Anda di halaman 1dari 14

RESUME TUTORIAL SKENARIO 5:

PENYAKIT AGROMEDIS BERKAITAN DENGAN KERUSAKAN DNA

Disusun Oleh:

Intan Veda Adiwena 192010101003


Sekar Arum Srigati 192010101034
Afifah Nilam Cahyani 192010101038
Nurus Saffana Yulianto 192010101073
Meutia Citra Aisya 192010101081
Nano Triyoga Oderino 192010101085
Muhammad Fauzan Al Qodri 192010101094
Asnin Augustina 192010101120
Suryanita 192010101123
Marsha Zahra Adyanda Barus 192010101164
Hudzaifah 192010101167
Azyumardi Azra Kautsar 192010101179

Dosen Pengampu:

dr. Jauhar Firdaus, M.Biotek

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
Skenario 5
Penyakit Agromedis Berkaitan dengan Kerusakan DNA

A. Klarifikasi Istilah
-
B. Rumusan Masalah
1. Mengapa pestisida dapat merusak DNA janin?
=

Suryanita 192010101123

Janin bisa terkena dampak dari pestisida melalui ibunya. Janin sendiri sangat
rentan terhadap adanya indikasi toksik atau zat kimia apapun yang masuk ke dalam
tubuh si ibu. Hal ini dikarenakan janin belum memiliki detoksifikasi atau mekanisme
pembersihan racun yang matur. Sehingga, imunitasnya masih sangat rendah. Apalagi
bagian otak, syaraf, dan organ tubuh lain itu berkembang pesat dan sangat sensitif,
sehingga ketika terpapar, maka paparan toksik dari pestisida itu dapat mudah
mengganggu tumbuh-kembang janin hingga mulai masuk dan merusak sampai ke
molekulernya.

2. Bagaimana cara mencegah agar tidak terkena paparan pestisida bagi penjaga toko
tersebut?
=

Sekar Arum Srigati 192010101034

Cara agar terhindar dari dampak paparan pestisida bagi penjaga toko dalam
skenario:
a. Memakai sarung tangan karet saat berhubungan dengan pestisida, baik saat
mengambil, menyerahkan yang hubungannya dengan interaksi jual-beli dengan
konsumen.
b. Memakai baju pelindung, seperti jumpsuit khusus, agar terhindar dari cipratan
atau paparan dari pestisida.
c. Memakai masker.
d. Memakai penutup rambut agar juga terhindar dari tetesan atau paparan kecil dari
pestisida di rambut.
e. Menyediakan ventilasi yang cukup atau palung tidak buka jendela gara sirkulasi
udara di dalam toko lancar. Namunm lebih baiknya memang membuka toko
dengan konsep terbuka.
f. Apabila terdapat pestisida yang tumpah atau insiden lain yang menyebabkan
menyeruaknya bau dari pestisida, maka tinggalkan ruangan hingga baunya hilang.
g. Apabila terdapat baju yang terkena cairan pestisida atau terkenak pestisida, jangan
bawa baju tersebut sampai rumah. Dengan artian, jangan mencuci baju tersebut
tercampur dengan baju keluarga lain dalam satu rumah, apalagi bila ada anak-anak
dan wanita hamil.
h. Selalu cuci tangan setiap beraktivitas atau interaksi dengan pestisida. Pastikan
menggunakan air mengalir dan sabun.
i. Menjaga pola hidup yang sehat.

3. Apa saja gejala keracunan pestisida?


=
Meutia Citra Aisya 192010101081
Gejala keracunan pestisida golongan organofosfat adalah :
a. Gejala awal: mual, muntah, rasa lemas, sakit kepala dangan gangguan
penglihatan.
b. Gejala lanjutan: keluar ludah yang berlebihan, pengeluaran lendir dari hidung,
kejang usus dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan, kelemahan
yang disertai sesak nafas, kelumpuhan otot rangka.
c. Gejala sentral: sukar bicara, kebingungan, kehilangan reflek, kejang dan koma.
d. Kematian: apabila tidak segera diberi pertolongan berakibat kematian
dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan.
Gejala-gejala tersebut akan muncul kurang dari 6 jam. Pestisida organofosfat dan
karbamat dapat menimbulkan keracunan yang bersifat akut dengan gejala (keluhan)
sebagai berikut: leher seperti tercekik, pusing-pusing, badan terasa sangat lemah,
sempoyongan, pupil atau celah iris mata menyempit, pandangan kabur, tremor,
terkadang kejang pada otot, gelisah dan menurunnya kesadaran, mual, muntah,
kejang pada perut, mencret, mengeluakan keringat yang berlebihan, sesak dan rasa
penuh di dada, pilek, batuk yang disertai dahak, mengeluarkan air liur berlebihan.
Sebab, baru biasanya terjadi 12 jam setelah keracunan, denyut jantung menjadi
lambat dan ketidakmampuan mengendalikan buang air kecil maupun besar
4. Apakah ada kemungkinan bila penjaga toko tersebut berhenti, maka anak yang
berikutnya akan lahir normal?
=
Azyumardi Azra Kautsar 192010101179
Bisa. Karena bila kelainan kongenital pada anak sebelumnya akibat paparan
pestisida, sedangkan sumber paparan dihilangkan, dan tubuh melakukan proses
detoksifikasi dan disertai dengan treatment lain ataupun pola hidup sehat, maka
sangatr dimungkinkan bahwa untuk kehamilan berikutnya akan melahirkan anak
yang normal. Selama, kasus kelainan kongenital yang terjadi tidak bersifat herediter
terus menerus.
Selain itu, terdapat pendapat bahwa untuk masalah kelainan kongenital akibat
paparan pestisida ini bersumber dari laki-laki yang terpapar pestisida bukan dari
wanitanya. Karena, berhubungan dengan produksi sperma. Pria yang terpapar
pestisida akan berdampak pada produksi sperma yang kurang bagus. Sehingga,
apabila sperma yang kurang bagus tersebut berfusi dengan ovum, maka hasil
pembuahannya juga akan kurang bagus seperti adanya kelainan kongenital. Jadi, bila
si pria berhenti juga dari pekerjaannya sebagai penjaga toko pestisida, bisa saja anak
berikutnya lahir normal.
5. Apa saja akibat lain dari paparan pestisida? Dan bagaimana cara mengobatinya?
=
Asnin Augustina 192010101120
a. Pestisida dapat menyebabkan kemandulan
Salah satu jenis herbisida yang berhubungan dengan isu ini adalah atrazine.
Atrazine adalah herbisida yang banyak digunakan dalam mengendalikan gulma
pada pertanian tebu dan terdeteksi dalam air keran. Para ilmuwan dan dokter
menyatakan bahwa pestisida jenis ini meningkatkan resiko keguguran dan
kemandulan akibat penurunan kualitas dan mobilitas sperma. Hal ini diperkuat
hasil review Environmental Protection Agency (EPA) pada tahun 2009 bahwa
kelompok herbisida ini menimbulkan efek buruk bagi kesehatan reproduksi
manusia.
b. Pestisida dapat menyebabkan cacat lahir pada bayi
Paparan pestisida selama proses kehamilan pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko keguguran spontan, selain itu terdapat beberapa potensi
gangguan kesehatan pada calon bayi diantaranya resiko terkena leukimia,
gangguan kecerdasan, spina bifida, bibir sumbing, kaki pengkor dan sindrom
down. Hal ini disebabkan oleh selama masa perkembangannya, janin belum
mampu mendetoksifikasi racun yang ada. Studi lain yang dilakukan di Amerika,
menunjukkan bahwa perempuan yang tinggal di daerah yang penggunaan
pestisidanya tinggi, mempunyai resiko 1,9 sampai 2 kali lebih tinggi beresiko
melahirkan bayi dalam keadaan cacat, dibandingkan perempuan yang bertempat
tinggal di daerah yang tidak menggunakan pestisida.
c. Pestisida dapat mempengaruhi hormon
Menurut situs Badan Penyuluh dan Pengembangan SDM Pertanian
Kementerian Pertanian pestisida antiandrogen dapat menyebabkan perubahan
orientasi seksual. Kondisi ini terjadi dengan tanda-tanda anak laki-laki yang
mengalami demasculinisation yaitu hilangnya sifat-sifat maskulin. Sementara
pada anak-anak perempuan mengalami defeminimisation yakni hilangnya
karakter feminim pada anak perempuan.
d. Pestisida dapat menyebabkan diabetes
Diabetes Care merilis beberapa jurnal yang menyatakan hubungan antara
paparan pestisida terhadap timbulnya penyakit diabetes. Orang-orang yang
mengalami kelebihan berat badan dan di dalam tubuhnya terdapat pestisida
golongan organoklorin beresiko terkena penyakit diabetes.
e. Pestisida dapat menyebabkan kanker
Situs berita nasional Kompas (3/6/2013), menuliskan berita tentang sejumlah
temuan kasus penyakit kanker pada sejumlah petani dan buruh perkebunan di
Kabupaten Mesuji Lampung. Menurut keterangan Humas Dinas Kesehatan
Provinsi Lampung saat itu telah ditemukan minimal 10 kasus kanker ringan dan
ganas di sejumlah desa kabupaten tersebut. Kanker menyerang bagian sekitar
telinga dan leher
Lalu bagaimana solusi menghadapi ancaman kesehatan dari pestisida tersebut?
Bagi petani dan pelaku pertanian, sangat penting mulai memandang
pengendalian organisme pangganggu tanaman dari pendekatan kesehatan dan
keramahan lingkungan. Salah satu cara yang mesti dijadikan kiblat adalah
pengendaliah hama penyakit tanaman terpadu (PHT). Melalui teknik ini
pengendalian OPT tidak hanya menitikberatkan pada aplikasi pestisida di lapangan
melainkan cara-cara alternatif yang tidak berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan
Bagi konsumen produk pangan utamanya buah dan sayur, sangat disarankan
untuk mencuci buah dan sayur yang hendak di konsumsi. Perlu diketahui menurut
rilis daftar buah dan sayur yang paling banyak terkontaminasi pestisida oleh
Environmental Working Group, terdapat 12 buah dan sayur dengan residu pestisida
tertinggi, yaitu: Apel, stoberi, anggur, seledri, persik (peach), bayam, paprika,
nectarin, mentimun, kentang, tomat ceri dan cabai. Oleh karena itu tindakan mencuci
dan mengupas buah serta memasak sayur sebelum dikonsumsi adalah hal yang
penting untuk dilakukan.
6. Apa saja yang menyebabkan terjadinya keruskaan DNA selain pestisida?
=
Intan Veda Adiwena 192010101003
•Faktor fisika: paparan sinar UV, sinar kosmik, sinar gamma, radiasi, temperatur.
•Faktor kimia: Bahan-bahan kimia seperti yang ada pada pestisida, misalnya DDT,
TEM, Glycidol, juga zat kimia seperti asam nitrit.
•Faktor biologi: virus dan bakteri. Virus memiliki RNA sendiri, jika menginfeksi,
bisa mengganggu proses replikasi DNA dengan menyisipkan RNAnya sendiri.
Sehingga, tubuh bukannya menyintesis RNA untuk enzim, tapi justru RNA virus itu.

C. Learning Objectives
1. Pencemaran lingkungan yang menyebabkan gen rusak.
=
Nano Triyoga Oderino 192010101085
A. Pencemaran karena mercury
Ada beberapa jenis mercury yang menyebabkan kerusakan DNA :
1. Merkuri elemental (Hg): Menyebabkan keracunan dan jika masuk
lewat intravena dapat menyebabkan emboli paru.
2. Merkuri inorganik: Sering diabsorbsi melalui gastrointestina;,paru-
paru, serta kulit yang bisa menyebablan gagal ginjal, protinuri,
sindroma nefrotik, dan gangguan imunologis.
3. Merkuri organik: Menyebabkan degenerasi neurondi korteks cerebri
dan cerebellum serta menyebabkan parestesi distal,tuli,dan
penyempitan lapang pandang.
B. Pencemaran karena Timbal
Timbal masuk terhirup atau tertelan kemudian masuk ke dalam aliran
darah lalu akan diserap di ginjal dan otak dan disimpan di gigi dan tulang.
Timbal ini menyebabkan kerusakan pada jarungan tubuh manusia.
C. Pencemaran karena Cadmium
Dalam waktu yang panjang, cadmium dapat terakumulasi di ginjal dan
hati, dan juga cadmium ini sangat beresiko terhadap pembuluh darah.
D. Pencemaran karena Kromium (Kr)
Menurut penelitian,Kromium bisa merusak materi genetik pada sel-sel
hewan hamster.
E. Pencemaran karena tembaga (Cu)

Sekar Arum Srigati 192010101034

Untuk kasus mengenai kerusakan DNA/gen akibat pencemaran lingkungan,


umumnya diakibatkan oleh merkuri. Apalagi merkuri yang dibuang di perairan, lalu
melalui rantai makanan, bisa masuk ke dapam tubuh manusia kemudian terakumulasi
hingga menyebabkan toxic/kerusakan/mutasi gen. Contoh nyata dari kasus ini adalah
tragedi Minamata atau Minamata disease yang terjadi di wilayah sekitar Teluk
Minamata, prefektur Kumamoto, Jepang.

Pencemaran Teluk Minamata oleh merkuri diakibatkan oleh pembuangan


limbah pabrik baterai, yaitu PT Chisso yang membuang limbahnya tanpa pengolahan.
Hal ini sudah dimulai sejak tahun 1932-1968 yang diperkirakan telah membuang
limbah sebesar 200-600 ton merkuri. Tentunya, merkuri ini juga mencemari biota laut
Teluk Minamata, kemudian karena kebiasaan orang Jepang yang gemar mengonsumsi
ikan, kandungan merkuri pada akhirnya terakumulasi di tubuh manusia.

Minamata syndrome ini sendiri lebih berdampak pada sistem saraf. Di mana,
terjadi kerusakan sistem saraf hingga manusia yang terkena bisa mengalami
kelumpuhan, keruskaan otak, gangguan bicara, dan kejang-kejang. Bahkan untuk
temuan lain, Minamatta Syndrome ini menyerang hingga ke DNA. Sehingga,
menjadikan Minamata Syndrome ini juga merupakan penyakit herediter/diturunkan
pada pewaris berikutnya. Yang pada umumnya, anak yang lahir akan menderita
penyakit neurologis yang merusak sistem saraf pusat dan yang paling sering terjadi
adalah kelumpuhan serta kematian dini penderita.

Intan Veda Adiwena 192010101003

Akibat paparan logam berat pada tubuh


Terdapat beberapa faktor eksternal yang diduga menjadi pemicu mutasi gen,
diantaranya adalah infeksi virus, pola makan, gaya hidup, efek zat kimia dalam obat-
obatan, serta paparan zat seperti logam berat dari polusi udara, air, maupun tanah.
Ketika terpapar dengan logam-logam berat yang bersifat reaktif, maka tubuh
akan mengalami perubahan sebagai upaya untuk beradaptasi. Kerusakan utama yang
disebabkan oleh logam berat adalah terbentuknya radikal bebas yang dapat
mempengaruhi kerja mitokondria dan informasi genetic pada DNA.
Contohnya adalah timbal (Pb). Pb dapat merusak selubung myelin pada akson,
sehingga dapat menyebabkan gangguan respon pada otot. Pada sebuah penelitian
yang dilakukan pada buruh pengecat bus yang terpapar Pb dari cat, ditemukan bahwa
pada pekerja dengan gangguan keseimbangan tubuh, dalam darahnya terdapat kadar
Pb lebih dari 40 mikrogram/dl.
Zat-zat kimia asing (xenobiotic) yang masuk ke tubuh melalui polusi dan
makanan akan dimetabolisme dalam tubuh, utamanya oleh hati. Hati akan
mengoksidasi zat-zat tersebut, kemudian akan diproses secara lanjut oleh sistem
enzim konjugasi, untuk kemudian dibuang dari tubuh. Proses ini disebut proses
detoksifikasi senyawa xenobiotic. Sayangnya, dalam proses ini seringkali akan
dihasilkan senyawa radikal yang berbahaya bagi tubuh. Senyawa radikal ini bersifat
karsinogenik, serta mudah berikatan dengan guanine pada DNA.
Pada suatu penelitian yang bertujuan untuk mencari hubungan antara paparan
logam berat dengan kanker payudara, ditemukan pada urin wanita penderita, terdapat
jumlah logam berat yang lebih signifikan daripada wanita sehat. Banyak diantara
penderita tersebut yang merokok, atau tinggal di lingkunan dengan polusi udara yang
berat.

Asnin Augustina 192010101120


Anak-anak & remaja yang terpapar polusi udara berpotensi mengalami
kerusakan DNA yang disebut pemendekan telomere. Hal ini dilaporkan oleh May
Journal of Occupational and Environmental Medicine. Di mana anak-anak dan
remaja yang menderita asma memiliki bukti adanya pemendekan telomere, Panjang
telomer mungkin berpotensi digunakan sebagai biomarker kerusakan DNA akibat
paparan lingkungan dan atau peradangan kronis.
Studi ini melibatkan 14 anak-anak dan remaja di Fresno, California - kota
kedua dengan tingkat polusi udara tertinggi di Amerika Serikat. Para peneliti menilai
hubungan antara hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH), polutan udara yang
disebabkan oleh knalpot kendaraan bermotor dan telomere. Saat PAH meningkat,
panjang telomere menurun secara linier. Anak-anak dan remaja dengan asma terkena
tingkat PAH yang lebih tinggi daripada mereka yang tidak menderita asma.
Hubungan antara tingkat PAH dan pemendekan telomere tetap signifikan setelah
penyesuaian untuk asma dan faktor lainnya (umur, jenis kelamin, dan ras/etnis) yang
terkait dengan panjang telomere.
Studi tersebut menambah bukti sebelumnya bahwa polusi udara menyebabkan
stres oksidatif, yang dapat merusak lipid, protein, dan DNA. Penelitian telah
menyarankan agar anak-anak memiliki pemendekan telomere berbeda dari orang
dewasa, yang mungkin membuat mereka lebih rentan terhadap dampak polusi udara
yang merusak.
Dengan penelitian lebih lanjut, telomer dapat memberikan biomarker baru
untuk mencerminkan efek tingkat seluler dari paparan polusi udara. Telomere
mungkin juga memberikan wawasan baru mengenai pemahaman bagaimana paparan
polusi menyebabkan hasil kesehatan yang buruk.
2. Penyakit kongenital karena kegiatan agromedis.
=
Afifah Nilam Cahyani 192010101038
A. Retradasi Mental
a. Etiologi
 Disfungsi otak, untuk mengetahuinya perlu diadakan anamesis yang tepat,
pemeriksaan fisik, dan pemerikasaan laboratorium.
 Factor prenatal, salah satunya yaitu sang ibu mengalami penyakit campak
jerman (rubella), sehingga anak yang dikandugnya bisa mengalami retardasi
mental
 Retardasi mental yang disebabkan oleh gangguan metabolisme seperti
sindroma eye, dehidrasi hipernatremik, diabetes melitus yang tidak terkontrol
dengan baik, marasmus, kwarshiorkor, dan malnutrisi dapat menyebabkan
terjadinya retardasi mental.
 Factor kesalahan jumlah kromosom, contohnya sindrom down.
 Factor postnatal adalah akibat dari penyakit otak nyata, yang termasuk
retardasi mental akibat neoplasma dan beberapa reaksi sel-sel otak nyata
yang belum diketahui etiologinya. Sifat dari reaksi sel otak ini antara lain,
bersifat degenerative, radang, infiltrative, ploriferative, sklerotik, atau
reparative.
 Factor premature atau ibu melahirkan di atas usia 35 tahun.
b. Jenis retardasi mental
1. Retardasi mental ringan
 Iq 50-69
 Termasuk retardasi mental yang dapat dididik (educable)
 Mampu berbicara dengan bahasa sehari-hari, mengurus diri sendiri
(makan, mencuci baju) walaupun sedikit lambat dari perkembangan
normal
 Mengalami kesulitan dalam pekerjaan akademik sekolah, khususnya
dalam membaca dan menulis
2. Retardasi mental sedang
 Iq 35-49
 Termasuk retardasi mental yang dapat dilatih (trainable)
 Mampu mengurus diri sendiri dan keterampilan motor tetapi lebih
lambat dan harus dalam pengawasan.
 Terbatasnya kemampuan pemahaman dan penggunaan bahasa
3. Retardasi mental berat
 Iq 20-34
 Hampir sama dengan retardasi mental sedang, tetapi penyebab utamanya
adalah biasanya mengalami kerusakan motor yang bermakna/deficit
neurologis
4. Retardasi mental sangatberat
 Iq<20
 Secara praktis anak sangat terbatas kemampuannya dalam mengerti
ataupun menuruti suatu perintah atau intruksi. Dan hanya mampu
berkomunikasi nonverbal yang sangat elementer.

Neural tube defect (Defek tabung saraf)

Hudzaifah(192010101167)

Penyakit yang sering terjadi pada tidak menutupnya tabung saraf pada saat embriogenesis ini
yaitu anensefalus dan spina bifida.

1. Spina Bifida
Defek tabung saraf pada spina bifida ini mengenai daerah spinal. Ada dua jenis spina
bifida.
a) Spina Bifida Okulta
Tandanya yaitu dengan kelainan pada arkus vertebrata di lumbosacral yang
juga masih ditutupi kulit, adanya bercak rambut di atas regio dan tidak
mengenai saraf.
b) Spina Bifida Sistika
Spina bifida sistika ini lebih parah dibanding dengan spina bifida okulta.
Defek ini ditandai dengan adanya jaringan saraf yang menonjol sampai
melewati defek di arkus vertebrata dan juga kulit membentuk kantong.
2. Anensefalus
Defek tabung saraf ini terjadi akibat gagal menutupnya tabung saraf pada daerah
tengkorak. Sehingga tulang tengkorak tidak berbentuk. Otak kehilangan sebagian dari
bagian otak. Sehingga berakibat penuruan fungsi otak dan termasuk juga penurunan
kesadaran dan rangsang nyeri. Penyebab defek ini salah satunya adalah pestisida. Ada
penelitian case control yang menyebutkan bahwa kehamilan pada wanita yang bekerja
di bidang pertanian mempunyai resiko empat kali lipat terkena anensefalus dibanding
wanita yang tidak campur baur ke dalam dunia pertanian.
3. Defek Dinding Abdomen
Kelainan kongenital ini yang biasa dijumpai yaitu omfalokel dan gastrokisis.
Penyebab dari kelainan ini masih belum pasti, akan tetapi ada hubungan antara
lingkungan dengan banyaknya yang terkena kelainan ini. Bahkan salah satu faktor
yaitu pestisida golongan organofosfat.
a. Omfalokel
Herniasi yang terjadi pada visera abdomen ini disebut omfalokel. Defek ini
terjadi karena gagal bertemunya 2 lapisan ektodermal lateral.
b. Gastroskisis
Suatu penonjolan yang terjadi pada bagian visera abdomen. Kelainan ii terjadi
bagian lateral kanan dan umbilikus. Kelainan ini diakibatkan karena gangguan
vascular.

3. Tanda dan gejala, serta cara deteksi adanya paparan pestisidan dalam tubuh.
=
Meutia Citra Aisya 192010101081
Gejala keracunan pestisida golongan organofosfat adalah :
1. Gejala awal: mual, muntah, rasa lemas, sakit kepala dangan gangguan
penglihatan.
2. Gejala lanjutan: keluar ludah yang berlebihan, pengeluaran lendir dari hidung,
kejang usus dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan, kelemahan
yang disertai sesak nafas, kelumpuhan otot rangka.
3. Gejala sentral: sukar bicara, kebingungan, kehilangan reflek, kejang dan koma.
4. Kematian: apabila tidak segera diberi pertolongan berakibat kematian
dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan.
Gejala-gejala tersebut akan muncul kurang dari 6 jam. Pestisida organofosfat dan
karbamat dapat menimbulkan keracunan yang bersifat akut dengan gejala (keluhan)
sebagai berikut: leher seperti tercekik, pusing-pusing, badan terasa sangat lemah,
sempoyongan, pupil atau celah iris mata menyempit, pandangan kabur, tremor,
terkadang kejang pada otot, gelisah dan menurunnya kesadaran, mual, muntah,
kejang pada perut, mencret, mengeluakan keringat yang berlebihan, sesak dan rasa
penuh di dada, pilek, batuk yang disertai dahak, mengeluarkan air liur berlebihan.
Sebab, baru biasanya terjadi 12 jam setelah keracunan, denyut jantung menjadi
lambat dan ketidakmampuan mengendalikan buang air kecil maupun besar.

Nano Triyoga Oderino 192010101085

Gejala dan tanda paparan pestisida

 Organoklorin
Mual, muntah, gelisah, pusing, lemah, rasa geli atau menusuk pada kulit,
kejang otot, hilang koordinasi,tidak sadar. Tidak ada antidot langsung untuk
mengatasi keracunan. Obat yang diberikan hanya mengurangi gejala seperti anti
konvulsi dan pernafasan buatan
 Oraganofosfat dan karbamat
Lelah, sakit kepala, pusing, hilang selera makan, mual, kejang perut, diare,
penglihatan kabur, keluar: air mata, keringat, air liur berlebih, tremor, pupil
mengecil, denyut jantung lambat, kejang otot (kedutan), tidak sanggup berjalan,
rasa tidak nyaman dan sesak, buang air besar dan kecil tidak terkontrol,
inkontinensi, tidak sadar dan kejang-kejang. Gejala keracunan karbamat cepat
muncul namun cepat hilang jika dibandingkan dengan organofosfat. Antidot:
atropin atau pralidoksim

Azyumardi Azra Kautsar 192010101179

Dengan perkembangan teknologi, maka untuk mendeteksi residu pestisida


yang ada di dalam tubuh yaitu dengan menggunakan alat yang bernama tintomer kit.
Alat ini bekerja dengan mendeteksi kandungan enzim kolinesterase yang ada di
dalam tubuh karena ada kandungan di dalam pestisida yaitu organofosfat, bekerja di
dalam tubuh dengan menjadi inhibitor dari enzim kolinesterase sehinggan tejadi
penumpukan zat asetilkolin di dalam tubuh. Alat ini mendeteksi apakah aktivititas
kolinesterase di dalam tubuh maksimal atau tidak. Jika tidak maksimal maka, bisa
dipastikan bahwa terdapat residu pestisida di dalam tubuhnya.
Intan Veda Adiwena 192010101003

Faktor dalam tubuh yang membuat seseorang rentan keracunan pestisida


a. Usia
Semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin lama mereka telah
terpapar oleh zat kimia, sehingga rentan mengalami keracunan. Faktor usia juga
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh, pada anak-anak dan lansia, sistem imun
mereka tidak sebaik orang dewasa pada usia produktif.
b. Jenis kelamin
Kadar enzim kholinesterase dan kholin bebas dalam tubuh laki-laki dan
perempuan berbeda. Ditambah lagi pada wanita hamil, cenderung terjadi
penurunan kadar kolinesterase, sehingga sangat tidak dianjurkan untuk
,menyemprot pestisida.
c. Status kesehatan dan gizi
Semakin buruk status gizi dan kesehatan seseorang, semakin rentan terhadap
keracunan. Status kesehatan dan gizi seseorang mempengaruhi kinerja fungsi
tubuhnya, hingga fungsi enzim-enzim, misalnya kholinesterase.
d. Genetic
Aktivitas kholinesterase juga berkaitan dengan gen seseorang. Bila orang
tersebut mengalami kelainan genetik, kinerja enzim dalam tubuhnya bisa tidak
bekerja secara maksimal.
e. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan, terutama berkaitan dengan efek dan bahaya pestisida serta cara
pengelolaannya dapat mempengaruhi resiko keracunan yang dialami petani.
Kesadaran untuk melindungi diri dan pengetahuan mengenai tatalaksana pestisida
sebagaimana harusnya dapat memperkecil resiko terjadinya keracunan.

Anda mungkin juga menyukai