Anda di halaman 1dari 41

BAB I

GERBANG LOGIKA DASAR

1.1 Tujuan
 Mahasiswa mampu memahami konsep gerbang logika dasar
 Mahasiswa mampu merancang dasar-dasar sistem logika
 Mahasiswa mampu mengimplementasikan logika gerbang dasar ke
hardware logika dasar
1.2 Dasar Teori
1.2.1 Gerbang AND
Gerbang AND adalah semacam gerbang logika tetapi membutuhkan
dua input atau lebih untuk menghasilkan satu output. Hasil output akan
berupa 0 bila semua atau salah satu inputnya merupakan bilangan biner 0.
Sebaliknya, jika semua input adalah bilangan biner 1, outputnya pun juga 1.
(Restu, 2020)

A.B=Y

Gambar 1.1 Simbol dan Persamaan Boolean AND

Gambar 1.2 Tabel Kebenaran AND


Gambar 1.3 Datasheet AND

1.2.2 Gerbang OR
Gerbang OR adalah gerbang logika yang sangat sederhana karena
hanya menggunakan resistor dan transistor. Cara kerja pada gerbang logika
OR berupa dua masukan daya listrik. Jika salah satu masukan diaktifkan,
maka akan menghasilkan keluaran akan aktif juga.

A+B=Y

Gambar 1.4 Simbol dan Persamaan Boolean OR

Gambar 1.5 Tabel Kebenaran OR


Gambar 1.6 Datasheet OR

1.2.3 Gerbang Not


Gerbang NOT adalah rangkaian inventer (pembalik). Tugas
rangkaian NOT (pembalik) adalah memberikan suatu keluaran yang tidak
sama dengan masukan. Simbol logika untuk pembalik (inverter, rangkaian
NOT).  Gerbang NOT (TIDAK) yang mana hanya mempunyai 1
masukan/input dan 1 keluaran/output.

Gambar 1.7 Simbol dan Persamaan Boolean NOT

Gambar 1.8 Tabel Kebenaran NOT


Gambar 1.9 Datasheet NOT

1.2.4 Gerbang NAND


Gerbang NAND adalah gerbang hasil dari gabungan dua buah
gerbang yaitu gerbang AND dan NOT. Penggabungannya dengan cara
menghubungkan output gerbang AND dengan gerbang NOT, dengan kata
lain gerbang NAND adalah kebalikan dari gerbang AND.

Gambar 1.10 Simbol dan Persamaan Boolean NAND


Gambar 1.11 Tabel Kebenaran NAND

Gambar 1.12 Datasheet NAND

1.2.5 Gerbang NOR


Gerbang NOR adalah suatu NOT-OR atau bisa disebut dengan fungsi
OR yang dibalikkan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa gerbang NOR.
Gerbang NOR (NOT OR) memiliki dua atau lebih dari dua sinyal masukan
tetapi hanya satu sinyal keluaran. Untuk memperoleh keluaran tinggi, semua
masukan harus berkeadaan rendah. Artinya NOR hanya mengenal masukan
yang semua bitnya nol (rendah).

Gambar 1.13 Simbol dan Persamaan Boolean NOR


Gambar 1.14 Tabel Kebenaran NOR

Gambar 1.15 Datasheet NOR

1.2.6 Gerbang EX-OR


Gerbang Ex-OR adalah kombinasi dari gerbang-gerbang logika yang
komplek yang digunakan untuk membentuk rangkaian logika aritmatika,
komparator dan rangkaian untuk mendeteksi error.

Gambar 1.16 Simbol dan Persamaan Boolean EX-OR


Gambar 1.17 Tabel Kebenaran EX-OR

Gambar 1.18 Datasheet EX-OR

1.2.7 Gerbang EX-NOR


Gerbang Ex-OR adalah kombinasi dari gerbang-gerbang logika yang
komplek yang digunakan untuk membentuk rangkaian logika aritmatika,
komparator dan rangkaian untuk mendeteksi error.

Gambar 1.19 Simbol dan Persamaan Boolean EX-NOR


Gambar 1.20 Tabel Kebenaran EX-NOR

Gambar 1.21 Datasheet EX-NOR

1.3 Alat dan Bahan


1. IC Gerbang Logika : 7408 (AND), 7432 (OR), 7404 (NOT), 7400
(NAND),7402 (NOR), 7486 (EX-OR), 74266 (EX-NOR)

2. Datasheet
3. Jumper secukupnya
4. LED
5. Project Board/Bread Board
6. Power Supply DC
7. Resistor 330 Ω
1.4 Langkah Percobaan
1. Menyiapkan Data Sheet Project Board, Jumper, IC, Power Supply, dan LED

2. Memperhatikan nomor-nomor pada kaki PIN IC terkait, dan menyesuaikan


fungsionalitas setiap pin dengan datasheet IC yang ada
3. Memastikan menggunakan project board/bread board secara benar,
meminta bantuan asisten praktikum untuk memeriksa setelah pemasangan
IC dan penyusunan rangkaian sebelum menghubungkan ke powersupply
4. Menghubungkan pin Vcc dan GND ke powersupply, jumper untuk pin
input dan LED untuk pin output
5. Mencoba untuk 1 gerbang logika di setiap IC, dan mencatat hasilnya
6. Memperhatikan apakah IC tersebut aktif HIGH (“1”) atau aktif LOW (“0”)

1.5 Gambar Rangkaian

A B
Gambar 1.22 Rangkaian Gerbang AND

A B

Gambar 1.23 Rangkaian Gerbang OR

Gambar 1.24 Rangkaian Gerbang NOT

A B

Gambar 1.25 Rangkaian Gerbang NAND

A B
B
BBBB
BB
Gambar 1.26 Rangkaian Gerbang NOR

A B

Gambar 1.27 Rangkaian Gerbang EX-OR

A B
Gambar 1.28 Rangkaian Gerbang EX-NOR
BAB II

PENYEDERHANAAN RANGKAIAN LOGIKA MENGGUNAKAN ALJABAR BOOLE

2.1 Tujuan

1. Mahasiswa dapat membuat rangkaian dari kombinasi gerbang dasar


2. Mahasiswa dapat memahami cara kerja rangkaian dari kombinasi gerbang dasar
menggunakan IC TTL yang ada
3. Mahasiswa dapat membuat rangkaian logika sederhana melalui persamaan
Boolean dan Tabel Kebenaran yang diketahui
4. Mahasiswa dapat merancang rangkaian logika sederhana dengan menggunakan
IC TTL yang ada

2.2 Dasar teori


2.2.1 Teorema Aljabar Boole
Aljabar Boolean adalah sistem aljabar yang berisi himpunan B dengan operasi +
dan . yang didefinisikan pada himpunan. Salah satu bagian yang penting dalam
aljabar boolean adalah prinsip dualitas. Dual dari suatu pernyataan dalam aljabar
boolean adalah suatu pernyataan yang diperoleh dengan menukar tanda “+”
dengan “.”, elemen 1 dengan 0 dan sebaliknya. Aljabar boolean
mempunyai aplikasi yang luas dalam bidang keteknikan, satu diantaranya adalah
dalam sirkuit elektronik. Sirkuit menerima masukan dan keluaran berupa pulsa-
pulsa listrik yang dapat dipandang sebagai 0 dan 1. Aljabar boolean digunakan
untuk memodelkan sirkuit elektronik. Elemen dasar dari sirkuit adalah gerbang
(gate). Sirkuit elektronik dimodelkan dengan sejumlah gerbang logika (logic gate).
Setiap gerbang mengimplementasikan sebuah operasi boolean. Ada tiga macam
gerbang dasar yaitu : NOT, AND, dan OR.
2.2.2 Teorema De Morgan

DE MORGAN yang disebut dengan Logika Simbolik karena menggunakan


symbol -simbol logika secara intensif. Dasar pemikiran logika klasik adalah logika
benar dan salah yang disimbolkan dengan 0 (untuk logika salah) dan 1 (untuk
logika benar)

yang disebut juga Logika Biner.

Tetapi pada kenyataanya dalam kehidupan sehari-hari banyak hal yang kita jumpai
yang tidak bisa dinyatakan bahwa sesuatu itu mutlak benar atau mutlak salah. Ada
daerah dimana benar dan salah tersebut nilainya tidak bisa ditentukan mutlak
benar atau mutlak salah alias kabur. (Logika, Ontologi and Komputer, 2018)

A Ᾱ
0 1
1 0

Tabel 2.1 Kebenaran Ᾱ

1. Operasi AND yaitu operasi AND antara 2 variable A dan B ditulis A.B. Tabel

A B A.B
0 1 0
2. Operasi OR yaitu Operrasi antara 2 vriable A dan B ditulis A+B. Tabel
A B A +B

0 0 0
0 1 1
1 0 1
1 1 1

Tabel 2.3 kebenaran A + B

A + B bernilai 0, hny jika A dan B bernilai 0.

2.3 Alat dan bahan

1. IC Gerbang logika 7408 (AND),7432 (OR),7404 (NOT),7400 (NAND),


7402 (NOR)
2. Data Sheet
3. Kabel Buat Jumper
4. Led
5. Project Board
6. Power Supply Dc

2.4 Langkah Percobaan

1. Menyiapkan data sheet,jumper,project board,ic,power supply,led


2. Memperhatikan nomor-nomor pada kaki pin ic sesuaikan fungsionalitas setiap
pin mengunakan data sheet yang ada.
3. Memastikan menggunakan project board/bread secara benar,
4. Menghubungkan pin vcc dan ground pada ic ke power supply,jumper untuk
pin input dan led untuk pin output
5. Membuat skema rangkaian logika untuk persamaan logikaserta tabel
kebenaran persamaan berikut ini
a. Y = (A+B).(A+C)
b. F = A + BC
c. Y = (A+B)’
d. F = A’.B’
2.5 Gambar rangkaian

A. Y = (A+B).(A+C)

Gambar 2.1 Rangkaian Y = (A+B).(A+C)

B. F = A + BC

Gambar 2.2 Rangkaian F = A + BC

C. Y = (A+B)’

Gambar 2.3 Rangkaian Y = (A+B)

D. F = A’.B’

Gambar 2.4 Rangkaian F = A’.B’


BAB III
PEMAKAIAN OSILOSKOP UNTUK MENGKUR TEGANGAN AC DAN
FREKUENSI
3.1 Tujuan
Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menjelaskan bermacam-macam fungsi osiloskop
2. Menggunakan osiloskop untuk mengukur tegangan dan bentuk gelombang
3. Menggunakan osiloskop untuk mengukur amplitude dan frekuensi gelombang
bolak balik.
3.2 ALAT DAN BAHAN
1. Osiloskop
2. Generator fungsi
3. Kapasitor 4,7 µF 16V, 220 nF
4. Resistor 1k Ω
5. Jumper secukupnya
3.3 Dasar Teori
Osiloskop merupakan suatu alat peukur, yang bentuk gelombang sinyal
listrik diukur, tergambar pada layar tabung sinar katoda. Osiloskop digunakan
untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka kita
dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal. Display
menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi
sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garisgaris melintang
secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Pada
umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk melihat dua
sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal masukan dan
kanal dua untuk melihat sinyal keluaran. Osiloskop dapat digunakan untuk
mengukur tegangan DC (Direct Current) ataupun tegangan AC (Alternating
Current) dari suatu rangkaian (Sinusoida, Gigi Gergaji dan Kotak), Tegangan
Sinusoida (SYAHRUL, 2008)
T = Periode
T = 1/f
Vpp = Tegangan puncak ke puncak
Vp = Tegangan puncak /Vm
Vrms = Tegangan Efektif = 0,707 V
Vav = Tegangan rata-rata = 0,636 Vm
Osiloskop dapat digunakan untuk mengukur frekuensi tegangan bolak-balik. Untuk
pengukuran frekuensi dengan osiloskop yang diperhatikan adalah :
1. Posisi Time/div (T/div)
2. Bila saat T/div = 1 ms, satu gelombang (T) = 1 kotak, maka
1
f = T
1
f = 1.10
−3

f = 1 KHz
Saat T/div = 0,5 ms, satu gelombang 5 kotak
1
f = T
1
f = 2,5 = 400 Hz
103
f = 2,5

3.4 Gambar Rangkaian

Gambar 3.2. Gambar Rangkaian Osiloskop


Gambar 3.3.
Gambar Rangkaian Osiloskop

3.5 Langkah Percobaan


3.5.1 Kalibrasi
1. Menghubungkan osiloskop dengan tegangan jala – jala
2. Menyalakan osiloskop, tunggu beberapa saat sampai muncul berkas elektron
pada layar
3. Mengatur posisi gambar pada layar sehingga rerletak di tenga – tengah
4. Menghubungkan terminal masukan A dengan terminal kalibrasi yang ada pada
panel depan seperti table 3.2
5. Amplitudo sinyal kalibrasi harus sesuai dengan yang tertera pada kalibrasi
osiloskop yaitu sebesar 1 Vpp
6. Mengukur tegangan serta periodenya untuk beberapa harga volt/div dan time/div
sesuai dengan data pada table 3.1
7. Mengulangi langkah diatas untuk masukkan B

3.5.2 Pengukuran Tegangan AC (Bolak Balik)


1. Menyusun rangkaian seperti gambar 3.3. pada multisim
2. Mengatur frekuensi generator sinyal pada 500 Hz, kemudian setelah selesai
mengubah posisi menjadi 1 KHz dan juga 2 KHz
3. Dengan tegangan susuai table 3.2., bentuk tegangan dilihat dengan osiloskop
4. Mengukur tegangan dengan voltmeter, lalu memasukan hasil pengamatan
kedalam table 3.1. 3.2
5. Mengambil screenshot hasil kedalam table 3.2.
3.5.3 Pengukuran Frekuensi
1. Menghubungkan keluaran dari generator fungsi dengan memasukan kanal A,
saklar fungsi generator dipasang pada posisi sinus seperti gambar 3.3.
2. Mengamati bentuk gelombang yang ditampilkan di layar, mengukur
frekuensinya. Kemudian mencatat hasil penunjukan frekuensi dari generator
fungsi. Screenshot hasil percobaan kedalam table 3.2.
3. Membandingkan hasil pengukuran frekuensi menggunakan osiloskop dengan
frekuensi yang ditunjukan oleh generator.
4. Mengulangi langkah 2 dan 3 untuk gelombang segi empat.

3.6 Hasil Percobaan

1. Kalibrasi Pada Osiloskop


Tabel 3. 1. Gambar Percobaan Kalibrasi Osiloskop

Gambar Percobaan Keterangan

Tegangan = 2
Vpp V/div = 1
V/div T/div = 1 ms T/div
Gambar 3. 5. Kalibrasi Osiloskop Frekuensi = 500 Hz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V

Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div T/div = 0,5 ms
Gambar 3. 6. Kalibrasi Osiloskop T/div Frekuensi = 500 Hz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V VaV
= 1 × 0,636 = 0,636 V
Tegangan = Vpp
V/div = V/div
T/div = 0,2 ms T/div
Gambar 3. 7. Kalibrasi Osiloskop Frekuensi = 500 Hz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V VaV
= 1 × 0,636 = 0,636 V
2. Pengukuran AC (bolak-balik)
Tabel 3. 2. Gambar Percobaan Pengukuran Ac (bolak-balik)

Gambar Percobaan Keterangan

Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 2 ms T/div
Gambar 3. 8. Pengukuran AC Frekuensi = 500 Hz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V

Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 2 ms T/div
Frekuensi = 1 kHz
Gambar 3. 9. Pengukuran AC
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V

Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 2 ms T/div
Gambar 3. 10. Pengukuran AC Frekuensi = 2 kHz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V
Tegangan = 4 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 1 ms T/div
Gambar 3. 11. Pengukuran AC Frekuensi = 500 Hz
Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V

Tegangan = 4 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 1 ms T/div
Gambar 3. 12. Pengukuran AC Frekuensi = 1 kHz
Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V

Tegangan = 4 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 1 ms T/div
Gambar 3. 13. Pengukuran AC Frekuensi = 2 kHz
Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V

Tegangan = 6 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 5 ms T/div
Gambar 3. 14. Pengukuran AC Frekuensi = 500 Hz
Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908 V
Tegangan = 6 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 5 ms T/div
Gambar 3. 15. Pengukuran AC Frekuensi = 1 kHz
Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908 V

Tegangan = 6 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 5 ms T/div

Gambar 3. 16. Pengukuran AC


Frekuensi = 2 kHz
Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908 V

Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 2 ms T/div
Gambar 3. 17. Pengukuran AC Frekuensi = 500 Hz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V

Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 2 ms T/div
Gambar 3. 18. Pengukuran AC Frekuensi = 1 kHz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V
Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 2 ms T/div

Gambar 3. 19. Pengukuran AC


Frekuensi = 2 kHz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V

Tegangan = 4 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 1 ms T/div
Gambar 3. 20. Pengukuran AC Frekuensi = 500 Hz
Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V

Tegangan = 4 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 1 ms T/div
Gambar 3. 21. Pengukuran AC Frekuensi = 1 kHz
Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V

Tegangan = 4 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 1 ms T/div
Gambar 3. 22. Pengukuran AC Frekuensi = 2 kHz
Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V
Tegangan = 6 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 5 ms T/div
Gambar 3. 23. Pengukuran AC Frekuensi = 500 Hz
Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908 V

Tegangan = 6 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 5 ms T/div
Gambar 3. 24. Pengukuran AC Frekuensi = 1 kHz
Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908 V

Tegangan = 6 Vpp
V/di = 1 V/div
T/div = 5 ms T/div
Gambar 3. 25. Pengukuran AC Frekuensi = 2 kHz
Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908 V
3. Pengukuran Frekuensi
Tabel 3. 3. Gambar Percobaan Pengkuran Frekuensi

Gambar Percobaan Keterangan

Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 0,5 ms T/div
Gambar 3. 26. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 500 Hz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V

Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 0,5 ms T/div
Gambar 3. 27. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 1 kHz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V

Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 0,5 ms T/div
Gambar 3. 28. Pengukuran Frekuensi
Frekuensi = 2 kHz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V
Tegangan = 2 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 0,5 ms T/div
Gambar 3. 29. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 10 kHz
Vp = 2 × 0,5 = 1 V
Vrms = 1 × 0,707 = 0,707 V
VaV = 1 × 0,636 = 0,636 V

Tegangan = 3 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 0,2 ms T/div
Gambar 3. 30. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 500 Hz
Vp = 3 × 0,5 = 1,5 V
Vrms = 1,5 × 0,707 = 1,060 V
VaV = 1,5 × 0,636 = 0,954 V

Tegangan = 3 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 0,2 ms T/div
Frekuensi = 1 kHz
Gambar 3. 31. Pengukuran Frekuensi
Vp = 3 × 0,5 = 1,5 V
Vrms = 1,5 × 0,707 = 1,060 V
VaV = 1,5 × 0,636 = 0,954 V

Tegangan = 3 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 0,2 ms T/div

Gambar 3. 32. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 2 kHz


Vp = 3 × 0,5 = 1,5 V
Vrms = 1,5 × 0,707 = 1,060 V
VaV = 1,5 × 0,636 = 0,954 V
Tegangan = 3 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 0,2 ms T/div
Frekuensi = 10 kHz
Gambar 3. 33. Pengukuran Frekuensi
Vp = 3 × 0,5 = 1,5 V
Vrms = 1,5 × 0,707 = 1,060 V
VaV = 1,5 × 0,636 = 0,954 V

Tegangan = 4 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 0,5 ms T/div

Gambar 3. 34. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 500 Hz


Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V

Tegangan = 4 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 0,5 ms T/div
Gambar 3. 35. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 1 kHz
Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V

Tegangan = 4 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 0,5 ms T/div
Gambar 3. 36. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 2 kHz
Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V
Tegangan = 4 Vpp
V/div = 2 V/div
T/div = 0,5 ms T/div
Gambar 3. 37. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 10 kHz
Vp = 4 × 0,5 = 2 V
Vrms = 2 × 0,707 = 1,414 V
VaV = 2 × 0,636 = 1,272 V

Tegangan = 6 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 0,2 ms T/div
Gambar 3. 38. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 500 Hz
Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908 V

Tegangan = 6 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 0,2 ms T/div
Gambar 3. 39. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 1 kHz
Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908 V

Tegangan = 6 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 0,2 ms T/div
Gambar 3. 40. Pengukuran Frekuensi Frekuensi = 10 kHz
Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908 V
Tegangan = 6 Vpp
V/div = 1 V/div
T/div = 0,2 ms
T/div Frekuensi = 10 kHz
Gambar 3.41. pengukuran frekuensi Vp = 6 × 0,5 = 3 V
Vrms = 3 × 0,707 = 2,121 V
VaV = 3 × 0,636 = 1,908
BAB IV
MENYERDEHANAKAN PERSAMAAN MENGGUNAKAN METODE
K-MAP
4.1. Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat persamaan dalam bentuk minimum daritabel
kebenaran dengan menggunakan metode K-Map
2. Mahasiswa dapat menyusun rangkaian logika kombinasi daripersamaan dalam
bentuk minimum yang diperoleh dengan menggunakan metode K-Map

4.2. Dasar Teori


Karnaugh Map atau K-Map adalah suatu teknik penyederhanaan fungsi logika
dengan cara pemetaan. K-Map terdiri dari kotak-kotak yang jumlahnya terdiri dari
jumlah variable dan fungsi logika atau jumlah inputan dari rangkaian logika yang
sedang Dihitung. Langkah – langkah pemetaan K-Map secara umum :
(Widianto, 2019)
 Menyusun aljabar Boolean terlebih dahulu
 Menggambar rangkaian digital
 Membuat Table Kebenarannya
 Merumuskan Tabel Kebenarannya
 Lalu memasukkan rumus Tabel Kebenaran ke K-Map (Kotak-kotak)
Pembentukan K-Map :
1. Memetakan tabel kebenaran dalam kotak segi empat yang jumlahnya tergantung
jumlah variabel masukan
2. Penyederhanaan untuk setiap “1” yang bersebelahan 2,4,8,16… menjadi suku
minterm sederhana. Contoh:

4.3. Alat dan Bahan


1. IC Gerbang Logika : 7408 (AND), 7432 (OR), 7404 (NOT), 7400 (NAND), 7402
(NOR)
2. Data Sheet
3. Jumper
4. LED
5. Project Board
6. Power Supply DC

4.4. Langkah Percobaan


1. Memyiapkan datasheet, Project board, Jumper, IC, power supply, dan LED
2. Memperhatikan nomor-nomor pada kaki PIN IC terkait, dan sesuaikan
fungsionalitas setiap Pin dengan datasheet IC yang ada.
3. Memastikan menggunakan project board/bread board secara benar, minta
bantuan assisten praktikum untuk diperiksa setelah pemasangan IC dan
penyusunan rangkaian sebelum menghubungkan ke power supply.
4. Menghubungkan pin Vcc dan GND ke power supply, jumper untuk pin input dan
LED untuk pin output.
5. Menyederhanakan Persamaan berikut dengan menggunakan metode K-Map
Y(A,B,C) = Σm(2,3,5,6,7)
4.5. Gambar Rangkaian

Gambar 4. 1 Rangkaian K-Map


DAFTAR PUSTAKA
Logika, F., Ontologi, D.A.N. and Komputer, I. (2018) ‘Filsafat logika dan ontologi ilmu
komputer’, 2(2), pp. 68–75.
Restu (2020) gerbang logika. Available at: https://www.gramedia.com/literasi/gerbang-
logika/.
SYAHRUL, A. (2008) ‘Penggunaan Osciloscope Dalam Pengukuran’, pp. 1–10.
Widianto, M.H. (2019) Metode K-Maps. Available at:
https://binus.ac.id/bandung/2019/12/metode-k-maps/.

Anda mungkin juga menyukai