Anda di halaman 1dari 10

Volume VI JURNAL

Nomor 2
Oktober 2017
Komunikasi
ISSN 2301-9816 Indonesia

Pesan Efikasi dengan Pendekatan Ancaman dalam Ko-


munikasi Kebijakan Publik: Studi Eksperimen Pengaruh
Penerimaan Pesan Efikasi terhadap Motivasi Proteksi
dalam Kebijakan Perpajakan
Nico Aditia

Abstrak/Abstract
Strategi pendekatan rasa takut banyak diterapkan untuk kampanye kesehatan, kecelakaan, atau bidang lain yang menampilkan an-
caman fisik dan terbukti efektif dalam mempengaruhi penerima pesan. Oleh sebab itu, pendekatan ini juga dimungkinkan untuk dapat
digunakan dalam kebijakan publik. Penelitian ini dilakukan untuk menguji pengaruh penerimaan pesan efikasi terhadap motivasi proteksi
dalam pesan program Amnesti Pajak. Hubungan kausal tersebut dianalisis menggunakan model Extension of Extended Parallel Process
Model melalui uji analysis of variances. Extension of Extended Parallel Process Model sendiri merupakan model baru yang masih
jarang dikaji yang dikembangkan oleh So (2013). Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan
terdapat perbedaan antara penerimaan pesan efikasi kuat dan lemah. Efikasi yang kuat memiliki pengaruh terhadap motivasi proteksi.
Hal ini disebabkan karena pesan efikasi merupakan solusi atas rasa takut yang muncul akibat penerima pesan diterpa pesan ancaman.
Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan konsep Extension of Extended Parallel Process Model, dimana pesan efikasi mempengaruhi
penerima pesan untuk memberikan reaksi berupa motivasi proteksi.

The strategy of frightening has been widely applied in health campaigns, accident prevention, or other areas that display physical threats
and has proven to be effective in influencing recipients of the message. Therefore, this approach is also possible to exercise in public
policy. The study is conducted to examine the impact of the acceptance of efficacy messages on the protection motivation in the message
of the Amnesty Tax program. The causal relationship is analyzed using the Extension of Extended Parallel Process Model through testing
analysis of variances. Extension of Extended Parallel Process Model itself is a new one and is still rarely studied since its development
by So (2013). This research uses experimental method. The results of this study indicate a difference between the acceptance of strong
and weak efficacy messages. Strong efficacy has an influence on the motivation of protection. This is because the message of efficacy
is the solution to the fear that arises after one receives a threatening message. The findings of this study are in line with the concept of
Extension of Extended Parallel Process Model, where the message of efficacy influences the message recipient to react in the form of
protection motivation

Kata kunci/Keywords:

Extension of Extended Parallel Process Model, kebijakan publik, pendekatan rasa takut, pesan ancaman, pesan efikasi, motivasi proteksi.

Extension of Extended Parallel Process Model, public policy, fear appelas strategy, threat message, message of efficiency, motivation of potection.

Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, Pendahuluan


Kementerian Keuangan, Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
Jl. Dr. Wahidin Raya, Jakarta 10410 penerimaan perpajakan, Pemerintah Indonesia
mencanangkan kebijakan pengampunan pajak
nicopascakom@gmail.com yang dmulai pada tanggal 1 Juli 2016 hingga 31
Maret 2017. Target penerimaan pajak dari pro-
gram amnesti pajak itu sendiri terbilang tidak se-
dikit, yakni sebesar Rp165 triliun (Sakti dan Hi-
dayat, 2016). Sampai dengan 2 Desember 2016,
jumlah penerimaan pajak yang berasal dari uang
tebusan sebesar Rp99,1 triliun dengan jumlah
harta yang dideklarasi sebesar Rp3.970 triliun

139
Nico Aditia, Pesan Efikasi dengan Pendekatan Ancaman dalam Komunikasi Kebijakan Publik

1
. Penerimaan ini tentu masih jauh dari harapan pendekatan rasa takut menunjukkan hasil yang
dan terbilang cukup rendah. Rendahnya peneri- cukup efektif dalam mempengaruhi motivasi kha-
maan pajak tersebut disebabkan oleh kesadaran layak. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh
masyarakat Indonesia dalam membayar pajak Berto (2015), Lewis (2008) dan Rodriguez (1995)
masih terbilang sangat rendah. Kesadaran dalam menunjukan penggunaan pendekatan rasa takut
membayar pajak masih kalah jauh jika diband- efektif dalam mempengaruhi perilaku pengemudi
ingkan dengan negara lain, baik dibandingkan untuk menjaga keselamatan berlalu lintas. Hasil
dengan negara maju maupun negara tetangga penelitian yang dilakukan oleh Berto (2015) me-
di ASEAN. Kontribusi pajak penghasilan orang nunjukkan bahwa penerimaan pesan ancaman
pribadi (PPh OP) di Indonesia sebesar 17,5% dari dapat mempengaruhi motivasi para pelajar un-
total penerimaan Negara. Berdasarakan data ta- tuk mengikuti rekomendasi pesan iklan, bila di-
hun 2015, kontribusi PPh OP pada Negara OECD mediasi oleh pesan efikasi. Hal ini hanya terjadi
(Organization for Economic Cooperation and De- pada kelompok pelajar yang memiliki resonansi,
velopment) sebesar 74,5%. Penerimaan pajak den- sedangkan kelompok pelajar yang tidak memiliki
gan produk domestik bruto (tax ratio) di Indonesia resonansi hanya dapat dipengaruhi oleh pesan efi-
juga masih rendah yakni 13,1% jika dibanding- kasi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lewis
kan Negara OECD yang mencapai 34,1%. Per- et.al (2007) dengan tajuk “driver safety: a review of
bandingan dengan Negara tetangga juga masih the effectiveness of fear-arousing (threat) appeals
kecil. Pada tahun 2015, tax ratio Malaysia sebe- in road safety advertising” diketahui bahwa adan-
sar 16,9% dan Filipina 16,2%. Tak heran jika sela- ya temuan yang tidak konsisten dengan literatur.
ma lima tahun terakhir (2010-2015), penerimaan Meskipun pesan ancaman penting untuk menarik
pajak di Indonesia tidak pernah mencapai target perhatian, namun kontribusi kepada perubahan
yang ditetapkan (Sakti dan Hidayat, 2016). Oleh perilaku lebih kecil ketimbang faktor lain semisal
sebab itu, untuk meningkatkan kesadaran mem- persepsi vulnerability dan strategi koping. Nam-
bayar pajak dan mensukseskan program amnesti paknya, ketidaksesuaian antara bukti empiris
pajak, pemerintah telah berupaya melakukan ko- dengan literatur yang digunakan terdapat dalam
munikasi publik. penggunaan materi pesan ancaman. Materi an-
Secara aktif, pemerintah melakukan sosialisasi caman fisik tidak efektif untuk pria muda yang
dan diseminasi mengenai tata cara dan pentingn- menjadi sasaran pesan. Merujuk pada hal ter-
ya wajib pajak untuk ikut dalam program amnesti sebut dan penelitian yang dilakukan oleh Berto
pajak. Selain itu, pemerintah juga menggunakan (2015), Lewis (2008) dan Rodriguez (1995) maka
strategi bauran pemasaran (mixed marketing) un- pertanyaan selanjutnya adalah apakah komuni-
tuk mempersuasi wajib pajak agar berpartisipasi kasi amnesti pajak yang menggunakan pende-
dalam program tersebut. Taktik yang digunakan katan rasa takut dapat efektif mempengaruhi
antara lain: membuka saluran pengaduan di perubahan sikap khalayak? Oleh karena itu di-
1500200, hotline pribadi Direktur Jenderal Pajak, perlukan perangkat teoritis yang memadai yang
help desk di tiap Kantor Pajak di seluruh Indone- dapat mengikuti perkembangan perilaku khalay-
sia, website resmi program amnesti pajak di http:// ak itu sendiri.
www.pajak.go.id/amnestipajak, twitter @Ditjen- Pendekatan teoritis yang dianggap cukup
PajakRI, iklan pada Facebook DitjenPajakRI dan komprehensif dan memadai serta terkini dalam
video ajakan berpartisipasi pada kanal Youtube mengukur pesan rasa takut adalah Extension of
DitjenPajakRI. Selain itu, pemerintah juga men- Extended Parallel Process Model (E-EPPM). Kon-
gundang Wajib Pajak secara langsung dalam aca- sep ini pertama kali diperkenalkan oleh Kim Wit-
ra sosialisasi yang bahkan dihadiri sendiri oleh te dan dikenal dengan Extended Parallel Process
Presiden Jokowi. Kementerian Keuangan juga Model (EPPM) sebagai pendekatan baru karena
berkoordinasi dengan berbagai pihak, misalnya masih banyaknya kelemahan pada pendekatan
perbankan untuk membantu menyosialisasikan model lain (Perloff, 2010: 198). E-EPPM sendiri
program amnesti pajak melalui billboard atau merupakan penyempurnaan dari EPPM sebaga-
saluran komunikasi lainnya. imana yang dikembangkan oleh So (2013). Me-
Dalam ranah kebijakan publik, khususn- nurut Witte, dalam Andesen dan Guerrero (1998),
ya kebijakan fiskal, komunikasi persuasi yang EPPM berupaya untuk mengadopsi kerangka
dilakukan pada umumnya hanya mengandalkan pemikiran model Parallel Process Model (PPM)
strategi konten, saluran komunikasi dan framing. yang disesuaikan dengan model Fear-as-Acquired
Sementara komunikasi persuasi dengan pendeka- Model (FADM) yang terkait dengan kontrol rasa
tan rasa takut, sepanjang yang penulis telusuri, takut dan elemen-elemen Protection Motivation
belum pernah dilakukan. Padahal pendekatan Theory (PMT) yang terkait dengan sebuah kontrol
rasa takut dapat menjadi alternatif yang dirasa- bahaya, ke dalam proses EPPM. Penelitian yang
kan cukup efektif. Banyak penelitian mengenai menggunakan E-EPPM juga terbilang masih baru
komunikasi kebijakan publik yang menggunakan dan jarang dikaji dalam riset komunikasi persua-
si, khususnya penelitian yang terkait dengan ke-
bijakan publik. Berdsarkan penelusuran penulis,
1 http://www.pajak.go.id/amnestipajak, diakses tanggal 5
hanya terdapat delapan penelitian komunika-
Desember 2016.

140
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume VI, Nomer 2, Oktober 2017

si terkait kebijakan publik yang menggunakan motivasi proteksi.


EPPM dan hanya terdapat satu penelitian yang Persuasi dengan Pendekatan Rasa Takut (Fear
menggunakan konsep E-EPPM. Appeal)
Berdasarkan konsep E-EPPM, untuk mem- Fear appeal dianggap sebagai motif yang
bangkitkan rasa takut, pesan harus memiliki terdapat dalam sebuah pesan persuasi (iklan).
informasi yang memuat ancaman atau bahaya Motif tersebut ditujukan untuk menggerakan
(perceived threat) dan informasi yang memuat penerima pesan agar menggapai tujuan terten-
rekomendasi atau efikasi (perceived efficacy). Se- tu yang ditetapkan oleh si pembuat pesan (Wil-
buah pesan harus dapat meyakinkan khalayak liams, 2011). Fear appeal sendiri sudah sangat
yang menerimanya bahwa mereka tengah diintai umum digunakan dalam berbagai macam bentuk
bahaya. Oleh sebab itu, dalam konsep E-EPPM, pemasaran, misalnya dalam pemasaran sebuah
pesan yang berisi ancaman harus memuat infor- produk, jasa, isu sosial atau dalam memasarkan
masi mengenai seberapa serius suatu ancaman sebuah ide. Pesan dasar yang terdapat dalam se-
itu terjadi atau besarnya bahaya yang akan terja- buah pesan yang mengandung fear appeal adalah
di (severity) dan informasi mengenai kerentanan “jika anda tidak melakukan ini (membeli, mem-
individu tersebut dalam menghadapi ancaman berikan suara, mempercayai, mendukung, belajar
bahaya (susceptibility). dan lain sebagainya), maka anda akan menerima
Ketika khalayak yang menerima pesan yang be- konsekuensinya”. Dalam hal ini pembuat pesan
risi ancaman merasakan adanya ancaman maka berupaya untuk mendorong audiens agar melaku-
proses selanjutnya akan berjalan. Pada tahap ini, kan sesuai dengan yang ia inginkan dengan me-
pada dasarnya adalah agar efikasi yang terdapat nyertakan adanya konsekuensi negatif yang akan
dalam pesan dapat memotivasi khalayak untuk dialami oleh audiens. Secara umum, penggunaan
memproteksi dirinya, maka pesan efikasi harus fear appeals efektif dalam mempengaruhi sikap,
mampu menunjukkan efektivitas dalam meng- intentions dan perilaku (Tannenbaum, et al,
atasi ancaman yang ada dan dapat meyakinkan 2015). Fear appeals juga dianggap effektif dalam
individu yang menerima pesan ancaman bahwa ia meningkatkan ad interest, involvement, recall dan
mampu untuk melaksanakan efikasi diri. Seorang persuasiveness (La Tour, Snipes & Bliss, 1996).
individu akan termotivasi untuk menerima pesan So (2013) dalam penelitiannya memperkenal-
agar melindungi diri dari bahaya melalui respon kan konsep Extension of The Extended Parallel
pengendalian bahaya jika ia yakin terhadap efi- Process Model (E-EPPM) sebagai jawaban atas
kasi yang diberikan memadai ketika merasakan kekurangan konsep EPPM. Konsep yang ditawar-
adanya bahaya. kan So (2013) pada dasarnya menawarkan alter-
Sebagaimana yang dijelaskan dalam E-EPPM natif definisi atas penerimaan risiko sebagai ele-
oleh So (2013), ketika seorang individu merasa- men utama model dan pemikiran bahwa adanya
kan tidak yakin dengan efikasi yang diberikan, tendensi dari individu untuk mencari informasi
ia tidak serta merta memotivasi dirinya menjadi atau mengumpulkan informasi yang mengancam
lebih defensif. Namun, ketika seorang individu yang bisa digunakan untuk memprediksi apa-
merasa tidak yakin dengan efikasi yang diberi- kah individu tersebut akan mengaktifkan proses
kan, ia akan berupaya untuk menentukan apa- kontrol rasa takut atau mencari informasi lebih
kah akan mencari informasi untuk memperkuat lanjut hingga mencapai ambang batas (threshold)
efikasi atau tidak. Jika ia berupaya mencari in- tertentu. Dengan demikian konsep yang ditawar-
formasi maka hal itu akan meningkatkan efikasi kan oleh So (2013) lebih luas dibandingkan kon-
yang ada, yang pada gilirannya akan merubah in- sep EPPM Witte (1998). Hal ini disebabkan kon-
dividu untuk melindungi dirinya melalui motivasi sep So (2013) mencakup faktor kognitif dan faktor
proteksi. Namun demikian, jika ia tidak berupaya afektif. Kajian teoritis yang dilakukan berupaya
untuk mencari informasi, dan malah nolak pesan untuk menempatkan kembali peranan emosi rasa
ancaman tersebut, maka ia bertendensi pada mo- takut yang dimiliki oleh individu ke dalam model
tivasi defensif. EPPM.
Oleh sebab itu, untuk menjawab apakah komu- Perbedaan konsep E-EPPM dengan EPPM di-
nikasi persuasi pendekatan rasa takut memiliki dasari oleh adanya perbedaan dalam konstruksi
efektivitas yang tinggi pada komunikasi kebija- definisi risiko. Yates dan Stone (1992) dalam So
kan publik dalam program amnesti pajak, peneliti (2013) menyatakan bahwa terdapat tiga elemen
akan mengkaji lebih lanjut dalam penelitian ini. yang digunakan untuk mengkonstruksi suatu
Berdasarkan itu pula, maka permasalahan pene- risiko, yaitu kerugian (loss), besaran kerugian,
litian yang diangkat dapat dirumuskan ke dalam dan ketidakpastian terkait dengan kerugian.
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a) apa- Ketiga elemen tersebut kemudian disesuaikan
kah terdapat perbedaan antara pengaruh peneri- dengan konteks komunikasi kesehatan, sehingga
maan pesan ancaman tinggi dan rendah terhadap konsep kerugian selalu melekat pada risiko kese-
motivasi proteksi; b) apakah terdapat perbedaan hatan. Maka ketika membahas risiko kesehatan
antara pengaruh penerimaan pesan efikasi kuat selalu menyiratkan adanya konsep kerugian. Ti-
dan lemah terhadap motivasi proteksi; dan c) apa- dak heran apabila persepsi risiko dikonseptu-
kah terdapat interaksi antara pengaruh peneri- alisasikan pada dua konsep yakni signifikansi
maan pesan ancaman dan pesan efikasi terhadap kerugian (severity) dan ketidakpastian kerugian

141
Nico Aditia, Pesan Efikasi dengan Pendekatan Ancaman dalam Komunikasi Kebijakan Publik

(suseptibilitas). Dan penerimaan risiko selalu menghadapi ketidakpastian. Hal ini mirip dengan
dikonseptualisasikan dengan penerimaan sig- kondisi suseptibilitas pada komponen kognitif.
nifikansi kerugian dan penerimaan ketidakpas- Terkait dengan hal tersebut, So (2013) kemudi-
tian kerugian. Kadangkala peneliti juga meng- an mengkonseptualisasi perspesi risiko ke dalam
konseptualisasikan dan mengoperasionalisasikan empat bagian, yang terdiri dari dua komponen
penerimaan risko hanya sebagai penerimaan kognitif (peneriman signifikansi dan suseptibili-
ketidakpastian kerugian dan bukan kombinasi tas yang diasosiasikan dengan kerugian) dan dua
keduanya. komponen afektif (rasa takut dan cemas). Keem-
Pendekatan kognitif menurut So (2013) men- pat bagian tersebut membentuk hubungan yang
jadi perspektif yang sangat dominan dalam pe- respirokal, dinamis, dan kausalitas.
nelitian mengenai persepsi atas risiko. Meski Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
demikian terdapat penelitian yang mengungkap- persepsi atas risiko adalah respon afektif dan
kan bahwa selain kognitif, emosi juga berperan kognitif terhadap sebuah ancaman yang dinilai
penting dalam elemen persepsi risiko. Misalnya memiliki potensi untuk terjadi dan memiliki kon-
Slovic et.al (2004) mengidentifikasikan afeksi sekuensi serius jika terjadi. Sehingga penilaian
dan emosi sebagai elemen kunci dalam persepsi terhadap sebuah ketidakpastian dan signifikan-
risiko. Senada, Loewnstein et.al (2001) juga men- si juga dibarengi oleh rasa cemas dan takut. Hal
gidentifikasikan bahwa risiko adalah perasaan tersebut menunjukkan bahwa terdapat kondisi
yang terdapat dalam sebuah komponen kognitif. kognitif-afektif saat seseorang menerima suatu
Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh risiko.
Finuance et.al (2000) menemukan bahwa indi- Sebelum So (2013), sebenarnya sudah ter-
vidu menggunakan afeksi heuristik untuk mem- dapat beberapa upaya untuk mengekstensi mod-
buat penilaiian risiko. Dalam hal ini afeksi bertin- el EPPM yang dikembangkan oleh Witte (1993;
dak sebagai sakelar atau sebagai isyarat adanya 1998) dengan menambahkan variabel-variabel ke
penilaian. Perasaan digunakan untuk menilai dalam prosesnya. Hong (2011) juga berupaya un-
apakah suatu hal memiliki risiko atau tidak. Den- tuk mengekstensi model EPPM dengan menam-
gan kata lain, afeksi heuristik digunakan untuk bahkan konsep kesadaran kesehatan sebagai
mendikotomi dampak positif atau negatif dalam sebuah prediktor dari empat variabel utama.
spektrum emosi untuk menjelaskan peran dari Ia menemukan bahwa ketika perceived severi-
afeksi dan emosi dalam penerimaan risiko. Ber- ty, response efficacy, dan self efficacy dimediasi
dasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan oleh hubungan antara kesadaran kesehatan dan
bahwa secara heuristik perspepsi risiko mema- penerimaan pesan, perceived susceptibility tidak
sukan komponen kognitif dan komponen afektif. termediasi. Variabel lain yang coba dimasukan
Keduanya saling terkait dan tidak dapat didikoto- ke dalam EPPM adalah efikasi kolektif. Efikasi
mikan. Dengan demikian, agar lebih komprehen- kolektif disini merujuk pada kepercayaan dari se-
sif dalam mengkonseptualisasikan persepsi risiko buah kelompok bahwa kelompoknya memiliki ke-
maka komponen kognitif dan komponen afektif mampuan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal
keduanya harus digunakan. Perspektif baru atas ini kemudian diteliti oleh Smith dan koleganya
penerimaan risiko ini meningkatkan kemampuan dalam sebuah komunitas di Namibia. Smith men-
dalam memprediksi dan memberikan penjelasan emukan bahwa efikasi kolektif yang besar untuk
yang menyertakan risiko sebagai sebuah elemen mengatasi isu sosial terkait dengan peningkatan
kunci. anak yatim piatu akibat HIV/AIDS mempredik-
Lazarus (1991) dalam So (2013) memperke- si keyakinan anggota kelompok lain dalam suatu
nalkan teori penilaian kognitif yang mengasum- kelompok.
sikan terdapat hubungan orang-lingkungan yang Selain persepsi risiko, kelemahan lain yang
diaktivasi oleh emosi tertentu. Hubungan ini ditemukan So (2013) dalam EPPM adalah peng-
berarti diasumsikan diperoleh melalui penilaian abaian kemungkinan dan implikasi dari pencar-
kognitif. Dengan kata lain, Lazarus (1991) mem- ian informasi oleh seseorang yang terekspose pe-
postulasikan bahwa jika seseorang menilai ia ber- san menakutkan. Hal ini terjadi karena EPPM
hubungan dengan lingkungannya melalui cara mengasumsikan bahwa ketika seorang individu
tertentu (misalnya menghadapi kemungkinan menerima pesan ancaman yang tinggi yang mer-
ancaman), maka akan diikuti oleh emosi tertentu eka tidak yakin dapat menghindarinya, mereka
melekat pada pola penilaian (misalnya kecema- secara otomatis akan membentuk motivasi defen-
san). Menurutnya, dalam kondisi seperti itu maka sif. Hal tersebut tentu saja tidak realistis karena
emosi lain dapat muncul misalnya rasa marah, ketika terekspose pesan yang menakutkan, seseo-
cemas, ngeri, rasa bersalah, malu, sedih, jijik, ba- rang boleh jadi mencoba untuk mencari informasi
hagia atau bangga. Namun demikian, emosi yang terlebih dahulu sehingga mempengaruhi tingkat
terkait dengan komponen kognitif adalah rasa ta- persepsi risiko atau boleh jadi ia mencari tahu
kut dan cemas. Rasa takut sendiri muncul keti- bagaimana menghindari bahaya tersebut. Hal ini
ka situasi ancaman dianggap serius yang terkait didukung oleh penelitian yang menemukan bah-
dengan fisik dan psikologis. Hal ini mirip dengan wa intensi orang untuk mencari informasi dan
kondisi signifikansi atas kerugian pada komponen ikut serta dalam komunikasi interpersonal men-
kognitif. Sementara, kecemasan muncul ketika genai isu kesehatan meningkat setelah diberikan

142
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume VI, Nomer 2, Oktober 2017

eksposure kampanye pesan. Bahkan, pencarian • Proposisi 3. Sebelumnya: Kognisi mengenai


informasi tersebut meningkat ketika seorang in- ancaman dan efikasi menyebabkan perubah-
dividu tidak memperoleh efikasi untuk mengh- an sikap, intensi atau perilaku. Menjadi: Kog-
indari ancaman potensial. Penelitian yang dilaku- nisi mengenai ancaman menyebabkan rasa
kan oleh Rimal & Real (2003) juga menemukan takut dan kecemasan, yang pada gilirannya
bahwa partisipan yang diberikan pesan dengan mengaktivasi proses penilaian koping. Kog-
risiko tinggi dan pesan efikasi yang rendah soal nisi, emosi dan efiskasi secara bersama-sama
kesehatan berupaya untuk mencari informasi di menyebabkan perubahan sikap, intensi atau
media dan diskusi interpresonal. perilaku.
Ketika menghadapi ancaman yang potensial, • Proposisi 5. Ketika penerimaan ancaman
individu mempunyai gaya yang berbeda dalam meningkat ketika penerimaan efikasi moder-
pencarian informasi yang membantu mereka at, penerimaan pesan akan meningkat pada
meredakan stres. Lebih khusus, individu memili- awalnya, dan kemudian menurun, menghasil-
ki tendensi yang stabil untuk melakukan apakah kan fungsi U-Shape yang berbentuk terbalik.
akan melakukan upaya untuk memonitor atau • Proposisi 6. Sebelumnya: rasa takut menye-
mengaburkan informasi yang mengancam. Jika babkan respon kontrol rasa takut. Menjadi:
individu cenderung untuk memonitor maka ia Rasa takut dan kecemasan menyebabkan
cenderung untuk melakukan observasi terhadap baik respon kontrol bahaya dan respon kon-
lingkungannya dan mencoba untuk mendeteksi trol rasa takut secara tidak langsung melalui
isyarat atau simbol yang dapat memprediksi pen- proses penilaian koping.
galaman yang tidak menyenangkan. Mereka ter- • Proposisi 7. Sebelumnya: ketika penerimaan
motivasi untuk mempelajari informasi mengenai efikasi tinggi, rasa takut secara tidak langsung
risiko dan status yang ada sebagai bagian strate- mempengaruhi outcome kontrol bahaya, yang
gi atau upaya untuk menurunkan risiko. Sejalan dimediasi oleh penerimaan ancaman. Menja-
dengan fokus kognitif-atensi pada ancaman yang di: Rasa takut dan kecemasan secara langsung
mengaktivasi kecemasan, mereka kemudian menyebabkan proses penilaian koping. Kemu-
mengalami dorongan yang memotivasi untuk dian, secara tidak langsung mempengaruhi
mencari informasi tambahan untuk meyakinkan outcome kontrol bahaya melalui proses pe-
diri sendiri. Dengan kata lain, strategi monitor nilaian koping.
mencari informasi tambahan untuk mengurangi • Proposisi 8. Ketika penerimaan efikasi tinggi,
ketidakpstian dan menyebabkan kecemasan. Se- terdapat hubungan timbalbalik antara pener-
baliknya, seseorang yang menggunakan strategi imaan ancaman dan rasa takut.
blunter (tumpul) melakukan hal yang berkeba- • Proposisi 11. Penerimaan ancaman menentu-
likan dengan orang yang melakukan strategi kan intensitas dari sebuah respon (seberapa
monitor. Mereka lebih memilih untuk mengh- kuat respon) dan penerimaan efikasi menen-
indari informasi yang mengancam dengan cara tukan sifat respon (apakah kontrol rasa takut
mengalihkan diri sendiri dari informasi yang ter- atau kontrol bahaya).
kait dengan informasi ancaman yang diberikan
sebelumnya. Upaya mengindari detail informasi Pengujian E-EPPM dilakukan dengan cara
tersebut membantu untuk membendung dampak mengukur faktor afektif atau emosi sebagai pros-
psikologis pada ancaman potensial. Oleh sebab es sentral melalui dua cara yakni secara seder-
itu, menurut So (2013), pencarian informasi sudah hana ditanyakan kepada responden mengenai
selayaknya dimasukkan dalam konsep EPPM. emosi apa saja yang dirasakan. Selain itu, untuk
Berdasarkan masih adanya keterbatasan meningkatkan reabilitas penelitian dalam pen-
EPPM, So (2013) kemudian mengajukan rasa ta- gukuran, dilakukan dengan cara menggunakan
kut dan kecemasan sebagai penyebab langsung beberapa beberapa kata sifat yang dapat mem-
dari respon kontrol bahaya dan respon kontrol bangkitkan rasa takut, seperti “fearful”, “affraid”,
rasa takut, yang dimoderasi oleh efikasi keper- “freightened”, dan “scared”. Sementara dalam hal
cayaan. Dengan kata lain, proses penilaian an- kecemasan, ditekankan dalam bentuk perasaan
caman dalam E-EPPM segera diikuti oleh kemun- “apprehension, tension, nerveousness dan worry”.
culan rasa takut dan kecemasan, yang kemudian Selain itu juga digunakan skala yang valid un-
menginisiasi proses penilaian koping. Berdasar- tuk mengukur emosi yang dirasakan secara tidak
kan pengembangan tersebut, So (2013) merevisi langsung. Skala itu adalah State/Trait Anxiety
dan menambahkan beberapa proposi pada propo- Inventory (STAI; Spielberger, 1983), yang memi-
sisi yang disampaikan Witte (1998) sebagaimana liki dua subskala yaitu STAI-S dan STAI-T yang
berikut: sudah secara umum telah digunakan untuk men-
• Proposisi 1. Ketika penerimaan pesan an- gukur rasa cemas.
caman rendah yang diterima rendah ketim- So (2013:81-82) juga menekankan pentingnya
bang pesan efikasi, maka tidak ada proses leb- memperhatikan urutan proses komunikasi ketika
ih lanjut dari pesan. menggunakan model E-EPPM ini. Hal ini dilaku-
• Proposisi 2. Ketika penerimaan pesan an- kan agar efek adaptasi perilaku atau kontrol ba-
caman yang diterima meningkat ketika pesan haya dapat tercapai. Urutan pesan yang efektif
efikasi tinggi, maka pesan akan diterima. dimulai dari penilaian ancaman. Hal tersebut

143
Nico Aditia, Pesan Efikasi dengan Pendekatan Ancaman dalam Komunikasi Kebijakan Publik

dilakukan agar dapat tercapai efek adaptasi per-


ilakunya (dalam hal ini kontrol bahaya). Disa- Tabel 1. Matriks Eksperimen
rankan agar memulai urutan pesan supaya efek-
tif dimulai dari penilaian ancaman, agar dapat
membangkitkan emosi sehingga termotivasi un-
tuk melakukan penilaian koping. Oleh sebab itu,
terdapat poin-poin penting yang harus diperhati-
kan dalam model E-EPPM ini diantaranya adalah
pesan ancaman, pesan efikasi, motivasi defensif,
pencarian informasi dan motivasi proteksi.
Untuk membuktikannya, penelitian ini meng-
gunakan hipotesis sebagai berikut. (1) Terdapat Instrumen penelitian yang akan diguakan
perbedaan antara pengaruh penerimaan pesan dalam penelitian ini adalah manipulasi iklan
ancaman tinggi dan rendah terhadap motivasi amnesti pajak. Peneliti membuat “manipulasi”
proteksi; (2) Terdapat perbedaan antara pen- dengan memberikan perlakuan iklan amnesti
garuh penerimaan pesan efikasi kuat dan lemah pajak yang berisi pesan ancaman dengan tingkat
terhadap motivasi proteksi; dan (3) Terdapat per- rendah dan tinggi dan pesan efikasi dengan ting-
bedaan pengaruh interaksi antara penerimaan kat rendah dan tinggi. Misalnya, pesan ancaman
pesan ancaman dan pesan efikasi terhadap moti- tingkat rendah dalam bentuk kalimat “Anda
vasi proteksi. mungkin dapat dikenakan denda karena tidak
Metode Penelitian ikut alam program amnesti pajak” dan pesan an-
Penelitian ini menggunakan eksperimen labo- caman tingkat tinggi dalam bentuk kalimat “Pu-
raturium dengan menggunakan desain antarsub- nya penghasilan atau harta tambahan tapi tidak
jek (between subject design). Model ini melibatkan lapor pajak? Pasti kena denda 200%”. Sementara
empat kelompok eksperimen (sampel) karena pesan efikasi tingkat rendahnya dalam bentuk
menggunakan two factorial design factor atau kalimat “Penuhi kewajiban Anda, orang bijak taat
factorial 2x2. Open recruitment dilakukan untuk pajak, dukung program amnesti pajak” dan pesan
mendapatkan 80 mahasiswa perguruan tinggi se- efikasi tingkat tingginya dalam bentuk kalimat
bagai partisipan eksperimen. Penempatan parti- “Selamatkan harta Anda, Ayo ikut Amnesti Pa-
sipan ke dalam kelompok eksperimen dilakukan jak, Hubungi: 1500200, www.pajak.go.id/amnesti-
menggunakan teknik random assignment sesuai pajak”. Peserta yang diberikan instrument pene-
dengan desain experiment factorial 2x2. Penggu- litian harus bisa dikesankan bahwa pesan dalam
naan mahasiswa sebagai subjek penelitian ban- iklan tersebut adalah faktual. Dari empat kelom-
yak digunakan dalam studi eksperimen dan mer- pok eksperimen nantinya akan diberikan konten
upakan hal yang secara ilmiah dapat dibenarkan. pesan yang sama tentang amnesti pajak namun
Hal ini telah dikonfirmasi dalam penelitian yang dengan tingkat pesan ancaman dan pesan efikasi
dilakukan oleh Druckman (2009), Liyanarachchi yang berbeda-beda.
(2007) dan Mintz, Redd & Vedlitz (2006). Ketiga Sebelum eksperimen dilakukan, peneliti akan
penelitian tersebut mengisyaratkan bahwa peng- melakukan pilot test eksperimen kepada 10 orang
gunaan mahasiswa sebagai subjek penelitian untuk menguji instrument eksperimen yang akan
dapat dilakukan karena dapat menggambarkan digunakan. Hal ini dikenal dengan sebutan ma-
perilaku subjek penelitian pada umumnya. Peng- nipulation check atau proses untuk memeriksa
gunaan mahasiswa sebagai partisipan diharap- variabel dependen dan independen secara teoritis
kan dapat menggambarkan perilaku yang ditun- guna memeriksa pengukuran validitas apakah
jukkan oleh wajib pajak ketika menerima pesan eksperimen yang akan dilangsungkan memiliki
ancaman terkait kebijakan amnesti pajak. Par- efek yang sesuai. Menurut Neuman (2007), ma-
tisipan sendiri berjumlah 80 orang yang terdiri nipulation check dilakukan untuk mengatasi an-
dari 59 orang peserta laki-laki atau 78.3% dan 21 caman validitas internal.
orang peserta persempuan atau 21.7%. Ke-80 pe- Pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan
serta tersebut terbagi menjadi 4 kelompok yang membagi partisipan menjadi empat kelompok. Pe-
terdiri dari 20 orang. Keseluruhan partisipan be- serta kemudian diberikan instrument penelitian.
rasal dari mahasiswa perguruan tinggi di Jakar- Setelah mereka melihatnya, langsung diberikan
ta. Penggunaan mahasiswa di jakarta dilakukan posttest dengan menggunakan kuesioner. Pen-
dengan pertimbangan bahwa Jakarta merupakan gukuran jawaban kuesioner meggunakan skala
daerah yang memberikan setoran pajak terbesar Likert dan indeks. Jawaban kuesioner tersebut
di Indonesia. Pengambilan partisipan perempuan digunakan untuk dianalisis menggunakan ano-
dan laki-laki dilakukan tidak secara proporsion- va dengan analisis varians dua arah. Analisis
al. Penempatan peserta laki-laki maupun perem- dilakukan pada seluruh kelompok untuk men-
puan dilakukan secara acak ke dalam kelompok getahui apakah 1) terdapat perbedaan motivasi
yang sudah ditentukan. proteksi antara pengaruh penerimaan pesan an-
Sementara itu, penempatan subjek eksperi- caman tinggi dan rendah, 2) terdapat perbedaan
men ke dalam kelompok eksperimen dilakukan motivasi proteksi antara pengaruh penerimaan
melalui random assignment. pesan efikasi kuat dan lemah, dan 3) terdapat per-

144
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume VI, Nomer 2, Oktober 2017

bedaan pengaruh interaksi antara factor peneri- dap ancaman. Jika dalam pesan ancaman rendah
maan pesan ancaman dan pesan efikasi terhadap respon cenderung tidak maladaptif, Karena sub-
motivasi proteksi. jek tidak menyangkal bahwa pesan ancaman ter-
sebut diberikan kepadanya. Namun pada pesan
Hasil Penelitian ancaman tinggi, respon yang diberikan mengarah
Mayoritas partisipan mengkonsumsi media pada respon maladaptif. Subjek penelitian mulai
internet dalam intensitas yang tinggi, baik lebih menunjukkan adanya penyangkalan terhadap pe-
dari 1 jam dan kurang dari 1 jam tiap harinya san ancaman yang diterima.
yang mencapai 76.3%. Bahkan semua partisipan Penyangkalan tersebut merupakan bentuk
mengkonsumsi internet hampir setiap harin- keragu-raguan terhadap pesan ancaman. Kera-
ya. Setelah itu disusul oleh konsumsi TV, radio gu-raguan disini boleh jadi keragu-raguan terha-
dan majalah. Sementara untuk konsumsi koran, dap apakah bahaya yang terkandung dalam pe-
mayoritas partisipan jarang membaca koran dan san ancaman akan dideritanya maupun apakah
17.5% diantaranya mengaku tidak pernah mem- kerugian yang terkandung dalam pesan ancaman
baca koran. membuatnya menderita pada level tertentu. Se-
baliknya, ketika pesan ancaman menurun, terda-
Tabel 2. Rangkuman Hasil Pengolahan Data Variabel Motivasi pat perubahan dari kecenderungan menurunnya
Proteksi respon maladaptif. Meskipun subjek penelitian
terlihat ragu terhadap bahaya yang akan dideri-
tanya ketika pesan ancaman tinggi, tapi ketika
level pesan ancaman rendah, subjek terlihat lebih
yakin bahwa pesan ancaman yang diterimanya
akan menimbulkan bahaya bagi dirinya. Sehing-
ga, pesan ancaman yang diberikan cenderung un-
Sumber: Hasil olahan peneliti tuk diterima tanpa penyangkalan.
Pada hipotesis 3 dinyatakan terdapat perbeda-
Dari hasil pengujian ANOVA, dapat diketahui an antara pengaruh penerimaan pesan ancaman
beberapa temuan berikut. Pada hipotesis 1 din- tinggi dan rendah terhadap pencarian informasi.
yatakan terdapat perbedaan antara pengaruh Hasil pengujian membuktikan bahwa bukti empi-
penerimaan pesan ancaman tinggi dan rendah ris mendukung hipotesis yang ada (nilai sig. 0.022
terhadap motivasi proteksi. Hasil pengujian < 0.05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ter-
menunjukkan bahwa hipotesis 1 tidak didukung dapat perbedaan pencarian informasi pada kelom-
oleh bukti empiris dalam penelitian ini (nilai sig pok subjek yang menerima pesan ancaman tinggi
0.226 > 0.05). Artinya, penelitian ini tidak berha- ketimbang kelompok subjek yangmeneirma pesan
sil memberi bukti bahwa penerimaan pesan an- ancaman rendah. Perbedaan tersebut terjadi baik
caman yang berbeda akan memberikan pengaruh pada kelompok yang menerima efikasi rendah
yang secara signifikan berbeda pula pada motiva- maupun tinggi. Perbedaan nilai rerata pencarian
si proteksi dari partisipan. informasi ini menunjukkan adanya upaya yang
Pada hipotesis 2 dinyatakan terdapat perbe- dilakukan oleh subjek untuk meminimalisir atau
daan antara pengaruh penerimaan pesan an- mengihilangkan rasa takut yang dideritanya. Se-
caman tinggi dan rendah terhadap motivasi makin tinggi level ancaman yang diterima, makin
defensif. Hasil pengujian menunjukkan bahwa hi- besar rasa takut yang diderita. Semakin besar
potesis didukung oleh bukti empiris dalam peneli- rasa takut yang diderita maka semakin mening-
tian ini (nilai sig 0.000 < 0.05). Temuan penelitian kat upaya untuk mencari informasi yang dapat
menunjukkan bahwa ketika pesan ancaman diu- meminimalisir atau menghilangkan rasa takut
bah dari rendah menjadi tinggi, baik dalam kondisi tersebut. Peningkatan upaya pencarian informasi
efikasi rendah maupun tinggi, terdapat kenaikan. ini merubah sikap subjek penelitian terhadap pro-
Kenaikan ini menandakan bahwa penerimaan gam amnesti pajak yang disampaikan melalui pe-
pesan ancaman menunjukkan reaksi maladaptif. san tersebut. Sebaliknya ketika ancaman rendah,
Dengan kata lain, terdapat kecenderungan ada- upaya untuk mencari informasi lebih lanjut juga
nya pengingkaran pada pesan ancaman. Subjek rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa rasa tak-
penelitian, ketika menerima pesan ancaman pada ut yang muncul akibat menerima pesan ancaman
level yang rendah cenderung menerima pesan rendah mampu ditanggulangi dengan pencarian
tersebut. Dari pertanyaan yang diberikan meng- informasi yang rendah pula.
indikasikan bahwa subjek meyakini bahwa pesan
tersebut ditunjukkan kepadanya. Namun ketika Diskusi dan Pembahasan
level ancaman ditingkatkan, terdapat perubahan Merangkum penjelasan diatas, dapat disam-
reaksi subjek penelitian. Subjek penelitian terli- paikan bahwa hasil penelitian telah memberikan
hat ragu apakah pesan ancaman yang diberikan bukti empiris dan menyimpulkan bahwa tidak
tersebut ditujukan kepadanya atau tidak. Kera- terdapat perbedaan motivasi proteksi antara
guan tersebut telihat dari pergeseran rerata jawa- penerimaan pesan ancaman tinggi dan peneri-
ban yang diberikan. Artinya, peningkatan level maan pesan ancaman rendah. Artinya temuan
pesan ancaman memiliki arti dalam respon terha- empiris pada penelitian ini tidak mengkonfirma-

145
Nico Aditia, Pesan Efikasi dengan Pendekatan Ancaman dalam Komunikasi Kebijakan Publik

si penelitian terdahulu. Temuan kedua, terdapat Hasil penelitian ini memberikan implikasi se-
perbedaan motivasi proteksi antara penerimaan cara teori bahwa pesan ancaman saja tidak serta
pesan efikasi tinggi dan penerimaan pesan efikasi merta mempengaruhi motivasi defensif. Temuan
rendah. Artinya temuan empiris dalam penelitian ini melengkapi penelitian terdahulu yang menya-
ini mengkonfirmasi temuan pada studi terdahulu. takan bahwa penerimaan pesan ancaman memi-
Temuan ketiga, terdapat pengaruh interaksi an- liki pengaruh terhadap motivasi proteksi. Pesan
tar faktor penerimaan pesan ancaman dan pener- ancaman saja tidak serta merta mengarahkan
imaan pesan efikasi terhadap motivasi proteksi. penerima pesan untuk memberikan respon adap-
Artinya bukti empiris dalam penelitian ini meng- tif. Diperlukan elemen lain untuk mempengaruhi
konfirmasi terhadap studi terdahulu. penerima pesan agar memiliki motivasi proteksi.
Temuan empiris penelitian membuktikan ti- Hasil penelitian ini dapat menjelaskan bahwa
dak adanya perbedaan antara pengaruh peneri- penerimaan pesan ancaman dalam komunikasi
maan pesan ancaman tinggi dan rendah terhadap kebijakan publik, khususnya program amnesti
motivasi proteksi. Perbedaan level yang terdapat pajak tidak memiliki dampak yang berbeda apa-
dalam pesan ancaman secara statistic tidak mem- bila menggunakan pesan ancaman tinggi atau
pengaruhi motivasi proteksi subjek penelitian. rendah. Penggunaan pesan ancaman rendah atau
Temuan penelitian ini berbeda dengan penelitian tinggi sebagai instrument untuk mempersuasi
yang dilakukan oleh Gharlipour et.al (2015) yang wajib pajak tidak memiliki dampak yang berbe-
menemukan bukti empiris bahwa penerimaan an- da. Dengan catatan, penggunaan pesan ancaman
caman memiliki pengaruh yang signifikan terha- ini bersifat tunggal, artinya tidak dikolaborasikan
dap motivasi proteksi. Perbedaan hasil penelitian dengan pesan efikasi.
dengan penelitian yang dilakukan Gharlipour et.al Temuan empiris dalam penelitian ini mem-
(2015) disinyalir terjadi karena beberapa hal. Per- buktikan adanya perbedaan antara pengaruh
tama, perbedaan penggunaan metode dan desain penerimaan pesan efikasi kuat dan lemah terha-
penelitian. Gharlipour et.al (2015) menggunakan dap motivasi proteksi. Efikasi yang tinggi memi-
studi quasi-experimental dengan partisipan diba- liki pengaruh terhadap motivasi proteksi. Hal ini
gi menjadi dua kelompok yakni kelompok kontrol disebabkan pesan efikasi merupakan solusi atas
dan kelompok treatment, sedangkan penelitian rasa takut yang muncul akibat penerima pesan
ini menggunakan studi true-experimental yang diterpa pesan ancaman. Temuan ini sejalan den-
dibagi menjadi empat kelompok dengan paparan gan hasil penelitian Hart & Feldman (2016) yang
pesan ancaman dan efikasi yang berbeda. Kedua, menemukan bahwa pesan efikasi memiliki poten-
adanya pemahaman mengenai pesan ancaman si untuk ikut berpartisipasi dalam keterlibatan
yang telah dimiliki sebelumnya. Peneliti mendu- masyarakat dalam perubahan iklim. Hasil peneli-
ga bahwa partisipan telah memiliki pemahaman tian ini juga sejalan dengan konsep E-EPPM yang
mengenai pesan ancaman yang diberikan dalam disampaikan oleh So (2013) yang menyatakan pe-
eksperimen karena sebelumnya telah terpapar san efikasi terkait dengan coping appraisal. Ke-
informasi mengenai perpajakan yang dilakukan tika pesan efikasi memadai untuk meneliminasi
oleh pemerintah. Sehingga, semua kelompok ek- rasa takut yang muncul akibat terpaan pesan an-
sperimen menunjukkan sikap reaktif terhadap caman, maka penerima pesan akan memberikan
pesan ancaman yang diberikan. Meski demikian, reaksi berupa motivasi proteksi. Hasil penelitian
hasil yang sedikit berbeda ditemukan oleh Lewis, ini sekaligus memberikan implikasi secara teori
et.al (2007) yang menemukan bukti empiris bah- bahwa peran pesan efikasi dalam konsep E-EP-
wa penerimaan pesan ancaman memiliki kontri- PM memiliki kedudukan yang cukup penting.
busi yang kurang begitu menonjol untuk merubah Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ketika
perilaku, padahal penerimaan pesan ancaman di- pembuat kebijakan akan melakukan komunika-
anggap sangat penting untuk meningkatkan per- si publik melalui pendekatan fear appeals, maka
hatian dan merubah perilaku penerima pesan. pesan efikasi (misalnya, Ayo Ikut Amnesti Pa-
Tidak adanya perbedaan motivasi proteksi jak, Hubungi: 1500200) merupakan faktor pent-
antara penerimaan pesan ancaman tinggi dan ing. Pesan efikasi menjadi penting karena dapat
penerimaan ancaman rendah yang terjadi dalam menjadi penentu apakah hasil yang dicapai akan
penelitian ini boleh jadi disebabkan oleh pengaruh sesuai dengan apa yang diharapkan. Temuan em-
faktor lain (efek historis) yang tidak bisa peneliti piris dalam penelitian ini membuktikan terdapat
isolasi. Faktor lain tersebut seperti pemahaman perbedaan pengaruh interaksi antara peneri-
subjek penelitian terhadap sanksi dan kebijakan maan pesan ancaman dan pesan efikasi terhadap
perpajakan yang mengikat bagi semua warga motivasi proteksi. Pesan ancaman maupun pesan
negara yang diduga mempengaruhi partisipan efikasi secara bersamaan memiliki pengaruh ter-
dalam merespon pesan rasa takut yang diberikan. hadap motivasi proteksi. Penelitian yang dilaku-
Terkait dengan hal itu dan berdasarkan temuan kan oleh Witte & Allen (2000) menyatakan bahwa
empiris dalam penelitian ini maka dalam konsep pesan ancaman yang kuat atau tinggi dan pesan
E-EPPM perlu untuk mempertimbangkan faktor efikasi yang kuat atau tinggi menghasilkan pe-
resonansi sebagai variabel yang memediasi fear & rubahan perilaku pada penerima pesannya. Hal
anxiety ketika menerima pesan ancaman dengan ini mengindikasikan bahwa interaksi antara pe-
coping appraisal. san ancaman dan pesan efikasi memiliki perbe-

146
Jurnal Komunikasi Indonesia Volume VI, Nomer 2, Oktober 2017

daan pengaruh terhadap motivasi proteksi. Hasil juga menjadi hal penting mengingat interaksi
temuan penelitian ini sebenarnya juga sejalan keduanya merupakan kunci sukses penyampaian
dengan konsep E-EPPM, dimana pesan ancaman informasi yang dapat mempengaruhi sikap dan
dan pesan efikasi secara bersama-sama mempen- perilaku penerima pesan agar bertindak sesuai
garuhi penerima pesan untuk memberikan reak- dengan apa yang diinginkan. Ketersediaan infor-
si berupa motivasi proteksi. Hasil penelitian ini masi pendukung mengenai kebijakan yang akan
memberikan implikasi secara teori bahwa konsep disampaikan melalui pendekatan rasa takut ha-
E-EPPM khususnya terkait dengan pesan an- rus lengkap. Hal ini mengingat ketika ternyata
caman. di lapangan pesan efikasi ternyata tidak mampu
mengatasi rasa takut yang muncul maka sesuai
Penutup dengan konsep E-EPPM, penerima pesan akan
Secara umum hasil penelitian ini mendukung mencari informasi yang diperlukan untuk men-
konsep atau teori yang disampaikan oleh So gatasi rasa takut yang tidak teratasi oleh pesan
(2013) tentang E-EPPM. Hasil temuan empiris efikasi. Dengan kata lain, sebelum menggunakan
pada penelitian ini menjelaskan pengaruh mas- pendekatan pesan ancaman, perlu dilakukan
ing-masing variabel yakni pesan ancaman dan diseminasi mengenai informasi yang eleven dan
pesan efikasi terhadap motivasi proteksi. Temuan terkait dengan kebijakan itu sendiri.
empiris tersebut sekaligus mengkonfirmasi peran Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan.
pesan ancaman dan pesan efikasi pada konsep Salah satu kelemahan dalam penelitian ini ada-
E-EPPM baik sendiri-sendiri maupun interaksi lah penggunaan variasi ancaman yang terbatas
antara keduanya. hanya pada dua level yakni level rendah dan ting-
Penelitian ini menemukan bahwa tidak ter- gi. Kelemahan lainnya adalah penggunaan varia-
dapat perbedaan antara pengaruh penerimaan si pesan efikasi yang juga terbatas pada dua level.
pesan ancaman tinggi dan rendah terhadap mo- Penggunaan variasi ancaman dan efikasi yang
tivasi proteksi. Hal ini diduga karena telah ter- terbatas pada dua level ini berakibat pada tidak
dapat pemahaman di benak subjek mengenai adanya bukti empiris mengenai penggunaan an-
perpajakan maupun aspek sanksinya. Oleh se- caman dan efikasi diantara kedua level tersebut.
bab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk Kelemahan lainnya adalah bahwa penelitian ini
membuktikan apakah terdapat perbedaan antara hanya menggunakan satu isu, yakni isu amnesti
pengaruh penerimaan pesan ancaman tinggi dan pajak. Idealnya penelitian mengenai fear appeal
rendah terhadap motivasi proteksi. Penelitian dilakukan terhadap beberapa isu, sehingga hasil
lebih lanjut perlu untuk dilakukan untuk menguji penelitian dapat menjawab pertanyaan peneli-
apakah dugaan peneliti tersebut benar. tian secara komprehensif. Sementara, kelemahan
Pemerintah, baik pemegang kebijakan komu- lainnya adalah adanya ancaman historis yang su-
nikasi maupun pembuat pesan persuasi, kiran- kar dikontrol. Hal ini terkait dengan pelaksanaan
ya perlu untuk memperhatikan dengan seksama penelitian yang bersamaan dengan pelaksanaan
unsur-unsur yang terdapat dalam pesan persuasi program amnesti pajak. Saran kedepan agar pe-
ancaman ketika akan menggunakannya sebagai nelitian serupa dapat menggunakan level pesan
bagian dari instrument kebijakan. Level pesan ancaman dan efikasi dengan variasi yang lebih
ancaman, pesan efikasi maupun ketersediaan banyak, tidak hanya dilakukan pada satu isu ter-
informasi pendukung merupakan hal penting tentu dan tidak dilakukan bersamaan dengan isu
yang harus diperhatikan. Selain itu, kesesuaian yang tengah diteliti.
antara level pesan ancaman dan pesan efikasi

147
Nico Aditia, Pesan Efikasi dengan Pendekatan Ancaman dalam Komunikasi Kebijakan Publik

Daftar Pustaka
Budiardjo, M. (2008). Dasar-dasar Ilmu Politik. Edisi Revisi. Jakarta: Etika Atmajaya dan Gramedia.
Gramedia. Sunarto. (2011). Paradigma dan Metode Penelitian Komunikasi di Indo-
Denzin, N. K. & Lincoln, Y. S. (2011). Qualitative Research. Thousand nesia. Dalam Ishak, A. (ed), Mix Methodology dalam Penelitian
Oaks, California: Sage Publications. Komunikasi. Jakarta: Aspikom (Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu
Flew, T. (2004). New Media, An Introduction. Oxford: Oxford University Komunikasi), Buku Litera Yogyakarta, dan Perhumas BPC Yog-
Press. yakarta.
Grant, A. E. & Wilkinson, J.S. (2009). Understanding Media Convergent. Taufiqurohman, M. (2005). Rancangan Strategi Manajemen Perubahan
New York: Oxford University Press. Proses
Hadad, T. (2011). Newsroom di Era Digital. Makalah seminar yang diada- Bisnis PT Tempo Inti Media (2014-2018). Jakarta: Sekolah Tinggi Mana-
kan Serikat Penerbit Pers di Jakarta. jemen PPM.
Haryatmoko. (2007). Etika Komunikasi. Yogyakarta: Kanisius Yin, R.K. (1994). Case Study Research, Design and Methods. Second Edi-
Holt, J. & Perren, A. (2009). Media Industries: History,Theory, and Method. tion. Thousand Oaks, California: Sage Publications.
West- Sussex: Wiley-Blackwell. (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/05/02/054600626/Survei.
Jenkins, H. (2006). Convergence Culture. New York, London: New York AJI. Banyak.Perusahaan.Media.Belum.Menggaji.Wartawan.den-
University Press. gan.Layak)
Kovach, B. & Rosenstiel, T. (2012). Blur: Bagaimana Mengetahui Kebe- Mayoritas Perusahaan Media Gaji Wartawan Rp3 Juta per Bulan
naran di (http://www.suara.com/news/2014/04/30/174307/mayoritas-perusa-
Era Banjir Informasi. Penterjemah Imam Shofwan dan Arif Gunawan Sulis- haan-media-gaji-wartawan-rp3-juta-per-bulan)
tiyono. Jakarta: Dewan Pers.
DKI Jakarta Tetapkan UMP 2017 Sebesar Rp 3,35 Juta
Littlejohn, S. W. & Foss, K. A. (2009). Encyclopedia of Communication The- http://bisnis.liputan6.com/read/2637688/dki-jakarta-tetapkan-ump-2017-
ory. California: Sage Publications. sebesar-rp-335-juta
McChesney, R. W. (1998). The Political Economy of Gobal Communica- APJII: Penetrasi Internet Capai 51,8% (132,7 Juta jiwa)
tion. Dalam (https://komite.id/2016/10/25/apjii-penetrasi-internet-capai-518-1327-juta)
McChesney, R. W., Wood, E.M., & Foster, J. B. (eds). Capitalism and the
Information Age, the Political Economy of the Global Communi- Lain-lain
cation Revolution. (pp. 1-26). New York: Monthly Review Press. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Moleong, L.J. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Kep-234/
PT Remaja Rosdakarya. Men/2003
Mosco, V. (2009). The Political Economy of Communication. Second Edi- Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Per-15/Men/
tion. London: Sage Publication Ltd. VII/2005
Pavlik, J. P. (1998). New Media Technology: Cultural and Commercial Per- Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor Per-11/Men/
spectives. Needham Heights, MA: Allyn & Bacon. VII/2010
Poespowardojo, S. & Seran, A. (2016). Diskursus Teori-Teori Kritis. Kritik Laporan Tahunan PT Tempo Inti Media Tbk 2012
atas Kapitalisme Klasik, Modern, dan Kontemporer. Jakarta : Pe- Laporan Tahunan PT Tempo Inti Media Tbk 2015
nerbit Buku Kompas. Media Scene 2014-2015
Sennett, R. (2006). The Culture of the New Capitalism. New Haven: Yale
University Press. Berita
Setyarso, B. & Hidayat, B. (2011). Cerita di Balik Dapur Tempo. Jakarta: Survei AJI: Banyak Perusahaan Media Belum Menggaji Wartawan dengan
Kepustakaan Populer Gramedia dan Majalah Tempo Layak
Sindhunata. (1983). Dilema Usaha Manusia Rasional. Jakarta: Pusat
Pengembangan

148

Anda mungkin juga menyukai