Anda di halaman 1dari 54

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit reumatik adalah penyakit yang menyerang persendian dan
struktur di sekitarnya yang terdiri lebih dari 100 jenis. Salah satu jenis dari
penyakit reumatik adalah Rheumatoid Arthritis (Nainggolan,2009).
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan
inflamasi kronik yang menyerang sistem muskuloskeletal namun dapat
melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan, yang ditandai
dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang
disertai gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur
(Mclnnes,2011).
Dalam ilmu penyakit dalam Harrison edisi 18, insidensi dan
prevalensi RA bervariasi berdasarkan lokasi geografis dan berbagai grup
etnik yang berkaitan dengan susunan genetik. Prevalensi tertinggi
dilaporkan pada masyarakat asli Amerika, Yakima, Pima, dan suku-suku
Chippewa di Amerika Utara sebesar 7%. Namun prevalensi RA di dunia
relatif konstan yaitu berkisar antara 0,5-1% (Suarjana,2009). Estimasi
prevalensi RA untuk negara dengan pendapatan rendah dan menengah
berdasarkan meta-analisis adalah di Asia Tenggara sebesar 0,4%,
Mediterania Timur sebesar 0,37%, Eropa sebesar 0,62%, dan Amerika
sebesar 1,25%. Prevalensi pada laki-laki lebih rendah yaitu 0,16%
dibandingkan wanita yaitu 0,75% dan dinyatakan signifikan secara statistik.
Sekitar 2,6 juta laki-laki dan 12,21 juta wanita menderita RA pada tahun
2000 kemudian meningkatmenjadi 3,16 juta laki-laki dan 14,87 juta wanita
yang menderita RA pada tahun 2010 (Rudan dkk, 2015).
Menurut World Health Organisation (WHO) (2016) 335 juta
penduduk di dunia yang mengalami Rematik. Sedangkan prevalensi
Rematik tahun 2004 di Indonesia mencapai 2 juta jiwa, dengan angka
perbandingan pasien wanita tiga kali lipatnya dari laki-laki. Di Indonesia
jumlah penderita Rematik pada tahun 2011 diperkirakan prevalensinya

1
mencapai 29,35%, pada tahun 2012 prevalensinya sebanyak 39,47%, dan
tahun 2013 prevalensinya sebanyak 45,59% dan pada tahun 2014 prevalensi
Rematik di Sulawesi Utara sebanyak 24,7%. Rematik adalah suatu penyakit
yang menyerang sendi, dan dapat menyerang siapa saja yang rentan terkena
penyakit rematik. Oleh karena itu, perlu kiranya mendapatkan perhatian
yang serius karena penyakit ini merupakan penyakit persendian sehingga
akan mengganggu aktivitas seseorang dalam kehidupan seharihari. Rematik
paling banyak ditemui dan biasanya dari faktor, genetik, jenis kelamin,
infeksi, berat badan/obesitas, usia, selain ini faktor lain yang mempengaruhi
terhadap penyakit Rematik adalah tingkat pengetahuan penyakit Rematik
sendiri memang masih sangat kurang, baik pada masyarakat awam maupun
kalangan medis (Mansjoer, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Rheumatoid Arthritis?
2. Apa saja yang terjadi pada Anatomi serta fisiologi Rheumatoid
Arthritis?
3. Apa saja etiologi dari RheumatoidArthritis?
4. Apa saja manifestasi klinis Rheumatoid Arthritis?
5. Bagaimana terjadinya patofisiologi Rheumatoid Arthritis?
6. Bagaimana cara penempatan Diagnosis dari Rheumatoid Arthritis?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostik dari Rheumatoid Arthritis?
8. Apa saja penatalaksanaan dari Rheumatoid Arthritis?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan untukRheumatoid
Arthritis?
10. Apa saja yang ada dalam Asuhan Keperawatan dari Rheumatoid
Arthritis?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Rheumatoid Arthritis
2. Untuk mengetahui yang terjadi pada Anatomi serta fisiologi
Rheumatoid Arthritis
3. Untuk mengetahui etiologi dari RheumatoidArthritis
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Rheumatoid Arthritis?

2
5. Untuk mengetahui patofisiologi Rheumatoid Arthritis
6. Untuk mengetahui penempatan Diagnosis dari Rheumatoid Arthritis
Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Rheumatoid Arthritis
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Rheumatoid Arthritis
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan
untukRheumatoid Arthritis
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dari Rheumatoid Arthritis

3
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi
Rheumatoid Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang
etiologinya belum diketahui dan ditandai oleh sinovitis erosif yang
simetris dan pada beberapa kasus disertai keterlibatan jaringan
ekstraartikular. Perjalanan penyakit RA ada 3 macam yaitu monosiklik,
polisiklik dan progresif. Sebagian besar kasus perjalananya kronik
kematian dini (Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia,2014).

Kata arthritis berasal dari bahasa Yunani, “arthon” yang berarti


sendi, dan “itis” yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti
radang pada sendi. Sedangkan Rheumatoid Arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
menyebabkan kerusakan pada bagian dalam sendi (Febriana,2015).

Penyakit ini sering menyebabkan kerusakan sendi, kecacatan dan


banyak mengenai penduduk pada usia produktif sehingga memberi
dampak sosial dan ekonomi yang besar. Diagnosis dini sering
menghadapai kendala karena pada masa dini sering belum didapatkan
gambaran karakteristik yang baru akan berkembang sejalan dengan waktu
dimana sering sudah terlambat untuk memulai pengobatan yang adekuat
(Febriana,2015).

Rheumatoid Arthritis (RA) merupakan penyakit inflamasi non


bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai
sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris. (Chairuddin,2003)

4
2.2 Anatomi Fisiologi

Sendi adalah digunakaan untuk menunjukan pertemuan antara dua


atau beberapa tulang kerangka. Sendi dapat juga diklasifikasi menurut
kemungkinan gerakannya tak bergerak ,sedikit bergerak,dan bergerak
luas.sendi fibrus atau sinatrosis adalah sendi yang dak dapat bergerak atau
merekat ikat,maka tidak mungkin ada gerakan di antara tulang-
tulanhnya.sendi tulang rawan adalah sendi dengan gerakan sedikit dan
permukaan persedian dipaahkan bahan antara dan hanya mungkin sedikit
gerakan misalnya (simfisis pubis).sendi synovial adalah persendian yang
bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya.

Ciri sendi yang bergerak bebas ujung tulang-tulang yang masuk


dalam formasi persendian di tutupi tulang hialin ligament diperlukan untuk
mengikat tulang-tulang bersama sebuah rongga terbungkus sebuah kapsul
jaringan fibrus yang biasanya diperkuat ligament.(pearce,c.2009).

5
Beberapa komponen penunjang sendi antara lain :

a) Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian


dalamnya terdapat rongga.
b) Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar
ujung tulang yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga
berfungsi mencegah dislokasi.
c) Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan
yang menutupi kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.
d) Cairan sinovial adalah cairan pelumas pada kapsula sendi.
Macam-macam persendian :
1. Sinartrosis : adalah persendian yang tidak memperbolehkan
pergerakan. Dapat dibedakan menjadi dua:
a) Sinartrosis sinfibrosis: sinartrosis yang tulangnya dihubungkan
jaringan ikat fibrosa. Contoh: persendian tulang tengkorak.
b) Sinartrosis sinkondrosis: sinartrosis yang dihubungkan oleh tulang
rawan. Contoh: hubungan antarsegmen pada tulang belakang.
2. Diartrosis : adalah persendian yang memungkinkan terjadinya gerakan.
Dapat dikelempokkan menjadi:
a) Sendi peluru: persendian yang memungkinkan pergerakan ke
segala arah. Contoh: hubungan tulang lengan atas dengan tulang
belikat.
b) Sendi pelana: persendian yang memungkinkan beberapa gerakan
rotasi, namun tidak ke segala arah. Contoh: hubungan tulang
telapak tangan dan jari tangan.
c) Sendi putar: persendian yang memungkinkan gerakan berputar
(rotasi). Contoh: hubungan tulang tengkorak dengan tulang
belakang I (atlas).
d) Sendi luncur: persendian yang memungkinkan gerak rotasi pada
satu bidang datar. Contoh: hubungan tulang pergerlangan kaki.
e) Sendi engsel: persendian yang memungkinkan gerakan satu arah.
Contoh: sendi siku antara tulang lengan atas dan tulang hasta.

6
3. Amfiartosis : Persendian yang dihubungkan oleh jaringan tulang rawan
sehingga memungkinkan terjadinya sedikit gerakan.

2.3 Etiologi
Penyebab penyakit Rheumatoid Arthritis belum diketahui secara
pasti, namun faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antegen-
antibody), faktor metabolic, dan infeski virus. (Suratum, Heryati,
Manurung & Raenah 2008).

Penyebab utama kelainan ini tidak di ketahui. Ada beberapa teori


yang dikemukan mengenai penyebab rheumatoid atritis,yaitu :

1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus

2. Endokrin

3. Autoimun

4. Metabolic

5. Factor genetic serta factor pemicu lingkungan.

Pada saat ini rheumatoid arthritis diduga disebabkan oleh factor


autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kologen tipe 11:
factor injeksi mungkin disebabkan oleh virus dan organism mikroplasma
atau group difterioid yang menghasilkan antigen kolagen tipe 11 dari
tulang rawan sendi penderita.(Nanda,2013)

2.4 Manifestasi Klinis


Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu
atau bulan. Sering pada keadan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas.
Keluhan tersebut dapat berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan
keluhan diluar sendi (Putra dkk,2013).
1. Keluhan umum

7
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan
menurun, peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat
badan.
2. Kelainan sendi
Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi pergelangan
tangan, lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat
terkena seperti sendi siku, bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan
kaki. Kelainan tulang belakang terbatas pada leher. Keluhan sering
berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.
3. Kelainan diluar sendi
a. Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)
b. Jantung : kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan,
namun 40% pada autopsi RA didapatkan kelainan perikard.
c. Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan
kelainan pleura (efusi pleura, nodul subpleura)
d. Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang
sering terjadi berupa keluhan kehilangan rasa sensoris di
ekstremitas dengan gejala foot or wrist drop.
e. Mata : terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika) berupa
kekeringan mata, skleritis atau eriskleritis dan skleromalase
perforans
f. Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali,
limpadenopati, anemia, trombositopeni, dan neutropeni

Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli


arthritis rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi
tangan, pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku, pergelangan kaki,
sendi bahu serta sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris.
Tapi kadang-kadang hanya terjadi pada satu sendi disebut arthritis
rheumatoid monoartikular. (Chairuddin,2003)

1. Stadium awal

8
Malaise, penurunan berat badan, rasa capek, sedikit demam, dan
anemia. Gejala lokal yang berupa pembengkakan, nyeri, dan gangguan
gerak pada sendi matakarpofalangeal
2. Stadium lanjut
Kerusakan sendi dan deformitas yang bersfat permanen, selanjutnya
timbul atau ketidakstabilan sendi akibat rupture tendo/ligament yang
menyebabkan deformitas rheumatoid yang khas berupa deviasi ulnar
jari-jari, deviasi radial/volar pergelangan tangan serta valgus lutut dan
kaki.

9
2.5 Patofisiologi

Faktor Pencetus: Bakteri,


mikroplasma, atau virus

Penyakit autoimun Menginfeksi sendi secara antigenik

Predisposisi Genetik Individu yang mengidap AR membentuk antibodi IgM


Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial (antibodi

Pelepasan Faktor Reumatoid (FR)

Respon IgG awal menghancurkan mikroorganism

FR menempati dikapsula sendi

Inflamasi Kronis Pada Tendon, Ligamen juga terjadi deruksi jaringan

Akumulasi Sel Darah Putih Fagositosis ektensif Pembentukan Jaringan Parut

Pemecahan Kolagen
Terbentuk nodul- nodul rematoid ekstrasinovium Kekakuan sendi

Edema, poliferasi membrane sinovial Rentang Gerak Berkurang


Kerusakan sendi Progresif

Membrane sinovium menebal & hipertropi Atrofi Otot


Deformitas Sendi

10
Ndx: Gangguan Citra Tubuh
Ndx: Kerusakan Mobilitas Fisik
Panus
Kartilago dirusak Hambatan Aliran Darah

Nekrosis Sel

Erosi Sendi dan Tulang Nyeri

Menghilangnya permukaan sendi Ndx: Nyeri Kronis

Penurunan elastisitas dan kontraksi otot

Ndx: Kurang PerawatanNdx:


diri Kurang Pengetahuan Mengenai penyakit

2.6 Diagnostik
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli-
arthritis yang simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan
dan kaki serta menetap sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila
ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi peri-artikuler pada foto
rontgen. Kriteria Artritis rematoid menurut American reumatism
Association (ARA) adalah:

11
a. Kekakuan sendi jari-jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness).
b. Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang-kurangnya
pada satu sendi.
c. Pembengkakan ( oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi
cairan ) pada salah satu sendi secara terus-menerus sekurang-
kurangnya selama 6 minggu.
d. Pembengkakan pada sekurang-kurangnya salah satu sendi lain.
e. Pembengkakan sendi yanmg bersifat simetris.
f. Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor.
g. Gambaran foto rontgen yang khas pada arthritis rheumatoid.
h. Uji aglutinnasi faktor rheumatoid
i. Pengendapan cairan musin yang jelek
j. Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia
k. gambaran histologik yang khas pada nodul.
Berdasarkan kriteria ini maka disebut :
a. Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.
b. Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang-kurangnya
selama 6 minggu.
c. Kemungkinan rheumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung
sekurang-kurangnya selama 4 minggu

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


a. Pemeriksaan cairan synovial :
1) Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang
menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih.
2) Leukosit 5.000 – 50.000/mm3, menggambarkan adanya proses
inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%).
3) Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan
berbanding terbalik dengan cairan sinovium.
b. Pemeriksaan darah tepi :

12
1) Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila
terdapat splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s
Syndrome.
2) Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.
c. Pemeriksaan kadar sero-imunologi :
1) Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita ; 95% + pada penderita
dengan nodul subkutan.
2) Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis
rheumatoid dini.

2.8 Penatalaksanaan
Tujuan utama dari program penatalaksanaan perawatan adalah sebagai
berikut :
a. Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
b. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari
penderita.
c. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang terjadi pada
sendi.
d. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada orang
lain.
2.8.1        Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pendidikan
Pendidikan yang diberikan meliputi pengertian,
patofisiologi (perjalanan penyakit), penyebab dan perkiraan
perjalanan (prognosis) penyakit ini, semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang
kompleks, sumber-sumber bantuan untuk mengatasi
penyakit ini dan metode efektif tentang penatalaksanaan
yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini
harus dilakukan secara terus-menerus.
b. Istirahat

13
Merupakan hal penting karena reumatik biasanya
disertai rasa lelah yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut
dapat saja timbul setiap hari, tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus
membagi waktu seharinya menjadi beberapa kali waktu
beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat.
c. Latihan Fisik dan Termoterapi
Latihan spesifik dapat bermanfaat dalam
mempertahankan fungsi sendi. Latihan ini mencakup
gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Obat untuk menghilangkan nyeri
perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas
pada sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat
mengurangi nyeri. Latihan dan termoterapi ini paling baik
diatur oleh pekerja kesehatan yang sudah mendapatkan
latihan khusus, seperti ahli terapi fisik atau terapi kerja.
Latihan yang berlebihan dapat merusak struktur penunjang
sendi yang memang sudah lemah oleh adanya penyakit.
2.8.2 Penatalaksanaan Medikamentosa
a.   Penggunaan OAINS
Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) umum
nya diberikan pada penderita AR sejak masa dini penyakit
yang dimaksudkan untuk mengatasi nyeri sendi akibat
inflamasi yang seringkali dijumpai walaupun belum terjadi
proliferasi sinovial yang bermakna. Selain dapat mengatasi
inflamasi, OAINS juga memberikan efek analgesik yang
sangat baik. OAINS terutama bekerja dengan menghambat
enzim siklooxygenase sehingga menekan sintesis
prostaglandin. Masih belum jelas apakah hambatan enzim
lipooxygenase juga berperanan dalam hal ini, akan tetapi
jelas bahwa OAINS berkerja dengan cara:
1) Memungkinkan stabilisasi membran lisosomal.

14
2) Menghambat pembebasan dan aktivitas mediator
inflamasi (histamin, serotonin, enzim lisosomal dan
enzim lainnya).
3) Menghambat migrasi sel ke tempat peradangan.
4) Menghambat proliferasi seluler.
5) Menetralisasi radikal oksigen.
6) Menekan rasa nyeri
b. Penggunaan DMARD
Terdapat terdapat dua cara pendekatan pemberian
DMARD pada pengobatan penderita AR. Cara pertama
adalah pemberian DMARD tunggal yang dimulai dari saat
yang sangat dini. Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran
bahwa destruksi sendi pada AR terjadi pada masa dini
penyakit. Cara pendekatan lain adalah dengan menggunakan
dua atau lebih DMARD secara simultan atau secara siklik
seperti penggunaan obat obatan imunosupresif pada
pengobatan penyakit keganasan. digunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi
akibat artritis reumatoid. Beberapa jenis DMARD yang
lazim digunakan untuk pengobatan AR adalah:
1) Klorokuin : Dosis anjuran klorokuin fosfat 250 mg/hari
hidrosiklorokuin 400 mg/hari. Efek samping bergantung
pada dosis harian, berupa penurunan ketajaman
penglihatan, dermatitis makulopapular, nausea, diare,
dan anemia hemolitik.
2) Sulfazalazine : Untuk pengobatan AR sulfasalazine
dalam bentuk enteric coated tablet digunakan mulai dari
dosis 1 x 500 mg / hari, untuk kemudian ditingkatkan
500 mg setiap minggu sampai mencapai dosis 4 x 500
mg. Setelah remisi tercapai dengan dosis 2 g / hari, dosis
diturunkan kembali sehingga mencapai 1 g /hari untuk

15
digunakan dalam jangka panjang sampai remisi
sempurna terjadi.
3) D-penicillamine : Dalam pengobatan AR, DP (Cuprimin
250 mg atau Trolovol 300 mg) digunakan dalam dosis 1
x 250 sampai 300 mg/hari kemudian dosis ditingkatkan
setiap dua sampai 4 minggu sebesar 250 sampai 300
mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 250 sampai 300
mg/hari.
c. Operasi
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan
tidak berhasil serta terdapat alasan yang cukup kuat, dapat
dilakukan pengobatan pembedahan. Jenis pengobatan ini
pada pasien AR umumnya bersifat ortopedik, misalnya
sinovektoni, artrodesis, total hip replacement, memperbaiki
deviasi ulnar, dan sebagainya.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive
Protein (CRP) meningkat

b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun


RF negatif tidak menyingkirkan diagnosis

c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan


dalam diagnosis dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-
98% dan sensitivitas 70% namun hubungan antara anti CCP
terhadap beratnya penyakit tidak konsisten

2. Radiologis
Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak,
penyempitan ruang sendi, demineralisasi “juxta articular”,
osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi sendi.

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 DATA DASAR PENGKAJIAN


Data tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya,
(mis., mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan (mis., eksaserbasi akut
atau remisi) dan keberadaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
3.1.1 Aktivitas/Istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stress pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi
secara bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh
terhadap gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan. Keletihan.
Tanda : Malaise.
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit; kontraktur/kelainan
pada sendi dan otot.
3.1.2 Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/kaki (mis., pucat
intermiten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal).
3.1.3 Integritas Ego
Gejala : Faktor-faktor stress akut/kronis; mis., finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusasaan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan). Ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi, (mis., ketergantungan
pada diri orang lain).
3.1.4 Makanan/Cairan

17
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat; mual. Anoreksia. Kesulitan untuk
mengunyah (keterlibatan TMJ).
Tanda : Penurunan berat badan. Kekeringan pada membran
mukosa.

3.1.5 Higiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan pada diri orang lain.
3.1.6 Neurosensori
Gejala : Kebas/kesemutan pada tangan dan kaki., hilangnya
sensasi pada jaringan. Pembengkakan sendi simetris.
3.1.7 Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri mungkin/mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi. Rasa nyeri kronis dan
kekakuan (terutama pada pagi hari).
3.1.8 Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang; nodul subkutaneus. Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah
tangga. Demam ringan menetap. Kekeringan pada mata dan
membran mukosa.
3.1.9 Interaksi Sosial
Gejala : Kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain;
perubahan peran; isolasi.
3.1.10 Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : Riwayat AR pada keluarga (pada awitan remaja).
Penggunaan makanan kesehatan, vitamin, “penyembuhan” arthritis
tanpa pengujian. Riwayat perikarditis, lesi katup; fibrosis
pulmonal, pleuritis. DRG menunjukan rata-rata lama dirawat: 4,8
hari.
Pertimbangan Rencana Pemulangan:

18
Mungkin membutuhkan pada transportasi, aktivitas perawatan diri
dan tugas/pemeliharaan rumah tangga.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh, sendi, bengkok, deformitas.
2. Nyeri akut berhubungan dengan perubahan patologis oleh arthritis
rheumatoid
3. Resiko cidera berhubungan dengan hilangnya kekuatan otot, rasa
nyeri
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan integritas
struktur tulang, kekakuan sendi.
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan
muskuluskeletal (penurunan kekuatan sendi)
6. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi
7. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit,
penurunan produktivitas (status kesehatan dan fungsi peran.

3.3 Intervensi Keperawatan

TUJUAN DAN
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI

NOC NIC
1. Gangguan  Body image Body Image enhancement
Citra Tubuh  Self esteem 1. Kaji secara verbal dan
Kriteria Hasil: nonverbal respon klien
1. Body image positif terhadap tubuhnya
2. Mampu 2. Monitor frekuensi mengkritik
mengidentifikasi dirinya
kekuatan personal 3. Jelaskan tentang pengobatan,
3. Mendiskripsikan perawatan, kemajuan dan
secara faktual prognosis penyakit

19
perubahan fungsi 4. Dorong klien mengungkapkan
tubuh perasaannya
4. Mempertahankan 5. Identifikasi arti pengurangan
interaksi sosial melalui pemakaian alat bantu
6. Fasilitas kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil
NOC NIC
2. Nyeri Akut Pain management
 Pain level
1. Lakukan pengkajiannyeri secara
 Pain control
komprehensif termasuk lokasi,
 Comfort level
karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil: kualitas, dan factor presipitasi.

1. Mampu mengontrol 2. Observasi reaksi nonverbal dari


ketidaknyamanan.
nyeri
3. Gunakan teknik komunakasi
2. Melaporkan bahwa
terapeutik untuk mengetahui
nyeri berkurang
pengalaman nyeri pasien.
dengan
4. Kaji kultur yang memengarui
menggunakan respon nyeri
manajemen nyeri. 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
3. Mampu mengenali lampau
nyeri. 6. Evaluasi bersama pasien dan tim
4. Menyatakan rasa kesehatan lain tentang

nyaman setelah nyeri ketidakefektifan control nyeri


masa lampau
berkurang.
7. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan
dukungan
8. Control lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
9. Kurangi factor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan

20
nyeri (farmakologi,
nonfarmakologi dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
14. Evaluasi keefektifan control
nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter
jika daa keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri..
Analgecik administration
18. Tentukan lokasi, karakteristik
kualitas dan derajat nyeri sbelum
pemberian obat
19. Cek intruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi.
20. Cek riwayat alergi
21. Pilih analgesic yng diperlukan
atau kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih dari satu
22. Tentukan pilihan analgetik
tergantung tipe dan beratnya
nyeri
23. Tentukan analgetik pilihan, rute
pemebrian, dan dosis optimal
24. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur

21
25. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian nalgetik
pertama kali
26. Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
Evaluasi efektivitas analgetik,
tanda dan gejala

NOC NIC
3. Resiko Cidera  Risk Control Environment Management
(Manajemen Lingkungan)
Kriteria Hasil:
1. Sediakan lingkungan yang
1. Klien terbebas dari aman untuk pasien
cidera 2. Identifikasi kebutuhan
2. Klien mampu keamanan pasien, sesuai
menjelaskan dengan kondisi fisik dan
cara/metode untuk fungsi kognitif pasien dan
mencegah riwayat penyakit terdahulu
injury/cedera pasien
3. Klien mampu 3. Menghindarkan lingkungan
menjelaskan faktor yang berbahaya (misalnya
resiko dari memindahkan perabotan)
lingkungan/prilaku 4. Memasang side rail tempat
personal tidur
4. Mampu 5. Menyediakan tempat tidur
memodifikasi gaya yang nyaman dan bersih
hidup untuk 6. Menempatkan saklar lampu
mencegah injury ditempat yang mudah
5. Menggunakan dijangkau pasien
fasilitas kesehatan 7. Membatasii pengunjung
yang ada 8. Menganjurkan keluarga untuk
6. Mampu mengenali menemani pasien
perubahan status 9. Mengkontrol lingkungan dari

22
kesehatan kebisingan
10. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan.
11. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit.
NOC NIC
4. Defisit  Activity Intolerance Self-Care Assistance :
Perawatan  Mobility: physical Bathing/Hygiene
Diri Mandi Impaired 1. Pertimbangkan budaya pasien
 Self care Defisit ketika mempromosikan
Hygiene aktivitas perawatan diri
 Sensory perception, 2. Pertimbangkan usia pasien
Auditory disturbed ketika mempromosikan
Kriteria Hasil: aktivitas perawatan diri
1. Perawatan diri 3. Menentukan jumlah dan jenis
ostomi: tindakan bantuan yang dibutuhkan
pribadi 4. Tempatbhanduk, sabun,
mempertahankan deodoran, alat pencukur, dan
ostomi untuk aksesoris lainnya yang
eliminasi dibutuhkan disamping
2. Perawatan diri: tempattidur atau dikamar
aktivitas kehidupan mandi
sehari-hari (ADL) 5. Menyediakan artikel pribadi
mampu untuk yang diinginkan (misalnya:
melakukan aktivitas deodoran, sikat gigi, sabun
perawatan fisik dan mandi, sampo, lotion, dan
pribadi secara produk aromaterapi)
mandiri atau dengan 6. Menyediakan lingkungan
alat bantu yang terapeutik dengan

23
3. Perawatan diri memastikan hangat santai,
mandi: mampu untuk pengalaman, pribadi, dan
membersihkan tubuh personal
sendri secara mandiri 7. Memfasilitasi gigi pasien
dengan atau tanpa menyikat, sesuai
alat bantu 8. Memfasilitasi diri mandi
4. Perawatan diri pasien, sesuai
hygiene: mampu 9. Memantau pembersihan kuku,
untuk menurut kemampuan
mempertahankan perawatan diri pasien
kebersihan dan 10. Memantau integritas kulit
penampilan yang rapi pasien
secara mandiri 11. Menjaga kebersihan ritual
dengan atau tanpa 12. Memfasilitasi pemeliharaan
alat bantu. rutin yang biasa pasien tidur,
5. Perawatan diri isyarat sebelum tidur/ alat
hygiene oral : mampu peraga, dan benda-benda asing
untuk merawat mulut (misalnya: untuk anak-anak,
dan gigi secara mainan, dot, sebuah buku
mandiri dengan taua untuk membaca atau bantal
tanpa alat bantu. dari rumah)
6. Mampu 13. Mendorong orang tua/
mempertahankan keluarga partisipasi dalam
mobilitas yang kebiasaan tidur biasa
diperlukan untuk ke 14. Memberikan bantuan sampai
kamar mandi dan pasien sepenuhnya dapat
menyediakan mengasumsikan perawatan
perlengkapan mandi diri
mebersihkan dan
mengeringkan tubuh
7. Mengungkapkan
secara verbal

24
kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan
hygiene oral

NOC NIC
5. Hambatan  Joint movement: Exercise therapy : ambulation
Mobilitas active 1. Monitoring vital sign
Fisik  Mobility Level sebelum/ sesudah latiham dan
 Self Care :ADLs lihat respon pasien saat
 Transfer Performance latihan
Kriteria Hasil: 2. Konsultasikan dengan terapi
1. Klien meningkat fisik tentang rencana mabulasi
dalam aktivitas fisik sesuai dengan kebutuhan
2. Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk
peningkatan menggunakan tongkat saat
mobilitas berjalan dan cegah terhadap
3. Memverbalisasikan cedera
perasaan dalam 4. Ajarkan pasien atau tenaga
meningkatkan kesehatan lain tentang teknik
kekuatan dan ambulasi
kemampuan 5. Kaji kemampuan pasien falam
berpindah mobilisasi
4. Memperagakan 6. Latih pasien dalam
penggunaan alat pemenuhan kebutuhan ADLs
5. Bantu untuk secara mandiri sesuai
mobilitas (walker) kemampuan
7. Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
pasien
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaiman

25
memposisikan dan berikan
bantuan jika diperlukan
NOC NIC
6. Ansietas  Anxiety self-control Anxiety Reduction (penurunan
 Anxiety level kecemasan)
 Coping 1. Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil menenangkan
 Klien mampu 2. Nyatakan dnegan jelas
mengidentifikasi dan harapan terhadapa pelaku
mengungkapkan pasien
gejala cemas 3. Jelaskan semua prosedur
 Mengidentifikasi, 4. Pahami perspektif pasien
mengungkapak dan terhadap situasi stress
menunjukan teknik 5. Temani pasien untuk
untuk mengontrol memberikan kemanana dan
cemas mengurasiu rasa takt
 Vital sign dalam 6. Dorong keluarga untuk
batas normal menemani anak
 Postur tubuh, 7. Lakukan back/ neck rub
ekspresi wajah, batas 8. Dengarkan dnegan penuh
tubuh dan tingkat perhatian
aktivitas menunjukan 9. Odentifikasi tingkat
berkurangnya kecemasan
kecemasan. 10. Dorong pasien untik
mengunkgapkan perasaan
ketatkutan dan persepsi
11. Berikan obat untk mengurasi
kecemasan
NOC NIC
7. Defisiensi  Knowledge : disease Teaching : disease process
pengetahuan process 1. Berikan penilaian tentnag
 Knowledge : health tingkat pengetahuan pasien
behavior tentang proses penyakit yang

26
Kriteria Hasil spesifik
 Pasien Dan keluarga 2. Jelaskan patofiologindari
menyatakan penyakit dan bagaimana hal
pemahaman tentang ini berhubungan dengan
penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi dengan
prognosis, dan cara yang tpta
program pengobatan 3. Gambarkanproses penyakit
 Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat.
mampu 4. Identifikasi kemungkinan
melaksanakan penyebab, dengan cara yang
prosedur yang tepat
dijelaskan secara 5. Hindari jminan yang kosng
benar 6. Diskusikan pilihan terapi atau
 Pasien dan keluarga penanganan
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/
tim kesehatn lainnya.

BAB IV

PEMBAHASAN

27
4.1 Narasi Kasus

Ny.mei berusia 54 tahun,datang keklinik dengan keluhan Klien


mengatakan nyeri pada pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta
pergelangan tangan kiri,Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-
tusuk,Klien mengatakan nyeri timbul pada malam dan pagi hari saat
bangun tidur,Klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak,Klien
mengatakan nyeri hilang timbul,Klien mengatakan sendi pergelangan kaki
kanan dan kiri terasa kaku,Klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya
bengkak,Klien tampak berhati-hati bergerak,Status fungsional (katz indeks
AKS) B: kemandirian dalam semua hal kecuali mobilisasi,ROM terbatas
pada pergelangan kaki kanan dan kaki kiri karena nyeri,Klien
menggunakan tongkat saat berdiri dan berjalan,Skala kekuatan otot 5 atau
sedang,Kaki klien gemetar saat berdiri, Klien mengatakan selama sakit dan
di wisma tidak pernah bekerja/berkebun lagi,Klien mengatakan saat ini
sudah tidak ada lagi sumber pendapatan,Klien mengatakan pagi ini belum
mandi,Klien mengatakan kesulitan saat mandi,klien selalu bertanya-tanya
tentang penyakit apa yang diderita,klien juga bertanya tentang penyebab
dari penyakitnya.

Pada pengkajian fisik skala nyri nya 5 atau sedang,Ekspresi wajah


meringis,Ada oedema, kemerahan, dan kulit teraba panas pada area
dorsum pedis dextra,Nyeri tekan pada area dorsum pedis,Klien
mengatakan terasa kaku pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri,Klien
mengatakan jika ingin berdiri dan jalan harus dibantu dengan
tongkat,Klien mengatakan bila bergerak kakinya bertambah nyeri, Klien
jarang berinteraksi dengan penghuni panti yang lain,Klien tidak memiliki
sumber pendapatan,Rambut tampak acak-acakan,Penampilan tidak
rapi,Tercium bau badan klien,Kuku panjang dan kotor,Frekuensi mandi 2
kali/hari namun kurang bersih.pada pemeriksaan TTV terdapat : TD :
140/100 mmHg,suhu :36,7 derajat celcius,pernapasan :20 X/mnit,nadi :
84X/menit.

4.1.1 Pengkajian

28
1. Biodata Pasien Biodata Penanggung Jawab
- Nama : Ny.M - Nama : Tn.I
- Nomor RM : 151218 - Jenis Kelamin : Laki-Laki
- Umur : 54 tahun - Umur :56 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan - Pekerjaan : wiraswasta
- Pekerjaan :- - Hubungan dgn Pasien : suami
- Pendidikan : SMP - Agama : Islam
- Agama : Islam - Alamat : Bengkong
- Alamat : Bengkong
- Suku Bangsa : Padang
- Diagnosa Medis : Rheumatoid Arthritis
- Tanggal Masuk : 05 Maret 2019
- Tanggal Pengkajian : 06 Maret 2019
- Ruang Rawat : Melati

2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Riwayat Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan nyeri pada
pergelangan kaki kanan, lutut kanan dan kiri, serta pergelangan tangan
kiri, Klien mengatakan sendi pergelangan kaki kanan dan kiri terasa
kaku.
- Keadaan Pasien saat pengkajian : Ny.M mengeluh nyeri.
P : klien mengatakan nyeri timbul karena kakinya bengkak
Q : klien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk
R : klien mengatakan terasa kaku pada sendi pergelangan kaki kanan
dan kiri, nyeri tekan pada area dorsum pedis
S : 5 (dari 0-10)
T : klien mengatakan saat bergerak

b. RiwayatKesehatanmasalalu
- Riwayat penyakit yang sama, riwayat factor resiko terjadinya
penyakit saat ini :

29
- Riwayat Alergi : klien mengatakan tidak mempunyai alergi
obat apapun
- Riwayat Kecelakaan : klien mengatakan tidak ada riwayat
kecelakaan sebelumnya
- Riwayat Dirawat : klien belum pernah dirawat sebelumnya
- Riwayat Pemakaian obat : klien tidak mengkonsumsi obat

c. Riwayat Kesehatan Keluarga : klien mengatakan tidak ada riwayat


sebelumnya pada keluarganya

Genogram Keluarga( Minimal Tiga Generasi )

3. Riwayat Psikososial Dan Spritual


a. Mekanisme Koping Terhadap Stress :
PemecahanMasalah MinumObat
Makan CariPertolongan

Tidur √ Lain – lain ( missal : marah, diam )

Sebutkan : klien hanya bisa diam karena penyakitnya

b. Persepsi Pasien terhadap Penyakitnya

- Hal yang sangat dipikirkan : klien mengatakan hanya ingin cepat


sembuh

- Harapan setelah menjalani Perawatan : klien mengatakan dan berharap


kesehatannya semakin membaik

- Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit : klien tidak bisa


melakukan kegiatan sehari-hari

c. Sistem nilai kepercayaan

30
- Aktifitas agama / kepercayaan yang dilakukan : klien hanya berdoa
memohon kesembuhannya

- Nilai – nilai yang bertentangan dengan kesehatan : klien mengatakan


tidak ada hal-hal yang bertentangan dengan penyakitnya

d. Pengetahuan pasien tentang penyakitnya, pengobatan, dan perawatan :


klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit apa yang diderita,klien juga
bertanya tentang penyebab dari penyakitnya.

f. Pembiayaan Perawatan : klien mengatakan pembiayaan dilakukan


menggunakan BPJS

4. Pola Kebiasaan sehari – hari

a. Pola makan( frekuensi, jumlah, komposisi )

sebelum sakit : 2x/hari, nasi lauk dan pauk


saat dirawat : 3x/hari, ¾ porsi makan, nasi, sayur lauk serta buah-
buahan
b. Pemenuhan cairan( jumlah, jenis )

sebelum sakit : 8 gelas/hari (air putih, teh)


saat dirawat : 8 gelas/hari(air putih)

c. Pola Eliminasi ( frekuensi, jumlah, warna, konsistensi )

- BAK

Sebelum sakit : tidakterhitung, kuning urine, bau khas


Saat dirawat : 5x/hari, kuning urine, bau khas
- BAB
Sebelum sakit : 2x/hari, padat, kuningfeses, bau khas
Saat dirawat : 1x/hari, padat, kuning kecoklatan.

d. Pola Istiraht dan tidur


sebelum sakit : tidak pernah tidur siang, tidur malam 8jam/hari

31
saat dirawat : 1-2jam/hari, 6jam/hari padamalam hari

e. Personal Hygiene
sebelum sakit : 2x/hari, dan cuci rambut setiap hari
saat dirawat : klien mengatakan dia tidak mandi

f. Aktivitas fisik
sebelum sakit : beraktivitas seperti biasa
saat dirawat : klien tidak dapat melakukan aktivitas

5. Polakebiasaan yang mempengaruhikesehatan


a. Merokok : Ya √ Tidak
- Frekuensi :-
- Jumlah :-
- Lama Pemakaian :-
b. Minuman Keras : Ya √ Tidak
- Frekuensi :-
- Jumlah :-
- Lama Pemakaian :-

c. Ketergantungan Obat : Ya √ Tidak


- Jenis :-
- Frekuensi :-
- Lama Pemkaian :-
- Alasan / Keluhan :-

6. Pengkajian fisik head to toe( fokus dan sesuaikan dengan penyakit klien )
a. Keadaaan Umum : Lemah, Kesadaran : Compos Mentis
- Berat Badan / Tinggi Badan : 45kg/152cm
- Tanda – tanda vital : TD: 140/100 mmHg , S: 36,7°C, RR:
20x/menit, N: 84x/menit

32
b. Pengkajian Fisik per system
Sistem penglihatan
Posisi mata : ( √ ) Simetris ( ) Asimetris
Kelopak mata : ( ) Normal ( √ ) Ptosis
Gerakan kelopak mata : ( √ ) Normal ( ) Abnormal
Pergerakan bola mata : ( √ ) Normal ( ) Abnormal
Konjungtiva : ( √ ) Normal / merah ( ) Anemis
Kornea : ( √ ) Normal ( ) Keruh /
berkabut
( ) Terdapat perdarahan
Sklera : ( ) Ikterik ( √ ) Anikterik
Pupil : ( √ ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
Otot – otot mata : ( √ ) Tidak ada kelainan ( ) Juling
keluar ( ) Juling kedalam ( ) Berada
diatas
Fungsi Penglihatan : (√ ) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk / dipola
Visus OD / OS :-
Palpebra : tidak ada kelainan
Lensa : tidak ada kelainan
TIO : tidak ada kelainan
Tanda – tanda radang : tidak ada tanda-tanda peradangan
Pemakaian alat bantu : tidak ada pemakaian alat bantu
Keluhan : tidakada keluhan
Lain – lain :-

Sistem pendengaran
Daun telinga : ( √ ) Normal dan tidak sakit saat
digerakkan

33
( ) Sakit saat digerakkan
Bentuk : ( √ ) Normal ( ) Makrotia ( ) Mikrotia
Karakteristik serumen ( warna, konsistensi, bau ) :
Kondisi telinga : ( √ ) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
Cairan dari telinga : ( ) Tidak ada ( ) Darah
( ) nanah ( ) jernih
Perasaan penuh dalam telinga : ( ) Ya (√ ) Tidak
Tinitus : ( ) Ya ( √) Tidak
Fungsi pendengaran : ( √ ) Normal ( ) Kurang
( ) Tuli
Pemakaian alat bantu : ( ) Ya (√ ) Tidak
Keluhan : tidak ada keluhan
Lain – lain :-

Sistem Wicara
Kesulitan / gangguan wicara : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Kesulitan menelan : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Bila Ya : ( ) Aphasia ( ) Dysphasia
( ) Aphonia ( ) Anartria
( ) Dysartria
Keluhan : tidak ada keluhan
Lain – lain :-

Sistem Pernapasan
Jalan napas : ( ) Bersih ( ) Ada sumbatan
Bila ada sumbatan : ( ) Darah ( ) Lidah
( ) Sputum ( ) Lendir
Pernapasan : ( ) sesak ( √ ) Tidak sesak
Bila sesak : ( ) Dengan aktivitas ( ) Tanpa aktivitas
( ) setelah aktivitas
Frekuensi : 20 x / menit

34
Irama : ( ) Teratur ( √ ) Tidak teratur
Pola Pernapasan : ( ) Normal ( ) Bradipnea
( ) Takipnea ( ) Hiperventilasi
( ) Cheyne-Stoke ( ) Kussmaul
( ) Boit ( ) Lain-lain
Kedalaman : ( ) Dalam ( ) Dangkal
Batuk : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Bila ya : ( ) Produktive ( ) Non produktive

Sputum : ( ) Putih ( ) Kuning


( ) Hijau
Konsistensi : ( ) Kental ( ) Encer
Terdapat darah : ( ) Ya ( ) Tidak
Suara Nafas : ( √ ) Normal ( ) Rales
( ) Ronki ( ) Wheezing
Nyeri saat bernapas : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Hemaptoe : ( ) Ya (√ ) Tidak
Menggunakan Otot bantu napas : tidak menggunakan otot bantu
Keluhan : tidak ada keluhan
Lain – lain :-

Sistem Kardiovaskular
Nadi : 84 x / menit
Irama : ( √ ) Teratur ( ) Tidak Teratur
Denyut : ( ) Lemah ( ) Kuat
Tekanan darah : 140/100 mmHg
Distensi vena jugularis : tidak ada pembesaran vena jugularis
- Kanan : ( ) Ya ( ) Tidak
- Kiri : ( ) Ya ( ) Tidak
Temperatur kulit : ( √ ) Hangat ( ) Dingin
Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis
( √) Kemerahan

35
Pengisian kapiler : detik
Edema : ( √ ) Ya ( ) Tidak
Bila ya : ( ) Tungkai atas ( √ ) Tungkai bawah
( ) Muka ( ) Peri orbital
( ) Anasarka ( ) Abdomen

Sistem Jantung
Kecepatan denyut apical : x / menit
Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
Keluhan : ( ) Lemah ( ) Lelah
( ) Berdebar-debar ( ) Keringat dingin
( ) Gemeteran ( ) Kesemutan
( ) Kaki dan tangan dingin
Nyeri dada : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Bila ya, timbul : ( ) Saat aktivitas ( ) Tanpa aktivitas
Karakteristik nyeri : ( ) Seperti ditusuk tusuk ( ) Seperti
terbakar ( ) seperti tertimpa benda berat
Clubbing Finger : ( ) Ya ( ) Tidak

Sistem syaraf
Tingkat kesadaran : ( √ ) Composmentis( ) Apatis
( ) Somnolen ( ) Semikoma
( ) Koma
Glasgow Coma Skala ( CGS ) : (E: 4 M: V: )
Pupil : ( √ ) Isokor ( ) Anisokor
Ukuran Pupil ( kanan / kiri ) :+ /+
Reaksi pupil terhadap cahaya :+
- Kanan : ( √ ) Positive ( ) Negative
- Kiri : ( √ ) Positive ( ) Negative
Pemeriksaan saraf kranial :
- Tanda Peningkatan TIK : ( ) Ya ( √ ) Tidak

36
Bila terjadi : ( ) Kejang ( )
Kelumpuhan kanan
( ) Kelumpuhan kiri ( ) Pelo
( ) Mulut mencong ( ) Aphasi
( ) Disatria ( )
Disorientasi
Baal : ( ) Ya ( ) Tidak
Pergerakan ekstremitas : terganggu

Sistem Pencernaan
Keadaan mulut : ( ) Gigi Karies ( ) Protesa
( ) Stomatitis ( √ ) Bau
( √ ) Lidahkotor
Kesulitan menelan : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Keadaan saliva : ( √ ) Normal ( ) Tidak Normal
Mual : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Muntah : ( ) Ya (√ ) Tidak
- Isi : ( ) Makanan ( ) Cairan
( ) Darah
- Warna : ( ) sesuai makanan ( ) Kehijauan
( ) coklat ( ) Kuning
( ) hitam
Nafsu makan : ( ) Baik ( √ ) Kurang
( ) Meningkat
Nyeri daerah perut : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Rasa penuh diperut : ( ) Ya (√ ) Tidak
Karakternyeri abdomen : ( ) sepertiditusuk – tusuk ( ) Melilit –
lilit
( ) Kram ( ) Panas / sepertiterbakar
Lokasinyeri : ( ) Setempat ( ) Menyebar
( ) Berpindah – pindah ( ) kanan atas
( ) Kanan bawah ( ) Kiri atas

37
( ) Kiri bawah
Kebiasaan BAB : 1 x / hari
Bising Usus : 15x /menit
Diare : LamanyaFrekuensi - x / hari
Warna Feses : ( √ ) Kuning ( ) Coklat
( ) Hitam ( ) Dempul
( ) Putihseperti air cucianberas
KonsistensiFeses : ( √ ) Kuning ( ) Cair
( ) Berdarah ( ) Berlendir
( ) Tidakadakelainan
Konstipasi : tidak terjadi konstipasi
Hepar : ( ) Teraba ( √) TidakTeraba
Abdomen : ( ) Baik ( ) Lembek
( ) Kembung ( ) Ascites

Sistem Imunologi
Alergi : tidak ada alergi
Sistem Endokrin
Napas berbau keton : ( √ ) Ya ( ) Tidak
( ) Hipokalemia ( ) Hiperkalemia
( ) Poliuri ( ) Poliphagia
( ) Polidipsi
Ganggren : ( ) Kaki kiri ( ) Kaki kanan
- Warna : ( ) Kehijauan ( ) hitam
- Bau : ( ) Ya ( ) Tidak
Exothalamus : ( ) Ya ( ) Tidak
Tremor : ( ) Ya ( ) Tidak
Pembesaran kelenjar tiroid : ( ) Ya ( ) Tidak

Sistem Urogenital
Perubahan pola kemih : ( ) Urgenci ( ) Retensi
( ) Resistensi

38
BAK : 5 x / hari
( ) Terkontrol ( √ ) Tidak
- Jumlah / 24 jam : ( ) sedikit ( √ ) Sedang
- Jumlah : 1500 cc / 24 jam
- Warna : ( √) Kuningjernih ( ) Keruh
( ) Merah ( ) Berkabut
( ) Kuning kental / coklat
Balance Cairan :
Rasa sakit waktu BAK : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Distensi kandung kemih : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Pemakaian kateter : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Keluhan sakit pinggang : ( √) Ya ( ) Tidak
Pembesaran kelenjar prostat : ( ) Ya (√ ) Tidak
Keadaan genitalia : kebersihan tidak terjaga
SistemIntegumen
Keadaan rambut :
Tekstur : ( ) Baik ( √ ) TidakBaik
Ketombe : ( ) Ya ( √) Tidak
Kebersihan : ( ) Ya ( √) Tidak
Kuku : panjang dan kotor
Kebersihan : ( ) Ya ( √ ) Tidak
Panjang : ( ) Ya ( ) Tidak
Kulit : kemerahan
Turgor kulit : ( ) Baik elastis ( ) Sedang
( √) Buruk
Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cianosis
( √ ) Kemerahan
KeadaanKulit : ( √ ) Baik ( ) Terdapat lesi
( ) Ulkus ( ) Gatal – gatal
( ) Sakit ( ) Memar
( ) Insisioperasi ( ) Terdapat
luka bakar

39
( ) Dekubitus ( ) Petechiae
( ) Bercak – bercakmerah
Kebersihan : tidak terjaga

SistemMusculoskletal
Kesulitan dalam pergerakan : (√ ) Ya ( ) Tidak
Sakit pada tulang, sendi : ( √ ) Ya ( ) Tidak
Fraktur : ( ) Ya ( √) Tidak
Lokasi : bagian sendi pergelangan tangan dan kaki
Kontraktur pada persendian ektremitas : ( √ ) Ya ( ) Tidak
Tonus Otot : ( )Atonia ( ) Hipotonia
( )Hipertonia
Postur tubuh : ( ) Normal ( ) Kifosis
( ) Skoliosis ( ) Lordosis
KelainanSendi : ( ) Kontraktur ( √) Pembengkakan
Kelemahan / kelumpuhan :
KekuatanOtot :
Luka tekan : ( ) Ya ( √) Tidak
- Lokasi :

7. PemeriksaanPenunjang
Darah Lengkap (05 maret 2019)
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks
WBC 13,31 103μL 4,10-11,00 Tinggi
% NEUT 81,8 % 47,00-80,00 Tinggi
% LYMPH 9,2 % 13,00-40,00 Rendah
% MONO 6,3 % 2,00-11,00
% EOS 1,6 % 0,00-5,00
% BASO 0,1 % 0,00-2,00
#NEUT 10,89 103μL 2,50-7,50 Tinggi
#LYMPH 1,23 103μL 1,00-4,00
#MONO 0,84 103μL 0,10-1,20
#EOS 0,21 103μL 0,00-0,50
#BASO 0,02 103μL 0,00-0,10
RBC 4,69 106μL 4,00 – 5,20
Hemoglobin 11,1 g/dL 12,00-16,00 Rendah
Hematokrit 38,0 % 36,00-46,00

40
Platelet 426 103μL 140,00-440,00
MCV 81,0 fL 80,00-100,00
MCH 23,6 Pg 26,00-34,00
MCHC 29,2 g/dL 31,00-36,00
RDW 11,4 % 11,60-14,80 Rendah
MPV 5,3 fL 6,80-10,00 Tinggi

Hematologi (05 Maret2019)


Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks
LED I 30 Mm 0-2 Tinggi
LED II 60 Mm 2-11 Tinggi

Hematologi (06 Maret 2019)


Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks
LED I 1 Mm 0-2
LED II 14 Mm 2-11 Tinggi

Imunology (05 Maret 2019)


Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks
RF (Kuantitatif) 16 <8 Tinggi

Kimia Klinik (05 Maret 2019)


Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Remarks
CRP 71,4 mg/L 0,00-5,00 Tinggi
(Kuantitatif)

8. Therapy ( obat – obatan, Rencana tindakan pengobatan)


1. IVFD NS 20 tpm
2. Paracetamol 4x750mg io
3. Na diclofenac 3x50mg io
4. Metotrexat 1x7,5mg io
5. Diet tinggi kalori tinggi protein
6. Kompres hangat
9. WOC ( Web of Caution )

Kekakuan sendi Hambatan mobilitas fisik


Infeksi
dengan
kecendrungan
virus 41
Reaksi Peradangan Nyeri

Synovial menebal pannus Kurngnya informasi tentang


proses penyakit

nodul Infiltrasi dalam


Defisiesi pengetahuan
Deformitas sendi os subcondria
Hambatan nutrisi pada Kartilago nekrosis
kartilago artikularis Ansietas

Gangguan body
Kerusakan kartilago dan Erosi kartilago
image
tulang

Adhesi pada permukaan


Mudah luksasi dan Tendon dan ligamen sendi
subluksasi melemah

Resiko cedera Hilangnya kekuatan otot Ankilosis fibrosa

Keterbatasan gerakan
sendi Kekuatan sendi Ankilosis tulang

Defisit perawatan diri Hambatan mobilitas fisik

4.1.2 Analisa Data


No Data Etiologi Problem
1. DS:
        Klien mengatakan nyeri pada Proses inflamasi, Nyeri

42
pergelangan kaki kanan, lutut destruksi sendi
kanan dan kiri, serta pergelangan
tangan kiri.
        Klien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk.
        Klien mengatakan nyeri timbul
pada malam dan pagi hari saat
bangun tidur.
        Klien mengatakan nyeri
bertambah saat bergerak.
        Klien mengatakan nyeri hilang
timbul
        Klien mengatakan sendi
pergelangan kaki kanan dan kiri
terasa kaku.
        Klien mengatakan nyeri timbul
karena kakinya bengkak.
DO:
        -Ekspresi wajah meringis.
        -      Ada oedema, kemerahan,
dan kulit teraba panas pada area
dorsum pedis dextra.
        Ada nodul berisi pus pada
pergelangan kaki kanan dan lutut
kiri. Nyeri tekan pada area
dorsum pedis.
P : klien mengatakan nyeri timbul
karena kakinya bengkak
Q : klien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk
R : klien mengatakan terasa kaku
pada sendi pergelangan kaki

43
kanan dan kiri, nyeri tekan pada
area dorsum pedis
S : 5 (dari 0-10)
T : klien mengatakan saat
bergerak
TTV terdapat :
TD :140/100 mmHg,
Suhu:36,7derajat celcius,
Pernapasan :28X/mnit,
nadi :84X/menit.

2. DS:
      Klien mengatakan terasa kaku Kekakuan Sendi Hambatan
pada sendi pergelangan kaki Mobilitas Fisik
kanan dan kiri.
      Klien mengatakan jika ingin
berdiri dan jalan harus dibantu
dengan tongkat.
      Klien mengatakan bila bergerak
kakinya bertambah nyeri
DO:
      Klien tampak berhati-hati
bergerak.
      Status fungsional (katz indeks
AKS) B: kemandirian dalam
semua hal kecuali mobilisasi.
      ROM terbatas pada pergelangan
kaki kanan dan kaki kiri karena
nyeri.
      Klien menggunakan tongkat
(kruk) saat berdiri dan berjalan.
      Skala kekuatan otot

44
      Kaki klien gemetar saat berdiri.

3. DS:
      Klien mengatakan selama sakit Perubahan Gangguan Citra
dan di wisma tidak pernah Penampilan Tubuh
bekerja/berkebun lagi. Tubuh, deformitas
      Klien mengatakan saat ini sudah
tidak ada lagi sumber pendapatan.
DO:
      Klien jarang berinteraksi dengan
penghuni panti yang lain.
      Status fungsional (katz indeks
AKS) B: kemandirian dalam
semua hal kecuali mobilisasi.
      Klien tidak memiliki sumber
pendapatan.

4. DS:
      Klien mengatakan pagi ini belum kerusakan Defisit perawatan
mandi. musculoskeletal, diri (mandi)
      Klien mengatakan kesulitan saat nyeri pada waktu
mandi. bergerak
DO:
      Rambut tampak acak-acakan.
      Penampilan tidak rapih.
      Tercium bau badan klien.
      Kuku panjang dan kotor.
Frekuensi mandi 2 kali/hari
namun kurang bersih.

5. DS:
DO : Kurangnya Kurang
klien selalu bertanya-tanya Informasi Pengetahuan

45
tentang penyakit apa yang
diderita.
klien juga bertanya tentang
penyebab dari penyakitnya.

6. DS:
Resiko Cedera
Klien mengatakan terasa kaku Kelemahan otot
pada sendi pergelangan kaki
kanan dan kiri,Klien mengatakan
jika ingin berdiri dan jalan harus
dibantu dengan tongkat.
DO :
Klien menggunakan tongkat saat
berdiri dan berjalan.
Kaki klien gemetar saat berdiri.

4.1.3 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi,destruksi sendi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan
tubuh, deformitas
4. Defisit perawatan diri (mandi) berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal, nyeri pada waktu bergerak
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang
didapat
6. Resiko cedera berhubungan dengan kelemahan otot

4.1.4 Intervensi

TUJUAN DAN
NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI

NOC NIC

46
1. Gangguan  Body image Body Image enhancement
Citra Tubuh  Self esteem 1. Kaji secara verbal dan
Kriteria Hasil: nonverbal respon klien
5. Body image positif terhadap tubuhnya
6. Mampu 2. Monitor frekuensi mengkritik
mengidentifikasi dirinya
kekuatan personal 3. Jelaskan tentang pengobatan,
7. Mendiskripsikan perawatan, kemajuan dan
secara faktual prognosis penyakit
perubahan fungsi 4. Dorong klien mengungkapkan
tubuh perasaannya
8. Mempertahankan 5. Identifikasi arti pengurangan
interaksi sosial melalui pemakaian alat bantu
6. Fasilitas kontak dengan
individu lain dalam kelompok
kecil
NOC NIC
2. Nyeri Akut Pain management
 Pain level
1. Lakukan pengkajiannyeri secara
 Pain control
komprehensif termasuk lokasi,
 Comfort level
karakteristik, durasi, frekuensi,
Kriteria Hasil: kualitas, dan factor presipitasi.

5. Mampu mengontrol 2. Gunakan teknik komunakasi


terapeutik untuk mengetahui
nyeri
pengalaman nyeri pasien.
6. Melaporkan bahwa
3. Control lingkungan yang dapat
nyeri berkurang
mempengaruhi nyeri seperti suhu
dengan
ruangan, pencahayaan dan
menggunakan kebisingan
manajemen nyeri. 4. Kurangi factor presipitasi nyeri
7. Mampu mengenali 5. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri. nyeri (farmakologi,
8. Menyatakan rasa nonfarmakologi dan

nyaman setelah nyeri interpersonal)

47
berkurang. 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
Analgecik administration
9. Tentukan lokasi, karakteristik
kualitas dan derajat nyeri sbelum
pemberian obat
10. Cek intruksi dokter tentang jenis
obat, dosis dan frekuensi.
11. Pilih analgesic yng diperlukan
atau kombinasi dari analgetik
ketika pemberian lebih dari satu
12. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri
secara teratur
13. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian nalgetik
pertama kali
14. Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat

NOC NIC
3. Resiko Cidera  Risk Control Environment Management
(Manajemen Lingkungan)
Kriteria Hasil:
1. Sediakan lingkungan yang
7. Klien terbebas dari aman untuk pasien
cidera 2. Identifikasi kebutuhan
8. Klien mampu keamanan pasien, sesuai
menjelaskan dengan kondisi fisik dan
cara/metode untuk fungsi kognitif pasien dan
mencegah riwayat penyakit terdahulu
injury/cedera

48
9. Klien mampu pasien
menjelaskan faktor 3. Menghindarkan lingkungan
resiko dari yang berbahaya (misalnya
lingkungan/prilaku memindahkan perabotan)
personal 4. Memasang side rail tempat
10. Mampu tidur
memodifikasi gaya 5. Menyediakan tempat tidur
hidup untuk yang nyaman dan bersih
mencegah injury 6. Menempatkan saklar lampu
11. Menggunakan ditempat yang mudah
fasilitas kesehatan dijangkau pasien
yang ada 7. Membatasii pengunjung
12. Mampu mengenali 8. Menganjurkan keluarga untuk
perubahan status menemani pasien
kesehatan 9. Mengkontrol lingkungan dari
kebisingan
10. Memindahkan barang-barang
yang dapat membahayakan.
11. Berikan penjelasan pada
pasien dan keluarga atau
pengunjung adanya perubahan
status kesehatan dan penyebab
penyakit.
NOC NIC
4. Defisit  Activity Intolerance Self-Care Assistance :
Perawatan  Mobility: physical Bathing/Hygiene
Diri Mandi Impaired 1. Pertimbangkan budaya pasien
 Self care Defisit ketika mempromosikan
Hygiene aktivitas perawatan diri
 Sensory perception, 2. Pertimbangkan usia pasien
Auditory disturbed ketika mempromosikan
Kriteria Hasil: aktivitas perawatan diri

49
10. Perawatan diri 3. Menentukan jumlah dan jenis
ostomi: tindakan bantuan yang dibutuhkan
pribadi 4. Tempatbhanduk, sabun,
mempertahankan deodoran, alat pencukur, dan
ostomi untuk aksesoris lainnya yang
eliminasi dibutuhkan disamping
11. Perawatan diri: tempattidur atau dikamar
aktivitas kehidupan mandi
sehari-hari (ADL) 5. Menyediakan artikel pribadi
mampu untuk yang diinginkan (misalnya:
melakukan aktivitas deodoran, sikat gigi, sabun
perawatan fisik dan mandi, sampo, lotion, dan
pribadi secara produk aromaterapi)
mandiri atau dengan 6. Menyediakan lingkungan
alat bantu yang terapeutik dengan
12. Perawatan diri memastikan hangat santai,
mandi: mampu untuk pengalaman, pribadi, dan
membersihkan tubuh personal
sendri secara mandiri 7. Memfasilitasi gigi pasien
dengan atau tanpa menyikat, sesuai
alat bantu 8. Memfasilitasi diri mandi
13. Perawatan diri pasien, sesuai
hygiene: mampu 9. Memantau pembersihan kuku,
untuk menurut kemampuan
mempertahankan perawatan diri pasien
kebersihan dan 10. Memantau integritas kulit
penampilan yang rapi pasien
secara mandiri 11. Menjaga kebersihan ritual
dengan atau tanpa 12. Memfasilitasi pemeliharaan
alat bantu. rutin yang biasa pasien tidur,
14. Perawatan diri isyarat sebelum tidur/ alat
hygiene oral : peraga, dan benda-benda asing

50
mampu untuk (misalnya: untuk anak-anak,
merawat mulut dan mainan, dot, sebuah buku
gigi secara mandiri untuk membaca atau bantal
dengan taua tanpa dari rumah)
alat bantu. 13. Mendorong orang tua/
15. Mampu keluarga partisipasi dalam
mempertahankan kebiasaan tidur biasa
mobilitas yang 14. Memberikan bantuan sampai
diperlukan untuk ke pasien sepenuhnya dapat
kamar mandi dan mengasumsikan perawatan
menyediakan diri
perlengkapan mandi
mebersihkan dan
mengeringkan tubuh
16. Mengungkapkan
secara verbal
kepuasan tentang
kebersihan tubuh dan
hygiene oral

NOC NIC
5. Hambatan  Joint movement: Exercise therapy : ambulation
Mobilitas active 1. Monitoring vital sign sebelum/
Fisik  Mobility Level sesudah latiham dan lihat
 Self Care :ADLs respon pasien saat latihan
 Transfer Performance 2. Konsultasikan dengan terapi
Kriteria Hasil: fisik tentang rencana mabulasi
6. Klien meningkat sesuai dengan kebutuhan
dalam aktivitas fisik 3. Bantu klien untuk
7. Mengerti tujuan dari menggunakan tongkat saat
peningkatan berjalan dan cegah terhadap
mobilitas cedera
8. Memverbalisasikan 4. Ajarkan pasien atau tenaga

51
perasaan dalam kesehatan lain tentang teknik
meningkatkan ambulasi
kekuatan dan 5. Kaji kemampuan pasien falam
kemampuan mobilisasi
berpindah 6. Latih pasien dalam
9. Memperagakan pemenuhan kebutuhan ADLs
penggunaan alat secara mandiri sesuai
10. Bantu untuk kemampuan
mobilitas (walker) 7. Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
pasien
8. Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
9. Ajarkan pasien bagaiman
memposisikan dan berikan
bantuan jika diperlukan
NOC NIC
6. Defisiensi  Knowledge : disease Teaching : disease process
pengetahuan process 1. Berikan penilaian tentnag
 Knowledge : health tingkat pengetahuan pasien
behavior tentang proses penyakit yang
Kriteria Hasil spesifik
 Pasien Dan keluarga 2. Jelaskan patofiologindari
menyatakan penyakit dan bagaimana hal
pemahaman tentang ini berhubungan dengan
penyakit, kondisi, anatomi dan fisiologi dengan
prognosis, dan cara yang tpta
program pengobatan 3. Gambarkanproses penyakit
 Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat.
mampu 4. Identifikasi kemungkinan
melaksanakan penyebab, dengan cara yang
prosedur yang tepat

52
dijelaskan secara 5. Hindari jminan yang kosng
benar 6. Diskusikan pilihan terapi atau
 Pasien dan keluarga penanganan
mampu menjelaskan
kembali apa yang
dijelaskan perawat/
tim kesehatn lainnya.

BAB V

PENUTUP

10.1 Kesimpulan
Asuhan Keperawatan mengambarkan dan mencerminkan
individualisasi perawatan yang perawat berikan. Proses-proses
keperawatan yang dilakukan menunjukan pentingnya peranan perawat
dalam proses pengobatan dan penyembuhan pasien. Intervensi yang
diberikan haruslah sesuai dengan masalah pasien dan diagnosa
keperawatan yang ada. Akhirnya, dengan penyusunan Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Artritis Reumatoid yang telah dibuat
menunjukan dan menjelaskan cara pembuatan asuhan keperawatan yang
benar dalam bentuk teori dan penangganan langsung kepada pasien.
Penanganan langung dan kerjasama yang baik dengan keluarga pasien dan

53
pasien itu sendiri dapat mempermudah intervensi yang akan dilakukan.
Pemahaman yang benar tentang penyakit ini dapat mempermudah dalam
pembuatan Askep. Dengan mengetahui cara yang benar dalam pembuatan
Askep dapat meningkat keterampilan dan kualitas dari perawat itu sendiri.
Askep yang akurat juga dapat membantu dalam memenuhi syarat
akreditasi asuhan keperawatan.

10.2 Saran
Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai proses
keperawatan/asuhan keperawatan khusunya tentang asuhan keperawatan
pada pasien bronkitis, dapat menunjang kita dalam proses pembelajaran
pada mata kuliah PKKDM II serta menjadi pedoman dan bahan
pembelajaran dalam melaksanakan profesi kita sebagai perawat nantinya.
Oleh karena itu dengan adanya bahan materi ini diharapakan kita sebagai
mahasiswa mampu mengetahui definisi penyakit artritis reumatoid,
etiologinya, anatomi dan fisiologi, patofisiologi dan patoflow artritis
reumatoid, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnosis, terapi penyakit,
komplikasi dari penyakit artritis reumatoid, prognosis dan pencegahan
yang dapat dilakukan dalam proses keperawatan, dapat mengidentifikasi
tujuan dalam proses keperawatan, serta dapat mengetahui contoh bentuk
asuhan keperawatan sebelum kita turun ke lapangan/masyarakat.

54

Anda mungkin juga menyukai