Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

PSIKOLOGI BERMAIN
DOSEN PENGAMPU : SRI YULIATIN., S.Psi., M.Psi psikolog

OLEH :
IBNU AROBI
S202001 009

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN BISNIS
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA
2023
SEJARAH PSIKOLOGI BERMAIN

 Warisan Puritan
Pada masa ini, orang amerika baru mengenal Tuhan yang dibawa orang kolonial
eropa. Anak-anak dianggap sebagai simbol Tuhan, namun masih terjadi bias antara
perilaku bermain anak dan perilaku kerja anak.
 Masa Kolonial
Pada masa ini, pengaruh Locke dan Rosseau muncul di Amerika. Oleh karena itu,
para orang tua memberikan kasih sayang dan perhatian pada perkembangan anak
dengan cara mendaftarkan pendidikan di sekolah.
 Abad 19
Pada masa ini, perkembangan anak di dominasi dari kemampuan intelektualnya saja,
para orang tua semakin sibuk sehingga kurang memberikan perhatian dan kasih
sayang pada anak sehingga muncul perilaku agresi anak.
 Abad 20
Pada masa ini, mulai muncul kajian bahwa perkembangan anak bukan hanya dilihat
dari faktor intelektualnya saja, tetapi kesuksesan anak ditentukan pula faktor sosial
dan faktor emosionalnya sejak kecil, sehingga munculnya bentuk-bentuk permainan
yang bersifat psikoedukasional.

TEORI PSIKOLOGI BERMAIN


 Teori Klasik (Abad 19-Awal Abad 20)
Teori klasik menekankan pada pentingnya faktor biogenetik dalam bermain. Bermain
didefinisikan sebagai mekanisme alami untuk mendukung perkembangan fisik yang
optimal atau mencerminkan sejarah evolusi manusia.
 Herbert Spencer (1873)
Ia mengemukakan teori surplus energy, dimana ia mendefinisikan bermain sebagai
cara bagi anak-anak untuk melepaskan energi yang terpendam, akibatnya ia
merasakan semangat yang luar biasa ketika bermain dan kelelahan setelah bermain.
 G.T.W Patrick (1916)
Ia mengemukakan teori renewal of energy, dimana ia berpendapat ketika anak-anak
merasa letih dan relaks, bermain dapat mengatasi kebosanan dan mengisi kekosongan
waktu bila mereka mau menunggu pulihnya energinya kembali.
 G.Stanley Hall
(Salah satu pelopor perkembangan psikologi di Amerika) Ia mengemukakan teori
recapitulation, dimana ia menyatakan bahwa perkembangan setiap manusia
mencerminkan kemajuan perkembangan evolusi manusia.
 Karl Groos (1901)
Ia mengemukakan teori biogenetik, dimana ia mendefinisikan bermain sebagai cara
alami tubuh manusia untuk mempersiapkan dirinya sendiri menghadapi berbagai
tugas dalam masa kehidupan dewasanya.
 Teori Psikoanalisis
Bermain merupakan suatu cara yang digunakan anak-anak mengurangi kecemasannya
(Freud, 1974). Ada dua tipe kecemasan yang terjadi pada masa kanak-kanak:
1. Kecemasan Objektif yaitu perasaan takut pada kehidupan dunia luar.
2. Kecemasan utama yang biasa dialami adalah ketakutan ditinggalkan.
 Teori Arrousal Modulation Theory (ELLIS)
Teori ini menekankan pada bermain sendirian (soliter). Bermain ini disebabkan
adanya kebutuhan atau dorongan agar sistem saraf pusat tetap berada dalam keadaan
terjaga.
 Jean Piaget (1963)
Anak akan menciptakan sendiri pengetahuan mereka tentang dunianya melalui proses
interaksi, mereka menggunakan informasi yang ia dapat sebelumnya dengan
menggabungkan informasi yang baru dengan keterampilan yang ia sudah kenal dan
mereka menguji gagasan pengalaman tersebut dengan gagasan yang baru.
 Erikson
Bermain tidak hanya berfungsi untuk mengurangi kecemasan dan membangun ego
yaitu dapat meningkatkan harga diri anak.
 Teori Cognitive Developmental
Lebih menekankan untuk perkembangan intelektual.
 J. Bruner & B. Sutton-Smith
Bermain menyediakan suasana yang menyenangkan dan relaks dimana anak dapat
memecahkan berbagai problem, akan dapat di transformasikan ke problem-problem
yang lebih kompleks dalam dunia nyata.
PERMAINAN DAN MANFAATNYA

Permainan Balok
Balok mengajarkan anak mengenal ukuran, konsep matematika mengenai kesetaraan,
keseimbangan, dan klasifikasi logis, dan menolomh anak-anak mempelajari ruang dengan
lebih dewasa.
Anak yang bermain dengan balok dapat memahami prinsip pengukuran karena
mereka menggunakan balok sebagai unit pengukuran. Balok juga berkaitan dengan konsep
matematika lain seperti ekuivalensi. Anak juga belajar mengenai konsep spasial yang lebih
matang lewat bermain balok. Mereka dapat membayangkan posisi mereka dalam konteks
spasial dan dapat mengukur tiga dimensi. Pemahaman anak-anak yang bermain balok lebih
baik dalam gambaran dua maupun tiga dimensi serta konsep luas dan isi/volume, karena
mereka menciptakan struktur dua dan tiga dimensi dengan tangannya sendiri.
Kemudian ketika membereskan balok, biasanya balok diletakkan sesuai
kelompoknya, anak belajar untuk mengklasifikasi sesuai dengan ciri yang sama, ukuran,
warna atau bentuknya.
Dari hasil permainan tersebut dapat menciptakan creative movement/gerakan kreatif
dimana menstimulasi anak untuk mengkodekan informasi mengenai dunia secara fisik dan
secara intelektual dan untuk menyadari bahwa ada banyak cara untuk mendapatkan dan
mengetahui sesuatu. Pengalaman bermain dengan mainan-mainan dan material yang tepat
dapat menolong anak menjadi pemecah masalah konvergen yang baik. Mereka dapat
menggunakan informasi secara efektif untuk sampai kepada solusi tunggal yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai