Laporan Kasus-Dinda Olinda - PKM Malingping
Laporan Kasus-Dinda Olinda - PKM Malingping
Disusun Oleh :
dr. Dinda Olinda Delarosa
i
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya dan
Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak yang senantiasa
memberikan pertolongan pada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
1. dr. Budhi Mulyanto, selaku KABID SDK, Farmasi dan POM Kabupaten Lebak
2. Yeni Srimulyani, S.Kep, NERS, selaku Kasie SDMK dan SIK Kabupaten Lebak
5. dr. Ayi Irma Marliana, selaku pendamping internship selama rotasi di Puskesmas
7. Bidan Iis Sopiah, Bidan Yuyun, Bidan Sri Munigar, selaku staff bagian KIA dan
Persalinan yang membantu saya dalam bertukar informasi dan pikiran, serta
9. dr. Citra Tanti, dr. Novia Nadia, dr. Stevia Purba, dr. Fauzan, dr. Reza, dr.
Harisnan, dr. Cut Syahtika, dr. Shielda, dr. Haedar, selaku teman-teman
kasus ini sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, serta masukan dari
berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
seluruh pihak yag telah membantu dalam kelancaran penulisan ini dan berharap
12 Oktober 2020
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
Lembar ini menyatakan bahwa kami telah memeriksa salinan laporan kasus hasil karya
penulis dengan nama di atas dan menyatakan telah lengkap dan memuaskan dalam segala
aspek untuk diajukan dalam presentasi laporan kasus.
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................iv
DAFTAR ISI..............................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................vi
DAFTAR BAGAN.....................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
B. Permasalahan ................................................................................ 2
C. Tujuan........................................................................................... 2
D. Sasaran ......................................................................................... 2
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20
v
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%). WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh
kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju. Prevalensi
preeklampsia di Negara maju adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang
adalah 1,8% - 18%. Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun
atau sekitar 5,3%.(2) Berdasarkan data Antenatal Care (ANC) di Puskemas Malingping,
Kabupaten Lebak, Banten, pada Januari-Agustus tahun 2019, jumlah ibu hamil
dengan preeklampsia berat sebesar 0.03%, sedangkan jika diakumulasikan setahun
sebesar 0.02%. Pada tahun 2020 ibu hamil dengan preeklampsia sebesar 0.016%
pada Januari- Agustus 2020. Capaian K4 Puskesmas Malingping Januari-Agustus
tahun 2019 sebesar 59.77% (N = 66.64%), sedangkan Januari-Agustus tahun 2020
sebesar 65.11%
(N = 66.64%). (lampiran 1)
B. PERMASALAHAN
1. AKI di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan dan merupakan salah satu
yang tertinggi di Asia Tenggara dan masih jauh dari target yang ingin dicapai
MDG
2. Preeklampsia merupakan penyebab kedua terbanyak kematian ibu setelah
perdarahan
3. Akibat yang ditimbulkan oleh preeklampsia berpengaruh pada morbiditas ibu
setelah melahirkan dan tumbuh kembang janin
4. Tingginya AKI mencerminkan kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan
kesehatan selama hamil dan nifas
5. Capaian kunjungan ANC di Puskemas Malingping pada Januari-Agustus 2019
sebesar 59.77%, sedangkan Januari- Agustus 2020 sebesar 65.11% (N = 66.64%)
6. Angka ibu hamil dengan preeklampsia berat pada Januari-Agustus 2019 sebesar
0.03% sedangkan Januari-Agustus 2020 sebesar 0.016%
7. Rendahnya kuantitas dan kualitas antenatal care (ANC) di Indonesia. Tidak
adanya evaluasi skrining aktif terhadap risiko terjadinya preeklampsia sehingga
upaya pencegahan preeklampsia tidak optimal menyebabkan meningkatnya
morbiditas dan mortalitas yang diakibatkannya
C. TUJUAN
D. SASARAN
Semua tenaga medis yang terlibat dalam penanganan kasus preeklampsia, termasuk
dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI PREEKLAMPSIA
Berdasarkan pedoman dari National Institutes for Health and Care Excellence (NICE)
mengklasifikasikan faktor risiko preeklampsia menjadi dua yaitu risiko tinggi dan
risiko rendah. Risiko tinggi preeklampsia terdapat pada wanita yang memiliki riwayat
hipertensi di kehamilan sebelumnya atau penyakit maternal termasuk penyakit ginjal
kronik, penyakit autoimun, diabetes atau hipertensi kronik. Wanita dengan faktor
risiko sedang preeklampsia yaitu wanita yang berumur >40 tahun, BMI >35 kg/m,
riwayat preeklampsia pada keluarga, kehamilan multipel, atau kehamilan yang
memiliki interval lebih dari 10 tahun. Semua faktor risiko ini telah diteliti melalui
meta analisis terbesar oleh Bartsch et al, yang menganalisis lebih dari 25 juta wanita
hamil dari 92 studi. Adanya satu faktor risiko tinggi, atau dua atau lebih faktor risiko
sedang, digunakan sebagai panduan dalam pemberian aspirin untuk mengurangi
risiko terjadinya preeklampsia yang dinilai sangat efektif jika diberikan sebelum
kehamilan 16 minggu. (4)
Terdapat tambahan faktor risiko lainnya yang sangat signifikan untuk meningkatkan
kemungkinan terjadinya preeklampsia seperti tekanan arteri rerata yang tinggi
sebelum kehamilan 15 minggu, sindrom polikistik ovarium, gangguan bernapas saat
tidur, dan helicobacter pylori. (4)
Marker biokimia dan ultrasound sedang diteliti sebagai alat untuk memprediksi
terjadinya preeklampsia. Marker biokimia seperti peningkatan cell-free fetal DNA di
darah ibu, placental growth factor (PlGF) dan Flt-1. Dalam studi meta-analisis telah
disebutkan bahwa terdapat hubungan yang potensial antara preeklampsia dan
kenaikan kadar serum trigliserida, kolesterol, marker inflamasi seperti CRP, IL-6, IL-8
dan TNF-a, yang dapat dideteksi pada kehamilan 11-14 minggu. (4)
Proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24 jam
atau tes urin dipstick lebih dari positif satu. Pemeriksaan urin dipstick bukan
merupakan pemeriksaan yang akurat dalam memperkirakan kadar proteinuria.
Konsentrasi protein pada sampel urin sewaktu bergantung pada beberapa faktor
termasuk jumlah urin. Kuo melaporkan bahwa pemeriksaan kadar protein
kuantitatif pada hasil dipstick positif satu berkisar antara 0-2400 mg per 24 jam,
dan positif dua berkisar antara 700-4000 mg per 24 jam. Pemeriksaan tes urin
dipstick memiliki angka positif palsu yang tinggi sekitar 67-83%, yang dapat
disebabkan oleh kontaminasi duh vagina, cairan pembersih vagina, dan urin yang
bersifat basa. Dalam konsensus Australian Society for the Study of Hypertension
in Pregnancy (ASSHP) dan panduan Royal College of Obstetrics and Gynecology
(RCOG) menetapkan bahwa pemeriksaan proteinuria dipstick hanya dapat
digunakan sebagai tes skrining dengan angka positif palsu yang tinggi dan harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan protein urin tampung 24 jam atau rasio protein
banding kreatinin. (2)
Kriteria gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi preeklampsia berat adalah
tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama,
dengan proteinuria atau salah satu gejala dibawah ini :(2, 5)
D. PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA
1. Pencegahan primer
Perjalanan penyakit preeklampsia pada awalnya tidak memberi gejala dan tanda,
namun pada suatu ketika dapat memburuk dengan cepat. Pencegahan primer
merupakan yang terbaik namun hanya dapat dilakukan bila penyebabnya telah
diketahui dengan jelas sehingga memungkinkan untuk menghindari atau
mengontrol penyebab-penyebab tersebut, namun hingga saat ini penyebab pasti
terjadinya preeklampsia masih belum diketahui. Dari beberapa studi
dikumpulkan terdapat beberapa faktor risiko yang terbukti meningkatkan risiko
preeklampsia. Praktisi kesehatan diharapkan dapat mengidentifikasi faktor risiko
preeklampsia dan mengontrolnya, sehingga memungkinkan dilakukan
pencegahan primer.(2, 4)
Sampai saat ini terdapat berbagai temuan biomarker yang dapat digunakan
untuk meramalkan kejadian preeklampsia, namun belum ada satu tes pun yang
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Butuh serangkaian pemeriksaan
yang kompleks agar dapat meramalkan suatu kejadian preeklampsia dengan
lebih baik.(4)
2. Pencegahan sekunder
E. PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA
1. Manajemen Aktif
Bila umur kehamilan > 37 minggu, kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi
medikamentosa untuk stabilisasi ibu, ketika ibu dalam keadaan : (2)
- kegagalan terapi medikamentosa (Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan
medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang persisten, atau setelah 24 jam
sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi kenaikan darah,
desakan darah yang persisten)
- gangguan fungsi hepar, ginjal
- ketuban pecah dini atau perdarahan
2. Manajemen Ekspektatif
3. Pemberian MgSO4
Berikan dosis awal 4 gr MgSo4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau
kejang berulang. Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 gr MgSO4
dalam 6 jam sesuai prosedur. Berikut cara pemberian MgSO4 :(2)
- Ambil 4 gr larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan
10 ml akuades
- Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
- Jika akses intravena sulit, berikan masin-masing 5 gr larutan MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan
- Ambil 6 gr MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml
Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28
tetes
permenit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau
kejang berakhir (bila eclampsia)
Cara kerja magnesium sulfat belum dapat dimengerti sepenuhnya. Salah satu
mekanisme kerjanya adalah menyebabkan vasodilatasi melalui relaksasi dari
otot polos, termasuk pembuluh darah perifer dan uterus, sehingga selain
sebagai antikonvulsan, magnesium sulfat juga berguna sebagai antihipertensi
dan tokolitik. (2)
4. Pemberian antihipertensi
Dari penelitian yang ada, tidak terbukti bahwa pengobatan antihipertensi dapat
mengurangi insiden pertumbuhan janin terhambat, solusio plasenta,
superimposed preeklampsia atau memperbaiki luaran perinatal. Dari hasil
metaanalisis menunjukkan pemberian anti hipertensi meningkatkan
kemungkinan terjadinya pertumbuhan janin terhambat sebanding dengan
penurunan tekanan arteri rata-rata. Hal ini menunjukkan pemberian
antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah memberikan efek negatif pada
perfusi uteroplasenta. Oleh karena itu, indikasi utama pemberian obat
antihipertensi pada kehamilan adalah untuk keselamatan ibu dalam mencegah
penyakit serebrovaskular. Meskipun demikian, penurunan tekanan darah
dilakukan secara bertahap tidak lebih dari 25% penurunan dalam waktu 1 jam.
Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan aliran darah uteroplasenter.(2)
Tabel 4. Rekomendasi Pemberian Antihipertensi pada Preeklampsia (2)
LAPORAN KASUS
A. Identitas
B. Subjektif
C. Objektif
1. Pemeriksaan status generalis
Tanda vital
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36.5C
Pernafasan : 22x/menit
Kepala
Mata : CA -/-, SI -/-
Gigi : tidak ada karies, tidak ada gigi berlubang
THT : cavum nasi lapang, septum deviasi (-), liang telinga kanan dan kiri
lapang, serumen +/+, secret -/-
Thoraks
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, tidak ada sela iga yang tertinggal
Palpasi : VF simetris
Perkusi : Sonor-sonor
Auskultasi :
Cor : BJ 1 dan 2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : BND vesicular, rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen
Inspeksi : perut tampak buncit
Auskultasi : Bising usus (+) 4x/menit
Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
2. Pemeriksaan Obstetrik
Pemeriksaan luar :
Inspeksi : hiperpigmentasi (-), striae (-), jaringan parut bekas operasi (-)
Palpasi
TFU : 32 cm
Leopold : 1 = kesan bokong, 2 = kesan punggung kanan, 3 = kesan kepala, 4 =
kesan kepala sudah memasuki pintu atas panggul (divergen)
HIS : 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40s, kuat, dan terdapat relaksasi
Auskultasi : DJJ 130x/menit, regular
D. Assessment
1. Aspek personal :
a. Alasan kedatangan : perut mulas, keluar lendir darah
b. Harapan : dapat dilakukan persalinan
c. Kekhawatiran : memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan ini dan
pernah perdarahan di kehamilan sebelumnya karena memiliki riwayat
hipertensi dalam kehamilan
2. Aspek klinis :
a. Diagnosa ibu : G2P1A0 hamil 38-39 minggu inpartu kala 1 fase aktif +
Preeklampsia Berat
b. Diagnosa janin : janin tunggal hidup presentasi kepala
3. Aspek Risiko Internal
a. Memiliki riwayat hipertensi di kehamilan sebelumnya
b. Tidak rutin minum antihipertensi
c. Tidak mengikuti saran petugas kesehatan untuk kembali ke puskesmas
setelah melakukan posyandu dan dirujuk ke SpOG
4. Aspek Risiko Eksternal
a. Pengetahuan keluarga yang masih kurang menganggap hal tersebut
sudah biasa
b. Tidak di follow up kembali oleh petugas Kesehatan
c. Terbatasnya fasilitas di RS terdekat
d. Akses yang jauh untuk menempuh RS dengan fasilitas yang dibutuhkan
E. Planning
- Pasang akses intravena
- Oksigen nasal kanul 4 lpm
- Nifedipin 20 mg PO
- MgSO4 4 gram dalam 10 cc aquabides bolus lambat 20 menit
- MgSO4 6 gram dalam RL 500 cc selama 6 jam (28 tpm)
- Rujuk SpOG Acc RSUD dr. Ajidarmo, namun ketika persiapan berangkat,
pembukaan menjadi lengkap
- Pimpin persalinan, siapkan alat resusitasi bayi, evaluasi DJJ selama persalinan
- Terjadi perdarahan post partum. Evaluasi Tear, Tonus, Tissue, Trombin
- IV line 2 jalur, Jalur 1 : loading RL 1000 cc, Jalur 2 : Oksitosin 20 U dalam RL
500 cc, misoprostol 400ug perektal
- Evaluasi perdarahan dan tekanan darah per 15 menit
- Pada kala 4 perdarahan mulai berkurang, observasi keadaan pasien 24 jam di
puskesmas
Tanda vital
Keadaan : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah: 120/80
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36.5C
Pernafasan : 22x/menit
Perdarahan
Kala 1 : + 50 cc
Kala 2 : +100 cc
Kala 3 : +300 cc, plasenta lahir lengkap
Kala 4 : +200 cc
Total : +650 cc
Bayi
Jenis kelamin : laki-laki
Nilai Apgar : 8/9
Panjang : 44 cm
Berat lahir : 2.900 gram
Anus : ada
Kelainan lain : tidak ada
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan diatas 20 minggu yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya
inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Tanda utama penyakit ini
adanya hipertensi dan proteinuria atau gejala berat seperti sakit kepala, nyeri ulu
hati, mual, sesak yang menandakan adanya keterlibatan organ lain. Preeklampsia
merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang
tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena preeklampsia berdampak pada ibu
saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan.
Terdapat marker biokimia dan ultrasound yang sedang diteliti sebagai alat untuk
memprediksi terjadinya preeklampsia. Namun, hal yang dapat dilakukan di
puskesmas adalah skrining faktor risiko yang dapat mengakibatkan preeklampsia
pada ibu hamil saat kunjungan antenatal care. Pantau keadaan klinis ibu tiap
kunjungan seperti tekanan darah, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh,
ukuran uterus dan gerakan janin.
Penanganan preeklampsia tanpa gejala berat dapat dilakukan rawat jalan dengan
pengawasan dan kunjungan antenatal yang lebih sering. Jika usia kehamilan > 37
minggu atau terdapat tanda perburukan klinis ibu dan janin dapat dilakukan
persalinan. Sedangkan preeklampsia dengan gejala berat segera melakukan
perencanaan untuk rujukan segera ke rumah sakit dan melakukan tatalaksana awal
di puskesmas untuk menghindari terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4 dan
antihipertensi.
B. Saran
1. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan seperti tekanan darah, berat badan,
tinggi badan, indeks massa tubuh, ukuran uterus dan gerakan janin.
2. Edukasi ibu mengenai keadaan kesehatan kehamilannya saat ini, komplikasi yang
mungkin terjadi, dan rencana persalinannya
3. Sarankan untuk kunjungan selanjutnya ke spesialis kandungan agar dapat
direncanakan manajemen ekspektatif
4. Ketiga saran diatas dapat dilakukan petugas kesehatan baik di KIA Puskesmas
Malingping maupun di kegiatan luar seperti posyandu
LAMPIRAN
1. <profil-kesehatan-indonesia-2018.pdf>.
2. <PNPK PreEklampsia 2016.pdf>.
3. ACOG Practice Bulletin No. 202: Gestational Hypertension and Preeclampsia.
Obstetrics and gynecology. 2019;133(1):e1-e25.
4. Fox R, Kitt J, Leeson P, Aye CYL, Lewandowski AJ. Preeclampsia: Risk Factors,
Diagnosis, Management, and the Cardiovascular Impact on the Offspring. Journal of Clinical
Medicine. 2019;8(10).
5. Hypertension in pregnancy. Report of the American College of Obstetricians and
Gynecologists’ Task Force on Hypertension in Pregnancy. Obstetrics and gynecology.
2013;122(5):1122-31.