DAN DEMOKRASI
Kajian Sumber Daya Kekuasaan
Kiai dan Jawara di Banten
i
UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Ketentuan Pidana
Pasal 113
(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara
Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau
pidana denda paling banyak Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau
pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk
Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp
4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).
ii
AHMAD MUNJIN
OLIGARKI
DAN DEMOKRASI
Kajian Sumber Daya Kekuasaan
Kiai dan Jawara di Banten
iv
KATA PENGANTAR
vi
setaraan materi yang ekstrem menyebabkan ketidaksetaraan poli-
tik yang ekstrem pula.
Prof. Andi Faisal Bakti, M.A. Ph.D yang telah membe-
rikan terobosan metodologis dalam proses penelitian ini. Tero-
bosan dimaksud adalah proses menurunkan teori ke dalam konsep-
konsep yang ditemukan di lapangan penelitian. Metodologi yang
disodorkan Prof. Andi sangat berdaya guna dan aplikatif dalam
proses penelitian ini. J.M. Muslimin, M.A. Ph.D perihal teknik
penulisan terutama footnote. Lalu, Yusuf Rahman, Ph.D. yang
menekankan tentang aspek Islam dari penelitian ini sebagai pro-
gram studi pengkajian Islam dengan konsentrasi agama dan politik
yang disinpenelitiankan menjadi politik Islam.
Prof. Dr. Zulkifli, M.A., penguji Ujian Work in Progress
(WIP) I yang menyarankan pengemasan kembali oligarki dalam
perspektif Islam. Begitu juga Prof. Dr. Ahmad Rodoni, M.M.,
penguji II Ujian WIP I yang menyarankan pentingnya konsistensi
penulisan nama orang dalam teknik penulisan penelitian ini. Dr.
Kusmana, M.A. penguji I Ujian Work in Progress (WIP) II yang
telah menyarankan untuk melakukan abstraksi atas temuan pene-
litian ini. Temuan tersebut harus dibandingkan dengan temu-an-
temuan dalam tema-tema yang serupa dari para peneliti dan
akademisi lain. Begitu juga dengan Dr. M. Arief Mufraini, Lc.,
M.Si penguji II Ujian Work in Progress (WIP) II yang telah
memberikan saran tentang pentingnya melakukan abduction
dalam ilmu sosial di mana peneliti disarankan untuk keluar dari
kungkungan teori oligarki Jeffrey A. Winters. Doktor Arief me-
nyarankan untuk melakukan teorizing dari temuan-temuan di
lapangan—from nothing to teorizing.
Prof. Dr. Masykuri Abdillah, Ketua Sidang yang merang-
kap Penguji Ujian Pendahuluan atas sarannya untuk menambah-
kan teori demokrasi yang tampak kurang terlihat di bab II. Sebab,
peneliti terlalu fokus pada teori oligarki. Begitu juga dengan
pembatasan masalah yang sejatinya meliputi: konsep, tempat dan
waktu. Peneliti juga diminta untuk memberikan uraian yang jelas
mengenai term "pemberdayaan" dan "money politics" sehingga
vii
terlihat perbedaan dari keduanya. Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor,
M.A., sebagai Penguji I atas sarannya untuk berani "menabrak"
teks sehingga tidak terkooptasi olehnya. Peneliti juga dii-ngatkan
untuk menambah wawancara dengan informan. Begitu juga
dengan pengecekan kembali penggunaan bahasa Inggris dalam
penelitian ini. Peneliti juga diminta untuk memperkuat kembali
literature review. Peneliti diingatkan tentang banyaknya kata yang
berulang-ulang.
Dr. Gun Gun Heryanto, M.Si.yang mempertanyakan riset
ini apakah mencakup isu-isu aktual, misalnya tentang posisi
penguasaan akses dengan masuknya Andika Hazrumy sebagai
Wakil Gubernur Banten saat ini. Peneliti disarankan untuk melihat
komparasi oligarki di zaman Tubagus Chasan Sochib dengan
oligarki yang diteruskan oleh keturunannya, seperti Ratu Atut
Chosiyah. Peneliti juga diminta untuk memiliki data tentang
bisnis keluarga Tubagus Chasan Sochib dan korelasinya dengan
kekuasaan di Banten. Intinya, Dr. Gun Gun menyarantkan untuk
update data, bangun logika dengan lebih koheren, dan perkuat
analisis terutama tentang asumsi yang berkembang di masyarakat
bahwa oligarki di Banten tidak dapat dipatahkan. Untuk itu,
alangkah baiknya jika uraian mengenai kekuatan ekonomi keluar-
ga Tubagus Chasan Sochib dibuat bagan.
Kepada Asep Muhammad Saepul Islam, sahabat setia
peneliti yang telah memberikan inspirasi tentang pencapaian
pengetahuan terdalam secara efektif, produktif dan tanpa lelah.
Aceng Abdul Qodir yang telah memberikan rujukan kitab-kitab
hadis dalam bentuk PDF. Kepada Abdul Aziz Nurizun yang telah
membantu kelancaran penelitian di Banten. Alimani yang telah
membawa peneliti lebih dekat dengan aspek budaya, politik, dan
ekonomi Banten. Peneliti telah ditemani mengunjungi kawasan
industri baja PT Krakatau Steel Tbk, industri kimia PT Chandra
Asri Tbk, dan energi listrik Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) yang menyuplai setrum untuk Jawa-Bali, Pelabuhan
Merak yang super sibuk di Cilegon yang menjadi salah satu basis
sumber daya kekuasaan material Provinsi Banten. Peneliti juga
viii
dibawa ke Masjid Agung Serang dan berziarah ke Makam Sultan
Maulana Hasanuddin dengan jutaan nilai historis di dalamnya.
Keesokan harinya, peneliti ditemani untuk wawancara dengan
pihak Badan Pusat Satitik (BPS) Provinsi Banten di Kota Serang.
Di atas semua itu, terima kasih atas sambutan, keramahtamahan
dan telah menjadi guide yang baik. Ali juga telah menjadi penutur
ulang sejarah jawara dan kiai yang baik.
Peneliti juga berutang budi kepada Prof. Jeffrey A.
Winters, Prof. M.A. Tihami, Syarif Hidayat, Leo Agustino, Abdul
Hamid dan Okomato Masaaki. Dengan segala kerendahan hati,
peneliti berani mengatakan, tanpa karya-karya mereka yang luar
biasa, karya ini mungkin tidak akan pernah ada. Secara khusus,
Profesor Jeffrey A. Winters, ilmuwan politik Northwestern Uni-
versity, Amerika Serikat yang dengan baik hati memberikan ma-
sukkan kepada peneliti untuk coba menulis pembukaan penelitian
dengan serangkaian kalimat deklaratif yang jernih, tegas, dan
berani. Kata dia, sering mahasiswa mondar mandir dengan hala-
man pembuka yang seperti air di panci yang hangat terlebih
dahulu dan baru kemudian mendidih. Prof. Winters menyarankan
kepada peneliti untuk membuat pembaca kaget dengan kalimat
pertama.
Secara kelembagaan, peneliti juga berterima kasih kepada
BPS Provinsi Banten, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi
Banten, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), dan Indonesian
Corruption Watch (ICW). Lembaga-lembaga tersebut memiliki
peran yang sangat penting dalam penyediaan data-data sekunder
yang kredibel dan eligible dalam penelitian ini. Begitu juga
dengan Perpustakaan nasional atas akses jurnal internasional
secara daring dan gratis.
Kepada kedua orang tua peneliti, H. Ojidin, S.Pd.I. dan
Popon Fatimah yang telah mendorong anak-anaknya untuk cinta
pengetahuan. Kepada istriku tercinta, Eva Syaripatunnisa, S.E.Sy.
atas pengertian dan bantuannya dalam proses-proses penelitian
ini. Begitu juga adik-adik tercinta, Lala Nurlatipah, S.Psi., Eni
ix
Nuraeni, S.Sos., dan Mahbub Hamdani yang selalu menjadi
semangat dan inspirasi bagi peneliti.
K.H. Irfan Hielmy (almarhum), pengasuh Pondok Pesan-
tren Darussalam Ciamis, Jawa Barat yang terus menginspirasi
untuk cinta ilmu di mana saja dan kapan saja sehingga mendorong
semangat peneliti untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih
tinggi. Salah satu moto Kiai Irfan adalah ‘bukalah satu pintu,
niscaya terbuka pintu-pintu lainnya.’ Penelitian ini pun diharap-
kan menjadi pembuka pintu-pintu lain tersebut. Oleh karena itu,
karya ini diharapkan menjadi sebab dipertemukannya peneliti
dengan ilmuwan-ilmuwan lain dari berabagai bidang keilmuan
baik secara fisik ataupun gagasan setelah melalui proses membaca
dunia dan dibaca dunia.
Dr. Herdi Sahrasad dan Kakak Emi yang telah menjadi
‘orang tua’ peneliti di Jakarta. Terima kasih banyak atas akomo-
dasi, diskusi, dan dorongannya kepada peneliti untuk terus
menulis. Tema penelitian ini pun pada dasarnya lahir dari diskusi
panjang di rumah Dr. Herdi. Di lapangan, Adam Sofian, Kepala
Seksi Neraca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Banten dan Fitron Nur Ikhsan, juru bicara keluarga besar Ratu
Atut Chosiyah. Terima kasih banyak telah menjadi informan yang
ramah dan baik.
Terima kasih kepada Muchlis Hasyim Jahya dan Fahmi
Alamsyah yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti
untuk mencari nafkah di PT Indonesia News Center (INC) dengan
bendera Inilahcom. Terima kasih kepada PT INC yang telah
memberikan keleluasan waktu sehingga peneliti bisa bekerja
kapan saja dan di mana saja menyesuaikan dengan proses penger-
jaan penelitian ini. Meskipun demikian, pekerjaan tersebut tetap
saja menguras banyak waktu sehingga memaksa peneliti melaku-
kan penelitian dalam waktu yang sangat kikir. Akan tetapi, beker-
ja di mana saja dan kapan saja telah menjadi win-win solution dan
menjadi jembatan bagi pekerja sekaligus menjadi peneliti.
Dindien Ridhotulloh, Pemimpin Redaksi, Wahid Ma’ruf,
dan Iwan Purwantono, Redaktur Pelaksana yang telah menang-
x
gung beban pekerjaan peneliti saat absen dari tugas sehari-hari
karena kuliah. Mereka semua pasti sangat direpotkan di saat-saat
peneliti mengikuti jam-jam perkuliahan dan melakukan penelitian
lapangan. Terima kasih dan mohon maaf atas semua itu. Moh.
Nabil, Luthfi Syarkawi, Irham Yuanamu, Nengsih, Moh. Shofan
dan Dr. Abdul Karim yang telah dengan setia mendengarkan
‘ocehan’ dan ‘curhatan’ peneliti perihal oligarki yang menjadi
tema penelitian ini dan memberikan feedback yang cerdas dan
mencerahkan.
Tanpa mengurangi rasa hormat dan terima kasih, tentu
masih banyak nama dan lembaga yang belum disebutkan di sini.
Akan tetapi, itu bukan berarti peran mereka sedikit dan tidak
penting dalam proses penelitian ini. Semoga peran masing-masing
menjadi amal ibadah yang tidak ternilai demi kemajuan ilmu
pengetahuan dan kemanusiaan dan mendapat pahala tak terhingga
di sisi Allah SWT.
Di atas semua itu, meski peran mereka semua sangat besar
dan penting dalam proses-proses penelitian ini, semua kekeliruan
dalam penulisan karya ilmiah ini sepenuhnya tetap merupakan
tanggungjawab peneliti pribadi. Selebihnya, peneliti mengharap-
kan kritik dan saran konstruktif dari para pembaca yang budiman
untuk perbaikan penulisan penelitian ini dan penelitian-penelitian
selanjutnya di masa yang akan datang.
Ahmad Munjin
xi
xii
ABSTRAK
xiv
PEDOMAN TRANSLITERASI
xv
xvi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR_v
ABSTRAK_xiii
PEDOMAN TRANSLITERASI_xv
DAFTAR ISI_xvii
DAFTAR TABEL, GRAFIK, BAGAN, DAN GAMBAR_xxi
DAFTAR SINGKATAN DAN AKRONIM_xxiii
BAB I PENDAHULUAN_1
A. Latar Belakang Masalah_1
B. Permasalahan_20
1. Identifikasi Masalah_20
2. Perumusan Masalah_21
3. Pembatasan Masalah_21
C. Penelitian Terdahulu yang Relevan_22
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian_25
1. Tujuan Penelitian _25
2. Manfaat Penelitian_26
E. Metodologi Penelitian_26
1. Jenis Penelitian_26
2. Jenis dan Sumber Data_27
3. Teknik Pengumpulan Data_29
4. Pendekatan_29
5. Teknik Penulisan _30
F. Sistematika Penulisan_30
xvii
3. Distingsi antara Elite dan Oligarki_50
4. Dari Oligarki Panglima hingga Oligarki Sipil_59
5. Oligarki dan Demokrasi: Kekuasaan Material versus
Partisipasi_64
B. Kritik terhadap Teori Oligarki: Individu sebagai Fokus_72
C. Kompatibilitas versus Inkompatibilitas Oligarki dengan
Demokrasi_79
1. Kompatibilitas Oligarki dengan Demokrasi_79
2. Inkompatibilitas Oligarki dengan Demokrasi_85
D. Oligarki dalam Perspektif Islam_88
1. Oligarki dalam Perspektif Alquran_89
2. Oligarki dalam Perspektif Hadis_97
3. Oligarki dalam Pandangan para Ulama_100
xviii
BAB IV JAWARA DAN SUMBER DAYA KEKUASAAN
MATERIAL DI BANTEN_217
A. Pembentukan Provinsi Banten: Antara Motif Material dan
Nonmaterial _217
B. Ketimpangan Ekonomi sebagai Prasyarat Oligarki_232
1. Tren Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Banten 2000-
2016_233
2. Stratifikasi Material di Provinsi Banten_238
3. Sumber Daya Material Kiai dan Jawara dalam Struktur
Ekonomi di Banten_253
C. Keluarga Jawara Chasan Sochib sebagai Oligark di Banten_259
1. Para Ahli Waris Tubagus Chasan Sochib_260
2. Kadar Oligarki para Anggota Keluarga Besar Chasan
Sochib_263
D. Transformasi Kekayaan Menjadi Tampuk Kekuasaan
Oligarkis_283
1. Peran Tb. Chasan Sochib sebagai Oligark di Balik
Layar_284
2. Pilkada Langsung 2006 dan Dominasi Kelompok Rau_302
3. Ratu Atut Chosiyah dan Pemilih Pragmatis_309
4. Relawan Banten Bersatu (RBB): Kekuasaan Material,
Mobilisasi, dan Koersif_314
5. Ratu Atut Chosiyah dan Gaya Kepemimpinan
Akomodatif_318
E. Politico-Business Oligarchy dan Politik Pertahanan Harta_328
1. Dari Kekayaan ke Jaringan Bisnis dan Politik_329
2. Regenerasi Politik dan Strategi Berkuasa Tiga Periode_332
3. Empat Pilar Kendali dan Dominasi Keluarga Ratu Atut
Chosiyah_338
4. Faktor Penentu Kemenangan Airin Rachmi Diany dan
Andika Hazrumy_357
xix
BAB V PENUTUP_381
A. Kesimpulan_381
B. Refleksi, Implikasi, dan Rekomendasi_382
DAFTAR PUSTAKA_385
GLOSARIUM_409
INDEKS_417
BIOGRAFI PENULIS_429
xx
DAFTAR TABEL, GRAFIK, BAGAN,
DAN GAMBAR
xxi
Grafik 4.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas Dasar
Harga Berlaku Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi
Banten (Triliun Rupiah) Tahun 2012-2016_240
Grafik 4.5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tanpa
Komponen Industri atas Dasar Harga Berlaku Menu-
rut Kabupaten/Kota di Provinsi Banten (Triliun
Rupiah) Tahun 2012-2016_243
Grafik 4.6. Pengeluaran per Kapita yang Disesuaikan Menurut
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten (Juta Rupiah/
Tahun), 2013-2016_244
Grafik 4.7. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita
(Juta Rupiah) di Provinsi Banten Tahun 2016_245
Grafik 4.8. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Banten (ribu orang), 2013-2016 _246
Grafik 4.9. Perkembangan IDI Provinsi Banten, 2009-2016_251
Bagan 2.1. Teori Oligarki_49
Bagan 4.1 Silsilah Ahli Waris Tubagus Chasan Sochib _261
Bagan 4.2 Jaringan Perusahaan Keluarga Besar Tb. Chasan
Sochib_336
Bagan 4.3. Peran Tb. Chaeri Wardana sebagai Oligark di Balik
Layar_349
Bagan 4.4. Alur Politico-Business Oligarchy dan Politik Perta-
hanan Harta Keluarga Tb. Chasan Sochib_356
Gambar 4.1 Peta Wilayah Provinsi Banten_220
xxii
DAFTAR SINGKATAN
DAN AKRONIM
xxiv
Partai IPKI Partai Ikatan Pendukung Kemerdekaan
Indonesia
Partai Islam Perti Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah
Partai Murba Partai Musyawarah Rakyat Banyak
PBB Partai Bulan Bintang
PCC Presidium for a Clean Community
PDB Produk Domestik Bruto
PDI Partai Demokrasi Indonesia
PDI-P Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan
PDRB Produk Domestik Regional Bruto
Perda Peraturan Daerah
Peta Pembela Tanah Air
PHK Pemutusan Hubungan Kerja
PK Partai Keadilan
PKS Partai Keadilan Sejahtera
PKB Partai Kebangkitan Bangsa
PKI Partai Komunis Indonesia
PKK Panitia Pengisian Keanggotaan
PKRI Partai Katolik Republik Indonesia
Plt. Pelaksana Tugas
PLTU Pembangkit Listrik Tenaga Uap
PMDN Penanaman Modal Dalam Negeri
PMII Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
PMTB Pembentukan Modal Tetap Bruto
PNI Partai Nasional Indonesia
PNU Partai Nahdlatul Ulama
Pokja PPB Kelompok Kerja Pembentukan Provinsi Banten
PPP Partai Persatuan Pembangunan
PPPSBBI Persatuan Pendekar Persilatan Seni Budaya
Banten Indonesia
PSII Partai Syarikat Islam Indonesia
RBB Relawan Banten Bersatu
SBY Susilo Bambang Yudhoyono
Sekda Sekretaris Daerah
SPD Sozialdemokratische Partei Deutschlands
xxv
Tb. Tubagus
TKR Tentara Keamanan Rakyat
TNI Tentara Nasional Indonesia
UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Untirta Universitas Tirtayasa
xxvi
Ahmad Munjin 1
Bab I
PENDAHULUAN
1
Jeffrey A. Winters, Oligarchy (New York: Cambridge Univer-
sity Press, 2011), 13.
2 Oligarki dan Demokrasi...
2
All modern democracies are "stratified democracies"—mea-
ningthat they combine tremendous equality with tremendous inequality.
Jeffrey A. Winters, pesan e-mail kepada peneliti, 21 Juli 2018.
3
Eep Saefulloh Fatah, Zaman Kesempatan: Agenda-agenda
Besar Demokratisasi Pasca-Orde Baru(Bandung: Penerbit Mizan, 2000),
endorsement di cover belakang.
4
Winters, Oligarchy,37.
Ahmad Munjin 3
5
“Oligarchy is defined by concentrated material power based on
enforced claims or rights to property and wealth.” Lihat Winters,
Oligarchy, 11.
6
Aslinya: “A system of government in which virtually all poli-
tical power is held by a very small number of wealthy... people who
shape public policy primarily to benefit themseles financially... while
displaying little or no concern for the broader interest of the rest of the
citizenry.” Lihat Richard Robison dan Vedi R Hadiz, Reorganising
Power in Indonesia: The Politics of Oligarchy in an Age of Markets
(London: Routledge Curzon, 2004), 16-17, note 6.
4 Oligarki dan Demokrasi...
7
Jeffrey A. Winters, “Oligarchy and the Jokowi Administra-
tion,” Kuliah Umum Jurusan Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri
Jakarta, Senin, 8 Juni 2015.
8
Winters, “Oligarchy and Jokowi.”
9
Winters, “Oligarchy and Jokowi.”
Ahmad Munjin 5
10
Winters, “Oligarchy and Jokowi.”
11
Winters, “Oligarchy and Jokowi.”
12
Yudi Latif, “Keluar dari Krisis Demokrasi” Orasi Poltik dalam
acara Syukuran dan Peluncuran Buku Satu Dasawarsa Perhimpunan
Bakumsu (Bantuan Hukum & Advokasi Rakyat Sumatera Utara) dengan
Tema ‘Kratos Minus Demos, Demokrasi Indonesia: Catatan dari Bawah,’
Medan, 4 Mei 2012.
13
Yudi Latif, “Demokrasi tanpa Kedalaman,” Kompas, 16 April
2013.
6 Oligarki dan Demokrasi...
14
Latif, “Demokrasi tanpa Kedalaman”
15
Latif, “Keluar dari Krisis Demokrasi”
16
“The Failed States Index 2013,” data diakses tanggal 7 Juli
2013 dari http://ffp.states index.org/rankings-2013-sortable.
Ahmad Munjin 7
17
Latif, “Keluar dari Krisis Demokrasi,” 3.
18
Jeffrey A. Winters dan Benjamin I. Page, “Oligarchy in the
United States?” Perspectives on Politics 7 (2009): 731-751.
8 Oligarki dan Demokrasi...
19
Kamus Besar Bahasa Indonesiaoffline mendefinisikan plutok-
rasi sebagai sistem politik yang dikuasai oleh kaum kaya atau kaum
pemilik modal (kapitalis).
20
“Hun Sen: The Oligarkic Ruler of Cambodia?” artikel diakses
tanggal 28 September 2013, dari http://khmerization.blogspot.com/2008/
06/hun-sen-oligarkic-ruler-of-cambodia.html.
21
“Hun Sen: The Oligarkic Ruler”
Ahmad Munjin 9
22
Riaz Haq, “Comparing Oligarchies of India and Pakistan,”
artikel diakses tanggal 28 September 2013, dari http://www.riazhaq.com/
2011/08/comparing-oligarkies-of-india-and.html.
23
Haq, “Comparing Oligarkies,”
24
Haq, “Comparing Oligarkies,”
10 Oligarki dan Demokrasi...
25
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 733.
26
Oligarki-oligarki dinasti di daerah lain di antaranya:
1. Sjachroedin ZP, Gubernur Lampung. Dia juga merupakan: (a) Ayah
dari Bupati Lampung Selatan Rycko Menoza; dan (b) Ayah dari
Wakil Bupati Pringsewu Handiytya Narapati;
2. Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Sulawesi Selatan. Dia juga merupa-
kan kakak kandung Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo;
3. Andi Idris Syukur, Bupati Barru, Sulawesi Selatan. Dia juga merupa-
kan anak mantan Bupati Barru;
4. Adelheid So, Wakil Bupati Tana Toraja, Sulawesi Selatan, merupa-
kan istri dari mantan Bupati Tana Toraja Juhanis Amping Situru;
5. M Natsir Ibrahim, Wakil Bupati Takalar, merupakan anak mantan
Bupati Takalar Ibrahim Rewa;
6. Sinyo Harry Sarundajang, Gubernur Sulawesi Utara, merupakan ayah
dari Wakil Bupati Minahasa Ivan SJ Sarundajang;
7. Harley Alfredo Benfica Mangindaan, Wakil Wali Kota Manado, Sula-
wesi Utara. Dia merupakan anak dari Menteri Perhubungan yang juga
Gubernur Sulawesi Utara periode 1995-2000 E.E. Mangindaan;
8. Bachrum Harapan, Bupati Padang Lawas Utara, Sumatra Utara. Dia
merupakan orang tua kandung dari Wali Kota Padang Sidempuan
Andar Amin Harahap;
9. Zumi Zola Zulkifli, Bupati Tanjung Jabung Timur, Jambi. Dia meru-
pakan anak mantan Gubernur Jambi periode 1999-2004 Zulkifli
Nurdin;
10. Zulkifli Nurdin, Gubernur Jambi. Dia merupakan mertua Wakil
Bupati Muaro Jambi Kemas Muhammad;
Ahmad Munjin 11
27
Ichsan, “SelainAtut, Puluhan Daerah Jalankan Politik Dinasti”
28
Dinasti adalah kata benda (noun) yang didefinisikan sebagai
serangkaian penguasa atau pemimpin yang semuanya berasal dari keluar-
ga yang sama atau suatu periode di mana negara dipimpin oleh mereka.
Lihat “Dynasty,” dalam Cambridge Advanced Learner’s Dictionary
(Cambridge: Cambridge University Press, 2003), 383, “a series of rulers
or leaders who are all from the same family, or a period when a country
is ruled by them”.
29
Provinsi Banten lahir dari pemekaran wilayah provinsi Jawa
Barat tepat pada Rabu, 4 Oktober 2000 dengan payung hukum Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2000. Provinsi Banten diresmikan pada 18
November 2000. Libat Asep Kurnia dan Ahmad Sihabudin, Saatnya
Baduy Bicara, (Jakarta: PT Bumi Aksara dan Untirta, 2010), 41.
30
R. William Liddle, “Marx atau Machiavelli? Menuju Demo-
krasi Bermutu di Indonesia dan Amerika,” Orasi Ilmiah dalam rangka
Nurcholish Madjid Memorial Lecture V, Kamis, 8 Desember 2011, di
aula Nurcholish Madjid, Universitas Paramadina, Jakarta.
Ahmad Munjin 13
31
Edward Aspinal, “The Power of Property: Oligarchy and
Democracy in World History,” Taiwan Journal of Democracy 8 (2012):
169-173.
32
Indikator Politik Indonesia, “Sikap dan Perilaku Pemilih
terhadap Politik Uang,” Survei Dapil September-Oktober 2013 dan
Survei Nasional Maret 2013.
33
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan
Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan
Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) pasal 139
ayat 2.
34
Pedro C. Vicente, “A Model of Vote-buying with an Incum-
bency Advantage,” Makalah dan Hasil-hasil Eksperimen Januari 2013.
Artikel diakses 3 Juni 2014 dari http://www.pedrovicente.org/vb.pdf.
14 Oligarki dan Demokrasi...
35
Indikator Politik Indonesia, “Sikap dan Perilaku Pemilih”
36
‘Abd al-Rah{ma>n ibn Khaldu>n, Muqaddimah ibn Khaldu>n
(Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmi>>yyah, 1993), 122.
Ahmad Munjin 15
37
Ibn Taymi>yah, Al-Siya>sahal-Shar‘iyyah fi> Is}la>hi al-Ra>‘i> wa al-
Ra‘i>yyah, (Tanpa Tempat Terbit: Da>r al-Ka>tib al-‘Arabi>, Tanpa Tahun
Terbit), 47-48.
38
Budiardjo, Aneka Pemikiran, 15.
39
Pada mulanya, Ratu Atut Chosyiah adalah wakil gubernur
yang berpasangan dengan Gubernur Banten Djoko Munandar untuk
periode 2001-2006. Namun, di tengah jalan, gubernur pertama Banten ini
dicopot gara-gara tersangkut kasus korupsi. Sebagai wakil gubernur,
Atut pun ditunjuk sebagai pelaksana tugas (Plt) gubernur Banten tahun
2005. Baru pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Banten tahun 2006,
Atut terpilih menjadi gubernur Banten dengan wakilnya Mohammad
Masduki. Lihat M. Rizal, “Klan Atut dari Jawara Beralih ke Uang,”
16 Oligarki dan Demokrasi...
43
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, “Dinasti Tb. Chasan
Sochib: Gubernur Jenderal dari Banten,” Konstelasi, Edisi ke-31 April
2011. Artikel diakses 6 Juli 2013, dari http://www.p2d.org/index.php/
kon/52-31-april-2011/273-dinasti-h-tb-chasan-sochib--gubernur-jenderal-
dari-banten.html.
44
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, “Dinasti Tb. Chasan
Sochib”
45
Soelaeman Soemardi, “Cara-cara Pendekatan terhadap Kekua-
saan Sebagai Suatu Gejala Sosial,” dalam Miriam Budiarjo, Aneka Pemi-
kiran tentang Kuasa dan Wibawa, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
1991), 31. Lihat juga, Lord Acton, Essay on Freedom and Power, 1907.
Aslinya:“Power tends to corrupt and absolute power corrupts absolu-
tely,”
18 Oligarki dan Demokrasi...
46
Ayu Cipta, “Pilkada Banten Dinilai Terburuk se-Indonesia,”
artikel diakses pada 6 Juli 2013 dari http://www.tempo.co/read/news/
2011/10/27/179363638/ Pilkada-Banten-Dinilai Terburuk-Se-Indonesia.
47
Jeffrey A. Winters, “Oligarchy and the Jokowi Administra-
tion,” Kuliah Umum Jurusan Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri
Jakarta, Senin, 8 Juni 2015.
48
Komisi Pemilihan Umum (KPU), “Peraturan Komisi Pemili-
han Umum Nomor 8 Tahun 2015 tentang Dana Kampanye Peserta Pemi-
Ahmad Munjin 19
lihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau
Walikota dan Waklil Walikota.”
20 Oligarki dan Demokrasi...
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari pembahasan di atas, kemunculan oligarki melalui
proses atau prosedur demokrasi yang sah sehingga membajak
kualitas dan subtansi demokrasi itu, teridentifikasi beberapa masa-
lah sebagai berikut:
1. Sistem demokrasi tidak bisa meminimalisasi terkonsentra-
sinya kekayaan sehingga stratifikasi material tetap me-
langgengkan oligark dan oligarki;
2. Transisi demokrasi selalu diselubungi dengan transisi
oligarki yang justru mengurangi kualitas demokrasi;
3. Biaya demokrasi yang mahal yang direpresentasikan da-
lam belanja kampanye pemilu (campaign expenditures)
memberi ruang yang lebih besar pada oligark untuk
berkuasa;
Ahmad Munjin 21
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis meru-
muskan penelitian ini dengan dua pertanyaan berikut ini:
1. Bagaimana profil sumber daya kekuasaan kiai dan jawara
di provinsi Banten?
2. Bagaimana peran kekuasaan material keluarga jawara
dalam menciptakan sistem pemerintahan oligarkis di pro-
vinsi Banten?
3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini diba-
tasi pada empat hal, yakni definisi, ruang dan waktu, subjek pene-
litian, serta teori yang digunakan.Tujuannya, untuk menghindari
peninjauan yang terlalu luas dan memudahkan penjelasan terhadap
masalah yang diteliti.
Pertama, dari sisi definisi, oligarki adalah kekuasaan yang
dijalankan oleh para warga negara terkaya yang selalu tumbuh
menjadi golongan kecil; Demokrasi adalah sebuah metode untuk
mencapai keputusan bersama tanpa kekerasan dengan mengaman-
kan partisipasi menyeluruh dari pihak-pihak berkepentingan; Sum-
ber daya kekuasaan adalah segala sesuatu yang bisa digunakan
atau dimanfaatkan untuk memengaruhi hasil; Kiai adalah pemim-
pin agama (Islam) yang sakral dan memiliki otoritas serta legiti-
masi kharismatis yang luas; dan Jawara adalah pemimpin informal
darigama bersifat profane yang dilengkapi dengan kecakapan ilmu
bela diri dan sumber daya kekuasaan material yang ekspansif.
22 Oligarki dan Demokrasi...
Kedua, dari sisi ruang dan waktu, penelitian ini mengambil tempat
di Provinsi Banten yang mencakup empat kabupaten dan kota.
Adapun dari sisi waktu, penelitian ini dimulai pada awal 2014 dan
berakhir pada pertengahan 2018. Jika ada perbedaan dinamika
dengan hasil penelitian ini setelah pertengahan 2018, perkemba-
ngan tersebut tidak tercakup dalam penelitian ini.
Ketiga, subjek penelitian ini adalah beberapa kiai di Pro-
vinsi Banten dan para anggota keluarga jawara Tb. Chasan Sochib
(1930-2011) mulai dari anak, cucu, hingga menantu yang mendu-
duki jabatan publik baik eksekutif maupun legislatif. Oleh karena
itu, tidak semua oligark di Provinsi Banten menjadi subjek dalam
penelitian ini. Keempat, secara teori penelitian ini dibatasi pada
lima sumber daya kekuasaan baik materialataupun non-material
yang direpresentasikan oleh otoritas dan legitimasi tradisionalkiai
dan jawara di Banten. Kelima sumber daya kekuasaan tersebut
adalah hak politik formal, kekuasaan koersif, kekuasaan mobili-
sasi, jabatan resmi, dan kekuasaan material. Dari kelima sumber
daya tersebut, hanya kekuasaan material yang menjadi basis
kekuasaan dalam sistem oligarkis. Empat lainnya merupakan sum-
ber daya kekuasaan elite yang menjadi basis kekuasaan dalam
demokrasi.
50
Tihami, “Kiai dan Jawara,” iii.
51
Okamoto Masaaki and Abdul Hamid, “Jawara in Power, 1999-
2007,” Indonesia 86 (2008): 138.
52
Fahmi Irfani, Jawara Banten: Sebuah Kajian Sosial, Politik,
dan Budaya. (Jakarta: Young Progressive Muslim (YPM) Press, 2011),
177.
24 Oligarki dan Demokrasi...
1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini: Pertama, untuk melakukan kajian
kritis terhadap aspek-aspek yang mendukung terbentuknya sistem
pemerintahan oligarkis di Banten; Kedua, untuk menunjukan
berbagai informasi dan data mengenai tipologi sumber daya ke-
kuasaan dan legitimasi politik yang mendukung terbentuknya
sistem oligarkis yang akan dikonfirmasi baik dari sisi kelas pengu-
asa maupun data-data sekunder lain; Ketiga, untuk mengelaborasi
sumber daya kekuasaan material (material power resources) yang
mengekploitasi legitimasi tradisional dan sumber daya kekuasaan
lain non-material dalam mendapatkan dan mempertahankan ke-
kuasaan tersebut; dan Keempat, untuk menunjukkan masyarakat
Banten memberikan legitimasi mereka pada penguasa oligarkis
sekaligus konsekuensi politiknya.
26 Oligarki dan Demokrasi...
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memiliki kontribusi yang signifikan
bagi disiplin ilmu lain yang relevan, seperti antropologi, sosiologi,
dan ekonomi. Dari sisi kegunaan, hasil studi ini akan memberikan
pelajaran berharaga bagi transisi demokratisasi Indonesia pada
umumnya dan Banten pada khususnya. Secara spesifik kajian ini
mendukung proses transisi dari pemerintahan tradisional dengan
sumber daya kekuasaan materialke pemerintahan yang modern.
Studi ini juga menunjukan cara pendistribusian politik dan ekono-
mi yang sejatinya terjadi secara setara. Selain itu, hakikat demo-
krasi menegaskan bahwa otonomi daerah bukan untuk memberi-
kan kekuasaan politik pada suatu keluarga terkaya melainkan
kepada semua warga negara. Walhasil, fakta bahwa kegagalan
untuk merealisasikan yang esensi bertentangan dengan demokrasi
itu sendiri. Di sinilah, pentingnya penelitian yang fokus pada oto-
ritas dan legitimasi lokal tradisional dan kekuasaan materialbagi
Indonesia.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi adalah proses, prinsip dan prosedur yang digu-
nakan untuk mendekati permasalahan dan mencari jawaban.
Artinya, metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk meng-
kaji penelitian.58
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitan ini adalah kualitatif yaitu menggambarkan
ranah-ranah kehidupan ‘dari dalam ke luar’ dari sudut pandang
orang-orang yang terlibat. Dengan cara itu, jenis penelitian ini
diharapkan berkontribusi pada pemahaman yang lebih baik atas
realitas sosial dan menggambarkan perhatian pada proses-proses,
58
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma
Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), 145.
Ahmad Munjin 27
a. Jenis Data
Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini, yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang
mengandung pemahaman-pemahaman tentang kompleksitas, rin-
cian, dan konteks dari subjek penelitian. Data jenis ini seringkali
berisi berbagai teks seperti salinan (transkrip) wawancara dan
59
Uwe Flick, Ernst von Kardorff, dan Ines Steinke, eds., A Com-
panion to Qualitative Research (London: Sage Publications, 2004), 3.
60
Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, 150.
61
Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, 150.
62
Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, 146.
28 Oligarki dan Demokrasi...
b. Sumber Data
Terdapat dua jenis sumber data dalam penelitian ini yakni
sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data pri-
mer adalah adalah data asli yang dikumpulkan untuk tujuan pene-
litian yang spesifik.65 Oleh karena itu, data primer belum ada
sebelum penelitian ini dilakukan. Sedangkan sumber data sekun-
der adalah bahan analisis yang didapat dengan cara kembali meng-
gunakan data yang sudah ada sebelumnya untuk mendapatkan
pemahaman ilmiah dan metodologis baru.66 Dengan kata lain, data
sekunder adalah data yang pada awalnya sudah dikumpulkan
untuk tujuan yang berbeda dan digunakan kembali untuk menja-
wab pertanyaan penelitian yang lain.67 Oleh karena itu, data-data
tersebut sudah ada sebelum penelitian ini dilakukan.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah wawan-
cara dengan beberapa kiai di Banten, juru bicara keluarga besar
Ratu Atut Chosiyah dan Kepala Seksi Neraca Konsumsi Badan
Pusat Statistik Provinsi Banten. Sedangkan sumber sekunder ada-
lah data-data ekonomi Provinsi Banten tahun 2000-2017, Laporan
Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dirilis oleh
63
Joop J. Hox dan Hennie R. Boeije, “Data Collection, Primary
vs. Secondary,” dalam Encyclopedia of Social Measurement, Volume I,
ed. Kimberly Kemp-Leonard (Tanpa Tempat Terbit: Elsevier Inc., 2005),
593.
64
Hox dan Boeije, “Data Collection,” 593.
65
Hox dan Boeije, “Data Collection,” 593.
66
Sarah Irwin dan Mandy Winterston, “Debates in Qualitative
Secondary Analysis: Critical Reflections,” Timescapes Working Paper
Series: an Economic and Social Research Council (ESRC) Qualitative
Longitudinal Study, no. 4 (2011): 2.
67
Hox dan Boeije, “Data Collection,” 593.
Ahmad Munjin 29
4. Pendekatan
Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan perspektif teo-
retis yang digunakan untuk melakukan penelitian. Perspektif
teoretis adalah suatu kerangka penjelasan atau interpretasi yang
memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data
yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain.70 Dalam konteks
penelitian ini, peneliti menggunakan teori oligarkidari Jeffrey A.
Winters, Oligarchy (New York: Cambridge University Press,
2011). Winters merevisi teori oligarki yang campur aduk dengan
teori elite yang memasukkan unsur-unsur oligarki selain material.
Untuk memudahkan cara berpikir, peneliti mengikuti alur teori
oligarki Winters tersebut dan menurunkannya ke dalam konsep-
68
Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, 180.
69
Mulyana,Metodologi Penelitian Kualitatif, 181.
70
Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, 145.
30 Oligarki dan Demokrasi...
konsep baik dalam Alquran dan Hadis maupun konsep yang pene-
liti temukan dalam kasus penelitian ini yaitu oligarki di Provinsi
Banten. Peneliti menggunakan teori tersebut untuk membaca
semua data yang peneliti berhasil himpun.
5. Teknik Penulisan
Penelitian ini menggunakan kaidah penulisan akademik
Turabian Style yang menjadi rujukan penulisan akademik di
Amerika Utara dan Pedoman Penulisan Bahasa Indonesia, Trans-
literasi, dan Pembuatan Notes dalam Karya Ilmiah yang diter-
bitkan oleh Sekokah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam menjawab permasalahan
penelitian buku ini, peneliti menggambarkan secara sistematis
urutan logika pembahasan menjadi beberapa bagian berikut ini:
Bab I yang merupakan pendahuluan dari buku ini berisi
tentang latar belakang masalah. Bagian ini memuat tentang kondi-
si demokrasi di Indonesia yang seharusnya (das sollen) dan kenya-
taan demokrasi (das sein) yang diganduli oleh suksesi kepemim-
pinan oligarkis sehingga menggerus kualitas demokrasi. Kondisi
itu menjadi fenomonal global, nasional, dan lokal. Dalam konteks
ini, peneliti fokus pada kasus lokal, yakni provinsi Banten. Latar
belakang masalah tersebut dirumuskan ke dalam permasalahan
yang meliputi identifikasi masalah, pembatasan masalah, dan
perumusan masalah. Studi terdahulu yang relevan juga memberi-
kan konteks pada penelitian ini.
Pada bab ini, peneliti juga menetapkan tujuan penelitin,
manfaat atau signifikasi penelitian, dan metodologi penelitian.
Metodologi penelitian mencakup jenis penelitian, jenis dan
sumber data, dan pendekatan atau teori. Pendekatan dan teori
berguna untuk membaca data-data yang berhasil peneliti himpun.
Pada bagian akhir bab pertama ini, peneliti mendeskripsikan siste-
Ahmad Munjin 31
Bab II
OLIGARKI, DEMOKRASI
DAN ISLAM
1
Secara generik, definisi demokrasi adalah kekuasaan banyak
orang (the rule of many); oligarki adalah kekuasaan sedikit orang ( the
rule of a few); dan tirani adalah kekuasaan satu orang (the rule of one
man). Sara Ahbel-Rappe dan Rachana Kamtekar, eds., A Companion to
Socrates (Malden, MA, Oxford, dan Victoria: Blackwell Publishing Ltd.,
2006), 216.
2
Jeffrey A. Winters, Oligarchy (New York: Cambridge Univer-
sity Press, 2011), 1.
3
‘Abd al-Waha>b al-Kaya>li>, Mawsu>‘ah al-Siya>sah (Beirut: al-
Muassasah al-‘Arabi>yah li al-Dira>sa>t wa al-Nashr, 1985), 415.
4
Jeffrey A. Winters dan Benjamin I. Page, “Oligarchy in the
United States?” Perspective on Politics no. 4 (Desember 2009): 732.
5
Masykuri Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna: Res-
pons Intelektual Muslim Indonesia terhadap Konsep Demokrasi 1966-
1993 (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2004), 71.
6
John Keane, “Noberto Bobbio 1909-n/a,”dalam The Routledge
Dictionary of Twentieth-Century Political Thinkers, eds. oleh Robert
Benewick dan Philip Green (London dan New York: Routledge, 1998),
27. Untuk sejarah demokrasi dan definisi terminologisnya yang lebih
luas, lihat Abdillah, Demokrasi di Persimpangan, 71-3.
Ahmad Munjin 37
19
Vedi R. Hadiz dan Richard Robison, “The Political Economy
of Oligarchy and the Reorganization of Power,” Indonesia, no. 96
(Oktober 2013): 37.
20
“A system of government in which virtually all political power
is held by a very small number of wealthy... people who shape public
policy primarily to benefit themselves financially... while displaying
little or no concern for the broader interest of the rest of the citizenry.”
Richard Robison dan Vedi R Hadiz, Reorganising Power in Indonesia:
The Politics of Oligarchy in an Age of Markets (London dan New Yor,
NY: RoutledgeCurzon, 2004), 16-17, note 6.
21
Strauss dan Cropsey, eds., Political Philosophy, 118.
22
Winters, Oligarchy, 2.
40 Oligarki dan Demokrasi...
23
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
24
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
25
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
26
Oligarchy is defined by concentrated material power based on
enforced claims or rights to property and wealth. Lihat Winters,
Oligarchy, 11.
27
Bedakan dengan Saeed Rahnema dan Haideh Moghissi yang
menyebut rezim penguasa di Iran yang didominasi oleh para ulama
Ahmad Munjin 41
30
Friedrich, “Oligarchy,” 463.
31
Friedrich, “Oligarchy,” 463.
32
Lihat juga Walter Korpi dan Joakim Palme, “New Politics and
Class Politics in the Context of Austerity and Globalization: Welfare
State Regress in 18 Countries, 1975-95,” American Political Science
Review 97, no. 3 (Agustus 2003): 425-446.
33
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732. Lihat juga
Nicholas Blomley, “Law, Property, and the Geography of Violence: The
Frontier, the Survey, and the Grid,” Annals of the Association of Ameri-
can Geographers 93, no. 1 (Maret 2003): 121-141.
Ahmad Munjin 43
others).”34 Konsep hak milik ini lebih dekat dengan proposisi yang
dibangun oleh prinsip libertarian tentang self-ownership (kepemi-
likan diri). Menurut prinsip ini, setiap orang memiliki dirinya
sendiri dan karena itu tidak berutang baik atas jasa maupun atas
produk terhadap orang lain. Prinsip ini biasa digunakan untuk
membela ketidaksetaraan kapitalis yang justru diklaim untuk
merefleksikan kebebasan setiap orang dalam melakukan apa saja
yang dia kehendaki atas dirinya sendiri.35
Hanya saja, dalam konteks hak milik, Winters tidak
mempermasalahkan apakah hak milik itu didapat dengan cara-cara
yang legitimate atau tidak. Winters lebih fokus pada implikasi
dari hak milik itu. Menurut Winters, para ahli ekonomi meman-
dang, hak milik bersifat ekslusif dalam arti bisa dipegang oleh satu
individu atau lembaga dengan menyangkal klaim pihak lain. Akan
tetapi, sifat ekslusif juga membuat hak milik rawan terkena tanta-
ngan, yang disebut para ahli ekonomi sebagai biaya penegakan
hak (enforcement costs)36. Klaim “semuanya milikku” akan selalu
dibalas tanggapan “kata siapa?” atau “kata apa?” Ancaman-anca-
man dari tantangan seperti itu makin meningkat selagi kelangkaan
harga meningkat; selagi makin banyak orang membuat klaim dan
klaim tandingan; dan selagi besar harta yang diklaim oleh sedikit
orang menjadi makin tak merata. Menurut Winters, klaim, klaim
tandingan, ekslusi, dan ketidaksetaraan menjelaskan mengapa
harta tidak bisa dipertahankan tanpa sarana penegasan hak. Kebu-
tuhan akan kapasitas pemaksaan yang ampuh meningkat selagi
ketidakseimbangan-ketidakseimbangan harga yang diklaim me-
ningkat. Terciptalah tantangan politik besar bagi orang kaya seba-
gai individu maupun kelompok. Karena alasan itulah pertahanan
34
Winters, Oligarchy, 20.
35
G. A. Cohen, Self-Ownership, Freedom, and Equality (Cam-
bridge: Cambridge University Press, 1995), i.
36
A. Mitchell Polinsky dan Steven Shavell, “Enforcement Costs
and the Optimal Magnitude and Probability of Fines,” the Journal of
Law and Economics 35, no. 1 (April, 1992): 133.
44 Oligarki dan Demokrasi...
37
Winters, Oligarchy, 20.
38
Friedrich, “Oligarchy,” 463.
39
Friedrich, “Oligarchy,” 463-64.
40
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 744.
41
Friedrich, “Oligarchy,” 464.
42
Jeffreys A. Winters, “Oligarchy and Democracy in Indonesia,”
Indonesia 96 (Oktober 2013): 12.
43
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 733.
44
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 733.
Ahmad Munjin 45
45
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 733.
46
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 733.
47
Winters, Oligarchy, 23.
46 Oligarki dan Demokrasi...
48
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
49
Kekayaan material (material wealth) adalah hal-hal yang me-
nimbun kekayaan seperti tanah, sumber-sumber makanan, kepemilikan
harta rumah tangga, dan barang-barang perhiasan yang bisa diwariskan.
Anna Marie Prentiss, et al., “The Cultural Evolution of Material Wealth-
Based Inequality at Bridge River, British Columbia,” American Anti-
quity 77, no. 3, (2012): 543.
50
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
51
Hans A. von Spakovsky dan Elizabeth H. Slattery, “One Per-
son, One Vote: Advancing Electoral Equality, Not Equality of Represen-
tation,” Legal Memorandum no. 161 (10 September 2015): 2.
Ahmad Munjin 47
55
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
56
Hubungan patron-client(sebuah hubungan pertukaran antar
peran) adalah sebuah kasus khusus dalam ikatan dyadic (dua-orang) yang
melibatkan pertemanan instrumental secara luas di mana seorang indivi-
du dari status sosioekonomi yang lebih tinggi ( patron) menggunakan pe-
ngaruh dan sumber dayanya untuk memberikan perlindungan atau berba-
gai manfaat atau keduanya, terhadap seorang individu yang status sosio-
ekonominya lebih rendah (client). Pada gilirannya, client memberikan
imbalan dengan menawarkan dukungan dan bantuan secara umum,
termasuk pelayanan personal kepada patron. Dalam literatur antropologi,
patron-client berhubungan dengan beberapa istilah seperti clientelism,
dyadic contract, personal network, dan action-set. James C. Scott,
“Patron-Client Politics and Political Change in Southeast Asia,” The
American Political Science Review 66 no. 1 (Maret 1972):92.
57
Fajar Kuala Nugraha, “Pemilukada: Menguatnya Politik Oli-
garki Lombok Timur Tahun 2013,” Jurnal Mahasiswa Ilmu Pemerintahan
1, no. 2 (2014): 4.
Ahmad Munjin 49
58
Nugraha, “Politik Oligarki,” 4.
59
Nugraha, “Politik Oligarki,” 5.
50 Oligarki dan Demokrasi...
kannya. Dalam hal ini, terdapat dua jenis pertahanan yaitu perta-
hanan harta dan pertahanan pendapatan yang dilakukan melalui
jalur politik. Munculah istilah, politik pertahanan kekayaan. Jika
oligark berkuasa langsung, motif pertahanan kekayaan pun jadi
melebar ke motif-motif sumberdaya kekuasaan lain yang non-
mterial. Jika berkuasa tak langsung (di balik layar), motif kekuasa-
an pun semata pertahanan kekayaan. Akibatnya, jika oligarki tidak
dijinakkan oleh hukum dalam sistem demokrasi, kekuasaan
oligarkis akan menimbulkan ketidaksetaraan materi yang ekstrem
dan ketidaksetaraan politik yang ekstrem pula.
60
Konsep materialis bermuara pada teori materialisme historis
Karl Marx yang diturunkan dari dialektika historis Hegel. Materialisme
historis tersebut didasarkan pada sumber daya alokatif tertinggi dalam
organisasi sosial melalui penerapan hubungan-hubungan atau kekuatan-
kekuatan dialektika produksi secara universal. Lihat Anthony Giddens, A
Contemporary Critique of Historical Materialism: Power, Property, and
the State (Berkeley dan Los Angeles: University of California Press,
1981), 109.
61
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?”733.
Ahmad Munjin 51
62
Winters, Oligarchy, 31.
63
Bellamy, “Gaetano Mosca,” 182.
64
Richard Bellamy, “Vilfredo Pareto 1848-1923,” dalam The
Routledge Dictionary of Twentieth-Century Political Thinkers, eds.
Robert Benewick dan Philip Green (London dan New York: Routledge,
1998), 197.
65
Wolfe, “Robert Michels,” 175.
66
Wolfe, “Robert Michels,” 175.
52 Oligarki dan Demokrasi...
67
Wolfe, “Robert Michels,” 175.
68
Wolfe, “Robert Michels,” 175.
69
Winters, Oligarchy, 2.
70
Winters, Oligarchy, 2.
Ahmad Munjin 53
71
Winters, Oligarchy, 2.
72
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
73
Joseph V. Femia, Pareto and Political Theory (London dan
New York: Routledge, 2006), 100-23.
74
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
75
Winters, Oligarchy, 6.
76
Winters, Oligarchy, 13.
77
Winters, Oligarchy, 21.
54 Oligarki dan Demokrasi...
78
Winters, Oligarchy, 24.
79
Elite adalah mereka yang memiliki kontrol atau akses yang
sangat tak sepadan atau ekstrem terhadap sumber daya ekonomi, sosial,
budaya, politik, atau pengetahuan (knowledge capital). Shamus Rahman
Khan, “The Sociology of Elites,” The Annual Review of Sociology no.
38(Mei 2012): 361.
80
Winters, Oligarchy, 14.
81
Kata “kelas” biasa digunakan baik sebagai kata benda maupun
sebagai kata sifat. Sebagai kata benda, orang mungkin mengajukan per-
tanyaan, “Menurut Anda, Anda termasuk kelas apa?” dan jawabannya
mungkin “Kelas pekerja.” Sebagai kata sifat, kata kelas membatasi
serangkaian konsep-konsep: hubungan kelas, struktur kelas, lokasi kelas,
formasi kelas, kepentingan kelas, konflik kelas, dan kesadaran kelas.
Istilah kelas menjadi lebih produktif saat digunakan sebagai kata sifat
(adjective). Erik Olin Wright, ed. Approaches to Class Analysis (Cam-
bridge: Cambridge University Press, 2005), 8.
82
Winters, Oligarchy, 275.
Ahmad Munjin 55
83
Winters, Oligarchy, 27.
84
Winters, Oligarchy, 31.
56 Oligarki dan Demokrasi...
85
Bandingkan dengan Bo Rothstein, Marcus Samanni, dan Jan
Teorell, “Explaining the Welfare State: Power Resources vs. The Quality
of Government,” European Political Science Review: European Consor-
tium for Political Research (Tanpa Bulan dan Tahun Terbit), 1-28.
86
Winters, Oligarchy, 11-20.Lihat juga Abdul Aziz Ahmad,
“Catatan Pembubaran HTI: Kanan, Kiri, dan Oligarki,” Gatra, 17 Mei
2017, 22-23.
87
Winters, Oligarchy, 13.
Ahmad Munjin 57
92
Winters, Oligarchy, 15-16.
93
Winters, Oligarchy, 18.
94
Lihat juga Michael Kellermann, “Power Resources Theory and
Inequality in the Canadian Provinces,” (makalah dipresentasikan pada
the Harvard Comparative Political Economy Workshop, Cambridge,
MA., 7-8 Oktober 2005).
Ahmad Munjin 59
95
Winters, Oligarchy, i.
96
Winters, Oligarchy, 32.
60 Oligarki dan Demokrasi...
97
Winters, Oligarchy, i.
98
Surplus adalah jumlah yang melebihi hasil biasanya; berkele-
bihan; sisa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Luar Jaringan (Luring), entri
“surplus.”
99
Winters, Oligarchy, 35.
100
Winters, Oligarchy, 35.
Ahmad Munjin 61
104
Winters, Oligarchy, 37.
105
Winters, Oligarchy, 37.
106
Winters, Oligarchy, i.
Ahmad Munjin 63
107
Matthijs Bogaards, ulasan tentang Oligarchy, Jeffrey A.
Winters, Acta Politica 47 no. 3 (2012): 324.
108
Bogaards, ulasan tentang Oligarchy, 324.
109
Bogaards, ulasan tentang Oligarchy, 325.
110
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 14.
111
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 53-54.
112
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 12. Perihal taksono-
mi oligarki menurut Robison dan Hadiz, lihat juga R. William Liddle,
“Marx atau Machiavelli? Menuju Demokrasi Bermutu di Indonesia dan
Amerika” Orasi Ilmiah dalam rangka Nurcholish Madjid Memorial Lec-
ture V, Kamis, 8 Desember 2011, di aula Nurcholish Madjid, Universitas
Paramadina, Jakarta.
64 Oligarki dan Demokrasi...
114
Peter F. Drucker, A Functioning Society: Selections from
Sixty-Five Years of Writing on Community, Society, and Polity (New
Brunswick dan London: Transaction Publishers, 2003), 57.
115
Daniel Adam Doneson, “The Contest of Regimes and the
Problem of Justice: Political Lessons from Aristotle's Politics” (Disertasi
PhD the University of Chicago, 2006), 26.
116
Kurt A. Raaflaub, “Thucydides on Democracy and Oligar-
chy,” dalam Brill’s Companion to Thucydides, eds. Antonios Rengakos
dan Antonis Tsakmakis (Leiden dan Boston: Brill, 2006), 210.
117
Raaflaub, “Thucydides,” 189.
68 Oligarki dan Demokrasi...
118
Winters, Oligarchy, 4-5.
119
Winters, “Oligarchy and Democracy,” 20.
120
Winters, Oligarchy, 39.
Ahmad Munjin 69
121
Winters, “Oligarchy and Democracy in Indonesia,” 15.
122
Winters, Oligarchy, 10.
70 Oligarki dan Demokrasi...
123
Winters, Oligarchy, 38.
124
Gertrude Himmelfarb, pendahuluan untuk Essays on Freedom
and Power, oleh Lord Acton (Boston, Mass.: The Beacon Press, 1949),
lxi.
125
Jeffrey A. Winters, “Oligarchy and Democracy,” The Ameri-
can Interest 7, no. 2 (Desember 2011): 20.
126
Menurut Saiful Mujani, tidak ada ukuran pasti tentang dimen-
si partisipasi politik. Akan tetapi, ada beberapa ukuran yang bisa dijadi-
kan patokan yaitu aktivitas politik yang mencakup pencoblosan (membe-
rikan hak suara), kampanye, menghubungi pejabat publik, kerja kemasya-
rakatan, dan melakukan protes politik. Saiful Mujani, “Religious Democ-
rats: Democratic Culture and Muslim Political Participation in Post-
Ahmad Munjin 71
130
R. William Liddle, “Quality of Democracy in Indonesia:
Toward a Theory of Action,” Indonesia 96 (Oktober 2013): 63.
131
Michele Ford dan Thomas B. Pepinsky, eds., Beyond Oligar-
chy: Wealth, Power, and Contemporary Indonesian Politics (Ithaca, New
York: Cornell University Press, 2014), 83.
132
Ford dan Pepinsky, eds., Beyond Oligarchy, 114.
133
Disampaikan Liddle secara lisan dalam orasi ilmiahnya dalam
rangka Nurcholish Madjid Memorial Lecture V dengan tema “Marx atau
Machiavelli? Menuju Demokrasi Bermutu di Indonesia dan Amerika,”
pada Kamis, 8 Desember 2011, di aula Nurcholish Madjid, Universitas
Paramadina, Jakarta Selatan.
134
Ford dan Pepinsky, eds., Beyond Oligarchy, 135.
135
Liddle, “Quality of Democracy,” 63.
Ahmad Munjin 73
nesia ini terdiri dari tiga elemen: pejabat negara, keluarga politico-
business, dan konglomerat bisnis.
Menurut Robison dan Hadiz, lanjut Liddle, oligarki
kompleks masih berkuasa hingga sekarang meskipun rezim Orde
Baru yang otoriter jatuh pada 1998 dan diganti oleh institusi-
institusi demokratis secara formal. Robison dan Hadiz juga mem-
bantah bahwa desentralisasi berimbas positif pada kualitas demo-
krasi Indonesia. Yang berkuasa sekarang baik di pusat maupun di
daerah, lebih dari satu dekade setelah reformasi 1998 masih
merupakan individu-individu atau representasi mereka dari tiga
grup elite di atas.136
Prediksi Robison dan Hadiz dinilai Liddle pesimistis,
seraya mengutip: “Kemungkinan bahwa partai-partai reformis
yang solid mungkin muncul dari sisa-sisa yang didorong oleh
sebuah agenda yang koheren dari liberalisme pasar daripada dicap-
lok dalam sebuah sistem dari berbagai hubungan kekuasaan yang
tertanam dalam perburuan rente yang muncul bahkan lebih jauh
dari biasanya… [Artinya] sebuah sistem pemerintahan demokra-
tis, di mana aparatur negara akan menyediakan beberapa bentuk
tatanan yang di dalam tatanan tersebut para oligark akan lebih
berkuasa dibandingkan pasar.”137
Sejak lama, lanjut Liddle, para peneliti politik Indonesia
bisa memahami kemunculan argumen Robison dan Hadiz baik
sebagai observasi empiris maupun sebagai keluhan moral. Selama
Orde baru, argumen itu dianggap masuk akal untuk dipercaya
bahwa pejabat tinggi melanggar sumpah jabatan untuk mendapat
imbalan materi. Hal ini juga tampak jelas, bahwa para anggota
136
Liddle, “Quality of Democracy,” 64.
137
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 265, “[T]he possi-
bility that cohesive reformist parties might emerge from the wreckage,
driven by a coherent agenda of market liberalism rather than being
swallowed in a system of power relations embedded in the pursuit of
rents appears even more remote than ever … [This means] a system of
democratic rule where the state apparatus will provide some form of
order in which oligarchies rather than markets will prevail,”
74 Oligarki dan Demokrasi...
138
Liddle, “Quality of Democracy,” 64.
139
Liddle, “Quality of Democracy,” 64.
140
Anne Booth, ed., The Oil Boom and After: Indonesian Econo-
mic Policy and Performance in the Soeharto Era (Singapura: Oxford
University Press, 1992).
141
Hal Hill, The Indonesian Economy since 1966 (Cambridge:
Cambridge University Press, 1996).
142
Peter Timmer, “The Road to Pro-Poor Growth: The Indone-
sian Experience in Regional Perspective,” Bulletin of Indonesian Econo-
mic Studies 40, no. 2 (2004): 177-207.
Ahmad Munjin 75
143
Lihat, sebagai contoh, analisis dari Thomas Pepinsky tentang
ekonomi politik yang menyebabkan kejatuhan Orde Baru. Thomas
Pepinsky, Economic Crises and the Breakdown of Authoritarian Regi-
mes: Indonesia and Malaysia in Comparative Perspective (Cambridge:
Cambridge University Press, 2009.
144
Liddle, “Quality of Democracy,” 65.
76 Oligarki dan Demokrasi...
145
Liddle, “Quality of Democracy,” 65.
146
Liddle, “Quality of Democracy,” 65.
147
Personal rule adalah tipe sistem politik yang khusus di mana
persaingan dan perjuangan lebih ditentukan oleh seorang individu yang
berkuasa secara penuh dan segaja dibandingkan ditentukan oleh lemba-
ga-lembaga, ideologi-ideologi, kebijakan-kebijakan publik, dan kelom-
pok-kelompok kepentingan pada umumnya. Orang yang berkuasa penuh
secara sengaja itu sangat fundamental dalam membentuk kehidupan poli-
tik. Petros B. Ogbazghi, “Personal Rule in Africa: The Case of Eritrea,”
African Studies Quarterly 12, no. 2 (2011): 2.
Ahmad Munjin 77
148
Liddle, “Quality of Democracy,” 65.
149
Ford dan Pepinsky, eds., Beyond Oligarchy, 83.
150
Djayadi Hanan, ulasan tentang Beyond Oligarchy: Wealth,
Power, and Contemporary Indonesian Politics, eds. Michele Ford and
Thomas B. Pepinsky, Contemporary Southeast Asia 36, no. 3 (2014):
490.
151
Ford dan Pepinsky, eds., Beyond Oligarchy, 114.
78 Oligarki dan Demokrasi...
152
Ford dan Pepinsky, eds., Beyond Oligarchy, 115.
153
Ford dan Pepinsky, eds., Beyond Oligarchy, 135.
154
Ford dan Pepinsky, eds., Beyond Oligarchy, 155.
155
Ford dan Pepinsky, eds., Beyond Oligarchy, 174.
Ahmad Munjin 79
156
Hanan, ulasan tentang Beyond Oligarchy, 491-92.
157
Edward Aspinall, “The Power of Property: Oligarchy and
Democracy in World History,” ulasan tentang Oligarchy, Jeffrey A. Win-
ters, Taiwan Journal of Democracy 8, no. 1 (Juli 2012): 172.
80 Oligarki dan Demokrasi...
158
Jeffery M. Paige, “The Social Origins of Dictatorship Democ-
racy and Socialist Revolution in Central America,” Makalah disampai-
kan pada Pertemuan Tahunan the American Sociological Association,
San Franscisco, California, 8 Agustus, 1989, 3.
159
Mosca mengombinasikan wawasan politisi profesional de-
ngan wawasan filsuf konstitusi. Konsepsi Mosca tentang kelas penguasa
sangat berbeda. Tidak seperti teori Pareto, tujuan elitisme Mosca lebih
menentukan dibandingkan sekadar deskriptif karena menjadi sebuah usa-
ha untuk menjustifikasi dan mengamankan kekuaaan kelas borjuis yang
liberal di mana Mosca sendiri merupakan bagian dari kelas tersebut.
Lihat Richard Bellamy, “Gaetano Mosca 1858-1941” dalam The Rout-
ledge Dictionary of Twentieth-Century Political Thinkers, eds. Robert
Benewick dan Philip Green (London dan New York: Routledge, 1998),
182.
160
Mosca mempertahankan pendapat, kelas penguasa berutang
jabatan dari manfaat organisasi sekelompok kecil atas kelompok yang
besar. Kekuasaan juga berutang kepada bakat-bakat unggul dari anggota
kelompok kecil. Akan tetapi, tiadanya perubahan bentuk pemerintahan,
bisa menggantikan sifat dasar semua sistem politik yang elitis. Lihat
Bellamy, “Gaetano Mosca,” 182.
161
Bellamy, “Gaetano Mosca,” 182.
162
Bellamy, “Gaetano Mosca,” 182.
Ahmad Munjin 81
163
Versi pertama dari karya Mosca, Teorica Dei Governi e
Governo Parliamentare pada 1884 meletakkan doktrinnya secara terang
benderang. Versi kedua, Elementi di Scienza Politica pada 1896 memper-
halus teorinya ke dalam dua macam. Pertama, dia membedakan antara
pemegang kekuasaan pemerintahan yang sebenarnya atau kelas politik
(political class) dengan elemen-elemen lain dari elite seperti para indus-
trialis, anggota-anggota profesi, dan lain-lain. Dia sekarang mengakui,
bahwa kelas penguasa terdiri dari kelompok-kelompok tersebut serta
para politikus.
Kedua, dia berpendapat bahwa suatu masyarakat yang semakin
kompleks menciptakan mekanisme-mekanisme pengekangan moral dan
hukum serta pengendalian bersama untuk mengatur interaksi sosial dan
untuk membatasi perilaku egois. Fenomena tersebut membentuk apa
yang Mosca sebut sebagai a society’s juridical defence (pertahanan yuri-
dis masyarakat). Versi terakhir dari teori Mosca, edisi kedua Elementi
pada 1923, di mana dia menambahkan seluruh volumenya, menghasilkan
perubahan pandangan dia yang dramatis. Sampai saat itu Mosca telah
menganggap demokrasi sebagai berkah yang sangat beragam dan menen-
tang semua upaya untuk memperluas demokrasi. Sebagai orang yang
konservatif secara sosial, Mosca membenci peluang-peluang yang dita-
warkan untuk kebangkitan elite populis. Lihat Bellamy, “Gaetano
Mosca,” 182.
164
Wolfe, “Robert Michels,” 175.
165
Wolfe, “Robert Michels,” 175.
82 Oligarki dan Demokrasi...
166
Wolfe, “Robert Michels,” 175.
167
Winters, “Oligarchy and Democracy,” 18.
168
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 733.
169
Winters, “Oligarchy and Democracy,” 18.
170
Winters, “Oligarchy and Democracy,” 27.
171
Winters, “Oligarchy and Democracy,” 27.
172
Winters, “Oligarchy and Democracy,” 27.
173
Winters, “Oligarchy and Democracy,” 27.
Ahmad Munjin 83
174
Winters, “Oligarchy and Democracy,” 27.
175
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
176
Robert A. Dahl, Dilemas of Pluralist Democracy: Autonomy
vs. Control (New Haven and London: Yale University Press, 1982), 114.
84 Oligarki dan Demokrasi...
177
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732-33.
178
Lihat juga Walter Korpi yang membandingkan pendekatan
sumber daya kekuasaan versus teori aksi dan teori konflik. Walter Korpi,
“Power Resources Approach vs. Action and Conflict: On Causal and
Intentional Explanations in the Study of Power,” Sociological Theory 3,
no. 2 (Musim Gugur, 1985): 31-45.
179
Liddle, “Quality of Democracy,” 65.
Ahmad Munjin 85
180
John Emerich Edward Dalberg-Acton (Lord Acton), Essays
on Freedom and Power (Boston, Mass.: The Beacon Press, 1949), 364.
181
Acton, Freedom and Power, 41.
182
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 16-17.
86 Oligarki dan Demokrasi...
183
Richard Bellamy, “Vilfredo Pareto 1848-1923,” dalam The
Routledge Dictionary of Twentieth-Century Political Thinkers, eds.
Robert Benewick dan Philip Green (London dan New York: Routledge,
1998), 197.
184
Bellamy, “Vilfredo Pareto,” 197.
185
Bellamy, “Vilfredo Pareto,” 197.
186
Shils, “Angkatan Bersenjata,” 216-17.
Ahmad Munjin 87
187
Strauss dan Cropsey, eds., Political Philosophy, 696.
188
Wolfe, “Robert Michels,” 175.
189
Yuki Fukuoka, “Oligarchy and Democracy in Post-Suharto
Indonesia,” Political Studies Review 11 ( 2013): 52-64.
190
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 16-17, note 6.
88 Oligarki dan Demokrasi...
191
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
192
Normatif adalah berpegang teguh pada norma; menurut nor-
ma atau kaidah yang berlaku. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) versi online/daring (dalam jaringan) entri ‘normatif.’
Ahmad Munjin 89
}2{ } َح ََّّت مز ْر م مُت الْ َم َقاب َِر1{ َألْه مَاُكم التَّ ََكث ممر
193
Empiris adalah bagian dari pengetahuan yang didasarkan pada
observasi dan eksperimen bukan didasarkan pada teori. Lihat entri
‘empirical’ dalam Martin H. Manser, Oxford Learner’s Pocket Dictio-
nary, New Edition (Oxford: Oxford University Press, 1991), 137.
194
Friedrich, “Oligarchy,” 463.
195
Strauss danCropsey, eds.,Political Philosophy, 61.
196
Cooper dan Hutchinson, eds. Plato: Complete Works, 1162.
197
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 16-17, note 6.
198
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
199
Winters, Oligarchy, 11.
200
Bellamy, “Gaetano Mosca,” 182.
201
Bellamy, “Vilfredo Pareto,” 197.
202
Wolfe, “Robert Michels,” 175.
203
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah: Pesan, Kesan dan
Keserasian al-Qur’an volume 15 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 486.
90 Oligarki dan Demokrasi...
204
Shihab, Tafsir al-Mishbah, 486.
205
Shihab, Tafsir al-Mishbah, 487.
206
Winters, Oligarchy, 78.
207
Friedrich, “Oligarchy,” 463.
Ahmad Munjin 91
208
Strauss dan Cropsey, eds., Political Philosophy, 61.
209
Cooper dan Hutchinson, eds. Plato: Complete Works, 1162.
210
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 16-17, note 6.
92 Oligarki dan Demokrasi...
ٍ َوه َمو َّ ِاَّلي َج َعلَ م ُْك َخ َالئِ َف ْاألَ ْر ِض َو َرفَ َع ب َ ْعضَ م ُْك فَ ْو َق ب َ ْع ٍض د ََر َج
ِ َ ات ِل َي ْبلم َو م ُْك ِِف َمآ َءاَتَ م ُْك ا َّن َرب َّ َك
َسي مع
}161{ الْ ِع َق ِاب َوان َّ مه لَ َغ مف ٌور َر ِح ٌمي
211
T}a>riq al-Suwayda>n, Silsilat Qashash al-’Anbiya>’: Qishat Nu>h}
212
Entri mala’dalam The Quranic Arabic Corpus, http://corpus.
quran.com/qurandicti onary.jsp?q=mlA (diakses Minggu, 7 November
2015).
213
Hafidzh Dasuki, et al., Alquran dan Tafsirnya, Jilid III
(Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, 1995), 457.
214
Dasuki, et al., Alquran dan Tafsirnya, 463.
215
Dasuki, et al., Alquran dan Tafsirnya, 472.
Ahmad Munjin 93
الس َمآ ِء َو ْاألَ ْر ِض َولَ ِكن َك َّذبموا فَآَخ َْذَنَ م ُْه ِب َما
َّ َولَ ْو َأ َّن َأ ْه َل الْ مق َرى َءا َمنموا َوات َّ َق ْوا لَ َفتَ ْح َنا عَلَْيْ ِ م بَ َر ََك ٍت ِم َن
}66{ ون َ ََكنموا يَ ْك ِس مب
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti
Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan
bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami),
maka Kami siksa mereka sesuai atas apa yang telah mreka
kerjakan (al-A’ra>f [7]: 96).
216
Dasuki, et al., Alquran dan Tafsirnya, 494.
217
Dasuki, et al., Alquran dan Tafsirnya, 522.
218
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
219
Muchlis M. Hanafi, et al., eds., Tafsir Alquran Tematik:
Alquran dan Kenegaraan, Seri 5 (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
Alquran, 2011), 10.
94 Oligarki dan Demokrasi...
220
Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 10.
221
Lihat Q.S. Hu>d [11]: 50-51, al-Naml [27]: 29-31, 23-24, 24-
26, 27-28, dan 31, al-Baqarah [2]: 251, al-Nisa>’ [4]: 54, dan S}a>d [38]: 34-
35. Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 50-58.
222
Lihat Q.S. al-Baqarah [2]: 256. Hanafi, et al., eds., Alquran
dan Kenegaraan, 58-60.
223
Lihat Q.S. al-Hajj [22]: 40 dan al-An‘a>m [6]: 108. Hanafi, et
al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 60-63.
224
Al-Sha>tibi> merumuskan prinsip melindungi segenap bangsa
dan warga negara sebagai bentuk penghormatan dan perlindungan terha-
dap manusia dan nilai kemanusiaan dengan lima pilar h}ima>yat (perlindu-
ngan). Kelima pilar perlindungan tersebut merupakan tujuan syariat
Islam yang juga merupakan salah satu tujuan negara. Kelima pilar terse-
but disebut al-kulliya>t al-khamsyaitu h}ima>yat al-di>n(memelihara agama),
h}ima>yat al-nafs(melindungi jiwa), h}ima>yat al-‘aql(memelihara akal/ke-
cerdasan/intelek), h}ima>yat al-nasl(memelihara keturunan) dan h}ima>yat
al-amwa>l(melindungi hak milik atau harta). Penghormatan terhadap ma-
nusia termaktub dalam Q.S. al-Ti>n [95]: 4, al-Isra>’ [17]: 70. Lalu, lara-
ngan membunuh dalam Q.S. al-Ma>’idah [5]: 32; Allah memuliakan
manusia dan larangan menjualnya (Q.S. al-An‘a>m [6]: 151), hukuman
bagi yang merampok harta, anak atau perempuan untuk dieksploitasi
(Q.S. al-Ma>’idah [5]: 33-34), pencegahan aborsi (Q.S. al-Isra>’ [17]: 32),
perintah menutup aurat (Q.S. al-Ah}za>b [33]: 59), dan larangan mem-
bantu tindakan aborsi (Q.S. al-Ma>’idah [5]: 2). Hanafi, et al., eds.,
Alquran dan Kenegaraan, 63-79.
225
Lihat Q.S. Hu>d [11]: 61, al-Baqarah [2]: 30, al-Hijr [15]: 82,
Quraish [106]: 4, Saba’ [34]: 15, al-Naml [27]: 33-34, al-A‘ra>f [7]: 96, al-
Ahmad Munjin 95
An‘a>m [6]: 44, al-Nahl [16]: 112, al-Balad [90]: 1-2, al-Ti>n [95]: 3.
Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 79-88.
226
Lihat Q.S. al-Baqarah [2]: 151. Hanafi, et al., eds., Alquran
dan Kenegaraan, 88-91.
227
Lihat Q.S. al-H{ajj [22]: 39-40 yang membolehkan kamu mus-
lim untuk memerangi siapa saja yang tidak memiliki niat baik untuk
berdamai dan al-Anbiya>’ [21]: 107 yang menegaskan misi kerasulan
Muhammad adalah menebar pesona perdamaian dan menjadi rahmat bagi
seluruh alam. Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 91-92.
228
Dalam Alquran terdapat enam ayat yang secara eksplisit me-
nyebut ama>nah dengan mufrad (tunggal) dan jamaknya. Keenam ayat
tersebut adalah surah al-Baqarah [2]: 283, al-Nisa>’ [4]: 58, al-Anfa>l [8]:
27, al-Mu’minu>n [23]: 8, al-Ma‘a>rij [70]: 32, dan al-Ah}za>b [33]: 72.
Sedangkan sifat amanah para rasul, Alquran mengungkapkan kalimat
rasu>l ami>n. Ungkapan tersebut tercantum dalam Alquran sebanyak enam
ayat, yaitu a-Shu‘ara>’ [26]: 107, 125, 143, 162, dan 178 dan al-Dukha>n
[44]: 18; na>s}ih} ami>n pada al-A‘ra>f [7]: 68; al-ru>h} al-ami>n pada al-Shu‘ara>
[26]: 193; qawiyy ami>n pada al-Naml [27]: 39; Nabi Musa sebagai al-
qawiyy al-ami>n pada al-Qas}as} [28]: 26; yang menunjukkan tempat de-
ngan sebutan maqa>m ami>n pada al-Dukha>n [44]: 51; dan dengan sebutan
al-balad al-ami>n pada al-Ti>n [95]: 3. Sebutan al-ami>n menunjukkan suatu
derajat tertinggi terhadap pihak yang memiliki sebutan tersebut, mulai
dari gelar rasul hingga gelar untuk suatu kota. Hanafi, et al., eds.,
Alquran dan Kenegaraan, 101.
229
Keadilan merupakan bagian pokok dalam kepemimpinan
(ima>mah). Alquran menyebutkan kata adil sebanyak 54 kali dan juga
yang semakna dengan itu seperti qist} dengan berbagai mushtaqq (deri-
vasinya) sebanyak 25 kata. Kosakata adil sudah menjadi bahasa Indone-
sia yang diartikan seimbang. Banyak ayat yang memerintahkan keadilan,
di antaranya surah al-Nahl [16]: 90, al-An‘a>m [6]: 152, al-Ma>’idah [5]: 8,
dan S}a>d [38]: 26. Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 113-15.
96 Oligarki dan Demokrasi...
230
Perintah musyawarah dalam Alquran terdapat dalam surah A<li
‘Imra>n [3]: 159 dan al-Shu>ra> [42]: 38 berikut ini:
ِ هللا ِلنتَ لَ ُه ْم َولَ ْو ُكنتَ َف ًّظا َغلِي َظ ْال َق ْل
ْب الَن َفضُّوا مِنْ حَ ْولِكَ َفاعْ فُ َع ْن ُه ْم َواسْ َت ْغفِر ِ ََف ِبمَا رَ حْ َم ٍة مِّن
ِّ ْ َ َّ َ َ ْ
َ َ َ َْت َ َ
ِ اورْ ُه ْم فِي األ ْم ِر فإِذا َعزم فت َوك ْل َعلى
}951{ َهللا إِنَّ هللاَ ُيحِبُّ ال ُمت َوكلِين ِ لَ ُه ْم َو َش
ُ صالَ َة َوأَ ْم ُر ُه ْم
}83{ َشورَ ى َب ْي َن ُه ْم َو ِممَّا رَ َز ْق َنا ُه ْم يُن ِف ُقون َّ َوالَّذِينَ اسْ َتجَ ابُوا لِرَ ب ِِّه ْم َوأَ َقامُوا ال
Lihat Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 122-24.
231
Ayat-ayat Alquran yang mengindikasikan persamaan adalah
Surah al-H{ujura>t [49]: 13, al-Zalzalah [99]: 6, al-Nisa>’ [4]: 105, dan al-
Kahf [18]: 28. Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 128.
232
Aquran sudah menyatakan secara eksplisit adanya kehidupan
berjamaah yaitu tolong menolong (ta‘a>wun) seperti yang termaktub pada
surah al-Ma>’idah [5]: 2. Lihat Hanafi, et al., eds., Alquran dan
Kenegaraan, 132.
233
Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 102.
234
Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 115.
235
Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 120.
236
Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 131.
237
Hanafi, et al., eds., Alquran dan Kenegaraan, 132.
238
Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik di
Indonesia(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), xv-xviii.
Ahmad Munjin 97
239
Shihab, Tafsir al-Mishbah, 487.
240
Hadis riwayat al-Bukhari, Kita>b al-Riqaq, halaman (h.) 1971
dengan nomor (no.) Hadis 6439; Muslim, Kitab al-Zaka>t, h. 658 no. 1744
dan h. 658 no. Hadis 1744; al-Sunan al-Tirmi>dzi> h. 528 no. 2337; dan
Ahmad ibn Hanbal h. 2951 no. 11.819, h. 3067 no. 12.306, h. 3089 no.
12.392, h. 3130 no. 12584, h. 3243 no. 13.064, h. 3243 no. 13086, h. 3260
no. 13140, h. 3270 no. 13174, h. 3336 no. 13461, dan h. 919 no. 3491.
98 Oligarki dan Demokrasi...
اَّلل عَ ََل َم ْن َتَ َب َ ون َ مَل َوا ِد ًَي ِن َولَ ْن ي َ ْم َ ََل فَا مه ا َِّل ر
الُّت ماب َوي َ مت م
وب َّ م َ لَ ْو َأ َّن ِِل ْب ِن أ َد َم َوا ِد اًي ِم ْن َذه ٍَب َأ َح َّب َأ ْن يَ مك
Dalam hadis yang lain, Rasulullah SAW bersabda:
وش مك ا ُأل َم مم َأ ْن تَدَ اعَى عَلَ ْي م ُْك َ َمَك تَدَ اعَى َاأل ََكَ مة ِ « يم-صَل هللا عليه وسمل- اَّلل ِ َّ ولع َْن ثَ ْو ََب َن قَا َل قَا َل َر مس م
َ ٍ
َّ فَ َقا َل قَائِ ٌل َو ِم ْن ِق ََّّل َ َْن من ي َ ْو َم ِئ ٍذ قَا َل « ب َ ْل َأن م ُْْت ي َ ْو َم ِئ ٍذ َك ِثريٌ َول ِكن َّ م ُْك غمثَا ٌء َك مغثَا ِء.» ا ََل قَ ْص َعِتِ َا
ِالس ْيل
ِ َّ فَ َقا َل قَائِ ٌل ًَي َر مسو َل.» اَّلل ِِف قملموب م مُِك الْ َوه ََن
اَّلل اَّلل ِم ْن مصدم و ِر عَدم ِو مُكم الْ َمهَاب َ َة ِمنْ م ُْك َولَ َي ْق ِذفَ َّن َّ م
َولَ َي ْ ِْنع ََّن َّ م
َو َما الْ َوه مَن قَا َل مح رب ادلر نْ َيا َو َك َرا ِه َي مة الْ َم ْو ِت
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat,
pen) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana
mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemu-
dian seseorang bertanya, “Katakanlah wahai Rasulullah, apakah
kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata,”Bahkan kalian
pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang
dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada
hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian
’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu ’wahn’?” Rasu-
lullah berkata, “cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud no.
4297 dan Ahmad 5: 278, shahih kata Syaikh Al Albani. Lihat
penjelasan hadits ini dalam ‘Aunul Ma’bud).
Dalam kategori elite (oligarki yang dipahami sebagai
kekuasaan segelintir orang), Quraish merupakan salah satu bentuk
oligarki kesukuan sebagaimana sabda Rasullullah SAW, al-
’aimmah min Quraish (ْش ِ)األَئ.
ٍ َّم ُة مِنْ قُرَ ي241 ْ “Para imam itu (hendaknya
diangkat) dari suku Quraish.” Menurut Quraish Shihab,
241
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dalam Al-
Musnad (11859) dari Anas bin Malik dan Abu Barzah al-Aslami> (18941);
An-Nasa`i dalam al-Sunan Al-Kubra> (5942); Ibn Abi Shaibah dalam Al-
Mushannaf dari Anas (54/8) dan ‘Ali bin Abi> Tha>lib (54/17); Abd al-
Rrazzaq dalam Al-Mushannaf dari ‘Ali (19903); Al-Haki>m dalam al-
Mustadrak (7061) dari ‘Ali; Al-Thabarani dalam Al-Mu’jam al-Kabi>r
dari Anas (724) dan dalam Al-Shaghir dari ‘Ali (426); Al-Baihaqi dalam
Ma’rifat al-Sunan wa al-Atsar dari Anas (1595); Al-Thayalisi dalam Al-
Musnad (957) dari Abu Barzah dan Anas (2325); Al-Khallal dalam Al-
Ahmad Munjin 99
Sunnah (34) dari Salman al-Farisi dan ‘Ali (64); Ibn Abi Ashim dalam al-
Sunnah (929) dari Anas dan Abu Barzah (934); Ar-Ruyani dalam Al-
Musnad (746, 750) dari Abu Barzah; Abu Ya’la al-Maushili dalam al-
Mu’jam (155); Ibn ‘Arabi dalam al-Mu’jam (2259) dari Ali; IbnAsakir
dalam Tarikh Dimasyq (4635) dari Anas; dan Ibnu Adi dalam Al-Kamil
(biografi Ibrahim bin Athiyah Al-Wasithi) dari Anas.
242
Shihab, Tafsir al-Mishbah, 535.
243
Shihab, Tafsir al-Mishbah, 537-538.
100 Oligarki dan Demokrasi...
dah ke suku atau kelompok lain yang memiliki wibawa yang lebih
besar dan solidaritas kelompok yang lebih kuat.244
244
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah
dan Pemikiran (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press),
1993), 107.
245
Sjadzali, Islam dan Tata Negara, 42.
Ahmad Munjin 101
246
Sjadzali, Islam dan Tata Negara, 46.
247
Sjadzali, Islam dan Tata Negara, 46.
248
Sjadzali, Islam dan Tata Negara, 54.
249
Menurut Farabi, kepala bagi negara utama haruslah seorang
pemimpin yang arif dan bijaksana yang memiliki dua belas kualitas
luhur. Sebagian di antaranya telah ada pada pemimpin itu sewaktu lahir
102 Oligarki dan Demokrasi...
sebagai watak yang alami atau tabiat yang fitri. Akan tetapi, sebagian
yang lain masih perlu ditumbuhkan melalui pengajaran yang terarah,
pendidikan serta latihan yang menyeluruh dengan disiplin yang ketat.
Adapun, dua belas kualitas luhur itu adalah: (1) lengkap anggota badan-
nya; (2) baik daya pemahamannya; (3) tinggi intelektualitasnya; (4) pan-
dai mengemukakan pendapatnya dan mudah dimengerti uraiannya; (5)
pencinta pendidikan dan gemar mengajar; (6) tidak loba atau rakus dalam
hal makanan, minuman dan wanita; pencinta kejujuran dan pembenci
kebohongan; (8) berjiwa besar dan berbudi luhur; (9) tidak memandang
penting kekayaan dan kesenangan-kesenangan duniawi yang lain; (10)
pencinta keadilan dan pembenci perbuatan zalim; (11) tanggap dan tidak
sukar diajak menegakkan keadilan dan sebaliknya sulit melakukan atau
menyetujui tindakan keji dan kotor; dan (12) kuat pendirian terhadap
hal-hal yang menurutnya harus dikerjakan, penuh keberanian, tinggi
antusiasme, bukan penakut dan tidak berjiwa lemah atau kerdil. Sjadzali,
Islam dan Tata Negara, 56.
250
Ghazali> menyodorkan sepuluh syarat yang harus dipenuhi
oleh seseorang untuk dapat diangkat menjadi kepala negara, sultan, atau
raja. Kesepuluh syarat tersebut adalah (1) dewasa atau aqil baligh; (2)
otak yang sehat; (3) merdeka dan bukan budak; (4) laki-laki; (5) keturu-
nan Quraish; (6) pendengaran dan penglihatan yang sehat; (7) kekuasaan
yang nyata; (8) hidayah; (9) ilmu pengetahuan; dan (10) wara>’ . Sjadzali,
Islam dan Tata Negara, 78.
Ahmad Munjin 103
251
Ibn Taimi>yah, al-Siya>sah al-Shar‘i>yah fi> Is}la>h} al-Ra>‘i> wa al-
Ra‘i>yah (Tanpa Tempat Terbit: Da>r al-Ka>tib al-‘Arabi>, Tanpa Tahun
Terbit), 169-76.
252
Sjadzali, Islam dan Tata Negara, 83.
253
Sjadzali, Islam dan Tata Negara, 84.
254
Keharusan mengadakan seleksi secara objektif itu, menurut
Taimi>yah, tidak terbatas pada para pejabat tingkat atas, tetapi sampai
pada jabatan-jabatan seperti imam masjid, muazin, guru, kepala pasar
dan kepala desa. Taimiyah menegaskan, tidak dibenarkan material kepala
negara menyimpang dari ketentuan aspek kecakapan dan kemampuan. Di
antaranya, mengangkat seseorang untuk satu jabatan sedangkan terdapat
orang lain yang lebih memenuhi syarat kecakapan, hanya karena kepala
negara dengan orang-orang yang diangkat itu masih ada hubungan kelu-
arga, atau karena ada hubungan sahabat, atau berasal dari satu daerah
yang sama, atau sama-sama pengikut satu mazhab atau tarikat, atau
sama-sama satu bangsa—sama-sama Arab, Persia, atau Turki. Taimiyah
juga melarang jabatan itu diberikan atas imbalan pembayaran uang atau
jasa, atau disebabkan oleh kebencian atau rasa permusuhan terhadap
orang-orang yang sebenarnya secara objektif lebih memiliki kecakapan
104 Oligarki dan Demokrasi...
dan kemampuan untuk mengisi jabatan tersebut. Sjadzali, Islam dan Tata
Negara, 85.
255
Sjadzali, Islam dan Tata Negara, 87.
Ahmad Munjin 105
256
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 733.
257
Winters, Oligarchy, 18-20.
258
Sjadzali, Islam dan Tata Negara, 106-07.
106 Oligarki dan Demokrasi...
259
Sjadzali, Islam dan Tata Negara, 42.
260
Abu Tholib Khalik, “Pemimpin non-Muslim dalam Perspektif
IbnTaimiyah,” Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 14, no. 1 (Juni 2014):
73.
261
Winters, “Oligarchy and Democracy,” 27.
Ahmad Munjin 107
Bab III
DINAMIKA
SUMBER DAYA KEKUASAAN
KIAI DAN JAWARA DI BANTEN
1
M.A. Tihami, “Kiai dan Jawara di Banten: Studi tentang Aga-
ma, Magi, dan Kepemimpinan di Desa Pasanggrahan Serang, Banten,”
Tesis Magister, Universitas Indonesia, 1992, 2.
2
Okamoto Masaaki, “The Rise of the “Realistic” Islamist Party:
PKS in Indonesia,” dalam Islam in Contention: Rethinking Islam and
State in Indonesia, eds. Ota Atsushi, Okamoto Masaaki, dan Ahmad
Suaedy (Jakarta: Wahid Institute, Kyoto: Center for Southeast Asian
Studies (CSEAS), Taiwan: Center for Asia-Pacific Area Studies
(CAPAS), 2010), 235-36.
3
Dadi Darmadi, “The Geger Banten of 1888: An Anthropo-
logical Perspective of 19th Century Millenarianism in Indonesia,” Heri-
Ahmad Munjin 111
7
Kekuasaan material adalah sumber daya kekuasaan yang bera-
sal dari kekayaan. Kekayaan mendefinisikan oligark, menggerakkan poli-
tik dan proses oligarki. Sumber daya kekuasaan material menyediakan
dasar untuk tegaknya oligark sebagai pelaku politik yang tangguh. Sum-
ber daya material mengejawantah dalam berbagai bentuk. Yang paling
luwes adalah uang tunai. Kekayaan sudah lama dikenali sebagai sumber
kekuasaan ekonomi, sosial, dan politik. Orang bisa menjadi sama sekali
tak berkuasa kalau tidak punya kekayaan. “Keluwesan luar biasa kekua-
saan material itulah yang menjadikannya sangat penting dalam politik.
Kekuasaan material bisa membeli pertahanan kekayaan, baik dalam ben-
tuk kemampuan pemaksaan atau menyewa jasa pertahanan dari profesio-
nal yang ahli.” Lihat Winters, Oligarchy, (New York: Cambridge
University Press, 2011), 18.
8
Darmadi, “Geger Banten of 1888,” 74-75.
9
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 97.
10
Jawara adalah suatu golongan sosial yang mengandalkan kebe-
ranian dan kekuatan fisik, agresif, terbuka (blak-blakan) dan sompral
(tutur kata yang keras). “Untuk menunjang keandalan fisiknya itu,
Ahmad Munjin 113
13
Tihami,“Kiai dan Jawara,” 105.
14
Menurut Masaaki, jawara adalah semacam orang kuat perdesa-
an atau orang yang secara semi-sosial melekat kecekatan di dan sekitar
desa dan mereka memiliki kecapakan dalam seni bela diri yang disebut
pencak silat. Beberapa jawara yang sangat berpengaruh dipercaya memi-
liki kekuatan magis yang disebut ilmu. Ilmu berasal dari bahasa Arab dan
memiliki dua makna. Makna ilmu pertama sebagai sains atau pengetahu-
an dan kedua sebagai pengetahuan supranatural. Dalam konteks Banten,
pengertian tentang ilmu adalah definisi yang kedua. Lihat Masaaki,
“Rise of Realistic Islamist Party,” 235.
15
Masaaki, “Rise of Realistic Islamist Party,” 236; lihat juga
Tihami,“Kiai dan Jawara,” 30-32, 50.
Ahmad Munjin 115
16
Winters, Oligarchy, 11-20.
17
Menurut Winters, hak politik formal adalah sumber daya ke-
kuasaan yang paling tak langka dan paling tersebar di tingkat individu
dalam keadaan adanya hak pilih bagi semua orang dan sedikitnya rinta-
ngan untuk berpartisipasi dalam politik. Hak politik ini dianggap sebagai
kebebasan liberal karena mencakup satu suara untuk setiap orang, kebe-
basan berpendapat tanpa ditindas, dan kesempatan mendapatkan akses
116 Oligarki dan Demokrasi...
22
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 2.
23
Zamarkhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi tentang
Pandangan Hidup Kiai (Jakarta: LP3ES. 1985), 19.
24
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 1-2.
25
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 2.
118 Oligarki dan Demokrasi...
26
Winters, Oligarchy, 15.
27
Sartono Kartodirdjo, The Peasants Revolt of Banten in 1888,
Its Conditions, Course and Sequel: A Case Study of Social Movements
in Indonesia (Dordrecht: Springer Science+Business Media Dordrecht,
1966).
28
Tim Raksa Ajar Indonesia, kata pengantar pada terjemahan
Sala>lim al-Fud}ala>’: Menapaki Tangga-tangga Keutamaan Hidup, oleh
Imam Nawawi Al-Bantani (Serang: Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Provinsi Banten, 2017), 21-22.
Ahmad Munjin 119
29
Tim Raksa Ajar Indonesia, kata pengantar, 21-22.
30
Abdul Hamid, “The Kiai in Banten: Shifting Roles in Cha-
nging Times,” dalam Islam in Contention: Rethinking Islam and State in
Indonesia, eds. Ota Atsushi, Okamoto Masaaki, dan Ahmad Suaedy
(Jakarta: Wahid Institute, Kyoto: Center for Southeast Asian Studies
(CSEAS), Taiwan: Center for Asia-Pacific Area Studies (CAPAS),
2010), 424. Lihat juga Michael C. Williams, Communism, Religion, and
Revolt in Banten (Athens: Ohio University Center for International
Studies, 1990).
31
Winters, Oligarchy, 15.
32
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid, “Jawara in Power 1999-
2007,” Indonesia 86 (Oktober 2008): 114.
120 Oligarki dan Demokrasi...
33
Henk Schulte Nordholt, “The Jago in the Shadow: Crime and
‘Order’ in the Colonial State in Java,” terj. Ernst van Lennep, RIMA
(Review of Indonesian and Malaysian Affairs): a Semi-Annual Survey of
Political, Economic, Social and Cultural Aspects of Indonesia and
Malaysia 25, no. 1 (Juni-Agustus, 1991): 74-91. Lihat juga Masaaki dan
Hamid, “Jawara in Power,” 114.
34
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 114-15.
35
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 115.
36
Kekuasaan koersif adalah pengaruh atau kapasitas individu
atau kelompok terhadap yang lain atas dasar atau dengan cara pemaksaan
dan kekerasaan. Lihat Winters, Oligarchy, 15.
Ahmad Munjin 121
37
Winters, Oligarchy, 15.
38
“Today, however, we have to say that a state is a human com-
munity that (successfully) claims the monopoly of the legitimate use of
physical force within a given territory.” Max Weber, “Politics as a Voca-
tion,” dalam From Max Weber: Essays in Sociology, eds. H. H. Gerth
dan C. Wright Mills (New York: Oxford University Press, 1946), 78.
39
Winters, Oligarchy, 15.
40
Winters, Oligarchy, 15.
122 Oligarki dan Demokrasi...
41
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 115.
42
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 115.
43
Motif kekuasaan oligarkis adalah pertahanan dan akumulasi
kekayaan. Menurut Winters, secara jelas, kepentingan-kepentingan oli-
garki terfokus pada mempertahankan kekayaan (menolak penyitaan de-
ngan paksa) dan mempertahankan pendapatan (menolak redistribusi hu-
kum kepemilikan sehingga kepemilikan pribadi dinyatakan aman). Sejak
peradaban awal hingga tumbuhnnya negara modern, para oligark mencu-
rahkan sebagian besar perhatian mereka untuk mempertahankan kepemi-
likan. Pada saat yang sama, para oligark juga memaksakan diri untuk
membuat investasi utama dalam kapasitas-kapasitas untuk kekerasan dan
pemaksaan. Pertahanan kekayaan, lanjut Winters, memiliki dua dimensi
yaitu pertahanan harta dan pertahanan pendapatan. Keduanya dinilai
penting bagi keberadaan dan keberlangsungan oligarki. Akan tetapi,
kadar relatif keduanya dan kadar keterlibatan langsung oligark dalam
politik pertahanan harta dan pendapatan sangat beragam. Lihat Winters,
Oligarchy, 23.
Ahmad Munjin 123
44
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 115.
45
Winters, Oligarchy, 15.
46
Winters, Oligarchy, 15.
47
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 115-116.
124 Oligarki dan Demokrasi...
48
Lihat Claude Guillot, Banten: Sejarah dan Peradaban Abad X-
XVII, diterjemahkan oleh Hendra Setiawan dkk. (Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia, École Française d’Extrême-Orient, Forum Jakarta-
Paris, dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional,
2008), 117.
49
Guillot, Banten, 227.
Ahmad Munjin 125
50
Guillot, Banten, 227.
51
Guillot, Banten, 227.
52
Guillot, Banten, 229.
53
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 105.
54
Winters, Oligarchy, 18-20.
55
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 105.
126 Oligarki dan Demokrasi...
56
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 105.
57
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 105.
58
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 97.
59
Fahmi Irfani, Jawara Banten: Sebuah Kajian Sosial, Politik
dan Budaya (Jakarta: Young Progressive Moslem Press, 2011), 14.
Ahmad Munjin 127
60
Winters, Oligarchy, 15.
130 Oligarki dan Demokrasi...
61
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 115-116.
62
Ariyadi, “Kiai dan Jawara,” 24.
63
Ariyadi, “Kiai dan Jawara,” 24.
64
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 116.
Ahmad Munjin 131
65
Xenopobia adalah sensasi rasa takut atau fobia terhadap sese-
orang atau kelompok orang tertentu yang dianggap aneh atau asing.
Lihat AKM Ahsan Ullah dan Ahmed Shafiqul Huque, Asian Immigrans
in North America with HIV/AIDS: Stigma, Vulnerabilities, and Human
Rights (London: Springer, 2014), 6.
66
Winters, Oligarchy, 15.
67
Ariyadi, “Kiai dan Jawara,” 24.
68
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 116.
132 Oligarki dan Demokrasi...
69
Masa pendudukan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun
1942 dan berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945. Lihat Dwi Mulyatari,
“Buku Putih Masa Pendudukan Jepang,” ulasan tentang War, Nationa-
lism and Peasants: Java under the Japanese Occupation 1942-1945, ditu-
lis oleh Shigeru Sato, Wacana 2, no. 1 (April, 2000): 140-44.
70
Asep Muslim, et al., “Dinamika Peran Sosial Politik Ulama
dan Jawara di Pandeglang Banten,” Mimbar 31, no. 2 (Desember, 2015):
461-474.
71
Suharto, “Banten Masa Revolusi 1945-1949: Proses Integrasi
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,” (Disertasi Doktor, Univer-
sitas Indonesia, 2001).
72
Jabatan resmi adalah sumber daya kekuasaan yang berasal dari
jabatan resmi yang tinggi di pemerintahan, organisasi besar baik sekuler
maupun agama, atau jabatan di perusahaan baik swasta maupun perusa-
haan negara. Sumber daya kekuasaan tersebut punya pengaruh dramatis
pada profil kekuasaan segelintir individu. Pada zaman modern, organisa-
si-organisasi tersebut adalah badan berdasarkan aturan yang mengonsen-
trasikan kekuasaan dengan menghimpun sumber daya keuangan, jejaring
operasi, dan pengelompokan anggota atau bawahan yang bisa dipimpin,
dilibatkan, atau diperintah melalui kelembagaan. Lihat Winters, Oligar-
chy, 13-14.
73
Hamid, “Kiai in Banten,” 424.
Ahmad Munjin 133
74
Halwany Michrob dan A. Mudjahid Chudari, Catatan Masa
Lalu Banten (Serang: Saudara, 1993).
75
Williams, Communism, Religion, and Revolt, 306-07.
76
Hamid, “Kiai in Banten,” 424-25.
134 Oligarki dan Demokrasi...
77
Hamid, “Kiai in Banten,” 425.
78
Lihat Winters, Oligarchy, 13.
79
Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in
Indonesia(Jakarta dan Kuala Lumpur: Equinox Publishing, 2007), 414-
450.
80
Pemilu tahun 1955 dilaksanakan saat keamanan negara masih
kurang kondusif. Beberapa daerah dirundung kekacauan oleh Darul
Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) khususnya pimpinan Kartosu-
wirjo. Dalam keadaan seperti ini, anggota angkatan bersenjata dan polisi
juga memilih. Mereka yang bertugas di daerah rawan, digilir datang ke
tempat pemilihan. Tingkat partisipasi rakyat sangat besar, sekitar 90%
dari semua warga yang punya hak pilih ikut berpartisipasi. Lebih dari 39
juta orang memberikan hak suaranya dan mewakili 91,5% dari para
pemilih terdaftar. Prosentase suara sah yang besar, sebesar 80% dari sua-
ra yang masuk. Padahal banyak anggota panitia yang buta huruf dan
lebih dari 70% penduduk Indonesia masih buta huruf. Lihat Hermawan
Sulistyo, “Electoral Politic in Indonesia: A Hard Way to Democracy,”
dalam Electoral politics in Southeast & East Asia, ed. Aurel Croissant
(Singapora: Friedrich-Ebert-Stiftung, 2002), 75-99.
Ahmad Munjin 135
Tabel 3.2. Sumber Daya Kekuasaan Kiai dan Jawara pada Era
Soekarno (Orde Lama) di Banten
Sumber Daya
No Indikator-indikator
Kekuasaan
(1) (2) (3)
Sumber daya kekuasaan dari sisi hak
politik formal pada era Soekarno, para
Hak Politik Formal
1 kiai dan jawara baru benar-benar
(Elite/Demokrasi)
mendapatkannya pada pemilu 1955
untuk pertama kalinya di Indonesia.
a. Ketika negara Indonesia mengambil
alih kedaulatan dari Belanda pada
1949 dan mulai mengonstruksi
bangsa baru, jawara digulingkan
dari posisi birokrasi puncak mereka.
Kebanyakan dari jawara pun pada
akhirnya bergabung dengan dunia
Kekuasaan
kriminal; dan
2 Koersif
b. Seiring rencana pemisahan diri di
(Elite/Demokrasi)
bawah Residen KH Achmad
Chatib, yang akan menjadi Sultan
Banten, pemerintah pusat dengan
kekuasaan koersifnya,
mengintervensi dan mulai
membatasi kekuasaan Residen
Banten dan kiai.
81
Lihat Winters, Oligarchy, 13.
82
Jeffrey A. Winters, “Oligarchy and the Jokowi Administra-
tion,” Kuliah Umum Jurusan Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri
Jakarta, Senin, 8 Juni 2015.
136 Oligarki dan Demokrasi...
83
Lihat Winters, Oligarchy, 15.
Ahmad Munjin 139
84
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 116-17.
85
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 117.
86
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 104.
87
Leo Agustino, “Dinasti Politik Pascaotonomi Orde Baru: Pe-
ngalaman Banten.” Prisma: Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi, Volume
29, No. 3 (Juli 2010), 109.
88
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power, 112.
89
Hamid, “Kiai in Banten,” 421.
140 Oligarki dan Demokrasi...
90
Artis, “Eksistensi Partai Politik dan Pemilu Langsung dalam
Konteks Demokrasi di Indonesia,” Jurnal Sosial Budaya 9, no. 1 (Janu-
ari-Juli 2012): 63.
91
Sultanistik adalah oligarki yang terbentuk ketika terjadi mono-
poli sarana pemaksaan berada di tangan satu oligark, bukan negara ter-
lembaga yang dibatasi hukum. Di dalamnya, marak hubungan patron-
klien dengan norma perilaku dan kewajiban tertentu yang terkait dengan-
nya. Akan tetapi, penegakan hukum tidak ada atau beroperasi sebagai
sistem kekuasaan hukum yang bersifat pribadi. Lihat Winters, Oligarchy,
35.
92
Winters memasukkan Soeharto ke dalam kategori oligark sul-
tanistik. Sebab, Presiden RI ke-2 itu sukses menjinakkan banyak oligark
lain di Indonesia untuk beberapa dekade. Akan tetapi, sistem hukum di
Indonesia tidak mampu mengendaliakn secara hukum oligark-oligark
bangsa selama periode demokrasi elektoral pascakejatuhan Soeharto
pada 1998. Menurut Winters, transisi Indonesia dari sistem otoritarian ke
demokrasi hanya mengubah oligarki jinak di bawah sultanistik ke oligar-
ki liar yang tidak bisa dikendalikan oleh penegakan hukum. Lihat
Winters, Oligarchy, 37.
93
Winters, Oligarchy, 15.
Ahmad Munjin 141
94
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 104.
95
Tihami, “Kiai dan Jawara,” 104.
96
Masaaki, “Rise of Realistic Islamist Party,” 236.
97
Masaaki, “Rise of Realistic Islamist Party,” 236.
142 Oligarki dan Demokrasi...
98
Winters, Oligarchy, 15.
99
Hamid, “Kiai in Banten,” 425.
100
Hamid, “Kiai in Banten,” 425.
101
Sudiarti Artati, “Perubahan Peran Ulama dalam Masyarakat
Serang: Studi Kasus Dua Pesantren di Kabupaten Serang, Banten, Jawa
Barat,” Tesis Magister Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia, 1988, 45.
Ahmad Munjin 143
102
Hamid, “Kiai in Banten,” 425-26.
103
Hamid, “Kiai in Banten,” 426.
104
Hamid, “Kiai in Banten,” 426.
144 Oligarki dan Demokrasi...
105
Artati, “Perubahan Peran Ulama,” 47.
106
Hamid, “Kiai in Banten,” 427.
107
Hamid, “Kiai in Banten,” 427.
Ahmad Munjin 145
108
Artati “Perubahan Peran Ulama,” 52.
109
M.A. Tihami, ed., Refleksi Pemikiran Fiqh: Mensyukuri 70
Tahun Prof. K.H. Abdul Wahab Affif, M.A. (Serang: Sengpho Founda-
tion, 2006), 25 dan 158.
146 Oligarki dan Demokrasi...
110
M. Dien Syamsuddin, Islam dan Politik Era Orde Baru
(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), 52.
111
Hamid, “Kiai in Banten,” 428-29.
112
Hamid, “Kiai in Banten,” 429.
113
Hamid, “Kiai in Banten,” 429.
114
Winters, Oligarchy, 15.
Ahmad Munjin 147
115
Hamid, “Kiai in Banten,” 429-30.
116
Hamid, “Kiai in Banten,” 430.
117
Mohamad Hudaeri, et al., “Studi tentang Kharisma Kiai dan
Jawara di Banten,” Laporan Penelitian Departemen Agama, 2007, 71.
148 Oligarki dan Demokrasi...
118
Murtadho Dimyati, Manakib Abuya Cidahu dalam Pesona
Langkah di Dua Alam (Pandeglang: Tanpa Nama Penerbit, 2008), 192-
198.
119
Hamid, “Kiai in Banten,” 430-31.
120
Hamid, “Kiai in Banten,” 431.
121
Hamid, “Kiai in Banten,” 431.
Ahmad Munjin 149
122
Irsjad Djuwaeli, Membawa Mathla‘ul Anwar ke Abad XXI
(Jakarta: Pengurus Besar Mathla‘ul Anwar, 1997), 30.
123
Dindin Nurul Rosidin, “Quo Vadis Mathla‘ul Anwar,” Maka-
lah disampaikan pada Rapat Kerja Nasional Mathla‘ul Anwar di Batam,
2007.
124
Djuwaeli, Membawa Mathla’ul Anwar, 31.
150 Oligarki dan Demokrasi...
128
Hamid, “Kiai in Banten,” 440
152 Oligarki dan Demokrasi...
132
Nurmulia Rekso Purnomo, “Kisah Tokoh Silat yang Jadi
Tangan Kanan Chasan Sochib,” Tribunnews.com dirilis pada Jumat, 18
Oktober 2013, diakses pada Senin, 22 Agustus 2016, http://www.tribun
news.com/nasional/2013/10/18/kisah-tokoh-silat-yang-jadi-tangan-
kanan-chasan-sochib.
Ahmad Munjin 159
133
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 118-19.
134
Syarif Hidayat, “Shadow State? Business and Politics in the
Province of Banten,” dalam Renegotiating Boundaries: Local Politic in
post-Suharto Indonesia, ed. Henk Schulte Nordholt dan Gerry van Klin-
ken (Leiden: KITLV Press, 2007), 203-24.
135
Agustino, “Dinasti Politik,” 109.
136
Daromir Antonovych Rudnyckyj, “Islamic Ethics and Spiri-
tual Economy in Contemporary Indonesia” (Disertasi Ph.D., Universitas
California, Berkeley, 2006), 70.
137
Masaaki memberikan gambaran singkat tentang kehidupan
Chasan Sohib. Lihat Okamoto Masaaki, “Local Politics in Decentralized
Indonesia: The Governor General of Banten Province,” IIAS Newsletter
34 (2004): 23.
160 Oligarki dan Demokrasi...
138
Nurmulia Rekso Purnomo, “Kondisi Kantor Perusahaan Milik
Chasan Sochib Kini,” Tribunnews.com, dirilis Jumat, 18 Oktober 2013,
diakses 22 Agustus 2016, http://www. tribunnews.com/nasional/2013/
10/18/kondisi-kantor-perusahaan-milik-chasan-sochib-kini.
139
Rudnyckyj, “Islamic Ethics,” 70-71.
Ahmad Munjin 161
140
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, “Dinasti Tb. Chasan
Sochib: Gubernur Jenderal dari Banten,” Konstelasi, Edisi ke-31 April
2011. Artikel diakses 6 Juli 2013, dari http://www.p2d.org/index.php/
kon/52-31-april-2011/273-dinasti-h-tb-chasan-sochib--gubernur-jenderal-
dari-banten.html.
141
Agustino, “Dinasti Politik,” 109.
162 Oligarki dan Demokrasi...
142
Mancur Olson, “Dictatorship, Democracy, and Development,”
The American Political Science Review 87, no. 3 (September 1993): 568.
143
Anne O. Krueger, “The Political Economy of the Rent-
Seeking Society,” The American Economic Review 64, no. 3(Juni 1974):
291-303.
144
Hubungan patron-client (sebuah hubungan pertukaran antar
peran) adalah sebuah kasus khusus dalam ikatan dyadic (dua-orang) yang
melibatkan pertemanan instrumental secara luas di mana seorang indivi-
du dari status sosioekonomi yang lebih tinggi ( patron) menggunakan
pengaruh dan sumber dayanya untuk memberikan perlindungan atau ber-
bagai manfaat atau keduanya, terhadap seorang individu yang status
sosioekonominya lebih rendah (client). Pada gilirannya, client membe-
rikan imbalan dengan menawarkan dukungan dan bantuan secara umum,
termasuk pelayanan personal kepada patron. Dalam literatur antropologi,
patron-client berhubungan dengan beberapa istilah seperti clientelism,
dyadic contract, personal network, dan action-set. James C. Scott,
“Patron-Client Politics and Political Change in Southeast Asia,” The
American Political Science Review 66, no. 1 (Maret 1972): 92.
145
Agustino, “Dinasti Politik,” 109.
Ahmad Munjin 163
lopment Bank (ADB) dan Bank Dunia149 untuk jalan dan proyek-
proyek pembangunan pasar, seperti proyek konstruksi Pasar Rau
dan proyek-proyek pembangunan jalan di kabupaten Bekasi dan
kabupaten Karawang.150
Yang menarik, kesuksesan bisnisnya itu ditransformasikan
menjadi kekuasaan mobilisasi.Berdasarkan penuturan juru bicara
keluarga Ratu Atut Chosiyah, Tb. Chasan Sochib selalu mengada-
kan acara pertunjukan hiburan setelah memenangkan tender suatu
proyek konstruksi atau infrastruktur.151 Di antaranya adalah
jaipongan dan debus. Lalu, dia menyawer atau memberikan uang
kepada penari. Bukan hanya itu, dia bahkan membagikan uang
kepada semua orang yang terlibat dalam acara pertunjukan tradi-
sional tersebut. Kebanyakan orang mengira hal itu merupakan
persoalan jaipongan atau debus semata, padahal juga merupakan
urusan pemberdayaan. Pemberian uang kepada penari merupakan
pemberdayaan kearifan lokal. Begitu juga dengan pertunjukan
debus. Semua personelnya mendapatkan dana pemberdayaan
untuk seni lokal. Dana pemberdayaan mengalir ke semua orang
yang terlibat dalam acara tersebut—penari, pemasang banner,
umbul-umbul dan bendera, juru masak, para jawara pengatur
parkir, supir, dan pemasang panggung. Begitu juga dengan pihak
TNI sebagai pemilik tenda. Kalau ada 100 proyek yang dime-
nangkan tendernya, tenda tersebut otomatis akan terpakai 100 hari
untuk pesta—diantaranya pertunjukan debus dan jaipongan.
Apalagi, acara yang diadakan juga selalu dalam sekala besar.
Dengan demikian, jika Tb. Chasan Sochib memenangkan tender,
149
Max Lane, Decentralization and Its Discontents: An Essay on
Class, Political Agency and National Perspective in Indonesian Politics
[Iseas Monograph Series] (Singapura: Institute of Southeast Asian
Studies (Iseas), 2014), 64-65.
150
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 119.
151
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
Ahmad Munjin 165
152
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
153
Winters, Oligarchy, 15-18.
154
Burhanuddin Muhtadi, “Politik Uang dan Dinamika Elektoral
di Indonesia: Sebuah Kajian Awal Interaksi antara Indentitas Kepartaian
dan Patron-Klien,” Jurnal Penelitian Politik 10, no. 1 (Juni 2013): 42.
155
Empowerment is an inclusive process of encouraging, enab-
ling and developing the capability for self-sufficiency, self-dependence,
self-assertion and autonomy of the marginalised and disempowered gro-
ups (like women) or community (dalits/tribes) through consciousness-
raising, pro-active participation in public life and mobilisation for right
entitlements. Lihat Subhash Sharma, “The Dynamics of Women’s
Empowerment: A Critical Appraisal,” Social Change 47, no. 3 (Agustus
2017): 400.
166 Oligarki dan Demokrasi...
156
Guillermo O’Donnell, “Another Institutionalization: Latin
America and Elsewhere,” Working Paper #222 The Helen Kellogg Insti-
tute for International Studies (Maret 1996).
157
O’Donnell, “Another Institutionalization.” Lihat juga, Bur-
hanuddin Muhtadi, “Politik Uang dan Dinamika Elektoral di Indonesia:
Sebuah Kajian Awal Interaksi antara Indentitas Kepartaian dan Patron-
Klien,” Jurnal Penelitian Politik 10, no. 1 (Juni 2013): 45.
158
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, “Dinasti Tb. Chasan
Sochib.”
159
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 117-18.
160
Winters, Oligarchy, 35.
Ahmad Munjin 167
161
Bandingkan dengan Yuki Fukuoka yang menyebut Soeharto
sebagai rezim sultanistik (sultanistic regimes). Lihat Yuki Fukuoka,
“Oligarchy and Democracy in Post-Suharto Indonesia,” Political Studies
Review 11 ( 2013): 52-64.
162
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 117-18.
163
Winters, Oligarchy, 35.
168 Oligarki dan Demokrasi...
167
Agustino, “Dinasti Politik,” 109
168
Antons, et al., “Klan Chasan Diduga Punya Harta Seperempat
Triliun,” Tempo.co, dirilis pada Senin, 4 November 2013, diakses pada
Rabu, 24 Agustus 2016, http://haji.tempo .co/konten_berita/politik/2013/
11/04/526970/Klan-Chasan-Diduga-Punya-Harta-Ratusan-Miliar.
169
Hidayat, “Shadow State,” 219-20.
170 Oligarki dan Demokrasi...
170
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
Ahmad Munjin 171
171
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
172 Oligarki dan Demokrasi...
172
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
173
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
174
Agustino, “Dinasti Politik,” 110.
Ahmad Munjin 173
Sochib tidak terbatas pada jawara dan dunia bisnis. Modal sosial
dengan kekuasaan elitenya semakin kuat karena Sochib merupa-
kan pendiri sebuah universitas swasta dan museum Banten. Sochib
juga merupakan kepala Generasi ’45 cabang Serang, sebuah ko-
mite yang mewadahi para mantan anggota angkatan kemerdekaan
Indonesia.175
Keluarga besar Chasan Sochib, sebagaimana diduga
Tempo, memiliki harta kekayaan seperempat triliun176 yang men-
definisikan mereka sebagai satu keluarga oligark. Definisi tersebut
merupakan hasil dari Indeks Kekuasaan Material (Material Power
Index) yang perhitungannya adalah total kekayaan keluarga
Chasan Sochib dibagi rata-rata income per kapita yang dalam
konteks masyarakat Banten direpresentasikan oleh data PDRB per
kapita. Dengan demikian, indeks kekuasaan material keluarga
Chasan Sochib adalah 6.355 kali. Di atas semua itu, di bawah ini,
peneliti memberikan table yang mengambarkan profil kekuasaan
Chasan Sochib baik sebagai elite maupun oligark.
Tabel 3.4. Sumber Daya Kekuasaan Tubagus Chasan Sochib pada
Era Orde Baru
Sumber Daya Kekuasaan
No.
Elite Material (Oligarkis)
(1) (2) (3)
Ketua Persatuan Pendekar
Persilatan dan Seni Budaya
1 Asosiasi Bisnis
Banten (PPPSBB) (jabatan
resmi)
Ketua Kamar Dagang dan
Ketua Wushu Indonesia
2 Industri (Kadin) (jabatan resmi,
Banten (jabatan resmi)
kekuasaan material)
Ketua Gabungan Pengusaha
Ketua Satkar Ulama Banten Konstruksi Nasional Indonesia
3
(jabatan resmi) (Gapensindo) Banten (jabatan
resmi, kekuasaan material)
175
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 118.
176
Antons, et al., “Klan Chasan.”
174 Oligarki dan Demokrasi...
177
Winters, Oligarchy, 15.
178
Winters, Oligarchy, 13.
179
Pada tahun 2004 pemilihan umum telah dilaksanakan secara
langsung di Indonesia yang diikuti oleh berbagai partai politik dalam
Ahmad Munjin 177
pemilihan presiden dan wakil presiden, DPR dan DPD serta pemilihan
kepala daerah di Indonesia. Dalam pemilihan presiden dan wakil presi-
den, telah dijelaskan dalam UUD 1945 pasal 6A ayat 1, “Presiden dan
wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat”.
Tersosialisasinya pasal 6A ayat 1 UUD 1945 ini baru pada waktu
pemilihan presiden tahun 2004 sekagus pemilihan legislatif untuk tingkat
pusat. Di samping pemilihan presiden secara langsung, juga berlaku
dalam pemilihan kepala daerah. Ini didukung oleh undang-undang otono-
mi daerah nomor 32 tahun 2004 pasal 24 ayat 5 yang berbunyi, “Kepala
daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan secara lang-
sung oleh rakyat di daerah yang bersangkutan”. Sebelum timbulnya pasal
24 ayat 5 ini, proses pemilihan kepala daerah diatur berdasarkan undang-
undang nomor 22 tahun 1999 jo No. 151 tahun 2000 tentang cara pemili-
han, pengesahan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala
daerah secara prosedural kewenangan masih berada di tangan anggota
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Lihat Artis, “Eksistensi
Partai Politik,” 74-75.
180
Hamid,“Kiai in Banten,” 425-429.
178 Oligarki dan Demokrasi...
181
Hamid, “Kiai in Banten,” 432-433.
182
Winters, Oligarchy, 13-14.
183
Winters, Oligarchy, 18.
184
Hamid, “Kiai in Banten,” 433.
185
Winters, Oligarchy, 13-14.
Ahmad Munjin 179
186
Rahmatullah, “Peran Kiai dalam Pilkada Kabupaten Pandeg-
lang,” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Mahasiswa Pasca-
sarjana, Universitas Gadjah Mada (UGM), 2008), 15.
187
Winters, Oligarchy, 15.
180 Oligarki dan Demokrasi...
188
Hamid, “Kiai in Banten,” 434.
189
Hamid, “Kiai in Banten,” 434.
190
Winters, Oligarchy, 15.
191
Winters, Oligarchy, 18.
192
Winters, Oligarchy, 18.
Ahmad Munjin 181
berasal dari luar Banten sehingga tidak memiliki hak suara dalam
suksesi kepemimpinan di Banten.193
Itulah kenyataan bagaimana kiai pascaera Orde Baru yang
berhenti menjadi broker budaya atau pembangkit perubahan
sosial, dan berubah haluan menjadi broker politik. Kondisi ini
terutama karena pesantren dan kiai lemah secara ekonomi. Jumlah
santri yang belajar di pesantren, khususnya pesantren Salafi me-
ngalami penurunan. Mereka tidak bisa bersaing dengan pendidikan
modern yang memberikan pengetahuan dan kecakapan yang
dibutuhkan dalam kehidupan modern. Akibatnya, pesantren men-
jadi punya ketergantungan sebagai institusi pendidikan, baik
dalam pengertian kurikulum maupun pendanaan mereka.194
193
Hamid, “Kiai in Banten,” 434-35.
194
Hamid, “Kiai in Banten,” 435.
195
Tb. Iman Ariyadi, “Kiai dan Jawara dalam Politik Banten,”
Gatra, 6 November 2013,25.
182 Oligarki dan Demokrasi...
199
Winters, Oligarchy, 18.
200
Hamid, “Kiai in Banten,” 436.
201
Endang Turmudi, Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan
(Yogyakarta: LKIS, 2003).
202
Hamid, “Kiai in Banten,” 436.
203
Winters, Oligarchy, 15.
204
Hamid, “Kiai in Banten,” 436-437.
184 Oligarki dan Demokrasi...
205
Winters, Oligarchy, 15.
206
Hamid, “Kiai in Banten,” 437.
207
Winters, Oligarchy, 15.
208
Winters, Oligarchy, 18.
209
Winters, Oligarchy, 15.
210
Winters, Oligarchy, 18.
211
Hamid, “Kiai in Banten,” 437.
212
Hamid, “Kiai in Banten,” 437.
Ahmad Munjin 185
213
Tb. Iman Ariyadi, “Peran Kiai dalam Pemilihan Gubernur
Provinsi Banten 2011” (Disertasi doktor Unitversitas Indonesia, 2014).
214
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
186 Oligarki dan Demokrasi...
Jadi, tidak semua kiai terkooptasi oleh Tb. Chasan Sochib dan
klannya.Di awal-awal, Embay juga memang merupakan kaki
tangan Tb. Chasan Sochib dan terlibat banyak proyeknya. Akan
tetapi, setelah melihat gejalanya tidak sehat seperti terjadi korupsi
luar biasa di era Sochib, Embay mundur dan jelas terang-terangan
melawan dinasti. Perlawanan ini dibuktikan ketikda dia menjadi
calon wakil gubenur berpasangan dengan Rano Karno pada Pilgub
2017 untuk melawan dinasti, meski pada akhirnya kalah. Perlawa-
nan itu sudah lama dilakukan.215
Selain perlawanan dari Embay, ada juga kiai lain yang
justru militan dan bahkan mengharamkan perempuan menjadi
imam (gubernur).216 Dengan demikian, tidak semua kiai masuk
pada dunia politik di mana kiai melakukan barter kekuasaan
mobilisasinya dengan kekuasaan material217 para politikus dari
klan Ratu Atut Chosiyah. Menurut Hamid, Kiai Munfasir di
Ciomas adalah salah satu kiai di Banten yang tetap tidak tertarik
dengan politik. Dia tinggal di sebuah kehidupan yang terisolasi
dari pengaruh hiruk-pikuk kepentingan politik dengan berbagai
sumber daya kekuasaannya baik sebagai elite maupun oligarki.
Kiai ini terisolasi di pesantrennya, Cipulus, Ciomas, Banten.
Pesantrennya merupakan rumah bagi sedikit santri saja. Mereka
yang berminat belajar di situ tidak diizinkan memakan apapun
dari luar pesantren. Mereka cukup makan nasi, ikan, dan buah-
buahan seperti pisang dan papaya yang tumbuh di pesantren
tersebut.218
215
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
216
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
217
Winters, Oligarchy, 18.
218
Hamid, “Kiai in Banten,” 437.
Ahmad Munjin 187
219
Winters, Oligarchy, 15.
220
Winters, Oligarchy, 15.
221
Winters, Oligarchy, 15.
222
Hamid, “Kiai in Banten,” 437-38.
223
Winters, Oligarchy, 15.
224
Winters, Oligarchy, 13-14.
225
Hamid, “Kiai in Banten,” 438.
188 Oligarki dan Demokrasi...
226
Hamid, “Kiai in Banten,” 438.
227
Winters, Oligarchy, 15.
228
Winters, Oligarchy, 18.
229
Hamid, “Kiai in Banten,” 440
230
Winters, Oligarchy, 15.
231
Winters, Oligarchy, 18.
232
Hamid, “Kiai in Banten,” 440
Ahmad Munjin 189
233
Hamid, “Kiai in Banten,” 438.
234
Winters, Oligarchy, 18.
235
Hamid, “Kiai in Banten,” 438.
190 Oligarki dan Demokrasi...
236
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 118-19.
237
Richard Robison dan Vedi R. Hadiz, Reorganising Power in
Indonesia: The Politics of Oligarchy in an Age of Market (London dan
New York: Routledge Curzon, 2004), 223.
238
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, “Dinasti Tb. Chasan
Sochib.”
239
Winters, Oligarchy, 18.
240
Winters, Oligarchy, 15.
241
Asrori S. Karni dan Gandi Achmad, “Ujung Tanduk Dinasti
Atut,” Gatra, 16 Oktober 2013, 26.
Ahmad Munjin 191
242
Winters, Oligarchy, 35.
243
Rakhmatulloh, “Harta Berlimpah, Keluarga Atut Klaim Wari-
san Ayahnya,” Sindonews.com, Sabtu, 12 Oktober 2013, diakses pada
Kamis, 3 November 2016, http://nasional.sindonews.com/read/793800/
13/harta-berlimpah-keluarga-atut-klaim-warisan-ayahnya-1381564726.
244
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, “Dinasti Tb. Chasan
Sochib.”
245
Winters, Oligarchy, 18.
246
Winters, Oligarchy, 13-14.
192 Oligarki dan Demokrasi...
247
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, “Dinasti Tb. Chasan
Sochib.”
248
Winters, Oligarchy, 35.
249
Okamoto Masaaki, “Local Politics in Decentralized Indone-
sia: The Governor General of Banten Province,” IIAS Newsletter 34 (Juli
2004): 23.
250
Winters, Oligarchy, 15.
251
Hamid, “Kiai in Banten,” 438-39.
Ahmad Munjin 193
252
Hamid, “Kiai in Banten,” 439.
253
Winters, Oligarchy, 18.
254
Winters, Oligarchy, 15.
255
Winters, Oligarchy, 15.
256
Mengacu pada Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 18 Tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/
Jasa Instansi Pemerintah khususnya pada pasal 12 ayat 2, pengadaan ba-
rang/jasa pemborongan dan jasa lainnya dilaksanakan melalui: (a) Pelela-
ngan, yaitu serangkaian kegiatan untuk menyediakan kebutuhan barang/
jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat di antara penyedia
barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan
tata cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak
yang terkait secara taat azas sehingga terpilih penyedia jasa terbaik; (b)
Pemilihan langsung, yaitu jika cara pelelangan sulit dilaksanakan atau
tidak menjamin pencapaian sasaran, dilaksanakan dengan cara memban-
dingkan penawaran dari beberapa penyedia barang/jasa yang memenuhi
syarat melalui permintaan harga ulang (price quotation) atau permintaan
194 Oligarki dan Demokrasi...
teknis dan harga serta dilakukan negosiasi secara bersaing, baik dila-
kukan untuk teknis maupun harga, sehingga diperoleh harga yang wajar
dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Lihat juga Hidayat,
“Shadow State,” 218.
257
Winters, Oligarchy, 15.
258
Winters, Oligarchy, 18.
259
Winters, Oligarchy, 15.
260
Winters, Oligarchy, 18.
261
Winters, Oligarchy, 15.
262
Hidayat, “Shadow State,” 219.
263
Winters, Oligarchy, 18.
Ahmad Munjin 195
264
Hidayat, “Shadow State,” 219.
265
Hidayat, “Shadow State,” 219-20.
196 Oligarki dan Demokrasi...
270
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
271
Winters, Oligarchy, 15.
272
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menyatakan, “Hasil audit
mengungkapkan 14 temuan dengan nilai Rp24,207.67 juta untuk tahun
anggaran 2002 (sampai Oktober), yang dikategorikan menjadi indikasi
kerugian daerah atau negara sebesar Rp5,497.46 juta, tergerusnya penda-
patan daerah atau negara sebesar Rp 333.330.000, pemborosan
Rp10,191.02 juta, inefektivitas Rp8,09.81 juta, dan lain-lain sebesar
Rp94.050.000.” Lihat audit dokumen untuk semester kedua Tahun Ang-
garan 2002, halaman 1-2, BPK.
Ahmad Munjin 199
273
Dalam menyajikan Catatan Akhir Fraksi ABK, pemimpin
fraksi menyatakan, “Kami juga ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua anggota masyarakat Banten, seperti yang kita semua berbagi per-
sepsi yang sama tentang premanisme proyek. Hanya dengan merobek
keluar praktik menjijikkan ini dengan akar-akarnya dapat perjalanan pro-
vinsi tercinta terhadap pengembangan lanjutkan seperti yang diingin-
kan. Selama perilaku premanisme proyek ini terus berlanjut, tidak peduli
seberapa besar anggaran yang dialokasikan untuk mengembangkan pro-
vinsi kita tercinta, hasil tidak akan pernah mencapai target. Orang-orang
dari Banten tidak akan pernah bisa menikmati kemajuan dan kemakmu-
ran sejati. Praktik premanisme proyek ini adalah bentuk korupsi, kolusi,
dan nepotisme (KKN), dan memberantas mereka harus menjadi prioritas
pertama dalam era reformasi ini. Hanya dengan ketulusan dan keberanian
dari semua pihak akan kita dapat benar-benar menghilangkan praktek-
praktek kotor.” Lihat juga Hidayat, “Shadow State,” 221.
274
Hidayat, “Shadow State,” 221.
200 Oligarki dan Demokrasi...
275
Menurut Sochib, pernyataan Fraksi ABK tentang premanisme
proyek bukan hanya akan memecah belah masyarakat tapi juga akan me-
rusak budaya relijius masyarakat Banten. Tuduhan mendasar semacam
ini hanya akan menimbulkan fitnah, ketidakadilan, dan pembunuhan cha-
risma dan tujuan-tujuan masyarakat Banten. Para anggota dewan terse-
but (yang mengeluarkan pernyataan itu) tidak layak menjabat sebagai
wakil rakyat. Sebenarnya, jika terdapat kekurangan dalam pelaksanaan
pembangunan di Banten, (ini bisa) bisa ditingkatkan secara kolektif, dan
apabila terdapat beberapa penyimpangan, bisa diluruskan melalui konsul-
tasi. Lihat Hidayat, “Shadow State,” 221-22.
276
Winters, Oligarchy, 15.
277
Winters, Oligarchy, 15.
278
Fajar Banten, 28-8-2003. Lihat juga Hidayat, “Shadow
State,” 222.
Ahmad Munjin 201
279
“Kami ingin meminta kepada para anggota dewan, khususnya
anggota dewan dari Fraksi ABK, untuk menunjuk langsung siapa mereka
yang dimaksud sebagai pemeras (proyek). Saya melihat sesuatu yang
sangat klasik di sini: maling teriak maling. […] Kami punya bukti bahwa
orang tertentu di badan legislatif (anggota-anggota DPRD Provinsi Ban-
ten) telah meminta proyek-proyek dari pimpinan proyek atau dari aso-
siasi-asosiasi dan organisasi-organisasi professional.” (Fajar Banten, 3-9-
2003). Lihat Hidayat, “Shadow State,” 222.
280
Winters, Oligarchy, 15.
281
Hidayat, “Shadow State,” 222-23.
202 Oligarki dan Demokrasi...
282
Winters, Oligarchy, 15.
283
Hidayat, “Shadow State,” 223.
284
Winters, Oligarchy, 13-14.
285
Fajar Banten5-9-2003. Hidayat, “Shadow State,” 223.
286
Winters, Oligarchy, 18.
287
Fajar Banten, 8-9-2003. Hidayat, “Shadow State,” 223.
Ahmad Munjin 203
291
Hidayat, “Shadow State,” 224.
292
Winters, Oligarchy, 15.
293
Winters, Oligarchy, 18.
294
Winters, Oligarchy, 15.
295
Hidayat, “Shadow State,” 224.
296
William Reno, Corruption and State Politics in Sierra Leone
(Cambridge/New York: Cambridge University Press, 1995), 1. Banding-
kan dengan Sahr John Kpundeh, Politics and Corruption in Africa: A
Case Study of Sierra Leone (Lanham, Md.: University Press of America,
1995). Lihat juga Daniel A. Smith, ulasan tentang Corruption and State
Ahmad Munjin 205
Politics in Sierra Leone, William Reno dan ulasan tentang Politics and
Corruption in Africa: A Case Study of Sieara Leone , Sahr John Kpundeh,
Africa Today 44, no. 3 (Juli-September 1997): 362-65.
297
Winters, Oligarchy, 15.
298
Winters, Oligarchy, 15.
299
Winters, Oligarchy, 18.
300
Hidayat, “Shadow State,” 224.
206 Oligarki dan Demokrasi...
301
Reno, Corruption and State Politics, 1.
302
Masaaki, “Local Politics,” 23.
Ahmad Munjin 207
Bab IV
JAWARA DAN SUMBER DAYA
KEKUASAAN MATERIAL
DI BANTEN
1
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000
tentang Pembentukan Provinsi Banten.
218 Oligarki dan Demokrasi...
6
Okamoto Masaaki dan Abdul Hamid. “Jawara in Power, 1999-
2007.” Indonesia 86 (2008): 113.
7
Quinn, “Coming Apart,” 166.
8
Masaaki dan Hamid. “Jawara in Power,” 113.
9
George Quinn, “Coming Apart and Staying Together at the
Centre: Debates Over Provincial Status in Java and Madura,” dalam
Local Power and Politics in Indonesia: Decentralication and Democrati-
sation, eds. Edward Aspinall and Greg Fealy (Pasir Panjang, Singapura:
Institute of Southeast Asian Studies (Iseas), 2003), 164-5.
10
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Provinsi Banten
dalam Angka 2016 (Serang: BPS Provinsi Banten, 2016), 57.
220 Oligarki dan Demokrasi...
Pada 2016, penduduk Banten berjumlah 12,2 juta jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk 2010-2016 sebesar 1,88% dan 2015-2016
di level 2,07%.11
Provinsi ini, pada mulanya, terdiri dari empat kabupaten,
yakni Tangerang, Serang, Lebak, dan Pandeglang serta dua peme-
rintahan kota yang otonom, yaitu Tangerang dan Cilegon.12Pada
tanggal 2 November 2007, Serang kemudian ditetapkan sebagai
kota yang otonom13 yang semula merupakan bagian dari wilayah
Kabupaten Serang. Pada tanggal 29 Oktober 2008, Kota Tange-
rang Selatanjugadiresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Mardi-
yanto14 (lihat Gambar 4.1.).
11
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Provinsi Banten
dalam Angka 2017 (Serang: BPS Provinsi Banten, 2017), 61.
12
Quinn, “Coming Apart,” 164-5.
13
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2007
tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten.
14
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2008
tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan di Provinsi Banten.
Ahmad Munjin 221
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, Provinsi Banten dalam Angka
2016, (Serang: BPS Provinsi Banten, 2016), iii.
15
Quinn, “Coming Apart,” 166.
16
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 113-14.
17
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 113-14.
18
Quinn, “Coming Apart,” 166.
19
Winters, Oligarchy, 18.
20
Quinn, “Coming Apart,” 165.
21
Quinn, “Coming Apart,” 165.
22
Jeffrey A. Winters, Oligarchy (New York: Cambridge Univer-
sity Press, 2011), 18.
222 Oligarki dan Demokrasi...
23
Winters, Oligarchy, 18.
24
Quinn, “Coming Apart,” 165.
25
Syarif Hidayat, “Shadow State? Business and Politics in the
Province of Banten,” dalam Renegotiating Boundaries: Local Politicss in
post-Suharto Indonesia, eds. Henk Schulte Nordholt dan Gerry van
Klinken (Leiden: KITLV Press, 2007), 206.
Ahmad Munjin 223
26
Khatib Mansur, Perjuangan Rakyat Banten menuju Provinsi
(Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2001), 531.
27
Lihat Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
28
Mansur, Perjuangan Rakyat Banten, 166-7.
29
Hidayat, “Shadow State,” 206.
224 Oligarki dan Demokrasi...
30
E. Gobee, Sumitro dan Ranneft, “The Bantam Report,” dalam
Harry J. Benda dan Ruth T. McVey (Eds.), The Communist Uprisings of
1926-1927 in Indonesia: Key Documents (Ithaca: Cornell University,
1960), 22 seperti dikutip Quinn, “Coming Apart,” 165.
31
Quinn, “Coming Apart,” 165.
32
Quinn, “Coming Apart,” 165.
33
Hidayat, “Shadow State,” 206.
Ahmad Munjin 225
34
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 119.
35
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 119.
36
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 119.
226 Oligarki dan Demokrasi...
37
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 119.
38
Quinn, “Coming Apart,” 165.
39
Hidayat, “Shadow State,” 206.
Ahmad Munjin 227
40
Quinn, “Coming Apart,” 166.
41
Quinn, “Coming Apart,” 166.
42
Lihat juga Claude Guillot, “Urban Patterns and Polities in
Malay Trading Cities, Fifteenth through Seventeenth Centuries,” Indo-
nesia 80 (Oktober 2005): 39-51.
43
Quinn, “Coming Apart,” 166. Lihat juga, Guillot, 1990.
44
Lihat juga Andi M. Faisal Bakti, “Islam and Nation Formation
in Indonesia” (Tesis Master of Arts (M.A.), the Faculty of Graduate
Studies and Research, Institute of Islamic Studies, McGill University,
1993), 11.
228 Oligarki dan Demokrasi...
45
Quinn, “Coming Apart,” 166.
46
Sartono Kartodirjo, Modern Indonesia, Tradition and Trans-
formation: A Socio-Historical Perspective (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1984), 204.
47
Quinn, “Coming Apart,” 166-7.
48
Quinn, “Coming Apart,” 167.
49
Quinn, “Coming Apart,” 167.
Ahmad Munjin 229
50
Quinn, “Coming Apart,” 167.
230 Oligarki dan Demokrasi...
51
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
52
Carl Joachim Friedrich, “Oligarchy,” dalam Encylopaedia of
the Social Sciences, volume XI-XII, ed. Edwin R.A. Seligman (New
York: The Macmillan Company, 1937),463.
53
Jeffrey A. Winters dan Benjamin I. Page, “Oligarchy in the
United States?” Perspectives on Politics 7 (2009): 732.
54
Winters dan Page, “Oligarchy in the United States?” 732.
55
Friedrich, “Oligarchy,” 464.
56
Jeffreys A. Winters, “Oligarchy and Democracy in Indonesia,”
Indonesia 96 (Oktober 2013): 12.
57
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 744.
Ahmad Munjin 233
58
Jeffrey A. Winters, Oligarchy (New York: Cambridge Univer-
sity Press, 2011), 7.
234 Oligarki dan Demokrasi...
duk sekitar hanya menjadi karyawan dan itu pun tergantung pada
level posisi dari karyawan tersebut. Industri memang memilik
multiflier effect ke Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
atau akomodasi bagi masyarakat setempat tapi tidak signifikan
jika dibandingkan dengan surplus yang didapat oleh perusahaan
induknya di luar negeri.59 Grafik 4.1 menunjukkan tren pertum-
buhan ekonomi Banten sejak berdiri sebagai provinsi pada tahun
2000 hingga tahun 2016. Lalu, pertumbuhan daerah tersebut
dibandingkan dengan tren pertumbuhan ekonomi nasional dalam
rentang tahun yang sama.
Sumber: Data diolah dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten
dan Berita Resmi Statistik BPS Pusat.
Dari Grafik 4.1. terlihat bahwa sejak berdiri sebagai pro-
vinsi pada tahun 2000 hingga 2016, pertumbuhan ekonomi Banten
mengalami tren kenaikan seiring dengan pertumbuhan ekonomi
59
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Neraca
Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
Ahmad Munjin 235
60
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Provinsi Banten
dalam Angka 2017 (Serang: BPS Provinsi Banten, 2017), 448.
61
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Provinsi Banten
dalam Angka 2016 (Serang: BPS Provinsi Banten, 2016), 440.
62
BPS, Banten dalam Angka 2016, 440.
63
BPS, Banten dalam Angka 2016, 440.
64
BPS, Banten dalam Angka 2017, 448.
236 Oligarki dan Demokrasi...
500
400
100
0
2012 2013 2014 2015* 2016**
65
BPS, Banten dalam Angka 2016, 440.
66
BPS Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2017, 448-453 dan
BPS Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2016, 440-445.
67
BPS, Banten dalam Angka 2016, 443 dan 445.
68
BPS, Banten dalam Angka 2017, 451 dan 453.
Ahmad Munjin 237
74
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
75
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Neraca
Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
76
Winters, Oligarchy, 7.
Ahmad Munjin 239
Indeks Gini
2002 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber: Diolah dari data Gini Coefisien Ratio Badan Pusat Statistik
(BPS) Provinsi Banten.
80
Kab. Serang
60
Kota Tangerang
40 Selatan
20 Kota Serang
0 Kab. Lebak
2012 2013 2014 2015* 2016*
79
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Neraca
Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
80
Winters, Oligarchy, 7.
242 Oligarki dan Demokrasi...
81
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Neraca
Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
82
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Neraca
Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
Ahmad Munjin 243
80
Kab. Lebak
70
60 Kab. Tangerang
50
40 Kab. Serang
30
Kota Tangerang
20
10 Kota Cilegon
0
2012 2013 2014 2015 2016
83
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Neraca
Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
244 Oligarki dan Demokrasi...
12 Kota Serang
10
Kota Cilegon
8
6 Kota Tangerang
4
2 Kab. Serang
0
Kab. Tangerang
2013 2014 2015 2016
84
Winters, Oligarchy, 18-20.
85
Winters, Oligarchy, 7.
Ahmad Munjin 245
86
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Neraca
Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
246 Oligarki dan Demokrasi...
200
150
100
2014
50 2015
0 2016
87
Winters, Oligarchy, 18-20.
Ahmad Munjin 247
88
Winters, Oligarchy, 18-20.
248 Oligarki dan Demokrasi...
89
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Neraca
Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
90
Winters, Oligarchy, 18-20.
91
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Neraca
Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
Ahmad Munjin 249
92
Winters, Oligarchy, 7.
250 Oligarki dan Demokrasi...
80
60
40
20 IDI Banten
0
2009
2010
2011
2012
2013
2014
2015
2016
93
Klasifikasi tingkat demokrasi dikelompokkan menjadi tiga
kategori, yakni “baik” (indeks › 80), “sedang” (indeks 60-80), dan
“buruk” (indeks ‹ 60). Lihat BPS Provinsi Banten, “Indeks Demokrasi
Indonesia (Idi) Banten 2016,” Berita Resmi Statistik Provinsi Banten,
No. 54/09/36/Th.XI, 14 September 2017, 1.
252 Oligarki dan Demokrasi...
94
BPS Provinsi Banten, “Indeks Demokrasi Indonesia (IDI) Ban-
ten 2016,” Berita Resmi Statistik Provinsi Banten, No. 54/09/36/Th.XI,
14 September 2017, 1.
95
BPS Provinsi Banten, “Indeks Demokrasi Indonesia (Idi)
Banten 2016,” Berita Resmi Statistik Provinsi Banten, No. 54/09/36/
Th.XI, 14 September 2017, 1.
96
Winters, Oligarchy, 39.
97
Winters, Oligarchy, 39.
Ahmad Munjin 253
98
Abdul Hamid, “The Kiai in Banten: Shifting Roles in Cha-
nging Times,” dalam Islam in Contention: Rethinking Islam and State in
Indonesia, eds. Ota Atsushi, Okamoto Masaaki, dan Ahmad Suaedy
(Jakarta: Wahid Institute, Kyoto: Center for Southeast Asian Studies
(CSEAS), Taiwan: Center for Asia-Pacific Area Studies (CAPAS),
2010), 438.
99
PDB menurut pengeluaran mengalami perubahan klasifikasi di
mana pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah
Tangga (LNPRT) yang sebelumnya termasuk bagian dari pengeluaran
konsumsi rumah tangga menjadi komponen terpisah. Oleh karena itu,
klasifikasi PDB menurut pengeluaran dirinci menjadi 7 komponen, yaitu
komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran konsumsi
LNPRT, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
bruto, perubahan inventori, ekspor barang dan jasa, dan impor barang dan
jasa. Lihat BPS Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2017, 443.
100
Winters, Oligarchy, 18-20.
101
BPS Provinsi Banten, Banten dalam Angka 2017, 450.
102
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
254 Oligarki dan Demokrasi...
103
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
104
Winters, Oligarchy, 18-20.
105
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
Ahmad Munjin 255
106
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
107
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
256 Oligarki dan Demokrasi...
(MUI). Dari sisi fatwa dan sertifikat halal, peran dan fungsi kiai
dalam industri penting dan dominan 100%.108
Biaya sertifikat-sertifikat termasuk sertifikat halal dari
MUI merupakan fixed investasi yang difaktorkan ke dalam
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dalam PDRB. Sebab,
untuk menerbitkan suatu sertifikat yang berpengaruh dalam faktor
produksi dan distribusi sebuah industri otomatis membutuhkan
biaya riset. Sebagai contoh, industri kayu di Banten tidak bisa
melakukan ekspor ke Amerika Serikat jika tidak memiliki sertifi-
kat bahwa kayu tersebut merupakan hasil tanaman industri.
Sertifikat halal merupakan salah satu di antaranya. Begitu juga
dengan makanan yang tidak bisa dijual bebas tanpa sertifikat halal
dari MUI.109 Jadi, secara makroekonomi, nilai seorang kiai lebih
besar dibandingkan jawara. Dengan jumlah ribuan pondok pesan-
tren, secara ekonomi peran kiai sangat sentral. Akan tetapi, karena
bersifat makro nilai ekonomi pondok pesantren secara kelemba-
gaan tidak bisa diklaim sebagai nilai ekonomi kiai sebagai pribadi
dalam perhitungan mikro.110
Jika dihitung secara mikro sumber daya seorang jawara
terntu lebih besar dibandingkan kiai. Dalam konteks ini jawara
diperhitungkan sebagai individu, seperti yang direpresentasikan
oleh keluarga jawara Chasan Sochib yang menyandang status
ganda sebagai jawara-pengusaha, bukan jawara pada umumnya.
Jawara-pengusaha memiliki sumber daya materal yang kuat
karena menguasai sektor konstruksi, sebagai pemilik. Meskipun,
fungsi jawara di konstruksi itu tetap berawal dari jawara sebagai
108
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
109
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
110
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
Ahmad Munjin 257
111
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi
Neraca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di
Serang, Senin, 30 Oktober 2017.
112
Winters, Oligarchy, 18-20.
113
Winters, Oligarchy, 15-18.
114
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
115
Hamid, “Kiai in Banten,” 421.
116
Bagian Perencanaan dan DataSetditjen Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia, “Daftar Jumlah Santri dan
Nama Kyai Tahun 2008/2009.”
258 Oligarki dan Demokrasi...
117
Winters, Oligarchy, 15-18.
118
Winters, Oligarchy, 15-18.
119
Winters, Oligarchy, 15-18.
120
Leo Agustino, “Dinasti Politik Pascaotonomi Orde Baru:
Pengalaman Banten,” Prisma: Majalah Pemikiran Sosial Ekonomi29, No.
3 (Juli 2010): 110.
121
Winters, Oligarchy, 18-20.
122
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, di Serang,
Senin, 30 Oktober 2017.
123
Winters, Oligarchy, 15-18.
124
Winters, Oligarchy, 18-20.
Ahmad Munjin 259
125
Friedrich, “Oligarchy,” 463.
260 Oligarki dan Demokrasi...
126
Winters, Oligarchy, 11-20.
127
Winters, Oligarchy, 15.
128
Richard Robison dan Vedi R. Hadiz, Reorganising Power in
Indonesia: The Politic of Oligarchy in an Age of Markets (London:
Routledge Curzon, 2004), xii.
129
Winters, Oligarchy, 281.
130
Rakhmatullah, “Harta Berlimpah, Keluarga Atut Klaim
Warisan Ayahnya,” Sindonews.com, Sabtu, 12 Oktober 2013, diakses 24
Ahmad Munjin 261
Bambang Saepullah
Tubagus Bambang
Ratna Komalasari** (Istri
Chaeruman
Keenam, Menikah 8 April
1991)
Ratu Aeliya Nurchayati
* Pewaris resmi Tubagus Chasan Sochib yang menduduki jabatan politik dan
sudah memberikan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara
(LHKPN) kepada KPK.
** Pewaris resmi Tubagus Chasan Sochib yang menduduki jabatan politik tapi
belum memberikan LHKPN kepada KPK.Sumber: Diolah dari Direktori Pu-
tusan Mahkamah Agung Republik IndonesiatentangPenetapan Ahli Waris
Tubagus Chasan Sochib.
131
Winters, Oligarchy, 7.
132
Jeffrey A. Winters dan Benjamin I. Page, “Oligarchy in the
United States?” Perspective on Politics no. 4 (Desember 2009): 732.
133
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
264 Oligarki dan Demokrasi...
134
Winters dan Page, “Oligarchy in the US?” 732.
135
Winters, Oligarchy, 78.
136
Dengan demikian, pendekatan untuk mengukur pendapatan
per kapita di tingkat regional adalah PDRB per kapita. Sebab, untuk
mengukur pendapatan per kapita pada level regional Banten adalah tidak
adanya ketersedian data secara terus-menerus terutama perihal transfer
Ahmad Munjin 265
income dan transfer out. Pihak yang memiliki data tersebut adalah Oto-
ritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia. Untuk level regional,
transaksi perbankan sulit diagregasi.Wawancara pribadi dengan Adam
Sofian, Kepala Seksi Neraca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Pro-
vinsi Banten, Senin, 30 Oktober 2017.
137
Berdasarkan Surat Mahkamah Agung, Chasan Sochib memili-
ki 25 ahli waris dari enam istri.
138
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara Ratu Atut Chosiyah,” Tambahan Berita
Negara R.I. Tanggal 7/2-2003 no. 11, 24.
139
Income per kapita didekati dengan PDRB per kapita. Sebab,
data income per capita hanya tersedia pada level nasional. Yang tersedia
di level regional adalah PDRB per kapita. Itupun, untuk BPS Kabupaten
Serang hanya mencatat PDRB per kapita hingga tahun 2003. Sehingga,
PDRB tahun sebelumnya, termasuk 2002 untuk pembanding kekayaan
Ratu Atut Chosiyah tidak tersedia. Lihat Seksi Statistik Neraca Wilayah
BPS Kabupaten Serang, Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten
Serang Menurut Lapangan Usaha 2005 (Serang: Badan Pusat Statistik
Kabupaten Serang, 2006), 43.
266 Oligarki dan Demokrasi...
140
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara Ratu Atut Chosiyah: Perubahan atas
Laporan Harta Kekayaan yang Dilaporkan Sebelumnya,” Tambahan
Berita Negara R.I. Tanggal 20 September 2011 no 75, 20.
141
Seksi Statistik Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten Serang 2007 (Serang: Badan Pusat
Statistik Kabupaten Serang, 2008), 72.
142
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara Ratu Atut Chosiyah: Perubahan atas
Laporan Harta Kekayaan yang Dilaporkan Sebelumnya,” Tambahan
Berita Negara R.I. Tanggal 8 Agustus 2014, no. 63, 13.
143
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Produk Do-
mestik Regional Bruto Kabupaten Serang Menurut Lapangan Usaha
2012 (Serang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang, 2013), 85.
Ahmad Munjin 267
Wakil
1 2002 Gubernur 17.870.707.822 5.123.720 3.487
2002-2007
Gubernur
2 2006 Periode 41.937.757.809 7.056.030 5.943
2007-2012
Gubernur
3 2011 40.879.039.059 9.857.589,25 4.146
2012-2017
Sumber: Data diolah dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
dan PDRB per kapita Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Banten.
144
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia ten-
tang ahli waris Tubagus Chasan Sochib halaman 6.
268 Oligarki dan Demokrasi...
145
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara Tubagus Haerul Jaman,” Tambahan
Berita Negara R.I. Tanggal 2 Juni 2009, no. 44, 2.
146
Seksi Statistik Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Produk
Domestik Regional Bruto Kota Serang 2009 (Serang: Badan Pusat Sta-
tistik Kota Serang, 2010), 65.
147
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara Tubagus Haerul Jaman: Perubahan atas
Laporan Harta Kekayaan yang Dilaporkan Sebelumnya,” Tambahan
Berita Negara R.I. Tanggal 15 April 2014, no. 30, 3.
148
Sari Rahayu,Produk Domestik Regional Bruto Kota Serang
Menurut Lapangan Usaha 2010-2014, ed.R. Achmad Widijanto (Serang:
Badan Pusat Statistik Kota Serang, 2015), 76.
149
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atas Nama: Tubagus Haerul Jaman:
Perubahan atas Laporan Harta Kekayaan yang Dilaporkan Sebelumnya,”
Tambahan Berita Negara R.I. Tanggal 7 Oktober 2016, no. 80, 3.
150
Aprias Eko Wulandari, Produk Domestik Regional Bruto
Menurut Lapangan Usaha Kota Serang 2012-2016, ed. Dadang Ahdiat
(Serang:Badan Pusat Statistik Kota Serang, 2017), 74.
Ahmad Munjin 269
151
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atas Nama: Tubagus Haerul Jaman:
Perubahan atas Laporan Harta Kekayaan yang Dilaporkan Sebelumnya,”
Tambahan Berita Negara R.I. Tanggal 4 November 2016, no. 88, 3.
152
Aprias Eko Wulandari, Produk Domestik Regional Bruto Me-
nurut Lapangan Usaha Kota Serang 2012-2016, ed. Dadang Ahdiat
(Serang:Badan Pusat Statistik Kota Serang, 2017), 74.
153
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
tentang ahli waris Tubagus Chasan Sochib halaman 5.
154
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara Ratu Tatu Chasanah: Perubahan atas
Laporan Harta Kekayaan yang Dilaporkan Sebelumnya,” Tambahan
Berita Negara R.I. Tanggal 15 April 2016, no. 30, 9.
155
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Produk
Domestik Regional Bruto Kabupaten SerangMenurut Lapangan Usaha
2010-2014 (Serang: BPS Kabupaten Serang, 2015), 46.
156
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atas Nama: Ratu Tatu Chasanah: Peru-
270 Oligarki dan Demokrasi...
167
“Ini Profil Hikmat Tomet, Suami Atut,” Tempo.co, Sabtu, 9
November 2013. Artikel diakses Jumat, 17 Maret 2017 dari https://m.
tempo.co/read/news/2013/11/09/058528374/ini-profil-hikmat-tomet-
suami-atut
Ahmad Munjin 273
168
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atas Nama: Hikmat Tomet,” Tambahan
Berita Negara R.I. Tanggal 2 Juli 2010, no 53, 6.
169
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, Buku Saku
PDRB Provinsi Banten, Kabupatan/Kota se-Banten, Provinsi se-Jawa
dan PDB Indonesia 2008-2009 (Serang: BPS Provinsi Banten, 2010),
118.
170
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atas Nama: Andika Hazrumy ,” Tam-
bahan Berita Negara R.I. Tanggal 26 Maret 2010, no. 25, 4.
274 Oligarki dan Demokrasi...
171
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik,Produk Domes-
tik Regional Bruto Kabupaten Serang 2010MenurutLapangan Usaha
(Serang: BPS Kabupaten Serang, 2011), 49.
172
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atas Nama: Andika Hazrumy: Peruba-
han atas Laporan Harta Kekayaan yang Dilaporkan Sebelumnya,” Tam-
bahan Berita Negara R.I. Tanggal 1 November 2016, no. 87, 11. Lihat
juga, surat Komisi Pembertasan Korupsi (KPK) kepada Komisi Pemili-
han Umum (KPU) Provinsi Banten sebagai penyelenggara Pilkada
Serentak Tahun 2017, Nomor B-9476/10-12/11/2016, perihal Pengumu-
man Laporan Harta Kekayaan Calon Kepala Daerah, tanggal 16
November 2016.
173
Seksi Neraca Wilayah, PDRB Kabupaten Serang 2012-2016,
46.
Ahmad Munjin 275
174
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atas Nama: Aden Abdul Khaliq,”
Tambahan Berita Negara R.I. Tanggal 6 Maret 2015, no. 19, 2.
175
Rohmad Chamdani, Produk Domestik Regional Bruto Kabu-
paten Tangerang Menurut Lapangan Usaha 2012-2016 (Tangerang:
Badan Pusat Statistik Kabupaten Tangerang, 2017), 86.
276 Oligarki dan Demokrasi...
176
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atas Nama: Tanto Warsono Arban,”
Tambahan Berita Negara R.I. Tanggal 12 April 2016, no. 29, 4.
177
Rodiana, PDRB Pandeglang 2012-2016, 76.
Ahmad Munjin 277
Tubagus
Wakil Walikota
Haerul
2 Serang Periode 2008 2.492.245.676 8.827.770 282,31
Jaman
2008-2013
(anak)
178
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), “Pengumuman Harta
Kekayaan Penyelenggara Negara atas Nama: Andiara Aprilia Hikmat,”
Tambahan Berita Negara R.I. Tanggal 5 April 2016, no. 27, 3.
179
Hendro Prayitno et al., Buku Saku PDRB Provinsi Banten,
PDRB Kabupaten/Kota se-Banten, PDRB Provinsi se-Jawa dan PDB
Indonesia 2014-2015, ed. Budi Prawoto (Serang: BPS Provinsi Banten,
2016), 102.
278 Oligarki dan Demokrasi...
* Angka merupakan hasil jumlah dari nilai nominal LHKPN terakhir dari
masing-masing anggota keluarga Tubagus Chasan Sochib, belum
termasuk Ratna Komalasari dan Ade Rossi Chairunnisa.
Sumber: Data diolah dari data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN), Komisi Pembertasan Korupsi (KPK) dan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per Kapita, Badan
Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten.
282 Oligarki dan Demokrasi...
180
Winters, Oligarchy, 18-20.
181
Winters, Oligarchy, 78.
Ahmad Munjin 283
182
Hendro Prayitno, Adam Sofian, C.M. Rosidah, Buku Saku
PDRB Provinsi Banten, PDRB Kabupaten/Kota se-Banten, PDRB Pro-
vinsi se-Jawa dan PDB Indonesia 2015-2016, ed. Budi Prawoto (Serang:
Badan Pusat Statistik Provinsi Banten, 2017), 102.
183
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
184
Winters, Oligarchy, 18-20.
185
Winters, Oligarchy, 15-18.
186
Winters, Oligarchy, 15.
284 Oligarki dan Demokrasi...
187
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
188
Daerah Provinsi Banten adalah pecahan dari Provinsi Jawa
Barat. Terbentuk pada tanggal 4 Oktober 2000 sebagai hasil dari Dekla-
rasi Rakyat Banten pada tanggal 18 Juli 1999 berdasarkan UU Nomor 23
tahun 2000. Pada tanggal 18 November 2000 dilakukan peresmian Pro-
vinsi Banten dan dikepalai olah Gubernur pertama H. Hakamudin Djamal
Ahmad Munjin 285
193
Hidayat, “Shadow State,” 209.
194
Winters, Oligarchy, 13
195
Winters, Oligarchy, 18-20
196
Winters, Oligarchy, 13
197
Winters, Oligarchy, 13
198
Hidayat, “Shadow State,” 212.
199
Winters, Oligarchy, 13
200
Winters, Oligarchy, 18-20.
201
“In all ages, whatever the form and name of government, be it
monarchy, republic, or democracy, an oligarchy lurks behind the facade .”
Ahmad Munjin 287
206
Hidayat, “Shadow State,” 213.
207
Winters, Oligarchy, 18-20.
208
Winters, Oligarchy, 15-18.
209
Sebagian isi surat tersebut berbunyi, “Kami panitia eksekutif
Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia
(PPPSBBI) dalam kaitannya dengan pemilihan gubernur dan wakil
gubernur provinsi Banten untuk periode 2001-2006, merasa terpanggil
[untuk menyatakan bahwa] pentingnya memilih pemimpin yang tepat,
yang mengerti karakter dan budaya masyarakat Banten serta memiliki
kesadaran persatuan dan integritas masyarakat Banten. Oleh karena itu,
dengan ini kami dari PPPSBBI mendeklarasikan dukungan penuh kami
untuk Ibu Hj. Ratu Atut Chosiyah sebagai calon wakil gubernur provinsi
Banten periode 2001-2006 dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur
yang akan datang.” Lihat Hidayat, “Shadow State,” 213.
210
Winters, Oligarchy, 13-15.
Ahmad Munjin 289
211
Winters, Oligarchy, 15-18.
212
Winters, Oligarchy, 15-18.
213
Winters, Oligarchy, 15.
214
Hidayat, “Shadow State,” 213-14.
215
Saat penyaringan para calon, tahapan pertama menghasilkan
22 bakal calon untuk gubernur dan 7 untuk wakil gubernur. Jumlah ter-
sebut disaring kembali (tahapan kedua) menjadi 12 calon untuk gubernur
dan wakil gubernur Banten. Hingga tahapan ini, para kandidat belum
ditetapkan berpasangan. Pada putaran ketiga, pada penyaringan tahap
kedua itu, 12 kandidat dipasangkan menjadi berpasangan. Setiap pasa-
ngan dinominasikan oleh satu dari enam fraksi di DPRD provinsi Banten.
Pada sidang pleno 25 September 2001, melalui voting tertutup, DPRD
menetapkan 12 calon untuk gubernur dan wakil gubernur. Hidayat,
“Shadow State,” 214. Lihat juga Hamdan et al., Mengawal Aspirasi, 122.
290 Oligarki dan Demokrasi...
216
Hidayat, “Shadow State,” 214.
217
Hidayat, “Shadow State,” 214-15.
218
Hidayat, “Shadow State,” 214-15.
219
Hidayat, “Shadow State,” 215.
Ahmad Munjin 291
220
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 122-23.
221
Winters, Oligarchy, 18-20.
292 Oligarki dan Demokrasi...
222
Hidayat, “Shadow State,” 215.
223
Winters, Oligarchy, 18-20.
224
Hidayat, “Shadow State,” 215. Lihat juga,Hamdan et al.,
Mengawal Aspirasi,122.
225
Hidayat, “Shadow State,” 215-216.
226
Hidayat, “Shadow State,” 216.
Ahmad Munjin 293
227
Winters, Oligarchy, 13-15.
228
Winters, Oligarchy, 15-18.
229
Hidayat, “Shadow State,” 217.
294 Oligarki dan Demokrasi...
230
Winters, Oligarchy, 15-18.
231
Winters, Oligarchy, 13-15.
232
Hidayat, “Shadow State,” 217.
233
Winters, Oligarchy, 18-20.
234
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 122-23.
235
Winters, Oligarchy, 15-18.
236
Hidayat, “Shadow State,” 217-18. Lihat juga Hamdan et al,
Mengawal Aspirasi, 126.
237
Winters, Oligarchy, 15.
Ahmad Munjin 295
252
Winters, Oligarchy, 18-20.
253
Winters, Oligarchy, 15.
254
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 122-23.
255
Hidayat, “Shadow State,” 218.
256
Syme, Roman Revolution, 7. Bedakan dengan Winters,
Oligarchy, 72.
257
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 123-24.
258
Winters, Oligarchy, 18-20.
298 Oligarki dan Demokrasi...
259
Pasar Rau adalah pasar induk yang terletak di daerah Serang,
salah satu pasar yang paling ramai, yang setiap hari dikunjungi orang
dari berbagai penjuru Serang bahkan sampai Pandeglang dan Anyer.
Dalam konteks penelitian ini, Rau merujuk pada semua grup bisnis Tb.
Chasan Sochib dan asosiasi-asosiasinya.
260
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 124.
261
Winters, Oligarchy, 15-18.
262
Winters, Oligarchy, 15.
263
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 124.
Ahmad Munjin 299
264
Winters, Oligarchy, 15-18.
265
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 124.
266
Winters, Oligarchy, 18-20.
267
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 124.
268
Winters, Oligarchy, 15-18.
300 Oligarki dan Demokrasi...
269
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 125.
270
Winters, Oligarchy, 13-15.
Ahmad Munjin 301
271
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 125.
272
Winters, Oligarchy, 15.
273
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 125.
274
Djoko Munandar merupakan putra asli Solo, Jawa Tengah.
Posisi terakhirnya sebelum menjadi gubernur adalah wakil bupati Cile-
gon. Saat dia terdaftar sebagai kandidat gubernur Banten yang prospek-
tif, Djoko bergabung dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Sementara itu, Ratu Atut Chosiyah adalah seorang pengusaha perempuan
asal Serang dan anak dari Tubagus Chasan Sochib. Atut Chosiyah yang
kelak terdefinisikan sebagai oligark dengan segudang sumber daya mate-
rialnya dinominasikan sebagai wakil gubernur Banten oleh Golkar. Lihat
Hidayat, “Shadow State,” 209.
275
Hidayat, “Shadow State,” 209.
302 Oligarki dan Demokrasi...
284
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 127.
285
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 127.
Ahmad Munjin 305
286
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 127.
287
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 127-128.
288
Winters, Oligarchy, 18-20.
289
Winters, Oligarchy, 15-18.
290
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 127-128.
306 Oligarki dan Demokrasi...
291
Winters, Oligarchy, 15-18.
292
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 128.
293
Winters, Oligarchy, 15-18.
294
Winters, Oligarchy, 18-20.
295
Winters, Oligarchy, 18-20.
296
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 128.
Ahmad Munjin 307
297
Jeffrey A. Winters dan Benjamin I. Page, “Oligarchy in the
United States?” Perspectives on Politics 7 (2009):732.
298
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 128.
299
Winters, Oligarchy, 15-18.
300
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 128.
308 Oligarki dan Demokrasi...
304
Winters, Oligarchy, 15-18.
305
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 129.
306
Winters, Oligarchy, 18-20.
307
Winters, Oligarchy, 18-20.
308
Masaaki dan Hamid, “Jawarain Power,” 130.
310 Oligarki dan Demokrasi...
309
Winters, Oligarchy, 18-20.
310
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
311
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
312
Winters, Oligarchy, 18-20.
Ahmad Munjin 311
313
Winters, Oligarchy, 18-20.
314
Winters, Oligarchy, 18-20.
315
Masaaki dan Hamid, “Jawarain Power,” 130.
316
Winters, Oligarchy, 18-20.
317
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 130.
312 Oligarki dan Demokrasi...
318
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 130.
319
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 131.
320
Winters, Oligarchy, 18-20.
321
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) didirikan oleh kelompok
dakwah Islam yang terutama bisa ditemukan di universitas-universitas
besar seperti Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. PKS
yang memiliki sistem pengembangan kepemimpinan memperluas konsti-
tuennya terutama di wilayah-wilayah perkotaan dengan intensi untuk
memengaruhi moral politik. Lihat Masaaki dan Hamid, “Jawara in
Power,” 129.
Ahmad Munjin 313
karena itu, PKS mencari calon gubernur yang kapabel dari luar
jajarannya, untuk dipasangkan dengan anggota PKS sebagai kan-
didat wakil gubernur. PKS membutuhkan pemimpin yang berpe-
ngalaman untuk membantu ekspansi politik partai dan memberi-
kan keredibitasnya. Pemilihan gubernur Banten menjadi kesem-
patan baik pertama untuk bangun setelah kesuksesan PKS dalam
kampanye walikota di Depok.322
PKS pun melakukan pendekatan kepada Wahidin Halim.
Wahidin Halim, seorang birokrat karir dan alumni Universitas
Indonesia, memiliki segudang pengalaman yang terkait dengan
organisasi-organisasi Islam yang merepresentasikan profil kekua-
saan mobilisasinya.323 Wahidin sangat terkenal di kalangan warga
kota Tangerang karena pendekatannya yang populis terhadap
warga dan kesalehannya. Ketika pemerintah kota Tangerang
mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No. 8/2005, melawan
prostitusi, yang bercita rasa syariat Islam, dirumorkan sebagai
bagian dari atur strategi Wahidin Halim yang menggunakan
kekuasaan jabatan resminya324 itu untuk mendapatkan dukungan
dari PKS dalam pencalonannya sebagai gubernur. Akhirnya, ba-
gaimanapun, Wahidin Halim ditolak untuk maju karena lemahnya
dukungan finansial atau kekuasaan material325dan kemungkinan
kekalahannya oleh petahana.326
PKS akhirnya mendekati Marissa setelah PDI-P memilih
Atut Chosiyah. Pilihan PKS tersebut didasarkan pada kalkulasi
bahwa Marissa sudah mendapatkan dukungan subtansial di antara
pemilih perkotaan dan popularitas Marissa sebagai aktris terkenal
yang menjadi profil kekuasaan mobilisasinya327bisa menarik
pemilih dari daerah terpencil. Marissa pun menerima tawaran
tersebut dengan ketentuan dia akan maju dalam Pilgub sebagai
322
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 129.
323
Winters, Oligarchy, 15-18.
324
Winters, Oligarchy, 13-15.
325
Winters, Oligarchy, 18-20.
326
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 129-30.
327
Winters, Oligarchy, 15-18.
314 Oligarki dan Demokrasi...
328
Zulkieflimansyah lahir di Nusa Tenggara Barat pada 1972 dan
merupakan dosen ilmu manajemen di Universitas Indonesia. Zulkiefli-
mansyah menyandang dua gelar masters dan meraih gelar doktor di
Inggris. Dia terpilih sebagai anggota DPR pada 2004 dari PKS. Lihat
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 130.
329
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 130.
330
Winters dan Page, “Oligarchy in the USA?” 732.
331
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 131.
332
Winters, Oligarchy, 15-18.
Ahmad Munjin 315
333
Winters, Oligarchy, 15.
334
Winters, Oligarchy, 15-18.
335
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 131.
336
Winters, Oligarchy, 15-18.
337
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 131-32.
316 Oligarki dan Demokrasi...
338
Winters, Oligarchy, 18-20.
339
Winters, Oligarchy, 15-18.
340
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 131-32.
341
Winters, Oligarchy, 15-18.
Ahmad Munjin 317
342
Winters, Oligarchy, 15
343
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 132.
344
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 132.
318 Oligarki dan Demokrasi...
345
Winters, Oligarchy, 15-18.
346
Winters, Oligarchy, 15
347
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 132.
348
Winters, Oligarchy,18.
349
James C. Scott, “Patron-Client Politics and Political Change
in Southeast Asia,” The American Political Science Review 66 no. 1
(Maret 1972): 92.
Ahmad Munjin 319
organisir kiai dan dia sendiri pernah menjadi Ketua Satkar Ulama
di Golkar.350
Di masa kepemimpinannya, Ratu Atut Chosiyah sangat
akrab dan cukup bergaul dengan Forum Pondok Pesantren. Pro-
gram-programnya pun banyak memihak kepada pondok pesantren.
Bantuan dalam bentuk hibah sangat mudah didapat pada masa
Atut Chosiyah. Akibatnya, Atut disukai oleh para kiai. Entah
motifnya apa, yang jelas di zaman Atut Chosiyah, pondok pesan-
tren merasa terfasilitasi. Para kiai mendapatkan dana miliaran
rupiah untuk program Forum Silaturahim Pondok Pesantren.
Penggunaan dana tersebut diatur dan diprogramkan oleh pondok
pesantren. Oleh karena itu, para kiai merasa menikmati proses-
proses politik yang dilakukan oleh keluarga jawara Tb. Chasan
Sochib. Itulah yang kemudian, para kiai tetap memberikan duku-
ngannya untuk Ratu Atut Chosiyah. Hal itu menunjukkan bahwa
keluarga jawara Tb. Chasan Sochib sangat mengerti organisasi.351
Secara kelembagaan, dukungan kepada Ratu Atut Chosi-
yah di antaranya datang dari Pondok Pesantren Annizhomiyyah,
Labuan, Banten. Akan tetapi, menurut K.H. Tb. A. Khatibul
Umam, Pengasuh Pondok Pesantren Annizhomiyyah, dukungan
tersebut bukan karena dana hibah melainkan karena hubungan
kedekatan di organisasi politik, Partai Golkar dengan keluarga
Chasan Sochib yang juga membesarkan Partai Golkar.352
350
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
351
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
352
Wawancara pribadi dengan K.H. Tb. A. Khatibul Umam,
Pengasuh Pondok Pesantren Annizhomiyyah di Kampung Jaha Desa
Sukamaju, Kec. Labuan, Kab. Pandeglang Banten, Senin, 30 Juli 2018.
320 Oligarki dan Demokrasi...
354
Wawancara pribadi dengan K.H. Tb. A. Khatibul Umam,
Pengasuh Pondok Pesantren Annizhomiyyah di Kampung Jaha Desa
Sukamaju, Kec. Labuan, Kab. Pandeglang Banten, Senin, 30 Juli 2018.
355
Wawancara pribadi dengan K.H. Ma'ruf Amin, Pengasuh
Pondok Pesantren An-Nawawi, Tanara, Banten dan Ketua Umum Maje-
lis Ulama Indonesia (MUI) melalui sambungan telepon di Jakarta, 31 Juli
2018.
356
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
322 Oligarki dan Demokrasi...
357
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
Ahmad Munjin 323
358
Winters, Oligarchy, 15.
359
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 132-34.
360
Winters, Oligarchy, 18-20.
361
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 132-34.
324 Oligarki dan Demokrasi...
362
Winters, Oligarchy, 15-18.
363
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 134.
364
Winters, Oligarchy, 18-20.
365
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 134.
366
Winters, Oligarchy, 15-18.
367
Winters, Oligarchy, 18-20.
Ahmad Munjin 325
368
Winters, Oligarchy, 18-20.
369
Winters, Oligarchy, 18-20.
370
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 134.
371
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 135.
326 Oligarki dan Demokrasi...
372
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 135.
373
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 135.
374
Winters, Oligarchy, 18-20.
375
Winters, Oligarchy, 15-18.
376
Winters, Oligarchy, 15.
Ahmad Munjin 327
377
Masaaki dan Hamid, “Jawara in Power,” 135.
378
Winters, Oligarchy, 11-20.
379
Winters, Oligarchy, 15-18.
380
Winters, Oligarchy, 15.
381
Richard Robison dan Vedi R. Hadiz, Reorganising Power in
Indonesia: The Politic of Oligarchy in an Age of Markets (London:
Routledge Curzon, 2004), 3. Lihat juga R. William Liddle, “Marx atau
Machiavelli? Menuju Demokrasi Bermutu di Indonesia dan Amerika,”
Orasi Ilmiah dalam rangka Nurcholish Madjid Memorial Lecture V,
Kamis, 8 Desember 2011, di aula Nurcholish Madjid, Universitas Para-
madina, Jakarta.
382
Winters, Oligarchy, 281.
328 Oligarki dan Demokrasi...
Jika kekuasaan dipegang oleh para elite yang tidak kaya ekstrem,
sistemnya disebut demokrasi dan jika kekuasaan dipegang oleh
sedikit orang terkaya, sistemnya disebut oligarki.
Walhasil, keluarga besar Tb. Chasan Sochib memiliki tiga
sumber daya kekuasaan yang utama: Pertama, kekayaan sebagai
sumber daya kekuasaan material383 yang mendefinisikannya seb-
agai oligark; Kedua, jaringan baik bisnis maupun politik sebagai
sumber daya kekuasaan mobilisasi; dan Ketiga, kejawaraannya
sebagai kekuatan kultural yang secara simbolik mengejawantah
menjadi sumber daya kekuasaan koersif.384 Ketiga sumber daya
kekuasaan tersebut saling menopang dan saling mengokohkan satu
sama lain secara dinamis dan menjadi alat politik yang ampuh
dalam memenangkan kontestasi untuk memperebutkan tampuk
kekuasaan.
383
Winters, Oligarchy, 18-20.
384
Winters, Oligarchy, 15.
385
Winters, Oligarchy, 18-20.
Ahmad Munjin 329
386
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 53.
387
Menurut Jeffrey A. Winters, pada era modern, politik pertaha-
nan harta mengalami pergeseran dari pertahanan hak milik menjadi
pertahanan pendapatan. Sebab, sebagaimana warga negara miskin, pada
era modern hak milik orang-orang terkaya sudah dijamin oleh negara.
Lihat Winters, Oligarchy, 20-26.
388
Rudnyckyj, “Islamic Ethics,” 70-71.
389
Perhimpunan Pendidikan Demokrasi, “Dinasti Tb. Chasan
Sochib: Gubernur Jenderal dari Banten,” Konstelasi, Edisi ke-31 April
2011. Artikel diakses 6 Juli 2013, dari http://www.p2d.org/ index.php/
kon/52-31-april-2011/273-dinasti-h-tb-chasan-sochib--gubernur-jenderal-
dari-banten.html.
330 Oligarki dan Demokrasi...
390
Max Lane, Decentralization and Its Discontents: An Essay on
Class, Political Agency and National Perspective in Indonesian Politics
[Iseas Monograph Series] (Singapura: Institute of Southeast Asian
Studies (Iseas), 2014), 64-65. Lihat juga Masaaki dan Hamid, “Jawara in
Power,” 119.
391
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
392
Winters, Oligarchy, 11-20.
Ahmad Munjin 331
393
Syarif Hidayat, “Shadow State? Business and Politics in the
Province of Banten,” dalam Renegotiating Boundaries: Local Politicss in
post-Suharto Indonesia, eds. Henk Schulte Nordholt dan Gerry van
Klinken (Leiden: KITLV Press, 2007), 218.
394
Asrori S. Karni dan Gandi Achmad, “Keluarga Pemain Ang-
garan Banten,” Gatra, 23 Oktober 2013, 26-30.
395
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi Nera-
ca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Senin, 30
Oktober 2017.
396
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
332 Oligarki dan Demokrasi...
397
Asrori S. Karni dan Gandi Achmad, “Ujung Tanduk Dinasti
Atut,” Gatra, 16 Oktober 2013, 25.
398
Karni dan Achmad, “Ujung Tanduk,” 25.
334 Oligarki dan Demokrasi...
399
Karni dan Achmad, “Ujung Tanduk,” 26.
400
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
Ahmad Munjin 335
401
Robison dan Hadiz, Reorganising Power, 53.
336 Oligarki dan Demokrasi...
Andika Hazrumy
PT Andika Pradana Utama
Hikmat Tomet
PT Pelayaran Sinar Ciomas Pratama
Sumber: Diolah dari Indonesia Corruption Watch (ICW) dan sumber lain
Ahmad Munjin 337
402
Asrori S. Karni dan Gandi Achmad, “Keluarga Pemain Ang-
garan Banten,” Gatra, 23 Oktober 2013, 26-30.
338 Oligarki dan Demokrasi...
403
Anonim, “Cerita tentang Hotel Bintang Empat Milik Keluar-
ga Atut di Banten,” Detik.com, Senin 14 Oktober 2013, diakses tanggal
31 Juli 2018 dari https://news.detik.com /berita/ 2385794/cerita-tentang-
hotel-bintang-empat-milik-keluarga-atut-di-banten.
404
Asrori S. Karni dan Gandi Achmad, “Keluarga Pemain Ang-
garan Banten,” Gatra, 23 Oktober 2013, 26-30.
Ahmad Munjin 339
405
Karni dan Achmad, “Keluarga Pemain Anggaran,” 28.
406
Winters, Oligarchy, 18-20.
407
Karni dan Achmad, “Keluarga Pemain Anggaran,” 28.
408
Karni dan Achmad, “Keluarga Pemain Anggaran,” 28-29.
340 Oligarki dan Demokrasi...
409
Jeffrey A. Winters, “Oligarchy and the Jokowi Administra-
tion,” Kuliah Umum Jurusan Pendidikan Sosiologi, Universitas Negeri
Jakarta, Senin, 8 Juni 2015.
410
Karni dan Achmad, “Keluarga Pemain Anggaran,” 29.
411
Karni dan Achmad, “Keluarga Pemain Anggaran,” 29.
Ahmad Munjin 341
418
Hidayat, “Shadow State,” 210.
419
Menurut Harriss-White, paling tidak, terdapat dua definisi
untuk istilah ‘informal economy\’. Pertama, aktivitas-aktivitas bisnis atau
individu dan/atau sebuah perusahaan yang tidak terdaftar di pemerinta-
han sehingga pajak tidak dibayarkan. Kedua, sikap dari lembaga-lembaga
formal baik negara maupun swasta untuk menghindari control dari regu-
lator. Bentuk informal ekonomi yang kedua ini termasuk di dalamnya
penghindaran pajak, penyalahgunaan kebijakan publik, korupsi, kolusi,
dan pemaksaan privatisasisi aset-aset negara. Harriss-White telah meng-
aplikasikan pendekatan dengan apa yang disebutnya sebagai ‘social
structure of accumulation’ di mana struktur sosial menjadi salah satu
faktor yang menentukan dalam akumulasi ekonomi. Akumulasi jenis ini
menjadi motif atau karakteristik utama dari kekuasaan oligarkis. Dia
mengidentifikasi empat dimensi struktur sosial, yakni kelas, kasta,
jender, dan ruang. Mayoritas transaksi ekonomi diambil alih melalui eko-
nomi informal yang berlangsung dalam suasana kekeluargaan yang lebih
didasarkan pada reputasi dibandingkan hukum formal dan juga sering
kali diiringi dengan elemen-elemen atau ancaman kekerasan. Lihat
Barbara Harriss-White, India Working: Essays on Society and Economy
344 Oligarki dan Demokrasi...
425
Karni dan Achmad, “Ujung Tanduk,” 26.
426
Winters, Oligarchy, 18-20.
427
Karni dan Achmad, “Ujung Tanduk,” 26.
428
Winters, Oligarchy, 15.
429
Karni dan Achmad, “Ujung Tanduk,” 26.
346 Oligarki dan Demokrasi...
430
Laurens Dami, “Inilah Sepak Terjang Adik Atut Dalam
Memonopoli Proyek di Banten,” Suara Pembaruan, Sabtu, 19 Oktober
2013, diakses Senin, 13 Agustus 2018, http://sp.beritasatu.com/home/
inilah-sepak-terjang-adik-atut-dalam-memonopoli-proyek-di-
banten/43653.
431
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
432
Dami, “Inilah Sepak Terjang Adik Atut.”
Ahmad Munjin 347
Oleh karena itu, hanya pejabat yang loyal, bisa diatur dan
bisa diajak kerja sama yang dianggap layak untuk menduduki
posisi kepala dinas di berbagai SKPD tersebut. Tujuannya adalah
agar semua proyek yang dikerjakan Tb. Chaeri Wardana bersama
kroninya berjalan lancar. Hampir semua proyek yang didanai
APBD di terutama empat dinas besar dikuasainya. Bukan hanya
proyek APBD, tetapi juga proyek APBN. Dinas lain yang proyek-
nya juga dikuasai Tb. Chaeri Wardana antara lain Dinas Pertam-
bangan dan Energi (Distamben) Banten, Dinas Pertanian dan
Peternakan (Distanak) Banten, Dinas Kelautan dan Perikanan
(DKP) dan Dinas Kehutanan, dan Perkebunan (Dishutbun) Ban-
ten. Tb. Chaeri Wardana tidak bekerja sendirian. Dia memiliki
sejumlah anak buahyang dipercayakan untuk mengelola perusaha-
an dan ditunjuk sebagai direktur utama (Dirut) di sejumlah peru-
sahaan miliknya. Sebagian perusahaan milik Tb. Chaeri Wardana
dibuat atas namanya sendiri, istrinya, bahkan anaknya. Namun ada
beberapa perusahaan miliknya yang sengaja dibuat atas nama
orang lain atau anak buahnya. Tb. Chaeri Wardana alias Wawan
itu dilibatkan dalam menyusun skema pembangunan di Pemprov
Banten. Bahkan Wawan juga dilibatkan dalam rapat Baperjakat.
Lebih jauh, Tb. Chaeri Wardana juga bekerja sama dengan pihak
anggota DPRD Banten untuk mengamankan seluruh proyek yang
dikuasainya.433
Praktik seperti ini sudah berlangsung lama sejak kakaknya
Ratut Atut Chosiyah masih menjabat sebagai wakil gubernur
Banten. Perannya semakin besar, ketika kakaknya Ratu Atut
Chosiyah menjabat sebagai Plt Gubernur Banten pada tahun 2006.
Ratu Atut Chosiyah kemudian terpilih kembali menjadi gubernur
untuk periode 2007-2012 dan terpilih kembali untuk periode
kedua, 2012-2017. Sebelum masa jabatannya berakhir, Atut pun
ditetapkan sebagai tersangka korupsi pada 2013. Sebelum terjerat
hukum, sebagian besar proyek yang dikerjakan adik Atut itu
433
Dami, “Inilah Sepak Terjang Adik Atut.”
348 Oligarki dan Demokrasi...
434
Dami, “Inilah Sepak Terjang Adik Atut.”
Ahmad Munjin 349
Tb. Chaeri Wardana menentukan penempatan pejabat eselon II, III dan IV di
hampir semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemprov Banten.
435
Laurens Dami, “Inilah Sepak Terjang Adik Atut Dalam Me-
monopoli Proyek di Banten,” Suara Pembaruan, Sabtu, 19 Oktober 2013,
diakses Senin, 13 Agustus 2018, http://sp.beritasatu.com/home/inilah-
sepak-terjang-adik-atut-dalam-memonopoli-proyek-di-banten/43653.
436
Bagja Hidayat, Maria Hasugian, dan Reza Aditya, “Antara
Boston, Singapura, dan Kuningan,” Tempo, 27 Oktober 2013, 44-46.
Ahmad Munjin 351
437
Hidayat, Hasugian, dan Aditya, “Antara Boston,” 44.
438
Pendapat Winters tersebut berbeda dengan MatthiasGelzer
1969 [1912] dan terutama Ronald Syme (1939). Lihat Winters, Oligar-
chy, 72. Bedakan dengan Matthias Gelzer, The Roman Nobility, terj.
Robin Seager (Oxford: Basil Blackwell, 1969). Lihat juga Ronald Syme,
The Roman Revolution (Oxford: Oxford University Press, 1939), 7. “In
all ages, whatever the form and name of government, be it monarchy,
republic, or democracy, an oligarchy lurks behind the facade.”
439
Winters, Oligarchy, 83-85
440
Karni dan Achmad, “Ujung Tanduk,” 26-27.
352 Oligarki dan Demokrasi...
441
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi
Neraca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Senin,
30 Oktober 2017.
442
Wawancara pribadi dengan Adam Sofian, Kepala Seksi
Neraca Konsumsi Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten, Senin,
30 Oktober 2017.
443
Karni dan Achmad, “Ujung Tanduk,” 27-28.
Ahmad Munjin 353
444
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
445
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
446
Reza Jurnaliston, "Kasus TPPU Wawan, KPK Periksa Kepala
DPKAD Banten," Kompas.com, Senin, 23 Juli 2018, diakses Minggu, 12
Agustus 2018, https://nasional.kompas.com/read/2018/07/23/10255771/
kasus-tppu-wawan-kpk-periksa-kepala-dpkad-banten.
354 Oligarki dan Demokrasi...
447
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
448
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
449
Wawancara pribadi dengan Febri Diansyah, Juru Bicara Ko-
misi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Selasa, 7 Agustus 2018.
Ahmad Munjin 355
450
Wawancara pribadi dengan Febri Diansyah, Juru Bicara Ko-
misi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Selasa, 7 Agustus 2018.
451
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
356 Oligarki dan Demokrasi...
Uang (Kekuasaan
Material/Wealth Power) Tubagus Haerul Jaman
Bisnis
Jaringan Heryani
(Kekuasaan
Mobilisasi) Politik
Airin Rachmi Diany
Andika Hazrumy
Kekuasaan Eksekutif
(Oligark dan
Oligarki) Legislatif Hikmat Tomet
Politico-Business
Oligarchy dan Ratna Komalasari
PT Sinar Ciomas Wahana Putra;
Politik Pertahanan PT Ginding Mas Wahana Nusa;
Harta PT Unifikasi Profesional Media
Consultant; PT Profesional
Indonesia Lantera Raga; PT
Ade Rossi Chairunnisa
Andika Pradana Utama; PT
Pelayaran Sinar Ciomas Pratama;
PT Ratu Hotel; PT Putra Perdana Tanto Warsono Arban
Jaya; PT Bali Pacific Pragama;
Konsentrasi dan PT Buana Wardana Utama.
Kekayaan dan
Kekuasaan Andiara Aprilia Hikmat
452
KPK menetapkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah
sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap terkait penanganan
sengketa pilkada Lebak. Hal itu disampaikan Ketua KPK Abra-
ham Samad dalam jumpa pers di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta
Selatan, Selasa, 17 Desember 2013. Icha Rastika, "KPK Resmi
Tetapkan Ratu Atut sebagai Tersangka Kasus Pilkada Lebak,"
Kompas.com, Selasa, 17 Desember 2013, diakses Senin, 13 Agus-
tus 2018, https://nasional. kompas.com/read/2013/12/17/1419516/
358 Oligarki dan Demokrasi...
KPK.Resmi.Tetapkan.Ratu.Atut.sebagai.Tersangka.Kasus.Pilkada
.Lebak.
453
KPK secara resmi menetapkan Ratu Atut Chosiyah dan
adiknya Tubagus Chaeri Wardana alias Wawan sebagai tersangka
terkait kasus dugaan korupsi dalam proyek pengadaan alat kese-
hatan (alkes) di Provinsi Banten tahun 2011-2013 setelah dikelu-
arkannya Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) pada Senin, 6
Januari 2014. Adinda Ade Mustami, “KPK Tetapkan Atut dan
Wawan sebagai Tersangka,” Kontan.co.id, Selasa, 7 Januari 2014,
diakses Senin, 13 Agustus 2018, https://nasional.kontan.co.id/
news/kpk-tetapkan-atut-dan-wawan-sebagai-tersangka.
454
Asrori S. Karni dan Gandi Achmad, “Ujung Tanduk Dinasti
Atut,” Gatra, 16 Oktober 2013, 25-27. Lihat juga Ratna Nuraini, “Pra-
hara Mendera Dinasti Abah Chasan,” Inilah Review, 20 Oktober 2013,
36-37.
455
Winters, Oligarchy, 18-20.
456
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
Ahmad Munjin 359
457
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
458
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
459
Christian Chua, “Chinese Big Business in Indonesia: The
State of Capital” (Disertasi Doktor, National University of Singapore,
2006), 170-171.
360 Oligarki dan Demokrasi...
460
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
461
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
462
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Ahmad Munjin 361
465
Penantang Airin-Davnie saat itu, salah satunya adalah pasa-
ngan calon wali kota TangerangSelatan, IkhsanModjo dan Arsid. Pasa-
ngan ini dalam baliho kampanye mereka menuliskan serangan kepada
Airin dengan jargon, “Merdeka itu bebas dari korupsi dan oligarki.” Saat
itu, suami Airin, Tb. Chaeri Wardana sedang dalam proses hukum di
Komisi Pembarantasan Korupsi (KPK).
466
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
Ahmad Munjin 363
467
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
468
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
469
Laurens Dami, “Pasangan Irna-Tanto Menangi Pilkada Pan-
deglang,” BeritaSatu, Jumat, 18 Desember 2015, diakses Sabtu, 11 Agus-
364 Oligarki dan Demokrasi...
473
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
474
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
475
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
476
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lemba-
ga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
Ahmad Munjin 367
477
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
478
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
479
Wawancara pribadi dengan Febri Diansyah, Juru Bicara Ko-
misi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Selasa, 7 Agustus 2018.
368 Oligarki dan Demokrasi...
480
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
481
Wawancara pribadi dengan Febri Diansyah, Juru Bicara Ko-
misi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Selasa, 7 Agustus 2018.
482
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
Ahmad Munjin 369
483
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
484
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
485
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
370 Oligarki dan Demokrasi...
486
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
487
Wawancara Pribadi dengan Gufroni, Koordinator Banten
Bersih melalui sambungan telepon dari Jakarta, Senin, 6 Agustus, 2018.
Ahmad Munjin 371
488
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
372 Oligarki dan Demokrasi...
tahan Airin Rachmi Diany juga dinilai bagus dan dia sendiri
merupakan orang yang sangat terdidik.489
Semua itu bersandar pada pilar utama yang menopang
langgengnya kekuasaan klan Ratu Atut Chosiyah, yaitu faktor
mengguritanya sumber daya kekuasaan material490 yang mereka
miliki. Di satu sisi, keluarga mereka bergerak di bidang bisnis
sehingga menguasai ekonomi secara monopoli melalui proyek-
proyek di Provinsi Banten. Itulah yang membuat mereka mengua-
sai sumber daya material. Di lain sisi, kecenderungan masyarakat
Banten adalah pragmatis. Terjadilah apa yang disebut simbiosis
mutualisme. Para pemilih di Provinsi Banten cenderung tidak
melihat siapa calon atau partai pengusungnya tetapi sejauh mana
calon tersebut memberikan keuntungan material kepada mereka.
Sikap pragmatis tersebut terkonfirmasi saat klan Ratu Atut
Chosiyah bukan hanya memenangkan pemilihan melalui satu
partai, yakni Golkar tetapi juga terpilih melalui partai lain. Kondi-
si ini menunjukkan bahwa keterpilihan calon dari klan Ratu Atut
Chosiyah tidak terkait dengan ideologi ataupun partai melainkan
karena mereka mampu membeli suara (political buying). Itulah
mengapa perilaku political buying491 sangat tinggi di Banten.492
489
Wawancara pribadi dengan Fitron Nur Ikhsan, Juru Bicara
Keluarga Ratu Atut Chosiyah Tahun 2013-2014 dan Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Banten Periode 2014-2019,
di Serang-Banten, Kamis, 14 Desember 2017.
490
Winters, Oligarchy, 18-20.
491
Pedro C. Vicente menyebut political buying dengan istilah
vote-buying yang didefinisikan sebagai pemberian atau hadiah yang
diberikan kepada para pemilih sebelum pemilihan berlangsung untuk
ditukar atau dengan imbalan suara mereka ( gifts given to voters before
the elections in exchange for their votes). Lihat Pedro C. Vicente, “A
Model of Vote-Buying with an Incumbency Advantage,” Makalah dan
Hasil-hasil Eksperimen Januari 2013, diakses 3 Juni 2014, http://www.
pedrovicente .org/vb.pdf.
492
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Ahmad Munjin 373
504
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson, No Easy Choice:
Political Participation in Developing Countries (Cambridge: Harvard
University Press, 1976), 7-10.
505
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
506
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
378 Oligarki dan Demokrasi...
507
Wawancara pribadi dengan Lili Romli, Profesor Riset Lem-
baga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) asal Serang, Banten bidang
Kepartaian, Agama, dan Otonomi Daerah, di Jakarta, Senin, 6 Agustus,
2018.
Ahmad Munjin 379
Bab V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil temuan dalam penelitian ini menyimpulkan tentang
besarnya dominasi kekuasaan material yang menjadi basis sumber
daya kekuasaan oligarkisdalam sistem demokrasi di Banten.
Kesimpulan tersebut ditarik dari temuan-temuan berikut ini:
Pertama, dengan melihat profil sumber daya kekuasaan, di
satu sisi, kiai mendominasi sumber daya kekuasaan elite yang
menjadi basis kekuasaan demokratis, seperti kekuasaan mobilisasi,
hak politik formal, dan jabatan resmi. Akan tetapi, profil kiai
lemah dari sisi kekuasaan material sejak era kolonial hingga era
reformasi. Meski kiai secara kelembagaan (pondok pesantren)
mendominasi kekuasaan material hingga 86%, tidak bisa diklaim
sebagai kekuasaan seorang kiai pada level individu.Di lain sisi,
profil kekuasaan jawara mendominasi kekuasaan material, koersif,
dan mobilisasi. Kekuasaan seorang jawara direpresentasikan oleh
kepengusahaan jawara dan jaringan bisnisnya. Kondisi itu membu-
at kekayaan terkonsentrasi pada mereka hingga mencapai indeks
kekuasaan material 6.355 kali dibandingkan masyarakat biasa.
Adapun kekuasaan koersif dimiliki oleh sifat kejawaraannya yang
melekat unsur kekerasan ataupun pemaksaan baik secara langsung
ataupun tidak langsung (simbolik). Dari sisi kekuasaan mobilisasi
baik kiai ataupun jawara, keduanya sama-sama besar. Kekuasaan
mobilisasi kiai direpresentasikan oleh wewenang kharismatiknya
sebagai pemimpin agama yang sakral dan jaringan ribuan pesan-
tren di Banten. Sedangkan kekuasaan mobilisasi jawara direpre-
sentasikan oleh otoritas tradisionalnya sebagai pemimpin dariga-
382 Oligarki dan Demokrasi...
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’a>n al-Kari>m
Abdillah, Masykuri. Islam dan Dinamika Sosial Politik di
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011.
---------. Demokrasi di Persimpangan Makna: Respons Intelektual
Muslim Indonesia terhadap Konsep Demokrasi 1966-1993.
Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2004.
Acton, Lord (John Emerich Edward Dalberg-Acton). Essays on
Freedom and Power. Boston, Mass.: The Beacon Press,
1949.
Agustino, Leo. “Dinasti Politik Pascaotonomi Orde Baru: Penga-
laman Banten.” Prisma: Majalah Pemikiran Sosial
Ekonomi29, no. 3 (Juli 2010): 102-16.
Ahbel-Rappe, Sara dan Rachana Kamtekar, eds. A Companion to
Socrates. Malden, MA, Oxford, dan Victoria: Blackwell
Publishing Ltd., 2006.
Ahmad, Abdul Aziz. “Catatan Pembubaran HTI: Kanan, Kiri, dan
Oligarki.” Gatra, 17 Mei 2017.
Ahanchian, Amir H. Ulasan tentang No Easy Choice: Political
Participation in Developing Countries.Ditulis oleh Samuel
P. Huntington dan Joan M. Nelson.Western Political
Quarterly 31, no. 1 (Maret 1978): 136-7.
Anonim. “Cerita tentang Hotel Bintang Empat Milik Keluarga
Atut di Banten.” Detik.com, Senin 14 Oktober 2013,
diakses tanggal 31 Juli 2018 dari https://news.detik.com/
berita/2385794/cerita-tentang-hotel-bintang-empat-milik-
keluarga-atut-di-banten.
Antons, Anton Aprianto, Handriani P, Maya Nawangwulan, dan
Subkhan. “Klan Chasan Diduga Punya Harta Seperempat
Triliun.” Tempo.co. Dirilis pada Senin, 4 November 2013.
Diakses pada Rabu, 24 Agustus 2016. http://haji.tempo.co
386 Oligarki dan Demokrasi...
/konten_berita/politik/2013/11/04/52 6970/Klan-Chasan-
Diduga-Punya-Harta-Ratusan-Miliar.
“Airin, Adik Ipar Gubernur Banten Kalah di Pilkada Tangerang.”
Radar Banten, Senin, 21 Januari 2008.
Argyres, Nicholas dan Vai-Lam Mui, “Rules of Engagement,
Informal Leaders, and the Political Economy of Organi-
zational Dissent,” makalah disampaikan pada pertemuan
tahunan the Strategic Management Society, the Society
for the Advancement of Behavioral Economics, the
Western Economic Association, the International Society
for New Institutional Economics, and the Informs College
on Organization Science, Juli 2000, 22.
Ariyadi, Tb. Iman. “Kiai dan Jawara dalam Politik Banten.” Gatra,
6 November 2013.
---------. “Peran Kiai dalam Pemilihan Gubernur Provinsi Banten
2011.” Disertasi doktor Unitversitas Indonesia, 2014.
Artis. “Eksistensi Partai Politik dan Pemilu Langsung dalam
Konteks Demokrasi di Indonesia.” Jurnal Sosial Budaya
9, no. 1 (Januari-Juli 2012): 59-80.
Artati, Sudiarti. “Perubahan Peran Ulama dalam Masyarakat
Serang: Studi Kasus Dua Pesantren di Kabupaten Serang,
Banten, Jawa Barat.” Tesis Magister Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988.
Aspinal, Edward. “The Power of Property: Oligarchy and
Democracy in World History,” ulasan tentang Oligarchy,
Jeffrey A. Winters, Taiwan Journal of Democracy 8, no. 1
(Juli 2012): 169-173.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten. “Indeks Demokrasi
Indonesia (IDI) Banten 2016.” Berita Resmi Statistik
Provinsi Banten, no. 54/09/36/Th.XI, 14 September 2017.
Bagian Perencanaan dan Data Setditjen Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik Indonesia. “Daftar Jumlah
Santri dan Nama Kyai Tahun 2008/2009 Provinsi
Banten.”
Ahmad Munjin 387
http://www.p2d.org/index.php/kon/52-31-april-2011/273-
dinasti-h-tb-chasan-sochib-sang-gubernur-jenderal-dari-
banten.html.
“Pilkada Banten Dinilai Terburuk se-Indonesia”, artikel diakses
pada 6 Juli 2013 dari http://www.tempo.co/read/news/
2011/10/27/179363638/ Pilkada-Banten-Dinilai-Terburuk-
Se-Indonesia
Prattico, Ludovico. “Governance of Open Source Software
Foundations: Who Holds the Power?” Technology Inno-
vation Management Review (Desember 2012): 37-42.
Prayitno, Hendro, Adam Sofian, Teuku M. Madinah, dan C.M.
Rosidah. Buku Saku PDRB Provinsi Banten, PDRB
Kabupaten/Kota se-Banten, PDRB Provinsi se-Jawa dan
PDB Indonesia 2014-2015. Diedit oleh Budi Prawoto.
Serang: BPS Provinsi Banten, 2016.
---------, Adam Sofian, dan C.M. Rosidah. Buku Saku PDRB
Provinsi Banten, PDRB Kabupaten/Kota se-Banten,
PDRB Provinsi se-Jawa dan PDB Indonesia 2015-2016.
Diedit oleh Budi Prawoto. Serang: Badan Pusat Statistik
Provinsi Banten, 2017.
Prentiss, Anna Marie, Thomas A. Foor, Guy Cross, Lucille E.
Harris, dan Michael Wanzenried. “The Cultural Evolution
of Material Wealth-Based Inequality at Bridge River,
British Columbia.” American Antiquity 77, no. 3, (2012):
542–564.
Purnomo, Nurmulia Rekso. “Kisah Tokoh Silat yang Jadi Tangan
Kanan Chasan Sochib.” Tribunnews.com. Dirilis pada
Jumat, 18 Oktober 2013. Diakses pada Senin, 22 Agustus
2016, http://www.tribunnews.com/nasional/20 13/10/18/
kisah-tokoh-silat-yang-jadi-tangan-kanan-chasan-sochib.
---------. “Kondisi Kantor Perusahaan Milik Chasan Sochib Kini.”
Tribunnews.com. Dirilis pada Jumat, 18 Oktober 2013.
Diakses pada Senin, 22 Agustus 2016. http://www.tribun
news.com/nasional/2013/10/18/kondisi-kantor-perusaha
an-milik-chasan-sochib-kini.
Ahmad Munjin 401
“The Failed States Index 2013,” data diakses tanggal 7 Juli 2013
dari http://ffp.states index.org/rankings-2013-sortable
T{abra>ni>, al-H{a>fiz} ’Abi> al-Qa>sim Sulayma>n ibn ’Ah}mad al-. Al-
Mu‘jam al-Kabi>r. Kairo: Maktabah ibn Taymi>yah, 1983.
Taymi>yah, Ibn. Al-Siya>sah al-Shar‘iyyah fi> Is}la>hi al-Ra>‘i> wa al-
Ra‘i>yah, Tanpa Tempat Terbit: Da>r al-Ka>tib al-‘Arabi>,
Tanpa Tahun Terbit.
Tihami, M.A. “Kiai dan Jawara di Banten: Studi tentang Agama,
Magi, dan Kepemimpinan di Desa Pasanggrahan Serang,
Banten,” Tesis Magister, Universitas Indonesia, 1992.
---------, ed. Refleksi Pemikiran Fiqh: Mensyukuri 70 Tahun Prof.
K.H. Abdul Wahab Affif, M.A. Serang: Sengpho Founda-
tion, 2006.
Tim Raksa Ajar Indonesia. Kata pengantar pada terjemahan
Sala>lim al-Fud}ala>’: Menapaki Tangga-tangga Keutamaan
Hidup, oleh Imam Nawawi Al-Bantani, 21-22.Serang:
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Banten, 2017.
Tirmidhi>, al-Ima>m al-Ha>fiz} Muh}ammad ibn ‘I<sa> ibn Sawrah al-
.Sunan al-Tirmidhi>. Riyad: Maktabah al-Ma‘a>rif li al-
Nashr wa al-Tawji>‘, 1417 H.
Turmudi, Endang. Perselingkuhan Kiai dan Kekuasaan. Yogya-
karta: LKIS, 2003.
Ullah, AKM Ahsan dan Ahmed Shafiqul Huque. Asian Immigrans
in North America with HIV/AIDS: Stigma, Vulnerabili-
ties, and Human Rights. London: Springer, 2014.
Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974
tentangPokok-pokok Pemerintahan di Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2000
tentang Pembentukan Propinsi Banten.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2007
tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten.
406 Oligarki dan Demokrasi...
GLOSARIUM
INDEKS
Abdul Aziz Ahmad, 56 Alquran, 14, 30, 31, 88, 89, 91, 92,
Abdurrahman Wahid, 178, 187, 226 93, 94, 95, 96, 97, 99, 104, 107,
ABK, 199, 200, 201, 202, 203, 290, 389
296 al-shu>ra, 97
Ace Suhaedi Madsupi, 290, 292, al-silm, 97
293 al-ta‘addudiyyah, 97
Achmad Chatib, 130, 132, 133, al-ukhuwwah, 97
135, 136 amanah, 95, 103, 104, 108
action-set, 48, 162, 410 Amany Lubis, 41
Acton, 85 AMPB, 292
Adam Sofian, 197, 234, 237, 238, Annizhomiyyah, 319, 320, 321, 406
239, 241, 242, 243, 245, 248, anti-Barat, 118, 127, 213
253, 254, 255, 256, 257, 258, anti-Belanda, 118
265, 283, 352, 400, 406 antropologi, 26, 48, 162, 410
ADB, 164 APBD, 194, 199, 351
Ade Sudirman, 290, 292 Aprilia Hikmat, 276, 277, 281, 282,
Afrika Selatan, 6 395
Agah M. Noor, 324 aqil baligh, 102
agama, 10, 14, 23, 29, 37, 40, 44, Arban, 276, 281, 282, 332, 395
56, 83, 90, 91, 94, 112, 113, 116, aristokrasi, 44, 66, 80, 84, 87, 88,
117, 128, 132, 143, 153, 179, 100
182, 188, 210, 213, 227, 230, Aristoteles, 39, 40, 44, 52, 63, 66,
381, 411 67, 69, 82, 89, 90
Agung Podomoro, 315 arkhein, 36
Agustino, 23, 24, 25 as}a>bi>yah, 105
Ahbel-Rappe, 36, 38 Aspinall, 72, 78, 79
Ahl al-Sunnah wa al-Jama>‘ah, 114 Baduy, 12, 222, 229, 396
Ahmad Jazuli, 323 Bakor PPB, 286
Akil Mochtar, 333, 350 bandit, 122
akuntan, 54 Bangka Belitung, 218
al-‘ada>lah, 97 Bangkalan, 11
al-ama>nah, 97 Banten, 1, 11, 12, 15, 16, 17, 18,
al-hurriyyah, 97 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27,
Alipp, 272 28, 30, 32, 33, 109, 110, 111,
al-kulliya>t al-khams, 94 112, 113, 114, 115, 116, 117,
al-musa>wah, 97 118, 119, 120, 121, 123, 124,
125, 126, 127, 128, 129, 130,
131, 132, 133, 134, 135, 136,
418 Oligarki dan Demokrasi...
137, 139, 141, 142, 143, 144, BPS, 27, 219, 220, 221, 233, 234,
146, 147, 148, 150, 151, 153, 235, 236, 237, 238, 239, 240,
154, 157, 158, 159, 160, 161, 241, 242, 243, 244, 245, 246,
163, 168, 170, 172, 173, 174, 247, 248, 251, 252, 253, 254,
175, 177, 178, 179, 180, 181, 255, 256, 257, 258, 265, 267,
182, 183, 184, 186, 187, 188, 269, 270, 271, 273, 274, 277,
189, 190, 191, 192, 193, 194, 281, 352, 386, 387, 400, 402,
195, 198, 199, 200, 201, 202, 403, 406
203, 204, 206, 207, 208, 209, broker budaya, 181
210, 211, 212, 213, 217, 218, broker politik, 150, 181, 188, 193
219, 220, 221, 222, 223, 224, Buehler, 78
225, 226, 227, 228, 229, 230, Bukha>ri, 97
231, 232, 233, 234, 235, 236, BUMN, 158
237, 238, 239, 240, 241, 242, Burhanuddin Muhtadi, 17, 165, 166
243, 244, 245, 246, 247, 248, Burke, 87
249, 250, 251, 252, 253, 254, BURT, 273
255, 256, 257, 258, 259, 264, cacat demokrasi, 6
265, 267, 268, 269, 272, 273, campaign expenditure, 13
274, 275, 276, 277, 278, 279, CAPAS, 110, 119, 253, 391, 397
280, 281, 283, 284, 285, 286, Caraway, 72, 78
287, 288, 289, 290, 291, 292, Caringin, 117, 118
293, 294, 295, 296, 297, 298, Ce Mamat, 133
299, 300, 301, 302, 303, 304, Ceger Bekasi, 118
305, 307, 309, 310, 312, 314, Chairunnisa, 280, 281, 282
315, 316, 317, 318, 323, 326, Chasanah, 11, 263, 269, 278, 282,
329, 331, 332, 333, 334, 342, 334, 394
344, 345, 350, 351, 352, 381, China, 7
382, 383, 384, 385, 386, 387, Chosiyah, 11, 28, 160, 170, 179,
389, 390, 391, 392, 393, 395, 180, 184, 192, 193, 208, 209,
397, 398, 399, 400, 402, 404, 258, 263, 265, 266, 267, 269,
405, 406, 407, 430 272, 273, 275, 276, 277, 279,
Banten bantahan, 131 280, 281, 282, 283, 284, 287,
Banten FSPP, 180, 208 288, 289, 290, 291, 292, 294,
Bellamy, 51, 80, 81, 86, 89, 387 296, 300, 301, 303, 304, 305,
Benjamin Davnie, 179 306, 307, 308, 309, 310, 311,
bias-bias pluralisme, 83 312, 313, 315, 317, 318, 322,
Birma, 41 324, 325, 326, 332, 333, 342,
BKPM, 248 343, 344, 345, 350, 351, 382,
Blomley, 42 394, 406
Boeije, 28 Christian Chua, 359
bourgeois socialism, 51, 86 Ciomas, 114, 163, 174, 186, 218,
BPK, 198 273, 296, 299
BPPKB, 315, 317, 318 clerical oligarchy, 41
Ahmad Munjin 419
Kadin, 167, 168, 170, 173, 202, kesukuan, 10, 14, 44, 98
203, 205, 303, 351 keterpandangan (noble birth), 10,
kafir, 14, 91, 98, 106 44
Kamboja, 8 ketidaksetaraan kapitalis, 43
Kamtekar, 36, 38 kewanitaan, 83
Kardorff, 27 KH, 130, 132, 133, 135, 136, 142,
kaum ménak, 111 145, 149, 154, 156, 177, 178,
Kaya>li, 36, 38 179, 182, 187, 208, 209, 210
Kazakhstan, 6 KH Datep, 178
KBBI, 88 KH Irsyad Djuwaeli, 177
keadilan, 4, 7, 85, 95, 97, 102, 108 KH Ujang Rapiudin, 182, 210
keadilan sosial, 95 Khaldu>n, 14, 99, 100, 105
kebajikan (virtue), 44 Khaliq, 274, 275, 280, 282, 395
kebebasan, 43, 56, 67, 83, 85, 94, Kiai Aminuddin Ibrahim, 178
97, 115, 134, 409, 430 Kiai Haji Wasid, 117, 128, 213
kebijakan syariah, 78 Kiai Khozinul Asror, 180, 209
kekayaan (wealth), 44 Kiai Muhtadi Dimyati, 178, 182
kekerasan fisik, 120 Kiai Salman, 177, 192
kekuasaan komite eksekutif, 55 Kiai Salman Al Faris, 177, 192
kekuasaan material, 19, 21, 26, 31, Kiai Subroni Mansyur, 192
50, 56, 58, 64, 68, 69, 70, 77 Kiai Syahrir Abror, 192
kekuasaan mobilisasi, 56, 79 Kiai Wahab Afif, 177
kekuasaan pemaksaan (koersif), 56, kiyai, 20, 22
57 KKN, 199, 345
kelas, 13, 25, 31, 47, 51, 52, 54, 55, kleptokratik, 8
62, 67, 72, 78, 79, 80, 81, 84, 86, KNI, 133
101 KNPI, 276, 280, 281, 323
kelompok Rau, 300, 302, 303, 304, Kodam VI Siliwangi, 161, 329
305, 306, 307, 308, 312, 326 Komalasari, 263, 275, 280, 281,
kemajemukan, 97 282
kemerdekaan, 95 Komarudin, 323
Kemp-Leonard, 28 konsolidasi, 5, 123
kemusyrikan, 94 Konstituante, 116
kepala desa, 103, 120, 122, 123, konsultan, 47, 54
126 Korea, 41
kepala negara, 102, 103, 104 Korpi, 42
kepemilikan saham, 45, 264 Kota Cilegon, 240, 244, 246, 247,
kepemilikan tanah, 9, 45, 264 249
kepercayaan dan akuntabilitas, 97 Kota Serang, 11, 157, 220, 240,
keprihatinan lintas sektoral, 83 241, 244, 267, 268, 269, 275,
Kepulauan Riau, 218 280, 333, 401, 403, 406, 408
kesejahteraan umum, 94 Kota Tangerang, 220, 221, 235,
kesetaraan yuridis formal, 83 240, 241, 243, 245, 247, 249,
Ahmad Munjin 423
271, 326, 351, 396, 397, 403, magi, 23, 113, 126
406 Majelis Taklim, 180, 209
Kota Tangerang Selatan, 240, 241, mala’, 92, 93
243, 271, 396, 403 maling teriak maling, 201
KPK, 27, 29, 191, 212, 263, 264, Maluku Utara, 218
265, 266, 267, 268, 269, 270, Mardiyanto, 220
271, 273, 274, 275, 276, 277, Marissa Haque, 179, 304, 306
281, 282, 344, 345, 394 Marx, 12, 50, 52, 63, 72, 327
KPPB, 286 Marxis, 72
KPU, 18, 274, 395 Mas Ahmad Daniri, 179
KTP, 242 Mas Santoso, 168
kualitas luhur, 101 masa pra-Islam, 222, 229
kualitatif, 26, 27, 90 Masaaki, 23, 25
Kudus, 118 Masykuri Abdillah, 96
La Ode Asrarudin, 180 Material Power Index, 25, 90
Labuan, 319, 320, 321, 406 material power resources, 5, 25
Lakpesdam NU, 178 materialisme historis, 50
Laos, 41 Mathla’ul Anwar, 148, 149, 152,
Latif, 5, 6, 7 180, 209
LBB, 323, 324, 325, 326 Maulana Muhamad, 124
legitimasi tradisional, 15, 20, 25 Mawardi, 100
lembaga-lembaga demokratis, 82 Melaway Jaya Realty, 315
level-level pragmentasi politik, 72 metode kuantitatif sederhana, 27
LHKPN, 27, 28, 191, 212, 263, Michels, 37, 38, 50, 51, 52, 53, 81,
264, 265, 266, 267, 268, 269, 82, 87, 89, 407
270, 271, 273, 275, 276, 281, Mietzner, 72, 77
282 Mills, 57, 295
Libanon, 41, 430 MK, 333, 342, 355
liberal, 53, 80, 83 modal sosial, 20, 41, 206
Liddle, 12, 63, 72, 73, 74, 75, 76, Modus operandi, 207
77, 84, 107, 327 Moghissi, 37, 40, 401
Lingkaran Survei Indonesia, 304, money is power, 5
323 money politics, 13, 18
lingkungan, 83 monoteisme, 94
LNPRT, 253, 254, 259 Moore, 13, 79
loba, 101, 102 moralitas, 83, 86
local strongmen, 23 Mosca, 50, 51, 80, 81, 89
LSI, 304, 326 MPI, 259, 264, 266, 267, 277, 282,
LSM, 158, 292 309, 382
Lubis, 37, 41 Mu>sa, 92
M3B, 301 Muchtar Mandala, 182
Machiavelli, 12, 63, 72, 327, 396 Mudhar, 105
madrasah, 179 MUI, 178, 210, 256
424 Oligarki dan Demokrasi...
pemberontakan, 111, 116, 117, 118, PKB, 178, 182, 187, 207, 210
119, 123, 124, 127, 128, 130, PKI, 119, 130, 136, 157
131, 133, 136, 213, 218, 228, PKK, 285
230 PKRI, 139
pemberontakan komunis, 119, 213 PKS, 110, 179, 202, 312, 313, 314,
pemerasan proyek, 193, 199, 200, 397
201, 202 Plato, 38, 67, 89, 91, 100
pemerintahan perwakilan, 55 plutokratik, 8
Pemilihan Langsung, 197 PMDN, 248
Pemilu, 48 PMII, 323
Pemilukada, 48, 56 PMTB, 256
penanaman opium kolonial, 123 PNI, 139, 143
pencurian ternak, 120, 121 Polinsky, 43
pendekar, 141, 202 politeisme, 94
pengacara, 54 Pondok Pesantren Modern Daar El
Pengadaan Langsung, 196 Qolam, 323
penipuan pajak tanah, 120 popular socialism, 86
Penunjukan Langsung, 197 PPP, 143, 144, 145, 146, 147, 150,
penyitaan dengan paksa, 45, 105 153, 154, 155, 178, 179, 210,
Pepinsky, 72, 75, 77, 78 287, 289, 291, 292, 296, 301,
Perda, 242, 313 333
perdamaian, 95, 97 PPPSBBI, 143, 153, 157, 158, 159,
perdamaian abadi, 95 163, 168, 170, 174, 175, 189,
Perdana Menteri Hun Sen, 8 288, 294, 299, 302, 314, 315,
permusyawaratan, 97 316, 317, 318
persamaan, 31, 65, 83, 96, 97, 108 praktik monopolistik, 193
persaudaraan, 14, 97 premanisme proyek, 198, 199, 200,
personal network, 48, 162, 410 202, 203, 204, 207
personal rule, 76 Prentiss, 46
perspektif teoretis, 29 prinsip persamaan, 96
pertahanan harta, 45, 50, 61 priyayi, 111, 112
pertahanan kekayaan, 19, 44, 50, Produk Domestik Bruto (PDB), 5,
53, 58, 60, 61, 104 8, 74, 233
pertahanan pendapatan, 45, 50, 61 program keagamaan, 179
pesantren, 114, 117, 143, 145, 146, proletariat, 52, 72
147, 148, 150, 153, 160, 179, prosedur administratif, 194
180, 181, 186, 192, 209, 221, Protes-protes jalanan, 78
253, 254, 255, 256, 257, 259, proyek infrastruktur, 193
284, 381 PSII, 139, 143
Pesantren An-Nawawi, 321, 407 PT Arban Global Nusantara, 276
Peta, 130, 220 PT Arban Media, 276
PHK, 248 PT Kalimaya, 160
PK, 287, 298 PT Krakatau Steel Tbk, 157, 233
426 Oligarki dan Demokrasi...
BIOGRAFI PENULIS
Pendidikan Formal
1. Sekolah Dasar Negeri 3 Bantarpanjang, Kec. Jampang-
tengah, Kab. Sukabumi Jawa Barat (1988-1995) dengan
STTB No. 02 OA oa 0234945;
2. Madrasah Tsanawiyah Pondok Modern Assalam Suka-
bumi Jawa Barat (1995-1998) dengan STTB No.EIV/MTs
754/043809/98;
3. Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN) Darussa-
lam Ciamis Jawa Barat (1998-2001) dengan STTB
No.EIV/i/MA17101/0079/2001; dan
4. Program Studi Pemikiran Politik Islam, Fakultas Ushulu-
ddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta (2001-2007) dengan gelar akademik
Sarjana Sosial (S.Sos). Nomor Ijazah ER 010477 dengan
yudisium Kumlaude.[]