Anda di halaman 1dari 114

Modul

perlindungan anak
Pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga (P2K2)
Program Keluarga Harapan (PKH)
Panduan Teknis Pelaksanaan P2K2

MODUL Perlindungan Anak.indd 1 3/20/2018 11:03:31 AM


MODUL Perlindungan Anak.indd 2 3/20/2018 11:03:32 AM
Glosarium

AIDS : Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah sekumpulan


gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem
kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV.
Akta kelahiran : Catatan otentik negara tentang nama anak, tempat dan
waktu kelahiran anak, dan nama orangtua secara lengkap
dan jelas serta status kewarganegaraan anak.
Bullying : Penindasan atau penggunaan kekerasan, ancaman
atau paksaan untuk mengintimidasi atau memperdayai
seseorang.
Gender : Sekumpulan ciri khas yang dikaitkan dengan jenis kelamin
seseorang dan diarahkan pada peran sosial dan/atau
identitasnya dalam masyarakat.
HIV : Human Immunodeficiency Virus atau virus yang dapat
menyebabkan penyakit AIDS.
Human trafficking : Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang
dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,
penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan, penjeratan
hutang, atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga
memperoleh persetujuan, dari orang yang memegang
kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan
di dalam negara maupun antar negara, untuk tujuan
eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Konvensi : Suatu kesepakatan internasional yang mengikat negara
penandatangan baik secara yuridis maupun politis.
Narkotika : Zat-zat alamiah maupun sintetik yang mempunyai pengaruh
terhadap sistem syaraf pusat dan menimbulkan efek negatif
baik secara fisik, mental dan sosial bagi pengguna.
Pekerjaan terburuk : Segala jenis pekerjaan dalam bentuk perbudakan, pekerjaan
yang memanfaatkan, menyediakan atau menawarkan
anak untuk pelacuran, produksi pornografi, pertunjukan
porno atau perjudian. Pekerjaan yang memanfaatkan,
menyediakan, atau melibatkan anak untuk produksi dan
perdagangan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan
zat adiktif lainnya. Segala pekerjaan yang membahayakan
kesehatan, keselamatan atau moral anak.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 3

MODUL Perlindungan Anak.indd 3 3/20/2018 11:03:34 AM


PMS : Penyakit Menular Seksual yaitu penyakit kelamin yang
dapat menular, termasuk kepada anak-anak.
Psikotropika : Suatu zat/obat, baik alamiah atau sintetik bukan
narkotika, yang mempengaruhi sistem syaraf pusat yang
mempengaruhi persepsi, perasaan dan cara berpikir
seseorang.

Akronim

Kemsos : Kementerian Sosial RI

Keppres : Keputusan Presiden

KHA : Konvensi Hak Anak

P2K2 : Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga

P2TP2A : Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan

dan Anak

Permeneg PP &PA : Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak

PKH : Program Keluarga Harapan

PMS : Penyakit Menular Seksual

PPA : Perlindungan Perempuan dan Anak

PPT : Powerpoint (Slide)

Pusdiklat Kesos : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial

RAN PPKTA : Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanganan

Kekerasan Terhadap Anak

RPTC : Rumah Perlindungan Trauma Centre

TOT : Training of Trainers

UNICEF : United Nations International Children’s Fund

4 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 4 3/20/2018 11:03:36 AM


Daftar isi
Glosarium 3
Akronim 4

sesi 11
Upaya Pencegahan Kekerasan 8
& Perlakuan Salah pada Anak
1.1. Deskripsi 9
1.2. Kompetensi Dasar 9
1.3. Indikator Keberhasilan 9
1.4. Pokok Bahasan 10
1.5. Metoda Pembelajaran 10
1.6. Media Pembelajaran 10
1.7. Langkah Pembelajaran 11
1.8. Proses Pembelajaran 14
• Langkah 1: Pembukaan 14
• Langkah 2: Pengertian Anak & Hak-hak Anak 15
(klaster hak anak) 37
• langkah 3: Pengertian Kekerasan dan Perlakuan 15
Salah (kartu gambar jempol)
• Langkah 4: Jenis dan Contoh kekerasan dan 15
perlakuan salah (body mapping)
• Langkah 5: Deteksi dini kekerasan seksual 15
• Langkah 6: Cara pencegahan kekerasan 16
di keluarga dan di masyarakat
• Langkah 7: Pencegahan Kekerasan 18
pada anak istmewa
• Langkah 8: penutup 19

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 5

MODUL Perlindungan Anak.indd 5 3/20/2018 11:03:36 AM


Lembar kerja 20
1.9 bahan bacaan: Pencegahan Kekerasan Terhadap 34
Anak
1.9.1. Pengertian Anak dan Hak Anak 34
1.9.2. Jenis dan contoh Kekerasan dan Perlakuan 36
salah (maltreatment) terhadap anak
1.9.3. Akibat buruk kekerasan dan perlakuan salah 38
terhadap anak
1.9.4. Tingkat keparahan akibat kekerasan dan 39
perlakuan salah terhadap anak
1.9.5. Deteksi Dini Kekerasan dan Perlakuan Salah 40
1.9.6. Pencegahan kekerasan dan perlakuan salah 43
terhadap anak
1.9.7. Anak istimewa dan Kekerasan 45
1.10. Literatur 48
1.11. Evaluasi Pembelajaran 48
1.12. Lembar Kerja 48

sesi 12
Penelantaran & Eksploitasi terHadap Anak 43
1.1. Deskripsi 50
1.2. Kompetensi Dasar 50
1.3. Indikator Keberhasilan 50
1.4. Pokok Bahasan 50
1.5. Metoda Pembelajaran 50
1.6. Media Pembelajaran 50
1.7. Langkah Pembelajaran 51
1.8. Proses Pembelajaran 54
• Langkah 1: Pembukaan 54
• Langkah 2: Pengertian Penelantaran 54
• Langkah 3: Contoh-contoh penelantaran 55

6 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 6 3/20/2018 11:03:37 AM


• Langkah 4: Cara mencegah penelantaran 56
terhadap anak
• Langkah 5: Pengertian dan Contoh Eksploitasi 56
Terhadap Anak
• Langkah 6: Akibat Eksploitasi Terhadap Anak 57
• Langkah 7: Cara Pencegahan Eksploitasi 58
Terhadap Anak
• Langkah 8: penutup 59
lembar kerja 60
1.9. Bahan Bacaan: Pencegahan penelantaran dan 78
Eksploitasi erhadap Anak
1.9.1. Pencegahan Penelantaran Terhadap Anak 78
1.9.2. Pencegahan Eksploitasi Terhadap Anak 83
1.10. literatur 92
1.11. evaluasi pembelajaran 93
1.12. lembar kerja 93

permainan
Energizer & Ice Breaking Games 94
Permainan-Permainan Uji Konsentrasi 96
PERMAINAN-PERMAINAN KEBERSAMAAN 105

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 7

MODUL Perlindungan Anak.indd 7 3/20/2018 11:03:37 AM


Sesi 11
Upaya
Pencegahan
Kekerasan
& Perlakuan
salah pada
anak

MODUL Perlindungan Anak.indd 8 3/20/2018 11:03:37 AM


1.1. Deskripsi
Mata Diklat ini membahas tentang: Pengertian anak, hak-hak anak,
pengertian kekerasan dan perlakuan salah, jenis dan bentuk kekerasan
dan perlakuan salah, deteksi dini kekerasan seskusal, serta cara
pencegahan kekerasan dan perlakuan salah di lingkungan keluarga
maupun di lingkungan masyarakat, termasuk pengertian anak istimewa
dan pencegahan kekerasan terhadap anak istimewa.

1.2. Kompetensi Dasar


Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu melakukan
pencegahan kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak, termasuk
pencegahan terhadap anak istimewa.

1.3. Indikator Keberhasilan


Peserta mampu:
1. Menjelaskkan tentang pengertian anak dan hak-hak anak.
2. Menjelaskan pengertian kekerasan dan perlakuan salah terhadap
anak.
3. Menjelaskan jenis, contoh dan akibat kekerasan dan perlakuan salah
terhadap anak.
4. Menjelaskan cara deteksi dini kekerasan seksual.
5. Mempraktekkan pencegahan kekerasan dan perlakuan salah
terhadap anak dan anak istimewa.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 9

MODUL Perlindungan Anak.indd 9 3/20/2018 11:03:37 AM


1.4. Pokok Bahasan
1. Definisi anak dan hak-hak anak.
2. Pengertian kekerasan dan perlakuan salah dan terhadap anak.
3. Jenis, contoh dan akibat kekerasan dan perlakuan salah terhadap
anak.
4. Deteksi dini kekerasan seksual pada anak.
5. Cara pencegahan kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak.
6. Pengertian anak istimewa
7. Cara pencegahan kekerasan dan perlakuan salah terhadap anak
istimewa.

1.5. Metoda Pembelajaran


1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi kelompok
4. Curah pendapat
5. Bermain gambar kartu dan gambar
6. Pemecahan kasus
7. Role play

1.6. Media Pembelajaran:


1. Whiteboard
2. Spidol, ketras plano
3. Kartu Hak anak
4. Kartu gambar kekerasan
5. Body mapping
6. Kasus

10 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 10 3/20/2018 11:03:39 AM


1.7. Langkah Pembelajaran
alur kegiatan pembelajaran
Sesi 1.1: Pencegahan Kekerasan & Perlakuan Salah

1 2 3
Langkah Langkah Langkah

10 menit 15 menit 20 menit

Pembukaan permainan bermain


Tujuan kartu gambar
Pembelajaran hak anak perilaku baik &
pengertian anak buruk
& hak anak-anak pengertian
kekerasan &
perlakuan salah

6 5 4
Langkah Langkah Langkah

15 menit 30 menit 25 menit

lembar kerja pengelompok- analisa


pencegahan kan kartu bodymapping
kekerasan & deteksi dini jenis & contoh
perlakuan salah kekerasan kekerasan &
dalam seksual perlakuan salah

Langkah Langkah

7
20 menit
8
5 menit

pemutaran penutup
film & diskusi kesimpulan
pencegahan pembelajaran
kekerasan
terhadap anak
istimewa

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 11

MODUL Perlindungan Anak.indd 11 3/20/2018 11:03:42 AM


Langkah ke 1
Langkah ini berisi tentang ucapan selamat
Pembukaan datang dan doa, serta kegiatan untuk
(10’) membangkitkan motivasi dan minat peserta
melalui permainan (Ice breacking). Dalam
langkah ini juga dilakukan review materi
sebelumnya dan dihubungkan dengan materi
yang akan dibahas sekarang

Langkah ke 2 Langkah ini membahas tentang pengertian


Pengertian anak anak dan hak-hak anak, serta menjelaskan
dan hak-hak bahwa setiap anak mempunyai hak-hak yang
anak (15’) harus dipenuhi oleh orangtuanya. Dalam
pembelajaran ini menggunakan teknik
bermain (kartu gambar “Hak Anak”).

Langkah ke 3 Langkah ini menjelaskan tentang pengertian


Pengertian kekerasan dan perlakuan salah pada anak,
Kekerasan dan menggunakan kartu gambar perilaku baik
perlakuan salah dan perilaku tidak baik yang ditempatkan
pada matrik gambar jempol ke bawah dan
(20’)
jempol keatas.

Langkah ke 4 Langkah ini membahas materi tentang jenis,


Jenis dan contoh kekerasan yang dirasakan pada
contoh anak, dengan menggunakan alat bantu”
kekerasan dan body maping”, dilanjutkan pembahasannya
perlakuan salah menggunakan matrik tentang contoh
(body mapping) kekerasan, penyebabnya, dan pelaku
kekerasan tersebut.
(25’)

12 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 12 3/20/2018 11:03:44 AM


Langkah 5
Langkah ini menjelaskan tentang cara-cara
Deteksi dini
deteksi dini terhadap kekerasan khususnya
kekerasan
kekerasan seksual pada anak maupun remaja,
seksual
dan bagaimana mengatasinya.
(30’)
Langkah 6
Cara
pencegahan Langkah ini membahas tentang cara-cara
kekerasan dan pencegahan kekerasan terhadap anak
perlakuan salah dilingkungan keluarga dan masyarakat,
di lingkngan dengan menggunakan teknik pembelajaran
keluarga dan pemecahan kasus “Nina” dan pemutaran film
masyarakat si “Aska” dan si “Geni”.
(15’)

Langkah 7
Langkah ini membahas tentang pengertian
Pencegahan anak istimewa, jenis-jenis anak istimewa,
kekerasan pada kondisi anak istimewa yang sering
anak istimewa terpinggirkan karean stigma masyarakat,
(20’) serta upaya mencegah kekerasan pada anak
istimewa.

Langkah 8
Penutup (5’) Materi ini berisi rangkuman keseluruhan
substansi materi, dan menutup sesi dengan
memastikan bahwa peserta mamahami isi
modul yang telah disajikan..

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 13

MODUL Perlindungan Anak.indd 13 3/20/2018 11:03:45 AM


1.8. Proses Pembelajaran

1
Langkah Pembukaan

1. Pastikan bahwa peserta sudah memasang Name Tag,


memiliki bahan ajar sesi 11 dan atau Buku Pintar.
2. Ucapkan salam dan doa.

3. Bina suasana melalui permainan yang menarik untuk memusatkan


konsentrasi belajar peserta (pilih ice breaking pada Buku Ice Breaking
Games)
4. Review materi sebelumnya (bulan lalu)
5. Sampaikan tujuan pembelajaran dengan menggunakan Flipchart 1.

2
Langkah Pengertian Anak
& Hak-hak Anak
(klaster hak anak)

1. Jelaskan “Pengertian anak” dan “Batasan Usia Anak” menurut


Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 35 Tahun 2014 pengganti
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 menggunakan Flipchart 2
dan Buku Pintar halaman 6.
2. Jelaskan pengertian Hak Anak menggunakan Flipchart 2 dan Buku
Pintar hal 6.
3. Tanyakan kepada peserta “Apa saja hak-hak anak?”, jawaban ditulis
pada kertas plano.
4. Bermain “Pengelompokan gambar klaster hak anak”, lihat LK: 11.1
dan Buku Pintar halaman 7.
5. Berdasarkan pengelompokkan hak anak di LK 11.1, tanyakan pada
peserta “cara yang harus dilakukan orangtua untuk memenuhi hak
anak?”.
6. Respon jawaban peserta, buat kesimpulan tentang “hak-hak anak
yang harus dipenuhi oleh orangtuanya”, Flipchart 3 dan Buku Pintar
halaman 7 dan 8.
7. Menegaskan melalui pesan kunci bahwa setiap anak mempunyai hak
yang harus dipenuhi orangtua.

14 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 14 3/20/2018 11:03:46 AM


3
Langkah Pengertian Kekerasan
dan Perlakuan Salah
(kartu gambar jempol)

1. Bagi peserta menjadi 4 kelompok (maksimal 5 orang perkelompok)


2. Minta peserta untuk mengerjakan LK 11.2 (Permainan pengelompokan
gambar perilaku baik dan perilaku buruk)
3. Minta kepada salah satu perwakilan kelompok untuk kedepan
menjelaskan “mengapa gambar tersebut termasuk perlakuan baik
atau perlakuan buruk”.
4. Peserta diluar kelompok penyaji:
• Masing-masing kelompok ikut memperhatikan dan
membandingkan gambarnya dengan gambar kelompok yang
sedang dipaparkan.
• Jika penempatan gambarnya sama, maka tidak perlu dikomentari.
• Jika penempatan gambarnya berbeda, maka minta dijelaskan
alasannya.
5. Ulas kembali kata-kata dari peserta, bahwa perlakuan baik adalah
mereka yang melakukan tindakan sesuai tanggung jawab/
kewajibannya dan perlakuan buruk adalah tindakan yang
merugikan kepentingan anak.
6. Tegaskan pengertian kekerasan terhadap anak, gunakan Flipchart 5
dan Buku Pintar halaman 10.

4
Langkah
Jenis dan Contoh
kekerasan dan perlakuan
salah (body mapping)

1. Pasang flipchat Body maping di papan tulis.


2. Fasilitator mengambil gambar perlakuan buruk pada kartu jempol ke
bawah.
3. Tanyakan satu persatu dari gambar tersebut, apa yang dirasakan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 15

MODUL Perlindungan Anak.indd 15 3/20/2018 11:03:46 AM


oleh anak. Selanjutnya, minta kepada peserta yang menjawab untuk
menandai dengan spidol atau menempel kertas warna pada body
mapping yang dirasakan
4. Tanyakan ke peserta, adakah kekerasan lain yang dialami anak selain
yang sudah ditandai di body mapping tersebut, arahkan ke kekerasan
seksual.
5. Pertanyaan lanjutan, coba perhatikan di body mapping, adakah
bagian tubuh yang tidak tersentuh dengan kekerasan? Jika “ada”
maka fasilitator menanggapi dan meluruskan.
6. Fasilitator menyimpulkan bahwa: semua bagian tubuh anak dapat
menjadi sasaran kekerasan, baik fisik maupun non fisik, Flipchart 6
dan 7, Buku Pintar halaman 14-17 tentang contoh kekerasan.
7. Minta peserta untuk mengerjakan tugas terkait jenis, contoh dan
dampak serta pelaku kekerasan dan perlakuan salah, menggunakan
LK.11.3: matrik (Contoh, Jenis, Pelaku dan Akibat Kekerasan
terhadap Anak) yang sudah disiapkan.

5
Langkah

Deteksi dini
kekerasan seksual

1. Bagi peserta potongan kertas kertas bertuliskan” gejala-gejala anak


yang mengalami kekerasan seksual” (Gunakan LK.11.4: Deteksi dini
kekerasan seksual)
2. Tugas peserta adalah menempatkan potongan-potongan kertas
tersebut sesuai gejalanya antara lain:
• Gerakan-gerakan tak wajar
• Gejala/tanda-tanda fisik
• Gejala/tanda-tanda psikis
3. Klarifikasi penempatan tersebut, jika tidak pas maka dikomentari
oleh fasilitator.
4. Selanjutnya, tanyakan ke peserta “apa yang dilakukan jika mendapati
anak kita/saudara kita mengalami kekerasan seksual”, beri kesempatan
kepada 2 atau 3 orang untuk menjawab.
5. Selanjutnya simpulkan dengan menggunakan Flipchart 9 dan 10

16 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 16 3/20/2018 11:03:53 AM


tentang Gejala-gejala/tanda kekerasan.
6. Jika terjadi “Tanda-tanda tersebut”, apa kira-kira yang akan saudara
lakukan?, minta pendapat ke 2 atau 3 orang.
7. Jelaskan menggunakan Flipchart 12.

6
Langkah
Cara pencegahan
kekerasan di keluarga dan
di masyarakat

1. Minta peserta untuk menyimak cerita: “Anak tidak mau sekolah?”


pada LK: 11.4 / Buku Pintar halaman 22, dan fasilitator membacakannya/
ditawarkan ke peserta.
2. Tanyakan ke peserta: “Apakah cerita tersebut juga terjadi di
sekitar peserta?”, minta kepada peserta untuk menceritakan
pengalamannya.
3. Tanyakan kepada peserta, jika terjadi kasus seperti “Nina”, apa yang
harus dilakukan oleh ibu-ibu sebagai orangtua. Jawaban peserta
ditulis pada kertas plano yang sudah disiapkan, selanjutnya berikan
tanggapan terhadap jawaban peserta.
4. Tanyakan kepada peserta, apa yang harus dilakukan oleh peserta
sebagai anggota masyarakat. Jawaban peserta ditulis pada kertas
plano yang sudah disiapkan, selanjutnya berikan tanggapan/komentar
terhadap jawaban peserta.
5. Putar film “Kisah si Aska” (Film 11.1) dan “Kisah si Geni (Film 11.2),
dan buka Buku Pintar halaman 25.
6. Minta tanggapan peserta atas film tersebut.
7. Buat kesimpulan “Upaya pencegahan kekerasan dalam keluarga dan
masyarakat”, menggunakan Flipchart 15 dan Buku Pintar hal 23, 24
dan 26.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 17

MODUL Perlindungan Anak.indd 17 3/20/2018 11:03:53 AM


7
Langkah

Pencegahan Kekerasan
pada anak istmewa

1. Gali pemahaman peserta tentang “Anak istimewa”, selanjutnya


tunjukkan melalui Flipchart 17 (Pengertian anak istimewa).
2. Putar film anak istimewa (Film 11.3 : Getun / Buku Pintar halaman 27.
3. Minta peserta mengomentari film tersebut dan tanyakan: “potensi
apa yang dapat dilihat dari Getun”.
4. Tanyakan ke peserta, apakah di tempat peserta terdapat anak-anak
yang kondisinya seperti “Getun?”
5. Jelaskan bahwa “Getun” adalah contoh anak istimewa. Istilah anak
dengan kecacatan = disabilitas dapat disebut sebagai anak istimewa.
Ajak pesera mengambil hikmah dari cerita “Getun”
6. Jelaskan, siapa saja yang termasuk anak istimewa, gunakan Flipchart
18 dan Buku Pintar halaman 28.
7. Jelaskan bahwa anak istimewa “Rentan mendapatkan kekerasan”,
sehingga perlu mendapatkan perlindungan, berikan contoh-contohnya
di keluarga: sering melihat dan mendengar jika punya anak istimewa
disembunyikan karena malu, bahkan tidak disekolahkan.
8. Minta kepada peserta untuk mengemukakan cara pencegahan
terhadap anak istimewa, fasilitator menuliskan di kertas plano.
9. Berikan komentar dan paparkan cara pencegahan kekerasan
terhadap anak istimewa menggunakan Flipchart 19 dan Buku Pintar
halaman 29.
10. Sampaikan pesan kunci sebagai berikut (Flipchart 20 dan Buku Pintar
halaman 30.
• Anak istimewa adalah anak yang membutuhkan perhatian khusus
dan mempunyai potensi yang dapat dikembangkan.
• Pengembangkan potensi yang ada pada anak istimewa
membutuhkan motivasi, dukungan, kasih sayang dan perhatian.
• Anak istimewa rentan/mudah mendapatkan kekerasan, sehingga
perlu dicegah dari kekerasan.

18 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 18 3/20/2018 11:03:53 AM


11. Sampaikan informasi kepada peserta tentang lembaga-lembaga
layanan yang dapat dijangkau, jika menemukan anak-anak istimewa
dan/atau anak lainnya menjadi korban kekerasan (Flipchart 21 dan
Buku Pintar halaman 29).

8
Langkah

Penutup

1. Sampaikan kesimpulan pembelajaran dengan menggunakan


Flipchart 22 dan Buku Pintar halaman 30.
2. Berikan tugas rumah untuk: (1) menyampaikan hasil pembelajaran
kepada keluarga dan lingkungan tetangga; (2) mengerjakan pekerjaan
rumah yang ada dalam Buku Pintar halaman 31.
3. Berikan semangat kepada peserta: untuk melindungi anak, dan
menyampaikan bahwa pada pertemuan berikutnya akan membahas
sesi 12 tentang Penelantaran dan Eksploitasi.
4. Akhiri pertemuan dengan ucapan terima kasih dan salam penutup.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 19

MODUL Perlindungan Anak.indd 19 3/20/2018 11:03:55 AM


Lembar Kerja (LK): 11.1

Langkah/Materi : Langkah 2 (Pengertian Anak dan Hak-hak Anak)


Bentuk Kegiatan : Pengelompokkan Gambar Hak Anak
Pemain : Seluruh peserta
Perlengkapan : • Matrik Klaster Hak Anak (tercetak)
• Gambar Hak-hak Anak (tercetak)
• Solatif
Lama kegiatan : 10 menit

Langkah-langkah:

1 Fasilitator mempersiapkan Matrik Klaster Hak Anak (tercetak)


dan menempelkannya pada dinding yang terjangkau oleh
peserta, sebagaimana contoh berikut:

Matrik Kluster Hak Anak

Hak Keluarga Kesehatan &


& kesejahteraan
pengasuhan sosial
alternatif

hak sipil

Pendidikan, Perlindungan
waktu luang khusus
& kegiatan
budaya

20 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 20 3/20/2018 11:03:56 AM


2 Fasilitator meminta peserta untuk mengambil “Kartu Gambar
Hak-hak Anak”, dan setiap peserta mendapatkan satu gambar
tersebut. Bagi peserta yang tidak mendapatkan kartu gambar,
bergabung dengan peserta lain yang mendapatkan gambar.

3 Fasilitator meminta peserta mengamati gambar dan berfikir


sejenak, selanjutnya menempatkan gambar tersebut sesuai
dengan matrik klaster hak-hak anak yang telah tersedia pendapat
masing-masing.

Lembar kerja (LK): 11.2

Langkah/Materi : Langkah 3 (Pengertian Kekerasan)


Bentuk Kegiatan : Memilah-milah Gambar (pile sorting)
Pemain : 3 kelompok
Perlengkapan :
• Matrik Jempol (tercetak), sebanyak 4
lembar
• Gambar Perilaku Baik (tercetak),
sebanyak 4 set
• Gambar Perilaku Buruk (tercetak),
sebanyak 4 set
• Solatif
Lama kegiatan : 10 menit

Langkah-langkah:

1 Fasilitator mempersiapkan Matrik Jempol (tercetak) sebanyak


4 lembar dan menempelkannya pada dinding yang terjangkau
oleh peserta, sebagaimana contoh berikut :

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 21

MODUL Perlindungan Anak.indd 21 3/20/2018 11:03:56 AM


MATRIK JEMPOL

baik buruk

2 Fasilitator membagikan 2 set gambar yang telah diacak (1 set


“Gambar Perilaku Baik” dan 1 set “Gambar Perilaku Buruk”)
kepada setiap kelompok.

3 Setelah gambar dibagikan, maka fasilitator:


a. Meminta kelompok untuk memperhatikan dan mendiskusikan
isi gambar-gambar tersebut.
b. Meminta kelompok memilah-milah gambar tersebut, dan
menempatkannya sesuai dengan pemikiran mereka.

4 Jika gambar tersebut dinilai “perilaku baik” maka ditempatkan


pada “Gambar jempol keatas”, dan jika dinilai gambar tersebut
sebagai perilaku tidak baik, maka penempatannya di “Gambar Jempol
ke bawah".

22 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 22 3/20/2018 11:03:57 AM


Lembar kerja (LK): 11.3

Langkah/Materi : Langkah 5 (Contoh, Jenis, Pelaku dan Akibat


Kekerasan terhadap Anak)
Bentuk Kegiatan : Diskusi Kelompok
Pemain : 4 kelompok
Perlengkapan :
• Matrik Jenis Kekerasan (tercetak),
sebanyak 4 set.
• Kertas metaplan
• Solatif
Lama kegiatan : 15 menit

Langkah-langkah:

Fasilitator mempersiapkan Matrik Jenis Kekerasan (tercetak) sebanyak


4 set dan menempelkannya pada dinding yang terjangkau oleh
peserta, sebagaimana contoh berikut:

Kelompok 1
Kekerasan Fisik

No Contoh Kekerasan Akibat Kekerasan Pelaku

Kelompok 2
Kekerasan psikis

No Contoh Kekerasan Akibat Kekerasan Pelaku

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 23

MODUL Perlindungan Anak.indd 23 3/20/2018 11:03:57 AM


Kelompok 3
Kekerasan seksual

No Contoh Kekerasan Akibat Kekerasan Pelaku

Kelompok 4
Kekerasan sosial

No Contoh Kekerasan Akibat Kekerasan Pelaku

Lembar kerja (LK): 11.5

Langkah/Materi : Langkah 7 (Deteksi Dini Kekerasan Seksual)


Bentuk Kegiatan : Pengelompokkan Gejala/Tanda2
Kekerasan Seksual
Pemain : Fasilitator
Perlengkapan :
• Kartu Gejala/tanda Kekerasan Seksual
• Solatif
Lama kegiatan : 3 menit

Langkah-langkah:

1 Siapkan 3 buah kelompok kartu gejala (Gejala dilihat dari


gerakan, gejala fisik dan gejala psikis)

2 Bagikan ke peserta masing-masing 1 kartu gejala, selanjutnya


mereka diminta mencocokkan kartu dengan kelompok gejala
yang sudah dipasang pada PAPAN TULIS/DINDING/LANTAI.

24 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 24 3/20/2018 11:03:58 AM


3 Tempelkan/pasangkan kartu tersebut sesuai dengan
KELOMPOK GEJALA .

4 Minta perwakilan peserta untuk menjelaskan dalam


penempatan tersebut.

5 Fasilitator mereview hasil penempelan/encocokan kartu


tersebut, dan menyimpulkan.

GERAKAN-GERAKAN GEJALA/TANDA- GEJALA/TANDA-


TAK WAJAR TANDA FISIK TANDA PSIKIS

KEDUA TANGAN DAN KAKI SAKIT JIKA MEMAKAI


MENYIMPUL ERAT CELANA DALAM

KEPALA TERTUNDUK KE DALAM KESAKITAN SAAT BAB DAN BAK

CEDERA PADA BUAH DADA,


LUTUT TERTEKUK KE DALAM BOKONG, PERUT BAGIAN BAWAH,
PAHA

SEKITAR ALAT KELAMIN


TUBUH MENEKUK
ATAU DUBUR

MATA BERKEDIP-KEDIP MEMAR DI BAGIAN TUBUH

WAJAH PUCAT PASI GIGI TANGGAL

DITEMUKAN BEKAS BERCAK RASA PANAS DAN NYERI


DARAH ATAU CAIRAN DI CELANA PADA BAGIAN GENITAL DAN
DALAM ANAK, SAKIT JIKA DISENTUH

CARA JALAN YANG TAK WAJAR,


PAKAIAN ROBEK/KANCING LEPAS
AGAK MENGANGKANG

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 25

MODUL Perlindungan Anak.indd 25 3/20/2018 11:03:58 AM


MENGELUH TAPI TIDAK BISA
TIBA-TIBA JADI PENDIAM,
JELASKAN ALASANNYA (MULES,
GELISAH, CEMAS
PUSING)

SULIT KONSENTRASI DAN


MENGURUNG DIRI DAN TAKUT
MENHGERJAKAN TUGAS TIDAK
DITINGGALKAN
SELESAI

NGOMPOL MENGHISAP IBU JARI

Lembar kerja (LK): 11.5

Langkah/Materi : Langkah 6
(Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak)
Bentuk Kegiatan : Membacakan Kasus
Pemain : Fasilitator
Perlengkapan :
• Lembar Ulasan Cerita “Anak tidak mau
sekolah”
Lama kegiatan : 3 menit

ULASAN CERITA “ANAK TIDAK MAU SEKOLAH”

Kisah ini bercerita tentang seorang anak kelas 1 SD yang tidak mau
berangkat sekolah. Dia bernama Nina, anak dari Ibu Edah.

Suatu hari, Nina, menangis tersedu-sedu di depan rumahnya karena tidak


mau berangkat sekolah.

Di saat Nina sedang menangis, seorang ibu, bernama Ibu Ati bersama
anaknya berjalan melawati dan menghampiri Nina. Sebagai tetangga,
Ibu Ati berusaha memenangkan Nina dan mengajak Nina pergi sekolah
bersamanya.

26 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 26 3/20/2018 11:03:58 AM


Namun, di saat Ibu
Ati sedang berusaha
m e n d i a m k a n
tangisan Nina, tiba-
tiba, Ibu Edah (Ibu
dari Nina) keluar dari
rumahnya dengan
wajah marah. Ibu
Edah memang
tampaknya tidak
terima dengan
sikap Ibu Ati, dia
marah-marah pada
Ibu Ati. Ibu Edah
menganggap
perbuatan Ibu Ati
tersebut telah ikut
campur dalam urusan
keluarganya. Sebuah
kata yang pedas meluncur dari mulut Ibu Edah : “Hei Bu Ati, ngapain
ngurusin urusan anak orang. Urus saja anak ibu sendiri!”.

Ibu Edah pun segera menarik Nina masuk ke dalam rumahnya dengan
terus memarahi anaknya tersebut.

Dan ..
Ibu Ati hanya termenung, dia hanya bisa mengelus dada. Dalam hatinya
bertanya, “apa yang harus dilakukan melihat perbuatan Ibu Edah yang
sering memarahi, bahkan memukul anaknya itu?”

Itulah akhir cerita yang harus kita renungkan, “apa yang harus kita lakukan
menyaksikan perbuatan seorang ibu yang sering melakukan kekerasan
terhadap anaknya ?”

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 27

MODUL Perlindungan Anak.indd 27 3/20/2018 11:03:59 AM


28 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 28 3/20/2018 11:04:03 AM


Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 29

MODUL Perlindungan Anak.indd 29 3/20/2018 11:04:06 AM


30 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 30 3/20/2018 11:04:10 AM


Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 31

MODUL Perlindungan Anak.indd 31 3/20/2018 11:04:13 AM


32 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 32 3/20/2018 11:04:17 AM


Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 33

MODUL Perlindungan Anak.indd 33 3/20/2018 11:04:19 AM


1.9. Bahan Bacaan:
Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak.

1.9.1.

Pengertian Anak dan Hak Anak

Undang-undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak pasal


1 menyatakan bahwa “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18
(delapan belas) tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan”.
Masa kanak-kanak sering disebut dengan “Golden age Periode”.
Menurut ahli, pada masa itu pertumbuhan inteletual terjadi 40 % pada
anak usia 0-4 tahun, meningkat menjadi 80 % pada usia anak 8 tahun,
dan selanjutnya menjadi 100 % pada usia 18 tahun. Pada rentang
usia tersebut, khususnya 0-8 tahun, orangtua hendaknya berhati-hati
memperlakukan anaknya, jangan sampai terjadi goresan-goresan yang
melukai anak baik fisik maupun psikisnya yang berdampak terhadap
tumbuh kembang anak.

Pada saat anak belum


mencapai usia 18 tahun, maka
ada hak-hak anak yang harus
dipenuhi oleh orangtua atau
oleh orang-orang yang memiliki
tanggung jawab terhadap anak
tersebut. Menurut ahli hak anak
adalah “hak-hak dasar yang
dimiliki setiap pribadi manusia
sebagai anugerah Tuhan yang
dibawa sejak lahir”, selanjutnya
hak anak merupakan hak
azasi manusia (HAM) dan
menurut perserikatan bangsa-
bangsa (PBB) hak adalah yang
melekat dengan kemanusiaan
kita sendiri, yang tanpa hak itu

34 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 34 3/20/2018 11:04:24 AM


kita mustahil hidup sebagai manusia. Menurut Oemar Seno Adji yang
dimaksud dengan hak-hak asasi manusia ialah hak yang melekat pada
martabat manusia sebagai insan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
sifatnya tidak boleh dilanggar oleh siapapun, dan yang seolah-olah
merupakan suatu holy area.

Dengan demikian hak anak adalah sebagai hak azasi, artinya


hak tersebut melekat pada diri anak dimana orang lain tidak boleh
melanggarnya, dan setiap orangtua yang memiliki anak/orang yang
bertanggung jawab terhadap anak maka hukumnya wajib untuk memenuhi
haknya tersebut. Oleh karena hak anak sama dengan kewajiban
orangtua atau siapapun bertanggung jawab memberikan perlindungan
dengan cara memenuhi seluruh kebutuhan dasarnya agar anak hidup
sehat jasmani, rohani dan sosialnya tanpa memperoleh kekerasan dan
perlakuan salah serta penelantaran dan eksploitasi.

Untuk mewujudkan perlindungan tersebut, maka hak-hak anak


dikelompokkan menjadi 5 klaster (Konvensi Hak Anak) antara lain:
1. Hak sipil dan kebebasan yakni hak untuk memiliki akte kelahiran,
kebebasan memeluk agama dan kepercayaan serta beribadat
menurut keyakinan masing-masing.
2. Hak Keluarga dan pengasuhan alternatif, yakni ketahanan
keluarga kita di tengah arus informasi dan ancaman-ancaman bagi
anak serta ketidakpahaman orangtua/wali
3. Kesehatan dan kesejahteraan sosial yakni untuk anak-anak
telantar dan yang memerlukan perlindungan khusus
4. Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya
5. Perlindungan khusus terutama bagi anak-anak berkebutuhan
khusus, berhadapan masalah hukum, korban kekerasan, korban
bencana

Tidak hanya orangtua, tetapi negarapun bertanggung jawab dalam


perlindungan anak tersebut, atas dasar mandat UUD 1945 serta Konvensi
PBB tentang Hak-hak Anak (KHA) yang telah diratifikasi melalui Kepres
Nomor 36 Tahun 1990. Dalam KHA dikenal 4 (empat) prinsip utama untuk
melindungi anak, yaitu:

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 35

MODUL Perlindungan Anak.indd 35 3/20/2018 11:04:24 AM


1. Non-diskriminasi: anak tidak dibeda-bedakan berdasarkan latar
belakang suku, ras, agama, warga negara, latar belakang politik
oragtua, dan kemampuannya (disabilitasnya).
2. Kepentingan terbaik bagi anak: agar setiap keputusan publik yang
diambil oleh negara dan pemerintah harus mempertimbangkan
kepentingan terbaik anak dahulu.
3. Hak-hak anak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang: bahwa
keberadaan anak tidak sekadar hidup, tetapi memiliki hak
memperoleh perawatan dan pengasuhan yang baik agar dapat
tumbuh dan berkembang secara wajar dan menikmati hidup yang
berkualitas.
4. Menghormati pandangan anak: pendapat dan padangan anak
patut dihargai, dihormati, dan benar-benar diperhatikan sesuai
dengan kemampuan dan tingkat perkembangan anak.

1.9.2.

Jenis dan contoh Kekerasan


dan Perlakuan salah (maltreatment) terhadap anak

Perlakuan salah dapat kita pahami sebagai: segala bentuk perlakuan yang
tidak sepatutnya dilakukan oleh orang-orang yang diberi tanggung jawab
(kuasa atas) dan mempunyai kewajiban untuk memelihara dan merawat
anak yang dapat berpotensi merugikan
sementara atau permanen, melukai,
menimbulkan kecacatan, bahkan dapat
mengancam jiwa anak (Permeneg PP&PA
No. 2 Tahun 2010)

Jenis-jenis Kekerasan dan perlakuan


salah dibagi ke dalam empat (4) bentuk
kekerasan yaitu:
1. Kekerasan fisik yaitu
penggunaan hukuman fisik
(memukul, mencubit, menampar,
menyabet, membanting,

36 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 36 3/20/2018 11:04:26 AM


menyundut, menendang
menusuk, dan lain-lain)

2. Kekerasan emosional/psikis
yaitu penggunaan ungkapan
untuk mengecilkan arti atau
citra diri anak (mengatakan
anak “bodoh”, “tuli”, “tidak
tahu diri”, “berandal”,
“anak pungut”, memelototi,
menghardik dll. Hal ini
membuat anak sangat tidak
nyaman dengan dirinya dan
membuat dia sedih).

3. Kekerasan sosial yaitu ketika anak tidak diperlakukan sama


dengan anak lain baik karena keadaan fisiknya, latar belakang
keluarganya (politik, agama, ras, suku, kepercayaan) atau
kemiskinan keluarganya – sehingga anak terasing dan merasa
rendah diri.

4. Kekerasan seksual yaitu perlakuan meraba sampai dengan


penetrasi terhadap organ-organ tubuh yang bersifat pribadi,
terutama organ seksual anak.

Kekerasan anak seringkali pelakunya adalah orang terdekat atau orang


yang dikenal anak seperti: pembantu, satpam, guru, bahkan bisa dilakukan
orangtuanya sendiri. Orangtua seringkali menerjemahkan kekerasan
yang dilakukannya sebagai bentuk kasih sayang atau salah satu cara
mendisiplinkan anak. Selanjutnya, kekerasan tersebut dianggap sebagai
“urusan keluarga” karena anak adalah “milik” orangtuanya, sehingga
orang lain/orang luar tidak boleh ikut campur, yang akhirnya kekerasan
di dalam rumah tangga serigkali dan sulit untuk dicegah karena berada
di area pribadi.
Oleh karena itu, sosialisasi tentang Undang-undang Perlindungan Anak
dan Undang-undang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga,

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 37

MODUL Perlindungan Anak.indd 37 3/20/2018 11:04:28 AM


sangat diperlukan, agar para orang tua dan pelaku kekerasan memahami
bahwa apa yang dilakukannya adalah termasuk tindak pidana.

1.9.3.

Akibat buruk kekerasan


dan perlakuan salah terhadap anak

1. Akibat fisik dan mental


Kekerasan baik fisik maupun seksual, eksploitasi, dan penelantaran
dapat menimbulkan akibat fisik dan mental yang berdampak jangka
panjang seperti pelukaan, kecacatan, infeksi penyakit mematikan,
Penyakit Menular Seksual (PMS), HIV/AIDS, tidak berkembangnya
otak sehingga kemampuan berbahasa, intelektual dan motorik
terganggu dan tidak dapat diperbaiki, terutama jika anak dibiarkan
kurang gizi, kurang kasih sayang dan rangsangan intelektual.

2. Akibat emosional/psikis
Semua jenis perlakuan salah dan kekerasan mengakibatkan
terganggunya emosi dan fungsi psikis anak sehingga anak menjadi
rendah diri, kehilangan percaya diri, tidak dapat percaya pada orang
lain, tidak dapat mengendalikan emosi,
dan mengalami ganguan mental.

3. Akibat sosial dan perilaku


Akibat sosial dari perlakuan salah dan
kekerasan terlihat ketika anak senang
menyendiri, tidak mempunyai teman
bermain, tidak bersemangat, mudah
menyerah dan putus asa, cengeng,
agresif, antisosial, mudah menipu dan
berpura-pura, dan lain-lain.

38 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 38 3/20/2018 11:04:30 AM


Perlakuan salah dan kekerasan tidak selalu berakibat tunggal, bahkan
sering menimbulkan akibat yang lebih kompleks dan berjangka
panjang. Jika kekerasan sering terjadi maka anak beranggapan
bahwa kekerasan itu merupakan perlakuan
yang biasa untuk menyelesaikan masalah
tertentu dan akan cenderung ditirunya
jika ia mengalami masalah.

1.9.4.

Tingkat keparahan akibat


kekerasan
dan perlakuan salah
terhadap anak

Tingkat keparahan akibat dari kekerasan


dan perlakuan salah, ditentukan oleh
beberapa hal, antara lain:

1. Pelaku: semakin dekat hubungannya dengan anak (misal: orangtua)


akan semakin parah akibatnya karena anak dihadapkan pada
masalah kepercayaan bahwa orangtua seharusnya melindungi dan
mengasihi dirinya.

2. Jenis dan bentuk: kekerasan dan perlakuan salah dianggap


paling parah akibatnya walaupun keparahan masih ditentukan
oleh faktor-faktor lainnya.

3. Keseringan (frekuensi): semakin sering perlakuan salah atau


kekerasan dilakukan, semakin parah akibat-akibatnya.

4. Lama berlakunya tindakan (durasi): semakin lama tindakan itu


terjadi pada anak, akan semakin serius tingkat keparahannya.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 39

MODUL Perlindungan Anak.indd 39 3/20/2018 11:04:30 AM


1.9.5.

Deteksi Dini Kekerasan dan Perlakuan Salah

Gejala-gejala kekerasan seksual pada anak sangat traumatis, sehingga


orang tua perlu waspada dengan melakukan deteksi dini kekerasan
tersebut. Deteksi dini terhadap kekerasan seksual, dapat dipelajari
dengan melihat sikap dan perilaku
korban. Menurut Frederick Anderman
dan Eva Andermann di bukunya
Movement Disorders in Neurology and
Neuropsychiatri 1992, disampaikan oleh
Nunki, bahwa korban yang mengalami
serangan seksual secara mendadak atau
diluar kehendaknya dapat menunjukan
bahasa tubuh yang sangat jelas dan
mudah di deteksi. Refleks kecemasan
(startle reflex) sebagai respons akibat
serangan mendadak tak terduga dan tak
dikehendaki yang membuat fisik, jiwa dan
emosional korban terancam”.

1. Gerakan berlebihan tak wajar, antara lain:


a. Kedua bahu terangkat sehingga menutupi leher
b. Kepala tertunduk ke dalam
c. Kedua tangan dan kedua kaki menyimpul erat
d. Lutut tertekuk ke dalam
e. Tubuh menekuk
f. Mata berkedip kedip
g. Wajah pucat pasi
h. dan lain-lainnya.

2. Gejala fisik terjadinya kekerasan seksual:


a. Sakit jika memakai celana dalam, dan mengeluh kesulitan atau
kesakitan saat BAB dan BAK
b. Cedera pada buah dada, bokong, perut bagian bawah, paha,

40 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 40 3/20/2018 11:04:34 AM


sekitar alat kelamin atau dubur.
c. Memar di bagian tubuh atau gigi yang cedera atau tanggal saat
pelaku menyergap dan memaksa korban merapat di dinding
dan korban melawan (David Givens seorang peneliti bahasa
tubuh).
d. Rasa panas dan nyeri di area genital dan terasa sakit jika
disentuh.
e. Cara jalan yang tak wajar, agak mengangkang.
f. Ditemukan bekas bercak darah atau cairan di celana dalam
anak, dan kemungkinan ditemukan bagian pakaian yang robek
atau kancing yang lepas karena ditarik paksa.
g. Cekalan dan cengkeraman erat tangan pelaku sehingga kuku
menembus ke kulit pada lengan anak untuk mencegah anak
meronta biasanya meninggalkan bekas di lengan bagian dalam
(Joe Navarro seorang agen FBI spesialis komunikasi non-
verbal).

3. Gejala Psikis pada umumnya:


a. Anak berubah ekspresi: pendiam, cemas, takut bertemu
orang sehingga lebih banyak mengurung diri di kamar, takut
ditinggalkan sendirian.
b. Anak yang semula tidak mengompol menjadi mengompol baik
di malam hari maupun saat di sekolahnya.
c. Menunjukkan keluhan-keluhan fisik yang tidak dapat
dijelaskan penyebabnya, seperti pusing, sakit perut, atau
masalah makan.
d. Sulit tidur dan bermimpi
buruk diikuti mengigau.
e. Sulit konsentrasi, sehingga
sulit belajar dan gelisah,
sehingga tidak mampu
menyelesaikan tugasnya.
f. Perilaku kemunduran
seperti: mengisap ibu jari,
kemunduran kemampuan
bicara.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 41

MODUL Perlindungan Anak.indd 41 3/20/2018 11:04:34 AM


g. Pada saat pelaku bertemu pelaku, secara refleks anak
menjauhkan bagian depan tubuhnya atau menekuk tubuhnya
diikuti kedua bahu menaik. Ini adalah gerak refleks yang
tersimpan di sistem limbik di otak untuk menjaga tubuh dari
serangan berikutnya dari orang-orang yang punya riwayat
menyerang anak.

4. Gejala psikhis pada anak usia 13-18 tahun


a. Merusak diri sendiri, remaja dapat melakukan tindakan yang
merusak diri sendiri sebagai cara mengatasi rasa marah dan
depresi.
b. Melakukan perbuatan berisiko tinggi seperti berontak
terhadap orang-orang yang mempunyai wibawa, terlibat dalam
penyalahgunakan NAPZA, bergabung dengan para pencuri
dan menjarah.
c. Depresif, Sebaliknya dapat juga terjadi sikap menutup atau
menarik diri, curiga terhadap orang lain dan berpikir bahwa hal
buruk akan menimpa mereka lagi.

Hal- hal praktis yang bisa dilakukan orangtua untuk


menjaga ketahanan keluarga
dan menjalin komunikasi yang
baik dalam keluarga:
• Menjadi pendengar yang baik
• Berlaku sebagai sahabat anak
• Menyediakan waktu yang
berkualitas untuk anak
• Mengenali pergaulan/teman-
teman anak
• Melakukan kegiatan bersama
termasuk beribadah
• Terlibat dalam kegiatan di
sekolah anak
• Mengikuti perkembangan
Informasi Teknologi

42 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 42 3/20/2018 11:04:36 AM


d. Keluhan fisik yang tidak jelas penyebabnya, kecemasan yang
terus menerus serta kegugupan dan keluhan fisik yang tidak jelas.
e. penyebabnya juga cukup umum terjadi pada kelompok usia ini.

5. Apa yang harus dilakukan oleh orangtua/pengasuh?


Jika menemukan kondisi/gejala-gejala seperti tersebut di atas,
maka sebagai orangtua harus waspada, dan berikan dukungan:
a. Peluklah mereka erat-erat bahwa Anda sangat menyayangi
mereka.
b. Sampaikan bahwa tidak ada satau orangpun yang boleh
menyakiti mereka, dan apapun yang terjadi, akan tetap
memberikan perlindungan.
c. Jadilah pendengar aktif tentang cerita dan pendapatnya
d. Mintalah pertolongan ahli (bawa ke Rumah Sakit RSCM atau
RS-Polri)
e. Laporkan ke polisi.

1.9.6.

Pencegahan Kekerasandan Perlakuan Salah


Terhadap Anak

Kekerasan dapat terjadi di dalam rumah/lingkungan keluarga, dan dapat


juga terjadi di luar rumah seperti sekolah dan lingkungan masyarakat.
1. Pencegahan kekerasan di dalam rumah/keluarga
a. Memahami pertumbuhan, perkembangan dan perilaku anak
sesuai usianya.
b. Mengenalkan anak tentang kesehatan reproduksi termasuk
mengenali bagian-bagian tubuhnya serta fungsi bagian tubuh
tersebut. Bagian tubuh pribadi seperti alat kelamin, pantat,
penis, anus, payudara dan vagina.
c. Berikan pengertian tentang sentuhan yang harus dihindari oleh
anak-anak. Pada setiap bagian tubuh yang pribadi, jelaskan
sentuhan yang salah dan buruk. Sentuhan yang menyenangkan
dan baik adalah ciuman pipi antara orangtua dan anak saat
pamit ke sekolah atau kalau berpergian, berpelukan dengan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 43

MODUL Perlindungan Anak.indd 43 3/20/2018 11:04:38 AM


saudara jika bertemu dan berpisah, dan berjabat tangan
dengan orang lain.
d. Ajarkan pada anak agar 5 (lima) bagian tubuh di bawah ini tidak
boleh disentuh orang lain kecuali orangtua anak & dokter serta
pengasuh lainnya dengan didampingi orangtua, antara lain:
leher, mulut, dada, alat kelamin, daerah untuk buang air besar.
Ajarkan anak untuk menolak dan mengatakan TIDAK saat
menerima sentuhan buruk dan tidak nyaman dan mewaspadai
tawaran atau diiming-imingi sesuatu.
e. Membangun komunikasi terbuka dengan anak dan menjadi
pendengar yang baik.
f. Mintalah anak untuk tidak takut memberitahu orangtua atau
guru jika terjadi kekerasan seksual kepadanya.
g. Aktif berdiskusi dengan guru untuk mengetahui
perkembangan anak di sekolah.

2. Pencegahan kekerasan di luar rumah:


a. Jangan malu, ragu, takut untuk melindungi atau melapor
pada yang berwajib jika melihat, mendengar adanya tindak
kekerasan pada anak.
b. Jangan panik jika mendapatkan informasi kekerasan pada
anak.
c. Segera mencari bantuan kepada saudara, teman, rumah sakit
jika mengetahui anak mendapatkan tindak kekerasan.
d. Segera melaporkan ke RT, RW, kelurahan, satpam, polisi jika
mengetahui adanya tindak kekerasan pada anak.
e. Melaporkan ke lembaga yang memberikan perlindungan
anak:
 Melapor Polisi (110)
 TEPSA (1500771)
 P2TP2A (Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan
dan Anak)
 PPA ( Perlindungan Perempuan dan Anak)
 Rumah Perlindungan dan Trauma Center (RPTC)
 Komnas Perlindungan Anak
 Dan lembaga layanan lainnya yang ada di masyarakat

44 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 44 3/20/2018 11:04:38 AM


1.9.7.

Anak istimewa dan Kekerasan

1. Pengertian
Anak istimewa adalah anak yang mengalami keterbatasan fisik atau
mental yang sesungguhnya mempunyai potensi istimewa yang dapat
dikembangkan sehingga anak tetap dapat berpartisipasi secara bermakna
dengan lingkungan sosialnya.

Dalam pengertian legal-formal kita dapat mengutip pasal 3 ayat (1)


dan (2) Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 dinyatakan bahwa Anak
Berkebutuhan Khusus dikategorikan menjadi:
a. Memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki
potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti
pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya.

b. Mengalami kelainan
seperti: (1) Tunanetra; (2)
Tunarungu; (3) Tunawicara;
(4) Tunagrahita; (5)
Tunadaksa; (6) Tunalaras;
(7) Berkesulitan belajar;(8)
lambat belajar; (9)
Mengalami spektrum
autisma; (10) memiliki
gangguan motorik;
(11) menjadi korban
penyalahgunaan narkoba
obat terlarang dan zat
adiktif lainnya; (12) Memiliki
kelainan lainnya; (13)
Tunaganda.
Jika dilihat dari jenisnya,
maka tiap anak istimewa

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 45

MODUL Perlindungan Anak.indd 45 3/20/2018 11:04:41 AM


memiliki tingkat kerentanan yang berbeda-beda sehingga
membutuhkan perhatian yang berbeda pula oleh orang tua atau
orang yang terdekatnya.

2. Kekerasan terhadap anak istimewa


Kekerasan terhadap anak istimewa terjadi karena beberapa faktor berikut:
a. Adanya anggapan (stigma) negatif tentang keterbatasan atau
kecacatan yang dialaminya sehingga orangtua merasa malu
mempunyai anak istimewa.

b. Adanya anggapan bahwa anak istimewa tidak dapat belajar dan


melakukan kegiatan sehari-hari seperti anak lain.

c. Anggapan bahwa anak istimewa tidak mempunyai potensi yang


dapat dikembangkan.

d. Adanya pemahaman salah terhadap anak yang mengalami


kesulitan belajar dan hiperaktif sebagai anak bodoh, anak nakal
atau anak aneh.

e. Orangtua dan guru tidak tahu bagaimana sebaiknya


memperlakukan anak-anak istimewa ini.

f. Akibatnya, anak-anak istimewa banyak yang ditelantarkan,


dipasung, atau dieksploitasi untuk memperoleh keuntungan
berdasarkan rasa kasihan orang lain. Padahal, jika diperhatikan
dan dilatih sejak kecil, maka anak-anak ini mempunyai
kemampuan yang istimewa. Agar orangtua dapat melakukan
pencegahan terhadap kekerasan terhadap anak-anak istimewa
maka diperlukan:
 Kesadaran orangtua bahwa anak adalah amanah dari Tuhan
YME, sehingga orang tua berkewajiban menjaganya dengan
baik termasuk anak-anak istimewa. Perlu diingat bahwa anak
istimewa memiliki tingkat kerentanan dari kekerasan eksploitasi
dan penelantaran.

46 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 46 3/20/2018 11:04:41 AM


 Orangtua tidak merasa malu memiliki anak istimewa, karena
ia memiliki potensi untuk berkembang dan berprestasi, jika
lingkungan keluarga memberikan ia kasih sayang dan dukungan
untuk kemandiriannya.
 Orangtua harus memfasilitasi anak istimewa untuk bersosialisasi
dengan lingkungan sekitarnya.
 Orangtua berkewajiban memenuhi hak pendidikan anak
istimewa seperti anak lainnya. Bagi anak-anak istimewa,
pendidikan inklusi sangat disarankan agar anak bisa
bersosialisasi dan adaptasi dengan anak-anak lainnya.
 Orangtua ikut serta dalam forum orangtua anak istimewa.
 Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan pada
keluarga yang memiliki anak istimewa dengan memperhatikan,
melindungi, menyelenggarakan sekolah inklusi, lingkungan
bebas hambatan, dan perlindungan sosial serta perawatan.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 47

MODUL Perlindungan Anak.indd 47 3/20/2018 11:04:44 AM


1.10. Literatur
1. Suyanto Bagong, Masalah Sosial Anak, Kencana Prenada Media
Group, 2013, Jakarta.
2. Wyckoff Jedery, Unell Barbara C, Disiplin Tanpa Kekersan atau
Pukulan, Penyelesaian Praktis Untuk Masalah PerilakuAnak-anak Usia
Pra Sekolah Modul Kekerasan Anak, Suhadi, Unicef, 2013.
3. Psikhologi Perkembangan, Hurlock
4. http://umum-pengertian.blogspot.co.id/2016/01/pengertian-hak-
asasi-manusia-ham-umum.html
5. http://dampakkekerasanterhadapanak.blogspot.com/
6. Materi Prof. Irwanto, Universitas Atmajaya, Jakarta, 2014.
7. UNICEF Fact Sheet
8. http://tipswanitacepathamil.com/mencegah-pelecehan-seksualpada-
anak.html
9. https://pixabay.com/en/boy-girl-hand-in-hand-kids-school-160168/

1.11. Evaluasi Pembelajaran


1. Tanya jawab secara insidentil selama proses pembelajaran.
2. Pre Test dan Post Test
3. Evaluasi pada saat Diskusi.
4. Evaluasi pada saat bermain gambar.

1.12. Lembar Kerja


1. Lembar Kerja (LK.11.1) – Pengelompokan Hak-hak Anak (Kartu Hak
Anak)
2. Lembar Kerja (LK.11.2) – Perlakuan baik dan perlakuan tidak baik
(memilah-milah gambar)
3. Lembar Kerja (LK.11.3) – Jenis dan contoh, Akibat dan pelaku
kekerasan (matrik)
4. Lembar Kerja (LK.11.4) – Deteksi dini kekrasan seksual
5. Lembar Kerja (LK.11.5) - Pencegahan kekerasan di dalam kelarga dan
masyarakat.

48 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 48 3/20/2018 11:04:44 AM


Sesi 12

Penelantaran
& Eksploitasi
teradap Anak

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 49

MODUL Perlindungan Anak.indd 49 3/20/2018 11:04:44 AM


1.1. Deskripsi
Mata Diklat ini membahas tentang pengertian eksploitasi dan
penelantaran, contoh penelantaran dan eksploitasi dan upaya-upaya
pencegahan penelantaran dan eksploitasi terhadap anak.

1.2. Kompetensi Dasar


Setelah mengikuti diklat ini, peserta diharapkan mampu memahami,
menjelaskan, mengidentifikasi serta memberikan contoh konkret
mengenai cara mencegah penelantaran dan eksploitasi terhadap anak.

1.3. Indikator Keberhasilan


Peserta mampu:
1. Menjelaskan tentang pengertian penelantaran terhadap anak.
2. Menjelaskan tentang contoh dan akibat penelantaran terhadap anak.
3. Mempraktekkan cara mencegah penelantaran terhadap anak.
4. Menlesakan tentang pengertian dan contoh dan akibat eksploitasi
terhadap anak.
5. Menjelaskan tentang akibat eksploitasi terhadap anak.
6. Mejelaskan tentang cara mencegah eksploitasi terhadap anak.

1.4. Pokok Bahasan


1. Pengertian penelantaran terhadap anak.
2. Contoh dan akibat penelantaran anak.
3. Cara mencegah penelantaran anak.
4. Pengertian dan contoh-contoh eksploitasi anak.
5. Akibat eksploitasi terhadap anak.
6. Cara mencegah eksploitasi terhadap anak.

1.5. Metoda 1.6. Media


1. Brainstorming 1. Infocus
2. Ceramah singkat 2. Laptop
3. Tanya jawab 3. Bahan Ajar
4. Memberikan tugas 4. Flipchart
5. Permainan (Gambar, Bendera) 5. Buku Pintar
6. Pemecahan Kasus 6. Gambar
7. Pemutaran Film 7. Bendera

50 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 50 3/20/2018 11:04:44 AM


1.7. Langkah Pembelajaran

alur kegiatan pembelajaran

1 2 3
Langkah Langkah Langkah

10 menit 20 menit 15 menit

Pembukaan brainstorming diskusi


Tujuan pengertian contoh & akibat
Pembelajaran penelantaran penelantaran
terhadap anak

6 5 4
Langkah Langkah Langkah

20 menit 25 menit 15 menit

cerita gambar putar film disermain bola


akibat pengertian & keberuntungan
eksploitasi contoh-contoh cara mencegah
eksploitasi penelantaran
terhadap anak terhadap anak

7 8
Langkah Langkah

20 menit 10 menit

permainan penutup
bendera rangkuman
cara mencegah
eksploitasi
terhadap anak

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 51

MODUL Perlindungan Anak.indd 51 3/20/2018 11:04:44 AM


Langkah ini berisi tentang ucapan
Langkah 1
selamat datang dan doa, serta kegiatan
Pembukaan (10’)
untuk membangkitkan motivasi dan
minat peserta melalui permainan (Ice
breacking). Dalam langkah ini juga
dilakukan review materi sebelumnya dan
dihubungkan dengan materi yang akan
dibahas sekarang

Materi ini memberikan gambaran kepada


Langkah 2
peserta tentang penelantaran yang sering
Pengertian
terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan
penelantaran
mengarahkan peserta kepada definisi
terhadap anak
penelantaran. Proses pembelajaran dilalui
(25')
dengan menggunakan metode “studi
kasus” sehingga peserta mendapat
gambaran apa yang dimaksud dengan
penelantaran.

Materi ini membahas contoh penelantaran


Langkah 3
di dalam keluarga yang kerap terjadi
Contoh dan akibat
terhadap anak dan akibat dari
penelantaran
penelantaran yang mungkin akan terjadi.
terhadap anak
Proses pembelajaran ini menggunakan
(15')
metode diskusi kelompok.

Materi ini membahas berbagai cara


Langkah 4
mencegah penelantaran terhadap anak.
Cara mencegah
Melalui permainan “bola keberuntungan”,
penelantaran
berbagai alternatif cara mencegah
terhadap anak
penelantaran terhadap anak diharapkan
(15')
dapat muncul dari para peserta sebelum
fasilitator memaparkan cara mencegah
penelantaran apa saja yang dapat
dilakukan oleh orang tua.

52 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 52 3/20/2018 11:04:44 AM


Langkah 5 Materi ini memberikan definisi dan
Pengertian dan contoh-contoh eksploitasi terhadap anak
contoh-contoh melalui pemutaran “Film Pekerja Anak di
eksploitasi Nias”. Film ini akan membantu peserta
terhadap anak memahami definisi dan contoh-contoh
(25 menit) eksploitasi.

Materi ini memberikan gambaran kepada


Langkah 6 peserta tentang akibat eksploitasi
Akibat eksploitasi terhadap anak dengan metode
(20 menit) ”menceritakan gambar”.

Materi ini membahas cara mencegah


Langkah 7
eksploitasi terhadap anak yang dilakukan
Cara mencegah
dengan menggunakan “permainan
eksploitasi
bendera”.
terhadap anak
(20 menit)

Materi ini berisi pemberian lembar


penugasan yang harus diisi di rumah
Langkah 8 oleh kedua orang tua atau pengasuh.
Penutup (10 menit) Rangkuman keseluruhan terhadap
substansi materi juga dilakukan pada
langkah ini.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 53

MODUL Perlindungan Anak.indd 53 3/20/2018 11:04:44 AM


1.8. Proses Pembelajaran

1
Langkah

Pembukaan

1. Ucapkan salam
2. Pastikan bahwa peserta sudah memiliki bahan ajar Sesi 12.
3. Bina suasana untuk membangkitkan motivasi peserta dalam menerima
materi.
4. Ajak peserta mereview materi sebelumnya tentang Pencegahan
Kekerasan terhadap Anak, dan tanyakan kepada peserta: apa yang
telah dipelajari di pertemuan sebelumnya?
5. Memotivasi peserta untuk mengingat materi sebelumnya, hubungkan
materi sebelumnya dengan materi yang akan dibahas (pencegahan
penelantaran dan eksploitasi).

2
Langkah

Pengertian Penelantaran

1. Gali pemahaman peserta sekedarnya saja dengan pertanyaan


“Apakah ibu-ibu mengetahui tentang penelantaran terhadap anak?"
2. Minta peserta untuk membaca kasus “Tasripin” di LK 12.1 / Buku
Pintar halaman 33. Jika peserta tidak dapat membaca maka dibantu
oleh pendamping.
3. Setelah kasus dibacakan, fasilitator menanyakan kepada seluruh
peserta:
• Apa saja pekerjaan dan tanggung jawab yang dilakukan oleh
Tasripin dalam menghidupi adik-adiknya?
• Apakah yang dilakukan tersebut layak dilakukan oleh anak seusia
Tasripin?

54 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 54 3/20/2018 11:04:44 AM


• Apa yang seharusnya dilakukan oleh Ayah/kerabatnya terhadap
Tasripin dan adik-adiknya?
4. Tuliskan jawaban peserta pada kertas plano.
5. Simpulkan jawaban peserta dan sampaikan bahwa hal-hal yang
dilakukan oleh ayah Tasripin merupakan tindakan penelantaran.
6. Sampaikan pula bahwa penelantaran adalah tidak dilakukannya
kewajiban dan tanggung jawab orang tua dalam memenuhi
kebutuhan dasar anak, termasuk kasih sayang dan perhatian, dengan
menunjukkan Flipchart 2 dan Buku Pintar halaman 35 tentang
Pengertian Penelantaran.

3
Langkah

Contoh-contoh
penelantaran

1. Minta peserta untuk membentuk kelompok terdiri dari 5-7 orang.


2. Beri waktu lebih kurang 5 menit untuk berdiskusi tentang contoh-
contoh penelantaran yang sering terjadi di lingkungannya. Tanyakan
ke peserta: “Contoh-contoh tindakan penelantaran seperti apa yang
sering terjadi di lingkungan rumah ibu-ibu?“
3. Minta ke masing-masing kelompok untuk presentasi/paparan hasil
diskusi.
4. Bahas kembali dan perkaya dengan contoh-contoh yang sudah
dikemukakan peserta, dengan menggunakan Flipchart 3 dan Buku
Pintar halaman 36.
5. Tanyakan kepada peserta “Akibat penelantaran yang terjadi dari
contoh-contoh yang sudah dikemukakan?"
6. Simpulkan dan sampaikan kepada peserta bahwa penelantaran dapat
membawa akibat buruk pada anak, dengan menunjukkan Flipchart 8
dan Buku Pintar halaman 37 tentang Akibat Penelantaran.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 55

MODUL Perlindungan Anak.indd 55 3/20/2018 11:04:44 AM


4
Langkah

Cara mencegah penelantaran


terhadap anak

1. Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan diskusi cara


mencegah penelantaran terhadap anak, melalui permainan “bola
keberuntungan”(lihat LK 12.2)
2. Jika sudah cukup tergali dari peserta, maka permainan dihentkan.
3. Bahas kembali dan perkaya jawaban-jawaban dari peserta yang
sudah tertulis di kertas plano.
4. Simpulkan dan sampaikan contoh-contoh cara mencegah
penelantaran dengan menggunakan Flipchart 4 dan Buku Pintar
halaman 38.

5
Langkah

Pengertian dan Contoh


Eksploitasi Terhadap Anak

1. Sampaikan pertanyaan kepada peserta:


• Apakah ibu-ibu pernah menyuruh anak membantu keluarga? Jika
pernah dalam bentuk apa?
• Apakah ibu-ibu pernah menyuruh anaknya untuk membantu
mencari uang? Jika pernah dalam bentuk apa?
2. Putarkan film dokumenter tentang eksploitasi anak berjudul: “Pekerja
Anak di Pulau Nias” (F.12.1) atau menggunakan film lain yang sesuai
dengan kondisi setempat/ buka Buku Pintar halaman 39.
3. Tanyakan kepada peserta:
“ibu-ibu.... film tadi menceritakan tentang apa?” (Peserta diberi
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya).
4. Tanyakan kepada 1-2 orang peserta, “Apakah pernah melihat/
mengalami hal yang serupa dengan film yang telah diputar".

56 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 56 3/20/2018 11:04:44 AM


5. Simpulkan jawaban peserta dan arahkan kepada definisi eksploitasi.
6. Sampaikan kepada peserta bahwa memanfaatkan anak untuk
mendapatkan keuntungan baik materi maupun non-materi
merupakan tindakan eksploitasi (Flipchart 6 dan Buku Pintar
halaman 41).
7. Minta peserta untuk menyebutkan contoh-contoh eksploitasi yang
memanfaatkan tubuh anak, tenaga anak dan keluguan anak maupun
pengalihan tanggung jawab orang tua terhadap anak. Sesuai dengan
dengan pemahaman, pengalaman yang pernah dialami oleh peserta
dalam kehidupan sehari-hari.
8. Perdalam pemahaman peserta, gunakan Flipchart 5 dan Buku Pintar
halaman 41 (contoh ekploitasi) atau bacakan/ceritakan contoh-
contoh kasus yag ada pada LK.12.3.
9. Buat kesimpulan bersama peserta: apapun bentuk eksploitasi, untuk
tujuan keuntungan sosial dan ekonomi, atau keuntungan lain, tidak
dibenarkan.

6
Langkah

Akibat Eksploitasi
Terhadap Anak

1. Sampaikan kepada peserta bahwa kita akan bermain “cerita


bergambar” (Buka LK.14.2)
2. Minta perwakilan kelompok untuk paparan dan kelompok lain
memberikan tanggapan/komentar.
3. Berikan ulasan pada masing-masing paparan yang telah disampaikan
oleh kelompok.
4. Jelaskan kepada peserta bahwa eksploitasi dapat berakibat buruk
bagi anak-anak dengan menggunakan Flipchart 6 dan Buku Pintar
halaman 41 (Akibat eksploitasi).

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 57

MODUL Perlindungan Anak.indd 57 3/20/2018 11:04:44 AM


7
Langkah

Cara Pencegahan Eksploitasi


Terhadap Anak

1. Ajak peserta bermain “permainan bendera” untuk mendiskusikan


pencegahan eksploitasi terhadap anak, dengan menggunakan LK
12.5a dan LK 12.5b
2. Simpulkan cara-cara yang dapat dilakukan oleh orangtua untuk
mencegah eksploitasi terhadap anak, menggunakan Flipchart 7 dan
Buku Pintar hal 48.
3. Tanyakan kepada peserta:
• Siapa diantara peserta yang anaknya belum memiliki akte kelahiran?
• Apakah mencatatkan kelahiran anak itu penting?
• Apa manfaat memiliki akte kelahiran?
4. Fasilitator menyampaikan kepada peserta bahwa pencatatan
kelahiran (memiliki akte kelahiran, mendaftarkan anak pada Kartu
Keluarga) merupakan salah satu cara mencegah eksploitasi terhadap
anak.
5. Simpulkan dengan menggunakan Flipchart 8 dan Buku Pintar
halaman 49.

58 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 58 3/20/2018 11:04:44 AM


8
Langkah

penutup

1. Berikan motivasi ke KPM untuk


tidak melakukan penelantaran
dan eksploitasi, putarkan film
“Raeni Putri Tukang Becak Yang
Lulus Cum Laude”.
2. Simpulkan hasil dari pemutaran
film bahwa: “Keterbatasan
ekonomi keluarga, anak tetap dapat berpretasi".
3. Sampaikan pesan kunci pembelajaran, Flipchart 8 dan Buku Pintar
halaman 51.
4. Bagikan lembar penugasan kepada peserta (LK 12.7/Buku Pintar
halaman 53.
5. Jelaskan tata cara pengisian lembar penugasan (LK.12.7).
6. Minta kepada peserta untuk mengisi lembar penugasan tersebut di
rumah bersama keluarga.
7. Tutup pertemuan dengan mengucapkan salam dan doa serta ucapan
terima kasih.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 59

MODUL Perlindungan Anak.indd 59 3/20/2018 11:04:45 AM


Lembar kerja (LK): 12.1

kasus
Kisah Tasripin, Bocah 12 Tahun yang Harus
Menghidupi Ketiga Adiknya

Jakarta - Jauh di sebuah


Dusun di Desa Gunung Lurah,
Kecamatan Cilongok, Banyumas,
Jawa Tengah, Tasripin (12)
bocah tanggung dari Dusun
Pesawahan harus hidup sendiri
dan mencari nafkah untuk
menghidupi ketiga adiknya
Dandi (9) Riyanti (7) dan Daryo (5). Tasripin harus
bekerja di sawah agar adik-adiknya tetap bisa makan.

Di rumah bilik kayu dengan luas 5x7 meter persegi dengan


satu ruang kamar luas 3x3 meter persegi dan sebuah dapur
dengan tungku kayu bakar serta isi perabotan yang sangat
sederhana dan hanya terdapat dua buah kursi panjang dan satu
meja, beralaskan lantai semen yang sudah pecah, hidup empat
bocah sebatang kara. Ayah mereka pergi bekerja di Kalimantan
bersama kakak tertuanya, sementara ibunya meninggal akibat
tertimbun longsor saat sedang mencari pasir satu tahun lalu.

Kini bocah-bocah tersebut harus hidup sebatang kara dan tidur


dalam satu kamar dengan kasur dan bantal yang sudah tampak lusuh
dengan ditutupi matras. Ketiga adiknya sangat mengandalkan kakak
kedua mereka, Tasripin, yang setiap hari harus bekerja di sawah
dengan mencangkul, membersihkan sisa-sisa padi serta menanam
padi bersama warga desa pada saat masa tanam ”Ibu sudah
meninggal dan bapak bekerja di Kalimantan bersama kakak",kata
Tasripin, Jumat (12/4/2013).

60 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 60 3/20/2018 11:04:45 AM


Hampir setiap hari, Tasripin mesti pergi ke sawah untuk mencari uang
demi menghidupi ketiga adiknya. Para tetangga sekitar yang simpati
dengan keadaan Tasripin pun kadang sering membantu menberikan
nasi maupun lauk pauk bagi bocah-bocah tersebut. Tak jarang
mereka hanya makan dengan nasi seadanya namun tampak nikmat.
“Kalau berangkat ke sawah jam 7 pagi dan pulang jam 12 siang.
Kadang sehari dapet Rp. 30 - 40 ribu sehari. Itu beli beras dan sayur.
Sisanya untuk jajan adik,” jelas bocah yang telah putus sekolah itu.
Pagi sebelum dia berangkat ke sawah, Tasripin harus memasak
nasi dan sayur untuk adik-adiknya. Selain memasak, dia juga harus
mencuci pakaian, menyapu serta memandikan adik-adiknya. Tapi
bukan hanya sekedar memandikan dan memberikan makan untuk
adik-adiknya, dia pun bertanggung jawab terhadap akhlak adik-
adiknya dengan mengajak adik-adiknya salat dan mengaji di musala
depan rumahnya.
Sumber: http://news.detik.com/read/2013/04/13/060333/2219273/10/kisah-tasripin-
bocah-12-tahun-yang-harus-menghidupi-ketiga-adiknya

Lembar kerja (LK): 12.2

Nama Permainan : Permainan “Bola Keberuntungan”


Perlengkapan : Bola, Kertas plano (sudah ditempel
di tembok), spidol
Lama permainan : 10 menit
Pemain : Seluruh Peserta

Langkah-Langkah:
1. Fasilitator mengajak peserta untuk membuat lingkaran dan fasilitator
berdirimenyatu dalam lingkaran.
2. Fasilitator menyediakan bola atau membuat benda seperti bola yang
disebut dengan bola keberuntungan.
3. Fasilitator meminta peserta yang dapat menulis untuk maju ke
depan untuk menuliskan apa yang disebutkan oleh peserta lain yang
mendapatkan bola keberuntungan dan menuliskannya di kertas plano
kosong yang sudah disediakan.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 61

MODUL Perlindungan Anak.indd 61 3/20/2018 11:04:45 AM


4. Fasilitator menjelaskan aturan permainan:
 Bola dilempar ke salah satu peserta dengan menyebutkan nama
yang dituju. Peserta yang dituju wajib menangkap bola yang
dilempar.
 Bagi peserta yang mendapatkan bola, diminta menyebutkan salah
satu cara mencegah penelantaran terhadap anak.
 Setelah peserta menyebutkan cara mencegah tersebut, peserta
harus segera melemparkan bola ke peserta lain yang belum
memperoleh bola.
 Fasilitator akan memberikan kesempatan kepada peserta
(menunggu) untuk tetap menjawab, apapun jawabannya. Tidak
ada jawaban yang salah.

Lembar kerja (LK): 12.3

kasus 1

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA: IBU


KANDUNG MELACURKAN ANAK—
Eksploitasi yang dilakukan ibu kandung
terhadap anaknya yang terjadi di
Tanjung Pinang, Kepulauan Riau akhirnya
dilaporkan ke Mabes Polri setelah
sebelumnya mengadu ke Komnas
Perlindungan Anak.

Seorang anak perempuan berusia


16 tahun sebut saja ES didamping
ayah kandungnya dan pengacaranya
melaporkan ibu kandungnya berinisial
Jan dengan pasal 88 Undang-undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Laporannya yang
dibuat ayah kandungnya tersebut

62 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 62 3/20/2018 11:04:49 AM


diterima polisi dengan nomor laporanTBL/70/II/2014/Bareskrim
tertanggal 12 Februari 2014.Kuasa hukum ES, Riki Rikardo Manik
mengungkapkan kasus eksploitasi anak tersebut bermula saat
orangtua kandung ES bercerai pada 2011 silam.

ES pun atas permintaan ibunya diasuh ibu kandungnya. Tetapi


bukan kasih sayang yang ES dapatkan, justru ES dijadikan mesin
uang dengan menjadi penyanyi di sejumlah kafe di Tanjung Pinang.
Dengan berpakaian seksi, ES dijadikan sang ibu sebagai penyanyi
kafe, bahkan ia pun harus melayani tamu-tamu hidung belang di kafe
seusai menyanyi. Meskipun ES bisa menjaga dan menolak ajakan
nafsu birahi para pria yang berkunjung ke kafe, tetapi ia kerap diraba-
raba pria-pria nakal bahkan pada bagian tubuh sensitifnya. Sang ibu
disebutkan selalu menemaninya di kafe dan melihat anaknya digoda
para pria hidung belang.”Dia terpaksa untuk mengikuti keinginan
ibunya untuk bernyanyi di cafe sampai larut malam dengan baju yang
seksi dan mengenakan rok mini, setelah itu menemani tamu-tamu
kafe,” kata Riki saat ditemui di Gedung Bareskrim, Rabu (12/2014).
Ia tidak bisa berbuat apa-apa dan bingung harus kemana mengadu
ditengah tekanan sang ibu. Bila menolak, maka kekerasan yang akan
diberikan sang ibu kepadanya. Bahkan suatu saat pernah rambutnya
dijambak sang ibu hingga rambutnya lepas dan kepalanya berdarah.

Perlakuan sang ibu, membuat ES pun harus berhenti dari sekolah.


Uang yang ia dapatkan setiap malam antara Rp 3 juta hingga Rp
4 juta harus disetorkan seluruhnya kepada sang ibu tanpa tahu
digunakan untuk apa. Di rumah pun ES tidak bisa keluar masuk
rumah secara bebas karena pintu rumah selalu digembok sang
ibu. Dua tahun lebih, ES hidup dalam penderitaan, akhirnya ia pun
melarikan diri dari rumah ibunya dan pergi ke rumah temannya pada
Oktober 2013. Ia pun kemudian mencari perlindungan di Rumah
Perlindungan Sosial Anak di Tanjung Pinang.

Setelah itu, barulah ES diserahkan kepada ayah kandungnya berinisial


HN.Tidak terima perlakukan ibu kandung ES yang memanfaatkan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 63

MODUL Perlindungan Anak.indd 63 3/20/2018 11:04:50 AM


anaknya untuk kepentingan ekonomi, akhirnya ia pun melapor ke
Polres setempat, tetapi laporannya tidak diterima dengan alasan
harus didampingan Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD).
Kemudian dugaan pidana tersebut dilaporkan ke Mabes Polri.

Sumber:http://www.tribunnews.com/nasional/2014/02/12/kasus-ibu-kandung-
eksploitasi-anak-jadi-penyanyi-kafe-akhirnya-masuk-mabes-polri

kasus 2

Hati-hati! Perdagangan Anak Makin Marak

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN—Kasus perdagangan anak kembali


terkuak. Kali ini terjadi di Kota Medan, Sumatera Utara pada 6
Februari 2014 lalu. Seorang Ibu membeli anak bayi kepada Bidan
berinisial H boru Purba (57) seharga Rp12 juta. Namun, saat akan
dimulainya transaksi, Ibu yang membeli bayi itu, ternyata adalah
seorang Polisi Wanita (Polwan). Kemudian langsung membawa Ibu
penjual bayi itu ke Mapolresta Medan untuk mempertanggung
jawabkan perbuatan pelaku.

Selain itu, juga diboyong ke Polresta Medan, M Nainggolan (53)


suami dari Ibu Bidan H boru Purba (57 tahun) penjual bayi tersebut,
karena ikut membantu dan bekerja sama. Bayi yang dijual itu diduga
anak seorang Pekerja Seks Komersial (PSK) dari Batam, Provinsi
Kepulauan Riau. Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Jean
Calvijn Simanjuntak, membenarkan penangkapan pelaku penjual
bayi tersebut. Pakar hukum dari Universitas Sumatera Utara (USU),
Pedastaren Tarigan mengatakan pelaku penjualan anak dapat
dianggap sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat.
“Wajar dijatuhi hukuman berat, sehingga dapat membuat efek
jera bagi pelaku dan tidak mengulangi lagi perbuatan melawan
hukum tersebut,” kata Pedastaren Tarigan di Medan, Kamis (13/2).

64 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 64 3/20/2018 11:04:50 AM


Perbuatan memperdagangkan anak bayi tersebut, menurut dia, juga
dinilai tidak mempunyai prikemanusian dan termasuk pelanggaran
hukum berat. “Pekerjaan memperjualbelikan anak bayi untuk
memperkaya diri sendiri adalah perbuatan yang dilarang dan
tidak dibenarkan, dan apalagi dilakukan pula oleh seorang bidan,”
jelasnya. Dia menyebutkan, perdagangan bayi itu, diduga memiliki
jaringan sindikat di dalam negeri maupun negara asing.

Kasus memperjualbelikan bayi itu, lanjutnya, cukup marak terjadi di


berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, ujar dia kegiatan ilegal dan
pelanggaran hukum tersebut, dikoordinir secara rapi dan sulit untuk
dibongkar aparat kepolisian. “Aparat keamanan terpaksa harus
melakukan penyamaran untuk bisa mengungkap praktik kotor yang
sudah berjalan cukup lama, namun tidak diketahui pihak berwajib,”
kata Kepala Laboratorium Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara ini. Untuk menipu warga dan petugas keamanan, pelaku bisnis
anak bayi itu, berpura-pura membuka klinik bersalin di rumahnya.
Kegiatan ini sangat rapi dan tidak mencurigakan. Terbongkarnya
kasus penjualan anak itu, juga berkat laporan masyarakat kepada
Polresta Medan.

Staf pengajar pada Fakultas Hukum USU itu juga minta kepada
masyarakat yang mengetahui perdagangan bayi, segera melaporkan
ke pihak berwajib untuk meminimalisir kejahatan perdangan anak.
“Kejahatan memperdagangkan anak bayi itu harus ditertipkan,
karena juga meresahkan masyarakat dan banyaknya terjadi bayi
yang hilang dan penculikan terhadap anak-anak,” kata Pedastaren

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/02/13/n0x8r5-
hatihati-perdagangan-anak-makin-marak

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 65

MODUL Perlindungan Anak.indd 65 3/20/2018 11:04:50 AM


kasus 3

Polisi Tahan 27 Orang


Diduga Terkait Kasus Perdagangan Manusia

JAKARTA, KOMPAS.com—Satuan Reserse dan Kriminal Polres


Tanjung Priok, Jakarta Utara menangkap 27 orang yang diduga
terkait kasus perdagangan manusia dan memperkerjakan anak
dibawah umur. Penangkapan dilakukan pada Selasa (25/3/2014)
sekira pukul 21.00 WIB, di salah satu kios lantai 3, Rukan Muara
Baru Center, Muara Baru, Jakarta Utara. “Hingga saat ini kami masih
melakukan penyidikan mengenai cara perekrutannya. Apakah hal ini
terkait dengan human trafficking juga terkait pekerja anak di bawah
umur,” ujar Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tanjung Priok,

66 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 66 3/20/2018 11:04:52 AM


Ajun Komisaris Polisi Wirdanto Hadicaksono, Rabu (26/3/2014).

Dari 27 orang yang ditangkap, delapan orang di antaranya


merupakan pegawai biro jasa penyalur tenaga kerja Bina Jasa
Mina, sedangkan 19 orang lainnya adalah calon pekerja. Dugaan
kasus memperkerjakan anak di bawah umur, diketahui setelah polisi
mendapatkan data 3 orang calon pekerja, yang pertama masih
berusia 15 tahun dan dua orang lagi berusia 13 tahun. Penangkapan
tersebut berawal dari laporan anak hilang orangtua salah satu
pekerja di bawah umur. Orangtua itu awalnya mencari sendiri anak
mereka yang bernama Alwi itu. Mereka akhirnya menduga anak
itu berada di satu biro jasa penyalur tenaga kerja. Dalam sebuah
penggerebekan, polisi menahan semua pegawai serta calon pekerja
yang berada di penampungan biro jasa. Wirdanto mengatakan,
penyidik juga mendalami legalitas perusahaan biro jasa tersebut.
Pihaknya juga belum menetapkan tersangka karena pemeriksaan
masih berlangsung. “Namun mengenai pasal yang akan dikenakan
sementara, atas data yang diperoleh akan mengacu pada undang-
undang perlindungan anak,” ujar Wirdanto.
Sumber: http://megapolitan.kompas.com/read/2014/03/26/1856060/Polisi.
Tahan.27.Orang.Diduga.Terkait.Kasus.Perdagangan.Manusia

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 67

MODUL Perlindungan Anak.indd 67 3/20/2018 11:04:52 AM


Lembar kerja (LK): 12.4

Nama Permainan : Menceritakan gambar


Perlengkapan : 3 set gambar
Lama permainan : 10 menit
Pemain : Seluruh Peserta

Langkah-Langkah:
1. Fasilititator membagi peserta menjadi beberapa masing-masing
kelompoknya beranggotakan 4-5 orang.
2. Fasilitator menjelaskan aturan permainan, yaitu: setiap kelompok
akan memperoleh 1 set gambar. Kelompok ditugaskan untuk
mendiskusikan cerita dalam gambar tersebut?”
3. Fasilitator meminta masing-masing kelompok memilih juru bicara
untuk menceritakan kembali gambar tersebut.

AKIBAT EKSPLOITASI
Gambar Set 1

1 2

3 4

68 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 68 3/20/2018 11:04:55 AM


Gambar Set 2

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 69

MODUL Perlindungan Anak.indd 69 3/20/2018 11:04:58 AM


Gambar Set 3

1 2

3 4

70 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 70 3/20/2018 11:05:02 AM


Lembar kerja (LK): 12.5a

Nama Permainan : Permainan Bendera


Perlengkapan : Bendera yang berbeda warna sesuai jumlah
peserta (kertas warna ditempel di tusukan sate/stik es krim)/jika
tidak tersedia bendera dapat menggunakan peralatan lainnya
yang tersedia di lokasi (contoh: daun berbeda warna/ tangan
kanan dan kiri) dan daftar pernyataan (LK 12.6)
Lama permainan : 10 menit
Pemain : Seluruh Peserta

Langkah-Langkah:

Fasilititator membagi bendera


kepada masing-masing peserta.
Masing-masing peserta mendapat
2 bendera yang berbeda warnanya.
Contoh: merah dan hijau. Fasilitator
menjelaskan aturan permainan
bendera, yaitu:

Fasilitator akan membacakan sejumlah pernyataan yang harus direspon


oleh semua peserta. Jika peserta berpendapat bahwa pernyataan
yang disebutkan oleh fasilitator merupakan cara mencegah eksploitasi
anak, maka peserta mengangkat bendera warna hijau. Jika peserta
berpendapat bahwa itu bukan cara mencegah eksploitasi anak maka
kelompok mengangkat bendera berwarna merah.

1. Fasilitator membacakan pernyataan pertama.

2. Setelah semua peserta mengangkat bendera, fasilitator menanyakan


alasan masing-masing peserta mengapa memilih bendera tersebut.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 71

MODUL Perlindungan Anak.indd 71 3/20/2018 11:05:02 AM


3. Fasilitator mengulangi proses diatas untuk pernyataan demi
1 pernyataan selanjutnya sampai seluruh pernyataan selesai
dibacakan atau sesuai waktu yang tersedia (tergantung waktu yang
tersedia, fasilitator dapat memilih beberapa pernyataan (dan tidak
membacakan semua) dari lembar pernyataan.

4. Fasilitator menutup permainan dengan melakukan debriefing apa


yang dipelajari dari permainan tadi.

Lembar Kerja (LK): 12.5b

Ya/
No Pernyataan Jawaban
Bukan

Menyuruh anak menjadi kuli angkut barang


1 Ya/Bukan Bukan
untuk menambah uang belanja

2 Menyuruh anak untuk mengemis di jalanan Ya/Bukan Bukan

Menyuruh anak bekerja di tempat hiburan


3 Ya/Bukan Bukan
malam
Mengizinkan anak untuk menikah sebelum
4 Ya/Bukan Bukan
usia 18 tahun

5 Menjual bayi Ya/Bukan Bukan

6 Memberikan waktu bermain kepada anak Ya/Bukan Ya

Memberikan waktu istirahat yang cukup


7 Ya/Bukan Ya
untuk anak
Memberikan kesempatan anak untuk belajar
8 Ya/Bukan Ya
agama

9 Melarang anak bermain ke rumah tetangga Ya/Bukan Bukan

Membiarkan anak keluar sendirian di malam


10 Ya/Bukan Bukan
hari

72 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 72 3/20/2018 11:05:02 AM


11 Membuat akte kelahiran untuk anak Ya/Bukan Ya

Memasukkan anak dalam daftar kartu


12 Ya/Bukan Ya
keluarga
Menggendong bayi untuk mengumpan
13 Ya/Bukan Bukan
orang lain agar iba

Catatan: Tidak semua kalimat harus dibacakan oleh fasilitator, sesuaikan dengan
waktu yang tersedia

Lembar kerja (LK): 12.7

Lembar Penugasan Rumah


Pentunjuk pengisian: lembar ini diisi oleh kedua orang
tua atau pengasuh:

Nama Ayah/ Pengasuh


Nama Ibu/ Pengasuh
Nama Anak
Kewajiban Orang tua/ Pengasuh
Cara mencegah Sudah Belum Kapan akan
penelantaran dan dilakukan* dilakukan* dilakukan?
eksploitasi anak (...hari/minggu/
bulan/tahun)
1. Memberikan waktu
bermain untuk anak
2. Meluangkan waktu
berkomunikasi
dengan anak
(tanyakan apa yang
dialami anak hari ini)
3. Tidak menyuruh
anak bekerja untuk
mendapatkan uang
4. Membantu anak
mengerjakan PR

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 73

MODUL Perlindungan Anak.indd 73 3/20/2018 11:05:02 AM


Kewajiban Orang tua/ Pengasuh
Cara mencegah Sudah Belum Kapan akan
penelantaran dan dilakukan* dilakukan* dilakukan?
eksploitasi anak (...hari/minggu/
bulan/tahun)
5. Membagi peran
pengasuhan anak
dengan keluarga
6. Memastikan
ketersediaan
makanan anak
7. Membuat anak
untuk tidak putus
sekolah
8. Mengajarkan
anak untuk tidak
melayani orang
yang tidak dikenal,
tidak menerima
pemberian apapun
dari orang yang
tidak dikenal dan
dipercaya
9. Mengawasi anak
ketika bermain
gadget (HP),
termasuk kegiatan
oline
10. Membuat akta
kelahiran anak
11. Mengenali teman-
teman dan orang
dewasa yang ada
di sekitar anak-anak
kita
12. Melakukan kegiatan
ibadah bersama
dengan anak

Keterangan: * Beri tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan

74 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 74 3/20/2018 11:05:02 AM


Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 75

MODUL Perlindungan Anak.indd 75 3/20/2018 11:05:05 AM


76 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 76 3/20/2018 11:05:09 AM


Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 77

MODUL Perlindungan Anak.indd 77 3/20/2018 11:05:09 AM


1.9. Bahan Bacaan: Pencegahan penelantaran
dan Eksploitasi erhadap Anak

1.9.1.
Pencegahan Penelantaran Terhadap Anak

1 Apa yang dimaksud dengan penelantaran?


Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan tanggung
jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar anak secara
wajar, termasuk kasih sayang dan perhatian (Irwanto, 2014).
Sedangkan anak terlantar adalah anak yang karena suatu sebab
orang tuanya melalaikan kewajibannya sehingga kehidupan anak
tidak dapat terpenuhi dengan wajar baik rohani, jasmani maupun
sosial (pasal 1 UU Nomor 4 Tahun 1979).

Terlantar di sini bukan sekadar karena seorang anak sudah


tidak lagi memiliki salah satu orang tua atau kedua orang
tuanya. Tetapi juga dalam pengertian ketika hak-haknya untuk
tumbuh kembang secara wajar, untuk memperoleh pendidikan
yang layak, dan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
memadai tidak terpenuhi karena kelalaian, ketidakmengertian,
ketidakmampuan atau kesengajaan dari orang tua. Seorang
anak yang kelahirannya tidak dikehendaki misalnya, sangat
rawan untuk diterlantarkan karena ketidaksiapan orang tua untuk
melahirkan dan memelihara anaknya secara wajar. Penelantaran
juga dapat berupa pendiaman dan pembahayaan. Penelantaran
terkadang dilakukan oleh orang tua secara tidak disadari,
karena disebabkan dampak dari kehidupannya sendiri, seperti
kemiskinan, karakter atau tekanan yang sedang dialami oleh
orang tua pada saat itu. Para orang tua atau sebagian besar orang
menganggap penelantaran sebagai hal yang biasa sehingga
sulit dideteksi. Hampir tidak ada orang yang melaporkan kondisi
tersebut bahkan tidak pernah dilaporkan kepada pihak yang
berwenang karena dengan dalih urusan keluarga, padahal hal
ini sangat berdampak buruk untuk kehidupan anak kelak di
kemudian hari.

78 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 78 3/20/2018 11:05:09 AM


2



Jenis/contoh dan dampak pelantaran terhadap anak
a. Penelantaran Fisik
Penelantaran fisik terjadi jika seseorang melalaikan kewajiban
tugas dan tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan anak
yang bersifat fisik, misalnya: tidak memberikan makanan yang
sehat, aman dan bergizi, tidak memenuhi kebutuhan sandang
termasuk memberikan pakaian kotor terhadap anak atau ketika
seorang ibu tidak membawa ke posyandu/puskesmas ketika anak
sakit adalah bagian dari penelantaran fisik. Begitupun jika orang
tua tidak memberikan keleluasaan anak bekreasi (bermain),
membiarkan anak terganggu binatang (kalajengking, kecoa, ular,
anjing, dll), dan anak dibiarkan di rumah sendiri tanpa ada orang
dewasa adalah juga bentuk-bentuk dari penelantaran fisik.

KAMUS ISTILAH

Penelantaran adalah tidak dilakukannya kewajiban dan


tanggung jawab orang tua dalam memenuhi kebutuhan dasar
anak secara wajar,termasuk kasih sayang dan perhatian

Pendiaman adalah tidak dilakukannya tindakan ketika diketahui


seorang anak sedang membutuhkan pertolongan atau bantuan
karena terancam kesejahteraan fisik dan mentalnya

Pembahayaan adalah tindakan orang tua atau dewasa yang


dengan sengaja atau tidak sengaja menaruh anak pada situasi
yang membahayakan kesejahteraan fisik dan mentalnya
Sumber: Irwanto,2014

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 79

MODUL Perlindungan Anak.indd 79 3/20/2018 11:05:09 AM


b. Penelantaran Mental
Keterlantaran mental dapat
terjadi jika orang tua/pengganti
orang tua tidak memberikan
pendidikan, kasih sayang,
perhatian kepada anak. Begitu
pula jika anak tidak didengar
pendapatnya adalah bentuk
penelantaran secara mental.

c. Penelantaran Spiritual
Penelantaran spiritual dapat terjadi jika orang tua tidak melakukan
tugas dan tanggung jawabnya untuk mengenalkan nilai-nilai baik
dan buruk yang disebabkan karena sibuk, ataupun tidak ada
waktu, atau apapun penyebabnya, sehingga anak tidak pernah
tahu atau memahami nilai-nilai kehidupan. Selanjutnya, orang
tua yang tidak pernah menghargai anak melalui celaan-celaan,
selalu menyalahkan anak, merupakan bentuk penelantaran.

d. Penelantaran Sosial
Jika anak tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan terkait dengan
hubungan dengan orang lain seperti: ditinggal pergi dan
sendirian, didiamkan oleh orang lain dalam kurun waktu tertentu,
tidak dipedulikan.

3 Akibat Penelantaran
a. Putus sekolah
b. Kurang gizi
c. Celaka, luka
d. Digigit binatang (kalajengking, kecoa,ular, anjing)
e. Sering ketakutan/tidak berani
f. Kemampuan berbahasa rendah
g. Anak merasa tidak aman
h. Susah bergaul
i. Mengalami masalah penyesuaian diri pada masa yang akan
datang
j. Dll

80 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 80 3/20/2018 11:05:10 AM


4

Cara mencegah Pelantaran terhadap anak
Apapun bentuk penelantaran adalah melanggar hak anak
dan tidak boleh dilakukan oleh siapapun termasuk orang
tua, mengingat dampaknya sangat membahayakan terhadap
kelangsungan hidup anak secara fisik, psikis, sosial, dan spiritual.
Jika orangtua menginginkan anak keturunannya memiliki
kecerdasan yang maksimal, maka harus berusaha memenuhi
kebutuhan dasar anak diantaranya: fisik, psikis maupun sosial
dan spiritualnya, dan menghindari penelantaran dalam bentuk
apapun. Dengan kata lain, sebagai orang tua ada beberapa hal
yang harus dilakukan guna mencegah penelantaran terhadap
anak:
a. Memenuhi kebutuhan dasar anak (kasih
sayang,sandang,pangan, dan papan)
b. Meluangkan waktu untuk bersama dengan anak
c. Berbagi tugas dalam mengasuh anak
d. Mendidik tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan
e. Memperhatikan pergaulan anak
f. Memperhatikan perkembangan anak
g. Menitipkan anak kepada keluarga/kerabat yang dapat
dipercaya pada saat orangtua tidak berada di rumah
h. Menitipkan anak di tempat penitipan anak
i. Mengkonsultasikan
masalah keluarga
dengan aparat
setempat, atau
penyedia layanan
(misalnya guru ngaji,
bidan, dll)
j. Bawa anak ke tempat
kerja (jika ada fasilitas
yang aman)
h. Konsultasi dengan
pendamping PKH
untuk membantu
mencari solusi , dll.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 81

MODUL Perlindungan Anak.indd 81 3/20/2018 11:05:11 AM


Bila Orang Tua berpisah/bercerai

Bila terjadi keterpisahan orangtua (antara ayah dan ibu), maka


demi kepentingan terbaik bagi anak, keduanya harus tetap
menjalankan peran sebagai orangtua. Tanggung jawab terhadap
anak harus dijalankan secara bersama oleh kedua orangtua
walaupun keduanya telah berpisah atau bercerai. Berikut
merupakan uraian penting bagi orangtua yang berpisah agar
pengasuhan yang kontinuum tetap dapat dilaksanakan.
 Pertimbangkan prioritas kebutuhan anak-anak,
mempersiapkan segala sesuatu untuk anak-anak sesuai
dengan prinsip kepentingan terbaik anak.
 Melindungi anak-anak dari bahaya fisik atau psikis atau
dampak buruknya.
 Mendorong anak-anak untuk berbicara dan bertemu dengan
orang tua lainnya (ayah atau ibu) secara berkala, kecuali jika
hal itu akan membahayakan / merugikan anak.
 Jangan
menyatakan
tidak atau
menghentikan
komunikasi
antara anak
dengan salah
satu orangtua
(ayah atau ibu)
karena hal
tersebut akan
menyebabkan
hubungan yang buruk / merusak hubungan antara anak
dengan orangtua (ayah atau ibu).
 Hargai pandangan anak terutama ketika membuat keputusan
yang berdampak pada kehidupan anak.
Sumber: Hadi Utomo, 2014

82 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 82 3/20/2018 11:05:11 AM


1.9.2. Pencegahan Eksploitasi Terhadap Anak

1

Apa yang dimaksud dengan Eksploitasi?
Eksploitasi adalah pemanfaatan atau penyalahgunaan tenaga,
tubuh, kenaifan (keluguan/kepolosan) anak untuk memperoleh
keuntungan sosial maupun ekonomi (Irwanto, 2014). Contoh
pemanfaatan tubuh anak yaitu anak yang dilacurkan, pornografi
anak, atau anak yang memiliki kecacatan atau bayi untuk
memancing rasa iba oleh pengemis dewasa. Pemanfaatan
tenaga anak dapat berupa memberikan pekerjaan rutin, berat
dan berbahaya kepada anak seperti memecah batu, mengupas
kerang, mengumpulkan sampah, atau menyelam untuk
mengambil mutiara, mendulang emas, bekerja lebih dari 3 jam
perhari dan terus menerus. Contoh pemanfaatan kepolosan
dan keluguan anak yaitu perkawinan anak pada usia sebelum 18
tahun, anak yang dilacurkan, dll.

Eksploitasi terhadap anak biasanya dilakukan karena 2 hal.
Pertama, mengeksploitasi anak untuk memperoleh penghasilan
berupa uang, contohnya anak yang dilacurkan, anak yang
dipekerjakan, anak yang digunakan untuk mengemis, dll.
Kedua, mengeksploitasi anak untuk memperoleh status sosial
atau derajat yang lebih tinggi seperti anak perempuan yang
dinikahkan dengan laki-laki yang lebih kaya atau berkedudukan
lebih terhormat, anak perempuan yang dilacurkan untuk membeli
HP dan meningkatkan status sosialnya, dll.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 83

MODUL Perlindungan Anak.indd 83 3/20/2018 11:05:11 AM


2 Contoh-contoh
eksploitasi terhadap
anak.
a. Eksploitasi ekonomi
Eksploitasi ekonomi, yaitu
pemanfaatan yang dilakukan
secara sewenang-wenang
dan berlebihan terhadap
anak untuk kepentingan
ekonomi semata-mata tanpa
mempertimbangkan rasa kepatutan,
keadilan serta kompensasi kesejahteraan
terhadap anak.
Contoh perbuatan yang termasuk eksploitasi ekonomi
terhadap anak: misalnya buruh anak sebagai pembantu,
pekerja pabrik, buruh angkut pelabuhan, pengemis, pengamen,
kuli bangunan, buruh tani, dll.

Eksploitasi adalah tindakan dengan atau tanpa persetujuan


korban yang meliputi tetapi tidak terbatas pada pelacuran,
kerja atau pelayanan paksa, perbudakan atau praktik
serupa perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan
fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan
hukum memindahkan atau mentransplantasi organ dan/
atau jaringan tubuh atau memanfaatkan tenaga atau
kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendapatkan
keuntungan baik materiil maupun immateriil. (pasal 1 UU
Nomor 21 Tahun 2007)

Pekerja anak adalah anak-anak yang melakukan pekerjaan


secara rutin untuk orang tuanya, untuk orang lain, atau
untuk dirinya sendiri yang membutuhkan sejumlah besar
waktu, dengan menerima imbalan atau tidak (Bagong:
2010). Anak adalah setiap orang yang berusia 18 (delapan
belas) tahun (UU Nomor 13 Tahun 2003).

84 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 84 3/20/2018 11:05:12 AM


b. Eksploitasi Seksual
Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ
tubuh seksual atau organ tubuh lain dari seseorang anak untuk
mendapatkan keuntungan pribadi, termasuk tetapi tidak terbatas
pada semua kegiatan pelacuran, percabulan, wisata seks,
promosi dan distribusi pornografi yang melibatkan anak-anak,
pelibatan anak dalam pertunjukan seks dan bentuk lainnya.
Contoh perbuatan eksploitasi seksual terhadap anak: anak
disuruh jadi pelacur untuk mendapatkan uang, anak dijual.

3

Dimanakah eksploitasi seksual terhadap anak
terjadi?
Eksploitasi seksual terhadap anak terjadi di semua tempat
termasuk:
a. Di rumah, rumah singgah, panti asuhan
b. Di sekolah, pesantren
c. Di jalan
d. Di tempat kerja
e. Di tahanan kepolisian, lembaga permasyarakatan, pusat
rehabilitasi
f. Di masyarakat

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 85

MODUL Perlindungan Anak.indd 85 3/20/2018 11:05:12 AM


Anak-anak sangat rentan mengalami kekerasan seksual/
eksploitasi dari anggota masyarakat. Eksploitasi seksual
sering kali dilakukan oleh orang yang dikenal oleh anak
termasuk anggota keluarga atau orang dewasa yang
dipercayai anak seperti pelatih olahraga, polisi, guru atau
majikan. Akan tetapi dapat juga dilakukan oleh orang yang
tidak dikenal (studi sekjen PBB tentang kekerasan terhadap
anak, 2006).

4 Faktor-faktor yang mempengaruhi anak


beresiko terhadap eksploitasi
a. Faktor Gender
1. Dalam berbagai budaya lokal, perempuan merupakan
individu yang lebih berisiko dari laki-laki, terutama dalam
kekerasan/eksploitasi seksual (walaupun korban laki-laki juga
mulai banyak dilaporkan).
2. Di Indonesia posisi perempuan yang berisiko dilihat dari
budaya diperparah oleh hukum yang memperbolehkan anak
perempuan dinikahkan pada usia 16 tahun atau lebih muda.
3. Undang-undang kriminal yang tidak memihak pada korban
eksploitasi anak; yaitu usia tanggung jawab kriminal 12-14
tahun, UU ini mengakibatkan anak perempuan akan sangat
dirugikan.
4. Anak laki-laki juga lebih berisiko terhadap bulliying dan
kekerasan fisik/bekerja berat.

b. Faktor keutuhan orang tua


Penelitian pada keluarga yang miskin dan hampir miskin
menunjukkan bahwa kematian orang tua merupakan faktor
yang dapat mengakibatkan anak putus sekolah sehingga
membuat anak rentan untuk dieksploitasi orang lain.

86 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 86 3/20/2018 11:05:12 AM


c. Putus Sekolah
Putus sekolah terutama di jenjang pendidikan dasar 9 tahun,
merupakan faktor yang menyebabkan anak rentan bekerja,
kawin muda, dan menjadi sasaran bujuk rayu organisasi
kriminal.

d. Stigma dan Diskriminasi


1. Anak dengan disabilitas, anak yang mengalami gangguan
mental/ intelektual, anak yang mengalami penyakit berstigma
atau dicap jelek di masyarakat seperti kusta atau HIV/AIDS
sehingga beresiko terhadap penolakan, penelantaran,
kekerasan dan pengucilan oleh masyarakat.
2. Anak dari orang tua yang dicap jelek karena latar belakang
politik, budaya, agama, dll juga rentan mengalami kekerasan,
penelantaran, pengucilan, dan kekerasan. Contohnya: orang
tua yang mantan anggota PKI, orang tua yang menganut aliran-
aliran tertentu (sekte-sekte) cenderung untuk didiskriminasi.
Karena dikucilkan, anak mengalami kesulitan untuk sekolah,
orangtua mengalami kesulitan mencari nafkah sehingga
mereka rentan untuk dibujuk rayu organisasi kriminal, kawin
muda, rentan mendorong anak untuk bekerja.

e. Tinggal atau hidup di luar keluarga


Anak yang karena sesuatu hal harus meninggalkan rumah/
keluarganya mempunyai risiko tambahan untuk dieksploitasi.
Apalagi kalau tinggal dan bekerja di jalanan, atau tempat-
tempat yang tidak ramah anak seperti penjara, tempat
pelacuran, dll.

5 Akibat-akibat dari anak-anak yang rentan


dieksploitasi:
a. Mudah ditarik dari sekolah dan dipekerjakan
b. Untuk anak perempuan ada risiko untuk dinikahkan jika
keluarga miskin
c. Diincar/ditipu oleh organisasi kriminal untuk dilacurkan,
dijual jadi pembantu, diminta untuk mengedarkan narkotika,

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 87

MODUL Perlindungan Anak.indd 87 3/20/2018 11:05:12 AM


digunakan untuk menipu, dijuabelikan sebagi budak atau
anak adopsi ilegal

6

Akibat Eksploitasi Anak
Akibat dari eksploitasi anak yang terkait dengan kehidupan
sehari-hari anak antara lain sebagai berikut:
a. Anak putus sekolah
b. Perkembangan fisik anak terganggu
c. Menjadi penakut, murung, menarik diri
d. Anak terkena PMS (Penyakit Menular Seksual), HIV/AIDS
e. Tidak punya masa depan (kehilangan cita-cita)
f. Anak berpotensi mengulang kembali eksploitasi yang
dialaminya
g. Anak kehilangan kepercayaan diri
h. Anak dapat terluka/sakit-sakitan, celaka
i. Anak tidak punya waktu bermain
j. Anak stres/tertekan
k. Anak terpisah dari
keluarga
l. Anak terlibat
penyalahgunaan
narkotika dan
berkonflik dengan
hukum
m. Dll

7 Cara mencegah eksploitasi terhadap anak.


a. Para orang tua dapat melakukan beberapa cara untuk
mencegah terjadinya eksploitasi terhadap anak, yaitu:
1. Mengupayakan anak tetap sekolah dan tidak menyuruh
bekerja
2. Tidak membiarkan anak dengan orang dewasa tanpa
pengawasan
3. Pastikan jalur yang dilalui anak (keluar rumah) aman
4. Pastikan anak bersama orang yang dikenal dan
dipercaya

88 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 88 3/20/2018 11:05:13 AM


5. Melatih/mengajarkan anak untuk tidak melayani orang
yang tidak dikenal
6. Tidak mudah mempercayai janji-janji orang lain
7. Memberitahu anak untuk waspada pada iming-iming
pekerjaan dan gaji besar di kota
8. Tidak menikahkan anak di usia sebelum 18 tahun
9. Tidak membiarkan anak bermain dengan HP/internet
tanpa pengawasan
10. Menanyakan kepada anak tentang kegiatan yang dia
lakukan dan dia alami
11. Luangkan waktu untuk bercengkrama/bercerita dengan
anak
12. Kenali guru sekolah atau guru ngaji mereka, kenali
teman-teman mereka, kenali orang-orang dewasa di
sekitar mereka
13. Tidak menjaminkan anak untuk hutang
14. Tidak melakukan berbagai jenis kekerasan pada anak
15. Memberikan anak kesempatan untuk belajar agama
16. Memberikan kesempatan anak untuk beristirahat
17. Memberikan waktu bermain untuk anak
18. Membuat akta kelahiran anak
19. Memasukkan
anak dalam
kartu
keluarga
b. Pencatatan
kelahiran
merupakan
salah satu cara
mencegah
eksploitasi anak.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 89

MODUL Perlindungan Anak.indd 89 3/20/2018 11:05:13 AM


Pencatatan kelahiran, yang merupakan pencatatan resmi
nama dan umur anak, memberikan identitas sah pada anak.
Hal tersebut merupakan langkah penting untuk melindungi
hak-hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya anak.
Pencatatan kelahiran juga memberikan data penting untuk
dijadikan informasi bagi penyusunan perencanaan akan
pelayanan kesehatan dan pendidikan terhadap anak.

c. Peraturan terkait pencegahan eksploitasi anak


Indonesia telah memiliki peraturan perundang-undangan
terkait pencegahan eksploitasi terhadap anak. UU Nomor 13
Tahun 2013 tentang ketenagakerjaan menyebutkan bahwa
pengusaha dilarang mempekerjakan anak.
Jika anak harus bekerja maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan:
1. Anak-anak dapat dipekerjakan dengan syarat berumur
antara 13 (tiga belas) sampai dengan 15 (lima belas)
tahun dengan melakukan pekerjaan ringan dan tidak
mengganggu perkembangan dan kesehatan fisik, mental,
dan sosial anak.
2. Pengusaha yang mempekerjakan anak pada pekerjaan
ringan harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Izin tertulis dari orangtua/wali
 Perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua
atau wali
 Waktu kerja maksimum 3 jam
 Dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu
waktu sekolah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang


tidak terdaftar kelahirannya merupakan kelompok korban
pertama yang terlibat pada masalah obat-obat terlarang;
menempatkan mereka pada risiko yang lebih besar menjadi
korban perdagangan manusia, eksploitasi seksual, dipaksa
menjadi buruh anak atau tidak mempunyai akses kepada
pelayanan sosial sama sekali.

90 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 90 3/20/2018 11:05:13 AM


 Keselamatan dan kesehatan kerja
 Adanya hubungan kerja yang jelas
 Menerima upah sesuai dengan ketentuan yang
berlaku

3. Anak dapat melakukan pekerjaan di tempat kerja yang


merupakan bagian dari kurikulum pendidikan atau
pelatihan yang disahkan oleh pejabat berwenang, dengan
syarat sebagai berikut:
 Berusia paling sedikit 14 tahun
 Diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan
pekerjaan serta bimbingan dan pelaksanaan
pekerjaan
 Diberi perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja
 Anak dapat melakukan pekerjaan untuk
mengembangkan minat dan bakatnya, dengan syarat
sebagai berikut:
 Di bawah pengawasan langsung dari orangtua
atau wali
 Waktu kerja paling lama 3 (tiga) jam sehari
 Kondisi dan lingkungan kerja tidak mengganggu
perkembangan fisik, mental, sosial dan waktu
sekolah
 Dalam hal anak dipekerjakan bersama-sama
dengan pekerja/buruh dewasa, maka tempat
kerja anak harus dipisahkan dari tempat pekerja/
buruh dewasa.

4. Dilarang mempekerjakan dan melibatkan anak pada


pekerjaan terburuk untuk anak, yaitu:
 Segala pekerjaan dalam bentuk perbudakan atau
sejenisnya
 Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan
atau menawarkan anak untuk pelacuran, produksi
pornografi, pertunjukan porno atau perjudian.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 91

MODUL Perlindungan Anak.indd 91 3/20/2018 11:05:13 AM


 Segala pekerjaan yang memanfaatkan, menyediakan
atau melibatkan anak untuk produksi dan perdagangan
minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya
 Semua pekerjaan yang membahayakan kesehatan,
keselamatan atau moral anak

1.10. Literatur
1. Irwanto. 2014. __________. Universitas Atmajaya: Jakarta.
2. Republik Indonesia. 1979. Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak. Jakarta.
3. Republik Indonesia. 2002. Undang-undang No. 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Jakarta.
4. Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan. Jakarta.
5. Republik Indonesia. 2004. Undang-undang No. 23 Tahun 2004
tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta.
6. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No.21 Tahun 2007
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang. Jakarta.
7. Suyanto, Bagong. 2013. Masalah Sosial Anak. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
8. Utomo, Hadi dkk. 2014. Berkelanjutan hak-Hak Anak Dan Perlindungan
Anak, kerangka Hukum Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak
kerangka Anak, Pengasuhan Berkelanjutan hak. Jakarta: Unicef.
9. Utomo, Hadi, dkk. 2014. Hak-Hak Anak Dan Perlindungan Anak (Buku
Pegangan Fasilitator PKH Atau Petugas Lapangan). Jakarta: Unicef.
10. Utomo, Hadi, dkk. 2014. Panduan Diskusi Fasilitator PKH 2013.
Jakarta: Unicef.
11. ______, ______. Lembar Fakta Pencatatan Kelahiran. UNICEF.

92 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 92 3/20/2018 11:05:13 AM


1.11. Evaluasi Pembelajaran
1. Pre test
2. Pada saat tanya jawab
3. Pada saat mengerjakan tugas
4. Saat bermain
5. Saat berdiskusi.
6. Post test.

1.12. Lembar Kerja


1. Lembar Kerja (LK): 12.1. Kasus Tasripin
2. Lembar Kerja (LK): 12.2. Permainan Bola Keberuntungan
3. Lembar Kerja (LK): 12.3. Kasus Eksploitasi anak (1s/d3)
4. Lembar Kerja (LK): 12.4. Mencerikatan gambar akibat eksploitasi
5. Lembar kerja (LK): 12.5. Permainan Bendera
6. Lembar Kerja (LK): 12.6. Kalimat Pernyataan.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 93

MODUL Perlindungan Anak.indd 93 3/20/2018 11:05:15 AM


Permainan

Energizer &
Ice Breaking
Games

94 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 94 3/20/2018 11:05:15 AM


Pengantar
Menciptakan suasana yang kondusif merupakan salah satu syarat dalam
menentukan keberhasilan suatu pelatihan maupun pertemuan. Permainan
(Energizer & Ice breaking games) yang diciptakan sedemikian rupa dapat
menjadi metode untuk mencapai suasana kondusif tersebut. Demikian
pula dalam proses pelatihan maupun pertemuan P2K2, kemampuan
mengelola permainan (energizer & ice breaking games) yang membuat
seluruh peserta merasa nyaman serta menyenangkan, akan sangat
membantu mencapai tujuan pembelajaran maupun pertemuan P2K2.

Tujuan
Permainan (energizer & icebreaking games) ini bisa digunakan untuk
tujuan menghilangkan suasana tegang dan membosankan, membangun
keakraban, kebersamaan, kegembiraan dan meningkatkan daya
konsentrasi peserta dalam mengikuti pelatihan maupun pertemuan,
sehingga dapat tercipta suasana yang kondusif dalam pelatihan maupun
pertemuan P2K2.

Penggunaan
Materi permainan (Energizer & Ice breaking games) ini dibuat untuk
membantu rekan-rekan fasilitator dalam proses pelatihan di kelas dan
juga membantu Pendamping PKHdalam melaksanakn P2K2 dengan
peserta PKH. Permainan-permainan yang tertulis dalam buku ini,
baik nama permainan, jenis permainan, materi maupun pentunjuk-
petunjuknya, bukanlah harga mati. Sangat dimungkinkan rekan-rekan
untuk memodivikasi permainan-permainan tersebut sesuai dengan
kebutuhan, kondisi peserta, jumlah peserta, dan tempat pelatihan atau
pertemuan. Buku ini dapat digunakan oleh :
 Fasilitator dalam ToT (Training of Trainer) P2K2 Pendamping PKH;
 Fasilitator Diklat P2K2 Pendamping PKH;
 Pendamping PKH dalam P2K2 dengan Peserta PKH.

Dalam setiap permainan rekan-rekan diharapkan bisa memilih permainan


yang dapat digunakan dalam hal: Opening, yaitu permainan yang
ditujukan untuk membuka sesi pelatihan atau pertemuan dan membangun
kedekatan di antara peserta. Energizer, yaitu, permainan-permainan

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 95

MODUL Perlindungan Anak.indd 95 3/20/2018 11:05:15 AM


yang ditujukan untuk membangun semangat dan menjaga konsentrasi
peserta agar tetap fokus pada kegiatan pelatihan atau pertemuan.
Related to Topic, yaitu permainan-permainan yang dapat digunakan atau
dihubungkan dengan kan/materi-materi pelatihan maupun pertemuan.

Permainan-Permainan Uji Konsentrasi

1 MENGHITUNG PAHA TEMAN


Deskripsi: Game ini digunakan untuk menguji konsentrasi
peserta, dimana pikiran peserta akan distorsi/kacau pada perhatian
posisi tangan dan pahanya.
Waktu : 10 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator mengajak peserta pada permainan yang disebut
”Menghitung Paha Teman”, dan meminta peserta duduk dalam
posisi melingkar, bisa duduk bersila di lantai atau duduk di kursi.

 Fasilitator meminta peserta untuk mengangkat kedua tangannya


dan meletakan tangan pada paha/lutut teman di kiri dan kanannya
(tangan kiri kita di paha kanan teman sebelah kiri, dan tangan kanan
kita di paha kiri teman sebelah kanan).

 Fasilitator meminta peserta untuk menghitung paha temannya 1, 2,


3, dst sambil menepuk paha temannya, berlawanan arah jarum jam.
(Peserta pertama dimulai dengan tepukan tangan kanan).

 Fasilitator memulai permainan dengan menunjuk salah satu peserta,


dan setiap ada kesalahan Fasilitator menunjuk acak peserta lain dan
memulai dari angka 1 lagi.

 Setelah beberapa sesi kegagalan dianggap cukup, Fasilitator


menuntun peserta hingga berhasil terhitung seluruh paha peserta.

96 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 96 3/20/2018 11:05:15 AM


Jadi pada sesi ini setiap kesalahan diperbaiki, tanpa harus mengulang
dari angka 1 lagi

Variasi/Catatan:
 Permainan ini akan lebih baik dilakukan pada saat Opening
pertemuan/pembelajaran.

 Permainan ini bisa dilanjutkan untuk kegiatan perkenalan peserta.


Dimana instruksinya, jika di tepuk paha kirinya (oleh teman) maka
sebutkan ”NAMA”nya, dan jika ditepuk paha kanannya (oleh teman)
sebutkan ”SIFAT”nya.

 Namun sebelumnya, beri kesempatan peserta untuk merenungkan


sifat yang dimilikinya. Sifat tersebut diambil dari Inisial namanya,
misalnya, Herman, sifatnya dari inisial H seperti Humanis, Homoris,
Hangat, dll. Sifat boleh satu kata atau lebih, boleh bahasa asing atau
bahasa Indonesia.

2 hormat jepang
Deskripsi: Game ini digunakan untuk menguji konsentrasi
peserta dengan cara memberikan hormat Jepang.
Waktu : 10 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator mengajak peserta pada permainan yang disebut ”Hormat
Jepang”, dan meminta peserta berdiri tegap dalam posisi melingkar.

 Fasilitator memberikan contoh yang diikuti peserta melakukan


hormat Jepang dengan membungkukkan badan (seperti ruku),
sambil meneriakkan kata ”HAAIK” sekali, dan tegap kembali.

 Fasilitator meminta seluruh peserta untuk menghitung 1, 2, 3, dst sampai


seluruh peserta habis sebagai penomoran masing-masing peserta
(angka pribadi), dan setiap peserta harus menghapal angka tersebut.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 97

MODUL Perlindungan Anak.indd 97 3/20/2018 11:05:15 AM


 Fasilitator menjelaskan apabila fasilitator menyebutkan angka 3
misalnya, maka yang melakukan hormat Jepang hanya nomor 3 saja,
dan yang lainnya diam.

 Kemudian apabila fasilitator menyebutkan angka Nol, maka semua


peserta harus memberikan hormat Jepang (sebagai angka bersama).

 Fasilitator menyebutkan angka yang dimiliki peserta secara acak,


dengan mengkombinasikan angka NOL dan angka pribadi peserta.

Variasi/Catatan:
 Jika memerlukan tantangan, permainan bisa dikombinasikan dengan
memberi perintah “GANJIL” dan “GENAP”, atau “CEWEK” dan
“COWOK”, maka peserta yang berstatus tersebut harus memberikan
Hormat Jepang

 Ketika memberikan hormat Jepang untuk status baru ini, bisa


dikombinasikan dengan teriakan kata yang berbeda untuk setiap
status, misalnya ketika disebutkan ”CEWEK” ATAU ”COWOK”
teriakan kata ”HORMAT NEE!”, dan untuk status ’GANJIL” ATAU
”GENAP” teriakan kata ”JEPANG NEE !”

 Fasilitator harus mengkombinasikan instruksi untuk menguji


konsentrasi peserta, mengecoh peserta untuk teriakan ”HORMAT
NEE !”, ”JEPANG NEE !”, dan ”HAAIK”, sehingga permainan akan
semakin meriah.

98 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 98 3/20/2018 11:05:15 AM


3 hitungan bom
Deskripsi: Game ini untuk mengujikonsentrasi peserta dengan
menggunakan hitungan angka.
Waktu : 10 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator mengajak peserta pada permainan yang disebut
”HITUNGAN BOOM”, dan meminta peserta untuk berdiri membentuk
lingkaran, dimana Fasilitator berada di tengah lingkaran.

 Fasilitator menjelaskan bahwa tugas peserta adalah menghitung 1,


2, 3, 4, dst hingga angka 30, searah jarum jam (ke kanan) dan ketika
jatuh pada angka kelipatan 7 dan angka yang berunsur 7, peserta
harus mengatakan ”BOOM” kemudian diteruskan dengan angka
selanjutnya.

 Untuk memudahkan peserta, Fasilitator menyebutkan bahwa angka


kelipan 7 dan angka berunsur 7, yaitu angka 7, 14, 17, 21, 27, dan 28.
Angka ini wajib diingat Fasilitator agar bisa mengetahui benar dan
salah-nya peserta.

 Fasilitator memulai permainan dengan menunjuk salah satu peserta,


dan setiap ada kesalahan fasilitator menunjuk acak peserta lain dan
memulai dari angka 1 lagi.

 Setelah permainan putaran pertama tersebut dianggap cukup, pada


putaran kedua, Fasilitator menginstruksikan angka di mulai dari
angka 30 dan menurun sampai angka 1, dengan tetap menyebutkan
kata ’BOOM” pada angka 7, 14, 17, 21, 27, dan 28.

Variasi/Catatan :
 Kata “BOOM” bisa diganti kata lainnya, misalnya “PKH”.

 Keliptan angka 7 dan jumlah hitungan 30 bisa dirubah sesuai kondisi


peserta.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 99

MODUL Perlindungan Anak.indd 99 3/20/2018 11:05:15 AM


 Untuk menguji tingkat konsentrasi yang lebih sulit, angka kelipatan
7 dan angka berunsur 7 diganti instruksi lain, yaitu peserta harus
menyebutkan nama buah-buahan, misalnya, “MANGGA”, “JERUK”,
“DURIAN”, dll dan aturannya setelah satu nama buah disebutkan
tidak boleh diulang lagi oleh peserta lain.

4 berapa ini?
Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi peserta untuk
melihat kepekaan mengobservasi kata : INI, YANG, dan KALAU.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator meminta peserta untuk menembak berapa angka untuk
anggota tubuh yang dipegang.

 Fasilitator menjelaskan dengan memegang anggota tubuh, misalnya


“INI .. SATU “ sambil memegang hidung, kemudian “YANG INI ..
DUA” sambil memegang telinga, “KALAU YANG INI .. TIGA” sambil
memegang kelapa.

 Ulangi perintah itu beberapa kali untuk mengingatkan peserta sambil


melihat kepekaannya.

 Kemudian Fasilitator mulai bermain dan meminta peserta untuk


menjawab, “INI BERAPA” sambil memegang hidung, “YANG INI
BERAPA?” sambil memegang telinga, “KALAU YANG INI BERAPA?”
sambil memegang kepala. Jawaban peserta biasanya benar untuk
soal ini.

 Kemudian Fasilitator mulai menguji peserta dengan bertanya,


“YANG INI BERAPA ? sambil memegang hidung. Biasanya peserta
menjawab “SATU”, Fasilitator menanggapi “Salah” karena jawaban
yang benar adalah DUA. Ajukan pertanyaan lain, “INI BERAPA?,
sambil memegang kepala, biasanya peserta menjawab TIGA,

100 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 100 3/20/2018 11:05:15 AM


Fasilitator menanggapi “Salah” karena jawaban yang benar adalah
SATU, dan begitu seterusnya fasilitator mengajukan pertanyaan
yang mengecohkan peserta.

 Pada saat yang mencukupi, biasanya ka nada sebagian peserta yang


bisa menjawab, dan sebagian peserta yang masih bingung.

Variasi/Catatan:
 Untuk memberikan jawaban yang mudah dari permainan ini.
Fasilitator mencoba memberikan instruksi dengan menghilangkan
gerakan memegang anggota tubuh (tanpa gerakan), dan peserta
diminta untuk berkonsentrasi, maka akan terasa perbedaannya.

5 DARAT, LAUT DAN UDARA


Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi peserta dengan
kecepatan menyebutkan nama-nama hewan yang ada/hidup di alam
Darat, Laut, dan Udara.
Waktu : 5-10 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator meminta peserta untuk membentuk sebuah lingkaran dan
Fasilitator berada di tengah lingkaran.

 Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini disebut “Permainan


Darat, Laut dan Udara”. Tugas peserta adalah menyebutkan hewan
yang ada/hidup di alam-alam tersebut.

 Fasilitator kemudian berjalan keliling sambil menyebut-nyebut kata-


kata “DARAT”, “LAUT”, “UDARA”. Ketiga kata tersebut bisa disebut
bolak balik untuk mengecoh peserta.

 Pada saat tertentu, Fasilitator berhenti di depan peserta, dan


menunjuk peserta tersebut untuk segera menyebutkan nama hewan
yang ada di alam tersebut. Misalnya, ketika Fasilitator berhenti pada

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 101

MODUL Perlindungan Anak.indd 101 3/20/2018 11:05:15 AM


kata “LAUT”, maka peserta harus menyebut hewan yang ada di laut,
seperti ikan hiu, cumi-cumi, dll. Kalau berhenti di kata “DARAT”,
peserta harus menyebut hewan yang ada di darat, dst.

 Permainan tersebut bisa dianggap Putaran 1. Pada Putaran 2 bisa


dibuat terbalik, Peserta bertugas menyebutkan hewan yang tidak
ada di alam tersebut. Misalnya, Fasilitator menyebutkan kata
“DARAT”, maka peserta harus menyebutkan hewan yang tidak ada
di “DARAT”, seperti burung, kupu-kupu, ikan, udang, dsb, begitu
seterusnya.

Variasi/Catatan:
 Peserta yang salah, akan menggantikan fasilitator untuk melakukan
tugas serupa.

 Agar lebih meriah, ketika peserta menyebutkan nama hewan harus


disertai dengan gerakan hewan tersebut (gerakannya harus sesuai).

6 PERANG-PERANGAN
Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi, dan bisa juga
digunakan untuk memperkuat perkenalan/mengingat nama-nama
bagi peserta yang baru saling kenal.
Waktu : 10 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta dalam kelompok 5 orang
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini disebut “Perang-
Perangan”, dan meminta peserta untuk membentuk kelompok
dengan anggota 5 orang.

 Fasilitator meminta setiap kelompok berbaris ke belakang dengan


tangan memegang pundak temannya, dan posisi saling menghadap
dengan kelompok lainnya.

 Fasilitator menjelaskan aturan main berikut :

102 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 102 3/20/2018 11:05:15 AM


 Tugas setiap orang dalam kelompok, yaitu :
Orang ke 5 mengatakan instruksi : SIAP
Orang ke 4 mengatakan instruksi : ISI
Orang ke 3 mengatakan instruksi : KOKANG
Orang ke 2 mengatakan instruksi : TEMBAK
Orang ke 1 mengatakan instruksi : DOOR …… (sebutkan nama
musuh).

 Musuh yang ditembak boleh siapa saja, atau pada urutan ke


berapa saja dengan menyebutkan “Door” lanjut namanya.
Misalnya “Door Yanti !”, “Door Agus!”, dsb.

 Pihak yang ditembak, harus melakukan serangan balasan yang


dimulai dari orang ke 5 dengan mengatakan “SIAP”, mundur
sampai orang pertama yang mengatakan “Door …. !”. Urutan
harus tepat. Demikian seterusnya.

 Kelompok dinyatakan kalah apabila salah menyebutkan nama,


lama berpikir untuk menyebutkan nama, urutan tidak benar, dan
salah mengatakan instruksi.

 Kelompok yang mati diminta berhenti bermain. Pemenangnya


adalah 2 kelompok yang tersisa.

Variasi/Catatan:
Untuk lebih menantang, aturan main bisa dirubah, Pihak yang tertembak,
dimulai orang yang tertembak mengatakan instruksi “SIAP”, kemudian
mundur dengan instruksi “ISI”, “KOKANG”, “TEMBAK”, “DOOR …”,
sehingga instruksi “Door …” ada di belakang yang tertembak. Misalnya,
tertembak orang ke 3, berarti ‘SIAP”, dan orang ke 2 menjadi “ISI”,
orang ke 1 menjadi “KOKANG”, orang ke 5 jadi “TEMBAK”, dan orang
ke 4 jadi “DOOR ….”

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 103

MODUL Perlindungan Anak.indd 103 3/20/2018 11:05:15 AM


7 PERANG-PERANGAN
Deskripsi: Game ini untuk menguji konsentrasi peserta antara
gaya ingat pada gerakan dan ketepatan memberikan tanggapan/
respond.
Waktu : 10 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator meminta peserta untuk membentuk sebuah lingkaran dan
Fasilitator berada di tengah lingkaran.

 Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini disebut “NEGOSIASI A,


I, U, E, O”.

 Fasilitator mencontohkan gerakan-gerakan tubuh yang membentuk


huruf-huruf tersebut, satu per satu, dan diikuti oleh seluruh peserta.

 Fasilitator mengingatkan setiap peserta harus ingat dengan


gerakan-gerakan yang membentuk huruf tersebut, dan peserta akan
memberikan instruksi dengan membentuk salah satu huruf tersebut
pada teman di kiri atau kanannya.

 Fasilitator menjelaskan aturan bahwa : setiap gerakan huruf yang


diberikan temannya merupakan instruksi, apakah akan ia lanjutkan
atau menolaknya.
 Jika peserta ”setuju” akan melanjutkan, maka huruf tersebut
dilanjutkan ke teman lainnya. Misalnya, teman menginstruksikan
huruf A, maka teman yang diberi instruksi melanjutkan pada
temannya lain dengan gerakan huruf A, demikian seterusnya.
 Jika peserta ”tidak setuju” untuk melanjutkan, maka huruf
tersebut harus dilawan dengan gerakan huruf lainnya, Misalnya,
teman menginstruksikan huruf A, maka teman yang diberi
instruksi harus melawan dengan gerakan huruf O, atau I, dsb
yang berbeda, demikian seterusnya.

104 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 104 3/20/2018 11:05:15 AM


 Fasilitator memulai permainan dengan menunjuk salah satu peserta,
dan setiap ada kesalahan fasilitator menunjuk acak peserta lain.

Variasi/Catatan:
 Perintah peserta untuk melakukan gerakan tersebut secara tegas
dan mengagetkan temannya.

 Peserta diminta untuk bisa mengalahkan teman yang ada


disampingnya.

PERMAINAN-PERMAINAN KEBERSAMAAN

1 ular zigzag
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta untuk melewati lorong pegangan di antara dua
tangan temannya tanpa melepaskan pegangan.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran dan
Fasilitator berada di tengah lingkaran.

 Fasilitator memutus satu pegangan peserta dan memerintahkan


peserta awal untuk masuk ke dalam lorong pegangan dua tangan
teman yang ada disamping kirinya. Begitu seterusnya, masuk melalui
lorang pegangan dua tangan di depannya, sehingga peserta berjalan
berkelok-kelok.

 Fasilitator menginstruksikan pegangan tidak boleh terlepas, dan


sambil berjalan peserta bersama-sama bernyanyi lagu ‘DI SINI
SENANG, DI SANA SENANG”.

 Setiap ada kesalahan, maka Fasilitator menahannya sejenak dan


memperbaikinya, biasanya tangan atau tubuh peserta akan terpelitir.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 105

MODUL Perlindungan Anak.indd 105 3/20/2018 11:05:15 AM


 Fasilitator memandu hingga permainan berhasil.

Variasi/Catatan:
 Permainan ini bisa dilakukan untuk menyelingi permainan- permainan
yang membuat fisik lelah/capek atau setelah aktivitas duduk yang
cukup lama.

2 BERMAIN HUJAN
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta dengan melakukan pijatan-pijatan bersama
peserta lainnya.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran dan
Fasilitator berada di tengah lingkaran.

 Fasilitator memerintahkan peserta untuk menghadap ke salah satu


arah, misalnya instruksikan, “HADAP KIRI GERAK!”, sehingga posisi
peserta menghadap punggung peserta lainnya.

 Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan relaksasi, saling


meminjat untuk menghilangkan pegal-pegal atau ketegangan.

 Fasilitator langsung memberikan instruski sambil memberikan

contoh-contohnya:

 Hujan Rintik-rintik : Peserta menotok-notok punggung teman di


depannya dengan kedua jari telunjuk.
 Hujan Lebat : Peserta menotok-notok punggung teman di
depannya dengan 10 jari tangannya.
 Hujan Es Batu : Peserta memukul-mukul punggung teman di
depannya dengan kedua tangan dikepalkan (tinju palu).

106 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 106 3/20/2018 11:05:16 AM


 Hujan Petir : Peserta menebas-nebas punggung teman di
depannya dengan kedua tangan karate (seperti golok menebas).
 Hujan Salju : Peserta mengelus-elus membentuk lingkaran pada
punggung teman di depannya dengan kedua telapak tangan.
 Fasilitator mengatur waktu untuk satu gerakan hujan sehingga
memadai terjadi relaksasi dan keceriaan peserta.

Variasi/Catatan :
Permainan ini bisa dilakukan setelah melakukan permainan yang
membuat fisik lelah/capek atau setelah aktivitas duduk yang cukup lama.

3 BERMAIN ANGIN-ANGINAN
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta dengan bermain gerakan-gerakan yang bertiup
oleh angin.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator meminta peserta berdiri membentuk lingkaran dengan
tangan saling berpegangan dan Fasilitator berada di tengah
lingkaran.

 Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini “Bermain Angin-


anginan” dan peserta ibarat pohon yang tertiup angin.

 Fasilitator menjelaskan dan memberikan contoh jika :


 ANGIN KANAN, tubuh condong ke KIRI, dengan bersuara “
WUUSS”
 ANGIN KIRI, tubuh condong ke KANAN, dengan bersuara
“WEESS”
 ANGIN DEPAN, tubuh condong ke BELAKANG, dengan bersuara
“WOOOW”
 ANGIN BELAKANG, tubuh condong ke DEPAN, dengan bersuara
“DUUUT”

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 107

MODUL Perlindungan Anak.indd 107 3/20/2018 11:05:16 AM


 Fasilitator memandu permainan dengan mengkombinasikan angin
yang bertiup, sehingga tercipta suasana yang menghibur.

Variasi/Catatan :
Permainan ini bisa dilakukan dengan instruksi yang cepat, sehingga
gerakan peserta seperti melakukan senan.

4 lompat bersama
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta dengan melakukan lompatan yang kompak
bersama-sama.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator meminta peserta untuk berdiri membentuk lingkaran
saling berpegangan dan Fasilitator berada di tengah lingkaran.

 Fasilitator memerintahkan peserta untuk melompat bersama-sama


sesuai perintah Fasilitator dengan tangantetap berpegangan.

 Perintah lompatnya, yaitu : “KIRI”, “KANAN”, “MAJU”, DAN


“MUNDUR”.

 Fasilitator menyampaikan aturan :


 Jika Fasilitator memberikan Instruksi dengan mengangkat tangan
KANAN berarti peserta harus melompat yang BENAR, misalnya,
“KIRI”, maka peserta harus melompat ke kiri, “MAJU”, maka
peserta harus melompak ke depan.
 Namun jika Fasilitator memberikan Instruksi dengan mengangkat
tangan KIRI berarti peserta harus melompat yang BERLAWANAN,
misalnya, “KIRI”, maka peserta harus melompat ke kanan,
“MAJU”, maka peserta harus melompak ke belakang.

108 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 108 3/20/2018 11:05:16 AM


 Fasilitator memulai permainan dengan instruksi yang benar
semua arah (mengangkat tangan kanan), kemudian kecohkan dan
kombinasikan antara instruksi benar dan berlawanan (mengangkat
tangan kiri – kanan).

Variasi/Catatan :
 Untuk mengganggu konsentrasi peserta, Fasilitator bisa melakukan
lompatan yang mengacaukan konsentrasi peserta.
 Kombinasikan tugas peserta ketika mendengar instruksi, ada sesi
peserta melompat tanpa bersuara dan ada sesi peserta harus
mengikuti mengucapkan instruksi fasilitator sambil melompot.
 Permainan ini bisa dilakukan secara berkelompok dengan posisi
berbaris-baris untuk menguji kekompakan kelompok.

5 SAMSON DAN DELILAH


Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta (fun game).
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta dibagi 2 kelompok
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok dan meminta
berbaris saling berhadapan.

 Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini disebut “Samson,


Delilah, dan Harimau” seperti permainan “suit-suitan 3 jari”, atau
permainan “Gunting, Batu, Kertas”.

 Fasilitator mencontohkan gerakan-gerakan untuk Samson, Delilah,


dan Harimau.

 Samson : mengangkat kedua tangan ditekukkan menunjukkan


kekuatan otot-otot tangan, sambil mengatakan “KUAT”.

 Delilah : menempelkan kedua jari telunjuk di pipi kiri dan kanan,

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 109

MODUL Perlindungan Anak.indd 109 3/20/2018 11:05:16 AM


menunjukan gerakan seksi, sambil mengatakan “MANIS”.

 Harimau : Mengarahkan kedua cakar tangan ke depan, menunjukan


gerakan/raungan buas, sampai mengatakan “AUUUM”.

 Fasilitator menjelaskan aturan bahwa Samson kalah oleh Delilah,


Delilah kalah oleh Harimau, dan Harimau kalah oleh Samson.

 Fasilitator memulai permainan dengan meminta peserta untuk


berdiskusi dahulu untuk memilih satu gerakan yang akan ditampilkan.

 Kemudian peserta diminta untuk berbaris lagi berbalik/saling


membelakangi, dan instruksikan bahwa dalam hitungan ketiga
peserta segera secara bersamaan saling menghadap menunjukkan
gerakannya.

Variasi/Catatan:
Permainan ini dilakukan beberapa kali, atau sampai 5 kali putaran.

6 LOMBA NYANYI KERAS


Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta melalui permainan bernyanyi yang keras disertai
gerakan.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta dibagi 2 kelompok
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok dan meminta
berbaris saling berhadapan.

 Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini adalah “Lomba Nyanyi


Keras”, dan menginstruksikan :
 Kelompok 1 harus bernyanyi lagu : “TOPI SAYA BUNDAR” disertai
dengan gerakannya. “Topi Saya Bundar, Bundar topi Saya. Kalau
Tidak Bundar. Bukan Topi Saya”.

110 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 110 3/20/2018 11:05:16 AM


 Kelompok 2 harus bernyanyi lagu : “BURUNG KAKA TUA”,
dengan gerakan mengikuti gerakan kelompok 1 (gerakan Topi
Saya Bundar). “Burung Kaka Tua. Menclok di Jendela. Nenek
Sudah Tua. Giginya Tinggal Dua”.

 Fasilitator menginstruksikan bahwa kedua kelompok harus bernyanyi


secara bersamaan sekeras-kerasnya.

 Fasilitator menjelaskan bahwa setelah peserta bernyanyi versi


pertama tersebut, langsung pada versi kedua, Kelompok 1 berubah
menyanyi lagu “BURUNG KAKA TUA”, dan Kelompok 2 bernyanyi
lagu “TOPI SAYA BUNDAR”, dengan tetap menggunakan gerakan.

 Permainan dimulai dengan dikomando Fasilitator : SATU, DUA, GO !!

Variasi/Catatan:
 Permainan ini bisa digunakan untuk memberikan hukuman pada saat
terjadi kesalahan peserta dalam suatu permainan.

 Untuk mendapatkan keceriaan permainan ini bisa dilakukan dalam


beberapa kali putaran.

7 paduan suara binatang


Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta dengan bernyanyi suara binatang secara terpadu.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta dibagi 3 kelompok
Peralatan : -
Petunjuk :
 Fasilitator menjelaskan bahwa permainan ini adalah “Paduan Suara
Binatang”, dan membagi peserta dalam 3 kelompok.

 Fasilitator berada di depan semua kelompok yang akan bertindak


memandu bernyanyi.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 111

MODUL Perlindungan Anak.indd 111 3/20/2018 11:05:16 AM


 Fasilitator menjelaskan tugas setiap kelompok, yaitu:
 Kelompok 1 : Suara Kucing : “MEOONG”.
 Kelompok 2 : Suara Sapi : ‘EMOOOH”
 Kelompok 3 : Suara Harimau : “AUUMM”

 Fasilitator memandu paduan suara kelompok dengan cara menunjuk


kelompok dengan gaya derijen.

 Fasilitator harus mampu mengkombinasikan suara sehingga memiliki


nada tertentu.

Variasi/Catatan:
 Permainan dapat juga dilakukan dengan memberikan isyarat jari
tangan 1, 2, dan 3 oleh Fasilitator.

 Suara binatang bisa ditentukan oleh kelompok masing- masing.

 Permainan bisa divariasikan dengan instruksi suara panjang dan


pendek, melalui gerakan tangan tertentu.

8 ANGIN BERHEMBUS
Deskripsi: Game ini untuk menciptakan kebersamaan dan
keceriaan para peserta untuk bergerak berebutan menempati kursi
kosong yang tersedia.
Waktu : 5 menit
Jumlah Peserta : Seluruh peserta
Peralatan : Kursi sebanyak jumlah peserta yang duduk
Petunjuk :
 Fasilitator mengatur kursi-kursi melingkar sebanyak jumlah peserta,
dan Fasilitator berada di dalam lingkaran.

 Fasilitator ikut bermain dalam permainan ini, dan orang pertama


sebagai angin yang berhembus.

 Fasilitator menjelaskan dalam permainan “Angin Berhembus” ini,

112 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 112 3/20/2018 11:05:16 AM


aturannya jika angin berhembus kepada peserta yang memiliki
karakter atau identitas yang disebutkan, maka peserta bersangkutan
harus berpindah tempat mencari kursi kosong lainnya. Misalnya,
“ANGIN BERHEMBUS KEPADA ORANG YANG BERKACA MATA”,
maka semua peserta yang berkaca mata harus berpindah mencari
kursi lain. Dalam waktu bersamaan, Fasilitator/pemandu juga harus
segera merebut kursi kosong yang tesedia.

 Fasilitator memberikan contah lainnya, misalnya “ANGIN


BERHEMBUS KEPADA ORANG YANG MEMAKAI JAM TANGAN”,
“KEPADA ORANG YANG MEMAKAI JILBAB”, dsb.

 Dalam permainan ini akan ada 1 orang peserta yang tidak


kebagian kursi, selanjutnya ia akan bertindak memandu sebagai
angin berhembus. Begitu seterusnya sampai permainan dianggap
memadai menciptakan kegembiraan peserta.

Variasi/Catatan:
 Berikan aturan bahwa karakter atau identitas peserta yang sudah
terhembus angin (disebutkan) tidak boleh diulang lagi, sehingga
peserta akan kreatif menentukan sasaran yang akan diambil alih
kursinya.

 Dalam hal tidak ada kursi, posisi kursi bisa diganti dengan memberikan
tanda memakai LAKBAN/ KERTAS ditempel di lantai, posisi peserta
bisa duduk atau berdiri menginjak LAKBAN/KERTAS tersebut.

Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI 113

MODUL Perlindungan Anak.indd 113 3/20/2018 11:05:16 AM


PENUTUP

Permainan–permainan ice breaking tersebut, kami rancang dapat


dilakukan di dalam ruangan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi,
yang dapat disesuaikan dengan kondisi peserta.

Hal lain yang kami dianggap penting dalam suatu pelatihan maupun
pertemuan P2K2 adalah menciptakan ”Sapaan” dan ”Yell” yang dapat
membangkitkan semangat seluruh peserta. Fasilitator bersama-sam
peserta diharapkan mampu menciptakan suatu ”Yell” yang dapat
menyemangati mereka semua selama proses pelatihan maupun
pertemuan. Berikut ini kami contokan Sapaan/Yell.

SAPAAN/YELL BALASAN
HALLO HAI
HAI HALLO
APA KABAR DASYAT
PKH LUARR BIASA
IBU INDONESIA ! MANTAP !
ANAK INDONESIA ! SEHAT PINTAR YESS!
SEMANGAT PAGI ! PAGI !
ARE YOU READY ! READY !
ANAK INDONESIA HARUS ! SEHAT !
ANAK INDONESIA BISA ! PINTAR !
ANAK INDONESIA PASTI ! HEBAT YES YES YES !

Pesan Kunci.
Menarik tidaknya sebuah permainan akan sangat tergantung juga
pada bagaimana kemampuan atau kepiawaian fasilitator dalam
membawakannya. Sebuah game yang menarik menjadi ”garing” ketika
fasilitator tidak mampu membawakannya, demikian juga game yang
sederhana menjadi menarik, ketika fasilitator mahir membawakannya.
Untuk itu, fasilitator wajib melatihkan dirinya sehingga menjadi pemandu
games yang baik.

114 Program Keluarga Harapan Kementerian Sosial RI

MODUL Perlindungan Anak.indd 114 3/20/2018 11:05:16 AM

Anda mungkin juga menyukai