Anda di halaman 1dari 4

Dian Lestari (012023243025)

ESSAY REFLEKSI STASE E-LEARNING BBL KOMPLEKS

Pada stase BBL Kompleks saya mendapatkan materi tentang bayi dengan meningokel.
Meningokel adalah menonjolnya selaput yang menutupi tulang belakang dan bagian saraf
tulang belakang dan merupakan salah satu jenis dari Neural Tube Defect (Copp et al.,
2015). Di jawa Timur, angka kejadian NTD ini lebih tinggi daripada daerah Jawa lainnya.
Sehingga, penting bagi saya sebagai bidan yang akan bekerja di Jawa Timur untuk
memperhatikan dan memahami betul terkait meningokel ini. Refleksi yang saya dapatkan
dari pembelajaran stase BBL kompleks adalah mengenai penilaian faktor risiko bayi yang
mengalami neural tube defect (NTD). Selama ini pada praktik kebidanan yang saya temui
dan alami selama bekerja, yang sering dikaitkan dengan penyebab NTD adalah defisiensi
asam folat, namun data menyebutkan bahwa 60-70% kasus NTD justru penyebabnya
adalah faktor genetik (Istiadjid, 2015). Setelah belajar dan mencari materi untuk
preconference, saya mendapatkan bukti-bukti ilmiah faktor risiko lain kasus NTD yang
tidak kalah pentingnya untuk dikaji secara rutin. Walaupun sampai saat ini etiologi neural
tube defect belum diketahui secara pasti, faktor genetik dan faktor lingkungan memegang
peranan besar dalam proses terjadinya kelainan ini. Faktor-faktor risiko tersebut dapat
saja jabarkan sebagai berikut:

1. Riwayat Keluarga dengan Neural Tube Defect


Di antara 851 wanita yang memiliki kehamilan dengan NTD sebelumnya, ada 578
kehamilan berikutnya dengan 10 kasus neural tube defect berulang. Ini
menunjukkan tingkat rekurensi NTD sebesar 1,7%. Riwayat keluarga NTDs sebesar
16,9% pada anak dengan NTDs baik dari garis keturunan ayah maupun ibu. Tingkat
riwayat keluarga positif yang tinggi ini menunjukkan bahwa genetika dan
epigenetik mungkin memainkan peran yang lebih besar patogenesis NTD di era
modern dari suplementasi folat yang meluas. Risiko NTD 4x lipat pada kehamilan/
anak selanjutnya (Dupépé et al., 2017).
Ini artinya, suplementasi asam folat saja tidak cukup. Sejak memberikan asuhan
prakonsepsi, saya sebagai bidan perlu mengkaji terkait riwayat NTD baik dari garis
maternal maupun paternal sebagai skrining awal faktor genetik risiko terjadinya
NTD.
2. Kurangnya Asupan Asam Folat saat Perikonsepsi dan Awal Kehamilan
Asam folat memegang peranan penting dalam sintesis asam nukleat dan reaksi
metilasi. Kurangnya konsumsi asam folat akan meningkatkan risiko NTD. Pada
studi meta analasis dari 5 penelitian, asam folat diketahui bersifat protektif
terhadap kejadian neural tube defect dengan risiko relatif 0,31. Tingkat
kekambuhan pada wanita dengan riwayat kehamilan dengan neural tube defect
sebelumnya adalah 1,5% untuk mereka yang mengonsumsi suplemen asam folat
dan 2,6% untuk mereka yang tidak mengonsumsi suplemen asam (Bibbins-
Domingo et al., 2017; De Wals et al., 2007). Dikatakan bahwa suplementasi asam
folat sejak sebelum kehamilan dapat menurunkan risiko NTD sebanyak >80%.
Hal tersebut tentu dapat menjadi refleksi yang berbeda, di mana saya sebagai
bidan harus berfikir lebih keras untuk mengoptimalkan asuhan sejak masa
prakonsepsi, karena bagaimana efektifitas asam folat mencegah NTD sangat
bergantung sejak kapan memulai suplementasinya. Pernah saya temui di buku KIA,
bahkan belum lama ini menjadi bahan diskusi di salah satu stase, asam folat masih
diberikan pada ibu hamil di akhir trimester II. Ini artinya masih ada bidan yang
belum memahami tentang cara kerja asam folat ini.
3. Riwayat Diabetes Melitus sebelum Kehamilan
Organogenesis merupakan suatu proses yang memerlukan glukosa dalam jumlah
yang tinggi karena terjadi siklus glikolisis anaerob secara terus-menerus. Sebelum
terbentuknya sel beta-pankreas pada usia 7 minggu, kebutuhan glukosa saat
organogenesis didapatkan dari ibu. Ibu dengan diabetes mellitus memiliki
gangguan keseimbangan gula darah akan menyebabkan gangguan pada
organogenesis, termasuk tuba neural (Dupépé et al., 2017).
Dari faktor risiko ini, yang dapat saya rumuskan ketika melakukan asuhan BBL
yang lahir dari ibu dengan riwayat DM nantinya adalah ketika pemeriksaan BBL
dilakukan saya tidak hanya berfokus pada kemungkinan makrosomia dan
hipoglikemi, namun juga melakukan pemeriksaan awal kecurigaan NTD dengan
inspeksi kulit.
4. Riwayat Penggunaan Antikonvulsan
Antikonvulsan merupakan salah satu obat yang teratogenik. Teratogenitas tertinggi
dimiliki oleh obat asam valproat, diikuti oleh carbamazepine, topiramat, phenytoin,
dan fenobarbital. Golongan antikonvulsan dengan teratogenitas terendah adalah
gabapentin, levetiracetam, klonazepam, dan lamotrigin. Salah satu malformasi
yang diketahui dapat terjadi akibat penggunaan antikonvulsan adalah neural tube
defect (Avagliano et al., 2019).
5. Kurangnya Kadar Vitamin B12 saat Kehamilan
Dua penelitian meta analisis menyatakan bahwa status vitamin B12 yang inadekuat
pada ibu merupakan salah satu faktor risiko terjadinya neural tube defect.
Pemberian suplemen B12 pada ibu hamil dapat mengurangi angka kejadian neural
tube defect (Bibbins-Domingo et al., 2017).
6. Obesitas
Dari 22 studi yang termasuk dalam meta analisis, ditemukan bahwa ibu dengan
obesitas memiliki faktor risiko neural tube defect yang lebih tinggi dibandingkan
dengan ibu yang memiliki berat badan normal. Peningkatan berat badan pada ibu
hamil juga harus disesuaikan dengan rekomendasi yang berlaku (Avagliano et al.,
2019).
Yang dapat saya refleksikan dari meta analisis ini adalah pentingnya pengkajian
BMI sebelum hamil dan melakukan penilaian berapa penambahan berat badan
pada ibu selama hamil sesuai BMInya, serta tindakan apa yang dapat saya lakukan
ketika BMI ibu sebelum hamil obesitas agar nantinya bayi tidak NTD. Jika saya
mendapatkan ibu dengan BMI obese, hal yang mungkin dapat saya lakukan untuk
mengurangi risiko NTD ini adalah berkolaborasi dengan ahli gizi untuk konseling
nutrisi selama hamil, dan berkolaborasi dengan ahli lain untuk pemeriksaan
penunjang apabila diperlukan.
7. Faktor Risiko Lain
Faktor risiko lain yang berpotensi meningkatkan risiko neural tube defect adalah
(Douglas Wilson et al., 2014):
a. Nutrisi
Kurangnya asupan metionin, vitamin C, zinc, dan kolin
b. Zat kimia
Pelarut organik, pestisida, hidrokarbon aromatik polisiklik, materi berbahan
nitrat, air minum yang tercemar disinfektan, dan paparan polusi udara
c. Stres psikososial
Penggunaan alkohol dan rokok

Akhir kata, yang dapat saya simpulkan selama mempelajari topik NTD pada stse BBL
kompleks ini adalah; NTD merupakan salah satu kelainan kongenital yang dapat dicegah.
Wanita yang sedang merencanakan kehamilan perlu diberikan edukasi mengenai
pentingnya asupan asam folat. Selain itu, pasien juga perlu diedukasi untuk menghindari
faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko NTD, seperti menjaga berat badan, menjaga
kadar gula darah, dan meningkatkan asupan vitamin B12. Orang tua pasien dengan NTD
perlu mengetahui tingkat keparahan penyakit, ekstensi lokasi malformasi, adanya
kelainan lain, dan angka kesintasan hidup. Selain itu, perlu juga diedukasikan bahwa ada
kemungkinan terjadi rekurensi pada kehamilan berikutnya sehingga perlu menghindari
faktor risiko dan pemantauan lebih ketat selama kehamilan.
REFERENSI
Avagliano, L., Massa, V., George, T. M., Qureshy, S., Bulfamante, G. Pietro, & Finnell, R.
H. (2019). Overview on neural tube defects: From development to physical
characteristics. Birth Defects Research, 111(19), 1455–1467.
https://doi.org/10.1002/bdr2.1380
Bibbins-Domingo, K., Grossman, D. C., Curry, S. J., Davidson, K. W., Epling, J. W., Garcia,
F. A. R., Kemper, A. R., Krist, A. H., Kurth, A. E., Landefeld, C.
S., Mangione, C. M., Phillips, W. R., Phipps, M. G., Pignone, M. P., Silverstein, M., & Tseng,
C. W. (2017). Folic acid supplementation for the prevention of neural tube defects
US preventive services task force recommendation statement. JAMA - Journal of the
American Medical Association, 317(2), 183–189.
https://doi.org/10.1001/jama.2016.19438
Copp, A. J., Adzick, N. S., Chitty, L. S., Fletcher, J. M., Holmbeck, G. N., & Shaw, G. M.
(2015). Spina bifida. Nature Reviews Disease Primers, 1(April), 1–18.
https://doi.org/10.1038/nrdp.2015.7
Douglas Wilson, R., Douglas Wilson, R., Audibert, F., Brock, J. A., Campagnolo, C., Carroll,
J., Cartier, L., Chitayat, D., Gagnon, A., Johnson, J. A., Langlois, S., Kim MacDonald,
W., Murphy-Kaulbeck, L., Okun, N., Pastuck, M., & Popa, V. (2014). Prenatal
Screening, Diagnosis, and Pregnancy Management of Fetal Neural Tube Defects.
Journal of Obstetrics and Gynaecology Canada, 36(10), 927–939.
https://doi.org/10.1016/S1701-2163(15)30444-8
Dupépé, E. B., Patel, D. M., Rocque, B. G., Hopson, B., Arynchyna, A. A., Bishop, E. R., &
Blount, J. P. (2017). Surveillance survey of family history in children with neural tube
defects. Journal of Neurosurgery: Pediatrics, 19(6), 690–695.
https://doi.org/10.3171/2016.12.PEDS1668
Istiadjid, M. (2015). The Wide Defect of Meningocele Correlates With Transforming Growth
Factor Β 1 ( Tgf- Β 1 ) and Insuline-Like Growth Factor-1 ( Igf-1 ) Level in Skull. 1,
129–135.

Anda mungkin juga menyukai