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Membuat lingkungan yang membuat anak merasa nyaman.
Menjadi contoh anak dalam berprilaku.
Mengajak berbicara dengan semua anka dalam kelompok dan
dengan cara perseorangan.
Memberi dukungan atau pijakan tepat sesuai dengan
kemampuan anak.
Membantu anak untuk mengembangkan kemamapuan fokus,
tetap pada tugas, konsentrasi, dan menyelesaikan tugas hingga
tuntas.
Melakukan observasi dan mens=dokumentasi apa yang anak
lakukan dan katakan sebagai dasar untuk memberikan pijakan
(Dirjen PAUD,2012:6)
Selain teori kognitif yang dikemukakan oleh piaget dan
Vygotsky diatas, masih ada teori kognitif Jereme Bruner. Dalam
teorinya Bruner berpendapat bahwa bermain merupakan salah satu
sarana yang dapat dimanfaatkanuntuk mengembangkan
5
M. Fadillah, Bermain dan permainan anak, Hal. 33.
8
kreativitasdan fleksibelitas (Diana,2010: 105). Melalui aktivitas
bermain anak dapat berkreasi sesuia imajinasinya dan mampu
myesuaikan dengan lingkungan bermainnya. Apabila bentuk dan
alat permainannya baik dan menarik bagi anak, maka kognitif dan
kreativitasnya pun akan berkembang dengan maksimal.
3. Teori Psikonalitik Freud
Teori Psikonalitk ialah sebuah teori yang berhungungan dengan
emosi seseorang. Menurut frued bermain dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk melepaskan emosi yang ada pada diri anak. Seoranf anak
merasa tertekan , bosan dan emosinya sedang kacau, maka bermain
dapat dijadikan sebagai penawarnya. Dengan bermain, segala
kepenatan anak akan terobati. Anak bisa menyalurkan ekspresinya
yang terpendam dengan maksimal dan tanpa tertekan dari siapapun.
4. Teori Otak triun
Teori ini dikemukakan Dr. Paul Mclean. Menurutnya dalam otak
manusia termasuk anak-anak itu teradapat tiga bagian otak yang saling
berhubungan, yaitu reptile, limbik, dan kortek (hamruni, 2009:36 ;
Fadlillah, 2014: 14).
Otak reptile (batang otak) adalah satu bagian otak yang berfungsi
sebagai sarana mempertahankan diri ketika seseorang sedang
menghadapi suatu persoalan tertentu.
Dalam konteks pembelajaran anak, maka apabial anak dalam
keadaan tertekan, takut dan terancam, maka hanya atak reptile yanga
dapat bekerja dengan baik, sedangkanbagian otak yang lain tidak. Oleh
karena itu, supaya anak tidak tertekan, pembelajaran harus dibuat
menarik dan menyenagkan.
Otak limbik (mamalia) adalah bagian otak yang memiliki fungsi
yuntuk mengendalikan emosi, kemarahan , kegelisahan, kesenangan
dan cinta. Apabila anak dalam kondisi aman, nyaman dan
menyenagkan, maka sistem limbiknya akan dapat bekerja dengan
baik. Dalam kondisi ini anak dapat belajar denagn baik pula.
9
Otak korteks yaitu bagian otak yang berfungsi untuk intelektual.
Makanya otak ini dsebut sebagai topik untuk berpikir. Jika sistem
limbik menerima perasaan nyaman dan menyenangkan, maka lapisan
otak korteks akan dapat berfungsi dengan baik. Artinya otak orteks
akan mampu menerima dan merekam informasi yang didapatkan dari
luar dengan mudah.
Adapun hubungan teori ini dengan bermain ialah bermain dianggap
sebagai upaya untuk memperoleh kesenangan pada diri anak sebagai
media relaksasi diri. Manakala anak bermain, berarti ada
kecenderungan anak menjadi senang, riang dan gembira secara tidak
langsung dapat mempengaruhi fungsi limbiknya. Dengan berfungsinya
otak limbik dengan maksimal, maka akan mempengaruhi belajar dan
berfikir anak. Dalam kondisi ini anak mudah dalam menerima berbagi
rangsangan dari luar, kemudian diolah menjadi sebuah pengetahuan.6
6
M. Fadillah, Bermain dan Permainan anak, Hal. 33-35.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori klasik ada empat yaitu teori suplus energi,teori rekreasi,teori rekapitulasi
dan teori praktis. Schiller dan spencer mengajukan teorisurplus energi yang
menjelaskan bahwa kegiatan bermain terjadi karena adanya kelebihan energi pada
anak. Pendapat lain yang berbeda yaitu teori rekreasi menjelaskan bahwa bermain
adalah kegiatan untuk memulihkan energi yang sudah terkuras saat bekerja. G
stanlley Hall memandang perkembangan anak dan bermain dari sisi teori evolusi.
Hall mengemukakan teori rekapitulasi yaitu bermain dianggap sebagai
perkembangan anak untuk mengulangi pengalaman-pengalaman nenek moyang
sehingga anak menjadi terampil. Teori praktis kemudian diajukan oleh Karl Goos
yang meyakini bahwan bermain dapat memperkuat instink yang dibutuhkan untuk
hidup dimasa depan. Teori modern tentang bermain lebih menekankan pada
manfaat bermain bagiperkembangan anak.
B. SARAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Duckett, Sue & Marilyn Fleer, Play and pedagogy in early childhood, bending the
rules, (sydney;harcourt,1999).
Fadillah.M, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini,(Jakarta: Kencana,2017).
Ibid, Hal. 30.
Ardy Wiyani,Novan & Barnawi,Format PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media,2012).