Pengkajian Keperawatan Di Ruangan Icu
Pengkajian Keperawatan Di Ruangan Icu
anandamuthiag3@gmail.com
Latar Belakang
Intensive care unit (ICU) menurut WHO merupakan suatu bagian dari rumah sakit
yang mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa.
Intensive Care Unit (ICU) merupakan area kegiatan medis yang dikondisikan dengan
baik dan disesuaikan untuk mengobati kondisi yang mengancam jiwa dan kritis.
Perawat dan lingkungan ICU merupakan hal asing / baru bagi pasien, kedaan pasien
yang kritis mengakibatkan semua pemenuhan kebutuhan diambil alih perawat. Perubahan
yang mendadak dan kondisi pasien yang kritis akan mengakibatkan stres pada klien sampai
menimbulkan konflik. Menurut penelitian Benbenishty dan Biswas (2015) konflik di ICU
berkaitan dengan stres pasien dan keluarga yang bersumber dari kondisi pasien yang berat,
prosedur mendesak serta persetujuan untuk membuat keputusan yang cepat.
Di Indonesia, ketenagaan kerja perawat di ruang ICU diatur dalam keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang pedoman
penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit yaitu, untuk ICU level I maka perawatnya
adalah perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan lanjut, untuk ICU
level II diperlukan minimal 50% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat
terlatih dan bersertifikat ICU, dan untuk ICU level III diperlukan minimal 75% dari jumlah
seluruh perawat ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau ventilasi
mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care medicine.
Pelayanan di ICU dapat memberi dampak pada perawat berupa kejenuhan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan keadaan terminal yang lama, bahkan sampai
berbulanbulan, tetapi tidak mengalami perbaikan kondisi kesehatan. Hal ini dapat
menyebabkan kelelahan emosional yang mengarah terjadinya burnout dibuktikan dari
penelitian yang dilakukan oleh Meltzer, L. S. et al., (2004) dalam Asdalola (2015). Menurut
Dewi Andriani, (2015) Kondisi pasien yang kritis, beban kerja yang sangat tinggi, lingkungan
ICU dengan peralatan yang canggih, dapat menjadi sumber stress bagi perawat yang bertugas
di ICU.
Menurut Mealer (2007, dalam Andriani, 2015) bahwa perawat ICU rentan mengalami
Post Traumatic Stres Disorder (PTSD) dibandingkan perawat di unit lain. Berdasarkan
penelitian Mealer didapatkan hasil bahwa dari 230 perawat ICU terdapat 54 responden yang
mengalami PTSD (24%), sedangkan dari 121 responden dari perawat umum terdapat 17
responden yang mengalami PTSD (14%). Hal ini dikarenakan resiko/aktivitas kerja di ICU
membutuhkan tanggung jawab besar dalam menangani pasien kritis.
METODE
HASIL
PEMBAHASAN
Perawat merupakan tenaga medis terbanyak yang berada di rumah sakit dan
paling banyak berinteraksi dengan pasien. Untuk memenuhi kebutuhan pasien, maka apa
saja yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab perawat merupakan hal yang harus
dikaji.
Virginia Handerson mengemukakan bahwa membantu individu yang sakit & sehat
dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan &
penyembuhan dimana individu dibantu secara cepat untuk mendapatkan kembali
kemandiriannya untuk memenuhi 14 kebutuhan Handerson. Virginia Handerson
menegaskan bahwa perawat harus masuk ke dalam kulit pasien, sehingga perawat tahu
kebutuhannya dan kemudian mengidentifikasi kebutuhan yang harus divalidasi dengan
pasien (Alligood, 2006).
Ruang ICU merupakan bagian dari rumah sakit yang terpisah dengan staf khusus dan
perlengkapan khusus untuk menunjang kehidupan pasien kritis yang dirawat.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Kemampuan
perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah mempunyai kesadaran/ tilik
diri, kemampuan mengobservasi dengan akurat, kemampuan berkomunikasi terapeutik dan
senantiasa mampu berespons secara aktif.
Perawatan pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) memberikan dampak kepada
pasien, selain itu juga dampak terhadap keluarga yang merawatnya (Padilla Fortunatti, 2014).
Beberapa literatur menjelaskan bahwa kebutuhan keluarga akan jaminan pelayanan, support,
informasi kenyamanan dan kedekatan menjadi meningkat ketika terdapat anggota keluarga
yang dirawat di ruang intensif (Haley et al., 2002; Mendonca & Warren, 1998; Molter &
Leske, 1983). Kebutuhan ini akan bersifat implisit dan tidak dapat diungkapkan oleh keluarga
karena tingkat stressor yang tinggi (Sudore, Casarett, Smith, Richardson, & Ersek, 2014).
Sebagai perawat yang merawat pasien dalam segala aspek, seharusnya perawat mampu
melihat kebutuhan ini. Sehingga intervensi yang diberikan dapat menyeluruh dan menunjang
keberhasilan terapi dari pasien yang sedang dirawat.
Family Centered Care (FCC) sebagai pendekatan perawatan berbasis keluarga telah
lama dikembangkan, namun pengembangan ini di Indonesia masih belum tercipta secara
optimal (Gerritsen, Hartog, & Curtis, 2017; Hendrawati, Fatimah, Yuyun, Fitri, &
Nurhidayah, 2017). FCC membutuhkan data dasar mengenai kebutuhan keluarga yang
sedang merawat, sehingga kebutuhan akan keluarga dapat terpetakan sehingga intervensi
keperawatan dapat dilakukan dengan maksimal. Kebutuhan yang diharapkan oleh keluarga
pasien di ruang intensif telah lama dikembangkan dalam bentuk kuesioner oleh (Molter &
Leske, 1983) yang dilakukan di United States.
PENUTUP
Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang
utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Teori
holistik menjelaskan bahwa semua organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan
asuhan keperawatan, konsep manusia sebagai makhluk biologi, psikologi, sosial, spiritual
mutlak harus kita terapkan.
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus
pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respons pasien terhadap penyakitnya.
Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat untuk melakukan praktik
keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan (Tarwoto &
Wartonah, 2015).
Intensive Care Unit (ICU) merupakan area kegiatan medis yang dikondisikan
dengan baik dan disesuaikan untuk mengobati kondisi yang mengancam jiwa dan kritis.
DAFTAR PUSTAKA
Kurniati, Mei Fitria, & Abidin, Ahmad Zainal. 2018. HUBUNGAN PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
VIRGINIA HANDERSON DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RS BHAYANGKARA
WAHYU TUTUKO BOJONEGORO. Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, 140-150.
Oxyandi,Miming, & Suherwin. 2018. ANALISIS KINERJA PERAWAT PELAKSANA
DALAM PEMBERIASN ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP
TAHUN 2018. Jurnal ‘Aisyiyah Medika Volume 2.
Priambodo,Ayu Prawesti, & Ibrahim,Kusman,dkk. 2016. Pengkajian Nyeri pada Pasien Kritis
dengan Menggunakan Critical Pain Observation Tool (CPOT) di Intensive Care Unit (ICU).
Volume 4 Nomor 2.
Simamora. R. H. (2008) The correlation of ward chief’s giving direction and command and
the performance of on-duty nurses at Jember dr. Subandi general hospital inpatient wards.
jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, (https://fkm.unair.ac.id/jurnal-administr).
Suwardianto,Heru, & Sari,Dyah Ayu Kartika Wulan. 2019. NYERI PASIEN KRITIS PADA
INTERVENSI SLEEP HYGIENE CARE DI INTENSIVE CARE UNIT. Jurnal Penelitian
Keperawatan Vol 5. (2).