Anda di halaman 1dari 13

BAB III

PERANCANGAN SISTEM JARINGAN ENODEB

3.1 Diagram Alir Perancangan


Perancangan jaringan eNodeB menggunakan serat optik dapat dilihat dalam
diagram berikut:

Gambar 3.1 Diagram Alir Perancangan

15
3.2 Penentuan Lokasi Penelitian
3.2.1 Kecamatan Loksado, Kandangan, dan Kalumpang

Gambar 3.2 Kabupaten Hulu Sungai Selatan [6]

Secara geologis, Kabupaten Hulu Sungai Selatan terdiri dari pegunungan dari
arah timur ke selatan namun dari arah barat ke utara merupakan daerah rendah yang
berawa. Letak geografis Kabupaten Hulu Sungai Selatan terletak di antara 2°29′
59″- 2° 56’10″ Lintang Selatan dan 114°51′ 19″ – 115° 36’19″ Bujur Timur.
Kecamatan yang dipilih untuk penelitian adalah kecamatan Loksado,
Kandangan, dan Kalumpang dengan luas wilayah masing-masing sebagai berikut:
Tabel 3.1 Luas Wilayah per Kecamatan [7]

No Kecamatan Luas Wilayah (𝒌𝒎𝟐 )


1 Loksado 338.89
2 Kandangan 106.71
3 Kalumpang 135.07

3.2.2 Data penduduk


Berikut adalah sample data yang akan digunakan untuk penghitungan trafiks
user pada lokasi penelitian:

16
Tabel 3.2 Data penduduk lokasi penelitian [7]

Tahun
No Kecamatan
2011 2012 2013 2014 2015
1 Loksado 8327 8457 8582 8715 8839
2 Kandangan 46744 47373 48006 48583 49737
3 Kalumpang 6064 6115 6167 6212 6263

3.3 Penghitungan Trafik User


Dalam perancangan jaringan eNodeB 4G/LTE menggunakan serat optik
diperlukan penghitungan trafik user menggunakan capacity planning terlebih
dahulu. Adapun tahap-tahap yang dilakukan sebagai berikut:

3.3.1 Estimasi Jumlah dan Target User


Untuk menentukan estimasi jumlah dan target user, maka diperlukan parameter
untuk mendapatkan hasil tersebut. Penghitungan dilakukan dengan meninjau
tingkat pertumbuhan user, jumlah user usia produktif, market share operator, dan
penetrasi layanan LTE pada Kecamatan Loksado, Kandangan, dan Kalumpang.

Tabel 3.3 Parameter Estimasi Jumlah & Target User

Nilai
No Parameter Ket.
Kec.Loksado Kec.Kandangan Kec.Kalumpang
Jumlah penduduk Jumlah penduduk tiap
1 8839 49737 6309
tahun acuan (2015) kecamatan [7]
63% dari jumlah
Penduduk usia
2 5569 31335 3975 penduduk tiap
produktif
kecamatan
Faktor pertumbuhan
3 0.0151 0.0125 0.008 Hasil perhitungan
penduduk per tahun
4 Jumlah wisatawan 100 0 0 Estimasi per hari [7]
Market share
5 30% Indosat
operator
6 Penetrasi LTE 50% Asumsi [8]

Estimasi jumlah user ini dilakukan agar sistem yang dirancang dapat
memenuhi kebutuhan layanan dalam beberapa tahun ke depan. Jumlah estimasi
user dapat diprediksi dengan menggunakan persamaan (2.1). Dengan hasil sebagai
berikut:

17
Tabel 3.4 Estimasi Jumlah User

Kec. Loksado Kec. Kandangan Kec. Kalumpang


𝟓 5
Pn = 8839 ( 1 + 0.0151 ) Pn = 49737 ( 1 + 0.0125 ) Pn = 6309 ( 1 + 0.008 )5
+100 wisatawan
Pn = 9627 jiwa Pn = 52925 jiwa Pn = 6566 jiwa

Perhitungan dilakukan menggunakan persamaan (2.2) dengan parameter


input jumlah user 5 tahun ke depan, penduduk usia produktif, market share
operator, dan penetrasi LTE.
Tabel 3.5 Total Target User

Kec. Loksado Kec. Kandangan Kec. Kalumpang


Cx = 9627 x 0.63 x 0.3 x 0.5 Cx = 52925 x 0.63 x 0.3 x 0.5 Cx = 6566 x 0.63 x 0.3 x 0.5
Cx = 911 user Cx = 5002 user Cx = 620 user

Menentukan kategori wilayah dengan persamaan (2.3) dengan parameter


penduduk usia produktif, market share dan luas wilayah.
Tabel 3.6 Kategori Wilayah per Kecamatan

Kec. Loksado Kec. Kandangan Kec. Kalumpang


1671 9401 1193
Kategori = ( ) Kategori = ( ) Kategori = ( )
338.89 106.71 135.07
Kategori = 4.93 = 5 (rural) Kategori = 88.01 = 89 (sub-urban) Kategori = 8.83 = 9 (rural)

3.3.2 Single User Throughput (SUT)


Perhitungan service model parameter menggunakan persamaan (2.4), dapat
menghitung throughput uplink dan downlink untuk tiap layanan. Sebagai contoh
akan dihitung nilai throughput pada sisi uplink pada layanan VoIP.
1
Throughput = Bearer Rate x Session Time x Session Duty Ratio x ( )
1-BLER
1
= 26.9 × 80 × 0.4 ×
1-0.01

= 869,5 kbit

18
Tabel 3.7 Throughput Layanan [2]

Uplink (UL) Downlink (DL) UL DL


PPP PPP PPP PPP
Traffic Bearer Bearer Throughput Throughput
Session Session Session Session
Parameters Rate BLER Rate BLER Per Session Per Session
Time Duty Time Duty
(Kbps) (Kbps) (Kbit) (Kbit)
(s) Ratio (s) Ratio
VoIP 26.90 80 0.4 1% 26.90 80 0.4 1% 869.5 869.5
Video
62.53 70 1 1% 62.53 70 1 1% 4421 4421
Phone
Video
62.53 1800 1 1% 62.53 1800 1 1% 113687 113687
Conference
Real Time
31.26 1800 0.2 1% 125.06 1800 0.4 1% 11369 90950
Gaming
Streaming
31.26 3600 0.05 1% 250.11 3600 0.95 1% 5684 864023
Media
IMS
15.63 7 0.2 1% 15.63 7 0.2 1% 22 22
Signalling
Web
62.53 1800 0.05 1% 250.11 1800 0.05 1% 5684 22737
Browsing
File
140.69 600 1 1% 750.34 600 1 1% 85265 454749
Transfer
Email 140.69 50 1 1% 750.34 15 1 1% 7105 11369
P2P File
250.11 1200 1 1% 750.34 1200 1 1% 303166 909498
Sharing

Setelah didapatkan kebutuhan throughput pada tiap layanan, dilakukan


perhitungan single user throughput. Perhitungan single user throughput
menggunakan persamaan (2.5) dengan beberapa parameter seperti penetration
ratio, BHSA dan masing-masing throughput pada sisi uplink dan downlink dengan
parameter yang tertera pada tabel 3.7. Pada perhitungan ini peak to average ratio
diasumsikan 10% untuk wilayah sub-urban dan 0% untuk wilayah rural.
Perhitungan nilai single user throughput pada sisi uplink dan downlink dilakukan
sebagai berikut:

throughput
session x BHCA x Penetration Ratio x (1+Peak to Average Ratio)

SUTUL/DL =
3600

21135
SUTUL = 3600
= 5.87 kbps

75388.4
SUTDL = 3600
= 20.94 kbps

19
Tabel 3.8 Single User Throughput [2]

Sub-urban Rural
Traffic Parameters
SUT UL (Kbps) SUT DL (Kbps) SUT UL (Kbps) SUT DL (Kbps)
VoIP 479 479 391.27 391.27
Video Phone 97.26 97.26 44.21 44.21
Video Conference 1250.6 1250.6 284.23 284.23
Real Time Gaming 125.04 1000.5 56.84 454.76
Streaming Media 31.26 4752.09 85.25 12960
IMS Signalling 29.176 29.176 26.52 26.52
Web Browsing 1875.9 7503.3 1136.91 4547.45
File Transfer 3752 20001 3411 18190
Email 156.32 250.11 71.06 113.69
P2P File Sharing 13339 40018 6063 18190
Total SUT (Kbit) 5.87 20.94 3.21 15.33

3.3.3 Network Throughput


Nilai network throughput dapat ditentukan dengan persamaan (2.6) dan
(2.7), dengan mengalikan jumlah estimasi pelanggan dengan nilai single user
throughput. Akan didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 3.9 Network Throughput

Kec. Loksado Kec. Kandangan Kec. Kalumpang


UL = 5002 x 5.87 = 29.36 Mbps
UL = 911 x 3.21 = 2.924 Mbps UL = 602 x 3.21 = 1.932 Mbps
DL = 5002 x 20.94 = 104.74
DL = 911 x 15.33 = 13.965 Mbps DL = 602 x 15.33 = 9,229 Mbps
Mbps

3.3.4 Perhitungan Cell Throughput


Untuk menghitung cell throughput dapat menggunakan persamaan (2.8)
dan persamaan (2.9). Dengan bandwidth yang digunakan adalah 10 MHz, resource
block sebanyak 50 dan MIMO 2x2, didapatkan hasil dari perhitungan pada sisi
downlink sebagai berikut:

20
Tabel 3.10 Cell Throughput Downlink [2]

SINR DL MAC DL Cell


Code Code SINR average
Modulation Probability throughput
bits Rate (min.) (dB) throughput
(Pn) (MBps) MAC
(MBps)
QPSK 1/3 2 0.67 -1.5 - 0.3 0.28 16.1
4.5
QPSK 1/2 2 0.5 0.3 - 2 0.25 12
3
QPSK 2/3 2 0.67 2 - 4.5 0.17 16.1
2.7
16QAM 1/3 4 0.5 4.5 - 6 0.13 24
3.1
16QAM 2/3 4 0.67 6 - 8.5 0.1 32.2
3.2
16QAM 4/5 4 0.8 8.5 - 10.8 0.05 38.4
1.9
64QAM 1/2 6 0.5 10.8 - 12.5 0.01 36
0.7
64QAM 2/3 6 0.67 12.5 - 13.5 0.01 48.3
0.5
Cell Throughput Downlink
19.3 Mbps

Dan hasil dari perhitungan pada sisi uplink adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11 Cell Throughput Uplink [2]

SINR UL Cell
Code Code SINR UL MAC average
Modulation Probability
bits Rate (min.) (dB) throughput throughput
(Pn) (MBps) MAC
(MBps)
QPSK 1/3 2 0.67 -1.5 - 0.3 0.28
19.3 5.4
QPSK 1/2 2 0.5 0.3 - 2 0.25
14.4 3.6
QPSK 2/3 2 0.67 2 - 4.5 0.17
19.3 3.3
16QAM 1/3 4 0.5 4.5 - 6 0.13
28.8 3.7
16QAM 2/3 4 0.67 6 - 8.5 0.1
38.6 3.9
16QAM 4/5 4 0.8 8.5 - 10.8 0.05
46.1 2.3
64QAM 1/2 6 0.5 10.8 - 12.5 0.01
43.2 0.9
64QAM 2/3 6 0.67 12.5 - 13.5 0.01
57.9 0.6
Cell Throughput Uplink
23.2 Mbps

21
3.3.5 Perhitungan Jumlah Sel
Dengan menggunakan persamaan (2.10), maka didapatkan jumlah sel yang
dibutuhkan sebagai berikut:
Tabel 3.12 Jumlah Sel per Kecamatan

Kec. Loksado Kec. Kandangan Kec. Kalumpang


2.924 29.36 1.932
UL = = 0.126 = 1 sel UL = = 1.26 = 2 sel UL = = 0.143 = 1 sel
23.2 23.2 23.2
13.965 104.74 9.229
DL = = 0.723 = 2 sel DL = = 5.42 = 6 sel DL = = 0.478 = 1 sel
19.3 19.3 19.3

3.4 Perancangan Link Jaringan Serat optik


Perancangan link jaringan backhaul serat optik dilakukan setelah didapatkan
jumlah eNodeB yang dibutuhkan dan pengukuran jarak antar eNodeB dilakukan
menggunakan google earth. Sebelum melakukan perancangan, terlebih dahulu
dilakukan penentuan topologi yang digunakan yaitu topologi ring.
Pemilihan topologi tersebut berfungsi untuk memudahkan proses perancangan
link jaringan backhaul serat optik. Pada gambar 3.3 dan tabel 3.13 merupakan lokasi
perencanaan jaringan backhaul yang meliputi tiga kecamatan dan berdasarkan
teknologi yang digunakan untuk masing-masing link antar eNodeB.

Gambar 3.3 Konfigurasi Jaringan Backhaul 4G/LTE

22
Tabel 3.13 Titik koordinat dan kapasitas untuk setiap eNodeB

Koordinat Kapasitas ENodeB


No Link Akses
Latitude Longitude UL (Mbps) DL (Mbps)
1 Kandangan 1 2°40’38.62”S 115°10’10.06”E 69,6 57,9

2 Kandangan 2 2°43’53.90”S 115°13’23.27”E 69,6 57,9

3 Kandangan 3 2°48’27.87”S 115°16’52.87”E 765,6 636,9

4 Kalumpang 1 2°50’17.95”S 115°5’30.11”E 69,6 57,9

5 Kalumpang 2 2°44’56.26”S 115°4’4.91”E 69,6 57,9

6 Kalumpang 3 2°48’3.37”S 115°8’51.55”E 278,4 231,6

7 Kalumpang 4 2°50’30.19”S 115°12’10.10”E 69,6 57,9

8 Loksado 1 2°52’48.41”S 115°20’42.24”E 69,6 57,9

9 Loksado 2 2°48’18.16”S 115°21’17.74”E 69,6 57,9

10 Loksado 3 2°52’10.90”S 115°26’32.70”E 69,6 57,9

11 Loksado 4 2°47’37.24”S 115°25’49.80”E 487,2 405,3

12 Loksado 5 2°49’29.06”S 115°31’44.28”E 69,6 57,9

13 Loksado 6 2°44’47.88”S 115°30’35.64”E 69,6 57,9

14 Loksado 7 2°44’25.46”S 115°36’3.11”E 69,6 57,9

ENodeB Kalumpang 3 merupakan sentral untuk Kecamatan Kalumpang


dan memiliki kapasitas uplink sebesar 278,4 Mbps dan downlink sebesar 231,6
Mbps. Pada eNodeB Loksado 4 merupakan sentral untuk Kecamatan Loksado dan
memiliki kapasitas uplink sebesar 487,2 Mbps dan downlink sebesar 405,3 Mbps.
Sedangkan pada eNodeB Kandangan 3 merupakan core network atau controller
yang menjadi sentral untuk tiga kecamatan sehingga memiliki kapasitas yang lebih
banyak yaitu kapasitas uplink sebesar 765,6 Mbps dan kapasitas downlink 636,9
Mbps. Berikut adalah jarak backhaul link dan link akses antar eNodeB:

Tabel 3.14 Jarak antar eNodeB Backhaul link

No Backhaul Link Jarak (km)


1 Kalumpang 3 – Kandangan 3 14
2 Kandangan 3 – Loksado 4 40
Total 54

23
Tabel 3.15 Jarak antar eNodeB Link Akses

No Link Akses Jarak (km)

1 Kalumpang 3 – Kalumpang 1 20, 5


2 Kalumpang 3 – Kalumpang 2 21,3
3 Kalumpang 3 – Kalumpang 4 18,4
4 Kandangan 3 – Kandangan 1 23,8
5 Kandangan 3 – Kandangan 2 15,75
6 Loksado 4 – Loksado 1 19,5
7 Loksado 4 – Loksado 2 8,8
8 Loksado 4 – Loksado 3 10,1
9 Loksado 4 – Loksado 5 13,4
10 Loksado 4 – Loksado 6 9,7
11 Loksado 4 – Loksado 7 21,7

Pada perancangan dalam Tugas Akhir ini, diasumsikan bahwa sentral atau core
network berada di Kecamatan Kandangan untuk memudahkan komunikasi data
antar eNodeB dengan jarak yang tidak terlalu jauh sehingga kualitas data yang
diterima sangat baik.

3.4.1 Teknologi Perancangan pada Jaringan ENodeB


a. Perancangan Backhaul link
Jarak backhaul link dalam penelitian ini merupakan jarak jauh, maka sumber
optik yang akan digunakan adalah Laser Diode (LD) karena mempunyai
karakteristik handal seperti dapat memancarkan cahaya dengan intensitas tinggi,
stabil, dan merambat dengan kecepatan sangat tinggi sehingga dapat menempuh
jarak yang jauh [9].
Agar sinyal dapat dideteksi oleh receiver dengan baik maka diperlukan
detektor optik yang handal yaitu Avalanche photodiode karena dapat
meningkatkan sensitivitas penerima [9]. Jaringan backhaul link menggunakan
STM-16 karena memiliki kecepatan hingga 2488.320 Mbps (2.5 Gbps) yang dapat
memenuhi kebutuhan kapasitas setiap eNodeB. Perangkat STM-16 yang mengacu
pada ITU-T G.957 dapat diintegrasikan menggunakan teknologi DWDM.

24
Dengan standart yang ada, digunakan serat optik singlemode dengan
spesifikasi yang mengacu pada ITU-T G.652 dan panjang gelombang 1550 nm.
Dalam menentukan panjang gelombang serat optik yang digunakan, 1550 nm
merupakan third window optic yang memiliki atenuasi terkecil.

Tabel 3.16 Optical interface parameter perancangan Backhaul link [10]

Item Unit Value


Nominal line rate Mbps 2488.32
Operating channel spacing GHz 10
Line code - Scrambled NRZ
Operating wavelength nm 1550
Mean launch power minimum dBm +3
Mean launch power maximum dBm -2
Bit error ratio reference level - 10-10
Sensitivity dBm -28
Overload dBm -9

b. Perancangan Link Akses


Teknologi transport untuk jaringan akses perlu ditentukan agar data yang
dikirimkan dari jaringan backhaul ke titik eNodeB sesuai dengan yang diinginkan
serta dapat mendukung jaringan backhaul dan core network. Dengan menggunakan
teknologi GPON pada jaringan link akses, maka diperlukan beberapa parameter
perancangan yang mengacu pada standart ITU-T G.984.2 tentang teknologi GPON
dan didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 3.17 Optical interface parameter GPON untuk upstream [11]

Item Unit Value


OLT transmitter
Nominal line rate Mbps 1244.16
Operating channel spacing GHz 10
Line code - Scrambled NRZ
ODN class A B C
Mean channel launch power minimum dBm -3 -2 +2
Mean channel launch power maximum dBm +2 +3 +7
ONU receiver
Bit error ratio reference level - 10-10
ODN classs A B C
Sensitivity dBm -24 -28 -29
Overload dBm -3 -7 -8

25
Tabel 3.18 Optical interface parameter GPON untuk downstream [11]

Item Unit Value


OLT transmitter
Nominal line rate Mbps 2488.32
Operating channel spacing GHz 10
Line code - Scrambled NRZ
ODN class A B C
Mean channel launch power minimum dBm 0 +5 +3
Mean channel launch power maximum dBm +4 +9 +7
ONU receiver
Bit error ratio reference level - 10-10
ODN classs A B C
Sensitivity dBm -21 -21 -28
Overload dBm -1 -1 -8

3.4.2 Perhitungan Link Power Budget


Perhitungan redaman dibutuhkan untuk mendapatkan minimum power
(receiver sensitivity) sesuai dengan yang ditentukan. Dengan menggunakan
persamaan (2.15), maka dapat dihitung link power budget untuk link akses.
Sehingga didapatkan total loss sebagai berikut:

Tabel 3.19 Link Power Budget Link Akses

Loss (dB) Total Loss


No Backhaul Link
Kabel Konektor Splicing Splitter (dB)
1 Kandangan 3 – Kandangan 1 8,33 1,2 0,3 11,75 20.175
2 Kandangan 3 – Kandangan 2 5,5125 1,2 0,2 11,75 2.455
3 Kalumpang 3 – Kalumpang 1 7,175 1,2 0,3 11,75 19.34
4 Kalumpang 3 – Kalumpang 2 7,455 1,2 0,3 11,75 21.33
5 Kalumpang 3 – Kalumpang 4 6,44 1,2 0,2 11,75 18.4125
6 Loksado 4 – Loksado 1 6,825 1,2 0,2 11,75 19.725
7 Loksado 4 – Loksado 2 3,08 1,2 0,1 11,75 15.88
8 Loksado 4 – Loksado 3 3,535 1,2 0 11,75 16.235
9 Loksado 4 – Loksado 5 4,69 1,2 0,1 11,75 17.499
10 Loksado 4 – Loksado 6 3,395 1,2 0,1 11,75 16.195
11 Loksado 4 – Loksado 7 7,595 1,2 0,3 11,75 20.595

26
Untuk penghitungan link power budget backhaul memerlukan parameter-
parameter seperti daya transmit, loss maksimum, dan gain amplifier. Dengan
menggunakan persamaan (2.14), maka LPB backhaul link:

LPB = (𝛼𝑐 × 𝑁𝑐) + (𝛼𝑓 × 𝐿) + (𝛼𝑠 × 𝑁𝑠)


= (0,3 × 3) + (0,35 × 54) + (0,1 × 13)
= (0,9) + (18,9) + (1,3) = 29,1 dB.

Sehingga power pada Rx dapat dihitung sebagai berikut:

PRx = PTx (dBm) - loss total (dB) + Gain amplifier (dB)


= 3 – 29,1 + 8
= -18,1 dBm.
Perhitungan parameter Q-factor didapati dengan persamaan (2.12) dan
(2.13). Dengan mengambil nilai 𝑃𝑖𝑛,1480 = −18,1 dBm = −48,1 dBw =
1.548882 x 10−5 𝑊𝑎𝑡𝑡, 𝑅 = 1 𝐴/𝑊, 𝑀 = 3, 𝑞 = 1,69𝑥10−19 𝐶, 𝐹(𝑀) = 4, 𝐵𝑒 = 2,5 𝐺𝐻𝑧, 𝐾𝐵 =
1,38𝑥10−23 𝐽/𝐾, 𝑇 = 298 𝐾, 𝑅𝐿 = 50 𝑜ℎ𝑚, maka didapatkan:
(PinRM)2
SNR = 4.KB. T.Be
2(q)Pin.R.M2 .F(M).Be +
RL
2
(9,772𝑥10−6 .1.3)
SNR = 4.1,38𝑥10−23 .298.2,5𝑥109
(2.1,69𝑥10−19 .9,772x10−6 .1.32 .4.2,5𝑥109 )+
50

SNR = 31.2 dB
𝑆𝑁𝑅
10 20
𝑄= 2
31,2
10 20
𝑄= 2

𝑄 = 18.1476
Perhitungan parameter BER, didapati dengan persamaan (2.14) sebagai berikut:
Q2
1
BER = Q√2π e− 2
18.1476
1
BER = e− 2
18.1476 √2π

BER = 6.72729 x 10−74 .

27

Anda mungkin juga menyukai