Anda di halaman 1dari 7

PERTANYAAN UNTUK KELOMPOK 5

(KERACUNAN PESTISIDA)

1. Nopida Pandiangan (D1A017019)


Jelaskan apa saja itu pencegahan tingkat 1, 2 dan 3 ?
Jawab :
a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary prevention)
Setiap orang yang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida
seperti petani penyemprot, harus mengenali dengan baik gejala dan tanda keracunan
pestisida. Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan. Sebagai upaya
pencegahan terjadinya keracunan pestisida sampai ke tingkat yang membahayakan
kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia telah membuat dan
mensosialisasikan sebuah pedoman bagi masyarakat yang memanfaatkan Pestisida

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)


Dalam penanggulangan keracunan pestisida penting dilakukan untuk
kasus eracunan akut dengan tujuan menyelamatkan penderita dari kematian yang
disebabkan oleh keracunan akut. Adapun penanggulangan keracunan pestisida adalah
sebagai berikut:
 Organofosfat,
Bila penderita tak bernafas segara beri nafas buatan , bila racun terlelan lakukan
pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi dari kulit, cuci dengan sabun dan air
selama 15 menit. Bila ada berikan antidot: pralidoxime(Contrathion). Pengobatan
keracunan organofosfat harus cepat dilakukan. Bila dilakukan terlambat dalam
beberapa menit akan dapat menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan
berdasarkan terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling
berhubungan. Pada keracunan yang berat, pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt
cholinesterase harus diukur dan bila kandungannya jauh dibawah normal, keracunan
mesti terjadi dan gejala segera timbul. Beri atropine 2mg iv/sc tiap sepuluh menit
sampai terlihat atropinisasi yaitu: muka kemerahan, pupil dilatasi, denyut nadi
meningkat sampai 140 x/menit. Ulangi pemberian atropin bila gejala-gejala keracunan
timbul kembali. Awasi penderita selama 48 jam dimana diharapkan sudah ada
recovery yang komplit dan gejala tidak timbul kembali. Kejang dapat diatasi dengan
pemberian diazepam 5 mg iv, jangan diberikan barbiturat atau sedativ yang lain.
 Carbamat,
Penderita yang gelisah harus ditenangkan, recoverery akan terjadi dengan cepat.
Bila keracunan hebat, beri atropin 2 mg oral/sc dosis tunggal dan tak perlu diberikan
obat-obat lain.

c. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)


Upaya yang dilakukan pada pencegahan keracunan pestisida adalah:
1) Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan, lepaskan
pakaian korban dan cuci/mandikan korban.
2) Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan. Korban
diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu
untuk menolong korban.
3) Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi
tentang pestisida yang memepari korban dengan membawa label kemasan
pestisida.
4) Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/penyuluhan tentang tentang pestisida
sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan
pertama.

2. Fahrijal Hasibuan (D1A017080)


Dari kontaminasi langsung, seperti inhalasi, ingesti dan absorbs, mana yang lebih
berbahaya dan kenapa ?
Jawab :
Yang paling berbahaya yaitu inhalasi, karena inhalasi merupakan proses di mana kita
menghirup udara ke paru-paru. Inhalasi merupakan bagian dari proses pernapasan, dan
hal ini terjadi secara berulang-ulang setiap saat secara otomatis untuk menunjang
kehidupan. karena gangguan pernapasan bisa berdampak serius bagi kesehatan dan
bahkan bagi nyawa Anda. Jika Anda memang berisiko mengalami beberapa gangguan
pernapasan yang dipaparkan di atas, ada baiknya Anda menghindari pemicu timbulnya
gangguan tersebut. Karena kita menghirup tanpa mengetahui bentuk-bentuk atau zat apa
saja yang telah kita hirup.

3. Ayu Dewanty (D1A017046)


Berapa lama seorang manusia dewasa bisa keracunan pestisida ?
Jawab :
Umumnya keracunan pestisida terjadi dari adanya kontak dengan pestisida selama
beberapa minggu, beberapa bulan, atau beberapa tahun, bukan dari satu kali penggunaan.
Orang tidak akan langsung sakit akibat pestisida, tetapi butuh waktu sampai beberapa
tahun kemudian. Bagi orang dewasa yang secara teratur terpapar pestisida butuh waktu
sampai 5, 10, 20, 30 tahun atau lebih untuk sakit. Jangka waktu yang dibutuhkan sampai
timbul gejala penyakit akan tergantung pada beberapa hal (baca halaman 321). Bagi
anak-anak biasanya dampak terlihat lebih cepat. Penyakit akibat pemaparan pestisida
pada bayi dapat dimulai sejak sebelum bayi dilahirkan, yakni ketika ibu sedang hamil dan
ada kontak dengan pestisida. Jika seseorang terpapar pestisida dalam jangka waktu lama,
sulit ditentukan apakah masalah kesehatannya akibat dari pestisida. Pemaparan jangka
panjang akan mengakibatkan sakit yang lama, seperti kanker, fungsi sistem reproduksi
terganggu, fungsi hati rusak, fungsi otak menurun, dan bagian tubuh lainnya. Beberapa
dampak akibat penggunaan pestisida jangka panjang sulit dilihat

4. Arya Yudha Saputra (D1A017091)


Jelaskan ketentuan standar keamanan pengaplikasiaan pestisida dilapangan !
Jawab :
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 258/MENKES/PER/III/1992 TENTANG
PERSYARATAN KESEHATAN PENGELOLAAN PESTISIDA MENTERI
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, pada BAB III (Tenaga dan Perlengkapan
Pengelolaan) dimana :
 Pasal 3 (ayat 1): Setiap tempat pengelolaan Pestisida wajib mempunyai seorang
tenaga penanggung jawab tehnis di samping tenaga penjamah pestisida. (ayat 2)
Penanggung jawab tehnis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus memiliki
kemampuan khusus dalam mengelola pestisida dan memenuhi persyaratan
kesehatan.
 Pasal 4 (ayat 1 :) Tenaga penjamah pestisida harus berbadan sehat dan dalam
melaksanakan tugasnya wajib menggunakan perlengkapan pelindung yang
memenuhi syarat kesehatan. (ayat 2) : Jenis perlengkapan pelindung bagi
penjamah pestisida disesuaikan dengan jenis klasifikasi pestisida dan atau jenis
pekerjaannya.
 Pasal 5 berbunyi : Ketentuan persyaratan kesehatan bagi tenaga tehnis dan tenaga
penjamah pestisida serta jenis perlengkapannya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 dan 4 ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Dimana pemakaian alat pelindung diri lengkap ada 7 macam yaitu : baju lengan
panjang, celana panjang, masker, topi, kaca mata, kaos tangan dan sepatu boot.

5. Sri Diah Pangestu (D1A017006)


Bagaimana cara penanganan kontaminasi lewat hidung, mulut dan mulut?
Jawab :
Jika keracunan terjadi melalui kontak mulut lakukan penanganan dengan cara
memunum air putih guna untuk pencucian lambung, jika keracunan melalui kontak kulit
lakukan pertolongan dengan mencuci bagian tubuh yang terkena pestisida dengan air dan
sabun selama 15 menit. Bila ada berikan antidot: pralidoxime(Contrathion).. Bila terpapar
melalui hidung dan penderita mengalami sesak napas segera beri nafas buatan.

6. Triana Erlingga (D1A017035)


Bagaimana pertolongan pertama untuk mengurangi efek pestisida ?
Jawab :
Bila penderita tak bernafas segara beri nafas buatan , bila racun terlelan lakukan
pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi dari kulit, cuci dengan sabun dan air
selama 15 menit. Bila ada berikan antidot: pralidoxime(Contrathion). Pengobatan
keracunan organofosfat harus cepat dilakukan. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa
menit akan dapat menyebabkan kematian. Penderita yang gelisah harus ditenangkan,
recoverery akan terjadi dengan cepat. Bila keracunan hebat, beri atropin 2 mg oral/sc
dosis tunggal dan tak perlu diberikan obat-obat lain.

7. Esther Leoni S (D1A017016)


Apakah ada penggunaan pestisida dengan perlakuan khusus ?
Jawab :
kami tidak dapat menemukan sumbernya untuk penggunaan pestisida dengan
perlakuan khusus, jadi yang kami jelaskan hanya penggunaan pestisida secara umum
saja, yaitu :

Penaburan
Teknik penaburan memang menjadi cara menggunakan pestisida yang paling umum
dilakukan di Indonesia. Tujuannya adalah untuk mencegah hama penyakit yang ada di
dalam tanah maupun di jaringan tanaman. Biasanya teknik penaburan dilakukan untuk
pestisida jenis padat seperti formulasi butiran dan memiliki cara kerja sistemik. Untuk
pestisida ini contohnya adalah Wingran 0,5 GR, Furadan 3GR, Dharmafur 3 GR, Ventura
dan Regent 0,3 GR.
Fumigasi
Cara menggunakan pestisida yang kedua adalah fumigasi. Fumigasi adalah pemberian
pestisida dengan menggunakan gas. Namun, penggunaan ini haruslah diawasi dengan
baik, sebab gas yang digunakan adalah gas berbahaya dan beracun. Fumigasi pada
awalnya digunakan untuk mengusir hama di sebuah gudang.
Namun, untuk penggunaannya pada lahan pertanian haruslah ditutup dengan plastik
terlebih dahulu.. Sebagian orang menilai teknik fumigasi dinilai cukup baik karena tidak
menimbulkan residu pestisida di dalam tanah. Gas yang sering digunakan dalam fumigasi
adalah fumigan Basamid G.
Pengumpanan atau baiting
Pengumpanan mungkin sebagai cara yang belum begitu terkenal di Indonesia dan
digunakan di area tertentu. Cara menggunakan pestisida dengan pengumpanan dilakukan
dengan mencampur pestisida bersama bahan makanan. Tujuannya adalah untuk
mencegah hama hewan baik mati atau mandul setelah memakannya. Biasanya hama yang
menjadi target sasaran untuk cara pengumpanan adalah tikus dan babi hutan. Adapun
pestisida yang digunakan antara lain adalah Borratm Ractikus, Petrokum dan Klerat.
Menggunakan cara penghembusan atau dusting
Cara menggunakan pestisida lainnya melalui penghembusan atau dusting. Ini juga jarang
dilakukan di Indonesia dan biasa digunakan di negara-negara tertentu dengan lahan
pertanian yang cukup luas. Caranya dengan menggunakan pesawat khusus yang
menyemprotkan bubuk pestisida di atas lahan pertanian. Kelebihan teknik ini memang
tidak membutuhkan banyak air. Namun, kelemahannya adalah sangat rentan bila terkena
angin. Maka dari itu, cara ini dinilai tidak efisien dan membutuhkan biaya cukup tinggi.
Melalui pengasapan
Fogging atau pengasapan sebenarnya memiliki teknik yang hampir sama dengan
fumigasi. Keunggulannya memang tidak menimbulkan residu. Akan tetapi di sisi lain
kelemahannya adalah zat kimia yang digunakan dapat terhirup dan dapat mengganggu
kesehatan manusia. Pengendalian hama melalui pengasapan biasanya digunakan untuk
mencegah hama seperti kecoa, tikus, dan lainnya. Pestisida yang digunakan dalam
pengasapan antara lain adalah Crown 100 EC.
Teknik penyemprotan
Cara menggunakan pestisida dengan teknik penyemprotan juga sudah lazim dilakukan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan penyemprotan menggunakan air ini dirasa lebih efektif
dan penyebarannya merata di lahan pertanian. Untuk melakukannya, Anda perlu
memperhatikan dosisnya dengan jumlah yang tepat serta pastikan alat semprotnya dalam
keadaan baik. Pestisida yang digunakan adalah yang berbentuk padat yang dapat
dilarutkan seperti SL dan yang dapat diemulsikan seperti EC.

8. Frangki Pasaribu (D1A017089)


Apa tujuan kita mempelajari tentang keracunan pestisida ini ?
Jawab :
Menurut kelompok kami, tujuan kita mempelajari keracunan pestisida ini yaitu
guna mengetahui , mencegah serta mengobati apabila selama kegiatan pertanian, baik
praktek lapangan ataupun budidaya nya kita dapat mengetahui apa saja langkah yang
akan kita lakukan. Juga karena jurusan yang kita ambil adalah agroekoteknologi dan
merupakan materi yang mempelajari bagaimana budidaya tanaman sehingga pasti akan
menggunakan pestisida, jadi mempelajari keracunan pestisida ini sangat bermanfaat
untuk kita. Dan apabila nanti dilapangan langsung, baik dikebun sendiri di tempat kita
kerja atau lainnya, ilmu yang kita dapatkan ini bisa kita salurkan untuk orang lain agar
lebih memahami dan melakukan tindakan yang tepat apabila terkena paparan pestisida.

9. Krisman (D1A017024)
Apakah ada perbedaan paparan keracunan pestisida antara orang yang memiliki kulit
cerah dan gelap ?
Jawab :
Tidak ada Perbedaan antara pigmen kulit putih dan kulit hitam. yang ada hanya
Perbedaan umur, pekerjaan, jenis kelamin dal lain sebagainya yang sering terpapar
dengan pestisid. Sejauh ini belum ada penelitian yang menunjukkan perbedaan warna
kulit dapat mempengaruhi kontaminasi keracunan pestisida, namun keracunan pestisida
semakin beresiko terhadap tubuh yang memiliki pori-pori yang lebih besar dan tingkat
sensitifitasnya lebih besar, jadi apapun warna kulit seseorang jika memiliki pori yang
kecil maka semakin kecil pula resiko seseorang mengalami kontaminasi keracunan
pestisida.

Anda mungkin juga menyukai