Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN FIELDTRIP

MAKROPALEONTOLOGI DAN SEDIMENTOLOGI DAN


STRATIGRAFI

FIELDTRIP SANGIRAN

Disusun Oleh:
Edo Istimawan Adiputra
21100116140068

LABORATORIUM SUMBERDAYA ENERGI SEDIMEN DAN


PALEONTOLOGI

DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
DESEMBER 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Museum Purbakala Sangiran merupakan museum arkeologi yang terletak di
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Museum ini
berdekatan dengan area situs fosil purbakala Sangiran yang merupakan salah satu Situs
Warisan Dunia. Situs Sangiran memiliki luas mencapai 56 km² meliputi tiga kecamatan di
Sragen (Gemolong, Kalijambe, dan Plupuh) serta Kecamatan Gondangrejo  yang masuk
wilayah Kabupaten Karanganyar.
Selain menjadi obyek wisata yang menarik, Museum Sangiran beserta situs
arkeologinya merupakan arena penelitian tentang kehidupan pra sejarah terpenting dan
terlengkap di Asia, bahkan dunia. Dalam museum ini dapat diperoleh informasi lengkap
tentang pola kehidupan manusia purba di Jawa yang menyumbang perkembangan ilmu
pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi, Geologi, dan Paleoanthropologi. Di lokasi
situs Sangiran ini pula, untuk pertama kalinya ditemukan fosil rahang bawah
Pithecantropus Erectus (salah satu spesies dalam taxon Homo erectus) oleh arkeolog
Jerman, Profesor Von Koenigswald.   Di situs Sangiran ini pula jejak tinggalan berumur 2
juta tahun hingga 200.000 tahun masih dapat ditemukan hingga kini, sehingga para ahli
dapat merangkai sebuah benang merah sebuah sejarah yang pernah terjadi di Sangiran
secara berurutan.
Koleksi yang tersimpan di museum ini mencapai 13.806 buah yang tersimpan pada
dua tempat yaitu 2.931 tersimpan di ruang pameran dan 10.875 di dalam ruang
penyimpanan. Selain fosil manusia purba, dipamerkan juga berbagai fosil binatang purba,
antara lain fosil gajah purba yang terdiri dari Elephas namadicus, Stegodon
trigonocephalus, Mastodon sp, kerbau (Bubalus palaeokarabau), harimau (Felis
palaeojavanica), babi (Sus sp), badak (Rhinocerus sondaicus), sapi atau bateng (Bovidae),
rusa (Cervus sp), serta kuda nil (Hippopotamus sp). Ada juga fosil binatang-binatang air
yang terdiri dari buaya (Crocodillus sp), ikan, kepiting, gigi ikan hiu, moluska
(Pelecypoda dan Gastropoda ), serta kura-kura (Chelonia sp). Oleh karena itu Museum
sangiran menyumbang perkembangan ilmu pengetahuan seperti Antropologi, Arkeologi,
Geologi, Paleoanthropologi. Sehingga dalam makalah ini akan dibahas tentang informasi
tentang museum sangiran.
1.2 Tujuan
 Mengetahui formasi-formasi dari yang tua ke muda yang menyusun suatu daerah
Sangiran
 Dapat mengetahui dan mendeskripsikan litologi-litologi yang terdapat pada daerah
Sangiran
 Dapat mengetahui petrogenesa dari setiap STA yang terdapat di Sangiran
 Mampu menginterpretasi dan mengkorelasikan sejarah geologi dari daerah
Sangiran
BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Pada kegiatan fieldtrip hari Minggu tanggal 19 November 2017 berlokasi di


daerah Kalijambe, Sangiran, Sragen, Provinsi Jawa Tengah. Untuk kesampaian
daerah kurang lebih 3 jam dari Kampus Teknik Geologi Undip dengan menggunakan
kendaraan bus.Dengan berkumpul di Gedung Pertamina Sukowati pada pukul 4.30
WIb dan berangkat menggunakan bus sekitar jam 06.00 WIB.Dan sampai di Sangiran
sekitar pukul 09.15 WIB.

2.2 Peta Daerah Sangiran

Lokasi daerah Sangiran terletak di Jawa Tengah, sekitar 15 kilometer sebelah


utara Surakarta di lembah Sungai Bengawan Solo. Secara administratif, kawasan
Sangiran terbagi antara 2 kabupaten: Kabupaten Sragen (Kecamatan Gemolong,
Kecamatan Kalijambe, dan Plupuh) dan Kabupaten Karanganyar (Kecamatan
Gondangrejo).

Gambar 2.2.1 Lokasi daerah Sangiran


Gambar 2.2.2 Lokasi daerah Sangiran menggunakan google maps

2.3 Jadwal Kegiatan

04.30-05.30 : Kedatangan di halaman GPS

05.30-06.00 : Sarapan pagi

06.00-09.00 : Perjalanan menuju kota Sangiran

09.00-09.05 : Persiapan menuju lapangan STA 1

09.05-09.20 : Perjalanan menuju STA 1 (STA Diatom)

09.20-09.25 : Persiapan mendeskripsi STA dan ada arahan dari Dosen serta asisten
dan nantinya akan dibagikan menjadi dua kloter

09.25-09.40 : Observasi lapangan pada kloter masing-masing

09.40-09.45 : Pergantian kloter pengamatan

09.45-10.00 : Observasi lapangan pada kloter masing-masing

10.00-10.20 : Penjelasan dari Dosen untuk STA pendeskripsian

10.20-10.25 : Persiapan menuju STA 2 (STA Kabuh 1&2)

10.25-10.40 : Perjalanan menuju tempat truk pasir dating


10.40-10.55 : Perjalanan menuju STA 2

10.55-11.00 : Persipan mendeskripsi STA 2 dan ada arahan dari Dosen serta asisten

(rencanya akan dibagi menjadi dua kloter)

11.00-11.15 : Observasi lapangan pada masing-masing kloter

11.15-11.20 : Persiapan pergantian kloter untuk observasi

11.20-11.35 : Observasi lapangan pada masing-masing kloter

11.35-11.40 : Persiapan mendengarkan penjelasan dari Dosen

11.40-12.00 : Penjelasan dari Dosen mengenai kegiatan fieldtrip

12.00-12.05 : Persiapan menuju lapangan STA 3 (STA Notopuro)

12.05-12.20 : Perjalanan menuju STA 3

12.20-13.00 : Makan siang di STA 3

13.00-13.05 : Persiapan untuk observasi lapangan STA 3 (mendengarkan arahan

dari Dosen serta asisten. Nanti rencananya akan dibagi menjadi dua
kloter)

13.05-13.20 : Observasi lapangan pada masing-masing kloter

13.20-13.25 : Persiapan pergantian kloter

13.25-13.40 : Observasi pada kloter selanjutnya

13.40-13.45 : Persiapan mendengarkan penjelasan dari Dosen

13.45-14.05 : Penjelasan dari Dosen

14.05-14.10 : Persiapan menuju Museum Sangiran

14.10-14.25 : Perjalanan menuju Museum Sangiran

14.25-15.00 : Keliling melihat Museum Sangiran

15.00-17.00 : Perjalanan menuju tempat makanan daerah sekitar


17.00-18.00 : Perjalanan menuju tempat makan malam

18.00-19.00 : Makan malam

19.00-21.00 : Perjalanan pulang ke Semarang


BAB III
HASIL KEGIATAN

3.1 STA 1
Location :Sangiran Date : 19 November 2017
Weather :Cerah Time : 10.00 WIB

Gambar 3.1.1.STA 1
 Kesampaian Daerah : 2 Jam 30menit (Dari Gedung Pertamina Sukowati)
 BentukLahan : Struktural
 Morfologi : dataran tinggi
 Struktur Geologi : Perlapisan
 Dimensi Singkapan : 5 x 3 m (P x L)
 Litologi :
Litologi 1
1.Warna :Kecoklatan
2. Struktur :Masif
3.Tekstur : - Ukuran Butir :1/256 mm
- Bentuk Butir :-
- Kemas:-
- Sortasi :-
4.Komposisi : -Fragmen :lempung(terdapat fosil diatom)
-Matriks :-
- Semen :karbonatan
Nama Batuan : Batulempung (Wentworth, 1922)
Litologi 2
1.Warna :putih
2. Struktur :Masif
3.Tekstur : - Ukuran Butir :1/256 mm
- Bentuk Butir :-
- Kemas:-
- Sortasi :-
4.Komposisi : -Fragmen :lempung(terdapat fosil diatom)
-Matriks :-
- Semen :karbonatan
Nama Batuan : Batulempung (Wentworth, 1922)
Litologi 3
1.Warna :coklat keabuan
2. Struktur :Masif
3.Tekstur : - Ukuran Butir :1/256 mm
- Bentuk Butir :-
- Kemas:-
- Sortasi :-
4.Komposisi : -Fragmen :lempung(terdapat fosil gastropoda dan
palecypoda)
-Matriks :-
- Semen :karbonatan
Nama Batuan : Batulempung (Wentworth, 1922)

 Struktur sedimen : -
 Strike / dip perlapisan : N235 o E/45 o
 Slope : 65o
 Tata gunalahan : lahan kosong,pemukiman warga
 Tingkat Pelapukan : lapuk
 Vegetasi : Rumput ilalang, pohon jagung,
 Potensi : (+) Objek studi geologi,
: (-) Longsor
Gambar :

U U

Petrogenesa :

Pada daerah ini ditemukan adanya sebuah litologi berupa batulempung yang
memiliki ukuran butir 1/256mm.Hal tersebut terbentuk dikarenakan adanya proses
erosi yang berasal dari batuan asal lalu mengalami transportasi dengan kecepatan
aliran treansportasi dengan debit tinggi sehingga mengalami tingkat transportasi
cukup jauh dari batuan asalnya.Oleh hal tersebut dikarenakan transportasi yang
kencang sehingga mengalami sebuah pengendapan berada di tempat lingkungan
dengan arus yang sangat tenang tidak terdapat arus transportasi yang kencang.Dan
terdapat batuan fragmen berupa molusca yaitu seperti gastropoda palecypoda,yang
terdapat pada bagian kiri,tengah dan kanan pada suatu singkapan.Diinterpretasikan
lingkungan singkapan ini berada di zona transisi karena memiliki arus tenang karena
adanya karbon yang hitam dan molusca.Hal tersebut terjadi karena terjadi lingkungan
pengendapan berada dilaut dangkal yang mana pada lingkungan tersebut terdapat
adanya konsumsi makanan dan sinar matahari yang cukup untuk kehidupannya
organism cangkang gastropoda ,palecypoda.Organisme tersebut mengalami mati
karena adanya regresi yaitu penurunan air laut sehingga cangkang tersebut mengalami
transportasi oleh media fluida dan transportasi material terdapat pada organism akan
menyesuaikan iri dan berubah menjadi material stabil.Lalu saat menyesuaikan diri
terdapat adanya suplai sedimen yang besar karena adanya regresi sehingga mengalami
penguburan cangkang cangkang tersebut oleh material sedimen.Lempung putih lebih
ringan karena adanya kandungan silica.Dikarenakan adanya ditemukannya fosil
diatomic sehingga pada daerah tersebut termasuk pada formasi pucangan dikarenakan
terdapat adanya fosil diatomic yang mencirikan formasi pucangan. Formasi ini berada
di atas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar 1.800.000 sampai 700.000 tahun yang
lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di dalam lapisan ini terbentuk endapan
diatomit yang mengandung cangkang diatomea laut. Formasi ini berupa lempung
hitam dan mulai terbentuk dari endapan lahar Gunung Merapi purba dan Gunung
Lawu purba. Menurut literatur lain, formasi pucangan tersusun oleh breksi vulkanik
di bagian bawah dan lempung hitam di bagian atas.

3.2 STA 2
Location :Sangiran Date : 19 November 2017
Weather :Cerah Time : 11.00 WIB

Gambar.3.2.1 STA 2

 Kesampaian Daerah : 20 menit menggunakan truk ( dari STA 1)


 BentukLahan : Struktural; bukit
 Morfologi : Dataran tinggi
 Struktur Geologi : Perlapisan
 Dimensi Singkapan : 15 x 6 m (P x L)
 Litologi :
1.Warna : abu-abu
2. Struktur :Cross bedding
3.Tekstur : - Ukuran Butir :1-2mm
- Bentuk Butir : SubRounded
- Kemas: Baik
- Sortasi :Tertutup
4.Komposisi : -Fragmen :Pasirkasar
-Matriks :Lempung
- Semen :karbonatan
Nama Batuan : Batupasir (Wentworth, 1922)
 Litologi :
1.Warna : abu-abu
2. Struktur :Masif
3.Tekstur : - Ukuran Butir :4-64mm
- Bentuk Butir : SubAngular
- Kemas: terbuka
- Sortasi :Poorly sorted
4.Komposisi : -Fragmen :Pasirhalus
-Matriks :Kerikil-Kerakal
- Semen :karbonatan
Nama Batuan : Konglomeratan (Wentworth, 1922)

 Struktur sedimen : strukturless


 Tata gunalahan : lahan kosong,
 Tingkat Pelapukan : sedikit lapuk
 Vegetasi : Rumput ilalang, rumput liar
 Potensi : (+) Objek studi geologi, perkebunan
: (-) Longsor
Gambar :
U

U
U
U

Petrogenesa
Pada daerah ini terdapat adanya sebuah litologi yaitu adanya sebuah batupasir
yang memiliki warna abu abu kecoklatan dengan berukuran 1-2mm dengan terdapat
adanya struktur berupa cross bedding yang disebabkan adanya struktur tersebut
adanya perubahan arus secara silang siur.Hal tersebut terjadi dikarenakan adanya
sebuah erosi dari batuan induk sehingga mengalami sedimentasi oleh adanya arus
transportasi yang cukup kencang dan bersifat silang siur sehingga mengalami
transportasi yang cukup jauh dan mengalami sebuah pengendapan berada pada arus
yang tingkat transportasi tidak cukup kencang sehingga mengalami pengendapan
cukup jauh dari batuan asalnya.Dan terdapat adanya sebuah litologi yang memiliki
warna abu abu dengan ukuran butir 4-64mm terdapat adanya fragmen berupa pasir
halus dengan matrix terdapat kerikil-kerakal.Hal tersebut terjadi jika dilihat
berdasarkan ukuran butirnya 4-64mm awalnya mengalami erosi oleh batuan asal dan
mengalami adanya arus yang kencang sehingga mengalami sebuah transportasi tetapi
dilihat dari ukuran butirnya yang cukup besar sehingga akan mengalami sebuah
pengendapan berada pada daerah yang masih dekat dengan batuan asalnya.Terdapat
sebuah material vulkanik karena adanya sebuah konglomerat serta adanya
pasir.Diinterpretasikan pada daerah ini merupakan dulunya sebuah cekungan yang
awalnya terisi oleh material vulkanik dan kemudian mengalami terisi oleh material
pasir hal tersebut terjadi dengan silang siur.Karena hal tersebut diinterpretasikan pada
daerah tersebut termasuk lingkungan pengendapan pada hulu sungai.Hal tersebut
dikarenakan adanya konglomerat yang masih dekat dengan batuan induknya.Lalu
terdapat adanya pasir besi hal tersebut diinterpretasikan termasuk lingkungan
pengendapan transisi karena karena adanya pasir besi yang dikarenakan adanya abu
vulkanik yang mengalami transportasi dan terbawa dan mengalami pengendapan
transisi.Sehingga pada daerah tersebut terdapat adanya sebuah karbonatan dan adanya
yang bukan karbonatan.Pada daerah tersebut terdapat adanya ditemukannya sebuah
fosil vertebrata diinterpretasikan daerah tersebut termasuk pada formasi kabuh yang
berasal dari Kala Plestosen Tengah berumur 0,73-0,20 Juta tahun berupa endapan
pasir fluvio-volkanik yang mencerminkan lingkungan daratan. Formasi ini ditutupi
oleh upper lahar dan Formasi Notopuro berumur Plistosen Atas.
3.3 STA 3
Location :Sangiran Date : 19 November 2017
Weather :Cerah Time : 13.00 WIB

Gambar.3.1.1 STA 3
Kesampaian daerah : 15 menit naik truck dari STA 2, dilanjutkan berjalan 10 menit
dari tempat parkir
Bentangalam : denudasional
Tataguna Lahan : lahan kosong, persawahan
Vegetasi : rumput ilalang, padi, pohon pisang
Potensi (+) : persawahan
Potensi (-) : longsor
Dimensi singkapan : 15 m x 7 m
Deskripsi Litologi :
Litologi I
 Warna : abu-abu tua-hitam
 Struktur : Strukturless ( massif)
 Tekstur :
- Ukuran Butir : <1/256
- Kebundaran :-
- Sortasi : baik
- Kemas :-
 Komposisi
Fragmen : fragmen molusca dengan intensitas cukup banyak
Matrik : lempung
Semen : karbonatan
Nama batuan : batulempung

Litologi II
 Warna : abu-abu tua
 Struktur : Strukturless ( massif)
 Tekstur :
- Ukuran Butir : 1/8-1/4
- Kebundaran : subrounded
- Sortasi : wellsorted
- Kemas : tertutup
 Komposisi
Fragmen : pasir halus, fragmen molusca dengan intensitas
cukup banyak
Matrik : lempung
Semen : karbonatan
 Nama batuan : batupasir
 Tingkat Pelapukan : sangat lapuk
 Slope : 54 o
 Pada STA 3 ini didapatkan kenampakkan perlapisan miring yang diinterpretasikan
sebuat sayap dari lipatan dengan kedudukan
- N140oE/23o
- N146oE/28o
- N162oE/30o
- N133oE/10o
- N172oE/10o
Gambar :
U

Petrogenesa :

Pada daerah ini terdapat adanya sebuah perlapisan miring dengan memiliki
litologi yaitu adanya batupasir dan batulempung.Pada batulempung tersebut yang
memiliki warna abu abu kehitaman dengan ukuran butir 1/256mm diinterpretasikan
awalnya mengalami sebuah erosi yang berasal dari batuan asal dan mengalami sebuah
pelapukan.Hal tersebut terjadi diakibatkan karena adanya adanya proses transportasi
yang sangat kencang sehingga mengalami transportasi yang cukup kencang dari
batuan asal sehingga material tersebut terbentuk hingga material tersebut dapat
mengalami sebuah pengendapan pada arus yang sudah tidak ada tenaga transportasi
atau tenaga yang cukup tenang.Lalu pada bagian endapan selanjutnya terdapat
perlapisan batupasir yang memilki ukuran 1/8 sampai ¼ mm.Hal tersebut
diinterpretasikan mengalami erosi dari batuan asal yang cukup kencang dan
mengalami sebuah transportasi yang cukup kencang sehingga mengalami
pengendapan terdapat pada daerah yang memiliki arus transportasi yang tidak
kencang.Pada litologi batupasir tersebut ditemukannya adanya sebuah fosil moluska
yaitu seperti gastropoda hal tersebut mencirikan bahwa memilki lingkungan
pengendapan berada di laut dangkal dikarenakan memiliki arus yang cukup tenang di
laut dangkal.Karena cangkang tersebut langsung tersebut tertutupi oleh adanya
material sedimen dan terjadinya proses sedimentasi.Hal tersebut membuat cnagkang
cangkang tersebut tidak mendapatkan sebuah makanannya dan sinar matahari tidak
menembus sebuah lapisan sehingga organism cangkang tersebut akan mati dan
langsung mengalami pemfosilan oleh material sedimen.Sehingga pada daerah tersebut
diinterpretasikan termasuk pada daerah Notopuro dikarenakan terbentuk oleh adanya
aktivitas vulkanisme. Formasi ini berada di atas lapisan atau formasi kalibeng. Sekitar
1.800.000 sampai 700.000 tahun yang lalu formasi ini merupakan rawa pantai dan di
dalam lapisan ini terbentuk endapan diatomit yang mengandung cangkang diatomea
laut. Formasi ini berupa lempung hitam dan mulai terbentuk dari endapan lahar
Gunung Merapi purba dan Gunung Lawu purba. Menurut literatur lain, formasi
pucangan tersusun oleh breksi vulkanik di bagian bawah dan lempung hitam di bagian
atas
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Pada daerah Sangiran terdapat beberapa formasi yang menyusun daerah ini
sehingga ditemukannya berbagai macam foil yang beragam. Urutan formasi dari
yang tua ke muda yaitu diawali dengan Formasi Pelang, Formasi Kerek, Formasi
Kalibeng, Formasi Pucangan, Formasi Kabuh dan yang terakhir terdapat Formasi
Notopuro.
 Setelah dilakukan pendeskripsian pada daerah Sangiran ini terdapat litologi yang
menyusun daerah ini. Pertama ditemukannya litologi Batulempung klastika
dikarenakan ditemukannya cangkang organisme. Pada STA kedua ditemukannya
Litologi Batupasir dengan struktur cross lamination dan juga ditemukannya
mineral berat berupa mineral besi. Kemudian yang terakhir terdapat litologi
Batulempung dengan ditemukannya cangkang organisme.
 Fosil yang ditemukan pada daerah pengamatan berupa fosil moluska dengan
cangkang bertekstur kasar sampai halus yang mengindikasikan  bahwa daerah
Sangiran dulunya merupakan lingkungan pengendapan laut dangkal yang beralih
menjadi lingkungan rawa.
 Awalnya Sangiran merupakan sebuah lipatan dalam bentuk kubah, yang disebut
Kubah Sangiran. Secara Fisiografis, Sangiran termasuk dalam Zona Pegunungan
Kendeng. Kemudian sumbu lipatan atau puncak dari kubahnya sendiri
merupakan daerah yang termasuk zona lemah sehingga daerah tersebut daerah
yang paling banyak mengalami retakan sehingga mudah mengalami erosi.
Dengan terbentuknya erosi ini menimbulkan rekaman kehidupan masa lalu dari
endapan sedimen yang sudah terbentuk sebelumnya.

4. 2 Saran

 Baiknya praktikan mengetahui Formasi yang berada di daerah Sangiran.


 Lebih banyak dijelaskan tentang lingkungan pengendapan beserta ciri-ciri yang
menyertainya
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Fosil_Sangiran (Diakses pada tanggal 1 Desember


2017 pukul 00.11)

https://www.google.co.id/maps/@-7.4575473,110.8357557,15z?hl=id(Diakses pada tanggal


1 Desember 2017 pukul 00.15)

Anda mungkin juga menyukai