Anda di halaman 1dari 43

BAB I PENDAHULUA

I.1. Latar Belakang


Statistika adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara-
cara pengumpulan data, penyusunan data, pengolahan data, analisis data,
serta penyajian data berdasarkan kumpulan dan analisis data yang
dilakukan. Salah satu ilmu yang mendasari dalam mempelajari statistika
adalah peluang atau probabilitas. Berdasarkan kegiatannya, statistika
dikelompokkan menjadi dua macam yaitu statistika deskriptif dan statistika
inferensia.
Statistika dapat diaplikasikan diberbagai bidang, salah satunya adalah
bidang industri. Dalam sebuah pabrik terdapat beberapa divisi seperti
produksi, quality control dan lain-lain. Penerapan statistika di bidang
industri sangat penting dan dapat digunakan untuk peramalan,
pengendalian kualitas produksi, sistem penyimpanan barang dan banyak
kegunaan lainnya.
Program studi Statistika, Jurusan Matematika di Universitas Brawijaya
memiliki salah satu mata kuliah wajib yaitu PKL. Mahasiwa diharapkan
dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku perkuliahan ke
dalam dunia kerja. Selain itu, mahasiswa juga harus mampu mendapatkan
pengetahuan baru di tempat PKL.
PKL perlu dilakukan agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dan
pandangan mengenai dunia kerja. Mahasiswa akan belajar mengamati dan
menyelesaikan permasalahan menggunakan metode statistika. Dengan
demikian, mahasiswa dapat mempersiapkan diri dan menambah
pengetahuan sebelum memasuki dunia kerja. Menimbang hal-hal tersebut
penulis memilih PG. Pesantren Baru sebagai tempat untuk memperoleh
berbagai pengalaman dalam pelaksanaan PKL.

I.2. Tujuan
I.2.1. Tujuan Umum
Tujuan dari Praktik Kerja Lapang adalah:
1. Menambah pengetahuan dan pengalaman mahasiswa mengenai
keadaan yang sesungguhnya dalam suatu bidang usaha untuk
mempersiapkan diri dalam memasuki dunia kerja.
2. Memperluas wawasan dan mengembangkan cara berpikir praktis,
logis dan sistematis sehubungan dengan permasalahan yang timbul
di dunia kerja.

1
3. Mengetahui, mengerti, dan memahami penerapan teori-teori yang
telah diperoleh semasa kuliah.

I.2.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus pelaksanaan Praktik Kerja Lapang adalah:
1. Mengetahui grafik kendali kualitas di stasiun Gilingan proses
produksi NPP dengan menggunakan grafik kendali Multivariat T 2
Hotelling dalam dua peubah yaitu Brix (%) dan Pol (%).
2. Mengetahui kondisi kerja pada bagian quality control di PG.
Pesantren Baru sebagai perusahaan yang bergerak di bidang produksi
gula.

I.3. Manfaat
I.3.1. Bagi Mahasiswa
1. Dapat menerapkan ilmu statistika pengendalian mutu yang telah
diterima di perkuliahan tentang pengendalian kualitas menggunakan
Grafik Kendali T 2 Hotelling melalui permasalahan yang ada di PG.
Pesantren Baru.
2. Dapat mempersiapkan langkah-langkah yang diperlukan untuk
menyesuaikan diri di lingkungan kerja.
3. Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman mahasiswa untuk
memasuki dunia kerja.

I.3.2. Bagi Universitas Brawijaya


1. Menjalin hubungan baik dengan PG. Pesantren Baru-Kediri.
2. Memperkenalkan Program Studi Statistika, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Brawijaya.

I.3.3. Bagi Instansi


1. Mendapatkan masukan berupa bantuan pemikiran dalam
memecahkan suatu masalah, terutama yang berhubungan dengan
analisis data dan pengendalian kualitas industri.
2. Sebagai informasi baru yang diharapkan dapat digunakan untuk
analisis data lebih lanjut.

2
I.4. Batasan Masalah
Dalam laporan PKL ini, data dibatasi hanya di Laboratoriun Quality
Control di Pabrik Gula Pesantren Baru pada stasiun Gilingingan pada
proses produksi NPP. Data diambil mulai tanggal 24 Juli 2016 sampai
dengan 24 Agustus 2016.

3
4
BAB II TINJ
AUAN UMUM DAN PERMASALAHAN

II.1. Tinjauan Umum Instansi


Tinjauan umum perusahaan ini meliputi sejarah singkat perusahaan,
visi dan misi perusahaan, lokasi perusahaan, struktur organisasi, proses
produksi, serta pengendalian kualitas.

II.1.1. Sejarah singkat PTPN X (Persero) PG. Pesantren Baru-Kediri


PG. Pesantren Baru yang terletak di desa Pesantren, Kecamatan
Pesantren, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pada saat didirikan, yakni pada
tahun 1849 adalah milik perseroan dari bangsa Indonesia keturunan Cina,
yang memproduksi gula merah. Pada saat itu bangsa Indonesia masih
dalam penjajahan Belanda. Tahun 1890 perusahaan diambil alih Belanda
sedangkan pengelolaannya diserahkan pada NV. Javasche Culture
Matschappij ( JMC ). Di Indonesia diwakili oleh NV. Nederlands Indische
Landbouw Matschappij. PG. Pesantren Baru tidak hanya sekali mengalami
rehabilitasi. Rehabilitasi pertama tahun 1911, 1928, 1932. Tiga tahun
kemudian yakni di tahun 1935 mengalami pembaharuan dalam produksi
yaitu gula merah menjadi gula putih.
Pada masa berkecamuknya perang dunia kedua, Jepang berhasil
memenangkan perang Asia Timur Raya tahun 1942 dan mengambil alih PG
Pesantren hingga tahun 1945 dan pada tahun itu pula pihak sekutu
memenangkan pertempuran. Tahun 1957 pemerintah sekutu yang diwakili
oleh Belanda mengelola PG. Pesantren dengan mengambil tenaga kerja
bangsa Indonesia sendiri dan kepengurusannya dipegang oleh Perusahaan
Negara Perkebunan. Dalam tahun itu pula Pemerintah Republik Indonesia
kemudian mengambil alih semua Perusahaan milik Belanda yang di
Indonesia termasuk PG. Pesantren. Pengelolaannya dilakukan oleh
Perusahaan Perkebunan Nusantara (PPN).
Kemudian baru ditahun 1960 sesuai UU No. 9 tahun 1960 dibentuk
BPU-PPN Gula yang mengkoordinir pengelolaan pabrik-pabrik gula.
Setelah mulai berlakunya PP No. 166 tanggal 26 April 1961, PG Pesantren
termasuk dalam karesidenan Kediri bersama 4 PG. Lainnya disusul dengan
keluarnya peraturan Perkebunan Negara (BPU-PPN). Tiap-tiap pabrik
kepengurusannya mengikuti :
1. Direksi Karet

5
2. Direksi Aneka Tanaman
3. Direksi Aneka Tembakau
4. Direksi Aneka Gula
Semua PG termasuk didalam Direksi Aneka Gula yang telah
berbadan hukum sendiri dengan sistem BPU-PPN. Pada tahun 1967 mulai
berlaku Inpres No. 7 tahun 1967 tentang pengesahan pengelolaan
Perusahaan Negara, sehingga pada tahun 1969 BPU-PPN dibubarkan.
Untuk itu semua Pabrik Gula di Indonesia dibawah Departemen Pertanian
dan dibentuk Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) dimana PG. Pesantren
termasuk didalam lingkup PNP XXI.
Dengan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1973 yang berlaku
tanggal 1 Januari 1974, PNP XXI menggabungkan diri dengan PNP XXII
menjadi PT Perkebunan XXI-XXII (Persero) pada tanggal 19 Juli 1978
oleh Menteri Pertanian Prof. Ir. Soedarsono Hadi Saputro. Pemakaian nama
PG. Pesantren Baru diresmikan sedangkan PG Pesantren lama
diberhentikan pengoperasionalnya pada tanggal 19 Juli 1979.

II.1.2. Visi dan Misi Pabrik Gula Pesantren Baru-Kediri


Visi:
Menjadi perusahaan agroindusti terkemuka yang berwawasn
lingkungan.
Misi :
a. Berkomitmen menghasilkan produk berbasis bahan baku tebu dan
tembakau berdaya saing tinggi di pasar domestik dan
internasional yang berwawasan lingkungan,
b. Berkomitmen menjaga pertumbuhan dan kelangsungan usaha
melalui optimalisasi dan efisiensi disegala bidang,
c. Mendedikasikan diri untuk selalu meningkatkan nilai-nilai
perusahaan bagi kepuasan pemangku kepentingan melalui
kepemimpinan, inovasi, dan kerjasama tim serta organisasi yang
profesional.

II.1.3. Lokasi Perusahaan


Pabrik Gula Pesantren Baru berlokasi di desa Pesantren Kecamatan
Pesantren, Kabupaten Kediri, arah 3 km timur kota Kediri. Pemilihan
lokasi Gula Pesantren Baru dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara
lain :
1. Letak pabrik dekat dengan sumber bahan baku, karena didaerah
Kediri dan sekitarnya banyak ditanami bahan baku tebu, apalagi

6
dengan kepemilikan Hak Guna Usaha Jengkol yang berada di
wilayah Kediri.
2. Iklim dan tanahnya sesuai dengan tanaman tebu.
3. Kebutuhn air dapat dipenuhi dengan air sumur atau air sungai yang
ris diperoleh dengan mudah.
4. Faktor tenaga kerja, untuk memperoleh tenaga kerja / karyawan, PG.
Pesantren Baru tidak mengalami kesulitan karena lokasi pabrik dekat
dengan pemukiman penduduk. Sedangkan tingkat upah sesuai
dengan Upah Minimum yang berlaku di Kabupaten Kediri.

II.1.4. Struktur Organisasi


Pabrik Gula dipimpin oleh seorang Menejer umum yang
menjalankan kebijaksanaan yang ditetapkan direksi PTPN X (Persero) dan
bertanggung jawab kepada Direksi atas kelancaran tugas pengelolaan di
pabrik gula.
Dalam pelaksanaan tugasnya Menejer umum dibantu oleh 6 Kepala
bagian. Adapun tugas dan wewenang masing-masing Kepala Bagian adalah
sebagai berikut:
1. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia.
Fungsi jabatan dan tanggung jawab:
 Mengendalikan dan memastikan terselenggaranya pengolahan
administrasi kepegawaian.
 Pemeriksaan dan pengeluaran gaji pekerja.
 Pembayaran pajak dan iuran jamsostek.
 Persiapan dan seleksi tenaga kerja.
 Mengendalikan kegiatan penilaian kinerja dan penerapan disiplin
pegawai.
2. Kepala Bagian Keuangan dan Umum.
Fungsi jabatan pengkoordinasian, pemantauan, dan pengevaluasian
kegiatan bagian umum dan humas, keuangan, dan TI di pabrik gula.
Tanggung jawab :
 Merencanakan dan mengusulkan rencana kerja dan anggaran
tahunan bagian administrasi, keuangan, dan umum.
 Mengkomplikasikan rencana kerja anggaran perusahaan dan
menghitung kelayakan produksi dan biaya dengan para menejer
pabrik gula.
 Pengadministrasian tebu rakyat.
 Monitoring sistem pengadaan barang.

7
 Penyususnan Laporan neraca, LM, dan prognosa.
3. Kepala Bagian Pengolahan
Fungsi dan tanggung jawab:
 Desain alat maintenance kontrak.
 Menjamin kualitas dan kuantitas gula.
 Operasional mesin dan proses pada stasiun pemurnian,
penguapan, pemasakan, pemutaran, dan penyelesaian.
 Penanganan limbah hasil pengolahan.
 Pengawasan setiap pekerjaan eksploitasi maupun investasi.
 Penyiapan kebutuhan bahan pembantu pengolahan dan mesin-
mesin.
4. Kepala Bagian Instalasi.
Fungsi dan tanggung jawab:
 Desain alat dan maintenance kontrak.
 Pengolahan stasiun giling untuk mengekstrak tebu menjadi nira
dan ampas.
 Penyediaan air, tenaga uap, bengkel, listrik, dan peralatan.
 Pemeliharaan gedung, pelayanan kendaraan, stasiun jeep, truk,
dan pickup.
5. Kepala Bagian Tanaman.
Fungsi dan tanggung jawab:
 Perencanaan dan pelaksanaan pembibitan sesuai dengan jenjang
pada proses pembibitan.
 Perencanaan dan pelaksanaan budidaya tanaman dan tebang
angkut.
 Penyediaan bahan baku dalam jumlah cukup, kualitas baik, waktu
yang tepat dan biaya yang efisien sesuai dengan kebutuhan harian
dan terjet yang ditetapkan dalam RKAP.
6. Kepala Bagian Quality Control
Fungsi dan tanggung jawab:
 Monitoring terhadap budidaya, menganalisa kualitas tebu,
melakukan pengamatan cuaca dan kompos.
 Analisa kemasakan, membuat laporan proteksi, melakukan
monitoring budidaya, dan pengamatan percobaan.
 Analisa standar-standar berdasarkan parameter-parameter yang
ada.
 Pemantauan pemasukan lahan dan gambar kebun.

8
 Pemantauan laporan kemajuan pekerjaan dan sistem informasi
perkebunan.
 Pemantauan taksasi produk gula dan penghitungan RE.
 Pemantauan pola dan jadwal tebang.
 Pemantauan varietas dan umur tebu ditebang.
 Pengelolaan lab proteksi tanaman, pemantauan serangan HP,
penyebaran parasit dan evaluasi
 Pemantauan persiapan dan kinerja selama proses giling.
 Kalibrasi peralatan ukur dan alat lab.
 Pemantauan analisa limbah.
 Pelaksanaan penelitian off farm baik pengolahan maupun teknik.
 Pengendalian mutu produksi gula.
II.1.5. Proses Produksi
Proses produksi gula terbagi dalam beberapa proses yaitu
penggilingan, pemurnian, penguapan, masakan/pengkristalan, putaran,
pengeringan, pengemasan, dan penyimpanan. Pada PG. Pesantren Baru
proses tersebut terbagi dalam beberapa stasiun yaitu stasiun persiapan,
stasiun gilingan, stasiun pemurnian, stasiun penguapan, stasiun
masakan/kristalisasi, stasiun putaran, dan stasiun penyelesaian.
a. Stasiun Persiapan
Bertujuan untuk melakukan analisa awal (% Brix) sampel tebu yang
masuk dengan menggunakan Hand Refraktometer dan mencatat
keterangan truk tebu yang masuk (nomer polisi truk, SPTA, kode
register, varietas tebu, diameter tebu, dan hasil analisa awal % Brix
tebu).
b. Stasiun Gilingan
Bertujuan untuk memerah tebu sehingga diperoleh nira sebanyak
mungkin dan mengusahakan agar kandungan nira dalam ampas
sangat kecil. Pada stasiun gilingan ini terdapat lima unit gilingan
yang dipasang seri dan masing-masing gilingan terdiri dari tiga buah
rol, yaitu rol atas, rol depan, dan rol belakang.
c. Stasiun Pemurnian
Bertujuan untuk memisahkan gula (sukrosa) dari kotoran yang ikut
terlarut dalam nira agar diperoleh gula yang relatif lebih murni,
menekan kehilangan gula (memaksimalkan efisien proses), dan
optimalisasi pemakaian bahan pembantu proses.
d. Stasiun Penguapan

9
Bertujuan untuk menguapkan sebagian air yang ada dalam nira,
sehingga diperoleh nira yang lebih pekat.
Pada proses penguapan, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
tercapainya penguapan air sebanyak-banyaknya dalam waktu yang
singkat dengan tidak terjadi kerusakan gula serta pemakaian biaya
yang murah terutama kebutuhan akan bahan bakar.
e. Stasiun Masakan
Proses masakan ini bertujuan untuk mengubah sukrosa dari larutan
nira menjadi kristal sukrosa yang diinginkan konsumen, mudah
dipisahkan dari larutan induknya dengan meminimalisirkan waktu
proses dan kehilangan gula. Inti dari operasi yang terjadi pada
stasiun masakan adalah proses kristalisasi.
f. Stasiun Putaran (centrifugal)
Bertujuan untuk memisahkan kristal gula dengan stroop
menggunakan gaya centrifugal.
g. Stasiun Pengeringan dan Penyelesaian
Produk kristal gula yang diambil berasal dari putaran A atau yang
lebih dikenal dengan gula SHS. Gula ini kemudian ditampung pada
talang goyang yang selalu bergetar sehingga gulanya selalu bergerak
dengan udara panas dengan suhu 80 0C-900C kemudian gula dilempar
secara centrifugal menuju daerah pendinginan yang ditembus udara
pendinginan dengan suhu 370C.

II.2. Pengendalian Kualitas di PG. Pesantren Baru


Laboratorium PG. Pesantren Baru digunakan untuk melakukan
analisa-analisa suatu bahan baik kuantitatif maupun secara kualitatif bahan
yang akan diproses dan dianalisa dari hasil proses. Angka hasil analisa ini
digunakan sebagai angka pengawasan dalam proses pengolahan gula.
Fungsi laboratorium di pabrik gula adalah untuk mengendalikan mutu suatu
produk dan untuk mendapatkan data-data untuk membandingkan hasil yang
dicapai dengan angka standar yang telah ditetapkan sehingga dapat
dilakukan peningkatan mutu. Sebagai media untuk mengendalikan mutu
suatu industri dapat dilakukan dengan cara mempertahankan tingkat
kualitas produk sesuai standar dan mengontrol ongkos produksi.
Hal tersebut dapat dicapai dengan menganalisa bahan-bahan yang
masuk dan mengawasi jalannya proses menganalisa produk hasil sampling
yang dihasilkan. Sedangkan untuk mendapatkan contoh yang dapat
mewakili maka harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

10
1. Lokasi pengambilan sampel.
2. Tempat sampel.
3. Cara pengambilan sampel.
4. Perlakuan terhadap sampel yang diambil.
Macam-macam analisa di laboratorium antara lain:
1. Analisa Rendemen Sementara
Bertujuan untuk mengetahui apakah tebu siap ditebang atau belum
sehingga dapat ditentukan saat tebang yang tepat.
2. Analisa Nira
Bertujuan untuk mencari % Brix dan % Pol yang ada dalam nira.
Nira yang dianalisa adalah nira mentah, nira encer, nira tapis, nira
perahan pertama (NPP), nira kental, dan nira dari gilingan I-V.
3. Analisa Ampas
Bertujuan untuk menentukan gula yang hilang dalam ampas.
4. Analisa Blotong
Bertujuan untuk menentukan % Pol dan zat kering dari blotong.
5. Analisa Tetes
Bertujuan untuk mengetahui % Brix, % Pol dan HK dari tetes
6. Analisa Masakan
Bertujuan untuk mengetahui HK dari masakan A,C dan D.
7. Analisa Air Ketel
8. Amalisa Kadar P2O5
Bertujuan untuk menentukan kadar P2O5 dalam nira mentah secara
Kolorimetris.
9. Analisa Kadar CaO Nira Mentah denagn cara Kompleksiometris.
10. Turbidity
Bertujuan untuk menentukan kekeruhan nira encer dengan
spektrofotometer yang mempunyai panjang gelombang 950 nm.
11. Analisa Gula Reduksi
Bertujuan untuk Penetapan Gula Reduksi secara Enon dan Lanne
12. Analisa Kristal Gula
13. Analisa Limbah
Pengendalian kualitas merupakan hal yang sangat penting dalam
proses produksi di suatu pabrik. Hal ini dikarenakan pengendalian kualitas
merupakan langkah yang digunakan untuk mengatur dan menjaga kualitas
produksi yang dihasilkan setiap memproduksi barang agar tetap berkualitas
baik sesuai standar yang menyebabkan kualitas produksi menurun. Banyak
sekali penyebab menurunnya kualitas produksi. Misalnya dari bahan baku
atau kerusakan mesin. Hal ini harus segera diidentifikasi agar kualitas

11
produksi tidak terus-menerus menurun. Pengendalian kualitas tidak hanya
diperlukan pada saat proses produksi sedang berlangsung, tetapi juga di
setiap proses produksi mulai dari masuknya bahan baku, proses produksi,
hingga penyimpanan barang.
Pabrik Gula Pesantren Baru bagian quality control dalam
mengendalikann kualitas hasil produksi membutuhkan karakterikstik atau
ukuran-ukuran tertentu yang harus terpenuhi dalam proses produksi.
Karakteristik atau ukuran tersebut ditetapkan sendiri oleh perusahaan
sebagai acuan keberhasilan dalam proses produksi. PG. Pesantren Baru
juga memiliki ukuran standarisasi untuk nilai Brix dan nilai Pol dalam nira.
Nira Perahan Pertama dikatakan baik jika memiliki Brix yang bernilai 13%-
16% dan Pol yang bernilai 10% - 12%. Nilai- nilai tersebut biasa disebut
sebagai batas spesifikasi perusahaan. Dengan penggunaan batas spesifikasi
standarisasi perusahaan, masih ditemukan hasil produksi yang tidak sesuai
dengan standarisasi perusahaan.

II.3. Permasalahan
II.3.1. Masalah
PG. Pesantren Baru berusaha untuk menentukan batas spesifikasi
untuk mendapatkan hasil produksi yang memiliki kualitas produk yang
baik. Namun dengan penggunaan batas spesifikasi di PG. Pesantren baru
masih banyak ditemukan hasil produksi yang tidak sesuai dengan batas
spesifikasi perusahaan. Pengendalian kualitas produksi gula sangat
diperlukan supaya dapat mendeteksi adanya ketidakstabilan sehingga PG.
Pesantren Baru bisa segera melakukan tindakan pembetulan sebelum
timbul banyak produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan. Pengendalian kualitas yang telah dijalankan di PG.
Pesantren Baru hanya dikendalikan dengan mesin tanpa menggunakan
metode pengendalian kualitas secara statistika. Hal tersebut mengakibatkan
apabila terjadi kerusakan pada mesin akan beresiko besar terhadap hasil
produksi yang tidak sesuai dengan standar perusahaan. PG. Pesantren Baru
juga belum menerapkan pengendalian kualitas dengan beberapa
karakteristik kualitas secara bersama-sama.

II.3.2. Ide pemecahan Masalah


Dalam pengendalian kualitas produksi gula diperlukan grafik
pengendali kualitas sehingga dapat dilakukan kontrol dan pengambilan
keputusan yang tepat dalam pengendalian kualitas proses produksi. Metode

12
statistik yang digunakan dalam pemecahan masalah adalah menggunkaan
grafik kendali T 2 Hotelling.

II.4. Tinjauan Statistika


II.4.1. Statistika Deskriptif
Statistika merupakan alat yang digunakan untuk untuk
mengumpulkan, menyajikan, menganalisis, dan mengambil kesimpulan
tentang hasil analisis data. Metode statistika terbagi menjadi dua yakni
statistika deskriptif dan statistika inferensia. Statistika deskriptif terbatas
hanya pada teknik pengumpulan data dan menyajikannya, sedangkan
statistika inferensia lebih terfokus pada penganalisaan dan pengambilan
keputusan (Walpole, 1995).
Pengumpulan data dan menyajikan data termasuk dalam golongan
statistika deskriptif, di mana kita hanya terfokus untuk mengumpulkan data
dan menyajikan data tersebut sehingga data tersebut dapat dipahami oleh
masyarakat pengguna statistik. Penyajian data dapat menggunakan tabel,
daftar, grafik atau diagram. Penyajian dengan menggunakan tabel atau
daftar merupakan penyajian dengan cara menyusun angka-angka menurut
kategori sehingga memudahkan dalam proses analisis. Penyajian
menggunakan grafik atau diagram merupakan penyajian menggunakan
gambar visual data yang diperoleh dari daftar atau tabel yang telah dibuat.

II.4.2. Asumsi Normal Multivariat


Data berdistribusi normal merupakan salah satu hal yang harus
terpenuhi dalam menggunakan analisis T2 Hotelling. Oleh karena itu,
pengujian asumsi normal multivariat sangat diperlukan. Pengujian asumsi
normal multivariat dapat dilakukan dengan melihat nilai multivariate
skewnewss dan multivariate kurtosis.
1. Skewness (Kecondongan)
Kecondongan suatu kurva dapat dilihat dari perbedaan letak mean,
median, dan modusnya. Jika ketiga ukuran pemusatan data tersebut
berada pada titik yang sama, maka dikatakan simetris atau data
berdistribusi normal. Sedangkan jika tidak berarti data tidak simetris
atau tidak berdistribusi normal.
Ukuran kecondongan data terbagi atas tiga bagian, yaitu :
a. Kecondongan data ke arah kiri (condong negatif) dimana nilai
modus lebih dari nilai mean (modus > mean).

13
b. Kecondongan data simetris (distribusi normal) dimana nilai mean
dan modus adalah sama (mean = modus).
c. Kecondongan data ke arah kanan (condong positif) dimana nilai
mean lebih dari nilai modus (mean > modus).

(a) (b) (c)

Gambar 2.1. Ukuran Kecondongan Data

Nilainya dapat diukur dengan menggunakan koefisien kecondongan


Pearson dan koefisien kecondongan Moment.
2. Kurtosis (Keruncingan)
Keruncingan dinilai sebagai bentuk distorsi dari kurva normal. Tingkat
keruncingan diukur dengan membandingkan bentuk keruncingan kurva
distribusi data dengan kurva normal. Terbagi atas tiga, yaitu:
a. Leptokurtik, yaitu bagian tengah distribusi data memiliki puncak
yang lebih runcing (nilai keruncingan lebih dari 3).
b. Platykurtik, yaitu bagian tengah distribusi data memiliki puncak
yang lebih datar (nilai keruncingan kurang dari 3).
c. Mesokurtik, yaitu bagian tengah distribusi data memiliki puncak
diantara Leptokurtik dan Platykurtik (nilai keruncingan sama
dengan 3). 

14
Gambar 2.2. Ukuran Keruncingan Data

Selanjutnya, untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak


dengan menggunakan skewness dan kurtosis, dapat digunakan formula
sebagai berikut :
skewness
Z skewness= ( 2.1)
√ 6 /n
Interpretasi pada tingkat signifikansi (α =5%) :
 Jika data memiliki nilai Z Skewness < -1,96 berarti data memiliki
kecondongan kanan.
 Jika data memiliki nilai Z Skewness > +1,96 berarti data memiliki
kecondongan kiri.
 Jika data memiliki nilai Z Skewness antara -1,96 dan +1,96, berarti data
mendekati simetris.
kurtosis
Z kurtosis = (2.2)
√ 24 /n
Interpretasi pada tingkat signifikansi (α =5 % ):
 Jika data memiliki nilai Z Kurtosis < -1,96, berarti data memiliki
keruncingan Leptokurtik.
 Jika data memiliki nilai Z Kurtosis > +1,96, berarti data memiliki
keruncingan Platikurtik.
 Jika data memiliki nilai Z Kurtosis antara -1,96 dan +1,96, berarti data
memiliki keruncingan Mesokurtik (Sugiyono,2009).
Menurut Mardia (1974) di dalam Rencher (1995) pemeriksaan
kenormalan data dapat juga dikaji melalui nilai multivariate skewnewss (
b1 , p ) dan kurtosis ( b2 , p ).

15
n n
1
b1 , p = 2 ∑ ∑ g 3ij
n i=1 j=1 (2.3)
n
1
b2 , p = ∑ g2
n i=1 ii
(2.4)

−1
gij =( X i − X̄ )' S ( X j− X̄ ) (2.5)
di mana: (
b 1, p : nilai multivariate skewness
b 2, p : nilai multivariate kurtosis
n : banyaknya sampel pengamatan
S : nilai ragam
p : banyaknya variabel
Jika
X i , X 2 ,. .., X p dikatakan berdistribusi normal multivariate
maka :
( p+1 )(n+1)(n+3 )
z 1= b 2
6 [ (n+1)( p+1)−6 ] 1, p ~ χ p( p+1)( p+2)/6 (2.6)
z 1 merupakah nilai Z Skewness yang berdistribusi chi-square dengan
p ( p+1 ) ( p+2 )
derajat bebas ( ).
6
b 2, p − p( p+2)
z 2=
√ 8 p ( p +2)/n ~ Z (0,1). (2.7)

z 2 merupakah nilai Z Kurtosis yang berdistribusi normal baku.

II.4.3. Korelasi Pearson


Analisis Korelasi adalah metode statistik yang digunakan untuk
mengukur besarnya hubungan linier antara 2 variabel atau lebih. Analisis
korelasi banyak jenisnya, ada sembilan jenis korelasi yaitu Korelasi
Pearson (r), Korelasi Ration (y), Korelasi Spearman Rank atau Rhi ( rs atau
p), Korelasi Berserial (r b), Korelasi Poin Berserial (r pb), Korelasi Phi (0),
Korelasi Tetrachoric (rt), Korelasi Kontigency (C), Korelasi Kendall’s Tau
(8). Penggunaannya tergantung pada jenis data yang dihubungkan.

16
Berdasarkan sembilan teknik analisis korelasi tersebut, maka dipilih
dan dibahas ialah Korelasi Pearson (r). Korelasi ini dikemukakan oleh Karl
Pearson tahun 1900. Korelasi Pearson digunakan untuk mengetahui
besarnya hubungan 2 variabel atau lebih yang memiliki data berskala
interval atau rasio (Walpole,1995).
Teknik analisis Korelasi Pearson termasuk teknik statistik parametrik
yang menggunakan interval dan ratio dengan persyaratan tertentu. misalnya
data dipilih secara acak (random), datanya berdistribusi normal, data yang
dihubungkan berpola linier, dan data yang dihubungkan mempunyai
pasangan yang sama sesuai dengan subjek yang sama. Jika salah satu tidak
memenuhi persaratan tersebut analisis korelasi tidak dapat dilakukan.
Rumus yang digunakan Korelasi Pearson adalah (Gujarati,1991):
r XY =n ∑ XY −¿ ¿
di mana:
r XY : nilai Korelasi Pearson
n : banyaknya pengamatan
x : nilai variabel pertama
y : nilai variabel kedua
Korelasi Pearson dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak
lebih dari harga (-1< r < +1). Apabilah nilai r=-1 artinya korelasinya negatif
sempurna; r=0 artinya tidak ada korelasi dan r=1 berarti korelasinya sangat
kuat.

II.4.4. Pengendalian Kualitas Statistika


Tiap produk mempunyai sejumlah unsur yang menggambarkan
kecocokan penggunaannya. Unsur–unsur ini biasanya dinamakan ciri
kualitas. Terdapat beberapa jenis ciri kualitas antara lain fisik (panjang,
berat, kekentalan), indera (rasa, warna) dan orientasi waktu (ketahanan,
dapatnya dirawat). Kualitas adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu
produk yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen dengan
memuaskan sesuai nilai uang yang dikeluarkan.
Pengendalian kualitas adalah aktivitas keteknikan dan manajemen
yang dengan aktivitas tersebut diukur ciri–ciri kualitas produk,
membandingkannya dengan spesifikasi dan mengambil tindakan
penyehatan yang sesuai apabila ada perbedaan antara penampilan yang
sebenarnya dengan yang standar (Montgomery, 1990). Oleh karena itu,
dalam pengendalian kualitas diupayakan sedini mungkin dapat mendeteksi
adanya ketidakstabilan sehingga segera dapat dilakukan tindakan

17
pembetulan sebelum timbul banyak unit yang tidak sesuai dengan
spesifikasi yang perusahaan.
Metode statistik juga memainkan peranan penting dalam jaminan
kualitas. Metode statistik memberikan cara–cara pokok dalam pengambilan
sampel produk, pengujian serta evaluasinya, dan informasi di dalam data
itu digunakan untuk mengendalikan dan meningkatkan proses pembuatan
(Montgomery, 1990). Salah satu alat dalam pengendalian kualitas statistik
yang digunakan untuk memonitor stabilitas proses adalah grafik pengendali
(control chart).

II.4.5. Grafik Kendali


Grafik pengendali adalah teknik pengendali proses pada jalur yang
digunakan secara luas yang biasanya digunakan untuk menaksir parameter
suatu proses produksi menentukan kemampuan dan memberikan informasi
yang berguna dalam meningkatkan proses itu (Montgomery, 1990). Grafik
pengendali merupakan suatu grafik karakteristik kualitas yang dibentuk
oleh data karakteristik kualitas sampel dan waktu sampel.
Grafik pengendali terdiri dari nilai karakteristik kualitas sampel, garis
batas pengendali atas (BPA) dan garis batas pengendali bawah (BPB).
Berdasarkan banyaknya karakteristik kualitas yang diukur, grafik
pengendali dibedakan menjadi 2 jenis yaitu grafik pengendali univariat dan
grafik pengendali multivariat. Grafik pengendali univariat digunakan jika
hanya ada satu karakteristik kualitas yang diukur, sedangkan grafik
pengendali multivariat digunakan jika diperlukan pengendalian dua atau
lebih karakteristik kualitas yang berhubungan secara bersama sama.
Secara umum, grafik pengendali dibedakan atas dua macam, yaitu
grafik pengendali untuk variabel dan grafik pengendali untuk atribut.
a. Grafik Pengendali Variabel
Grafik pengendali dengan pemeriksaan secara variabel digunakan
sebagai alat untuk mengontrol proses dengan mengumpulkan dan
menganalisis data dari pemeriksaan kualitas suatu produk yang
ditentukan satu atau lebih variabel karakteristik kualitas yang
mempunyai harga ukur tertentu. Pengendalian rata–rata proses
biasanya dilakukan dengan menggunakan grafik pengendali x
sedangkan pengendalian variabilitas (pemencaran) dilakukan dengan
menggunakan grafik pengendali untuk deviasi standar (grafik S) atau
grafik pengendali untuk rentang yaitu grafik R (Montgomery,1990).
b. Grafik Pengendali Atribut

18
Seringkali karakteristik kualitas suatu produk tidak dapat dengan
mudah dinyatakan secara numerik. Dalam kasus seperti itu, biasanya
produk yang diperiksa diklasifikasikan sesuai dengan spesifikasi pada
karakteristik kualitas tersebut. Istilah ”cacat” dan ”tidak cacat” sering
digunakan untuk mengidentifikasi kedua klasifikasi produk tersebut.
Karakteristik kualitas seperti ini dinamakan sifat (atribut). Terdapat
beberapa grafik pengendali sifat yang sering digunakan yaitu yang
berhubungan dengan bagian yang tidak sesuai dan grafik pengendali
untuk ketidaksesuaian. Grafik untuk bagian yang tidak sesuai
dinamakan grafik p sedangkan grafik untuk ketidaksesuaian dinamakan
grafik c atau u. Contoh grafik pengendali :

Gambar 2.3 Contoh Grafik Pengendali


Dari Gambar 2.3 dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Batas pengendalian atas (UCL = Upper Control Line)
Garis yang menyatakan penyimpangan paling tinggi dari garis
tengah.
b. Garis tengah (CL = Center Line)
Menunjukkan rata-rata karakteristik kualitas yang berkaitan dengan
keadaan terkontrol.
c. Batas pengendalian bawah (LCL = Lower Control Line)
Garis yang menyatakan penyimpangan paling rendah dari garis
tengah.
Batas-batas pengendalian ini ditentukan sedemikian hingga apabila
proses terkendali, hampir semua titik-titik contoh akan jatuh diantara
kedua garis tersebut. Selama titik berada di antara batas-batas
pengendali maka proses dianggap dalam keadaan terkendali dan

19
tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Namun jika terdapat titik-titik
yang berada diluar batas kendali maka diperlukan penanganan agar
proses kembali terkendali (Montgomery 2009).

II.4.6. Grafik Kendali T2 Hotelling


Grafik Kendali T2 Hotelling adalah bagan kendali multivariat yang
digunakan ketika kita melakukan m kali pengamatan untuk p variabel yang
saling berkorelasi, dimana pada masing-masing pengamatan diambil n buah
sampel secara acak. Data pada setiap sampel merupakan realisasi dari
sampel random.
Jika terdapat dua buah karakteristik mutu X 1 dan X2 berdistribusi
bersama normal bivariat. Diasumsikan bahwa nilai rataan karakteristik
dinyatakan masing–masing dengan X 1 dan X 2 . Jika rataan sampel adalah
X 1 dan X 2 , dengan varian sampel s21 dan s22, dan kovarian antara dua
variabel dinyatakan dengan s12 untuk sampel berukuran n. Maka statistik
uji :
n
T 2= 2 2 2
( s s −s12)
[ 2 2
s 22 ( X 1− X́ 1) + s 21 ( X 2− X́ 2) −2 s 12 ( X 1− X́ 1 )( X 2− X́ 2 ) ]
1 2
(2.9)
adalah berdistribusi T2-Hotelling dengan derajat bebas 2 dan (n-1),
(Montgomery,1990).
Pengumpulan data fase I dilakukan dengan pengumpulan data
terlebih dahulu. Data tersebut kemudian diolah untuk membangun Grafik
Kendali T2 Hotelling. Nilai T2 dan batas kendali atas (UCL) fase 1 dapat
dicari dengan rumus (1) dan (2). Sedangkan batas kendali bawah (LCL)
sama dengan nol. Berikut merupakan rumus yang digunakan :
2 ' −1
T =n ( x−x́ ) S ( x− x́ ) (2.10)

p ( m−1 ) (n−1)
UCL= F (2.11)
mn−m− p+1 α , p , mn−m− p+1

LCL=0(2.12)
di mana :
n : ukuran sampel
m : jumlah subgrup
2
T : nilai statistik T2 Hotelling

20
x́ : matrik px 1 rerata karakteristik kualitas
x : matriks px 1 karakteristik kualitas
S : matriks pxp kovarians
p : jumlah karakteristik kualitas
F α , p ,mn−m− p +1 : nilai tabel F(α , p , mn−m− p+1).
Data yang dikumpulkan pada fase 2 digunakan untuk monitoring
proses. (UCL) dihitung dengan rumus berikut :
p ( m+ 1 )( n−1 )
UCL= F (2.13)
mn−m−p +1 α, p ,mn−m− p +1

LCL=0(2.14 )

Grafik kendali ini digunakan untuk monitoring proses produksi yang


akan datang, di mana batas kendali yang digunakan adalah tetap. Akan
tetapi, untuk jangka waktu tertentu, batas kendali harus dihitung kembali.
Hal ini mengingat performa proses produksi dapat berubah.
Dalam proses pengendalian, grafik kendali statistik mendeteksi
adanya sebab khusus dalam ketidaksesuaian yang terjadi. Apabila data
sampel berada di luar batas pengendali, maka data sampel tersebut berada
di luar batas pengendali statistik (out of statistical control). Sebaliknya,
apabila data sampel berada di dalam batas pengendali, maka data sampel
tersebut disebut berada di dalam batas pengendali statistik (in statistical
control). Proses yang disebut berada dalam batas pengendali statistik
tersebut dikatakan berada dalam kondisi stabil dengan kemungkinan
adanya variasi yang disebabkan oleh sebab umum. (Montgomery,1990).
Batas-batas pada peta pengendali statistik berbeda dengan batas
spesifikasi. Pada beberapa situasi, proses tidak berada pada pengendali
statistik tetapi tidak membutuhkan tindakan karena telah memenuhi
spesifikasi. Pada kondisi lain, proses yang terkendali statistik justru
membutuhkan tindakan karena spesifikasi produk tidak tercapai.
Selanjutnya, apabila produk tidak memenuhi spesifikasi, ada beberapa
tindakan yang diperlukan, antara lain mengubah nilai rata- rata,
mengurangi variabilitas, mengubah spesifikasi, melakukan pensortiran
terhadap produk dan sebagainya. Apabila produk memenuhi spesifikasi,
alternatif tindakan yang dapat diambil misalnya, menggunakan proses
dengan tepat, mengurangi variabilitas, namun dapat juga tidak dilakukan
tindakan apapun (Beatrix, 2010).

21
22
23
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kegiatan PKL


Praktik Kerja Lapang (PKL) di Pabrik Gula Pesantren Baru – Kediri
dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus – 3 September 2016 dimulai pada
pukul 07.00 hingga pukul 15.00 WIB. Kegiatan PKL berlangsung di bagian
laboratorium quality control. Kegiatan yang telah dilaksanakan selama
praktik dapat dilihat di lampiran.
Waktu kerja para karyawan dibagi menjadi tiga shift per harinya.
Setiap minggunya dilakukan rotasi shift. Shift kerja karyawan di PG.
Pesantren Baru adalah sebagai berikut :
 Shift Pagi : Jam 06.30 – 14.30 WIB
 Shift Siang : Jam 14.30 – 22.30 WIB
 Shift Malam : Jam 22.30 – 06.30 WIB

3.2. Hasil dan Pembahasan


3.2.1. Analisis Deskriptif
Data hasil pengukuran Brix dan Pol (dalam satuan %) pada tanggal
24 Juli 2016 – 24 Agustus 2016 dengan spesifikasi Brix = 13.00% - 16.00%
dan Pol = 10.00% - 12.00%.
Penyajian hasil analisis deskriptif pengumpulan data Brix dan Pol
adalah :
Tabel 3.1. Statistika Deskriptif untuk masing masing peubah

Statistika Deskriptif Batas Spesifikasi

Rata-rata Maksimum Minimum Maksimum Minimum

Brix 14.304 14.566 13.884 16.00 13.00

24
Pol 10.769 11.024 10.449 12.00 12.00

Dari Tabel 3.1. tersebut dapat diketahui bahwa :


a. Sebagian besar hasil pengukuran Brix untuk nira perahan pertama pada
tanggal 24 Juli 2016 – 24 Agustus 2016 berkisar 14.304% dan hasil
pengukuran Pol berkisar 10.769%. Nilai rata – rata kedua variabel
tersebut sesuai dengan spesifikasi ukuran yang ditetapkan.
b. Hasil pengukuran Brix untuk nira perahan pertama pada tanggal 24
Juli 2016 – 24 Agustus 2016 paling besar adalah 14.566% dan hasil
pengukuran Pol paling besar 11.024%. Nilai maksimum kedua
variabel tersebut sesuai dengan spesifikasi ukuran yang ditetapkan.
c. Hasil pengukuran Brix untuk nira perahan pertama pada tanggal 24
Juli 2016 – 24 Agustus 2016 paling kecil adala 14.884% dan hasil
pengukuran Pol paling kecil 10.449%. Nilai minimum kedua variabel
tersebut sesuai dengan spesifikasi ukuran yang ditetapkan.

3.2.2. Pengujian Asumsi Normal Multivariat


Untuk mengetahui kenormalan data kita dapat menguji asumsi
normal multivariat dengan melihat niali multivariate skewness (b 1, p) dan
kurtosis (b 2, p)
H 0 : Data menyebar normal multivariat vs
H 1 : Data tidak menyebar normal multivariat

Tabel 3.2. Hasil Uji Asumsi Normalitas Multivariat

Multivariate Skewness

b1 0.988821

25
z1 6.14026

p-value 0.188916

b2 6.63960

z2 -0.961946

p-value 0.336077

Dari Tabel 3.2. tersebut diketahui bahwa p-value multivariate


skewness dan kurtosis > α (0,05) sehingga terima H 0. Artinya, dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95% sudah cukup bukti untuk menyatakan
data menyebar normal multivariat.

3.2.3. Menguji Korelasi Pearson


Salah satu syarat menggunakan grafik kendali Mutivariat T 2
Hotelling adalah bahwa antar peubah harus saling berkorelasi.
Penghitungan nilai Korelasi Pearson didapat dengan mengunakan sofware
minitab 17. Berikut merupakan output software minitab 17 tentang hasil
analisis Korelasi Person dari dua peubah pengukuran :
Tabel 3.3. Output minitab Korelasi Pearson Brix (%) dan Pol (%)

26
Korelasi Pearson 0,881

P-Value 0,000

Dengan:
Hipotesi :
H0 : peubah dimensi i tidak berkorelasi dengan peubah dimensi j (ρ =
0)
H1 : peubah dimensi i berkorelasi dengan peubah dimensi j (ρ ≠ 0)
Di mana i dan j adalah peubah pengukuran Brix dan Pol, dan i≠j dengan
α = 5%
Berdasarkan hasil output software Minitab 17 di atas, dapat dilihat
bahwa Brix terhadap Pol memiliki nilai Korelasi Pearson sebesar 88% dan
dengan nilai p-value (0.000)<α (0.05), maka tolak H 0 jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat korelasi antara peubah Brix trhadap Pol
dengan resiko berbuat salah sebesar 5%.

3.2.4. Grafik Kendali T 2 Hotelling


Berdasarkan persamaan (2.11) diperoleh batas kendali pada tabel
Tabel 3.4. Batas Kendali T 2 Hotelling

Batas Kendali Nilai Batas Kendali

Batas Kendali Atas (BPA) 14.53

Garis Tengah 2.24

Batas Kendali bawah (BPB) 0

27
Grafik kendali T 2- Hotelling dapat diperoleh dengan menggunakan
Software Minitab 17. Kedua peubah pengukuran dimensi brix dan pol
digambarkan secara simultan pada grafik kendali T 2 Hotelling sebagai
berikut :
Tsquared Chart of Brix, Pol
16

UCL=14.53
14

12

10
Tsquared

2 Median=2.24

1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31
Sample

Gambar 3.1. Grafik Kendali T 2- Hotelling

Dari Gambar 3.1. terlihat bahwa tidak ada titik yang keluar dari batas
kendali dan dapat disimpulkan bahwa proses produksi berada dalam
keadaan terkendali. Sehingga proses produksi NPP sudah sesuai dengan
batas spesifikasi yang telah ditetapkan.

28
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapang di PG Pesantren Baru,
dapat disimpulkan bahwa berdasarkan grafik kendali T 2Hotelling terhadap
hasil produksi (NPP) pada tanggal 24 Juli 2016-24 Agustus 2016 di PG
Pesantren Baru yang dilihat dari ukuran Brix dan Pol sudah terkendali
secara statistika, hal ini dapat dilihat dari semua titik-titik data berada
dalam batas dan tidak ada titik yang keluar dari batas atas atau batas bawah.

4.2. Saran
Sebaiknya pihak PG. Pesantren Baru menggunakan analisis statistika
untuk memudahkan dalam proses pengendalian kualitas produksi,
khususnya pada proses produksi Nira Perahan Pertama di Stasiun Gilingan.
Apabila menggunakan analisis statistika seperti grafik kendali multivariat
PG. Pesantren Baru dapat mendeteksi penyebab proses tidak terkendali (out
of control), grafik ini juga dapat mendeteksi titik-titik yang terindikasi
mendekati out of control sehingga perusahaan dapat melakukan tindakan
pencegahan sebelum terjadi out of control.

29
DAFTAR PUSTAKA

Beatrix, Meike Elsye. 2010. Pengendalian Kualitas Proses Statistik.


Universitas Mercu Buana Surabaya.

Budiyanto, B dan Fridyawati. 2012. Produksi Gula PT. Perkebunan


Nusantara X. Laporan Kerja Praktek Program Studi DIII Tenik
Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.

Gujarati, D. 1991. Ekonometrika Dasar. Terjemahan Sumarno Zain.


Jakarta: Erlangga.

Montgomery, D.C. 1990. Introduction to Statistical Proccess Control. 5th


Edition. John Wiley and Sons Inc, Arizona.

Rencher, Alvin C. 1995. Methods Of Multivariate Analysis. Second


Edition. John Wiley And Sons Inc, Arizona.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B.


Bandung.

Walpole, R.E. 1995. Pengantar Statistika. Terjemahan R. K Sembiring.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

30
LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi PTPN X PG. Pesantren Baru-Kediri

31
Lampiran 2. Data Pengukuran Dimensi Brix (%) dan Pol (%)

Tanggal Analisa Brix Pol


24 Juli 2016 14.08 10.53
25 Juli 2016 14.51 10.97
26 Juli 2016 14.31 10.65
27 Juli 2016 14.26 10.84
28 Juli 2016 14.15 10.58
29 Juli 2016 14.26 10.69
30 Juli 2016 14.45 11.01
31 Juli 2016 14.36 10.82
1 Agustus 2016 14.52 11.02
2 Agustus 2016 14.33 10.83
3 Agustus 2016 14.39 10.81
4 Agustus 2016 14.13 10.66
5 Agustus 2016 14.22 10.74
6 Agustus 2016 14.21 10.74
7 Agustus 2016 13.94 10.49
8 Agustus 2016 14.04 10.60
9 Agustus 2016 14.39 10.77
10 Agustus 2016 14.52 11.00
11 Agustus 2016 14.42 10.73
12 Agustus 2016 14.36 10.73
13 Agustus 2016 14.19 10.62
14 Agustus 2016 13.88 10.45
15 Agustus 2016 14.31 10.87
16 Agustus 2016 14.24 10.79
17 Agustus 2016 14.30 10.78
18 Agustus 2016 14.44 10.86
19 Agustus 2016 14.40 10.92
20 Agustus 2016 14.38 10.81

32
Lampiran 2. Data Pengukuran Dimensi Brix (%) Dan Pol (%)

Tanggal Analisa %Brix %Pol


21 Agustus 2016 14.33 10.70
22 Agustus 2016 14.57 11.02
23 Agustus 2016 14.31 10.80
24 Agustus 2016 14.52 10.80

33
Lampiran 3. Output Software Minitab 17

MTB > %D:/mardia.txt C1-C2


Multivariate skewness

Data Display

b1 0.988821
z1 6.14026
pvalue 0.188916

Multivariate kurtosis

Data Display

b2 6.63960
z2 -0.961946
pvalue 0.336077

Correlation: Brix, Pol

Pearson correlation of Brix and Pol = 0.881


P-Value = 0.000

34
Lampiran 4. Macro Mardia untuk Menguji Asumsi Normal
Multivariat

macro
mardia y.1-y.p
mconstant i j n p g b1 b2 z1 z2 zz v pp pvalue
mcolumn x.1-x.p y.1-y.p z.1-z.p t
mmatrix s sinv mi mj mjt ma mat mb mc md
let n=count(y.1)
do i=1:p
let x.i=y.i-mean(y.i)
let z.i=x.i/sqrt(n)
enddo
copy z.1-z.p ma
transpose ma mat
multiply mat ma s
invert s sinv
let b1=0
let b2=0
do i=1:n
copy x.1-x.p mi;
use i.
do j=1:n
copy x.1-x.p mj;
use j.
transpose mj mjt
multiply mi sinv mc
multiply mc mjt md
copy md t
let g=t(1)
let b1=b1+g*g*g
if i=j
let b2=b2+g*g
endif
enddo
enddo
let b1=b1/(n*n)

35
Lampiran 4. (Lanjutan)
let b2=b2/n
let z1=(p+1)*(n+1)*(n+3)*b1/(6*((n+1)*(p+1)-6))
let z2=(b2-p*(p+2))/sqrt(8*p*(p+2)/n)
let v=p*(p+1)*(p+2)/6
note Multivariate skewness
cdf z1 pp;
chis v.
let pvalue=1-pp
print b1 z1 pvalue
note Multivariate kurtosis
let zz=abs(z2)
cdf zz pp;
normal 0 1.
let pvalue=2*(1-pp)
print b2 z2 pvalue
endmacro

36
Lampiran 5. Jurnal Kegiatan Praktik Kerja Lapang

JURNAL HARIAN KEGIATAN PKL DI PABRIK GULA


PESANTREN BARU – KEDIRI

Nama : Agustina Prayanti


NIM : 13509050111022
Program Studi : Statistika

No Hari/Tanggal Kegiatan
.

 Pemberian surat pengantar dari kantor


1. Senin, 15 Agustus 2016 untuk diberikan kepada Kepala
Bagian Quality Control (QC)
 Mengenal Kepala Bagian Quality
Qontrol (QC) sekaligus sebagai
pembimbing lapang Bapak Nyani
 Keliling pabrik (pengenalan), melihat
bagaimana proses pembuatan gula.
 Penjelasan singkat tentang analisa
yang dilakukan di Laboratorium.
 Mempelajari penelitian yang
2. Selasa, 16 Agustus 2016 dilakukan di laboratorium Pabrik
Gula Pesantren Baru (dari masuknya
tebu ke penggilingan sampai tebu
menjadi gula yang siap dikonsumsi
oleh masyarakat)
 Pengambilan sampel nira di setiap
gilingan, sampel nira yang di ambil
yaitu nira I-V, nira encer, nira
perahan pertama, dan nira kental.
 Analisa Nira, untuk melihat Brix dan
Pol

37
38
Lampiran 5. (Lanjutan)

No Hari/Tanggal Kegiatan
.

3. Rabu, 17 Agustus 2016  Kegiatan Analisa TSAI (Total sugar


As Invert). Peserta PKL mengikuti
kegiatan analisa mulai dari kegiatan
pengambilan sampel tetes. Analisa
TSAI bertujuan untuk mengetahui
kandungan gula dalam tetes.

 Analisa Masakan
4. Kamis, 18 Agustus 2016  Analisa BJB (Berat Jenis Butir),
kegiatan analisa BJB beertujuan
untuk mengetahui besarnya berat
jenis pada butir gula. Peserta PKL
melakukan analisa BJB mulai dari
pengambilan sampel gula di Grader

 Pengambilan sampel nira di setiap


5. Jumat, 19 Agustus 2016 gilingan, sampel nira yang di ambil
yaitu nira I-V, nira encer, nira
perahan pertama, dan nira kental,
analisa Nira, untuk melihat Brix dan
Pol
 Analisa Air Konden
6. Senin, 22 Agustus 2016  Analisa Air Ketel, pengambilan
sampel air ketel (Yoshimin I,
Yoshimin II, Takuma) pembimbing
kegiatan memberikan pengarahan dan

39
penjelasan langsung mengenai
tahapan-tahapan pada analisa ketel.

Lampiran 5. (Lanjutan)

No Hari/Tanggal Kegiatan
.

 Analisa Limbah, kegiatan


7. Selasa, 23 Agustus 2016 mengammbil beberapa sampel limbah
yang akan digunakan dalam analisa
limbah. Sampel yang digunakan yaitu
out, injeksi, dan air jatuhan.
Kemudian melakukan analisa limbah
seperti pengukuran pH dan suhu
masing-masing sampel.
 Analisa Gula Reduksi Tetes,
kegiatan analisssa ini bertujuan
untuk mengetahui gula reduksi yang
terkandung dalam tetes. Sebelum
melakukan analisa peserta PKL juga
ikut mengambil sampel tetes.

 Analisa Blotong, kegiatan mulai dari


8. Rabu, 24 Agustus 2016 pengambilan sampel hingga
penentuan persentase zat kering,
setiap kegiatan analisa di Quality
Control dilakukan sesuai dengan SOP
yang berlaku.

40
 Pengambilan sampel nira di setiap
9. Kamis, 25 Agustus 2016 gilingan, sampel nira yang di ambil
yaitu nira I-V, nira encer, nira
perahan pertama, dan nira kental,
analisa Nira, untuk melihat Brix dan
Pol
 Analisa Blotong, kegiatan mulai dari
10. Jumat, 26 agustus 2016 pengambilan sampel hingga
penentuan Persentase zat kering,
setiap kegiatan analisa di Quality
Control dilakukan sesuai dengan SOP
yang berlaku.

Lampiran 5. (Lanjutan)

No Hari/Tanggal Kegiatan
.

 Analisa Gura Nira Reduksi


11. Senin, 29 Agustus 2016  Analisa CaO dalam kapur, analisa ini
bertujuan untuk mengetahui
kandungan zat kapur dalam kapur
uang akan digunakan dalam proses
pembuatan gula.
 Analisa ICUMSA, pengambilan
12. Selasa, 30 Agustus 2016 sampel gula di Grader. Analisa
ICUMSA bertujuan untuk melihat
kadar warna pada gula
 Analisa kadar phospat, peserta PKL
mengambil sampel gula di satsiun
pospatasi, kemudian melakukan
analisa phospat
 Analisa CaO dalam kapur, analisa ini

41
bertujuan untuk mengetahui
kandungan zat kapur dalam kapur
uang akan digunakan dalam proses
pembuatan gula.
 Analisa CaO dalam kapur analisa ini
13. Rabu, 31 Agustus 2016 bertujuan untuk mengetahui
kandungan zat kapur dalam kapur
uang akan digunakan dalam proses
pembuatan gula.
 Analisa kadar phospat, peserta PKL
14. Kamis, 1 September 2016 mengambil sampel gula di satsiun
pospatasi, kemudian melakukan
analisa phospat
 Kegiatan Analisa TSAI (Total sugar
As Invert). kegiatan analisa mulai dari
pengambilan sampel tetes. Analisa
TSAI bertujuan untuk mengetahui
kandungan gula dalam tetes.

Lampiran 5. (Lanjutan)

No Hari/Tanggal Kegiatan
.

 Analisa ICUMSA, pengambilan


16. Jumat, 2 September 2016 sampel gula di Grader. Analisa
ICUMSA bertujuan untuk melihat
kadar warna pada gula
 Pengambilan sampel nira di setiap
gilingan, sampel nira yang di ambil
yaitu nira I-V, nira encer, nira
perahan pertama, dan nira kental,
analisa Nira, untuk melihat Brix dan
Pol

42
 Meminta data untuk membuat
laporan PKL
Sabtu, 3 September 2016  Berpamitan dan mengucapkan
17. terimaksih kepada pembimbing
lapang dan karyawan yang telah
membantu pelaksanaan PKL

43

Anda mungkin juga menyukai