FARMAKOLOGI
I. Sejarah Obat
FARMAKOLOGI Zaman Purba
2 SKS (1T : 1P) daun/akar tanaman →dicoba (empiris) →pengalaman →turun-
PRESENSI : 10% temurun (tradisional).
UTS : 30%
UAS : 40% Racun untuk obat
PENUGASAN : 20% strichnin & kurare (racun panah suku indian & afrika)
→relaksan otot.
Yullia Sukawaty, M. Sc., Apt. Nitrogen mustard (gas racun PD I) →sitostatika/anti kanker.
Obat nabati
. Yg digunakan : rebusan/ekstrak →khasiat berbeda (asal
tanaman, waktu panen, cara pembuatannya →kurang
memuaskan.
Farmakologi :
Isolasi zat aktif dalam tanaman farmakon (obat) ; logos (ilmu)
mis : morfin dari Papaver somniferum. Adl ilmu yg mempelajari interaksi antara obat dengan system biologik (MH/organisme).
digoksin dari Digitalis lanata.
perkembangan jaman → cabang - cabang ilmu tersendiri yg slg mendukung
vinkristin & vinblastin dari Vinea rosea.
FARMAKOGNOSI
pengetahuan & pengenalan obat yg berasal dari tanaman (mineral & hewan) & zat
Obat kimia sintetis (awal abad XX) aktifnya.
BIOFARMASI
1. aspirin meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapetiknya
FARMAKOKINETIK
2. sulfanilamid (1935) mempelajari proses biologic yg dialami oleh obat /nasib obat pd manusia sehat /
3. penisillin (1940) pasien (MH / organisme mempengaruhi obat)
nasib obat dalam tubuh : A D M E
setelah tahun 1945 ilmu kimia, fisika, & farmasi/kedokteran FARMAKODINAMIK
berkembang pesat →±500 obat baru/th →perubahan di bidang mempelajari efek yang terjadi pd manusia / respon yg terjadi terhadap pemberian
obat (obat mempengaruhi organisme)
farmakoterapi. TOKSIKOLOGI
pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh (termasuk
farmakodinamik karena efek terapetik berhubungan dg efek toksik)
FARMAKOTERAPI
mempelajari penggunaan obat untuk pencegahan dan pengobatan
penyakit/gejalanya.
1
6/15/2021
B. Bioavailabilitas (BA)
Persentase obat yg secara utuh diabsorpsi tubuh dari suatu dosis
tertentu yg diberikan & tersedia, untuk melakukan efek
terapetiknya.
2
6/15/2021
1. FARMAKOKINETIK
- MH mempengaruhi obat Cara absorpsi obat/ mekanisme transport :
- Proses yg dilakukan tubuh terhadap obat, yaitu absorpsi, 1. difusi pasif / sederhana/ non ionik
distribusi, metabolisme, ekskresi.
- Eliminasi : metabolisme & ekskresi.
ciri – ciri :
1.a. ABSORBSI
1. arah transport searah dg perbedaan kadar / gradient kadar
proses penyerapan obat dari tempat pemberian ke sirkulasi C1 > C2
darah sistemik. C1 = C2 = transport berhenti
yg dapat menembus membran obat bebas
Zat lipofil lebih mudah larut daripada zat hidrofil.
C1 & C2 = kadar obat yg dapat menembus membrane
3
6/15/2021
Lanj…
Lanj… untuk mengetahui seberapa luas obat terdistribusi dalam cairan badan
- Obat terikat protein menjadi tidak aktif karena tidak mengalami metabolisme & digunakan parameter :
ekskresi. Obat tersebut disimpan sbg :
a). Efek depot Volume Distribusi (VD) = jumlah obat dalam badan
kadar obat dalam plasma
Jika kadar obat bebas menurun, ikatan obat-protein pecah & obat bebas
terlepas kembali, shg kadar obat bebas stabil.
tetapi sulit & mahal → VD semu (perhitungan dosis berdasarkan kadar obat
b). Kumulasi
dalam darah/plasma), dapat diprediksikan seberapa banyak /jauh obat
- obat tertentu mempunyai afinitas sangat besar terhadap jaringan terdistribusi dalam badan, yaitu :
tertentu, shg ikatan obat protein akan ditimbun pada jaringan tersebut. VD ≤ 5 L (4% BB) → hanya terdistribusi dalam plasma
- hal tsb bermanfaat untuk : VD ± 15 L (10 – 20 L) → obat terdistribusi ke CES
b.1. mengobati organ yg bersangkutan VD ± 30 L / > → obat terdistribusi ke CIS
mis : glikosida digitalis dikumulasi selektif dalam otot jantung. VD ± 40 L → obat terdistribusi keseluruh tubuh
b.2. menilai / mengevaluasi ES & efek toksik VD ± 100 L / > → obat terdistribusi ke jaringan sekunder
(jaringan yg secara normal tdk berkembang tp krn >>> lemak/obesitas mjd
mis : logam (ion Ca, ion Mg, ion Fe) & tetrasiklin, dikumulasi pd
berkembang).
tulang & gigi (menjadi kuning), shg tetrasiklin tidak boleh diberikan pd
anak < 8 tahun, ibu hamil / laktasi.
Redistribusi : perpindahan obat dari tempat kerja ke darah / jaringan lain.
Obat mengalami redistribusi, efeknya menurun.
4
6/15/2021
Akibat Biotransformasi :
1.c. METABOLISME / BIOTRANSFORMASI
adl proses perubahan struktur kimia obat yg terjadi dalam tubuh 1. senyawa obat menjadi inaktif krn aktifitas metabolit << aktifitas
dan dikatalisis oleh enzim. senyawa induk (biotransformasi berperan dalam mengakhiri
kerja obat).
pada dasarnya obat merupakan senyawa asing tidak diinginkan mis : parasetamol (analgetik-antipiretik),lama-lama
tubuh ,tubuh berusaha merombak senyawa tsb menjadi metabolit dimetabolisme menjadi komponen-komponen →inaktif→tidak
berefek.
yg lebih hidrofil agar mudah diekskresikan melalui ginjal.
Obat →p.o. & rektal (sebagian) →diabsorpsi dari usus →sistem
2. senyawa obat / senyawa induk diubah menjadi senyawa lebih
pembuluh porta (vena portae) →hati →biotransformasi
polar,metabolitnya mudah larut dalam air (cairan fisiologi)
→peredaran umum →jantung →seluruh tubuh →BA turun. →mudah diekskresi melalui ginjal.
obat →sublingual, intrapulmonal, transkutan, parenteral/injeksi, &
rektal (sebagian) → peredaran umum →jantung →seluruh tubuh 3. senyawa obat diubah menjadi kurang toksik.
→penurunan BA tidak signifikan karena obat tidak mengalami
toksisitas metabolit << toksisitas senyawa induk
biotransformasi di hepar.
disebut juga “detoksikasi/detoksifikasi” (FPE hepar) = bio-
inaktivasi.
4. obat dimetabolisme ~ metabolitnya sama aktif 5. Obat →calon obat / pro drug (metabolisme) → metabolit
~ lebih aktif (bio-aktivasi) aktif (biotransformasi) → ekskresi.
~ lebih toksik
contoh: organ biotransformasi utama : hepar (FPE)
obat > aktif oleh biotransformasi
kortison & prednisone
cont : efedrin, isoprenalin, thiazinamium,nortriptilin, CPZ,
reserpin, guanetidin, β-blockers (propranolol, alprenolol,
(menjadi kortisol & prednisolon) oksprenolol, metoprolol),morfin, pentazosin, d-
fenasetin & kloralhidrat propoksifen, asetosal, parasetamol, fenilbutazon.
(menjadi parasetamol & trikloretanol)
pirimidon & levodopa
(menjadi fenobarbital & dopamine) organ biotransformasi yg lain
☺paru –paru
metabolit dg aktivitas sama ☺ginjal
CPZ = chlorpromazine ☺dinding usus (asetosal, salisilamid, lidokain)
efedrin ☺dalam darah (succinylcholine)
☺dalam jaringan (catecholamine)
senyawa-senyawa benzodiazepine
5
6/15/2021
1.d. EKSKRESI
5. Penggunaan obat lain
Adalah pengeluaran obat dari dalam tubuh dalam bentuk aktif /
metabolit.
- Induksi enzim : bila obat lipofil menstimulir pembentukan & Organ terpenting : ginjal, gangguan fungsi ginjal mk dosis dikurangi
aktifitas enzim hati/mikrosomal, maka biotransformasi & ekskresi atau interval / waktu minum obat diperpanjang.
obat lainnya dipercepat shg durasi & efeknya dipersingkat. ada beberapa cara lain :
- Con : interaksi induktor (rifampisin, griseofulvin, terbinavin, 1. kulit , bersama keringat
fenobarbital, fenitoin, karbamazepin, pirimidon) vs pil anti hamil. ex: paraldehid, bromida
Terjadi kegagalan pil KB shg kadar estrogen harian ditingkatkan 2. paru – paru, melalui pernapasan
>±50 mikrogram. ex : alkohol, paraldehid, anastetika (kloroform, halotan,
- Inhibisi enzim : obat yg dapat menghambat / menginaktifkan kerja siklopropan)
enzim hati. 3. empedu
con. Inhibitor : simetidin, clotrimazol, mikonazol, ketokonazol, -obat dikeluarkan aktif oleh hati & empedu (fenolftalein =
ekonazol, alkohol, eritromisin, jus grape fruit, flavonoid (dalam the, pencahar)
bawang putih, sayur, apel, anggur merah). - siklus entero hepatic : obat tiba di usus & empedu →absorpsi→
eksistensi obat panjang → durasi lama →induksi enzim →
metabolit polar → ekskresi.
Lanj… Lanj…
3. empedu
-obat dikeluarkan aktif oleh hati & empedu (fenolftalein = mekanisme ekskresi pada ginjal :
pencahar)
- siklus entero hepatic : obat tiba di usus & empedu →absorpsi→ 1. filtrasi glomeruli (pasif)
eksistensi obat panjang → durasi lama →induksi enzim → obat & metabolit larut dalam plasma melintasi dinding glomeruli
metabolit polar → ekskresi. secara pasif dengan ultrafiltrat.
4. ASI : penting untuk bayi → keracunan 2. transport aktif
tubuli mensekresi zat aktif tertentu (ion asam organis : penicillin,
cont : alkohol, obat tidur, nikotin/rokok, alkaloid lain vitamin C, asam salisilat, probenesid). sekresi dibantu enzim
(pH ASI < 6,7 lebih rendah pH darah 7,4). pengangkut → kompetisi
obat-obat dalam jumlah besar diekskresi melalui ASI ex : penisilin dg probenesid (obat encok) berkompetisi (enzim
cont : penisilin (sensitisasi), kloramfenikol, INH, pengangkutnya) → ekskresi antibiotic lambat → efek antibiotic
ergotamine,antikoagulan, antitiroid, karena system enzim neonatus lama/panjang.
belum sempurna.
5. usus : diresorpsi usus keluar dg tinja
cont: sulfasuksidin, neomisin, sediaan Fe
6
6/15/2021
1.e. konsentrasi Plasma 1.f. Waktu Paruh = Plasma Half Life = t½ (eliminasi)
Untuk menilai obat (baru) secara klinis, ditetapkan dosis Adalah waktu yg dibutuhkan untuk mengubah jumlah obat dalam
& skema penakaran tepat, perlu keterangan tubuh menjadi separuhnya selama eliminasi (metabolisme &
farmakokinetik, khususnya : kadar obat di tempat kerja ekskresi).
(target site) & dalam darah, perubahan kadar tersebut Kecepatan eliminasi obat & plasma t½ tergantung pd kecepatan
dalam waktu tertentu. biotransformasi & ekskresi.
Besarnya efek obat tergantung pd konsentrasinya di Fungsi organ eliminasi penting, karena pd kerusakan hati / ginjal t½
tempat kerja yg berhubungan erat dg konsentrasi plasma. dapat meningkat 20 kali.
Konsentrasi obat dalam plasma, nilainya lebih kurang Cara pemberian obat menentukan nilai t½ .
sama dg konsentrasi dalam darah, dapat diukur dg alat Plasma Half Life = t½ (eliminasi) merupakan ukuran lamanya efek
modern dg keseksamaan 0,001 mg. obat, maka t½ bersama kurva konsentrasi-waktu sebagai dasar
Kurva konsentrasi – waktu, berguna pd pemberian obat untuk menentukan regimen dosis obat & frekuensi pemberian obat
yg rasional (berapa kali sehari sekian mg).
yg dosis terapinya sempit/dosis terapi dekat dg dosis
toksis (ex : digoksin), pd fungsi ginjal / hati terganggu shg Obat dg t½ panjang (>24 jam), pemberiannya 1 dd (digoksin).
eliminasi obat diperlambat, pd kasus keracunan (ex : Obat dg t½ pendek & cepat dimetabolisme, regimennya 3 – 6 dd
barbital, salisilat). (oksitosin infus tetes kontinu).
RESEPTOR
Lanj…
3.mengganggu proses metabolisme Adalah molekul (protein) di permukaan / di dalam sitoplasma sel yg
mengenal & mengikat molekul spesifik, menghasilkan efek khusus
ex : probenesid (obat encok) menyaingi penisilin dan
pada sel.
derivatnya pada sekresi tubular → ekskresi penisilin lambat
→ efek diperpanjang.
Antibiotik mengganggu pembentukan dinding sel, sintesa Hubungan dosis & respon
protein / metabolisme DNA/RNA bakteri. - Obat + Reseptor ↔OR→efek
- ikatan obat dg reseptor →ikatn ion, hidrogen, hidrofobik,
4. kompetisi van der Walls, kovalen, atau campuran →reversibel.
untuk reseptor spesifik & enzim - semakin besar dosis obat →semakin besar efeknya pd
tubuh.
- efek maksimal (bahkan stagnan) bila semua reseptor
sudah diduduki oleh molekul obat.
7
6/15/2021
ANTAGONIS
AGONIS
Obat yg struktur kimianya mirip dg suatu hormon, yg mampu
Suatu obat yg efeknya menyerupai senyawa endogen. menduduki sebuah reseptor yg sama tapi tidak mampu
Obat yg bisa “pas” menduduki reseptor & mengaktifkan reseptor mengaktifkan reseptor tsb shg tidak menimbulkan efek
tsb shg menghasilkan efek farmakologis. farmakologis & menghalangi ikatan reseptor dg agonisnya secara
kompetitif shg kerja agonis terhambat.
Ex : salbutamol →agonis β2
Con :
petidin →agonis opioid
dopamin →agonis dopamin Beta-blockers (propranolol, metoprolol) →menghambat reseptor
beta pd saraf simpatik/adrenergik.
antihistaminika →memblokir reseptor H1
Simetidin/ranitidin(H2-antagonis) →memblokir reseptor H2 (di
lambung).
Allopurinol (enzim blockers) →merebut tempat xantin di enzim
xantinoksidase shg sintesa xantin/asam urat dihambat.
EFEK TERAPEUTIS
PLASEBO
1. Terapi Kausal : penyebab penyakit ditiadakan (pemusnahan kuman,
virus, parasit). Ex : antibiotika, fungisida, dll.
2. Terapi Simptomatis : gejala penyakit diobati & diringankan, Pengobatan dg sugesti/kepercayaan terhadap tenaga kesehatan &
penyebab yg lebih mendalam tidak dipengaruhi (mis : kerusakan obat yg diberikan.
organ / saraf). Ex : analgetika, antihipertensi.
Obat plasebo tidak mempunyai kegiatan farmakologis, hanya untuk
3. Terapi Substitusi : obat menggantikan zat lazim yg dibuaut oleh menyenangkan/menenangkan pasien yg menurut diagnosa dokter
organ tubuh yg sakit. Ex : insulin (DM), karena produksi insulin oleh
tidak ada kelainan organis atau untuk menguatkan moral pasien yg
sel β pd pankreas berkurang.
tidak dapat disembuhkan lagi.
Zat in aktif dalam plasebo : laktosa + kinin + pewarna.
Efek terapeutis obat tergantung faktor :
1. Cara & bentuk pemberian obat Efek nyata plasebo pd obat tidur, analgetik, obat asma, obat kuat.
2. Sifat fisiko kimiawi (A,D,M,E)
3. Kondisi fisiologi pasien (fungsi hati, ginjal, usus, peredaran darah)
4. Faktor individual (ras, kelamin, luas permukaan tubuh).
8
6/15/2021
5.Fotosensitisasi 8. Toleransi
sangat peka terhadap cahaya akibat penggunaan obat peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus-menerus untuk
secara local / p.o. mencapai efek yg sama.
ex : tetrasiklin & derivatnya (p.o.) a). toleransi bawaan (primer ), terdapat pada sebagian orang /
binatang
6. Efek toksik b). toleransi sekunder / perolehan = habituasi = kebiasaan
bila obat digunakan dalam dosis yg tinggi menunjukkan habituasi (menurut WHO) : suatu gejala ketergantungan psikologik
gejala toksik. bila dosis dikurangi, efek toksik berkurang. terhadap suatu obat dg ciri-ciri :
(pembahasan toksikologi) keinginan untuk selalu menggunakan obat
tak ada / sedikit kecenderungan untuk menaikkan dosis
menimbulkan beberapa ketergantungan psikis
7.Efek teratogen sesuatu efek yg merugikan (individu)
efek obat pada dosis terapetik untuk ibu dapat bila dihentikan gangguan emosi
mengakibatkan cacat pada janin. ex : merokok (nikotin)
Con : talidomid →focomelia c). toleransi silang
tetrasiklin →mengganggu pertumbuhan tulang & timbul karena obat-obat mempunyai struktur kimia serupa /
gigi. derivatnya.
ex : fenobarbital & butobarbital
9
6/15/2021
10
6/15/2021
Lanj…
C. Ekskresi 15. Kontra Indikasi
Kondisi patologis dimana obat tidak boleh digunakan.
Makanan kaya protein (daging, telur, ikan), roti, cake dapat
ex : gangguan fungsi hati (parasetamol, ketokonazol).
menurunkan pH urin (urin menjadi asam) shg mengurangi
gangguan fungsi ginjal (gentamisin).
reabsorpsi tubular obat basa lemah (mis : morfin) yg
mengakibatkan ekskresinya diperpanjang.
16. inkompatibilitas farmakologis
terjadi diluar tubuh / sebelum obat diberikan
Obat-obat yg meningkatkan kebutuhan terhadap vitamin dua obat / > dicampur dalam satu wadah / obat suntik dalam cairan infuse
tertentu : ditandai perubahan fisika kimia (yg tak terlihat)
1. pil KB, INH, penisilamin, hidralazin →meningkatkan ex : * penisilin dinonaktifkan oleh aminoglikosid
kebutuhan piridoksin / vit. B6. * gentamicin diinaktivasi oleh karbenisilin
2. salisilat & tetrasiklin →menaikkan kebutuhan vit. C * amfoterisin B mengendap dalam larutan fisiolagis (NaCl)/
larutan ringer (RL).
3. parafin (laxadin) →menurunkan absorpsi vit. Larut lemak kadangkala ada manfaatnya : heparin / antikoagulan (asam) dihambat dg
shg kebutuhannnya meningkat. pemberian protamin (basa) = antidot spesifik terhadap overdosis heparin .
11
6/15/2021
Lanj…
7. Agar obat mudah masuk dalam lubang badan, yaitu : Klasifikasi BSO berdasarkan konsistensinya
- rektum →suppositoria, enema.
- vaginal →insert/suppositoria vaginal, douche 1. BSO Padat
- mata →TM,ZM, dll. pulvis, pulveres, tablet, tab.salut (gula, film,enteric), tab.lepas
8. Mengatur pelepasan obat yg teliti, tepat, aman shg diperoleh lambat, tab. Effervescent, tab.sublingual. Tab. Bukal, tab. Kunyah,
efek yg lama & teratur (tab/kaps SR, CR, Oros). tab. Hisap, kapsul, tab. Vaginal, suppositoria, ovula, pil, implan.
9. agar obat dapat segera masuk dalam peredaran darah / jaringan
badan (injeksi i.v. ; i.m.) 2. BSO Semi Padat
10. memperoleh aksi obat yg optimal dalam saluran pernapasan salep, cream, jel, pasta, oculenta, linimenta, sabun.
(inhalasi / aerosol)
11. membuat sediaan obat yg berupa larutan, dimana obatnya larut 3. BSO Cair
dalam zat pembawa yg dinginkan. larutan, eliksir, sirup, suspensi, emulsi, obat tetes, infusa,
kolutorium, gargarisma, lotio, enema, vaginal douche, vaksin,
imunoserum, infus i.v., injeksi, inhalasi, aerosol.
Lanj…
BSO PADAT
Hal-hal yg diperhatikan pada pembuatan pulveres :
1. PULVIS (serbuk tidak terbagi) 1. Assesment resep (prinsip 6T, 1W : tepat pasien, dignosa, obat,
Campuran homogen & kering bahan obat yg dihaluskan, untuk indikasi, dosis & waspada ES).
pemakaian dalam/p.o. 2. Hitung kembali dosis obat (umur, BB, BSA)
Con : lacto-b, smecta. 3. Jika ada interaksi obat, hubungi prescriber.
4. Obat yg seharusnya tidak boleh digerus :
2. PULVERES (puyer, serbuk yg terbagi) - sediaan lepas lambat (SR, CR, Oros).
serbuk yg dibagi dalam bobot sama (300-500 mg), dibungkus - tablet salut, terutama salut enterik.
menggunakan bahan pengemas yg cocok untuk sekali minum,
- obat dg IT sempit.
digunakan untuk obat dalam / p.o.
5. Mortir & stemper untuk menggerus obat dalam (p.o) tidak boleh
Kelebihan : berupa unit dose (sekali minum), dosis untuk
untuk meracik obat luar.
bayi/anak > tepat, disolusi > cepat dibanding tab/kaps, mudah
diberikan untuk bayi/anak. 6. Jika obat yg dicampur lebih dari 2, gerus satu-persatu, obat yg
jumlahnya lebih sedikit gerus dulu.
Kekurangan : rasa obat tidak enak/pahit, dapat merangsang
mukosa mulut/sal.GI. 7. Selalu menjaga kebersihan.
3. pulvis adspersorius (serbuk tabur) : serbuk bebas dari butiran 6. tablet salut selaput ( film coated tablet )
kasar , untuk penggunaan luar (diracik = pulvis). cont : serbuk tablet disalut dg lapisan yg dibuat dg cara pengendapan zat
luka (nebacetin powder, enbatic), deodorant tabur (MBK, harum penyalut dari pelarut yg cocok. lapisan selaput umumnya tidak lebih
dari 10% berat tablet.
sari), anti gatal (herocyn, purol, caladin powder), douche powder,
tujuan : - menutupi rasa &bau yg tidak enak.
insufflation.
- melindungi zat aktif yg mudah rusak oleh udara,
lembab, cahaya.
4. TABLET (compressi)
sediaan padat, mengandung 1jenis obat/>, dg / tanpa zat 7. tablet salut enteric ( enteric coated tablet )
tambahan. = lepas tunda
tablet disalut dg zat penyalut yg relatif tidak larut dalam asam
lambung, tapi larut & hancur dalam lingkungan basa (usus halus).
5. Tablet Salut Gula ( sugar coated tablet ) = “dragee” alasan tablet dibuat salut enteric :
Tablet yg disalut dg larutan gula, untuk estetika & identifikasi zat obat rusak / inaktif oleh asam lambung
penyalut bagian luar diberi warna. obat mengiritasi mukosa lambung
tujuan : - menutupi rasa & bau yg tidak enak obat dikehendaki berefek di usus
Tujuan : menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung.
- melindungi zat aktif yg mudah rusak oleh udara, lembab,
cahaya.
12
6/15/2021
2. krim / cremores
16. IMPLAN / PELLET sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung 1 / > bahan
tablet dg d = 2 – 3 mm, bentuk kecil, silindris, steril, panjang 8 mm, obat terlarut / terdispersi dalam bahan dasar yg sesuai , digunakan
berisi obat dg kemurnian tinggi (dg atau tanpa bahan eksipien), sebagai emolien / untuk pemakain luar pd kulit.
dibuat secara pengempaan atau pencetakan, pemakaian secara
implantasi dalam jaringan tubuh (s.c / dg bantuan injektor khusus /
sayatan bedah), untuk memperoleh pelepasan obat secara 3. jelly / gel
berkesinambungan dalam jangka waktu lama, digunakan untuk salep yg lebih halus, umumnya cair, mengandung sedikit lilin / tanpa
pemberian hormon (testosteron / estradiol). lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin / dasar
Ex : Implanon salep campuran sederhana minyak & lemak dg titik lebur rendah.
13
6/15/2021
4. pasta 7. Sabun
1. sediaan berupa massa lembek , untuk pemakaian luar, digunakan Sediaan setengah padat yg diperoleh melalui reaksi saponifikasi
sebagai antiseptic / pelindung kulit, cara pakai : dioleskan lebih dulu (reaksi penyabunan alkali dg asam lemak rantai panjang).
pada kain kasa. Konsistensi sabun tergantung dari alkali yg digunakan : KOH (lunak),
2. Sediaan semi padat yg mengandung 1 / > bahan obat, untuk NaOH (keras).
pemakaian topikal (kulit luar). Perbedaan dg salep : persentase
bahan padat pd pasta > besar shg pasta > kaku dp salep.
ex : pasta Zink oksida.
BSO CAIR
5. oculenta = salep mata
salep steril untuk pengobatan mata , menggunakan dasar salep yg
1. Potio : bentuk sediaan cair yg diminum.
cocok.
2. Lotio : bentuk sediaan cair untuk pemakaian luar.
6. linimenta
sediaan yg dipakai dg dioles & digosok dg penekanan agar bahan
obat menembus kulit.
5. EMULSI
4. SUSPENSI sediaan yg mengandung bahan obat cair / larutan obat, terdispersi
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi /
sediaan yg mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus &
surfaktan yg cocok.
tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa.
Syarat suspensi :
6. OBAT TETES / GUTTAE
- zat yg terdispersi halus tidak boleh cepat mengendap. sediaan cair berupa larutan suspensi / emulsi, untuk obat dalam /
- suspensi tidak boleh terlalu kental, shg mudah dikocok, luar, digunakan dg cara meneteskan menggunakan penetes yg
endapan cepat terdispersi kembali & mudah dituang. menghasilkan tetesan setara dg tetesan yg dihasilkan penetes baku
- mengandung suspending agent sbg stabilisator. yg disebutkan FI.
Suspensi digunakan sbg :
7. GUTTAE (tanpa penjelasan lanjut), untuk obat dalam, digunakan dg
- suspensi oral, con : amoxicilin dry sirup. cara meneteskan obat ke dalam makanan / minuman.
- suspensi tetes telinga (bagian luar).
- suspensi steril untuk injeksi, con : suspensi kortison asetat 8. GUTTAE ORIS / TTS MULUT
steril, ampisilin steril untuk suspensi. obat tetes untuk mulut dg cara mengencerkan lebih dulu dg air,
untuk dikumur-kumur, bukan untuk ditelan.
14
6/15/2021
Sediaan steril (mnrt F.I.), untuk parenteral dapat berupa : 23. INHALASI
1. Larutan / emulsi yg dapat langsung diinjeksikan. sediaan obat / larutan / suspensi terdiri dari 1 / > bahan obat yg
diberikan melalui saluran nafas hidung (mulut), disedot dg
Con : injeksi aminofilin. memakai alat semprot mekanik, untuk memperoleh efek lokal /
2. Serbuk steril / cairan pekat yg tidak mengandung dapar, sistemik. Sediaan obat biasanya dalam bentuk butiran kabut yg
sangat halus & seragam shg dapat mencapai bronkioli. Ex : ventolin
pengencer / bahan tambahan lain shg harus diencerkan dulu dg nebules
pelarut yg sesuai persyaratan injeksi. 24. AEROSOL
Con : ampicillin Na- steril. sediaan yg mengandung 1 / > zat berkhasiat dalam wadah
3. Sediaan spt.no.2. mengandung 1 / > dapar, pengencer & bahan bertekanan, berisi propelan / campuran yg cukup untuk
memancarkan isinya hingga habis, dapat untuk obat luar / untuk
tambahan lain shg dapat langsung digunakan. obat dalam. jika untuk obat dalam / inhalasi aerosol dilengkapi dg
con : siklofosfamid untuk injeksi. pengatur dosis.
4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yg sesuai, ex : kenalog spray (untuk obat luar, anti-inflamasi topikal).
tidak disuntikkan i.v. atau ke dalam saluran spinal. 25. Bentuk sediaan lainnya : PLESTER
bahan yg digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yg
ex : suspensi kortison asetat steril. dapat melekat pd kulit & menempel pd pembalut. Tujuan :
5. Sediaan serbuk steril yg harus disuspensikan lebih dulu dg bahan melindungi & menyangga / memberikan daya perekat & daya
pembawa yg sesuai untuk injeksi. maserasi & memberikan pengobatan jika melekat pd kulit.
ex : plester estraderm TTS 50.
con : ampicillin steril untuk suspensi. TTS = transdermal terapeutic system
15
6/15/2021
Lanj…
RUTE / CARA
2. b. obat tidak diabsorpsi oleh usus (mis : streptomisin) →
PEMBERIAN OBAT parenteral (injeksi i.m.).
Pemilihan rute / cara pemberian obat tergantung pada :
3. Kondisi pasien & penyakit
1. Tujuan terapi / efek yg diinginkan - pasien tidak sadar/tidak kooperatif →parenteral / rektal.
a. efek lokal : topikal, intravaginal, rektal, intranasal, - pasien kondisi gawat →parenteral (i.v.).
intraokuler, inhalasi / intrapulmonal. - pasien sulit / tidak mampu menelan →hindari p.o.
b. efek sistemik : oral, sublingual, bukal, parenteral, implantasi - penyakit kronis yg memerlukan efek obat cepat →sublingual
s.c., rektal. pd serangan angina.
2. Sifat obat Ctt : pemilihan BSO & rute / cara pemberian sebaiknya didiskusikan dg
a. obat merangsang mukosa mulut / mudah rusak oleh asam pasien/keluarganya shg dapat meningkatkan compliance /
lambung / obat menjadi inaktif oleh asam lambung & sal. G.I. ketaatan pasien. Dg demikian tujuan terapi dapat dicapai.
→sublingual (ISDN), parenteral (inj. Insulin), rektal (aminofilin
rektal).
Lanj..
Klasifikasi Rute / Cara Pemberian Obat Berdasarkan Tujuan
Kerugian pemberian p.o. :
Terapi / Efek Yg Diinginkan
- absorpsi obat tidak teratur & tidak maksimal. mis :
I. EFEK SISTEMIK tetrasiklin & digoksin ±80%.
A. ORAL
- setelah diabsorpsi, obat melalui hati & mengalami FPE shg
Disebut juga cara interal (intran = usus, melibatkan usus).
BA rendah.
Tempat pemberian : mulut
Tempat absorpsi : mukosa usus (duodenum) - tidak efektif untuk pasien : muntah, diare, tidak sadar, tidak
Keuntungan pemberian oral : kooperatif / gila.
mudah dilakukan oleh pasien sendiri - obat dapat merangsang mukosa mulut (mis : aminofilin),
relative aman & murah dpt diberikan d.c.
aman, jika toksis obat dapat : - obat dapat diuraikan oleh asam lambung shg inaktif (mis :
dimuntahkan langsung benzilpenisilin, insulin, oksitosin, hormon steroid).
digunakan emetic / carbo adsorben
murah
pasien dapat melakukan sendiri
tanpa alat khusus
Efektif / praktis
B. SUBLINGUAL
16
6/15/2021
D. PARENTERAL
Artinya pemberian obat yg tidak melibatkan usus/sal. GI. keuntungan pemberian parenteral :
Tempat pemberian : selain melalui saluran GI
(melalui injeksi).
menghindari obat dirusak / menjadi inaktif dalam saluran G.I
Macam-macam cara pemberian parenteral / injeksi :
bila obat sedikit diabsorpsi dalam sal. G.I hingga obat tidak cukup untuk
Istilah rute pemberian Tempat pemberian Tempat absorpsi
meninggalkan respon
Intravena Vena Langsung masuk ke pemb. Vena
dikehendaki efek obat yg cepat, kuat, & sempurna dalam keadaan gawat
Intraarteri Arteri Langsung masuk ke pemb. Arteri
diperoleh kadar obat yg sudah ditentukan (i.v), karena sedikit sekali dosis
Intrakardiak Jantung Langsung masuk ke pemb. Jantung
obat yg berkurang
Intraspinal / intrathecal Tulang gelakang / Kapiler vena pd dinding ruang sub-
punggung arachnoid dapat diberikan pada pasien yg sulit menelan / tidak suka diberi obat
melalui oral.
Intraosseous Tulang Langsung masuk ke pemb. Tulang
Intraarticular Sendi Langsung masuk ke pemb. Sendi
Intrasinovial Area cairan sendi Langsung masuk ke pemb.cairan sendi
Intrakutan/intradermal Di dalam kulit Kapiler kecil kulit scr inbibisi
Subkutan/hipodermal Di bawah kulit Idem
intramuskular Otot Langsung masuk ke pemb. Otot
intraperitonial Rongga perut Langsung masuk ke pemb. Rongga perut
efek toksiknya sukar dinetralkan bila terjadi kesalahan pemberian obat A. Topikal / Epikutan / Transdermal
karena dikehendaki steril, sediaan injeksi lebih mahal
Tempat pemberian : permukaan kulit
pasien tidak dapat memakai sendiri, perlu bantuan tenaga ahli & peralatan
khusus (tidak ekonomis) Keuntungan : memberi efek lokal, aksinya lama
dibutuhkan cara aseptis, timbul rasa nyeri pada tempat yg sakit, sedikit diasorpsi
ada bahaya penularan hepatitis serum jika terjadi absorpsi dapat melalui :
* transeluler : menembus sel
BSO : larutan, suspensi * difusi : masuk melalui celah sel
* kelenjar minyak
BSO : ointment, krim, pasta, plester, serbuk, aerosol, lotion, sediaan
transdermal (transdermal patches, discs, solution ).
G.Rektal
D. Intra nasal
Tempat pemberian : rektum / anus
Tempat pemberian : hidung Tujuan : memperoleh efek lokal (antihemoroid)
Cara pemberian : diteteskan pd lubang hidung, efek & sistemik (asma).
lokal. BSO : larutan, ointment, suppositoria,
BSO : larutan, semprot, inhalan, salep. enema.
17
6/15/2021
H. Uretral
Keuntungan pemberian rektal : Tempat pemberian : uretra
rectum & colon menyerap banyak obat perrektal (untuk efek Cara pemberian : dimasukkan ke dalam saluran
sistemik) menghindari kerusakan obat / obat menjadi tidak aktif kencing, efek lokal.
karena pengaruh lingkungan perut & usus. BSO : larutan, suppositoria.
mudah diberikan untuk pasien muntah, sulit menelan, tidak sadar
11. Intrarespiratori
obat yg diabsorpsi melalui rectal beredar dalam darah tidak
melalui hati sehingga tidak mengalami detoksikasi / Tempat pemberian : paru-paru
biotransformasi yg mengakibatkan obat terhindar dari tidak aktif. Cara pemberian : disemprotkan dg kanister / inhalasi
gas/cairan masuk paru-paru, efek
lokal.
kerugian : BSO : aerosol
tidak menyenangkan keuntungan :
absorpsi obatnya tidak teratur dan sukar ditentukan absorpsi cepat ,terhindar dari FPE di hati, pd penyakit paru – paru (asma
bronchial),obat dapat diberikan langsung pada bronkus.
kerugian :
diperlukan alat & metoda khusus yg sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis,
obatnya mengiritasi epitel paru-paru
FARMAKOLOGI
2 SKS (1T : 1P)
PRESENSI : 10%
UTS : 30%
TERIMA KASIH UAS : 40%
PENUGASAN : 20%
FARMAKOLOGI
Isolasi zat aktif dalam tanaman
I. Sejarah Obat
mis : morfin dari Papaver somniferum.
Zaman Purba
digoksin dari Digitalis lanata.
daun/akar tanaman →dicoba (empiris) →pengalaman →turun-
temurun (tradisional). vinkristin & vinblastin dari Vinea rosea.
18
6/15/2021
Farmakologi :
farmakon (obat) ; logos (ilmu)
Obat jadi :
Adl ilmu yg mempelajari interaksi antara obat dengan system biologik (MH/organisme).
sediaan / paduan bahan yg siap digunakan untuk
perkembangan jaman → cabang - cabang ilmu tersendiri yg slg mendukung
mempengaruhi / menyelidiki sistem fisiologi / keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosa, pencegahan,
FARMAKOGNOSI
pengetahuan & pengenalan obat yg berasal dari tanaman (mineral & hewan) & zat penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan &
aktifnya.
BIOFARMASI kontrasepsi.
meneliti pengaruh formulasi obat terhadap efek terapetiknya
FARMAKOKINETIK (Permenkes no.917/menkes/per/X/tentang wajib daftar obat
mempelajari proses biologic yg dialami oleh obat /nasib obat pd manusia sehat /
pasien (MH / organisme mempengaruhi obat)
jadi).
nasib obat dalam tubuh : A D M E
FARMAKODINAMIK
mempelajari efek yang terjadi pd manusia / respon yg terjadi terhadap pemberian
obat (obat mempengaruhi organisme)
TOKSIKOLOGI
pengetahuan tentang efek racun dari obat terhadap tubuh (termasuk
farmakodinamik karena efek terapetik berhubungan dg efek toksik)
FARMAKOTERAPI
mempelajari penggunaan obat untuk pencegahan dan pengobatan
penyakit/gejalanya.
Obat Generik : obat dengan nama resmi yg ditetapkan dalam Farmakope Penggolongan obat
Indonesia atau INN ( International Non-Proprietary Name ) untuk zat berkhasiat I. Obat Bebas (OB)
yang dikandungnya.
- obat dijual bebas di pasaran
- dapat dibeli tanpa resep dokter
Obat Patent/Spesialite : obat jadi dengan nama dagang yg terdaftar atas nama si
pembuat atau yg dikuasakannya & dijual dg bungkus asli dari pabrik yg
- pada kemasan & etiket OB ditandai dengan lingkaran hijau
bergaris tepi hitam.
memproduksinya.
- con: parasetamol tab/sir, contrexyn tab, adelisyn drop, dll.
WHO → daftar obat dg nama resmi → official/generic name
II. Obat Bebas Terbatas (OBT)
Cont:
- obat yg sebenarnya termasuk dalam obat keras daftar “W”
Nama kimia Nama generik Nama patent (“Waarschuwing” = peringatan).
Asam asetil salisilat Asetosal Aspilets (medifarma) - diperuntukkan bagi jenis penyakit yg pengobatannya dianggap
Aspirin (bayer)
telah dapat ditetapkan sendiri oleh rakyat & tidak begitu
membahayakan (bila mengikuti aturan pakainya), dijual
dipasaran/dibeli tanpa resep dokter, harus diserahkan dalam
Asetaminofen parasetamol Sanmol (sanbe) bungkusan aslinya (mencegah pemalsuan/penukaran), dg
Pamol (interbat) tanda peringatan.
- pada kemasan OBT tertera lingkaran biru bergaris tepi hitam.
- con : intunal F, CTM, Neozep F, dll.
III. Obat Keras & Psikotropika Psikotropika (UU RI no.5 th. 1997)
- Adalah zat/obat baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik, yg
Obat Keras (Daftar G = “Gevaarlijk”) berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yg menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental &
- Obat yg hanya boleh dibeli di apotek dg resep perilaku.
dokter
- Dapat diulang tanpa resep baru jika prescriber Cont. psikotropika :
mencantumkan “iter” pada resep asli. Gol. I (26 zat), a.l. : Lisergida (LSD)
- Pada kemasan obat keras tertera huruf K dalam Gol. II (14 zat), a.l. : Amfetamin (Benzedrine)
lingkaran merah dengan garis tepi hitam. Gol.III (9 zat), a.l. : Flunitrazepam (Rohypnol)
- Con : antibiotika, hormon, obat suntik (semua). Gol. IV (60 zat), a.l. : Alprazolam (Xanax), Bromazepam
(Lexotan), Diazepam (Valisanbe,
Valium), Fenobarbital (Luminal),
Klobazam (Frisium), dll.
19
6/15/2021
B. Bioavailabilitas (BA)
Persentase obat yg secara utuh diabsorpsi tubuh dari suatu dosis
tertentu yg diberikan & tersedia, untuk melakukan efek
terapetiknya.
Lanj…
Cara absorpsi obat/ mekanisme transport : 3. kecepatan penetrasi / difusi untuk elektrolit lemah dipengaruhi
1. difusi pasif / sederhana/ non ionik oleh pH lingkungan.
HA→H(+) + A(-) HA : elektrolit lemah
α<1 α : derajat ionisasi
20
6/15/2021
Lanj…
1.b. DISTRIBUSI
3. sifat fisiko kimiawi obat Adalah penyebaran obat secara merata ke seluruh jaringan
Pemberian obat p.o. diabsorpsi dari saluran lambung usus dg tubuh melalui peredaran darah menuju ke tempat kerjanya
fenomena sbb: dalam sel (CIS).
1. molekul utuh/tak terionisasi (lipofil) → mudah diabsorpsi
daripada ion hidrofil.
2. Lambung (pH = 2 / asam kuat) Proses distribusi dipengaruhi oleh faktor :
a. Obat asam lemah (asetosal, barbiturat), sedikit terionisasi → absorpsi 1. Sifat fisika kimiawi
baik.
b. Obat basa lemah (amfetamin, alkaloid), banyak terionisasi → absorpsi - makin lipofil, makin mudah menembus membran sel shg cepat
sedikit. terdistribusi ke CIS.
3. Usus halus (pH = 6,6 – 7,6) = kebalikannya
- hati-hati pd wanita hamil trimester 2 & 3 karena potensial
a. Obat basa lemah → absorpsi baik.
b. Obat asam kuat/basa kuat → mudah terionisasi → absorpsi lambat. menembus plasenta.
c. Zat lipofil mudah larut dalam cairan usus lebih mudah diabsorpsi - obat lipofob terdistribusi hanya pd CES.
daripada zat sukar larut → perbedaan konsentrasi di ke-2 sisi
membran tinggi. - con. Obat lipofil : sulfonamid, levodopa (dapat menembus
CCS), streptomisin.
21
6/15/2021
tetapi sulit & mahal → VD semu (perhitungan dosis berdasarkan kadar obat pada dasarnya obat merupakan senyawa asing tidak diinginkan
dalam darah/plasma), dapat diprediksikan seberapa banyak /jauh obat
terdistribusi dalam badan, yaitu :
tubuh ,tubuh berusaha merombak senyawa tsb menjadi metabolit
VD ≤ 5 L (4% BB) → hanya terdistribusi dalam plasma yg lebih hidrofil agar mudah diekskresikan melalui ginjal.
VD ± 15 L (10 – 20 L) → obat terdistribusi ke CES Obat →p.o. & rektal (sebagian) →diabsorpsi dari usus →sistem
VD ± 30 L / > → obat terdistribusi ke CIS pembuluh porta (vena portae) →hati →biotransformasi
VD ± 40 L → obat terdistribusi keseluruh tubuh →peredaran umum →jantung →seluruh tubuh →BA turun.
VD ± 100 L / > → obat terdistribusi ke jaringan sekunder
(jaringan yg secara normal tdk berkembang tp krn >>> lemak/obesitas mjd obat →sublingual, intrapulmonal, transkutan, parenteral/injeksi, &
berkembang). rektal (sebagian) → peredaran umum →jantung →seluruh tubuh
→penurunan BA tidak signifikan karena obat tidak mengalami
Redistribusi : perpindahan obat dari tempat kerja ke darah / jaringan lain. biotransformasi di hepar.
Obat mengalami redistribusi, efeknya menurun.
22
6/15/2021
5. Obat →calon obat / pro drug (metabolisme) → metabolit Jalur reaksi biotransformasi
aktif (biotransformasi) → ekskresi.
1. Reaksi fase I / perombakan
organ biotransformasi utama : hepar (FPE) - reaksi oksidasi dg enzim oksidatif cytokrom P450 di hati.
cont : efedrin, isoprenalin, thiazinamium,nortriptilin, CPZ, - reaksi reduksi.
reserpin, guanetidin, β-blockers (propranolol, alprenolol, - reaksi hidrolisa
oksprenolol, metoprolol),morfin, pentazosin, d- - metabolit menjadi lebih polar/hidrofil, in aktif, aktif,
propoksifen, asetosal, parasetamol, fenilbutazon. kurang aktif.
2. Reaksi fase II / penggabungan / konjugasi
organ biotransformasi yg lain - konjugasi molekul obat / metabolit fase I dg molekul
☺paru –paru endogen.
☺ginjal - reaksi asetilasi dg asam asetat
☺dinding usus (asetosal, salisilamid, lidokain) - reaksi sulfatasi dg asam sulfat
☺dalam darah (succinylcholine) - reaksi glukuronidasi dg asam glukuronat
☺dalam jaringan (catecholamine) - metilasi dg gugus metil asam amino / metionin
- metabolit lebih polar / hidrofil, in aktif (kecuali pro drug).
3. Usia
Faktor yg mempengaruhi kecepatan biotransformasi - Bayi baru lahir (neonati), semua enzim hati belum terbentuk
sempurna → biotransformasi lebih lambat (terutama
1. Konsentrasi obat pembentukan glukuronida).
• Kecepatan biotransformasi bertambah bila konsentrasi obat adapula obat yg metabolismenya > cepat pada anak daripada
meningkat. orang dewasa, shg dosisnya dinaikkan seperlunya berdasarkan
• Jika konsentrasi obat berada pd titik tertinggi maka semua ukuran kadar plasma.
molekul enzim yg mengkatalisis biotransformasi ditempati terus- cont: fenitoin (antiepileptic), fenobarbital,karbamazepin,
menerus oleh molekul obat sehingga kecepatan biotransformasi
menjadi konstan. valproat, etosuksimid.
lansia / geriatric
2. Fungsi hati kemunduran pada banyak proses fisiologi (fungsi ginjal, filtrasi
• Gangguan fungsi hati, biotransformasi dapat menjadi lebih cepat glomeruli, jumlah total air tubuh & albumin serum <<<, enzim
/ lebih lambat sehingga efek obat lebih lemah / lebih kuat dari yg hepatic <<<) shg menyebabkan terhambatnya biotransformasi
diharapkan. shg berefek kumulasi & keracunan.
cont: digoxin, propranolol, fenilbutazon , kecuali fenitoin yg
dimetabolisme lebih cepat shg efeknya singkat.
4. variasi genetic
5. Penggunaan obat lain
1. asetilasi (fs. II , reaksi pembentukan amida)
- INH - prokainamid - Induksi enzim : bila obat lipofil menstimulir pembentukan &
- sulfonamide - dapson aktifitas enzim hati/mikrosomal, maka biotransformasi & ekskresi
2. oksidasi (hidroxilasi) (fs. I) obat lainnya dipercepat shg durasi & efeknya dipersingkat.
- debrisoquin / debrisokina - Con : interaksi induktor (rifampisin, griseofulvin, terbinavin,
fenobarbital, fenitoin, karbamazepin, pirimidon) vs pil anti hamil.
asetilator : - cepat : orang kulit putih (Eskimo, jepang) Terjadi kegagalan pil KB shg kadar estrogen harian ditingkatkan
- lambat : orang kulit hitam >±50 mikrogram.
cont : - Inhibisi enzim : obat yg dapat menghambat / menginaktifkan kerja
pemberian INH / isoniazid enzim hati.
toksisitas obat / INH pada fenotipe asetilator : con. Inhibitor : simetidin, clotrimazol, mikonazol, ketokonazol,
INH → neuropati perifer → asetilator lambat ekonazol, alkohol, eritromisin, jus grape fruit, flavonoid (dalam the,
INH → kerusakan hepar → asetilator cepat bawang putih, sayur, apel, anggur merah).
23
6/15/2021
mekanisme ekskresi pada ginjal : Untuk menilai obat (baru) secara klinis, ditetapkan dosis
& skema penakaran tepat, perlu keterangan
1. filtrasi glomeruli (pasif) farmakokinetik, khususnya : kadar obat di tempat kerja
obat & metabolit larut dalam plasma melintasi dinding glomeruli (target site) & dalam darah, perubahan kadar tersebut
secara pasif dengan ultrafiltrat. dalam waktu tertentu.
2. transport aktif Besarnya efek obat tergantung pd konsentrasinya di
tubuli mensekresi zat aktif tertentu (ion asam organis : penicillin,
tempat kerja yg berhubungan erat dg konsentrasi plasma.
vitamin C, asam salisilat, probenesid). sekresi dibantu enzim Konsentrasi obat dalam plasma, nilainya lebih kurang
pengangkut → kompetisi sama dg konsentrasi dalam darah, dapat diukur dg alat
ex : penisilin dg probenesid (obat encok) berkompetisi (enzim modern dg keseksamaan 0,001 mg.
pengangkutnya) → ekskresi antibiotic lambat → efek antibiotic Kurva konsentrasi – waktu, berguna pd pemberian obat
lama/panjang. yg dosis terapinya sempit/dosis terapi dekat dg dosis
toksis (ex : digoksin), pd fungsi ginjal / hati terganggu shg
eliminasi obat diperlambat, pd kasus keracunan (ex :
barbital, salisilat).
24
6/15/2021
RESEPTOR
AGONIS
Adalah molekul (protein) di permukaan / di dalam sitoplasma sel yg
mengenal & mengikat molekul spesifik, menghasilkan efek khusus
pada sel. Suatu obat yg efeknya menyerupai senyawa endogen.
Obat yg bisa “pas” menduduki reseptor & mengaktifkan reseptor
tsb shg menghasilkan efek farmakologis.
Hubungan dosis & respon
Ex : salbutamol →agonis β2
- Obat + Reseptor ↔OR→efek
petidin →agonis opioid
- ikatan obat dg reseptor →ikatn ion, hidrogen, hidrofobik, dopamin →agonis dopamin
van der Walls, kovalen, atau campuran →reversibel.
- semakin besar dosis obat →semakin besar efeknya pd
tubuh.
- efek maksimal (bahkan stagnan) bila semua reseptor
sudah diduduki oleh molekul obat.
Obat yg struktur kimianya mirip dg suatu hormon, yg mampu 1. Terapi Kausal : penyebab penyakit ditiadakan (pemusnahan kuman,
menduduki sebuah reseptor yg sama tapi tidak mampu virus, parasit). Ex : antibiotika, fungisida, dll.
mengaktifkan reseptor tsb shg tidak menimbulkan efek 2. Terapi Simptomatis : gejala penyakit diobati & diringankan,
farmakologis & menghalangi ikatan reseptor dg agonisnya secara penyebab yg lebih mendalam tidak dipengaruhi (mis : kerusakan
organ / saraf). Ex : analgetika, antihipertensi.
kompetitif shg kerja agonis terhambat.
3. Terapi Substitusi : obat menggantikan zat lazim yg dibuaut oleh
Con : organ tubuh yg sakit. Ex : insulin (DM), karena produksi insulin oleh
Beta-blockers (propranolol, metoprolol) →menghambat reseptor sel β pd pankreas berkurang.
beta pd saraf simpatik/adrenergik.
antihistaminika →memblokir reseptor H1 Efek terapeutis obat tergantung faktor :
Simetidin/ranitidin(H2-antagonis) →memblokir reseptor H2 (di 1. Cara & bentuk pemberian obat
lambung). 2. Sifat fisiko kimiawi (A,D,M,E)
Allopurinol (enzim blockers) →merebut tempat xantin di enzim 3. Kondisi fisiologi pasien (fungsi hati, ginjal, usus, peredaran darah)
xantinoksidase shg sintesa xantin/asam urat dihambat. 4. Faktor individual (ras, kelamin, luas permukaan tubuh).
25
6/15/2021
5.Fotosensitisasi
4. ALERGI sangat peka terhadap cahaya akibat penggunaan obat
secara local / p.o.
Reaksi khusus antara antigen dari obat dg antibodi tubuh. ex : tetrasiklin & derivatnya (p.o.)
Umumnya timbul pada dosis sangat kecil & tidak dapat dikurangi dg
menurunkan dosis. 6. Efek toksik
Contoh zat alergen : penisillin topikal, makromolekul (protein bila obat digunakan dalam dosis yg tinggi menunjukkan
asing), heparin, vaksin, anestesi lokal (prokain), obat dg struktur gejala toksik. bila dosis dikurangi, efek toksik berkurang.
kimia sama dapat terjadi alergi silang, mis : derv. Penisilin & derv.
(pembahasan toksikologi)
Sefalosporin.
Gejala alergi : urtikaria & rash (kulit), 7.Efek teratogen
hebat : -demam, serangan asma, shock anafilaktik. efek obat pada dosis terapetik untuk ibu dapat
mengakibatkan cacat pada janin.
-steven johnson syndrome (erythema bernanah ganas,
demam, fotosensibilisasi, mortalitas tinggi).
Con : talidomid →focomelia
tetrasiklin →mengganggu pertumbuhan tulang &
-anemia aplastis (kloramfenikol).
gigi.
26
6/15/2021
8. Toleransi 9. Adiksi
peristiwa dimana dosis obat harus dinaikkan terus-menerus untuk pemberian obat yg menyebabkan toleransi,jika dihentikan
mencapai efek yg sama. mendadak menimbulkan sindrom gejala putus obat (withdrawal
syndrome)
a). toleransi bawaan (primer ), terdapat pada sebagian orang /
binatang
menurut WHO
b). toleransi sekunder / perolehan = habituasi = kebiasaan
habituasi (menurut WHO) : suatu gejala ketergantungan psikologik ketergantungan rohaniah & jasmaniah terhadap suatu obat,
terhadap suatu obat dg ciri-ciri : ciri-ciri :
keinginan untuk selalu menggunakan obat adanya dorongan untuk selalu menggunakan obat tsb
tak ada / sedikit kecenderungan untuk menaikkan dosis adanya kecenderungan kenaikan dosis
menimbulkan beberapa ketergantungan psikis timbul ketergantungan rohaniah & diikuti ketergantungan
sesuatu efek yg merugikan (individu) badaniah
bila dihentikan gangguan emosi menimbulkan kerugian terhadap masyarakat / individu sendiri
ex : merokok (nikotin) penghentian penggunaan obat tsb menimbulkan efek hebat secara
c). toleransi silang jasmani & rohani (abstinensi)
timbul karena obat-obat mempunyai struktur kimia serupa / ex : abuse narkotika (morfin, kokain, ganja)
derivatnya.
ex : fenobarbital & butobarbital
13.3.Sinergisme
13.1.a. Antagonisme kompetitif reversibel
Kerja sama antara 2 obat yg menghasilkan efek sbb :
Persaingan reversibel antara 2 obat untuk menduduki 13.3.a. adisi (sumasi / penambahan)
reseptor yg sama. ex : asetosal & parasetamol ; trisulfa (sulfadiazine, sulfamerazin,
Ex : morfin, metadon vs nalokson, nalorfin pd reseptor sulfametazin)
opioid. campuran obat / obat yg diberikan bersama menimbulkan efek yg
merupakan jumlah dari efek @ obat secara terpisah pada px.
13.2.b. Antagonisme kompetitif ireversibel
13.3.b. Potensiasi (peningkatan potensi)
Persaingan ireversibel antara beberapa logam berat (Cu,
Hg, Pb, Zn) pada molekul obat yg sama. Kombinasi ke-2 obat saling memperkuat shg menghasilkan efek yg
Ex : zat chelasi (penisilamin / dimetilsistein) berikatan dg melebihi jumlah obat a + obat b.
logam berat pd keracunan logam berat. Ex : - estrogen + progesteron (kombinasi dg efek sama).
- kotrimoksazol (sulfametoksazol & trimetoprim)
- tiamin/piridoksin dg NSAIDs (kombinasi dg efek beda).
27
6/15/2021
Lanj… Lanj…
B. Biotransformasi C. Ekskresi
Makanan kaya protein (daging, telur, ikan), roti, cake dapat
Makanan menghalangi biotransformasi obat shg kadar obat dalam menurunkan pH urin (urin menjadi asam) shg mengurangi
plasma meningkat, mengakibatkan efek toksik. reabsorpsi tubular obat basa lemah (mis : morfin) yg
Ex.1: antidepresiva MAO inhibitors (fenelzin, moclobemida) vs mengakibatkan ekskresinya diperpanjang.
makanan banyak mengandung amin / tiramin (keju, avokad, anggur,
bir, produk ragi, hati ayam, coklat), menyebabkan senyawa amin Obat-obat yg meningkatkan kebutuhan terhadap vitamin
dalam makanan tidak bisa diuraikan lagi oleh monoaminoksidase tertentu :
karena sudah dihambat oleh MAO inhibitors shg kadar amin dalam 1. pil KB, INH, penisilamin, hidralazin →meningkatkan
plasma meningkat & akibatnya terjadi hipertensi hebat. kebutuhan piridoksin / vit. B6.
Ex.2. : antagonis Ca (amlodipin, nifedipin) vs grapefruit juice , 2. salisilat & tetrasiklin →menaikkan kebutuhan vit. C
minuman tsb menghambat enzim sitokrom P450 pd dinding usus 3. parafin (laxadin) →menurunkan absorpsi vit. Larut lemak
shg BA antagonis Ca meningkat & menyebabkan hipotensi hebat, shg kebutuhannnya meningkat.
takikardi, dll.
28
6/15/2021
Lanj…
Fungsi BSO dari sisi biofarmasetika
7. Agar obat mudah masuk dalam lubang badan, yaitu :
1. Melindungi agar zat aktif tidak rusak oleh udara,
- rektum →suppositoria, enema.
kelembaban/cahaya →tablet salut.
- vaginal →insert/suppositoria vaginal, douche
2. Melindungi zat aktif tidak dirusak asam lambung jk digunakan
per oral →tablet salut enterik, tab.sub lingual, tab.buccal. - mata →TM,ZM, dll.
3. Menutupi / menghilangkan rasa pahit, rasa & bau yg tidak enak 8. Mengatur pelepasan obat yg teliti, tepat, aman shg diperoleh
dari obat →kapsul, tablet salut, sirup. efek yg lama & teratur (tab/kaps SR, CR, Oros).
4. membuat serbuk yg tidak larut / tdk stabil dalam larutan dibuat 9. agar obat dapat segera masuk dalam peredaran darah / jaringan
serbuk yg tidak larut & terdispersi dalam air (suspensi). badan (injeksi i.v. ; i.m.)
5. mencampur cairan seperti minyak agar terdispersi dalam larutan 10. memperoleh aksi obat yg optimal dalam saluran pernapasan
air menjadi emulsi, melindungi rasa & bau tak enak dari minyak (inhalasi / aerosol)
(emulsi minyak ikan). 11. membuat sediaan obat yg berupa larutan, dimana obatnya larut
6. Memudahkan penggunaan obat untuk pengobatan setempat dalam zat pembawa yg dinginkan.
shg diperoleh efek maksimal di tempat yg diobati →TM/ZM, TT,
tetes hidung, salep/cream untuk kulit.
29
6/15/2021
30
6/15/2021
14. KAPSUL
Adalah sediaan padat yg terdiri dari obat dalam cangkang 17. SUPPOSITORIA
keras/lunak yg dapat melarut. Bentuk sediaan padat yg digunakan dg cara dimasukkan melalui
Cangkang kapsul dibuat dari gelatin dg/tanpa zat tambahan lain. lubang / celah pd tubuh (rektum, vagina, saluran urin), umumnya
berbentuk terpedo, dapat melarut, melunak / meleleh pd suhu
Kapsul cangkang keras diisi : serbuk, butiran/granul, bahan semi tubuh, memberikan efek lokal / sistemik.
padat/cairan, kapsul, tablet kecil.
Kapsul cangkang lunak diisi : cairan, suspensi, pasta.
16. IMPLAN / PELLET
15. PIL / PILLULAE tablet dg d = 2 – 3 mm, bentuk kecil, silindris, steril, panjang 8 mm,
Sediaan padat berupa massa bulat, mengandung satu / > bahan berisi obat dg kemurnian tinggi (dg atau tanpa bahan eksipien),
dibuat secara pengempaan atau pencetakan, pemakaian secara
obat, untuk pemakaian oral, berat ≤ 60 mg (granul), implantasi dalam jaringan tubuh (s.c / dg bantuan injektor khusus /
≥ 300 mg (boli). sayatan bedah), untuk memperoleh pelepasan obat secara
berkesinambungan dalam jangka waktu lama, digunakan untuk
pemberian hormon (testosteron / estradiol).
16. OVULA Ex : Implanon
sediaan padat yg digunakan melalui vagina , umumnya berbentuk
telur , dapat melarut, melunak / meleleh pada suhu tubuh. Ex :
Vagistin ovula.
4. pasta
BSO SEMI PADAT
1. sediaan berupa massa lembek , untuk pemakaian luar, digunakan
1. salep / unguenta sebagai antiseptic / pelindung kulit, cara pakai : dioleskan lebih dulu
sediaan setengah padat yg mudah dioleskan & digunakan sebagai pada kain kasa.
obat luar, untuk pemakain topikal pd kulit / selaput lendir). 2. Sediaan semi padat yg mengandung 1 / > bahan obat, untuk
pemakaian topikal (kulit luar). Perbedaan dg salep : persentase
2. krim / cremores bahan padat pd pasta > besar shg pasta > kaku dp salep.
sediaan setengah padat, berupa emulsi, mengandung 1 / > bahan ex : pasta Zink oksida.
obat terlarut / terdispersi dalam bahan dasar yg sesuai , digunakan
sebagai emolien / untuk pemakain luar pd kulit.
5. oculenta = salep mata
3. jelly / gel salep steril untuk pengobatan mata , menggunakan dasar salep yg
salep yg lebih halus, umumnya cair, mengandung sedikit lilin / tanpa cocok.
lilin, digunakan pada membran mukosa, sebagai pelicin / dasar
salep campuran sederhana minyak & lemak dg titik lebur rendah. 6. linimenta
sediaan yg dipakai dg dioles & digosok dg penekanan agar bahan
obat menembus kulit.
31
6/15/2021
7. GUTTAE (tanpa penjelasan lanjut), untuk obat dalam, digunakan dg 12. INFUSA
cara meneteskan obat ke dalam makanan / minuman. sediaan cair yg dibuat dg cara menyari/mengekstraksi simplisia
nabati dg air pada T=90 °C selama 15 menit.
8. GUTTAE ORIS / TTS MULUT
obat tetes untuk mulut dg cara mengencerkan lebih dulu dg air, 13. KOLUTORIUM / obat cuci mulut
untuk dikumur-kumur, bukan untuk ditelan. larutan pekat dalam air yg mengandung bahan deodorant,
antiseptic, analgetik local / astringen.
32
6/15/2021
19. VAKSIN Sediaan steril (mnrt F.I.), untuk parenteral dapat berupa :
sediaan mengandung antigen dapat berupa kuman mati, kuman 1. Larutan / emulsi yg dapat langsung diinjeksikan.
inaktif / kuman hidup yg dilumpuhkan virulensinya tanpa merusak
potensi antigennya, untuk kekebalan aktif & khas terhadap infeksi Con : injeksi aminofilin.
kuman / toksinnya. 2. Serbuk steril / cairan pekat yg tidak mengandung dapar,
pengencer / bahan tambahan lain shg harus diencerkan dulu dg
20. IMUNOSERUM pelarut yg sesuai persyaratan injeksi.
sediaan cair / kering beku,mengandung immunoglobulin khas dari
pemurnian serum hewan yg telah dikebalkan, khasiat : menetralkan Con : ampicillin Na- steril.
toksin kuman / bisa ular / mengikat kuman / virus / antigen lain yg 3. Sediaan spt.no.2. mengandung 1 / > dapar, pengencer & bahan
sama dg yg digunakan pada pembuatannya. tambahan lain shg dapat langsung digunakan.
con : siklofosfamid untuk injeksi.
21. WATER FOR INJECTION
air yg disuling 2x, untuk melarutkan sediaan injeksi yg berupa 4. Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yg sesuai,
serbuk. tidak disuntikkan i.v. atau ke dalam saluran spinal.
ex : suspensi kortison asetat steril.
22. INJEKSI 5. Sediaan serbuk steril yg harus disuspensikan lebih dulu dg bahan
Sediaan steril yg disuntikkan dg cara merobek jaringan ke dalam pembawa yg sesuai untuk injeksi.
kulit / melalui selaput lendir.
con : ampicillin steril untuk suspensi.
23. INHALASI
sediaan obat / larutan / suspensi terdiri dari 1 / > bahan obat yg RUTE / CARA
diberikan melalui saluran nafas hidung (mulut), disedot dg
memakai alat semprot mekanik, untuk memperoleh efek lokal /
PEMBERIAN OBAT
sistemik. Sediaan obat biasanya dalam bentuk butiran kabut yg Pemilihan rute / cara pemberian obat tergantung pada :
sangat halus & seragam shg dapat mencapai bronkioli. Ex : ventolin
nebules
24. AEROSOL 1. Tujuan terapi / efek yg diinginkan
sediaan yg mengandung 1 / > zat berkhasiat dalam wadah a. efek lokal : topikal, intravaginal, rektal, intranasal,
bertekanan, berisi propelan / campuran yg cukup untuk intraokuler, inhalasi / intrapulmonal.
memancarkan isinya hingga habis, dapat untuk obat luar / untuk
obat dalam. jika untuk obat dalam / inhalasi aerosol dilengkapi dg b. efek sistemik : oral, sublingual, bukal, parenteral, implantasi
pengatur dosis. s.c., rektal.
ex : kenalog spray (untuk obat luar, anti-inflamasi topikal).
25. Bentuk sediaan lainnya : PLESTER
2. Sifat obat
bahan yg digunakan untuk pemakaian luar terbuat dari bahan yg
dapat melekat pd kulit & menempel pd pembalut. Tujuan : a. obat merangsang mukosa mulut / mudah rusak oleh asam
melindungi & menyangga / memberikan daya perekat & daya lambung / obat menjadi inaktif oleh asam lambung & sal. G.I.
maserasi & memberikan pengobatan jika melekat pd kulit. →sublingual (ISDN), parenteral (inj. Insulin), rektal (aminofilin
ex : plester estraderm TTS 50. rektal).
TTS = transdermal terapeutic system
Lanj…
Klasifikasi Rute / Cara Pemberian Obat Berdasarkan Tujuan
2. b. obat tidak diabsorpsi oleh usus (mis : streptomisin) →
Terapi / Efek Yg Diinginkan
parenteral (injeksi i.m.).
I. EFEK SISTEMIK
A. ORAL
3. Kondisi pasien & penyakit
Disebut juga cara interal (intran = usus, melibatkan usus).
- pasien tidak sadar/tidak kooperatif →parenteral / rektal. Tempat pemberian : mulut
- pasien kondisi gawat →parenteral (i.v.). Tempat absorpsi : mukosa usus (duodenum)
- pasien sulit / tidak mampu menelan →hindari p.o. Keuntungan pemberian oral :
mudah dilakukan oleh pasien sendiri
- penyakit kronis yg memerlukan efek obat cepat →sublingual
relative aman & murah
pd serangan angina.
aman, jika toksis obat dapat :
dimuntahkan langsung
Ctt : pemilihan BSO & rute / cara pemberian sebaiknya didiskusikan dg digunakan emetic / carbo adsorben
pasien/keluarganya shg dapat meningkatkan compliance / murah
ketaatan pasien. Dg demikian tujuan terapi dapat dicapai. pasien dapat melakukan sendiri
tanpa alat khusus
Efektif / praktis
33
6/15/2021
Lanj..
Kerugian pemberian p.o. : Perkecualian :
- absorpsi obat tidak teratur & tidak maksimal. mis : jika pemberian p.o. ditujukan untuk efek lokal di usus, maka obat
tetrasiklin & digoksin ±80%. tidak boleh diabsorpsi oleh pembuluh darah disepanjang saluran G.I.
- setelah diabsorpsi, obat melalui hati & mengalami FPE shg (con : obat cacing, antibiotika untuk pengobatan infeksi lambung –
BA rendah. usus / digunakan sebelum pembedahan, yakni : streptomisin,
- tidak efektif untuk pasien : muntah, diare, tidak sadar, tidak kanamisin, neomisin, beberapa sulfonamid, & zat-zat kontras
kooperatif / gila. rontgen untuk foto lambung-usus).
- obat dapat merangsang mukosa mulut (mis : aminofilin),
dpt diberikan d.c.
- obat dapat diuraikan oleh asam lambung shg inaktif (mis : BSO yg bisa diberikan oral / p.o :
benzilpenisilin, insulin, oksitosin, hormon steroid). tablet, kapsul, larutan, sirup, eliksir, suspensi, gel, serbuk.
B. SUBLINGUAL D. PARENTERAL
Tempat pemberian : obat diletakkan di bawah lidah. Artinya pemberian obat yg tidak melibatkan usus/sal. GI.
BSO : tablet, troches / lozenges Tempat pemberian : selain melalui saluran GI
(melalui injeksi).
C. BUKKAL Macam-macam cara pemberian parenteral / injeksi :
Tempat pemberian : obat diselipkan diantara gusi & pipi. Istilah rute pemberian Tempat pemberian Tempat absorpsi
BSO : tablet, troches / lozenges (tablet hisap). Intravena Vena Langsung masuk ke pemb. Vena
Intraarteri Arteri Langsung masuk ke pemb. Arteri
Keuntungan B & C : Intrakardiak Jantung Langsung masuk ke pemb. Jantung
a. efek cepat & sempurna karena obat langsung masuk ke peredaran Intraspinal / intrathecal Tulang gelakang / Kapiler vena pd dinding ruang sub-
darah besar tanpa melalui hati. punggung arachnoid
Intraosseous Tulang Langsung masuk ke pemb. Tulang
b. untuk menghindari kerusakan obat dari saluran cerna
Intraarticular Sendi Langsung masuk ke pemb. Sendi
Kerugian B & C :
Intrasinovial Area cairan sendi Langsung masuk ke pemb.cairan sendi
jika digunakan terus-menerus, kurang praktis karena merangsang
mukosa mulut. Intrakutan/intradermal Di dalam kulit Kapiler kecil kulit scr inbibisi
Subkutan/hipodermal Di bawah kulit Idem
no.B & C absorpsi obat melalui membran mukosa mulut (obat intramuskular Otot Langsung masuk ke pemb. Otot
sedikit sekali diabsorpsi melalui saluran cerna), memberi efek intraperitonial Rongga perut Langsung masuk ke pemb. Rongga perut
sistemik .
menghindari obat dirusak / menjadi inaktif dalam saluran G.I efek toksiknya sukar dinetralkan bila terjadi kesalahan pemberian obat
bila obat sedikit diabsorpsi dalam sal. G.I hingga obat tidak cukup untuk karena dikehendaki steril, sediaan injeksi lebih mahal
meninggalkan respon pasien tidak dapat memakai sendiri, perlu bantuan tenaga ahli & peralatan
dikehendaki efek obat yg cepat, kuat, & sempurna dalam keadaan gawat khusus (tidak ekonomis)
diperoleh kadar obat yg sudah ditentukan (i.v), karena sedikit sekali dosis dibutuhkan cara aseptis, timbul rasa nyeri
obat yg berkurang ada bahaya penularan hepatitis serum
dapat diberikan pada pasien yg sulit menelan / tidak suka diberi obat
melalui oral.
BSO : larutan, suspensi
34
6/15/2021
B. Konjungtival
II. EFEK LOKAL Tempat pemberian : konjungtiva / selaput mata
Cara pemberian : dioleskan pd membran mukosa mata,
efek lokal.
A. Topikal / Epikutan / Transdermal
BSO : contact lens insert, ointment.
Tempat pemberian : permukaan kulit
Keuntungan : memberi efek lokal, aksinya lama C. Intraokular
pada tempat yg sakit, sedikit diasorpsi
Tempat pemberian : mata
jika terjadi absorpsi dapat melalui : Cara pemberian : diteteskan pd membran mukosa
* transeluler : menembus sel mata, efek lokal.
* difusi : masuk melalui celah sel BSO : suspensi, larutan.
* kelenjar minyak
BSO : ointment, krim, pasta, plester, serbuk, aerosol, lotion, sediaan D. Intra nasal
transdermal (transdermal patches, discs, solution ). Tempat pemberian : hidung
Cara pemberian : diteteskan pd lubang hidung, efek
lokal.
BSO : larutan, semprot, inhalan, salep.
E. Aural / intraselulaer
Tempat pemberian : telinga Keuntungan pemberian rektal :
Cara pemberian : diteteskan pd lubang telinga, efek rectum & colon menyerap banyak obat perrektal (untuk efek
lokal. sistemik) menghindari kerusakan obat / obat menjadi tidak aktif
BSO : suspensi, larutan. karena pengaruh lingkungan perut & usus.
mudah diberikan untuk pasien muntah, sulit menelan, tidak sadar
F. Vaginal
obat yg diabsorpsi melalui rectal beredar dalam darah tidak
Tempat pemberian : vagina melalui hati sehingga tidak mengalami detoksikasi /
Cara pemberian : dimasukkan ke dalam lubang vagina, biotransformasi yg mengakibatkan obat terhindar dari tidak aktif.
efek lokal
BSO : larutan, ointment, busa emulsi, gel,
tablet, insert, suppositoria. kerugian :
tidak menyenangkan
G.Rektal absorpsi obatnya tidak teratur dan sukar ditentukan
Tempat pemberian : rektum / anus
Tujuan : memperoleh efek lokal (antihemoroid)
& sistemik (asma).
BSO : larutan, ointment, suppositoria,
enema.
H. Uretral
Tempat pemberian : uretra
Cara pemberian : dimasukkan ke dalam saluran
kencing, efek lokal.
BSO : larutan, suppositoria.
11. Intrarespiratori
Tempat pemberian : paru-paru
Cara pemberian : disemprotkan dg kanister / inhalasi TERIMA KASIH
gas/cairan masuk paru-paru, efek
lokal.
BSO : aerosol
keuntungan :
absorpsi cepat ,terhindar dari FPE di hati, pd penyakit paru – paru (asma
bronchial),obat dapat diberikan langsung pada bronkus.
kerugian :
diperlukan alat & metoda khusus yg sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis,
obatnya mengiritasi epitel paru-paru
35