BERMAIN KONTEMPORER
Oleh :
Kelompok 5
NURLALEY (220030301026)
RATIH JUNIATI (220030301029)
UMAHAYATUL (220030301042)
Latar Belakang
1. Bagaimana teori bermain
dalam prespektif klasik ?
Bermain merupakan salah satu aktivitas jasmani yang 2. Bagaimana teori bermain
sangat disukai anak dalam kehidupan sehari-hari sehingga dalam prespektif
dapat digunakan sebagai salah satu sarana pendidikan Kontemporer?
jasmani di sekolah. Bermain bagi anak merupakan kegiatan
harian yang sangat menarik dan menyenangkan untuk
dilakukan di waktu luang. Seperti dimukakan oleh Plato
dalam Tedjasaputra (2001) bahwa bermain mempunyai nilai Tujuan
praktis dalam kehidupan anak. Secara psikis aktivitas
bermain juga mampu membantu perkembangan jiwa anak
secara wajar dalam hal tingkahku, emosi, kecerdasan, 1. Untuk mengetahui teori
keberanian, rasa percaya Diri dan social. bermain dalam prespektif
klasik.
2. Untuk mengetahui teori
bermain dalam prespektif
Kontemporer.
Teori Bermian Klasik
Terdapat beberapa macam teori bermain Kasik, kali ini kami akan membahas
6 teori bermain. yang akan di paparkan secara berturut-turut ;
Teori Surplus Energi
Teori ini diajukan oleh Friedrich Schiler dan Herbert Spencer, yang menyatakan bahwa
mengapa ada perilaku bermain karena ada surplus energi. Bermain dipandang sebagai
penutup atau klep keselamatan pada mesin uap, energi atau tenaga yang berlebih pada
seseorang perlu dibuang atau dilepaskan melalui bermain. Teori surplus energi mempunyai
pengaruh besar terhadap psikologi, namun teorinya dirasakan kurang tepat dan mendapat
tantangan.
Teori Rekreasi
Teori ini diajukan oleh Moritz Lazarus, mengatakan bahwa tujuan bermain adalah untuk
memulihkan energi yang sudah terkuras saat bekerja karena bekerja menguras dan
menyebabkan berkurangnya tenaga. Tenaga ini dapat dipulihkan dengan cara tidur atau
dengan cara yang lain. Bermain adalah lawan dari bekerja dan merupaka cara yang paling
ideal untuk memulihka tenaga. Permainan merupakan imbangan antara kerja dengan
istirahat.
Teori Rekapitulasi
Teori ini diajukan oleh G. Stanley Hall disebut juga teori Atavisme yaitu permainan anak
itu ulangan daripada nenek moyang . Teori ini setuju dengan pendapat Haeckel, yang
mengatakan bahwa menurut hukum biogenesis tiap-tiap anak itu mengulangi kembali
jiwa raganya seperti pemburu, petani, dan lainnya.
Diajukan oleh Karl Groos, yang meyakini bahwa bermain berfungsi untuk memperkuat
insting yang dibutuhkan guna kelangsungan hidup di masa datang. Teori Karl Groos
disebut pula sebagai Teori Teleologi, yaitu bahwa permainan mempunyai tugas pokok,
maksudnya dengan bermain terjadi proses biologis atau proses berfungsinya organ-
organ tubuh, maka disebut juga dengan Teori Fungsi, yaitu mengembangkan fungsi yang
tersembunyi dalam diri seseorang.
Teori Sublimasi
Diajukan oleh Claparede, yang berpendapat bahawa bermain bukan saja untuk berfungsinya
organ-organ tubuh, tetapi merupakan suatu sublimasi atau pelarian yang positif dari tekanan
perasaan yang berlebihan. Dengan sublimasi orang akan berusaha untuk menjadi lebih mulia,
lebih tinggi lebih indah dari yang semula. Teori Claparede disebut juga Teori Fantas
(Fiksi) yaitu bahwa anak itu bermain karena dalam hidupnya sehari-hari tidak mendapat
kepuasan sehingga lari ke fantasi di dalam permainannya, ditempat ia dapat melepas segala
kehendak dan kemauannya.
Teori Reinkarnasi
Terdapat beberapa macam teori bermain Kontemporer, kali ini kami akan
membahas 3 teori bermain kontemporer. yang akan di paparkan secara
berturut-turut ;
Teori psikoanalitik Freud
Piaget menjelaskan bahwa pada saat bermain anak tidak belajar sesuatu yang
baru, tetapi ia belajar mempraktikkan dan mengonsolidasi keterampilan yang
baru diperoleh anak memciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang
dunianya melalui interaksi, informasi atau pengalaman yang didapatkan
Menurut Piaget perkembangan kognitif seseorang dibagi menjadi 4 dan dalam
kaitannya dengan tahapan kegiatan bermain yaitu:
Menurut bruner Melalui aktivitas bermain, anak dapat berkreasi sesuai dengan
imajinasinya dan mampu menyesuaikan denga lingkungan bermainnya.
Apabila bentuk dan alat permainannya baik dan menarik bagi anak, maka
kognitif dan kreatifitasnya pun akan berkembang dengan maksimal.
Teori otak triun,
Teori ini dikemukakan Dr. Paul Mclean. Menurutnya dengan bermain ialah
bermain dianggap sebagai upaya untuk memperoleh kesenangan pada diri
anak dan sebagai media relaksasi diri. Manakala anak bermain, berarti ada
kecenderungan anak menjadi senang, riang, dan gembira. Sehingga secara
tidak langsung dapat memengaruhi fungsi limbiknya. Dengan berfungsinya
otak limbik dengan maksimal, maka akan memengaruhi belajar dan berpikir
anak. Dalam kondisi ini anak akan mudah dalam menerima berbagai
rangsangan dari luar, kemudian diolah menjadi sebuah pengetahuan.
SEKIAN DAN TERIMA
KASIH