Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI KLASIK DAN TEORI MODERN


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bermain Dan Permainan Anak
Umah Amrela,M.Pd

Kelas 4B PIAUD
Oleh Kelompok : 2

Evy Yustanti (NIM 2209648564)


Naning Suharyanti (NIM 2209648559)
Niswatun Hasanah (NIM 2209648561)
Putri Oktavianing tyas (NIM 2209648565)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL-QODIRI JEMBER
APRIL 2024

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur sepatutnya penulis persembahkan kehadirat Allah SWT atas
berkat taufik dan hidayah-Nya, makalah dengan judul, “Teori Klasik dan teori
Modern” dapat tersusun dan terselesaikan dengan tepat waktu.Shalawat dan salam
semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW beserta keluarga dan sahabatnya hingga akhir zaman.

Ucapan terimakasih penulis haturkan kepada dosen pengampu mata kuliah


Bermain dan Permainan Anak,Dosen pengampu Umah Amrela,M.Pd. Tidak lupa
penulis ucapkan terimakasih kepada teman-teman yang selalu memberi semangat
dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum


sempurna dan banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya, mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.

Bondowoso, 08 April 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Klasik.....................................................3
B. Pengertian Teori Modern...................................................5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran....................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bermain dan anak merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Aktifitas bermain dilakukan anak dan aktifitas anak selalu menunjukkan
kegiatan bermain. Bermain dan anak sangat erat kaitannya. Oleh karena itu, Salah
satu prinsip pembelajaran di pendidikan anak usia dini adalah bermain
dan belajar.

Pada usia anak-anak fungsi bermain berpengaruh besar sekali


bagi perkembangan anak. Jikapada orang dewasa sebagian perbuatannya
diarahkan pada pencapaian tujuan dan prestasi dalam bentuk kegiatan kerja, maka
kegiatan anak sebagian besar dalam bentuk bermain.

Permainan adalah kesibukan yang dipilih sendiri oleh tujuan umpamanya


saja, jika anak bayi berusaha menyentak-nyentakkan tangan dan kakinya dengan
tidak henti-hentinya meremas-remas jari-jari, dan terus menerus menggoyang-
goyangkan badannya.

Gerakan-gerakan tersebut dilakukan demi gerakan itu dendiri dalam iklim


psikis bermain-main mengasikkan dan menyenangkan
hati. kegiatan bermain bayi-bayi dan anak-anak kecil itu lebih tepat jika disebutka
n sebagai usaha mencoba-coba dan melatih diri.

Sekalipun kita menyangka anak itu cuma bermain-main dengan rasa acuh tak
acuh saja, namun, pada hakikatnya kegiatan tadi disertai intensitas
kesadaran,minat penuh, dan usaha yang keras. Gerak-gerak bermain anak itu
disebabkan
oleh kelebihan tenaga yang teradapat pada dirinya dan dikemudian hari
digerakkan dan dorongan belajar guna melatih semua fungsi jasmani dan rohani.

Dengan jalan bermain anak melakukan eksperimen-eksperimen terntentu dan


bereksplorasi sambil mengetes kesanggupannya..
Melalui permainan anak mendapatkan macam-macam pengalaman yang

1
menyenangkan, sambil menggiatkan usaha belajar dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan.Semua pengalamanannya dalam kegiatan bermain-main
akan memberi dasar yang kokoh kuat bagi pencapaian macam-macam
keterampilan. Yang sangat diperlukan bagi pemecahan kesulitan hidup
dikemudian hari.

Pandangan bermain setiap tokoh memanglah berbeda karena mereka


memiliki pemikiran yang juga disesuaikan dengan penemuan dimasanya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah Pengertian Teori Klasik?
2. Apakah Pengertian Teori Modern?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Klasik
2. Untuk Mengertahui Pengertian Teori Modern

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Klasik

Teori bermain klasik merujuk pada dua pandangan yaitu pandangan barat dan non
barat. Menurut pandangan barat bermain dilakukan dengan cara permainan zaman yunani
dan romawi kuno,sedangkan bermain klasik menurut pandangan non barat mengacu pada
model bermain menurut kultur diwilayah masing-masing negara.1

A. Teori Klasik
Teori klasik ialah teori bermain yang muncul mulai abad ke-19 sampai
perang dunia pertama. Yang termasuk dalam teori bermain periode klasik,
antara lain :
1. Teori Surplus Energi

Teori ini dikemukakan oleh Frederich Schiller dan Herbert Spencer


seorang filisuf dari inggris. Menurut kedua tokoh ini alasan anak-anak
bermain ialah karena ada srplus energi. Spencer berpendapat bahwa
bermain terjadi akibat energi yang berlebihan dan ini berlaku pada
manusia dan binatang dengn tingkat evolusi tinggi (Diana, 2010: 94).
Kelebihan tenaga yang berlebihanbila tidaj disalurkan dapat mendorong
anak kepada hal -hal yang negatif. Dalam pendapat lain, bahwa anak
memiliki energi yang dapat di gunakan untuk mempertahankan hidup,.
Jika kehidupannya normal, maka kelebihan energi selanjutnya digunakan
untuk bermain (Slamet Suyanto, 2005:120). Berdasarkan teori surplus
energi ini, bermain dimaksudkan sebagai sarana anak anak dalam
menyalurkan energi yang berlebih, sehingga mereka tidak
menyalurkannya pada hal-hal negatif.

2. Teori rekreasi

1
Sue Duckett & Marilyn Fleer, Play and pedagogy in early childhood, bending the rules,
(sydney;harcourt,1999), Hal. 23
3
Teori ini dikemukakan oleh Moritz Lazarus. Menurutnya salah satu
tujuan bermain adalah memulihkan energi yang sudah terkuras saat
bekerja, karena bekerja menguras dan menyebabkan berkurangnya tenaga
(Diana,2010: 95). Bermain adalah lawan dari bekerja dan merupakan cara
yang paling ideal untuk memulihkan tenaga. Jika Energi sudah di gunakan
untuk melakuklan pekerjaan, anak-anak menjadi lelah dan kurang
semangat. Dengan bermain anak-anak memperoleh kembali energi,
sehingga mereka lebih aktif dan bersemangat kembali ( Slamet Suyanto,
2005: 120).

Bila melihat penjelasan teori ini secara sekasama, maka akan terkesan
bertentangan dengan teori-teori sebelumnya (Surplus Energi). Kalau teori
surplus energi, bermain untuk menyalurkan energi yang berlebih,
sedangkan pada teori ini untuk memulihkan tenaga atau energi kembali.
Namun demikian, sejatinya tidak bertolak belakang bahkan saling
menguatkan. Karena yang dimaksud rekreasi disini ialah dalam rangka
menghilangkan kejenuhan atau rasa bosan pada diri anak settelah beberapa
lama bekerja tatau beraktivitas yang monoton. Artinya apabila energi
berlebih yang dimiliki anak hanya untuk aktivitas yang monoton, maka
akan muncul rasa kejenuhan, sehingga energi berlebihnyan dapat
tersalurkan secara positif dan maksimal.2

3. Teori Rekapitulasi

Teori ini dikemukakan oleh G. Stanley Hall. Menurutnya anak


merupakan mata rantai evolusi dari binatang sampai menjadi manusia.
Termasuk permainan anak merupakan ulangan dari pada kehidupan nenek
moyangnya (Diana,2010: 96). Jadi, kegiatan bermain dimaksudkan
sebagai peristiwa pengulangan kembali apa yang pernah dilakukan oleh
nenek moyangnya terdahulu, misalnya bermain air, tanah, berayunan,
permainan-permainan sejenis ini rata-rata disukai oleh hampir mayoritas
anaka diseluruh penjuru dunia.

4. Teori Praktis/Insting
2
M. Fadillah, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini,(Jakarta: Kencana,2017), hlm. 29.
4
Teori ini dikemukakan oleh karl Gross. Menurutnyabermain
dimaksudkan sebagai upaya memperkuat insting yang dibutuhkan oleh
anak dalam menghadapi atau menjaga kelangsungan hidup dimasa
mendatang (Diana, 2010 : 97). 3

Dalam redaksi yang lain menyebutkan bahwa bermain merupakan sifat


bawaan (insting) yang berguna untuk mempersiapkan diri melakukan
peran orang dewasa ( Slamet Suyanto, 2005:120). Dengan bermain, fungsi
organ-organ tubuh akan berkembang cukup baik. Sehingga membantu
anak memiliki ketrampilan-ketrampilan tertentu yang dapat bermanfaat
bagi kelangsungan hidupnya ketika dewasa nanti. Jadi, bermain adalah
untuk melatih kepekaan insting anak-anak supaya dapat berfungsi dengan
baik.

B. Pengertian Teori Modern


Teori modern ialah teori yang muncul sesudah perang dunia pertama
sampai sekarang. Yang termasuk teori bermain modern, antara lain:
1. Teori Kognitif Jean Piaget

Dalam teori ini dijelaskan bahwa pengetahuan anak dapat dibangun


dan dikembangkan melalui bermain. Bermain bagi anak merupakan
cerminan sikap pengetahuannya serta memberikan sumbangan terhadap
perkembangan kognisi anak. Menurut Bruner dan Sutton-Smith
sebagaimana dikuit Slamet Suyanti (2005:121) bermain adalah proses
berfikir secara fleksible dan proses pemecahan masalah. Piaget
menjelaskan bahwa pada saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang
baru, tetapi ia belajar mempraktikkan dan mengonsalidasi keterampilan
yang baru diperoleh. Anak menciptakan sendiri pengetahuan mereka
tentang dunianya melalui interaksi, informasi atau pengalaman yang
didapatkan.

Teori Jean Piaget dikenal dengan sebutan kognitive development


(perkembangan kognitif). Menurut Piaget perkembangan kognitif seorang
dibagi nenjadi 4 (empat ) tingkatan,yaitu :
3
Ibid, Hal. 30.
5
a. Sensori motor
Sensori motor merupakan tahap perkembangan kognitif
anak pada usia lahir sampai (0-2) tahun. Ciri-ciri yang terlihat pada
tahap ini ialah mulkai terbentuknya konsep kepermanenan objek
dan kemajuan gradual dari prilaku reflektif ke prilaku yang
mengarah pada tujuan, kemampuan kognitif diperoleh melalui
indranya, seperti melihat, mendengar, merasa, mencium dan
meraba.
b. Praoperasional
Praoperasional adalah tahap perkembangan kognitif anak
pada usia dua sampai tujuh (2-7) tahun. Ciri-ciri yang dapat
diamati pada periode ini, yaitu anak sudah dapat menggunakan
simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia. Pemikirannya
masih egosentris dan sentrasi. Egosentris adalah sifat keakuan.
Artinya setiap benda yang dibpegang atau dibawa oleh anak
dianggap miliknya dan orang lain tidak boleh memegang,
mengambil atau meminjamnya. Adapun sentrasi merupakan sikap
ank yang memfokuskan pada satu titik atau benda yang dianggap
menarik bagi dirinya.4
c. Operasional konkret
Operasional konkret adalah tahap perkembangan kognitif
anak pada usia tujuh sampai sebelas (7-11) tahun. Ciri
perkembangannya ialah anak sudah mulai dapat menunjukkan
perbaikan dan kemampuan untuk berpikir secara logis (masuk
akal). Kemampuan-kemampuan baru tersebut termasuk
penggunaan operasional-operasional yang dapat balik. Pemikiran
tidak lagi sentrasi melainkan sudah desentrasi, dan pemecahan
masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan.
d. Operasional formal
Operasional formal merupakan tahap perkembangan
kognitif terakhir menurut Piaget. Tahap ini pada anak usia sebelas

4
Novan Ardy Wiyani & Barnawi,Format PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2012), hlm. 94-95.
6
tahun sampai dewasa. Ciri-ciri yang dapat dilihat yaitu anak sudah
bisa memahami atau melakukan pemikiran abstrak dan simbol-
simbol secara murni. Selain itu dapat memecahkan masalah
melalui penggunaan eksperimentasi sistematis (trianto, 2010 :70-
71).
Pendapat lain menyebutkkan bahwa kemampuan kognitif
anak terbangun pada saat mereka mencoba-mencoba dengan
mainannya, membuat penemuan-penemuan sederhana dengan alat
mainannya. Dengan bermain anak bisa mngetahui warna, bentuk,
ukuran dan tekstur suatu benda. Pengetahuan anak seperti ini
diperoleh pada saat proses bermain. Maka dari itu untuk dapat
merangsang pengetahuan anak, orang tua atau pendidik hendaknya
menyediakan sarana bermain sebagai berikut :
 Menyedikan lat dan bahan dengan beragam warna, bentuk,
ukuran dan tekstur.
 Memberikan kesempatan untuk bermain dengan berbagai
benda, sifat benda, cara kerja benda, kegunaan benda dan
sebagainya.
 Menata dan mengelompokkan alat main sesuai jangkauan anak,
agar anak dapat mengambil dan mengembalikannnya.
 Mengajak anak berkomunikasi secara aktif termasuk
menerangkan benda sesuai dengan yang terasakan indra,
misalnya ringan, berat, kecil, besar dan dalam.
 Menggunakan pertanyaan terbuka untuk merangsang bahasa
dan pikiran anak (Dirjen PAUD, 2012:5)
2. Teori Kognitif Sosial Vygotsky
Teori Lev Vygotsky dikenal dengan istilah kognitif sosial.
Maksudnya, yaitu pengetahuan anak doipengaruhi oleh hubungan
sosial anak. Menurt Vygotsky perkembangan anak bukan hanya
dipengaruhi oleh kegiatan anak memainkan mainan, akan tetapi juga di
pengaruhi oleh hubungan anak dengan orang dewasa dan teman sebaya
yang lebih matang. Namum demikian, ia masih berkeyakinan bahwa
7
bermain mempunyai peran penting terhadap perkembangan kognitif
anak. Karena pada saat bermain anak secara tidak langsung telah
berinteraksi antara satu dengan yang lain. Artinya telah terjadi
hubungan komunikasi antara anak dengan orang dewasa atau teman
sebayanya. Interaksi dalam bermain inilah menurut Vygotsky sebagai
proses mendapatkan pengetahuan baru.5
Dalam eksperimennya, Vygotsky menggunakan istilah zon of
proximal development (ZPD), yaitu kemampuan yang sudah dikuasai
anak secara matang sampai kemampuan yang baru muncul dan perlu
dibantu orang dewasa. Kemudian proses orang dewasa membantu anak
dalam membangun pengetahuan dan pemahaman disebut scaffolding
(pijakan) (Dirjen PAUD, 2012:5; Diana, 2010:104). Dalam rangka
memaksimalkan kegiatan bermain anak dalam membangun
kognitifnya melalui ZPD, orang tua maupun pendidikandapat
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
 Membuat lingkungan yang membuat anak merasa nyaman.
 Menjadi contoh anak dalam berprilaku.
 Mengajak berbicara dengan semua anka dalam kelompok dan
dengan cara perseorangan.
 Memberi dukungan atau pijakan tepat sesuai dengan
kemampuan anak.
 Membantu anak untuk mengembangkan kemamapuan fokus,
tetap pada tugas, konsentrasi, dan menyelesaikan tugas hingga
tuntas.
 Melakukan observasi dan mens=dokumentasi apa yang anak
lakukan dan katakan sebagai dasar untuk memberikan pijakan
(Dirjen PAUD,2012:6)
Selain teori kognitif yang dikemukakan oleh piaget dan
Vygotsky diatas, masih ada teori kognitif Jereme Bruner. Dalam
teorinya Bruner berpendapat bahwa bermain merupakan salah satu
sarana yang dapat dimanfaatkanuntuk mengembangkan
5
M. Fadillah, Bermain dan permainan anak, Hal. 33.
8
kreativitasdan fleksibelitas (Diana,2010: 105). Melalui aktivitas
bermain anak dapat berkreasi sesuia imajinasinya dan mampu
myesuaikan dengan lingkungan bermainnya. Apabila bentuk dan
alat permainannya baik dan menarik bagi anak, maka kognitif dan
kreativitasnya pun akan berkembang dengan maksimal.
3. Teori Psikonalitik Freud
Teori Psikonalitk ialah sebuah teori yang berhungungan dengan
emosi seseorang. Menurut frued bermain dapat dimanfaatkan sebagai
sarana untuk melepaskan emosi yang ada pada diri anak. Seoranf anak
merasa tertekan , bosan dan emosinya sedang kacau, maka bermain
dapat dijadikan sebagai penawarnya. Dengan bermain, segala
kepenatan anak akan terobati. Anak bisa menyalurkan ekspresinya
yang terpendam dengan maksimal dan tanpa tertekan dari siapapun.
4. Teori Otak triun
Teori ini dikemukakan Dr. Paul Mclean. Menurutnya dalam otak
manusia termasuk anak-anak itu teradapat tiga bagian otak yang saling
berhubungan, yaitu reptile, limbik, dan kortek (hamruni, 2009:36 ;
Fadlillah, 2014: 14).
Otak reptile (batang otak) adalah satu bagian otak yang berfungsi
sebagai sarana mempertahankan diri ketika seseorang sedang
menghadapi suatu persoalan tertentu.
Dalam konteks pembelajaran anak, maka apabial anak dalam
keadaan tertekan, takut dan terancam, maka hanya atak reptile yanga
dapat bekerja dengan baik, sedangkanbagian otak yang lain tidak. Oleh
karena itu, supaya anak tidak tertekan, pembelajaran harus dibuat
menarik dan menyenagkan.
Otak limbik (mamalia) adalah bagian otak yang memiliki fungsi
yuntuk mengendalikan emosi, kemarahan , kegelisahan, kesenangan
dan cinta. Apabila anak dalam kondisi aman, nyaman dan
menyenagkan, maka sistem limbiknya akan dapat bekerja dengan
baik. Dalam kondisi ini anak dapat belajar denagn baik pula.

9
Otak korteks yaitu bagian otak yang berfungsi untuk intelektual.
Makanya otak ini dsebut sebagai topik untuk berpikir. Jika sistem
limbik menerima perasaan nyaman dan menyenangkan, maka lapisan
otak korteks akan dapat berfungsi dengan baik. Artinya otak orteks
akan mampu menerima dan merekam informasi yang didapatkan dari
luar dengan mudah.
Adapun hubungan teori ini dengan bermain ialah bermain dianggap
sebagai upaya untuk memperoleh kesenangan pada diri anak sebagai
media relaksasi diri. Manakala anak bermain, berarti ada
kecenderungan anak menjadi senang, riang dan gembira secara tidak
langsung dapat mempengaruhi fungsi limbiknya. Dengan berfungsinya
otak limbik dengan maksimal, maka akan mempengaruhi belajar dan
berfikir anak. Dalam kondisi ini anak mudah dalam menerima berbagi
rangsangan dari luar, kemudian diolah menjadi sebuah pengetahuan.6

6
M. Fadillah, Bermain dan Permainan anak, Hal. 33-35.
10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Teori klasik ada empat yaitu teori suplus energi,teori rekreasi,teori rekapitulasi
dan teori praktis. Schiller dan spencer mengajukan teorisurplus energi yang
menjelaskan bahwa kegiatan bermain terjadi karena adanya kelebihan energi pada
anak. Pendapat lain yang berbeda yaitu teori rekreasi menjelaskan bahwa bermain
adalah kegiatan untuk memulihkan energi yang sudah terkuras saat bekerja. G
stanlley Hall memandang perkembangan anak dan bermain dari sisi teori evolusi.
Hall mengemukakan teori rekapitulasi yaitu bermain dianggap sebagai
perkembangan anak untuk mengulangi pengalaman-pengalaman nenek moyang
sehingga anak menjadi terampil. Teori praktis kemudian diajukan oleh Karl Goos
yang meyakini bahwan bermain dapat memperkuat instink yang dibutuhkan untuk
hidup dimasa depan. Teori modern tentang bermain lebih menekankan pada
manfaat bermain bagiperkembangan anak.

Teori psikoanalisa oleh sigmun freud menyatakan bahwa bermain dapat


mengeluarkan perasaan negatif pada anak seperti pengalaman traumatik dan
harapan-harapan yang tidak terwujud dalam dunia nyata. Teori modern yang lain
yaitu teori kognitif. Para ahli teori kognitif memiliki pandangan yang berbeda-
beda tentang bermain. Jean peaget memandang bahwa kegiatan bermain anak
tidak bermain sesuatu yang baru,tetapi mempraktikkan keterampilan yang baru
diperoleh. Lev Vygotsky meyakini bahwa bermain mempunyai peran langsung
terhadap perkembangan kognitif seorang anak. Jerome broner adalah ahli kognitif
lain yang memberikan penekanan pada fungsi bermain yaitu sebagai upaya untuk
mengembangkan kreatifitas dan fleksibilitas anak.

B. SARAN

Setelah mengetahui beberapa teori tersebut kita mengetahui bahwa dalam


setiap teori pasti ada perbedaan, dan kita bisa memilih teori mana yang kita
anggap benar tanpa menyalahkan teori lain. Hal ini karena teori tersebut pasti
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.

11
DAFTAR PUSTAKA

Duckett, Sue & Marilyn Fleer, Play and pedagogy in early childhood, bending the
rules, (sydney;harcourt,1999).
Fadillah.M, Bermain dan Permainan Anak Usia Dini,(Jakarta: Kencana,2017).
Ibid, Hal. 30.
Ardy Wiyani,Novan & Barnawi,Format PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media,2012).

Anda mungkin juga menyukai