Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMODELAN 3D DATA DEMNAS, KONTUR, SRTM DAN ANALISIS


KEPADATAN PENDUDUK PENYEBAB KEMACETAN DI KOTA BANDUNG
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Model Terrain Digital yang diampu
oleh :
Dr. Nanin Trianawati Sugito, ST.,MT
Asri Ria Affriani, ST., M.Eng

Oleh :
Dita Mutia A 2002602

SURVEI PEMETAAN DAN INFORMASI GEOGRAFIS


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan inayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum yang berjudul membuat model 3d data kontur,
demnas dan srtm.
Terima kasih saya ucapkan kepada ibu Nanin Trianawati Sugito, S.T, M.T. yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada
teman teman seperjuangan yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas ini tepat waktu.
Kami menyadari, bahwa laporan praktikum yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan
agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga laporan praktikum ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bandung, 23 Maret 2022

Dita Mutia A
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................ 3
BAB 1..................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................................ 4
1.2 Tujuan ......................................................................................................................................................... 4
BAB 2..................................................................................................................................................................... 5
LANGKAH KERJA.................................................................................................................................................... 5
2.1 Alat dan Bahan ............................................................................................................................................ 5
2.2 Langkah Kerja.............................................................................................................................................. 5
BAB 3..................................................................................................................................................................... 9
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 9
3.3 Hasil ............................................................................................................................................................ 9
3.2 Pembahasan ............................................................................................................................................. 12
3.3 Kesimpulan ............................................................................................................................................... 13
REFERENCE.......................................................................................................................................................... 14
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


DEMNAS adalah Digital Elevation Model Indonesia yang artinya DEM yang
hanya dikhususkan untuk wilayah Indonesia, DEMNAS merupakan salah satu produk
dari Badan Informasi Geospasial untuk melayani ketersediaan data elevasi di Indonesia.
DEMNAS terdiri dari integrasi beberapa data elevasi yang diolah dengan metode
GMTsurface.
DEMNAS sendiri memiliki resolusi spasial 0.27-arcsecond, dengan menggunakan
datum vertikal EGM2008, dan itu lebih akurat di banding dari yang dipublish oleh
USGS. Namun, Data DEMNAS yang dirilis dipotong sesuai dengan Nomor Lembar
Peta (NLP) skala 1:50k atau 1:25k.
Kontur merupakan salah satu bentuk representasi relief muka bumi yang banyak
digunakan, terutama pada peta topografi. Kontur dipilih dikarenakan dapat memberi
informasi secara relatif maupun absolut.
Garis kontur yang rapat memiliki karakteristik lereng terjal atau beda tingginya
besar, sedangkan kontur yang lebih renggang digunakan bagi daerah yang landai.
Kita perlu tau cara untuk membuat model 3D untuk mempermudah dalam
melakukan analisis terutama dalam analisis yang memerlukan ketinggian seperti
kemiringan lereng dan kontur untuk melihat daerah rawan longsor, selain itu juga
dibutuhkan data tambahan seperti jenis tanah di daerah tersebut
Dalam praktikum ini membuat model 3D dari Demnas, Kontur, dan Srtm. Dengan
tujuan agar dapat melihat lebih jelas bentuk dari Demnas, Kontur, dan juga Srtm. Selain
itu juga untuk memberi pengerahan agar dapat membut model 3D dari data-data
tersebut.
Informasi visualisasi data geospasial 3D dapat digunakan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan terkait dengan keberlangsung- an perencanaan, pembangunan
dan operasional infrastruktur di wilayah kota. Kita perlu tau cara untuk membuat model
3D untuk mempermudah dalam melakukan analisis terutama dalam analisis yang
memerlukan ketinggian seperti kemiringan lereng dan kontur untuk melihat daerah
rawan longsor, selain itu juga dibutuhkan data tambahan seperti jenis tanah di daerah
tersebut.

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami konsep Demnas dan Kontur
2. Mahasiswa mampu membuat model 3D dari Demnas, Kontur dan Srtm
3. Mahasiswa mampu mengalanisis Kepadatan Penduduk dan Kemacetan di Kota
Bandung
BAB 2

LANGKAH KERJA

2.1 Alat dan Bahan


1) Laptop
2) Software ArcScene
3) Data tugas 2
4) Data SHP jalan, pemukiman, administrasi desa dan bangunan dikota bandung

2.2 Langkah Kerja


1. Buka ArcScene

2. Lalu kanan pada scene layer, klik property, pada general ubah vertical exaggeration
menjadi 10 dan background colour black
3. Add data hasil tugas 2 kemarin yaitu, SRTM, Demnas dan Kontur Kota Bandung.
Selanjutnya klik kanan pada layer > klik properties > klik base heigt, lalu pilih angka
10 pada custom surface. Lakukan hal serupa pada semua data yang baru ditambahkan

4. Pilih data shp yang akan digunakan, yaitu data Jalan, Pemukiman, Bangunan, dan
Administrasi Desa diKota Bandung
5. Add data SHP Administrasi Desa, klik properties > symbology > di categories pilih
unique value > value field pilih NAMAOBJ > add all values kemudian klik Ok.

6. Add data SHP lainnya, Jalan, Pemukiman dan Bangunan


BAB 3

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3 Hasil
a) Data Administrasi Desa di Kota Bandung

b) Data Pemukiman di Kota Bandung


c) Data Jalan di Kota Bandung

d) Data SHP Pendidikan di Kota Bandung


e) Data SHP Bangunan di Kota Bandung
3.2 Pembahasan

Bandung sebagai salah satu kota besar yang ada di Indonesia merupakan Ibu kota
provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk sebanyak 16.608,57 jiwa dan luas wilayah
167.31 km2. Adapun Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) masih cukup tingi yaitu sebesar 4,54
(BPS Kota Bandung, 2019). Kota Bandung juga merupakan pusat ekonomi Jawa Barat. Kondisi
ini menyebabkan Kota Bandung menjadi magnet bagi kabupaten atau kota disekitarnya. Kota
Bandung juga dikenal kaya akan pusat pendidikan seperti ITB, UNPAD dan UPI. Sehingga
banyak para pelajar maupun mahasiswa yang datang ke Bandung, banyaknya para pendatang
ini menyebabkan meningkatknya populasi di Kota Bandung yang berdampak pada
meningkatnya tingkat kepadatan penduduk (ribu jiwa per kilo meter) yaitu sebesar 14,31/km2
dari tahun 2010 menjadi 14,96/km2 pada tahun 2018. Meningkatnya kepadatan penduduk di
Kota Bandung akan meningkatkan aktifitas masyarakat dan pada akhirnya akan mengurangi
ketertiban masyarakat dalam berlalu lintas. Hal tersebut akan berdampak pada meningkatnya
kemacetan di Kota Bandung salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemacetan adalah
kepadatan penduduk.

Kemacetan dapat disebabkan faktor-faktor seperti pembangunan gedung-gedung pencakar


langit, perluasan jaringan jalan dan jembatan, aturan-aturan lalu lintas, tingkah laku pengemudi
serta ledakan penduduk Peningkatan pengguna jalan sangat erat kaitanya dengan ledakan
penduduk, hal ini disebabkan penduduk akan selalu melakukan mobilitas setiap saat, mobilitas
yang dimaksud disini lebih ditekankan pada pergerakan dalam upaya peningkatan
kesejahteraan hidup.
Selain itu Kota Bandung dikenal sebagai salah satu ibukota Provinsi di Indonesia dengan
Keindahan dan keelokannya, sehingga dijuluki seperti: Kota Kembang (Kota Bunga), Paris
Van Java (Kota Parisnya di Pulau Jawa) dan Europa in de Tropen (Eropanya Daerah Tropis).
Hal tersebut menjadikan Kota Bandung sebagai tujuan wisata bagi para pelancong dari luar
daerah bahkan mancanegara. Namun dibalik keindahannya itu, kemacetan bertambah parah
terutama pada hari-hari libur karena banyaknya pendatang yang akan berwisata. Banyaknya
tempat tujuan wisata, memunculkan banyak pelaku bisnis atau bahkan masyarakat sekitar
lokasi wisata termotivasi untuk menjalankan usaha, baik sebagai sebagai pebisnis besar
maupun para pedagang kaki lima (PKL). Dalam perkembangannya pertumbuhan ekonomi yang
dikembangkan oleh PKL di kota Bandung juga tidak sedinamis yang diharapkan. Hal tersebut
dikarenakan perdagangan yang tumbuh di kota Bandung tidak terkendali dan belum dikelola
dengan baik. Dampak dari pertumbuhan PKL menyebabkan produksi sampah semakin
meningkat, lalu lintas semakin padat dan bahkan macet. Penduduk kota Bandung sendiri tidak
merasa nyaman lagi tinggal di kotanya.

Lalu bagaimana solusinya, menurut Peneliti Ahli Pertama Perwakilan BKKBN Jawa Barat
yaitu Dadang Suhenda, S.K.M., M.A.P. Untuk mengatasi masalah kemacetan tersebut maka
beliau merekomendasikan hal-hal sebagai berikut: 1) Penguatan program pengendalian
penduduk di Kota Bandung; 2) Pengawasan atas setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah;
3) Pemberdayaan dan relokasi PKL; 4) Evaluasi kebijakan produksi mobil murah oleh
pemerintah; 5) Sosialiasi budaya jalan kaki dan bersepeda serta perbaiki aksesnya; 6)
Pembenahan kualitas angkutan umum sehingga dapat mengurangi penggunaan mobil pribadi;

3.3 Kesimpulan
Setelah semua data dioverlay atau diaktifkan layernya pada table of contents di
arcscene, kita bisa melihat secara menyeluruh mengenai kota Bandung sebaran pemukiman,
jaringan jalan, dan sebaran bangunan dan pendidikan kota di kota Bandung. Terlihat, bahwa
persebaran yang terjadi merata baik dataran rendah maupun dataran tinggi. Pemukiman
penduduk yang cukup padat memiliki keterkaitan dengan kemacetan yang terjadi di kota
Bandung. Kemacetan dapat disebabkan faktor-faktor seperti pembangunan gedung-gedung
pencakar langit, perluasan jaringan jalan dan jembatan, aturan-aturan lalu lintas, tingkah laku
pengemudi serta ledakan penduduk.
REFERENCE

https://jabar.bkkbn.go.id/?p=2476
https://bandungkota.bps.go.id/indicator/12/32/1/jumlah-penduduk.html
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/10/01/jumlah-penduduk-kotabandung-
sebanyak-244-juta-jiwa-pada-2020

Anda mungkin juga menyukai