Diajukan untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Geofisika yang diampu oleh :
Disusun Oleh :
Dita Mutia A
2002602
SPIG A
BANDUNG
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
yang telah diberikan, sehingga penyusun bisa menyelesaikan Laporan “Peta Dan Hasil
Pemodelan Geolistrik 1d Dan 2d” ini. Adapun tujuan disusunnya laporan ini adalah untuk
memenuhi Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Survey Geofisika.
Tersusunnya laporan ini tentu bukan karena buah kerja keras saya semata, melainkan juga
atas bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, saya ucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang membantu terselesaikannya laporan ini yaitu, Pak Hendro Murtianto,
M.Sc. dan Pak Totok Doyo P,S.Si, M.Eng selaku dosen pengampu mata kuliah Survey
Geofisika.
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masihlah jauh dari sempurna. Untuk itu, Saya
selaku penyusun menerima dengan terbuka semua kritik dan saran yang membangun agar
laporan ini bisa tersusun lebih baik lagi. Saya berharap semoga laporan ini bermanfaat untuk
kita semua.
Dita Mutia A
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Geolistrik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menginterpretasi
bawah permukaan tanah dengan menggunakan konsep fisika dan tanpa merusak material-
material tersebut. Prinsip kerja geolistrik adalah mengukur tahanan jenis dengan mengalirkan
arus listrik ke dalam batuan atau tanah melalui elektroda arus. Kemudian arus diterima oleh
elektroda potensial dengan menganggap bumi sebagai resistor. Penggunaan geolistrik pertama
kali dilakukan oleh Conrad Schlumberger pada tahun 1912. Pada konfigurasi Schlumberger
idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secara teoritis tidak berubah.
Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka
jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MN hendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak
AB. Konfigurasi wennerschlumberger adalah konfigurasi dengan aturan jarak spasi yang tetap
dengan faktor n untuk konfigurasi wenner-schlumberger dengan perbandingan jarak antara
elektroda C1-P2 dengan spasi antara P1-P2. Sehingga jika jarak antar elektroda potensial P1
dan P2 adalah a maka jarak antar elektroda arus (C1 dan C2) adalah 2na+a. Proses penentuan
resistivitas menggunakan 4 buah elektroda yang diletakkan dalam sebuah garis lurus.
1.2 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Survey Geofisika.
2. Untuk melakukan intrepretasi data dengan menggunakan pemodelan 1 dimensi dan dua
dimensi sehinnga dapat mendeteksi keberadaan akuifer air tanah di daerah penelitian
dengan mengetahui jenis litologi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Resistivitas batuan dapat diukur dengan memasukkan arus listrik ke dalam tanah
melalui 2 titik elektroda di permukaan tanah dan 2 titik lain untuk mengukur beda potensial di
permukaan yang sama. Hasil pengukuran geolistrik dapat berupa peta sebaran tahanan jenis
baik dengan jenis mapping atau horisontal maupun sounding atau kedalaman. Hasil
pengukuran geolistrik mapping maupun sounding disesuaikan dengan kebutuhan diadakannya
akuisisi data serta jenis konfigurasi yang digunakan. Terdapat 3 metode pengambilan data
geolistrik, yaitu :
2.2 Konfigurasi
Konfigurasi adalah susunan elektroda yang digunakan dalam metode geolistrik. Secara
garis besar terdapat beberapa jenis konfigurasi elektroda yaitu Wenner, Schlumberger, Pole-
dipole, dan Dipole-dipole.
2.2.1 Schlumberger
Dalam konfigurasi Schlumberger, elektroda arus berjarak lebih besar daripada
elektroda potensial. Pada pengukuran vertikal, elektroda potensial tetap di tempat sedangkan
elektroda arus berubah jarak secara simetris.
Tahanan jenis semu yang terukur dalam metode ini dapat dirumuskan sebagai
berikut:
𝜋(𝐿2−𝑙2)
𝜌𝑎 = 4𝑙 𝑅
(2)
(𝐿2−𝑙2)
Faktor geometri K = 𝜋
4𝑙
Dengan a adalah jarak antara pusat pengukuran dan elektrode arus, b adalah jarak antar
elektrode potensial, dan R adalah nilai hambatan yang terukur. Pada konfigurasi Schlumberger
idealnya jarak MN dibuat sekecil-kecilnya, sehingga jarak MN secarateoritis tidak berubah.
Tetapi karena keterbatasan kepekaan alat ukur, maka ketika jarak AB sudah relatif besar maka
jarak MN hendaknya dirubah. Perubahan jarak MNhendaknya tidak lebih besar dari 1/5 jarak
AB.
Agar pembacaan tegangan pada elektroda MN bisa dipercaya, maka ketika jarak AB
relatif besar hendaknya jarak elektroda MN juga diperbesar. Pertimbangan perubahan jarak
elektroda MN terhadap jarak elektroda AB yaitu ketika pembacaan tegangan listrik pada
voltmeter sudah demikian kecil, misalnya 1.0 milliVolt.
Umumnya perubahan jarak MN bisa dilakukan bila telah tercapai perbandingan antara
jarak MN berbanding jarak AB = 1:20. Perbandingan yang lebih kecil misalnya 1 :50 bisa
dilakukan bila mempunyai alat utama pengirim arus yang mempunyai keluaran tegangan
listrik DC sangat besar, katakanlah 1000 Volt atau lebih, sehingga beda tegangan yang
terukur pada elektroda MN tidak lebih kecil dari 1.0 milliVolt.
BAB 3
METODOLOGI
Informasi geologi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh dari Peta Geologi
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta skala 1:100.000 tahun 1977. Formasi gaerah penelitian
terdiri dari Aluvium (Qa), Formasi Gunungapi Merapi (Qvm), Endapan Vulkanik Merapi
Muda (Qmi), Endapan Vulkanik Merapi Tua (Qmo), Formasi Kepek (Tmpk), Formasi
Wonosari - Punung (Tmwl), Formasi Sentolo (Tmps), Formasi Oyo (Tmo), Formasi Wuni
(Tmw), Formasi Sambipitu (Tmss), Formasi Semilir (Tms), Formasi Nglanggran (Tmng),
Formasi Kebo-Butak (Tomk), dan Formasi Mandalika (Towm).
Daerah ini mempunyai struktur geologi lipatan dan patahan. Lipatan terdiri dari antiklin dan
sinklin terdapat pada Formasi Semilir (Tms), Formasi Oya (Tmo), Formasi Wonosari-Punung
(Tmwl) dan Formasi Kepek (Tmpk). Patahan berupa sesar turun dengan pola antithetic fault
block, terdapat antara lain pada terban Bantul.
c. Save data dengan klik file → save as, lalu pilih lokasi penyimpannya
d. Kemudian pilih Forward Modelling, masukan depth dan resistivity , dan klik
panah merah pada forward modelling
e. Lalu pilih Invers Modellling, klik panah merah pada Invers Modelling hingga
RMS menjadi Kecil.
f. Dan pilih Interpreted Data, untuk melihat interpretasi data
g. Klik menu file → Print To File, masukan nama file lalu save
c. Kemudian klik Ok > Save > Titik 1. Akan muncul grafik seperti ini
d. Kemudian, Klik inversion (icon petir), setelah itu klik pada icon panah hijau
sebelah inversion, lalu pilih edit field kurva. Samakan kurva hingga koreksinya
errornya kecil. Ketika Error nya sudah kecil lakukan inversion kembali
i. Export peta, pilih file → export → BMP, pilih section window lalu save
BAB 4
PEMBAHASAN
• G3
• G4
• G6
• G7
• G8
4.3 Pembahasan
Pada tahapan pengolahan data kali ini menggunakan 2 software untuk menghasilkan
data 1D dan 2D. Software yang digunakan adalah Progress v 3.0 dan IPI2win. Untuk
mengerjakannya diperlukan data titik yang diambil dilapangan, data yang tersedia yaitu G2,
G3, G4, G7, G8.
Dalam konfigurasi Schlumberger, elektroda arus berjarak lebih besar daripada elektroda
potensial. Pada pengukuran vertikal, elektroda potensial tetap di tempat sedangkan elektroda
arus berubah jarak secara simetris.
Informasi geologi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diperoleh dari Peta Geologi
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta skala 1:100.000 tahun 1977. Formasi gaerah penelitian
terdiri dari Aluvium (Qa), Formasi Gunungapi Merapi (Qvm), Endapan Vulkanik Merapi
Muda (Qmi), Endapan Vulkanik Merapi Tua (Qmo), Formasi Kepek (Tmpk), Formasi
Wonosari - Punung (Tmwl), Formasi Sentolo (Tmps), Formasi Oyo (Tmo), Formasi Wuni
(Tmw), Formasi Sambipitu (Tmss), Formasi Semilir (Tms), Formasi Nglanggran (Tmng),
Formasi Kebo-Butak (Tomk), dan Formasi Mandalika (Towm).
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bumi ini terdiri dari berbagai macam lapisan. Lapisan itu juga terdiri dari berbagai
macam kandungan seperti batuan, mineral dan tanah. Batuan dan mineral yang ada di bumi
memiliki sifat-sifat listrik seperti; potensial listrik alami, konduktivitas listrik, dan konstanta
dielektrik. Ada berbagai metode yang dilakukan untuk mengetahui kondisi di bawah
permukaan tanah. Salah satunya adalah metode geolistrik. Metode ini dapat dijadikan cara
untuk menyelidiki sifat listrik di dalam bumi melaui respon yang ditangkap dari dalam tanah
berupa beda potensial, arus listrik, dan medan elektromagnetik. Salah satu dari metode
geolistrik ini adalah metode tahanan jenis.
Lilik, Hendrajaya dan Idam Arif. 1990. Geolistrik Tahanan Jenis. Bandung:
Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA ITB.