Anda di halaman 1dari 8

PENGKAJIAN KEPERAWATAN DI RUANGAN ICU

Ananda Muthia Bahri Hasibuan

anandamuthiag3@gmail.com

Latar Belakang

Intensive care unit (ICU) menurut WHO merupakan suatu bagian dari rumah sakit
yang mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan untuk
observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit akut, cedera atau
penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa.

Intensive Care Unit (ICU) merupakan area kegiatan medis yang dikondisikan dengan
baik dan disesuaikan untuk mengobati kondisi yang mengancam jiwa dan kritis.

Menurut Keputusan Kementrian Kesehatan NO 1778 (2010) disebutkan bahwa ruang


ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staf dan perlengkapan yang
khusus. Ruang ICU ditujukan untuk observasi dan terapi pasien yang menderita penyakit
mengancam nyawa, sehingga dibutuhkan perawatan yang cepat tepat cermat dan aman secara
holistic baik pada bio, psiko, sosial spiritual budaya dan politik, hal yang penting untuk
memenuhi kebutuhan dasar manusia (Leininger dan McFarland, 2002).

Perawat dan lingkungan ICU merupakan hal asing / baru bagi pasien, kedaan pasien
yang kritis mengakibatkan semua pemenuhan kebutuhan diambil alih perawat. Perubahan
yang mendadak dan kondisi pasien yang kritis akan mengakibatkan stres pada klien sampai
menimbulkan konflik. Menurut penelitian Benbenishty dan Biswas (2015) konflik di ICU
berkaitan dengan stres pasien dan keluarga yang bersumber dari kondisi pasien yang berat,
prosedur mendesak serta persetujuan untuk membuat keputusan yang cepat.

Di Indonesia, ketenagaan kerja perawat di ruang ICU diatur dalam keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang pedoman
penyelenggaraan Pelayanan ICU di Rumah Sakit yaitu, untuk ICU level I maka perawatnya
adalah perawat terlatih yang bersertifikat bantuan hidup dasar dan bantuan lanjut, untuk ICU
level II diperlukan minimal 50% dari jumlah seluruh perawat di ICU merupakan perawat
terlatih dan bersertifikat ICU, dan untuk ICU level III diperlukan minimal 75% dari jumlah
seluruh perawat ICU merupakan perawat terlatih dan bersertifikat ICU.
Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah atau ventilasi
mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu intensive care medicine.
Pelayanan di ICU dapat memberi dampak pada perawat berupa kejenuhan dalam pemberian
asuhan keperawatan pada pasien dengan keadaan terminal yang lama, bahkan sampai
berbulanbulan, tetapi tidak mengalami perbaikan kondisi kesehatan. Hal ini dapat
menyebabkan kelelahan emosional yang mengarah terjadinya burnout dibuktikan dari
penelitian yang dilakukan oleh Meltzer, L. S. et al., (2004) dalam Asdalola (2015). Menurut
Dewi Andriani, (2015) Kondisi pasien yang kritis, beban kerja yang sangat tinggi, lingkungan
ICU dengan peralatan yang canggih, dapat menjadi sumber stress bagi perawat yang bertugas
di ICU.

Menurut Mealer (2007, dalam Andriani, 2015) bahwa perawat ICU rentan mengalami
Post Traumatic Stres Disorder (PTSD) dibandingkan perawat di unit lain. Berdasarkan
penelitian Mealer didapatkan hasil bahwa dari 230 perawat ICU terdapat 54 responden yang
mengalami PTSD (24%), sedangkan dari 121 responden dari perawat umum terdapat 17
responden yang mengalami PTSD (14%). Hal ini dikarenakan resiko/aktivitas kerja di ICU
membutuhkan tanggung jawab besar dalam menangani pasien kritis.

METODE

Melakukan obeservasi yang didasarkan atas literatur penelitian. Dijelaskan secara


deskriptif. Berdasarkan literatur tersebut akan disesuaikan dengan judul jurnal ini yaitu
pengkajian keperawatan di Ruangan ICU. Metode yang saya gunakan yaitu dengan
menggunakan metode literatur review dengan pendekatan jurnal, buku dan e-book untuk
mendapatkan data yang akurat mengenai perencanaan keperawatan dalam keluarga. Adapun
jurnal atau artikel dan e-book yang digunakan pada literatur review adalah jurnal dan e-book
yang didapatkan dengan menggunakan google scholar .

HASIL

Berdasarkan dari hasil meganalisis terhadap hasil wawancara diperoleh beberapa


subtema yaitu:

1. Mengalami gangguan fisik


Subtema yang didapat yaitu fisik dengan kategori terbanyak yang mengalami
gangguan serta dilanjutkan dengan adanya beban kerja yang tinggi dan terlalu lelah.
2. Melakukan asuhan keperawatan
Subtema yang didapat dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu banyak perawat
melakukan tindakan tidak sesuai dengan SOP serta pengkajian keperawatan.
3. Mengalami dampak psikologi
Subtema yang didapat dalam mengalami dampak psikologi yaitu terjadinya emosi,
rasa jenuh, kurang fokus terhadapa kerjaan yang dilakukan, pertahanan diri, serta
terjadinya stres.
4. Konflik dengan keluarga pasien
Subtema yang didapat dalam konflik dengan keluarga pasien yaitu terjadinya masalah
lingkungan, masalah lingkungan ini yang sering terjadi konflik antara perawat dengan
keluarga pasien, selain itu juga keluarga pasien mersakan jam berkunjung mereka
tidak sesuai dengan aturan, bahakan keluarga pasien merasakan kurangnya informasi
yang didapat oleh keluarga
5. Menemukan fasilitas dengan kurang memadai
Subtema yang didapat yaitu bahwa kurang nya kecanggihan pada alat serta kurang
nya perlengkapan alat yang ada di Rumah Sakit.
6. Menemukan harapan dalam merawat pasien
Subtema yang didapat yaitu terjadinya peningkatan pengetahuan, diadakan pelatihan,
dan penambahan gaji sesuai jam kerja.

PEMBAHASAN

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam


melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus
pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respons pasien terhadap penyakitnya.
Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat untuk melakukan praktik
keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan (Tarwoto &
Wartonah, 2015).

Perawat merupakan tenaga medis terbanyak yang berada di rumah sakit dan
paling banyak berinteraksi dengan pasien. Untuk memenuhi kebutuhan pasien, maka apa
saja yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab perawat merupakan hal yang harus
dikaji.

Virginia Handerson mengemukakan bahwa membantu individu yang sakit & sehat
dalam melaksanakan aktivitas yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan &
penyembuhan dimana individu dibantu secara cepat untuk mendapatkan kembali
kemandiriannya untuk memenuhi 14 kebutuhan Handerson. Virginia Handerson
menegaskan bahwa perawat harus masuk ke dalam kulit pasien, sehingga perawat tahu
kebutuhannya dan kemudian mengidentifikasi kebutuhan yang harus divalidasi dengan
pasien (Alligood, 2006).

Proses keperawatan memilki tujuan diantaranya:

1. Menggunakan metode pemecahan masalah


Pendekatan proses keperawatan memungkinkan perawat untuk
mengidentifikasi seluruh kebutuhan yang dibutuhkan pasien. Sehingga setiap
tindakan yang dilakukan terhadap pasien merupakan tindakan yang bertujuan
untuk memecahkan masalah yang terjadi terhadap pasien.
2. Menggunakan standar untuk praktek keperawatan
Standar praktek keperawat bertujuan untuk menjaga mutu asuhan keperawatn
dibberikan pada pasien. Dalam standar ini sangat diperlukan untuk menjamin
bahwa klien telah mendapatkan pelayanan yangn memadai.
3. Memperoleh metode yang baku dan sesuai, rasional (logis) dan sistematis
(urut)
Desain rencana tindakan keperawatan dalam pendekatan proses keparawatan
selalu ditetapkan berdasarkan prinsipprinsip yang ilmiah/rasional. Karena
setiap tindakan yang dilakukan oleh perawat terhadap klien itu sifatnya
Interdependent (saling ketergantungan) menjadiakn kinerja perawat yang
menggunakan pendekatan proses keperawatan menjadi rapi, terstruktur, setiap
langkah saling berurutan dan tidak bisa untuk dilompati satu sama lain.
4. Memperoleh metode yang dapat dipakai dalam segala situasi
Sifat dari proses keperawatan yang fleksibel memungkinkan dipakainya
pendekatan ini dalam segala situasi. Klien dalam kondisi gawat, darurat, gawat
darurat, akut, kronis, cito, maupun elektif dapat menggunakan pendekatan ini.
Proses keperawatan dalam keadaan tertentu (gawat daraurat, cito) dapat
berlangsung secara imajiner kemudian pencatatan/ dokumentasinya dilakukan
setelah tindakan selesai dilakukan. Tetapi untuk kasus biasa proses harus
mengikuti alur pendokumentasian yang lazim.
5. Mempunyai hasil asuhan keperawatan yang berkualitas tinggi
Hasil asuhan bergantung pada sejauh mana masalah yang terjadi pada klien
dapat diidentifikasi, kemudian dari masalah yang timbul bagaimana desain
perencanaan yang ditetapkan dapat membantu.

Ruang ICU merupakan bagian dari rumah sakit yang terpisah dengan staf khusus dan
perlengkapan khusus untuk menunjang kehidupan pasien kritis yang dirawat.

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Kemampuan
perawat yang diharapkan dalam melakukan pengkajian adalah mempunyai kesadaran/ tilik
diri, kemampuan mengobservasi dengan akurat, kemampuan berkomunikasi terapeutik dan
senantiasa mampu berespons secara aktif.

Terdapat 4 jenis pengkajian yang dilakukan di ruangan ICU:

1. Pengkajian sebelum pasien datang (pre arrival)


Sebelum pasien dimasukan ke ICU, dilakukan pegkajian meliputi identitas
pasien, diagnosa, tanda vital, alat bantu invasif yang dipakai, modus
ventilasi mekanik yang sedang dipakai bila pasien menggunakan
ventilator.
2. Pengkajian segera (quick assesment)
Pengkajian segera setelah pasien tiba di ICU meliputi ABCDE yaitu
Airway, Breathig, Circulation, Drugs (obat-obatan yang saat ini dipakai
termasuk apakah pasien ada alergi terhadap obat-obatan tertentu), dan
yang terakhir Equipment (apakah ada alat yang terpasang pada pasien).
Perawat yang menerima pasien di ICU segera menilai dan melakukan
kajian kondisi pasien saat itu.
3. Pengkajian lengkap (comprehensive assesment)
Pengkajian riwayat kesehatan lalu, riwayat sosial, riwayat psikososial dan
spiritual serta pengkajian fisik dari sistem tubuh (sistem kardiovaskuker,
respirasi, neurologi, renal, gastrointestinal, endokrin dan immunologi serta
integumen).
4. Pengkajian berkelanjutan (on going assesment)
Kontinuitas monitoring kondisi pasien setiap 1-2 jam pada saat kritis,
selanjutnya sesuai kondisi pasien, yang perlu dikaji tanda-tanda vital,
hemodinamik, alat-alat yang terpakai oelh pasien saat masuk ICU.

Perawatan pasien di Ruang Intensive Care Unit (ICU) memberikan dampak kepada
pasien, selain itu juga dampak terhadap keluarga yang merawatnya (Padilla Fortunatti, 2014).
Beberapa literatur menjelaskan bahwa kebutuhan keluarga akan jaminan pelayanan, support,
informasi kenyamanan dan kedekatan menjadi meningkat ketika terdapat anggota keluarga
yang dirawat di ruang intensif (Haley et al., 2002; Mendonca & Warren, 1998; Molter &
Leske, 1983). Kebutuhan ini akan bersifat implisit dan tidak dapat diungkapkan oleh keluarga
karena tingkat stressor yang tinggi (Sudore, Casarett, Smith, Richardson, & Ersek, 2014).
Sebagai perawat yang merawat pasien dalam segala aspek, seharusnya perawat mampu
melihat kebutuhan ini. Sehingga intervensi yang diberikan dapat menyeluruh dan menunjang
keberhasilan terapi dari pasien yang sedang dirawat.

Family Centered Care (FCC) sebagai pendekatan perawatan berbasis keluarga telah
lama dikembangkan, namun pengembangan ini di Indonesia masih belum tercipta secara
optimal (Gerritsen, Hartog, & Curtis, 2017; Hendrawati, Fatimah, Yuyun, Fitri, &
Nurhidayah, 2017). FCC membutuhkan data dasar mengenai kebutuhan keluarga yang
sedang merawat, sehingga kebutuhan akan keluarga dapat terpetakan sehingga intervensi
keperawatan dapat dilakukan dengan maksimal. Kebutuhan yang diharapkan oleh keluarga
pasien di ruang intensif telah lama dikembangkan dalam bentuk kuesioner oleh (Molter &
Leske, 1983) yang dilakukan di United States.

PENUTUP

Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang
utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Teori
holistik menjelaskan bahwa semua organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan
asuhan keperawatan, konsep manusia sebagai makhluk biologi, psikologi, sosial, spiritual
mutlak harus kita terapkan.
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang berfokus
pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respons pasien terhadap penyakitnya.
Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat untuk melakukan praktik
keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan (Tarwoto &
Wartonah, 2015).

Intensive Care Unit (ICU) merupakan area kegiatan medis yang dikondisikan
dengan baik dan disesuaikan untuk mengobati kondisi yang mengancam jiwa dan kritis.

Ada 4 jenis pengkajian yang dilakukan di ruangan ICU:

1. Pengkajian sebelum pasien datang (pre arrival)


2. Pengkajian segera (quick assesment)
3. Pengkajian lengkap (comprehensive assesment)
4. Pengkajian berkelanjutan (on going assesment)

DAFTAR PUSTAKA

Anwari,Putri, Fitriani, dkk. 2018. PENGALAMAN KERJA PERAWAT DALAM


MERAWAT PASIEN DI RUANG ICU RSUD. Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN. Jurnal
Mutiara Ners Vol.1 No.2, 121-133.

Astar, Fatmawati, Tamsah,Hasmin, dkk. 2017. Pengaruh Pelayanan Asuahan Keperawatan


Terhadap Kepuasan Pasien di Puskesmas Takalala Kabupaten Soppeng. Journal Of
Management VOL. 1 NO.2.

Binteriawati,Yeni, Pahriah,Tuti, dkk. 2020. Pengalaman Perawat Terkait Pelaksanaan


Cultural Competence Di Ruang Intensive Care Unit. Faletehan Health Journal, 7 (1) (2020)
52-61.

Kurniati, Mei Fitria, & Abidin, Ahmad Zainal. 2018. HUBUNGAN PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN BERDASARKAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
VIRGINIA HANDERSON DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RS BHAYANGKARA
WAHYU TUTUKO BOJONEGORO. Journal of Health Sciences, Vol. 11 No. 2, 140-150.
Oxyandi,Miming, & Suherwin. 2018. ANALISIS KINERJA PERAWAT PELAKSANA
DALAM PEMBERIASN ASUHAN KEPERAWATAN DI INSTALASI RAWAT INAP
TAHUN 2018. Jurnal ‘Aisyiyah Medika Volume 2.

Priambodo,Ayu Prawesti, & Ibrahim,Kusman,dkk. 2016. Pengkajian Nyeri pada Pasien Kritis
dengan Menggunakan Critical Pain Observation Tool (CPOT) di Intensive Care Unit (ICU).
Volume 4 Nomor 2.

Ristianingsih,Dwi, Septia, Cahyu,dkk. 2014. GAMBARAN MOTIVASI DAN TINDAKAN


KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PASIEN DI
RUANG ICU PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan, Volume 10.

Rohmah, Nikmatur. 2010. INTEGRASI PROSES KEPERAWATAN DALAM


PEMBELAJARAN KLINIK KEPERAWATAN ONE TO ONE TEACHING AND FEED
BACK. THE INDONESIAN JOURNAL OF HEALTH SCIENCE, Vol. 1, No. 1.

Simamora. R. H. (2008) The correlation of ward chief’s giving direction and command and
the performance of on-duty nurses at Jember dr. Subandi general hospital inpatient wards.
jurnal Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, (https://fkm.unair.ac.id/jurnal-administr).

Simamora, R. H. (2019). Development of Guidelines for Applying appropriate Patient


Identification to Achieve Patient Safety Goal INC2019 12th International Nursing
Conference. 2019.10 455 - 455 (1 pages) UCI(KEPA) : I410-ECN-0101-2019-512-
001224337.

Suwardianto,Heru, & Sari,Dyah Ayu Kartika Wulan. 2019. NYERI PASIEN KRITIS PADA
INTERVENSI SLEEP HYGIENE CARE DI INTENSIVE CARE UNIT. Jurnal Penelitian
Keperawatan Vol 5. (2).

Wantiyah, & A’la, Muhammad Zulfatul. 2018. VALIDITY AND RELIABILITY OF


CRITICAL CARE FAMILY NEEDS INVENTORY (CCFNI) IN INDONESIAN VERSION.
NurseLine Journal Vol. 3 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai