PLTU CFK (Cahaya Fajar Kaltim) merupakan pembangkit listrik tenaga uap dengan
menggunakan bahan bakar batu bara. Karean bahan baku ini sangat tersedia banyak di
pulau Kalimantan pada kususnya sehingga menjadi salah satu pilihan yang tepat untuk
menggunakanya. Sifatnya yang lebih efisien membuat PLTU dapat menghasilkan daya
yang lebih besar dibandingkan pembangkit lain. Batu bara sebagai bahan bakar utama
yang dipakai di unit pembangkitan memerlukan penanganan yang baik. Sistem
penanganan batu bara ini disebut Coal Handling System dan tujuan akhir dari sistem ini
adalah tercapainya pengisian coal bunker secara optimal dan kontinyu. Coal Handling
System meliputi sistem transportasi batu bara dari dermaga menuju ke stock pile/Coal
Storage dan sampai ke Coal Bunker. Coal Handling System di CFK menggunakan Belt
Conveyor System.
Batu bara dari ponton yang bersandar di dermaga CFK, selanjutnya akan dilakukan
draft awal oleh pihak surveyor independent untuk memperkirakan tonase batu bara yang
datang. Kemudian pembongkaran akan dilakukan dengan alat berat yaitu excavator,
melalui conveyor 1, 2 dan 3 (conveyor pembongkaran atau unloading), sampai dengan
tempat penyimpanan batu bara (Coal Storage/Stock pile). Selama proses pembongkaran
akan dilakukan pengambilan sampling batu bara untuk menentukan kualitas yang
diterima. Dan setelah proses pembongkaran akan dilakukan draft akhir (Final Draft)
dari pihak surveyor independent yang awal melakukan draft tersebut, untuk
mengkoreksi nilai plus atau minus dari data hasil draft awal atau menetapkan hasil
tonase yang sebenarnya. Berdasarkan penjelasan tersebut ilustrasi Control Coal Handling
System dapat dilihat pada Gambar 4.1 sebagai berikut:
Gambar 4.1 View Control Coal Handling System.
Dari coal storage dengan menggunakan alat berat excavator atau whee loader, batu bara
dituangkan ke dalam hopper kemudian ditransfer melalui conveyor #4 atau
menggunakan conveyor By Pass
Untuk proses start pengisian batu bara di coal bunker, proses diawali dengan
menentukan coal bunker dari boiler unit 1 dan 2 yang akan di isi. Karena system
interlock pada coal handling system, start conveyor diawali dengan menjalankan
conveyor 9 (A & B) kemudian conveyor 8 (A & B) selanjutnya unit crusher dan
conveyor 7 (A & B), kemudian conveyor bypass. Atau dapat juga dari conveyor 7 (A &
B) kemudian conveyor 6 (A & B) lalu conveyor 5 (A & B) apabila menggunakan
conveyor 4. Berdasarkan penjelasan tersebut ilustrasi Alur koordinasi bagian coal
handling dapat dilihat pada Gambar 4.2 sebagai berikut:
Unloading/A2B
(Alat-alat berat)
Gambar 4.2 Alur Koordinasi Bagian Coal Handling Dengan Bagian Terkait
4.3 Wateer Treatment Plan dan Lboratorium
Air yang digunakan untuk pengisi ketel/boiler di PLTU haruslah memenuhi standart
yang dibutuhkan, yaitu yang bebas dari kontaminan-kontaminan yang dapat
menimbulkan masalah korosi maupun deposit pada pipa boiler dan turbin.
Berdasarkan dari pemahasan pada proses Water Treatment PT. Cahaya Fajar Kaltim
dibagi menjadi 2 yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Proses Pendahuluan (Pretreatment)
Suspended solid dapat dihilangkan melalui proses klarifikasi (penjernihan) dengan
menggunakan clarifier. Klarifikasi adalah proses pretreatment air permukaan untuk
menghilangkan suspended solid
2. Proses Demineralisasi
Demineralisasi bekerja menurut prinsip penukaran ion. Instalasi demin plant
umumnya terdiri dari dua buah tangki penukar ion, yaitu tangki kation untuk
menukar ion H+ dan tangki anion untuk menukar ion OH-.
Ca+ CO3- -
M
+ g
HCO3- Udara +
Na
++
Cl- CO2
+K
SO4-
Fe
+ ++
-SiO2
--
CATIO ANION MIXED
NO3- N Udar
Cu+ BED
AIR a
OH-
H OH -
DEGASI
+
FIER
H+
H2
H CO3- - H CO 3
--
H + DeminO
+ HCO3- + HCO3- OH- H+
Water
Cl- Cl- OH-
SO4- SO4-
SiO
- 2
--
-SiO2
--
NO3- NO3-
Kemudian air masuk ke buffer tank dan dipompakan ke sand filter selanjutnya masuk ke
clean water tank. Untuk tahapan demineralisasi selanjutnya air dari clean water tank di
pompakan dengan ACF pump kemudian masuk ke tanki ACF (Active Carbon filter)
selanjutnya masuk ke catridge filter. Kemudian secara ber-urut air masuk ke tanki
Kation, tanki Degasifier, dengan pompa degasifier air masuk ke tanki Anion, tanki
MIxbed, dan ditampung di Tanki Demin. Dengan pompa demin air akan di suplay ke
deaerator. Untuk lebih jelas nya perhatikan gambar sebagai berikut :
Pada PLTU CFK kualitas air dan bahan bakar (batu bara) sangat diperlukan dan
diperhatikan, sehingga perlu adanya parameter-parameter yang harus dijaga agar PLTU
dapat beroperasi dengan baik. Berdaskan pengolahan yang dilakukan pada water
treatment pada laboratorium dilakukan analisa yang meliputi:
1. Analisa Air
Pada PLTU PT. Cahaya Fajar Kaltim untuk analisa air sangat komplek diantaranya
dapat dijelaskan adalah sebagai berikut :
a. Analisa kualitas air Boiler berdasarkan pengolahan pada aoratorium maka
dilakuukan anakisa antara lain sebagai berikut:
1) eed Water : pH (dengan standart 8,8 – 9,2), TH (dengan standart <2µmol/l),
Conductivity (dengan standart < µs/cm), SiO2 (dengan standart <20ppb), Fe
(dengan standart <50µg/l), Cu(dengan standart <10 µg/l)
2) Boiler water : pH (dengan standart 9.0 – 11), PO43-(dengan standart 5 – 15
mg/l), Conductivity (dengan standart <400 µs/cm), SiO2 (dengan standart <2
mg/l)
3) Main steam : pH (dengan standart 8.5 – 9.2), Na (dengan standart
<15µg/kg), SiO2 (dengan standart 20 µg/kg)
b. Kualitas air kondensat, antara lain : pH (dengan standart 8.5 - 9.2), TH (dengan
standart <2 µmol/l), dan SiO2 (dengan standart <20 µg/l).
2. Analisa Batubara
Untuk analisa batu bara terdiri dari berbagai sampel berdasarkan pengolahan pada
aoratorium maka dilakukan anakisa antara lain sebagai berikut:
a. Batu bara ponton : adalah analisa yang digunakan untuk menentukan kualitas
batu bara yang datang dan dilakukan analisa pada saat dilakukan pembongkaran.
Analisa meliputi, Kalory batu bara (arb/as received basis) dan analisa proximate.
b. Batu bara coal feeder : adalah analisa untuk menentukan kualitas aktual batu
bara yang terpakai, dengan hanya menentukan besaran nilai kalory.
4.4 Ketel Uap atau Boiler
Boiler atau ketel uap adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk mengubah air
menjadi uap. Proses perubahan air menjadi uap terjadi dengan memanaskan air yang
berada didalam pipa-pipa dengan memanfaatkan panas dari hasil pembakaran bahan
bakar (batu bara). Pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam ruang bakar dengan
mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar. Uap yang dihasilkan boiler adalah uap
superheat dengan tekanan dan temperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung
pada luas permukaan pemindah panas, laju aliran, dan panas pembakaran yang
diberikan. Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air disebut dengan
water tube boiler.
Pada unit pembangkit, boiler juga biasa disebut dengan steam generator (pembangkit
uap) mengingat arti kata boiler hanya pendidih, sementara pada kenyataannya dari
boiler dihasilkan uap superheat bertekanan tinggi. Sistem boiler terdiri dari : sistem
bahan bakar, sistem udara, sistem air umpan, sistem steam, dan sistem ash handling.
Gambar 4.5 Alur Proses Boiler 130 PT. Cahaya Fajar Kaltim Unit.
Berdasarkan penjelasan tentang ilustrasi proses Boiler pada unit 1 dan unit 2diatas dapat
dileaskan pada masing-masing bagian proses melalui mesin yang digunakan dengan
keterangan sebagai berikut:
Tabel. 4.3 Keterangan Gambar Alur Proses Boiler 240 t/h PT. Cahaya Fajar Kaltim
unit 1 dan unit 2
No Keterangan No Keterangan
1 Furnace 17 Air Preheater
2 Water Wall 18 Hot Primary Air Duct
3 Buttom Ash 19 Hot Secondary Air Duct
4 Steam Drum 20 Cold Primary Air Duct
5 Down Commer 21 Sealing Air Fan
6 Upper Economizer 22 Conveyor Batubara dari CFK 1&2
7 Lower Economizer 23 Coal Bunker
8 Distributed Header 24 Coal Feeder
9 Lower Temperature Superheater 25 Coal Mill
10 Superheater First Desuperheater Up dan 26 Sel Work Pump
Down
11 Platen Superheater 27 Coal Pipe
12 Superheater Second Desuperheater Up dan 28 ESP (Elektrostatic Precipitator)
Down
13 High Temperature Superheater 29 Induced Draft Fan A&B
14 Main Steam Header 30 Ash Silo
15 Primary Air Fan A&B 31 Chimney
16 Secondary Air Fan A&B
Dengan FDF (Forced Draft Fan) udara masuk kemudian dipanaskan melalui pipa-pipa sub-
ordinate air preheater dan selanjutnya melewati pipa-pipa superior air preheater dengan
temperature max. ± 270 oC. kemudian udara panas tersebut menyebar ke empat sudut furnace
dengan masing-masing sudut terbagi menjadi 7 line secara vertikal dilengkapi dengan damper-
damper yang dapat diatur sehingga dapat terbentuknya turbulansi di dalam furnace. Udara panas
dari FDF juga dimanfaatkan untuk mengendalikan temperature Gas pipe yang digunakan oleh Fan
mill untuk mengeringkan batu bara.
Gambar 4.6 Ilustrasi DCS System dan Smoke System
Kondisi tekanan dalam furnace/ruang bakar vacuum dengan nilai yang di jaga untuk kestabilan
pembakaran adalah -50 Pa, maka diperlukan keseimbangan antara besaran bukaan FDF dan dua
unit IDF (Induced Draft Fan). IDF yang menghisap gas panas hasil pembakaran dan partikel abu
batubara secara ber urut akan melalui tahapan yaitu : gas panas dan partikel abu akan melewati
Secondary Superheater dengan temperature gas buang sebesar ± 655 oC, masuk Fisrt
Superheater dengan temperature gas buang sebesar ± 540 oC, kemudian masuk ke Superior
Economizer dengan temperature gas buang sebesar ± 450 oC, selanjutnya masuk ke Superior
Air Preheater dengan temperature gas buang sebesar ± 320 oC, masuk ke Subordinate
Economizer dengan temperature gas buang sebesar ± 230 oC, dan selanjutnya masuk ke
Subordinate Air Preheater dengan temperature gas buang sebesar ± 130 oC, kemudian masuk ke
ESP (Elektrostatic Precipitator) dengan temperature gas buang sebesar ± 110 oC partikel abu
batubara akan di tangkap dengan prinsip elekrostatic. Selanjutnya gas buang yang telah bersih
dari abu akan melalui IDF dan di buang ke chimney/cerobong.
Gambar 4.7 Ilustrasi DCS Smoke System
Untuk alur bahan bakar proses diawali dari Coal Bunker kemudian batu bara turun sesuai
dengan kecepatan penyetelan speed Coal Feeder yang bisa diketahui tonase konsumsi batu bara
perjamnya. Kemudian batu bara dihembuskan udara panas (hot air) yang bercampur dengan gas
sisa pembakaran melalui Temperature Gas Pipe dengan temperature inlet fan mill 450 oC, batu
bara masuk ke Fan Mill. setelah batu bara digerus menjadi serbuk kemudian melewati dua unit
Separator sebagai pemisah antara serbuk batu bara yang lembut dan yang masih kasar. Untuk
partikel batu bara yang kasar akan melewati Recycle untuk digerus kembali. Selanjutnya untuk
yang lolos dari separator akan melewati Coal Pipe dan Coal Burner dengan masing-masing Fan
Mill terbagi menjadi empat titik sudut furnace.
Gambar 4.8 View DCS Mill System
Dari BFWP (Boiler Feed Water Pump) kemudian melalui HP Heater. Air masuk ke Feed Line
Boiler dengan temperature ± 145 oC, kemudian akan melewati Subordinate Economizer dan
selanjutnya ke Superior Economizer dengan temperature outlet ± 230 oC. Air masuk ke steam
drum. Didalam steam drum air melalui Separator sebagai pemisah perubahan wujud air menjadi
steam. Untuk yang berwujud steam akan melewati Dryer kemudian masuk ke steam system,
sedangkan yang masih berwujud fluida, air akan turun ke down comer dan menyebar ke Water
wall yang akan menyerap panas dari furnace dengan temperature pembakaran sebesar ± 750 oC .
Kemudian air dengan perubahan density akan naik masuk ke Steam drum melalui separator
sebagai pemisah perubahan wujud air. Untuk yang berwujud steam akan melewati Dryer
kemudian masuk ke steam system, sedangkan yang masih berwujud fluida, air akan turun ke
down comer kembali. Dengan prinsip Natural Cyrculation dan berlangsung secara terus
menerus.
Gambar 4.9 View DCS Water System
Steam dari steam drum, akan mengalir menuju First Superheater inlet header, steam menerima
Pemanasan dari flue gas sebesar ±550 0C yang akan menghasilkan steam dengan temperatur
±3500C. Steam akan melalui Spraying water desuperheater. Dari spraying, steam bertambah
kandungan airnya sehingga akan di panasi kembali melalui Secondary Superheater, dengan
Pemanasan dari flue gas sebesar ±700 0C, maka temperatur pada secondary superheater outlet
header dapat dicapai sesuai standart konsumsi yaitu 420 0C-4400C. Kemudian masuk ke Main
Steam header sebelum di suplay ke Turbin.
Gambar 4.10 View DCS Steam System
Berdasarkan alur proses yang ada pada turbin dapat diilustrasikan pada alur koordinasi
turbin dan gerator adalah sebagai berikut:
Turbin uap adalah mesin turbo (mesin berputar) yang berfungsi sebagai penggerak
utama dengan prinsip mengubah energi panas (entalpi) menjadi energi kinetik (energi
rotasi). Di mana pada PLTU poros turbin terhubung dengan generator untuk mengubah
energi Mekanis menjadi energi Listrik. Poros turbin, lansung atau dengan bantuan roda
gigi reduksi
4.5.1 Generator
Generator turbin QF-60-2-10.5A merupakan generator tiga fase, dua kutub, mesin
sinkron - rotor silindris, di kopel langsung dengan steam turbin. Inti stator dan lilitan
stator didinginkan oleh udara secara tidak langsung dan lilitan rotor didinginkan oleh
udara secara langsung (menggunkan 4 in-house cooler diinstal vertical pada empat
sudut di frame generator). Dengan Sistem static thyristor excitation dan pedestal
bearing.
Gambar 4.13 Proses Turbin generator Embalut Unit 1&2
Berdasarkan dari ilustrasi alur proses produksi maka pada setiap proses memiliki
keterangan sebagai sebagai berikut:
Steam yang di suplay dari boiler akan masuk melalui Main Steam Valve kemudian
melalui Governing valve menggerakkan sudu-sudu turbin, steam dari tahapan-tahapan
memutar turbin selanjutnya akan di manfaatkan menjadi lima bagian yaitu Extraction 1,
Extraction 2, Extraction 3, Extraction 4, dan Extraction 5. Pada Extraction 1 panas
steam dengan temperature ± 309 oC akan dimanfaatkan untuk memanaskan air umpan
boiler pada No.1 HP Heater (High Presure Heater 1).
Gambar 3.14 Turbin Main Steam System View DCS CFK unit 1 dan 2
Pada Extraction 2 panas steam dengan temperature ± 218 oC akan dimanfaatkan untuk
memanaskan air umpan boiler pada No.2 HP Heater (High Presure Heater 2), Pada
Extraction 3 panas steam dengan temperature ± 155 oC akan dimanfaatkan untuk
memanaskan dan treatment air umpan pada Deaerator, sedangkan Pada Extraction 4
panas steam dengan temperature ± 103 oC akan dimanfaatkan untuk memanaskan air
dari condensate system pada No. 4 LP Heater (Low Presure Heater 4), Pada Extraction
5 panas steam dengan temperature ± 81 oC akan dimanfaatkan untuk memanaskan air
dari condensate system pada No. 5 LP Heater (Low Presure Heater 5).
4.5.1.2 Condensate dan Heater System
Gambar 3.15 Condensate dan Heater System View DCS CFK unit 1 dan 2
Turbin yang terhubung satu poros dengan generator mengalami putaran sebesar 3000 rpm. Pada
CFK Unit 1&2 sistem Exitasi yang digunakan menggunakan brushless. Dengan listrik yang di
hasilkan pada generator sebesar 25 MW, untuk pemakaian sendiri sebesar ± 2.5 MW masing-
masing dan Listrik yang terkirim ke PLN melalui Main Trafo CFK 1&2 dan ke jaringan PLN
sebesar 22,5 MW dengan total pengiriman listrik sebesar 45 MW.
Gambar 3.16 Turbin dan Generator System View DCS unit 1 dan 2
Secara sederhana dapat di gambarkan bahwa proses system excitasi generator di CFK #1&2
terlihat dalam gambar berikut :
Berdasarkan alur proses yang ada pada turbin dapat diilustrasikan pada alur koordinasi
turbin dan gerator adalah sebagai berikut:
.
Gambar 4.18 Alur Proses Koordinasi Turbin dan Generator Bagian Terkait
Analisa dari metode Ergonomi Checklist dengan pokok bahasan Machine Safety
terdapat 19 butir checklist. Sebanyak 16 butir checklist yang dapat terapkan untuk
melakukan analisa ergonomi di pada bagian Distribution Control system (DCS) unit
1 dan 2, dan 3 butir checklist karena tidak sesuai dengan kondisi di lokasi hal ini
dikarenakan 3 butir tersebut tidak bisa diterapkan pada area penelitian yang bergerak
pada industry kelistrikan. Dari 16 butir checklist terdapat 2 butir yang menjadi perioritas
dan perlu untuk diperhatikan yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
4.8.1 Poin ke-32 Desain Kontrol untuk Mencegah Operasi yang Tidak Disengaja
Desain control operasi yang baik telah diterapkan pada lokasi penelitian, operasi kontrol
yang tidak disengaja dapat menyebabkan masalah serius yang yang dapat merugikan
manusia atau kerusakan bagi mesin, dan dapat menurunkan produktifitas. Kesalahan
operasi bisa terjadi terutama ketika banyak kontrol terletak di saling berdekatan dan
kesalahan kontrol pada saat pengaktifan. Tata letak control operasi dan design kontrol
sangat dipertimbangkan dengan standart yang ditentukan, pekerja akan merasa lebih
aman dan bisa lebih berkonsentrasi dengan baik pada tugas mereka sehingga dapat
mengefisienkan produktifitas. Salah satu desain control yang baik adalah menjauhkan
tombol power on-off atau switch darurat karena kedua tomol ini sangat penting untuk
tidak disalah gunakan. Perlunya penambahan penutup pada tomol control yang sangat
berbahaya menjadi salah satu usulan yang perlu diperbaiki.
4.8.2 Poin ke-33 Membuat Kontrol Darurat Dengan Jelas, Terlihat dan Dapat
Mudah Diakses Dari Posisi Natural Operator.
Tombol control darurat sangat penting dan telah diterapkan pada lokasi penelitian
Berdasarkam pengamatan pada situasi darurat tombol darurat sangat diperlukan untuk
menginformasikan yang sangat penting dan bersifat darurat. Operator akan kesulitan
jika tombol darurat sulit dijangkau, oleh karena itu dirancang dengan sangat baik
sehingga tindakan yang dilakukan tanpa ada kesalahan. Dalam keadaan darurat, Harus
diadakan pelatihan bagi semua para operator/ pekerja baru mengenai keamanan mesin
sebelum mereka diijinkan mengoperasikan mesin apapun, hal ini penting untuk
diperhatikan pada saat keadaan darurat. Beberapa yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1. Menggunakan kontrol darurat atau label yang mudah dijangkau dan dapat cepat
ditemukan oleh operator/pekerja,
2. Menggunakan kontrol darurat dengan ukuran cukup besar dan mudah diaktifkan,
3. Kontrol darurat harus diberi label dan berwarna yang menerangkan suatu makna
sesuai dengan aturan di masing-masing negara, dan
4. Pastikan bahwa kontrol ini sesuai dengan standar peraturan.
4.8.3 Poin ke-34 Membuat Kontrol yang Berbeda, Mudah Dibedakan pada
Masing-Masing Lainnya.
4.8.4 Poin ke-35 Pastikan Pekerja Bisa Melihat dan Menjangkau Semua Kontrol
Dengan Nyaman
Berdasarkan pengamatan secara langsung poin ergonomic checklist ke-35 telah
diterapkan yang dapat dilihat pada Gambar 5.5 sebgai berikut:
Berdasarkan pengamatan pada butir ke-35 pada Distribution Control system (DCS)
semua barang yang tersentuh oleh tangan harus dilakukan secara terorganisir. Jika
kontrol tidak mudah dilihat atau dijangkau, operator maka akan mempersulit kinerjanya
karena tidak disesuaikan dengan kenyamanan. Hal ini bisa menyebabkan kesalahan.
Kontrol ditempatkan terlalu tinggi menyebabkan ganguan pada bahu sehingga terasa
sakit, dan kontrol yang ditempatkan terlalu rendah menyebabkan gangguan pada
punggung. Sehingga penting untuk menemukan kontrol di tempat yang mudah
dijangkau dari postur kerja normal.
Beberapa mesin memiliki kontrol yang sulit untuk dipelajari pengoperasianya. Urutan
operasi pengendalian bisa jadi mudah dipelajari jika kontrol diposisikan untuk diikuti
berdasarkan fungsinya. Jika urutan control tidak sesuai dengan posisi standart mesin
yang ditetapkan, maka akan terjadi kesalahan operasi yang mengarah kegagalan operasi.
Hal ini dapat dihindari dengan menemukan kontrol yang sama sesuai urutan operasinya.
Dengan menempatkan kontrol dalam urutan logis.
Menampilkan dari informasi sinyal tentang sebuah kegiatan operasi harus mudah
dikenali. Berdasarkan pengamatan kondisi ini penting untuk pertimbangkan lokasi
display dan sinyal, juga untuk membuat mereka mudah dibedakan satu sama lain. Yang
dengan usulan sebagai berikut:
1. Meletakkan dispplay atau sinyal penting dimana operator bekerja. Dengan sudut
pandang sekitar 20-50 derajat di bawah garis horizontal dari mata operator,
2. Menggunakan ukuran, bentuk atau warna pada tampilan display dan sinyal, dan
3. Menggunakan display angka yang cukup besar sehingga mudah dibaca dari
kejauhan. Untuk operator yang melihat layar pada jarak 1 m, 500-800 lux.
4.8.8 Poin ke-40 Menggunakan Tanda atau Warna pada Display Untuk
Membantu Pekerja Mengerti Apa yang Harus Dilakukan.
\
Gambar 4.27 Display Indicator , Indikator level air unit 1 dan Indikator level air unit 2
Sehingga warna hjau dapat diartikan level air sesuai dengan kondisi aktual. Kode warna
dalam industry ini sangat penting agar operator dapat mengetahui kondisi dilapangan
mengenai status yang dapat dipantau melalui DCS. Perlunya perbaikan pada display
indicator level air yang terdapat pada unit 2 karena akan membantu menstabilkan level
air di ketel uap.
4.8.9 Poin ke-41 Menggunakan Simbol Hanya Jika Mudah Dipahami oleh Orang
–Orang Lokal.
4.8.10 Poin ke-42 Membuat Label dan Tanda Mudah Dilihat, Mudah Dibaca dan
Mudah Dimengerti.
Berdasarkan pengamatan langsung ada beberapa tombol sistem operasi yang tidak
terdapat lebel operasi yang mudah dipahami. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan
operasi dan dapat menghambat dalam melakukan tindakan emergency. Label dan tanda
sangat diperlukan dalam membantu pengoperasian sebuah unit mesin dengan tepat.
4.8.11 Poin ke-43 Menggunakan Tanda Peringatan yang Mudah Dipahami Oleh
Pekerja Dengan Benar.
4.8.12 Poin ke-45 Membeli atau Mengadakan Mesin yang Memenuhi Kriteria
Keselamatan.
Penerapan System Interlock di CFK unit 1 dan 2 terlihat sangat komplek dikarenakan
mesin pada pembangkit keamanan unit sangat di tekankan, karena dampak yang sangat
luas baik terhadap unit maupun pekerja. Bahaya yang dapat terjadi berupa ledakan Ketel
Uap atau Kebakaran yang dapat mengancam keselamatan pekerja. Sehingga interlock
system yang ada tidak hanya bertujuan untuk melindungi pekerja akan tetapi
melindungi mesin dari kerusakan yang berdampak pada ancaman keselamatan pekerja
serta kerugian finansial yang timbul sangat besar. Berdasarkan pengamatan secara
langsung poin ergonomic checklist ke-48 telah diterapkan yang dapat dilihat pada
Gambar 4.14 sebagai berikut:
Gambar 4.34 Sistem Interlock Mesin Boiler (ketel uap)
Interock pada Boiler di Distribution Control system (DCS) pada unit 1 dan unit 2
menggunakan sistem interlock secara programing, berdasarkan gambar tersebut dapat
dilihat bahwa pengamanan yang utama adalah menghentikan proses pembakaran. Pada
kondisi berbahaya pengaman interlock secara otomatis akan menghentikan proses
produksi sehingga tidak menimbulkan resiko yang lebih besar.