Anda di halaman 1dari 8

Janis Rivandi dan Ade Yonata| Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik

Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik

Janis Rivandi1, Ade Yonata2


1Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Ginjal merupakan organ vital yang berperan sangat penting dalam mempertahankan kestabilan lingkungan dalam tubuh.
Ginjal mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal,
reabsorbsi selektif air, serta mengekresi kelebihannya sebagai kemih serta mengeluarkan sampah metabolisme (urea,
kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing. Nefropati diabetik adalah kelainan degeneratif vaskuler ginjal, mempunyai
hubungan dengan gangguan metabolisme karbohidrat atau intoleransi gula (Diabetes Melitus). Didefinisikan sebagai
sindrom klinis pada pasien DM yang ditandai dengan albuminuria menetap (>300 mg/24 jam atau >200 mikrogram/menit)
pada minimal dua kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan. Diabetes Melitus adalah suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,kerja insulin atau kedua-duanya.
Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang diabetes melitus dimulai dengan adanya mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria
umumnya didefinisikan sebagai ekskresi albumin lebih dari 30 mg per hari dan dianggap penting untuk timbulnya nefropati
diabetik yang jika tidak terkontrol kemudian akan berkembang menjadi proteinuria secara klinis dan berlanjut dengan
penurunan fungsi laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal. Diperkirakan 30-40% penderita DM tipe
1 dan 20-30% penderita DM tipe 2 akan menderita nefropati diabetik suatu saat yang dapat berakhir dengan keadaan gagal
ginjal.

Kata kunci: diabetes melitus, gagal ginjal, mikroalbuminuria, nefropati diabetik.

Relationship Between Diabetic Nephropathy And Incident With Chronic


Kidney Disease
Abstract
Kidneys are vital organs that play an important role in maintaining the stability of the environment within the body. Kidneys
regulate the body's fluid balance, electrolyte and acid-base by filtering the blood through the kidneys, selective
reabsorption of water, as well as urinary mengekresi and secrete excess metabolic waste (urea, creatinine and uric acid)
and foreign chemical substances. Diabetic nephropathy is a kidney vascular degenerative disorders, metabolic disorders
have a relationship with carbohydrate or glucose intolerance (diabetes mellitus). Is defined as a clinical syndrome in
diabetic patients with albuminuria settle marked (> 300 mg / 24 h or> 200 micrograms / min) at least twice examination
within 3 to 6 months. Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs due
to abnormalities in insulin secretion, insulin action or both. Kidney abnormalities that occur in people with diabetes mellitus
starts with microalbuminuria. Microalbuminuria is generally defined as an albumin excretion of more than 30 mg per day
and is considered important for the onset of diabetic nephropathy which if not controlled will then be developed into
clinical proteinuria and continues with decreased function of the glomerular filtration rate and end stage renal desease. An
estimated 30-40% of patients with type 1 diabetes and 20-30% of patients with type 2 diabetes will develop diabetic
nephropathy and can end up with renal failure.

Keywords: diabetes mellitus, diabetic nephropathy, kidney disease, microalbuminuria

Korespondensi: Janis Rivandi alamat Jl. Raya Wonosobo, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus HP 082280544031
e-mail janisrivandi4@gmail.com

Pendahuluan Selain fungsi regulasi dan ekresi, ginjal juga


Ginjal merupakan organ vital yang mensekresi renin penting untuk mengatur
berperan sangat penting dalam tekanan darah juga bentuk aktif vitamin D
mempertahankan kestabilan lingkungan dalam penting untuk mengatur kalsium serta
tubuh. Ginjal mengatur keseimbangan cairan eritropoetin penting untuk menstimulasi
tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara produksi sel darah merah. Kegagalan ginjal
menyaring darah yang melalui ginjal, dalam melaksanakan fungsi-fungsi vital ini
reabsorbsi selektif air, serta mengekresi menimbulkan keadaan yang disebut uremia.
kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga Uremia adalah suatu sindroma klinik dan
mengeluarkan sampah metabolisme yaitu: laboratorik yang terjadi pada semua organ,
urea, kreatinin asam urat dan zat kimia asing.

Majority | Volume 4 | Nomor 9 | Desember 2015 |27


Janis Rivandi dan Ade Yonata| Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik

akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit penderita CKD dengan diabetes6. Dan
ginjal kronik.1 prevalensi CKD dari 47% di antara pasien
Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan Ghana, terutama dari wilayah Greater Accra,
gangguan fungsi renal yang progresif dan disertai hipertensi7. Selain itu, tercatat 44%
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal prevalensi pada pasien dengan hipertensi, 39%
untuk mempertahankan metabolisme dan pada mereka dengan diabetes, 16% pada orang
keseimbangan cairan dan elektrolit.1 Gagal dengan obesitas dan 12% pada mereka yang
ginjal kronik dapat berlanjut menjadi gagal memiliki virus human immunodeficiency (HIV)
ginjal terminal atau end stage renal disease atau diperoleh sindrom defisiensi immunodefi-
dimana ginjal sudah tidak mampu lagi untuk (AIDS)8.
mempertahankan substansi tubuh, sehingga Dari data yang dikumpulkan oleh
membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa Indonesia Renal Registry (IRR), pada tahun
tindakan dialisis atau pencangkokan ginjal 2007-2008 didapatkan penyebab tersering
sebagai terapi pengganti ginjal.2 kedua pada gagal ginjal kronis adalah diabetes
Dalam pengertian klinik, Nefropati melitus (23%).
Diabetik (ND) adalah komplikasi yang terjadi Diabetes melitus (DM) adalah suatu
pada 40% dari seluruh pasien DM tipe 1 dan kelompok penyakit metabolik dengan
DM tipe 2 dan merupakan penyebab utama karakteristik penyakit hiperglikemi yang terjadi
penyakit ginjal pada pasien yang mendapat karena kelainan sekresi insulin, gangguan kerja
terapi ginjal yang ditandai dengan adanya insulin atau keduanya, yang menimbulkan
mikroalbuminuria (30mg/hari) tanpa adanya berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
gangguan ginjal, disertai dengan peningkatan saraf dan pembuluh darah. Ada beberapa jenis
tekanan darah sehingga mengakibatkan diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1,
menurunnya filtrasi glomerulus dan akhirnya diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus tipe
menyebabkan ginjal tahap akhir.3 Nefropati lain dan diabetes melitus gestasional
diabetik adalah kelainan degeneratif vaskuler (kehamilan).9
ginjal, mempunyai hubungan dengan Kelainan yang terjadi pada ginjal
gangguan metabolisme karbohidrat atau penyandang diabetes melitus dimulai dengan
intoleransi gula disebut juga dengan Diabetes adanya mikroalbuminuria. Mikroalbuminuria
Melitus. Didefinisikan sebagai sindrom klinis umumnya didefinisikan sebagai ekskresi
pada pasien DM yang ditandai dengan albumin lebih dari 30 mg per hari dan dianggap
albuminuria menetap yaitu: >300 mg/24 jam penting untuk timbulnya nefropati diabetik
atau >200 mikrogram/menit pada minimal dua yang jika tidak terkontrol kemudian akan
kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai berkembang menjadi proteinuria secara klinis
6 bulan.4 dan berlanjut dengan penurunan fungsi laju
Menurut WHO, penyakit ginjal dan filtrasi glomerular dan berakhir dengan
saluran kemih telah menyebabkan kematian keadaan gagal ginjal.10 Diperkirakan 30-40%
sebesar 850.000 orang setiap tahunnya. Hal ini penderita DM tipe 1 dan 20-30% penderita DM
menunjukkan bahwa penyakit ini menduduki tipe 2 akan menderita nefropati diabetik suatu
peringkat ke-12 tertinggi angka kematian. saat yang dapat berakhir dengan keadaan gagal
Survey yang dilakukan oleh Perhimpunan ginjal.11
Nefrologi Indonesia pada tahun 2009,
prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia Isi
sekitar 12,5%, yang berarti terdapat 18 juta Gagal Ginjal Kronik adalah keadaan klinis
orang dewasa Indonesia yang menderita gagal kerusakan ginjal yang progresif dan irreversible
ginjal kronik. Sedangkan menurut yayasan berasal dari berbagai penyakit yang
peduli ginjal, tahun 2008 di Indonesia terdapat berlangsung lambat sehingga ginjal tidak
40.000 penderita gagal ginjal kronik dan pada mampu mempertahankan metabolisme tubuh
tahun 2010 akan meningkat menjadi 70.0005. dan keseimbangan cairan elektolit saat terjadi
Beberapa penelitian dalam sub Sahara uremia.12 Uremia adalah suatu sindrom klinik
Afrika telah meneliti prevalensi CKD pada dan laboratorik yang terjadi pada semua organ,
orang berisiko tinggi, termasuk orang-orang akibat penurunan fungsi ginjal pada penyakit
dengan diabetes dan hipertensi. Di Tanzania, ginjal kronik.13 Pengertian lain GGK adalah
Prevalensi 84% pada pasien rawat jalan dewasa suatu kondisi kerusakan ginjal yang terjadi
Majority | Volume 4 | Nomor 9 | Desember 2015 |28
Janis Rivandi dan Ade Yonata| Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik

selama 3 bulan atau lebih, yang LFG menurun


dimanifestasikan dengan abnormalitas sedang
struktural atau fungsional ginjal, dengan 3B Kerusakan 30-44
penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) ginjal dengan
LFG menurun
hingga kurang dari 60ml/menit/1,73m2 disertai
sedang
dengan abnormalitas hasil pemeriksaan 4 Kerusakan 15-29
laboratorium darah, urine atau pemeriksaan ginjal dengan
imaging dan kondisi pasien semakin LFG menurun
memburuk. berat
Kriteria Penyakit Ginjal Kronik antara lain 5 Gagal Ginjal <15 atau dialis
kerusakan ginjal (renal failure) yang terjadi
lebih dari 3 bulan, berupa kelainan struktural Gambaran klinis pasien penyakit ginjal
atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan kronik sesuai dengan penyalit yang mendasari
LFG, dengan manifestasi kelainan patologis, seperti diabetes mellitus menyebabkan gejala
dan terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk berupa infeksi traktus urinarius, hipertensi,
kelainan dalam komposisi darah dan urin atau hiperurikemia, Lupus Eritematous Sistemik
kelainan dalam tespencitraan atau imaging (LES),dll. Jika karena sindrom uremia
tests kemudian laju filtasi glomerulus (LFG) menyebabkan lemah, letargi, anoreksia, mual,
kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 muntah, nokturia, kelebihan volume cairan
bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal. atau volume overload, neuropati perifer,
Pada keadaan tidak terdapat kerusakan pruritus, uremic frost, perikarditis, kejang-
ginjal lebih dari 3 bulan dan LFG sama atau kejang sampai koma. Sedangkan Gejala
lebih dari 60 ml/menit/1,73m2, tidak termasuk komplikasinya seperti hipertensi, anemia,
kriteria penyakit ginjal kronik.13 osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis
Klasifikasi penyakit ginjal kronik metabolik, gangguan keseimbangan elektrolit
didasarkan atas dua hal yaitu atas dasar derajat yaitu: sodium, kalium, khlorida.
atau stage penyakit dan dasar diagnosis Gagal ginjal kronik merupakan suatu
etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif
dibuat atas dasar LFG yang dihitung dengan dan irreversible dari berbagai penyebab.
menggunakan rumus : 14 Penyebab penyakit GGK yang sering ditemukan
Rumus Cockroft-Gault : antara lain glomerulonefritis, pielonefritits
(140−U)×BB kronik, penyakit ginjal polikistik, nefrosklerosis
KK= × konstanta
(72 ×Cr)
hipertensif, dan nefropati diabetik.9
Keterangan :
Dalam pengertian klinik, ND adalah
KK : Klirens kreatinin (bersihan kreatinin) dalam
komplikasi yang terjadi pada 40% dari seluruh
ml/menit
pasien DM tipe 1 dan DM tipe 2 dan
U : Umur dalam tahun
merupakan penyebab utama penyakit ginjal
BB : Berat badan dalam kilogram
pada pasien yang mendapat terapi ginjal yang
Cr : Nilai kreatinin serum (darah) dalam mg/dL
ditandai dengan adanya mikroalbuminuria
Konstanta : Laki-laki = 1
(30mg/hari) tanpa adanya gangguan ginjal,
Perempuan = 0,85
disertai dengan peningkatan tekanan darah
sehingga mengakibatkan menurunnya filtrasi
Tabel 1 Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik atas dasar
derajat penyakit 17
glomerulus dan akhirnya menyebabkan ginjal
Derajat Penjelasan LFG(ml/menit/1,732) tahap akhir.3 Nefropati diabetik adalah kelainan
1 Kerusakan >90 degeneratif vaskuler ginjal, mempunyai
ginjal dengan hubungan dengan gangguan metabolisme
LFG normal karbohidrat atau intoleransi gula atau Diabetes
atau meningkat Melitus. Didefinisikan sebagai sindrom klinis
2 Kerusakan 60-89 pada pasien DM yang ditandai dengan
ginjal dengan albuminuria menetap yaitu: >300 mg/24 jam
LFG menurun atau >200 mikrogram/menit pada minimal dua
ringan kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3 sampai
3A Kerusakan 45-59
6 bulan.4
ginjal dengan

Majority | Volume 4 | Nomor 9 | Desember 2015 |29


Janis Rivandi dan Ade Yonata| Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik

Faktor-faktor etiologis timbulnya serta fibrosis tubulointerstisialis sesuai dengan


nefropati diabetik adalah (1)Kurang tahap 1-5.15
terkendalinya kadar gula darah (gula darah Dari kadar glukosa yang tinggi
puasa >140-160 mg/dL (7,7-8,8 mmol/l); AIC menyebabkan terjadinya glikosilasi protein
>7-8%; (2) Genetik; (3) Kelainan hemodinamik membran basalis, sehingga terjadi penebalan
(peningkatan aliran darah ginjal dan laju filtrasi selaput membran basalis, dan terjadi pula
glomerulus, peningkatan tekanan penumpukkan zat serupa glikoprotein
intraglomerulus); (4) Hipertensi sistemik; (5) membran basalis pada mesangium sehingga
Sindrom resistensi insulin (sindrom metabolik); lambat laun kapiler-kapiler glomerulus
(6) Keradangan; (7) Perubahan permeabilitas terdesak, dan aliran darah terganggu yang
pembuluh darah; (8) Asupan protein berlebih; dapat menyebabkan glomerulosklerosis dan
dan (9) Gangguan metabolik (kelainan hipertrofi nefron yang akan menimbulkan
metabolisme polyol, pembentukan advance nefropati diabetik. Nefropati diabetik
glycation end product, peningkatan produksi menimbulkan berbagai perubahan pada
sitokin.15 pembuluh-pembuluh kapiler dan arteri,
Pada patofisiologi terjadinya kerusakan penebalan selaput endotelial, trombosis,
ginjal, hiperfiltrasi masih dianggap sebagai adalah karakteristik dari mikroangiopati
awal dari mekanisme patogenik dalam laju diabetik dan mulai timbul setelah periode satu
kerusakan ginjal. Hiperfiltrasi yang terjadi pada atau dua tahun menderita Diabetes Melitus.
sisa nefron yang sehat lambat laun akan Hipoksia dan iskemia jaringan-jaringan tubuh
menyebabkan skleriosis dari nefron tersebut. dapat timbul akibat dari mikroangiopati
Mekanisme terjadinya peningkatan laju filtrasi khususnya terjadi pada retina dan ginjal.
glomerulus pada nefropati diabetik Manifestasi mikroangiopati pada ginjal adalah
kemungkinan disebabkan oleh dilatasi arteriol nefropati diabetik, dimana akan terjadi
aferen oleh efek yang tergantung glukosa, yang gangguan faal ginjal yang kemudian menjadi
diperantarai hormon vasoaktif, IGF-1, Nitric kegagalan faal ginjal menahun pada penderita
Oxide, prostaglandin dan glukagon. Efek yang telah lama mengidap Diabetes Melitus15.
langsung dari hiperglikemia adalah rangsangan Berikut tahapan-tahapan nefropati
hipertrofi sel, sintesis matriks ekstraseluler, diabetik:15
serta produksi TGF-β yang diperantarai oleh 1. Tahap I
aktivasi protein kinase-C (PKC) yang termasuk Pada tahap ini LGF meningkat sampai
dalam serine-threonin kinase yang memiliki dengan 40% di atas normal yang disertai
fungsi pada vaskular seperti kontraktilitas, pembesaran ukuran ginjal. Albuminuria
aliran darah, proliferasi sel dan permeabilitas belum nyata dan tekanan darah biasanya
kapiler. Hiperglikemia kronik dapat normal. Tahap ini masih reversibel dan
menyebabkan terjadinya glikasi nonenzimatik berlangsung 0-5 tahun sejak awal
asam amino dan protein atau reaksi Mallard diagnosis DM tipe 2 ditegakkan. Dengan
dan Browning. Pada awalnya, glukosa akan pengendalian glukosa darah yang ketat,
mengikat residu amino serta non-enzimatik biasanya kelainan fungsi maupun struktur
menjadi basa Schiff glikasi, lalu terjadi ginjal akan normal kembali.
penyusunan ulang untuk mencapai bentuk 2. Tahap II
yang lebih stabil tetapi masih reversibel dan Terjadi setelah 5-10 tahun diagnosis DM
disebut sebagai produk amadori. Jika proses ini tegak, saat perubahan struktur ginjal
berlanjut terus, akan terbentuk Advenced berlanjut, dan LGF masih tetap meningkat.
Glycation End-Product (AGEs) yang ireversibel. Albuminuria hanya akan meningkat
AGEs diperkirakan menjadi perantara bagi setelah latihan jasmani, keadaan stres
beberapa kegiatan seluler seperti ekspresi atau kendali metabolik yang memburuk.
adhesion molecules yang berperan dalam Keadaan ini dapat berlangsung lama.
penarikan sel-sel mononuklear, juga pada Hanya sedikit yang akan berlanjut ke
terjadinya hipertrofi sel, sintesa matriks tahap berikutnya. Progresivitas biasanya
ekstraseluler serta inhibisi sintesis Nitric Oxide. terkait dengan memburuknya kendali
Proses ini akan terus berlanjut sampai terjadi metabolik. Tahap ini disebut sebagai tahap
ekspansi mesangium dan pementukan nodul sepi (silent stage).
3. Tahap III
Majority | Volume 4 | Nomor 9 | Desember 2015 |30
Janis Rivandi dan Ade Yonata| Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik

Ini adalah tahap awal nefropati atau yang diambil sewaktu, disebut sebagai albumin
insipient diabetic nephropathy saat atau kreatinin ratio atau ACR. Tingginya
mikroalbuminuria telah nyata. Tahap ini ekskresi albumin atau protein dalam urin
biasanya terjadi 10-15 tahun diagnosis DM selanjutnya akan menjadi petunjuk tingkatan
tegak. Secara histopatologis, juga telah kerusakan ginjal seperti terlihat dalam tabel di
jelas penebalan membran basalis bawah ini:
glomerulus. LGF masih tetap ada dan
mulai meningkat. Keadaan ini dapat Tabel 2. Tingkat kerusakan ginjal
bertahan bertahun-tahun dan Urin
24 jam
progresivitas masih mungkin dicegah Urin sewaktu sewaktu
Kategori (mg/24
dengan kendali glukosa dan tekanan darah (mg/24jam) (mh/mg
jam)
kreatinin)
yang kuat.
Normal <30 <20 <30
4. Tahap IV
Mikroalbumi 30-299 20-199 30-299
Ini merupakan tahapan saat dimana nuria
Nefropati Diabetik bermanifestasi secara Albuminuria ≥300 ≥200 ≥300
klinis dengan proteinuria yang nyata
dengan pemeriksaan biasa, tekanan darah Tatalaksana nefropati diabetik
sering meningkat tajam dan LGF menurun tergantung pada tahapan-tahapan apakah
di bawah normal. Ini terjadi setelah 15-20 masih normoalbuminuria, sudah terjadi
tahun DM tegak. Penyulit diabetes lainnya mikroalbuminuria atau makroalbuminuria,
sudah pula dapat dijumpai seperti tetapi pada prinsipnya, pendekatan utama
retinopati, neuropati, gangguan profil tatalaksana nefropati diabetik adalah melalui
lemak dan gangguan vascular umum. pengendalian gula darah seperti olahraga, diet,
Progresivitas ke arah gagal ginjal hanya obat antidiabetes, pengendalian tekanan darah
dapat diperlambat dengan pengendalian seperti diet rendah garam, obat anti hipertensi,
glukosa darah, lemak darah dan tekanan perbaikan fungsi ginjal seperti diet rendah
darah. protein, pemberian Angiotensin Converting
5. Tahap V Enzime Inhibitor atau ACE-I dan Angiotensin
Ini adalah tahap akhir gagal ginjal, saat Reseptor Blocker atau ARB dan pengendalian
LGF sudah sedemikian rendah sehingga faktor ko-morbiditas lain seperti pengedalian
penderita menunjukkan tanda-tanda kadar lemak, mengurani obesitas dll.15
sindrom uremik, dan memerlukan Terapi nonfarmakologis nefropati
tindakan khusus yaitu terapi pengganti, diabetik berupa gaya hidup yang sehat meliputi
dialisis maupun cangkok ginjal.15 olahraga rutin, diet, menghentikan merokok
Secara histopatologik pada nefropati serta membatasi konsumsi alkohol. Olahraga
diabetik meliputi perubahan pada glomerulus rutin yang dianjurkan ADA adaalah berjalan 3-5
yang mengenai kapiler glomerulus membrana km/hari dengan kecepatan sekitar 10-12
basalis dan kapsul, perubahan pada vaskuler menit/km, 4 sampai 5 kali seminggu.
ginjal yaitu terjadi arteriosklerosis, perubahan Pembatasan asupan garam adalah 4-5 g/hari
pada tubulus dan intestial yang dapat berupa (atau 68-85 meq/hari) serta asupan protein
endapan hialin pada tubulus proksimal, deposit hingga 0,8 g/kg/BB ideal/hari. Target tekanan
glikogen pada tubulus proksimal, atropi darah pada nefropati diabetik adalah <130/80
tubulus dan fibrosis interstitial15. mmHg. Obat antihipertensi yang dianjurkan
Diagnosis Nefropati Diabetik dimulai dari adalah ACE-I atau ARB, sedangkan pilihan lain
dikenalinya albuminuria pada penderita DM adalah diuretika, kemungkinan beta-blocker
tipe 2. Bila jumlah protein dan albumin didalam atau calcium-channel blocker.
urin masih sangat rendah, sehingga untuk Selain itu, terapi diet sangatlah penting
dideteksi dengan metode pemeriksaan urin untuk mencegah komplikasi penyakit lainnya.
yang biasa, akan tetapi jika sudah >30 mg/24 Zat gizi yang mendapat perhatian adalah
jam ataupun >20mg/menit disebut juga protein, energi, kerbohidrat, lemak, garam,
sebagai mikroalbuminuria. Hal ini dianggap kalium, kalsium, fosfor, dan cairan.16
sebagai nefropati insipien. Derajat albuminuria 1. Protein
atau proteinuria ini dapat juga ditentukan
dengan rationya terhadap kreatinin dalam urin
Majority | Volume 4 | Nomor 9 | Desember 2015 |31
Janis Rivandi dan Ade Yonata| Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik

Protein dianjurkan sesuai dengan terbatas. Lemak diutamakan dari jenis


tingkatan penurunan fungsi ginjal. Pada tidak jenuh ganda maupun tunggal yaitu
saat ini anjuran asupan protein 0.8 gr/kg minyak jagung, minyak wijen, minyak
BB/hari, kurang atau sama dengan 10% zaitun. Asupan lemak jenuh dianjurkan
dari total energi. Apabila terjadi kurang dari 10%. Asupan kholesterol
penurunan fungsi ginjal lebih lanjut dianjurkan kurang dari 300 mg/hari.
dimana fungsi ginjal sudah sangat buruk, 5. Garam (natrium)
ditandai dengan nilai Glomerolus Filtration Anjuran asupan garam natrium (Na)
Rate (GFR)/Creatinine Clearance Test pasien nefropati diabetik berkisar antara
(CCT) 10-15 ml/mt), maka asupan protein 1000 – 3000 mg Na sehari, tergantung
dianjurkan 0.6 gr/kg BB. Sekurang- pada tekanan darah, ada tidaknya udema
kurangnya 50% berasal dari protein yang atau asites, serta pengeluaran urine
bernilai bernilai biologi tinggi. Pada sehari. Pada pasien nefropati diabetik
nefropati diabetik dimana pasien sudah yang sudah menjalani terapi pengganti
menjalani terapi pengganti hemodialisis hemodialisis kebutuhan natrium adalah
protein dianjurkan 1,2 gr/kgBB/hari, 1000 mg + 2000 mg apabila jumlah urine
sedangkan jika pasien menjalani sehari 1000 ml.
Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis 6. Kalium
(CAPD) protein dianjurkan 1,3-1,5 gr/kg Kadar kalium darah harus
BB/hari atau sama dengan ± 20% dari total dipertahankan dalam batas normal. Pada
kalori. beberapa pasien, kadar kalium darah
2. Energi meningkat disebabkan karena asupan
Kebutuhan energi untuk pasien kalium dari makanan yang berlebihan atau
nefropati diabetik, yaitu 35 obat- obatan yang diberikan. Anjuran
kcal/kgBB/hari. Asupan energi yang asupan kalium tidak selalu dibatasi,
adekuat bertujuan agar protein tidak kecuali bila terjadi hiperkalemia yaitu
dipecah menjadi sumber energi. kalium darah > 5.5 mEq, jumlah urine
3. Karbohidrat sedikit atau GFR/CCT kurang atau sama
Karbohidrat yang dianjurkan adalah dengan 10 ml/mt. Pada kondisi ini anjuran
60% dari total kalori. Penggunaan asupan kalium berkisar 40-70 mEq/hari
karbohidrat komplek tetap diutamakan. atau 1600-2800 mg/hari atau 40
Pemberian karbohidrat sederhana seperti mg/kgBB/hari, hindari makanan tinggi
gula dapat dikonsumsi bersamaan dengan sumber kalium. Pada nefropati diabetik
makanan, atau dimasukan dalam makanan dengan terapi pengganti hemodialisis
olahan. Anjuran diet pada pasien diabetes kebutuhan kalium dapat dihitung
yang terbaru mengutamakan jumlah berdasarkan pengeluaran urine sehari,
karbohidratnya, bukan jenisnya. Anjuran yaitu kebutuhan dasar 2000 mg + jumlah
konsumsi sukrosa lebih liberal. urine sehari.
Penggunaan sukrosa sebagai bagian dari 7. Kalsium
perencanaan makan pasien diabetes tidak Keadaan hipokalsemia atau kadar
memperburuk kontrol glukosa darah. kalsium darah < 8.5 mg/dl kadang terjadi
Anjuran konsumsi gula pada pasien pada pasien nefropati diabetik.
diabetes tanpa komplikasi saat ini 5% dari Penyebabnya adalah asupan kalsium yang
total kalori. Pada pasien nefropati diabetik tidak adekuat dan penyerapan yang tidak
dengan terapi pengganti CAPD, 35%-40% baik, oleh karena itu biasanya diberikan
karbohidrat berasal dari asupan makanan , suplemen kalsium dalam bentuk tablet.
sedangkan 15% sisanya berasal dari cairan Asupan kalsium yang dianjurkan adalah
peritoneal yang digunakan yaitu dektrosa. 1200 mg/hari. Salah satu suplemen
4. Lemak kalsium yang biasa diberikan adalah
Lemak dianjurkan 30% dari total kalsium karbonat, selain sebagai
kalori. Persentase lemak lebih tinggi dari suplemen naum juga berfungsi sebagai
diet diabetes pada umumnya, hal ini pengikat fosfat. Kadar kalsium darah yang
dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan diharapkan berkisar 8.5 – 11 mg/dl.
energi, karena sumber energi dari protein 8. Fosfor
Majority | Volume 4 | Nomor 9 | Desember 2015 |32
Janis Rivandi dan Ade Yonata| Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik

Pada pasien nefropati diabetik, bahan-bahan tersebut dalam


apabila terjadi hiperfosfatemia (kadar pengolahannya.
fosfat darah > 6 mg/dl), asupan fosfor dari 12. Sumber kalium: pisang, tomat, alpukat,
makanan harus dibatasi. Anjuran asupan jambu biji, jeruk, rebung, bayam, daun
pospor berkisar 8-12 mg/kg BB/hari. pepaya, daun singkong, kentang,
kadang untuk mengontrol fosfat tidak singkong, labu kuning, susu, santan
mungkin hanya dengan diet. Obat kelapa.
pengikat fosfat diperlukan untuk mengikat
fosfor dari makanan dalam saluran cerna Ringkasan
yang bertujuan mencapai serum fosfat Gagal ginjal kronik (GGK) merupakan
darah berkisar 4-6 mg/l. gangguan fungsi renal yang progresif dan
9. Cairan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal
Kebutuhan cairan perhari disesuaikan untuk mempertahankan metabolisme dan
dengan jumlah urine sehari ditambah keseimbangan cairan dan elektrolit. Gagal
dengan pengeluaran cairan melalui ginjal kronik dapat berlanjut menjadi gagal
keringat dan pernapasan (± 500 ml) ginjal terminal atau end stage renal disease
dimana ginjal sudah tidak mampu lagi untuk
Prosedur penyusunan diet. mempertahankan substansi tubuh, sehingga
Contoh bahan makanan16: membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa
1. Protein bernilai biologi tinggi antara lain tindakan dialisis atau pencangkokan ginjal
telur, susu, daging, ayam, ikan. sebagai terapi pengganti ginjal. Salah satu
2. Protein bernilai biologi rendah yaitu bahan faktor resiko gagal ginjal kronik adalah diabetes
makanan selain hewani seperti, kacang- melitus yang berkomplikasi menjadi nefropati
kacangan, biji-bijian, umbi, tempe, tahu, diabetik. Nefropati diabetik atau penyakit ginjal
beras, jagung, havermout, kentang, ubi. diabetik, adalah suatu komplikasi penyakit
3. Sumber karbohidrat kompleks antara lain: diabetes melitus yang tidak terkendali dengan
kentang, ubi, singkong, beras havermout, baik.
jagung, bayam, sawi, kacang panjang. Nefropati diabetik terjadi karena kadar
4. Sumber karbohidrat sederhana, seperti gula darah yang tinggi pada penderita diabetes
gula pasir, gula jawa, madu, sirup, melitus tidak terkontrol dengan baik. Kondisi
permen, minuman ringan. ini yang mengakibatkan kelainan pada
5. Bahan makanan tinggi kalori rendah pembuluh darah halus ginjal. Apabila berada
protein, seperti makanan/jajanan terbuat pada stadiu lanjut, kondisi nefropati diabetik
dari singkong, ubi, tepung maizena, ini akan mengakibatkan penderita GGK
tepung sagu/tapioka, sagu mutiara/pacar memerlukan pengobatan pengganti dengan
cina, agar-agar, getuk, keripik singkong, cuci darah (hemodialsis). Hampir 20-30 persen
kolak biji salak, puding maizena penderita diabetes melitus akan mengalami
6. Sumber lemak jenuh: mentega, minyak nefropati diabetic yang selanjutnya menjadi
kelapa sawit, minyak kelapa, lemak susu. gagal ginjal kronik.
7. Sumber lemak tidak jenuh ganda: minyak
jagung kedelai, minyak bunga matahari, Simpulan
minyak bunga safflower, mayonais. Nefropati diabetik timbul akibat dari
8. Sumber lemak tidak jenuh tunggal: minyak kadar glukosa yang tinggi menyebabkan
zaitun, alpukat, minyak kacang, adpokat terjadinya glikosilasi protein membran basalis,
9. Sumber kolesterol: lemak dari hewani sehingga terjadi penebalan selaput membran
seperi lemak daging, kuning telur, otak, basalis, dan terjadi pula penumpukkan zat
susu full creaml. serupa glikoprotein membran basalis pada
10. Sumber fosfor: susu dan hasil olahnya, mesangium sehingga lambat laun kapiler-
hati, ikan sarden, udang, kacang kedelai, kapiler glomerulus terdesak, dan aliran darah
tahu, tempe, dan kacang-kacangan. terganggu yang dapat menyebabkan
11. Sumber natrium: garam dapur, penyedap glomerulosklerosis dan hipertrofi nefron. Perlu
masakan/mono sodium glutamate atau dilakukan skrining setiap 6bulan melalui
MSG, soda kue, zat pengawet yaitu: Na. metode pemeriksaan urin untuk melihat
Benzoat, makanan yang menggunakan apakah masih terdapat mikroalbuminuria.
Majority | Volume 4 | Nomor 9 | Desember 2015 |33
Janis Rivandi dan Ade Yonata| Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik

Tingginya ekskesi albumin atau protein dalam Congo. BMC Nephrol. 2009;10:18.
urin selanjutnya akan menjadi petunjuk 9. Dyah P. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes
tingkatan kerusakan ginjal. Jika sudah terjadi Melitus. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
gangguan faal ginjal yang kemudian menjadi Dalam. Edisi VI Jilid II. Jakarta: Pusat
kegagalan faal ginjal atau disebut gagal ginjal. Penerbit FKUI; 2014. hlm. 2323-26.
10. Hendromartono. Nefropati Diabetik.
Daftar Pustaka Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
1. Ketut S. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam: Edisi VI Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V Jilid FKUI; 2014. hlm 2386-396.
II. Jakarta: Pusat Penerbit FK UI; 2009. 11. International Diabetes Federation. One
hlm. 1035-36. Adult In Ten Will Have Diabetes; 2011.
2. Tierney ML. Current medical diagnosis and [diakses pada tanggal 18 Oktober 2015].
treatment. Ed 39th. Toronto: Hill Tersedia dari: http://www.idf.org/media-
companies; 2009. events/press-release/2011/diabetes-atlas-
3. Schonder KS. Chronic and End-Stage Renal 5th-edition.
Disease. In: Pharmacotherapy principles 12. Lorraine M. Gagal Ginjal Kronik. Dalam:
and practice. New York : Mc- Graw Hill; Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
2008. Hal 373-75. Penyakit. Edisi VI. Jakarta: EGC; 2005.
4. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia: 13. Suwitra. Penyakit Ginjal Kronik. Dalam:
Diagnosis dan Konsensus Pengelolaan Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V Jilid
Diabetes Melitus di Indonesia. Jakarta: PB II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI; 2009. hlm
PERKENI; 2006. 1035-36.
5. Suharjono. Gagal Ginjal Kronik. Dalam: 14. Kristiana. Waspadalah 24 penyebab ginjal
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III rusak. Jakarta : Penerbit cerdas sehat;
Jilid II. Jakarta: Pusat Penerbit FKUI; 2008. 2011.
6. Janmohamed MN, Kalluvya SE, Mueller A, 15. Hendromartono. Nefropati Diabetik.
Kabangila R, Smart LR, Downs JA, et al. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Prevalence of chronic kidney disease in Edisi V Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbit
diabetic adult out-patients in Tanzania. FKUI; 2009. Hal 1942-44.
BMC Nephrol. 2013; 14(8):183. 16. Kresnawan T, Darmarini F.
7. Osafo C, Mate-Kole M, Affram K, Adu D. Penatalaksanaan Diet Pada Nefropati
Prevalence of chronic kidney disease in Diabetik. Gizi Indon. 2004;27(2):77-81.
hypertensive patients in Ghana. Ren Fail. 17. DaVita.StagesOf Chronic Kidney Disease:
2011;33(4):388–92. 2015. [diakses tanggal 27 November
8. Sumaili EK, Cohen EP, Zinga CV, Krzesinski 2015]. Tersedia dari:
JM, Pakasa NM, Nseka NM. High http://www.davita.com/kidney-
prevalence of undiagnosed chronic kidney disease/overview/stages-of-kidney-
disease among at-risk population in disease.
Kinshasa, the Democratic Republic of

Majority | Volume 4 | Nomor 9 | Desember 2015 |34

Anda mungkin juga menyukai