BAB I
PENDAHULUAN
Kuliah Kerja Nyata Praktek (KKN-P) merupakan wujud proses belajar yang
dilaksanakan diluar lingkungan kampus dan merupakan salah satu mata kuliah yang
harus diselesaikan oleh mahasiswa, yang telah menempuh SKS yang ditentukan pada
tiap-tiap semester. Kuliah Kerja Nyata Praktek dilaksanakan di PG. Krebet Baru I
manusia. Dapat dibayangkan jika dalam kehidupan sehari-hari kita tidak dapat
menemukan gula dipasaran, maka semua makanan dan minuman akan terasa asing,
tawar atau pahit. Oleh sebab itu manusia berusaha membuat gula dengan teknologi
PG. Krebet Baru I merupakan salah satu wadah partisipasi dalam menunjang
secara aktif dan kreatif turut memikirkan guna mencari terobosan-terobosan baru
Selain faktor diatas industri gula juga merupakan tempat yang sesuai untuk
melaksanakan praktik kerja karena semua peralatannya dapat dijadikan sebagai obyek
1.2 Tujuan
Kegiatan KKN-P yang kami laksanakan di PG. Krebet Baru I ini bertujuan
untuk :
bersangkutan.
1.3 Manfaat
Dengan mengadakan penelitian di PT. Rajawali I Unit PG. Krebet Baru I
Bululawang Malang, maka ada beberapa manfaat yang diharapkan :
1. Memperluas wawasan mahasiswa dengan mengenalkan sistem nyata pada
perusahaan baik jasa maupun manufaktur.
2. Melihat langsung dan membuktikan aplikasi dan kebenaran teori yang diterima
di bangku kuliah.
3. Mahasiswa mendapatkan pengalaman yang berharga melalui ketrelibatannya
secara langsung di dalam dunia kerja yang nyata. Dan juga melihat situasi
Jurusan Teknik Mesin 2
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang
Laporan Kuliah Kerja Nyata- Praktek
kerja di lapangan dan hubungan antara pekerja dengan pekerja maupun antara
pekerja dengan pimpinan.
4. Mengetahui proses pembuatan gula mulai dari tebu sampai menjadi gula.
5. Mempercepat hubungan antara perusahaan sebagai instansi teknik dengan
perguruan tinggi sebagai instansi pendidikan, sehingga akan menghasilkan
suatu kerjasama yang saling menguntungkan diantara kedua pihak.
b) Observasi
Dengan mengadakan pengamatan secara langsung pada saat perusahaan
melakukan kegiatan sehari-hari terhadap masalah yang dianggap penting.
3. Studi Kasus
Metode yang diterapkan dengan pengaplikasian sudut pandang
akademik terhadap kondisi riil di lapangan.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
sebesar 5.000 TDC (50.000 Ku tebu per hari). Pada tahun 1987 kapasitas
ditingkatkan menjadi 6.000 TDC dan pada tahun 1988 kapasitas ditingkatkan kembali
menjadi 6.500 TDC.Tahun 2006 kedua pabrik meningkatkan kapasitas sebesar 8500
TCD.
Pabrik tidak mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan air untuk proses
produksi karena disekitar pabrik tersedia sumber air yang cukup banyak. Di sini
pabrik juga bekerjasama dengan pengairan.
d. Transportasi
Faktor pengangkutan bukan merupakan hambatan karena tempat bahan mentah
tidak terlalu jauh dari lokasi perusahaan, demikian juga biaya transportasi tidak
terlalu tinggi. Lokasi pabrik terletak di pinggir jalan raya sehingga memudahkan
transportasi bagi pabrik untuk mengangkut bahan mentah maupun barang jadi.
e. Iklim
Faktor iklim sangat menetukan dalam penanaman tebu terutama dalam
pertumbuhannya. Adapun unsur – unsur yang mempengaruhi penanaman tebu
meliputi : panas matahari, tekanan udara, kelembaban udara, curah hujan, dan
intensitas air yang terkandung di dalam tanah.
f. Pemasaran Hasil Produksi
PG.Krebet Baru tidak mengalami kesulitan dalam pemasarannya, karena
pemasaran hasil produksi ditangani oleh KUD.
1. General Manager
General Manager merupakan wakil direksi yang dikuasainya. Direksi adalah
pimpinan dari suatu perusahaan yang menguasai beberapa buah pabrik.
Fungsi : Mengelola perusahaan secara keseluruhan sesuai dengan kebijaksanaan
yang telah ditetapkan oleh direksi.
Tugas General Manager adalah :
1.Merumuskan sasaran dalam kerangka tujuan yang telah ditetapkan.
2.Menetapkan strategi untuk mencapai sasaran perusahaan.
3.Membantu direksi dalam menyusun rencana jangka panjang perusahaan.
4. Melaksanakan kebijakan direksi dalam bidang keuangan, personalia, produksi,
teknik dan umum.
5.Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditentukan direksi.
Wewenang :
1. Memilih dan menetapkan strategi untuk mencapai sasaran perusahaan.
2. Mengendalikan pelaksakaan anggaran perusahaan.
3. Mengangkat dan memberhentikan karyawan non-staff perusahaan.
Tanggung Jawab
1. Tercapainya sasaran yang telah ditetapkan.
2. Penjagaan terhadap rahasia perusahaan.
3. Tercapainya suasana kerja yang baik dalam perusahaan.
2. Manager HRD
Fungsi : Membantu General Manager dalam melaksanakan kebijakan direksi
dan ketentuan-ketentuan administrator dalam bidang personalia dan
umum.
Tugas :
1. Melaksanakan recruitment calon karyawan perusahaan.
2. Melaksanakan ketentuan-ketentuan mengenai pendidikan pengembangan
karyawan.
3. Financial Manager
Fungsi : Melaksanakan kebijakan Direksi dan ketentuan Administrator dalam
bidang anggaran keuangan, akuntansi, umum dan personalia serta
memimpin bagian Tata Usaha dan Keuangan untuk mencapai tujuan dan
sasaran perusahaan yang telah ditetapkan.
Tugas :
1. Merencanakan peredaran keuangan dan memantau realisasi serta mengadakan
analisis atas penyimpangannya.
2. Melaksanakan penerimaan, pengeluaran dan penyimpangan perusahaan.
3. Melaksanakan pengolahan data akuntansi untuk menghasilkan informasi
keuangan bagi pihak-pihak yang memerlukan.
4. Melaksanakan kebijakan penggajian karyawan, kesejahteraan, pelayanan
kesehatan dan keselamatan kerja sejalan dengan peraturan yang berlaku.
5. Menyusun rencana anggaran yang akan diusulkan kepada direksi.
Wewenang :
1. Menolak pengeluaran dan penerimaan dana yang tidak sesuai dengan sistem
dan prosedur yang berlaku.
2. Meminta informasi yang diperlukan dalam rangka tugas yang berhubungan
dengan pengolahan data akuntansi dari kepala bagian dan kepala seksi dalam
perusahaan.
Wewenang :
1. Menolak permintaan barang gudang yang tidak sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
2. Menolak barang yang dikirim ke gudang perusahaan yang tidak memenuhi
persyaratan yang dicantumkan dalam prosedur pembelian.
Tanggung Jawab :
1. Terjaganya keamanan dan kondisi barang-barang yang tersimpan di gudang
material.
2. Kebenaran barang yang diserahkan kepada seksi atau bagian lain yang
memintanya.
3. Ketelitian catatan mutasi dan sisa barang yang disimpan di gudang material.
c. Kepala Seksi Gudang Gula
Fungsi : Membantu Manager bagian akuntansi dan keuangan dalam melaksanakan
penyimpanan, pelayanan, pengeluaran dan penjagaan kondisi gula, tetes
dan produk lainnya yang disimpan di gudang.
Tugas :
1. Membantu dalam penyimpanan gula, tetes dan produk lainnya di gudang.
2. Menyelenggarakan catatan mutasi dan sisa gula, tetes dan produk lainnya di
gudang.
3. Mengawasi penimbangan dan pembungkusan gula.
Wewenang :
1. Menolak pengeluaran gula, tetes dan produk lainnya dari gudang yang tidak
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2. Menandatangani dokumen dan laporan sesuai dengan sistem otorisasi yang
berlaku.
Tanggung Jawab :
1. Keamanan kondisi gula, tetes dan produk lainnya yang disimpan di gudang.
2. Kebenaran kuantitas gula, tetes dan produk lainnya yang dikeluarkan dari
gudang.
Wewenang :
1. Mengumpulkan dokumen pendukung transaksi keuangan.
2. Menolak dokumen pendukung yang tidak memenuhi syarat atau peraturan
yang berlaku.
3. Menetapkan rancangan anggaran seksinya yang akan diusulkan kepada kepala
bagiannya.
Tanggung Jawab :
1. Kewajaran angka atau informasi lain yang disajikan dalam informasi
keuangan.
2. Ketelitian penimbangan dan administrasi tebu rakyat.
1. Pengumpulan data akuntansi dan data non akuntansi yang akan diolah menjadi
informasi keuangan.
2. Ketelitian penggolongan transaksi keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang lazim dan kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh direksi.
3. Terkoordinasinya kegiatan karyawan yang berada dalam sub seksinya.
barang gudang serta memimpin sub seksinya untuk mencapai tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan.
Tugas : Meneliti keabsahan bon-bon masukan dan pengeluaran barang gudang
dan kebenaran tagihan pembelian lokal barang-barang atas dasar surat
pesanan/kontrak pembelian.
Wewenang : Menandatangani dokumen dan laporan sesuai dengan sistem
otorisasi yang berlaku.
Tanggung Jawab :
1. Ketertiban administrasi pemasukan dan pengeluaran barang gudang.
2. Kelancaran penyusunan anggaran belanja dan daftar untuk perincian
pemakaian alat-alat untuk pemeliharaan dan perluasan.
2. Mengadakan koordinasi dengan instalasi yang terkait yang lebih tinggi dari
tugas-tugas kesinderan.
3. Membantu dan bertanggung jawab kepada kepala bagian.
d. Kesinderan
Tugas :
1. Mengolah kebun bibit dan kebun percobaan/peragaan.
2. Mengadakan pendaftaran petani peserta TRI.
3. Membantu memantau pelaksanaan tebang dan angkutan tebu.
4. Memberi laporan sesuai dengan yang berlaku.
6. Processing Manager
Tugas :
1. Mengontrol bahan-bahan kimia yang ada dipabrik gula.
2. Melakukan analisa terhadap nira mentah, nira kental, nira encer, masakan,
stroop dan gula.
b. Seksi Pengolahan
Tugas :
1. Menentukan kebutuhan anggaran direksi pengolahan pabrikasi.
2. Mengawasi proses produksi dan alat.
BAB III
PROSES PRODUKSI
Bahan baku utama dalam proses pembuatan gula adalah tebu itu sendiri dan
komponen-komponen dalam tebu. Komposisi tebu adalah sebagai berikut :
1. air (64-75)%
Jurusan Teknik Mesin 30
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang
Laporan Kuliah Kerja Nyata- Praktek
2. sukrosa (6-15)%
3. gula reduksi (0,5-1)%
4. zat organik lain (0,5-1)%
5. zat organik (0,2-0,6)%
6. nitrogen (0,5-1)%
7. abu (0,3-0,8)%
8. sabut (10-16)%
Dalam proses pembuatan gula harus menggunakan tebu yang baik agar hasil yang
didapatkan dapat maksimal.
Produk Sampingan
Produk sampingan yang dihasilkan PG. Krebet Baru antara lain :
1. Tetes tebu
Tetes tebu merupakan hasil sampingan yang digunakan sebagai bahan baku
pada industri alkohol, spirtus, dan penyedap masakan.
2. Ampas
Ampas merupakan sisa produksi yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
ketel pada pabrik guna menghasilkan tenaga uap bagi mesin produksi.
3. Blotong
Blotong merupakan sisa produksi yang tidak bermanfaat lagi bagi pabrik gula,
tapi dimanfaatkan oleh petani sebagai pupuk.
Mesin dan peralatan yang digunakan dalam pabrik gula untuk memproses dari
bahan baku sampai menajdi gula akan dijelaskan lebih rinci pada halaman berikutnya.
Menurut Wingnosoebroto (1996), tata letak merupakan tata cara pengaturan fasilitas
– fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses produksi. Bentuk lay out pabrik
dipengaruhi oleh sifat, urutan proses produksi, macam produk serta modernnya
perlengkapan yang digunakan. Menurut Assari (1980), lay out dapat dibagi menjadi
tiga macam, yaitu :
1. Lay Out By Product (Line Lay Out)
Lay out by product adalah yang terbaik bagi proses produksi yang terus
menerus dan besar – besaran. Mesin – mesin dan penyusunan ini ditempatkan
menurut urutan yang dikehendaki oleh proses produksi yaitu urutan yang
merupakan satu baris.
Proses produksi adalah suatu proses untuk mengubah bahan mentah menjadi
barang jadi dimana tebu diproses menjadi gula. Dalam proses produksi ada beberapa
bahan yang digunakan antara lain :
1. Bahan mentah, bahan mentah yang digunakan adalah tebu yang sesuai
dengan standart yang ditetapkan oleh perusahaan.
2. Bahan pembantu, bahan pembantu yang digunakan adalah susu kapur,
belerang, air imbibisi, air tawar, kaporit, anti buih, soda cair, klorida dan
phospat.
Produk yang dihasilkan dalam pembuatan gula ini adalah SHS (Super High
Sugar) yang berwarna putih. Hasil samping dari pabrik gula ini adalah blotong yang
digunakan untuk pupuk dan ampas untuk bahan bakar ketel serta tetes yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar alkohol, vetsin dan lain–lain. Dalam proses produksi
pada PG Krebet Baru akan melalui beberapa tahapan proses yaitu :
1. Stasiun Gilingan
2. Stasiun Pemurnian
3. Stasiun Penguapan
4. Stasiun Masakan (kristalisasi)
5. Stasiun Putaran
6. Stasiun Listrik
7. Stasiun Penyelesaian (packing)
Cara kerja :
Motor listrik dijalankan sehingga rantai yang berada di dasar meja tebu
membawa tumpukan tebu bergerak turun dari meja tebu turun ke cane carrier I
secara perlahan – lahan.
3. Leveler
Alat ini berfungsi untuk mengatur tebal-tipisnya tebu yang akan masuk ke
cane carrier I agar merata dan kontinuitas gilingan dapat tercapai.
Cara Kerja :
Tebu yang ada di cane table akan bergerak dan mempunyai ketinggian yang
tidak sama sehingga tumpukan yang terlalu tinggi akan terhalang oleh leveler
sehingga tebu yang masuk ke cane carrier akan stabil.
4. Cane Carrier
Berfungsi untuk membawa tebu yang jatuh dari meja tebu menuju cane
cutter.
Cara Kerja :
Tebu yang jatuh dari meja tebu dibawa cane carrier yang digerakkan oleh
motor listrik dengan variable speed dimana maximumnya 1200 rpm menuju cane
cutter. Kecepatan cane carrier I disesuaikan dengan kapasitas gilingan yang telah
ditentukan, sehingga tidak mengalami masalah kelebihan tebu yang nantinya akan
menyebabkan slip pada gilingan dan kelebihan tebu yang akan menyebabkan
kapasitas tebu tidak tercapai. Cara kerja otomatis dari cane carrier I adalah apabila
jumlah tebu yang jatuh pada cane carrier I melebihi kapasitas, maka kecepatan
dari cane carrier akan berkurang dari 400 rpm secara otomatis, demikian juga
sebaliknya.
5. Cane Cutter
Alat ini berfungsi untuk mencacah tebu dan memotong tebu hingga
menjadi bagian – bagian yang kecil. Cane cutter digerakkan oleh turbin yang
memiliki kecepatan 3500 rpm yang kemudian direduksi oleh gear box menjadi
600 rpm dan memiliki daya serap 660 hp. Jumlah pisau pada cane cutter adalah 36
buah.
6. Unigrator
Alat ini terletak pada ujung cane carrier I. Alat ini berfungsi untuk
mencacah tebu menjadi ukuran yang lebih kecil lagi agar memudahkan
pemerahan nira pada gilingan. Unigrator terdiri dari pemukul atau hammer tip
yang berputar dan landasan yang bergerigi (anvil). Unigrator digerakkan turbin
yang memiliki daya 750 HP dan putarannya 4500 rpm. Putaran turbin ini
kemudian direduksi oleh gear box sehingga putarannya menjadi 664 rpm. Jumlah
pisau pada unigrator adalah 40 buah.
Hasil dari unigrator adalah serabut tebu. Ampas dari pemerahan unigrator
dijatuhkan ke cane carrier II untuk diteruskan ke gilingan I. Gilingan merupakan alat
pemerahan nira tebu sehingga terpisah dari ampas. Pemerahan ini dilakukan dalam
lima tahapan gilingan, tiap – tiap gilingan terdiri dari tiga rol belakang. Arah
pengeluaran nira selalu berlawanan dengan arah pengeluaran ampas untuk
menghindari nira terpisah kembali oleh ampas.
Penggilingan ini dibagi menjadi lima tahapan :
a. Gilingan I
Penggilingan ini bertujuan untuk memerah ampas pertama kali dan nira
hasil perahan ini dinamakan Nira Perahan Pertama (NPP). Yang selanjutnya
dialirkan ke tanki penampungan nira, sedangkan ampas yang dihasilkan terlebih
dahulu disiram dengan nira dari gilingan III sebagai umpan pada gilingan II.
Turbin pada gilingan I ini berkekuatan 740 HP.
b. Gilingan II
Ampas dari gilingan I dimasukan ke gilingan II dengan intermediate carrier
I (IMC I) setelah mendapat imbibisi dari nira perahan III. Tipe dari IMC I ini
seperti elevator yang memiliki seperti cakar – cakar untuk mengangkut ampas
tebu. Nira hasil gilingan ini akan diproses lebih lanjut yaitu pada stasiun
pemurnian. Turbin pada gilingan II ini berkekuatan 740 HP.
c. Gilingan III
Ampas gilingan II dan imbibisi nira perahan IV dibawa dengan
intermediate carrier II (IMC II) ke gilingan III dan nira yang dihasilkan untuk
imbibisi pada ampas gilingan I. Tipe dari IMC II ini sama seperti IMC I, yaitu
seperti elevator yang memiliki cakar – cakar untuk mengangkut ampas tebu.
Turbin pada gilingan III ini berkekuatan 740 HP.
d. Gilingan IV
Ampas gilingan III juga berimbibisi nira perahan V sebelum masuk
gilingan IV melalui intermediate carrier III (IMC III). Nira hasilnya juga
digunakan untuk imbibisi pada ampas gilingan II. Tipe dari IMC III ini berbeda
dari IMC I dan II. Bentuknya seperti elevator yang permukaannya bergelombang
agar dapat menarik ampas tebu. Turbin pada gilingan IV ini berkekuatan 740 HP.
e. Gilingan V
Ampas dari gilingan IV diberikan imbibisi air panas pada suhu 60 – 70 0C
dan digiling pada gilingan V. Nira hasilnya digunakan untuk imbibisi gilingan IV.
Ampas gilingan V dibawa ke conveyor menuju ketel untuk bahan baku
pembakaran. Turbin pada gilingan V ini berkekuatan 825 HP.
Keterangan :
1. top roll
2. roll muka
3. roll belakang
4. voiding roll
5. bukaan muka
6. bukaan belakang
7. ampas plate
8. ampas balk
9. lubang laluan nira
10. base plate
Stasiun Pemurnian
Tujuan dari stasiun pemurnian ini adalah :
penyaringan maupun pemisahan Lumpur akan diproses dalam stasiun pemurnian ini.
Komponen niram mentah secara kasar menurut Soerjadi (1995) adalah sebagai
berikut:
1. Sukrosa 140 gr
3. Air 840 gr
Sumber : Manual, PG. Rajawali I Unit PG. Krebet Baru, Bululawang Malang
mentah yang dihasilkan dari stasiun gilingan sehingga diperoleh data pengawasan
1. Pemanasan pertama
Jurusan Teknik Mesin 40
Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Malang
Laporan Kuliah Kerja Nyata- Praktek
Nira menah yang telah ditimbang ditambahkan larutan TSP (Triple Super
Pospat) dengan berat tertentu, kemudian nira dipompa menuju Juice Heater
Pada juice heater I dengan suhu 70 C panas diambil dari up exchausting
turbin. Sedangkan pada Juice Heater II nira yang telah diberi susu kapur
dan telah tersulfitir sampai pH netral akan dipanasi sampai suhu 105°C
Sumber : Manual, PG. Rajawali I Unit PG. Krebet Baru, Bululawang Malang
Nira Juice Heater 1 dialirkan ke Kalk Dozer Aparatus yang berfungsi untuk
kenaikan Ph dari 5,2 menjadi 7,1. Setelah itu nira dialirkan ke defektor II dan
Sumber : Manual, PG. Rajawali I Unit PG. Krebet Baru, Bululawang Malang
3. Defekator
Tujuan peti ini adalah sebagai alat pencampur antara nira mentah dengan
tinggal 1 menit.
Sumber : Manual, PG. Rajawali I Unit PG. Krebet Baru, Bululawang Malang
4. Sulfitasi
Nira yang keluar dari defektor dialiri gas SO 2 dalam bejana Sulfitasi sehingga
belerang padat dengan udara keringa yang berasal dari kemudifier dalam
menggunakan BTB (Broom Timol Blue) atau PAN. Bila Ph–nya terlalu asam
akan merusak nira sedangkan bila terlalu basa akan menghasilkan gula
merah, karena nira banyak mengikat koloid. Dengan penurunan Ph ini akan
dengan susu kapur yang merupakan inti kotoran-kotoran lainnya tertarik dan
bejana. Sedangkan gas SO2 diinjeksikan dari atas sehingga terjadi kontak dan
Over Flow
Box
Nira
Masuk Parabolik
Skot Nira
Keluar
Gas SO2
Gambar 3.6 Bejana Masuk
Sulfitasi
Sumber : Manual, PG. Rajawali I Unit PG. Krebet Baru, Bululawang Malang
5. Pemanasan kedua
Setelah proses Sulfitasi nira akan dipanaskan lagi dalam Juice Heater Ii pada
6. Pemisahan gas-gas
Setelah proses ini dilakukan dalam flash tank dengan menggunakan aliran
tangensial, maka gas-gas yang terbentuk pada proses sebelumya (O2 , NH3)
akan keluar.
Sumber : Manual, PG. Rajawali I Unit PG. Krebet Baru, Bululawang Malang
7. Pengendapan
Untuk mempercepat proses pengendapan maka nira yang berasal dari Flash
dibanding tebu.
Ciri kerjanya adalah nira masuk ke feed compartement yang berfungsi untuk
center tube agar tiap compartement mendapat umpan nira yang sama banyak.
diperoleh nira jernih yang keluar untuk disaring dalam DSM screen dibawa
ke preevaporator.
8. Pemisahan blotong
Endapan atau nira kotor yang keluar dari SRI dicampur dengan ampas halus
(bagasillo) mud juice dan susu kapur yang kemudian disaring dalam vacum
filter yang berfungsi untuk menyaring nira kotor dari hasil pengendapan
sehingga didapat nira bersih dan blotong. Nira bersih dialirkan ke bak
pupuk.
Drum berputar dengan kecepatan 0,1-1,5 rpm pada bagian yang tercelup
imbibisi 2-5% dibanding dengan berat tebu masuk. Air imbibisi ini akan
proses pemurnian.
4. Membesarkan kristal
Dalam pembesaran kristal ini diusahakan menempelnya molekul sacrosa pada
inti kristal sebanyak – banyaknya dalam waktu yang relatif singkat. Penambahan nira
kental dan stroop dilakukan secara kontinue ke dalam pan masakan.
5. Memasak Tua
Memasak tua adalah melanjutkan prose pengkristalan dengan penambahan
larutan. Pada memasak tua ini diusahakan tercapai kepekatan setinggi – tingginya dan
air yang serendah – rendahnya.
6. Menurunkan masakan
Setelah masakan tua selanjutnya diturunkan dalam palung pendingin. Proses
penurunan masakan dengan cara menutup semua kran yang menghubungkan kran
kristalisasi denagn kondensor. Menghentikan aliran steam panas secara perlahan,
kemudian membuka kran yang menghubungkan dengan pan udara luar sehingga
kehampaan semakin berkurang, selanjutnya membuka pintu pengeluaran dan
masakan turun ke palung pendingin.
7. Mencuci pan masak
Proses pencucian pan masakan bertujuan untuk melarutkan kristal gula yang
menempel pada permukaan pemanas. Pan kristalisasi dicuci dengan menggunakan
semburan steam dari air panas. Pencucian ini penting karena dapat menghindari
terbentuknya gula karamel. Gula karamel adalah gula kristal yang kosong yang dapat
menurunkan mutu gula pada proses pemasakan selanjutnya.
B. Cara Masakan
Bahan dasar :
Bahan dasar yang digunakan adalah nira pekat tersulfitasi yang brixnya adalah
60 – 65 oBrix. Bahan dasar tersebut disimpan dalam peti – peti tunggu yang
dilengkapi dengan pipa – pipa steam (uap) untuk memanasi nira kental, stroop atau
klare yang akan dialirkan ke pan masakan.
Pemanasan dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan suhu dan untuk
menurunkan kekentalan atau melarutkan kristal yang mungkin telah terbentuk.
1. Pemakaian bibit oleh fondan
D. Palung Pendingin
Dalam proses kristalisasi, udara pokok mengerjakan nira lekat menjadi
masakan (masquite) di dalam bejana masakan (vacuum pan), juga dilakukan usaha
lain guna memperoleh hadil yang lebih banyak yaitu dengan adanya proses
kristalisasi lanjut dengan cara pendinginan dalam palung pendingin. Palung
pendingin merupakan sebuah silinder berbentuk U, didalamnya dilengkapi dengan
pengaduk semacam spiral panjang, yang fungsinya adalah :
a. Sebagai tempat penampungan masakan sebelum dibawa ke stasiun
pemutaran.
b. Sebagai tempat terjadinya proses pendinginan sehingga terjadi
proses kristalisasi lanjut.
E. Pengaduk
Fungsi pengaduk adalah :
a. Mempercepat pendinginan secara merata.
b. Mengaduk masakan sehingga terjadi pembagian suhu secara merata atau
homogen.
c. Untuk mendorong keluarnya masakan yang akan diputar terutama masakan
hampir habis.
d. Mencegah agar jangan sampai masakan membeku karena pendinginan,
terutama masakan yang mempunyai harga kemurnian tinggi.
b. Putaran SHS
Memutar dari gula putaran A, maka sebagai hasilnya adalah kristal gula produk
dan klare SHS, dimana klare SHS ini digunakan untuk bahan masakan A. Mesin
puteran SHS berjumlah 3 buah dan yang dioperasikan hanya 2 buah yaitu puteran
jenis ASEA dan yang baru yaitu jenis WS CentrifugaL, yang mana mesin puteran WS
ini baru dioperasikan kurang lebih 1 bulan yang lalu (september 2005) dari Hamilton,
Ohio USA, Puteran WS memiliki kecepatan putaran sampai 1200 rpm dan yang
dipakai dalam pengoprasionalnya hanya 1000 rpm saja dan yang paling rendah 50
rpm. Sedangan putaran ASEA yaitu 1250 rpm. Perbedaan yang dapat diamati antara
WS dan ASEA yaitu mesin putaran WS memakai air sebagai alat yang membantu
dalam memisahkan klare dengan gula dimana air dikondisikan mencapai 800C. air ini
dilakukan 2 kali penyiraman dimana air diambil dari bak penampungan sebanyak 25
cc, Volume atau kapasitas bak puteran SHS WS ini mencapai 10 kwintal. Untuk
mendapatkan ketebalan gula yang diinginkan selama proses puteran, mesin SHS WS
ini menggunakan sensor sedangkan SHS ASEA menggunakan indikator. Mesin
puteran ASEA menggunakan uap (steam) yang diambil dari ketel hal ini merupakan
kelemahan mesin ASEA karena kalau terjadi kerusakan pada ketel maka mesin
puteran SHS ASEA tidak dapat beroperasi karena uap (steam) yang dibutuhkan untuk
memisahkan klare dengan gula tidak dapat digunakan. Volume atau kapasitas bak
puteran SHS ASEA mencapai 6 kwintal. Dari keseluruhan puteran SHS yang masuk
ke puteran sebanyak 450 hekto liter sedangkan yang menjadi produk sebanyak 225
hekto liter.
Hal – hal yang dapat menganggu dalam pemutaran adalah :
a. Kristal dari pan masakan tidak rata.
b. Kristal gula terlalu halus dan bawah, karena masih banyak mengandung tetes.
c. Adanya pasir palsu sehingga akan menyumbat lubang – lubang saringan.
d. Masakan terlalu viscus.
e. Sistem pengontrolan mesin putaran yang tidak terpadu artinya antara petugas satu
dengan yang lainnya dalam melakukan pengawasan setelah jam kerjanya mesin
tidak dikondisikan dalam keadaan yang normal. Hal ini dapat membuat petugas
lain yang menjaga setelah petugas pertama harus melakukan pengontrolan dan
penyetingan normal kembali, sehingga waktu kerja tidak lagi menjadi efektif.
Sumber : Manual, PG. Rajawali I Unit PG. Krebet Baru, Bululawang Malang
3.5.6 Stasiun Listrik
Pada KB 1 terdapat 3 buah turbine dan dua buah diesel. Untuk menggerakan
turbine dipakai uap dari ketel Yoshimine dan Chen – chen, dimana kapasitas uap
yang dibutuhkan dalam kondisi batas normal yaitu sekitar 17 kp/cm 2. Dalam
pengoperasiannya mesin turbin yang digunakan cukup satu saja yaitu jenis steam
turbin generator yang ketiga hal ini dikarenakan telah memenuhi ketersediaan daya
yang dibutuhkan dan memiliki kemampuan sampai 3000 A. Namun jika turbin
generator ketiga mengalami kerusakan maka digunakan turbin generator kesatu dan
kedua. Dalam pengontrolannya jika uap yang tersedia kurang dari batas normal atau
kurang dari 17 kp/cm2, maka disini terdapat tanda pemberitahuan kepada setiap unit
terutama unit putaran untuk dapat mengurangi beban pemakaiannya dan
menggunakan daya listrik yang dipakai oleh perumahan karyawan untuk dipakai oleh
stasiun listrik sebagai upaya agar sistem produksi tetap berjalan lancar. Dalam
pengoperasian pada masa giling tahun depan direncanakan akan ditambah satu unit
pembangkit listrik lagi jenis turbine generator yang memiliki frekuensi 50 Hz, karena
akan diselesaikannya pembangunan 1 unit ketel uap jenis Yoshimine yang
berkapasitas 80 ton. Untuk jenis yang memakai 60 Hz telah mengalami kesulitan
dalam perawatannya karena suku cadang yang tersedia sangatlah terbatas. Sistem
pengawasan yang dilakukan pada stasiun listrik yaitu setiap satu setengah jam
dilakukan pencatatan kondisi masing – masing unit berdasarkan data yang ada di
panel dalam pemakaian beban listrik, pencatatan dilakukan secara dokumentasi dalam
buku catatan kerja.
Pengeringan ini menggunakan talang goyang, gula basah yang turun dalam talang
goyang yang bergetar oleh gaya eksentrik digerakkan oleh motor yang berfungsi
sebagai pengeringan, pengadukan, dan penyaringan gula produk.
Gula kering yang dihasilkan diangkut oleh elevator ke hammer screen yang
berfungsi untuk memisahkan kristal gula yang memiliki ukuran kristal yang tidak
sama. Kristal gula hasil saringan ditampung di dalam sugar bin. Bila gula yang masuk
ke dalam karung sudah mencapai beratnya maka karung akan terjatuh dengan
sendirinya. Selanjutnya ditimbang untuk ketepatan dan dijahit lalu diangkut ke
gudang. Adapun peralatan pada stasiun penyelesaian :
1. Talang goyang, berupa talang yang bergetar oleh gaya eksentrik yang digerakkan
oleh motor untuk mengeringkan gula dan mengangkut serta menyaring gula
pasir, berbentuk persegi empat panjang yang berkaki, bentuknya terbuka
sehingga gula masuk basah dikeringkan dengan udara bebas.
2. Elevator gula berfungsi untuk membawa kristal gula kering dari talang goyang ke
hammer screen dan sugar bin.
3. Hammer screen berfungsi sebagai saringan untuk memisahkan kristal gula yang
berukuran tidak sama. Ukuran kristal yang sesuai adalah 0,8 – 1,00 mm dan
apabila ada yang tidak sama dilakukan pemisahan.
Hammer screen terdiri dari saringan bertingkat dengan susunan sebagai berikut:
a. Saringan I : untuk menahan kristal gula yang berukuran kasar, terletak
paling atas.
b. Saringan II : terletak dibawah saringan I, kristal gula saringan II ini sebagai
gula SHS yang digunakan oleh konsumen.
c. Saringan III : menahan kristal gula yang berukuran halus.
4. Sugar Bin
Kristal II hasil saringan I ditampung di sugar bin, alat ini berbentuk segi empat
dengan bagian bawah berbentuk piramida terbalik untuk mengeluarkan gula.
Dilengkapi sejenis timbangan untuk mengukur berat gula (netto 50 Kg). Bila gula
yang masuk ke dalam karung sudah mencapai beratnya maka karung akan jatuh
BAB IV
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
putaran.
3. Berkaitan dengan bidang ilmu yang kami tekuni, ternyata kenyataan yang ada
7.2 Saran
Dari pengamatan kami selama kerja praktek di PG. Krebet Baru I terdapat
berbagai masalah yang hendaknya menjadi perhatian bagi segenap jajaran di Krebet
2. Selalu memelihara kerja sama yang baik antar masing-masing divisi agar
kententuan, agar terhindar dari kecelakaan kerja, selain itu juga menjaga
kesehatan agar tetap dalam kondisi yang baik, sehngga tidak menurunkan
produktifitas kerja.