Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KASUS PELANGGARAN DILEMA ETIK

SISTEM INTEGUMEN

OLEH :

KELOMPOK 3
CINTYA DWI RIZAL
DELVI SUSANTI
DIAN RESTUTI
FEBTI MUTHIA
KING PERSON HERNANDO
LARASATI AKJULIMA
MIA YUNITA
MONICA AULIANDA
RESSY RAHMADANI
WILDA SYARIHASTUTI
TIKA YULASNI
YAUMIL REFTI

3A
S1 KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTI JAYA PADANG


2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirrobbil’aalamiin, puji dan syukur saya panjatkan Kehadirat Allah


SWT berkat rahmat serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan salah satu tugas pada mata
kuliah Sistem Muskuloskeletal ini.
Makalah ini berisikan tentang konsep etik dan dilema etik. Selain itu didalamnya juga
terdapat contoh kasus dilema etik keperawatan muskuloskeletal pada anak beserta dengan
cara penyelesaiannya.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan masukan yang
membangun sangat diharapkan untuk perbaikan baik dari segi isi materi maupun sistematika
penulisannya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan
sebagaimana mestinya.

Padang, 21 Desember 2018

Kelompok 3
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang berkecimpung untuk
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya. Salah satu
yang mengatur hubungan antara perawat pasien adalah etika. Istilah etika dan moral
sering digunakan secara bergantian. Sehingga perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang etik itu sendiri termasuk didalamnya prinsip etik dan kode etik.
Hubungan antara perawat dengan pasien atau tim medis yang lain tidaklah
selalu bebas dari masalah. Perawat profesional harus menghadapi tanggung jawab etik
dan konflik yang mungkin meraka alami sebagai akibat dari hubungan mereka dalam
praktik profesional. Kemajuan dalam bidang kedokteran, hak klien, perubahan sosial
dan hukum telah berperan dalam peningkatan perhatian terhadap etik. Standart
perilaku perawat ditetapkan dalam kode etik yang disusun oleh asosiasi keperawatan
internasional, nasional, dan negara bagian atau provinsi. Perawat harus mampu
menerapkan prinsip etik dalam pengambilan keputusan dan mencakup nilai dan
keyakinan dari klien, profesi, perawat, dan semua pihak yang terlibat. Perawat
memiliki tanggung jawab untuk melindungi hak klien dengan bertindak sebagai
advokat klien. Para perawat juga harus tahu berbagai konsep hukum yang berkaitan
dengan praktik keperawatan karena mereka mempunyai akuntabilitas terhadap
keputusan dan tindakan profesional yang mereka lakukan (Ismaini, 2001)
Dalam berjalannya proses semua profesi termasuk profesi keperawatan
didalamnya tidak lepas dari suatu permasalahan yang membutuhkan berbagai
alternative jawaban yang belum tentu jawaban-jawaban tersebut bersifat memuaskan
semua pihak. Hal itulah yang sering dikatakan sebagai sebuah dilema etik. Dalam
dunia keperawatan sering kali dijumpai banyak adanya kasus dilema etik sehingga
seorang perawat harus benar-benar tahu tentang etik dan dilema etik serta cara
penyelesaian dilema etik supaya didapatkan keputusan yang terbaik. Oleh karena itu
penulis menyusun suatu makalah tentang etik dan dilema etik supaya bisa dipahami
oleh para mahasiswa yang nantinya akan berguna ketika bekerja di klinik atau
institusi yang lain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep tentang etik dan dilema etik khususnya
dibidang keperawatan
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi etik
b. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tipe-tipe etika
c. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami teori etik
d. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami prinsip-prinsip etik
e. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi dan kode etik
keperawatan
f. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami dilema etik dan cara
penyelesainnya
g. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami contoh kasus dilema etik dan
penyelesainnya
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI ETIK
Etik adalah norma-norma yang menentukan baik-buruknya tingkah laku
manusia, baik secara sendirian maupun bersama-sama dan mengatur hidup ke arah
tujuannya ( Pastur scalia, 1971 ). Etika juga berasal dari bahasa yunani, yaitu Ethos,
yang menurut Araskar dan David (1978) berarti ” kebiasaaan ”. ”model prilaku” atau
standar yang diharapkan dan kriteria tertentu untuk suatu tindakan. Penggunaan istilah
etika sekarang ini banyak diartikan sebagai motif atau dorongan yang mempengaruhi
prilaku. (Mimin. 2002).
Dari pengertian di atas, etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan
bagaimana sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-
aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu : baik dan
buruk serta kewajiban dan tanggung jawab
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi
perilaku profesional. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik
merupakan istilah yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya
manusia berperilaku, apa yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.
Sehingga juga dapat disimpulkan bahwa etika mengandung 3 pengertian pokok yaitu :
nilai-nilai atau norma moral yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok
dalam mengatur tingkah laku, kumpulan azas atau nilai moral, misalnya kode etik dan
ilmu tentang yang baik atau yang buruk (Ismaini, 2001)
B. TIPE-TIPE ETIKA
1. Bioetik
Bioetika merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam
etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetika
difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu
kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology. Pada lingkup
yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etika pada moralitas treatment atau
inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup
yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin
membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan
takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan
pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik,
etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan.
2. Clinical ethics/Etik klinik
Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih memperhatikan pada
masalah etik selama pemberian pelayanan pada klien. Contoh clinical ethics :
adanya persetujuan atau penolakan, dan bagaimana seseorang sebaiknya merespon
permintaan medis yang kurang bermanfaat (sia-sia).
3. Nursing ethics/Etik Perawatan
Bagian dari bioetik, yang merupakan studi formal tentang isu etik dan
dikembangkan dalam tindakan keperawatan serta dianalisis untuk mendapatkan
keputusan etik. Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang
mengarahkan tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktek
keperawatan.  Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia,
sedangkan fokus etika keperawatan adalah sifat manusia yang unik (k2-nurse,
2009)
C. TEORI ETIK
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan
suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau
perspektif yang berlainan. Beberapa teori etik adalah sebagai berikut :
1. Utilitarisme
Sesuai dengan namanya Utilitarisme berasal dari kata utility dengan bahasa
latinnya utilis yang artinya “bermanfaat”. Teori ini menekankan pada perbuatan
yang menghasilkan manfaat, tentu bukan sembarang manfaat tetapi manfaat yang
banyak memberikan kebahagiaan kepada banyak orang. Teori ini sebelum
melakukan perbuatan harus sudah memikirkan konsekuensinya terlebih dahulu.
2. Deontologi
Deontology berasal dari kata deon dari bahasa yunani yang artinya kewajiban.
Teori ini menekankan pada pelaksanaan kewajiban. Suatu perbuatan akan baik
jika didasari atas pelaksanaan kewajiban, jadi selama melakukan kewajiban sudah
melakukan kebaikan. Teori ini tidak terpatok pada konsekuensi perbuatan dengan
kata lain teori ini melaksanakan terlebih dahulu tanpa memikirkan akibatnya.
(Aprilins, 2010)
D. PRINSIP-PRINSIP ETIK
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir
logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten
dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai
keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang lain. Otonomi merupakan
hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam
membuat keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan
atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang,
dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan
otonomi
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang
lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini
direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang
benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh
kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.
5. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien
dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan
dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada
agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman
dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien
tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan.
6. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang
perawat untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya kepada pasien.
7. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasinya. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien
hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat
memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti
persetujuan.  (Geoffry hunt. 1994)
E. DEFINISI DAN KODE ETIK KEPERAWATAN
Etik keperawatan adalah norma-norma yang di anut oleh perawat dalam
bertingkah laku dengan pasien, keluarga, kolega, atau tenaga kesehatan lainnya di
suatu pelayanan keperawatan yang bersifat professional. Perilaku etik akan dibentuk
oleh nilai-nilai dari pasien, perawat dan interaksi sosial dalam lingkungan. Tujuan
dari etika keperawatan adalah :
1. Mengidentifikasi, mengorganisasikan, memeriksa dan membenarkan tindakan-
tindakan kemanusiaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tertentu
2. Menegaskan tentang kewajiban-kewajiban yang diemban oleh perawat dan
mencari informasi mengenai dampak-dampak dari keputusan perawat.
Sedangkan Kode etik keperawatan merupakan suatu pernyataan komprehensif dari
profesi yang memberikan tuntutan bagi anggotanya dalam melaksanakan praktek
keperawatan, baik yang berhubungan dengan pasien, keluarga masyarakat, teman
sejawat, diri sendiri dan tim kesehatan lain. Pada dasarnya, tujuan kode etik
keperawatan adalah upaya agar perawat, dalam menjalankan setiap tugas dan
fungsinya, dapat menghargai dan menghormati martabat manusia. Tujuan kode etik
keperawatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien,
teman sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan
maupun dengan profesi lain di luar profesi keperawatan.
2. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang silakukan oleh praktisi
keperawatan yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan
tugasnya.
3. Untuk mempertahankan bila praktisi yang dalam menjalankan tugasnya
diperlakukan secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat.
4. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan kepoerawatan agar
dapat menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan.
5. Memberikan pemahaman kepada masyarakat pemakai / pengguna tenaga
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas
praktek keperawatan. ( PPNI, 2000 )
F. DILEMA ETIK
Dilema etika adalah situasi yang dihadapi seseorang dimana keputusan
mengenai perilaku yang layak harus di buat. (Arens dan Loebbecke, 1991: 77). Untuk
itu diperlukan pengambilan keputusan untuk menghadapi dilema etika tersebut. Enam
pendekatan dapat dilakukan orang yang sedang menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Mendapatkan fakta-fakta yang relevan
2. Menentukan isu-isu etika dari fakta-fakta
3. Menentukan siap dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi dilemma
4. Menentukan alternatif yang tersedia dalam memecahkan dilema
5. Menentukan konsekwensi yang mungkin dari setiap alternative
6. Menetapkan tindakan yang tepat
Dengan menerapkan enam pendekatan tersebut maka dapat meminimalisasi atau
menghindari rasionalisasi perilaku etis yang meliputi: (1) semua orang melakukannya,
(2) jika legal maka disana terdapat keetisan dan (3) kemungkinan ketahuan dan
konsekwensinya.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan stress pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi
banyak rintangan untuk melakukannya. Dilema etik biasa timbul akibat nilai-nilai
perawat, klien atau lingkungan tidak lagi menjadi kohesif sehingga timbul
pertentangan dalam mengambil keputusan. Menurut Thompson & Thompson (1981 )
dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding. Kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan
pada dasarnya menggunakan kerangka proses keperawatan / Pemecahan masalah
secara ilmiah, antara lain:
1. Model Pemecahan masalah ( Megan, 1989 )
Ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik.
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2. Kerangka pemecahan dilema etik (kozier & erb, 2004 )
a. Mengembangkan data dasar.
Untuk melakukan ini perawat memerukan pengumpulan informasi sebanyak
mungkin meliputi :
1) Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut dan bagaimana keterlibatannya
2) Apa tindakan yang diusulkan
3) Apa maksud dari tindakan yang diusulkan
4) Apa konsekuensi-konsekuensi yang mungkin timbul dari tindakan yang
diusulkan.
b. Mengidentifikasi konflik yang terjadi berdasarkan situasi tersebut
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa yang terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil
keputusan yang tepat
e. Mengidentifikasi kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
3. Model Murphy dan Murphy
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanakan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertimbangkan bagaimanan keputusan tersebut hingga sesuai dengan
falsafah umum untuk perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
4. Langkah-langkah menurut Purtilo dan Cassel ( 1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan
5. Langkah-langkah menurut Thompson & Thompson ( 1981)
a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang
diperlukan, komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi Issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan professional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait.
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
BAB III
KASUS DILEMA ETIK

Minggu dini hari, 3 September 2017, sekitar pukul 02.30 WIB, Bayi Debora sesak
nafas. Nafasnya tersengal satu-satu. Sebelumnya Debora batuk-batuk. Batuknya berdahak.
Ibu Henny segera membangunkan suaminya Rudianto Simanjorang. Mereka memutuskan
membawa bayinya segera ke rumah sakit Mitra Keluarga Kalideres.
Pukul 03.30 WIB, motor dihidupkan. Pagi buta mereka menembus dinginnya malam
membawa bayi mungil Debora yang tampak pucat tertidur pulas. Diboncengan Bu Henny
melihat tiba-tiba bayi Debora sesak nafas. "Cepatan pa...", bisik Bu Henny ke telinga
suaminya. Suaminya memacu kencang motornya. Tidak begitu jauh jarak dari rumah mereka
hanya 3 km jaraknya.
Hanya sekitar 10 menit mereka sudah sampai di RS Mitra Keluarga
Kalideres.Sesampai di rumah sakit sekitar pukul 03.40 Wib, Debora langsung di bawa ke
IGD. Ada dokter jaga di sana. Dokter Iren. Tindakan pertolongan pertama diberikan. Bayi
Debora di cek suhu tubuhnya. Lalu diberikan penguapan untuk mengencerkan dahaknya.
Sambil dilakukan pemeriksaan, ayah Debora Rudianto diminta mengurus administrasi pasien.
Pukul 04.10 WIB, kedua orang tua Debora dipanggil dokter Iren. Hasil diagnosa
dokter Iren mengatakan si bayi Debora harus segera dibawa ke ruang PICU. Kondisinya
memburuk. Pasien harus dimasukkan segera ke ruang PICU untuk memberikan pertolongan
maksimal. Kedua orang tuanya mengangguk cemas. Terbayang wajah bayi mungil Debora
yang mulai kesulitan bernafas. Dokter Iren menyarankan segera mengurus ke bagian
administrasi.
"Maaf Pak ..bapak harus membayar uang muka sebesar Rp.19.800.000,- agar anak
Bapak bisa masuk PICU", ujar Ifa petugas administrasi datar. "Kami ada BPJS
mba...tolonglah masukkan ke PICU. Selamatkan dulu anak kami", mohon Pak Rudianto
sambil mengatupkan telapak tangannya di dada memohon-mohon welas asih petugas."Maaf
Pak..rumah sakit ini belum ada kerjasama dengan BPJS. Mohon selesaikan uang muka dulu
agar anak bapak bisa segera dimasukkan ke ruang PICU", ujar Tina petugas administrasi
tanpa peduli sambil menyorongkan sehelai kertas berisi daftar harga uang muka pelayanan
perawatan.
Di kertas daftar harga itu tertera angka Rp. 19.800.000,- untuk pelayanan PICU.
Kedua orang tua Debora tampak bingung. Mereka tidak membawa uang sepeserpun. Dompet
dan tas mereka tertinggal di rumah karena buru-buru membawa anaknya ke rumah sakit.
"Pa segera pulang Pa..ambil uang kita", ujar Bu Henny sambil bercucuran air mata meminta
suaminya segera mengambil uang balik ke rumah.
Rudianto, ayah bayi Debora segera berlari kecil menuju parkiran motor. Keringat
mengucur dari dahinya. Ia memeluk istrinya sambil menguatkan agar istrinya menjaga putri
mereka di ruang IGD. Ia segera menghidupkan motornya. Mengebut membelah sunyinya
jalan Peta Barat dan Selatan dengan degub jantung berdetak kencang.
Pukul 04.30 Wib ayah Debora kembali ke RS Mitra Keluarga Kalideres. Ia langsung
berlari ke salah satu ATM di pojok rumah sakit itu. Ia menarik empat kali di ATM BCA.
Uangnya di rekening hanya tertinggal 5 juta lebih. "Ini mbak lima juta rupiah. Barusan saya
tarik dari ATM. Mohonlah dimasukkan anakku di ruang PICU. Saya berjanji siang nanti akan
mencari kekurangannya", mohon ayah Debora sambil memelas.
Uang dihitung Mbak Tina petugas administrasi. Lima juta rupiah. "Tapi maaf pak ini
masih kurang dari uang muka PICU", jawab mbak Tina datar. Ayah Debora memohon sekali
lagi. Hanya itu uang miliknya. Ia tidak tahu harus mencari kemana lagi karena masih subuh.
Keluarganya yang lain masih tidur. Ia berjanji siang hari akan membayar kekurangannya
yang penting bayinya segera dimasukkan ke PICU.
"Saya harus telepon atasan saya dulu pak", balas Tina. Ayah Debora segera bergegas
ke ruang IGD menjenguk anaknya. Terlihat istrinya Henny menangis sesunggukkan.
"Bagaimana pa..sudah papa berikan uang muka PICU?", tanya istrinya sambil kebingungan.
Suaminya terdiam sesaat. Ia hanya menjawab lirih "uang kita hanya ada lima juta ma".
Sepuluh menit kemudian petugas administrasi memanggil kedua orang tua Debora.
"Maaf pak atasan saya tidak memberi izin anak bapak dimasukkan ke PICU sebelum bapak
menyelesaikan uang muka. Ini saya kembalikan uang lima jutanya", ujar petugas administrasi
itu tanpa empati.
Sontak tangis pecah. Ayah ibu Debora hanya bisa menangis. Bu Henny menangis
sesunggukkan. "Tolonglah mbak...anak saya kritis. Dia kedinginan. Perlu segera masuk
PICU. Mohonlah mbak..mohon..", ucap suami Bu Henny mengiba-iba sambil
membungkukkan badannya dengan kedua tangan mengatup.
Tak ada jawaban. Petugas berwajah dingin itu hanya menjawab datar. "Ini aturan
rumah sakit Pak..silahkan bayar uang muka sesuai daftar harga PICU".
Sontak langit terasa gelap. Kedua orang tua Debora ini lunglai. Kemana lagi harus mencari
uang? Waktu terus berpacu. Bayinya semakin sekarat. Wajahnya pucat. Nafasnya tersengal
karena batuk dahak dan tubuhnya kedinginan.
Bu Henny mengontak teman-temannya. Ia mencoba menghubungi teman-temannya
untuk meminta bantuan. Ia menelpon Iyoh teman baiknya agar mengecek ke RS Koja. Sulit
menelpon rumah sakit itu untuk bertanya ruang PICU. Iyoh dan suaminya segera bergegas ke
RS Koja mencari ruang PICU.
Dokter Iren menemui kedua orang tua Debora. "Bagaimana bu sudah diselesaikan di
administrasi?", tanya dokter Iren."Uang kami tidak cukup bu. Hanya lima juta. Kami mohon
agar bisa dimasukkan di PICU nanti siangan kekurangannya akan kami penuhi", balas Bu
Debora memelas.
Dokter Iren tidak membantu apa-apa. Ia hanya menyarankan memberi surat rujukan
agar dibawa ke rumah sakit yang ada kerjasama BPJSnya. Kedua orang tua Debora hanya
bisa pasrah. Mereka bingung dan tak tahu harus berbuat apa. Debora harus dievakuasi ke
rumah sakit yang ada BPJSnya agar bisa menerima bayi Debora.
Pukul 06.00 WIB, kondisi Debora terus menurun. Ia masih diruang IGD. Bu Henny
mencoba menghubungi koleganya. Pukul 06.17 WIB Bu Henny memposting kegalauannya di
akun fesbuknya."URGENT PLEASE, TOLONG BANTU CARI RS SEKITARAN
JAKARTA BARAT YG ADA RUANG PICU YG KOSONG. PLEASE TELP KE
082168852971. PLEASE".
Beberapa temannya merespon. Seorang temannya di Tangerang mencoba membantu.
RS Tangerang ada PICU. Bisa segera dibawa ke sana segera.Bu Henny mencoba mengecek
beberapa rumah sakit di Jakarta yang masih ada ruang PICU. Ia mengecek RS Koja. Ia
meminta sahabatnya Iyoh mengecek ke RS Koja.
Waktu terus berjalan. Matahari merambat naik. Bayi Debora terus berjuang bertahan
hidup tanpa bantuan medis yang optimal. Ia dibiarkan kedinginan tanpa inkubator. Sementara
kedua orang tuanya terus berusaha mencari rumah sakit yang punya ruang PICU.
Lamat-lamat dari samping ranjang Bu Henny terus komat-kamit mengucap doa. "Bapa
jangan ambil lagi anakku. Bapa...dulu kakaknya Karunia sudah KAU ambil Tuhan. Jangan
lagi KAU ambil Debora dariku Bapa", lirih Bu Henny sambil mengelap air matanya yang
jatuh bercucuran dengan punggung tangannya.
Bertahan kau inang..mama masih berjuang mencari rumah sakit untukmu. Bertahan
ya inang..dulu kau lahir prematur kau bisa bertahan inang. Sekarang juga pasti bisa inang ",
isaknya sesunggukkan di samping ranjang Debora sambil mengelus wajah bayinya yang
semakin pucat dingin.Pukul 09.00 WIB, Dokter Irfan menemui kedua orang tua Debora.
Dokter pengganti Dokter Iren ini memberi penjelasan kondisi bayi Iren. Entah apa yang
dikatakannya. Kedua orang tua Debora sudah tidak bisa lagi mencerna apa penjelasan dokter
Irfan. Yang mereka tahu bayi Debora harus dibawa ke ruang PICU agar bisa diselamatkan.
Pukul 09.39 WIB, Bu Henny menyodorkan handphonenya ke dokter Irfan. Iyoh
temannya berhasil menemui dokter di RS Koja. Bayi Debora akan dievakuasi secepatnya ke
RS Koja. Dokter di Koja ingin mendengar pandangan dokter Irfan atas kondisi pasien. Kedua
dokter itu berbicara melalui telepon Bu Henny. Entah apa yang dipercakapkan mereka. Bu
Henny terus komat kamit merapal doa menanti muzizat kesembuhan anaknya sambil
memperhatikan dokter Irfan.
Pukul 10.00 WIB, perawat memanggil kedua orang tua Debora. Mereka mengabarkan
kondisi bayi Debora memburuk. Mereka memberikan tindakan CPR karena jantung bayi
Debora berhenti. Bu Henny memegang tangan anaknya. Dingin sekali. Kedua mata bayi
Debora hanya nampak putihnya. Nyawa Debora sudah tidak bisa diselamatkan.Sontak Bu
Debora menjerit histeris."Adekkkk...adekkk...bangun dek...Inang..Inang..bangunnn. Jangan
tinggalkan mamak nak...maafkan mamak Inang..mamak sedang berjuang membawamu ke
PICU...inangg...", jerit pilu Bu Debora di samping tubuh kaku bayi Debora.Ia terus
mengguncang tubuh Debora. Mencoba membangunkannya. Bu Henny terus menjerit. Ia
menangis kencang. Matanya sembab. Ia terus menjerit tidak terima bayi mungilnya mati di
IGD.Ayah Debora terguncang. Dadanya bergetar. Ia menjerit memeluk bayi mungilnya.
Kedua orang tua Debora tidak menyangka bayinya meninggal dunia hanya karena uang muka
yang diminta rumah sakit tidak bisa mereka cukupi.
Jumat pagi tadi, 8 September, sekitar pukul 09.00 WIB, saya mendengar semua kisah
pilu itu di Balai Kota. Malam sebelumnya Bu Henny menghubungi saya via inbox. Ia salah
satu follower saya. Saya tidak mengenalnya sama sekali. Ia meminta saya menolongnya.
Saya tidak tahu apa yang bisa saya tolong.
Saya tahu melawan rumah sakit yang punya uang dan kekuasaan itu tidak mudah.
Jaringan mereka kuat. Uang milik mereka tidak berseri. Terbayang bagaimana kisah pasien
Prita yang menghebohkan itu akhirnya malah Prita yang dilaporkan pihak rumah sakit yang
dikritiknya.
Tapi saya harus datang. Saya hanya tahu mendengarkan tangis orang yang sedang berduka
setidaknya bisa mengobati dukanya.
Saya tidak tahu bagaimana harus menolong mereka.Di kantin Balai Kota, saya
mendengar cerita pilu ini. Usai mendengar cerita orang tua Debora, saya mengajak mereka ke
Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres.Sekitar pukul 13.30 WIB, kami tiba di RS Mitra
Keluarga. Di sana saya bertemu dengan petugas informasi bernama Mbak Indri. Darinya saya
dapat info bahwa RS Mitra Keluarga belum bekerja sama dengan BPJS meskipun selama ini
sudah disosialisasikan ke publik bahwa RS Mitra Keluarga bahwa pada Bulan September
2017 sudah ikut BPJS.
Saya juga bertemu dengan Mbak Wulan petugas administrasi RS Mitra Keluarga.
Saya menanyakan biaya PICU. Ia menyodorkan sehelai kertas putih dilapis plastik. Di situ
tertera daftar harga pelayanan dan perawatan. Saya melihat untuk PICU tertulis
RP.19.800.000,-.
Usai dari RS Mitra Keluarga, saya diajak kedua orang tua Debora berjiarah ke makam
anaknya di TPU Tegal Alur. Kami naik taxi on line.
Matahari begitu pongah siang itu. Terik sekali. Pemakaman nampak sunyi. Dua puluh
langkah dari makam Debora, tangis bu Henny pecah."Dekkk...mamak datang lagi liat kamu
dekk. Mereka jahattt..jahattt..mereka jahatt dek..mereka biarkan dedek kedinginan", ujar Bu
Henny sesunggukkan dengan air mata deras membasahi pipinya. Di depannya sang suami
mencoba tegar. Ia hanya menaburi kembang sambil menahan air matanya tumpah.
"Dekk...mamak janji setiap minggu akan liat dedek ya. Maafkan mamak ya dek...tak
ada lagi kawan mamak malam-malam. Tak ada lagi yang mamak gendong malam-malam.
Mereka jahat dekk..mereka jahat", tangis Bu Henny terus berulang.Saya tak bisa menahan air
mata. Ini kali ke dua saya menangis sejak tiga hari lalu berjiarah ke makam Emak di TPU
Pondok Ranggoon.
Kehilangan orang tua itu sangat menyedihkan. Tapi duka kita bisa cepat pulih karena
kita masih punya masa depan. Ada anak kita. Anak kita masa depan yang bisa bisa kita lihat.
Tapi bagaimana ketika kita kehilangan anak? Masa depan apa yang hendak kita rancang?
Apalagi kalau kematiannya karena kejam dan sadisnya rumah sakit yang memaksa uang
muka baru dilayani? Lamat-lamat kuping saya mendengar tangis Bu Henny seperti suara lirih
bayi mungil Debora yang masih berumur 4 bulan. Saya mendengar suara lirih dari kuburnya.
"Mama apa salahku ma?".Selamat jalan anakku Debora cantik..bisikkan kepada malaikat di
surga betapa kami menyayangimu.

Kasus di atas merupakan salah satu contoh masalah dilema etik (ethical
dilemma).Dilema etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau suatu situasi dimana alternatif yang memuaskan dan tidak memuaskan
sebanding.Dalam dilema etik tidak ada yang benar atau salah.Untuk membuat keputusan
yang etis, seseorang harus tergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional.
Kerangkan pemecahan dilema etik banyak diutarakan dan pada dasarnya menggunakan
kerangka proses keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah (Thompson & Thompson,
1985).
Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :

1. Mengembangkan data dasar


2. Mengidentifikasi konflik
3. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
6. Membuat keputusan

PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK


1. Mengembangkan data dasar :
Mengembangkan data dasar disini adalah dengan mencari lebih lanjut
informasi yang ada mengenai dilema etik yang sedang dihadapi. Mengembangkan
data dasar melalui :
a. Menggali informasi lebih dalam terhadap pihak pihak yang terlibat meliputi :
orang tua anak, anak, dokter, dan petugas RS.
b. Identifikasi mengenai tindakan yang diusulkan : tidak memenuhi keinginnan klien
untuk memberikan pertolongan untu anakny dalam kondisi yang
mengkhawatirkan karena klien tidak mempunyai biaya yang cukup untuk
melakukan admisnistrasi anaknya karena peraturan di RS sebelum melakukan
tindakan harus menyelesaikan administrasi terlebih dahulu dan RS tidak bekerja
sama dengan BPJS sehingga pihak RS tidak dapat menolong klien
c. Maksud dari tindakan tersebut : agar tidak melanggar aturan yang diterapkan RS
dan melakukan sesuai prosedur yang telah di tetapkan RS bahwa tindakan lanjut
dilakukan jika urusan administrasi telah diselesaikan terlebih dahulu
d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan, bila tidak menjalankan tindakan sesuai
prosedur dan aturan RS maka tim tenaga medis akan di tuntut oleh pihak RS.
Tetapi jika tidak segera di berikan pertolongan kepada sang bayi maka itu akan
berdampak buruk bagi kondisinya.
2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut :
Penderitaan yang dialami klien dengan keluhansesak nafas, dengan batuk yang
berdahak dan tersengal.keluarga membawa bayi ke RS,dan langsung dimasukkan ke
IGD ,lalu ada seorang dokter yang berjaga di IGD, lalu dokter tersebut memberikan
pertolongan pertama kepada bayi,dengan melakukan pemeriksaan suhu bayi dan
memberikan penguapan untuk mengencerkan dahak yang membuat bayi menjadi
sesak nafas.
Konflik yang terjadi adalah :
a. Pihak RS tidak konsisten dalam memberikan pertolongan dan pelayanan kepada
bayi seharusnya dalam keadaan darurat dan kritis tersebut pihak rumah sakit dan
tenaga kesehatan yang ada di rimah sakit harus memberikan pertolongan yang
paling utama,tetapi pihak rumah sakit lebih mementingkan biaya dari pada
nyawa,kita sebagai tenaga kesegatan dan pihak rumah sakit harus bisa berbuat
baik kepada semua pasien dan memberikan pelayanan dan pertolongan kepada
pasien kita,tidak merugikannya yaitu menyangkut tentang nyawa dan hdup
pasien.Di kasus ini yang mana melanggar masalah etik Non-maleficience yaitu
merugikan pasien,karena tidak memberikan pertolongan secepat mungkin pada
bayi dengan membiarkan bayi meninggal hanya masalah administrasi atau biaya.
b. Tidak memenuhi keinginan klien terkait dengan pelanggaran karena tidak
memberikan yang terbaik dalam pelayanan dan pengobatan pada pasien dengan
menelantarkan pasien hingga nyawa pasien tidak bisa terselamatkan lagi yang
dapat melanggar nilai beneficience .
3. Tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
konsekuensi tindakan tersebut
a. Tidak menuruti keinginan keluarga pasien untuk dimasukan keruangan PICU.
Konsekuensi :
1) Berdampak buruk pada kondisi kesehatan pasien
2) Menyebabkan kematian pada pasien
3) Lambat dalam memberikan pertolongan. dan pengobataan yang semestinya
pada pasien.
4) Keluhan pada klien akan tetap berlangsung
5) Pelanggaran terhadap hak pasien untuk memperoleh pengobatan.
6) Keluarga dan pasien cemas dengan situasi tersebut
b. Menuruti keinginan klien untuk memberikan pengobatan diruangan PICU
Konsekuensi :
1) Risiko mempercepat kematian klien sedikit dapat dikurangi
2) Melanggar peraturan dari rumah sakit
3) Kecemasan pada klien dan keluarganya dapat sedikit dikurangi.
4) Beresiko untuk berlaku tidak adil karena pasien lain yang melakukan
pembayaran administrasi.
c. Tidak menuruti keinginan keluarga dan membantu keluarga dalam proses rujukan
kerumah sakit dengan BPJS.
Konsekuensi :
1) Tidak mempercepat kematian klien
2) Dapat memudahkan keluarga dalam melewati proses pengobatan

4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat :


Dalam kasus diatas dapat disimpulkan bahwa yang dapat menggambil
keputusan adalah pihak rumah sakit dan tenaga kesehatan yang berperan. Seharusnya
pihak rumah sakit dapat memberi kelonggaran pada pasien yang memerlukan bantuan
terlebih dahulu diluar material, sesuai dengan kode etik bahwa nyawa pasien lebih
penting. Pasein dengan sesak nafas seharusnya diselamatkan dahulu dan di berikan
tindakan medis yang di butuhkan oleh pasien sehingga nyawa pasien bisa
terselamatkan. Rumah sakit juga seharusnya menyediakan layanan BPJS karena tidak
semua pasien yang mampu dan mereka juga memiliki hak untuk dilayani dan
diselamatkan. Dokter yang berperan sebagai petugas kesehatan seharusnya juga dapat
mendahulukan keselamatan pasien yang sangat memerlukan bantuan untuk
diselamatkan karena tugas tim kesehatan sudah jelas yaitu menyelamatkan pasien
yang memerlukan bantuan dan tidak merugikan pasien sesuai dengan kode etik non
malefesien.
5. Mendefinisikan kewajiban perawat
a. Memfasilitasi klien dalam mengatasi sesak nafas
b. Membantu proses penyembuhan pada klien tersebut
c. Mengoptimalkan sistem dukungan keluarga untuk pasien
d. Membantu Keluarga untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap
masalah yang sedang dihadapi
e. Memfasilitasi sistem berduka keluarga dengan memberikan support.
6. Membuat keputusan
Didalam kasus diatas terdapat tiga tindakan yang memiliki resiko konsikuensi
masing- masing terhadap klien. Perawat dan dokter serta pihak rumah sakit perlu
mempertimbangkan pendekatan yang paling menguntungkan atau paling tepat untuk
klien. Namun upaya alternative tindakan perlu dilakukan terlebih dahulu untuk
membantu klien yang sudah mengalami sesak nafas ( dengan cara memberikan
oksigen, penguapan untuk memcahkan dahak dan obat-obatan ) beserta perbaikan
terhadap sistem berduka keluarga dan kemudian dievaluasi efektifitasnya. Apabila
terbukti efektif diteruskan namun apabila alternative tindakan tidak efektif maka
keputusan yang sudah di tetapkan antara petugas kesehatan dank klien atau keluarga
akan dilaksanakan.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima
dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus
memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai
komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian
perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.
B. SARAN
Pembelajaran tentang etika dan moral dalam dunia profesi terutama bidang
keperawatan harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya
mereka bisa lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau
bertindak sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).

DAFTAR PUSTAKA

Aprilins. 2010. Teori Etika. Diakses 26 Desember 2011 pukul 21.00 WIB. Diposkan 23
Februari 2010 pukul 10.02 PM.  URL : http://aprillins.com/2010/1554/2-teori-etika-
utilitarisme-deontologi/
Carol T,Carol L, Priscilla LM. 1997. Fundamental Of Nursing Care, Third Edition, by
Lippicot Philadelpia, New York.
Geoffry hunt. 1994. Ethical issues in nursing. New york: press (padstow) Ltd.
Ismaini, N. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya  Medika  
k_2 nurse. 2009. Etika Keperawatan. Unpad Webblog. Diakses tanggal 13 November 2011.
Diposkan tanggal 16 Januari 2009. http://blogs.unpad.ac.id/k2_nurse/?tag=etika-keperawatan
Kozier B., Erb G., Berman A., & Snyder S.J. 2004. Fundamentals of Nursing Concepts,
Process and Practice 7th Ed., New Jersey: Pearson Education Line
Kusnanto. 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional.  Jakarta : EGC
PPNI. 2000. Kode Etik Keperawatan Indonesia. Keputusan Munas VI.
Rubenfeld, M. Gaie. K. Scheffer, B. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Edisi 2.
Jakarta : EG
Suhaemi,M. 2002. Etika Keperawatan aplikasi pada praktek. Jakarta : EGC
ThompsonJ.B & Thopson H.O. 1981. Ethics in Nursing. Macmillan Publ. Co

Anda mungkin juga menyukai