Anda di halaman 1dari 6

Nama : Aan Putra Ramadhan

NIM : 04011381924197

LI 1.8

Jalur Masuk Pestisida

Menurut Runia (2008) pestisida dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui berbagai rute,
yakni:

1. Penetrasi lewat kulit


Pestisida yang menempel di permukaan kulit dapat meresap ke dalam tubuh dan
menimbulkan keracunan. Kejadian kontaminasi pestisida lewat kulit merupakan
kontaminasi yang paling sering terjadi. Pekerjaan yang menimbulkan resiko tinggi
kontaminasi lewat kulit adalah:
a. Penyemprotan dan aplikasi lainnya, termasuk pemaparan langsung oleh droplet atau
drift pestisida dan menyeka wajah dengan tangan, lengan baju, atau sarung tangan
yang terkontaminsai pestisida.
b. Pencampuran pestisida.
c. Mencuci alat aplikasi.
2. Terhisap melalui saluran pernapasan Keracunan pestisida karena partikel pestisida
terhisap lewat hidung merupakan terbanyak kedua setelah kulit. Gas dan partikel
semprotan yang sangat halus (kurang dari 10 mikron) dapat masuk ke paru-paru,
sedangkan partikel yang lebih besar (lebih dari 50 mikron) akan menempel di selaput
lendir atau kerongkongan.
3. Masuk melalui saluran pencernaan Pestisida keracunan lewat mulut sebenarnya tidak
sering terjadi dibandingkan dengan kontaminasi lewat kulit. Keracunan lewat mulut dapat
terjadi karena:
a. Makan dan minum saat berkerja dengan pestisida.
b. Pestisida terbawa angin masuk ke mulut.
c. Makanan terkontaminasi pestisida1
Tatalaksana keracunan Pestisida

Penanganan Keracunan Pestisida

Setiap orang yang pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida seperti petani, buruh
penyemprot dll harus mengenali gejala dan tanda keracunan pestisida dengan baik. Tindakan
pencegahan lebih baik dilakukan untuk menghindari keracunan. Setiap orang yang berhubungan
dengan pestisida harus memperhatikan hal-hal berikut:

1. Kenali gejala dan tanda keracunan dari pestisida yang sering digunakan
2. Jika diduga keracunan, korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat.
3. Identifikasi pestisida yang memapari korban, berikan informasi ini kepada rumah sakit
atau dokter yang merawat.
4. Bawa label kemasan pestisida tersebut. Pada label tertulis informasi pertolongan pertama
penanganan korban.
5. Tindakan darurat dapat dilakukan sampai pertolongan datang atau korban dibawa ke
rumah sakit.

Pertolongan Pertama yang dilakukan

1. Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan, lepaskan pakaian
korban dan cuci/mandikan korban.
2. Jika terjadi kesulitan pernapasan maka korban diberi pernapasan buatan. Korban
diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu untuk
menolong korban.
3. korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi tentang
pestisida yang memapari korban dengan membawa label kemasan pestisida.
4. Keluarga seharusnya diberi pengetahuan/penyuluhan tentang pestisida sehingga jika
terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan pertama

Tatalaksana Keracunan Organofosfat

Tatatalaksana dasar keracunan organofosfat terdiri:

1. Tindakan Supportif dan Dekontaminasi (pencegahan kontak selanjutnya dengan bahan


pestisida)
2. Melakukan eliminasi bahan racun
3. Pemberian anti-dotum
4. Pencegahan terhadap kejadian keracunan selanjutnya.

Tindakan supportif berupa ABC (Airway-Breathing-Circulation), yaitu

1. Pemberian oksigenasi dan kalau perlu bantuan ventilasi


2. Pertahankan jalan napas tetap bebas
3. Mengatasi kondisi hemodinamik tidak stabil dan mengatasi gangguan aritmia.

Dekontaminasi gastrointestinal dapat dilakukan dengan melakukan kumbah lambung atau


pemberian activated charcoal (arang aktif) atau melalui tindakan endoskopi/tindakan operatif,
pencucian mata dan pencucian kulit. Detail praktis tindakan eliminasi dapat dilakukan dengan
langkah-langkah di bawah ini:

1. Lavage Lambung (kumbah kambung) dilakukan dengan memberikan 5 ml cairan/kgBB


dengan sonde lambung no. 40 (dewasa) dan no. 28 (anak). Tindakan ini akan menurunkan
absorpsi bahan organofosfat hingga 52% bila dilakukan dalam waktu 5 menit, dan dapat
menurunkan absorbsi bahan organofosfat hingga 26% bila dilakukan dalam 30 menit dan
hanya 16% bila dilakukan 1 jam setelah minum bahan organofosfat. Namun, harus
diwaspadai komplikasi aspirasi (10%) dan perforasi/salah masuk (1%).
2. Arang aktif, dapat diberikan dalam larutan secara oral, dengan dosis 1 gram/kgBB.
Tindakan ini efektif menurunkan absorpsi bahan organofosfat hingga 73% bila diberikan
dalam 5 menit, 51% bila dilakukan dalam waktu 30 menit, dan 36% bila dilakukan dalam
waktu 1 jam. Perlu diwaspadai efek samping mual, muntah, diare dan konstipasi.

Eliminasi bahan organofosfat juga dapat dilakukan dengan metode forced emesis dan
hemodialisis. Pembahasan lebih lanjut tentang tindakan eliminasi organofosfat dapat dibaca lebih
lanjut di buku EIMED BIRU PAPDI.

Terapi Farmakologis Keracuanan Organofosfat

Pada keadaan darurat, prinsip penanganan keracunan organofosfat adalah

1. Resusitasi
2. Pemberian oksigen
3. Pemberian atropin
4. Asetilkolinerase reactivator (oxime)

Atropin (iv) dapat diberikan secara infus dengan dosis 0.02-0.08 mg/kg selama 30 menit
atau dosis intermiten 2 mg tiap 15 menit sampai hipersekresi terkendali. Efek takikardia
dihindari dengan pemberian diltiazem atau propranolol.

Terapi Oxime/Pralidoxime dapat diberikan dengan dosis 4 gram/hari terbagi dalam 4


dosis pemberian.

WHO membuat rekomendasi terkait penggunaan oxime (pralidoxime


chloride/obidoxime) pada penderita simptomatik yang memakai atropin.

Dosis loading diberikan 2 g oxime secara iv lambat (20 menit) dan dilanjutkan dengan 1
gram melalui infus setiap jam.

Pengobatan lain ialah pemberian magnesium sulfate atau pemberian sodium bicarbonate
untuk melakukan alkanisasi urin dalam rangka eliminasasi bahan beracun. Diazepam (iv)
dapat diberikan bila pasien mengalami kejang atau bila terjadi delirium.

Untuk dokter di Instalasi Gawat Darurat, menguasai prosedur tatalaksana keracunan


organofosfat dengan atropin saja sudah cukup. Prinsipnya adalah membuat atropinisasi
terjadi, dan merujuk pasien ke fasilitas kesehatan dengan sarana yang lebih lengkap.
Analisis Masalah

1. Melalui jalur apa cairan insektisida golongan organofosfat masuk kedalam tubuh pasien?
Jawab : per oral
2. Bagaimana hubungan dari bradikardia dengan gejala yang dialami?
Jawab : hubungan bradikardi dengan gejala yang dialami ………
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai