Penulis
Nama : Gazhi Al Ghifari Ridwan
Npm : 2113051007
P.S : Pendidikan Jasmani
Kelas : A
Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah kurikulum .
Pada kesempatan ini tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada bapak Drs. Herman
Tarigan, M.Pd., dan Lungit, M.Pd selaku dosen pengampu PUOR. Saya juga mengucapkan
terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian tugas ini.
Saya menyadari bahwa tugas yang saya kerjakan masih jauh dari kata sempurna, untuk itu
saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan menuju
kesempurnaan tugas mata kuliah kurikulum ini.
Kekuatan kodrati yang ada pada anak ini tiada lain adalah suatu kekuatan dalam
kehidupan lahir dan batin anak yang ada karena kekuasaan kodrat (karena faktor
pembawaan atau keturunan yang ditakdirkan secara ajali). Ki Hadjar Dewantara
menaruh perhatian penuh terhadap permainan anak dalam kaitannya dengan
pendidikan Nasional.Permainan sesuai dengan jiwa anak sebagai pemenuhan daya
khayal dan dorongan bergerak, maka permainan merupakan faktor yang sangat
penting untuk pendidikan yang banyak diberikan di Taman Indrya, Taman Anak, dan
Taman Muda.
3. Permainan sebagai variasi bermain
Perbedaan bermain dan permainan ialah jika di lihat makna bermain bisa kita artikan
suatu aktivitas yang di lakukan baik di lakukan anak- anak maupun orang dewasa
sedangkan permainan merupakan suatu jenis kegiatan yang ingin di mainkan.
Permainan sesuatu yang digunakan untuk bermain (sebuah mainan), sebuah barang
atau sesuatu yang pada umumnya digunakan untuk hiburan atau kesenangan, dan
kadang-kadang digunakan sebagai alat pendidikan. Permainan berbeda dari pekerjaan,
yang biasanya dilakukan untuk mendapatkan upah, dan dari seni, yang lebih sering
merupakan ekspresi elemen estetika atau ideologis. Namun, perbedaannya tidak jelas,
dan banyak permainan juga dianggap sebagai karya (seperti pemain profesional
olahraga atau permainan penonton) atau seni (seperti puzzle atau permainan yang
melibatkan tata letak artistik seperti mahyong, solitaire, atau beberapa permainan
video). Siedentop, Herskovits berpendapat bahwa bermain adalah aktivitas jasmani
yang dilakukan secara sukarela, terpisah antara lingkup dan keluasannya, secara
ekonomi tidak produktif, peraturan dapat ditentukan oleh para peserta/pemain, dan
bersifat fiktif. Artinya dengan bermain anak dapat terbantu mengembangkan seluruh
potensi yang mereka miliki baik fisik, psikomotorik, kognitif, maupun afektifnya.
RPS 3
Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama bahwa pendidikan merupakan salah satu
aspek yang terikat dengan Keolahragaan atau dengan kata lain pendidikan berada dalam
sistem keolahragaan Jadi legitimasi untuk Pendidikan Olahraga di Indonesia sudah
nampak yang tertuang dalam Undang-Undang RI Kemudian lebih lanjut Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem Keolahragaan
Nasional Bab VI Ruang Lingkup Olahraga Pasal 17 Ruang lingkup olahraga meliputi
kegiatan:
1. Olahraga Pendidikan
2. Olahraga Rekreasi Dan
3. Olahraga Prestasi
Pada pasal 17 bagian (a) diatas menyebutkan tentang olahraga pendidikan itulah point
yang akan kita buat agar mudah memahami tentang defenisi pendidikan olahraga
kemudian mari kita that lagi dua UU RI dibawah ini yang menjelaskan defenisi
pendidikan dan defenisi olahraga sebagai berikut
Undang-Undang ini mengatur secara tegas mengenai hak dan kewajiban serta
kewenangan dan tanggung jawab semua pihak (Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat) serta koordinasi yang sinergis secara vertikal antara pusat dan daerah dan
secara horizontal antara lembaga terkait baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat
daerah dalam rangka pengelolaan, pembinaan, dan pengembangan keolahragaan
nasional. Sebagai wujud kepedulian dalam pembinaan dan pengembangan olahraga,
masyarakat dapat berperan serta dengan membentuk induk organisasi cabang olahraga
pada tingkat pusat dan daerah. Organisasi/kelembagaan yang dibentuk oleh
masyarakat itu membutuhkan dasar hukum sehingga kedudukan dan keberadaannya
akan lebih mantap.
Nilai ekonomi dalam olahraga adalah seberapa banyak olahraga tersebut disukai
banyak orang dan memiliki nilai hiburan tinggi sehingga menghasilkan uang. Nilai
ekonomi olahraga mengikuti perkembangan masyarakat perbudakan dan semakin
meningkat pada zaman feodalisme hingga kini kapitalisme. Pada zaman kapitalisme
ini, sisa zaman perbudakan masih bisa dilihat dalam olahraga gulat dan tinju, olahraga
dijadikan nilai ekonomi yang tinggi. Olahraga ditempatkan sebagai tempat orang
mencari uang sambil berolahraga. Dalam dunia kapitalisme, olahraga dijadikan alat
promosi sebuah produk sekaligus pengguna produk (Henry Maksum. 2014: 219-220).