Anda di halaman 1dari 7

Masalah produksi dalam pertanian

1. Produksi musiman
Produksi musiman terjadi karena factor lingkungan dan iklim yang ada didaerah
tertentu. Sebuah tanaman tidak bisa kita paksakan berbuah pada umur satu bulan, karena
bersifat musiman, maka hasil produksi akan diperoleh pada waktu-waktu tertentu, sesuai
dengan umur tanaman yang bersangkutan. Misalnya pada persediaan beras yang telah
habis atau harga beras terlalu tinggi karena terlalu banyak permintaan. Sifat produksi
yang demikian inilah sering menimbulkan kesulitan dalam proses pengimbangan.
Begitu pula di saat-saat panen sering dijumpai beberapa kesulitan dalam
hal penyimpanan dan pengangkutan. Pada saat ini biaya-biaya penyimpanan dan
pengangkutan biasanya meningkat. Pedagang-pedagang pengumpul harus menyediakan
modal yang cukup besar untuk membeli hasil-hasilpertanian itu, untuk menyewa gudang
dan ongkos transpor.
Cara atau kebijakan untuk mengatasi sifat pertanian yang musiman ini salah
satunya adalah Teknologi rumah kaca. Hal ini merupakan salah satu teknologi untuk
menghilangkan ketergantungan musim dalam meproduksinya. Sedangkan dari sisi pasca
panennya, teknologi penyimpanan dengan CA (controlled atmosfir) misalnya dapat
dijadikan alternatif untuk memperpanjang masa simpan produk segar hasil pertanian,
sehingga pasokan pasar bisa dilakukan sepanjang tahun, tanpa tergantung pada musim
panen. Bersandar pada kebiasaan masyarakat dalam menghadapi musin atau momen
tertentu, para usahawan produk musiman ini juga sangat kenal produk apa yang harus
dijadikan bisnis pada waktu tertentu. Mekanisme harga merupakan jalan keluar yang
tepat untuk menyelesaikan masalah perekonomian agar trcapai tingkat kesejahteraan
masyarakat yang lebih merata, campur tangan pemerintah dalam penentuan harga
terutama untuk komoditi-komoditi yang menyangkut produksi musiman sangat
diperlukan.
2. Mudah busuk
Hasil produksi mudah busuk disebabkan karena. a). Pertumbuhan dan aktifitas
mikroba b). Aktifitas Enzim di dalam Bahan Pangan, baik yang berasal dari mikroba atau
memang sudah ada dalam bahan pangan tersebut c). Serangga Parasit dan Tikus d).
Suhu e). Udara dan Oksigen f). Sinar, dimana asinar dapat merusak beberapa vitamin g).
Waktu, dimana semakin lama bahan pangan disimpan akan memengaruhi pertumbuhan
mikroba
Produk pertanian dikenal tidak tahan lama dan mudah rusak, dikarenakan
beberapa factor lain juga yaitu ; proses pengolahan pasca panennya masih rendah,
kandungan air dari produk pertanian relatif banyak sehingga memudahkan
perkembangbiakan bakteri pembusuk. Faktor lain yaitu biologis dan fisiologis produk
pertanian tersebut. Salah satu cara penanggulangan sifat yang mudah rusak ini dapat
dilihat pada petani sayuran seperti sayur kol, sawi, kentang, dll. Mereka memanen sayur
mereka pada sore hari dan keesokan harinya, tepatnya pada waktu subuh, mereka
membawa sayuran mereka tersebut di pasar. Atau jarak tempat yang jauh.
Cara mengatasi masalah ini yaitu misalnya pada industri pengolahan perlu
perlakuan untuk memperpanjang daya simpan bahan segar seperti pendinginan,
pengeringan dll. Produk pertanian yang dipasarkan dalam keadaan segar biasanya yang
berkualitas baik sementara yang berkualitas kurang baik diolah menjadi aneka jenis
makanan/minuman. Selain itu pengolahan juga bisa dilakukan terhadap produk yang
terlalu banyak jumlahnya, akan tetapi perlu memperkirakan jumlah produksi untuk
mengantisipasi kurangnya bahan baku pada kondisi tertentu. Pasca panen produk harus
segera terjual agar dapat dimanfaatkan dalam kondisi baik. Pengeringan dan Membatasi
Ketersediaan air Penghilangan air atau dehidrasi seperti proses lyophilization (liofilisasi)
untuk menghasilkan makanan-makanan pembekuan kering (freeze-dried) saat ini umum
digunakan untuk mengurangi terjadinya pertumbuhan mikrobia. Pengawetan makanan
dengan menggunakan bahan kimia (chemical based). Bahan-bahan pengawet tersebut
memberikan efek pada mikroorganisme dengan menghancurkan faktor kritis sel.
3. Jumlah produksi kecil-kecilan

Produksi secara kecil-kecilan ini adalah akibat dari usaha yang dilakukan petani
secara kecil-kecilan pula. Padi atau beras, misalnya, dihasilkan oleh berjuta-juta petani.
Dengan demikian petani-petani tidak dapat mempengaruhi permintaan atas jenis barang
yang dihasilkannya. Mereka sulit untuk saling berkomunikasi dalam hal penjualan,
penyimpanan dan sebagainya, karena terbatasnya kemampuan dan pengetahuan akan
haltersebut. Hal ini berdampak pada petani tidak bisa mempengaruhi permintaan dan
Petani sulit untuk saling komunikasi dalam penjualannya karena terbatasnya pengetahuan
dan akses informasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi yang kecil yaitu : a) Langkanya


permodalan untuk pembiayaan usahatani. b) Kurangnya rangsangan karena sikap puas
diri para petani yang umumnya petani kecil, Selain itu karena masih kurang memikirkan
tujuan komersialisasi untuk mendapatkan profit. c) Aspek teknologi d) Kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) yang kurang kompeten e) Lahan usahatani sempit sehingga luasan
usahanya dianggap yang tidak menguntungkan. f) Sistem penghitungan/analisis
usahataninya tidak jelas g) Sulitnya akses terhadap kredit h) Daya saing produknya
rendah karena belum mengenal manfaat standar produk usahatani. i) Lemahnya sistem
perbenihan perbibitan nasional yang digunakan petani kecil. Hal ini terjadi
j) Sulitnya memperoleh pupuk sesuai waktu k) Status dan luas kepemilikan.

Cara mengatasi hal ini yaitu dengan menambah jumlah produksi maupun
memperluas lahan agar menghasilkan produksi yang berlimpah atau dapat seperti cara
perusahaan-perusahaan industri, yang telah memiliki kemampuan yang besar untuk
menganalisis situasi pasar, melakukan grading, penyimpanan dan sebagainya, maka
mereka tidak mengalami kesulitan dalam hal penjualannya. Mereka dapat menguasai
atau mengendalikan produksinya sewaktu-waktu, jika permintaan menurun. Perusahaan-
perusahaan industri dengan mudah dapat diorganisir atau mengorganisir dirinya.
4. Sangat terpencar-pencar
Tempat produksi pertanian tidak terpusat, tetapi letaknya terpencar. Hal
ini disebabkan petani itu selalu mencari tempat yang keadaan tanah dan iklimnya cocok
untuk tanamannya, tanpa memperhitungkan apakah dekat atau jauh dari kota atau pasar.
Petani tidak dapat dipaksakan melakukan produksi di tempat yang tandus atau
bergunung-gunung, meskipun secaraekonomis mudah dijangkau oleh para pedagang
pengumpul atau konsumen. Karena keterpencaran ini maka dapat dibayangkan kesulitan
dalam proses pengumpulan agar menjadi suatu jumlah yang besar.
Beberapa factor yang menyebabkan lahan yang berpencar yaitu : a) Luas lahan
usaha taninya sempit, selain lahan yang terpencar-pencar, lahan usaha yang digunakan
juga sempit-sempit. Hal ini karena banyak pembuakaan lahan yang digunakan untuk
bisnis industri. Luas lahan sawah cendrung berkurang setiap tahunnya akibat adanya alih
fungsi lahan b) Agroklimatnya berbeda-beda , karena topografi di daerah tesebut
berbeda-beda antara daerah satu dengan daerah yang lainnya. Selain itu walaupun
mengalami iklim yang sama tetapi tingkat cuaca pada suatu daerah itu akan berbeda-
beda. c) Kesuburan tanah yang berbeda-beda, dengan tingkat agroklimat yang berbeda-
beda maka kesuburan tanah yang satu dengan yang lainnya juga akan berbeda-beda.
Karena iklim juga mempengaruhi tingkat kesuburan tanah.
Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan Penataan Tanah dan Lingkungan melalui
Konsolidasi Tanah. Konsolidasi Tanah adalah salah satu kegiatan penataan tanah baik
berupa bentuk, letak dan aksesibilitas. Indahnya kegiatan ini adalah pemilik tanah tidak
harus pindah ke tempat lain karena masih memiliki tanah di lokasi tersebut. Atau dengan
bantuan pemerintah atau pihak yang berkepentingan memberikan penyuluhan atau
pelatihan langsung kepada petani untuk dapat memaksimalkan lahan yang sempit tersebut
agar dapat menghasilkan hasil pertanian yang maksimal, contohnya adalah dengan sistem
pertanian tumpang sari dimana di sekitar pematang sawah ditanami tanaman jenis lainnya
misal kacang panjang atau jagung. hasil tanaman yang menumpang ini dapat
dimanfaatkan sendiri atau dijual untuk menambah penghasilan bagi petani.
5. Letak geografis yang bervariasi
Bentuk-bentuk geografis Pertanian di Indonesia yaitu : 1) Sawah, adalah suatu
bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah dan memerlukan banyak air 2) Tegalan,
adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, sulit
untuk dibuat pengairan dan ditubuhi tanaman pertanian. 3) Pekarangan, adalah suatu
lahan yang berada di lingkungan dalam rumah 4) Ladang Berpindah, adalah suatu
kegiatan pertanian yang dilakukan di banyak lahan hasil pembukaan hutan tanah sudah
tidak subur sehingga perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama
tidak digarap. Letak geografis yang bervariasi dapat disebabkan oleh beberapa factor,
yaitu : a) Lahan pertanian, geografi pertanian membahas bagaimana lahan pertanian agar
tetap produktif dan tersedia, hasil pertanian yang dihasilkan tergantung dari kondisi lahan
yang digunakan. b) Produksi tanaman, geografi pertanian mencakup dari mulai benih
tanaman disebar sampai menjadi hasil yang siap dijual. c) Konservasi sumber daya alam,
dalam penerapan geografi pertanian mencakup dalam menunjang proses konservasi
sumber daya alam. d) Penggunaan teknologi pertanian, dalam geografi pertanian,
penggunaan teknologi pertanian sangatlah penting. Peningkatan jumlah produksi
pertanian dapat ditingkatkan dengan adanya kemajuan.
Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan menyesuaikan penanaman produk
pertanian ditempat yang sesuai dengan kondisi keadaan letak geografisnya. Misalnya
menanam padi dengan pola yang sesuai dengan keadaan tanah atau lahan baik tanah
datar, terjal maupun bertingkat.

6. Bersifat bulky (besaran tidak sesuai dengan nilainya)


Disebabkan karena nilai per satuan berat dan per satuan volumenya adalah lebih kecil
dibandingkan nilai barang-barang industri. Kebanyakan hasil-hasil pertanian
timbangannya adalah berat dan memerlukan banyak tempat. Misalnya sebungkus rokok
yang beratnya beberapa gram nilainya dalam Rupiah kira- kira sama dengan 1-2 kg
singkong. Jelas dalam hal ini bahwa akan terjadiperbedaan dalam hal pengangkutan dan
penyimpanan. Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan membutuhkan sistem
pengangkutan, perawatan dan penyimpanan yang baik, baik sarana maupun prasarananya
diperlukan teknologi pengemasan dan transportasi yang mampu mencukupinya.
7. Tidak ada konsolidasi produksi
Permasalahan konsolidasi terjadi karena tidak adanya evaluasi kondisi usaha saat ini,
diteruskan dengan pengembangan strategi usaha jangka panjang, strategi tersebut dibuat
lebih terperinci dalam bentuk perencanaan dengan sasaran bergerak ke jangka menengah
dan panjang yang meliputi pengembangan sistem manajemen agar perencanaan dan
implementasi bisa sejalan, memberikan perioritas pada pengembangan yang dilakukan
secara terus menerus
Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan menciptkan lahan konsolidasi pertanian
rakyat, ada tiga kunci utama dari skema ini. Pertama, pemberian sertifikat strata title versi
pertanian yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap komoditas pertanian yang
dibutuhkan. Kedua, pengorganisasian petani dengan dukungan pemerintah, BUMN dan
swasta dalam kegiatan input produksi, budidaya, pengolahan, pemasaran dan technical
assistant. Ketiga, pengelolaan dilakukan secara corporate farming dan pola pertanian
diarahkan kepada mix farming, skema ini dapat meningkatkan produktivitas, peningkatan
skala ekonomi, kestabilan harga dan memberikan peningkatan keuntungan bagi pelaku
usaha padi. Sedangkan dari sisi pemerintah akan membuat pembinaan terhadap pelaku
usaha padi lebih mudah, anggaran yang dikeluarkan pemerintah lebih efisien dan dapat
terjadi sinergitas lintas sektor.

8. Tidak ada asuransi produksi


Permasalahan ini muncul karena dalam konteks asuransi pertanian, permasalahan
tersebut sangat mungkin terjadi. Dengan tersebarnya sektor pertanian di berbagai
wilayah, mustahil bagi perusahaan asuransi untuk mendapatkan informasi utuh terkait
karakteristik petani. Pada akhirnya, petani yang merasa bahwa kemungkinan gagal
panennya kecil akan menolak untuk membeli jasa asuransi. Hal ini ke depannya akan
membebani perusahaan asuransi, yang dipenuhi oleh pembeli jasa yang high risk,
sehingga perusahaan asuransi terpaksa meningkatkan premi. Dan hal ini juga akan
membebani petani yang memiliki risiko tinggi, karena premi yang harus dibayar akan
semakin mahal.
Permasalahan tersebut semakin besar karena berdasarkan kebijakan yang
dikeluarkan oleh OJK, yang mendapatkan asuransi hanya lahan pertanian padi. Hal
tersebut berarti memperkecil cakupan portofolio dari perusahaan asuransi, yang pada
akhirnya memperbesar kalkulasi risiko (karena hanya bergantung pada satu produk).
Cara mengatasi masalah ini yaitu dengan diselesaikan oleh pemerintah melalui
jalur subsidi. Pemerintah memberikan subsidi, sehingga harga premi turun, dan petani
baik yang berisiko tinggi dan rendah bersedia membeli asuransi. Dan memperluas
cakupan asuransi, tidak hanya untuk petani padi, tapi juga untuk pertanian lain. Hal ini
dapat memperbaiki portofolio dari perusahaan asuransi.

9. Petani subsistem (hanya untuk kebutuhan sehari-hari saja)


Permasalahan ini terjadi karena petani fokus pada usaha membudidayakan bahan
pangan dalam jumlah yang cukup untuk mereka sendiri dan keluarga. Ciri khas pertanian
subsisten adalah memiliki berbagai variasi tanaman dan hewan ternak untuk dimakan,
terkadang juga serat untuk pakaian dan bahan bangunan. Keputusan mengenai tanaman
apa yang akan ditanam biasanya bergantung pada apa yang ingin keluarga tersebut makan
pada tahun yang akan datang, juga mempertimbangkan harga pasar jika dirasakan
terlalu mahal dan mereka memilih menanamnya sendiri. Meski dikatakan mengutamakan
swasembada diri sendiri dan keluarga, sebagian besar petani subsisten juga sedikit
memperdagangkan hasil pertanian mereka (secara barter maupun uang) demi barang-
barang yang tidak terlalu berpengaruh bagi kelangsungan hidup mereka dan yang tidak
bisa dihasilkan di lahan, seperti garam, sepeda, dan sebagainya.
Cara untuk mengatasi masalah ini yaitu dengan bantuan pemerintah dan pihak-
pihak yang berkepentingan untuk melakukan penyuluhan untuk mengubah pola piker
petani dari subsistem, bertransisi ke system pertanian komersial, yaitu lebih bersifat
menguntungkan untuk perkembangan sector pertanian. Agar mereka menanam bukan
hanya untuk kebutuhan hidup saja, tetapi juga untuk mendapatkan keuntungan dan
pendapatan hidupnya, dan jika pola ini diterapkan maka produksi yang akan mereka
hasilkan lebih besar dan banyak mendapat hasil keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai