I.2. Tujuan
I.2.1. Tujuan Umum
Tujuan dari Praktik Kerja Lapang adalah:
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa mengenai
keadaan yang sesungguhnya dalam suatu bidang usaha untuk
mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja.
2. Memperluas wawasan dan mengembangkan cara berpikir praktis,
logis dan sistematis sehubungan dengan permasalahan yang timbul
di dunia kerja.
1
3. Mengetahui, mengerti, dan memahami penerapan teori-teori yang
telah diperoleh semasa kuliah.
I.3. Manfaat
I.3.1. Bagi Mahasiswa
1. Dapat menerapkan ilmu statistika pengendalian mutu yang telah
diterima di perkuliahan tentang pengendalian kualitas menggunakan
Grafik Kendali T 2 Hotelling melalui permasalahan yang ada di PG.
Pesantren Baru.
2. Dapat mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyesuaikan diri di lingkungan kerja.
3. Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa untuk
memasuki dunia kerja.
2
I.4. Batasan Masalah
Dalam laporan PKL ini, data dibatasi hanya di Laboratoriun Quality
Control di Pabrik Gula Pesantren Baru pada stasiun Gilingingan pada
proses produksi NPP. Data diambil mulai tanggal 24 Juli 2016 sampai
dengan 24 Agustus 2016.
3
4
BAB II TINJ
AUAN UMUM DAN PERMASALAHAN
5
2. Direksi Aneka Tanaman
3. Direksi Aneka Tembakau
4. Direksi Aneka Gula
Semua PG termasuk didalam Direksi Aneka Gula yang telah
berbadan hukum sendiri dengan sistem BPU-PPN. Pada tahun 1967 mulai
berlaku Inpres No. 7 tahun 1967 tentang pengesahan pengelolaan
Perusahaan Negara, sehingga pada tahun 1969 BPU-PPN dibubarkan.
Untuk itu semua Pabrik Gula di Indonesia dibawah Departemen Pertanian
dan dibentuk Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dimana PG. Pesantren
termasuk didalam lingkup PNP XXI.
Dengan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1973 yang berlaku
tanggal 1 Januari 1974, PNP XXI menggabungkan diri dengan PNP XXII
menjadi PT Perkebunan XXI-XXII (Persero) pada tanggal 19 Juli 1978
oleh Menteri Pertanian Prof. Ir. Soedarsono Hadi Saputro. Pemakaian nama
PG. Pesantren Baru diresmikan sedangkan PG Pesantren lama
diberhentikan pengoperasionalnya pada tanggal 19 Juli 1979.
6
dengan kepemilikan Hak Guna Usaha Jengkol yang berada di
wilayah Kediri.
2. Iklim dan tanahnya sesuai dengan tanaman tebu.
3. Kebutuhn air dapat dipenuhi dengan air sumur atau air sungai yang
ris diperoleh dengan mudah.
4. Faktor tenaga kerja, untuk memperoleh tenaga kerja / karyawan, PG.
Pesantren Baru tidak mengalami kesulitan karena lokasi pabrik dekat
dengan pemukiman penduduk. Sedangkan tingkat upah sesuai
dengan Upah Minimum yang berlaku di Kabupaten Kediri.
7
Penyususnan Laporan neraca, LM, dan prognosa.
3. Kepala Bagian Pengolahan
Fungsi dan tanggung jawab:
Desain alat maintenance kontrak.
Menjamin kualitas dan kuantitas gula.
Operasional mesin dan proses pada stasiun pemurnian,
penguapan, pemasakan, pemutaran, dan penyelesaian.
Penanganan limbah hasil pengolahan.
Pengawasan setiap pekerjaan eksploitasi maupun investasi.
Penyiapan kebutuhan bahan pembantu pengolahan dan mesin-
mesin.
4. Kepala Bagian Instalasi.
Fungsi dan tanggung jawab:
Desain alat dan maintenance kontrak.
Pengolahan stasiun giling untuk mengekstrak tebu menjadi nira
dan ampas.
Penyediaan air, tenaga uap, bengkel, listrik, dan peralatan.
Pemeliharaan gedung, pelayanan kendaraan, stasiun jeep, truk,
dan pickup.
5. Kepala Bagian Tanaman.
Fungsi dan tanggung jawab:
Perencanaan dan pelaksanaan pembibitan sesuai dengan jenjang
pada proses pembibitan.
Perencanaan dan pelaksanaan budidaya tanaman dan tebang
angkut.
Penyediaan bahan baku dalam jumlah cukup, kualitas baik, waktu
yang tepat dan biaya yang efisien sesuai dengan kebutuhan harian
dan terjet yang ditetapkan dalam RKAP.
6. Kepala Bagian Quality Control
Fungsi dan tanggung jawab:
Monitoring terhadap budidaya, menganalisa kualitas tebu,
melakukan pengamatan cuaca dan kompos.
Analisa kemasakan, membuat laporan proteksi, melakukan
monitoring budidaya, dan pengamatan percobaan.
Analisa standar-standar berdasarkan parameter-parameter yang
ada.
Pemantauan pemasukan lahan dan gambar kebun.
8
Pemantauan laporan kemajuan pekerjaan dan sistem informasi
perkebunan.
Pemantauan taksasi produk gula dan penghitungan RE.
Pemantauan pola dan jadwal tebang.
Pemantauan varietas dan umur tebu ditebang.
Pengelolaan lab proteksi tanaman, pemantauan serangan HP,
penyebaran parasit dan evaluasi
Pemantauan persiapan dan kinerja selama proses giling.
Kalibrasi peralatan ukur dan alat lab.
Pemantauan analisa limbah.
Pelaksanaan penelitian off farm baik pengolahan maupun teknik.
Pengendalian mutu produksi gula.
II.1.5. Proses Produksi
Proses produksi gula terbagi dalam beberapa proses yaitu
penggilingan, pemurnian, penguapan, masakan/pengkristalan, putaran,
pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan. Pada PG. Pesantren Baru
proses tersebut terbagi dalam beberapa stasiun yaitu stasiun persiapan,
stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun
masakan/kristalisasi, stasiun putaran, dan stasiun penyelesaian.
a. Stasiun Persiapan
Bertujuan untuk melakukan analisa awal (% Brix) sampel tebu yang
masuk dengan menggunakan Hand Refraktometer dan mencatat
keterangan truk tebu yang masuk (nomer polisi truk, SPTA, kode
register, varietas tebu, diameter tebu, dan hasil analisa awal % Brix
tebu).
b. Stasiun Gilingan
Bertujuan untuk memerah tebu sehingga diperoleh nira sebanyak
mungkin dan mengusahakan agar kandungan nira dalam ampas
sangat kecil. Pada stasiun gilingan ini terdapat lima unit gilingan
yang dipasang seri dan masing-masing gilingan terdiri dari tiga buah
rol, yaitu rol atas, rol depan, dan rol belakang.
c. Stasiun Pemurnian
Bertujuan untuk memisahkan gula (sukrosa) dari kotoran yang ikut
terlarut dalam nira agar diperoleh gula yang relatif lebih murni,
menekan kehilangan gula (memaksimalkan efisien proses), dan
optimalisasi pemakaian bahan pembantu proses.
d. Stasiun Penguapan
9
Bertujuan untuk menguapkan sebagian air yang ada dalam nira,
sehingga diperoleh nira yang lebih pekat.
Pada proses penguapan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
tercapainya penguapan air sebanyak-banyaknya dalam waktu yang
singkat dengan tidak terjadi kerusakan gula serta pemakaian biaya
yang murah terutama kebutuhan akan bahan bakar.
e. Stasiun Masakan
Proses masakan ini bertujuan untuk mengubah sukrosa dari larutan
nira menjadi kristal sukrosa yang diinginkan konsumen, mudah
dipisahkan dari larutan induknya dengan meminimalisirkan waktu
proses dan kehilangan gula. Inti dari operasi yang terjadi pada
stasiun masakan adalah proses kristalisasi.
f. Stasiun Putaran (centrifugal)
Bertujuan untuk memisahkan kristal gula dengan stroop
menggunakan gaya centrifugal.
g. Stasiun Pengeringan dan Penyelesaian
Produk kristal gula yang diambil berasal dari putaran A atau yang
lebih dikenal dengan gula SHS. Gula ini kemudian ditampung pada
talang goyang yang selalu bergetar sehingga gulanya selalu bergerak
dengan udara panas dengan suhu 80 0C-900C kemudian gula dilempar
secara centrifugal menuju daerah pendinginan yang ditembus udara
pendinginan dengan suhu 370C.
10
1. Lokasi pengambilan sampel.
2. Tempat sampel.
3. Cara pengambilan sampel.
4. Perlakuan terhadap sampel yang diambil.
Macam-macam analisa di laboratorium antara lain:
1. Analisa Rendemen Sementara
Bertujuan untuk mengetahui apakah tebu siap ditebang atau belum
sehingga dapat ditentukan saat tebang yang tepat.
2. Analisa Nira
Bertujuan untuk mencari % Brix dan % Pol yang ada dalam nira.
Nira yang dianalisa adalah nira mentah, nira encer, nira tapis, nira
perahan pertama (NPP), nira kental, dan nira dari gilingan I-V.
3. Analisa Ampas
Bertujuan untuk menentukan gula yang hilang dalam ampas.
4. Analisa Blotong
Bertujuan untuk menentukan % Pol dan zat kering dari blotong.
5. Analisa Tetes
Bertujuan untuk mengetahui % Brix, % Pol dan HK dari tetes
6. Analisa Masakan
Bertujuan untuk mengetahui HK dari masakan A,C dan D.
7. Analisa Air Ketel
8. Amalisa Kadar P2O5
Bertujuan untuk menentukan kadar P2O5 dalam nira mentah secara
Kolorimetris.
9. Analisa Kadar CaO Nira Mentah denagn cara Kompleksiometris.
10. Turbidity
Bertujuan untuk menentukan kekeruhan nira encer dengan
spektrofotometer yang mempunyai panjang gelombang 950 nm.
11. Analisa Gula Reduksi
Bertujuan untuk Penetapan Gula Reduksi secara Enon dan Lanne
12. Analisa Kristal Gula
13. Analisa Limbah
Pengendalian kualitas merupakan hal yang sangat penting dalam
proses produksi di suatu pabrik. Hal ini dikarenakan pengendalian kualitas
merupakan langkah yang digunakan untuk mengatur dan menjaga kualitas
produksi yang dihasilkan setiap memproduksi barang agar tetap berkualitas
baik sesuai standar yang menyebabkan kualitas produksi menurun. Banyak
sekali penyebab menurunnya kualitas produksi. Misalnya dari bahan baku
atau kerusakan mesin. Hal ini harus segera diidentifikasi agar kualitas
11
produksi tidak terus-menerus menurun. Pengendalian kualitas tidak hanya
diperlukan pada saat proses produksi sedang berlangsung, tetapi juga di
setiap proses produksi mulai dari masuknya bahan baku, proses produksi,
hingga penyimpanan barang.
Pabrik Gula Pesantren Baru bagian quality control dalam
mengendalikann kualitas hasil produksi membutuhkan karakterikstik atau
ukuran-ukuran tertentu yang harus terpenuhi dalam proses produksi.
Karakteristik atau ukuran tersebut ditetapkan sendiri oleh perusahaan
sebagai acuan keberhasilan dalam proses produksi. PG. Pesantren Baru
juga memiliki ukuran standarisasi untuk nilai Brix dan nilai Pol dalam nira.
Nira Perahan Pertama dikatakan baik jika memiliki Brix yang bernilai 13%-
16% dan Pol yang bernilai 10% - 12%. Nilai- nilai tersebut biasa disebut
sebagai batas spesifikasi perusahaan. Dengan penggunaan batas spesifikasi
standarisasi perusahaan, masih ditemukan hasil produksi yang tidak sesuai
dengan standarisasi perusahaan.
II.3. Permasalahan
II.3.1. Masalah
PG. Pesantren Baru berusaha untuk menentukan batas spesifikasi
untuk mendapatkan hasil produksi yang memiliki kualitas produk yang
baik. Namun dengan penggunaan batas spesifikasi di PG. Pesantren baru
masih banyak ditemukan hasil produksi yang tidak sesuai dengan batas
spesifikasi perusahaan. Pengendalian kualitas produksi gula sangat
diperlukan supaya dapat mendeteksi adanya ketidakstabilan sehingga PG.
Pesantren Baru bisa segera melakukan tindakan pembetulan sebelum
timbul banyak produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Pengendalian kualitas yang telah dijalankan di PG.
Pesantren Baru hanya dikendalikan dengan mesin tanpa menggunakan
metode pengendalian kualitas secara statistika. Hal tersebut mengakibatkan
apabila terjadi kerusakan pada mesin akan beresiko besar terhadap hasil
produksi yang tidak sesuai dengan standar perusahaan. PG. Pesantren Baru
juga belum menerapkan pengendalian kualitas dengan beberapa
karakteristik kualitas secara bersama-sama.
12
statistik yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah menggunkaan
grafik kendali T 2 Hotelling.
13
b. Kecondongan data simetris (distribusi normal) dimana nilai mean
dan modus adalah sama (mean = modus).
c. Kecondongan data ke arah kanan (condong positif) dimana nilai
mean lebih dari nilai modus (mean > modus).
14
Gambar 2.2. Ukuran Keruncingan Data
15
n n
1
b1 , p = 2 ∑ ∑ g 3ij
n i=1 j=1 (2.3)
n
1
b2 , p = ∑ g2
n i=1 ii
(2.4)
−1
gij =( X i − X̄ )' S ( X j− X̄ ) (2.5)
di mana: (
b 1, p : nilai multivariate skewness
b 2, p : nilai multivariate kurtosis
n : banyaknya sampel pengamatan
S : nilai ragam
p : banyaknya variabel
Jika
X i , X 2 ,. .., X p dikatakan berdistribusi normal multivariate
maka :
( p+1 )(n+1)(n+3 )
z 1= b 2
6 [ (n+1)( p+1)−6 ] 1, p ~ χ p( p+1)( p+2)/6 (2.6)
z 1 merupakah nilai Z Skewness yang berdistribusi chi-square dengan
p ( p+1 ) ( p+2 )
derajat bebas ( ).
6
b 2, p − p( p+2)
z 2=
√ 8 p ( p +2)/n ~ Z (0,1). (2.7)
16
Berdasarkan sembilan teknik analisis korelasi tersebut, maka dipilih
dan dibahas ialah Korelasi Pearson (r). Korelasi ini dikemukakan oleh Karl
Pearson tahun 1900. Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui
besarnya hubungan 2 variabel atau lebih yang memiliki data berskala
interval atau rasio (Walpole,1995).
Teknik analisis Korelasi Pearson termasuk teknik statistik parametrik
yang menggunakan interval dan ratio dengan persyaratan tertentu. misalnya
data dipilih secara acak (random), datanya berdistribusi normal, data yang
dihubungkan berpola linier, dan data yang dihubungkan mempunyai
pasangan yang sama sesuai dengan subjek yang sama. Jika salah satu tidak
memenuhi persaratan tersebut analisis korelasi tidak dapat dilakukan.
Rumus yang digunakan Korelasi Pearson adalah (Gujarati,1991):
r XY =n ∑ XY −¿ ¿
di mana:
r XY : nilai Korelasi Pearson
n : banyaknya pengamatan
x : nilai variabel pertama
y : nilai variabel kedua
Korelasi Pearson dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak
lebih dari harga (-1< r < +1). Apabilah nilai r=-1 artinya korelasinya negatif
sempurna; r=0 artinya tidak ada korelasi dan r=1 berarti korelasinya sangat
kuat.
17
pembetulan sebelum timbul banyak unit yang tidak sesuai dengan
spesifikasi yang perusahaan.
Metode statistik juga memainkan peranan penting dalam jaminan
kualitas. Metode statistik memberikan cara–cara pokok dalam pengambilan
sampel produk, pengujian serta evaluasinya, dan informasi di dalam data
itu digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan
(Montgomery, 1990). Salah satu alat dalam pengendalian kualitas statistik
yang digunakan untuk memonitor stabilitas proses adalah grafik pengendali
(control chart).
18
Seringkali karakteristik kualitas suatu produk tidak dapat dengan
mudah dinyatakan secara numerik. Dalam kasus seperti itu, biasanya
produk yang diperiksa diklasifikasikan sesuai dengan spesifikasi pada
karakteristik kualitas tersebut. Istilah ”cacat” dan ”tidak cacat” sering
digunakan untuk mengidentifikasi kedua klasifikasi produk tersebut.
Karakteristik kualitas seperti ini dinamakan sifat (atribut). Terdapat
beberapa grafik pengendali sifat yang sering digunakan yaitu yang
berhubungan dengan bagian yang tidak sesuai dan grafik pengendali
untuk ketidaksesuaian. Grafik untuk bagian yang tidak sesuai
dinamakan grafik p sedangkan grafik untuk ketidaksesuaian dinamakan
grafik c atau u. Contoh grafik pengendali :
19
tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Namun jika terdapat titik-titik
yang berada diluar batas kendali maka diperlukan penanganan agar
proses kembali terkendali (Montgomery 2009).
p ( m−1 ) (n−1)
UCL= F (2.11)
mn−m− p+1 α , p , mn−m− p+1
LCL=0(2.12)
di mana :
n : ukuran sampel
m : jumlah subgrup
2
T : nilai statistik T2 Hotelling
20
x́ : matrik px 1 rerata karakteristik kualitas
x : matriks px 1 karakteristik kualitas
S : matriks pxp kovarians
p : jumlah karakteristik kualitas
F α , p ,mn−m− p +1 : nilai tabel F(α , p , mn−m− p+1).
Data yang dikumpulkan pada fase 2 digunakan untuk monitoring
proses. (UCL) dihitung dengan rumus berikut :
p ( m+ 1 )( n−1 )
UCL= F (2.13)
mn−m−p +1 α, p ,mn−m− p +1
LCL=0(2.14 )
21
22
23
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Pol 10.769 11.024 10.449 12.00 12.00
Multivariate Skewness
b1 0.988821
25
z1 6.14026
p-value 0.188916
b2 6.63960
z2 -0.961946
p-value 0.336077
26
Korelasi Pearson 0,881
P-Value 0,000
Dengan:
Hipotesi :
H0 : peubah dimensi i tidak berkorelasi dengan peubah dimensi j (ρ =
0)
H1 : peubah dimensi i berkorelasi dengan peubah dimensi j (ρ ≠ 0)
Di mana i dan j adalah peubah pengukuran Brix dan Pol, dan i≠j dengan
α = 5%
Berdasarkan hasil output software Minitab 17 di atas, dapat dilihat
bahwa Brix terhadap Pol memiliki nilai Korelasi Pearson sebesar 88% dan
dengan nilai p-value (0.000)<α (0.05), maka tolak H 0 jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara peubah Brix trhadap Pol
dengan resiko berbuat salah sebesar 5%.
27
Grafik kendali T 2- Hotelling dapat diperoleh dengan menggunakan
Software Minitab 17. Kedua peubah pengukuran dimensi brix dan pol
digambarkan secara simultan pada grafik kendali T 2 Hotelling sebagai
berikut :
Tsquared Chart of Brix, Pol
16
UCL=14.53
14
12
10
Tsquared
2 Median=2.24
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31
Sample
Dari Gambar 3.1. terlihat bahwa tidak ada titik yang keluar dari batas
kendali dan dapat disimpulkan bahwa proses produksi berada dalam
keadaan terkendali. Sehingga proses produksi NPP sudah sesuai dengan
batas spesifikasi yang telah ditetapkan.
28
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapang di PG Pesantren Baru,
dapat disimpulkan bahwa berdasarkan grafik kendali T 2Hotelling terhadap
hasil produksi (NPP) pada tanggal 24 Juli 2016-24 Agustus 2016 di PG
Pesantren Baru yang dilihat dari ukuran Brix dan Pol sudah terkendali
secara statistika, hal ini dapat dilihat dari semua titik-titik data berada
dalam batas dan tidak ada titik yang keluar dari batas atas atau batas bawah.
4.2. Saran
Sebaiknya pihak PG. Pesantren Baru menggunakan analisis statistika
untuk memudahkan dalam proses pengendalian kualitas produksi,
khususnya pada proses produksi Nira Perahan Pertama di Stasiun Gilingan.
Apabila menggunakan analisis statistika seperti grafik kendali multivariat
PG. Pesantren Baru dapat mendeteksi penyebab proses tidak terkendali (out
of control), grafik ini juga dapat mendeteksi titik-titik yang terindikasi
mendekati out of control sehingga perusahaan dapat melakukan tindakan
pencegahan sebelum terjadi out of control.
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
31
Lampiran 2. Data Pengukuran Dimensi Brix (%) dan Pol (%)
32
Lampiran 2. Data Pengukuran Dimensi Brix (%) Dan Pol (%)
33
Lampiran 3. Output Software Minitab 17
Data Display
b1 0.988821
z1 6.14026
pvalue 0.188916
Multivariate kurtosis
Data Display
b2 6.63960
z2 -0.961946
pvalue 0.336077
34
Lampiran 4. Macro Mardia untuk Menguji Asumsi Normal
Multivariat
macro
mardia y.1-y.p
mconstant i j n p g b1 b2 z1 z2 zz v pp pvalue
mcolumn x.1-x.p y.1-y.p z.1-z.p t
mmatrix s sinv mi mj mjt ma mat mb mc md
let n=count(y.1)
do i=1:p
let x.i=y.i-mean(y.i)
let z.i=x.i/sqrt(n)
enddo
copy z.1-z.p ma
transpose ma mat
multiply mat ma s
invert s sinv
let b1=0
let b2=0
do i=1:n
copy x.1-x.p mi;
use i.
do j=1:n
copy x.1-x.p mj;
use j.
transpose mj mjt
multiply mi sinv mc
multiply mc mjt md
copy md t
let g=t(1)
let b1=b1+g*g*g
if i=j
let b2=b2+g*g
endif
enddo
enddo
let b1=b1/(n*n)
35
Lampiran 4. (Lanjutan)
let b2=b2/n
let z1=(p+1)*(n+1)*(n+3)*b1/(6*((n+1)*(p+1)-6))
let z2=(b2-p*(p+2))/sqrt(8*p*(p+2)/n)
let v=p*(p+1)*(p+2)/6
note Multivariate skewness
cdf z1 pp;
chis v.
let pvalue=1-pp
print b1 z1 pvalue
note Multivariate kurtosis
let zz=abs(z2)
cdf zz pp;
normal 0 1.
let pvalue=2*(1-pp)
print b2 z2 pvalue
endmacro
36
Lampiran 5. Jurnal Kegiatan Praktik Kerja Lapang
No Hari/Tanggal Kegiatan
.
37
38
Lampiran 5. (Lanjutan)
No Hari/Tanggal Kegiatan
.
Analisa Masakan
4. Kamis, 18 Agustus 2016 Analisa BJB (Berat Jenis Butir),
kegiatan analisa BJB beertujuan
untuk mengetahui besarnya berat
jenis pada butir gula. Peserta PKL
melakukan analisa BJB mulai dari
pengambilan sampel gula di Grader
39
penjelasan langsung mengenai
tahapan-tahapan pada analisa ketel.
Lampiran 5. (Lanjutan)
No Hari/Tanggal Kegiatan
.
40
Pengambilan sampel nira di setiap
9. Kamis, 25 Agustus 2016 gilingan, sampel nira yang di ambil
yaitu nira I-V, nira encer, nira
perahan pertama, dan nira kental,
analisa Nira, untuk melihat Brix dan
Pol
Analisa Blotong, kegiatan mulai dari
10. Jumat, 26 agustus 2016 pengambilan sampel hingga
penentuan Persentase zat kering,
setiap kegiatan analisa di Quality
Control dilakukan sesuai dengan SOP
yang berlaku.
Lampiran 5. (Lanjutan)
No Hari/Tanggal Kegiatan
.
41
bertujuan untuk mengetahui
kandungan zat kapur dalam kapur
uang akan digunakan dalam proses
pembuatan gula.
Analisa CaO dalam kapur analisa ini
13. Rabu, 31 Agustus 2016 bertujuan untuk mengetahui
kandungan zat kapur dalam kapur
uang akan digunakan dalam proses
pembuatan gula.
Analisa kadar phospat, peserta PKL
14. Kamis, 1 September 2016 mengambil sampel gula di satsiun
pospatasi, kemudian melakukan
analisa phospat
Kegiatan Analisa TSAI (Total sugar
As Invert). kegiatan analisa mulai dari
pengambilan sampel tetes. Analisa
TSAI bertujuan untuk mengetahui
kandungan gula dalam tetes.
Lampiran 5. (Lanjutan)
No Hari/Tanggal Kegiatan
.
42
Meminta data untuk membuat
laporan PKL
Sabtu, 3 September 2016 Berpamitan dan mengucapkan
17. terimaksih kepada pembimbing
lapang dan karyawan yang telah
membantu pelaksanaan PKL
43