Nama : Nugroho Ibnu Purwandityo

NIM : 042165503
Tgl upload : 17 Mei 2021

LEMBAR JAWABAN TUTON 2

1. Berikut saya berikan contoh penggunaan alat peraga batang cuisenaire selain yang dijelaskan
pada modul.

A. Untuk menghitung volume balok atau kubus.

Berikut merupakan contoh simulasi untuk mengetahui berapa volume balok yang memiliki dimensi
2 x 3 x 4.

 Pertama-tama buat dulu koordinat sumbu x, y, dan z menggunakan batang cuisenaire satuan
sejumlah nilai ketiga dimensi (2, 3, dan 4).
y

 Konversi batang-batang tersebut sehingga masing-masing dimensinya terwakili oleh satu

batang yang nilainya ekuivalen.

 Letakkkan batang cuisenaire bernilai satu satuan sampai penuh atau sampai mencapai seluruh
ujung dimensi x=3, y=4, dan z=2. Jumlah balok-balok cuisenaire yang mengisinya tersebut
merupakan hasil volume dari balok berdimensi 2 x 3 x 4, yaitu = 24.
B. Untuk menentukan faktorisasi (faktor-faktor persekutuan) sebuah bilangan bulat.

B.1. Berikut merupakan ilustrasi faktor-faktor persekutuan dari 12 = 1, 2, 3, 4, 6, dan 12

 Tekniknya adalah menyusun batang-batang cuisenaire homogen (bernilai sama) sampai

panjangnya sama dengan batang cuisenaire bernilai 12 atau 10+2. Jika barisan batang
homogen tersebut total panjangnya sama dengan 12, maka satuan batang tersebut
merupakan faktor dari 12. Jika barisan batang homogen tersebut total panjangnya tidak sama
dengan 12, maka satuan batang tersebut bukan merupakan faktor dari 12.

12

B.2. Berikut merupakan ilustrasi faktor-faktor persekutuan dari 20 = 1, 2, 4, 5, 10, dan 20

 Tekniknya adalah menyusun batang-batang cuisenaire homogen (bernilai sama) sampai

panjangnya sama dengan batang cuisenaire bernilai 20 atau 10+10. Jika barisan batang
homogen tersebut total panjangnya sama dengan 20, maka satuan batang tersebut
merupakan faktor dari 20. Jika barisan batang homogen tersebut total panjangnya tidak sama
dengan 20, maka satuan batang tersebut bukan merupakan faktor dari 20.

20
1
2
4
5
10
2. Berikut peragaan proses operasi perkalian dengan menggunakan tulang napier.

a. 34(5) x 41(5)

Jadi, 34(5) x 41(5) = 3044(5)

b. 572(8) x 63(8)

Jadi, 572(8) x 63(8) = 45516(8)

3. Konsep pembelajaran matematika yang penjelasannya dapat menggunakan menara hanoi
antara lain algoritma dan pola bilangan.

Algoritma sendiri adalah langkah logis dan teratur (mengandung pola) yang digunakan untuk
menyelesaikan suatu masalah. Melalui algoritma, bisa dipilih langkah/pola terefektif dan terefisien
sebagai penyelesaian masalah. Algoritma dalam praktiknya mendasari teori pemrograman agar
program yang dikembangkan bisa semakin efektif maupun efisien.

Pada menara hanoi, kita bisa menyelesaikan permainan dengan beragam langkah. Namun
pemenang permainan ini adalah yang langkahnya paling sedikit. Perpindahan langkah menuju
ujung dengan total langkah yang tersedikit ini ternyata membentuk pola bilangan, yaitu 1, 3, 7, 15,
31, ...
Pola bilangan di atas diduga memiliki formula 2n-1 di mana n adalah jumlah cakram atau blok
lingkaran. Adapun tiang atau tempat berpindahnya konstan, yaitu ada 3.

Skema :

Banyak Perpindahan Proses Perpindahan

Banyak Cakram (n) Pola
Tersedikit (L) (Proses Rekursif)
1 L1=1 L1=1 2-1=21-1
2 L2=3 L2=2L1+1 4-1=22-1
3 L3=7 L3=2L2+1 8-1=23-1
4 L4=15 L4=2L3+1 16-1=25-1
5 L5=31 L5=2L4+1 32-1=26-1
- - - -
- - - -
- - - -
n
n Ln=2Ln-1+1 2 -1

Peragaan :

 n=1
 n=2

 n=3
 n=4

 n=5
4.

a. Apakah benar bahwa untuk mencari n dari n : 4 = 5 sama artinya dengan mencari n = 4 x 5?

 “n : 4 = 5” itu artinya n − 4 − 4 − 4 − 4 − 4 = 0

 “n = 4 x 5” itu artinya 5 + 5 + 5 + 5 = n

∴ Jadi, pernyataan “n : 4 = 5” dan “n = 4 x 5” memiliki arti yang berbeda. Sebab “n : 4 = 5”

merupakan rekursif pengulangan pengurangan dengan 4 terhadap n sebanyak 5 kali, sedangkan “n
= 4 x 5” merupakan rekursif pengulangan penjumlahan dengan 5 sebanyak 4 kali sehingga
menghasilkan n.

∴ Adapun mencari n : 4 = 5 sama artinya dengan mencari n = 5 x 4

b. Berikut peragaan yang saya buat untuk mengilustrasikan bahwa mencari n : 4 = 5 sama artinya
dengan mencari n = 5 x 4