Anda di halaman 1dari 3

TUGAS AKHIR MODUL 4 PPG DALJAB PJOK

Nama : Ian Triyono

Mapel PPG : PJOK

No : 20244270191001

Instructions

TINJAUAN OLAHRAGA PADA ASPEK SOSIOLOGI DAN PSIKOLOGI

1. Pendidikan Jasmani dapat meningkatkan stabilitas sosial-psikologis dan memainkan peran


dalam menggairahkan hidup sehari-hari, demikian juga jika Pendidikan Jasmani dilakukan
secara aktif dapat mengatasi kecemasan dan keteganggan mental dalam menjalani kehidupan
ditengah masyarakat modern saat ini yang serba kompetitif. Bagaimana implementasi yang
harus diwujudkan oleh guru PJOK dalam tantangan tersebut dalam tugasnya sehari-hari?

2. Olahraga yang terkelola secara baik atau paripurna mampu berperan bukan hanya sebagai
bagian dari budaya tetapi juga sebagai media pengembangan budaya luhur masyarakat,
meningkatkan kepercayaan diri, mengembangkan etika, menepis diskriminasi gender, serta
menekan kecemasan dan membangkitkan motivasi diri. Berikan argumentasi secara singkat,
jelas dan lugas kenapa hal tersebut dapat terjadi dan bagaimana cara melakukannya?

JAWABAN
1. Pendidikan Jasmani dapat meningkatkan stabilitas sosial-psikologis dan memainkan
peran dalam menggairahkan hidup sehari-hari. Pendidikan Jasmani secara aktif dapat
mengatasi kecemasan dan keteganggan mental dalam menjalani kehidupan ditengah
masyarakat modern saat ini yang sangat kompetitif, amat terstruktur dan terpilah-pilah
dalam mencapai produktivitas. Pendidikan Jasmani sebagai upaya membangun jiwa
dan raga agar memiliki rasa hormat dan percaya diri.
Implementasi yang harus dilakukan guru PJOK dalam kehidupan saat ini bisa
dilakukan melalui upaya menempatkan pendidikan jasmani menjadi sesuatu yang
menyenangkan dengan berpedoman pada enam sub-domain nilai dari kegiatan jasmani
tersebut, yaitu :
 sebagai pengalaman sosial
Partisipasi seseorang dalam melakukan aktivitas jasmani dapat memenuhi kebutuhan
sosial tertentu. Aktivitas jasmani dapat menjadi medium pergaulan sosial (social
intercourse), yaitu untuk bertemu dengan orang-orang baru dan untuk mempercepat
atau mempererat hubungan yang telah ada sekaligus memberi kesempatan kepada
pelakunya untuk berafiliasi dalam kelompok atau berinteraksi dengan anggota
masyarakat lainnya.
 untuk kesehatan dan fitness
Aktivitas jasmani mempunyai kapasitas untuk meningkatkan kesehatan pribadi. Pusat-
pusat kebugaran jasmani yang banyak berdiri saat ini menunjukkan banyak orang yang
percaya bahwa kesehatan dapat diperoleh melalui aktivitas jasmani, sekaligus ini
dianggap cara yang efisien dan menyenangkan.
 untuk memperoleh vertigo
Vertigo artinya kira-kira hilang kesadaran untuk mendapatkan sensasi yang
menyebabkan orang merasa takut tetapi disaat bersamaan ada perasaan senang.
 sebagai pengalaman estetik
Aktivitas jasmani dipandang sebagai pengalaman estetik karena dalam banyak bentuk
gerakan-gerakan dalam aktivitas jasmani mengandung unsur keindahan gerak yang
memukau, dan dapat dinikmati. Gerakan-gerakan indah dimaksud seperti loncat indah,
senam, permainan-permainan beregu dan kegiatan lainnya yang mengandung nilai
estetika.
 sebagai katharsis;
Aktivitas jasmani menjadi wahana pengganti yang dapat memberi penyaluran
pelepasan (release) dari ketegangan dan frustasi yang ter-endap. Aktivitas olahraga
yang dilakukan akan memberi kesempatan kepada pelakunya untuk menunjukkan
“keakuan” atau sebagai media pelampiasan keteganggan (Van der Gogten; dalam De
Knop, 1996)
 sebagai self esteem
Pengalaman dalam beraktivitas olahraga memberi peluang kepada pelakunya perassan
“mampu”, “mampu melakukan”. Perasaan mampu ini makna ekspresif dari perasaan
sukses atau mandiri yang kemudian menghasilkan penilaian diri yang positif yang
diungkapkan dalam istilah self esteem atau self concept (Sachs, 1984 dalam De Knop.
1996)
 sebagai pengalaman asketik.
Gejala asketikisme biasanya dikaitkan dengan religi, seperti bertapa, puasa. Tujuannya
untuk memperoleh kesempurnaan batin, kesucian, atau tenaga super natural. Aktivitas
jasmani dalam prakteknya terdapat hal seperti ini, seperti kerelaan atlet menjalani
latihan yang berat atau harus melakukan diet yang ketat demi meraih prestasi yang
setinggi-tingginya.

2. Guru atau pelatih olahraga hendaknya menyadari bahwa metode paling efektif dalam
mengajarkan nilai-nilai moral adalah dengan keteladanan (percontohan). Perintah untuk
mematuhi peraturan, menghargai orang, bersikap adil (fair) yang disampaikan kepada
siswa tidak akan tersosialisasi dengan baik bila prakteknya guru atau pelatih tidak
menunjukkan prilaku yang demikian. Interaksi guru dan siswa ketika berada dalam situasi
berolahraga biasanya tidak seformal ketika berada didalam kelas, lebih bebas, terbuka,
diwarnai canda dan gurau.
Situasional dalam kegiatan aktivitas olahraga banyak memberi pelajaran berarti
terhadap sistem etika dan moral, khususnya olahraga kompetitif. Lima aspek penting yang
memunculkan nilai etika dan moral dalam kegiatan olahraga: (1) justice and aquality
(keadilan dan persamaan), (2) self -respect (penghormatan pada diri sendiri), (3) respect
for others (penghormatan pada orang lain), (4) respect for rulesand authority
(penghormatan pada peraturan dan atasan), dan (5) a sense of perspective or relative values
(kesadaran akan sudut pandang nilai atau nilai terkait)
Siswa membutuhkan citra diri positif dan harga diri untuk meraih sukses. Adakalanya
siswa kurang kemampuannya namun ini tidak boleh dijadikan guru sebagai alasan untuk
merendahkan atau menyinggung harga dirinya. Guru harus membantu siswa memiliki self-
respect dengan menumbuhkan kesan bahwa dirinya juga penting.
Siswa harus dibelajarkan untuk menghormati orang lain, hormat kepada teman, lawan
bertanding, guru, pelatih, atau siapa saja. Siswa dan atlet perlu belajar menghormati
peraturan dan atasan, karena tanpa sikap seperti itu masyarakat tak dapat berfungsi. Guru
harus menjadikan siswa memiliki rasa penghormatan kepada orang lain dan kepada
peraturan. Peran peraturan dalam kegiatan olahraga merupakan pedoman perilaku dalam
melakukan aktivitas berolahraga. Tujuan peraturan adalah sebagai penjamin kepada setiap
orang untuk mendapatkan keadilan dan kesempatan yang sama.
Guru pun harus mampu menjawab tantangan tentang isu diskriminasi gender, namun
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sekarang ini
memungkinkan seluruh bentuk aktivitas olahraga yang selama ini dimainkan oleh kaum
laki-laki juga dapat dimainkan oleh wanita.

Anda mungkin juga menyukai