Anda di halaman 1dari 102

1

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN AS


DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 27 S/D 30 APRIL 2016

Diajukan oleh:
IDA AYU KADE CINTYA DEWI
NIM: 13E11024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BALI DENPASAR
2016
i

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


AS DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KABUPATEN
KLUNGKUNG TANGGAL 27 S/D 30 APRIL

LAPORAN KASUS
Diajukan sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi DIII Keperawatan STIKES Bali

Diajukan oleh:
IDA AYU KADE CINTYA DEWI
NIM: 13E11024

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BALI DENPASAR
2016

i
i

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan kasus dengan judul ”Asuhan Keperawatan pasien AS

denganBronkiolitis Diruang D RSUD Kabupaten Klungkung Tanggal 27 s/d

30 april 2016”, telah mendapat persetujuan pembimbing dan dapat diajukan

kehadapan Tim Penguji Laporan Kasus pada Program Studi DIII Keperawatan

STIKES BALI.

Denpasar, 25 Mei 2016


Pembimbing

( Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS)


NIR : 02052

i
i

iii
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat rahmat-Nyalah Study Kasus dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN AS DENGAN BRONKIOLITIS DI RUANG D RSUD

KABUPATEN KLUNGKUNG TANGGAL 27 S/D 30 APRIL 2016” dapat

diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan Kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu

persyaratan dalam mengakhiri pendidikan di STIKES Bali. Dalam penyusunan

laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan pengarahan, masukan dan bantuan

dari berbagai pihak sehingga kasus ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Untuk itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dr. I Nyoman Kesuma, MPH., selaku Direktur RSUD Kabupaten

Klungkung yang telah memberikan izin untuk mengambil kasus dan

melakukan praktek keperawatan dalam menyusun laporan ini.

2. Bapak Drs. I Ketut Widia. BN. Stud, M.M. selaku Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Bali beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan

petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

3. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S. Kep., selaku Ketua Program Study

DIII Keperawatan STIKES Bali yang telah memberikan izin dan petunjuk

kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

i
v

4. Ibu Ni Wayan Wiratniasih, A.Md.Kep, selaku kepala ruang D RSUD

Klungkung beserta seluruh staf yang telah memberikan petunjuk dan

masukan-masukan kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

5. Bapak Ns. IGN. Kusuma Negara, S. Kep., MNS., selaku dewan penguji

yang telah memberikan masukan dalam penyampaian kasus ini.

6. Bapak I Nyoman Mudia, SKM., MM., selaku dewan pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan serta arahannya dalam penyusunan

kasus ini.

7. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS., selaku Dosen Pembimbing

yang telah memberikan bimbingan serta arahannya dalam penyusunan

laporan kasus ini.

8. Seluruh staf Dosen STIKES BaliProgram study D III Keperawatan atas

segala bimbingannya selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Keluarga pasien AS yang telah memberikan keterangan dan informasi data

yang dibutuhkan penulis didalam penyusunan laporan kasus ini.

10. Seluruh keluarga tercinta, Ajik, Ibu, Kakak, Bibi, Saudara yang telah

memberikan dorongan moril maupun materiil kepada penulis selama

penulis mengikuti pendidikan.

11. Seluruh rekan mahasiswa dan mahasiswi STIKES Bali dan semua pihak

yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat

imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa.

v
v

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan kasus ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga Laporan

Kasus ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 25 Mei 2016

Penulis

vi
v

DAFTAR ISI

Isi Halaman
LEMBAR JUDUL ...................................................................................... i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................. ii
PERNYATAAN PENGESAHAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR TABEL....................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Tuiuan Penulisan................................................................. 4
C. Metode Penulisan ................................................................ 5
D. Sistematika Penulisan ......................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS
A. Tinjauan Teoritis ................................................................. 7
1. Konsep Dasar Teori Bronkiolitis .................................. 7
a. Pengertian................................................................ 7
b. Patofisioilogi ........................................................... 7
c. Pemeriksaan Diagnosik ........................................... 10
d. Penatalaksanaan Medis ........................................... 10
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bronkiolitis......... 11
a. Pengkajian Keperawatan ......................................... 11
b. Diagnosa Keperawatan ........................................... 13
c. Perencanaan Keperawatan ...................................... 14
d. Pelaksanaan Keperawatan....................................... 23
e. Evaluasi Keperawata . ............................................. 23
3. Web of caution (WOC) ................................................. 25

vi
v

B. Tinjauan Kasus.................................................................... 26
1. Pengkajian Keperawatan............................................... 26
2. Diagnosa Keperawatan ................................................. 45
3. Perencanaan Keperawatan ............................................ 46
4. Pelaksanaan Keperawatan............................................. 50
5. Evaluasi Keperwatan..................................................... 59
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan..................................................... 65
B. Perencanaan Keperawatan .................................................. 67
C. Pelaksanaan Keperawatan................................................... 68
D. Evaluasi Keperawatan......................................................... 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................... 71
B. Saran.................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
i

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. Web of Coution (WOC) Bronkiolitis..............................................................25

2. Genogram..........................................................................................................30

i
i

DAFTAR GAMBAR

1. Anatomi saluran nafas........................................................................................76

x
x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP PASIEN AS DENGAN

BRONKIOLITIS DI RUANG D RSUD KABUPATEN

KLUNGKUNG PADA TANGGAL 26 APRIL 2016 .......................... 41

2. ANALISA DATA PASIEN AS DENGAN BRONKIOLITIS DI

RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG PADA

TANGGAL 26 APRIL 2016 ................................................................. 42

3. RENCANA KEPERAWATAN PASIEN AS DENGAN

BRONKIOLITIS DI RUANG D RSUD KABUPATEN

KLUNGKUNG PADA TANGGAL 27 APRIL 2016 ........................... 47

4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN PASIEN AS DENGAN

BRONKIOLITIS DI RUANG D RSUD KABUPATEN

KLUNGKUNG PADA TANGGAL 26 S/D 30 APRIL 2016 ............... 50

5. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN AS DENGAN

BRONKIOLITIS DI RUANG D RSUD KABUPATEN

KLUNGKUNG PADA TANGGAL 28 APRIL 2016 ........................... 59

6. CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN AS DENGAN

BRONKIOLITIS DI RUANG D RSUD KABUPATEN

KLUNGKUNG PADA TANGGAL 29 APRIL 2016 ........................... 61

7. EVALUASI KEPERAWATAN PASIEN AS DENGAN

BRONKIOLITIS DI RUANG D RSUD KABUPATEN

x
x

KLUNGKUNG PADA TANGGAL 30 APRIL 2016 ........................... 63

8. KEGIATAN PENYULUHAN PADA KELUARGA PASIEN AS

DENGAN BRONKIOLITIS DI RUANG D RSUD KABUPATEN

KLUNGKUNG TANGGAL 30 APRIL 2016 ...................................... 80

xi
x

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Anatomi Fisiologi Saluran Pernafasan

2. Lampiran 2 : Satuan Acara Penyuluhan

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi respiratorik akut (IRA) bawah merupakan suatu infeksi atau

peradangan pada satu atau kedua parenkin paru yang disebabkan oleh

beberapa mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit atau dapat

juga disebabkan oleh bahan kimia korosif yang terhirup. Definisi lain IRA

bawah suatu inflamasi pada alveolus dan bronkiolus terminal sebagai respon

akibat inflamasi suatu mikroba yang masuk ke dalam paru melalui penyebaran

hematogen atau inhalasi ( Mizgerd, 2008 ) Salah satu inflamasi yang dapat

menyerang sistem pernafasan yaitu Bronkiolitis.

Brokiolitis adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yang

ditandai dengan peradangan brokioli yang lebih kecil. Edema membran

mukosa yang melapisi dinding bronkioli,ditambah infiltrasi sel dan produksi

mukus yang meningkat, menimbulkan obstruksi jalan nafas. Angka mortalitas

ditentukan oleh adanya penyakit yang mendasarinya, angka ini akan lebih

tinggi bila terdapat respiratory sycytial virus (RSV), Bronkiolitis paling sering

terjadi dimusim dingin dan awal musim semi (Suriadi, 2006).

Di Amerika Serikat (AS), penyakit ini menyebabkan 90.000 kasus

perawatan di rumah sakit dan 4500 kematian tiap tahunnya. Frekuensi

bronkiolitis di negara berkembang hampir sama dengan di AS dengan angka

mortalitas berkisar 1-3% pada anak-anak yang dirawat. Beberapa penelitian

1
2

menunjukkan adanya beberapa faktor risiko terjadinya bronkiolitis antara lain

jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir rendah, lahir kurang bulan, tidak

mendapat air susu ibu (ASI), terpapar asap rokok, riwayat atopi, kepadatan

rumah, dan berada pada tempat penitipan anak atau tempat-tempat umum yang

ramai (Subanada, Setyanto, Supriyatno, & Boediman, 2009). DiIndonesia

hasil survei kesehatan nasional (SURKERNAS) tahun 2010 menunjukkan

bahwa proporsi kematian bayi akibat ISPA masih 28%. Artinya bahwa dari

100 bayi yang meninggal 28 disebabkan oleh penyakit bronkitis dan terutama

80% kasus kematian ISPA pada balita adalah akibat bronkiolitis. Penelitian

pada 200 kasus ISPA dan Batuk Kronik Berulang (BKB) di Bagian IKA FKUI

di temukan 82 kasus (41%) seropositif terhadap bronkiolitis, separuh (50%)

diantaranya didapatkan pada kelompok anak usia sekolah ( 1tahun) sisanya

35,57% pada anak usia 3-5 bulan dan 14,63% pada anak usia dibawah 4 bulan

(Said, 2011).

Penyakit Brokiolitis yang tidak ditangani dengan baik mengakibatkan

proses peradangan, berlanjut dan menimbulkan berbagai komplikasi sebagai

atelektasis, merupakan pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat

penyumbatan saluran udara atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.

Hipoksia, merupakan merupakan kekurangan suplay O2 ke jaringan.Gangguan

asam basa seperti alkalosis respiratorik, merupakan keadaan dimana darah

menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan dalam yang menyebabkan

kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah. Asodosis respiratorik,

merupakan keadaan dimana keasaman darah yang berlebih karena


3

penumpukan karbondioksida dalam darah, sebagai akibat dari fungsi paru –

paru yang buruk / pernafasan yang lambat.

Perawatan yang diutamakan pada pasien Bronkiolitisantara lain

menjaga kelancaran pernafasan, mengontrol suhu tubuh, kebutuhan nutrisi dan

cairan, mencegah kekambuhan serta mengupayakan fungsi paru senormal

mungkin serta mempertahankannya. Untuk pencegahan dan penyembuhan

terhadap serangan penyakit ini sangat penting menerapkan pola hidup yang

sehat antara lain : makan-makanan yang bergizi, bagi orang tua yang sedang

merokok agar menjauhi anak-anak, dan hindari bepergian ke tempat umum

dan daerah yang berdebu, yang mampu menyebabkan infeksi pada saluran

nafas, serta hindari pada daerah yang bersuhu dingin yang akan mampu

merangsang pilek, yang akan menjadi faktor pencetus kekambuhan bila

berkelanjutan.

Dari catatan Register Ruang D RSUD Kabupaten Klungkung pada

4 bulan terakhir terhitung dari bulan Januari sampai bulan April 2016 terdapat

375 pasien anak yang di rawat di ruang D RSUD Kabupaten Klungkung.

Adapun jumlah anak yang menderita penyakit sistem peredaran darah

sebanyak 158 kasus (42,1 %). Sistem endokrin sebanyak 1 kasus (0,26 %).

Sistem perkemihan sebanyak 3 kasus (0,80 %). Sistem integumen sebanyak 1

kasus (0,26 %). Sistem pernafasan sebanyak 97 orang (25,8 %). Sistem

persyarafan sebanyak 61 kasus (16,2 %). Dan sistem pencernaan sebanyak 54

kasus (14,4 %). Pada penyakit sistem pernafasan terdiri dari beberapa spesifik

penyakit diantaranya, Bronkopneumonia sebanyak 29 kasus (29,8 %), Asma


4

sebanyak 15 kasus (15,4 %), Pneumonia sebanyak 8 kasus (8,24 %), Dipnea

sebanyak 1 kasus (1,03 %), Akalasia sebanyak 1 kasus (1,03 %), Faringitis

sebanyak 4 kasus (4,12 %). Jumlah pasien anak dengan bronkiolitis yang

pernah dirawat di ruang D RSUD klungkung selama empat bulan terakhir

adalah sebanyak 39 kasus (40,2 %) .

Melihat tingginya resiko pada anak terkait dengan bahaya yang

dimunculkan (komplikasi penyakit), maka penulis tertarik untuk mengangkat

kasus dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN AS DENGAN

BRONKIOLITIS DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG

PADA TANGGAL 27 S/D 30 APRIL 2016” dengan harapan laporan kasus

ini nantinya dapat bermanfaat bagi rekan-rekan perawat dalam memberikan

asuhan keperawatan pada kasus Bronkiolitis. Sehingga mampu meningkatkan

kualitas perawatan pasien Bronkiolitis di rumah sakit.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Agar dapat memberikan asuhan keperawatan dengan pasien

Bronkiolitis di ruang D RSUD Kabupaten Klungkung.

2. Tujuan Khusus

Dengan adanya penyusunan laporan kasus ini diharapkan

mahasiswa :

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien AS dengan

Bronkiolitis di Ruang D RSUD Kabupaten Klungkung.


5

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien AS dengan

Bronkiolitis di Ruang D RSUD Kabupaten Klungkung.

c. Mampu membuat rencana keperawatan pada pasien AS dengan

Bronkiolitis di Ruang D RSUD Kabupaten Klungkung.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien AS deengan

Bronkiolitis di Ruang D RSUD Kabupaaten Klungkung.

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien AS dengan

Bronkiolitis di Ruang D RSUD Kaabupaten Klungkung.

C. Metode Penulisan

Dalam menyusun laporan kasus ini, penulis menggunakan metode

studykasusyang merupakan salah satu penelitian dalam ilmu social, dengan

menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan,

pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasil. Sebagai hasilnya,

akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi

dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan

untuk menghasilkan dan menguji hipotesis. Dengan tehnik pengumpulan data

melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan laporan dokumentasi.

Wawancara merupakan suatu metode komunikasi yang direncanakan dan

meliputi Tanya jawab antara Perawat dengan Klien yang berhubungan dengan

masalah kesehatan pasien, data yang diperoleh dari hasil wawancara berupa

data subjektif antara lain keluhan pasien, Ibu mengatakan anaknya sesak.

Observasi merupakan kegiatan mengamati prilaku dan keadaan pasien untuk

memperoleh data tentang masalah kesehatan pasien, data yang diperoleh dari
6

hasil observasi berupa data objektif, yaitu pasien tampak batuk. Pemeriksaan

fisik (physical examination) merupakan pengkajian keperawatan dipergunakan

untuk memperoleh data objektif dari pasien, dokumentasi keperawatan

mempunyai makna penting dalam aspek hukum, kualitas pelayanan,

komunikasi, pendidikan, penelitian, dan akreditasi. Berkaitan dengan

perlindungan hukum, dokumentasi asuhan keperawatan dapat memberi bukti

yang berharga tentang kondisi pasien dan pengobatannya dan dapat bersifat

kritis dalam menentukan standar perawatan apakah telah dipenuhi atau tidak

(Nursalam, 2011).

D. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan kasus ini disusun dalam empat

Bab. Bab I yaitu : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,

metode penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II, yaitu tentang Tinjauan

Teori Bronkiolitis dan Tinjauan Kasus Bronkiolitis. Tinjauan teori meliputi

konsep dasar teori, konsep dasar kasus, dan WOC. Dan pada tinjauan kasus

meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. BAB III yaitu

pembahasan. Dalam pembahasan membahas tentang kesenjangan antara teori

dan kasus yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

BAB IV yaitu penutup, yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran.


BAB II

TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Bronkiolitis

a. Pengertian

Bronkiolitis merupakan infeksi respiratorik akut bagian bawah

(IRA-B) yang sering pada bayi. Sekitar 20% anak pernah mengalami satu

episode IRA-B dengan mengi pada tahun pertama (MS, 2010).

Bronkiolitis akut adalah penyakit obsruktif akibat inflamasi akut

pada saluran nafas kecil (bronkiolus), terjadi pada anak berusia kurang

dari 2 tahun dengan insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan. (Mansjoer,

2006).

Bronkiolitis adalah suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus,

yang menyebabkan obstruksi akut jalan nafas dan penurunan pertukaran

gas dalam alveoli. Lebih sering disebabkan oleh respiratory syncytial virus

(RSV), gangguan ini biasanya terjadi pada anak usia 2-12 bulan, terutama

selama musim dingin dan awal musim semi (Anonim, 2008).

b. Patofisiologi

1) Etiologi

Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh respiratory

syncytial virus (50%). Penyebab lainnya ialah para influenza

virus, mycoplasma pneumonial, adenovirus. (Mansjoer, 2006).

7
8

2) Proses terjadi

Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus menyebabkan respon

inflamasi akut, ditandai dengan obstruksi bronkiolus akibat edema.

Sekresi mucus, timbunan debris selular/sel-sel mati yang terkelupas,

kemudian diikuti dengan infiltrasi limfosit peribronkial dan edema

submukosa. Karena tahanan aliran udara berbanding terbalik dengan

diameter penampang saluran respiratori, maka sedikit saja penebalan

mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang besar, terutama

pada bayi yang memiliki penampang saluran respiratori kecil. Resistensi

pada bronkiolus meningkat selama fase inspirasi dan ekspirasi, tetapi

karena radius saluran pernafasan lebih kecil selama ekspirasi, maka akan

menyebabkan hiperventilasi. Aktelektasis dapat terjadi pada saat terjadi

obstruksi total dari udara yang terjebak diabsorpsi.

Proses patologis ini akan mengganggu pertukaran gas normal

di paru. Penurunan kerja ventilasi paru akan menyebabkan

ketidakseimbangan ventilasi perfusi (Ventilation perfusion

mismatching), yang berikutnya akan menyebabkan tejadinya hipoksemia

dan kemudian terjadi hipoksia jaringan . Retensi karbondioksida

(hiperkapnea) tidak selalu terjadi, kecuali pada beberapa pasien.

Semakin tinggi laju respiratori, maka sematin rendah tekanan oksigen

arteri. Kerja pernafasan akan meningkat selama end-exspiratory lung

volume meningkat dan compliance paru menurun. Hiperkapnea biasanya


9

baru terjadi bila respirasi mencapai 60x/menit. Pemulihan sel epitel baru

tampak setelah 3-4 hari, tetapi silia akan diganti setelah dua minggu.

Jaringan mati (debris) akan dibersihkan oleh makrofag (Rahajoe,

Supriatno & Setyanto, 2012).

3) Tanda dan gejala

Bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas

bagian atas disertai dengan batuk pilek untuk beberapa hari biasanya

tanpa disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris. Anak mulai

mengalami sesak nafas, makin lama makin hebat. Pernafasan dangkal

atau cepat disertai dengan serangan batuk. Terlihat juga pernafasan

cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak

menjadi gelisah dan cyanosis. Pada pemeriksaan terdapat suara perlusi

hipersonor, ekspirasi memanjang disertai dengan mengi (wheezing).

Ronchi nyaring halus kadang-kadang terdengar pada akhir ekspirium

atau pada permulaan ekspirium. Pada keadaan yang berat sekali, suara

pernafasan hampir tidak terdengar karena kemungkinan obstruksi

hampir total. Selain itu bronkiolus dapat menyebabkan cyanosis dan

tidak dapat makan. (Ngastiyah, 2005).

4) Komplikasi

Bronkiolitis biasanya dapat menimbulkan komplikasi yaitu

atelektasis hipoksia dan gangguan asam basa (asidosis metabolik,

alkalosis respiratorik dan asidosis respisatorik) (Anomymous, 2013).


1

(a) Atelektasis : adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-

paru akibat penyumbatan saluran udara atau

akibat pernafasan yang sangat dangkal.

(b) Hipoksia : merupakan kekurangan suplay O2 ke jaringan

(c) Alkalosis respiratorik : keadaan dimana darah menjadi basa karena

pernafasan yang cepat dan dalam yang

menyebabkan kadar karbondioksida

dalam darah menjadi rendah.

(d) Asidosis respiratorik : keadaan dimana keasaman darah yang

berlebih karena penumpukan

karbondioksida dalam darah, sebagai

akibat dari fungsi paru – paru yang

buruk / pernafasan yang lambat.

c. Pemeriksaan diagnostic (Rahajoe, Supriatno & Setyanto, 2012).

1) Foto rontgen menunjukkan hiperinflasi dan atelektasis.

2) Darah, Heamoglobin meningkat.

3) Uji ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assays) untuk

mengidentifikasi virus pada nasofaringeal.

4) Analisis gas adalah hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis

metabolik atau respiratorik.


1

d. Penatalaksanaan Medis(Mansjoer, 2006)

1) Terapi

1) Pemberian oksigen 1-2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda

hipoksemia seperti : gelisah dan cyanosis.

2) Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi :

a) Bronkiolitis community base (Ampisilin 100 mg/kg BB/ hari,

letoramfenikol 75 mg/kg BB/hari)

b) Bronkolitis hospital base (Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari,

Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari)

3) Bronkodilator (ventolin) diberikan pada kondisi sekret yang kental.

2) Suportif

1) Cairan intravena (NFD), biasanya diperlukan campuran dektrose

10% : NaCl 0,9% = 3:1 + KCL 10Meq/500 ml cairan.

2) Penyesuaian suhu lingkungan agar konsumsi oksigen minimal,

tunjangan respirasi bila perlu, dan nutrisi.

2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Bronkiolitis

Konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien Bronkiolitis

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan

mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

berbagai permasalahan yang ada. Pengkajian adalah dasar utama dari


1

proses keperawatan. Pada tahap ini akan dilaksanakan pengumpulan data,

penganalisaan data, perumusan masalah dan diagnosa keperawatan.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien,

Bronkiolitis adalah : tanda-tanda distres pernafasan (nafas cepat, dyspnea,

tarikan dada, cuping hidung, cyanosis) selama fase akut, selain itu data

yang bisa didapat pada pasien bronkiolitis yaitu :

1) data subyektif : Adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu

pendapat terhadap suatu situasi data kejadian, informasi tersebut dapat

ditentukan dengan informasi atau komunikasi (Asrinah, 2010). Seperti

orang tua mengeluh anaknya sesak nafas, batuk, bernafas dengan cepat

(takipnea), tidak mau makan dan orang tua mengatakan khawatir

dengan keadaan anaknya.

2)Data obyektif : Data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur

dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan

diagnostik lain. ( Asrinah, 2010). Didapat data cyanosis, batuk-

berdahak, nafas cuping hidung, demam ringan, bernafas dengan cepat

(takipnea, wheezing, ronchi, retraksi otot dada) pada pemeriksaan

darah Hb dan Ht meningkat, foto rontgen menunjukkan hiperinflasi dan

atelektasis.
1

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon

aktual/potensial terhadap masalah kesehatan / proses kehidupan.Dari

pengkajian yang dilakukan maka didapatkan diagnosa keperawatan

menurut (Doengoes, 2014 dan Lynda Juall carpenito, 2012).

1) Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru, proses inflamasi.

2)Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai

oksigen

3) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas, berhubungan dengan Sekresi

yang kental atau berlebihan, sekunder akibat : infeksi, fibrosis kistis

atau influenza.

4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang

tanpa disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan

menurunnya intake.

5) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

6) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

meningkatnya metabolisme anoreksia.

7) Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan

tidak adekuatnya pertahanan sekunder

8) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

mengenai perawatan anaknya.


1

9) Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan aktual atau persepsi

perubahan pada lingkungan, sekunder akibat : Hospitalisasi.

c. Perencanaan Keperawatan

Rencana perawatan adalah penetapan intervensi untuk mengurangi

menghilangkan dan mencegah masalah Keperawatan. Rencana

keperawatan dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan (Doenges, 2014

dan Lynda juall carpenito, 2012).

Perencanaan perawatan diawali dengan menentukan prioritas

bardasarkan Ancaman kehidupan dan kesehatan menurut Griffth – Kenney

Christensen (Wartonah, 2006). Maka dari itu ditemukan prioritas yaitu :

1. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru, proses inflamasi.

Tujuan : pola nafas efektif.

Rencana tindakan :

a) Auskultasi frekuensi dan irama jantung

Rasional : takikardi sebagai akibat hipoksemia dan

kompensasi upaya peningkatan aliran darah. dan

perfusi jaringan.Gangguan irama berhubungan dengan

hipoksemia ketidakseimbangan elektrolit.

b) Observasi perubahan status mental

Rasional : gelisah, bingung, disorientasi, dapat menunjukkan

gangguan aliran darah, hipoksia.


1

c) Obervasi warna dan suhu kulit/membran mukosa

Rasional : adanya cyanosis menunjukkan vasokonstriksi perifer

(syok) dan/atau gangguan aliran darah sistemik.

d) Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler)

Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan

pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi.

e) Kolaborasi/delegatif dalam pemberian cairan parenteral

sesuai indikasi

Rasional : peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan

hiperviskositas darah atau mendukung volume

sirkulasi/perfusi jaringan.

2) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai

oksigen

a) Auskultasi area paru

Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi

dengan cairan.

b) Auskultasi bunyi nafas (frekuensi dan kedalaman pernafasan,

penggunaan otot bantu dan pergerakan otot.

Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal, dispnea dan gerakan

dada tidak simetris sering terjadi karena

ketidaknyamanan dinding dan cairan paru.


1

c) Observasi keabu-abuan menyeluruh dan cyanosis pada jaringan

hangat seperti daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah.

Rasional : menunjukkan hipoksemia sistemik

d) Beri posisi semi fowler/tinggikan kepala tempat tidur sesuai

kebutuhan toleransi pasien.

Rasional : Meningkatnya ekspansi dada maksimal membuat

mudah bernafas yang meningkatnya kenyamanan

pasien.

e) Kaji toleransi aktivitas

Rasional : Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk

berpartisipasi dalam aktivitas tanpa dispnea berat,

takikardia dan disritmia.

f) Observasi Vital sign terutama nadi

Rasional : Takikardi takipnea dan perubahan pada tekanan

darah terjadi dengan beratnya hipoksemia dan

asidosis.

g) Kolaborasi, awasi seri GDA/Nadi Oksimetri

Rasional : Hipoksemia ada berbagai derajat, tergantung pada

jumlah obstruksi jalan nafas, fungsi kardiopulmonal

dan ada / tidaknya syok.

h) Kolaborasi Pemberian oksigen


1

Rasional : memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran

gas.

3) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas, berhubungan dengan Sekresi

yang kental atau berlebihan, sekunder akibat : infeksi

Tujuan : jalan nafas efektif

Intervensi :

a) Auskultasi bunyi nafas kaji frekuensi / kedalaman pernafasan dan

pergerakan dada.

Rasional : Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada

tidak simetris, sering terjadi karena

ketidaknyamanan dinding dada dan cairan paru.

b) Observasi vital sign terutama respirasi tiap 8 jam.

Rasional : Tubuh akan berkompensasi apabila bersihan jalan

nafas tak efektif dimana respirasi dan nadi akan

meningkat.

c) Beri posisi fowler / semi fowler sesuai kebutuhan toleransi pasien

Rasional : memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan kuat

serta menurunkan ketidaknyamanan dada.

d) Berikan minuman air hangat

Rasional : air hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.


1

e) Delegatif atau kolaboratif dalam pemberian obat bronkodilator

sesuai indikasi

Rasional : Alat untuk menurunkan spasme bronkus dengan

memobilisasi sekret.

f) Kolaborasi dalam pemeriksaan DL tiap hari

Rasional : mengetahui perkembangan kondisi pasien

4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang

tanpa disadari (IWL) secara berlebihan melalui ekhalasi dan

menurunnya intake.

Tujuan : cairan

adekuat Intervensi :

a) Kaji perubahan vital

Rasional : peningkatan suhu/memanjangnya demam

meningkatkan laju metabolik dan kehilangan cairan

melalui evaporasi.

b) Observasi tanda-tanda dihidrasi yaitu tugor kulit, kelembaban

membran mukosa.

Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.

c) Memonitor intake dan output cairan

Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan penggantian.

d) Berikan cairan parenteral


1

Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan menurunkan

resiko dehidrasi.

5. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan: temperatur tubuh dalam batas normal (36-37oC)

Intevensi :

a) Memonitori suhu tubuh tiap 6 jam.

Rasional : peningkatan suhu/memanjangnya demam

meningkatkan laju metabolik.

b) Tingkatan intake cairan supaya adekuat

Rasional : peningkatan pemberian cairan menurunkan

peningkatan suhu tubuh.

c) Beri kompres hangat

Rasional : menurunkan suhu tubuh lewat vasodilatasi dan

pemindahan panas dari tubuh keluar tubuh.

d) Kolaborasi pemberian antipiretik sesuai program

Rasional : digunakan sebagai alat penurun panas.

6. Perubahan Nutrisi berhubungan dengan anoreksia sekunder terhadap

infeksi.

Tujuan : Nutrisi anak adekuat

Intervensi :
2

a) Identifikasi penyebab anoreksia

Rasional : pilihan intervensi tergantung penyebab masalah.

b) Beri makanan sedikit tapi sering dan dalam keadaan hangat

Rasional : meningkatkan masukan meskipun nafsu makan

mungkin lambat untuk kembali

c) Kaji kemampuan anak untuk makan

Rasional : mengetahui kemampuan anak dalam menghabiskan

makanan yang diberikan.

d) Observasi masukan makanan tiap hari

Rasional : mengetahui masukan kalori atau kualitas

kekurangan asupan makanan.

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi mal

nukomsumsi makanan

e) Delegatif dalam pemberian cairan IVFD

Rasional : Diharapkan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

pasien.

7. Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan

ketidakadekuatan pertahanan utama.

Tujuan : infeksi tidak menyebar

Intervensi:

a. Observasi vital sign, khususnya selama awal terapi


2

Rasional : selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal

(hipotensi/syok) dapat terjadi.

b. Lakukan teknik cuci tangan yang baik (septik dan aseptik).

Rasional : menurunkan penyebaran/tambahan infeksi.

c. Lakukan isolasi pencegahan

Rasional : teknik isolasi diperlukan untuk mencegah penyebaran/

melindungi pasien dari proses infeksi lain.

d. Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.

Rasional : memudahkanprosespenyembuhan dan meningkatkan

tahanan alamiah

e. Tingkatkan asupan nutrisi.

Rasional : meningkatkan energi dan daya tahan tubuh.

f. Kolaborasi antimikrobial sesuai indikasi

Rasional : antibiotika dapat membunuh mikroorganismepenyebab

bronkiolitis.

8. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

mengenai perawatan anaknya

Tujuan: keluarga tahu tentang penyakit anaknya

Intervensi :

a) Kaji tingkat pengetahuan orang tua, tentang penyakit dan

perawatan anak.
2

Rasional : mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan orang

tua mengenai penyakit dan perawatan anak.

b) Beri HE tentang keadaan cara perawatan pasien

Rasional : memberi informasi untuk menambah pengetahuan

keluarga dan dapat memahami keadaan anaknya.

c) Beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya tentang hal-hal

yang belum diketahui.

Rasional : keluarga bisa memperoleh informasi yang lebih

jelas.

d) Lakukan evaluasi setelah memberi penjelasan pada keluarga.

Rasional : mengetahui apakah keluarga sudah benar-benar

mengerti tentang penjelasan yang diberikan.

9) Ansietas berhubungan dengan perubahan aktual atau persepsi

perubahan pada lingkungan, sekunder akibat : Hospitalisasi

Tujuan : cemas berkurang

Intervensi :

a) Kaji tingkat kecemasan dan pengetahuan orang tua tentang

penyakit dan perawatan anaknya.

Rasional : Mempengaruhi kemampuan keluarga untuk

menggunakan pengetahuan.

b) Beri HE tentang keadaan dan cara perawatan anaknya.


2

Rasional : memberi informasi untuk menambah pengetahuan

keluarga dan dapat memahami keadaan anaknya.

c) Beri motivasi atau dorongan pada keluarga

Rasional : Meningkatkan proses belajar, meningkatkan

pengambilan keputusan dan mencegah ansietas

berhubungan dengan ketidaktahuan

d) Libatkan keluaraga dalam perawatan pasien

Rasional : Kelurga mengetahui cara perawatan pasien serta

keluarga kooperatif.

e) Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

Rasional : Informasi dapat meningkatkan koping keluarga

membantu menurunkan ansietas dan masalah

berlebihan.

d. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan disesuaikan

dengan rencana tindakan keperawatan.

Implementasi adalah tahap ketiga dari proses keperawatan dimana rencana

keperwatan dilaksanakan, melaksanakan / aktivitas yang lebih ditentukan.

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah : proses berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan pada klien.


2

Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang diharapkan

adalah sesuai dengan rencana tujuan yaitu :

1) Pola nafas efektif

2) Pertukaran gas adekuat

3) Jalan nafas efektif

4) Cairan adekuat

5) Suhu tubuh dalam batas normal (36-37oC)

6) Kebutuhan nutrisi terpenuhi

7) Penyebaran infeksi tidak terjadi

8) Orang tua paham tentang perawatan anaknya.

9) Ansietas berkurang / hilang


2
3. Web of caution (WOC) BRONKIOLITIS

Respiratory Syncytial Virus (RSU)

Infeksi saluran pernapasan atas

Timbul respon inflamasi akut

Peradangan pada bronkiolus

Hipertrofi kelenjar Edema pada indikasi MRS

mukosa dan bronkiolus bronkiolus Hospitalisasi

Aktivitas silia dan fagositosis kapasitas vital paru

Peningkatan sekresi bronkiolus kerja silia Ketidakseimbangan ventilasi

Suplai O2 Ansietas
Resti
Penumpukan Obstruksi sekret penyebaran Pusat

Mukus bronkiolus tertelan termoregulasi merespon kurang informasi

Hiposekmia anoreksia Peningkatan suhu tubuh


Ketidak Kurang
efektifan PaCO2
Nutrisi pengetahu
bersihan
Pusat kurang dari Hiperterm metabolisme tubuh
jalan
jalan
termoregulasi di
nafas
hipotalamus merespon Resiko
kekurang
sianosis, takipnea an
volume
Gangguan pertukaran gas
cairan
Pola
nafas
sumber
tak : Doengeos, (2014) & Carpenito, (2012)
2

B. Tinjauan Kasus

1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 April 2016 pukul 16.00 Wita

di ruang D Rumah Sakit Umum Daerah Klungkung dengan teknik

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan catatan medis pasien.

a. Pengumpulan data

1) Identitas Anak

a) Pasien

(1) Nama : AS

(2) Tempat tgl lahir/ usia : Rendang, 2 Januari 2016 / 3 bulan

(3) Jenis Kelamin : Laki-laki

(4) Agama : Hindu

(5) Alamat : Rendang, Baled Pasar, Karangasem

(6) Tgl masuk : 26 April 2016

b) Orang tua

(1) Ayah

(a) Nama : KS

(b) Usia : 25 tahun

(c) Pendidikan : SMP

(d) Pekerjaan : Swasta

(e) Agama : Hindu

(f) Alamat : Rendang, Baled Pasar –

Karangasem
2

(1) Ibu

(a) Nama : SA

(b) Usia : 21 tahun

(c) Pendidikan : SMP

(d) Pekerjaan : IRT

(e) Agama : Hindu

(f) Alamat : Rendang, Baled Pasar –

Karangasem

2) Alasan Dirawat

a) Keluhan saat MRS ( 26 April 2016)

orang tua pasien mengatakan anaknya sesak sejak 4 hari yang lalu

b) Keluhan saat pengkajian (27 April

2016) Orang tua mengatakan anaknya

batuk

3) Riwayat Penyakit sekarang ( tanggal 27 April 2016)

Orang tua pasien mengatakan anaknya sesak sejak 4 hari yang lalu,

sebelum masuk rumah sakit, orang tua pasien mengatakan anaknya

mengalami panas pada tanggal 23 April 2016, S=37,90C,disertai

batuk pilek setelah imunisasi, lalu orang tua pasien mengajak pasien

beobat ke bidan, di berikan obat paracetamol. Pada tangga 24 April

2016 pasien tidak diberikan paracetamol karena panasnya sudah

turun. Pada tanggal 25 April 2016 pasien masih batuk tetapi tidak

diobati. Pada tanggal 26 April 2016 batuk pasien bertambah dan

karena pasien juga mengalami sesak (RR= 60x/menit), kemudian


2

bidan merujuk pasien ke RSUD Klungkung dan diterima di UGD

pukul 23.50 wita, dilakukan pemeriksaan vital sign (N= 114x/mnt,

RR= 40x/mnt, S= 37,60C), pemasangan infuse IVFD D5 ¼ NS (25

tetes/menit mikro), dilakukan pemeriksaan darah lengkap,diberikan

injeksi IV cefotaxime 3x250 mg, dexametasone bolus 4 mg(3x ½

mg), nebuleser ventolin 0,5 cc @ 8jam, obat oral Mucera drop 3x0,2

mg, pct 3x ½ cth. Setelah diobservasi lalu pasien dianjurkan rawat

inap untuk mendapat terapi lebih lanjut. Pada tanggal 27 April 2016

pukul 16.00 wita pasien tiba di ruangan. Di ruangan dilakukan

pengkajian dan ibu pasien mengatakan anaknya sesak sejak 4 hari

yang lalu, disertai batuk. S=37,50C, RR=39x/menit,

Nadi=121x/menit.

Diagnosaa medis (26/04/16) : Bronkiolitis

Therapi (27/04/16) : (1) IVFD Dex 5% ¼ NS 25

tetes/menit

(2) Cefotaxime 3 x 250 mg (IV)

(3) Dexametasone 3 x ½ mg (IV

(4) Nebulezer ventolin 0,75 cc @6jam

(5) Pemberian 02 1 lpm

5) Riwayat kesehatan lalu

a) Riwayat Prenatal care

Ibu mengatakan ini merupakan anak pertama. Selama hamil ibu

memeriksakan kehamilannya sebanyak 6 kali ke Bidan, selama


2

umur kehamilan satu sampai dua bulan Ibu mengalami mual

muntah. Gizi ibu pada kehamilan cukup. Kenaikan berat badan

selama kehamianl 14 kg. Ibu sudah mendapat imunisasi TT

sebanyak 2 kali yaitu pada umur kehamilan 3 dan 5 bulan.

Golongan darah ibu adalah A.

b) Riwayat Natal care

Ibu mengatakan kelahiran anaknya dibantu oleh bidan di Rumah

sakit RS Bintang, dengan tehnik persalinan spontan. Ibu

mengatakan selama persalinan tidak mendapat obat perangsang,

dilakukan robekan perinium dan tidak ada perdarahan selama

nifas.

c) Post Natal care

Ibu pasien mengatakan bayinya lahir normal dengan jenis kelamin

laki-laki dengan berat bayi 4150 gram, dan panjang badan 49 cm.

Bayi tidak mengalami kelainan seperti hiperbilirubin, cyanosis,

asfiksia, BBLR, dan problem menyusui.

6) Riwayat kesehatan Keluarga

Orang tua pasien mengatakan bahwa dari keluarga tidak yang pernah

menderita penyakit asma, Hipertensi, TBC, Kencing Manis, penyakit

jantung, anemia, arthritis, DM, kanker, jiwa.


3

7) Genogram :

KS
SA

AS

Keterangan :

= laki-laki

= perempuan

= hubungan keluarga

= Tinggal Serumah

= Klien

Penjelasan genogram :

Dalam keluarga bapak KS tinggal bersama istri SA dan 1

orang anaknya AS yang sedang menderita Bronkiolitis. Dalam

keluarga Bapak KS maupun keluarga SA tidak ada yang

menderita penyakit seperti yang dialami anaknya saat ini.


3

8) Pengetahuan keluarga tentang kesehatan

Ibu pasien mengatakan tidak tahu tentang pengertian, penyebab, dan

penatalaksanaan dari penyakit anaknya bila kambuh lagi. Ibu

mengatakan setiap anaknya sakit selalu dibawa ke dokter maupun

kebidan.

9) Riwayat imunisasi

Ibu pasien mengatakan anaknya sudah mendapat imunisasi Hepatitis

setelah lahir, BCG pada umur bayi satu bulan, Polio I pada umur satu

bulan, Polio II pada umur tiga bulan, DPT I pada umur tiga bulan.

10) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

a) Riwayat Pertumbuhan

Ibu pasien mengatakan anaknya lahir normal dengan berat badan

4.150 gram, dan panjang badan 49 cm, saat berumur satu bulan

berat badan pasien 5.150 gram, saat berumur dua bulan pasien

berumur5.650 gram, dan saat berumur tiga bulan tidak mengalami

penurunan berat badan selama sakit, berat badan sebelum sakit 6

kg, berat badan selama sakit 6 kg, ibu pasien mengatakan anaknya

tidak ada mengalalami masalah dalam tinggi badan, tinggi badan

saat pengkajian 64 cm, ibu pasien mengatakan anaknya belum

timbuh gigi.

b) Riwayat Perkembangan

Ibu mengatakan perkembangan anaknya sampai saat ini berumur

tiga bulan dan tidak mengalami gangguan dari lahir sampai


3

sekarang. Perkembangan pasien sesuai dengan tahapnya, ibu

mengatakan anaknya sudah bisa tersenyum, menggenggam

tangan, menggerakkan kepala, mengoceh spontan dan menatap

wajah ibunya pada usia 3 bulan.

11) Riwayat nutrisi

a) Pemberian ASI

Ibu mengatakan anaknya mendapat ASI dari baru lahir,

diberikan setiap kali menangis dan diberikan sampai saat ini.

b) Pemberian susu formula

Ibu pasien mengatakan anaknya tidak di berikan susu tambahan

seperti susu formula, karena ibu mengatakan ingin focus

memberikan ASI ekslisif.

c) Pola perubahan nutrisi

Ibu mengatakan anaknya minum ASI eksklusif dari lahir sampai

saat ini berumur 3 bulan.

12) Data biologis-psikologis-sosial-spiritual

a) Data biologis

(1) Bernafas

Sebelum sakit ibu mengatakan anaknya tidak pernah

mengalami gangguan dalam bernafas, baik menarik atau

mengeluarkan nafas. Saat sakit dan saat pengkajian ibu

mengatakan anaknya sesak nafas, disertai batuk, terdengar

suara grek-grek saat bernafas, terpasang 02 1 liter/menit


3

(2) Makan dan minum

Makan : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya

hanya diberikan ASI ekslusif, karena

anaknya baru berusia 3 bulan.

Minum : Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya biasa

menetek ± 30 menit sekali menetek, saat

sakit dan saat pengkajian anaknya sudah

meneteki 3 kali (± 20 menit) sekali

menetek.

(3) Eleminasi

BAB : Sebelum sakit ibu mengatakan anaknya biasa

BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi

lembek, warna kuning, bau khas feses,

lendir / darah tidak ada. Saat pengkajian

ibu mengatakan anaknya sudah BAB

sekali saat tadi pagi dengan konsistensi

lembek, warna kuning, bau khas feses,

tidak ada lendir / darah.

BAK : Sebelum sakit ibu mengatakan pasien

BAK ±6 – 8 kali/hari dengan volume

sekali kencing ± 100 cc(½ gelas) warna

bening, bau fesing. Saat pengkajian ibu

mengatakan anaknya sudah BAK

sebanyak 4 kali dari tadi pagi.


3

(4) Gerak dan aktivitas

Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya biasa bermain

dengan kakak sepupunya. Saat pengkajian ibu mengatakan

anaknya rewel dan tampak lemas.

(5) Istirahat tidur

Sebelum sakit ibu mengatakan anaknya biasa mulai tidur

dari pukul 10:00 malam sampai bangun pagi pukul 05:00

wita.Diselang waktu tidur anak sering terbangun untuk

menetek susu, atau karena kencing, kadang-kadang anak

tidur siang ± 4-5 jam Saat sakit ibu mengatakan anakanya

biasa tidur namun lebih rewel dari biasanya, saat

pengkajian anak tampak sedang tidak tidur dan rewel

karena sesaknya.

(6) Pengaturan suhu tubuh

Sebelum sakit ibu mengatakan anaknya pernah mengalami

panas demam, tapi setelah berobat ke Bidan panasnya

berangsur membaik dalam jangka waktu 1 hari. Saat sakit

badan anaknya panas sejak 2 hari yang lalu dan saat

pengkajian ibu mengatakan badan anaknya teraba hangat,

suhu tubuh anak 37,50C.

(7) Kebersihan diri

Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya biasa dimandikan 2

kali sehari pagi dan sore dan keramas 1 kali seminggu. Saat
3

sakit dan saat pengkajian anak hanya dilap 2 kali sehari

dengan air hangat, dan belum dikramas sejak sakit.

b) Data psikologis

(1) Rasa aman orang tua

Saat pengkajian ibu mengatakan khawatir dengan keadaan

anaknya. Ibu sering bertanya-tanya tentang keadaan

anaknya apakah sesak anaknya bisa hilang, raut muka ibu

tampak tegang, orang tua tampak gelisah.

(2) Rasa nyaman

Anak tampak nyaman bila dibahu ibu, anak kadang

menangis bila dilakukan tindakan keperawatan seperti

disuntik dan dilakukan nebuleser.

c) Data sosialisasi

(1) Sosial anak

Pasien adalah anak pertama dan ibu mengatakan sangat

menyayangi anaknya. Saat pengkajian anak ditemani ayah

dan ibunya.

(2) Bermain

Ibu mengatakan sebelum sakit anaknya biasa bermain

dengan kakak sepupunya. Saat pengkajian ibu mengatakan

anaknya rewel dan hanya bermainan di tempat tidur.


3

(3) Rekreasi

Ibu mengatakan anaknya belum pernah diajak jalan – jalan

ke tempat rekreasi, hanya bermain dengan keluarga sambil

menonton televisi.

(4) Prestasi

Ibu mengatakan anaknya belum memiliki prestasi dalam

bidang akademik karena anaknya belum sekolah.

d) Data Spiritual

Keluarga beragama Hindu dan biasa sembahyang pada hari-hari

tertentu. Selama anaknya di rumah sakit ibu hanya bisa

sembahyang dari tempat tidur anaknya, dan terkadang

sembahyang di Padmasana. Keluarga percaya Penyakit anaknya

adalah penyakit medis, bukan disebabkan oleh magis.

e) Reaksi hospitalisasi

1) Pengetahuan orang tua tentang kesehatan

Ibu mengatakan tidak tahu tentang pengertian, penyebab dan

penatalaksaan dari penyakit anaknya. Ibu mengatakan jika

anaknya sakit, ayahnya akan membawa anaknya ke dokter

atau puskesmas.

13) Pemeriksaan fisik

(1) Keadaan umum

(a) Kebersihan anak : Ektremitas atas bawah dan badan

bersih.
3

(b) Keadaan kulit : Tugor kulit elastis, cyanosis tidak

ada, lesi tidak ada, akral kulit

pasien teraba hangat.

(c) Kesadaran : Campos Mentis (CM)

(2) Ukuran-ukuran ( antopometri)

(a) Berat badan sebelum sakit = 6 kg

(b) Berat badan saat pengkajian = 6 kg

(c) Panjang badan = 64 cm

(d) Lingkar kepala = 42 cm

(e) Lingkar dada = 46 cm

(f) Lingkar lengan atas = 16 cm

(3) Gejala kardinal

(a) Suhu = 37,5oC

(b) Nadi = 121 x/menit

(c) Respirasi = 39 x/menit

(4) Keadaan fisik

a) Kepala

Inspeksi : Bentuk kepala simetris, rambut hitam,

penyebaran rambut merata, lesi tidak ada,

kebersihan cukup.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

benjolan.
3

b) Mata

Inspeksi : Bentuk simetris, reflek(+), pupil isokor,

pergerakan bola mata baik, konjungtiva

merah muda, sclera putih, kebersihan

cukup.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

benjolan.

c) Hidung

Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat secret, lesi

tidak ada, nafas cuping hidung tidak ada,

kebersihan cukup.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

benjolan.

d) Telinga

Inspeksi : bentuk simetris, serumen tidak ada,

kebersihan cukup.

Inspeksi : tidak ada nyeri tekan, tidak teraba

benjolan.

e) Mulut

Inspeksi : Mukosa bibir merah muda dan lembab,

lesi tidak ada, peradangan gusi tidak ada,

lidah bersih, kebersihan cukup.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.


3

f) Leher

Inspeksi : tidak ada lesi

Palpasi : Pembesaran vena jugularis tidak ada,

pembesaran kelenjar tiroid tidak ada,

pergerakan terkoordinasi.

g) Thoraks

(1) Paru

Inspeksi : Bentuk dada kanan dan kiri simetris,

retraksi otot dada ada, pergerakan

otot dada simetris.

Palpasi : nyeri tekan tidak ada, pengembangan

dada simetris.

Perkusi : sonor

Auskultasi : suara nafas vesikuler, terdengar suara

ronchi

(2) Jantung

Inspeksi : Bentuk dada kanan dan kiri simetris,

retraksi otot dada ada, pergerakan

otot dada simetris.

Palpasi : nyeri tekan tidak ada, pengembangan

dada simetris.

Perkusi : dalnes

Auskultasi : S1S2 tunggal regular.


4

h) Abdomen

Inspeksi : Distensi abdomen tidak ada, lesi tidak

ada, asites tidak ada,

Auskultasi : bising usus 6 x/mnt.

Perkusi : timpani

Palpasi : Distensi abdomen tidak ada, nyeri

tekan tidak ada, asites tidak ada,

i) Ekstriminitas

Atas : pergerakan terkoordinasi, cyanosis

tidak ada, akral hangat, oedema tidak

ada, terpasang IVFD D5% ¼ NS 25

tetes/menit mikro di tangan kanan.

Bawah : pergerakan terkoordinasi, cyanosis

tidak ada akral hangat, oedem tidak

ada

Pergerakan : kuat

j) Genetalia :Kebersihan cukup kemerahan tidak

ada, lecet tidak ada.

k) Anus : Kebersihan cukup kemerahan tidak

ada, lecet tidak ada.


4

13) Pemeriksaan penunjang

Tabel 2
PEMERIKSAAN DARAH LENGKAP
PASIEN AS DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
PADA TANGGAL 26 APRIL 2016 PUKUL 23.45 WITA

Pemeriksaan Hasil Satuan Normal


WBC 21.67* 10^3/uL 4.60-10.2
NUET 8.85* 10^3/uL 2.00-6.00
LYMPH 9.62* 10^3/uL 0.60-5.20
MONO 2.23* 10^3/uL 0.10-0.60
EO 0.92 10^3/uL 0.00-0.40
BASO 0.05 10^3/uL 0.00-0.10
NUET% 40.9 % 40.0-70.0
LYMPH% 44.4* % 20.0-40.0
MONO% 10.3 % 1.70-9.30
EO% 4.2 % 0.00-6.00
BASO% 0.2 % 0.00-1.00
RBC 4.11 10^6/uL 3.80-6.50
HGB 11.3 g/dL 11.5-18.0
HCT 33.5* % 37.0-54.0
MCV 81.5 Fl 80.0-100
MCH 27.5 Pg 27.0-32.0
MCHC 33.7 g/dL 31.0-36.0
RDW-SD 40.7 fL 37.0-54.0
RDW-CW 14.0 % 11.5-14.5
PLT 493* 10^3/uL 150-400
PDW 8.3 fL 15.5-17.1
MPV 8.0 fL 7.80-11.0
P-LCR 11.5 % 13.0-43.0
PCT 0.39 % 0.19-0.36
Sumber : rekam medik pasien.
Keterangan : parameter pemeriksaan yang di tandai dengan * merupakan
pemeriksaan yang hasilnya melebihi atau kurang dari nilai
normal.
4

b. Analisa Data

Tabel 3
ANALISA DATA PASIEN AS
DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 27 APRIL 2016
No Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan
1 2 3 4
1. ibu mengatakan anaknya - Pasien tampak sesak Ketidak
sesak nafas sejak 4 hari - Pasien tampak batuk efektifan
yang lalu disertai batuk berdahak bersihan
- Terdengar suara nafas jalan nafas.
tambahan : ronchi
- Respirasi = 39 x/menit.
- Terdapat penggunaan
retraksi otot dada

2. - Suhu saat pengkajian 37,50C Resiko


tinggi
- WBC= 21.67 [ 10 ̂ 3/uL ] terhadap
penyebaran
infeksi

3. -Ibu mengatakan khawatir - Ibu tampak bertanya-tanya Ansietas


dengan keadaan anaknya. tentang keadaan anaknya orang tua
- Ibu tampak gelisah

c. Rumusan Masalah

1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas.

2) Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi.

3) Ansietas orang tua.


4

d. Analisis Masalah

1) P : Ketidak efektifan bersihan jalan nafas

E : Sekresi yang kental atau berlebihan, sekunder akibat : infeksi

S : Ibu mengatakan anaknya sesak nafas sejak 4 hari yang lalu disertai

batuk,Pasien tampak sesak,pasien tampak batuk, Terdengar suara

nafas tambahan: ronchi, , Respirasi = 39 x/menit.

Proses terjadinya : Karena terjadinya peradangan pada paru-paru

khususnya bronkiolus menyebabkan produksi sekret

atau mucus pada bronkiolus menjadi kental atau

sukit untuk dikeluarkan sehingga terjadi

penimbunan dan perlengketan mukus secara terus

menerus pada bronkus, yang akhirnya dapat

menyebabkan jalan nafas tersumbat sehingga jalan

nafas tak efektif yang akan mengganggu pertukaran

O2 dan CO2 yang akan menimbulkan sesak.

Akibat tidak ditanggulangi : Akan menyumbat jalan nafas secara totalis

dan menyebabkan menjadi hipoksia.

2) P : Resiko tinggi terhadap penyebaran

infeksi FR : ketidakadekuatan pertahanan

utama

Proses terjadinya : Infeksi virus pada epitel bersilia bronkiolus

menyebabkan respon inflamasi akut,

ditandai dengan obstruksi bronkiolus


4

akibat edema. Sekresi mucus, timbunan

debris selular/sel-sel mati yang

terkelupas, kemudian diikuti dengan

infiltrasi limfosit peribronkial dan edema

submukosa

Akibat jika tidak ditanggulangi : akan terjadi penyebaran infeksi

ke organ tubuh lain dan akan

menimbulkan komplikasi

seperti bronchitis dan

menimbulkan dilatasi saluran

pernafasan.

3) P : Ansietas orang tua

E : perubahan aktual atau persepsi perubahan pada lingkungan,

sekunder akibat : hospitalisasi

S : Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya, ibu tampak bertanya-

tanya tentang keadaan anaknya, ibu tampak gelisah

Proses terjadi : Kurangnya informasi keluarga tentang keadaan serta cara

perawatan anaknya yang menyangkut keselamatan

anaknya. Sehingga menimbulkan rasa kwatir dan takut

dengan keadaan anaknya. Sebagai koping keluarga,

keluarga sering bertanya-tanya tentang keadaan anaknya

yang belum diketahui, sehingga membuat keluarga

mengalami kecemasan.
4

Akibat tidak ditanggulangi : Dapat menyebabkan stress psikologis

sehingga berdampak dalam perawatan

anaknya.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Sekresi yang

kental atau berlebihan, sekunder akibat : infeksi ditandai dengan Ibu

mengatakan anaknya sesak nafas sejak 4 hari yang lalu disertai

batuk,Pasien tampak sesak, pasien tampak batuk, Terdengar suara nafas

tambahan: ronchi, , Respirasi = 39 x/menit.

2. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan

dengan ketidakadekuatan pertahanan utama.

3. Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan aktual atau persepsi

perubahan pada lingkungan, sekunder akibat : hospitalisasi, ditandai

dengan Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya, ibu tampak

bertanya-tanya tentang keadaan anaknya, ibu tampak gelisah.


4

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

a. Prioritas diagnosa

Diagnosa Keperawatan diprioritaskan berdasarkan berat

ringannya masalah

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan Sekresi

yang kental atau berlebihan, sekunder akibat : infeksi ditandai dengan

Ibu mengatakan anaknya sesak nafas sejak 4 hari yang lalu disertai

batuk,Pasien tampak sesak, pasien tampak batuk, Terdengar suara

nafas tambahan : ronchi, Respirasi = 39 x/menit.

2. Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan

dengan ketidakadekuatan pertahanan utama.

3. Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan aktual atau

persepsi perubahan pada lingkungan, sekunder akibat : hospitalisasi,

ditandai dengan Ibu mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya,

ibu tampak bertanya-tanya tentang keadaan anaknya, ibu tampak

gelisah.
4

b. Rencana Keperawatan

Tabel 4
RENCANA KEPERAWATAN PASIEN AS
DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KLUNGKUNG KLUNGKUNG
TANGGAL 27 APRIL 2016

Hari/T
gl/ Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional
Jam
1 2 3 4 5
Rabu, Ketidakefektifan bersihan Setelah diberikan askep 1. Observasi vital sign 1. Tubuh akan berkompensasi
27 april jalan nafas berhubungan selama 3x24 jam setiap 8 jam apabila bersihan jalan nafas tak
2016 dengan Sekresi yang kental diharapkan jalan nafas efektif dimana respirasi dan
16.00 atau berlebihan, sekunder kembali efektif nadi akan meningkat.
wita akibat : infeksi ditandai dengan kriteria hasil: 2. Kaji frekuensi / 2. Takipnea pernafasan dangkal
dengan Ibu mengatakan 1. Pasien tidak sesak kedalaman pernafasan dan gerakan dada tak simetris
anaknya sesak nafas sejak 4 lagi/ berkurang dan gerakan dada sering terjadi karena ketidak
hari yang lalu disertai 2. Batuk tidak ada nyamanan dinding dada dan
batuk,Pasien tampak sesak, 3. Tidak ada suara atau cairan paru
pasien tampak batuk, tambahan
Terdengar suara nafas (ronchi/wheezing) 3. Beri posisi yang 3. Memungkin-kan upaya nafas
tambahan : ronchi, 4. Tidak ada pernafasan nyaman (fowler atau lebih dalam dan lebih kuat
Respirasi = 37 x/menit. cuping hidung dan semi fowler) serta menurunkan ketidak
penggunaan otot nyamanan dada
bantu nafas
5. Respirasi normal (30
– 40 x/menit) 4. Delegatif dalam 4. Bronchodilator dapat
pemberian bronchodi- melegakan jalan nafas dan obat
lator (ventolin 0,75 cc+ mukolitik dapat mengurangi
Nacl 10 cc) produksi sekret

4
Dilanjutk
Lanjutan 5

1 2 3 4 5

Rabu, Resiko tinggi terhadap Setelah diberikan askep 1. Observasi vital sign, 1. selama periode waktu ini,
27 penularan infeksi selama 3x24 jam khususnya awal terapi potensial komplikasi fatal
April berhubungan dengan diharapkan penyebaran (hipotensi/syok) dapat terjadi.
2016 ketidakadekuatan infeksi tidak terjadi
Pkl pertahanan utama dengan kriteria hassil 2. Observasi tanda-tanda 2. Adanya infeksi ditandai
16.00 1. Suhu normal 36 – infeksi seperti kalor, dengan terjadinya sepsis,
wita 37,5oC dolor,tumor,rubor, abses, dan peritonitis.
2. WBC normal 4.60- fungsiolasia
10.02
3. Tidak ada tanda-tanda 3.lakukan tehnik cuci 3. menurunkan penyebaran atau
infeksi seperti kalor, tangan dengan baik tambahan infeksi
tumor, dolor, rubor, (septic dan aseptic)
fungsiolasea
4.tingkatkan asupan nutrisi 4. dengan asupan makanan
yangb adekuat dapat
meningkatkan energi dan
memperkuat daya ytahan
tubuh
5.Kolaborasi/delegatif
pemberian obat 5. antibiotika dapat membunuh
antiboitika cefotaxime
3x250 mg, mikroorganisme penyebab
dexametasone 3x 1,5 cc
bronkiolitis.

Rabu, Ansietas berhubungan Setelah diberikan askep 1. Kaji tingkat kecemasan 1. Mempengaruhi kemampuan
27 april dengan perubahan aktual selama 1x15 menit dan pengetahuan orang keluarga untuk menggunakan
2016 atau persepsi perubahan dalam kurun waktu 3x tua tentang penyakit pengetahuan.

4
Dilanjutk
Lanjutan 5

1 2 3 4 5
pkl pada lingkungan, sekunder 24 jam diharapkan dan perawatan anaknya.
16.00 akibat : hospitalisasi, ansietas ibu dapat
wita ditandai dengan Ibu teratasi dengan kriteria 2. Beri HE tentang 2. memberi informasi untuk
mengatakan khawatir hasil: keadaan dan cara menambah pengetahuan
dengan keadaan anaknya, 1. Ibu tidak khawatir perawatan anaknya keluarga dan dapat
ibu tampak bertanya-tanya dengan keadaan memahami keadaan anaknya.
tentang keadaan anaknya, anaknya
ibu tampak gelisah. 2. Ibu tampak tenang
3. Ibu tidak bertanya- 3.Beri motivasi atau 3. Meningkatkan proses belajar,
tanya dengan dorongan pada keluarga meningkatkan pengambilan
keadaannya keputusan dan mencegah
ansietas berhubungan dengan
ketidaktahuan

4.Libatkan keluaraga 4. Kelurga mengetahui cara


dalam perawatan pasien perawatan pasien serta
keluarga kooperatif.

5. Jelaskan tindakan yang 5. Informasi dapat meningkatkan


akan dilakukan koping keluarga membantu
menurunkan ansietas dan
masalah berlebihan.

4
5

4. PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Tabel 5
PELAKSANAAN KEPERAWATAN PASIEN AS
DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 27 – 30 APRIL 2016

Hari/Tangga
Diagnosa Tindakan
l/ Evaluasi Paraf
Keperawatan Keperawatan
Jam
1 2 3 4 5
Rabu, 1, 2 mengobservasi Keadaan umum Dayu
27 April vital sign baik, ibu pasien
2016 mengatakan
Pkl 16.00 anaknya masih
Wita sesak dan batuk, S
: 37,5OC, RR :
39x/menit, Nadi :
121x/menit, tidak
ada tanda-tanda
infeksi

Pkl. 16.10 1 mengkaji RR : 39x/menit, Dayu


Wita frekuensi / gerakan dada
kedalaman simetris, terdapat
pernafasan dan suara tambahan
gerakan dada ronchi

Pkl.16.15 1 member posisi Pasien tampak Dayu


wita yang nyaman nyaman dengan
posisi yang
diberikan

Pkl.16.30 2 mengobservasi Tidak ada tanda- Dayu


wita tanda-tanda infeksi tanda infeksi

Pkl. 16.40 3 Kaji tingkat Ibu pasien Dayu


wita kecemasan dan mengatakan
pengetahuan orang khawatir dengan
tua tentang keadaan anaknya
penyakit dan saat ini
perawatan
anaknya

Pkl. 1 Mengobservasi Keadaan umum Dayu

Dilanjutk
5

Lanjutan

1 2 3 4 5
17.00Wita tanda-tanda vital baik, ibu pasien
mengatakan
anaknya masih
sesak dan batuk, S
: 37,5OC, RR :
39x/menit, Nadi :
121x/menit

Pkl. 17.10 2 meningkatkan Ibu pasien Dayu


Wita asupan nutrisi mengatakan
anaknya sudah
minum ASI
ekslusif 2x selama
30 meit

Pkl.17.30 3 memberi HE Keluarga Pasien Dayu


wita tentang keadaan tampak tidak
dan cara mengerti dengan
perawatan yang dijelaskan
anaknya oleh perawat

Pkl.18.00 2 memberikan obat Obat sudah Dayu


wita antibiotic diinjeksikan
cefotaxime 250 melalui IV set,
mg, dexametasone tidak ada reaksi
½ mg alergi

Pkl. 18.05 1 memberikan Obat sudah dihirup Dayu


wita Nebuleser melalui nebuleser,
(ventolin 0,75cc + pasien tampak
Nacl 10cc) batuk

Pkl.19.00 3 memberi motivasi Keluarga tampak Dayu


wita atau dorongan senang diberikan
pada keluarga motifasi oleh
perawat

Pkl.24.00 1 memberikan Obat sudah dihirup Prwt


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Nacl 10cc)

Dilanjutk
5

Lanjutan

1 2 3 4 5
Kamis, 28 1 mengobservasi Keadaan umum Prwt
April 2016 tanda-tanda vital baik, ibu pasien
Pkl.05.00 mengatakan
wita anaknya masih
sesak dan batuk, S
: 37,5OC, RR :
38x/menit, Nadi :
120x/menit

Pkl.06.00 2 memberikan obat Obat sudah Prwt


wita antibiotic diijeksikan melalui
cefotaxime 250 IV perset, tidak ada
mg, dexametasone reaksi alergi
½ mg

Pkl 06.05 1 memberikan Obat sudah dihirup Prwt


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Nacl 10cc)

Pkl 08.05 Membersihkan Tempat tidur Dayu


wita tempat tidur pasien tampak bersih dan
rapi

Pkl. 08.30 1 Memberi posisi Pasien tampak Dayu


wita yang nyaman digendong oleh
ibuya

Pkl.09.00 1 mengobservasi Keadaan umum Dayu


wita tanda-tanda vital baik, ibu pasien
mengatakan
anaknya masih
sesak dan batuk, S
: 37,5OC, RR :
38x/menit, Nadi :
120x/menit

Pkl.09.30 Mengganti cairan Cairan infuse sudah Dayu


wita infus diganti dan menetes
dengan tepat (Dex
5% ¼ NS 25
tts/menit mikro)

Pkl. 10.00 2 memberikan obat Obat sudah Dayu

Dilanjutk
5
Lanjutan

1 2 3 4 5
wita antibiotic diijeksikan melalui
cefotaxime 250 IV perset, tidak ada
mg, dexametasone reaksi alergi
½ mg

Pkl 10.30 3 melibatkan Ibu tampak selalu Dayu


wita keluarga dalam menemani pasien
perawatan pasien saat tindakan
perawat

Pkl. 11.00 3 memberi HE Keluarga Pasien Dayu


wita tentang keadaan tampak tidak
dan cara mengerti dengan
perawatan yang dijelaskan
anaknya perawat.

Pkl. 12.00 1 memberikan Obat sudah dihirup Dayu


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Nacl 10cc)

Pkl. 12.25 2 meningkatkan Ibu pasien Dayu


wita asupan nutrisi mengatakan
anaknya sudah
minum ASI
ekslusif 4x selama
30 menit

Pkl. 14.00 2 mengobservasi Tidak ada tanda- Prwt


wita tanda-tanda infeksi tanda infeksi
seperti kalor,
rubor, dolor,
tumor, dan
fungsiolasea

Pkl. 15.10 3 memberi motifasi Keluarga tampak Prwt


wita atau dorongan senang diberikan
pada keluarga motifasi oleh
perawat

Pkl. 17.00 1 mengobservasi Keadaan umum Prwt


wita tanda-tanda vital baik, ibu pasien

Dilanjutk
5

Lanjutan
1 2 3 4 5
mengatakan
anaknya masih
sesak dan batuk, S Prwt
: 37,5OC, RR :
38x/menit, Nadi :
120x/menit

Pkl 18.00 1 memberikan obat Obat sudah Prwt


wita antibiotic diinjeksikan
cefotaxime 250 melalui IV perset,
mg, dexametasone tidak ada reaksi
½ mg alergi

Pkl. 18.05 1 memberikan Obat sudah dihirup Prwt


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Nacl 10cc)

Pkl. 18.05 3 memberi motifasi Keluarga tampak Prwt


wita atau dorongan senang diberikan
pada keluarga motifasi oleh
perawat

Pkl. 24.00 1 memberikan Obat sudah dihirup Prwt


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Nacl 10cc)

Jumat,29
April 2016 1 mengobservasi Keadaan umum Prwt
Pkl. 05.00 tanda-tanda vital baik, ibu pasien
wita mengatakan
anaknya masih
sesak dan batuk, S
: 37,5OC, RR :
37x/menit, Nadi :
120x/menit

Pkl. 06.00 1 memberikan obat Obat sudah Prwt


wita antibiotic diinjeksikan
cefotaxime 250 melalui IV perset,

Dilanjutk
5

Lanjutan
1 2 3 4 5
mg, dexametasone tidak ada reaksi
½ mg alergi

Pkl. 06.05 1 memberikan Obat sudah dihirup Prwt


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Nacl 10cc)

Pkl. 08.05 Merapikan tempat Tempat tidur pasien Dayu


wita tidur pasien tampak bersih dan
rapi

Pkl. 09.00 1 mengobservasi Keadaan umum Dayu


wita tanda-tanda vital baik, ibu pasien
mengatakan
anaknya masih
sesak dan batuk, S
: 37,5OC, RR :
37x/menit, Nadi :
120x/menit

Pkl. 10.00 2 memberikan obat Obat sudah Dayu


wita antibiotic diijeksikan melalui
cefotaxime 250 IV perset, tidak ada
mg, dexametasone reaksi alergi
½ mg

Pkl. 11.00 3 memberi HE Keluarga Pasien Dayu


Wita tentang keadaan tampak tidak
dan cara mengerti dengan
perawatan yang dijelaskan
anaknya perawat

Pkl.12.00 1 memberikan Obat sudah dihirup Prwt


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Nacl 10cc)

Pkl. 15.00 2 mengobservasi Tidak ada tanda- Prwt


wita tanda-tanda infeksi tanda infeksi
seperti kalor,

Dilanjutk
5

Lanjutan

1 2 3 4 5
rubor, dolor,
tumor, dan
fungsiolasea

Pkl. 16.20 2 melakukan tehnik Pasien sudah Prwt


wita cuci tangan yang melakukan cuci
baik(aseptic dan tangan enam
septic) langkah

Pkl.17.00 1 mengobservasi Keadaan umum Prwt


wita tanda-tanda vital baik, ibu pasien
mengatakan
anaknya masih
sesak dan batuk, S
: 37,5OC, RR :
37x/menit, Nadi :
120x/menit

Pkl.18.00 2 memberikan obat Obat sudah Prwt


wita antibiotic diijeksikan melalui
cefotaxime 250 IV perset, tidak ada
mg, dexametasone reaksi alergi
½ mg

Pkl. 18.05 1 memberikan Obat sudah dihirup Prwt


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Nacl 10cc)

Pkl. 20.00 2 meningkatkan Ibu pasien Prwt


wita asupan nutrisi mengatakan
anaknya sudah
minum ASI
ekslusif 4x selama
30 menit

Pkl. 24.00 1 memberikan Obat sudah dihirup Prwt


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Sabtu, 30 Nacl 10cc)
April 2016
Pkl. 1 mengobservasi Keadaan umum prwt

Dilanjutk
5

Lanjutan

1 2 3 4 5
05.00wita tanda-tanda vital baik, ibu pasien
mengatakan
anaknya masih
sesak dan batuk, S
: 37,5OC, RR :
36x/menit, Nadi :
120x/menit

Pkl. 06.00 3 memberikan obat Obat sudah Prwt


wita antibiotic diijeksikan melalui
cefotaxime 250 IV perset, tidak ada
mg, dexametasone reaksi alergi
½ mg

Pkl. 06.05 1 memberikan Obat sudah dihirup Prwt


wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +
Nacl 10cc)

Pkl. 07.30 2 meningkatkan Ibu pasien Dayu


wita asupan nutrisi mengatakan
anaknya sudah
minum ASI
ekslusif 3x selama
30 meit

Pkl. 09.00 1 mengobservasi Keadaan umum Dayu


wita tanda-tanda vital baik, ibu pasien
mengatakan
anaknya tidak
sesak lagi dan
tampak tidak
batuk, S : 37,5OC,
RR : 36x/menit,
Nadi : 120x/menit

Pkl. 10.00 2 memberikan obat Obat sudah Dayu


wita antibiotic diijeksikan melalui
cefotaxime 250 IV perset, tidak ada
mg, dexametasone reaksi alergi
½ mg
Dayu
Pkl. 12.00 1 memberikan Obat sudah dihirup
wita Nebuleser melalui nebuleser
(ventolin 0,75cc +

Dilanjutk
5

Lanjutan

1 2 3 4 5
Nacl 10cc)

Pkl. 13.00 3 Member motifasi Ibu pasien tampak Dayu


wita atau dorongan senang dengan
pada keluarga motifasi yang
diberika perawat

Member posisi Pasien tampak Dayu


Pkl. 14.00 1 yang nyaman tenang dan
wita beristirahat di
tempat tidur

Pkl. 14.40 2 mengobservasi Tidak ada tanda- Dayu


wita tanda-tanda infeksi tanda infeksi
seperti kalor,
rubor, dolor,
tumor, dan
fungsiolasea

Pkl. 15.15 2 meningkatkan Ibu pasien Dayu


wita asupan nutrisi mengatakan
anaknya sudah
minum ASI
ekslusif 3x selama
30 meit

Pkl. 16.00 3 member motifasi Keluarga tampak Dayu


wita atau dorongan senang dengan
pada keluarga motifasi yang
diberikan perawat
5

5. EVALUASI KEPERAWATAN
a. Evaluasi formatif
Tabel 6
CATATAN PERKEMBANGAN PADA PASIEN AS
DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 28 APRIL 2016

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


1 2 3 4
Kamis, 28 Ketidakefektifan bersihan S : Keadaan umum Dayu
April 2016 jalan nafas berhubungan baik, ibu pasien
pkl.16.00 dengan Sekresi yang kental mengatakan
wita atau berlebihan, sekunder anaknya masih
akibat : infeksi ditandai sesak dan batuk,
dengan Ibu mengatakan
anaknya sesak nafas sejak 4 O : S : 37,5OC, RR :
hari yang lalu disertai 38x/menit, Nadi :
batuk,Pasien tampak sesak, 120x/menit,
pasien tampak batuk, terdapat suara
Terdengar suara nafas tambahan ronchi,
tambahan : ronchi, Respirasi terdapat
= 39 x/menit. penggunaan otot
bantu nafas

A: Tujuan 1,2,3,4,5,
belum tercapai,
masalah belum
teratasi

P: Lanjutkan
intervensi no.1,2,3
,4, 5
Kamis, 28 Resiko tinggi terhadap S: - Dayu
April 2016 penularan infeksi
pkl.16.00 berhubungan dengan O: WBC = 21.67
wita ketidakadekuatan pertahanan 10^3/uL
utama S : 37,50C
tidak ada tanda
infeksi seperti
kalor, tumor,
dolor, rubor,
fungsiolasea.

A: Tujuan 1,3,

Dilanjutk
Lanjutan. 6

tercapai, masalah
teratasi sebagian

P: Lanjutkan
intervensi no.5

Kamis, 28 Ansietas orang tua S : Ibu mengatakan Dayu


April 2016 berhubungan dengan khawatir dengan
pkl.16.00 perubahan aktual atau
wita persepsi perubahan pada O : Ibu tampak
lingkungan, sekunder akibat bertanya-tanya
: hospitalisasi, ditandai tentang keadaan
dengan Ibu mengatakan anaknya, ibu
khawatir dengan keadaan tampak gelisah.
anaknya, ibu tampak
bertanya-tanya tentang A : Tujuan 1, 2, dan 3
keadaan anaknya, ibu belum tercapai,
tampak gelisah. masalah belum
teratasi

P: Lanjutkan
intervensi no.1, 2,
dan 3
6

Tabel 7
CATATAN PERKEMBANGAN PADA PASIEN AS
DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 29 APRIL 2016

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


1 2 3 4
Jumat, 29 Ketidakefektifan bersihan S: Keadaan umum Dayu
April 2016 jalan nafas berhubungan baik, ibu pasien
pkl.16.00 dengan Sekresi yang kental mengatakan
wita atau berlebihan, sekunder anaknya masih
akibat : infeksi ditandai sesak
dengan Ibu mengatakan
anaknya sesak nafas sejak 4 O: S : 37,5OC, RR :
hari yang lalu disertai 37x/menit, Nadi
batuk,Pasien tampak sesak, : 120x/menit,
pasien tampak batuk, terdapat suara
Terdengar suara nafas tambahan
tambahan : ronchi, Respirasi ronchi, terdapat
= 39 x/menit. penggunaan otot
bantu nafas

A: Tujuan 1,2,3,4,5,
belum tercapai,
masalah belum
teratasi

P: Lanjutkan
intervensi
no.1,2,3 ,4, 5
Jumat, 29 Resiko tinggi terhadap S: - Dayu
April 2016 penularan infeksi
pkl.16.00 berhubungan dengan O: WBC= 21.67
wita ketidakadekuatan pertahanan 10^3/uL
utama S : 37,40C
tidak ada tanda
infeksi seperti
kalor, tumor,
dolor, rubor,
fungsiolasea.

A: Tujuan 1,4,
tercapai, masalah
teratasi sebagian

Dilanjutk
6
Lanjutan.,..

P: Lanjutkan
intervensi no.2,
dan 3
Jumat, 29 Ansietas orang tua S: Ibu mengatakan Dayu
April 2016 berhubungan dengan khawatir dengan
pkl.16.00 perubahan aktual atau keadaan
wita persepsi perubahan pada anaknya.
lingkungan, sekunder akibat :
hospitalisasi, ditandai dengan O: Ibu tampak
Ibu mengatakan khawatir bertanya-tanya
dengan keadaan anaknya, ibu tentang keadaan
tampak bertanya-tanya anaknya. Ibu
tentang keadaan anaknya, ibu tampak gelisah.
tampak gelisah.
A: Tujuan 1, 2, dan
3 belum tercapai,
masalah belum
teratasi

P: Lanjutkan
intervensi no.1,2,
dan 3
6

b. Evaluasi somatif

Tabel 8
EVALUASI KEPERAWATAN PASIEN AS
DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 30 APRIL 2016

Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi Paraf


1 2 3 4
Sabtu,30 Ketidakefektifan bersihan S: Keadaan umum Dayu
April 2016 jalan nafas berhubungan baik, ibu pasien
pkl.16.00 dengan Sekresi yang mengatakan
wita kental atau berlebihan, anaknya tidak
sekunder akibat : infeksi sesak lagi dan
ditandai dengan Ibu tampak tidak
mengatakan anaknya batuk,
sesak nafas sejak 4 hari
yang lalu disertai O: S : 37,4OC, RR
batuk,Pasien tampak : 36x/menit,
sesak, pasien tampak Nadi :
batuk, Terdengar suara 120x/menit,
nafas tambahan : ronchi, tidak terdapat
Respirasi = 37 x/menit. suara tambahan
ronchi, tidak
terdapat
penggunaan
otot bantu
nafas

A: Tujuan 1, 2, 3,
4, dan 5,
tercapai,
masalah
teratasi.

P: Pertahankan
kondisi pasien.
Sabtu, 30 Resiko tinggi terhadap S: Dayu
April 2016 penularan infeksi
pkl.16.00 berhubungan dengan O: Suhu 37,40C
wita ketidakadekuatan WBC = 21.67
pertahanan utama 10^3/uL
tidak ada tanda
infeksi seperti

Dilanjutkan
6

Lanjutan

kalor, tumor,
dolor, rubor,
fungsiolasea.

A: Tujuan 1,4,
tercapai,
masalah teratasi
sebagian

P: Lanjutkan
intervensi no.2,
dan 3
Sabtu, 30 Ansietas orang tua S: Ibu mengatakan Dayu
April 2016 berhubungan dengan tidak khawatir
pkl.16.00 perubahan aktual atau lagi dengan
wita persepsi perubahan pada keadaan
lingkungan, sekunder anaknya,
akibat : hospitalisasi,
ditandai dengan Ibu Ibu tidak
mengatakan khawatir O: bertanya-tanya
dengan keadaan anaknya, lagi dengan
ibu tampak bertanya-tanya keadaan
tentang keadaan anaknya, anaknya, Ibu
ibu tampak gelisah. tampak tenang

Tujuan 1, 2, dan
A: 3 tercapai,
masalah
teratasi

Pertahankan
P: pemahaman
orang tua
BAB III

PEMBAHASA

Pembahasan merupakan membandingkan tentang kesenjangan yang

ditemukan antara konsep dasar teori dengan kenyataan yang dijumpai pada kasus.

Selanjutnya Penulis mencoba menganalisa kesenjangan yang ada untuk

mengetahui mengapa kesenjangan itu terjadi. Dalam penguraiannya akan

disesuaikan dengan tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian keperawatan,

perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah langkah awal proses keperawatan yang terdiri dari

pengumpulan data, analisa data, merumuskan masalah, analisa masalah dan

merumuskan diagnosa keperawatan. Pada pengkajian keperawatan

membahas tentang kesenjangan antara data subjektif dan data objektif dan

diagnose keperawatan. Ada beberapa data subjektif pada tinjauan teori yaitu,

orang tua mengeluh anaknya sesak nafas, batuk, bernafas dengan cepat

(takipnea), tidak mau makan dan orang tua mengatakan khawatir dengan

keadaan anaknya. Dan data objektif yang ada diteori yaitu, cyanosis, batuk-

berdahak, nafas cuping hidung, demam ringan, bernafas dengan cepat

(takipnea, wheezing, ronchi, retraksi otot dada). Data subjektif yang muncul

pada kasus berdasarkan teori yaitu, orang tua mengeluh anaknya sesak nafas,

batuk, orang tua mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Data

objektif yang muncul berdasarkan teori yaitu, batuk-berdahak, demam

65
6

ringan, retraksi otot dada, ronchi. Kesenjangan yang Penulis temukan

daridata subjektif yaitu, tidak mau makan. Pada kasus data tersebut tidak

muncul karena sekret tidak sampai tertelan kesaluran pencernaan dan tidk

sampai menimbulkan anoreksia. Data objektif yaitu, pernafasan cuping

hidung, takipnea, cyanosis, wheezing. Pada kasus data tersebut tidak muncul

disebabkan oleh peradangan pada bronkiolus hanya menutup lumen saluran

nafas baru sebagian (parsialis) paru-paru mampu memenuhi kebutuhan O 2

dalam tubuh, sehingga tidak terjadi pernafasan cuping hidung, takipnea,

cyanosis, wheezing.

Berdasarkan tinjauan teori terdapat 9 diagnosa keperawatan yaitu, Pola

nafas takefektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, proses

inflamasi, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai

oksigen, ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi

yang kental atau berlebihan, sekunder akibat : infeksi, kekurangan volume

cairan berhubungan dengan hilangnya cairan yang tanpa disadari (IWL)

secara berlebihan melalui ekhalasi dan menurunnya intake, hipertermi

berhubungan dengan proses infeksi, nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia sekunder akibat infeksi, resiko tinggi

terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan

pertahanan utama, kurang pengetahuan kurangnya informasi mengenai

perawatan anaknya, ansietas berhubungan dengan perubahan aktual atau

persepsi perubahan pada lingkungan, sekunder akibat : Hospitalisasi.

Berdasarkan data subjektif dan objektif yang ditemukan pada kasus,

muncul tiga diagnosa yaitu, ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko


6

tinggi terhadap penyebatan infeksi, dan ansietas orang tua. Sedangkan

diagnosa keperawatan lainnya tidak muncul pada tinjauan kasus karena tidak

ada data yang mendukung munculnya diagnos tersebut. Pola nafas

takefektif, tidak ada data mendukung seperti, dipnea, nafas cuping hidung.

Gangguan pertukaran gas, tidak ada data mendukung seperti, sianosis.

Kekurangan volume cairan, tidak ada data mendukung seperti, mual muntah.

Hipertermi, tidak ada data mendukung seperti, peningkatan suhu tubuh.

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, tidak ada data mendukung seperti,

anoreksia. Kurang pengetahuan, tidak ada data mendukung seperti, kurang

informasi. Penulis tidak menemukan penambahan diagnosa selain yang ada

pada tinjauan teori.

B. Perencanaan Keperawatan

Pada perencanaan keperawatan menguraikan tentang kesenjangan

berdasarkan diagnosa yang ditegakan pada kasus. Kesenjangna tersebut

meliputi prioritas dan rencana keperawatan. Pada teori dan kasus tidak

ditemukan kesenjangan dalam hal memprioritaskan diagnose. Maka dari itu

ditemukan Diagnosa keperawatan diantaranya : Diagnosa pertama yaitu

ketidakefektifan bersihan jalan nafasberhubungan dengan Sekresi yang

kental atau berlebihan, sekunder akibat : infeksi, Diagnosa yang kedua yaitu

Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak

adekuat pertahanan utama, dan Diagnosa yang ketiga yaitu Ansietas orang

tua berhubungan dengan perubahan aktual atau persepsi perubahan pada

lingkungan, sekunder akibat : hospitalisasi.


6

Pada rencana keperawatan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan

nafas kesenjangan yang muncul pada rencana keperawatan seperti berikan

minuman air hangat tidak bisa dilakukan karena pasien masih berumur 3

bulan dan harus diberikan ASI ekslusif saja. Kedua rencana keperawatan

seperti kolaborasi dalam pemeriksaan DL setiap hari tidak bisa dilakukan

karena program ruangan pemeriksaan DL dilakukan setelah satu minggu

pemberian antibiotika. Pada diagnosa resiko tinggi terhadap penyebaran

infeksi kesenjangan yang muncul pada rencana keperawatan seperti lakukan

isolasi pencegahan tidak bisa dilakukan karena tidak ada ruangan khusus

untuk melakukan tindakan tersebut. Dan diagnosa ansietas pada orang tua

tidak ditemukan kesenjangan karena semua rencara keperawatan telah dapat

dilaksanakan. Selain Rencana Keperawatan yang ada pada teori, tidak ada

penambahan rencana keperawatan pada Pasien AS.

C. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan Keperawatan menguraikan tentang kesenjangan

berdasarkan rencana keperawatan yang sudah dibuat. Pada pelaksanaan tidak

ditemukan kesenjangan oleh penulis, semua rencana keperawatan dari ketiga

diagnosa sudah bisa dilaksanakan pada pasien AS. Hal ini tidak lepas dari

kerjasama antara penulis, perawat, dan tenaga medis lainnya.

Adapun tindakan yang dilakukan oleh penulis yang tidak dibuat pada

perencanaan tetapi dilakukan dilapangan, seperti merapikan dan

membersihkan tempat tidur pasien agar pasien nyaman dengan lingkungan

yang diberikan, mengganti cairan infuse pasien untuk memenuhi kebutuhan


6

cairan tubuh pasien.Pada pasien AS semua tindakan keperawatan sudah

dilakukan pendokumentasian.

D. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai

keberhasilan tindakan keperawatan serta menyusun tindak lanjut. Evaluasi

keperawatan dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi harian (Evaluasi Formatif)

dilakukan untuk mengetahui perkembangan pasien setiap hari, dan evaluasi

akhir (Evaluasi Somatif) untuk mengetahui tingkat tercapainya tujuan dan

kriteria hasil dari tindakan keperawatan yang diberikan. Pada hasil evaluasi

formatif yang telah dilakukan pada tanggal 28 April 2016 untuk diagnosa

ketidakefektifan bersihan jalan nafas masalah belum teratasi, diagnosa resiko

tinggi terhadap penyebaran infeksi masalah teratasi sebagian, diagnosa

Ansietas pada orang tua masalah belum teratasi. Evaluasi tanggal 29 April

2016 untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas masalah belum

teratasi, diagnosa resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi masalah teratasi

sebagian, diagnosa ansietas pada orang tua masalah teratasisebagian. Evaluasi

akhir pada tanggal 30 April 2016 untuk diagnosa ketidakefektifan bersihan

jalan nafas masalah teratasi, dengan kriteria hasil tercapai seperti, pasien tidak

sesak lagi/ berkurang, batuk tidak ada, tidak ada suara tambahan

(ronchi/wheezing), tidak ada pernafasan cuping hidung dan penggunaan otot

bantu nafas, respirasi normal (30 – 40 x/menit). Diagnosa resiko tinggi

terhadap penyebaran infeksi masalah teratasi sebagian, dengan kriteria hasil

tercapai sebagian seperti, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kalor, tumor,
7

dolor, rubor, fungsiolasea, suhu normal 36 – 37,5 oC. Diagnosa ansietas pada

orang tua masalah teratasi, dengan kriteria hasil tercapai seperti, Ibu tidak

khawatir dengan keadaan anaknya, Ibu tampak tenang, Ibu tidak bertanya-

tanya dengan keadaannya.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang ditulis pada pembahasan dapat disimpulkan

bahwa penulis telah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien AS.

Pengkajian dilakukan pada hari Rabu, tanggal 27 April 2016 pukul 16.00 wita.

Berdasarkan pengkajian data subjektif yang muncul pada kasus yaitu, Ibu

mengatakan anaknya sesak nafas sejak 4 hari yang lalu disertai batuk, Ibu

mengatakan khawatir dengan keadaan anaknya. Data objektif yang muncul

pada kasus yaitu, pasien tampak sesak, pasien tampak batuk berdahak,

terdengar suara tambahan : ronchi, respirasi 39x/ menit, terdapat penggunaan

retraksi otot dada, suhu saat pengkajian 37,5 0C, WBC 21.67 10^3/Ul, Ibu

tampak bertanya-tanya tentang keadaan anaknya, ibu tampak gelisah.

Dari data pengkajian tersebut dirumuskan tiga diagnosa keperawatan

yaitu ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan sekresi yang

kental atau berlebihan, sekunder akibat : infeksi, resiko tinggi terhadap

penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan utama,

Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan actual atau persepsi

perubahan pada lingkungan, sekunder akibat : Hospitalisasi.

Perencanaan Keperawatan disusun sesuai dengan diagnosa

keperawatan yang muncul, antara lain ketidakefektifan bersihan jalan nafas

rencana keperawatannya beberapa diantaranya, observasi keadaan umum dan

71
7

vital sign, delegatif pemberian bronchodilator (ventolin 0,75 cc + Nacl 10 cc).

Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi rencana keperawatan beberapa

diantaranya, observasi tanda-tanda infeksi seperti,(kalor,

dolor,tumor,rubor,fungsiolasea), delegatif pemberian obat antibiotika

(cefotaxime 3x250 mg, dexametasone 3x1,5 cc). Ansietas orang tua rencana

keperawatan beberapa diantaranya, kaji tingkat kecemasan dan pengetahuan

orang tua tetang penyakit dan perawatan anaknya, beri HE tentang keadaan

dan cara perawatan anaknya.

Pelaksanaan tindakan keperawatan sebagian besar sudah sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah disusun, Diagnosa ketidakefektifan bersihan

jalan nafas tindakannya, mengobservasi keadaan umum dan vital sign,

delegatif pemberian bronchodilator (ventolin 0,75 cc + Nacl 10 cc). Diagnosa

resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi tindakannya, mengobservasi tanda-

tanda infeksi seperti,(kalor, dolor,tumor,rubor,fungsiolasea), delegatif

pemberian obat antibiotika (cefotaxime 3x250 mg, dexametasone 3x1,5 cc).

Diagnosa ansietas orang tua tindakannya, mengkaji tingkat kecemasan dan

pengetahuan orang tua tetang penyakit dan perawatan anaknya, memberi HE

tentang keadaan dan cara perawatan anaknya.

Evaluasi keperawatan sudah sesuai dengan rencana tujuan yang telah

dibuat. Dari tiga masalah yang muncul, yaitu ketidakefektifan bersihan jalan

nafas, kriteria hasil tercapai seperti, pasien tidak sesak lagi/ berkurang, batuk

tidak ada, tidak ada suara tambahan (ronchi/wheezing), tidak ada pernafasan

cuping hidung dan penggunaan otot bantu nafas, respirasi normal (30 – 40
7

x/menit). Resiko tinggi terhadap penyebaran infeksi, kriteria hasil tercapai

sebagian seperti, tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kalor, tumor, dolor,

rubor, fungsiolasea, suhu normal 36 – 37,5oC. Ansietas orang tua, kriteria

hasil tercapai seperti, Ibu tidak khawatir dengan keadaan anaknya, Ibu tampak

tenang, Ibu tidak bertanya-tanya dengan keadaannya.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas penulis menyampaikan saran yang

sekiranya dapat bermanfaat. Adapun saran dari penulis ditunjukkan kepada

RSUD Klungkung dan Keluarga pasien AS yaitu :

1. Kepada Direktur RSUD Klungkung.

Agar tetap mempertahankan mutu pelayanan Keperawatan serta tetap

menjaga sikap terapeutik yang baik dan agar dapat ditingkatkan lagi.

2. Kepada Perawat Ruang D RSUD Klungkung.

a. Agar melanjutkan tindakan keperawatan dalam pemberian asuhan

keperawatan pada pasien AS sehingga dalam perawatannya tercapai

tujuan yang optimal.

b. Diharapkan tetap mempertahankan pemberian asuhan keperawatan

yang sudah dilaksanakan baik pada pasien dengan Bronkiolitis

maupun pada kasus-kasus lainnya.

3. Kepada Keluarga Pasien

a. Agar tetap mempertahankan kondisi pasien yang telah dicapai dan

mempertahankan pemahaman yang didapat serta memberikan sifat

yang kooperatif terhadap segala tindakan keperawatan yang


7

diberikan serta mengikuti segala apa yang telah dijelaskan oleh

perawat.

b. Agar keluarga mampu melaksanakan perawatan dan pencegahan

terhadap sakit serta meningkatkan derajat kesehatan anak dan

keluarga dan tetap melanjutkan pengobatan dengan selalu kontrol

secara teratur setelah anak diperbolehkan untuk pulang.


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. (2014). Bronchiolitis. Diperoleh tanggal 16 Mei 2014, dari


http://medicastore.com/penyakit/943/Bronkiolitis.html.

Carpenito, Lynda Juall. (2013) .Diagnosa Keperawatan (Edisi 13). Jakarta : EGC.

Doenges, Marilynn E. (2014). Rencana asuhan keperawatan (Edisi 3). Jakarta :


EGC.

Hidayat, A. (2006). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Jakarta: Salemba Medika.

Https://id.wikipedia.org/wiki/Studi_kasus.

Mansjoer, A. (2006). Kapita Selekta Kedokteran. (Edisi 3). Jakarta : Media


Aesculapius.

Mizgerd JP. Acute lower respiratory tract infection N Eng Med. 2008; 358 : 716-
27.

Ngastiyah. (2005). Keperawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2011). Proses dan dokumentasi keprawatan konsep dan praktik (Edisi
2). Jakarta : Salemba Medika. Diperoleh tanggal 13 November 2013, dari
http://buku-proses-2008. Pdf, ners.Unais.ac.id.

Raharjoe, N. N., Supriatno, B., Setyanto, D. B. (2012). Respirologi Anak. (Edisi


1). Jakarta : IDAI

Said. (2011). Data statistic survey kesehatan Indonesia IKA FKUI.

Subanada IB, Darmawan BS, Bambang S, Imam B. 2009. Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Bronkiolitis Akut. Sari Pediatri;10(6):392-396.

Suriadi. (2006). Peadiatric Society of New Zealand.

Wartonah. (2006).Kebutuhan Dasar manusia.Jakarta : Salemba Medika.

Zain MS. 2010. Bronkiolitis. Dalam: Buku Ajar Respirologi Anak Edisi Pertama.
Jakarta. Badan Penerbit IDAI; h. 333-347.
LAMPIRAN 1

ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

A. Anatomi saluran nafas (Anonymous, 2009)

GAMBAR 1
ANATOMI SALURAN NAFAS
Organ-organ Pernafasan :

a) Hidung

Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2

lubang, dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat

bulu-bulu yang berfungsi untuk menyaring dan

menghangatkan udara.

b) Tekak (faring)

Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan

makanan, terdapat didasar tengkorak, di belakang rongga

hidung dan mulut setelah depan ruang tulang leher.

Terdapat epiglotis yang berfungsi menutup laring pada

waktu menekan makanan.

c) Laring (pangkal tenggorok)

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai

pembentukan suara terletak didepan bagian faring sampai

ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea

dibawahnya.

d) Trakea (batang tengkorak)

Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20

cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk

seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel

bersilia yang berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda


asing yang masuk bersama-sama udara. Percabangan trakea

menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.

e) Bronkus (cabang tenggorokan)

Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah

pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.

f) Paru-Paru

Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri

dari gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini

terdiri dari sel-sel epitel yang endotel. Jika dibentangkan

luas permukaannya ± 90 meter persegi, pada lapisan inilah

terjadi pertukaran udara.

B. Fisiologi Saluran Nafas

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara

yang mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang

banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari

tubuh. Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang

dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran,

mengeluarkan CO2 sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa

oleh darah ke paru-paru untuk dibuang, menghangatkan dan

melembabkan udara. Pada dasarnya sistem pernafasan terdiri

dari suatu rangkaian saluran udara yang menghantarkan udara

luar agar bersentuhan dengan membran kapiler alveoli. Terdapat

beberapa mekanisme yang berperan memasukkan udara


kedalam paru-paru sehingga pertukaran gas dapat berlangsung.

Fungsi mekanis pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-

paru disebut sebagai ventilasi atau bernafas. Kemudian adanya

pemindahan O2 dan CO2 yang melintasi membran alveolus-

kapiler yang disebut dengan difusi sedangkan pemindahan

oksigen dan karbondioksida antara kapiler-kapiler dan sel-sel

tubuh yang disebut dengan perfusi atau pernafasan internal.

Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan

nafas. Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali

ekspirasi. Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak

pada sumsum penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi

bila muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus

prenikus lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-

otot mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan

ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga

pleura dan paru-paru.

Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan

dari udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbon dioksida

dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga

stadium. Stadium pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya

campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru. Stadium

kedua adalah transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu

difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi


eksterna) dan antara darah sistemik dengan sel-sel jaringan,

distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya

dengan distribusi udara dalam alveolus-alveolus dan reaksi

kimia, fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan darah.

Stadium akhir yaitu respirasi sel dimana metabolit dioksidasi

untuk mendapatkan energi dan karbon dioksida yang terbentuk

sebagai sampah proses metabolisme sel akan dikeluarkan oleh

paru-paru. (Hidayat, 2006)


LAMPIRAN 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TENTANG BRONKIOLITIS KEPADA KELUARGA PASIEN AS
DI RUANG D RSUD KABUPATEN KLUNGKUNG
TANGGAL 30 APRIL 2016

Topik : Bronkiolitis

Sub Topik : Pengertian, penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan, cara

penanganan pasien Bronkiolitis

Sasaran : Keluarga PasienAS

Tempat : Ruang D RSUD Klungkung

Hari/Tanggal : Sabtu, 30 April 2016

Waktu : 30 Menit

A. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan tentang penyakit Bronkiolitis selama 30

menit, diharapkan keluarga Pasien AS dapat memahami tentang penyakit

Bronkiolitis.

B. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga :

1. Dapat menjelaskan pengertian Bronkiolitis

2. Dapat menjelaskan penyebab Bronkiolitis

3. Dapat menyebutkan tanda dan gejala Bronkiolitis.

4. Dapat menjelaskan cara pencegahan Bronkiolitis.

5. Dapat menjelaskan cara penanganan Bronkiolitis.


C. Materi

Terlampir

D. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi

3. Tanya jawab

E. Media : Leaflet

F. Kegiatan Penyuluhan

KEGIATAN PENYULUHAN PADA KELUARGA PASIEN AS


DENGAN BRONKIOLITIS
DI RUANG D RSUD KLUNGKUNG
TANGGAL 30 APRIL 2016

Tahapan dan
No Kegiatan Kegiatan Sasaran
Waktu

1 Pembukaan 1. Memulai dengan 1. Membahas

(5 menit) mengucapkan salam salam

2. Memperkenalkan diri 2. Memperhatikan

3. Menjelaskan tujuan 3. Memperhatikan

penyuluhan
2 Pelaksanaan Menjelaskan materi tentang : Mendengarkan dan

(15 menit) 1. Pengertian Bronkiolitis memperhatikan

2. Penyebab Bronkiolitis

3. Tanda dan gejala

Bronkiolitis

4. Cara pencegahan

Bronkiolitis

5. Cara penanganan

Bronkiolitis

3 Evaluasi Menanyakan kepada keluarga Menjawab

(5 menit) tentang : pertanyaan

1. Pengertian Bronkiolitis

2. Penyebab Bronkiolitis

3. Tanda dan gejala

Bronkiolitis

4. Cara pencegahan

Bronkiolitis

5. Cara penanganan

Bronkiolitis
4 Penutup Mengucapkan terima kasih 1. Memperhatikan

(5 menit) atas perhatian dan waktu yang 2. Membahas

diberikan. salam

1. Mengucapkan salam

penutup

G. Metode Evaluasi

1. Lisan

2. Post test (setelah penyampaian materi)

1) Tanyakan tentang pengertian Bronkiolitis.

2) Tanyakan tentang penyebab Bronkiolitis.

3) Tanyakan tentang tanda dan gejala Bronkiolitis.

4) Tanyakan tentang cara pencegahan Bronkiolitis.

5) Tanyakan tentang cara penanganan Bronkiolitis.


MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian

Bronkiolitis akut adalah penyakit obsruktif akibat inflamasi

akut pada saluran nafas kecil (bronkiolus), terjadi pada anak berusia

kurang dari 2 tahun dengan insidens tertinggi sekitar usia 6 bulan.

(Mansjoer, 2006)

B. Penyebab

Bronkiolitis akut sebagian besar disebabkan oleh respiratory syncytial

virus (50%). Penyebab lainnya ialah para influenza virus, mycoplasma

pneumonial, adenovirus. (Mansjoer, 2006).

C. Tanda dan Gejala

1. Biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

2. Batuk, filek, untuk beberapa hari.

3. Biasanya tanpa disertai kenaikan suhu atau hanya subfebril.

4. Sesak nafas, nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, retraksi

otot dada.

5. Gelisah, lemah, anoreksia.

D. Cara Pencegahan

makan-makanan yang bergizi, bagi orang tua yang sedang merokok agar

menjauhi anak-anak, dan hindari bepergian ke tempat umum dan daerah yang
berdebu, yang mampu menyebabkan infeksi pada saluran nafas, serta hindari

pada daerah yang bersuhu dingin yang akan mampu merangsang pilek.

E. Cara penanganan

1. Mengatur posisi agar lebih mudah bernafas seperti semi fowler (posisi

setengah duduk)

2. Bila suhu tubuh meningkat beri kompres dahi, ketiak dan obat penurun

panas (parasetamol).

3. Bawa anak ke rumah sakit secepatnya bila keadaan tambah parah.

Anda mungkin juga menyukai