Pdgk4101pdf PDF Free
Pdgk4101pdf PDF Free
Edisi kedua
Cetakan pertama, September 2015
499.221
MUL MULYATI, Yeti
m Materi pokok keterampilan berbahasa Indonesia SD; 1 – 9/
PDGK4101/ 3sks/ Yeti Mulyati, Isah Cahyani; -- Cet.1; Ed.2--,
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2015.
423 hal: ill.; 21 cm
ISBN: 978-602-392-007-5
1. Bahasa Indonesia
I Judul II. Cahyani, Isah
iii
Daftar Isi
Kegiatan Belajar 2:
Aspek-aspek Keterampilan Berbahasa ................................................. 1.10
Latihan …………………………………………................................. 1.15
Rangkuman …………………………………...................................... 1.16
Tes Formatif 2 ……………………………..……................................ 1.16
Kegiatan Belajar 3:
Keterkaitan Antaraspek Keterampilan Berbahasa ............................... 1.19
Latihan …………………………………………................................. 1.25
Rangkuman …………………………………...................................... 1.26
Tes Formatif 3 ……………………………..……................................ 1.26
Kegiatan Belajar 2:
Keterampilan Menyimak Lanjutan ...................................................... 2.18
Latihan …………………………………………................................. 2.32
Rangkuman …………………………………...................................... 2.34
Tes Formatif 2 ……………………………..……................................ 2.34
Kegiatan Belajar 2:
Keterampilan Berbicara Lanjutan ........................................................ 3.20
Latihan …………………………………………................................. 3.39
Rangkuman …………………………………...................................... 3.40
Tes Formatif 2 ……………………………..……................................ 3.41
Kegiatan Belajar 2:
Keterampilan Membaca Lanjut .. ......................................................... 4.19
Latihan …………………………………………................................. 4.39
Rangkuman …………………………………...................................... 4.42
Tes Formatif 2 ……………………………..……................................ 4.43
Kegiatan Belajar 2:
Keterampilan Menulis Lanjut .............................................................. 5.20
Latihan …………………………………………................................. 5.54
Rangkuman …………………………………...................................... 5.55
Tes Formatif 2 ……………………………..……................................ 5.56
Kegiatan Belajar 2:
P e mb e laj ar a n Me n yi ma k d i K ela s T i n g g i ..... ..... .. ........ . 6.18
Latihan …………………………………………................................. 6.35
Rangkuman …………………………………...................................... 6.36
Tes Formatif 2 ……………………………..……................................ 6.37
Kegiatan Belajar 2:
P e mb e laj ar a n K eter a mp i la n B er b a ha sa d e n ga n F o k u s 7.26
B er b ica ra d i K ela s T i n g g i .... ...... .... .. ...... ...... ... ........ ..
Latihan …………………………………………................................. 7.36
Rangkuman …………………………………...................................... 7.37
Tes Formatif 2 ……………………………..……................................ 7.37
Kegiatan Belajar 2:
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Membaca di Kelas 8.26
Tinggi ...................................................................................................
Latihan …………………………………………................................. 8.38
Rangkuman …………………………………...................................... 8.40
Tes Formatif 2 ……………………………..……................................ 8.40
Kegiatan Belajar 2:
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus Menulis di Kelas 9.25
Tinggi ...................................................................................................
Latihan …………………………………………................................. 9.34
Rangkuman …………………………………...................................... 9.35
Tes Formatif 2 ……………………………..……................................ 9.35
Modul ini akan lebih ringan jika dipelajari melalui belajar kelompok
secara teratur dan terus-menerus dalam satu semester. Jika memungkinkan
kegiatan kelompok pada waktu tertentu dibimbing oleh seorang tutor yang
menguasai teori dan praktik penilaian.
Sekiranya ada kesulitan dalam mempelajari modul ini, Anda dapat
mengikuti tutorial tatap muka (TTM) atau tutorial online (tuton). Akhirnya,
belajarlah dengan tekun dan teratur. Cermati semua materi, kerjakan semua
latihan, dan tes formatif. Semoga Anda berhasil dan memenuhi syarat
mencapai kompetensi pedagogis yang disyaratkan pada Standar Pendidik.
PE NDA HULUA N
Untuk memberi kemudahan bagi Anda dalam belajar, sajian modul ini
akan dibagi ke dalam 3 kegiatan belajar sebagai berikut.
1.2 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Kegiatan Belajar 1
Pengirim Penerima
(encoder) (decoder)
Trans-
Pesan encoding lambang Lambang decoding Pesan
misi
(bunyi/tulisan) (bunyi/tulisan)
Gambar 1.1
Diagram Komunikasi Satu Arah
disebut proses decoding. Jadi, kedua belah pihak yang terlibat dalam
komunikasi tersebut harus sama-sama memiliki keterampilan, yaitu si
pengirim harus memiliki keterampilan memilih lambang-lambang
(bunyi/tulisan) guna menyampaikan pesan, dan si penerima harus terampil
memberi makna terhadap lambang-lambang (bunyi/tulisan) yang berisi pesan
yang disampaikan si pengirim pesan.
Melihat proses komunikasi seperti dilukiskan di muka, keterampilan
berbahasa dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni aspek reseptif
dan aspek produktif. Aspek reseptif bersifat penerimaan atau penyerapan,
seperti yang tampak pada kegiatan menyimak dan membaca. Sementara
aspek produktif bersifat pengeluaran atau pemroduksian bahasa, baik lisan
maupun tertulis sebagaimana yang tampak dalam kegiatan berbicara dan
menulis.
Dalam berkomunikasi, si pengirim mungkin menyampaikan pesan
berupa pikiran, perasaan, fakta, kehendak dengan menggunakan lambang-
lambang bunyi bahasa yang diucapkan. Dengan kata lain, dalam proses
encoding si pengirim mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa yang
berupa bunyi-bunyi yang diucapkan, Selanjutnya, pesan yang diformulasikan
dalam wujud bunyi-bunyi (bahasa lisan) tersebut disampaikan kepada
penerima. Aktivitas tersebut biasa kita kenal dengan istilah aktivitas
berbicara. Di pihak lain, si penerima melakukan aktivitas decoding berupa
pengubahan bentuk-bentuk bahasa yang berupa bunyi-bunyi lisan menjadi
pesan sesuai dengan maksud si pengirimnya. Aktivitas tersebut biasa kita
sebut dengan istilah mendengarkan (menyimak).
Ada pula pengirim menyampaikan pesan itu dengan menggunakan
lambang-lambang berupa tulisan. Dalam proses encoding, si pengirim
mengubah pesan menjadi bentuk-bentuk bahasa tertulis, kemudian
dikirimkan kepada penerima. Aktivitas tersebut biasa kita sebut dengan
istilah menulis. Kemudian, si penerima dalam proses decoding berupaya
memaknai bentuk-bentuk bahasa tertulis itu sehingga pesan dapat diterima
secara utuh. Aktivitas tersebut kita kenal dengan istilah membaca.
Dalam kenyataan, aktivitas komunikasi dalam wujud berbicara,
mendengarkan, menulis, dan membaca tidaklah sesederhana gambaran pada
Gambar 1.1, yang bersifat satu arah. Komunikasi yang terjadi sering pula
bersifat 2 arah, seperti tergambar dalam Gambar 1.2 berikut ini.
PDGK4101/MODUL 1 1.5
A B
transmisi
pesan encoding lambang lambang decoding pesan
Gambar 1.2
Diagram Komunikasi Dua Arah
B C D
Gambar 1.3
Diagram Komunikasi Multiarah
diterimanya dalam suatu konteks komunikasi menjadi pesan yang utuh, yang
isi dan maksudnya sama dengan maksud si pengirimnya.
Seseorang dikatakan memiliki keterampilan berbicara apabila yang
bersangkutan terampil memilih bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat,
serta tekanan dan nada) secara tepat serta memformulasikannya secara tepat
pula guna menyampaikan pikiran, perasaan, gagasan, fakta, perbuatan dalam
suatu konteks komunikasi tertentu. Kemudian, seseorang dikatakan terampil
mendengarkan (menyimak) apabila yang bersangkutan memiliki kemampuan
menafsirkan makna dari bunyi-bunyi bahasa (berupa kata, kalimat, tekanan,
dan nada) yang disampaikan pembicara dalam suatu konteks komunikasi
tertentu. Selanjutnya, seseorang dikatakan memiliki keterampilan menulis
bila yang bersangkutan dapat memilih bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa
kata, kalimat, paragraf) serta menggunakan retorika (organisasi tulisan) yang
tepat guna mengutarakan pikiran, perasaan, gagasan, fakta. Terakhir,
seseorang dikatakan terampil membaca bila yang bersangkutan dapat
menafsirkan makna dan bentuk-bentuk bahasa tertulis (berupa kata, kalimat,
paragraf, organisasi tulisan) yang dibacanya.
LA TIH A N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
3) Apa yang terjadi apabila orang-orang yang memiliki profesi berikut ini
memiliki keterampilan berbahasa yang rendah? Jelaskan dampak dan
alasannya!
A. Kepala sekolah (Skor 2)
B. Pengacara (Skor 2)
Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% atau lebih, Anda dapat
meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.10 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Kegiatan Belajar 2
Tabel 1.1
Empat Jenis Keterampilan Berbahasa
Lisan Tulis
Reseptif Mendengarkan Membaca
Produktif Berbicara Menulis
A. MENDENGARKAN/MENYIMAK
B. BERBICARA
C. MEMBACA
D. MENULIS
LA TIHA N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
C. menulis
D. membaca
8) Agar dapat berbicara secara efektif, kita antara lain harus menguasai
keterampilan mikro, kecuali ….
A. berupaya agar wacana berpautan secara serasi
1.18 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Kegiatan Belajar 3
Keterkaitan Antaraspek
Keterampilan Berbahasa
A B
Gambar 1.4
Diagram Komunikasi Interaktif
B, C, D, E
A F, G, H, I
Gambar 1.5
Diagram Komunikasi Noninteraktif
produktif
apresiatif interaktif
ekspresif
reseptif
fungsional
Gambar 1.6
Diagram Hubungan Berbicara dan Mendengarkan
reseptif
(menerima informasi)
membaca
tulisan (hasil menulis)
Gambar 1.7
Diagram Hubungan Mendengarkan dan Membaca
Keterangan:
M1 = mendengarkan
M2 = membaca
Gambar 1.8
Diagram Mendengarkan dan Membaca
Keterangan:
M: menulis
B : berbicara
Gambar 1.9
Diagram Menulis dan Berbicara
LA TIHA N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 3
Pilihlah:
A. Jika pernyataan (1) dan (2) benar.
B. Jika pernyataan (1) dan (3) benar.
C. Jika pernyataan (2) dan (3) benar.
D. Jika pernyataan (1), (2), dan (3) benar.
PDGK4101/MODUL 1 1.27
10) Keterampilan mikro berikut ini digunakan baik dalam berbicara maupun
dalam menulis ….
(1) memilih kata yang tepat
(2) menyusun kalimat
(3) memilih ragam bahasa yang tepat
2) A. Proses encoding
B. Proses decoding
Tes Formatif 2
1) C. Berbicara adalah aktivitas menyampaikan pesan-pesan dalam
berkomunikasi dengan menggunakan bunyi-bunyi yang dihasilkan
oleh alat ucap manusia (kegiatan produktif ragam lisan). Menulis
juga berupa aktivitas penyampaian pesan, namun menggunakan
media tulisan (kegiatan produktif ragam tulis).
Adapun menyimak dan membaca adalah keterampilan berbahasa
yang bersifat reseptif.
1.30 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Tes Formatif 3
1) D. Orang yang tuli sejak lahir akan mengalami kesulitan dalam
menyimak, berbicara, dan menulis.
2) D. Apa pun jenis kemampuan berbahasa yang dimiliki akan
berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan berbahasa yang
lain.
3) C. Kontribusi antarkemampuan berbahasa selalu bersifat positif.
PDGK4101/MODUL 1 1.31
4) A. Jelas.
5) C. Berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif, dapat digunakan dalam situasi interaktif, semiinteraktif,
dan noninteraktif, secara langsung dan tidak langsung.
6) D. Orang dapat melakukan kegiatan menulis bersamaan dengan
membaca dan menyimak.
7) D. Jelas.
8) A. Tidak akan terjadi interaksi antara pendengar dengan pembaca.
9) A. Jelas.
10) D. Baik berbicara maupun menulis memerlukan kemampuan tersebut.
1.32 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Glosarium
Berbicara : salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan
yang bersifat produktif.
Decoding : proses menafsirkan suatu pesan dalam bahasa, proses
pengubahan suatu kode menjadi makna.
Encoding : proses penyampaian pesan dalam bentuk lambang
(sandi).
Genre : genre dapat diartikan jenis sesuatu, misalnya genre
wacana (jenis organisasi wacana), genre sastra (jenis
karya sastra), genre tulisan (jenis tulisan: makalah,
artikel, surat niaga, memo, dsb.).
Intonasi : unsur bahasa yang berupa tekanan, nada, dan tempo.
Kohesi : suatu seri kalimat atau ujaran berhubungan secara padu
dalam menghasilkan wacana (teks) yang bermakna.
Kohesif : bersifat kohesi.
Komunikasi : pengiriman dan penerimaan pesan antara dua orang
atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami.
Konteks : istilah konteks dalam linguistik berarti fitur-fitur
. internal bahasa dan juga dapat berarti lingkungan yang
bersifat nonlinguistik sehubungan dengan penggunaan
suatu bahasa
Lambang : lambang disebut juga sandi. Dalam bahasa, wujud
lambang adalah bunyi dan tulisan.
Literasi : kecakapan berbahasa umumnya dikaitkan dengan
keterampilan membaca dan menulis
Membaca : salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis
yang bersifat reseptif.
Mendengarkan : salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam lisan
(menyimak) yang bersifat reseptif.
Menulis : salah satu jenis keterampilan berbahasa ragam tulis
yang bersifat produktif.
Ortografi : tata tulis dalam suatu bahasa.
Partisipan : orang-orang yang berperan dalam suatu komunikasi.
Pesan : sesuatu informasi yang disampaikan dalam
komunikasi. Dalam komunikasi, pesan yang
disampaikan dapat berupa gagasan, pikiran, perasaan,
fakta, atau informasi lainnya.
Produktif : bersifat menghasilkan.
Register : variasi bidang pemakaian bahasa, misalnya ragam
PDGK4101/MODUL 1 1.33
Daftar Pustaka
Carter, Ronald. 1993. Introducing Applied Linguistics. London: Penguin
English. Four Basic Language Skills. Tersedia pada.
http://www.sil.org/lingualinks.
Wray, David. 1998. Literacy & Awareness. London: Hodder & Stoughton
Educational.
MODUL 2
Keterampilan Menyimak
Dr. Isah Cahyani, M.Pd.
PE NDA HULUA N
Untuk dapat memahami materi modul ini dengan baik serta mencapai
kompetensi yang diharapkan, gunakan strategi belajar berikut.
1. Sebelum membaca modul ini, cermati terlebih dahulu glosarium pada
akhir modul yang memuat istilah-istilah khusus yang digunakan dalam
modul ini.
2. Baca materi dengan seksama, tambahkan catatan pinggir, berupa tanda
tanya, pertanyaan, konsep lain yang relevan sesuai pemikiran yang
muncul. Dalam menjelaskan suatu konsep atau prinsip, sering paradigma
2.2 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Selamat Belajar!
PDGK4101/MODUL 2 2.3
KEGIATAN BELAJAR 1
A. PENGERTIAN MENYIMAK
Peristiwa 1
Pernahkah Anda mendengar seseorang berteriak, tetapi Anda tidak
menghiraukannya. Misalnya “Sayuuuuuur...... sayuuuuuur...... siapa
mau membeli sayur?” Ketika itu Anda sedang asyik membaca buku
sambil mengerjakan tugas. Dalam hati berbicara bahwa sebenarnya
Anda ingin sekali membeli sayuran tersebut, namun pekerjaan belum
selesai.
Peristiwa 2
Pernah terjadi Neng Ina sedang memasak sambil mendengarkan
lagu dari radio. Kepalanya bergoyang-goyang. Bukan hanya itu ia pun
turut menyanyikan lagu tersebut. Ia tidak menyahut ketika ibunya
memanggil namanya. “Neng Ina... mau ikut ke toko buku nanti pukul 5
sore sambil jalan-jalan?” Saat itu tidak ada sahutan. Ibunya
penasaran. “Pantas saja tidak menjawab pertanyaan ibu! Asyik sekali
menyanyi.” Sambil geleng-geleng kepala ibu bergumam dan tersenyum.
Kemudian menepuk bahu Neng Ina.
2.4 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Peristiwa 3
Ibu guru sedang menjelaskan pelajaran bahasa Indonesia dengan
pokok bahasan mendongeng. Ibu guru mendongeng Ajisaka.
AJI SAKA
B. TUJUAN MENYIMAK
C. FUNGSI MENYIMAK
D. JENIS-JENIS MENYIMAK
1. Menyimak Ekstensif
Menyimak ekstensif (extensive listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu
ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Pada
umumnya, menyimak ekstensif dapat dipergunakan bagi dua tujuan yang
berbeda. Contohnya adalah menyimak yang dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari seperti menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, dan
menyimak pengumuman. Menyimak ekstensif meliputi:
a. Menyimak sosial
Menyimak sosial (social listening) atau menyimak konversasional
(conversational listening) ataupun menyimak sopan (courteous listening)
biasanya berlangsung dalam situasi-situasi sosial tempat orang-orang
mengobrol atau bercengkerama mengenai hal-hal yang menarik
perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu sama
lain untuk melihat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang
menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa
PDGK4101/MODUL 2 2.9
yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan (Dawson [et all], 1963:
153).
b. Menyimak sekunder
Menyimak sekunder (secondary listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak secara kebetulan (casual listening) dan secara ekstensif
(extensive listening).
c. Menyimak estetik
Menyimak estetik (aesthetic listening) ataupun yang disebut menyimak
apresiatif (apprecitional listening) adalah fase terakhir dari menyimak
kebetulan dan termasuk ke dalam menyimak ekstensif.
d. Menyimak pasif
Menyimak pasif adalah penyerapan suatu ujaran tanpa upaya sadar yang
biasanya menandai upaya-upaya kita pada saat belajar dengan kurang
teliti, tergesa-gesa, menghafal luar kepala, berlatih santai, serta
menguasai sesuatu bahasa.
2. Menyimak Intensif
Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan penuh konsentrasi agar dapat menangkap
makna yang dikehendaki. Menyimak intensif diakhiri dengan kegiatan
mengungkapkan kembali sesuatu yang dipahami secara lisan maupun tulis.
a. Menyimak kritis
Menyimak kritis, yaitu kegiatan menyimak untuk memberikan penilaian
secara objektif mengenai kebenaran informasi yang disimak. Definisi
lain menurut Tarigan menyimak kritis, yaitu sejenis kegiatan menyimak
yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-
butir yang baik dan benar dari ujaran seorang pembicara, dengan alasan-
alasan yang kuat dan dapat diterima oleh akal sehat.
b. Menyimak konsentratif
Menyimak konsentratif (concentrative listening) sering juga disebut
a study-type listening atau menyimak yang merupakan sejenis telaah.
c. Menyimak kreatif
Menyimak kreatif (creative listening) adalah sejenis kegiatan dalam
menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi
imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta
perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-
apa yang disimaknya (Dawson [et all], 1963: 153).
2.10 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
d. Menyimak eksplorasif
Menyimak eksplorasif, menyimak yang bersifat menyelidik atau
exploratory listening adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan
maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit.
e. Menyimak interogatif
Menyimak interogatif (interrogative listening) adalah sejenis kegiatan
menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi,
pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dari ujaran sang
pembicara karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak mungkin
pertanyaan.
f. Menyimak Selektif
Menyimak selektif, yaitu kegiatan menyimak yang memusatkan
perhatian pada hal tertentu yang sudah dipilih.
4. Tahap-tahap Menyimak
Menyimak adalah suatu kegiatan yang merupakan suatu proses. Sudah
barang tentu dalam proses ini terdapat tahap-tahap. Berikut ini adalah tahap-
tahap dalam proses menyimak:
a. Mendengarkan (hearing)
Mendengarkan dalam arti hearing didefinisikan sebagai aktivitas fisik
yaitu seseorang menerima suara melalui indera pendengaran. Oleh
karena itu, seseorang perlu mendengar (hearing) agar dapat menyimak
(listening). Dalam tahap ini, kita baru mendengar segala sesuatu yang
dikemukakan oleh sang pembicara dalam ujaran atau pembicaraannya.
b. Memahami (understanding)
Setelah kita mendengar maka ada keinginan bagi kita untuk mengerti
atau memahami dengan baik isi pembicaraan yang disampaikan oleh
sang pembicara.
c. Menginterpretasi (interpreting)
Penyimak yang baik, yang cermat, dan teliti belum puas jika hanya
mendengar dan memahami isi ujaran sang pembicara, dia ingin
menafsirkan atau menginterpretasikan isi, butir-butir pendapat yang
terdapat dan tersirat dalam ujaran itu.
d. Mengevaluasi (evaluating)
Setelah memahami serta dapat menafsirkan atau menginterpretasikan isi
pembicaraan, sang penyimak pun mulailah menilai atau mengevaluasi
pendapat serta gagasan sang pembicara, baik dari segi keunggulan dan
kelemahan juga kebaikan dan kekurangan sang pembicara.
e. Menanggapi (responding)
Merupakan tahap terakhir dalam kegiatan menyimak, sang penyimak
menyambut, mencamkan, menyerap, serta menerima gagasan atau ide
2.12 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
LA TIHA N
RA NG K UMA N
bahan menyimak, dan (f) mencari gagasan utama dari bahan yang telah
disimak (Kamidjan,2001:23).
Menyimak interogatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan
memperoleh informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang diarahkan kepada pemerolehan informasi tersebut. Kegiatan
menyimak interogatif bertujuan untuk: (a) mendapatkan fakta-fakta dari
pembicara, (b) mendapatkan gagasan baru yang dapat dikembangkan
menjadi sebuah wacana yang menarik, (c) mendapatkan informasi
apakah bahan yang telah disimak itu asli atau tidak.
TE S F O RMA TIF 1
B. memahami
C. menginterpretasi
D. mengevaluasi
KEGIATAN BELAJAR 2
A. PENGERTIAN
1. Faktor Fisik
Kondisi fisik seorang penyimak merupakan faktor penting yang
menentukan keefektifan serta kualitas dalam menyimak, contohnya ada
orang yang sukar sekali mendengar. Dalam keadaan yang serupa itu, dia
PDGK4101/MODUL 2 2.19
2. Faktor Psikologis
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
menyimak:
a) prasangka dan kurangnya simpati terhadap pembicaraan dengan
aneka sebab dan alasan;
b) keegosentrisan dan keasyikan terhadap minat pribadi serta masalah
pribadi;
c) kepicikan yang menyebabkan pandangan yang kurang luas;
d) kebosanan dan kejenuhan yang menyebabkan tiadanya perhatian
sama sekali pada pokok pembicaraan;
e) sikap yang tidak layak terhadap sekolah, terhadap guru, terhadap
pokok pembicaraan, atau terhadap sang pembicara.
3. Faktor Pengalaman
Sikap-sikap kita merupakan hasil pertumbuhan, perkembangan
pengalaman kita sendiri. Kurangnya atau adanya minat pun agaknya
merupakan akibat dari pengalaman yang kurang atau tidak ada sama
sekali pengalaman dalam bidang akan disimak itu. Latar belakang
pengalaman merupakan suatu faktor penting dalam kegiatan menyimak.
Kosakata simak juga turut mempengaruhi kualitas menyimak.
4. Faktor Sikap
Setiap orang akan cenderung menyimak secara seksama pada topik-topik
atau pokok-pokok pembicaraan yang dapat dia setujui dibandingkan
2.20 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
dengan yang kurang atau tidak disetujui. Sikap ini adalah wajar dalam
kehidupan ini.
Pada dasarnya manusia hidup mempunyai dua sikap utama mengenai
segala hal, yaitu sikap menerima dan sikap menolak. Orang awam
bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan
baginya; tetapi bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan
tidak menguntungkan baginya. Kedua hal tersebut memberi dampak
pada menyimak, masing-masing dampak positif dan dampak negatif.
5. Faktor Motivasi
Motivasi merupakan salah satu butir penentu keberhasilan seseorang.
Kalau motivasi kuat untuk mengerjakan sesuatu, maka dapat diharapkan
orang itu akan berhasil mencapai tujuan. Begitu pula halnya dengan
menyimak. Kalau kita dapat memperoleh sesuatu yang berharga dari
pembicaraan itu, maka kita pun akan bersemangat menyimaknya dengan
tekun dan seksama. Kalau kita sebagai penyimak tidak yakin bahwa kita
akan memperoleh sesuatu yang berharga dan berguna dari suatu
penyimakan, maka akan sedikit sekali kemungkinan bahwa kita akan
mau, apalagi bergairah, menyimak pada sesuatu apabila kita sedang
melamun, mengantuk, atau tidur-tiduran.
B. TUJUAN
C. FUNGSI
1. Menyimak Komprehensif
Menyimak komprehensif adalah mendengarkan untuk memahami suatu
pesan, dan ini merupakan tipe menyimak yang paling umum di sekolah.
Apakah siswa dapat mengikuti dan mengingat pesan itu ditentukan oleh
banyak faktor antara lain latar belakang pengetahuan sebelumnya,
mempergunakan strategi untuk membantu mengingat-ingat pesan itu, dan
menerapkan apa yang telah didengarkan tadi supaya ada alasan mengingat
informasi itu.
Menyimak komprehensif dapat dilakukan peserta didik dengan
mendengarkan rekaman berita atau video. Berikut ini disajikan tuturan dalam
rekaman.
2.22 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
PERLOMBAAN
JUARA
TEKS 1
…………………………………………………………..
…………………………………………………………..
…………………………………………………………..
…………………………………………………………..
TEKS 2
........................................................................................................
........................................................................................................
........................................................................................................
........................................................................................................
PDGK4101/MODUL 2 2.23
Setelah menentukan garis besar dari setiap teks tentu peserta didik juga
dapat menentukan persamaan dan perbedaan dari kedua teks itu. Persamaan
dan perbedaan dari kedua teks tersebut dapat ditulis pada kolom-kolom
berikut.
Persamaan
………………………………………………………………….............
………………………………………………………………….............
………………………………………………………………….............
………………………………………………………………….............
Perbedaan
………………………………………………………………….............
………………………………………………………………….............
………………………………………………………………….............
………………………………………………………………….............
2. Menyimak Kritis
Menyimak kritis ialah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan
sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan
keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyimak kritis adalah (a)
mengamati tepat tidak ujaran pembicara, (b) mencari jawaban atas
pertanyaan "mengapa menyimak". Dapatkah penyimak membedakan antara
fakta dan opini dalam menyimak, dapatkah penyimak mengambil simpulan
dari hasil menyimak, dapatkah penyimak menafsirkan makna idiom,
ungkapan, dan majas dalam kegiatan menyimak? (Kamidjan, 2001:22).
Dalam menyimak kritis peserta didik dapat mendengarkan cara
pengucapan sebuah kata dengan benar dan salah.
Catatlah kata-kata yang pengucapannya salah!
Misalnya :
baca seharusnya membaca,
aer seharusnya air,
dan seterusnya.
2.24 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
3. Menyimak Apresiatif
Menyimak apresiatif ialah kegiatan menyimak yang bertujuan untuk
mengenal, menilai, dan menghargai suatu karya seni bahasa. Dalam hal ini
misalnya mendengarkan dan mengapresiasi cerita anak. Apresiasi dapat
dilakukan melalui pendekatan reseptif dan produktif.
Pendekatan reseptif dapat dilakukan melalui pendekatan emotif, didaktis,
dan pendekatan analitis (Halik, 2010: 7-12). Ikuti penjelasan berikut ini.
Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang mengarahkan pembaca
untuk mampu menemukan dan menikmati nilai keindahan (estetis) dalam
suatu karya sastra tertentu, baik dari segi bentuk maupun dari segi isi.
Kaitannya dengan pendekatan emotif, Aminuddin (2004:42) mengemukakan
bahwa:
“Pendekatan emotif adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukan unsur-unsur yang mengajukan emosi atau perasaan
pembaca. Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian
bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan
yang lucu atau menarik”
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
...........................................
Jika kita cermati dan resapi larik demi larik puisi di atas akan terasa nilai
keindahan bentuknya, khususnya dari segi persamaan bunyi akhirnya.
Pendekatan didaktis mengantar pembaca untuk memperoleh berbagai
amanat, petuah, nasihat atau pandangan keagamaan yang sarat dengan nilai-
nilai yang dapat memperkaya kehidupan rohaniah pembaca. Aminuddin
(2004:47) juga mengemukakan bahwa:
“Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha
menemukaan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap
pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam
hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun
agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca.”
PDGK4101/MODUL 2 2.25
Nasihat apa yang dapat diperoleh setelah membaca puisi di atas? Paling
kurang ada tujuh macam: (1) sebagai anak sekolah hendaknya bermain-main
pada pada Sabtu sore bukan Rabu sore, supaya semua PR dapat terselesaikan
dengan baik, (2) hendaknya pergi bermain sesudah salat Ashar, (3) kalau
salat diupayakan berjamaah dengan seisi rumah, (4) kalau pergi bermain
jangan sendiri tetapi bersama kawan-kawan agar lebih asyik dan jika
mengalami kecelakaan ada yang menolong, (5) biasakan hidup kebersamaan
jangan biasakan hidup jalan sendiri (egois), (6) sebagai anak-anak perlu
bermain jangan hanya belajar supaya perkembangan jiwanya normal, dan (7)
jika bermain layangan kiranya di tanah lapang, bukan di jalan raya,
berbahaya.
Salah satu pendekatan yang komprehensif adalah pendekatan analitis.
Pendekatan ini membimbing Anda untuk memahami secara lebih lengkap
dibanding pendekatan emotif dan didaktis. Aminuddin (2004:44)
mengungkapkan bahwa:
“Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu
pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap
pengarang, unsur intrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat
membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas
bentuk dan maknanya.
Namun demikian, penerapan pendekatan analitis dalam pembelajaran
sastra di SD tidaklah berarti harus selengkap seperti yang dipaparkan di atas.
Telah memadai, jika telah dapat mengungkapkan unsur-unsur yang
membangun karya sastra yang dibaca, dan dapat menunjukkan hubungan
antarunsur yang saling mendukung/saling bertentangan, serta mampu
memaparkan pesan-pesan yang dapat memperkaya pengalaman rohaniah.
2.26 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
a. Tema cerita
Sebagai langkah awal yang harus ditempuh oleh pengarang dalam
menciptakan sebuah karya sastra prosa adalah menentukan tema. Hal ini
karena tema oleh Sumardjo (1984:57) adalah pokok pembicaraan dalam
sebuah cerita. Tentu saja pokok pembicaraan atau ide tersebut melandasi
lahirnya karya sastra mulai dari awal sampai akhir.
Plot dilihat dari segi sifatnya terbagi atas plot rapat dan plot longgar.
Plot rapat adalah plot yang seluruh peristiwa yang ditampilkan setiap
pelaku hanya berpusat pada satu alur, misalnya. Sementara itu, plot
longgar adalah plot yang setiap pelakunya mempunyai alur peristiwa
tersendiri; di dalamnya ada beberapa alur cerita seperti dalam Kisah
Mahabrata.
Dilihat dari segi bentuknya, plot terdiri atas beberapa macam seperti
plot/alur maju, mundur dan alur maju mundur. Alur mundur (flashback)
yang dimulai menceritakan peristiwa bagian akhir lalu kembali
menceritakan bagian awal dan bagian tengah, sedangkan alur maju
(kronologis) adalah alur cerita yang menceritakan peristiwa berdasarkan
urutan waktu kejadiannya dari awal, tengah, lalu menuju ke bagian akhir
kejadian cerita. Adapun alur campuran atau maju mundur adalah alur
yang menceritakan sesuatu ketika berada pada kejadian, di tengah cerita
kembali lagi menceritakan peristiwa pada awal cerita, misalnya saat
sekolah di SMU dia bercerita ketika di masih di SD kelas 4.
c. Penokohan (character)
Penokohan merupakan pelaku yang dapat berbentuk manusia atau
binatang yang terlibat dalam rangkaian peristiwa cerita. Pelaku dan sifat-
sifatnya merupakan unsur yang penting karena merupakan ciri utama
sebuah cerita dan pengalaman penulis dikreasikan kepada pembaca
2.28 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
f. Gaya pengungkapan
Gaya merupakan teknik pengarang menyampaikan gagasannya lewat
cerita dengan untaian kalimat atau kata- kata yang khas. Pengungkapan
tersebut dengan jelas tercermin pada pengolahan persoalan yang
ditampilkan, tema yang dicairkan dalam cerita. Gaya tersebut relatif
tidak ditemukan pada pengarangan yang lain.
Berbicara tentang gaya pengarang dalam bercerita, ada yang bersifat
lemah lembut, kata-kata yang indah, rangkaian kalimat yang penuh cinta
kasih. Sebaliknya, ada pula yang bergaya keras, pemberontakan terhadap
hal yang telah ada, ingin melihat perubahan sesuatu secara cepat atau
secara revolusioner. Di samping itu, ada pula yang bergaya moderat,
tidak terlalu lembut dan tidak terlalu keras dalam menyampaikan
gagasannya. Intinya gaya merupakan teknik penyampaian gagasan
2.30 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
MENANAM KEBAIKAN
oleh Gik Sugiyanto HP (Bobo No. 21/XXX)
Setiap orang punya cara tersendiri untuk menanam kebaikan. Begitu pula
dengan Pak Saroji. Pensiunan guru itu hidup sederhana dengan isterinya.
Tiga orang anaknya sudah berkeluarga, dan tinggal terpisah di luar kota.
Uang pensiunan Pak Saroji tidak besar. Jadi ia tak mampu menyumbang
uang ke panti asuhan. Pak Saroji juga tak kuat membantu membangun rumah
ibadah, karena ia sakit-sakitan. Tapi tentu masih banyak cara untuk berbuat
baik, begitu pikir Pak Saroji.
Pak Saroji lalu merencakan sesuatu. Ia tak ingin hanya berdiam diri.
Suatu hari sepulang dari mengambil uang pensiun, ia membawa sekeranjang
rambutan. Merah warna kulitnya, ranum, dan pasti manis rasanya!
“Banyak sekali, Pak? Untuk siapa?” sambut Ibu Saroji penasaran.
“Ya, untuk kita berdua!” jawab Pak Saroji sambil tersenyum.
“Seminggu tidak bakal habis. Mana gigi sudah tidak utuh lagi!” lanjut
Bu Saroji.
“Gampang!”
“Lo? Maksud Bapak?”
“Panggil saja anak-anak tetangga itu. Kita undang mereka untuk makan
rambutan. Apa salahnya? Selama ini pasti mereka anggap kita ini suami-isteri
cerewet. Karena banyak melarang dan mengomeli apa saja yang mereka
kerjakan!”
Bu Saroji tak ingin lagi membantah. Ia tahu, suaminya pasti punya
rencana baik.
Siang itu setelah makan bersama istrinya, Pak Saroji membawa semua
rambutan itu ke teras rumah. Ia lalu memanggil anak-anak tetangga satu
persatu. Umur mereka antara 10 hingga 15 tahun.
“Kalian tentu suka buah rambutan?” tanya Pak Saroji spontan.
PDGK4101/MODUL 2 2.31
“Tentu, Kek! Wah mimpi apa nih kok tiba-tiba Kakek berbaik hati
dengan mengundang pesta rambutan!” celetuk Rusli sambil tertawa
kegirangan.
Disanjung begitu Pak Saroji mengangguk-angguk. “Sudahlah, tak usah
banyak bicara. Ayo kita sikat rambutan ini rame-rame!”
Tanpa diperintah dua kali, Abid, Didi, dan Sastri berebut cepat memilih
butiran yang merah tua dan besar. Anak-anak lahap makan buah segar itu.
Sesekali mereka berceloteh dan saling ledek. Lalu pecah tawa ria, yang
diikuti senyum cerah Pak Saroji. Bu Saroji keluar membawa baki berisi 6
gelas es sirup.
“Manis, Nak?” tanya Bu Saroji sambil berusaha menyembunyikan rasa
penasaran.
“Wah, sering-sering Nek bikin pesta kejutan begini. Asyik, lo!” ujar
Mira.
“Boleh juga! Tapi ada syaratnya!” jawab Pak Saroji serius.
Dipandanginya mata satu per satu anak-anak yang duduk di lantai teras
rumahnya. Serentak anak-anak berhenti mengunyah. Mereka menerka-nerka
dalam hati apakah ini semacam jebakan?
“Syarat, Kek?” gumam Didi sambil meringis.
“Gampang kok syaratnya. Jika kalian makan 10 butir rambutan, berarti
ada 10 biji rambutan. Pesta buah bulan depan kita lanjutkan jika kalian
bersedia mencari biji buah sebanyak yang kalian makan. Cari di mana saja,
lalu serahkan pada Kakek!”
Anak-anak tercengang. Ada perasaan menyesal setelah makan banyak-
banyak. Tiap anak rata-rata makan 25 butir rambutan. Tapi sesaat kemudian
mereka kembali tertawa-tawa. Tidak sulit mencari biji rambutan, berapa pun
banyaknya. Bukankah sekarang lagi musim rambutan?
Bulan berikutnya Pak Saroji tidak ingkar janji. Sekeranjang buah salak
ditenteng pulang. Anak-anak sudah menunggu. Kali ini 9 orang anak sudah
berkumpul tanpa diundang. Mereka sudah tahu syaratnya. Cuma yang agak
mengagetkan Pak Saroji ganti membawa buah salak.
“Siap menerima tantangan?” tanya Pak Saroji meniru iklan di televisi.
Anak-anak jelas tertantang. Salak pondoh itu pasti manis sekali. Legit dan
harum. Mereka mau saja memenuhi syarat yang telah disepakati. Maka
begitulah berturut-turut. Setiap bulan Pak Saroji menyisihkan uang
pensiunnya untuk membeli buah-buahan berbiji.
2.32 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
LA TIHA N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
8) Siswa diminta menyimak cerita yang dilisankan guru. Pada tahap akhir
pembelajaran, siswa diminta memperagakan kembali isi cerita yang
disimak melalui pementasan.
Pendekatan menyimak di atas dilakukan dengan pendekatan....
A. apresiatif
B. produktif
C. kritis
D. analisis
C. reseptif
D. produktif
Tes Formatif 1
1) A
2) C
3) A
4) D
5) C
6) A
7) A
8) B
9) D
10) A
Tes Formatif 2
1) B
2) A
3) A
4) D
5) A
6) D
7) D
8) B
9) B
10) B
2.38 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Glosarium
Daftar Pustaka
Badriyah, Ratu. 2000. Apresiasi Puisi dan Cerita Anak secara Produktif.
Jakarta.
Pramuki, Esti. 2000. Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif. Jakarta:
Universitas Pustaka.
Keterampilan Berbicara
Dr. Isah Cahyani, M.Pd.
PE NDA HULUA N
S aat ini tiba waktunya, kita belajar berbicara. Memang, pada umumnya
setiap orang sudah pandai berbicara. Apalagi Anda sudah memasuki
tahap perguruan tinggi. Apa bedanya, kegiatan berbicara sehari-hari dengan
belajar berbicara dalam modul ini? Mari ikuti tujuan yang ingin dicapai
setelah Anda mempelajari modul ini. Tujuan keterampilan berbicara dalam
modul ini, adalah
1. menjelaskan perbedaan berbicara permulaan dan berbicara lanjut;
2. menjelaskan perbedaan tujuan berbicara permulaan dan berbicara lanjut;
3. menjelaskan perbedaan fungsi berbicara permulaan dan berbicara lanjut;
4. menjelaskan jenis-jenis berbicara permulaan;
5. menjelaskan jenis-jenis berbicara lanjut;
6. memberikan contoh-contoh berbicara permulaan dan berbicara lanjut;
7. menerapkan berbagai jenis berbicara sesuai dengan keperluan.
Petunjuk Belajar
Untuk dapat memahami materi modul ini dengan baik serta mencapai
kompetensi yang diharapkan, gunakan strategi belajar berikut ini.
1. Sebelum membaca modul ini, cermati terlebih dahulu glosarium pada
akhir modul yang memuat istilah-istilah khusus yang digunakan dalam
modul ini.
3.2 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Kegiatan Belajar 1
A. PENGERTIAN
B. TUJUAN
C. FUNGSI
Secara garis besar jenis-jenis berbicara dibagi dalam dua jenis, yaitu
berbicara di muka umum dan berbicara pada konferensi. Guntur Tarigan
(1981: 22-23) memasukkan beberapa kegiatan berbicara ke dalam kategori
tersebut.
1. Berbicara di muka umum.
Jenis pembicaraan meliputi hal-hal berikut.
a. Berbicara dalam situasi yang bersifat memberitahukan atau
melaporkan, bersifat informatif (informative speaking).
b. Berbicara dalam situasi yang bersifat membujuk, mengajak, atau
meyakinkan (persuasive speaking).
c. Berbicara dalam situasi yang bersifat merundingkan dengan tenang
dan hati-hati (deliberate speaking).
2. Diskusi Kelompok.
Berbicara dalam kelompok mencakup kegiatan berikut ini.
a. Kelompok resmi (formal).
b. Kelompok tidak resmi (informal).
3. Prosedur parlementer.
4. Debat.
3.8 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
1. Berdialog
Berdialog dapat diartikan sebagai pertukaran pikiran atau pendapat
mengenai suatu topik tertentu antara dua orang atau lebih disebut dialog.
Fungsi utama berdialog adalah bertukar pikiran, mencapai mufakat, atau
merundingkan sesuatu masalah. Dialog dapat diwujudkan dalam berbagai
bentuk seperti bertelepon, bercakap-cakap, tanya jawab, wawancara, diskusi,
musyawarah, debat, dan simposium. Dialog dapat terjadi kapan, di mana, dan
tentang apa saja. Hal ini menunjukkan bahwa dialog dapat dilakukan dengan
tema apa saja, misalnya tema “Pemilu”. Ketika musim kampanye tiba, orang-
orang merasa tertarik apabila diajak bercerita tentang capres dan cawapres
yang akan dipilihnya. Di antara mereka akan memaparkan beberapa
kelebihan jagoannya, baik dari pendidikan, agama, perhatiannya terhadap
ekonomi, kemasyarakatan, KKN, kejujuran, dan amanah, bahkan sampai
pada wawasannya tentang bangsa ini.
Dialog dapat dilakukan sepanjang waktu. Apalagi bagi orang yang
sedang menyukai tema-tema hangat. Waktu yang digunakan untuk berdialog
bisa pagi, siang, sore, maupun malam. Dialog pagi biasanya dilakukan di
rumah, antara ayah, ibu, dan anak atau dengan siapa saja, terutama orang-
orang yang dekat di hati. Kemudian, dialog dapat digunakan di siang hari.
Hal ini terutama dalam kegiatan resmi dengan teman kuliah, teman kerja,
atau siapa saja yang dapat menunjang karier peserta dialog. Nah, sore hari
kembali dialog santai biasanya dilakukan dengan orang-orang yang
PDGK4101/MODUL 3 3.9
2. Menyampaikan Pengumuman
Menyampaikan pengumuman berarti menyampaikan sesuatu hal yang
perlu diketahui oleh khalayak ramai. Kegiatan ini dapat diwujudkan dalam
bentuk pidato.
Ciri-ciri yang harus diperhatikan dalam membaca pengumuman di
antaranya, yaitu volume suara harus lebih keras, intonasi yang tepat, dan gaya
penampilan yang menarik.
3. Bercerita
Sejak zaman dahulu, orang tua terutama ibu mempunyai kebiasaan
bercerita ketika meninabobokan anaknya di tempat tidur. Nah, ibu atau orang
tua yang mahir bercerita akan disenangi anak-anaknya. Melalui bercerita
dapat dijalin hubungan yang akrab. Selain itu, manfaat bercerita di antaranya,
yaitu (1) memberikan hiburan, (2) mengajarkan kebenaran, dan (3)
memberikan keteladanan.
Dahulu kala ada seorang raja besar di negeri Daha, yang mempunyai
seorang putri yang amat cantik yang bernama Putri Kencana. Ia sangat
disayang karena merupakan anak tunggal. Oleh karenanya, ia dilarang
bermain jauh-jauh.
Pada suatu malam tuan putri bermimpi bertemu dengan seorang
pangeran yang tampan rupawan. Sejak saat itu sang putri selalu gelisah ingin
bertemu dengan pangeran yang dijumpai dalam mimpinya. Pada suatu hari
tuan putri bermohon kepada ayahandanya agar diperkenankan berjalan-jalan
ke luar istana. Permohonan itu dikabulkan asalkan selalu diiringkan oleh para
dayang dan pegawai istana.
Dalam perjalanan sampailah tuan putri di suatu tempat yang sangat indah
pemandangannya dan sejuk udaranya. Di sana pun terdapat kolam yang
jernih airnya. Di tempat itu tuan putri bercengkerama dengan amat
gembiranya, seolah tidak ingin kembali ke istana.
Ketika bermain-main itu selendang putri diterbangkan angin dan jatuh ke
dalam kolam. Meskipun para dayang dan pengawal telah berusaha untuk
mencarinya, tetapi tidak ditemukan juga. Tuan putri amat sedih, tidak henti-
PDGK4101/MODUL 3 3.13
hentinya menangis. Para dayang dan pengawal bingung dan tidak tahu apa
yang harus diperbuat.
Dalam keadaan seperti itu, tiba-tiba melompatlah seekor katak amat
besar dari dalam kolam itu. Binatang itu menghadap tuan putri dan bercakap-
cakap layaknya manusia.
“Mengapa tuan putri menangis?” tanyanya. Jawab tuan putri,
“Selendangku jatuh ke dalam dan tidak ditemukan kembali”. “Tolong
carikan”, pintanya.
“Baiklah tuan putri, tetapi apa upahnya jika aku dapat menemukan
kembali?” kata katak itu. “Akan kuberi engkau makanan yang lezat dan emas
berlian”, jawab tuan puteri.
Tawaran tuan putri ditolaknya, katanya, “Tuanku, bukan intan permata,
atau makanan yang lezat yang kuminta, tetapi aku ingin selalu bersamamu”.
“Baiklah kalau demikian”, jawab tuan putri.
Seketika itu juga menyelamlah katak itu dan sesaat kemudian muncul
kembali sambil menunjukkan selendang tuan putri itu. Melihat hal itu putri
sangat gembira, lalu disambutnya selendang itu. Namun setelah itu, tuan putri
segera meninggalkan tempat itu tanpa menghiraukan lagi katak yang
menemukan selendangnya.
Katak itu sangat kecewa karena tuan putri telah ingkar janji. Dengan
melompat-lompat disusulnya rombongan tuan putri itu sampai istana. Pada
malam harinya katak itu segera mencari kamar tuan putri. Di sana
didapatinya tuan putri sedang bercakap-cakap dengan baginda. Sang katak
mengetuk pintu, lalu dibukakannya pintu itu oleh tuan putri sendiri. Dengan
jengkel tuan putri itu menanyakan maksud kedatangannya. Di jawabnya
bahwa ia hendak menuntut janji agar dapat hidup bersama tuan putri. Namun
karena malu diketahui oleh ayahandanya maka pintu itu pun ditutupnya
kembali rapat-rapat.
Berkali-kali katak itu mencobanya, tetapi selalu ditolaknya. Tuan putri
kesal, sedih, dan selalu gelisah sebab selalu didatangi katak yang menagih
janjinya.
Pada suatu hari sang ayah bertanya mengapa tuan putri bersedih dan
tampak gelisah setiap saat. Tuan putri tidak bisa berbohong lagi, lalu
diceritakannya semua kejadian yang menimpa dirinya. Setelah baginda
mendengarkan cerita itu, ia pun berkata, “Penuhilah janjimu, sebab janji
adalah hutang”.
3.14 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Sejak saat itu sang katak selalu kelihatan bersama-sama dengan tuan
putri. Ia tidak bisa menghindar lagi. Siang malam ia selalu bersama-sama
dengan katak itu. Ketika tuan putri naik ke peraduan katak pun selalu
berbaring di sampingnya.
Pada suatu malam tuan putri itu pun bertanya kepada sang katak
mengapa berlaku demikian. Sang katak pun bercerita sejak awal sampai akhir
mengenai pengalamannya menjelma seekor katak. Ternyata ia adalah seorang
pangeran yang telah disihir untuk menjadi seekor katak. Ia baru dapat bebas
setelah beberapa lama diizinkan tinggal bersama seorang putri. Setelah habis
bercerita, sang katak itupun melepaskan baju kataknya dan berubah menjadi
seorang pangeran yang gagah perkasa.
Keesokan harinya, pangeran diajak tuan putri menghadap baginda. Sang
raja gembira mendengar cerita bahwa sebenarnya sang pangeran tidak lain
adalah putra Raja Kuripan yang masih sanak saudaranya sendiri.
Kejadian itu segera disampaikan kepada Raja Kuripan. Tidak berapa
lama kemudian dilangsungkanlah perkawinan agung antara kedua orang itu.
disadur dari
tulisan James Damanjaya
LA TIHA N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
B. keberanian
C. pengetahuan
D. penguasaan
C. bercerita
D. parafrase
10) Apabila bercerita tentang peristiwa dalam cerita anak berangkai dan
berakhir dengan kebahagiaan, termasuk pada unsur.....
A. tema
B. konflik
C. latar
D. alur
KEGIATAN BELAJAR 2
A. PENGERTIAN
Ibarat mata uang, sisi muka ditempati kegiatan berbicara sedang sisi
belakang ditempati kegiatan mendengarkan. Sebagaimana mata uang tidak
akan laku bila kedua sisinya tidak terisi maka komunikasi lisan pun tak akan
berjalan bila kedua kegiatan tidak saling melengkapi. Pembicara yang baik
selalu berusaha agar penyimaknya mudah menangkap isi pembicaraannya.
Keterampilan berbicara juga menunjang keterampilan menulis dan
membaca. Bukankah berbicara pada hakikatnya sama dengan menulis, paling
tidak dalam segi ekspresi atau produksi informasi? Hasil berbicara bila
direkam dan disalin kembali sudah merupakan tulisan dan ini sudah
merupakan wujud keterampilan menulis. Penggunaan bahasa dalam berbicara
banyak kesamaannya dengan penggunaan bahasa dalam teks bacaan. Apalagi
organisasi pembicaraan kurang lebih sama dengan pengorganisasian isi bahan
bacaan.
A. TUJUAN
C. FUNGSI
1. Bermusyawarah
Musyawarah mengandung arti perundingan, yaitu membicarakan sesuatu
supaya mencapai kata sepakat. Mencapai kata sepakat tentu tidak mudah
karena setiap orang mempunyai kepentingan pribadi. Dalam suatu
musyawarah yang penting adalah kepentingan orang banyak, setiap orang
mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan umum.
Dalam suatu musyawarah dipimpin oleh seorang pimpinan musyawarah
yang lazim disebut pimpinan sidang. Pimpinan sidang berhak membuat tata
tertib musyawarah dan tata tertib pelaksanaan. Dalam musyawarah biasanya
terdapat perbedaan pendapat, tetapi perbedaan itu harus dipadukan. Bila tidak
maka biasa diambil voting (suara terbanyak). Itulah hal yang istimewa dari
musyawarah yang berbeda dengan diskusi. Dalam musyawarah selalu ada
kesimpulan.
3.24 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
2. Diskusi
Nio (dalam Haryadi, 1981:68) mengatakan diskusi ialah proses
penglibatan dua orang atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan
tatap muka, mengenai tujuan yang sudah tentu melalui tukar-menukar
informasi untuk memecahkan masalah. Sementara itu, Brilhart (dalam
Haryadi, 1997:68) menjelaskan diskusi adalah bentuk tukar pikiran secara
teratur dan terarah dalam kelompok besar atau kelompok kecil dengan tujuan
untuk pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu
masalah. Dengan demikian, dalam sebuah diskusi harus ada sebuah masalah
yang dibicarakan, moderator yang memimpin diskusi, dan ada diskusi yang
dapat mengemukakan pendapat secara teratur. Dari kedua batasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa esensi diskusi adalah (1) partisipan lebih dari
seorang, (2) dilaksanakan dengan bertatap muka, (3) menggunakan bahasa
lisan, (4) bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan bersama, (5) dilakukan
dengan cara bertukar informasi dan tanya jawab.
Hal-hal yang perlu dijalin dalam berdiskusi menurut Dipodjoyo dalam
Haryadi (1997: 69) yaitu sikap koperatif, semangat berinteraksi, kesadaran
berkelompok, bahasa sebagai alat berkomunikasi, dan kemampuan
memahami persoalan. Selain itu pula, ketika proses diskusi berlangsung
hendaknya peserta diskusi mendengarkan uraian dengan penuh perhatian,
menghilangkan sikap emosional dan purbasangka, menangkap gagasan utama
dan gagasan penjelas serta mempertimbangkannya.
Selain itu, ketika menyampaikan sanggahan, hendaklah disampaikan
secara santun, yaitu (1) pertanyaan dan sanggahan diajukan secara jelas dan
tidak berbelit-belit, (2) pertanyaan dan sanggahan diajukan secara santun,
menghindari pertanyaan, permintaan, dan perintah langsung, (3) diusahakan
agar pertanyaan dan sanggahan tidak ditafsirkan sebagai bantahan atau debat.
Sementara itu, dalam memberikan tanggapan pun harus dipenuhi empat hal,
yaitu (1) jawaban atau tanggapan harus berhubungan dengan pertanyaan atau
tanggapan itu saja, (2) jawaban harus objektif dan memuaskan berbagai
pihak, (3) prasangka dan emosi harus dihindarkan, (4) bersikap jujur dan
terus terang apabila tidak bisa menjawab.
Proses dan kesimpulan diskusi dilaksanakan berdasarkan alasan yang
masuk akal. Dengan kata lain, persetujuan diskusi akan lebih baik apabila
diikuti dengan argumen. Sanggahan yang mencemoohkan, kiranya patut
dihindari. Selain itu, hasil diskusi harus didasarkan pada objektivitas dan
PDGK4101/MODUL 3 3.25
DISKUSI HAM
3. Menyampaikan Argumentasi
Proses komunikasi untuk menyampaikan argumentasi karena harus
mempertahankan pendapat disebut debat. Setiap pihak yang berdebat akan
mengajukan argumentasi dengan memberikan alasan tertentu agar pihak
lawan atau peserta menjadi yakin dan berpihak serta setuju terhadap
pendapat-pendapatnya (Laksono, 2003:20).
Sebelum berdebat, peserta debat harus mempersiapkan penyusunan
materi dan argumentasi dengan referensi yang memadai. Dalam debat,
pemimpin berhak menentukan apakah anggota kelompok (khalayak) dapat
bertanya kepada peserta debat (pembicara) atau tidak. Selain itu, pemimpin
debat harus menentukan masalah yang mengundang perdebatan. Kemudian
panitia menyiapkan dua kelompok yang bersedia memperdebatkan masalah
yang sudah ditentukan. Kelompok A adalah kelompok yang menyetujui
masalah sedangkan kelompok B adalah kelompok yang tidak menyetujui
masalah itu.
4. Pidato
Komunikasi lisan, khususnya pidato dapat dilakukan dengan cara
impromtu, menghafal, metode naskah, dan ekstemporan. Selain itu, ketika
menyusun pidato perlu diperhatikan:
a. pengumpulan bahan,
b. garis besar pidato,
c. uraian secara detail.
Pidato yang baik memerlukan latihan, dengan kata lain latihan pidato
mutlak harus dilaksanakan terutama untuk mimik, nada bicara, intonasi, dan
waktu. Hal ini untuk memperoleh hasil yang baik. Biasanya pidato bertujuan
untuk mendorong, meyakinkan, memberitahukan, dan menyenangkan.
Sebelum mengadakan pidato, hal yang perlu diperhatikan adalah
menganalisis pendengar:
a. jumlah pendengar;
b. tujuan mereka berkumpul;
c. adat kebiasaan mereka;
3.28 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
d. acara lain;
e. tempat berpidato;
f. usia pendengar;
g. tingkat pendidikan pendengar;
h. keterikatan hubungan batin dengan pendengar; dan
i. bahasa yang biasa digunakan.
Pidato yang tersusun dengan baik dan tertib akan menarik dan
membangkitkan minat pendengar, karena dapat menyajikan pesan dengan
jelas sehingga memudahkan pemahaman, mempertegas gagasan pokok, dan
menunjukkan perkembangan pokok-pokok pikiran yang logis. Untuk
memperoleh susunan pidato yang baik dan tertib, perlu adanya
pengorganisasian pesan yang baik dan tersusun.
Organisasi pesan dapat mengikuti enam macam urutan, yaitu deduktif,
induktif, kronologis, logis, spasial, dan topikal. Selain itu pula, setiap pidato
hendaknya membuat garis besar. Ciri-ciri garis besar yang baik dalam
menyusun dan membawakan suatu pidato, yaitu: garis besar terdiri atas tiga
bagian, yaitu pengantar, isi, dan penutup; lambang-lambang yang digunakan
untuk menunjukkan bagian-bagian tidak membingungkan; penulisan pokok
pikiran utama dengan pokok pikiran penjelas harus dibedakan.
Dalam kaitan dengan nilai komunikasinya maka pidato harus
menggunakan kata-kata yang tepat, jelas, dan menarik. Kata-kata harus jelas
dalam arti kata-kata yang dipilih tidak boleh mengandung makna ganda
sehingga pendengar tidak merasa bingung dalam menafsirkan pembicaraan.
Oleh karena itu, susunan kata-kata harus dapat digunakan untuk
mengungkapkan gagasan secara cermat.
Terakhir, hal yang perlu diperhatikan, yaitu cara membuka dan menutup
pidato. Pedoman untuk membuka pidato yang baik supaya pokok
pembicaraan mendapat perhatian pendengar sebaik-baiknya, yaitu dengan
cara:
1) langsung menyebutkan pokok persoalan;
2) melukiskan latar belakang masalah;
3) menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah
menjadi pusat perhatian khalayak;
4) menghubungkan dengan peristiwa yang sedang diperingati;
5) menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato;
6) menghubungkan dengan suasana emosi yang tengah meliputi khalayak;
7) menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi masa lalu;
8) menghubungkan dengan kepentingan vital pendengar;
9) memberikan pujian kepada khalayak atas prestasi mereka;
10) memulai dengan pertanyaan yang mengejutkan;
11) mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan;
12) menyatakan kutipan;
13) menceritakan pengalaman pribadi;
14) mengisahkan cerita faktual, fiktif, atau situasi hipotesis;
15) menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya;
16) membuat humor.
Assalamu'alaikum wr.wb.
Ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan mulai dari
sekarang.
Pertama, sekuat tenaga kita belajar yang rajin dan tunjukkan
kepada orang tua bahwa kita pun mampu meraih nilai yang terbaik.
Kedua, sekuat tenaga tidak terbawa pengaruh oleh teman-teman
kita yang lain yang senangnya membolos karena suatu saat mereka
akan merasakan sendiri akibatnya. Bisa jadi anaknya nanti akan
3.32 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Identitas tokoh :
Prestasi tokoh :
LA TIHA N
Musyawarah Diskusi
Partisipan biasanya homogen Partisipan lebih heterogen
Langsung menghasilkan Keputusan lebih rinci
keputusan
Sukarela Lebih menekankan argumentasi
ilmiah
Subjektif Objektif
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
3) Berikut yang bukan merupakan upaya yang harus dilakukan guru dalam
meningkatkan kemampuan berbicara siswa adalah....
A. menggali minat siswa
B. melatih kefasihan dan kejelasan berbicara
C. mendiagnosis keadaan siswa
D. melatih penguasaan teks bacaan
10) Cara membuka dan menutup pidato tidak mutlak sama. Hal ini
tergantung pada....
A. kreativitas
B. kebiasaan
C. kepedulian
D. keakraban
Tes Fomatif 1
1) B
2) A
3) B
4) D
5) D
6) C
7) C
8) D
9) A
10) A
Tes Fomatif 2
1) D
2) A
3) A
4) B
5) A
6) C
7) A
8) C
9) D
10) A
3.46 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Glosarium
Daftar Pustaka
Keterampilan Membaca
Dr. Yeti Mulyati, M.Pd.
PE NDA HULUA N
Untuk memberi kemudahan bagi Anda dalam belajar, sajian modul ini
akan dibagi dalam dua kegiatan belajar sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1: Keterampilan Membaca Permulaan.
Kegiatan Belajar 2: Keterampilan Membaca Lanjut.
Sama halnya dengan keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya,
keterampilan membaca hanya akan Anda kuasai dengan baik, jika
intensitasnya tinggi dan banyak berlatih. Oleh karena itu, selama dan setelah
mempelajari modul ini, hendaknya Anda terus berlatih hingga Anda memiliki
4.2 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Kegiatan Belajar 1
disebut pembaca pemula. Golongan mereka itu sering juga disebut sebagai
golongan buta aksara. Jenis membaca yang dipelajarinya adalah membaca
permulaan. Dengan demikian, membaca permulaan dapat didefinisikan
sebagai suatu proses pengenalan lambang-lambang bunyi bahasa dan
pengubahan lambang-lambang bunyi tersebut menjadi bunyi-bunyi bahasa
bermakna.
Di lihat dari tingkat keliterasiannya, masyarakat kita terbagi atas tiga
kelompok, yakni kelompok iliterat (buta akasara), aliterat (malas membaca),
dan literat (bisa dan biasa membaca). Kelompok iliterat dan aliterat sama
buruknya bagi kualitas kehidupan. Oleh karena itu, kedua kondisi ini harus
secara terus-menerus diberantas, diatasi, dan diupayakan untuk menjadi
literat. Golongan masyarakat kita yang masih buta aksara hingga saat ini
masih menjadi perhatian pemerintah. Berdasarkan data statistik PBB pada
2005, tentang daftar peringkat kemelekhurufan negara-negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-85 dari 175 negara. Di Indonesia sendiri saat
ini terdapat 10 provinsi yang tingkat kebutahurufan tergolong tinggi.
Dikatakan tinggi, jika angka kebutaaksaraannya itu di atas 10 persen.
Provinsi-provinsi yang tergolong kebutaaksaraannya tinggi itu di antaranya
Provinsi Papua, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat,
serta Sulawesi Selatan. Di sisi lain, dewasa ini tengah dicanangkan program
Millenium Development Goals (MDGs) yang salah satu tujuannya adalah
target pencapaian penyelesaian pendidikan dasar (primary schooling) bagi
siapa pun pada 2015.(www.wikipedia.com).
Pengajaran membaca permulaan, menurut Ngurah Oka (1983:71), lebih
ditujukan pada pembinaan dasar-dasar mekanisme membaca. Dasar-dasar
dimaksud, antara lain: (a) kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-
bunyi bahasa yang diwakilinya; (b) membina gerak mata dari kiri ke kanan;
(c) membaca kata-kata dan kalimat-kalimat sederhana.
R. Masri Sareb Putra (2008:4) menjelaskan membaca permulaan itu
diperuntukkan bagi siswa kelas 1-3 SD. Penekanan pembelajarannya
difokuskan terhadap pengondisian siswa untuk masuk dan mengenal bacaan.
Pemahaman mendalam akan materi bacaan belum menjadi perhatian.
Konsekuensi dari fokus penekanan pembelajaran membaca permulaan
tersebut, maka orientasi pembelajaran lebih diarahkan pada pengenalan
lambang bunyi, pelafalan lambang bunyi, kelancaran, dan ketepatan
mengucapkan lambang-lambang bunyi. Oleh karenanya, pembelajaran
PDGK4101/MODUL 4 4.5
tetapi belum lancar, dan bisa membaca dengan lancar. Pengetahuan ini
penting bagi guru guna menentukan tindak lanjut pembelajaran membaca
yang tepat bagi anak-anak didiknya.
Bagaimana kedudukan membaca permulaan di sekolah dasar menurut
Kurikulum 2006 (KTSP), dapat kita lihat dari Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SK-KD) yang ditetapkan dalam kurikulum tersebut.
Butir-butir SK-KD yang berkenaan dengan membaca permulaan (kelas 1 dan
2 SD) dapat dilihat dalam uraian berikut.
Kelas I, Semester 1
Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar:
Memahami teks pendek 3.1 Membaca nyaring suku kata dan kata
dengan membaca nyaring dengan lafal yang tepat
3.2 Membaca nyaring kalimat sederhana
dengan lafal dan intonasi yang tepat
Kelas I, Semester 2
Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar:
Memahami teks pendek 7.1 Membaca lancar beberapa kalimat
dengan membaca lancar sederhana yang terdiri atas 3-5 kata
dan membaca puisi anak dengan intonasi yang tepat
7.2 Membaca puisi anak yang terdiri
atas 2-4 baris dengan lafal dan
intonasi yang tepat
Kelas 2 Semester 1
Standar Kompetensi: Kompetensi Dasar:
Memahami teks pendek 3.1 Menyimpulkan isi teks pendek (10-
dengan membaca lancar dan 15 kalimat) yang dibaca dengan
membaca puisi anak membaca lancar
3.2 Menjelaskan isi puisi anak yang
dibaca
Kelas 2 Semester 2
Standar Kompetensi: 7.1 Membaca nyaring teks (15-20
Memahami ragam wacana kalimat) dengan memperhatikan
tulis dengan membaca lafal dan intonasi yang tepat
PDGK4101/MODUL 4 4.7
nyaring dan membaca dalam 7.2 Menyebutkan isi teks agak panjang
hati (20-25 kalimat) yang dibaca dalam
Hati
a be ce de e ef ge
ha i je ka el em en
o pe qi er es te u
ve we ex y zet
membangun kata bermakna. Sebagai contoh, paduan suku kata /ba/ dan /ca/
akan membentuk kata /ba-ca/ yang dilafalkan [bαcα]. Demikian, seterusnya
anak diperkenalkan dengan berbagai paduan suku kata yang membentuk
kata-kata bermakna, kata-kata bermakna membentuk kalimat sederhana.
Pembelajaran membaca permulaan dengan Metode Silaba ini sejalan dengan
Metode Iqro dalam pembelajaran baca tulis Alquran.
Pembelajaran membaca permulaan yang menggunakan pendekatan
Gestalt melahirkan Metode Kata (Lembaga Kata), Metode Global
(Kalimat), dan Metode SAS (Struktural Analisis Sintesis). Pada dasarnya,
pembelajaran membaca permulaan dengan pendekatan Gestalt berangkat dari
pengenalan lambang tulis yang bermakna. Ada yang memulainya dari
pengenalan kata seperti pada Metode Lembaga Kata atau pengenalan
kalimat sederhana seperti pada Metode Kalimat. Untuk sampai pada
pengenalan lambang bunyi terkecil yang berbentuk fonem/huruf, struktur-
struktur bermakna yang berupa kata atau kalimat itu diurai atau dianalisis ke
dalam bentukan-bentukan kecil di bawahnya hingga akhirnya sampai ke
pengenalan huruf. Misalnya, berdasarkan rangsang kata /bola/ lalu diurai
menjadi /bo/ dan /la/ /bo-la/; selanjutnya /bo/ menjadi /b/ dan /o/. Untuk
metode kalimat, kalimat-kalimat sederhana diuraikan menjadi kata, suku
kata, hingga akhirnya sampai ke huruf.
Pada Metode SAS, proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi
suku kata, suku kata menjadi huruf/fonem itu kemudian dilanjutkan dengan
proses sintesis. Hasil penguraian tadi dikembalikan mengikuti urutan berikut:
dari fonem/huruf dilanjutkan dengan rangkaian fonem yang berupa suku kata,
gabungan suku kata menjadi kata, dan gabungan kata menjadi kalimat
semula. Penyajian bahan ajarnya dapat dilukiskan sebagai berikut:
ini bola
ini bola
i-ni bo-la
i-n-i b-o-l-a
i-ni bo-la
ini bola
ini bola
bawah kata /bola/ atau kalimat /ini bola/ diletakkan gambar bola. Hal ini
dimaksudkan untuk membantu mempercepat proses melek huruf para pemula
dalam pembelajaran membaca permulaan, selain berfungsi sebagai daya tarik
untuk merangsang minat belajar mereka dalam membaca.
Setelah anak didik melek huruf, pembelajaran dilakukan dengan kegiatan
membaca bersuara atau membaca nyaring. Pendekatan tematik yang
disarankan untuk kelas rendah di sekolah dasar merupakan cara yang tepat
untuk mengenalkan berbagai disiplin ilmu dalam satu kemasan pembelajaran
di bawah payung tema yang sama. Bahan-bahan ajar membaca hendaknya
diangkat dari teks-teks sederhana yang mengandung konsep disiplin ilmu lain
yang hendak diperkenalkan kepada anak-anak. Anda tentu masih ingat lagu
anak-anak berikut ini.
Melalui pintu masuk lagu itu, anak diajak untuk berapresiasi melalui
kegiatan berkesenian atau bernyanyi. Namun, secara implisit juga
diperkenalkan dengan konsep berhitung: satu, dua, tiga, dan seterusnya.
Selain itu, ditanamkan juga konsep budi pekerti: sayang ibu, sayang ayah,
sayang semua orang; dan konsep kosakata kekerabatan: aku, ibu, ayah, adik,
kakak, dan seterusnya.
Dalam belajar bahasa, kegiatan membaca bersuara sangat besar
kontribusinya terhadap belajar berbicara. Melalui membaca bersuara murid
belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang dipelajarinya dengan benar.
Bahkan, murid bukan hanya belajar mengucapkan bunyi-bunyi bahasa yang
dipelajarinya, tetapi juga belajar mengucapkan kelompok kata, kalimat, dan
bahkan mengucapkan suatu wacana utuh dengan benar melalui membaca
bersuara.
2. Membaca Teknis
Selain membaca bersuara, jenis membaca permulaan yang diajarkan di
kelas rendah adalah membaca teknis. Pada membaca jenis ini, anak sudah
mulai dibimbing ke arah pembacaan teks secara tepat menurut pelafalan dan
intonasinya. Tanda-tanda baca yang menandai intonasi mulai diperkenalkan.
PDGK4101/MODUL 4 4.13
Cara membaca kalimat berita yang ditandai dengan tanda titik (.) berbeda
dengan cara membaca kalimat tanya yang ditandai dengan tanda tanya (?).
Jeda pendek yang ditandai dengan tanda koma (,) berbeda dengan jeda
panjang yang ditandai dengan tanda titik (.). Pendek kata, membaca teknis
mengajari anak membaca dengan lagu dan intonasi yang tepat sesuai dengan
maksud kalimat yang dilafalkannya.
Seiring dengan itu, harus disadarkan pula kepada anak bahwa kegiatan
membaca yang tidak memperhatikan teknis membaca dapat menimbulkan
salah pengertian. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kekeliruan dalam
menafsirkan makna bacaan. Coba saja Anda bandingkan ketiga cara
pembacaan berikut.
a. Menurut cerita ibu Ani/adalah orang pintar di desa ini.
b. Menurut cerita ibu/Ani adalah orang pintar di desa ini.
c. Menurut cerita/ibu Ani adalah orang pintar di desa ini.
LA TIHA N
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 1
2) Ciri dari kemampuan melek huruf adalah hal-hal berikut, kecuali ....
A. mengenal lambang bunyi
B. dapat melafalkan lambang bunyi
C. mengerti arti lambang bunyi
D. dapat membedakan lambang bunyi
3) Lambang /b/ dilafalkan /be/, /c/ dilafalkan /ce/, cerminan dari metode....
A. bunyi
B. alfabet
C. silaba
D. iqro
C. silaba
D. kata
Kegiatan Belajar 2
membaca dibangun oleh dua aspek penting, yaitu (a) keterampilan yang
bersifat mekanis (mechanical skill) dan (b) keterampilan yang bersifat
pemahaman (comprehension skills). Keterampilan yang bersifat mekanis
merupakan sasaran dari pembelajaran membaca permulaan. Sementara aspek
keterampilan yang kedua, yakni aspek pemahaman (comprehension skills)
merupakan sasaran dari membaca lanjut.
Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) itu
meliputi: (1) memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal,
retorikal); (2) memahami signifikansi/makna (maksud dan tujuan pengarang,
relevansinya dengan kebudayaan, reaksi pembaca); (3) kemampuan
mengevaluasi, baik terhadap isi maupun bentuk; dan (4) kecepatan membaca
fleksibel yang disesuaikan dengan keadaan.
Berdasarkan penjelasan di muka kita dapat menyimpulkan pengertian
membaca lanjut sebagai keterampilan membaca yang ditujukan untuk
pembaca lanjut dengan sasaran melek wacana, yakni kemampuan memahami
dan memetik makna bacaan, baik makna yang tersurat maupun makna yang
tersirat.
Sesuai dengan sasaran dari jenis membaca ini, yakni melek wacana,
maka fungsi utama dari kegiatan membaca lanjut adalah kunci bagi pembuka
berbagai ilmu, pengetahuan, dan teknologi dalam membuka dan meluaskan
cakrawala wawasan pembacanya. Dengan fungsi seperti itu, kegiatan
membaca lanjut harus diorientasikan kepada dua keterampilan utama dalam
membaca, yakni ketepatan memahami isi bacaan dan kecepatan membaca.
Karena kegiatan membaca lanjut itu berjenjang, yang dimulai sejak kelas 3
SD hingga akhir batas studi tertinggi, maka tuntutan tingkat pemahaman dan
kecepatannya pun berjenjang pula.
Kegiatan membaca lanjut, dilihat dari sasaran pembacanya, terbagi ke
dalam tiga kategori, yakni (a) membaca lanjut tingkat dasar, untuk kelas 3-6
SD; (b) membaca lanjut tingkat menengah, untuk siswa SMP; dan (c)
membaca lanjut tingkat mahir, untuk siswa SMA ke atas. Sekadar untuk
memberikan gambaran penjenjangan tuntutan keterampilan dari masing-
masing tingkatan membaca itu, berikut ini disajikan pendapat Tarigan (1979)
4.24 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
yang diramunya dari beberapa sumber (Barbe & Abbot, 1975 dan Dawson,
et.al., 1963) yang berkaitan dengan tuntutan keterampilan membaca nyaring
di sekolah dasar.
Membaca bersuara, selain bisa mengganggu orang lain, juga berdampak pada
kecepatan membaca yang relatif lebih lambat bila dibandingkan dengan
membaca dalam hati. Kegiatan-kegiatan membaca personal sebaiknya
dilakukan dengan senyap agar tidak mengganggu orang lain dan dapat
mengefektifkan waktu baca dengan perolehan pemahaman isi bacaan yang
maksimal.
Kegiatan membaca dalam hati jika dikaitkan dengan cakupan bahan
bacaan yang dihadapi pembaca akan menghasilkan jenis membaca intensif
dan membaca ekstensif. Tarigan (1979) mendefinisikan membaca intensif
sebagai studi seksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci terhadap
suatu bahan bacaan pendek, kira-kira dua sampai empat halaman.
Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami mengapa membaca intensif
dilakukan secara seksama dan teliti, karena cakupan bahan bacaannya sempit,
tidak banyak, topiknya tertentu. Dengan demikian, pembaca akan dapat
mencermati bacaan itu dengan detil dan terperinci hingga ke akar.
Sebaliknya, dalam kegiatan membaca ekstensif, cakupan bahan lebih
luas dan banyak. Kuantitas bacaan dimaksud dapat berupa topik yang sama
dari sumber yang berbeda-beda, atau topik yang beragam dari sumber yang
sama. Keluasan objek bacaan pada membaca ekstensif tidak memungkinkan
pembaca melakukan kegiatan membaca secara detil dan rinci. Menurut
Tarigan (1979), tujuan dan tuntutan dari kegiatan membaca ekstensif adalah
memahami isi yang penting-penting secara cepat. Pemahaman itu bersifat
komprehensif, menyeluruh, global, dan dangkal.
Tarigan (1979) menyarikan tuntutan membaca dalam hati untuk siswa
SD, terutama untuk siswa yang tergolong pembaca lanjut tingkat dasar (kelas
3-6 SD), dari Barbe & Abbot (1975) seperti berikut ini.
d. Bacalah teks pidato itu dengan vokal yang jelas, serta lagu dan intonasi
yang tepat.
tersedia dalam internet explorer tersebut. Tetapi, apabila Anda tidak ingin
dipusingkan oleh semua hal teknis tersebut, Anda cukup datang ke warung
internet (warnet) terdekat dan menggunakan fasilitas yang ada padanya.
Penjelajahan di Internet
Setelah semua persyaratan teknis terpenuhi (Anda sudah di depan
komputer yang siap digunakan di warnet), Anda tinggal meng-klik logo
internet explorer yang terdapat pada Windows Desktop.
Gambar 4.1
The Windows Desktop
Apabila sebelumnya pada internet properties telah ditulis
www.yahoo.com (misalnya) sebagai default address home page maka akan
muncul halaman yahoo (yahoo home page). Akan tetapi, apabila belum diset
demikian, misalnya default-nya adalah blank, Anda tidak perlu bingung.
Tulis saja pada kotak address www.yahoo.com, lalu klik go. Setelah itu, akan
muncul halaman lebih kurang seperti berikut.
4.32 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Setelah halaman yang dicari terbuka seperti di atas, kita harus melakukan
skimming (membaca sekilas dengan cepat) untuk mendapat gambaran umum
mengenai tulisan yang kita temukan. Bila informasi dalam tulisan itu tidak
sesuai dengan keperluan kita, maka kita lakukan pencarian kembali. Kita
cukup mengklik kata back yang tersedia di sudut kiri atas halaman tersebut.
Sebaliknya, bila informasi yang terkandung dalam tulisan itu sesuai dengan
keperluan kita maka tulisan itu harus kita simpan untuk dibaca ulang secara
off line. Caranya, kita klik menu file yang terdapat di sudut kiri atas halaman
tersebut, kemudian kita pilih save as dan diklik. Setelah itu, kita pilih tempat
menyimpan file tersebut dengan memanfaatkan anak panah di sebelah kanan
kotak yang bertuliskan save in, misalnya kita pilih floppy (A:) sebagai tempat
menyimpan. Tentu saja kita harus memasukkan disket terlebih dulu ke floppy
(A:) tersebut. Setelah itu, kita beri nama file yang akan kita simpan tersebut
dengan menuliskannya pada kotak file name. Terakhir, klik save.
Setelah semuanya selesai, kita pun sebaiknya secepatnya keluar dari
saluran internet guna menghemat biaya, yaitu dengan mengklik tanda silang
di sudut kanan atas sampai seluruh halaman ditutup. Apabila komputer yang
kita gunakan adalah komputer di warnet, secara otomatis tidak terhubungkan
4.36 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
lagi dengan internet. Akan tetapi, apabila komputer yang kita gunakan adalah
komputer pribadi, selain cara di atas kita lakukan untuk ke luar dari saluran
internet, mungkin kita perlu me-restart komputer kita, dan mengikuti
petunjuk untuk ke luar (disconnect) dari saluran internet tersebut.
Kemudian, untuk kenyamanan kita dalam membaca, tulisan yang telah
kita simpan tadi dapat kita cetak (print). Setelah itu, kita pun siap
membacanya dengan menggunakan strategi yang sesuai dengan keperluan.
Pahamkah Anda dengan isi pantun di atas? Kalau tidak, itu karena Anda
tidak menguasai bahasa Melayu Natuna, kode bahasa yang dipakai dalam
pantun tersebut. Pantun tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia kira-kira sebagai berikut.
kelapa muda jatuh “berdepung”
hanyut sampai ke tepi pulau Serasan
anak dara janganlah sombong
cium pipinya bau belacan
PDGK4101/MODUL 4 4.37
Nah, jika Anda agak mengerti isi pantun tersebut setelah diterjemahkan
ke dalam bahasa Indonesia, itu karena Anda menguasai kode bahasa yang
digunakan dalam pantun tersebut, yaitu bahasa Indonesia. Akan tetapi,
apakah Anda benar-benar sudah paham akan seluruh isi pantun itu? Mengapa
kelapa muda jatuhnya “berdepung”? Mengapa pipi si dara berbau belacan
dan apa pula maknanya? Komunitas nelayan Natuna pada umumnya hidup di
pulau-pulau kecil di Laut Cina Selatan. Di sepanjang pantai banyak tumbuh
pohon kelapa. Bila buahnya jatuh ke laut maka akan berbunyi “pung”.
Kemudian, anak-anak gadis nelayan yang pendidikan formalnya rendah dan
miskin biasanya membantu orang tuanya mencari nafkah dengan membuat
belacan (terasi). Dari pengetahuan mengenai kehidupan keluarga nelayan
Natuna yang demikian, kita dapat memahami bahwa pantun tersebut berisi
nasihat dan sekaligus ejekan, yaitu berisi nasihat agar si gadis janganlah
sombong karena yang bersangkutan berpendidikan rendah dan miskin. Jadi,
untuk memahami pantun Melayu Natuna tersebut, Anda perlu memahami
kode budaya Melayu Natuna.
Dari uraian tersebut, kita dapat berkesimpulan bahwa untuk dapat
memahami bacaan berupa karya sastra ada 3 jenis kode yang harus kita
kuasai. Ketiga kode yang dimaksud adalah kode bahasa, kode budaya, dan
kode sastra (Teeuw, 1991:12-17). Dalam hal ini, kita harus menguasai
bahasa yang dipakai sebagai media suatu karya sastra, memahami budaya
masyarakat tempat karya sastra tersebut dihadirkan, dan memahami kode
sastra yang menjadi konvensi masyarakatnya.
Menurut Teeuw (1991:17-19), kode sastra tidak terlepas dari kode
bahasa. Sastrawan memanfaatkan kode bahasa sedemikian rupa untuk
menyampaikan pesan dan keindahan yang selanjutnya diterima
masyarakatnya sebagai suatu konvensi sastra. Konvensi itulah selanjutnya
dikenal sebagai kode sastra.
Ada juga beberapa penyair yang merasa terkungkung oleh kode bahasa dan
berupaya memberi makna baru di luar makna yang sudah ada. Sebagai
contoh, coba Anda baca sajak Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul
“Amuk” berikut ini.
AMUK
(Sutardji Calzoum Bachri)
LA TIHA N
NASKAH PIDATO
PERINGATAN HARI KEMERDEKAAN KE-67 RI
Anak-anakku,
Berkat karunia Allah yang telah menggerakkan para pahlawan kita untuk
berjuang melawan penjajahan sehingga kita pada hari ini, sudah selama
lima puluh sembilan tahun, dapat menikmati kemerdekaan. Oleh karena
itu, anak-anakku, mari kita bersyukur kepada Allah dan mari kita
menghargai perjuangan para pahlawan kita.
Bagaimana cara kita bersyukur dan bagaimana cara kita berterima kasih
kepada para pahlawan kemerdekaan kita? Caranya adalah dengan
menjalankan kewajiban-kewajiban kita dengan sebaik-baiknya.
Kewajiban kalian saat ini, anak-anakku, antara lain adalah belajar.
Jadi, isilah waktu kalian dengan belajar bersungguh-sungguh, baik di
sekolah maupun di luar sekolah. Gunakan waktu-waktu senggang kalian
untuk membaca, baik buku-buku pelajaran maupun bacaan-bacaan lain
yang bermanfaat. Tentu saja kalian juga boleh membaca buku-buku
cerita yang baik dan menarik hati kalian. Jadi, kalian harus dapat
membagi waktu antara bermain dan belajar, jangan sampai seluruh
waktu kalian di luar sekolah hanya dipakai untuk bermain. Upayakan
agar waktu belajar dan bermain itu berimbang.
Hal lain yang menjadi kewajiban kalian, anak-anakku adalah bertingkah
laku yang baik sesuai dengan ajaran agama kita, sesuai dengan budaya
bangsa Indonesia, budaya nenek moyang kita. Kita harus hormat kepada
orang tua, kepada yang lebih tua, kepada guru, dan kita harus sayang
kepada teman. Jangan sampai kita mengartikan kemerdekaan dengan
bertingkah laku bebas tanpa batas. Bebas tanpa batas merupakan
perbuatan liar dan tidak terpuji.
Di sisi lain, kami para guru, antara lain mempunyai kewajiban untuk
mendidik kalian. Kami berkewajiban mendidik kalian agar menjadi
pintar dan berakhlak mulia. Pada kesempatan ini, saya mengajak rekan-
rekan saya, para guru, untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan
kita dengan berdedikasi sepenuh hati, ikhlas, untuk memberikan
pendidikan terbaik bagi bangsa ini. Mari kita terus menjalankan
kewajiban kita sebagai guru dengan sebaik-baiknya. Mari kita terus
memberikan pendidikan, bukan hanya pengajaran, bagi anak-anak kita
dengan kasih sayang dan tanggung jawab.
PDGK4101/MODUL 4 4.41
RA NG K UMA N
TE S F O RMA TIF 2
7) Untuk dapat memahami bacaan yang berupa karya sastra, pembaca harus
menguasai kode, kecuali ....
A. bahasa
B. budaya
C. sastra
D. sosial
10) Hal-hal berikut harus diperhatikan dalam membaca dalam hati, kecuali
tidak....
A. menggerak-gerakkan bibir
B. menggunakan telunjuk dalam membaca
C. menggerakkan kepala
D. memperhatikan kecepatan membaca
Tes Formatif 2
1) C. Melek huruf itu sasaran membaca permulaan.
2) B. Membaca permulaan berakhir di kelas 2 SD, membaca lanjut
dimulai sejak kelas 3 SD.
3) D. Intensif bahannya sempit, ekstensif bahannya luas.
4) C. Membaca nyaring tidak bersifat personal, justru lebih ditujukan
untuk orang lain.
5) C. Topik tertentu itu spesifik, terlebih ditulis dalam bentuk artikel;
artinya tidak panjang/luas. Padahal ekstensif itu bercirikan bahan
yang luas.
6) C. Karena apa yang ingin dicari sudah jelas dan spesifik maka tujuan
membaca pembaca tersebut untuk memperoleh informasi khusus.
7) D. Ketiga kode itu, yakni kode bahasa, kode budaya, dan kode sastra
merupakan syarat yang harus dikuasai pembaca untuk bisa
memahami karya sastra dengan baik, sedangkan kode sosial tidak
termasuk.
PDGK4101/MODUL 4 4.47
Glosarium
Daftar Pustaka
Keterampilan Menulis
Dr. Yeti Mulyati, M.Pd.
PE N DA H UL U AN
latihan tersebut tetap perlu dilakukan karena latihan-latihan itu akan dapat
meningkatkan keterampilan Anda dalam menulis.
Sebagaimana aspek-aspek keterampilan berbahasa lainnya, keterampilan
menulis terbagi ke dalam dua kelompok besar, yakni keterampilan menulis
permulaan dan keterampilan menulis lanjut. Keterampilan menulis yang
sesungguhnya adalah keterampilan menulis lanjut. Keterampilan ini sudah
mulai melibatkan sejumlah keterampilan mikro. Celce-Murcia, dan Olshtain
(2000:141) menjelaskan bahwa setiap jenis tulisan yang dihasilkan
memerlukan strategi penulisan yang berbeda. Apa dan bagaimana
keterampilan menulis permulaan dan keterampilan menulis lanjut akan kita
bicarakan dalam modul ini.
Guna memudahkan Anda dalam belajar, modul ini dibagi atas 2 kegiatan
belajar berikut ini.
1. Kegiatan Belajar 1 : Keterampilan Menulis Permulaan.
2. Kegiatan Belajar 2 : Keterampilan Menulis Lanjut.
Kegiatan Belajar 1
S audara mahasiswa, kata menulis bukanlah hal yang asing bagi Anda,
bukan? Istilah ini sudah sangat akrab di telinga kita. Coba kita cermati
ungkapan-ungkapan berikut ini.
1. Adikku sudah pandai menulis, padahal dia masih duduk di sekolah
taman kanak-kanak.
2. Ibu guru kelas 1 meminta siswanya untuk menyediakan buku bergaris
untuk berlatih menulis.
3. Untuk memenuhi rasa kangen pada neneknya yang tinggal di kampung,
ia sering menulis surat untuknya.
4. Setelah kegiatan praktikum selesai, kalian diharapkan dapat menulis
laporannya dan menyerahkannya kepada saya.
5. Minggu depan kita akan melakukan pengamatan kecil-kecilan mengenai
tumbuhan liar di sekeliling kita dan kalian nanti diminta untuk
menuliskan hasil pengamatan itu dalam bentuk karya ilmiah sederhana.
Kalau kita cermati SKKD menulis untuk kelas rendah di dalam KTSP di
atas, kita dapat dengan jelas melihat tujuan/ sasaran dari keterampilan
menulis untuk masing-masing kelas. Di awal-awal memasuki bangku sekolah
(kelas 1 semester 1), aspek keterampilan menulis yang dibekalkan meliputi
keterampilan mekanik dan keterampilan motorik menggerakkan tangan. Oleh
karena itu, pembelajaran menulis yang dilatihkan meliputi kegiatan
menjiplak, menebalkan, mencontoh, melengkapi, dan menyalin. Kegiatan
PDGK4101/MODUL 5 5.7
Jika gerakan motorik tangan anak sudah dianggap baik, lentur, dan tidak
kaku, selanjutnya aktivitas menulis dapat dilakukan dengan menggunakan
buku (tulis). Keterampilan-keterampilan menulis permulaan yang dilatihkan
5.10 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
A B
a b c d
A B C D ... dst
a b c d ... dst
a b c d ... dst
Bola Bola
Ini bola Ini bola
Ibu
Tatap lembut itu milik ibu
Belai kasih itu milik ibu
Senyum damai itu milik ibu
Ibu itu segalanya bagiku
PDGK4101/MODUL 5 5.13
Ani dan Ami bersaudara (1). Mereka rukun dan rajin (2). Ani suka
membantu ibu memasak (3). Ami membantu ayah menyapu halaman
(4). Setiap hari Minggu mereka merapikan rumah (5).
Gambar 1 Gambar 2
Gambar 3 Gambar 4
Catatan:
Gambar-gambar yang ada dalam teks di atas dapat diganti dengan
kata-kata berikut: (1) ayam jantan atau ayam jago,(2) anak ayam, (3)
ayam betina atau induk ayam,(4) induk ayam dan anak-anaknya atau
mereka.
Catatan:
Kata-kata yang berada di dalam kurung merupakan pilihan yang harus dipilih
anak. Kata yang tidak dipilih dicoret, sedangkan kata yang dipilih dibiarkan hadir.
LAT IH A N
didik Anda. Ingat beberapa gerakan berikut: garis lurus, garis miring,
melingkar, dan lain-lain.
3) Ingat, aktivitas fisik bertumpu pada keterampilan-keterampilan yang
bersifat motorik, sementara aktivitas psikis lebih mencerminkan aktivitas
otak dan pikiran dalam melahirkan ide atau gagasan.
4) Lihat daftar standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) untuk
kelas rendah (kelas 1 dan 2 SD).
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
7) Budi bisa menuliskan huruf /b/ dan /d/ dengan benar, artinya dapat...
(1) menulis indah huruf
(2) menirukan bentuk huruf
(3) membedakan bentuk huruf
Kegiatan Belajar 2
KLS/
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
SMT
3/1 4. Mengungkapkan pikiran, 4.1 Menyusun paragraf berdasarkan
perasaan, dan informasi bahan yang tersedia dengan
dalam bentuk paragraf dan memperhatikan penggunaan ejaan
puisi 4.2 Melengkapi puisi anak berdasarkan
gambar
3/2 8. Mengungkapkan pikiran, 8.1 Menulis karangan sederhana
perasaan, dan informasi berdasarkan gambar seri
dalam karangan sederhana menggunakan pilihan kata dan
dan puisi kalimat yang tepat dengan
memperhatikan penggunaan ejaan,
huruf kapital, dan tanda titik
8.2 Menulis puisi berdasarkan gambar
dengan pilihan kata yang menarik
4/1 4. Mengungkapkan pikiran, 4.1 Melengkapi percakapan yang belum
perasaan, dan informasi selesai dengan memperhatikan
secara tertulis dalam penggunaan ejaan (tanda titik dua,
bentuk percakapan, dan tanda petik)
petunjuk, cerita, dan surat 4.2 Menulis petunjuk untuk melakukan
sesuatu atau penjelasan tentang cara
membuat sesuatu
4.3 Melengkapi bagian cerita yang hilang
(rumpang) dengan menggunakan
kata/kalimat yang tepat sehingga
menjadi cerita yang padu
4.4 Menulis surat untuk teman sebaya
tentang pengalaman atau cita-cita
dengan bahasa yang baik dan benar
dan memperhatikan penggunaan
ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda
koma, dll.)
PDGK4101/MODUL 5 5.25
KLS/
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
SMT
4/2 4. Mengungkapkan pikiran, 8.1 Menyusun karangan tentang
perasaan, dan informasi berbagai topik sederhana dengan
secara tertulis dalam memperhatikan penggunaan ejaan
bentuk karangan, (huruf besar, tanda titik, tanda koma,
pengumuman, dan pantun dll.)
anak 8.2 Menulis pengumuman dengan
bahasa yang baik dan benar serta
memperhatikan penggunaan ejaan
8.3 Membuat pantun anak yang menarik
tentang berbagai tema
(persahabatan, ketekunan,
kepatuhan, dll.) sesuai dengan ciri-
ciri pantun
5/1 4. Mengungkapkan pikiran, 4.1 Menulis karangan berdasarkan
perasaan, informasi, dan pengalaman dengan memperhatikan
pengalaman secara tertulis pilihan kata dan penggunaan ejaan
dalam bentuk karangan, 4.2 Menulis surat undangan (ulang
surat undangan, dan dialog tahun, acara agama, kegiatan
tertulis sekolah, kenaikan kelas, dll.)
dengan kalimat efektif dan
memperhatikan penggunaan ejaan
4.3 Menulis dialog sederhana antara
dua atau tiga tokoh dengan
memperhatikan isi serta perannya
5/2 8. Mengungkapkan pikiran, Meringkas isi buku yang dipilih
perasaan, informasi, dan sendiri dengan memperhatikan
fakta secara tertulis dalam penggunaan ejaan.
bentuk ringkasan, laporan Menulis laporan pengamatan atau
dan puisi bebas. kunjungan berdasarkan tahapan
(catatan, konsep awal, perbaikan,
final ) dengan memperhatikan
penggunaan ejaan.
Menulis puisi bebas dengan pilihan
kata yang tepat.
6/1 Mengungkapkan pikiran, 4.1 Mengisi formulir (pendaftaran, kartu
perasaan, dan informasi secara anggota, wesel pos, kartu pos,
tertulis dalam bentuk formulir, daftar riwayat hidup, dll.) dengan
ringkasan, dialog, dan parafrase benar.
4.2 Membuat ringkasan dari teks yang
dibaca atau yang didengar
4.3 Menyusun percakapan tentang
berbagai topik dengan
memperhatikan penggunaan ejaan
4.4 Mengubah puisi ke dalam bentuk
5.26 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
KLS/
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
SMT
prosa dengan tetap memperhatikan
makna puisi
6/2 Mengungkapkan pikiran dan 8.1 Menyusun naskah pidato/ sambutan
informasi secara tertulis dalam (perpisahan, ulang tahun, perayaan
bentuk naskah pidato dan surat sekolah, dll.) dengan bahasa yang
resmi baik dan benar, serta
memperhatikan penggunaan ejaan
8.2 Menulis surat resmi dengan
memperhatikan pilihan kata sesuai
dengan orang yang dituju
SK-KD menulis untuk kelas tinggi di atas menyiratkan 3 hal, yakni (1)
kegiatan/aktivitas menulis, (2) jenis dan bentuk tulisan yang dihasilkan, dan
(3) strategi pembelajarannya. Mari kita coba petakan ke dalam tabel berikut.
STRATEGI
KLS KEGIATAN PRODUK
PEMBELAJARANNYA
3 Menyusun paragraf Paragraf Latihan menyusun paragraf
dari kalimat acak berdasarkan bahan yang
tersedia.
Melengkapi puisi Puisi anak Latihan melengkapi puisi anak
(terpimpin) berdasarkan gambar.
Menulis karangan Karangan sederhana Berlatih menulis karangan
sederhana (terpimpin). (cerita sederhana) sederhana berdasarkan
gambar seri.
STRATEGI
KLS KEGIATAN PRODUK
PEMBELAJARANNYA
Membuat pantun Teks surat pribadi Berlatih menuangkan
dengan beragam topik perasaan/pengalaman dalam
bentuk surat.
STRATEGI
KLS KEGIATAN PRODUK
PEMBELAJARANNYA
Menyusun percakapan Teks percakapan Menyusun percakapan tentang
tentang topik tertentu berbagai topik.
Mengubah puisi Teks prosa Mengubah puisi ke dalam
menjadi prosa bentuk prosa.
Contoh Kasus
Kasus:
Sahabatmu pindah sekolah mengikuti kepindahan orang tuanya ke
Bogor. Sudah hampir setahun kalian tidak bertemu. Padahal di tempat
tinggalmu sekarang sedang musim durian. Temanmu itu sangat suka
makan durian. Selain itu, dia juga sangat suka berenang. Beberapa meter
dari rumahmu, kolam renang yang dulu belum selesai dibangun, sekarang
sudah ramai dikunjungi banyak pengunjung. Yang lebih mengasyikkan,
setiap satu bulan sekali, pihak pengelola kolam renang suka memberikan
tiket gratis untuk warga sekitar yang ingin berenang.
Tugas:
Buatlah surat untuk temanmu itu sesuai dengan bahasamu sendiri.
Jangan lupa, sampaikan pula informasi di atas kepada temanmu itu!
PDGK4101/MODUL 5 5.33
1. Pemakaian Kata
Coba Anda perhatikan pemakaian kata bercetak miring dalam kalimat-
kalimat berikut ini.
(1) Rencana pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali
dipersoalkan.
(2) Rencana pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali
dipermasalahkan.
Kalimat (1) dan (2) di atas dari segi bentuk hanya dibedakan oleh sebuah
kata. Kalimat (1) menggunakan kata dipersoalkan, sedangkan kalimat (2)
menggunakan kata dipermasalahkan. Kedua kalimat tersebut memiliki
makna yang sama. Kata dipersoalkan dan dipermasalahkan merupakan
kata-kata yang bersinonim. Yang menjadi masalah bagi penulis adalah
menyangkut pemilihan kata, kapankah sebaiknya seorang penulis
menggunakan kata dipersoalkan dan kapan pula hendaknya menggunakan
kata dipermasalahkan? Sekilas tampak kedua kata tersebut memiliki makna
yang sama dan dapat dipertukarkan pemakaiannya. Namun, bila kita cermati
ternyata kata dipersoalkan bermuatan rasa agak kasar dan kurang
profesional dibandingkan dengan kata dipermasalahkan. Kata dipersoalkan
dalam kalimat (1) memberi kesan bahwa yang terlibat dalam pembicaraan
adalah orang-orang yang memiliki berbagai latar belakang ditinjau dari sudut
pendidikan atau keahlian, sedangkan pemakaian kata dipermasalahkan
dalam kalimat (2) memberi kesan bahwa yang terlibat dalam pembicaraan
adalah orang-orang yang memiliki pendidikan atau keahlian yang memadai.
Selanjutnya, perhatikan pula kalimat berikut ini.
(3) Rencana pembangunan di kawasan Bandung Utara kembali digugat.
PDGK4101/MODUL 5 5.35
Pemakaian kata digugat pada kalimat (3) memberi makna yang jauh
berbeda dengan kalimat (1) dan (2). Pada kalimat (1) dan (2) terkandung
makna kemungkinan untuk dilakukan suatu diskusi (beradu argumentasi),
sedangkan pada kalimat (3) sarat dengan makna ketidaksetujuan.
Selanjutnya, bandingkan kalimat (3) dengan kalimat (4) berikut ini.
(4) Rencana pembangunan di kawasan Bandung Utara digugat.
Kalimat (5) dan (6) secara denotatif memiliki makna yang persis sama.
Kata sulit dan sukar dalam kedua kalimat tersebut dapat saling
menggantikan. Akan tetapi, apakah Anda dapat merasakan ada sedikit
perbedaan kesan antara penggunaan kata yang bersinonim tersebut? Kata
sulit memberi kesan yang lebih abstrak, cenderung berkaitan dengan
pemikiran perasaan, sedangkan kata sukar menimbulkan kesan lebih ke arah
konkret dan bersifat fisik. Kesan yang mana yang ingin Anda tonjolkan
dalam sebuah tulisan akan mengarahkan Anda dalam pemilihan terhadap satu
di antara kata yang bersinonim tersebut.
Bagaimana pula dengan kalimat (7). Kalimat itu diberi tanda bintang (*)
karena penggunaan kata pelik dalam kalimat itu terasa janggal. Mungkin
kalimat (7) itu akan lebih berterima bila kata dipecahkan dihilangkan
sehingga menjadi sebagai berikut.
(8) Bangsa ini menghadapi masalah yang pelik.
Kesan apa yang Anda tangkap dari kalimat (8) tersebut dibandingkan
dengan kalimat (5) dan (6)? Apakah ada kesan magis dan klenik? Ataukah
muncul kesan bahwa masalah yang dihadapi begitu kompleks dan bersifat
nonfisik. Mari kita ambil contoh lain.
Sinonim: mengobservasi, melihat
(9) Kita harus mengobservasi aktivitas yang mereka lakukan secara
berulang-ulang.
(10) Kita harus melihat aktivitas yang mereka lakukan secara berulang-
ulang.
Kalimat mana yang memberi kesan lebih jelas, hidup, dan dinamis?
Coba Anda rasakan! Ternyata lebih hidup kalimat (13), bukan? Di sinilah
diksi memainkan peranan penting dalam menulis.
Perbedaan apa yang dapat Anda tangkap dari pemakaian kata umum dan
kata khusus tersebut. Apakah pemakaian kata khusus memberi makna lebih
jelas dibandingkan dengan kata umum? Apakah perlu upaya lebih keras
untuk memahami makna kata umum dibandingkan dengan kata-kata khusus?
PDGK4101/MODUL 5 5.39
Tampak bahwa makna kata media massa dalam kalimat (21) lebih sulit
dipahami dibandingkan dengan makna kata surat kabar dalam kalimat (22).
Kata media massa memiliki makna yang abstrak, sedangkan makna kata
surat kabar dapat dikatakan cukup konkret.
Kata-kata umum ataukah kata-kata khusus yang sebaiknya digunakan
dalam tulisan-tulisan kita? Penggunaan jenis kata tersebut tergantung pada
tujuan tulisan kita, dan siapa yang akan membacanya, Tentu saja kata-kata
umum cenderung dipakai untuk menyampaikan generalisasi-generalisasi.
Tulisan-tulisan yang ditujukan bagi anak-anak sebaiknya lebih banyak
menggunakan kata-kata khusus yang lebih mudah mereka pahami daripada
kata-kata umum.
anak-anak yang berusia sebelas tahun ke bawah sangat sulit memahami hal-
hal yang abstrak. Perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(23) Transportasi memegang peranan penting dalam pendistribusian barang.
(24) Mobil, kereta api, kapal, dan pesawat dipakai untuk mengantar barang.
Kalimat (23) akan sulit dipahami oleh anak yang berusia sebelas tahun
ke bawah karena menggunakan kata abstrak transportasi, peranan, dan
pendistribusian. Sebagai gantinya dapat digunakan kalimat (24) yang
menggunakan kata-kata konkret.
Sebaliknya, bagi anak yang berusia dua belas tahun ke atas tentu saja
kita dapat menggunakan kalimat (23), dengan catatan bahwa masih perlu
penjelasan-penjelasan dengan menggunakan kata-kata konkret. Contohnya,
kalimat (23) harus diikuti dengan kalimat-kalimat lain yang menggunakan
kata-kata konkret yang merupakan penjelasan dari kata-kata abstrak yang
dipakai pada kalimat (23) sehingga menjadi sebuah paragraf berikut.
kecil mikro
berarti signifikan
2. Penulisan Kalimat
Berikut ini akan dibicarakan hal-hal yang berkaitan dengan penulisan
kalimat dalam karangan. Kita sering mendengar pernyataan bahwa seorang
penulis hendaknya menggunakan kalimat efektif dalam tulisannya. Hal ini
dimaksudkan agar tulisan-tulisan tersebut mudah dibaca. Namun, perlu
dicatat bahwa kalimat efektif mutlak diperlukan untuk tulisan-tulisan yang
bersifat ekspositoris dan argumentatif. Namun, untuk tulisan-tulisan yang
bersifat naratif dan puitis, syarat pemakaian kalimat efektif tidak sepenuhnya
benar.
PDGK4101/MODUL 5 5.43
b. Kehematan
Selain hubungan subjek dan predikat dalam kalimat harus jelas, juga
pemakaian unsur bahasa dalam tulisan ekspositoris dan argumentatif
hendaknya tidak berlebihan. Dengan kata lain, sebuah kalimat yang efektif
harus memenuhi syarat kehematan dalam pemakaian kata. Agar jelas,
perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(35) Ini sangat relevan dengan kurikulum KTSP yang sedang digalakkan
(36) Target yang ditetapkan terlalu tinggi sekali.
(37) Para guru-guru mengalami kesulitan, dalam mendesain silabus.
dan kalimat (37) tidak perlu menggunakan kata para atau kata guru tidak
perlu diulang jika kata para mau dipertahankan.
c. Kesejajaran
Syarat lain yang harus dipenuhi oleh sebuah kalimat yang efektif adalah
kesejajaran bentuk. Mari kita perhatikan kalimat-kalimat berikut ini.
(40a) Materi pelajaran dikembangkannya dengan baik dan menyajikannya
dengan penuh kepercayaan diri.
(40b) Materi pelajaran dikembangkannya dengan baik dan disajikannya
dengan penuh kepercayaan diri.
d. Kevariasian
Dapat kita bayangkan bagaimana jadinya bila kalimat-kalimat yang
digunakan dalam sebuah karangan seragam. Mungkin Anda akan bosan
membacanya walau hanya sepuluh menit. Coba Anda baca paragraf berikut.
Kusno dan Tini bercita-cita menjadi guru. Kusno dan Tini memilih
masuk Universitas Masa Depan Gemilang setelah tamat SMA guna
menggapai cita-cita menjadi guru. Kusno dan Tini memilih jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kusno dan Tini memilih jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia karena Kusno dan Tini menyukai
karya sastra dan menyadari pentingnya, peranan. komunikasi dalam
kehidupan bermasyarakat.
e. Penekanan
Dalam menulis, sering kali ada unsur-unsur yang ingin kita beri
penekanan dibandingkan unsur lainnya. Penekanan itu biasanya diwujudkan
dengan cara meletakkan bagian yang mendapat penekanan itu pada awal
kalimat. Contohnya, berikut ini.
(41a) Anak-anak berbakat diberi bea siswa mulai semester ini.
(41b) Mulai semester ini anak-anak berbakat diberi bea siswa.
(41c) Diberi bea siswa anak-anak berbakat mulai semester ini.
3. Penggunaan Ejaan
Yang tidak kalah pentingnya dalam menulis adalah aspek ejaan dan
tanda baca. Seorang penulis harus mematuhi konvensi di bidang ejaan suatu
bahasa apabila menginginkan tulisannya mudah dibaca dan berterima. Dalam
bahasa Indonesia, ejaan yang berlaku disebut ejaan yang disempurnakan
(EYD), dapat dibaca dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang banyak dijual di toko-toko buku. Berikut ini akan kita bicarakan aspek-
aspek yang sangat penting saja yang akan mengganggu pemahaman jika
pemakaiannya keliru.
a. Pemenggalan kata
Pemenggalan kata tampaknya sederhana saja, tetapi justru kesalahan
sering terjadi di sini. Kesalahan yang sederhana itu memberi kesan
5.46 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
penulisnya tidak tertib. Kesan seperti itu, dapat menurunkan citra diri penulis
di hadapan pembaca. Berikut ini beberapa pedoman dalam pemenggalan
kata:
2) Jika di tengah kata terdapat vokal dan konsonan maka pemenggalan kata
dapat dilakukan sebelum konsonan. Contohnya sebagai berikut.
media me-di-a
peraga pe-ra-ga
guru gu-ru
metode me-to-de
4) Jika di tengah kata terdapat tiga konsonan atau lebih maka pemenggalan
suku katanya, antara lain di antara konsonan pertama dan kedua.
Contohnya, berikut ini.
instrumen in-stru-men
instruksional in-struk-si-o-nal
konstruktif kon-struk-tif
ekstrakurikuler ek-stra-ku-ri-ku-ler
PDGK4101/MODUL 5 5.47
Akan tetapi, tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan nama dan
singkatan nama seseorang. Misalnya, S.P. merupakan singkatan dari
Sapardi Panji, S.H. merupakan singkatan dari Salahuddin Hasyim, M.A,
merupakan singkatan dari Muhammad Ali dan B.A. merupakan
singkatan dari Bujang Abdullah (semuanya bukan gelar akademik) maka
penulisannya tidak perlu dipisahkan oleh tanda koma, yaitu, sebagai
berikut.
Mangasi S.P.
Muhammad Yusuf S.H.
Oktatya Anggareni M.A.
Siti Zakiah B.A.
Akan tetapi, apabila induk kalimat mendahului anak kalimat, tanda koma
tidak digunakan. Contohnya, berikut ini.
(42a) Terjadilah krisis kepercayaan terhadap pemerintah karena nasib
rakyat tidak diperhatikan,
PDGK4101/MODUL 5 5.49
(43b) Kabut asap tebal menyelimuti kota Jambi dan Pekanbaru setiap
musim kemarau tiba.
Kemudian, tanda titik 2 juga dipakai antara tempat terbit dengan penerbit
dalam penulisan daftar pustaka. Contohnya, sebagai berikut.
Tanda titik 2 dipakai pula di antara tahun terbit dan halaman pada
penulisan sumber kutipan. Contohnya, seperti berikut.
(Akhadiah, 1992:34)
(Adams, 1987:89).
5.50 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, artikel, bab dari
suatu buku yang dipetik dalam kalimat.
(50) Sajak "Aku" karangan Chairil Anwar sarat dengan pesan kebebasan
individu.
(51) Untuk mengetahui pengaruh obat terhadap tubuh dalam jangka
panjang, silakan baca tulisan dr. Samsuridjal Djaubari berjudul
“Pengaruh Obat Bebas di Kompas”, terbitan 4 Juli 2004.
d. Menulis paragraf
Anda tentu pernah mendengar bahwa bentuk karangan terkecil adalah
sebuah paragraf. Ini dapat dimaklumi karena sebuah paragraf memiliki
sebuah gagasan utama, disebut juga topik utama atau pikiran utama, yang
disampaikan kepada pembaca melalui serangkaian kalimat.
Dalam sebuah paragraf, gagasan utama atau disebut juga pikiran utama
atau topik utama dapat dikemukakan dalam sebuah kalimat topik atau disebut
juga dengan kalimat utama. Kemudian, kalimat topik tersebut diikuti oleh
serangkaian kalimat lain yang disebut kalimat penjelas yang berisi pikiran
penjelas, contoh-contoh, atau fakta-fakta. Contohnya, seperti berikut.
Penilaian hasil belajar siswa dalam bentuk tes yang dilakukan pada
tengah dan akhir semester tidaklah memadai. Hasil tes yang dilakukan
seperti itu banyak mengandung kelemahan. Pertama, frekuensi tes yang
hanya dua kali itu bisa saja tidak memberikan gambaran hasil belajar siswa
yang sesungguhnya. Kedua, dapat saja terjadi pada saat tes berlangsung
kesehatan seorang siswa terganggu sehingga berpengaruh terhadap hasil
tes. Ketiga, ada kemungkinan beberapa siswa mengalami ketegangan jiwa
ketika mengikuti tes sehingga hasil tes yang dicapai tidak menggambarkan
kemampuan siswa yang sesungguhnya. Keempat, suatu tes cenderung hanya
mengukur hasil belajar sebagai produk. Dengan demikian, hasil tes tidak
memberikan gambaran sama sekali mengenai aspek proses belajar yang
ditempuh. Aspek proses belajar yang dimaksud, misalnya prosedur yang
ditempuh siswa dalam praktik penelitian sederhana di laboratorium dan di
lapangan, proses penulisan laporan, dan proses belajar lainnya, yang juga
penting untuk dinilai. Penilaian dalam bentuk tes yang cenderung mengukur
produk dan tidak termasuk proses belajar cenderung mendorong siswa
berbuat curang dalam mengikuti tes, misalnya dengan cara meniru
pekerjaan teman di sebelahnya. Paling tidak, bentuk penilaian dengan
menggunakan prosedur tes yang hanya dua kali itu mendorong siswa untuk
belajar ketika ada tes saja. Apabila hal-hal tersebut di atas dipertimbangkan
dalam melakukan penilaian terhadap siswa maka sangat jelas bahwa
penilaian hasil belajar siswa dalam bentuk tes yang dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu pada tengah dan akhir semester tidaklah memadai.
LAT IH A N
Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Buktikan bahwa dalam menulis lanjut, terjadi kerja sama antara aktivitas
fisik dan aktivitas psikis!
2) Jelaskan, apa fungsi utama menulis lanjut!
3) Kegiatan menulis dilakukan untuk berbagai keperluan. Coba Anda
jelaskan tujuan-tujuan menulis dimaksud!
4) Jenis menulis untuk kelas tinggi di sekolah dasar terbagi dua klasifikasi,
yakni menulis terbimbing dan menulis bebas. Coba Anda jelaskan
perbedaan kedua jenis menulis tersebut dan berikan contohnya!
5) Aspek kebahasaan memegang peranan penting dalam komunikasi tulis.
Jelaskan maksud pernyataan tersebut! Berikan bukti dan contohnya!
R A NG KU M AN
Keterampilan menulis lanjut merupakan keterampilan menulis yang
sesungguhnya, yakni kegiatan menuangkan gagasan, ide, pikiran,
perasaan ke dalam bentuk lambang-lambang bunyi berupa bahasa tulis.
Dalam hal ini, bahasa tulis merupakan medium dari kegiatan menulis.
Fungsi utama menulis adalah alat komunikasi secara tidak langsung.
Dalam kegiatan berkomunikasi tulis, si penyampai pesan (penulis)
menyampaikan pesan (ide, gagasan, pikiran, kehendak, perasaan)
melalui sistem lambang (bahasa tulis) kepada si penerima pesan
(pembaca).
Maksud atau tujuan penulis berimplikasi terhadap jenis tulisan yang
akan dihasilkannya. Berdasarkan gagasan D’Angelo, Tarigan (2000:23-
24) mengelompokkannya menjadi empat kategori, yakni (a) wacana
informatif (informative discourse), (b) wacana persuasif (persuasive
discourse), (c) wacana kesastraan (literary discourse), (d) wacana
ekspresif (expressive discourse).
Hipple (1973) mengadopsi pikiran-pikiran Hugo Hartig
sebagaimana dikutip oleh Tarigan (2000:24) yang membagi tujuan
menulis ke dalam tujuh kategori seperti berikut ini, yakni (1) tujuan
penugasan (assigment purpose), (2) tujuan alturistik (alturistic purpose),
(3) tujuan persuasif (persiasive purpose), (4) tujuan informatif
(informational purpose), (5) tujuan pernyataan diri (self-expressive
purpose), (6) Tujuan kreatif (creative purpose), (7) tujuan pemecahan
masalah (problem-solving purpose).
Jenis pembelajaran menulis di SD terbagi ke dalam dua klasifikasi,
yakni (1) jenis-jenis pembelajaran menulis terbimbing, dan (2)
pembelajaran menulis bebas. Pembelajaran menulis terbimbing adalah
pembelajaran menulis yang melatih dan membimbing si pembelajar
untuk melahirkan ide, gagasan, pikiran, atau perasaannya itu berdasarkan
rangsang-rangsang yang secara sengaja disediakan. Pembelajaran
menulis bebas memberi keleluasaan kepada siswa untuk menuangkan
gagasannya secara personal.
Jenis-jenis pembelajaran menulis terbimbing itu antara lain: (1)
menyusun kalimat acak menjadi paragraf, (2) melengkapi puisi anak
berdasarkan gambar, (3) menulis puisi anak berdasarkan gambar, (4)
menulis karangan sederhana berdasarkan gambar berseri Menulis puisi
berdasarkan rangsang gambar, (5) melengkapi dialog percakapan, (6)
membuat petunjuk berdasarkan gambar berseri, (7) melengkapi teks
isian rumpang, (8) menulis surat berdasarkan rangsang kasus.
Jenis-jenis pembelajaran menulis bebas, antara lain: (1) menyusun
karangan sederhana, (2) menulis pengumuman dengan bahasa sendiri,
5.56 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
TES F OR M AT IF 2
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat!
1) Pembelajaran menulis lanjut di SD diberikan sejak kelas ....
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6
Tes Formatif 1
1) B. Membaca permulaan diberikan di kelas rendah, yakni kelas 1 dan 2
SD. Dengan demikian, pembelajaran menulis langsung dimulai dari
kelas 3.
2) A. (3) Menuliskan pengalaman bersekolah sudah melibatkan aktivitas
otak dan pikiran; sementara jawaban (1) dan (2) melatih aktivitas
fisik).
3) A. Pernyataan 1 dan 2 benar, kemampuan menulis itu bisa dicapai
melalui proses berlatih, bukan bawaan; dan pada awal memasuki
sekolah di SD. Pembelajarannya diintegrasikan dengan membaca
melalui MMP.
4) D. Ketiga pernyataan merujuk pada pelatihan motorik gerak tangan
yang merupakan tujuan utama dari pembelajaran menulis
permulaan.
5) B. Menjiplak gambar atau huruf biasanya menggunakan media karbon
atau kertas tipis, sedangkan menebalkan tinggal menegaskan bentuk
yang sudah ada.
6) C. Hari pertama di sekolah belum tentu langsung belajar menulis;
menulis di udara merupakan pemanasan sebelum belajar MMP
secara formal.
7) C. Huruf /b/ dan /d/ hampir mirip bentuknya, anak yang sudah
mengenal kedua huruf itu bisa menirukan dan membedakan bentuk
tulisannya dengan benar.
8) A. Isian rumpang dengan tanda titik-titik memberi keleluasaan dan
kebebasan kepada anak untuk mengisinya dengan banyak
kemungkinan kosakata dibandingkan dengan panduan gambar atau
pilihan kata yang sudah disediakan.
9) B. Kegiatan menyalin tulisan dengan objek puisi bukan sekadar
bermanfaat untuk melatih menulis indah tapi juga sekaligus
memperkenalkan karya sastra kepada anak.
10) B. Melalui dikte, anak akan dilatih pendengaran dan ingatannya.
5.60 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Tes Formatif 2
1) A. Menulis lanjut mulai diberikan di kelas tinggi, yakni kelas 3.
2) C. Pembelajaran menulis lanjut melibatkan aktivitas fisik dan psikis.
3) B. Fungsi utama menulis adalah alat komunikasi.
4) C. Jenis tulisan yang bernada membujuk disebut persuasive discourse.
5) A. Menyenangkan, memudahkan pembaca merupakan tujuan alturistik.
Oleh karena itu, keterbacaan wacana sangat diperhatikan agar
tulisan mudah bagi pembaca dan tidak menyulitkan.
6) D. Yang bukan merupakan jenis pembelajaran menulis terbimbing
adalah menuliskan pengalaman pribadi, yang lainnya menggunakan
konteks sebagai pemandu ide.
7) C. Kalimat C berpola K-P-O sehingga tidak efektif karena tidak ada
subjeknya.
8) B. Kata menuai sangat tepat untuk konteks kalimat tersebut bila
dibandingkan dengan memanggil, menghebohkan,atau
menghadirkan.
9) C. Paragraf deskriptif itu bersifat pelukisan atau penggambaran atas
sebuah benda, situasi, atau fenomena tertentu, sehingga dapat
membangkitkan pengindraan pembacanya.
10) D. Pemenggalan kata mem-prak-tik-an tidak benar, karena kata
dasarnya praktik ditambah imbuhan me-kan. Dengan demikian,
fonem /k/-nya harusnya ganda.
PDGK4101/MODUL 5 5.61
Glosarium
Daftar Pustaka
Adams, Peter Dow. 1987. Connections, A Guide to The Basics of Writing.
United States of America (tt): Harper Collins Publishers.
Syamsudin A.R. 2011. Dari Ide, Bacaan, Simakan Menuju Menulis Efektif.
Bandung: Geger Sunten.
Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa dengan Fokus Menyimak
Dr. Isah Cahyani, M.Pd.
PE N DA H UL U AN
Atas dasar itulah maka setelah membaca modul ini Anda diharapkan
dapat memahami perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian menyimak. Secara
rinci, setelah selesai mengkaji modul ini Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan perencanaan mengajarkan menyimak;
2. melaksanakan pembelajaran menyimak sesuai tuntutan kurikulum;
3. menyusun penilaian pembelajaran menyimak.
Selamat belajar!
PDGK4101/MODUL 6 6.3
KEGIATAN BELAJAR 1
1. Kelas I Semester 1
Memahami bunyi bahasa, perintah, dan dongeng yang dilisankan.
a. Membedakan berbagai bunyi bahasa.
b. Melaksanakan sesuatu sesuai dengan perintah atau petunjuk
sederhana.
c. Menyebutkan tokoh-tokoh dalam cerita.
2. Kelas I Semester 2
Memahami wacana lisan tentang deskripsi benda-benda di sekitar dan
dongeng.
a. Mengulang deskripsi tentang benda-benda di sekitar.
b. Menyebutkan isi dongeng.
3. Kelas II Semester 1
Memahami teks pendek dan puisi anak yang dilisankan.
a. Menyebutkan kembali dengan kata-kata atau kalimat sendiri isi teks
pendek.
b. Mendeskripsikan isi puisi.
PDGK4101/MODUL 6 6.5
4. Kelas II Semester 2
Memahami pesan pendek dan dongeng yang dilisankan.
a. Menyampaikan pesan pendek yang didengarnya kepada orang lain.
b. Menceritakan kembali isi dongeng yang didengarnya.
b) Inti
Pengembangan
1) Bagaimana urutannya?
2) Pendekatan apa yang cocok?
3) Pertanyaan kunci apa yang harus disiapkan?
4) Bagaimana lembar kerja siswa (jika menggunakan LKS), dan
apa alat peraganya?
5) Bagaimana soal-soalnya dirancang untuk melatih skill?
6) Bagaimana cara menilai keberhasilannya?
7) Bagaimana soal-soal latihan untuk memantapkan pemahaman
konsep prinsip?
8) Bagaimana penerapan pengetahuan tersebut dalam mata
pelajaran lain atau dalam kehidupan sehari-hari?
c) Penutup
1) Bagaimana rangkuman pelajaran ini?
PDGK4101/MODUL 6 6.9
Mata Pelajaran :
.........................................................................
Kelas :
.........................................................................
Semester :
.........................................................................
Alokasi Waktu :
.........................................................................
Standar Kompetensi :
(diambil dari silabus atau kurikulum)
Kemampuan Dasar :
(diambil dari silabus atau kurikulum)
Indikator/Tujuan :
(dirumuskan oleh guru)
Materi Pembelajaran :
(diambil dari silabus dan dikembangkan oleh
guru)
Strategi Belajar Mengajar : (berisi pengalaman belajar, aktivitas guru dan
siswa)
Media Pembelajaran : (ditentukan/dirancang oleh guru)
Penilaian dan Tindak Lanjut : (berisi jenis tagihan, kriteria keberhasilan,
dan tindak lanjut dari penilaian tersebut)
6.10 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
( .......................................) (……………………….)
a. Materi pembelajaran
Perdengarkan cerita berdasarkan pengalaman pribadi siswa. Misalnya
―Berjalan-jalan ke Taman Bacaan‖
b. Strategi pembelajaran
1) Pendahuluan/Orientasi
Guru menyiapkan teks pendek yang berkaitan dengan tema pengalaman.
Kegiatan diawali dengan berbagai cara untuk menarik minat siswa,
antara lain: Guru memperlihatkan sampul buku cerita yang menarik
untuk memancing rasa ingin tahu siswa.
2) Inti Pembelajaran
a) Dua atau tiga anak bergiliran diminta menceritakan hasil
simakannya.
b) Siswa mengomentari tokoh cerita dan memberikan tanggapan. Jika
ada anak yang mengatakan belum benar, guru meminta siswa lain
mencoba memperbaiki cara memberikan tanggapan.
c) Kegiatan dilanjutkan secara berpasangan. Siswa membahas isi
bacaan dengan menjawab pertanyaan bacaan, contoh:
(1) Siapa yang pergi ke taman bacaan?
(2) Untuk apa mereka ke sana?
(3) Cerita apa yang ditemukan?
(4) Apa kata Mira kemudian?
d) Setelah semua siswa mampu menjawab pertanyaan, kemudian
jawaban pertanyaan dicatat pada buku masing-masing. Tiga atau
empat orang anak diberi kesempatan untuk mengemukakan kembali
isi cerita bacaan dengan kata-kata sendiri. Jika belum sempurna,
6.12 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
3) Penutup
Siswa dan guru menyimpulkan pelajaran. Mereka mengambil hikmah
memanfaatkan waktu pergi ke taman bacaan.
d. Penilaian
1) Penilaian proses
Lembar Pengamatan Menyimak Cerita
Nama Ketepatan Kelengkapan Kesantunan Kriteria
No.
Siswa A B C D A B C D A B C D
A = baik sekali
B = baik
C = cukup
D = kurang
Dengar – Ucap : Isi model ini berupa fonem, kata, kata berimbuhan,
semboyan, dan puisi pendek. Model ini dapat dibacakan
guru atau berupa rekaman suara guru atau orang lain.
Dengar – Terka : Model ini menuntut reaksi siswa untuk menerka secara
lisan dengan spontan.
Dengar – Jawab : Model ini menuntut reaksi untuk menjawab hal yang
disampaikan pembicara.
Dengar – Tanya : Guru membacakan atau mendengarkan rekaman
kalimat-kalimat yang merupakan jawaban dari
bermacam-macam pertanyaan, kemudian siswa bertanya
sesuai dengan jawaban yang telah dibacakan/
diperdengarkan tadi.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
10) Bentuk evaluasi yang tepat untuk menilai kemampuan menyimak siswa
adalah tes....
A. lisan
B. tulis
C. performasi
D. menggunakan rubrik
KEGIATAN BELAJAR 2
M ateri simakan berupa tuturan lisan bersifat fana atau mudah dilupakan.
Oleh karena itu, materi simakan tidak perlu terlalu panjang, tetapi
harus memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi. Materi simakan yang terlalu
panjang selain membosankan juga sulit diingat, sedangkan materi simakan
yang terlalu mudah akan sulit dieksplorasi untuk mengembangkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
3. Kelas V, Semester 1
Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan
a. Menanggapi penjelasan narasumber (petani, pedagang, nelayan,
karyawan, dll.) dengan memperhatikan santun berbahasa
b. Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya
4. Kelas V, Semester 2
Memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang
disampaikan secara lisan.
a. Menanggapi cerita tentang peristiwa yang terjadi di sekitar yang
disampaikan secara lisan.
b. Mengidentifikasi unsur cerita (tokoh, tema, latar, amanat).
1. Kontekstual
Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan pembelajaran
kontekstual itu? Purnomo (2002:10) memaparkan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dilakukan secara konteks, baik
konteks linguistik maupun konteks nonlinguistik. Sementara Depdiknas
(2002:5) mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang menghubungkan materi ajar dengan dunia lingkungan
sekitar peserta didik secara nyata dan mendorong peserta didik mengaitkan
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan dalam
kehidupan sehari-hari. Selain itu, komponen pembelajaran kontekstual terdiri
PDGK4101/MODUL 6 6.21
a. Konstruktivisme (constructivism)
Teori konstruktivisme menguraikan bahwa struktur pengetahuan
diuraikan melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi
merupakan penyusunan struktur pengetahuan baru berdasarkan kompetensi
pengetahuan yang sudah ada. Adapun, akomodasi adalah proses modifikasi
struktur pengetahuan yang sudah ada untuk menampung dan menyesuaikan
hadirnya pengalaman baru. Contoh penerapannya dalam pembelajaran bahasa
Indonesia sehari-hari misalnya dapat diimplementasikan dalam bentuk
peserta didik disuruh menulis/mengarang dan atau bercerita di depan kelas.
b. Menemukan (inquiry)
Komponen inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta
didik bukan hasil mengingat seperangkat fakta, melainkan dari hasil
menemukan sendiri. Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
a. merumuskan masalah;
b. mengamati/melakukan observasi;
c. menganalisis dan menyajikan hasil;
d. mengkomunikasikan kepada pembaca.
c. Bertanya (questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis
kontekstual. Tujuan bertanya adalah untuk menggali informasi,
mengonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian
kepada aspek yang belum diketahuinya. Kegiatan bertanya dapat diterapkan
dalam bentuk ketika peserta didik berdiskusi, bekerja dalam kelompok,
menemui kesulitan, mengamati sesuatu. Kegiatan bertanya ini dapat
dilakukan antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik, peserta
didik dengan guru, peserta didik dengan nara sumber.
6.22 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
e. Pemodelan (modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan
model atau contoh yang perlu ditiru. Anda yang merasa kurang mampu
membacakan puisi, atau bermain drama, tidak perlu cemas karena guru bukan
satu-satunya yang dapat dijadikan model. Anda dapat meminta kepada teman
sejawat, atau mendatangkan pihak luar, pembaca puisi, atau pemain drama
yang sudah terkenal. Dengan demikian, Anda pun dapat melaksanakan
pembelajaran puisi drama lewat model tadi. Demikian pula pembelajaran
menulis/mengarang kita dapat memberikan contoh-contoh tulisan yang baik
yang telah kita pilih.
f. Refleksi (reflection)
Anda mungkin sudah mendengar istilah ―refleksi‖, tetapi jangan keliru
dengan refleksi yang berkaitan dengan dunia ―urut‖ atau ―panti pijat‖.
Refleksi yang dimaksud di sini adalah cara berpikir tentang apa yang baru
dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang baru dilakukan.
Refleksi juga merupakan tanggapan terhadap kegiatan yang baru dilakukan
atau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, kita
menyediakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi. Kegiatan
refleksi ini diwujudkan dalam bentuk:
1) pernyataan langsung tentang semua yang diperolehnya;
2) catatan di buku peserta didik;
3) kesan dan saran peserta didik tentang pembelajaran yang telah
berlangsung;
4) diskusi; dan
5) hasil karya.
PDGK4101/MODUL 6 6.23
2. Integratif
Mungkin Anda pernah mendengar bahwa salah satu hakikat bahasa
adalah sebuah sistem. Apa yang Anda dengar itu, memang benar. Salah satu
hakikat bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan
(1994: 2) yang mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut
berarti suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling
berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa, yaitu berkomunikasi.
Manakah yang dimaksud dengan subsistem dari bahasa itu? Tentu Anda
masih ingat. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan
semantik. Keempat subsistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada
saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur
tersebut saja.
Diucapkan dengan menggunakan intonasi yang tepat. Dalam kaitan ini,
secara tidak sadar, kita telah memadukan unsur fonologi (lafal, intonasi),
morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik (makna kalimat).
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa hendaknya
disajikan secara terpadu atau terintegratif. Kita mengajarkan kosakata, bisa
dipadukan pada pembelajaran membaca, menulis, atau berbicara.
Mengajarkan kalimat, bisa kita padukan dengan menyimak, berbicara,
membaca, atau menulis.
Demikianlah pula pada saat pembelajaran keempat aspek keterampilan
berbahasa disajikan, kita tidak hanya mengajarkan berbicara saja, tetapi
secara tidak langsung kita pun mengajarkan menyimak. Kegiatan berbicara
tidak dapat berlangsung tanpa ada kegiatan menyimak. Begitu pula pada saat
pembelajaran menulis atau mengarang berlangsung, akan berpadu pulalah
dengan pembelajaran membaca.
6.24 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
3. Fungsional
Pembelajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus
dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun dalam
memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2002: 10-11). Prinsip
fungsional pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep
pembelajaran pendekatan komunikatif.
Pendekatan komunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa
dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan sumber
belajar. Sebaliknya, guru sebagai penerima informasi (Hairuddin, 2000:136).
Jadi, pembelajaran didasarkan pada multisumber. Dengan kata lain, sumber
belajar terdiri atas guru, peserta didik, dan lingkungan. Lingkungan terdekat
adalah kelas. Lebih tegas lagi Tarigan (dalam Hairuddin, 2000: 136)
mengungkapkan bahwa dalam pendekatan komunikatif peran guru sebagai
pembelajar dalam proses belajar-mengajar, di samping sebagai
pengorganisasi, pembimbing, dan peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa di kelas yang fungsional ini adalah
menggunakan teknik bermain peran.
4. Apresiatif
Apresiatif lebih ditekankan pada pembelajaran sastra. Istilah apresiatif
berasal dari kata kerja dalam bahasa Inggris ‖appreciati‖ yang berarti
menghargai, menilai, menjadi kata sifat ―appresiative‖ yang berarti senang
(Echols dan Shadely, Hasan, 1993:35). Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Depdikbud, 1988:46) kata ―apresiasi‖ berarti ―penghargaan‖.
Dengan demikian, pembelajaran menyimak sebaiknya melibatkan
kemampuan apresiatif peserta didik sehingga memiliki keseimbangan otak
kiri dan otak kanan. Selain itu, dalam kegiatan apresiatif peserta didik
diharapkan mampu mengapresiasi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik serta
nilai-nilai karakter yang terkandung dalam simakan.
Berdasarkan prinsip-prinsip di atas dapat dirancang pembelajaran
menyimak kelas tinggi SD seperti contoh berikut ini.
PDGK4101/MODUL 6 6.25
2. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya
3. Indikator
Menceritakan kembali secara tertulis dengan kalimat runtut dan mudah
dipahami
4. Tujuan
Peserta didik dapat menceritakan kembali dongeng yang didengarnya
dengan kalimat runtut dan mudah dipahami secara tertulis.
5. Materi Pokok
Cerita Rakyat
Tidak berapa jauh dari kota Rantau, ibu kota Kabupaten Tapin
Propinsi Kalimantan Selatan terdapat dua desa bernama Tambarangan
dan Lawahan. Menurut cerita orang tua-tua, dahulu kala di perbatasan
kedua desa itu hiduplah seorang janda miskin bersama putranya. Nama
janda itu Nini Kudampai, sedangkan nama putranya Angui.
Mereka tidak mempunyai keluarga dekat sehingga tidak ada yang
membantu meringankan beban anak beranak itu. Walaupun demikian,
Nini Kudampai tidak pernah mengeluh. Ia bekerja sekuat tenaga agar
kehidupannya dengan anaknya terpenuhi. Saat itu, Angui masih kecil
sehingga ia masih senang bermain, belum ada kesadaran untuk
menolong ibunya bekerja. Angui tidak mempunyai teman sebaya sebagai
teman bermain. Sebagai gantinya, ia ditemani tiga ekor hewan
kesayangannya, yaitu ayam jantan putih, babi putih, dan seekor anjing
6.26 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
6. Kegiatan Pembelajaran
a. Kegiatan Awal/Pendahuluan
1) Apersepsi, anak menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang
berkaitan dengan dongeng atau cerita rakyat.
Contoh: pernahkah kalian mendengar dongeng? Senangkah kalian
mendengarkan dongeng? Dongeng apa saja yang pernah didengar?
Coba sebutkan dongeng-dongeng yang ada atau terjadi di daerah
kita?
Setelah anak menjawab, kita teruskan dengan pertanyaan
berikutnya. Mau kalian mendengar cerita Bapak? (Cerita bisa
langsung disampaikan oleh guru, bisa juga direkam, disertai dengan
lagu-lagu dan musik yang berkaitan dengan isi dongeng).
2) Motivasi, dilakukan dengan cara guru menyampaikan manfaat
kegiatan pembelajaran dengan materi dongeng.
Umpamanya, kalau rajin mendengar dongeng nanti kalian bisa
membuat dongeng baru atau membuat cerita lain lalu cerita tersebut
dapat kalian dikirimkan ke majalah anak-anak. Tentu kalian akan
mendapat uang imbalan.
3) Menjelaskan tujuan, disampaikan sesuai dengan yang pembelajaran
secara singkat.
b. Kegiatan Inti
1) Peserta didik mendengarkan penjelasan guru yang berkaitan dengan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan.
2) Peserta didik menyimak sebuah cerita rakyat yang berupa dongeng
yang berasal dari Musi Banyuasin Sumatera Selatan (cerita bisa
langsung disampaikan oleh guru atau dapat juga direkam yang
disertai dengan lagu-lagu dan musik yang berkaitan dengan isi
dongeng). Sambil menyimak peserta didik diberi kesempatan
mencatat hal-hal yang mungkin berguna untuk bahan menceritakan
kembali, sebagai tugas akhirnya.
6.30 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
c. Kegiatan Akhir/Penutup
1) Kegiatan refleksi tentang proses dan hasil kegiatan pembelajaran.
Contoh: Bagaimanakah dongeng yang kalian dengar tadi, menarik
dan mengasyikkan bukan? Apa kira-kira kekurangannya? Nah,
ternyata tulisan kalian sudah bagus semua. Jalan ceritanya tepat,
isinya lengkap, kalimat-kalimatnya pun sudah baik dan benar.
Hanya ada beberapa dari kalian yang menuliskan huruf kapital
belum tepat. Bapak sangat bangga, anak-anak sudah mengikuti
kegiatan pembelajaran ini dengan penuh perhatian dan semangat
yang menggebu. Oleh karena itu, hasilnya pun sangat memuaskan.
Selamat anak-anak!
2) Penegasan-penegasan berkaitan dengan tata cara mendengarkan,
menceritakan kembali, dan menuliskannya.
3) Tindak lanjut.
Kegiatan ini berupa pengayaan atau perbaikan. Pengayaan, kalau
85% dari jumlah peserta didik sudah mendapat nilai 75 (kalau skor
0—100). Dan lakukan perbaikan kalau peserta didik yang mendapat
nilai 75 kurang dari 85% dari jumlah peserta didik.
7. Sumber/media
Sumber: Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V.
Media: tape recorder.
PDGK4101/MODUL 6 6.31
8. Penilaian
Kriteria/Skor
a) Kelengkapan isi cerita: 6 (jika lengkap beri nilai 6, kurang lengkap
beri nilai 4, dan jika kurang lengkap sekali beri nilai 2).
b) Ketepatan kalimat: 4 (jika tidak ada yang salah beri nilai 4, salah
sedikit beri nilai 3, jika banyak ketidaktepatannya beri nilai 2).
1. Mendengarkan Cerita
Tujuan: Peserta didik dapat memaknai dengan cermat, cepat, dan tepat
tentang cerita yang didengarnya. Peserta didik mendengarkan cerita yang
diputar atau dilisankan. Alat yang digunakan: kaset cerita dan tape recorder
(kegiatan ini dapat dilaksanakan secara perseorangan maupun kelompok).
Cara pelaksanaan: (1) guru memberikan pengantar singkat tentang
pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2) putarkanlah kaset cerita yang
cocok dengan peserta didik, (3) peserta didik mendengarkan cerita yang
diputar tersebut, (4) peserta didik secara berkelompok mengidentifikasi cerita
berdasarkan tempat, pelaku (siapa dengan siapa), waktu, tentang apa,
mengapa, bagaimana, dan bermakna apa, (5) peserta didik mendiskusikan
hasil identifikasi ke dalam kelompok, (6) peserta didik melaporkan hasil
diskusi tersebut di depan kelas dan kelompok lain memberikan penilaian,
(7) peserta didik menyimpulkan dan merefleksi pembelajaran yang mereka
lakukan pada hari itu.
PDGK4101/MODUL 6 6.35
2. Mendengarkan Berantai
Tujuan: peserta didik dapat memahami informasi yang dibisikkan oleh
temannya dengan cermat, cepat, dan tepat. Peserta didik mendengarkan
informasi yang disampaikan teman kemudian menyampaikan informasi yang
didengar ke teman sebelahnya secara berantai dalam kelompok. Alat yang
digunakan: catatan informasi singkat, panjang, dan tidak beraturan (ada tiga
catatan informasi yang direkayasa). Kegiatan teknik pembelajaran ini dapat
dilaksanakan secara kelompok. Cara pelaksanaan: (1) guru memberikan
pengantar singkat tentang pelaksanaan teknik pembelajaran hari itu, (2)
peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok dengan anggota per
kelompok sama jumlahnya, (3) peserta didik dalam kelompok diatur dengan
berjajar ke samping atau ke belakang, (4) setelah posisi peserta didik sesuai
dengan yang diharapkan, guru memanggil peserta didik yang paling depan
atau paling kanan/kiri untuk membaca catatan informasi yang ditunjukkan
guru secara rahasia, (5) peserta didik yang menerima informasi tersebut
secara cepat membisikkan informasi ke teman belakangnya atau sampingnya
(berdasarkan posisi kelompok), (6) secara berantai peserta didik
membisikkan ke teman berikutnya secara bergantian, (7) peserta didik yang
paling belakang mengucapkan dengan keras informasi yang diterimanya dari
teman depannya, (8) peserta didik depan mencocokkan dengan informasi
yang asli (9) berikutnya, guru dapat mengulang dengan informasi yang
berjenis-jenis (beberapa informasi) ke dalam satu kelompok secara bertahap,
(10) peserta didik menyimpulkan tentang kegiatan yang baru mereka
laksanakan dan merefleksi pembelajaran yang mereka lakukan pada hari itu.
LAT IH A N
Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat!
Tes Formatif I
1) A
2) D
3) A
4) B
5) C
6) C
7) A
8) B
9) C
10) A
Tes Formatif II
1) A
2) C
3) B
4) A
5) B
6) D
7) C
8) A
9) D
10) C
PDGK4101/MODUL 6 6.41
Glosarium
Daftar Pustaka
Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa dengan Fokus Berbicara
Dr. Isah Cahyani, M.Pd.
PE N DA H UL U AN
Selamat belajar!
PDGK4101/MODUL 7 7.3
KEGIATAN BELAJAR 1
c. hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan
bermakna;
d. mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik dengan
permasalahan yang dihadapi;
e. menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
4. Peran Tema
a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu.
b. Peserta didik dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
d. Kompetensi berbahasa dapat dikembangkan lebih baik dengan
mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi peserta didik.
e. Peserta didik lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas.
f. Peserta didik lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi
dalam situasi yang nyata, misalnya, bertanya, bercerita, menulis
deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan
keterampilan berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran
lain.
g. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3
kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan
remedial, pemantapan, atau pengayaan.
1. Kelas 1, Semester 1
a. Memperkenalkan diri sendiri dengan kalimat sederhana dan bahasa
yang santun.
b. Menyapa orang lain dengan menggunakan kalimat sapaan yang
tepat dan bahasa yang santun.
c. Mendeskripsikan benda-benda di sekitar dan fungsi anggota tubuh
dengan kalimat sederhana.
d. Mendeklamasikan puisi peserta didik dengan lafal dan intonasi yang
sesuai.
2. Kelas 1, Semester 2
a. Menjelaskan gambar tunggal atau gambar seri sederhana dengan
bahasa yang mudah dimengerti.
b. Melakukan percakapan sederhana dengan menggunakan kalimat dan
kosakata yang sudah dikuasai.
c. Menyampaikan rasa suka atau tidak suka tentang suatu hal atau
kegiatan dengan alasan sederhana.
d. Memerankan tokoh dengan atau cerita rakyat yang dikuasai dengan
ekspresi yang sesuai.
PDGK4101/MODUL 7 7.7
3. Kelas 2, Semester 1
a. Bertanya kepada orang lain dengan menggunakan pilihan kata yang
tepat dan santun berbahasa.
b. Menceritakan kegiatan sehari-hari dengan bahasa yang mudah
dipahami orang lain.
c. Mendeklamasikan puisi dengan ekspresi yang tepat.
4. Kelas 2, Semester 2
a. Mendeskripsikan tumbuhan atau binatang di sekitar sesuai ciri-
cirinya dengan menggunakan kalimat yang mudah dipahami orang
lain.
b. Menceritakan kembali cerita peserta didik yang didengarkan dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
5. Kelas 3, Semester 1
a. Menceritakan pengalaman yang mengesankan dengan menggunakan
kalimat yang runtut dan mudah dipahami.
b. Menjelaskan urutan membuat atau melakukan sesuatu dengan
kalimat yang runtut dan mudah dipahami.
c. Memberikan tanggapan dan saran sederhana terhadap suatu masalah
dengan menggunakan kalimat yang runtut dan pilihan kata yang
tepat.
6. Kelas 3, Semester 2
a. Melakukan percakapan melalui telepon/alat komunikasi sederhana
dengan menggunakan kalimat ringkas.
b. Menceritakan peristiwa yang pernah dialami, dilihat atau didengar.
i. bertanya,
j. menceritakan,
k. mendeklamasikan,
l. menceritakan pengalaman,
m. menjelaskan urutan,
n. memberikan tanggapan,
o. bertelepon, dan
p. menceritakan peristiwa.
1. Perencanaan
Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan
Pembelajaran, Materi Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah
Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen
mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan
suatu kesatuan. Berikut ini, penjelasan tiap-tiap komponen tersebut.
a. Mencantumkan identitas
Terdiri atas nama sekolah, mata pelajaran, kelas, semester, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan alokasi waktu.
Hal yang perlu diperhatikan, adalah
1) RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar.
2) Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan Indikator dikutip dari
silabus. (Standar Kompetensi – Kompetensi Dasar – Indikator
adalah suatu alur pikir yang saling terkait tidak dapat
dipisahkan)
3) Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi
dasar, dinyatakan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan
(contoh: 2 x 45 menit). Oleh karena itu, waktu untuk mencapai suatu
kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa
kali pertemuan bergantung pada kompetensi dasarnya.
b. Merumuskan tujuan pembelajaran
Tujuan merupakan output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan
pembelajaran. Misalnya pada kegiatan pembelajaran: Mendapatkan
informasi tentang hubungan antara sifat bahan dengan kegunaannya.
PDGK4101/MODUL 7 7.9
2. Pelaksanaan
Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-
langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan
memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.
Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur
kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pendahuluan
1) Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang
akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik,
memberikan ilustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan
slide animasi, dan sebagainya.
7.10 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
b. Kegiatan inti
Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat
mengonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-
masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta
didik dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan
pada tujuan pembelajaran dan indikator.
Untuk memudahkan, biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran
Kerja Peserta didik (LKS), baik yang berjenis cetak atau noncetak.
Khusus untuk pembelajaran berbasis ICT yang online dengan koneksi
internet, langkah-langkah kerja peserta didik harus dirumuskan detil
mengenai waktu akses dan alamat website yang jelas. Termasuk
alternatif yang harus ditempuh jika koneksi mengalami kegagalan.
Pada Standar Proses (Permendiknas No. 41) Kegiatan inti menggunakan
metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Maka pada RPP ketiga proses ini sebaiknya diungkapkan dalam
tulisan. Contoh kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi adalah:
1) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan
dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar
dari aneka sumber;
PDGK4101/MODUL 7 7.11
2) Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang
beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna;
b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun tertulis;
c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut;
d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dan kolaboratif;
e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk
meningkatkan prestasi belajar;
f) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara
individual maupun kelompok;
g) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan kerja
individual maupun kelompok;
h) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen,
festival, serta produk yang dihasilkan;
i) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta
didik.
3) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
7.12 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
c. Kegiatan penutup
1) Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/
simpulan.
2) Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Dapat dengan
memberikan tes tertulis atau tes lisan atau meminta peserta didik
untuk mengulang kembali simpulan yang telah disusun atau dalam
bentuk tanya jawab dengan mengambil ± 25% peserta didik sebagai
sampelnya.
3) Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa
kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian
remedial/pengayaan.
3. Penilaian
Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,
menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian
pencapaian kompetensi dasar peserta didik dilakukan berdasarkan persentase
pemenuhan indikator.
Penilaian dilakukan dengan menggunakan teknik tes dan nontes.
Penilaian dengan tes dapat berbentuk tertulis, lisan, dan perbuatan (praktek).
Adapun penilaian dengan nontes dapat dilakukan dengan pengamatan,
pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk. Dalam rangka mendukung pelaksanaan penilaian yang bermakna
dapat dilengkapi portofolio untuk masing-masing peserta didik. Bentuk
instrumen penilaian dipilih sesuai dengan teknik/jenis penilaiannya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah sebagai berikut.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa yang bisa
dilakukan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, dan
bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan peserta didik adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih,
kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang
telah dikuasai dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta
didik.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut
berupa perbaikan kegiatan pembelajaran berikutnya, program remedial
bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria
ketuntasan minimal, dan program pengayaan bagi peserta didik yang
telah memenuhi kriteria ketuntasan.
e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang
diperoleh dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran
menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka penilaian
harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) misalnya teknik
wawancara, maupun produk/hasil observasi lapangan yang berupa
informasi yang dibutuhkan.
7.14 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
d. kelancaran;
e. kewajaran;
f. gaya pengucapan.
a. Tekanan
1) ucapan sering tidak dapat dipahami;
2) sering terjadi kesalahan besar dan aksen kuat yang menyulitkan
pemahaman, menghendaki untuk selalu diulang;
3) pengaruh ucapan asing (daerah) yang mengganggu dan
menimbulkan salah ucap yang dapat menyebabkan kesalahpahaman;
4) pengaruh ucapan asing (daerah) dan kesalahan ucapan yang tidak
menyebabkan kesalahpahaman;
5) tidak ada salah ucapan yang mencolok, mendekati ucapan standar;
6) ucapan sudah standar.
b. Tata bahasa
1) penggunaan bahasa hampir selalu tidak tepat;
PDGK4101/MODUL 7 7.17
c. Kosakata
1) penggunaan kosakata tidak tepat dalam percakapan yang sederhana
sekalipun;
2) penguasaan kosakata sangat terbatas pada keperluan dasar personal;
3) pemilihan kosakata sering tidak tepat dan keterbatasan
penggunaannya menghambat kelancaran komunikasi dalam sosial
dan profesional;
4) penggunaan kosakata teknis tepat dalam pembicaraan tentang
tertentu, tetapi penggunaan kosakata umum secara berlebihan;
5) penggunaan kosakata teknis lebih luas dan cermat, kosakata umum
tepat digunakan sesuai dengan situasi sosial;
7) penggunaan kosakata teknis dan umum luas dan tepat.
d. Kelancaran
1) pembicaraan selalu berhenti dan terputus-putus;
2) pembicaraan sangat lambat dan tidak ajek kecuali untuk kalimat
pendek;
3) pembicaraan sering ragu, kalimat tidak lengkap;
4) pembicaraan lancar dan luas tetapi sekali-sekali kurang;
5) pembicaraan dalam segala hal lancar.
e. Pemahaman
1) memahami sedikit isi percakapan yang paling sederhana;
2) memahami dengan lambat percakapan sederhana, perlu penjelasan
dan pengulangan;
7.18 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
A. Standar Kompetensi
Mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan secara
lisan melalui kemampuan bertanya/menyapa, menceritakan kegiatan
sehari-hari, melakukan percakapan, menceritakan pengalaman,
melaporkan dan mendeskripsikan sesuatu serta mendeklamasikan
pantun, menceritakan kembali cerita, dan bermain peran.
B. Kompetensi Dasar
Menceritakan Pengalaman Pribadi
C. Indikator
Menceritakan pengalaman pribadi merayakan pesta ulang tahun
D. Tujuan Pembelajaran
1. Peserta didik dapat menceritakan isi teks bacaan yang berjudul
“Pesta Ulang Tahun”
2. Peserta didik dapat menceritakan kembali pengalaman pribadinya
berdasarkan isi teks bacaan yang disediakan.
E. Materi Pembelajaran
Menceritakan Pengalaman Pribadi
1. Contoh teks pengalaman pribadi
PDGK4101/MODUL 7 7.19
F. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal/Pembukaan
a. Apersepsi, diupayakan peserta didik belajar dalam situasi
menyenangkan. Salah satu caranya dengan menyanyikan lagu
“Ulang Tahun” secara bersama-sama. Peserta didik ditanya
apakah ada di antara mereka yang pernah merayakan ulang
tahun. Selanjutnya, tanya jawab tentang isi lagu.
b. Motivasi, (sudah termasuk pada apersepsi) ditambah dengan
menjelaskan manfaat, kalau peserta didik-peserta didik pandai
bercerita/berbicara.
2. Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Dua atau tiga peserta didik memerankan cara mengucapkan
selamat kepada teman yang berprestasi dengan mimik yang
ceria.
b. Guru mengajukan pertanyaan tentang pengalaman yang dialami
peserta didik, misalnya:
Elaborasi
a. Setelah peserta didik menjawab pertanyaan, peserta didik
memperhatikan cerita pendek tentang peristiwa yang berkesan,
yaitu “Hadiah Juara Mendongeng” yang ditulis (lihat contoh
teks pada materi)
b. Selanjutnya, peserta didik disuruh mengingat-ingat pengalaman
dirinya, lalu secara berpasangan saling menceritakan
pengalaman pribadi dengan teman pasangannya. Pada saat
kegiatan mereka berlangsung, guru perlu mengamati setiap
pasangan untuk memperhatikan jalannya tukar pengalaman.
Ajukan pertanyaan, jika peserta didik menemui kesulitan
bercerita tentang pengalamannya.
c. Setelah saling tukar pengalaman, peserta didik diminta
menuliskan pengalamannya dengan bahasanya sendiri.
Konfirmasi
Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengapresiasi cerita temannya.
Peserta didik memberikan penilaian terhadap cerita temannya.
Guru menambahkan ekspresi bercerita.
3. Kegiatan Akhir/Penutup
a. Refleksi, peserta didik diajak merenung, menilai, dan
menanggapi kegiatan pembelajaran yang baru berlangsung.
b. Penegasan dilakukan dengan cara guru memberikan penjelasan
kepada peserta didik cara mengungkapkan pengalaman pribadi
dengan memperhatikan:
1) peristiwa yang dialami dan sangat berkesan,
2) waktu kejadian,
3) urutan kejadian.
PDGK4101/MODUL 7 7.21
H. Penilaian
1. Penilaian Proses
Pada saat kegiatan berlangsung hendaknya guru menilai.
a. Keruntutan kalimat.
b. Ketepatan penggunaan kata.
c. Kelengkapan isi cerita.
2. Penilaian Hasil
Ceritakanlah pengalaman yang berkesan tentang perjalanan dari
rumah ke sekolah atau pengalaman lain dengan memperhatikan:
a. Apa pengalaman yang berkesan?
b. Kapan waktu kejadian?
c. Bagaimana urutan kejadiannya?
LAT IH A N
3) Menilai kemampuan berbicara peserta didik kelas rendah dengan cara tes
tertulis, lisan, perbuatan, penugasan, produk, dan pengamatan dan unjuk
kerja.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
KEGIATAN BELAJAR 2
A. KONKRET
B. INTEGRATIF
Pada tahap usia sekolah dasar, peserta didik memandang sesuatu yang
dipelajari sebagai suatu keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah
PDGK4101/MODUL 7 7.27
konsep dari berbagai disiplin ilmu, hal ini melukiskan cara berpikir peserta
didik yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
C. HIERARKIS
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara peserta didik belajar berkembang
secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih
kompleks. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diperhatikan
mengenai urutan logis, keterkaitan antarmateri, dan cakupan keluasan serta
kedalaman materi. Dari uraian di atas maka ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam proses pembelajaran agar berlangsung secara optimal
sesuai dengan perkembangan peserta didik usia kelas awal.
1. Berkaitan dengan perkembangan fisik, peserta didik sangat aktif
melakukan berbagai kegiatan. Hal ini bermanfaat untuk mengembangkan
otot-otot kecil maupun besar.
2. Perkembangan bahasa juga semakin baik. Peserta didik sudah mampu
memahami pembicaraan orang lain dan mampu mengungkapkan
pikirannya dalam batas-batas tertentu.
3. Perkembangan kognitif (daya pikir) sangat pesat, ditunjukkan dengan
rasa ingin tahu peserta didik yang luar biasa terhadap lingkungan sekitar.
Dari segi kemampuan peserta didik sudah mampu berpikir bagian per
bagian. Artinya peserta didik sudah mampu berpikir analisis dan sintesis,
deduktif dan induktif.
4. Perkembangan sosial peserta didik mulai ingin melepaskan diri dari
otoritas orang tuanya. Hal ini ditunjukkan dengan kecenderungan peserta
didik untuk selalu bermain di luar rumah bergaul dengan teman sebaya.
5. Bentuk permainan peserta didik bersifat permainan sosial, bentuk
permainan yang melibatkan banyak orang dengan saling berinteraksi.
6. Perkembangan emosi peserta didik sudah mulai berbentuk dan tampak
sebagai bagian dari kepribadian peserta didik. Walaupun pada usia ini
masih pada taraf pembentukan, namun pengalaman peserta didik
sebenarnya telah menampakkan hasil.
7. Penguasaan ilmu agama yang harus diterapkan dalam kehidupan
merupakan fondasi yang paling utama
7.28 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Contoh:
Peserta didik diberi tugas membacakan suatu wacana. Dalam hal ini
ketentuan-ketentuan membaca untuk orang lain harus dipahami oleh
peserta didik. Peserta didik yang lain menyimak. Setelah itu, peserta didik
diberikan waktu untuk berpikir, kemudian tugas selanjutnya, mungkin
peserta didik diminta untuk menceritakan isi yang disimak secara lisan
atau mungkin tertulis. Dalam hal ini, agar yang mendapat giliran
membaca tidak sedikit, naskah yang dibaca sebaiknya naskah-naskah
yang pendek, seperti: informasi singkat, pengumuman, perintah, dan
sebagainya. Dengan cara-cara tersebut, guru memadukan membaca dan
menyimak.
Contoh:
Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca cerita
atau tulisan-tulisan yang lain di luar kelas, dan meminta kepada mereka
untuk menuliskan ringkasan hasil bacaan masing-masing. Setelah mereka
menuliskan ringkasan tersebut, guru dapat meminta kepada peserta
didik untuk mengumpulkan hasil pekerjaan mereka, atau dapat juga
sebelum mereka mengumpulkan, beberapa peserta didik diberi giliran
untuk membacakan atau mengemukakan hasil pekerjaan masing -
masing. Dengan cara-cara itu, terjadi pemaduan antara membaca,
menulis, dan bercerita.
7.30 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Contoh:
Guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membuat
karangan di luar kelas. Pada jam yang telah ditentukan, peserta didik
menceritakan isi karangannya, sebelum karangan itu dikumpulkan.
Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, masing-masing
beranggotakan tiga atau empat orang. Tiap kelompok diberi tugas
merencanakan dan menuliskan sebuah adegan yang diperankan. Pada
jam yang telah disepakati bersama, sebelum naskah diserahkan kepada
guru, tiap kelompok diminta memperagakan apa yang telah mereka
rencanakan dan mereka tulis. Cara lain masih banyak.
Pembelajaran kosakata selalu dipadukan dengan keterampilan
berbahasa. Untuk mengajarkan makna kata (kata-kata baru), digunakan
sebuah wacana yang memuat kata-kata yang akan diajarkan. Peserta
didik diminta membaca wacana itu di dalam hati, kemudian diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan- pertanyaan.
Setelah itu, kata-kata yang disiapkan untuk diajarkan, dibicarakan
atau didiskusikan maknanya, sinonimnya (kalau ada), dan sebagainya.
Kemudian peserta didik diminta menggunakan kata-kata tersebut dalam
kalimat secara tertulis. Dapat juga guru menggunakan kata-kata baru di
dalam wacana untuk dikte.
Pembelajaran struktur juga dipadukan dengan semua keterampilan.
Dengan cara-cara seperti contoh di atas, dapat dilakukan pemaduan antara
pembelajaran struktur dengan membaca, menulis, berbicara, dan
menyimak. Cara yang lain dapat juga dengan teknik klos.
Pemaduan bahasa dengan bidang studi yang lain seperti IPA, IPS,
dapat dilakukan dengan jalan menggunakan naskah atau tulisan tentang
bidang studi yang dimaksud sebagai bahan bacaan. Atau da pat juga
peserta didik ditugasi mengarang tentang sesuatu yang berkaitan dengan
bidang studi dimaksud.
Kaitan pembelajaran bahasa dengan bidang studi yang lain dapat
dilakukan dalam hal: kosakata, struktur, menulis, membaca, berbicara,
dan menyimak. Dengan kata lain, semua aspek bahasa dapat dipadukan
dengan bidang studi yang lain.
PDGK4101/MODUL 7 7.31
1. Perencanaan
a. Kelas 4, Semester 1
1) Mendeskripsikan tempat sesuai dengan denah atau gambar dengan
kalimat yang runtut.
2) Menjelaskan petunjuk penggunaan suatu alat dengan bahasa yang
baik dan benar.
b. Kelas 4, Semester 2
1) Berbalas pantun dengan lafal dan intonasi yang tepat.
2) Menyampaikan pesan yang diterima melalui telepon sesuai dengan
isi pesan.
c. Kelas 5, Semester 1
1) Menanggapi suatu persoalan atau peristiwa dan memberikan saran
pemecahannya dengan memperhatikan pilihan kata dan santun
berbahasa.
2) Menceritakan hasil pengamatan/kunjungan dengan bahasa yang
runtut, baik, dan benar.
3) Berwawancara sederhana dengan narasumber (petani, pedagang,
nelayan, karyawan, dll.) dengan memperhatikan kata dan santun
berbahasa.
7.32 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
d. Kelas 5, Semester 2
1) Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa.
2) Memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang
tepat.
e. Kelas 6, Semester 1
1) Menyampaikan pesan/informasi yang diperoleh dari berbagai media
dengan bahasa yang runtut, baik, dan benar.
2) Menanggapi (mengkritik/memuji) suatu hal disertai alasan dengan
menggunakan bahasa yang santun.
f. Kelas 6, Semester 2
1) Berpidato atau presentasi untuk berbagai keperluan (acara
perpisahan, perayaan ulang tahun, dll.) dengan lafal, intonasi, dan
sikap yang tepat.
2) Melaporkan isi buku yang dibaca (judul, pengarang, jumlah
halaman, dan isi) dengan kalimat yang runtut.
3) Membacakan puisi karya sendiri dengan ekspresi yang tepat.
RENCANA PEMBELAJARAN
Skenario Pembelajaran:
Pendahuluan
Apersepsi
Motivasi
Inti
Eksplorasi
Guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik tentang pokok-pokok
cerita yang didengar.
Peserta didik lain diberi kesempatan untuk mengomentari jawaban-
jawaban temannya.
Secara kelompok, peserta didik membuat dugaan mengenai watak tokoh.
Elaborasi
Peserta didik berdiskusi antarkelompok untuk menelaah teks cerita
drama.
Peserta didik mencari kebenaran tentang watak dan karakter tokoh.
Peserta didik berlatih memainkan peran dalam bentuk dialog.
Konfirmasi
Peserta didik mementaskan peran berdasarkan cerita drama.
Peserta didik memberikan penilaian kepada tampilan kelompok.
Peserta didik menyimpulkan hasil pembelajaran.
Penutup
Guru memberikan penguatan tentang materi yang baru selesai dibahas.
Peserta didik mendapat tugas menganalisis karakter tokoh dalam
sinetron ditontonnya di TV dan mencatat 4 karakter.
7.34 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Evaluasi
Penilaian proses.
Pengamatan aktivitas peserta didik dalam kelompok dan selama proses
pembelajaran dengan menggunakan tabel observasi aktivitas; bekerja
sama dalam kelompok; memberikan sumbang saran/ide dalam
kelompok; menerima saran dan kritik untuk perbaikan; dan
cepat melaksanakan/menyelesaikan tugas
2. Pelaksanaan
Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP. Beberapa keterampilan
yang harus dimiliki dalam pembelajaran di antaranya:
a. membuka pelajaran
b. mengajukan pertanyaan
c. memberikan penguatan
d. menampilkan model pembelajaran yang bervariasi
e. menerapkan media
f. mengevaluasi pembelajaran
g. menguasai materi
h. menutup pelajaran.
3. Penilaian
Pada setiap pembelajaran diperlukan penilaian sebagai tolok ukur
keberhasilan pembelajaran tersebut. Begitu pula dengan pembelajaran
berbicara, Harris dalam Tarigan (2008: 3) menyatakan komponen-komponen
yang perlu mendapat perhatian pada tes keterampilan berbicara yang meliputi
fonologi, struktur, kosakata, dan kecepatan kelancaran umum.
Selain itu, cara penilaian yang lebih rinci dipaparkan oleh Arsjad dan
U.S. dalam Syahara (2009: 28-30) yang mengklasifikasikannya menjadi dua
faktor, yaitu faktor kebahasaan dan faktor nonkebahasaan, berikut ini paparan
kedua faktor tersebut.
a. Faktor kebahasaan
Faktor kebahasaan yang dinilai meliputi hal-hal yang bersangkutan
dengan penggunaan bahasa seseorang dalam berbicara, yaitu sebagai berikut.
PDGK4101/MODUL 7 7.35
1) Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan kalimat secara
tepat dan jelas. Pengucapan yang kurang tepat dapat mempengaruhi
perhatian dari pembicara. Seorang pembicara memiliki gaya bicaranya
tersendiri yang dapat berubah sesuai dengan pokok pembicaraan dan
situasi pembicaraan.
2) Penempatan tekanan (intonasi, nada, dan durasi yang sesuai)
Kesesuaian intonasi, nada, dan durasi merupakan daya tarik tersendiri
dalam berbicara serta sebagai faktor penentu keefektifan berkomunikasi.
Jika dalam penyampaian masalah yang dibicarakan datar-datar saja
hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejenuhan, kurang menarik
sehingga keefektifan berbicara menjadi terganggu.
3) Pilihan kata (diksi)
Pilihan kata saat menyampaikan sebuah informasi hendaknya tepat,
jelas, dan bervariasi sehingga mudah dipahami oleh pendengar. (Arsjad
dan U.S. dalam Syahara, 2009: 28-30).
b. Faktor nonkebahasaan
Lain halnya dengan faktor kebahasaan, faktor nonkebahasaan lebih
bersifat eksternal. Faktor ini meliputi psikologis seseorang ketika berbicara.
Oleh karena itu, Arsjad dan U.S. dalam Syahara (2009: 28-30) menganjurkan
pembicara untuk memperhatikan faktor nonkebahasaan sebagai berikut.
1) Sikap yang tenang dan wajar serta tidak kaku akan memberikan kesan
yang menarik. Sikap demikian cenderung ditentukan oleh situasi, tempat,
dan penguasaan materi.
2) Pandangan mengarah pada lawan bicara sebagai bentuk kekomunikatifan
seseorang ketika berbicara di depan umum.
3) Tingkat kenyaringan suara seorang pembicara disesuaikan dengan jarak
percakapan agar terdengar jelas oleh pendengar.
4) Kelancaran berbicara seseorang dalam melontarkan maksud
pembicaraannya dapat memiliki kesan tersendiri bagi pendengarnya.
5) Gerak badan (gesture) dan mimik tepat
6) Gesture yang dimiliki seorang pembicara serta mimik yang dapat
mewakili maksud pembicaraan merupakan bagian dari kekomunikatifan
pembicara dalam berkomunikasi.
7.36 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Adapun teori yang telah dipaparkan tersebut menjadi tolok ukur penulis
yang dituangkan dalam pedoman penilaian, sebagai berikut.
Tabel 2.1
Pedoman Penilaian Kemampuan Berbicara pada Pembelajaran Legenda
Rentangan
No. Aspek yang Dinilai
Skor
1. Penguasaan isi legenda 1-5
2. Ketepatan alur cerita 1-5
3. Antusias peserta didik ketika bercerita 1-5
4. Kreativitas peserta didik dalam mengembangkan 1-5
cerita
5. Kekonsistenan peserta didik dalam menggunakan 1-5
bahasa Indonesia
6. Ketepatan struktur bahasa Indonesia 1-5
7. Pemilihan diksi ketika berbahasa Indonesia 1-5
8. Kejelasan pelafalan bahasa Indonesia 1-5
9. Ketepatan intonasi 1-5
10. Ketepatan ekspresi atau mimik ketika berbicara 1-5
Jumlah Skor 50
LAT IH A N
Untuk memperdalam pemahaman Anda terhadap materi di atas,
kerjakanlah latihan berikut!
1) Mengapa di kelas rendah harus memperhatikan kelaziman berpikir
peserta didik? Uraikan tahapan berpikir.
2) Bagaimana pemaduan KD berbicara dengan keterampilan berbahasa
lainnya?
3) Uraikan teknik pembelajaran berbicara terpadu.
PDGK4101/MODUL 7 7.37
TES F OR M AT IF 2
Pilih salah satu jawaban yang paling tepat!
4) Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian guru dalam membina
keefektifan kemampuan berbicara seseorang, yakni aspek kebahasaan
yang mencakup...
A. kenyaringan suara, kelancaran, sikap berbicara, gerak dan mimik,
penalaran, santun berbicara.
B. lafal, intonasi, tekanan, ritme, penggunaan kata dan kalimat
C. kenyaringan suara, kelancaran, penalaran, penggunaan kata dan
kalimat
D. penggunaan kata dan kalimat, gerak dan mimik, sikap berbicara
10) Berikut ini merupakan kompetensi utama yang diharapkan dimiliki oleh
peserta didik dalam pembelajaran bahasa menurut pendekatan
komunikatif, kecuali ….
A. menguasai kebahasaan
B. terampil menyimak
C. terampil berbicara
D. terampil membaca
7.40 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Tes Formatif 1
1) B
2) C
3) D
4) C
5) B
6) D
7) C
8) B
9) A
10) A
Tes Formatif 2
1) B
2) B
3) D
4) B
5) A
6) B
7) C
8) A. Lihat butir peran peserta didik.
9) A. Salah satu prinsip teknik drama berkaitan dengan pembagian peran.
10) A. Kompetensi utama dalam pembelajaran bahasa menurut pendekatan
komunikatif adalah anak dapat menggunakan bahasa untuk
berkomunikasi. Wujud kegiatan berkomunikasi antara lain adalah
menyimak, berbicara, dan membaca.
7.42 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Glosarium
Esensi kecakapan
Hidup : kemampuan seseorang untuk memahami dirinya
dan potensinya dalam kehidupan, antara lain
mencakup penentuan tujuan, memecahkan masalah
dan hidup bersama orang lain.
Daftar Pustaka
Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa dengan Fokus Membaca
Dr. Yeti Mulyati, M.Pd.
PE N DA H UL U AN
Untuk memudahkan Anda dalam belajar, sajian modul ini dibagi atas
dua kegiatan belajar sebagai berikut.
Kegiatan Belajar 1 : Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus
Membaca di Kelas Rendah.
Kegiatan Belajar 2 : Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Fokus
Membaca di Kelas Tinggi.
Selamat belajar!
8.4 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Kegiatan Belajar 1
karena itu, bahan ajar yang dipilih pun biasanya sangat sederhana dan berupa
teks pendek.
Dalam kegiatan membaca teknik ini, guru perlu memperhatikan
pelafalan kata dengan baik. Pungtuasi atau tanda baca dalam tata tulis bahasa
Indonesia pun tidak boleh diabaikan. Siswa diarahkan untuk mampu
membedakan antara intonasi kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah,
jeda pendek, dan jeda panjang. Dengan demikian, guru perlu memilih bahan
ajar yang kaya akan variasi tanda baca. Perhatikan contoh teks berikut ini!
Sayur Bayam
Tahukah kawan, apa itu sayur bayam? Ya, sayur bayam berwarna hijau.
tapi ada juga yang berwarna merah. Aku suka sayur bayam. Rasanya enak.
Sayur bayam juga bergizi. Sayur bayam diperlukan tubuh. Tubuh kita perlu
sehat. Tubuh sehat itu tidak mudah sakit. Ayo, kawan, mari kita makan sayur
bayam! Banyak makan sayuran tubuh kita menjadi sehat.
2. Memilih Metode
Setelah memilih bahan ajar, langkah selanjutnya adalah menentukan
metode yang akan digunakan. Pemilihan metode pembelajaran ini hendaknya
dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dan kondisi kelas. Metode apapun
yang digunakan, keberhasilannya bergantung pada kemampuan guru dalam
menggunakan metode yang sesuai dengan tingkat kecocokan guru dan
siswanya. Artinya, guru yang membawakan metode itu menunjukkan
penguasaan dan strategi yang tepat dan siswa yang belajar dengan metode
tersebut juga merasa cocok dan lebih memudahkan dalam menangkap materi
pembelajaran yang diberikan guru.
Pembelajaran bahasa Indonesia di kelas rendah dengan fokus kompetensi
membaca di kelas rendah terklasifikasi ke dalam dua tahapan, yakni (a)
membaca permulaan untuk kelas 1 dan 2, (b) membaca lanjutan tingkat dasar
PDGK4101/MODUL 8 8.7
1) Metode abjad/alfabet
Prinsip dasar pada metode abjad/alfabet ini adalah memulai
pembelajaran membaca dengan terlebih dahulu mengenalkan huruf-huruf
secara alfabetis. Mula-mula diperkenalkan bentuk-bentuk huruf sesuai
dengan alfabetnya dan dibaca/dilafalkan secara alfabetis pula. Misalnya,
diperkenalkan bentuk-bentuk huruf: /a, b, c, d, e, f, g/ dan seterusnya, yang
dilafalkan sebagai: [a, be, ce, de, e, ef, ge] dan seterusnya. Dalam
pembelajarannya, siswa diminta untuk membunyikan huruf-huruf itu secara
lepas. Setelah itu, pembelajaran dilanjutkan dengan belajar merangkaikan
huruf-huruf lepas menjadi suku kata. Demikian seterusnya, merangkaikan
suku kata menjadi kata dan rangkaian kata menjadi kalimat sederhana.
2) Metode bunyi
Pada dasarnya metode bunyi ini tidak jauh berbeda dengan metode
alfabet. Yang membedakan metode alfabet dan metode bunyi terletak pada
pelafalan-pelafalan hurufnya. Misalnya, pada metode alfabet huruf /b/
dilafalkan [be]; sedangkan pada metode bunyi huruf /b/ dilafalkan [∂b[.
baca
ba – ca
b-a c-a
b-a-c-a
baca
5) Metode global
Metode global sering juga disebut metode kalimat. Dikatakan global
karena pembelajaran membaca diawali oleh sajian kalimat secara global
(utuh). Kalimat dianggap sebagai satuan bahasa yang memberikan makna
utuh. Materi bermakna dipandang memudahkan siswa dalam belajar
ketimbang menyajikan sesuatu yang bermakna. Gagasan ini sudah dirintis
sejak diperkenalkannya metode kata lembaga. Satuan bahasa terkecil yang
memiliki makna, memang berada di tataran kata. Meskipun kata-kata itu
memiliki makna, namun tingkat kejelasan informasi yang diusungnya baru
akan terlihat setelah didudukkan dalam konteks kalimat.
Seperti halnya dalam metode kata lembaga, penyajian kalimat pada awal
pembelajaran membaca (membaca permulaan) biasanya disertai dengan
PDGK4101/MODUL 8 8.9
ini ibu
ini ibu
i – ni i - bu
i–n-i i–b-u
ini ibu
6) Metode SAS
Metode SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik Sintetik. Pada
dasarnya, metode ini hampir sama dengan metode global. Hanya saja pada
metode ini disertai dengan proses perangkaian kembali (sintesis).
Contoh:
ini nani
ini nani
i – ni na – ni
i–n-i n–a–n–i
i – ni na – ni
ini nani
ini nani
ini nani
b. Metode membaca lanjut di kelas rendah
Terdapat dua jenis membaca yang dikembangkan di kelas rendah (akhir)
atau membaca lanjut tingkat dasar (awal), yakni di kelas 3 SD. Pembelajaran
membaca harus sudah mulai diorientasikan pada membaca pemahaman
(melek wacana). Jenis membaca yang dikembangkan sudah mulai diarahkan
pada kegiatan membaca dalam hati. Kalaupun masih dilakukan pembelajaran
membaca nyaring, sifatnya hanya untuk mengontrol penguasaan ”melek
8.10 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Tabel 7.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Membaca di Kelas Rendah
Tabel 7.2
Pemetaan Materi Menulis di Kelas Rendah
Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan Awal
1. Guru mengucapkan salam
2. Guru mengondisikan kelas ke dalam situasi belajar
3. Guru mengawali kegiatan dengan berdoa
4. Guru mengecek kehadiran siswa
5. Guru mengajak siswa menyanyikan lagu “Naik Sepeda”
PDGK4101/MODUL 8 8.15
Kegiatan Inti
1. Guru memperlihatkan gambar dua anak menaiki sepeda.
2. Kegiatan prabaca
a. Guru mengawali cerita berdasarkan rangsang gambar yang akan
digunakan sebagai alat bantu pembelajaran membaca.
b. Guru meminta siswa menerka isi teks yang akan mereka baca
berdasarkan rangsang gambar tersebut.
3. Kegiatan inti membaca
a. Siswa secara bergantian membaca teks dengan lafal dan intonasi
yang tepat.
b. Siswa mencocokkan terkaannya tentang isi teks dengan isi teks yang
sebenarnya.
4. Kegiatan pascabaca
a. Siswa dan guru melakukan tanya-jawab mengenai isi teks yang telah
dibaca.
b. Siswa diberi kesempatan untuk menceritakan pengalaman
pribadinya sekaitan dengan isi teks.
5. Guru memberi contoh membaca teks dengan lafal dan intonasi yang
benar.
6. Siswa diberi tugas untuk menyalin teks dengan menggunakan huruf
tegak bersambung dengan rapi dan benar.
Kegiatan Akhir
1. Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan apa saja yang telah
dipelajarinya hari itu.
2. Melalui arahan guru, siswa menemukan manfaat dari apa yang telah
dipelajarinya hari itu.
3. Guru menutup pelajaran dengan berdoa bersama-sama.
Materi Pokok
Teks cerita berjudul “Bermain Sepeda”.
8.16 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Bermain Sepeda
Doni dan Adi bermain bersama. Mereka senang sekali. Mereka naik
sepeda bergantian. Hari sudah sore. Mereka pulang ke rumah. besok
mereka bermain lagi. bermain sepeda bersama.
Petunjuk:
Berikut ini disajikan pasangan-pasangan kata. Coba kalian perhatikan
pasangan-pasangan kata tersebut dengan cermat. Pasangan kata itu ada
yang persis sama dan ada yang tidak sama. Jika pasangan kata itu persis
sama, lingkarilah huruf „S‟ (sama) yang berada di samping pasangan kata
tersebut. Jika pasangan kata itu berbeda, lingkarilah huruf „B‟ (beda).
Contoh‟
saku satu S B
tahu tahu S B
8.18 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Soal
a. malu - madu S B
b. badu - dadu S B
c. per - per S B
d. bola - pola S B
e. paman - daman S B
Petunjuk
Di bawah ini disediakan kalimat-kalimat dan gambar-gambar. Pilihlah
gambar yang cocok dengan maksud kalimatnya.
Soal
“Ada dua ekor kambing.”
Gambar yang cocok dengan kalimat di atas adalah ...
PDGK4101/MODUL 8 8.19
a.
b. c.
Petunjuk
Berikut ini disajikan kalimat-kalimat pernyataan di kolom sebelah kiri dan
alternatif jawaban benar (B) dan salah (S di kolom sebelah kanan.
Lingkarilah huruf B jika kalimat itu benar, dan lingkari huruf S jika
kalimat itu tidak benar.
Soal
Matahari terbit di sebelah timur. B S
Ikan hidup di darat. B S
Bunga akan layu jika tidak disiram B S
Bulan bersinar di siang hari B S
Cicak hidup di air B S
8.20 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Petunjuk
Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan cara melingkari huruf a, b, atau
c sesuai dengan pilihanmu!
Soal
Matahari terbit di sebelah ….
timur
barat
utara
Ikan hidup di ….
darat
udara
air
Soal
a. Siapa yang sakit perut?
1) Adi
2) Bondan
3) Didu
b. Di mana Adi, Bondan, dan Didu bermain bola?
1) di lapangan
2) di rumah
3) di sekolah
c. Mengapa Adi sakit perut?
1) karena bermain bola
2) karena minum es sirup di pinggir jalan
3) karena minum sirup dari air mentah
Jika Soal-soal di atas dinyatakan dalam pernyataan melengkapi, bentuknya
akan menjadi seperti berikut ini.
a. Yang mengalami sakit perut adalah ....
1) Adi
2) Bondan
3) Didu
b. Adi, Bondan, dan Didu bermain bola di ....
1) di lapangan
2) di rumah
3) di sekolah
c. Adi sakit perut, karena ....
1) bermain bola di lapangan
2) minum es sirup di pinggir jalan
3) minum sirup dari air mentah
8.22 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
LAT IH A N
1) Seorang guru yang baik tentu memahami hal-hal yang harus dilakukan
sebelum mengajar di kelas. Jelaskan tiga kegiatan apa saja yang harus
dibuat guru! Kaitkan jawaban dengan pengalaman Anda!
2) Jelaskan hal-hal yang harus dipersiapkan guru berkaitan dengan
perencanaan pembelajaran membaca di kelas rendah!
3) Biasanya seorang guru memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu
dalam memilih bahan ajar yang akan digunakan. Hal ini akan berdampak
pada adanya perbedaan karakteristik bahan ajar membaca di kelas rendah
dan kelas tinggi. Nah, coba Anda jelaskan karakteristik bahan ajar pada
pembelajaran membaca di kelas rendah!
4) Coba perhatikan ilustrasi berikut ini!
Bu Ani adalah guru kelas 1 SD Mangun Jaya. Metode yang
digunakan Bu Ani dalam pembelajaran membaca permulaan
adalah metode SAS. Bu Ani cukup berhasil dalam menggunakan
metode ini. Berbeda halnya dengan Pak Ade. Metode SAS yang
pernah digunakannya bisa dikatakan tidak berhasil, sehingga Pak
Ade beralih menggunakan metode eja. Ternyata metode ini berhasil
digunakan pada kelas Pak Ade.
Berdasarkan ilustrasi di atas, coba Anda jelaskan mengapa bisa terjadi
perbedaan keefektifan metode antara kelas Bu Ani dan Pak Ade?
5) Jelaskan jenis-jenis tes pemahaman kalimat yang bisa digunakan dalam
pembelajaran membaca di kelas rendah! Kemukakan kelemahan dan
kelebihan masing-masing jenis tes berdasarkan pengalaman Anda!
1) Coba Anda ingat dan pelajari kembali bagian awal pada Kegiatan
Belajar 1 yang membahas hal-hal yang perlu diperhatikan guru agar
mampu mewujudkan pembelajaran.
PDGK4101/MODUL 8 8.23
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
10) Jenis tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
mengenal bunyi-bunyi huruf dan suku kata adalah…
A. pemahaman kalimat.
B. respons terbatas
C. respons kalimat
D. pemahaman wacana
Kegiatan Belajar 2
S eperti halnya di kelas rendah, kegiatan membaca di kelas tinggi pun harus
saling terintegrasi. Hal tersebut karena pada dasarnya keempat
keterampilan berbahasa saling terkait satu sama lain. Pada saat Anda
menggunakan bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari pun, tak jarang
menggunakan lebih dari satu keterampilan berbahasa. Itulah sebabnya,
pembelajaran bahasa Indonesia dapat dilakukan terintegrasi dengan fokus
keterampilan tertentu.
Nah, pada Kegiatan Belajar 2 ini Anda akan diajak untuk memahami
bagaimana menyusun perencanaan pembelajaran, merancang pelaksanaan
pembelajaran di kelas, dan membuat penilaian terkait dengan pembelajaran
bahasa Indonesia dengan fokus membaca di kelas tinggi.
Seperti yang telah Anda pahami pada Kegiatan Belajar 1 yang lalu, ada
beberapa komponen yang harus diperhatikan berkaitan dengan perencanaan
pembelajaran. Komponen-komponen tersebut, di antaranya: (1) memilih
bahan ajar membaca yang sesuai dengan kognisi siswa di kelas rendah; (2)
memilih metode yang sesuai; (3) menyusun rancangan kegiatan
pembelajaran; dan (4) menyusun penilaian. Pada bagian ini Anda akan diajak
untuk memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan
pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca di kelas tinggi
tersebut.
2. Memilih Metode
Langkah selanjutnya dalam persiapan pembelajaran adalah memilih
metode pembelajaran. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
pemilihan metode ini harus disesuaikan dengan kondisi kelas dan
kemampuan guru dalam menggunakan metode tersebut. Berikut ini akan
dibahas beberapa metode yang bisa digunakan dalam pembelajaran membaca
di kelas tinggi.
8.28 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
ditempuh dalam metode ini meliputi: (1) membuat prediksi informasi isi teks
berdasarkan judul atau petunjuk gambar pada teks yang akan dibaca; (2)
membaca bahan bacaan atau teks; (3) menilai ketepatan prediksi dan
menyesuaikan prediksi; dan (5) membuat ringkasan cerita sesuai dengan
versi siswa.
g. Sumber/bahan/media
Sumber/bahan/media dapat berasal dari berbagai sumber. Dalam
pembelajaran membaca, guru bisa memilih surat kabar, brosur, buku
referensi, dan sebagainya. Guru hendaknya memilih bahan bacaan yang
bervariasi dan menarik minat baca siswa.
h. Penilaian
Kegiatan penilaian bertujuan untuk melihat kemampuan belajar siswa.
Penilaian harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
sehingga menjadi informasi yang bermakna.
Berikut ini merupakan contoh format RPP yang bisa digunakan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia dengan fokus membaca di kelas tinggi.
Hari/ Sumber
Jam Tema Indikator KBM Metode Penilaian
Tgl Bahan
Hari/ Sumber
Jam Tema Indikator KBM Metode Penilaian
Tgl Bahan
contoh yang
terdapat pada teks
bacaan.
3. Penilaian
4. Menyusun Penilaian
Hal lainnya yang harus dipersiapkan guru sebelum pelaksanaan
pembelajaran adalah penilaian. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan penilaian (Rahmi, 2008:75). Beberapa di antaranya adalah
sebagai berikut.
a. Tujuan penilaian adalah memberikan umpan balik kepada siswa,
memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat kemajuan
belajarnya, dan memberikan laporan kepada orang tua.
b. Alat penilaian harus mendorong siswa untuk menggunakan penalaran
dan membangkitkan kreativitas siswa.
c. Penilaian dapat menggunakan berbagai cara seperti tes, portofolio,
wawancara, observasi, mengajukan pertanyaan, dan sebagainya.
d. Penilaian harus bersifat adil, artinya setiap siswa mendapat peluang
untuk meningkatkan kemampuannya.
B. PENILAIAN
Teks
Matahari adalah benda langit terbesar di tata surya kita. Matahari terdiri atas gas yang
sangat panas dan berpijar. Setiap detik, terjadi ledakan di seluruh permukaannya. Seperti
apakah ledakannya tersebut? Kalian pasti tahu yang disebut bom nuklir, bukan? Satu saja
bom nuklir yang meledak bisa menghancurleburkan seluruh kota Jakarta. Matahari sendiri
merupakan bom nuklir yang sangat besar. Ledakan matahari menghasilkan kobaran api
yang besarnya mencapai 40 hingga 50 kali besar bumi. Jarak matahari jutaan kilometer dari
bumi kita dan hanya seperdua ribu dari panas matahari yang sampai di bumi. Di wilayah-
wilayah tertentu, suhu bumi cukup panas meskipun jarak matahari dan bumi sangat jauh.
Bisa dibayangkan betapa panasnya matahari. Karena panas yang dimiliki itulah matahari
disebut juga bola api raksasa.
Soal
1. Judul yang paling tepat untuk wacana di atas adalah ….
a) Tata Surya Kita
b) Matahari
c) Planet
d) Bom Nuklir
2. Berdasarkan wacana di atas, matahari disebut juga bola api raksasa karena ….
a) berbentuk bulat
b) matahari panas
c) jauh dari bumi
d) matahari seperti bom
Petunjuk
Lingkarilah huruf B, jika pernyataan-pernyataan berikut sesuai dengan informasi yang
terdapat dalam teks bacaan, dan lingkari huruf S jika tidak sesuai dengan informasi yang
terdapat dalam teks bacaan.
Soal
S – B Matahari merupakan benda langit terbesar di tata surya.
S – B Ledakan nuklir sama dengan ledakan-ledakan yang terjadi di matahari
c. Soal menjodohkan
Kita masih akan memanfaatkan teks di atas tadi. Setelah teks itu
disajikan lalu diberikan soal bacaan dalam bentuk menjodohkan. Caranya,
disediakan dua kolom (kiri dan kanan) yang berisi pernyataan dan pilihan
jawabannya yang harus dipasang-pasangkan testi. Jumlah pilihannya (kolom
sebelah kanan) harus lebih banyak jumlahnya dari jumlah soalnya (kolom
sebelah kiri)
Petunjuk
Di kolom sebelah kiri disediakan beberapa pernyataan dan di kolom sebelah kanan
disediakan beberapa pilihan jawaban yang sesuai dengan pernyataan di kolom sebelah kiri.
Pilihlah pasangan informasi yang tepat dengan membubuhkan huruf a, b, c, dst dari kolom
sebelah kanan.
Soal
Pernyataan Pilihan
1. ..... benda langit terbesar di tata surya kita. a. hasil ledakan matahari
2. .... kobaran api yang besarnya mencapai b. hasil ledakan nuklir
40 hingga 50 kali besar bumi. c. bola api raksasa
3. .... disebut dengan matahari. d. bumi
e. bulan
Petunjuk: Bacalah teks berikut. Isilah bagian yang bertanda titik-titik dengan memilih satu
kata yang tepat dengan cara mencoret dua kata lainnya yang berada di dalam kurung.
Teks rumpang
Matahari adalah benda langit 1)..... (terbesar, tergede, tercantik) di tata surya kita. Matahari
terdiri 2) .... (pada, atas, dari) gas yang sangat panas dan 3) .... (bercahaya, berpijar,
bersinar). Setiap detik, terjadi ledakan 4) .... (pada, di, daripada) seluruh permukaannya.
Seperti apakah ledakannya tersebut? Kalian pasti tahu yang disebut bom nuklir, bukan?
dst.
a. Pertanyaan terbuka
Bentuk pertanyaan terbuka ini menuntut siswa untuk memberikan
jawaban tidak hanya sekadar mengingat atau menyebutkan fakta saja,
melainkan juga menuntut mereka berpikir kritis.
Mari kita perhatikan contoh berikut!
Teks
Kalian tentu pernah mendengar kata “wartawan”. Wartawan adalah seseorang yang
pekerjaannya mencari dan meliput berita. Seperti halnya pekerjaan yang lain, pekerjaan
mencari dan meliput berita juga menuntut kemampuan tertentu. Kemampuan menulis
merupakan syarat utama bagi seorang wartawan. Kemampuan menulis bukan sekadar bisa
menulis dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seorang wartawan juga harus bisa
menulis dengan ringkas, padat, berisi dan terutama enak dibaca. Selain itu, wartawan juga
harus memahami karakter tiap jenis tulisan. Ada berbagai macam ragam tulisan di media
massa. Ada yang disebut artikel, feature (karangan khas), resensi, dan berita. Semuanya
menggunakan teknik penulisan yang berbeda-beda. Teknik-teknik penulisan itu pun harus
dikuasai oleh wartawan. Jadi, tidak bisa tidak, kemampuan menulis mutlak harus dimiliki
oleh seorang wartawan.
PDGK4101/MODUL 8 8.35
Pertanyaan
Menurutmu, apa yang akan terjadi jika seorang wartawan tidak memiliki kemampuan
menulis yang mumpuni?
Selain kemampuan menulis, kemampuan apalagi yang harus dimiliki seorang wartawan?
Kemukakan alasannya!
b. Isian rumpang
Tes isian rumpang dapat digunakan untuk mengukur pemahaman
bacaan. Semakin banyak lesapan yang diisikan dengan benar oleh testi,
semakin tinggi pula tingkat pemahaman testi terhadap bahan bacaan tersebut.
Tes isian rumpang dikelompokkan ke dalam tes rekonstruksi jawaban, karena
siswa mengonstruksi jawabannya sendiri atas kata-kata yang dilesapkan
dalam wacana itu. Apa bedanya dengan tes isian rumpang dengan pilihan
jawaban? Dengan tersedianya pilihan jawaban, testi tidak lagi berpikir
mengonstruksi, melainkan memilih jawaban. Apakah tes isian rumpang
menuntut testi untuk memberikan jawaban secara bebas sebagaimana halnya
dalam pertanyaan terbuka? Ya, Anda benar, jawabnya tentu tidak. Mengapa?
Oleh karena konteks wacana telah membimbing testi untuk berpikir lebih
fokus, tidak bebas dan terbuka sepenuhnya. Contoh tes isian rumpang sama
seperti yang dicontohkan pada tes isian rumpang dengan pilihan jawaban.
Bedanya, lesapan yang disediakan tidak diberikan pilihan jawabannya.
Petunjuk: Bacalah teks berikut. Isilah bagian yang bertanda titik-titik dengan kata yang
tepat dan sesuai dengan maksud bacaannya!
Teks rumpang
Matahari adalah benda langit 1)..... di tata surya kita. Matahari terdiri 2) .... gas yang sangat
panas dan 3) ..... Setiap detik, terjadi ledakan 4) .... seluruh permukaannya. Seperti apakah
ledakannya tersebut? Kalian pasti tahu yang disebut bom nuklir, bukan? dst.
c. Menceritakan kembali
Bentuk tes pemahaman membaca yang lain adalah dengan menceritakan
kembali. Bentuk tes semacam ini menuntut siswa untuk benar-benar
memahami isi wacana yang disajikan. Pemahaman siswa tersebut menjadi
modal mereka untuk menceritakan kembali informasi yang terdapat dalam
wacana. Siswa dituntut untuk bisa memetik esensi isi bacaan yang dibacanya
dan mengonstruksi ulang esensi isi itu melalui kegiatan menceritakan
kembali dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Mari kita perhatikan contoh berikut!
8.36 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
Petunjuk:
Bacalah dengan cermat wacana di bawah ini. Setelah itu, ceritakan kembali isinya dengan
menggunakan kata-kata sendiri!
Kehalalan dan kesehatan daging kalengan impor yang dipasok ke dalam negeri
dipertanyakan. Pasalnya, persetujuan peredaran komoditas tersebut saat ini hanya dari
badan Pengawas Obat dan Makanan (POM). Padahal, impor daging kalengan tersebut
sebagian besar datang dari Cina, Amerika Latin, dan Malaysia yang menggunakan daging
Asal India. Kondisi itu menimbulkan pertanyaan pada aspek halal dan kesehatannya.
Seperti diketahui, di Amerika latin dan Cina belum ada badan yang memberikan akreditasi
kehalalan pengolahan daging. Daging asal India sampai kini belum bebas dari penyakit
mulut dan kuku. Oleh karena itu, perlu ada rekomendasi dan persetujuan dari badan
akreditasi halal dan juga dari badan karantina terlebih dahulu sebelum beredar di pasaran.
Yang perlu dilakukan oleh konsumen saat ini adalah berhati-hati dalam memilih daging
kalengan impor.
Tabel 8.3
Penilaian Kinerja Pemahaman Membaca Secara Lisan
Tingkat Kefasihan
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1 Pemahaman isi teks
2 Pemahaman detail isi teks
3 Kelancaran pengungkapan
4 Ketepatan diksi
5 Ketepatan struktur kalimat
6 Kebermaknaan penuturan
Jumlah skor:
Sumber: Nurgiyantoro, 2012:391
PDGK4101/MODUL 8 8.37
Tabel 8.4
Penilaian Kinerja Pemahaman Membaca secara Tertulis
Tingkat Kefasihan
No. Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1 Pemahaman isi teks
2 Pemahaman detail isi teks
3 Ketepatan organisasi isi teks
4 Ketepatan diksi
5 Ketepatan struktur kalimat
6 Ejaan dan tata tulis
7 Kebermaknaan penuturan
Jumlah skor:
Sumber: Nurgiyantoro, 2012:392
Keterangan:
1. : sangat baik
2. : baik
3. : cukup baik
4. : tidak baik
5. : sangat tidak baik
Tabel 8.5
Rubrik Penilaian Membaca Puisi
Kualitas Pembacaan
No Aspek yang dinilai
SB B C K
1 Ketepatan menafsirkan isi puisi
2 Kejelasan vokal dalam membaca puisi
3 Penampilan (perfomansi)
Jumlah skor:
Kriteria penilaian
Aspek Kriterium/Deskriptor
Ketepatan menafsirkan isi SB: jika dapat memenggal kata dengan tepat,
puisi membacakan penggalan dengan jeda yang
tepat, melafalkan penggalan itu dengan
intonasi yang sesuai dengan maksud
penggalannya, dan membacakan setiap
penggalan dengan dukungan ekspresi yang
tepat.
B : jika hanya memenuhi 3 dari 4 syarat di
atas.
C : jika hanya memenuhi 2 dari 4 syarat di atas
K : jika hanya memenuhi satu dari 4 syarat di
atas.
Kejelasan vokal SB: jika membaca dengan jelas, lancar, tidak
cadel/latah, tidak tersendat-sendat/ terbata-
bata.
B : jika hanya memenuhi 3 dari 4 syarat di
atas.
C : jika hanya memenuhi 2 dari 4 syarat di atas
K : jika hanya memenuhi satu dari 4 syarat di
atas.
Penampilan (perfomansi) SB: Jika tampil percaya diri, ekpresif, gestur
mendukung, menjaga komunikasi dengan
pendengarnya.
B : jika hanya memenuhi 3 dari 4 syarat di
atas.
PDGK4101/MODUL 8 8.39
Aspek Kriterium/Deskriptor
C : jika hanya memenuhi 2 dari 4 syarat di atas
K : jika hanya memenuhi satu dari 4 syarat di
atas.
LAT IH A N
Hari/ Sumber
Jam Tema Indikator KBM Metode Penilaian
Tgl Bahan
8.40 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
8) Bentuk tes berikut yang bukan merupakan bentuk tes respons jawaban
adalah ….
A menjodohkan
B tes objektif pilihan ganda
C isian rumpang
D bentuk salah benar
8.42 Keterampilan Berbahasa Indonesia SD
10) Bentuk tes yang digunakan untuk memberikan jawaban tidak hanya
sekedar mengingat atau menyebutkan fakta saja, melainkan juga
menuntut mereka berpikir kritis adalah ….
A pertanyaan terbuka
B isian rumpang
C menceritakan kembali
D menjodohkan
Tes Formatif 1
Tes Formatif 2
Glosarium
Daftar Pustaka
Mc. Ginnis, Dorothy J & E. Smith, Dorothy. 1982. Analyzing and Treating
Reading Problems. New York: Macmillan Publishing, Co., Inc.
Wray, David. 1994. Literacy & Awareness. London: Hodder & Stoughton
Educational.
Modul 9
Pembelajaran Keterampilan
Berbahasa dengan Fokus Menulis
Dr. Yeti Mulyati, M.Pd.
PE N DA H UL U AN
A pakah Anda bisa membayangkan jika satu hari saja hidup tanpa bahasa?
Jika Anda ingin membeli lemari buku berwarna hitam, cara seperti apa
yang Anda gunakan untuk menjelaskan hal tersebut kepada pemilik toko?
Atau mungkin Anda ingin menanyakan kualitas lemari yang ditawarkan?
Atau Anda ingin menawar harga lemari tersebut? Atau mungkin juga Anda
meminta maaf karena membatalkan untuk membeli lemari yang ditawarkan?
Bagaimana cara Anda mengungkapkan pikiran dan perasaan tersebut tanpa
menggunakan bahasa? Tentu saja hal ini menjadi sulit untuk dilakukan,
bukan? Bahasa merupakan sarana komunikasi yang tidak bisa terlepas
dengan kehidupan sehari-hari kita.
Hal tersebut menjadi alasan mengapa tujuan utama pembelajaran bahasa
di sekolah adalah membekali siswa kemampuan berkomunikasi baik secara
lisan maupun tertulis. Kemampuan tersebut tercermin dalam kegiatan
menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek keterampilan
tersebut saling terkait satu sama lain.
Setiap jenis keterampilan berbahasa tidak digunakan secara terpisah dari
jenis keterampilan lainnya. Ketika berbicara, kita pun mulai menyiapkan diri
untuk mendengarkan tanggapan dari lawan bicara. Ketika menulis, tentu saja
secara simultan kita melakukan aktivitas membaca, kemudian membaca
ulang tulisan itu guna melakukan revisi. Jadi, dalam berkomunikasi, kita
hampir selalu menggunakan berbagai jenis keterampilan berbahasa secara
terintegrasi (Celce-Murcia dan Olshtain, 2000:180).
Dalam praktik komunikasi yang sesungguhnya keterampilan menulis
dapat dikatakan hampir selalu digunakan secara terpadu dengan jenis
keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan menulis dapat digunakan
secara terpadu dengan keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca.