Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN KASUS

“MANAJEMEN PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI


PUSKESMAS”

Disusun Oleh :
dr. Dinda Olinda Delarosa

Dokter Pendamping Utama :

Dr. Ayi Irma Marliana

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir


Kegiatan Internsip Dokter Indonesia
Periode Februari s/d November 2020 di
Puskesmas Malingping, Lebak - Banten

i
KATA PENGANTAR

Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat-Nya dan

penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir internship berjudul

“Manajemen Preeklampsia pada Ibu Hamil di Puskesmas”.

Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan masa internship angkatan 1 tahun 2020. Keberhasilan penyelesaian

laporan kasus ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak yang senantiasa

memberikan pertolongan pada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Budhi Mulyanto, selaku KABID SDK, Farmasi dan POM Kabupaten Lebak

2. Yeni Srimulyani, S.Kep, NERS, selaku Kasie SDMK dan SIK Kabupaten Lebak

3. Juju Suardi, SKM, M.M.Kes, selaku kepala Puskesmas Malingping

4. dr. Riana Regina Gonggalang, selaku dokter pelaksana di Puskesmas Malingping

5. dr. Ayi Irma Marliana, selaku pendamping internship selama rotasi di Puskesmas

Malingping yang telah memberikan masukan

6. Trisnani, S.ST, selaku penanggung jawab pemeriksaan KIA dan Persalinan

7. Bidan Iis Sopiah, Bidan Yuyun, Bidan Sri Munigar, selaku staff bagian KIA dan

Persalinan yang membantu saya dalam bertukar informasi dan pikiran, serta

teman- teman bidan lainnya


8. dr. Hanna Immanuela, dr. Fransisca Maureen, dr. Desy Prunamasari selaku rekan

kerja saya selama di Puskesmas Malingping merangkap teman seperjuangan saya

selama sekolah kedokteran

9. dr. Citra Tanti, dr. Novia Nadia, dr. Stevia Purba, dr. Fauzan, dr. Reza, dr.

Harisnan, dr. Cut Syahtika, dr. Shielda, dr. Haedar, selaku teman-teman

internship saya yang suportif selama berada di Malingping

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan

kasus ini sehingga penulis mengharapkan kritik, saran, serta masukan dari

berbagai pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

seluruh pihak yag telah membantu dalam kelancaran penulisan ini dan berharap

agar penulisan ini dapat bermanfaat bagi khalayak luas.

12 Oktober 2020

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

“MANAJEMEN PREEKLAMPSIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS”

LAPORAN KASUS

DINDA OLINDA DELAROSA

Lembar ini menyatakan bahwa kami telah memeriksa salinan laporan kasus hasil karya
penulis dengan nama di atas dan menyatakan telah lengkap dan memuaskan dalam segala
aspek untuk diajukan dalam presentasi laporan kasus.

Malingping, 12 Oktober 2020

Kepala Puskesmas Malingping Dokter Pendamping

Juju Suardi, SKM, M.M.Kes dr. Ayi Irma Marliana

NIP: 196405111988031007 NIP: 198203142014122001

Dokter Pelaksana Puskesmas Penulis

dr. Riana Regina Gonggalang dr. Dinda Olinda Delarosa

NIP: 198312302010012007 SIP: 503/29SIPDI/DPMPTSP/2020

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................iv

DAFTAR ISI..............................................................................................................v

DAFTAR TABEL......................................................................................................vi

DAFTAR BAGAN.....................................................................................................vii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................ 1

B. Permasalahan ................................................................................ 2

C. Tujuan........................................................................................... 2

D. Sasaran ......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Preeklampsia ................................................................. 3

B. Faktor Risiko Preeklampsia ........................................................ 3

C. Klasifikasi dan Diagnosis Preeklampsia ..................................... 3

D. Pencegahan Preeklampisa ........................................................... 5

E. Penatalaksanaan Preeklampsia .................................................... 6

BAB III LAPORAN KASUS............................................................................ 12

BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 17

BAB V LAMPIRAN ....................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rekomendasi perawatan ekspektatif pada Preeklampsia

tanpa gejala berat.......................................................................................8

Tabel 2. Rekomendasi perawatan ekspektatif pada Preeklampsia Berat.................9

Tabel 3. Kriteria terminasi kehamilan pada Preeklampsia Berat.............................9


Tabel 4. Rekomendasi pemberian antihipertensi pada Preeklampsia......................11

Tabel 5. Rekomendasi obat antihipertensi pada Preeklampsia................................11

Tabel 6. Capaian K4 Puskesmas Malingping pada Januari-Agustus 2019..............18

Tabel 7. Capaian K4 Puskesmas Malingping pada Januari-Agustsu 2020..............18


DAFTAR BAGAN

Bagan 1. Manajemen ekspektatif Preeklampsia tanpa gejala berat..........................7

Bagan 2. Manajemen ekspekatif Preeklampsia Berat...............................................8

Bagan 3. Kriteria terminasi kehamilan pada Preeklampsia Berat.............................9


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Persentase Preeklampsia Berat pada Januari-Desember 2019..................18

Gambar 2. Persentase Preeklampsia Berat pada Januari-Agustus 2019.....................19

Gambar 3. Persentase Preeklampsia Berat pada Januari-Agustus 2020….................19


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tingginya angka kematian ibu (AKI) masih merupakan masalah kesehatan di


Indonesia dan juga mencerminkan kualitas pelayanan kesehatan selama kehamilan
dan nifas. AKI di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di negara Asia
Tenggara. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2018, penurunan AKI selama
periode 1991- 2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup. Walaupun
terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak berhasil
mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) yang harus dicapai yaitu
sebesar 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) tahun 2015 memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan
target MDGs. Menurut Kementerian Kesehatan target penurunan AKI pertahun yaitu
5.5% sebagai target kinerja. Berdasarkan model tersebut diperkirakan pada tahun
2030 AKI di Indonesia turun menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup. (1)

Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%). WHO memperkirakan kasus preeklampsia tujuh
kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju. Prevalensi
preeklampsia di Negara maju adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang
adalah 1,8% - 18%. Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun
atau sekitar 5,3%.(2) Berdasarkan data Antenatal Care (ANC) di Puskemas Malingping,
Kabupaten Lebak, Banten, pada Januari-Agustus tahun 2019, jumlah ibu hamil
dengan preeklampsia berat sebesar 0.03%, sedangkan jika diakumulasikan setahun
sebesar 0.02%. Pada tahun 2020 ibu hamil dengan preeklampsia sebesar 0.016%
pada Januari- Agustus 2020. Capaian K4 Puskesmas Malingping Januari-Agustus
tahun 2019 sebesar 59.77% (N = 66.64%), sedangkan Januari-Agustus tahun 2020
sebesar 65.11%
(N = 66.64%). (lampiran 1)

Preeklampsia merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat


kompleksitas yang tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena preeklampsia
berdampak pada ibu saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah
pasca persalinan akibat disfungsi endotel di berbagai organ, seperti risiko penyakit
kardiometabolik dan komplikasi lainnya. Hasil metaanalisis menunjukkan
peningkatan bermakna risiko hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke dan
tromboemboli vena pada ibu dengan riwayat preeklampsia. Dampak jangka panjang
juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan preeklampsia, seperti
berat badan lahir rendah akibat persalinan prematur atau mengalami pertumbuhan
janin terhambat, serta turut menyumbangkan besarnya angka morbiditas dan
mortalitas perinatal. Penanganan preeklampsia dan kualitasnya di Indonesia masih
beragam di antara praktisi dan rumah sakit. Hal ini disebabkan bukan hanya karena
belum ada teori yang mampu menjelaskan patogenesis penyakit ini secara jelas,
namun juga akibat kurangnya kesiapan sarana dan prasarana di daerah.(2)
1
Dengan demikian, penulis tertarik untuk menulis laporan kasus dengan judul
Manajemen Preeklampsia Berat pada Fasilitas Kesehatan Pelayanan Primer.

B. PERMASALAHAN

1. AKI di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan dan merupakan salah satu
yang tertinggi di Asia Tenggara dan masih jauh dari target yang ingin dicapai
MDG
2. Preeklampsia merupakan penyebab kedua terbanyak kematian ibu setelah
perdarahan
3. Akibat yang ditimbulkan oleh preeklampsia berpengaruh pada morbiditas ibu
setelah melahirkan dan tumbuh kembang janin
4. Tingginya AKI mencerminkan kualitas dan aksesibilitas fasilitas pelayanan
kesehatan selama hamil dan nifas
5. Capaian kunjungan ANC di Puskemas Malingping pada Januari-Agustus 2019
sebesar 59.77%, sedangkan Januari- Agustus 2020 sebesar 65.11% (N = 66.64%)
6. Angka ibu hamil dengan preeklampsia berat pada Januari-Agustus 2019 sebesar
0.03% sedangkan Januari-Agustus 2020 sebesar 0.016%
7. Rendahnya kuantitas dan kualitas antenatal care (ANC) di Indonesia. Tidak
adanya evaluasi skrining aktif terhadap risiko terjadinya preeklampsia sehingga
upaya pencegahan preeklampsia tidak optimal menyebabkan meningkatnya
morbiditas dan mortalitas yang diakibatkannya

C. TUJUAN

1. Sebagai bahan evaluasi dari tatalaksana preeklampsia yang telah dilaksanakan di


puskesmas
2. Sebagai bahan untuk menambah ilmu terutama dalam hal pencegahan
preeklampsia di fasilitas kesehatan layanan primer

D. SASARAN

Semua tenaga medis yang terlibat dalam penanganan kasus preeklampsia, termasuk
dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI PREEKLAMPSIA

Preeklampsia didefinisikan sebagai kejadian hipertensi yang baru terjadi setelah 20


minggu kehamilan dengan bukti adanya disfungsi uteroplasenta atau organ maternal
atau proteinuria. Preeklampsia sebelumnya selalu didefinisikan dengan adanya
hipertensi dan proteinuria yang baru terjadi pada kehamilan. Meskipun kedua
kriteria ini masih menjadi definisi klasik preeklampsia, beberapa wanita lain
menunjukkan adanya hipertensi disertai gangguan multisistem lain yang
menunjukkan adanya kondisi berat dari preeklampsia meskipun pasien tersebut
tidak mengalami proteinuria.(3)

B. FAKTOR RISIKO PREEKLAMPSIA

Berdasarkan pedoman dari National Institutes for Health and Care Excellence (NICE)
mengklasifikasikan faktor risiko preeklampsia menjadi dua yaitu risiko tinggi dan
risiko rendah. Risiko tinggi preeklampsia terdapat pada wanita yang memiliki riwayat
hipertensi di kehamilan sebelumnya atau penyakit maternal termasuk penyakit ginjal
kronik, penyakit autoimun, diabetes atau hipertensi kronik. Wanita dengan faktor
risiko sedang preeklampsia yaitu wanita yang berumur >40 tahun, BMI >35 kg/m,
riwayat preeklampsia pada keluarga, kehamilan multipel, atau kehamilan yang
memiliki interval lebih dari 10 tahun. Semua faktor risiko ini telah diteliti melalui
meta analisis terbesar oleh Bartsch et al, yang menganalisis lebih dari 25 juta wanita
hamil dari 92 studi. Adanya satu faktor risiko tinggi, atau dua atau lebih faktor risiko
sedang, digunakan sebagai panduan dalam pemberian aspirin untuk mengurangi
risiko terjadinya preeklampsia yang dinilai sangat efektif jika diberikan sebelum
kehamilan 16 minggu. (4)

Terdapat tambahan faktor risiko lainnya yang sangat signifikan untuk meningkatkan
kemungkinan terjadinya preeklampsia seperti tekanan arteri rerata yang tinggi
sebelum kehamilan 15 minggu, sindrom polikistik ovarium, gangguan bernapas saat
tidur, dan helicobacter pylori. (4)

Marker biokimia dan ultrasound sedang diteliti sebagai alat untuk memprediksi
terjadinya preeklampsia. Marker biokimia seperti peningkatan cell-free fetal DNA di
darah ibu, placental growth factor (PlGF) dan Flt-1. Dalam studi meta-analisis telah
disebutkan bahwa terdapat hubungan yang potensial antara preeklampsia dan
kenaikan kadar serum trigliserida, kolesterol, marker inflamasi seperti CRP, IL-6, IL-8
dan TNF-a, yang dapat dideteksi pada kehamilan 11-14 minggu. (4)

C. KLASIFIKASI DAN DIAGNOSIS PREEKLAMPSIA

1. Penegakkan diagnosis hipertensi dan proteinuria


Hipertensi adalah tekanan daah sekurang-kurangnya 140 mmHg sistolik atau 90
mmHg diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan
lengan yang sama. Definisi hipertensi berat adalah peningkatan tekanan darah
sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg daistolik. Mat tensimeter
sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa, namun apabila tidak tersedia bisa
menggunakan tensimeter jarum atau otomatis yang sudah divalidasi. (2)

Berdasarkan American Society of Hypertension ibu diberi kesempatan untuk


duduk tenang dalam 15 menit sebelum pengukuran tekanan darah. Pengukuran
dilakukan dengan posisi duduk, manset setinggi dengan jantung dan tekanan
diastolik diukur dengan mendengar bunyi Korotkoff V (hilangnya bunyi). Kalibrasi
alat juga senantiasa diperlukan agar tercapai pengukuran tekanan darah yang
tepat. Pada wanita dengan hipertensi kronik dilakukan pengukuran tekanan
darah pada kedua lengan dengan menggunakan hasil pemeriksaan yang tertinggi.
(2)

Proteinuria ditetapkan bila ekskresi protein di urin melebihi 300 mg dalam 24 jam
atau tes urin dipstick lebih dari positif satu. Pemeriksaan urin dipstick bukan
merupakan pemeriksaan yang akurat dalam memperkirakan kadar proteinuria.
Konsentrasi protein pada sampel urin sewaktu bergantung pada beberapa faktor
termasuk jumlah urin. Kuo melaporkan bahwa pemeriksaan kadar protein
kuantitatif pada hasil dipstick positif satu berkisar antara 0-2400 mg per 24 jam,
dan positif dua berkisar antara 700-4000 mg per 24 jam. Pemeriksaan tes urin
dipstick memiliki angka positif palsu yang tinggi sekitar 67-83%, yang dapat
disebabkan oleh kontaminasi duh vagina, cairan pembersih vagina, dan urin yang
bersifat basa. Dalam konsensus Australian Society for the Study of Hypertension
in Pregnancy (ASSHP) dan panduan Royal College of Obstetrics and Gynecology
(RCOG) menetapkan bahwa pemeriksaan proteinuria dipstick hanya dapat
digunakan sebagai tes skrining dengan angka positif palsu yang tinggi dan harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan protein urin tampung 24 jam atau rasio protein
banding kreatinin. (2)

2. Penegakkan diagnosis preeklampsia

Preeklampsia didefinisikan sebagai hipertensi (tekanan darah > 140 mmHg


sistolik atau > 90 mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama) yang baru terjadi pada kehamilan / diatas usia
kehamilan 20 minggu disertai adanya gangguan organ. Jika hanya didapatkan
hipertensi saja, kondisi tersebut tidak dapat disamakan dengan preeklampsia,
harus didapatkan gangguan organ spesifik akibat preeklampsia tersebut.
Kebanyakan kasus preeklampsia ditegakkan dengan adanya protein urin, namun
jika protein urin tidak didapatkan, salah satu gejala dan gangguan lain dapat
digunakan untuk menegakkan diagnosis preeklampsia, yaitu: (2, 5)

- Trombositopenia : trombosit <100.000/ul


- Gangguan ginjal : kreatinin serum > 1,1 mg/dl atau didaptkan peningkatan
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
- Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastric/regio kanan atas abdomen
- Edema paru
- Gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
- Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta : oligohidramnion, pertumbuhan janin terhambat, atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)

3. Penegakkan diagnosis preeklampsia berat

Kriteria gejala dan kondisi yang menunjukkan kondisi preeklampsia berat adalah
tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg diastolik
pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan yang sama,
dengan proteinuria atau salah satu gejala dibawah ini :(2, 5)

- Trombositopenia : trombosit <100.000/ul


- Gangguan ginjal : kreatinin serum > 1,1 mg/dl atau didaptkan peningkatan
kadar kreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
- Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanya nyeri di daerah epigastric/regio kanan atas abdomen
- Edema paru
- Gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
- Gangguan pertumbuhan janin yang menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta : oligohidramnion, pertumbuhan janin terhambat, atau
didapatkan adanya absent or reversed end diastolic velocity (ARDV)

D. PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA

1. Pencegahan primer

Perjalanan penyakit preeklampsia pada awalnya tidak memberi gejala dan tanda,
namun pada suatu ketika dapat memburuk dengan cepat. Pencegahan primer
merupakan yang terbaik namun hanya dapat dilakukan bila penyebabnya telah
diketahui dengan jelas sehingga memungkinkan untuk menghindari atau
mengontrol penyebab-penyebab tersebut, namun hingga saat ini penyebab pasti
terjadinya preeklampsia masih belum diketahui. Dari beberapa studi
dikumpulkan terdapat beberapa faktor risiko yang terbukti meningkatkan risiko
preeklampsia. Praktisi kesehatan diharapkan dapat mengidentifikasi faktor risiko
preeklampsia dan mengontrolnya, sehingga memungkinkan dilakukan
pencegahan primer.(2, 4)

Sampai saat ini terdapat berbagai temuan biomarker yang dapat digunakan
untuk meramalkan kejadian preeklampsia, namun belum ada satu tes pun yang
memiliki sensitivitas dan spesifitas yang tinggi. Butuh serangkaian pemeriksaan
yang kompleks agar dapat meramalkan suatu kejadian preeklampsia dengan
lebih baik.(4)
2. Pencegahan sekunder

Merupakan pencegahan diluar dari pengendalian penyebab atau faktor risiko


preeklampsia, yaitu seperti dibawah ini :(2, 4)
- Istirahat dan tirah baring tidak mengubah atau mengurangi risiko terjadinya
preeklampsia (Level evidence IIII, Rekomendasi C)
- Restriksi garam tidak mengubah atau mengurangi risiko terjadinya
preeklampsia (Level evidence IIII, Rekomendasi C)
- Aspirin dosis rendah (75 mg/hari) direkomendasikan untuk prevensi
preeklampsia pada wanita dengan risiko tinggi (Level evidence II,
Rekomendasi A)
- Aspirin dosis rendah sebagai prevensi preeklampsia sebaiknya mulai
digunakan sebelum usia kehamilan 20 minggu (Level evidence IIII,
Rekomendasi C)
- Suplementasi kalsium minimal 1 g/hari direkomendasikan terutama pada
wanita dengan asupan kalsium yang rendah (Level evidence II, Rekomendasi
A)
- Pemberian vitamin C dan E tidak direkomendasikan untuk diberikan dalam
pencegahan preeklampsia (Level evidence II, Rekomendasi A)

E. PENATALAKSANAAN PREEKLAMPSIA

1. Manajemen Aktif

Bila umur kehamilan > 37 minggu, kehamilan diakhiri setelah mendapat terapi
medikamentosa untuk stabilisasi ibu, ketika ibu dalam keadaan : (2)
- kegagalan terapi medikamentosa (Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan
medikamentosa, terjadi kenaikan darah yang persisten, atau setelah 24 jam
sejak dimulainya pengobatan medikamentosa terjadi kenaikan darah,
desakan darah yang persisten)
- gangguan fungsi hepar, ginjal
- ketuban pecah dini atau perdarahan

Dan janin dalam keadaan :


- usia janin > 37 minggu
- IUGR (Intrauterine Growth Restriction) berat berdasarkan pemeriksaan USG
- Oligohidramnion

Dalam kepentingan ibu hamil dan janinnya, persalinan direkomendasikan ketika


usia kehamilan 34 minggu atau lebih. Selain itu, persalinan segera merupakan
pilihan yang paling aman bagi ibu dan janinnya ketika terdapat bukti adanya
edema paru, gagal ginjal, abruptio plasenta, trombositopenia berat, gejala
serebral persisten, status kesejahteraan janin tidak terjamin atau kematian janin
tanpa memandang usia kehamilan pada ibu hamil dengan preeklampsia berat
yang usia kehamilannya kurang dari 34 minggu. Bagi ibu hamil dengan
preeklampsia berat pada usia kehamilan 34 minggu atau lebih, dan dengan
kondisi ibu-janin yang tidak stabil tanpa memandang usia kehamilan,
direkomendasikan untuk dilakukan persalinan segera setelah stabilisai ibu. (2)

2. Manajemen Ekspektatif

Bila umur kehamilan < 37 minggu, kehamilan dipertahankan selama mungkin


dengan memberikan terapi medikamentosa. Manajemen ekspektatif adalah
semua usaha menunda persalinan untuk pemberian kortikosteroid antenatal
bertujuan untuk memperbaiki luaran perinatal dengan mengurangi morbiditas
neonatal serta memperpanjang kehamilan tanpa membahayakan ibu. Perawatan
ekspektatif meliputi perawatan dalam rumah sakit dengan kortikosteroid untuk
pematangan paru janin, MgSO4, obat antihipertensi serta pemantauan ketat ibu
dan janin untuk mengidentifikasi indikasi persalinan. (2)

Bagan 1. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia tanpa Gejala Berat(2)


Tabel 1. Rekomendasi Perawatan Ekspektatif Pada Preeklampsia tanpa Gejala Berat (2)

Bagan 2. Manajemen Ekspektatif Preeklampsia Berat(2)


Tabel 2. Rekomendasi Perawatan Ekspektatif Pada Preeklampsia Berat (2)

Data Maternal Data Janin


Hipertensi berat tidak terkontrol Usia kehamilan 34 minggu
Gejala preeklampsia berat yang tidak Pertumbuhan janin terhambat
berkurang
Penurunan fungsi ginjal progresif Oligohidrmanion persisten
Trombositopenia persisten atau HELLP Profil biofisik <4
Syndrome
Edema Paru Deselerasi variable dan lambat pada NST
Eklampsia Doppler arteri umbilikalis : reversed end
diastolic flow
Solusio plasenta Kematian janin
Ketuban pecah dini

Tabel 3. Kriteria Terminasi Kehamilan Pada Preeklampsia Berat(2)

3. Pemberian MgSO4

Berikan dosis awal 4 gr MgSo4 sesuai prosedur untuk mencegah kejang atau
kejang berulang. Sambil menunggu rujukan, mulai dosis rumatan 6 gr MgSO4
dalam 6 jam sesuai prosedur. Berikut cara pemberian MgSO4 :(2)
- Ambil 4 gr larutan MgSO4 (10 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dengan
10 ml akuades
- Berikan larutan tersebut secara perlahan IV selama 20 menit
- Jika akses intravena sulit, berikan masin-masing 5 gr larutan MgSO4 (12,5 ml
larutan MgSO4 40%) IM di bokong kiri dan kanan
- Ambil 6 gr MgSO4 (15 ml larutan MgSO4 40%) dan larutkan dalam 500 ml
Ringer Laktat/Ringer Asetat, lalu berikan secara IV dengan kecepatan 28
tetes
permenit selama 6 jam, dan diulang hingga 24 jam setelah persalinan atau
kejang berakhir (bila eclampsia)

Larutan MgSO4 diberikan jika tersedia Ca glukonas 10%, frekuensi pernapasan


minimal 16x/menit, Refleks patella (+), urin > 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir,
stop jika keadaan tersebut tidak ada. Antidotum dari intoksikasi larutan MgSO4
yaitu bagging jika terjadi henti napas, dan pemberian Ca glukonas 1 gr (10 ml
dlaam larutan 10%) IV, perlahan sampai bernafas kembali (bolus dalam 10
menit).(2)

Cara kerja magnesium sulfat belum dapat dimengerti sepenuhnya. Salah satu
mekanisme kerjanya adalah menyebabkan vasodilatasi melalui relaksasi dari
otot polos, termasuk pembuluh darah perifer dan uterus, sehingga selain
sebagai antikonvulsan, magnesium sulfat juga berguna sebagai antihipertensi
dan tokolitik. (2)

4. Pemberian antihipertensi

Keuntungan dan risiko pemberian antihipertensi pada hipertensi ringan - sedang


(tekanan darah 140 – 169 mmHg/90 – 109 mmHg), masih kontroversial.
European Society of Cardiology (ESC) guidelines 2010 merekomendasikan
pemberian antihipertensi pada tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau diastolik
≥ 90 mmHg pada wanita dengan hipertensi gestasional (dengan atau tanpa
proteinuria), hipertensi kronik superimposed, hipertensi gestasional, hipertensi
dengan gejala atau kerusakan organ subklinis pada usia kehamilan berapa pun.
Pada keadaan lain, pemberian antihipertensi direkomendasikan bila tekanan
darah ≥ 150/95 mmHg.(2)

Metaanalisis RCT yang dilakukan oleh Magee, dkk menunjukkan pemberian


antihipertensi pada hipertensi ringan menunjukkan penurunan insiden
hipertensi berat dan kebutuhan terapi antihipertensi tambahan. (2)

Dari penelitian yang ada, tidak terbukti bahwa pengobatan antihipertensi dapat
mengurangi insiden pertumbuhan janin terhambat, solusio plasenta,
superimposed preeklampsia atau memperbaiki luaran perinatal. Dari hasil
metaanalisis menunjukkan pemberian anti hipertensi meningkatkan
kemungkinan terjadinya pertumbuhan janin terhambat sebanding dengan
penurunan tekanan arteri rata-rata. Hal ini menunjukkan pemberian
antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah memberikan efek negatif pada
perfusi uteroplasenta. Oleh karena itu, indikasi utama pemberian obat
antihipertensi pada kehamilan adalah untuk keselamatan ibu dalam mencegah
penyakit serebrovaskular. Meskipun demikian, penurunan tekanan darah
dilakukan secara bertahap tidak lebih dari 25% penurunan dalam waktu 1 jam.
Hal ini untuk mencegah terjadinya penurunan aliran darah uteroplasenter.(2)
Tabel 4. Rekomendasi Pemberian Antihipertensi pada Preeklampsia (2)

Tabel 5. Rekomendasi Obat Antihipertensi pada Preeklampsia (2)


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas

Pasien Suami/Orang Tua/Keluarga


Nama Ny. SM Nama Tn. M
Umur 27 tahun Umur 37 tahun
Pendidikan SMP Pendidikan SMP
Pekerjaan IRT Pekerjaan Supir
Agama Islam Agama Islam
Alamat Kp. Kaum RT/RW Alamat Kp. Kaum RT/RW
04/02, Ds. 04/02, Ds.
Malingping Utara, Malingping Utara,
Lebak, Banten Lebak, Banten
Hubungan dengan Suami
pasien

B. Subjektif

1. Keluhan Utama : Mulas sejak 3 jam sebelum datang ke puskesmas


2. Keluhan Tambahan : keluar lendir darah
3. Kronologi penyakit sekarang :
Ny. SM, 27 tahun, datang ke Puskesmas Malingping dengan keluhan mulas sejak
3 jam yang lalu. Mulas dirasakan tiba-tiba dan hilang timbul, awalnya sebanyak
5x dalam satu jam, semakin lama semakin sering. Keluar lendir darah (+), keluar
air- air disangkal. Pasien mengeluh mual. Pusing berputar (-), sakit kepala(-),
mata kunang-kunang(-), nyeri ulu hati(-). Ini merupakan kehamilan kedua pasien.
Pasien rutin kontrol kehamilan di posyandu, bidan dan dokter. Selama kehamilan
pasien sudah pernah di USG oleh dokter umum 3 kali. Riwayat persalinan normal
6 tahun lalu per vaginam. Sebelum kehamilan pasien memiliki riwayat memakai
KB suntik 3 bulan. Pada kehamilan pertama pasien pernah mengalami hipertensi
pada kehamilan 28 minggu. Riwayat hipertensi sebelum hamil disangkal.
4. Riwayat haid
Menarche : 12 tahun
Siklus : 30 hari
Lamanya : 7 hari
Banyaknya : 3x ganti pembalut perhari (+ 100 cc/hari)
HPHT : 5 Januari 2020
Taksiran persalinan : 12 Oktober 2020
Riwayat dismenorea : terkadang
5. Riwayat pernikahan
Status pernikahan : menikah
Yang ke berapa 1
Lama perkawinan terakhir: + 6 tahun
6. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu
No Usia Jenis BBL Jenis Usia
kehamilan persalinan kelamin sekarang
1. 28 minggu spontan 900 gr Laki-laki 4 tahun
2. 40 minggu Kehamilan
saat ini

7. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya (+),


Diabetes melitus disangkal, hipertensi disangkal, penyakit jantung disangkal.
8. Riwayat penyakit dalam keluarga : disangkal
9. Riwayat operasi : disangkal
10. Metode keluarga berencana : KB suntik 3 bulan
11. Riwayat Antenatal :
Waktu ANC Usia Tempat Masalah Penatalaksanaan
kehamilan
29-3-20 12 minggu KIA Mual, pusing Vit B1 4x1
Puskesmas Hb : 11.2 Asam folat 1x1
Malingping Gol. Darah : tab
O
HIV (-), sifilis
(-), HBsAg (-
), protein (-)
26-5-20 20 minggu Praktek bidan - SF 1x1 tab
Kalk 1x1 tab
11-7-20 26 minggu Posyandu - SF 1x1 tab
Kalk 1x1 tab
3-8-20 30 minggu Praktek bidan Mual SF 1x1 tab
TD 120/80 Kalk 1x1 tab
10-9-20 35 minggu Posyandu Mual, Kaki SF 1x1 tab
bengkak Kalk 1x1 tab
TD 160/100 Nifedipin 2x10
mg
2-10-20 38-39 minggu VK - -
(inpartu) Puskesmas
Malingping

C. Objektif
1. Pemeriksaan status generalis

Tinggi badan : 159 cm


Berat badan : 64 kg
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis

Tanda vital
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36.5C
Pernafasan : 22x/menit
Kepala
Mata : CA -/-, SI -/-
Gigi : tidak ada karies, tidak ada gigi berlubang
THT : cavum nasi lapang, septum deviasi (-), liang telinga kanan dan kiri
lapang, serumen +/+, secret -/-

Leher : KGB tidak membesar

Thoraks
Inspeksi : pergerakan dinding dada simetris, tidak ada sela iga yang tertinggal
Palpasi : VF simetris
Perkusi : Sonor-sonor
Auskultasi :
Cor : BJ 1 dan 2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : BND vesicular, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen
Inspeksi : perut tampak buncit
Auskultasi : Bising usus (+) 4x/menit
Perkusi : timpani, nyeri ketok (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-)

Ekstremitas : akral hangat, CRT <2s, edema tungkai +/+

2. Pemeriksaan Obstetrik

Pemeriksaan luar :
Inspeksi : hiperpigmentasi (-), striae (-), jaringan parut bekas operasi (-)
Palpasi
TFU : 32 cm
Leopold : 1 = kesan bokong, 2 = kesan punggung kanan, 3 = kesan kepala, 4 =
kesan kepala sudah memasuki pintu atas panggul (divergen)
HIS : 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40s, kuat, dan terdapat relaksasi
Auskultasi : DJJ 130x/menit, regular

Pemeriksaan dalam (Vaginal Toucher):


Vulva/vagina : tidak tampak laserasi, tidak tampak hematoma
Portio : tebal, lunak, pembukaan 6
Ketuban : intak
Bagian terendah janin : kepala
Penurunan kepala : Hodge 1
Taksiran berat janin : (32-12)x144 gr = 2.880 gr

Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang :


Hb : 11.4
Proteinuria : positif 1
Hasil USG :

D. Assessment
1. Aspek personal :
a. Alasan kedatangan : perut mulas, keluar lendir darah
b. Harapan : dapat dilakukan persalinan
c. Kekhawatiran : memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan ini dan
pernah perdarahan di kehamilan sebelumnya karena memiliki riwayat
hipertensi dalam kehamilan
2. Aspek klinis :
a. Diagnosa ibu : G2P1A0 hamil 38-39 minggu inpartu kala 1 fase aktif +
Preeklampsia Berat
b. Diagnosa janin : janin tunggal hidup presentasi kepala
3. Aspek Risiko Internal
a. Memiliki riwayat hipertensi di kehamilan sebelumnya
b. Tidak rutin minum antihipertensi
c. Tidak mengikuti saran petugas kesehatan untuk kembali ke puskesmas
setelah melakukan posyandu dan dirujuk ke SpOG
4. Aspek Risiko Eksternal
a. Pengetahuan keluarga yang masih kurang menganggap hal tersebut
sudah biasa
b. Tidak di follow up kembali oleh petugas Kesehatan
c. Terbatasnya fasilitas di RS terdekat
d. Akses yang jauh untuk menempuh RS dengan fasilitas yang dibutuhkan

E. Planning
- Pasang akses intravena
- Oksigen nasal kanul 4 lpm
- Nifedipin 20 mg PO
- MgSO4 4 gram dalam 10 cc aquabides bolus lambat 20 menit
- MgSO4 6 gram dalam RL 500 cc selama 6 jam (28 tpm)
- Rujuk SpOG Acc RSUD dr. Ajidarmo, namun ketika persiapan berangkat,
pembukaan menjadi lengkap
- Pimpin persalinan, siapkan alat resusitasi bayi, evaluasi DJJ selama persalinan
- Terjadi perdarahan post partum. Evaluasi Tear, Tonus, Tissue, Trombin
- IV line 2 jalur, Jalur 1 : loading RL 1000 cc, Jalur 2 : Oksitosin 20 U dalam RL
500 cc, misoprostol 400ug perektal
- Evaluasi perdarahan dan tekanan darah per 15 menit
- Pada kala 4 perdarahan mulai berkurang, observasi keadaan pasien 24 jam di
puskesmas

F. Keadaan ibu post partum

Tanda vital
Keadaan : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah: 120/80
Nadi : 100x/menit
Suhu : 36.5C
Pernafasan : 22x/menit

Perdarahan
Kala 1 : + 50 cc
Kala 2 : +100 cc
Kala 3 : +300 cc, plasenta lahir lengkap
Kala 4 : +200 cc
Total : +650 cc

Bayi
Jenis kelamin : laki-laki
Nilai Apgar : 8/9
Panjang : 44 cm
Berat lahir : 2.900 gram
Anus : ada
Kelainan lain : tidak ada
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan diatas 20 minggu yang
ditandai dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya
inflamasi spesifik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Tanda utama penyakit ini
adanya hipertensi dan proteinuria atau gejala berat seperti sakit kepala, nyeri ulu
hati, mual, sesak yang menandakan adanya keterlibatan organ lain. Preeklampsia
merupakan masalah kedokteran yang serius dan memiliki tingkat komplesitas yang
tinggi. Besarnya masalah ini bukan hanya karena preeklampsia berdampak pada ibu
saat hamil dan melahirkan, namun juga menimbulkan masalah pasca persalinan.

Terdapat marker biokimia dan ultrasound yang sedang diteliti sebagai alat untuk
memprediksi terjadinya preeklampsia. Namun, hal yang dapat dilakukan di
puskesmas adalah skrining faktor risiko yang dapat mengakibatkan preeklampsia
pada ibu hamil saat kunjungan antenatal care. Pantau keadaan klinis ibu tiap
kunjungan seperti tekanan darah, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh,
ukuran uterus dan gerakan janin.

Penanganan preeklampsia tanpa gejala berat dapat dilakukan rawat jalan dengan
pengawasan dan kunjungan antenatal yang lebih sering. Jika usia kehamilan > 37
minggu atau terdapat tanda perburukan klinis ibu dan janin dapat dilakukan
persalinan. Sedangkan preeklampsia dengan gejala berat segera melakukan
perencanaan untuk rujukan segera ke rumah sakit dan melakukan tatalaksana awal
di puskesmas untuk menghindari terjadinya kejang dengan pemberian MgSO4 dan
antihipertensi.

B. Saran
1. Pantau keadaan klinis ibu tiap kunjungan seperti tekanan darah, berat badan,
tinggi badan, indeks massa tubuh, ukuran uterus dan gerakan janin.
2. Edukasi ibu mengenai keadaan kesehatan kehamilannya saat ini, komplikasi yang
mungkin terjadi, dan rencana persalinannya
3. Sarankan untuk kunjungan selanjutnya ke spesialis kandungan agar dapat
direncanakan manajemen ekspektatif
4. Ketiga saran diatas dapat dilakukan petugas kesehatan baik di KIA Puskesmas
Malingping maupun di kegiatan luar seperti posyandu
LAMPIRAN

Tabel 6. Capaian K4 Puskesmas Malingping pada Januari-Agustus 2019

Tabel 7. Capaian K4 Puskesmas Malingping pada Januari-Agustus 2020


DAFTAR PUSTAKA

1. <profil-kesehatan-indonesia-2018.pdf>.
2. <PNPK PreEklampsia 2016.pdf>.
3. ACOG Practice Bulletin No. 202: Gestational Hypertension and Preeclampsia.
Obstetrics and gynecology. 2019;133(1):e1-e25.
4. Fox R, Kitt J, Leeson P, Aye CYL, Lewandowski AJ. Preeclampsia: Risk Factors,
Diagnosis, Management, and the Cardiovascular Impact on the Offspring. Journal of Clinical
Medicine. 2019;8(10).
5. Hypertension in pregnancy. Report of the American College of Obstetricians and
Gynecologists’ Task Force on Hypertension in Pregnancy. Obstetrics and gynecology.
2013;122(5):1122-31.

Anda mungkin juga menyukai