Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PATOLOGI

MAKALAH BUTA WARNA

DISUSUN OLEH:

1. NASSA FADILLA GUNAWAN 2014301076


2. PUTRI OKTARINA AUDYA 2014301081
3. RANU DWI SAM ADITYA 2014301084
4. RISKA OKTAFIANA 2014301086
5. RIZKI RAFINA D.A.W 2014301088

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES TANJUNG KARANG

TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Kelainan Kromosom Buta Warna ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada dosen yang yang
telah mengampu dan memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai apa itu buta warna, penyebab buta warna
serta penatalaksanaan yang dapat di berikan. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan kedepannya.

Bandar Lampung, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
BAB I……………………………………………………………………………………….....1
PENDAHULUAN…………………………………………………………………………….1
A. Latar belakang..............................................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II………………………………………………………………………………………....3
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………....3
A. Definisi.........................................................................................................................3
B. Prevalensi Buta warna..................................................................................................3
C. Penyebab terjadinya buta warna...................................................................................3
D. Klasifikasi Buta Warna................................................................................................4
E. Proses terjadinya buta warna........................................................................................5
F. Tanda dan Gejala..........................................................................................................7
G. Komplikasi Buta warna................................................................................................7
H. Pemerikasaan Diagnostik.............................................................................................8
I. Penatalaksanaan atau penanganan................................................................................9
BAB III………………………………………………………………………….……………10
PENUTUP……………………………………………………………………………………10
A. Ringkasan...................................................................................................................10
B. Kesimpulan................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Buta warna adalah ketidak mampuan seseorang untuk mebedakan


warna tertentu. Orang tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan
warna-warna tertentu saja. Meskipun demikian ada juga orang yang sama
sekali tidak bisa melihat warna. Jadi hanya tanpak hitam, putih dan abu-abu.

Buta warna merupakan kelainan genetik / bawaan yang diturunkan


dari orang tua kepada anaknya, kelainan ini sering juga disebaut sex linked,
karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak
membawa faktor buta warna. Hal inilah yang membedakan antara penderita
buta warna pada laki dan wanita. Seorang wanita terdapat istilah 'pembawa
sifat' hal ini menujukkan ada satu kromosom X yang membawa sifat buta
warna. Wanita dengan pembawa sifat, secara fisik tidak mengalami kelainan
buta warna sebagaimana wanita normal pada umumnya. Tetapi wanita dengan
pembawa sifat berpotensi menurunkan faktor buta warna kepada anaknya
kelak. Apabila pada kedua kromosom X mengandung faktor buta warna maka
seorang wanita tersebut menderita buta warna.

Buta warna lebih sering terjadi pada seseorang berjenis kelamin lelaki


dibandingkan perempuan. Sebanyak 99% seorang buta warna tidak mampu
membedakan antara warna hijau dan merah. Juga ditemukan kasus penderita
yang tak bisa mengenali perbedaan antara warna merah dan hijau.  Cacat mata
ini merupakan kelainan genetik yang diturunkan oleh ayah atau ibu. Belum
dapat dipastikan berkaitan jumlah penderita, akan tetapi sebuah penelitian
menyebutkan sebesar 8 -12% lelaki Eropa adalah pengidap buta warna.
Sementara persentase perempuan Eropa yang buta warna adalah 0,5 -1%.

1
Tingkat buta warna di benua lain tentu bervariasi. Di Australia yang terjadi
pada 8% laki-laki dan 0,4% wanita. Komunitas yang terisolasi dengan
populasi gen yang terbatas, biasanya memiliki prevalensi yang cukup tinggi.

B. Tujuan

Tujuan Umum : Memberikan informasi mengenai buta warna

Tujuan Khusus : Mengetahui kelainan kromosom penyebab buta warna

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Buta warna dikenal berdasarkan istilah Yunani protos (pertama)


deutros (kedua) dan tritos (ketiga) yang pada warna 1. Merah, 2. Hijau, 3.
Biru. Buta warna adalah ketidakmampuan mata untuk membedakan
sebagian atau seluruh warna.

B. Prevalensi Buta warna

Buta warna pada umumnya dianggap lebih banyak terdapat pada pria
daripada wanita dengan perbandingan 20 : 1.

Hampir 5% laki-laki di negara barat menderita buta warna yang


diturunkan, lebih sering terdapat pada laki-laki dibanding perempuan.
Mungkinpula disebabkan karena tidak terlatih untuk melihat warna.

Di amerika serikat kira-kira 8% dari penduduk laki-laki yang


menderita buta warna, sedangkan wanita yang menderita buta warna hanya
0,5% di RRC sekitar 6% dari penduduk laki-laki buta warna , sedangkan di
indonesia kira-kira 3,5% dari penduduk laki-laki yang buta warna dan data
untuk penderita penderita buta warna pada perempuan belum ada.

C. Penyebab terjadinya buta warna

Buta warna biasanya adalah suatu gangguan genetik terkait kromosom sex
(X).

Menurut Guyton, Buta warna merupakan kelainan terkait sex dan


disebabkan oleh tidak adanya gen warna dalam kromosom X. Tidak adanya

3
gen ini,terkait resesif, sehingga gejala buta warna tidak akan tampak selama
kromosom X yang lainya dapat membawa gen yang diperlukan untuk
perkembangan sel kerucut penerima warna yang sesuai.

Oleh karena pria hanya memiliki satu kromosom X saja, maka dalam satu
kromosom ini harus ada ketiga gen warna tersebut bila ia tidak menderita buta
warna. Disamping itu, ada juga penyebab lain yaitu kecelakaan dan keracunan

D. Klasifikasi Buta Warna

Menurut Ilyas, klasifikasi buta warna dibagi menjadi :

1. Monokromat atau akromatopsia (Total)


Hanya terdapat satu jenis kerucut yang sering mengeluh fotofobia
tajam penglihatan yang kurang

2. Dikromat
Mempunyai dua pigmen kerucut dan mengakibatkan sukar mebedakan
warna-warna tertentu.
a) Protanopia
Keadaan yang paling sering ditemukan dengan cacat pada warna
merah hijau.
b) Deutranopia
Kekurangan pigmen hijau.

4
c) Tritanopia
Dimana terdapat kesukaran membedakan dengan warna merah dari
kuning.

3. Trikromat
Keadaan pasien yang mempunyai 3 pigmen kerucut yang mengatur
fungsi penglihatan. Pasien buta warna dapat melihat berbagai warna, akan
tetapi dengan interprestasi yang berbeda daripada normal, yang paling
sering ditemukan adalah :
a) Trikromat anomaly
Pasien mempunyai ketiga pigmen kerucut akan tetapi, satu tidak
normal, pada anomali ini perbandingan merah hijau yang dipilih pada
anomaloskop berbeda dengan orang normal.
b) Deutronomaly
Cacat pada hijau sehingga diperlukan lebih banyak hijau, karena
terjadi gangguan lebih banyak pada warna hijau

c) Protanomaly
Diperlukan lebih banyak merah untuk menggabung menjadi kuning
baku pada anomaloskop yang pada pasien terdapa buta berat terhadap
warna hijau merah dimana merah lebih banyak terganggu.

E. Proses terjadinya buta warna

Bentuk warisan paling umum kebutaan warna (merah-hijau) disebabkan


oleh gen terkait-X resesif umum.

Ibu memiliki pasangan kromosom XX membawa materi genetik, dan ayah


memiliki pasangan kromosom XY. Seorang ibu dan ayah masing-masing
menyumbangkan kromosom yang menentukan jenis kelamin bayi mereka.

5
Ketika kromosom X pasangan dengan X yang lain, adalah perempuan. Dan
ketika pasangan X dengan Y, adalah laki-laki.

Jika anak memiliki bentuk umum dari buta warna disebabkan oleh gen
resesif terkait-X, ibu anak akan menjadi pembawa gen atau kekurangan warna
sendiri.

Seorang anak perempuan yang mewarisi gen warna-kekurangan dari


ayahnya akan hanya pembawa kecuali ibunya juga memiliki gen warna-
kekurangan. Jika anak perempuan mewarisi sifat terkait-X dari kedua ayah
dan ibunya, maka ia akan buta warna serta pembawa.

Contoh :

 Tersebut di atas, ada seorang lai-laki buta warna yang menikah dengan
seorang wanita normal. Kemudian pasangan ini di karuniai 6 orang anak,
di antaranya 3 orang wanita dan 3 orang laiki-laki. Pada gambar terlihat
jelas bahwa anak laki-laki dari pasangan tersebut normal. Akan tetapi anak
wanita-nya tergolong sebagai CARRIER FEMALE atau wanita yang
membawa sifat buta warna.
 Pada saat wanita pembawa sifat buta warna atau CARRIER FEMALE ini
menikah dengan seorang laki – laki normal, dan pada gambar di atas
pasangan tersebut dikaruniai 4 orang anak. 2 orang laki – laki dan 2 orang
wanita. peluangnya bisa terjadi:

 1 orang laki-laki buta warna

6
 1 orang laki-laki normal
 1 orang wanita carrier female/pembawa sifat buta warna
 1 orang wanita normal

F. Tanda dan Gejala

Seseorang yang mengalami buta warna mengalami gejala sebagai berikut :

 tidak dapat membedakan warna.


 Beberapa orang dengan buta warna hanya bisa melihat abu-abu.
 biasanya memiliki jarak pandang yang pendek, sensitif pada cahaya,
dan gerakan mata cepat.

G. Komplikasi Buta warna

Komplikasi buta warna antara lain :

1. Dampak pada Keseharian penyandang buta warna :


Penyandang buta warna mengalami kesulitan untuk
membedakan warna pakaian, warna lampu lalu lintas, dan simbol-
simbol tertentu.

2. Dampak pada Bidang pendidikan


Buta warna mempengaruhi penderitanya dalam memilih
program study untuk melanjutkan pendidikannya, bahkan dalam
memilih karir selanjutnya, karena beberapa program study dan
pekerjaan mensyaratkan mahasiswa atau karyawan tidak buta warna.

7
3. Dampak pada Psikologi
Deskriminasi terhadap orang-orang penyandang buta warna
masih sering terjadi, ketidakmampuan dalam membedakan warna
sering kali menjadi bahan ejekan, yang dapat penyandang buta warna
merasa dikucilkan dan tidak percaya diri.

H. Pemerikasaan Diagnostik

Pemerikasaan diagnostik buta warna pada umumnya disebut Uji Ishihara

Uji Ishiara merupakan uji untuk mengetahui adanya efek pengelihatan


warna, didasarka pada menentukan angka atau pola yang ada pada kartu
dengan berbagai ragam warna (Ilyas, 2008)

Tes Ishihara adalah tes buta warna yang dikembangkan oleh Dr,
Shidou Ishihara. Tes ini pertama dipublikasi pada tahun 1917 di jepang. Sejak
saat itu, tes ini terus digunakan di seluruh dunia sampai sekarang. Tes Ishihara
terdiri dari lembaran yang didalamnya terdapa titik-titik dengan berbagai
warna dan ukuran. Titik berwarna tersebut disusun sehingga membentuk
lingkaran. Karena titik itu dibuat sedemikian rupa sehingga orang buta warna
tidak akan melihat perbedaan warna seperti yang dilihat orang normal.

Pada orang normal di dalam lingkaran akan tampak angka atau garis
tertentu. Tetapi pada orang buta warna yang tampak pada lingkaran akan
berbeda seperti yang dilihat oleh orang normal. Tes ishihara biasanya
dilengkapi oleh kunci jawaban untuk setiap lembarnya. hasil tes seseorang
akan dibandingkan dengan kunci jawaban tersebut. dari sini dapat ditentukan
apakah seseorang normal atau buta warna.

Contoh Tes Ishihara :

8
I. Penatalaksanaan atau penanganan

Sampai sekarang belum ditemukan pengobatan untuk pengidap buta


warna, hal ini karena buta warna bukanlah sebuah penyakit melainkan
kecacatan yang bersifat genetik.

BAB III

PENUTUP
A. Ringkasan

Buta warna adalah suatu gangguan genetik terkait kromosom sex


yang disebabkan oleh defisiensi salah satu dari ketiga foto pigmen. Yang

9
terdiri dari sinar-sinar merah, hijau dan biru. Buta warna umumnya lebih
banyak terdapat pada pria daripada wanita.

Klasifikasi buta warna terdiri atas :

 Tipe Trikromat
 Tipe Dikromat
 Tipe Monokromat

Pemerikasaan Buta warna dilakukan dengan Tes Ishihara.

B. Kesimpulan

Buta warna adalah penglihatan warna-warna yang tidak sempurna.


Pasien tidak atau kurang dapat membedakan warna yang didapat dari faktor
keturunan ataupun didapatkan akibat penyakit tertentu.

Ciri-ciri seorang buta warna adalah retina tidak mampu merespon


warna dengan semestinya. Sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami
pelemahan atau kerusakan permanen.

Buta warna merupakan kecacatan yang disebabkan oleh gen resesif c


(color blind) yang terdapat pada kromsom X

Jumlah penderita buta warna di dunia, kira-kira 5-8% pria dan 0,5%
wanita dilahirkan buta warna.

Buta warna dibedakan menjadi tiga yaitu Monokromat, dikromat dan trikomat

DAFTAR PUSTAKA

Ilyas, S. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2008. Ilmu Penyakit Mata.


Edisi ketiga. Hal 83-88. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

10
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23511/4/Chapter%20II.pdf. Diakses
tanggal 13 November 2013.

Taufan Nugroho. Januari 2013. Buku buta warna dan strabismus

11

Anda mungkin juga menyukai