Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MEMAHAMI KONSEP BERMAIN DAN PERMAINAN

Disusun Oleh :

1. Indah Sari (1820210050)


2. Jelita Dwi Cendani (1820210053)
3. Najiha Amalia (1820210063)
4. Nurhanifa (1820210065)

Dosen Pengampuh : Izza Fitri, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH & KEGURUAN

UIN RADEN FATAH PALEMBANG

2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ................................................................................................ 1
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 2
A. Latar Belakang .................................................................................. 2
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3


A. Teori-terori Klasik Tentang Bermain ................................................. 3
B. Teori-teori Kontemporer atau Modern Tentang Bermain ................. 4
C. Definisi Bermain ............................................................................... 7

BAB III PENUTUP ................................................................................... 11


A. Kesimpulan ...................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 12

1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bermain adalah kegiatan pokok dan penting untuk anak, karena
bermain bagi anak mempunyai nilai yang sama dengan bekerja dan belajar
bagi orang dewasa. Artinya bermain merupakan sarana untuk mengubah
kekuatan potensial yang ada dalam diri anak menjadi berbagai
kemampuan dan kecakapan dalam kehidupan anak kelak.Melalui bermain,
anak mendapatkan berbagai pengalaman untuk mengenal dunia sekitarnya.
Dengan stimulasi bermain pula anak dapat melaksanakan tugas-tugas
perkembangannya, sehingga memberikan dasar yang kokoh dan kuat bagi
pemecahan kesulitan hidupnya di kemudian hari.Anak-anak perlu
menjelajahi lingkungannya melalui kegiatan bermain yang menyenangkan.
Kegiatan bermain berlangsung dalam jenis tertentu dengan tingkat yang
berbeda-beda. Anak adalah pemimpin alami bagi permainan mereka
sendiri. Perkembangan anak dapat didukung melalui penataan lingkungan
bermain yang baik.
Menjadi tugas orang tua dan pendidik untuk menyajikan
lingkungan bermain yang kondusif yang mampu membantu proses
stimulasi bagi optimalisasi perkembangan anak usia dini. Bermain juga
memiliki arti yang sangat penting bagi anak usia dini dalam kehidupannya.
Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan berbagai usahaoptimalisasiuntuk
menyajikan kegiatan bermain yang kondusifyang bermanfaatbagi
perkembangan anak. Orangtua dan guru perlu memahami hakikat bermain
dan permainan yang meliputi makna bermain, berbagai jenis permainan,
tahapan bermain anak, syarat bermain yang baikbagiperkembangan anak
usia dini serta bagaimana contoh-contohkegiatan bermain dan permainan
yang disenangi dan dapat dilakukan oleh anak. Disamping itu hendaknya
orangtua dan pendidik dapat berperan\sebagai pendamping atau ’teman’
bermain yang baik bagi anak, yaitu sebagai fasilitator dan motivator
sehingga dapat mengarahkan kegiatan bermain yang edukatif.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana teori-teori klasik tentang bermain
2. Bagaimana teori-teori kontemporer atau modern tentang bermain
3. Apa definisi bermain,perbedaan bermain dan permainan fungsi dan
manfaat bermain.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori-Teori Klasik Tentang Bermain


Secara garis besar ada dua pegertian bermain yaitu teori bermain
klasik dan kontemporer. Masa permainan klasik ini berlangsung sampai
pada akhir abad ke-19. Kemudian di lanjutkan dengan dengan teori
bermain kontemporer sejak awal abad ke 20 hingga saat ini.
Teori bermain klasik merujuk pada dua pandangan yaitu
pandangan barat dan non barat. Menurut pandangan barat bermain
dilakukan dengan cara permainan zaman yunani dan romawi kuno,
sedangkan teori bermain klasik menurut pandangan non barat mengacu
pada model bermain menurut kultur di wilayah masing-masing negara.1
Teori bermain klasik ini terbagi menjadi beberapa pengertian
diantaranya adalah:
1. Teori energi berlebih (energi surplus theory)
Manusia bermain apabila mereka mempunyai atau memiliki energi
berlebihan. Konsep ini berasal dari pemahaman terhadap binatang
yang juga memiliki insting memanfaatkan energinya untuk bergerak.
Kemampuan ini juga dimiliki manusia.
Anak-anak yang sehat aka bermain dengan senang hati tanpa
merasa lelah. Kesenangan bermain kadangkala melupakan pekerjaan
lain seperti lipa makan,mandi atau kegiatan lainnya. Sebaliknya jika
anak-anak sakit, kemampuan bermain dengan energi berlebih ini
menjadi berbeda kualitas dan kuantitasnya.
2. Teori rekreaksi (the recreation theory)
Bermain sebagai aktivitas yang terkait erat dengan rekreasi.
Rekreasi merupakan kemampuan natural yang dimiliki manusia untuk
menyenangkan dirinya. Kegiatan yang menyenangkan seperti

1
Sue Dockett dan Marilyn Fleer,play and pedagogy in early childhood,bending the rules
(Sydney:Harcout,1999),p.23

3
memancing, jalan-jalan dan berenang termasuk kategori pengertian
ini. Aktivitas yang dilakukan sebagai bagian dari rekreasi.
3. Teori melaksanakan insting (the instinct practice theory)
Anak bermain untuk persiapan kehidupan mendatang setelah dewasa.
Peran yang dilakukan oleh orang dewasa saat ini di tiru oleh anak.
Dalam permainan tersebut anak-anak meakukan aktivitas yang biasa
dilakukan orang dewasa sehari-hari tetapi dalam konteks pemahaman
mereka dan dalam bentuk bermain. Teori ini diasosiasikan dengan Karl
Grooa (1898-1901) dan dnamakan juga pre-exercie theory.
4. Teori rekapitulasi (the recapitulation theory)
Teor ini berdasarkan teori evolusi manusia. Hal ini
menggambarkan bermain sebagai kebiasaan manusia menggunakan
motorik untuk bergerak. Seperti gerakan-gerakan yang sering
dilakukan binatang dihutan, anak-anak yang senang sekali
bergelantugan dipohonmemanjat atau berjingkat-jingkat termasuk
model bermain ini. Permainan yang membutuhkan insting sebagai
makhluk hidup.
5 Teori katarsis (the catharsis theory)
Yang dimaksud dengan katarsis adalah perasaan tertekan disebabkan
oleh sandiwara tragedi. Katarsis dapat juga berarti ungkapan tentang
sesuatu yang dapat menyenagkan kemudian diatasi kembali. Anak
bermain dengan megekspresikan emosi seperti marah, benci atau kesal.
Menurut Claperde’s nilai bermain ini menjadi hilang jika sudah
merusak seperti membanting pintu,jendela,atau kursi. 2
B. Teori-Teori Kontemporer atau Modern Tentang Bermain

3
Teori-teori modern yang mengkaji tentang bermain tidak hanya
menjelaskan mengapa muncul perilaku bermain. Para tokoh berusaha
untuk menjelaskan manfaat bermain bagi perkembangan anak. Adapun

2
Dr masnipal,siap menjadi guru dan pengelola PAUD profesional. Jakarta : PT anugerah 2012
3
Iswinarti, Permainan Tradisional: Prosedur dan Analisis Manfaat Psikologis. Malang : Universitas
Muhammadiyah 2017

4
yang termasuk dalam teori kontemporer atau modern adalah beberapa teori
berikut ini :

1. Teori Psikoanalitik
Tokoh yang menjadi pelopor dalam teori ini adalah Sigmund Freud
dan Erik Erikson. Menurut Freud bermain berfungsi untuk mengurangi
kecemasan pada anak baik kecemasan obyektif maupun maupun
kecemasan instingtif. Kecemasan obyektif yaitu kecemasan atau ketakutan
pada dunia luar (misalnya: takut tidak ditolong, takut ditinggal pergi),
maka bermain mengurangi kecemasan obyektif anak dengan cara memberi
anak ilusi tentang kekuatan dan pengendalian. Selain kecemasan obyektif,
pada dasarnya setiap anak mempunyai insting yang bisa menimbulkan
kecemasan ego. Perasaan-perasaan anak seperti marah, ketakutan yang
tidak beralasan,keinginan untuk berkotor-kotor dan merusak, biasanya
tidak mendapatkan persetujuan orang dewasa. Hal ini akan membuat anak
mengalami kecemasan instingtif. Dengan bermain anak dapat
mengeksplore perasaan-perasaan tersebut tanpa harus meminta persetujuan
orang dewasa. Misalnya: dalam bermain anak bebas untuk memukul
sesuatu, merusak dan berkotor-kotor.
Erik Erikson memperluas teori Frued dengan memberikan pendapat
bahwa bermain tidak hanya berfungsi untuk mengurangi kecemasan tetapi
juga berfungsi untuk membangun ego yaitu dapat mengembangan
keterampilan fisik dan sosial yang dapat meningkatkan harga diri anak.
2. Teori Kognitif
Teori kognitif tentang bermain memandang bahwa bermain
merupakan alat untuk memfasilitasi pertumbuhan intelektual. Menurut
Jerome Bruner dan Sutton Smith bermain menyediakan suasana yang
menyenangkan dan relax ketika anak sedang belajar memecahkan berbagai
problem.
Jean Piaget adalah tokoh yang berpengaruh besar terhadap teori
perkembangan intelektual anak. Menurut Piaget, untuk mengembangkan
kemampuan intelektual maka seorang anak harus melakukan adaptasi

5
yaitu asimilasi dan akomodasi. Bermain tidak sama dengan belajar tetapi
dengan bermain anak akan dapat mempelajari sesuatu. Misalnya: seorang
bayi yang bermain dengan bunyi-bunyian, karet, bola, atau sendok, maka
bayi dapat meningkatkan koordinasi mata, keseimbangan, kekuatan fisik,
dan juga dapat belajar tentang perbedaan ukuran, bentuk, susunan dan
berat.
3. Teori Arrousal Modulation
Teori ini dikembangkan oleh Berlyne dan dimodifikasi oleh Ellis.
Menurut Berlyne, dengan bermain maka sistem syraf pusat berada pada
level yang optimal. Lingkungan yang ideal adalah yang tidak terlalu
banyak atau terlalu sedikit memberi stimulus. Jika anak berada dalam
kebingunan dan ketidakpastian maka sistem syaraf pusat akan mengalami
penurunan stamina. Untuk mengurangi keadaan ini anka harus
mengeksplorasi lingkungan agar agar tidak mengalami kebingunan.
4. Teori Metakomunikatif
4
Teori bermain metakomunikatif dipelopori oleh Bateson’s yang
memandang bermain sebagai deskripsi kerangka (frames) dan pemasangan
(framing). Bagi bateson’s, bermain terjadi sebagai suatu peristiwa dalam
suatu kerangka, dimana semua terlibat secara pasti apa yang terjadi dalam
bermain. Kerangka bermain digambarkan sebagai kerangka psikologi yang
menandakan terjadi aksi dalam bermain. Anak-anak menggunakan
komunikasi dan memasuki metakomunikatif untuk menandakan bahwa
mereka sedang bermain.
Bermain sebagai metakomunikatif bukan terletak pada tema bermain,
akan tetapi cara dimana anak-anak belajar untuk menerima dan
berkomunikasi dalam permainan itu.
Dari teori metakomunikatif Bateson, dapat diambil beberapa hal
penting, yaitu pertama, bermain terjadi sebagai suatukerangka peristiwa
dalam memahami peranan komunikasi dan konteks dalam bermain. Hal ini
berarti bahwa hakikat bermain bukan terletak pada tema permainan, tetapi

4
Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional. Jakarta : PT Gramedia 2013

6
pada cara anak-anak belajar untuk saling menerima dan berkomunikasi.
Kedua, melalui bermain, anak-anak dapat memajukan perkembangan
kognitif, terutama melalui bermain sosial dan kerja sama.
C. Difinisi bermain
a. Definisi bermain
Bermain ( play) marupakan istilah yang digunakan secara bebas
sehingga arti utamanya mungkin hilang. arti yang paling tepat ialah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan
tidak ada paksaan atau tekanan dari luar.
Piaget menjelaskan bahwa bermain “terdiri atas tanggapan yang
diulang sekedar untuk kesenangan fungsional.”
Menurut Bettelheim kegiatan bermain adalah kegiatan yang “tidak
mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan pemain sendiri dan
tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar” (Hurlock,
1997.hal:320).
Istilah bermainan berasal dari kata dasar “main” yang mendapat
imbuhan “ber-an”. Dalam kamus besar Indonesia, main adalah berbuat
sesuatu yang menyenangkan hati dengan menggunakan alat atau tidak.
Menurut Mayke S. Tedjasaputra yang penting dan perlu ada didalam
kegiatan bermain adalah rasa senang yang ditandai oleh tertawa (dalam
Nugroho,2005).
Bermain merupakan aktifitas jasmani yang dilakukan dengan
sukarela dan bersungguh-sungguh untuk memperoleh rasa senang dari
aktivitas yang dilakukan tersebut. .
Bermain merupakan suatu perbuatan atau kegiatan sukarela yang
dilakukan menurut aturan yang telah diterima secara sukarela, tapi
mengikat sepenuhnya, dengan tujuan dalam dirinya, disertai oleh perasaan
tegang dan gembira,dan kesadaran“lain dari pada kehidupan sehari-hari ”
(Johan Huizinga).

7
Jadi bermain adalah aktifitas jasmani yang dilakukan tanpa terpaksa untuk
memperoleh rasa senang dari aktifitas yang dilkukannya.
b. Perbedaan bermain dan permainan
Perbedaan bermain dan permainan dapat kita lihat dari
pengertiannya. Bermain menurut para ahli memiliki fungsi yang
sangat penting.
Menurut hurlock ( dalam Rita Kurnia:2011) bermain merupakan
kegiatan yang dilkukan secara suka rela, tanpa paksaan atau tekanan
dari pihak luar.
Sedangkan permainan adalah suatu alat bermain yang digunakan
anak usia dini, bisa berbentuk balok,puzzel atau benda-benda lain
yang dianggap bisa dimainkan.
Banyak cara untuk bermain dan banyak aneka ragamnya
permainan yang dapat digunakan dan dimainkan anak usia dini seperti
bermain pura-pura, bermain bebas dan spontan, bermain dramatik
serta bermain sendiri.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bermain adalah aktifitas atau
kegiatan yang dilakukan ketika anak-anak sedang bermain. Sedangkan
permainan adalah suatu alat-alat yang digunakan ketika sedang
bermain.

c. Fungsi dan manfaat bermain


Bermain merupakan kegiatan yang menimbulkan “kenikmatan”,
dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya.
Bermain berfungsi juga sebagai pemicu kreativitas, anak yang banyak
bermain akan meningkatkan kreativitasnya. Dengan bermain anak
akan melakukan segalanya, mencoba, mengeksplorasi sehingga pada
akhirnya akan muncul ide-ide kreatifnya untuk bermain. Pada
hakikatnya melalui aktivitas bermain dapat merangsang dan
mengembangkan seluruh perkembangannya baik fisik maupun psikis.

8
Fungsi dan manfaat bermain meliputi seluruh aspek perkembangan
seperti diuraikan berikut:

1. Perkembangan kognitif
Melalui kegiatan bermain anak belajar berbagai konsep bentuk,
warna, ukuran dan jumlah yang memungkinkan stimulasi bagi
perkembangan intelektualnya. Anak juga dapat belajaruntuk
memiliki kemampuan ‘problem solving’ sehingga dapat mengenal
dunia sekitarnyadan menguasai lingkungannya.
2. Perkembangan Bahasa
Aktivitas bermain adalah ibarat laboratorium bahasa anak, yaitu
memperkaya perbendaharaan kata anak dan melatih kemampuan
berkomunikasi anak. Dalam melakukan aktivitas permainan, anak
dituntut harus belajar berkomunikasi dalam arti mereka dapat
mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang
dikomunikasikan anak lain ketika bermain. Contohnya saat bermain
drama anak diminta berimajinasi aktif bercakap-cakap dengan anak
lain tentang hal yang terkait dengan cerita pada drama tersebut.
3. Perkembangan Moral
Bermain membantu anak untuk belajar bersikap jujur, menerima
kekalahan, menjadi pemimpin yang baik, bertenggang rasa dan
sebagainya.Apabila anak mengalami kegagalan saat melakukan
suatu permainan, hal itu akan membantu mereka menghadapi
kegagalan dalam arti sebenarnya dan mengelolanya pada saat
mereka benar-benar harus bertanggungjawab. Melalui permainan,
anak akan melakukan hubungan dan komunikasi dengan anggota
kelompok atau teman sebaya lainnya, sehingga ini akan melatih
anak belajarbekerja sama, murah hati, jujur, sportif dan disukai
orang.
4. Perkembangan Sosial dan Emosional

9
Bermain bersama teman melatih anak untuk belajar membina
hubungan dengan sesamanya. Anak belajar mengalah, memberi,
menerima, tolong menolong dan berlatihsikap sosial lainnya. yang
menggunakan alat permainan.Bermain merupakan ajang yang baik
bagi anak untuk menyalurkan perasaan/emosinya dan ia belajar
untuk mengendalikan diri dan keinginannya sekaligus sarana untuk
relaksasi. Pada beberapa jenis kegiatan bermainyang dapat
menyalurkan ekspresi diri anak, dapat digunakan sebagai cara terapi
bagi anak yang mengalami gangguan emosi
5. Perkembangan Fisik-motorik
Bermain memungkinkan anak untuk menggerakkan dan melatih
seluruh otot tubuhnya,sehingga anak memiliki kecakapan motorik
dan kepekaan penginderaan. Permainan menitik beratkan anak pada
keterampilan dalam mengkoordinasikan gerakan motorik maupun
motorik halus. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas anak yang
dilakukan secara berulang-ulang seperti berlari, memanjat, naik
sepeda, lompat dan dapat memperkirakan tingginya suatu pohon
dengan kemampuan untuk memanjat pohon tersebutsehingga hal ini
akan mengembangkan fisik-motorik anak.
6. Perkembangan Kreativitas atau seni
5
Bermain dapat merangsang imajinasi anak dan memberikan
kesempatan kepada anakuntuk mencoba berbagai ideanya tanpa
merasa takut karena dalam bermain anakmendapatkan kebebasan.
Melalui coba-coba dalam bermain, anak-anak akan menemukan
bahwa merancang sesuatu yang baru dan berbeda dapat
menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka dapat mengalihkan
minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.

5
Dr .yuliana nurani sujiono,konsep dasar pendidikan anak usia dini.jakarta barat:PT Indeks
permata putri media.2016

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Teori bermain klasik merujuk pada dua pandangan yaitu


pandangan barat dan non barat. Menurut pandangan barat bermain
dilakukan dengan cara permainan zaman yunani dan romawi kuno,
sedangkan teori bermain klasik menurut pandangan non barat mengacu
pada model bermain menurut kultur di wilayah masing-masing negara.
Bermain ( play) marupakan istilah yang digunakan secara bebas
sehingga arti utamanya mungkin hilang. arti yang paling tepat ialah setiap
kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan
tidak ada paksaan atau tekanan dari luar.

11
DAFTAR PUSTAKA
Iswinarti. 2017. Permainan Tradisional: Prosedur dan Analisis Manfaat
Psikologis. Universitas Muhammadiyah: Malang.
Masnipal.2012. siap menjadi guru dan pengelola PAUD profesional. PT
anugerah: Jakarta.
Sue Dockett dan Marilyn Fleer, play and pedagogy in early childhood,bending the
rules (Sydney : Harcout,1999),p.23

Sujiono yulia nurani. 2016. konsep dasar pendidikan anak usia dini. PT Indeks
permata putri media: Jakarta Barat.

12

Anda mungkin juga menyukai