Bab III Gerbang Logika Dan Aljabar Boole 2
Bab III Gerbang Logika Dan Aljabar Boole 2
3.1 Pendahuluan
Komputer, kalkulator, dan peralatan digital lainnya kadang-kadang
dianggap oleh orang awam sebagai sesuatu yang ajaib. Sebenarnya peralatan
elektronika digital sangat logis dalam operasinya. Bentuk dasar blok dari setiap
rangkaian digital adalah suatu gerbang logika.
Gerbang logika adalah rangkaian digital yang dapat dinyatakan dengan
dua keadaan (tegangan/logika tinggi atau tegangan/logika rendah). Gerbang logika
merupakan rangkaian dengan satu atau lebih sinyal masukan, tetapi hanya
menghasilkan satu sinyal keluaran. Keluaran akan berlogika tinggi (1) atau
berlogika rendah (0) tergantung pada sinyal masukan digital yang diberikan.
Rangkaian digital di dalam computer digital dan system digital lainnya
dirancang dengan menggunakan disiplin matematika, yaitu Aljabar Boole. Nama
tersebut diambil dari nama penemunya yaitu George Boole.
A Y
0 1
1 0
Persamaan logika atau fungsi aljabar boole untuk gerbang NOT adalah :
Y =A
Operasi Inverter secara simbolis direpresentasikan dengan menggunakan garis di
atas.
Timing Diagram acap kali dibutuhkan untuk memudahkan dalam
menganalisa kinerja suatu system. Gambar 3.2 berikut menggambarkan timing
digram gerbang NOT.
29
3.2.2 Gerbang AND
Gerbang AND mempunyai dua atau lebih sinyal masukan tetapi hanya
satu sinyal keluaran. Semua masukan harus dalam keadaan tinggi untuk
mendapatkan keluaran yang tinggi. Gambar 3.3 memperlihatkan simbol gerbang
AND 2 input.
A B Y
0 0 0
0 1 0
1 0 0
1 1 1
Persamaan logika atau fungsi aljabar untuk gerbang AND 2 input adalah :
Y = A⋅ B
Operasi AND secara simbolis direpresentasikan dengan menggunakan operator
titik (dot), dan boleh juga disederhanakan tanpa menggunakan titik (dot). Gambar
3.5 berikut menggambarkan timing digram gerbang AND 2 input.
Dalam praktek, gerbang AND jenis TTL mempunyai nomor seri 7408. Gambar
susunan pin IC 7408 seperti ditunjukkan pada gambar 3.6 berikut :
30
Gambar 3.6. Susunan Pin IC 7408 (AND 2 input)
3.2.3 Gerbang OR
Gerbang OR mempunyai dua atau lebih sinyal masukan tetapi hanya satu
sinyal keluaran. Jika salah satu atau semua sinyal masukannya tinggi, maka sinyal
keluarannya akan menjadi tinggi. Simbol gerbang OR 2 input diperlihatkan pada
Gambar 3.7.
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1
31
Gambar 3.8. Timing Diagram Gerbang OR 2 input
32
Tabel kebenaran gerbang NAND untuk kombinasi 2 masukan A dan B
diperlihatkan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Tabel Kebenaran Gerbang NAND 2 input
A B Y
0 0 1
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Persamaan logika atau fungsi aljabar untuk gerbang NAND 2 input adalah :
Y = A⋅ B
Timing diagram gerbang NAND 2 input dapat dilihat pada Gambar 3.11 berikut :
Dalam praktek, gerbang NAND disediakan dalam bentuk IC. Untuk jenis TTL,
gerbang NAND serinya antara lain 7400 (NAND 2 input) dan 7410 (NAND 3
input). Berikut adalah susunan pin IC 7400.
VCC
14 13 12 11 10 9 8
7400
1 2 3 4 5 6 7
GND
33
3.3.2 Gerbang NOR
Gerbang NOR mempunyai dua atau lebih sinyal masukan tetapi hanya satu
sinyal keluaran. Struktur logika gerbang NAND yang terdiri dari sebuah gerbang
OR dan sebuah inverter yang dirangkai secara seri. Gerbang NOR merupakan
kebalikan dari gerbang OR. Untuk memperoleh keluaran yang tinggi dari gerbang
NOR, semua masukan harus berada dalam keadaan rendah. Dengan kata lain,
gerbang NOR hanya mengenal kata masukan yang semua bitnya sama dengan nol.
Simbol gerbang NOR 2 input diperlihatkan pada Gambar 3.13.
A B Y
0 0 1
0 1 0
1 0 0
1 1 0
Persamaan logika atau fungsi aljabar untuk gerbang NOR 2 input adalah :
Y = A+ B
Timing diagram gerbang NOR 2 input dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut :
34
Dalam praktek, gerbang NOR disediakan dalam bentuk IC. IC TTL untuk
gerbang NOR 2 input mempunyai nomor seri 7402.
A B Y
0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 0
Timing diagram gerbang EX-OR 2 input dapat dilihat pada Gambar 3.17 berikut :
35
Gambar 3.17. Timing Diagram Gerbang EX-OR 2 input
A Y
B
36
sebagai pembanding bit atau kata, dimana masukan dikenali oleh gerbang bila
kedua bit masukannya identik. Contoh rangkaian pembanding kata :
Register A Register B
A3 A2 A1 A0 B3 B2 B1 B0
Y3 Y2 Y1 Y0
EQUAL
37
membuat persamaan logika, tulislah terlebih dahulu persamaan logika pada setiap
output gerbang penyusun rangkaian tersebut. Selanjutnya, penulisan persamaan
logika terhadap gerbang terakhir, akan menghasilkan persamaan logika dari
rangkaian tersebut.
Contoh 3.1 Buatlah persamaan logika untuk rangkaian logika berikut ini :
Jawab :
Contoh 3.2 Buatlah persamaan logika untuk rangkaian logika berikut ini :
Jawab :
A
Y = A (B+C)
B
C B+C
Sehingga :
Y = A( B + C )
38
• Cara 1 : Menulis keluaran dari semua gerbang yang merupakan komponen
penyusun rangkaian logika untuk seluruh kombinasi input
• Cara 2 : Mengevaluasi keluaran dari persamaan logika
Membuat tabel kebenaran dengan cara 2 relatif lebih mudah dan cepat
dilakukan dibandingkan dengan cara 1. Contoh 3.3 dan 3.4 diselesaikan dengan
menggunakan cara 1, sedangkan contoh 3.5 diselesaikan dengan menggunakan
cara 2.
Contoh 3.3 Buatlah tabel kebenaran untuk gambar rangkaian yang ada pada
contoh 3.1 !
Jawab :
Persamaan logika untuk gambar rangkaian pada contoh 3.1 : Y = A + B
Tabel kebenaran untuk persamaan di atas :
A B A Y = A+ B
0 0 1 1
0 1 1 1
1 0 0 0
1 1 0 1
Contoh 3.4 Buatlah tabel kebenaran untuk gambar rangkaian yang ada pada
contoh 3.2 !
Jawab :
Persamaan logika untuk gambar rangkaian pada contoh 3.2 : Y = A(B+C)
Tabel kebenaran untuk persamaan di atas :
A B C B+C Y = A(B+C)
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 1 0
39
0 1 1 1 0
1 0 0 0 0
1 0 1 1 1
1 1 0 1 1
1 1 1 1 1
Jawab :
Persamaan logika dari rangkaian tersebut : Y = AB + CD
Arti persamaan di atas :
Y akan berlogika 1, jika AB = 1 atau CD = 1
AB = 1, jika A = 1 dan B = 1
CD = 1, jika C = 1 dan D = 1
40
1 0 1 0 0
1 0 1 1 1
1 1 0 0 1
1 1 0 1 1
1 1 1 0 1
1 1 1 1 1
Dari contoh di atas, bisa dibayangkan repotnya jika kita membuat tabel
kebenaran dengan cara mencari keluaran dari semua gerbang untuk seluruh
kombinasi input. Jika input ada 3, maka kita akan mencari keluaran untuk 8
kombinasi input. Jika input ada 4, maka akan ada 16 kombinasi input. Jadi, untuk
n input akan menghasilkan 2n kombinasi input.
41
• Jadi rangkaian logikanya adalah :
42
A⋅ A = 0
• Aturan 5 : Setiap bilangan yang ditambahkan atau di-OR-kan dengan 0
akan menghasilkan bilangan itu sendiri.
A+0 = A
• Aturan 6 : Setiap bilangan yang ditambahkan atau di-OR-kan dengan 1
akan menghasilkan 1.
A +1 = 1
• Aturan 7 : Penjumlahan dua buah bilangan akan menghasilkan bilangan itu
sendiri.
A+ A = A
• Aturan 8 : Setiap bilangan yang dijumlahkan atau di-OR-kan dengan
komplemennya akan menghasilkan 1.
A+ A =1
• Aturan 9 : Suatu bilangan yang dikomplemenkan dua kali, maka akan
dihasilkan bilangan itu sendiri.
A= A
• Aturan 10 : A + AB = A + B
Penjabaran :
A + AB = A(1 + B ) + AB
= A + AB + AB
= A + B ( A + A) , A+ A =1
A + AB = A + B
• Aturan 11 : A + AB = A + B
Penjabaran :
A + AB = A(1 + B ) + AB
= A + AB + AB
= A + B ( A + A) , A+ A =1
A + AB = A + B
43
Aturan 10 dan aturan 11 berbeda dengan aturan yang sebelumnya karena
terdiri dari dua variabel. Aturan ini berguna untuk menyederhanakan
persamaan dimana satu atau lebih variabel dapat dihilangkan.
Pembuktian berdasarkan tabel kebenaran dari dua persamaan tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut :
A B A + AB A+B A + AB A+ B
0 0 0 0 1 1
0 1 1 1 1 1
1 0 1 1 0 0
1 1 1 1 1 1
4. A ⋅ A = 0
5. A + 0 = A
6. A + 1 = 1 Operasi
7. A + A = A OR
8. A + A = 1
9. A = A
10. A + AB = A + B
11. A + AB = A + B
Teorema de Morgan
Teorema de Morgan ini sangat berguna untuk menyederhanakan
persamaan rangkaian yang menggunakan gerbang NAND dan NOR. Teorema de
Morgan ada 2, yaitu :
1. A⋅ B = A + B (untuk dua variabel)
44
A⋅ B ⋅C = A + B + C (untuk tiga variabel)
45
Gambar 3.24. Rangkaian Logika Asli dan Rangkaian Ekivalen
dengan menggunakan Teknik Bubble Pushing
46
1. Modifikasi dari persamaan logika
Modifikasi ke gerbang NAND
1. Y = A → Y = A⋅ A atau Y = A ⋅1
2. Y = A ⋅ B → Y = A⋅ B
3. Y = A + B → Y = A+ B → Y = A⋅ B
1. Y = A → Y = A+ A atau Y = A+0
2. Y = A ⋅ B → Y = A⋅ B → Y = A+ B
3. Y = A + B → Y = A+ B
47
Gerbang Dasar Gerbang yang dimanipulasi ke NOR
Jawab :
Metode persamaan logika
Modifikasi ke dalam bentuk NAND saja
Y = ( A ⋅ B) + C = ( A ⋅ B) + C = ( A ⋅ B) ⋅ C
Rangkaian Logika :
Y = ( A ⋅ B) + C = ( A ⋅ B) + C = ( A + B ) + C
48
Rangkaian Logika :
49
dinamakan dengan Minterm. Jadi, minterm adalah n variabel yang membentuk
operasi AND yang menghasilkan suatu persamaan.
Jika dua variable X dan Y digabung dengan operasi OR, maka empat
kemungkinan kombinasi yang muncul adalah : X + Y , X + Y , X + Y , dan X + Y .
Masing-masing dari empat kemungkinan itu dinamakan dengan Maxterm. Jadi,
maxterm adalah n variabel yang membentuk operasi OR yang menghasilkan suatu
persamaan.
Minterm Maxterm
X Y Z
Term Lambang Term Lambang
0 0 0 XYZ m0 X +Y + Z M0
0 0 1 X YZ m1 X +Y + Z M1
0 1 0 XY Z m2 X +Y + Z M2
0 1 1 X YZ m3 X +Y + Z M3
1 0 0 XYZ m4 X +Y + Z M4
1 0 1 X YZ m5 X +Y + Z M5
1 1 0 XY Z m6 X +Y + Z M6
1 1 1 XYZ m7 X +Y + Z M7
X Y Z F1 F2
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 0 0
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
50
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1
Suatu fungsi atau persamaan boole dapat dibuat dari suatu table kebenaran
yang dibentuk dari minterm setiap kombinasi input yang menghasilkan output 1
dan kemudian meng-OR-kan semua minterm tersebut. Misalnya, fungsi F1 pada
table 3.9 di atas dihasilkan dari kombinasi 001, 100, dan 111, sehingga bentuk
persamaan fungsinya menjadi :
F1 = X Y Z + X Y Z + XYZ
= m1 + m4 + m7
Dengan cara yang sama diperoleh fungsi F2, yaitu :
F2 = X YZ + X Y Z + XY Z + XYZ
= m 3 + m5 + m 6 + m7
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa setiap fungsi boole dapat dinyatakan
sebagai suatu sum of minterm.
Komplemen fungsi boole dapat dibaca dari table kebenaran di atas (table
3.9) dengan membentuk minterm dari setiap kombinasi input yang menghasilkan
0 dalam fungsi tersebut. Komplemen F1 adalah :
F1 = X Y Z + X Y Z + X YZ + X Y Z + XY Z
F1 = X Y Z + X Y Z + X YZ + X Y Z + XY Z
F1 = ( X + Y + Z ) ( X + Y + Z ) ( X + Y + Z ) ( X + Y + Z ) ( X + Y + Z )
= M0 + M2 + M3 + M5 + M6
Dengan cara yang sama diperoleh fungsi F2, yaitu :
F2 = ( X + Y + Z ) ( X + Y + Z ) ( X + Y + Z ) ( X + Y + Z )
= M0 + M1 + M2 + M4
Dari contoh di atas, dapat dilihat bahwa setiap fungsi boole dapat dinyatakan
sebagai suatu sum of maxterm
Jadi, fungsi boole dapat dinyatakan dalam bentuk sum of minterm atau sum
of maxterm, yang biasa disebut bentuk kanonik.
51
3.10.1 Sum of Minterm atau Sum of Product
Telah diuraikan sebelumnya, bahwa n variable input akan menghasilkan 2n
minterm yang berbeda, dan setiap fungsi boole dapat dinyatakan dalam bentuk
sum of minterm dan sum of maxterm. Kadang-kadang lebih mudah untuk
menyatakan fungsi Boole tersebut dalam sum of minterm. Jika tidak tersedia
dalam bentuk itu, dapat dibentuk dengan menguraikannya menjadi suatu bentuk
penjumlahan dari operasi AND. Nama lain dari sum of minterm adalah sum of
product.
A = AB (C + C ) + A B (C + C ) = ABC + ABC + A BC + A BC
Term kedua masih kurang 1 varibel, maka :
BC = BC ( A + A) = A BC + A BC
Dengan menggabungkan term pertama dan kedua, maka didapat :
ABC muncul dua kali, dan sesuai dengan aturan 7, X + X = X, maka salah
satunya bisa dihilangkan, sehingga persamaannya menjadi :
F = A + BC = ABC + ABC + ABC + ABC + ABC
= m1 + m4 + m5 + m6 + m7
Untuk memudahkan penulisan, persamaan di atas dapat dinyakan dengan
notasi :
F ( A, B, C ) = ∑ (1,4,5,6,7)
52
• Angka 1,4,5,6,7 merupakan nomor minterm
• Huruf A,B,C merupakan variabel yang dipakai oleh minterm
Contoh 3.9 Nyatakan F dalam persamaan sum of minterm untuk tabel kebenaran
berikut :
X Y Z F
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1
Jawab :
F = X Y Z + X Y Z + XYZ
= m1 + m4 + m7
Persamaan di atas dapat ditulis dengan menggunakan notasi singkat :
F(X,Y,Z) = Σ(1,4,7)
53
Contoh 3.10 Nyatakan fungsi Boole F = XY + X Z dalam bentuk sum of
maxterm.
Jawab :
Pertama, fungsi tersebut diubah menjadi bentuk OR dengan menggunakan
hukum distributif.
F = XY + X Z = ( XY + X )( XY + Z )
= ( X + X )(Y + X )( X + Z )(Y + Z )
= ( X + Y )( X + Z )(Y + Z )
Fungsi tersebut mempunyai 3 variabel X,Y, dan Z. Masing-masing bentuk
OR mempunyai variabel yang tersebunyi, oleh karena itu :
X +Y = X +Y + ZZ
= ( X + Y + Z )( X + Y + Z )
X + Z = X + YY + Z
= ( X + Y + Z )( X + Y + Z )
Y + Z = X X +Y + Z
= ( X + Y + Z )( X + Y + Z )
Dengan menggabungkan semua term tersebut dan menghilangkan term
yang muncul lebih dari satu kali, maka didapat :
F = ( X + Y + Z )( X + Y + Z )( X + Y + Z )( X + Y + Z )
= M 0M 2M 4M 5
Bentuk persamaan notasi :
F ( X , Y , Z ) = Π (0, 2,4,5)
Keterangan notasi di atas :
• Lambang penjumlahan Π menyatakan peng-AND-an maxterm
• Angka 0,2,4,5 merupakan nomor maxterm
• Huruf X,Y,Z merupakan variabel yang dipakai oleh maxterm
54
Contoh 3.11 Nyatakan F dalam persamaan sum of maxterm untuk tabel
kebenaran berikut :
X Y Z F
0 0 0 0
0 0 1 1
0 1 0 0
0 1 1 0
1 0 0 1
1 0 1 0
1 1 0 0
1 1 1 1
Jawab :
F = ( X + Y + Z )( X + Y + Z )( X + Y + Z )( X + Y + Z ) + ( X + Y + Z )
= M 0M 2M 3M 5M 6
Persamaan di atas dapat ditulis dengan menggunakan notasi singkat :
F(X,Y,Z) = Π(0,2,3,5,6)
55
mj = M j
Jadi secara umum, untuk mengubah salah satu bentuk kanonik ke bentuk
kanonik lain cukup dilakukan dengan menukar lambang Σ dengan Π, dan ditulis
semua bilangan yang tidak ada dalam bentuk aslinya, begitu juga sebaliknya.
Catatan : Perlu diingat di sini, jumlah minterm dan maxterm untuk n variabel
adalah 2n.
a. F = AB + ABC
b.
c.
56
3. Konversikan persamaan berikut menjadi bentuk NOR saja dan gambarkanlah
rangkaiannya :
(
F = (A + B ) A + C )
4. Implementasikan fungsi berikut yang menggunakan keadaan tak-acuh (don’t
care), dengan tidak lebih dari 2 buah gerbang NOR. Andaikan masukan
normal dan komplemennya tersedia.
57
x y z F1 F2
0 0 0 0 0
0 0 1 1 0
0 1 0 1 0
0 1 1 0 1
1 0 0 1 0
1 0 1 0 1
1 1 0 0 1
1 1 1 1 1
58