Anda di halaman 1dari 12

STUDI KASUS GANGGUAN POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF PADA PASIEN

EFUSI PLEURA

Yunita Devi Anggarsari,Yuyun Setyorini,Akhmad Rifai


Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan
Diterima : 12 Oktober 2018, Disetujui : 30 Oktober 2018

Abstract
Background: Pleural effusion is a fluid above the normal in the pleural space.
Widespread pleural effusions will cause shortness of breath that affects the fulfillment
of oxygen demand, so that nursing interventions can be arranged one of them is to set
the semifowler position and collaborate in the giving of O2. The purpose of this study
was to obtain a picture and experience in providing nursing care significantly for
patients with pleural effusion with respiratory disorders. Method: This study uses data
analysis method that is comparing the results obtained from two patients with pleural
effusions who experienced ineffective breathing disorder and then compared with case
study journal or other sources. Result: Based on the results of interviews and
observations concluded that with the same diagnosis and performed the same
implementation there are differences in outcomes in the intervention group with the
control group. Conclusion: Forward in this study is the need to pay attention to
accuracy in conducting assessments to maximize data in determining the priority
problems that occur in patients and interventions based ONEC (Observation, Nursing
Treatment, Education, Collaboration).

Keywords: Pleural Effusion; Breath Pattern Not Effective

PENDAHULUAN 20 ml yang membentuk lapisan tipis pada


Efusi pleura adalah penumpukan pleura perietalis dan viserali yang
cairan pada rongga pleura. Cairan pleura berfungsi sebagai pelicin antar kedua
normalnya merembes secara terus pleura pada waktu pernafasan. Penyakit –
menerus ke dalam rongga dada dari penyakit yang dapat menimbulkan efusi
kapiler – kapiler yang membatasi pleura pleura adalah tuberculosis, infeksi paru
parietalis dan diserap ulang oleh kapiler non tuberculosis, keganasan, sirosis hati,
dan sistem limfatik pleura viseralis. trauma tembus atau tumpul pada daerah
Kondisi apapun yang mengganggu sekresi dada, infark paru, serta gagal jantung
atau drainase dari cairan ini akan kongestif.
menyebabkan efusi pleura (Black & Di Amerika Serikat, setiap
Hawks, 2014). tahunnya terjadi 1,5 juta kasus efusi
Menurut Smelter 2001 dalam pleura. Sementara pada populasi umum
Wahyuningtyas (2012) efusi pleura adalah secara internasional diperkirakan setiap 1
penimbunan cairan dalam rongga pleura juta orang, 3000 orang terdiagnosis efusi
akibat transudasi atau eksudasi yang pleura. Di negara-negara berat, efusi
berlebihan dari permukaan pleura. Dalam pleura terutama disebabkan oleh gagal
keadaan normal, rongga pleura hanya jantung kongestif, sirosis hati, keganasan,
mengandung sedikit cairan sebanyak 10 – dan pneumonia bakteri. Di negara sedang

168
Yunita Devi Anggarsari, Studi Kasus Gangguan Pola Napas Tidak Efektif Pada Pasien, 169

berkembang seperti Indonesia, lazim pleura sangat diperhatikan karena kondisi


diakibatkan oleh infeksi tuberkulosis. Di pasien yang sesak napas dan perubahan
Indonesia, kasus efusi pleura mencapai saturasi oksigen. Selain itu dengan
2,7 % dari penyakit infeksi saluran napas pemberian oksigen yang tepat akan
lainnya. Tingginya angka kejadian efusi membantu memaksimalkan pernapasan
pleura ini disebabkan keterlambatan dan mengurangi kerja napas.
penderita untuk memeriksakan kesehatan
sejak dini. Faktor resiko terjadinya efusi METODE PENELITIAN
pleura diakibatkan karena lingkungan Peneliti menggunakan jenis
yang tidak bersih, sanitasi yang kurang, rancangan deskriptif. Menurut Nursalam
lingkungan yang padat penduduk, kondisi (2016) desain studi kasus deskriptif
sosial ekonomi yang menurun, serta bertujuan untuk memaparkan peristiwa-
sarana dan prasarana kesehatan yang peristiwa penting yang terjadi pada masa
kurang dan kurangnya masyarakat tentang kini. Deskripsi peristiwa dilakukan secara
pegetahuan kesehatan (Puspita, Soleha, & sistematis dan lebih menekankan pada
Berta, 2015). data faktual daripada penyimpulan.
Di RSDM Surakarta dari 107 pasien Fenomena disajikan secara apa adanya
efusi pleura ditemukan bahwa laki-laki tanpa manipulasi dan tidak dianalisis
sebanyak 51 orang (47,66%) dan bagaimana dan mengapa fenomena
perempuan 56 orang (52,34%). Keluhan tersebut bisa terjadi, oleh karena itu
utama yang membawa pasien berobat ke rancangan deskriptif ini tidak memerlukan
RSDM terbanyak dengan sesak napas 62 adanya suatu hipotesis.
pasien (57,94%), disusul batuk ada 35 Jenis rancangan deskriptif yang
pasien (32,71%), nyeri dada 7 pasien digunakan adalah rancangan penelitian
(6,54%), batuk darah ada 2 pasien studi kasus. Studi kasus merupakan
(1,84%), dan nyeri perut ada 1 pasien rancangan penelitian yang mencakup
(0,93%) (Surjanto, Sutanto, Aphridasari, pengkajian satu unit penelitian secara
& Leonardo, 2015). intensif misal klien, keluarga, kelompok,
Gejala yang sering timbul pada efusi komunitas atau institusi. Rancangan dari
pleura adalah sesak napas. Nyeri bisa suatu studi kasus bergantung pada
timbul akibat efusi yang banyak berupa keadaan kasus namun tetap
nyeri dada pleuritik atau nyeri tumpul mempertimbangkan faktor penelitian
bergantung pada jumlah akumulasi cairan. waktu. Keuntungan yang paling besar dari
Efusi pleura yang luas akan menyababkan rancangan ini adalah pengkajian secara
sesak napas yang berdampak pada terperinci meskipun jumlah responden
pemenuhan kebutuhan oksigen, sehingga sedikit, sehingga akan didapatkan
kebutuhan oksigen dalam tubuh kurang gambaran unit subjek secara jelas
terpenuhi. Hal tersebut dapat (Nursalam, 2016).
menyebabkan metabolisme sel dalam Studi kasus ini bertujuan untuk
tubuh tidak seimbang. Oleh karena itu, memberikan gambaran tentang asuhan
diperlukan pemberian terapi oksigen keperawatan pada pasien efusi pleura
(Morton, Fontaine, Hudak, Gallo, 2013). dengan gangguan pola napas tidak efektif
Berdasarkan pengalaman di rumah yang meliputi pengkajian, diagnosa,
sakit, pemberian oksigen pada pasien efusi intervensi, implementasi sampai dengan
170 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 2, November 2018, hlm 101-221

evaluasi keperawatan melalui wawancara pengamatan, atau lembar checklis


dan observasi sehingga desain studi kasus (Hidayat, 2014). Observasi dalam studi
ini menggunakan jenis dan rancangan kasus ini menggunakan metode observasi
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. partisipatif dilakukan untuk pengumpulan
1. Subyek Studi Kasus data dan mengetahui perkembangan
Subyek studi kasus dalam asuhan pasien.
keperawatan ini adalah Tn. D dan Tn. J b) Wawancara
dengan efusi pleura yang mengalami Wawancara merupakan metode
masalah keperawatan pola napas tidak pengumpulan data dengan cara
efektif. mewawancarai langsung responden yang
2. Pengumpulan Data diteliti, sehingga metode ini memberikan
a. Metode Pengumpulan Data hasil secara langsung. Jenis wawancara
Pengumpulan data adalah suatu yang digunakan diantaranya wawancara
proses pendekatan kepada subjek dan mendalam dan wawancara terarah
proses pengumpulan karakteristik subjek (Hidayat, 2014). Wawancara dapat
yang diperlukan. Langkah-langkah dalam dilakukan melalui dua cara yaitu auto
pengumpulan data bergantung pada anamnesa dan allo anamnesa
rancangan studi kasus dan teknik c) Pemeriksaan fisik
instrumen yang digunakan. Selama proses Menurut Black & Hawks (2014)
pengumpulan data peneliti memfokuskan pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui
pada penyediaan subjek, melatih tenaga empat cara :
pengumpul data (jika diperlukan), Inspeksi (I). Amati irama, frekuensi,
memperhatikan prinsip-prinsip validitas dan kedalaman pernapasan. Frekuensi
dan reabilitas, serta menyelesaikan pernapasan normal orang dewasa
masalah-masalah yang terjadi agar data mencapai 14-20 x/menit. Amati tanda
dapat terkumpul sesuai rencana gagal napas seperti pernapasan cuping
(Nursalam, 2016). hidung.
Teknik pengumpulan data Perkusi (P) : Perkusi pada jaringan
menggunakan data primer dan sekunder. paru yang sehat menghasilkan suatu
Pengumpulan data yang digunakan dalam resonan (suara bernada rendah, berongga).
studi kasus ini adalah : Nada dan kualitas suara perkusi lain dapat
1) Data primer merupakan data yang dirangkum sebagai berikut: (1) timpani
didapatkan secara langsung (nada tinggi, bergaung, seperti drum), (2)
a) Observasi datar (nada tinggi, lembut), (3) pekak
Observasi merupakan cara (nada sedang, seperti suara “gedebug-
pengumpulan data dengan mengadakan suara tubuh yang jatuh). Palpasi (P).
pengamatan secara langsung kepada Palpasi trakea, kaji apakah posisisnya
responden penelitian untuk mencari berada di garis tengah dan dapat bergerak
perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. sedikit. Palpasi dinding dada untuk
Bentuk observsi ada tiga yaitu observasi mengkaji pengembangan dada simetris
partisipasi, observasi tidak terstuktur dan atau tidak selama inspirasi dan ekspirasi.
observasi kelompok. Dalam metode Palpasi untuk menilai fremitus taktil
observasi ini, instrumen yang digunakan dengan cara palpasi dinding dada posterior
anatara lain lembar observasi, panduan
Yunita Devi Anggarsari, Studi Kasus Gangguan Pola Napas Tidak Efektif Pada Pasien, 171

ketika klien berkata “sembilan puluh HASIL PENELITIAN


sembilan”. 1. Pengkajian
Auskultasi (A). Auskultasi paru a. Tn. D
memberikan data pengkajian kritis untuk Pengkajian dilakukan pada tanggal 5
menentukan kesehatan klien. Auskultasi Maret 2018 pukul 14.00 WIBdi ruang
semua area paru di atas dada telanjang HCU Anggrek 1 RS Dr. Moewardi
untuk mendapatkan temuan akurat. Pada Surakarta. Data didapat dari hasil
setiap lokasi auskultasi, dengarkan suatu observasi, wawancara langsung,
siklus respirasi yang meliputi inspirasi dan pemeriksaan fisik, dan dari status pasien.
ekspirasi saat klien bernapas melalui Hasil pengkajian diperoleh data: nama
mulut. Auskultasi tipe atau karakter suara pasien adalah Tn. D, jenis kelamin laki-
pernapasan, dan adanya suara tambahan. laki, alamat rumah Sragen, usia 40 tahun,
2) Data sekunder adalah data yang pendidikan SMA, pekerjaan karyawan
didapatkan secara tidak langsung swasta, status perkawinan menikah, no
a) Studi kepustakaan RM 01410xxx, Dx. medis efusi pleura.
Studi kepustakaan adalah kegiatan Identitas penanggung jawab: nama Ny. F,
penelitian yang dilakukan oleh peneliti jenis kelamin perempuan, alamat rumah
dalam rangka mencari landasan teoritis Sragen, pekerjaan karyawan swasta,
dari permasalahan (Hidayat, 2014). Pada hubungan dengan pasien adalah istri.
kasus ini menggunakan studi kepustakaan Keluhan utama yang dirasakan pasien
yang bersumber dari buku kesehatan, yaitu sesak napas, batuk, dan nyeri dada.
buku ilmu keperawatan, jurnal laporan – Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien
laporan hasil penelitian dari sumber masuk rumah sakit pada tanggal 25
terbaru. Februari 2018 pukul 17.00 WIB melalui
b) Dokumentasi IGD dengan keluhan batuk, sesak napas,
Dokumentasi merupakan metode dan nyeri dada. Batuk berdahak sejak 7
pengumpulan data dengan cara bulan yang lalu yang dirasa semakin
mengambil data yang berasal dari memberat sejak 2 bulan sebelum masuk
dokumen asli (Hidayat, 2014). Dokumen RSDM. Sebelum dirawat di RSDM pasien
asli tersebut dapat berupa pemeriksaan sempat dirawat di RS Panti Waluyo, di RS
atau catatan medis klien, rekam medis, Panti Waluyo pasien mendapatkan
hasil laboratorium serta terapi. pengobatan rawat jalan dan akhirnya
3. Metode Analisis Data (Domain mendapat rujukan ke RSDM. Riwayat
Analisis) penyakit dahulu yaitu pasien mengatakan
Dalam studi kasus ini peneliti belum pernah menderita penyakit paru
membandingkan kriteria hasil yang sebelumnya. Riwayat penyakit keluarga
dicapai dari 2 pasien efusi pleura yang yaitu pasien mengatakan di dalam
mengalami gangguan pola napas tidak keluarga pasien tidak ada yang menderita
efektif dan kemudian dibandingkan penyakit paru ataupun penyakit menular
dengan jurnal studi kasus ataupun sumber- lainya. Riwayat pekerjaan dan gaya hidup
sumber lain (jurnal, buku, dll). yaitu pasien mengatakan bekerja di salah
satu pabrik yang ada di daerah sragen dan
pasien pengguna narkoba.
172 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 2, November 2018, hlm 101-221

Hasil pengkajian primer yaitu airway: 98%, kepala dan wajah: tidak ada sianosis,
bebas sumbatan jalan napas, suara napas mukosa bibir lembab, leher tidak ada
kanan vesikuler, kiri vesikuler yang pembesaran kelenjar tiroid, terpasang
menurun di ICS II, III, ICS V, VI. WSD di sebelah kiri, dada: I:
Breathing: pasien mengalami sesak napas, pengembangan dada kanan sama dengan
berrnapas menggunakan otot bantu kiri, P: fremitus raba kiri < kanan, P:
pernapasan, RR 28 x/menit, irama napas sonor/dullness ICS II, III, ICS V, VI, A:
teratur, tidak ada tanda distres pernapasan. vesikuler/vesikuler yang menurun ICS II,
Circulation: akral hangat, tidak pucat, III, ICS V, VI, Ekstremitas: terpasang
tidak ada sianosis, CRT: < 2 detik, nadi 95 infus NaCl 0,9% 20 tpm di sebelah kaki
x/menit, irama nadi teratur kuat, TD sinistra.
101/70 mmHg, kulit lembab, turgor kulit Hasil pemeriksaan laboratorium
normal. Disability: tingkat kesadaran tanggal 5 maret 2018 antara lain
composmentis, GCS E4V5M6, Pupil hemoglobin 12.5 g/dl (normal: 13.5-17.5),
isokor, reflek cahaya +/+, besar pupil 3/3. hematokrit 42% (normal: 33-45), leukosit
Eksposure: tidak ada trauma dan jejas 6.6 ribu/ul (normal: 4.5-11.0), trombosit
pada tubuh, terpasang WSD sebelah kiri. 374 ribu/ul (normal: 150-450), eritrosit
Hasil pengkajian sekunder yaitu Sign 5.01 juta/ul (normal: 1.50-5.90), PT 13.2
and Symptoms: pasien mengalami batuk detik (normal: 10,0-15.0), APTT 6 detik
berdahak, nyeri dada, dan sesak napas. (normal: 20.0-40.0), natrium darah 139
pasien megatakan sesak napas ketika mmol/L (normal: 136-145), kalium darah
pasien tidur dengan posisi telentang, dan 3.7 mmol/L (normal: 3.3-5.1), chlorida
saat pasien beraktivitas berat. Allergies: darah 101 mmol/L (normal: 98-106).
pasien tidak ada alergi obat, debu, Hasil pemeriksaan laboratorium
makanan. Medication: pasien tidak sedang mikrobiologi klinik antara lain bahan
menjalani pengobatan lain. Past illnes: cairan pleura kiri pengecatan gram
pasien tidak pernah menderita penyakit hasilnya tidak ditemukan bakteri, leukosit
lain sebelumnya. Last oral intake: pasien 2+, epithel negative, dan pengecataan
mengkonsumsi obat dari RS. Event: BTA hasil negative. Bahan cairan pleura
Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 25 kanan pengecatan gram hasilnya tidak
Februari 2018 pukul 17.00 WIB melalui ditemukan bakteri, leukosit 1+, epithel 1+
IGD dengan keluhan batuk, sesak napas, dan pengecatan BTA hasil negatif. Bahan
dan nyeri dada. Batuk berdahak sejak 7 bilasan bronkus pengecatan gram hasilnya
bulan yang lalu yang dirasa semakin tidak ditemukan bakteri, leukosit 1+,
memberat sejak 2 bulan sebelum masuk epithel negative, dan pengecatan BTA
RSDM. Sebelum dirawat di RSDM pasien hasil negatif.
sempat dirawat di RS Panti Waluyo, di RS Hasil pemeriksaan radiologi 1 Maret
Panti Waluyo pasien mendapatkan 2018 diperoleh kesimpulan: Massa
pengobatan rawat jalan dan akhirnya mediastinum superior hingga medius yang
mendapat rujukan ke RSDM. meluas ke dinding dada anterior & encase
Pemeriksaan fisik keadaan umum pada aorta dan A pulmonalis bilateral
pasien: kesadaran composmentis, pasien suspek Thymoma.Limfadenopati
tampak lemah, TD 101/70 mmHg, N 95 paratrakeal, peribronkial, dan paraaorta.
x/menit, RR 28 x/menit, S 36,5 0C, SpO Efusi pleura bilateral, sudah terpasang
Yunita Devi Anggarsari, Studi Kasus Gangguan Pola Napas Tidak Efektif Pada Pasien, 173

WSD kiri dengan tip terproyeksi di SIC 6 dalam keluarga pasien tidak ada yang
posterior kiri dan pneumonic reaction menderita penyakit paru ataupun penyakit
metastase. VCSS (Vena Cava Superior menular lainya.
Syndrom). Hasil pengkajian primer yaitu airway:
Program Terapi yang didapat antara bebas sumbatan jalan napas, suara napas
lain oksigen nasal kanul 3 liter/menit, diet vesikuler ICS II, III, ICS V, VI.
Tinggi kalori Tinggi Protein (TKTP), Breathing: pasien mengeluh sesak napas,
paracetamol 650 mg/6jam, N-asetilsistein RR 25 x/menit, bunyi napas vesikuler ICS
200 mg/8jam, curcuma 1 tab/8jam, NaCl II, III, ICS V, VI, irama napas teratur,
0,9% 20 tpm, SNMC dalam NaCl 100 cc: tidak ada tanda distres pernapasan.
2 amp/24jam atau 1 amp/24jam. Circulation: akral hangat, tidak pucat,
b. Pasien 2 tidak ada sianosis, CRT < 2 detik, nadi 87
Pengkajian dilakukan pada tanggal 12 x/menit, irama nadi teratur kuat, TD
Maret 2018 pukul 15.00 WIB di ruang 130/89 mmHg, kulit lembab, turgor kulit
HCU Anggrek 1 RS Dr. Moewardi normal. Disability: tingkat kesadaran
Surakarta. Data didapat dari hasil composmentis, GCS E4V5M6, pupil isokor,
observasi, wawancara langsung, reflek cahaya +/+, besar pupil 3/3.
pemeriksaan fisik, dan dari status pasien. Eksposure: tidak ada trauma, tidak ada
Dari hasil pengkajian diperoleh data nama jejas pada tubuh, tidak ada deformitas,
pasien adalah Tn. J, jenis kelamin laki- tidak ada hematoma, dan tidak terdapat
laki, alamat rumah Surakarta, usia 50 edema.
tahun, pendidikan SMP, pekerjaan Hasil pengkajian sekunder yaitu Sign
wiraswasta, status perkawinan menikah, and Symptoms: pasien mengalami sesak
No RM 01072xxx, Dx. medis efusi pleura. napas, dan batuk disertai dahak putih
Identitas Penanggung Jawab Nama Ny. N, kental. Allergies: pasien tidak ada alergi
jenis kelamin perempuan, alamat rumah obat, debu, makanan. Medication: pasien
Surakarta, pekerjaan swasta, hubungan tidak sedang menjalani pengobatan lain.
dengan pasien adalah anak. Past illnes: Riwayat pengobatan OAT
Keluhan utama yang dirasakan pasien tuntas pada tahun 2012. Last oral intake:
yaitu sesak napas dan batuk berdahak. saat ini pasien mengkonsumsi obat dari
Riwayat penyakit sekarang yaitu pasien RS. Event: Pasien masuk rumah sakit pada
masuk rumah sakit pada tanggal 11 Maret tanggal 11 Maret 2018 pukul 18.00 WIB
2018 pukul 18.00 WIB melalui IGD melalui IGD dengan keluhan sesak napas,
dengan keluhan sesak napas, dan batuk dan batuk disertai dahak putih kental.
disertai dahak putih kental. Sesak napas Sesak napas sejak satu minggu sebelum
sejak satu minggu sebelum masuk rumah masuk rumah sakit, sesak napas
sakit, sesak napas dipengaruhi aktivitas. dipengaruhi aktivitas. Pasien sudah
Pasien sudah sempat dirawat di RS lain sempat dirawat di RS lain dan dikatakan
dan dikatakan paru-paru basah hinga paru-paru basah hinga akhirnya mendapat
akhirnya mendapat rujukan ke RSDM. rujukan ke RSDM.
Riwayat penyakit dahulu yaitu pasien Pemeriksaan fisik didapatkan hasil
mengatakan memiliki riwayat pengobatan keadaan umum pasien saat dilakukan
OAT (pengobatan TBC) tuntas pada tahun pengkajian: kesadaran composmentis,
2012. Riwayat penyakit keluarga yaitu di pasien tampak lemah, TD 130/89 mmHg,
174 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 2, November 2018, hlm 101-221

N 87 x/menit, RR 25 x/menit, S 36,2 0C, curcuma 3x1, neurodex 3x1, ciproflaxin


SpO2 97%, kepala dan wajah tidak ada 400 mg/12jam.
sianosis, mukosa bibir lembab, leher tidak 2. Diagnosa Keperawatan
ada pembesaran kelenjar tiroid, dada I: Berdasarkan pengkajian yang
pengembangan dada kanan sama dengan dilakukan pada Tn. D dan Tn. J dapat
kiri, P: fremitus raba kanan sama dengan ditegakkan diagnosa keperawatan pada
kiri, P: sonor/sonor, A : Tn. D dan Tn. J dengan penyakit efusi
vesikuler/vesikuler, ekstremitas terpasang pleura, yaitu: Pola napas tidak efektif
infus NaCl 0,9% 20 tpm di sebelah tangan berhubungan dengan penurunan ekspansi
kanan. paru sekunder terhadap penumpukan
Hasil pemeriksaan laboratorium cairan dalam rongga pleura.
tanggal 11 maret 2018 antara lain 3. Intervensi Keperawatan
Hb14,5g/dl (normal: 13,5 – 17,5), natrium Pola napas tidak efektif berhubungan
darah 132 mmol/L (normal: 136-145), dengan penurunan ekspansi paru sekunder
kalium darah 3.3 mmol/L (normal: 3.3- terhadap penumpukan cairan dalam
5.1), chlorida darah 97mmol/L (normal: rongga pleura.
98-106), pH 7.575 (normal: 7.350-7.450), Tujuan yang ingin dicapai setelah
BE 4.5 mmol/L (normal: -2 – +3), pCO2 dilakukan tindakan keperawatan dalam
28.5 mmHg (normal: 27.0-41.0), pO2 70.9 waktu 3x8jam diharapkan pola napas
mmHg (normal: 83.0-108.0), hematokrit kembali efektif. Kriteria hasil yang ingin
42% (normal: 37-50), HCO3 26.6 mmol/L dicapai antara lain irama, frekuensi dan
(normal: 21.0-28.0), total CO2 27.5 kedalaman pernapasan dalam batas
mmol/L (normal: 19.0-24.0), O2 saturasi normal, pada pemeriksaan thorax tidak
95.3% (normal: 94.0-98.0). ditemukan akumulasi cairan dan bunyi
Hasil pemeriksaan laboratorium napas terdengar jelas. Intervensi
mikrobiologi klinik yaitu bahan sputum: keperawatan yang dilakukan kaji frekuensi
pengecatan gram hasilnya Ditemukan kedalaman pernapasan dan ekspansi dada
kuman gram + coccus dan gram negatif serta catat upaya pernapasan termasuk
batang, leukosit 2+, ephitel 1+ dan penggunaan otot bantu pernapasan, kaji
pengecataan BTA dari sputum hasilnya secara rutin kulit, kuku dan warna dan
negatif. perubahan yang terjadi pada membran
Hasil pemeriksaan radiologi 13 Maret mukosa bibir, observasi tanda-tanda vital
2018 diperoleh kesimpulan klinis: dan status jantung, lakukan auskultasi
pneumonia bakterial, BE terinfeksi, bekas suara napas dan catat adanya bunyi napas,
TB dd relaps. Tampak gambaran signet atur posisi semifowler, ajarkan pasien
ring sign multipe, sebagian bergerombol pernapasan diafragma, kolaborasi dalam
di kedua lapang paru tipe silinder varicose pemberian obat dan O2.
dan cystic disertai dround glass opociti 4. Implementasi Keperawatan
disekitarnya. Tampak lesidensitas cairan a. Tn. D
pleura kiri minimal. Pada hari Senin, 5 Maret 2018 telah
Program terapi yang didapat antara dilakukan tindakan keperawatan pada
lain oksigen nasal kanul 3 liter/menit, diet Tn.D antara lain mengkaji frekuensi
TKTP, terapi obat : amoxicillin 1,2 kedalaman pernapasan dan ekspansi dada.
gr/8jam, asetilsistein 200 gr/8jam, Mencatat upaya pernapasan termasuk
Yunita Devi Anggarsari, Studi Kasus Gangguan Pola Napas Tidak Efektif Pada Pasien, 175

penggunaan otot bantu pernapasan (15.00 b. Tn. J


WIB), mengkaji kulit, kuku dan warna Pada hari Senin, 12 Maret 2018 telah
dan perubahan yang terjadi pada membran dilakukan tindakan keperawatan pada Tn.
mukosa bibir (15.00 WIB), mengobservasi J antara lain mengkaji frekuensi
tanda-tanda vital dan status jantung (15.00 kedalaman pernapasan dan ekspansi dada.
WIB), melakukan auskultasi suara napas Mencatat upaya pernapasan termasuk
dan catat adanya bunyi napas (15.00 penggunaan otot bantu pernapasan (14.00
WIB), mengatur posisi semifowler (16.00 WIB), mengkaji kulit, kuku, dan warna
WIB), berkolaborasi dalam pemberian dan perubahan yang terjadi pada membran
obat dan O2 (17.00 WIB), mengajarkan mukosa bibir (14.00 WIB), mengobservasi
pasien pernapasan diafragma (18.00 tanda-tanda vital dan status jantung (14.00
WIB), mengobservasi tanda-tanda vital WIB), melakukan auskultasi suara napas
dan status jantung (20.00 WIB). dan catat adanya bunyi napas (14.00
Kemudian hari Selasa, 6 Maret 2018 telah WIB), mengatur posisi semifowler (14.30
dilakukan tindakan keperawatan antara WIB), berkolaborasi dalam pemberian
lain mengkaji frekuensi kedalaman obat dan O2 (15.00 WIB), mengajarkan
pernapasan dan ekspansi dada. Mencatat pasien pernapasan diafragma (16.00
upaya pernapasan termasuk penggunaan WIB), mengobservasi tanda-tanda vital
otot bantu pernapasan (15.00 WIB), dan status jantung (17.00 WIB).
mengkaji kulit, kuku dan warna dan Kemudian hari Selasa, 13 Maret 2018
perubahan yang terjadi pada membran telah dilakukan tindakan keperawatan
mukosa bibir (15.00 WIB), mengobservasi antara lain mengkaji frekuensi kedalaman
tanda-tanda vital dan status jantung (15.00 pernapasan dan ekspansi dada. mencatat
WIB), mengatur posisi semifowler (17.00 upaya pernapasan termasuk penggunaan
WIB), berkolaborasi dalam pemberian otot bantu pernapasan (14.00 WIB),
obat dan O2 (19.00 WIB), mengobservasi mengkaji kulit, kuku dan warna dan
tanda-tanda vital dan status jantung (20.00 perubahan yang terjadi pada membran
WIB). Kemudian hari Rabu, 7 Maret 2018 mukosa bibir (14.00 WIB), mengobservasi
telah dilakukan tindakan keperawatan tanda-tanda vital dan status jantung (14.00
antara lain mengkaji frekuensi kedalaman WIB), mengatur posisi semifowler (15.00
pernapasan dan ekspansi dada. Mencatat WIB), berkolaborasi dalam pemberian
upaya pernapasan termasuk penggunaan obat dan O2 (17.00 WIB), mengobservasi
otot bantu pernapasan (14.30 WIB), tanda-tanda vital dan status jantung (19.00
mengkaji kulit, kuku dan warna dan WIB). Kemudian hari Rabu, 14 Maret
perubahan yang terjadi pada membran 2018 telah dilakukan tindakan
mukosa bibir (14.30 WIB), mengobservasi keperawatan antara lain mengkaji
tanda-tanda vital dan status jantung (14.30 frekuensi kedalaman pernapasan dan
WIB), mengatur posisi semifowler (15.30 ekspansi dada. Mencatat upaya
WIB), berkolaborasi dalam pemberian pernapasan termasuk penggunaan otot
obat dan O2 (17.00 WIB), mengobservasi bantu pernapasan (15.00 WIB), mengkaji
tanda-tanda vital dan status jantung (18.00 kulit, kuku, dan warna dan perubahan
WIB). yang terjadi pada membran mukosa bibir
(15.00 WIB), mengobservasi tanda-tanda
vital dan status jantung (15.00 WIB),
176 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 2, November 2018, hlm 101-221

mengatur posisi semifowler (15.30 WIB), masing-masing pasien setelah dilakukan


berkolaborasi dalam pemberian obat dan tindakan keperawatan yang didukung oleh
O2 (17.00 WIB), mengobservasi tanda- teori dan jurnal.
tanda vital dan status jantung (18.00 Pengkajian pada Tn. D didapatkan
WIB). data pasien mengatakan sesak napas,
5. Evaluasi Keperawatan batuk berdahak, dan nyeri dada. Pasien
Evaluasi keperawatan pada Tn. D mengatakan sesak napas dirasakan
dilakukan tanggal 7 Maret 2018 pada semakin memberat ketika pasien tidur
pukul 20.30 WIB. Diagnosa pola napas dengan posisi terlentang. Pasien tampak
tidak efektif berhubungan dengan lemah, bernapas menggunakan otot bantu
penurunan ekspansi paru sekunder pernapasan. Tanda- tanda vital: TD:
terhadap penumpukan cairan dalam 101/70 mmHg, N: 95 x/menit, RR: 28
rongga pleura dengan analisis masalah x/menit, S: 36,5 0C, SpO2: 98%. Dari data
teratasi sebagian, dibuktikan dengan tersebut maka dapat ditegakkan diagnosa
pasien mengatakan sesak napas keperawatan pola napas tidak efektif
berkurang, pasien mengatakan nyaman berhubungan dengan penurunan ekspansi
dengan posisi semifowler, pasien bernapas paru sekunder terhadap penumpukan
menggunakan otot bantu pernapasan, cairan dalam rongga pleura. Setelah
tidak ada sianosis, TD: 115/80 mmHg, N: disusun intervensi keperawatan dan
85 x/menit, RR: 23 x/menit, S: 36,6 0C, kemudian dilakukan implementasi
SpO2: 99%. keperawatan selama 3x8 jam diperoleh
Evaluasi keperawatan pada Tn. J hasil dari respon pasien. Pasien
dilakukan tanggal 14 Maret 2018 pada mengatakan sesak napas berkurang,
pukul 20.00 WIB. Diagnosa pola napas nyaman dengan posisi semifowler, pasien
tidak efektif berhubungan dengan tampak lemah, bernapas menggunakan
penurunan ekspansi paru sekunder otot bantu pernapasan, tanda- tanda vital:
terhadap penumpukan cairan dalam TD: 115/80 mmHg, N: 85 x/menit, RR: 24
rongga pleura dengan analisis masalah x/menit, S: 36,5 0C, SpO2: 99%. Dari hasil
teratasi sebagian, dibuktikan dengan tersebut maka masalah keperawatan
pasien mengatakan sesak napas teratasi sebagian dan intervensi
berkurang, pasien mengatakan nyaman dilanjutkan.
dengan posisi semifowler, pasien bernapas Pengkajian pada Tn. J didapatkan data
menggunakan otot bantu pernapasan, pasien mengatakan sesak napas, batuk
tidak ada sianosis, TD 142/97 mmHg, N: berdahak putih kental. Pasien mengatakan
89 x/menit, RR: 22 x/menit, S: 36,6 0C, sesak napas dirasakan semakin memberat
SpO2: 100%. ketika pasien tidur dengan posisi
terlentang. Pasien tampak lemah, bernapas
PEMBAHASAN menggunakan otot bantu pernapasan.
Pada pembahasan ini, peneliti Tanda- tanda vital: TD: 130/89 mmHg, N:
menjelaskan dua pasien efusi pleura 87 x/menit, RR: 25 x/menit, S: 36,20C,
dengan gangguan pola napas tidak efektif SpO2: 97%. Dari data tersebut maka dapat
saat sebelum diberi tindakan dan sesudah ditegakkan diagnosa keperawatan pola
diberi tindakan. Kemudian peneliti napas tidak efektif berhubungan dengan
membandingkan hasil evaluasi dari penurunan ekspansi paru sekunder
Yunita Devi Anggarsari, Studi Kasus Gangguan Pola Napas Tidak Efektif Pada Pasien, 177

terhadap penumpukan cairan dalam disebabkan oleh adanya peradangan pada


rongga pleura. Setelah disusun intervensi pleura yg diakibatkan bekas TB yang
keperawatan dan kemudian dilakukan relaps. Menurut Nurarif dan Kusuma
implementasi keperawatan selama 3x8 (2015) peradangan pleura dapat
jam diperoleh hasil dari respon pasien. menyebabkan permeabel membran kapiler
Pasien mengatakan sesak napas meningkat sehingga cairan protein dari
berkurang, nyaman dengan posisi getah bening masuk ke rongga pleura.
semifowler, pasien tampak lemah, Perbedaan etiologi penyakit inilah yang
bernapas menggunakan otot bantu akan menyebabkan kondisi pasien juga
pernapasan, tanda- tanda vital: TD: 142/97 berbeda.
mmHg, N: 89 x/menit, RR: 22 x/menit, S: Kedua pasien mengatakan sesak
36,60C, SpO2: 100%. Dari hasil tersebut napas berkurang. Berdasarkan jurnal
maka masalah keperawatan teratasi Yuningsih (2017) pasien yang melakukan
sebagian dan intervensi dilanjutkan. napas dalam ataupun pernapasan
Saat dilakukan pengkajian ditemukan diafragma tersebut dapat meningkatkan
perbedaan tidakan Tn. D terpasang WSD saturasi oksigen. Hal ini dibuktikan dalam
sedangkan pada Tn. J tidak terpasang penelitiannya yang diperoleh hasil rata-
WSD. Perbedaan tersebut terjadi karena rata saturasi sebelum dilakukan nafas
produksi cairan pleura yang berbeda. Pada dalam pada pagi hari : 96,86 % dan
Tn. D produksi cairannya banyak setelah dilakukan nafas dalam pada siang
sedangkan pada Tn. J sedikit yg hari : 97,67 %. Dari hasil tersebut terdapat
dibuktikan dengan hasil radiologi yang peningkatan saturasi. Dengan peningkatan
menyatakan bahwa tampak lesidensitas saturasi oksigen inilah menunjukkan sesak
cairan pleura kiri minimal. Menurut Ari napas pasien berkurang.
2008 dalam Adipratiwi (2015) WSD Kedua pasien mengatakan nyaman
adalah suatu sistem drainage yang dengan posisi semi fowler. Berdasarkan
menggunakan water sealed untuk jurnal Annisa, Utomo, & Utami (2015),
mengalirkan udara atau cairan dari cavum pada posisi telentang individu mengalami
pleura (rongga pleura) tujuannya adalah dua proses fisiologi yang dapat menekan
untuk mengalirkan udara atau cairan dari pernafasan yaitu peningkatan volume
rongga pleura untuk mempertahankan darah dalam rongga toraks dan kompresi
tekanan negatif rongga tersebut, dalam dada. Akibatnya, proses pertukaran udara
keadaan normal rongga pleura memiliki pada seseorang yang berbaring telentang
tekanan negatif dan hanya terisi sedikit tidak berlangsung secara maksimal.
cairan pleura. Sedangkan pada posisi semi fowler ini
Pada Tn. D efusi pleura disebabkan menunjukkan peningkatan posisi badan
oleh adanya tumor mediastinum. Menurut condong kedepan yang dapat
Nurarif dan Kusuma (2015) tumor meningkatkan fungsi ventilasi paru. Posisi
merupakan suatu keganasan yang diawali badan yang condong kedepan atau keatas
dengan nekrotik jaringan. Nekrotik inilah yang mengakibatkan organ
jaringan dapat menyebabkan reabsorbsi abdominal tidak menekan diafrgama
cairan terganggu kemudian terjadi sesuai dengan tingkat kenaikan posisi
penumpukan cairan pada rongga pleura. fowler. Sehingga dengan posisi
Sedangkan pada Tn. J efusi pleura
178 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 7, No 2, November 2018, hlm 101-221

semifowler inilah pasien akan merasakan KESIMPULAN DAN SARAN


nyaman saat bernapas. 1. Kesimpulan
Terdapat perbedaaan peningkatan Setelah dilakukan tindakan
saturasi oksigen pada kedua pasien. Pada keperawatan pada Tn. D dan Tn. J dengan
Tn. D saturasi awalnya 98% setelah diberi efusi pleura di ruang HCU Melati RSUD
oksigen 3 liter/menit naik menjadi 99%, Dr. Moewardi Surakarta peneliti membuat
sehingga didapatkan kenaikan sebesar 1%. beberapa kesimpulan:
Sedangkan pada Tn. J saturasi awalnya a. Sebelum dilakukaan asuhan
97% setelah diberi oksigen 3 liter/menit keperawatan pada masalah pola napas
naik menjadi 100%, sehingga didapatkan tidak efektif pada Tn. D mengatakan
kenaikan sebesar 3 %. Perbedaan sesak napas, batuk berdahak, dan
kenaikan ini disebabkan karena kadar nyeri dada. Tanda- tanda vital: TD:
Hemoglobin (Hb) dalam darah yang 101/70 mmHg, N: 95 x/menit, RR: 28
berbeda, pada Tn. D kadar Hbnya rendah x/menit, S: 36,5 0C, SpO2: 98%.
yaitu 12,5 g/dl sedangkan pada Tn. J Sehingga dapat ditegakkan diagnosa
kadar Hbnya normal yaitu 14,5 g/dl. keperawatan pola napas tidak efektif.
Kadar Hb yang rendah inilah dapat Setelah dilakukan asuhan
mengurangi pasokan oksigen yang sampai keperawatan selama 3x8 jam
ke jaringan. diperoleh hasil evaluasi yaitu masalah
Terdapat perbedaan penurunan RR teratasi sebagian.
pada kedua pasien. Sebelum dilakukan b. Sebelum dilakukaan asuhan
asuhan keperawatan RR Tn. D 28 x/menit, keperawatan pada masalah pola napas
kemudian setelah dilakukan asukan tidak efektif pada Tn. J mengatakan
keperawatan menjadi 24 x/menit. sesak napas, batuk berdahak putih
Sedangkan untuk Tn. J RR awal 25 kental. Tanda- tanda vital: TD: 130/89
x/menit menjadi 22 x/menit.Kedua pasien mmHg, N: 87 x/menit, RR: 25
tersebut sama-sama nengalami penurunan x/menit, S: 36,2 0C, SpO2: 97%.
RR, tetapi RR Tn. D tetap tinggi Sehingga dapat ditegakkan diagnosa
dikarenakan terdapat diagnosa tumor keperawatan pola napas tidak efektif.
mediastinum. Menurut jurnal Pratama, Setelah dilakukan asuhan
Syahruddin, & Hudoyo (2014) Tumor keperawatan selama 3x8 jam
mediastinum adalah tumor yang terdapat diperoleh hasil evaluasi yaitu masalah
di dalam rongga mediastinum yaitu teratasi sebagian.
rongga yang berada diantara paru kanan c. Setelah dilakukan asuhan
dan kiri. Gejala klinis dapat dibagi dalam keperawatan pada pola napas tidak
dua kelompok yaitu gejala respirasi dan efektif semua masalah sama-sama
nonrespirasi. Gejala respirasi pada pasien teratasi sebagian.
tumor mediastinum ditemukan pada 87 d. Ada perbedaan antara Tn. D dan Tn. J
orang dan yang terbanyak adalah batuk 68 setelah dilakukan asuhan keperawatan
(78,1%) orang, sesak napas 60 (68,9%), pola napas tidak efektif.
nyeri dada 39 (44,8%) dan paling sedikit
napas berbunyi 2 (2,3%). Sehingga tumor
mediastinum mempengaruhi respirasi.
Yunita Devi Anggarsari, Studi Kasus Gangguan Pola Napas Tidak Efektif Pada Pasien, 179

Berdasarkan hasil kesimpulan diatas, ArgoMedicine. Universitas


maka saran yang dapat peneliti simpulkan Lampung.
adalah: Hidayat, A.A..(2014). Metode penelitian
a. Pada saat melakukan pengkajian, data keperawatan dan teknis analisis
yang didapat harus lebih lengkap dan data. Jakarta : Salemba Medika.
akurat sesuai dengan kondisi pasien Nursalam. (2014). Metodologi Penelitian
saat itu, kaji setiap tanda dan gejala Ilmu Keperawatan : Pendekatan
yang dirasakan atau yang dialami Praktis, Edisi 3. Jakarta : Salemba
oleh pasien. Medika
b. Dalam merumusakan diagnosa, Surjanto E, Sutanto YS, Aphridasari J, dan
sebaiknya disesuaikan dengan kondisi Leonardo. 2014. Penyebab efusi
pasien dan data fokusnya. pleura pada pasien rawat inap di
c. Dalam membuat intervensi dan rumah sakit. Jurnal Respirologi
melakukan implementasi keperawatan Indonesia. 34: 102-108
perlu dilandasi dengan teori yang ada Suwitra, K. (2009). Buku Ajar Ilmu
dan mengacu pada kondisi yang nyata Penyakit Dalam. Jakarta : Interna
yang dialami oleh pasien pada saat itu Publishing.
juga. Perawat perlu adanya Morton P.G, Fontaine D, Hudak C.M,
komunikasi antar tim kesehatan dan Gallo B.M. (2013). Keperawatan
juga pendelegasian serta penting Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik
untuk menerapkan prinsip doble Vol.1. Edisi 8. Alih bahasa:
checker yang dilakukan antara tim Subekti N.B, Yudha E.K, Yulianti
kesehatan sebelum melakukan D, Nurwahyu, Kapo
pemberian terapi obat kepada pasien. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015).
d. Pada saat evaluasi, perlu dilakukan APLIKASI Asuhan Keperawatan
pengkajian ulang secara subjektif dan Berdasarkan Diagnosa Medis &
objektif serta didukung pemeriksaan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
fisik agar mengetahui tingkat MediAction
keberhasilan dari tindakan
keperawatan apakah masalah tersebut
teratasi atau tidak. Jika masalah
teratasi, intervensi apa yang harus
dipertahankan dan dihentikan dan jika
masalah tidak teratasi atau belum
teratasi maka intervensi apa yang
harus dilakukan lagi.

DAFTAR RUJUKAN
Black, J.M & Hawks, J.H (2009). Medical
Surgical Nursing: Clinical
Managemen.
Puspita, Soleha, & Berta, 2015. Penyebab
Efusi Pleura di Kota Metro pada
tahun 2015. Journal

Anda mungkin juga menyukai