Makalah Psikologi Bermain
Makalah Psikologi Bermain
PSIKOLOGI PEMBELAJARAN
Oleh:
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji bagi Allah tuhan semesta alam
yang telah menganugerahkan keimaan, keislaman, kesehatan, dan kesempatan
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik dan lancar. Makalah
dengan judul “bermain dalam perspektif psikologi klasik” ini disusun dalam
memenuhi tugas makalah mata kuliah Psikologi Bermain dengan dosen pengampu
Ibu Rahmatul Aufa, M. Psi.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari campur tangan berbagai pihak yang
telah berkontribusi secara maksimal. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya.
Meski demikian, penulis meyakini masih banyak yang perlu diperbaiki dalam
penyusunan makalah ini, baik dari segi sumber, dan bahkan tata bahasa sehingga
sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian sebagai bahan evaluasi
penulis. Demikian, besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaaan
yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Teori Surplus Energy.................................................................................3
B. Teori Rekreasi...........................................................................................4
C. Teori Rekapitulasi.....................................................................................5
D. Teori Praktis..............................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori klasik muncul sebelum abad ke-20 dan sebagian besar
menggambarkan suatu kekuasaan dan kekuatan pada saat teori itu diangkat atau
dimunculkan. Menurut pandangan dari para pakar Psikologi & Biologi teori klasik
meliputi: (1) Teori Rekreasi/pelepasan (Lazarus&Schaller), (2) Teori
Teleologi/pembawaan (K. Groos&Roeles), (3) Teori Rekapitulasi/ Evolusi/
Reinkarnasi (Hall), (4) Teori Surplus Energi (H. Spencer).
Teori Rekreasi/Pelepasan (Lazarus & Schaller) menyatakan bahwa bermain
merupakan kegiatan yang berlawanan dengan kerja dan kesungguhan, Bermain
merupakan imbangan antara kerja dengan istirahat. Orang yang merasa penat akan
bermain dan berekreasi untuk mengadakan pelepasan agar kesegaran jasmani dan
rohaninya segera kembali.
Teori praktis (K. Groos & Roeles) menyatakan permainan merupakan
kegiatan yang mempunyai tugas biologis yang akan digunakan oleh manusia
untuk mempelajari fungsi hidup, penguasaan gerak, rasa ingin tahu, persaingan
sebagai persiapan hidup dimasa yang akan datang. Seseorang bermain bukan
karena masih muda tetapi melalui bermain seseorang akan menjadi awet muda.
Dalam Rekapitulasi/Evolusi/Reinkarnasi dari Hall, permainan merupakan
kesimpulan dari masa lalu (anak akan bermain permainan yang pernah dimainkan
oleh nenek moyangnya), serta pertumbuhan jiwa manusia yang wajar haruslah
melalui tahap-tahap perkembangan manusia yang wajar sampai pada pertumbuhan
yang sempurna. Tahap itu meliputi: Pertumbuhan manusia, masa prenatal
(pertumbuhan-kelahiran), masa bayi&masa kanak-kanak, masa remaja, masa
dewasa, masa tua.
Teori Surplus Energi yang digagas H. Spencer, meyatakan bahwa surplus
atau kelebihan tenaga yang dimiliki oleh seseorang (yang belum
1
digunakan/tersimpan) akan disalurkan atau dikeluarkan melalui aktifitas bermain
atau permainan. Surplus/kelebihan tersebut meliputi: kelebihan energi, kelebihan
kekuatan hidup, kelebihan emosi dan vitalitas .
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
Teori ini diajukan oleh Frederich schiler dan Herbert spencer, yang
menyatakan bahwa mengapa ada perilaku bermain karena ada surplus energi.
Bermain dipandang sebagai penutup atau klep keselamatan pada mesin uap,
energi yang berlebih dari diri seseorang harus dilepaskan dengan cara bermain.
Kelebihan tenaga dalam arti kekuatann dan vitalis pada anak atau orang
dewasa yang belum digunakan sebaiknya disalurkan dalam kegiatan bermain.
Teori surplus energy mempunyai energi besar terhadap psikologi, namun
teorinya dirasakan kurang tepat dan mendapat tantangan. Mula-mula para
pembuat teori percaya bahwa bermain hanya untuk mengeluarkan kelebihan
energi belaka, namun kemudian ada kelemahan dari teori ini, yaitu anak-anak
sering ingin tetap bermain walau sebenarnya mereka telah mendekati kelelahan
sangat (frost, 1992 dalam Pahrul, 2021).
4
tenaga”. Maka permainan merupakan katup pengaman bagi energi vital yang
berlebihan
Spencer mengembangkan pandangan dari schiller bahwa pada prinsipnya
terdapat hubungan antara bermain, seni, dan estetika. Bermain yang diperlukan
untuk memungkinkan anak-anak untuk melepaskan energinya yang terpendam.
Spencer berargumen bahwa alam melengkapi manusia bahwa alam melengkapi
manusia dengan sejumlah energi yang akan digunakan dalam proses hidup.
Jika energi ini tidak digunakan untuk tujuan itu, harus dibuang entah
bagaimana caranya dan anak-anak melepaskan kelebihan energinya dengan
bermain. Dalam berbagai tulisannya, spencer mengungkapkan bahwa belajar
harus dibuat menyenangkan seperti halnya dengan bermain. (Blegur & Wasak,
2018)
Teori ini merupakan teori yang lebih popular dibandingkan teori yang lain
yang menjelaskan secara umum pandangan awam tentang bermain. (Blegur &
Wasak, 2018).
B. Teori Rekreasi
Moritz lazarus merupakan filsuf dan psikologi jerman ini lahir di kota
Filehne, Polandia pada tahun 1824. Aliran teori rekreasi memandang bermain
Sebagai cara memulihkan energi dari kelelahan karena tugas-tugas yang telah
dilakukan individu dalam kegiatan tertentu. Dengan bermain, energi yang telah
dikeluarkan akan kembali normal melalui kegiatan-kegiatan terpilih dalam
bentuk permainan. Teori ini kontradiktif dengan teori sebelumnya yang
diajukan oleh Herbert spencer, individu bermain untuk menyalurkan energi
lebih (surplus energy), maka lazarus berdalil bahwa bermain bukan untuk
menyalurkan energi lebih dalam diri individu, melainkan Sebagai bentuk
pemulihan (recovery) dari energy yang telah dikeluarkan oleh individu
tersebut.
Filsuf jerman ini membedakan antara energi fisik dan mental, poinnya
adalah ketika otak menjadi lelah (asalkan tidak lelah berlebihan), maka
5
perubahan kegiatan teristimewa pada kegiatan fisik akan mengembalikan
energi saraf individu. Sehingga perbedaan penafsiran ini sangat jelas, jika
Spencer mengutamakan pada kegiatan fisik, maka lazarus menggunakan media
fisik untuk merelaksasikan otak atau mental dari rutinitas kegiatan (misalnya
dalam bekerja dan lain sebagainya). Manfaat dari kegiatan bermain tidak hanya
selalu dikonotasikan dengan melatih kekuatan otot semata, melainkan ada
manfaat rehabilitasi untuk kesehatan saraf dan mental individu. (Blegur &
Wasak, 2018).
C. Teori Rekapitulasi
Teori rekapitulasi digagas oleh Granville Stanley Hall (Utama, 2020). Hall
merupakan presiden pertama dari American Psychological Association (APA).
Jejak teori rekapitulasi pertama kali direkam pada masa Egyptian pharaoh
psamtik I (664-610 SM), yang digunakan sebagai hipotesis tentang asal-usul
Bahasa (Blegur & Wasak, 2018).
6
perkembangan jenis manusia pernah memegang peranan yang dominan.
Menurut teori rekapitulasi perkembangan individu (ontogenesa) adalah ulangan
perkembangan jenis manusia (filogenesa).
Teori rekapitulasi (Adi Sam, 2010) didasarkan pada adanya insting dan
minat pada perkembangan spesies manusia. Teori ini berpandangan bahwa
bermain itu memiliki tujuan untuk mengaktifkan tahap-tahap perkembangan
manusia. Dalam psikologi perkembangan dijelaskan bahwa anak berkembang
melalui berbagai tahap perkembangan. Bermain pada anak sebagai upaya untuk
mengoptimalkan potensi anak pada setiap tahap perkembangan. Termasuk di
7
dalamnya perkembangan dalam berpikir. Teori rekapitulasi didasarkan pada
adanya asumsi bahwa spesies manusia itu memiliki insting dan minat untuk
beraktivitas.
D. Teori Praktis
8
bagi perannnya dikemudian hari untuk menjadi ibu sungguhan (Khadijah &
Armanila, 2017).
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10