KEWARGANEGARAAN
════════════════════════
Disusun Oleh
TIM DOSEN
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
halaman
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
KOMPETENSI MPK (PEND. KEWARGANEGARAAN)
SILABUS
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. ii
BAB VI GOOD GOVERNANCE ................................................................. 96
A. Wacana Good Goovernment ....................................................... 96
B. Prinsip-prinsip pokok Good Goovernment ................................. 97
►Participation .............................................................................. 97
►Rule of law ............................................................................... 99
►Transparency ............................................................................ 99
►Responsevenness ...................................................................... 100
►Orientation Consensus .............................................................. 101
►Equality ..................................................................................... 101
►Effectivitas and Efficiency ....................................................... 102
►Accountability .......................................................................... 102
►Strategic Vision ........................................................................ 103
C. Langkah Penguatan Good Goovernment ...................................... 104
►Penguatan fungsi Dewan .......................................................... 104
►Penguatan Lembaga Peradilan ................................................. 104
►Penguatan Aparatur yang Profesional ...................................... 104
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. iii
BAB I
NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN
A. KONSEP BANGSA dan NEGARA
Pada prinsipnya keberadaan manusia memiliki dua tujuan mendasar yakni
dalam rangka mempertahankan hidup dan dalam rangka berkembang biak, upaya
pencapaian kedua tujuan mendasar tersebut tidak dapat dilakukan secara individu
namun membutuhkan peran serta dan dukungan dari manusia lainnya, hal ini sesuai
dengan insting manusia untuk selalu hidup bersama (hasrat bersatu) dan melakukan
hubungan-hubungan atau interaksi (human relationship) antar sesamanya karena
perasaan kesetiakawanan yang agung (Ernest Renan yang dikutip Idup
Suhady,2003:11).
Pada tataran demikian telah terbentuk kelompok atau komunitas karena
kesamaan-kesamaan tertentu, apakah karena kesamaan kepentingan, kesamaan
mata pencaharian, kesamaan wilayah, kesamaan warna kulit dan sebagainya, inilah
semangat berintegrasi atau semangat nasionalisme (R.Raya Maran,2001:185)
Komunitas-komunitas tersebut saling berhubungan dan berinteralasi dalam
rangka memenuhi dua tujuan mendasar tersebut. Ketika proses ini berlangsung
maka kumpulan komunitas-komunitas non formal tersebut telah berubah dari
kehidupan kelompok menjadi masyarakat. Tujuan dasar manusia tersebut
berkembang menjadi beberapa nilai yang harus dipenuhi dan lebih luas sifatnya.
Oleh Haroll Lasswel yang dikutip Miriam Budiarjo (1991) nilai masyarakat
terkategori menjadi delapan hal antara lain:
1. Kekuasaan (authority)
2. Pendidikan (education)
3. Kekayaan (materiil)
4. Kesehatan (will being)
5. Kasih sayang (afection)
6. Keterampilan (skiil)
7. Kejujuran (reliebility)
8. Respek (responseveness)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 1
Upaya pencapaian kedelapan nilai dalam masyarakat pada tataran yang
berbeda akan mengalami persaingan baik secara individu maupun secara kelompok
olehnya itu masyarakat berupaya untuk menata kehidupan kemasyarakatannya
secara lebih baik lagi. Kesepakatan bersama semua unsur atau komunitas dalam
masyarakat untuk mengatur tatanan kehidupannya itulah sebagai konsep dasar
pembentukan Negara Bangsa.
Charles Tilly dalam bukunya “The Formation of National States in Western
Europe (1975) mempertimbangkan tentang kondisi-kondisi pembentukan Negara
Bangsa sejak awal abad ke-16, disini penyusun hanya memaparkan (5) kondisi
pokok antara lain, adanya penguasaan wilayah, adanya homogenitas budaya,
kepemilikan standar ekonomi masyarakat yang sama, kebiasaan perluasan
kekuasaan dengan kekuatan dan perdagangan dan adanya kualisi yang kuat antara
penguasa yang lebih tinggi dengan elite tuan tanah dan elit budaya.
Kalau kita mengikuti apa yang dipaparkan diatas, lantas disesuaikan dengan
sejarah Indonesia maka Negara Bangsa Indonesia berdiri sudah berabad-abad
lamanya, sejak dikuasainya wilayah Nusantara oleh Kerajaan Sriwijaya. Dan dari
sanalah hakekat Integrasi dan Nasionalisme Indonesia telah terbentuk. Proklamasi
hanya sebuah pengungkapan secara universal tentang Rasa Nasionalisme.
Dengan demikian bangun pemikiran yang mestinya tertanam pada setiap
generasi bangsa adalah integrasi sosial telah melahirkan integrasi nasional, muatan
yang terpenting dari integrasi nasional adalah nasionalisme, lemahnya rasa
nasionalime mampu menjadi pemicu hadirnya disintegrasi nasional.
Sementara pandangan bangsa menurut F. Ratzel, yang dikutip Idup Suhady
dkk.(2003:10) adalah terbentuk karena adanya hasrat untuk bersatu yang timbul
karena rasa kesatuan antara manusia dan tempat tinggalnya (paham geopolitik)
Sedangkan menurut Hans Kohn, yang dikutip Idup Suhady dkk. (2003:10)
mengatakan bangsa sebagai buah hasil hidup manusia dalam sejarah, suatu bangsa
merupakan golongan yang beraneka ragam yang tidak dapat dirumuskan secara
eksak.
Dari pandangan tersebut dapat disimpulkan bahwa bangsa adalah rakyat
yang telah mempunyai kesatuan tekad untuk membangun masa depan bersama.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 2
Kata negara merupakan terjemahan dari bahasa asing yakni State (Inggris),
Staat (Belanda/Jerman) dan Etat (Perancis), yang semuanya berakar dari bahasa
latin yaitu Statum atau Status yang berarti menempatkan berdiri, membuat berdiri,
sesuatu yang tegak, atau suatu keadaan yang menunjukkan sifat-sifat tegak dan
tetap.
Dalam kaitan dengan makna diatas, Kansil (1989) menyatakan bahwa
Negara adalah suatu organisasi kekuasaan dari pada manusia-manusia (masyarakat)
dan merupakan alat yang akan dipergunakan untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut Aristoteles’
“Negara adalah persekutuan dari pada keluarga dan desa guna memperoleh hidup
yang sebaik-baiknya”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 3
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan mekanisme/cara tertentu
yang telah ditetapkan sebelumnya.
9. Krobel,
“Tujuan Negara didasarkan pada konsep Negara Hukum, semua alat-alat
perlengkapan negara didasarkan pada Hukum, semua warga masyarakat harus
tunduk dan taat pada Hukum Negara tanpa kecuali”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 7
Dalam konteks ini hubungan yang dimaksud adalah adanya kewajiban
warganegara terhadap negara dan adanya kewajiban negara untuk memenuhi
hak-hak warganegara.
Dalam hubungan internasional disetiap wilayah negara selalu ada warganegara
dan orang asing yang semuanya disebut penduduk, setiap warga negara adalah
penduduk suatu negara, sedangkan setiap penduduk belum tentu warganegara.
Dalam konteks Indonesia warganegara (sesuai UUD 1945 pasal 26)
dimaksudkan untuk bangsa Indonesia asli dan bangsa lain yang disahkan
Undang-Undang sebagai warganegara, seperti halnya orang keturunan asing di
Indonesia atau peranakan keturunan asing yang bertempat tinggal di Indonesia
yang telah mengakui Indonesia sebagai tanah airnya, bersikap setia kepada
NKRI serta persyaratan administratif lainnya sesuai aturan perundangan di
Indonesia dapat menjadi warganegara Indonesia.
Dalam pasal(1) UU No. 22/1958 dinyatakan bahwa warganegara
Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan
dan/atau perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-peraturan yang berlaku sejak
Proklamasi 17 Agustus 1945 sudah menjadi warganegara RI.
2. Wilayah
Yang dimaksud dengan wilayah negara sebuah negara mencakup
wilayah kontinental (daratan), wilayah lautan (bahari) dan wilayah udara
(dirgantara). Sedangkan batas wilayah suatu negara dapat ditentukan antara
lain;
a. Batas-batas alam adalah gunung, sungai, jurang, bukit, batas-
batas buatan dengan tanda-tanda khusus suatu negara.
b. Batas lautan yang ditetapkan berdasarkan perjanjian dan/
pengumuman.
c. Diudara, disesuaikan dengan batas daratan dan lautan suatu
negara.
Berkaitan dengan batas wilayah ini menjadi fenomena tersendiri suatu
negara untuk saling mengklaim sehingga timbul konflik dalam rangka
perebutan wilayah tertentu.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 8
3. Pemerintah
Drs Musanef (1989:7) mengatakan bahwa Ilmu Pemerintahan adalah :
“suatu ilmu pengetahuan yang menyelidiki bagaimana sebaiknya hubungan
antara pemerintah dan yang diperintah dapat diatur sedemikian rupa sehingga
dapat dihindari timbulnya pertentangan-pertentangan antara pihak yang satu
dengan yang lain dan mengusahakan agar terdapat keserasian pendapat serta
daya tindak yang efektif dan efisien dalam pemerintahan”.
Sedangkan menurut H.A.Brasz, yang dikutip Inu Kencana (2002:12)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 9
Menurut R.Mac. Iver Pemerintahan adalah suatu organisasi dari orang-
orang yang mempunyai kekuasaan, bagaimana manusia itu bisa diperintah”.
Sedangkan Sistem Pemerintahan Negara berdasarkan UUD 1945 pada
hakekatnya merupakan uraian tentang bagaimana mekanisme pemerintahan
negara yang dijalankan oleh Presiden (eksekutif) sebagai pemegang kekuasaan
pemerintahan menurut UUD pasal (4) ayat (1). Berbeda dengan membicarakan
Sistem Penyelenggaraan Negara berarti membicarakan sistem bekerjanya
seluruh lembaga-lembaga penyelenggara negara dan hubungannya antar
Eksekutif, Yudikatif, Legislatif dan Lembaga lainnya dalam negara.
BENTUK NEGARA
Bentuk Negara menurut Soehino (2000:224) terdiri dari :
1. Negara yang bersusunan tunggal, atau Negara Kesatuan
Negara Kesatuan/unitarisme merupakan suatu negara merdeka yang
hanya memiliki satu pemerintah, yaitu Pemerintah Pusat yang mempunyai
kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara,
menetapkan kebijakan pemerintahan dan melaksanakan pemerintahan negara
baik di pusat maupun di daerah-daerah.
Menurut Azra Azyumardi (2003:57) suatu Negara Kesatuan terbagi
menjadi 2 macam karena asas yang digunakan antara lain :
Negara Kesatuan dengan sistem sentralisasi, yakni sistem pemerintahan yang
menghendaki bahwa segala kekuasaan penyelenggaraan negara terpusat, diatur dan
diurus oleh Pemerintah Pusat, daerah tinggal melaksanakan saja.
Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi, yakni sistem pemerintahan yang
memberi kesempatan dan kekuasaan kepada daerah untuk mengurus urusan rumah
tangga daerahnya sendiri, Pemerintah Pusat hanya melakukan pengawasan dan
koordinasi saja. Asas desentralisasi inilah yang kemudian melahirkan konsep tentang
“Otonomi Daerah”.
2. Negara yang bersusunan jamak, atau Negara Federasi
Negara yang tersusun dari beberapa negara yang merdeka dan berdaulat,
mempunyai Undang-Undang Dasar sendiri, pemerintahan sendiri, kemudian
bergabung dengan alasan/kepentingan tertentu untuk membentuk satu ikatan
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 10
kerjasama yang efektif, dengan melepaskan sebagian kekuasaan yang menjadi
kewenangannya untuk diserahkan kepada Negara Federasi. Proses penyerahan
sebagian kekuasaan kepada negara federasi dikenal dengan “Limitatif”.
F. ASAS-ASAS KEWARGANEGARAAN.
a. Asas Kelahiran
Pada umumnya penentuan kewarganegaraan berdasarkan asas kelahiran dikenal
dua macam, yakni ius soli (asas daerah/tempat kelahiran) yakni status
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan tempat dimana anak
tersebut dilahirkan.. Asas ius sangiunis (asas keturunan) yakni status
kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasarkan keturunan dari bangsa
mana orangtuanya berasal. Prinsip ini merupakan prinsip asli yang berlaku sejak
dulu dan terbentuk dalam tatanan kehidupan bermasyarakat sebagaimana di
Indonesia.
Jika sebuah negara menganut asas ius soli maka semua anak yang terlahir dalam
wilayahnya langsung dinyatakan sebagai warganegara, sebaliknya jika sebuah
negara menganut asas ius sangiunis maka semua anak keturunannya yang lahir
dimana saja dinyatakan sebagai warganegara.
b. Asas Perkawinan
Asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan mencakup asas kesatuan
hukum dan asas persamaan derajat.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 11
Dalam pandangan asas kesatuan hukum paradigma yang menjadi anutan bahwa
suami isteri atau ikatan keluarga merupakan inti masyarakat yang meniscayakan
hidup sejahtera, sehat tidak terpecah dan perlu mencerminkan kesatuan yang
bulat dalam bentuk hak dan kewajiban yang sama dirasakan dan sama
diabdikan. Untuk merealisasikan maka ikatan keluarga harus diarahkan untuk
tunduk pada kesatuan hukum yang sama. Dengan adanya komitmen untuk
menjalankan kehidupan atas dasar hukum yang sama tersebut meniscayakan
adanya status kewarganegaraan yang sama, sehingga masing-masing tidak
menemui perbedaan yang mengganggu keutuhan dan kesejahteraan keluarga.
Dalam hal ini status kewarganegaraan seseorang akan dapat berubah tergantung
konsekuensi hukum perkawinan yang dijalani dan akan ditindaklanjuti atau
menjadi pertimbangan negara dalam penentuan kewarganegaraannya.
Sedangkan dalam asas persamaan derajat ditentukan bahwa suatu perkawinan
tidak menyebabkan perubahan status kewarganegaraan masing-masing pihak,
baik suami ataupun isteri tetap berkewarganegaraan tetap (warganegara asal).
Asas ini diterapkan dalam rangka menghindari terjadinya pengakalan terhadap
hukum suatu negara, misalkan seseorang berkewarganegaraan A ingin menjadi
warganegara pada negara B, namun karena sesuatu hal tidak dipenuhi menjadi
warganegara B, dengan kedok menikah dengan wanita dari negara B ia pun
menjadi warga negara B yang dalam aturan kewarganegaraan mengakui status
kewarganegaraaan karena perkawinan, namun ikatan keluarga yang ada
kemudian dihancurkan karena hanya dianggap sebagai jalan pelicin meraih
kewarganegaraan suatu negara.
a. karena kelahiran
b. karena pengangkatan
c. karena dikabulkan permohonannya
d. karena pewarganegaraan
e. karena perkawinan
f. karena turut ayah atau ibu
g. karena pernyataan
3. Bukti-bukti yang diperlukan untuk memperoleh status kewarganegaraan
Indonesia sesuai Undang-undang No.62/1958 adalah ;
1. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Republik Indonesia karena kelahiran adalah Akte
Kelahiran.
2. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia karena pengangkatan adalah Kutipan
Pernyataan Sah Buku Catatan Pengangkatan Anak Asing dari Peraturan
Pemerintah No. 67/1958, sesuai Surat Edaran Menteri Kehakiman No.
JB.3/2/25, butir 6, tanggal 5 Januari 1959.
3. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia karena dikabulkan permohonan adalah Petikan
Keputusan Presiden tentang permohonan tersebut (tanpa pengucapan
sumpah dan janji setia)
4. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia karena pewarganegaraan adalah Petikan
Keputusan Presiden tentang pewarganegaraan tersebut yang diberikan
setelah pemohon mengangkat sumpah dan janji setia.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 14
5. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh
kewarganegaraan Indonesia karena pernyataan asalah sebagaimana diatur
dalam Surat Edaran Menteri Kehakiman No. JB.3/166/22, tanggal 30
September 1958 tentang Memperoleh/Kehilangan Kewarganegaraan
Republik Indonesia dengan Pernyataan.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 15
Berdasarkan pasal 27 ayat (3) dalam Perubahan Kedua UUD 1945, bahwa
usaha bela negara merupakan hak dan kewajiban warganegara. Hal ini
menunjukkan asas demokrasi dalam pembelaan negara yang mencakup dua arti.
Pertama, bahwa setiap warganegara turut serta dalam menentukan kebijakab
tentang pembelaan negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan
UUD 1945 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Kedua, bahwa setiap
warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara, sesuai dengan
kemampuan dan profesinya masing-masing.
c. Motivasi dalam pembelaan negara
Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warganegara akan
hak dan kewajibannya. Kesadaran tersebut perlu ditumbuhkan melalui proses
motivasi yang sungguh-sungguh untuk mencintai tanah air dan ikut serta dalam
pembelaan negara dengan memahami keunggulan serta kelemahan yang ada dalam
negara kesatuan Indonesia. Pemahaman yang mendalam terhadap Indonesia akan
memudahkan setiap warganegara untuk dapat memprediksi kemungkinan-
kemungkinan bahaya ancaman yang akan timbul, selanjutnya dengan dasar
motivasi mencintai Indonesia dapat direncanakan strategi-strategi yang efektif
untuk menangkalnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, ada beberapa dasar pertimbangan yang
dijadikan penggerak motivasi warganegara untuk ikut serta membela negara
Indonesia.
1. Pengalaman sejarah perjuangan NKRI
2. Kedudukan wilayah geografis Nusantara yang strategis
3. Keadaan penduduk (demografis) yang besar
4. Kekayaan sumber daya alam
5. Perkembangan dan kemajuan IPTEK (khusus tentang persenjataan)
6. Kemungkinan timbulnya bencana perang.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 16
BAB II
HAK ASASI MANUSIA
A. PENGERTIAN HAM
Memahami tentang Hak Asasi Manusia terlebih dahulu kita pahami tentang
pengertian dasar Hak, secara definitif hak merupakan unsur normatif yang
berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta
menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya.
Dengan demikian dalam penerapannya pelaksanaan hak harus diikutsertakan
dengan pelaksanaan kewajiban, “teori Joel Feinberg (James W.Nickei, 1996)”. Hal
ini berarti antara hak dan kewajiban merupakan dua hal yang saling bertalian dalam
aplikasinya, Karena itu ketika seseorang menuntut hak juga harus menjalankan
kewajiban.
Hak dan wewenang dalam bahasa Latin digunakan istilah “ius” dalam
bahasa Belanda dipakai istilah “recht” ataupun “droits” dalam bahasa Perancis.
Dalam bahasa Inggris perkataan “Law” mengandung arti Hukum atau Undang-
undang dan “recht” mengandung arti Hak atau Wewenang (C.S.T.Kansil,
1989:120)
Menurut Prof. Mr.L.J.van Apeldoorn, yang dikutip C.S.T.Kansil(1989:120)
“Hak merupakan hukum yang dihubungkan dengan seorang manusia atau subjek
hukum tertentu dan dengan demikian menjelma menjadi suatu kekuasaan”, dengan
demikian suatu hak timbul apabila hukum mulai bergerak”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 17
dianggap kurang mereduksi unsur female sehingga oleh Eleanor Roosevelt diganti
dengan “human right” yang dipandang lebih netral dan universal.
Dalam Islam HAM dikenal dengan pemahaman huquq al insan ad-
dhoruriyyah dan huquq Allah, keduanya tidak dapat dipisahkan atau berjalan
sendiri tanpa adanya keterkaitan keduanya. Inilah yang membedakan konsep barat
tentang HAM dengan konsep Islam (Azra Azyumardi, 2003:200)
Jan Materson dari Komisi HAM PBB dalam “Teaching Human Right”,
United Nations yang dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa :
“Human rights could be generally defined those rights which are inherent in our
nature and without which can not live as human being”
(Hak asasi manusia adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang
tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia). Selanjutnya John Locke
menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang langsung diberikan oleh Tuhan
Yang Maha Esa sebagai hak yang kodrati.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 18
pertahanan dan keamananan berada pada kelas menengah sedangkan yang
paling atas adalah kaum filosof yang memegang kendali negara
Pandangan Plato tersebut dianggap kurang memperhatikan essensi
hukum sebagai payung bagi kaum tertindas, sehingga pelanggaran harkat dan
martabat kemanusiaan dianggap sesuatu yang lumrah tanpa sanksi yang
seimbang. (Mochtar Mas’oed : 1992)
Pada Abad Pertengahan muncul ide dari tokoh-tokoh stoitis dari kaum
stoika yang menyamakan Tuhan dengan akal pikiran manusia yang ada dalam
alam dan akal pikiran manusia, salah satu pemikir dari Stoika yakni Cisero.
Gagasan tentang “Hukum Alam” inilah yang mendominasi pemikiran
dizaman modern terutama yang berkenaan dangan HAM dan Demokrasi.
Lebih lanjut Cisero beranggapan bahwa manusia tidak hanya warga dari
negara tempat ia dilahirkan namun juga merupakan warga dari semua umat
manusia. Hukum Alam merupakan satu konsep dari prinsip-prinsip-prinsip
umum moral dan sistim keadilan yang berlaku untuk seluruh umat manusia.
Salah satu muatan hukum alam adalah hak-hak pemberian alam (natural rights),
karena dalam hukum alam ada keadilan yang berlaku secara universal (Bernard
Russel : ......)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 19
Sejak tahun 1600-an dalam kehidupan masyarakat Inggris muncul
pandangan (adagium) bahwa manusia pada prinsipnya sama dihadapan hukum
(equality before the law). Adogium ini memperkuat dorongan timbulnya negara
hukum dan negara demokrasi.
Bill of Right merupakan kesepakatan antara Raja William III dengan
masyarakat Inggris setelah sebelumnya terjadi The Glorious Revolusi (revolusi
besar) tahun 1688. Revolusi tersebut berangkat dari pemikiran Natural Rights
(hukum alam) yang diterima oleh John Locke dan dikembangkan menjadi Teori
Hukum Kodrati, inti gagasannya meliputi: life, liberty and property.
John Locke beserta masyarakat Inggris berhasil menggulingkan sistim
pemerintahan Inggris yang dianggap feodal dimasa pemerintahan “Raja James
II” dari “Dinasti Stuart” (dinasti terakhir dari pemerintahan Inggris), dan
digantikan dengan sistim pemerintahan yang demokratis dan lebih
memperhatikan hak rakyat Inggris (Mochtar Mas’oed : 1992).
Perkembangan HAM di Amerika di tandai dengan munculnya “The
American Declaration of Independent” yang lahir dari paham Rosseau dan
Montesquieu. Pemikiran yang berkembang di Amerika merupakan penegasan
bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah
pantas bila setelah lahir manusia harus dibelenggu dengan cara apapun.
Konsepsi ini berakar dari Teori Hukum Kodrati John Locke yang kemudian
didukung oleh Thomas Jefferson.
Pada tahap selanjutnya ketika perancis dipimpin oleh Raja Louis XVI
yang dianggap lemah dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka masyarakat
Perancis berani membentuk “Assemblee Nationale” (Dewan Nasional) untuk
mengubah struktur pemerintah yang dianggap feodal kearah pemerintahan yang
lebih demokratis. Dengan terbentuknya pemerintahan baru yang lebih
demokratis kemudian lahirlah “Declaration des Droits de l’homme et du
ciyoyen” (pernyataan hak-hak asasi dan warganegara) (Kaelan,2002:13)
Perang dunia pertama dan kedua telah menimbulkan kesengsaraan
masyarakat dunia dalam segala bidang kehidupan, keadaan demikian
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 20
menginspirasi Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt, pada tahun
1941 didepan Konggres AS menyatakan “The Four Freedoms” sebagai berikut
1. Freedom of speech (kebebasan bicara)
2. Freedom of religion (kebebasan beragama)
3. Freedom from fear (kebebasan dari ketakutan)
4. Freedom from want (kebebasan dari kemelaratan).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 21
Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia oleh Prof. Bagir Manan, dalam
bukunya “Perkembangan Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia (2001)
dibagi dalam dua periode yaitu; periode sebelum kemerdekaan (1908-1945) dan
periode setelah kemerdekaan (1945-sekarang).
a. Periode sebelum kemerdekaan (1908-1945)
Ide perkembangan HAM periode ini didominasi oleh organisasi-organisasi
pergerakan yang berdiri pada saat itu, antara lain; Gerakan Boedi Oetomo,
Perhimpunan Indonesia (PI), Sarekat Islam (SI), Indische Partij (IP), Partai
Nasional Indonesia, (PNI) Pendidikan Nasional Indonesia, PKI, dan perdebatan
dalam BPUPKI.
Hal ini penting dalam kaitan dengan pemikiran HAM adalah adanya
perubahan yang signifikan sistem pemerintahan dari Presidensil menjadi
Parlementer sebagaimana tertuang dalam Maklumat Pemerintah tanggal 14
Nopember 1945.
b.2 Periode 1950-1959
Pemikiran Hak Azasi Manusia periode ini merupakan momentum yang
sangat membanggakan atau aktualisasi HAM dianggap menikmati bulan
madunya. Indikatornya dapat dilihat dari sistim ketatanegaraan Indonesia
adalah:
“Pertama, semakin banyak tumbuh partai-partai politik dengan beragam
odeologinya. Kedua, Kebebasan Pers sebagai salah satu pilar penegak
demokrasi betul-betul dalam suasana kebebasan. Ketiga, pemilihan umum
sebagai pilar lain dari demokrasi belangsung dalam suasana kebebasan,
fair (adil) dan demokratis. Keempat, Parlemen atau Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai representatif dari kedaulatan rakyat menunjukan kinerjanya
sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol yang semakin efektif
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 24
terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran tentang HAM mendapat
iklim yang kondusif sejalan dengan tumbuhnya kekuasaan yang
memberikan ruang kebebasan dan keadilan”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 25
yang menghargai hak individu dalam keselarasannya dengan kewajiban
individu terhadap masyarakat”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 26
Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua tahap
yaitu tahap status penentuan (prescriptive status) dan tahap penataan aturan
secara konsisten (rule consistent behaviour). Pada tahap status penentuan
telah ditetapkan ketentuan perundang-undangan tentang HAM baik dalam
amandemen konstitusi negara (UUD), TAP MPR, UU, PP dan ketentuan
lainnya. Penghormatan HAM mengalami kemajuan yang sangat signifikan
pada masa pemerintahan Habibie yang ditandai oleh adanya TAP MPR No.
XVII/MPR/1998 tentang HAM dan disahkan (diratifikasi) sejumlah
konvensi berkaitan dengan HAM antara lain;
“Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan Kejam Lainnya dengan
UU No. 5/1999, Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial
dengan UU No. 29/1999, Konvensi ILO No. 87 tentang Kebebasan
Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi dengan KEPRES
No. 83/1998, Konvensi ILO No. 105 tentang Penghapusan Kerja Paksa
dengan UU No. 19/1999, Konvensi ILO No. 111 tentang Diskrimasi dalam
Pekerjaan dan Jabatan dengan UU No. 21/1999, Konvensi ILO No. 138
tentang Usia Minimum untuk diperbolehkan bekerja dengan UU No.
20/1999.
Selain itu dicanangkan pula program “Rencana Aksi Nasional HAM” pada
15 Agustus 1998 yang didasari pada empat pilar yaitu :
1. Persiapan pengesahan perangkat internasional bidang HAM
2. Desiminasi Informasi dan Pendidikan bidang HAM
3. Penentuan skala prioritas pelaksanaan HAM
4. Pelaksanaan isi perangkat internasional bidang HAM yang telah
diratifikasi melalui perundang-undangan nasional”.
D. BENTUK-BENTUK HAM
Pokok-pokok hak menurut C.S.T.Kansil (1989:120-121) dibagi kedalam
dua kelompok dasar
1. Hak Mutlak,
“Hak yang memberikan kewenangan kepada seseorang untuk melakukan suatu
perbuatan, hak yang dipertahankan terhadap siapapun dan sebaliknya setiap
orang juga harus menghormatinya”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 27
c. Hak Keperdataan, antara lain; 1).Hak Marital, yaitu hak seorang suami
untuk menguasai istrinya, 2).Hak kekuasaan orang tua, 3).Hak Perwalian,
4).Hak Pengampunan (curratale).
2. Hak Nisbi/relatif,
Hak yang memberikan wewenang kepada seorang tertentu atau beberapa orang
tertentu untuk menuntut agar supaya seseorang atau beberapa orang lain
memberikan sesuatu, melakukakan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu. Hak
Nisbi/relatif sebagian besar terdapat dalam Hukum Perikatan (bagian dari
Hukum Perdata) yang timbul karena persetujuan dengan pihak lain.
Prof. Bagir Manan membagi Hak Asasi Manusia (HAM) menjadi beberapa
kategori yakni :
1. Hak sipil, meliputi hak diperlakukan sama dihadapan hukum, hak bebas dari
kekerasan, hak khusus bagi kelompok anggota masyarakat tertentu serta hak
hidup dan kehidupan.
2. Hak politik terdiri dari hak kebebasan berserikat dan berkumpul, hak
kemerdekaan mengeluarkan pendapat/pikiran dalam bentuk lisan/tulisan dan
hak menyampaikan pendapat dimuka umum.
3. Hak ekonomi, terdiri dari hak jaminan sosial, hak perlindungan kerja, hak
perdagangan dan hak pembangunan berkelanjutan.
4. Hak sosial budaya, terdiri dari hak memperoleh pendidikan, hak kekayaan
intelektual, hak kesehatan dan hak memperoleh perumahan dan pembangunan.
Menurut Magnis- Suseno, yang dikutip R.R.Maran (1999:214) Hak Asasi
Manusia (HAM) ditinjau dari sifat dan arahnya masing-masing maka
dikelompokkan kedalam empat bagian pokok, meliputi :
a. Hak-hak Asasi Negatif atau Liberal
HAM yang diperjuangkan oleh aliran Liberalisme, dengan dasar hak
individu atau kebebasan individual.
b. Hak-hak Asasi Aktif atau Demokratis
Beraliran liberal dan republikan, dengan dasar kedaulatan rakyat.
c. Hak-hak Asasi Pasif
Hak yang menuntut prestasi-prestasi tertentu dari negara dan mengarah pada
konsep “welfrafe state” disamping perlindungan secara hukum dari negara
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 28
atas hak-hak masyarakat, juga perwujudan secara nyata peran negara dalam
pemberdayaan ekonomi rakyat.
d. Hak-hak Asasi Sosial
Hak yang diperjuangkan oleh kaum buruh/kelompok masyarakat kelas
bawah untuk menjamin kesamaan minimal antara semua warga negara
dalam semua aspek kehidupan dalam negara
Sedangkan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
memuat HAM antara lain :
1. Hak untuk hidup (pasal;9)
2. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan (pasal;10)
3. Hak mengembangkan diri (pasal;11 s/d 15)
4. Hak memperoleh keadilan (pasal;17 s/d 19)
5. Hak atas kebebasan pribadi (pasal; 20 s/d 27)
6. Hak atas rasa aman (pasal;28 s/d 35)
7. Hak atas kesejahteraan (pasal 36 s/d 42)
8. Hak turut serta dalam pemerintahan (pasal;43,44)
9. Hak wanita (pasal;45 s/d 51)
10. Hak anak (pasal 52 s/d 66)
Lebih lanjut dijabarkan bahwa adanya Hak juga menuntut Kewajiban Asasi
Manusia dari seluruh elemen masyarakat untuk melaksanakannya. Sedangkan
pengawasan organisatoris terhadap pelaksanaan HAM akan dikoordinir oleh
KOMNAS HAM
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 29
7) Intervensi Peradilan yang Inefektif
c. Pelanggaran HAM.
Undang Undang No. 26/2000 Pelanggaran HAM adalah
“Perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara baik
disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, dan
atau mencabut HAM seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau kekhawatiran tidak akan
memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme
hukum yang berlaku”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 30
didalam kelompok dan memindahkan secara paksa anak-anak dari
kelompok tertentu ke kelompok lain”. (UU No. 26/2000)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 34
BAB III
DEMOKRASI
Sisi etimologis (tinjauan bahasa) demokrasi terdiri dari dua kata dari bahasa
Yunani yakni “demos” yang berarti rakyat atau penduduk suatu tempat dan
“cratein” atau “cratos” yang berarti kekuasaan atau kedaulatan. Jadi demokrasi
adalah keadaan negara dengan sistem pemerintahan kedaulatannya berada ditangan
rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat, pemerintahan
rakyat dan kekuasaan oleh rakyat. (Azyumardi Azra, 2003:110).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 35
Sedangkan sisi terminologis (istilah) dikemukakan oleh beberapa para ahli
antara lain:
1. Joseph A. Schmeter,
“Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai
keputusan politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk
memutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat”.
2. Sidney Hook,
“Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan pemerintah yang
penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan
mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa”.
3. Philippe C. Scimitter dan Tery Lynn Karl,
“Demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah dimintai
tanggungjawab atas tindakan-tindakan mereka diwilayah publik oleh warga
negara yang bertindak secara tidak langsung melalui kompetisi dan kerjasama
dengan para wakil mereka yang telah terpilih”.
4. Henry B. Mayo,
“Demokrasi sebagai sistem politik yang berarti suatu sistem yang menunjukkan
bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil yang
diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana
terjaminnya kebebasan politik”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 36
Dari sudut organisasi, maka setiap unsur yang terkait dengan
penyelenggaraan negara harus dilakukan atas persetujuan rakyat, dilakukan
bersama dan melibatkan keikutsertaan secara nyata dari rakyat, hal ini sebagai
manifestasi fungsi kedaulatan berada ditangan rakyat (Azyumardi Azra, 2003:110).
Pemerintah dari rakyat berkaitan dengan pemerintahan yang sah dan diakui
(legitimate government) yakni suatu pemerintahan yang mendapat pengakuan dan
dukungan dari rakyat, dan pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui
(unlegitimate government) yakni pemerintahan yang sedang memegang kendali
kekuasaan tidak mendapat pengakuan dari rakyat. Legitimasi kekuasaan bagi suatu
pemerintahan adalah penting dalam rangka mengendalikan roda birokrasi,
penetapan kebijakan-kebijakan haluan negara dan program-program teknis yang
akurat dan tepat sasaran sebagai wujud dari amanat yang telah diberikan oleh
rakyat. Pemerintahan dari rakyat memberi gambaran bahwa hasil pembentukan
pemerintah yang sedang memegang kendali kekuasaan diperoleh melalui
mekanisme pemilihan yang dilakukan oleh rakyat, mencirikan keinginan rakyat,
bukan berdasarkan kekuasaan tertentu atau kolusi kelompok-kelompok tertentu
(Azyumardi Azra, 2003:111).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 37
Pemerintah untuk rakyat mengandung pengertian bahwa kepentingan dan
kebutuhan rakyat adalah yang terpenting dan harus didahulukan diatas segalanya.
Untuk itu pemerintah harus membuka dan menyediakan saluran-saluran
komunikasi dan dialog secara komprehensif dengan rakyat dalam kerangka
merumuskan kebijakan dan program-program yang berkaitan dengan kepentingan
rakyat secara tepat, bebas dari tekanan atau intimidasi kekuatan tertentu.
Saluran/kanal komunikasi tersebut diupayakan menyentuh seluruh lapisan
masyarakat serta tidak menjadi konsumsi kalangan tertentu saja.
Dalam magna charta ditegaskan tentang jaminan beberapa hak dan hak-
hak khusus (prevelegas) dari para bawahannya. Magna Charta juga memuat dua
prinsip dasar yakni 1). Tentang pembatasan kekuasaan rata dan 2). Hak Azasi
Manusia lebih penting dari kedaulatan raja (Muktar Mas’oed:1995)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 40
Carl J. Friedrick mengemukakan bahwa konstitusionalisme adalah
gagasan yang mengatakan bahwa pemerintah merupakan suatu kumpulan
aktivitas yang diselenggarakan atas nama rakyat, tetapi tunduk pada beberapa
pembatasan yang dimaksud untuk memberi jaminan bahwa kekuasaan yang
diperlukan untuk memerintah itu tidak disalahgunakan oleh mereka yang
mendapat tugas untuk memerintah. Jika dibandingkan dengan konsep Trias
Politica Mostesqiueu, tugas pemerintah dalam konstitusionalisme hanya
terbatas pada tugas eksekutif, yaitu melaksanakan Undang-Undang yang telah
dibuat oleh parlemen atas nama rakyat. Dengan demikian, pemerintahan
mempunyai peranan yang terbatas pada tugas eksekutif. Konsep konstitusional
abad ke-19 disebut Negara Hukum Formal (klasik).
Konsep Negara Hukum Formal (klasik) pada abad ke-20 dianggap tidak
relevan lagi karena negara dianggap terlalu pasif. Faktor-faktor penyebabnya
antara lain karena pluralis liberal juga diakibatkan oleh faktor-faktor lain yang
oleh Miriam Budiardjo (1995) antara lain; adalah akses-akses industrialisasi dan
sistem kapitalis, tersebarnya paham sosialis yang menghendaki kekuasaan
dibagi sama rata serta kemenangan beberapa partai sosialis di Eropa. Gagasan
tentang pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga negara baik
dibidang sosial maupun ekonomi bergeser kedalam gagasan baru bahwa
pemerintah harus bertanggungjawab atas kesejahteraan rakyat. Pemerintah tidak
lagi bersifat pasif melainkan harus aktif dalam upaya membangun
masyarakatnya dengan cara menata kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
Gagasan baru tersebut yang dikenal dengan “Welfrafe State” (Azyumardi
Azra, 2003:129).
C. KLASIFIKASI DEMOKRASI
1. Demokrasi ditinjau dari kekuasaan dalam sistem penyelenggaran negara
dan tatanan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara; maka
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 43
demokrasi dikategorikan kedalam dua kelompok dasar yakni demokrasi
konstitusional dan kedua demokrasi komunisme.
Demokrasi Konstitusional
“Demokrasi konstitusional adalah demokrasi yang kekuasaannya (authority)
dibatasi oleh konstitusi, karena dibatasi oleh adanya konstitusi berupa
aturan-aturan hukum dalam suatu negara, maka sifat negara adalah negara
yang Rechstaat (negara hukum) yang tunduk pada Rule of Law”.
Demokrasi Komunis
“Demokrasi yang mencita-citakan penyelenggaraan pemerintahan yang
tidak terbatas kekuasaannya, maka sifat negara adalah negara yang
machstaat dan totaliter”. Kalau dikaitkan dengan asumsi dasar demokrasi
sebagai pemerintahan rakyat maka demokrasi komunis dianggap
bertentangan dengan makna dasar demokrasi itu sendiri,(H. Endang Zaelani
dkk, 2002:26).
2. Demokrasi ditinjau berdasarkan paham atau ideologi negara ;
Demokrasi Liberal (demokrasi formil)
“Demokrasi yang secara formal mengakui kebebasan individual atau hak-
hak pribadi, asumsi yang dibangun adalah semua manusia memiliki
kebebasan yang sama, harkat&martabat yang sama dan mendapat legitimasi
hukum, sehingga setiap individu secara bebas menggunakannya menurut
kehendaknya tanpa mempertimbangkan hak dan kebebasan orang lain”.
Demokrasi Sosial (demokrasi material/demokrasi rakyat)
“Demokrasi yang menuntut adanya persamaan mutlak, baik pribadi maupun
lembaga tertentu harus bertindak atas nama negara, menjadikan segala
sesuatu untuk kepentingan negara, hak milik pribadi tidak diakui negara,
negara memiliki intervensi yang sangat kuat dalam segala bidang kehidupan
masyarakat”.
Ajaran demokrasi sosial lebih mengutamakan rasio sehingga menghilangkan
segala sesuatu yang didasarkan pada keyakinan.
Demokrasi Gabungan
Penerapannya merupakan gabungan dari pola demokrasi liberal dan
demokrasi sosial dengan menerima segala hal-hal terbaik serta menolak
yang buruk. Demokrasi gabungan menerima konsep persamaan derajat,
kebebasan diakui dan dijamin selama tidak menimbulkan tindakan anarkis.
3. Demokrasi ditinjau dari cara penyaluran kehendak rakyat;
Demokrasi langsung (direct democracy)
Rakyat memberikan kehendaknya secara langsung tanpa melalui perwakilan
tertentu.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 44
3.2 Demokrasi perwakilan (demokrasi representatif)
D. PENEGAKAN DEMOKRASI
1. Penegakan demokrasi ditinjau dari unsur penopang demokrasi.
Tegaknya demokrasi sebagai sebuah tata kehidupan sosial dan sistem politik
menurut Azra Azymardi (2003:117) tergantung pada tegaknya unsur penopang
demokrasi itu sendiri antara lain :
Perlindungan konstitusional
Adanya badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
Adanya pemilu yang bebas
Adanya kebebasan menyatakan pendapat
Adanya kebebasan berserikat, berorganisasi dan beroposisi
Adanya Pendidikan Kewarganegaraan (civic education).
Lebih lanjut oleh Gellner yang dikutip Azra Azyumardi bahwa masyarakat
madani bukan hanya syarat penting atau prakondisi bagi demokrasi semata,
tetapi merupakan tatanan nilai dalam masyarakat itu sendiri
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 46
Sedangkan kelompok penekan didasarkan pada profesionalitas atau keilmuan
tertentu seperti AIPI, LIPI, ICMI, dan sebagainya.
Pada intinya pers memiliki fungsi dalam hal menyebarluaskan informasi, fungsi
mendidik, fungsi menghibur dan fungsi membentuk opini publik. Mengingat
pentingnya fungsi pers dalam komunikasi politik dan tatanan demokrasi
pancasila maka lewat Sidang Pleno XXV Dewan Pers (1984) dirumuskan
bahwa pers Indonesia adalah “Pers Pancasila” dalam arti pers yang sikap dan
tingkahlakunya berdasarkan Pancasila dan UUD’45. Hakekat Pers adalah pers
yang sehat, imajinatif, bebas dan bertanggungjawab, penyebar informasi yang
banar dan objektif, penyalur aspirasi rakyat dan kontrol sosial yang konstruktif.
Dalam kerangka pembangunan pers harus memfungsikan diri sebagai pers
pembangunan. Demikian halnya dengan demokrasi, pers justru sebagai pintu
terdepan dalam menciptakan suasana demokrasi yang kondusif.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 47
(pandangan hidup) dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara baik rakyat (masyarakat) maupun pemerintah (Azra
Azyumardi,2003:112).
3. Prinsip-prinsip demokrasi
Kapability dari elit politik sering menjadi pertanyaan dan terkadang menjadi
masalah bagi kita semua karena kepada elit politik kekuasaan itu bakal kita
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 50
delegasikan dan pada gilirannya dengan kemampuan yang dimiliki mendesain
institusi pemerintahan dan sebagai penggerak penyelenggaraan pemerintahan, (abdi
negara dan abdi negara).
Disamping persoalan tersebut diatas, ada alasan mendasar lain yang patut
dicermati berdasarkan pandangan Azra Azymardi (2003:123) adalah :
1. Masalah Pembentukan Negara
Proses pembentukan negara akan sangat menentukan bagaimana,
kualitas, watak, pola hubungan yang terbangun, olehnya Pemilu dianggap
sebagai Instrumen yang tepat untuk menilai apakah Pembentukan Pemerintahan
sudah melalui mekanisme penyelenggaraan Pemilu yang demokratis atau
belum. Dengan kata lain kualitas pemilu adalah kualitas pemerintah sekarang.
2. Dasar Kekuasaan Negara
Masalah ini menyangkut konsep legitimasi kekuasaan serta konsep
pertanggungjawaban langsung kepada rakyat. Mekanisme penyelenggaraan
negara dalam periode tertentu yang telah termuat dalam GBHN kalau tidak
terealisasi dengan baik, berakibat pada adanya persepsi bahwa demokrasi juga
tidak berjalan baik.
3. Susunan Kekuasaan Negara
Masalahnya apakah kekuasaan negara sudah didistribusi sesuai kepentingan
penyelenggaraan Negara ataukah terjadi penumpukan pada tingkat Pemerintah
Pusat, hal ini dapat dilihat apakah pemerintah yang sedang berkuasa benar-
benar menerapkan asas desentralisasi, dan pembatasan kekuasaan atau tidak
dengan tetap mempertahankan sentralisasi kekuasaan.
4. Kontrol Masyarakat
Control masyarakat merupakan pola yang simetris dalam menyatukan wacana
apabila ada hal-hal yang dianggap tidak beres/bermasalah untuk diselesaikan,
kondisi demikian memungkinkan tercipta relasi yang saling menguntungkan
dan saling melakukan check and balance terhadap kekuasaan yang dijalankan
eksekutif dan legislatif.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 51
BAB IV
WAWASAN NUSANTARA
A. PENDAHULUAN
D. 1. Dasar Pemikiran
Setiap makhluk hidup, termasuk manusia, sejak awal sejarahnya telah
menunjukkan secara menyakinkan adanya kesadaran ruang (space
counciousness), apakah itu ruang sebagai tempat hidup keluarganya ataupun
ruang sebagai tempat mencari makan dan perburuan. Kesadaran tersebut selalu
terkait langsung atau tidak langsung pada kepentingan keamanan diri dan
keluarganya dari setiap gangguan.
Dalam perkembangan selanjutnya ketika kelompok manusia memasyarakat
menjadi clan, suku atau bangsa maka kesadaran ruang meningkat menjadi
hubungan emosional antara ruang hidup tersebut dengan suku, clan atau bangsa
yang mendiami ruang tersebut. Kemudian dari itu, tatkala masyarakat bangsa
menegara maka kesadaran ruang mewujud menjadi kesadaran akan kedaulatan,
menjadi cita yang melembaga yang dibatasi oleh batas negara (boundary),
dengan seperangkat hukum dan aparat penjamin keamanan dan kedaulatan
(R.Raya Maran, 2001:48)
Berbagai clan, suku atau bangsa dapat bersepakat untuk menegara dalam
satu negara bangsa (nation-state). Kesepakatan demikian perlu didukung oleh satu
commitment bersama diantara mereka yang bersepakat tidak hanya untuk
mendirikan satu negara bangsa yang plural saja tetapi juga untuk menjaga
kelangsungannya. Commitment tersebut, antara lain, meliputi pandangan tentang
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 52
diri dan lingkungannya yang berarti juga mengenai ruang negara serta tentang jati
diri bangsa dan negaranya.
Keteguhan setiap warganegara terhadap commitment yang telah dibuat oleh
para pendiri negara akan sangat menentukan kelangsungan hidup negara bangsa
yang bersangkutan. Hal ini amat vital bagi eksistensi negara yang majemuk dan
heterogen seperti Indonesia, dimana ciri heterogenitas itu ditandai adanya kaitan
emosional dan historis antara suku bangsa dengan tanah adat atau tanah tempat
tinggal nenek moyangnya. Hal ini senada dengan anggapan Parangtopo (1993)
yang mengartikulasi rasa kebangsaan sebagai tindak-tanduk kesadaran dan sikap
yang memandang dirinya sebagai suatu kelompok bangsa yang sama dengan
keterikatan sosialkultural yang disepakati bersama.
Pada masyarakat bangsa yang plural dan heterogen seperti itu sangat mudah
muncul isu dan sentimen kedaerahan, separatisme dan sejenisnya, apabila tidak ada
pemimpin dengan kepemimpinan yang kuat dan sanggup melaksanakan secara
konsekuen dan berlanjut upaya nation and character building. Pemimpin yang
baik adalah integrator yang handal yang tidak membiarkan pikiran masyarakat
terkotak-kotak dengan alasan tertentu (S.P.Siagian,2003:71)
Sebaliknya pada masyarakat bangsa berciri majemuk akan tetapi homogen,
seperti di Amerika Serikat, tidak ada kaitan historis dan emosional antara anggota
masyarakat bangsa dengan wilayah tempat tinggal mereka seperti halnya di
Indonesia sistem “melting pot” bisa diterapkan. Sungguhpun demikian mereka
tetap melaksanakan nation and character building disebabkan oleh adanya
kenyataan bahwa generasi baru selalu muncul silih berganti dan tiap generasi
diharapkan meneruskan commitment dari para pendiri negara.
Apapun juga rumusan atau isi dari commitment yang ada dapatlah
dipastikan akan terdiri dari dua golongan/hal yaitu untuk menjaga integritas
negara, termasuk didalamnya masalah kedaulatan, serta menjaga jatidiri
bangsanya, apapun juga yang diartikan dengan jatidiri oleh masyarkat bangsanya.
Walaupun setiap bangsa memiliki ciri yang unik bagi jatidirinya, akan tetapi unsur
kesatuan bangsa selalu berada didalamnya untuk menghindarkan bangsa yang
bersangkutan dari terpecah belah (Ir.Soekarno:1962:21)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 53
Dapatlah dipahami apabila di dalam upaya nation and character building
penghayatan atas pentingnya memelihara/mengamankan integritas negara serta
jatidiri bangsa merupakan bagian yang paling utama. Dari sudut inilah
Wawasan Nusantara yang mengandung message tentang berbagai kesatuan,
untuk dapat dimengerti serta perlu diwujudkan mengingat ini merupakan
rumusan verbal yang amat ringkas dari commitment para pendiri negara.
2. Pengertian Wawasan Nusantara
Menurut Kaelan (2003:33) kata wawasan berasal dari kata “wawas” yang
berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan inderawi, akar kata ini kemudian
membentuk kata “mawas” yang berarti cara pandang atau cara melihat.
Sedangkan kata Nusantara berasal dari kata “Nuca” (sebutan dalam sumpahnya
Gadjah Mada) yang berarti pulau-pulau, dan “antara” yang berarti diapit
diantara dua indikator. Istilah Nusantara menggambarkan tentang kesatuan
wilayah Indonesia yang diapit dua benua dan dua samudera.
Dengan demikian Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia
tentang diri dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD’45 sesuai
dengan geografi wilayah Nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam
mencapai tujuan dan cita-cita nasionalnya.
3. Tujuan Wawasan Nusantara
a. Tujuan ke dalam ialah mewujudkan kesatuan dan persatuan dalam
segenap aspek kehidupan bangsa Indonesia, khususnya di bidang Politik,
Ekonomi, Sosial Budaya dan Hankam
b. Tujuan ke luar ialah mampu mengadakan kerja sama di forum
internasional dalam upaya mewujudkan kepentingan nasional Indonesia di
dunia internasional terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan
Seni sesuai politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif.
E. Fungsi Wawasan Nusantara
Membentuk dan membina persatuan, kesatuam dan keutuhan Bangsa dan
Negara melalui integrasi seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
Merupakan ajaran dasar yang melandasi kebijakan dan strategi pembangunan
nasional pada aspek kesejahteraan dan aspek keamanan dalam upaya mencapai
Tujuan Nasional.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 54
B. LATAR BELAKANG RUMUSAN
WAWASAN NUSANTARA
1. Sejarah Indonesia
Bumi Nusantara memiliki nilai integrasi yang sangat mahal harganya dalam catatan
sejarah sampai pembentukan Negara Kesatuan RI, secara garis besarnya beberapa
kerajaan tua yakni, Sriwijaya, Majapahit, Mataram Islam, Kutai Kertanegara,
Samudra Pasai, Demak, Istana Samboupa, Malaka, Singosari, Padjajaran, dan
lainnya telah menunjukkan eksistensinya dalam penguasaan wilayah Nusantara
yang penuh perjuangan, konflik internal/ekternal dan tantangan alam, tantangan
teknologi dan tantangan SDM. Satu hal yang dapat kita ambil hikmahnya sekarang
adalah membentuk Integrasi Nasional.
Ketika Ilmu Pengetahuan semakin maju, Bumi Nusantara menjadi Incaran Negara
negara barat yang merasa tak sedap dengan bumbu lokalnya. Indonesia menjadi
kedatangan banyak tamu, yang mau melahap habis dan meminta lagi setiap
hidangan disuguhkan, perjuangan pun harus menuai jalan yang berbeda, adalah
Sultan Agung, Untung Surapati, Sultan Hasannudin, Sultan Ageng Tirta, Sultan
Mahmud Badarudin, Sultan Thoha, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Antasari,
Kapitan Pattimura, Martha Kristina, Pemberontakan Trunojoyo, Teuku Umar,
Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Panglima Polim, Sri
Pakubuwono VI, Sisimangaraja, dan lainnya tak tersebutkan sampai berdirinya
Boedi Oetomo dan Lahirnya Sumpah Pemuda adalah sebuah tekad yang nyata akan
membuminya (bersatunya) masyarakat Indonesia dengan Wujud Nusantaranya.
Kalau seandainya mereka masih ada pastilah jawabannya karena “mencintai” Tanah
Air Nusantara.
Inilah yang menginspirasi Soekarno, Muhammad Hatta, Muh. Yamin dan teman-teman
untuk bergerak memperjuangkan Bumi Nusantara lewat Media dan Strategi yang
lebih matang, dengan puncaknya adalah Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan
RI. Setelah Indonesia merdeka menjadi pertanyaan yang harus dicerna dan dikaji
lebih mendalam adalah bagaimana menjaga Bumi Nusantara selanjutnya.
Masalah ini sempat dilontarkan oleh Bung Karno dalam tulisan Kisdarto (2003:99),
Soekarno menyatakan :
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 55
“Kemerdekaan bukanlah tujuan akhir, melainkan alat, atau prasarana untuk
mencapai kesatuan visi bangsa, kemerdekaan ibarat jembatan dimana bangsa kita
melangkah, menyeberang dari sisi yang penuh penderitaan, penindasan dan
pengorbanan menuju sisi lain yang lebih cemerlang, menuju masayarakat yang adil
dan makmur, menyatu dengan Bumi Indonesia”.
F. 2. Geopolitik
a. Istilah Geopolitik
Istilah geopolitik adalah singkatan dari Geographical Politic, dicetuskan
oleh sarjana ilmu politik Swedia, Rudolph Kjellen (1864 – 1922) pada tahun 1900
dalam rangka mengemukakan suatu system politik yang menyeluruh, yang terdiri
atas Geopolitik, Demopolitik, Ekonomopolitik, Sosiopolitik, dan Kratopolitik.
Gagasannya tercantum dalam buku Staten Som Lisform (Der Staat als Lebensform,
The state as an Organism), yang terbit pada tahun 1916.
Istilah Geopolitik semula oleh penulisnya dipakai sebagai sinonim dari Ilmu
Bumi Politik (Political Geography) suatu cabang ilmu bumi yang dikembangkan
oleh Frederich Ratzel (1844 – 1904). Istilah Geopolitik kemudian berubah artinya
setelah dipopulerkan oleh Karl Haushofer (1869 – 1946) dengan menjuruskan ke
Ekspansionisme dan Rasialisme. Menurut Haushofer lingkup Geopolitik mencakup
seluruh system politik Kjellen, jadi Demopolitik, Ekonomopolitik, Sosiopolitik, dan
Kratopolitik termasuk Geopolitik. Dinegara diluar Jerman dan Jepang, istilah
Geopolitik pengertiannya sinonim dengan Ilmu Bumi Politik meskipun ada penulis
yang membedakannya.
Menurut Encyclopedia Americana (L.K.D. Kristof) : Ilmu Bumi Politik
mempelajari fenomena geografi dari aspek politik sedangkan geopolitik
mempelajari fenomena politik dari aspek geografi. Perbedaannya terletak pada
fokus perhatian dan tekanan di masing- masing bidang studi, bidang geografi atau
politik. Sedangkan menurut Encyclopedia Brittanica (D. Whittersley) Geopolitik
bissa berarti : Ilmu Bumi Politik Terapan (Applied Political Geography).
b. Ajaran Ratzel dan Kjellen
Pada akhir abad ke – 19, teori evolusi Darwin dan metodologi Ilmu
Pengetahuan Alam dan Biologi sedang populer di Eropa, sehingga banyak cabang
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 56
ilmu lainnya ingin menerapkan metodologi Biologi, Ratzel seorang ahli Geografi
mendalami Biologi untuk memperluas cakrawalanya. Dalam bukunya : Antrhopo
Geography dan Politische Geography, dia menyatakan pertumbuhan Negara mirip
dengan pertumbuhan organisme yang memerlukan ruang hidup (lebensraum) yang
mencukupi agar dapat tumbuh dengan subur.
Pendapat Ratzel tersebut mendapat perhatian Kjellen (yang tidak terlatih
dalam Biologi). Ratzel menyatakan bahwa Negara adalah mirip organisme yang
tunduk pada hukum biologi. Kjellen dengan tegas menyatakan bahwa Negara
adalah suatu organisme, bukan hanya mirip seperti pendapat Ratzel.
Pada masa itu banyak kalangan di Jerman yang ingin mencari pembenaran
(justification) dari tindakan Jerman yang berusaha memperluas wilayahnya dengan
alasan semakin sempitnya ruang dalam kekuasaab Jerman. Salah satunya adalah
Jenderal Dr. Karl Haushofer, yang memakai istilah lebensraum dan autarki yang
berasal dari Ratzel-Kjellen.
c. Ajaran Karl Haushofer
Sejak embrio, ajaran Karl Haushofer sudah dicurigai sebagai ajaran yang
menuju ke peperangan. Kecurigaan itu disebabkan karena Haushofer dalam
desertasinya (1914) mengutip Herakleitos yang menyatakan bahwa “Perang
adalah bapak dari segala hal” atau dengan perkataan lain, “Perang merupakan
hal yang diperlukan untuk mencapai kejayaan bangsa dan Negara”.
Jenderal Jerman yang pernah bertugas di Jepang dan mengagumi bangkitnya
Jepang sebagai kekuatan dunia. Setelah kembali ke Jerman dia meneruskan
studi di Universitas Munich sehingga mencapai gelar Doktor of Philosophy.
Setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia I dia pensiun dan kemudian menjadi
pengajar di Universitas Munich. Berkat kedudukannya sebagai Guru Besar
Haushofer dapat menyatakan bahwa Geopolitik dikembangkan secara ilmiah.
Tetapi usahanya hanya di akui di Jerman dan di Jepang saja. Di Jerman ajaran
Haushofer mempengaruhi Hitler yang tercermin dalam bukunya Mein Kampf
yang ditulis bersama Rudolph Hess, bekas ajudan Haushofer yang kemudian
menjadi orang ketiga dalam pemerintahan Nazi Jerman. Bencara Perang Dunia
II antara lain disebabkan oleh ajaran Haushofer dan Hitler yang sangat
ekspansionis dan rasialis.
Inti ajaran Haushofer adalah sebagai berikut :
a. Lebensraum (ruang hidup; living space)
Oleh kaum Geopolitik lebensraum diartikan sebagai hak suatu bangsa
atas ruang hidup untuk dapat menjamin kesejahteraan dan keamanannya,
dengan dasar teori bahwa Negara itu adalah sutu organisasi yang tunduk pada
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 57
hukum biologi. Menurut Geopolitik versi Jerman, hanya Negara besar yang
dianggap tumbuh, negara kecil ditakdirkan akan mati terserap oleh Negara
besar.
b. Autarki
Autarki adalah cita- cita untuk dapat memenuhi kebutuhan sendiri. Kaum
Geopolitik Jerman beranggapan bahwa setiap kesatuan politik harus
menghasilkan apa yang diperlukannya. Cita- cita ini cukup rasional bila tidak di
embeli dengan teori organisme. Negara berhak mendapatkan sumber alam dari
Negara tetangga yang kecil bila membutuhkannya.
c. Pan-region (Perserikatan Wilayah)
Sudah lama Jerman menuntut untuk memperluas wilayahnya sehingga meliputi
semua daerah yang rakyatnya berbahasa Jerman. Suatu “daerah kebudayaan
Jerman” dipetakan oleh kaum Geopolitik sebagai bagian dari wilayah Jerman
yang dikaruniakan oleh alam (antara lain meliputi juga Austria, Bolrenia, dan
selesai). Aspirasi teritorial yang ekspanisionis itu diperluaskan dengan
mengusulkan pengelompokkan politik dunia kedalam beberapa “Pan- Region”.
Masing- masing dari kesatuan politik yang diusulkan itu akan dikepalai oleh
salah satu Negara besar yang ada sehingga Autarki dapat dilaksanakan
diperserikatan wilayah.
Pembagian wilayah perserikatan adalah sebagai berikut :
Pan-Amerika adalah “Perserikatan Wilayah” yang paling alami karena
wilayah itu terpisah dari Negara lain oleh samudera; Amerika dianggap
sebagai pemimpinnya. Kaum Geopolitik sangat mengagumi Doktrin
Munreo (America for the Americans) sebagai negarawan yang pertama-
tama menyatakan cita- cita itu.
Pan-Asia terdiri atas bagian timur Benua Asia, Australia, dan kepulauan
diantaranya. Jepang memberi nama Pan- Region ini “Lingkungan
Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya”. Jepang merupakan satu- satunya
Negara diluar Jerman yang dengan cepat menganut faham Geopolitik karena
melihat keuntungannya. Doktrinnya Hako I Chiu.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 58
Jerman perlu mencari alternatifnya. Uni soviet disarankan membuat Pan-
Region sendiri sedang Inggris dibiarklan mengambang.
Uni Soviet menguasai Pan- Region yang keempat yang terdiri dari
Rusia dan India
e. Daerah perbatasan
Kaum Geopolitik menganggap bahwa suatu Negara berhak atas “perbatasan alam”.
Setiap perbatasan tidak akan stabil apabila perbatasan itu memisahkan kekuatan
potensial yang jauh berbeda. Negara tetangga yang lemah merupakan makanan
yang empuk bagi yang kuat’ apabila mempunyai sumber alam yang kaya dan
daerah yang strategis.
Dalam buku Bausteine zur Geopolitik, menyatakan bahwa :
Geopolitik adalah doktrin Negara di bumi
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 59
Geopolitik adalah ilmu yang mempelajari organisme politik dari ruang
susunannya
Wawasan Bahari
Tokohnya adalah Alfred Tahayer Mahan (1840 – 1914), yang menulis buku
The Influence of Sea Power Upun History, 1660 – 1683. Hipotesanya yakni:
“Kekuatan laut itu sangat vital bagi partumbuhan, kemakmuran dan keamanan
nasional. Mahan mengemukakan bahwa ada enam factor yang mempengaruhi
perkembangan suatu negara sesuai kekuatan laut, yakni: letak geografi, wujud
bumi, luas wilayah, penduduk, watak nasional dan sifat pemerintahan”.
Tokoh lain dari wawasan Bahari adalah Sir Walker Raleigh (1554 – 1618)
yang menyatakan bahwa “Siapa yang menguasai lautan akan menguasai
perdagangan dan siapa yang menguasai perdagangan akan menguasai dunia.
Wawasan Dirgantara
Pada masa Geopolitik dikembangkan, Wawasan Dirgantara masih embrio
jadi tidak banyak dibahas oleh kaum Geopolitik Jerman. Baru setelah perang dunia
I, Giolio Douhet (1869 – 1943), yang menulis buku Dominio dell’Aria, Saggio
Sull’arte della Guera Aerea (The command of the Air : Easy in the art of Aerial
Wargare) yang terbit pada tahun 1921 menjadi tokoh Wawasan Dirgantara. Tokoh
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 60
yang lain adalah William “Billi Mitchell”, yang menulis buku Winged Defence
yang terbit pada tahun 1925. kedua tokoh itu menyatakan bahwa kekuatan udara
akan menjadi kekuatan yan menentukan.
Wawasan Kombinasi
Tokohnya adalah Niccholas J. Spykman (1893 – 1943). Teori daerah batas
(Rimland) berasal dari spyman. Pada saat ini kebanyakan Negara menganut teori
kombinasi (bukan hanya teori Spyman) yang merupakan integrasi dari Wawasan
Benua, Bahari, dan Dirgantara.
G. 3. Geostrategi Indonesia
Posisi silang Indonesia ini tentu saja membawa implikasi baik dan mungkin saja
berdampak negatif terhadap kehidupan bangsa Indonesia secara komprehensif.
Implikasi baik adalah banyaknya potensi, strategisnya wilayah Indonesia dan
sebagainya.
Namun implikasi negatif adalah adanya bahaya/ancaman dari luar, terutama
pemanfaatan kekayaan alamnya Indonesia. Kondisi ini akan berpengaruh pada
timbulnya bahaya/ancaman lain yang lebih besar, sebagimana tercatat dalam
pengalaman sejarah bangsa.
Bila posisi silang tersebut dianalisa lebih lanjut, maka ternyata bahwa ia
tidak bersifat fisik-geografis belaka, tetapi juga dalam segala aspek social, antara
lain :
Demogrifis, antara daerah yang berpeduduk tipis di Selatan (Australia :
+ 1.055 juta, Jepang : + 115 juta).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 62
Bahwa menurut sejarah dulu kala kepulauan Indonesia merupakan suatu
kesatuan.
Bahwa batas laut teri torial yang termaksut dalam Territoriale Zee en
Maritieme Krigen Ordonnantie 1939 memecah keutuhan territorial Indonesia
karena membagi wilayah daratan Indonesia dalam bagian-bagian terpisah
dengan teritorialnya sendiri-sendiri.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 63
1939, setiap pulau mempunyai laut wilayah sendiri-sendiri sehingga tidak
memungkinkan menghitung luas laut wilayah dari 13.666 pulau yang ada. Pada tataran
lain Pemerintah Indonesia menganggap perlu untuk mengamankan sumber daya alam
wilayah laut nasional untuk kegiatan eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam di
landas kontinen dapat dilakukan karena kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi.
Untuk itu pada tanggal 16 Februari 1969, pemerintah Indonesia mengeluarkan
Deklarasi tentang landas kontinental dengan pertimbangan antara lain sebagai berikut :
Segala sumber mineral dan sumber kekayaan alam lainnya, termasuk organisme-
organisme hidup yang merupakan jenis sedentair yang terdapat pada dasar laut dan
tanah dibawahnya di landas kontinen, merupakan milik Indonesia dan berada di
bawah yurisdikasinya yang eksklusif.
Dalam hal landas kontinen Indonesia, termasuk depressie- depressie (bagian yang
dalam) yang terdapat dalam landas kontinental kepulauan Indonesia yang
berbatasan dengan suatu Negara lain, maka Pemerintah Republik Indonesia
bersedia untuk melakukan perundingan dengan Negara yang bersangkutan
menetapkan garis batas sesuai prinsip- prinsip hukum dan keadilan.
Ketentuan- ketentuan tersebut diatas tidak akan mempengaruhi sifat serta status dari
pada perairan diatas landas kontinen Indonesia sebagai laut lepas, demikian pula
ruang udara diatasnya (Kaelan:2003:48)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 64
kemudian disusul oleh penandatanganan perjanjian dengan Negara tetangga lain
sebagai berikut :
Perjanjian RI- Malaysia tentang Penetapan Garis Batas Landas Kontinen kedua
Negara (di Selat Malaka dan Laut Cina Selatan) ditandatangani pada tanggal 26
Oktober 1969 mulai berlaku tanggal 6 November 1969.
Perjanjian RI- Thailand tentang Landas Kontinen Selat Malaka bagian Utara dan
Laut Andaman, ditandatangani tanggal 16 Desember 1961 dan berlaku mulai
tanggal 6 April 1962.
Persetujuan RI- Malaysia dan Thailand mengenai Landas Kontinen bagian Utara
tanggal 21 Desember 1961 dan berlaku tanggal 16 Juli 1963.
Persetujuan RI dengan Australia tentang penetapan batas- batas dasar laut tertentu
di daerah Laut Timor dan Laut Arafuru sebagai tambahan pada persetujuan tanggal
18 Mei 1961, tanggal 9 Oktober 1962.
Persetujuan RI dengan India tentang penetapan Garis Batas Landas Kontinen antara
kedua Negara (batas antar Sumatera dan Nikobar) ditandatangani dan mulai berlaku
tanggal 8 Agustus 1964
Perjanjian antar Republik Indonesia dengan Australia mengenai garis- garis batas
tertentu antar Papua New Guinea, ditandatangani tanggal 12 Februari 1963.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 65
Perjuangan penegakan Wawasan Nusantara soal wilayah di forum Negara
tetangga dilanjutkan dengan perjuangan di konferensi Hukum Laut Internasional ke III
yang diselengarakan oleh PBB atau United Nations Confrence on the Law of the Sea
(UNCLOS). Dalam konferensi internasional itu, RI aktif memperjuangkan “azas
kepulauan” yang selama ini belum di kenal dalam rezim Hukum Laut Internasional.
Perjuangan yang di lakukan RI sejak 1956 baru berhasil setelah di terimanya Hukum
Laut Internasional yang sesuai dengan konsep Nusantara pada tahun 1982 yang telah di
tanda tangani hampir semua Negara di dunia.
Untuk membulatkan konsep kewilayahan, pada 21 Maret 1980 Pemerintah RI
mengumumkan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang lebarnya 200 mil diukur dari
garis pangkal laut terluar dari ujung terluar wilayah Indonesia.
Pengumuman Pemerintah tersebut didorong oleh faktor sebagai berikut :
Semakin terbatasnya persedian ikan.
Dengan perhitungan peningkatan jumlah penduduk dunia, maka
berdasarkan studi FAO, tahun 2000 permintaan dunia akan ikan untuk bahan
makanan akan dua kali lipat permintaan dunia sekarang, yaitu 52 juta ton pertahun.
Sedangkan hasil perikanan dunia dari conventional species menjelang tahun 2000
akan berada di bawah tingkat permintaan dunia.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 68
Nusantara Indonesia kini yang terdiri dari 13.667 pulau besar/kecil, 6.044
pulau yang telah bernama, memiliki kandungan kekayaan alam yang melimpah,
berada pada posisi yang strategik, tepatnya dari 94º 15’BT s/d 141º05’BT dan
6º08’LU s/d 11º15’LS, dengan luas seluruhnya 1.904.569 km bujursangkar, di
antara benua Asia dan Australia dengan diapit samudera Pasifik dan samudera
India.
Dalam ujud Nusantara, maka batas-batas negara ditentukan oleh lautan dengan
didalamnya pulau-pulau serta gugusan pulau-pulau yang satu sama lain
dihubungkan, tidak dipisahkan oleh air, baik yang berupa laut dan selat.
Bentuk ujud Nusantara mempunyai pengaruh yang besar dalam tata kehidupan
dan sifat perekehidupan nasionalnya antara lain :
Dengan posisi silang, maka Nusantara menjadi lalu lintas dari aspek
kehidupan sosial, sebagai bangsa yang terbuka akan menyerap segala hal
yang masuk, dan mampu mempengaruhi perikehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan yang ditegaskan dalam Udang-Undang Dasar ialah :
Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum dan tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 70
hukum berdasarkan Pancasila. Dengan melaksanakan dan memperkuat azas
dan sendi Pancasila UUD 1945, dapat di bina kelangsungan pertumbuhan
kehidupan bangsa dan dinamis dan stabil untuk jangka panjang.
Kelangsungan dan pemantapan stabilitas politik dapat terjamin, apabila
aspirasi dan cita- cita bangsa dapat di laksanakan berdasarkan keputusan
bersama seluruh elemen bangsa, dengan selalu mengedepankan nilai-nilai
dasar dalam Pancasila dan UUD 1945.
Keadaan politik masyarakat dan kesadaran bernegara
Kesadaran dan partisipasi politik antar seluruh masyarakat, setiap orang,
partai politik, seluruh organisasi masyarakat, organisasi profesi/ fungsional,
elit birokrat yang akuntabel dan transparan akan menciptakan kedamaian.
Pers
Pers yang sehat dalam arti pers yang bebas bertanggung jawab jujur dan
efektif dengan informasi yang jujur, edukatif, dan bertanggung jawab,
melaksanakan fungsi sebagai penyalur suara masyarakat dan sebagai alat
control masyarakat terhadap pemerintah, lembaga Negara dan masyarakat.
Partisipasi rakyat
Mengikutsertakan rakyat terutama didaerah terpencil dalam segala kegiatan
kenegaraan dan pembangunan, melalui wadah-wadah penyalur pendapat
masyarakat pedesaan. Demokrasi benar- benar akan mempunyai akar- akar
yang langsung tumbuh dari lapisan terbesar masyarakat. Saluran- saluran
yang efektif dalam membina dan mengembangkan partisipasi masyarakat
antar lain adalah lembaga- lembaga rakyat musyawarah desa, lembaga-
lembaga perwakilan rakyat, perguruan tinggi, dan pers.
K. 2. Isi (unsur kedua)
Isi terdiri dari tiga unsur yaitu :
Cita- cita
Sifat dan ciri- ciri
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 71
Cara kerja
a). Cita- cita
Cita- cita yang terkandung dalam wawasan nusantara sebagaimana rumusan dalam
pembukaan UUD 1945, ialah :”…untuk membentuk suatu pemerintah Indonesia
yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan social….”(UUD’45)
Menyadari kedudukan geografis yang sangat strategis, maka wawasan nusantara
pada hakekatnya bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan, ketentraman, dan
keamanan bagi NKRI dan perdamaian seluruh umat manusia. Oleh sebab itu
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, wawasan nusantara tidak semata
memperhatikan kepentingan Indonesia sendiri. Tetapi secara azasi mempunyai
kewajiban kodrati untuk senantiasa memperhatikan lingkungan, membina
kesejahteraan dan ketenteraman di seluruh dunia. Tataran internal wawasan
nusantara bertujuan mewujudkan kesatuan dan keserasian yang dinamis dalam
segenap aspek kehidupan nasional, manunggal secara serasi dan berimbang,
sesuai dengan makna Negara Bhineka Tunggal Ika, yang merupakan ciri Asasi
dari falsafah Negara Pancasila.
b). Sifat atau ciri- ciri
Manunggal
Keserasihan dan keseimbangan yang dinamis dalam segenap aspek kehidupan,
baik aspek ilmiah maupun sosial. Segenap aspek kehidupan social itu selalu
menuntut untuk di manunggalkan secara serasi dan berimbang, sesuai dengan
makna Bhineka Tunggal Ika yang merupakan sifat azasi dari Negara Pancasila.
Utuh menyeluruh
Untuk menyeluruh bagi nusantara dan rakyat Indonesia sehingga merupakan
satu-kesatuan yang utuh dan tidak dapat di pecah-pecah oleh kekuatan apapun
dan bagaimanapun, sesuai dengan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa.
c). Cara kerja
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 72
Cara kerja dalam wawasan nusantara berpedomaan pada Pancasila sebagai
kebulatan pandangan hidup bangsa Indonesia. Kristalisasi kepribadian,
berwujud tata pergaulan dalam hidup yang di cita- citakan bersama serta azas
kenegaraan menurut UUD 1945 memberikan arah cara mengendalikan hidup
masyarakat dan cara penetapan hak- hak serta kewajiban azasi para warga
negaranya. Ini berarti bahwa kandungan Pancasila terpatri cita- cita, azas- azas
serta nilai- nilai filosofi dan pedomaan cara kerja, atau system “mawas
lingkungan hidup bangsa” yang kita namakan Wawasan Nusantara.
Bangsa Indonesia bersifat terbuka terhadap masuknyanya kebudayaan dari luar,
namun dengan daya adaptasinya yang masih rendah dapat mempertahankan
identitas nasionalnya. Dan dalam pergaulan dengan bangsa- bangsa lain, selalu
berusaha memperkaya dan meningkatkan kebudayaannya, sepanjang tidak
bertentangan dengan rasa budaya Pancasila.
Ini menunjukkan betapa besar keuletan dan daya tahan rakyat Indonesia dalam
mengamankan dan mempertahankan kepribadiannya. Hal ini menunjukkan
adanya kemampuan untuk mawas diri, dan ikhtiar untuk menjalin kelangsungan
perkembangan kepribadiannya, dengan menambah dan memperkaya dari hasil
antar hubungan dengan bangsa luar, sehingga dapat tumbuh dan berkembang
sesuai perkembangan zaman.
Daya mampu mawas diri dan oleh budi ini sekarang mempunyai nilai lebih penting,
mengingat arah hidup sekarang berorientasi materi, dengan mengutamakan
kecepatan, mendahulukan kemanfaatan, tapi kurang menyadari dampaknya,
sehingga acap kali generasi muda terseret pada anutan yang materialistis dan
individualistis.
Fungsi mawas diri dan oleh budi ini adalah untuk melawan kekalutan dan
kekacauan berdasarkan rasa wajib kemanusiaan yang tidak mungkin diwakilkan
pada orang lain. Bagi bangsa Indonesia, mawas diri dan oleh budi ini haruslah
berarti untuk memperoleh keberanian guna menghadapi masalah pembangunan
nasional. Gerak hidup bangsa Indonesia dewasa ini memperlihatkan dinamika
yang setiap saat berubah, perubahan-perubahan itu harus selalu di dasari oleh
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 73
falsafah Pancasila dan UUD 1945 yang mampu mempersatukan daya kreasi dan
daya cipta bangsa.
Kebaikan serta kekuatan suatu falsafah dasar terletak dalam rangkaian nilai-
nilai yang dikandungnya, Cara mempertajam budi guna mendalami azas- azas
falsafah dasar adalah dengan memahami nilai- nilai yang terkandung di
dalamnya, senantiasa mempertahankannya dan bertekad mengaplikasikannya
sebagai pandang hidup, falsafah Negara dan bangsa dalam kehidupan sehari-
hari, yang mencakup :
Pelaksanaan obyektif, yaitu bahwa falsafah Negara itu di pergunakan
sebagai sumber hokum dan mendasari segenap penyelenggaraan
kenegaraan.
Pelaksanaan subyektif, yaiutu falsafah itu selalu mendasari dan menuntun
setiap warga Negara dalam tindakan dan kegiatan sehari- hari atau dengan
pekataan lain, dalam cita, cipta, rasa, karsa, dan karya.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 74
Tata laku Republik Indonesia berupa UUD 1945 yang bila di laksanakan
dan di terapkan berdasarkan wawasan nusantara, akan menghasilkan
ketahanan nasional Indonesia.
Ajaran Wawasan Nusantara adalah wujud dan isi kepribadian bangsa, yang
hendak mewujudkan diri dalam lingkungan alam Indonesia yang sarwa
nusantara menurut cara- cara Indonesia di dalam ruang hidup yang
berwawasan nusantara.
BAB V
KETAHANAN NASIONAL
A. PENGERTIAN
Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamik suatu bangsa, berisi
keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan
kekuatan nasional, didalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan, serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang
langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan mengejar tujuan perjuangan nasional,
Idup suhady (2000:98).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 75
Kondisi selalu berkembang, bahaya dan tantangan selalu berubah, maka
Ketahanan Nasional harus dikembangkani sesuai dengan perkembangan keadaan.
Jadi Ketahanan Nasional adalah terpola secara dinamik bukan statis.
Ketahanan Nasional adalah Tingkat keadaan keuletan dan ketangguhan
bangsa dalam menghimpun dan mengarahkan keseluruhan kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional yang ada sehingga merupakan kekuatan
nasional yang mampu dan sanggup menghadapi segala ancaman, tantangan,
hambatan, dan gangguan terhadap keutuhan maupun kepribadian bangsa dalam
mempertahankan kelangsungan cita-citanya (Kaelan 2002).
Pengertian Beberapa Istilah
a. Ketangguhan
Kekuatan yang menyebabkan seseorang atau sesuatu dapat bertahan kuat
menderita atau menggulangi beban.
b. Keuletan
Usaha terus secara giat dengan kemauan keras didalam menggunakan
segala kemampuan dan kecakapan untuk mencapai tujuan atau cita-cita.
c. Identitas
Ciri khas suatu Negara dilihat secara keseluruhan (holistic) yaitu Negara
yang dibatasi oleh wilayah, penduduk, sejarah, pemerintah, dan tujuan
nasionalnya serta peranan dalam dunia internasional.
d. Integritas
Kesatuan yang menyeluruh didalam kehidupan nasional suatu bangsa.
e. Tantangan, Ancaman, Hambatan, dan Gangguan
Dalam GBHN (1963, 1968, dan 1983) pada butir 2 huruf F Bab II, tertulis
perihal Hambatan-hambatan, Tantangan-tantangan, Ancaman-ancaman,
dan Gangguan-gangguan yang timbul baik dari luar maupun dari dalam
perlu secara efektif dielakan untuk tetap memungkikan berjalannya
pembangunan nasional yang selalu harus menuju katujuan yang ingin
dicapai terus menerusa memupuk Ketahanan Nasional.
Sedangkan dalam UU No. 20 Tahun 1982 tentang ketentuan-ketentuan
Pokok Pertahanan Keamanan Republik Indonesia Bab I Pasal 1 butir 13 tertulis :
“Ancaman adalah ancaman, gangguan hambatan, dan tantangan.
Dalam kedua sumber tersebut diatas tidak terdapat uraian lebih lanjut
mengenai pengertian keempat istilah itu”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 76
Sejak lama telah dikembangkan pengertian tersebut dilingkungan
Lemhanas dengan maksud untuk lebih menjernihkan serta membedakan makna
keempat istilah termasuk dalam mendalami konsepsi Ketahanan Nasional.
Acaman merupakan hal atau usaha yang bersifat mengubah atau merombak
kebijaksanaan dan dilakukan secara konsepsional, kriminal serta politik.
Tantangan merupakan hal atau usaha yang bertujuan atau bersifat
menggugah kemampuan.
Hambatan merupakan hal atau usaha yang berasal dari diri sendiri yang
bersifat atau bertujuan melemahkan atau menghalangi secara tidak konsepsional.
Gangguan merupakan hal atau usaha yang berasal dari luar yang bersifat
atau bertujuan melemahkan atau menghalang-halangi secara tidak konsepsional.
B. METODE ASTRAGATRA
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 77
kekayaan alam dengan kemampuan untuk mencapainya. Kesimpulan yang dapat
diambil dari uraian tersebut adalah bahwa masyarakat selalu berupaya mendapatkan
kesejahteraan, keselamatan dan keamanannya dalam hidupnya.
Kehidupan nasional tersebut dibagi dalam beberapa aspek sebagai berikut :
Aspek alamiah meliputi gatra :
Posisi dan lokasi Geografi Negara
Keadaan dan kekayaan alam
Keadaan dan kemampuan penduduk
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 78
- Letak geografi
- Bentuk/wujud bumi
- Luas wilayah
- Jumlah penduduk
- Watak nasional/bangsa
- Sifat pemerintahan.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 79
1) Negara di kelilingi daratan (Land locked country) (Laos, Swiss, Afganistan).
Lengkungan Negara demikian itu bersifat serba daratan atau serba benua.
Ciri serba benua tersebut mempengaruhi dan menentukan cara pandang Negara
yang bersangkutan di segala bidang kehidupan nasionalnya.
2) Negara di kelilingi lautan
Negara- Negara demikian dapat di bagi dalam :
Negara kepulauan (Archipelago)
Archipelago adalah Negara yang terjadi dari kumpulan pulau-pulau dan
bentuk- bentuk alamiah lain yang mempunyai hubungan erat satu dengan
lainnya, sehingga membentuk satu keutuhan geografis, ekonomis, dan
politis. Suatu Archipelago harus di bedakan dari suatu kumpulan pulau-
pulau berantai (Achains of Island).
Arti klasik dari archipelago adalah lautan yang diseraki pulau- pulau (a sea
studded with island), yang berarti bahwa unsur laut lebih besar dari unsur
daratan. Bagi kita tanah air Indonesia merupakan kesatuan laut.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 80
Ke dalam, sebagai kesatuan laut (wilayah air) dengan beberapa
pulau di antaranya dan bukan sebaliknya, yaitu beberapa pulau yang di
kelilingi oleh laut (air).
Ke luar, menunjukkan berhubungan salalu dengan lingkungannya,
seperti halnya posisi tiap subyek terhadap lingkungannya. Keterhubungan
tersebut mempengaruhi kehidupan bangsa yang mendiami kepulauan itu
baik ke dalam maupun ke luar, di samping itu memberikan suasana
hubungan lingkungan (internasional), baik bersifat kawasan, mandala,
maupun global.
Sesuai dengan kodrat maka wilayah lingkungan tersebut senantiasa
mengarah ke pengintegrasian yang di sesuaikan dengan perkembangan
integrasi kehidupan sosial, misalnya kerjasama di bidang ekonomi, sosial-
budaya, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Geopolitik dan geostrategi
Pengaruh letak geografi terhadap politik melahirkan geopolitik serta
geostrategi. Kita kenal beberapa wawasan nasional (National Outlook) yang
tumbuh karena pengaruh tersebut di atas seperti : Wawasan Benua,
Wawasan Samudera, Wawasan Benua Bahari (Kombinasi), dan Wawasan
Dirgantara. Indonesia berpendapat sesuai dengan sifat geografiknya bahwa
penganutan salah satu wawasan saja tidak mamadai, bersifat rawan serta
tidak kekal. Oleh karena itu maka pemanfaatan tanah, air, dan ruang yang
berintegrasikan dengan unsur unsur sosial secara simultan dalam kerangka
keserasian, seimbang, dinamis dapat menunjang penyelenggaraan dan
peningkatan ketahanan nasional. Tiap- tiap Negara dapat mengembangkan
wawasannya sendiri sesuai dengan kondisi-kondisi geografisnya.
2. Keadaan dan Kekayaan Alam
Hidup berkembang baik dan mempertahankan diri dengan cara
memanfaatkan alam dan kekayaan tanah airnya merupakan naluri dan fungsi utama
semua makhluk Tuhan. Pemanfaatan itu harus berkembang seirama dengan
perkembangan penduduk. Dalam hubungan internasional pemanfaatan sumber alam
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 81
yang merupakan bahan baku perindustrian dengan deposit dan lokasi yang tidak
merata, namun sangat di perlukan, baik pada masa damai maupun perang.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menuntut setiap bangsa
selalu berupaya memperoleh sumber alam yang di perlukan, entah bahan tersebut
berada di dalam Negara sendiri maupun di luar negeri. Gejala ini memperlihatkan
bahwa pemanfaatan kekayaan alam merupakan salah satu fungsi perikemanusiaan
dan karenanya harus di gunakan secara berhasil dan berdaya guna. Setiap bangsa
wajib mempersiapkan potensi alamnya sederajat dengan kemampuan bangsa lain,
agar persaingan ekonomi dan budaya abad milenium ini dapat dihindari.
Kekayaan suatu Negara ialah segala sumber dan potensi alam yang di
dapatkan di bumi, di laut dan udara yang berada di wilayah kekuasaan suatu
Negara.
Kekayaan alam di bagi di dalam 3 golongan, hewani (fauna), nabati (flora),
dan mineral, ada yang bersifat dapat di perbaharui. Kekayaan alam berada di dalam
3 lingkungan, yaitu :
Diamosfir : oksigen karbondioksida dan sebagainya.
Dipermukaan bumi : Tanah, perairan laut dan darat (makanan protein-hewani),
gunung (sumber mineral gunung berapi) sumber hidrologi, klimatologi, fauna
dan flora.
Di dalam bumi : Mineral minyak bumi, uranium, biji besi, batu bara dan
sebagainya. Semua energi alam misalnya gas alam, air tanah, minyak bumi dan
sebagainya.
Salah satu sifat khusus sumber alam (international interdependency of
natural resources) ialah distribusinya yang tidak teratur/merata dibumi ini,
sehingga timbul disparitas dalam masyarakat. Karena itu pemanfaatannya
menimbulkan ketergantungan antar negara. Kondisi ini mampu menjadi pemicu
timbilnya problem hubungan internasional
Sumber alam semestinya dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh manusia
berdasarkan azas maksimal, lestari, dan berdaya asing. Untuk itu diperlukan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kesadaran membangun, pembinaan kebijaksanaan
penduduk yang rasional dan sebagainya.
Pola dasar :
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 82
Berdasarkan azas maksimal, lestari, dan daya asing, maka setiap bangsa
wajib Menyusun pola pengelolaan suber alam yang di dasarkan baik pada prinsip
kesejahteraan maupun keamanan, mengembangkan IPTEK pemanfaatan
kekayaan alam seoptimal mungkin. Membina kesadaran nasional untuk
pemanfaatan kekayaan alam; mengadakan program pembangunan serasi;
mengadakan pembentukan modal cukup; mencipta daya beli/konsumsi cukup,
baik didalam maupun diluar negeri. Keberhasilan pelaksanaan kewajiban tersebut
dan meningkatkan perekonomian nasional yang berarti juga meningkatkan
Ketahanan Nasional.
Maksimal, dalam arti dapat memberi manfaat yang optimal untuk
pembangunan dan menjaga ketimpangan antar daerah. Lestari yang antara lain
dikaitkan dengan perumusam kebijaksanaan pengolahan sumber dan pesatnya
pemakaian yang merugikan kepentingan generasi yang akan datang. Daya saing,
dengan maksud agar dapat dipergunakan sebagai alat dan ketergantungan pada
Negara-negara besar dapat dikurangi. Ketimpangan didalam perkembangan
potensi alam dan penduduk, baik secara nasional maupun didalam konteks dunia
(global) dapat membahayakan Ketahanan Nasional Negara yang bersangkutan.
3. Keadaan dan Kemampuan Penduduk
a). Pengertian
Penduduk adalah manusia yang mendiami suatu tempat atau wilayah.
Yang termasuk didalam masalah penduduk ilah soal yang menyangkut jumlah
penduduk, komposisi penduduk, dan distribusi penduduk.
Soal yang mempengaruhi komposisi dan penyebaran penduduk. Soal akibat
perubahan julah, komposisi dan penyebaran penduduk.
Tinjauan masalah penduduk umunya dikaitkan dengan pencapaian tingkat
kesejahteraan dan keamanan.
b). Faktor penduduk yang mempengaruhi Ketahanan Nasional
Jumlah penduduk berubah karena kematian, kelahiran, pendatang baru dan
orang yang meninggalkan wilayahnya. Jumlah penduduk berubah karena
kematian (mortalisasi) fertilitas dan migrasi.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 83
Segi positif dari pertambahan penduduk adalah pertambahan angkatan
kerja (man power), jadi jumlah bertambah tenaga kerja (labour force) sebagai
potensi peningkatan kapasitas produksi tetap harus disertai dengan pertambahan
kesempatan kerja. Jika tidak demikian timbul pengangguran, baik nyata maupun
tidak abstarak dan problema sosial lainnya, semuanya ini berdampak pada
melemahkan Ketahanan Nasional Bangsa.
Segi negatifnya bila pertumbuhan penduduk tidak seimbang dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi, dan bila pertambahan penduduk tidak diikuti
dengan usaha peningkatan kualitas/ keterampilan penduduk.
c). Faktor yang mempengaruhi komposisi penduduk
Komposisi adalah susunan penduduk menurut umur, kelamin, agama,
suku bangsa, tingkat pendidikan, dan sebagainya. Susunan penduduk tersebut
juga dipengaruhi oleh moralitas,fertilitas, dan migrasi. Pengaruh moralitas
sangat kecil karena sama kemungkinannya terhadap pria maupun wanita.
Bigitujuga dengan faktor migrasi, karena tidak dapat dilaksanakan secara besar-
besaran dan diperlukan dukungan biaya yang tidak sedikit. Sebaliknya fertilitas
sangat besar pengaruhnya, terutama terhadap umur dan jenis penduduk
golongan muda. Bertambahnya penduduk golongan muda menimbulkan
persolan penyediaan fasilitas pendidikan, perluasan lapangan kerja, dan
sebagainya. Bila persolan tersebut tidak dapat diatasi, maka kegoncangan sosial
yang ditimbulkan dapat memperlemah Ketahanan Nasional.
d). Faktor yang mempengaruhi distribusi penduduk
Distribusi penduduk yang ideal adalah distribusi yang sekaligus dapat
memenuhi persyaratan kesejahteraan dan kemanan yaitu penyebaran merata.
Kenyataan menunjukan bahwa manusia ingin bertempat tingal didaerah
yang memungkinkan jaminan kehidupan ekonomi lebih baik, yaitu didaerah
yang ekonomi strategik, terutama didaerah yang mudah digarap atau telah
dipersiapkan sebelumnya. Konsekwensinya didaerah tertentu padat penduduk
sedang didaerah lain jarang penduduknya.
Untuk mengatasi keadaan demikian diperlukan kebijaksanaan
pemerintah yang mengatur penyebaran penduduk melalui berbagai cara,
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 84
misalnya transmigrasi, pusat-pusat pengembanagan (grow ceter),
pengembangan pusat-pusat industri, dan sebagainya dengan tujuan mencapai
keseimbangan antara kenaikan jumlah penduduk dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi dan penyebaran penduduk yang merata.
4. Ideologi
a). Penggunaan istilah Ideologi
Suatu bangsa memerlukan landasan falsafah bagi kelangsungan
hidupnya yang sekaligus berfungsi sebagai dasar dan cita-cita atau tujuan
nasional yang hendak dicapai. Falsafah tersebut dapat diberi istilah lain yang
misalnya ideology, falsafah Negara, pandangan hidup dan pandangan dunia,
rukun Negara, landasan ideal, dan sebagainya. Didalam naskah ini digunakan
istilah ideologi.
b). Pengertian Ideologi
Dalam naskah ini ideologi diartikan sebagai berikut :
“Perangkat perinsip pengarahan (guiding principles) yang dijadikan dasar serta
memberikan arah dan tujuan untuk dicapai didalam melangsungkan dan
mengembangkan hidup dan kehidupan nasional suatu bangsa dan Negara”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 85
dapat mengembangkan falsafah dan ideologinya sendiri sesuai dengan hakekat
kepribadian bangsa itu. Ideology Negara itu merupakan system nilai yang
mencakup segenap nilai hidup dan kehidupan bangsa serta Negara dan bersifat
interelasi serta interdependesi.
Memiliki ideology yang cocok dan sempurna belum menjamin ketahanan
bangsa tersebut di bidang ideologi. Untuk mencapai ketahanan nasional di
perlukan penghayatan dan pengamalan ideology secara sungguh- sungguh.
Dalam rangka pelaksanaan, yaitu pelaksanaan obyaktif dan subyektif.
Pelaksanaan obyektif adalah pelaksanaan di dalam Undang-Undang Dasar dan
segala peraturan hukum di bawahnya serta segala kegiatan penyelenggaraan
Negara. Pelaksanaan subyektif adalah pelaksanaan oleh pribadi perorangan.
5. Politik
a). Pengertian politik
Masalah politik berada di dalam konteks Negara, karena kekuasaan di dalam
suatu Negara berpusat pada pemerintahan Negara tersebut. Sebagai konsekuensi
logis dari uraian tersebut dapat di katakana bahwa karena pusat kekuasaan di dalam
suatu Negara berada pada pemerintahannya maka perjuangan memperoleh kekuatan
berubah menjadi perjuangan menguasai pemerintah.
b). Pengertian ketahanan di bidang politk
Beranalogi dengan pengertian Tannas, maka ketahanan di bidang politik di
artikan sebagai :
“Kondisi dinamik suatu bangsa, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional, di dalam
menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta
gangguan baik yang datang dari dalam yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan kehidupan politik bangsa dan bernegara “.
c). Kehidupan politik
Kehidupan politik dapat di bagi dalam dua faktor yaitu :
Sektor pemerintahan
Sektor masyarakat
Masyarakat sebagai penghasil makanan (input), yaitu terwujud pernyataan
keinginan dan tuntutan masyarakat (social demand), sedangkan pemerintahan
berfungsi sebagai pengeluaran (output), yaitu menentukan kebijaksanaan umum
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 86
yang bersifat keputusan politik (political decision) sesuai dengan azas demokrasi,
yaitu pemerintahan oleh, untuk, dan dari rakyat, maka rakyat ikut di dalam
kehidupan politik. Persoalan utama adalah bagaimana kebijaksanaan pemerintah
hasil keluaran (output) dapat sesuai dengan pemasukan (input), yaitu keinginan dan
tuntutan rakyat.
Sistem politik menentukan bagaimana kehidupan politik di laksanakan dan
interaksi antara input dan output. System politik mencakup baik kebudayaan politik
dan struktur politik, dengan menarik keuntungan (interest group) dan kelompok
penekan (pressure group), maupun proses politik yaitu bagaimana kehidupan politik
diatur, ditentukan, dan dilaksanakan.
d). Sistem politik yang di perlukan
Negara berkembang di dalam rangka mengejar ketinggalannya dari Negara
maju memerlukan proses perubahan atau moderenisasi. Keterbelakangan Negara
berkembang, terutama di bidang ekonomi dan teknologi, menyebabkan
ketergantungannya kepada bantuan Negara maju. Kelemahan tersebut mungkin
dapat di imbangi dengan perasaan kesadaran nasional yang tinnggi, tetapi
kenyataan menunjukkan bahwa justru di Negara berkembang kesadaran nasional
masih merupakan persoalan yang perlu mendapatkan perhatian karena dalam proses
nation and character building-nya menghadapi hambatan, misalnya perasaan ikatan
keagamaan, bahasa, kesukuan, dan ikatan tradisional (primordial) lain yang kuat.
Mengingat hal tersebut maka beban yang harus di pikul oleh sistem politik Negara
berkembang adalah lebih berat dan kompleks daripada Negara maju. Kemampuan
sistem politik menanggulangi beban tersebut merupakan petunjuk ketahanan di
bidang politik.
Tingkat kemampuan sistem politik mendorong proses perkembangan bidang
lain, sebagian besar di tentukan oleh sifat lembaga kekuasaan yang berlaku di
dalam system politik tersebut. Yang menjadi persoalan pokok adalah hubungan
antara inisiatif pemerintah dengan partisipasi rakyat. Negara berkembang masih
memerlukan inisiatif pemerintah lebih banyak dari Negara maju karena kemampuan
masyarakatnya masih rendah di dalam mengartikan kehendak dan kualitas
partisipasinya belum nasional (masih bersifat lokal, kelompok/ golongan).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 87
Di dalam masyarakat maju, fungsi lembaga kekuasaan cukup di batasi
sebagai pengatur (regulating). Karena masyarakat demikian itu telah mampu
mengambil inisiatif sendiri.
Antara inisiatif pemerintah dengan partisipasi rakyat hendaknya di temukan
keseimbangan dinamis dan serasi., menitik beratkan kepada partisipasi rakyat dapat
menjurus ke sistem politik liberal. Bentuk keseimbangan tersebut bersifat dinamis
dan berubah- ubah serta bergerak antara dua polaritas ekstrim, sejalan dengan
keperluan masyarakat. Stabilitas politik hendaknya di artikan sedemikian itu. Tiap-
tiap Negara menentukan keseimbangan yang paling tepat untuknya sesuai dengan
keadaan masyarakatnya.
5). Faktor politik dan faktor yang memenuhi ketahanan di bidang politik
Pada umumnya suatu system politik mampu memenuhi lima fungsi uatama yaitu:
Mempertahankan pola;
Mengatur dan menyelesaikan ketegangan/konflik;
Penyesuaian;
Penyampaian tujuan;
Penyatuan (integrasi).
6. Ekonomi
a). Pengertian Ekonomi
Segala kegiatan pemerintah dan masyarakat di dalam pengelolaan faktor
produksi, yaitu bumi, sumber alam, tenaga kerja, teknologi, dan manajemen
didalam produksi serta distribusi barang dan jasa demi kesejahteraan rakyat,
baik fisi material maupun mental spiritual.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 88
c). Faktor yang mempengaruhi ketahanan di bidang ekonomi
Tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan terhadap kelangsungan
ekonomi suatu bangsa hakekatnya ditujukan pada faktor produsi dan
pengolahannya. Karena itu pembinaan ekonomi faktor produksi serta
pengolahannya di dalam produsi dan distribusi barang serta jasa, baik di dalan
negeri maupun di dalam hubungannya dengan luar negeri.
Ada faktor produksi secara umum di tiap-tiap Negara berkembang adalah
sebagai berikut :
Bumi dan sumber alam
Tenaga kerja
Faktor modal
Industrialisasi untuk memperluas kesempatan keja
Faktor teknologi
Hubungan ekonomi luar negeri
Prasarana
Faktor Manajemen
7. Sosisal Budaya
a). Pengertian sosial budaya
Istilah sosial budaya di dalam ilmu pengetahuan menunjukkan pada dua
segi utama dari kehidupan bersama manusia, yang segi kemasyarakatan dan
segi kebudayaan. Untuk keperluan adaptasi dengan lingkungan yang merupakan
syarat bagi kelangsungan hidup maka manusia harus mengadakan kerjasama
dengan sesame manusia. Dengan perkataan lain manusia harus hidup
bermasyarakat. Kerjasamatersebut hanya berjalan lancer didalam keadaan tertip
sosial berdasarkan pengaturan sosial budaya dan mekanisme pelaksanaannya
yaitu organisasi sosial yang merupakan produk budaya tetapi sekaligus merupan
juga wadah pertumbuhan dan pengejewantahan kebudayaan.
Di dalam organisasi sosial manusia hidup berkelompok dan
mengembangkan norma sosial yang meliputi kehidupa normatif, status,
kelompok sosial dan institusi.
Organisasi sosial juga meliputi aspek fungsi yang memperlihatakan
manifestasinya di dalam aktifitas kolektif anggota masyarakat dan aspek
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 89
struktur yang terdiri dari strutur kelompok di dalam pola umum kebudayaan dan
seluruh karangka lembaga sosial.
Tiap masyarakat mempunyai empat unsure penting bagi eksistensinya, yaitu :
Structural sosial,
Pengawasan sosial,
Media sosial,
Standar sosial.
b). Kebudayaan
Kebudayaan merupakan seluruh cara hidup suatu masyarakat yang
manifestasinya tampak di dalam tingkah laku dan dari tingkah laku yang
dipelajari. Kebudayaan diciptakan oleh faktor organ biologis manusia
lingkungan alam, lingkungan psikologis dan lingkungan sejarah. Masyarakat
budaya membentuk pola budaya sekitar satu atau beberapa fokus budaya,
misalnya nilai terutama yang mengitegrasikan semua unsure kebudayaan mejadi
satu bentuk (konfigurasi) kutural. Faktor budaya dapat berupa nilai dan norma
religius, ekonomis, atau nilai sosial-kultural lain misalnya ideology moderen.
Masyarakat tidak mungkin ada tanpa kebudayaan, karena tanpa kebudayaan
kelompok manusia akan menjadi agresi sosial semata-mata.
c). Pengertian ketahanan di dalam bidang sosial budaya
Beranalogi dengan pengertian Tannas maka ketahanan di bidang sosial
budaya diartikan sebagai : kondisi dinamis suatu bangsa, berisi keuletan dan
ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan
nasional, di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman,
hambatan serta gangguan dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun
tidak langsung membahayakan kelangsungan kehidupan sosial budaya bangsa
dan Negara.
d). Faktor yang mempengaruhi ketahanan di bidang sosial budaya
Tradisi bangsa merupakan seluruh kepercayaan, anggapan dan tingkah
laku yang terlembagakan yang diwariskan dan diteruskan dari generasi ke
generasi serta memberikan kepada suatu bangsa suatu sistem nilai dan system
norma untuk menjawab tantangan setiap tahap perkembangan sosial.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 90
Tradisi dilihat pada suatu tahap perkembangan sejarah sosialnya dapat
merupakan kompleksitas ide-ide umum yang berada di atas individu, yang
sifatnya mantap dan kontinyu dan yang mempunyai sifat memaksa (sinkronitis-
integratif dan ankronitis).
Tradisi sosial hakekatnya bersifat dinamis oleh karena itu nilai, norma,
dan lembaga sosial yang terkandung di dalamnya yang tidak lagi dapat
menjawab tantangan zaman, berubah atau lenyap secara wajar.
Yang harus dihidari ialah tradisionalisme yaitu sikap atau pandangan memuji
secara lampau. Perumbuhan suatu bangsa berdasarka pada tradisi memberikan
sifat kontinuitas kepada kehidupan nasional tetapi harus disadari bahwa tradisi
itu pada suatu tahap perkembangan dapat bersifat ankronistis yang merugikan.
Oleh sebab itu tradisi harus diselidiki dan diinterprestasikan kebali dengan jalan
pendidikan. Adapun faktor yang mempengaruhi ketahanan nasional dan sosial
budaya adalah sebagai berikut :
Pendidikan
Kepemimpinan nasional
Tujuan nasional
Kepribadian nasional
8. Pertahanan-keamanan
a). Pengertian
“Pertahanan-keamanan adalah daya upaya rakyat semesta dengan
angkatan bersenjata sebagai inti dan merupakan salah satu fungsi utama
pemerintah/Negara dalam menegakkan Ketanhanan Nasional dengan tujuan
mencapai keamanan bangsa dan Negara, serta keamanan perjuangannya;
dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan dan mengerakan seluruh potensi
dan kekuatan masyarakat dalam seluruh bidang kehidupan nasional sacara
terntegrasi dan terkoordinasi”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 91
yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung
membahayakan pertahanan – keamanan bangsa dan Negara.
c). Faktor yang mempengaruhi ketahanan di bidang pertahanan- keamanan
faktor yang mempengaruhi ketahanan di bidang Hankam adalah :
Doktrin,
Wawasan nasional,
System Hankam,
Geografi,
Manusia,
Integrasi Angkatan Bersenjata dan Rakyat,
Pendidikan kewiraan,
Material,
Ilmu pengetahuan dan teknologi,
Managemen,
Pengaruh luar negeri,
Kepemimpinan.
3). Berkewibawaan
Tannas sebagai hasil pandangan yang bersifat “manunggal” akan mewujudkan
kewibawaan nasional yang di perhitungkan oleh pihak lain dan mempunyai daya
pencegah (deterrent). Makin tinggi tingkat kewibawaan makin besar daya
pencegah.
4). Berubah Menurut Waktu
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 92
Tannas suatu bangsa tidaklah tetap adanya. Ia dapat meningkat atau menurun dan
bergantung kepada situasi dan kondisi bangsa itu sendiri.
5). Tidak Membenarkan Sifat Adu Kekuasaan dan Adu Kekuatan
Konsepsi Tannas dapat di pandang sebagai suatu pilihan (alternative) lain dari
konsepsi yang mengutamakan penggunaan adu kekuasaan dan adu kekuatan (power
politics) yang masih di anut oleh Negara-Negara maju umumnya.
Kalau konsep adu kekuasaan dan adu kekuatan bertumpu pada kekuatan fisik, maka
sebaliknya pertahanan nasional tidak megutamakan kekuatan fisik saja tetapi
memanfaatkan daya dan kekuatan lainnya seperti kekuatan moral yang ada pada
suatu bangsa. Ketahanan nasional mementingkan konsultasi dan saling menghargai
di dalam pergaulan kehidupan manusia dan sebaliknya menjauhi permusuhan
(antagonisme) dan konfrontasi.
6). Percaya Pada Diri Sendiri (self confidence)
Ketahanan nasional di kembangkan dan di tingkatkan berdasarkan sifat mental
percaya pada diri sendiri. Suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat harus percaya
dan yakin, bahwa ia harus dapat mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri
dengan baik dan tidak bergantung pada bantuan dari luar. Andaikata di perlukan
bantuan maka hal tersebut bersifat komplementer.
7). Tidak Bergantung Pada Pihak Lain ( self reliance)
Kebanyakan Negara berkembang merupakan bekaaas daerah jajahan yang masih di
pengaruhi mental colonial dan rasa bergantung kepada bekas jajahannya.
Sikap mental demikian seharusnya secara sadar di kikis habis dan sebagai gantinya
di tumbuhkan suatu sifat mental yang berkepercayaan pada diri sendiri yang
patriotic dan nasionalistik tanpa menjerumuskan diri ke dalam fanatisme dan
Chaovimismme (nasionalisme yang sempit).
E. HAKEKAT KETAHANAN NASIONAL
Pada hakekatnya ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan
suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan
bangsa dan negara.
Untuk dapat memungkinkan berjalannya pembangunan nasional yang
selalu harus menuju ke tujuan yang ingin di capai dan agar dapat secara efektif di
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 93
elakkan hambatan-hambatan, tantangan-tantangan, ancaman-ancaman, dan
gangguan yang timbul, baik dari luar maupun dari dalam perlu di pupuk terus
menerus Ketahanan nasional yang meliputi segala aspek kehidupan bangsa dan
Negara. Berhasilnya pembangunan nasional akan meningkatkan ketahanan
nasional. Selanjutnya ketahanan nasional yang tangguh akan lebih mendorong lagi
pembangunan nasional.
Penyelenggaraan ketahanan nasional menggunakan pendekatan
kesejahteraan nasional dan keamanan nasional di dalam kehidupan nasionalnya.
Kesejahteraan yang hendak di capai untuk mewujudkan Ketahanan Nasional dapat
di gambarkan sebagai kemampuan bangsa menumbuhkan dan menyumbangkan
nilai- nilai nasionalnya menjadi kemakmuran yang sebesar- besarnya yang adil dan
merata, rohaniah dan jasmaniah.
Perlu kita sadari bahwa kesejahteraan keamanan itu dua hal yang dapat di
bedakan tetapi tidak dapat di pisahkan. Penyelenggaraan kesejahteraan memerlukan
tingkat keamanan tertentu sebaliknya juga penyelenggaraan keamanan memerlukan
tingkat keamanan tertentu, sebaliknya juga penyelenggara keamanan memerlukan
tingkat kesejahteraan tertentu. Ini berarti bahwa penyelenggaraan ketahanan
nasional menghasilkan gambaran kesejahteraan dan sekaligus pula gambaran
keamanannya. Di dalam kenyataan hidup kemudian gambaran- gambaran
kesejahteraan nasional dan keamanan nasional menjadi suatu gambaran ketahanan
nasional.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 94
Pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan nasional menggunakan
tiap- tiap gatra, asta gatra, demikian pula untuk keamanan nasional. Bergantung
pada sifat- sifat gatranya maka gatra yang satu mempunyai peranan :
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 95
Kekayaan alam baru mempunyai manfaat nyata, jika telah diolah penduduk yang
memiliki kemampuan dan teknologi untuk itu. Penduduk harus mempunyai potensi
kekayaan alam yang ada di negaranya dan mampu membina dan melestarikan
(mereservasikan) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 96
memperkokoh pertahanan keamanan nasional yang memadai akan lemah tannas
suatu bangsa.
BAB VI
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 97
GOOD GOVERNANCE
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 99
Meskipun diawali oleh tawaran badan-badan Internasional, namun cita good
governance menjadi bagian diskursus serius dalam wacana pengembangan
paradigma birokrasi dan pembangunan kedepan.
Dari hasil berbagai kajiannya Lembaga Administrasi Negara (LAN) menyimpulkan
sembilan (9) Aspek fundamental dalam perwujudan good governance, yaitu :
Partisipasi (Participation)
Penegakan Hukum (Rule of Law)
Transparansi (Transparency)
Responsif (Responseveness)
Orientasi kesepakatan (Consensus Orientation)
Keadilan (Equity)
Efektivitas (Effectiveness) dan Efesiensi (Efficiency)
Akuntabilitas (Accountability)
Visi Strategis (Strategic Vision)
1. Partisipasi (Participation)
Setiap warga masyarakat berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak
langsung yakni melalui lembaga-lembaga perwakilan untuk mewakili kepentingan
mereka dalam proses pengambilan keputusan, karena apapun alasannya sebuah
keputusan pemerintah akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat secara
komprehensif. Paradigma birokrasi sebagai Center for public harus diikuti dengan
kebijakan deregulasi berbagai aturan, sehingga proses sebuah usaha dapat
dilakukan dengan efektif dan efisien. Pemerintah juga tituntut untuk mengubah
paradigma dari penguasa birokrat menjadi pelayan masyarakat (public server),
dengan memberikan pelayanan yang baik (pelayanan prima), perhatian yang
humanis, biaya yang mudah dijangkau, efisien dan efektif (Azra Azyumardi,
2003:183)
Menurut R.R.Maran (2001:119) ada beberapa cara khas dalam berpartisipasi
antara lain :
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 101
Salah satu pita merah yang membuka ruang bergeraknya aktivitas korupsi
dalam sistem pemerintahan Indonesia adalah manajemen pemerintahan yang
terkesan eksklusif tertutup atau kurang transparan.
Ketika kita berhadapan dengan bagian-bagian keuangan disemua lembaga
pemerintah, sekilas nampak warga negara bagai tamu tak diundang.
Olehnya itu Michael Comdessus (1997), dalam salah satu rekomondasinya
pada PBB untuk membantu pemulihan (reconery) perekonomian Indonesia
menyarankan perlunya tindakan pemberantasan korupsi dan penyelenggaraan
pemerintahan yang transparan, khususnya dalam transparansi transaksi keuangan
negara, pengelolaan uang negara di bank sentral (BI), serta transparansi sektor-
sektor publik.
Afan Gafar menyimpulkan setidaknya ada delapan aspek transparansi
pengelolaan negara yang harus diterapkan yaitu :
Penetapan posisi, jabatan atau kedudukan
Kekayaan pejabat publik
Pemberian penghargaan
Penetapan kebijakan terkait pencerahan kehidupan
Kesehatan
Moralitas para pejabat dan aparatur pelayanan publik
Kebijakan startegis untuk pencerahan kehidupan masyarakat.
4. Responsif (Responsiveness)
Salah satu asas yang harus dikembangkan oleh pemerintah menuju cita good
governance adalah pemerintah harus peka dan cepat tanggap terhadap persoalan-
persoalan masyarakat. Afan Gafar menegaskan bahwa pemerintah harus memahami
lebih dini perkembangan kebutuhan masyarakat, jangan menunggu masyarakat
menyampaikan keinginan-keinginan itu.
Pemerintah harus proaktif dan terus melakukan telaan terhadap setiap
fenomena yang berkembang, berkaitan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan,
Teknologi dan Seni IPTEKS. Kesan yang sering kali timbul dalam Sistem
Administrasi Negara adalah terjadinya penumpukan tugas pemerintah sebagai
imbas dari adanya kebijakan baru yang terpaksa diputuskan oleh pemerintah karena
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 102
adanya tekanan-tekanan. Apakah sebaiknya pemerintah yang mendahului, berarti
pertanyaan berikutnya adalah berkaitan dengan sumber daya manusia (kapability),
sumber dana (finansial) dan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah.
5. Konsensus (Consensus Orientation)
Pemerintah yang konsensus adalah pemerintah yang dalam proses
pengambilan kebijakan negara senantiasa berpihak pada keputusan bersama dan
bukan karena interest-interest tertentu. Kondisi demikian menuntut semua aparat
pemerintah untuk memiliki jiwa adaptabilitas terhadap semua elemen tanpa
membeda bedakan (S.P.Siagian:2003:108)
Masalah yang acap kali muncul adalah apresiasi bahwa elit birokrat adalah
individu yang memiliki peranan/prestasi tertentu yang diperjuangkan ataukah elit
partai politik yang mewakili partainya dalam penyelenggaraan negara, ataukah
harus meninggalkan latar belakang pribadi dan partai untuk menjadi wakil
masyarakat banyak. Figur seperti ini sangat sulit kita temui disamping pemahaman
individu lainnya dan partai politik akan figurnya yang telah dipercaya menjadi
pemerintah.
Oleh itu seorang pemimpin diharapkan dapat menggunakan Layar
Persepsinya secara benar untuk mengembangkan partisipasi tidak hanya untuk
individu dan kelompoknya namun menyangkut masyarakat secara keseluruhan, dari
sini komitmen dan konsentrasi pemerintah dapat dilihat, apakah berorientasi untuk
bangsa dan negara ataukah diri dan kelompok(R.Raya Maran,2001:140).
6. Kesetaraan dan Keadilan (Equity)
Asas ini dikembangkan pada sebuah kenyataan bahwa Indonesia tergolong
bangsa yang plural dalam banyak aspek. Kondisi ini menjadi sesuatu yang mungkin
menjadi pemicu masalah prmordialisme, egoisme, rasialitas dan sebagainya.
Pemerintah yang equity adalah pemerintah yang tidak membedakan, pada
sisi lain pluralisme Indonesia adalah sesuatu yang nyata, justru yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana pemerintah mewujudnyatakan ketidakberpihakan
pemerintah pada adanya kenyataan keperbedaan dalam masyarakat (kesenjangan
antara Teori/Gagasan dan Praktek-praktek).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 103
Perbedaan yang ada di Indonesia cukup kompleks, tidak dapat dijelaskan
satu bagian saja, namun kita masih memiliki optimisme positif akan adanya
jaringan atau hirarki pemerintah dari Pusat sampai ketingkat Desa. Olehnya itu
Pemerintah Pusat harus merumuskan rumusan manajerialnya secara baik terutama
pembagian kerja agar terkesan tidak sentralistik.
Suatu masalah mungkin dapat diselesaikan ditingkat daerah atau wilayah tertentu
saja, ini juga dalam kerangka efisiensi dan efektifitas tugas yang tepat waktu dan
tempat/ruang.
7. Efektifitas (Effectiveness) dan Efisiensi (Efficiency).
Hal yang paling nyata dalam memenuhi prinsip Efektifitas (Effectiveness)
dan Efisiensi (Efficiency) adalah kenyataan akan adanya konsepsi bahwa
pemerintah berdayaguna dan berhasilguna. Kriteria efektifitas dapat diukur dengan
produk yang dapat menjangkau lapisan masyarakat, sedangkan efisiensi diukur dari
rasionality biaya yang dibutuhkan baik pemerintah dalam pembangunan maupun
kewajiban atau partisipasi warga masyarakat terhadap negara.
Konsep efisiensi dan efektifitas berlaku mulai dari proses perencanaan
sampai ketingkat evaluasi dan pemanfaatan, pemerintah harus menghindari konsep
sia-sia, boros, tidak terpakai, pailit/bangkrut dan lain sebagainya. Berdasar
pertimbangan tersebut maka kapability aparat pemerintah harus terukur, sarana
pelengkap perlu diadakan, pemerintah juga dituntut untuk mampu menekan
ancaman-ancaman internal dan ekternal dalam kerangka menjaga aset-aset negara,
serta sikap penumbuhan rasa kebangsaan dan rasa aman pada semua tataran
masyarakat. (Azra Azyumardi,2003:187).
8. Akuntabilitas (Accountability)
Asas Akuntabilitas (Accountability) menjadi sorotan yang spektakuler dan
menjadi wacana tersendiri dalam mencermati fenomena penyelenggaraan negara di
era Reformasi. Asas Akuntabilitas (Accountability) adalah asas yang berkenaan
dengan pertanggungjawaban publik atas segala kewenangan dan kekuasaan yang
dijalankan.
Lembaga Administrasi Negara (LAN) merumuskan akuntabilitas adalah :
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 104
“Kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab atau
menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan suatu
organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta
keterangan atau pertanggungjawaban.
Menurut Azra Azyumardi (2003:188) akuntabilitas menyangkut dua
dimensi, yakni akuntabilitas vertikal dan akuntabilitas horizontal.
Akuntabilitas Vertikal mnyangkut hubungan antara pemegang kekuasaan
dengan rakyatnya, antara pemerintah dengan rakyatnya sedangkan akuntabilitas
horisontal adalah pertanggungjawaban pemegang jabatan politik pada lembaga
yang setara, seperti Gubernur dengan DPRD I, Bupati dengan DPRD II, Presiden
dengan DPR Pusat, dan Lembaga lainnya yang setara. Selain akuntabilitas
profesional yang lebih berkaitan dengan urusan umum dan kenegaraan, para pejabat
publik juga dimintai tanggungjawab personal berkaitan dengan aspek profesi,
kewenangan delegatifnya serta moral dan etikanya.
Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang berdaya guna
dan berhasilguna bersih dan bertanggungjawab telah ditertibkan INPRES No.
7/1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (AKIP) yang memuat
prinsip-prinsip sebagai berikut :
Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk melakukan
pengelolaan peleksanaan misi agar akuntabel.
Harus merupakan suatu sistem yang menjamin penggunaan sumber-sumber
daya secara konsisten dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran yg ditetapkan.
Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta manfaat yang diperoleh.
Harus jujur, obyektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator perubahan
manajemen instansi pemerintah dalam bentuk pemutakhiran metode dan teknik
pengukuran kinerja dan penyusunan laporan akuntabilitas.
9. Bervisi Strategis (Strategic Vision)
Menurut S.P.Siagian (2003:48) salah satu hal yang sukar dipertanggung
jawabkan, baik secara administratif maupun secara moral adalah adanya
pemborosan, apalagi pemborosan dengan kesengajaan, padahal dalam setiap
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 105
organisasi/instansi pemerintah masih kita temui kekurangan sarana dan prasarana
pendukung, sekalipun ada belum sepenuhnya mewakili keseluruhan unsur untuk
memanfaatkannya. Olehnya Pemerintah sebagai penentuh arah dan haluan negara
harus cermat merumuskan kebijakan umum sampai pada teknis yang jitu dengan
senantiasa mendasari pada potensi-potensi yang dimiliki, dan kelemahan-
kelemahan untuk kemudian dijadikan acuan dasar dalam menentukan arah/visi
organisasi yang tepat sasaran.
B. LANGKAH PENGUATAN GOOD GOVERNMENT
Untuk mewujudkan cita Good Goovernment agar berjalan dengan baik
maka perlu diikutsertakan dengan memperhatikan beberapa langkah-langkah antara
lain :
1. Penguatan Fungsi dan Peran Lembaga Perwakilan
Dewan/Parlemen sebagai lembaga perwakilan rakyat haruslah terdiri
dari orang-orang yang memiliki integritas tinggi, yang sebelum melakukan
fungsi kontrolnya terhadap eksekutif, sedini mungkin menata kedalam semua
sistem administrasinya secara baik dan akurat, mengartikulasikan semua input
atas partisipasi warga masyarakat kedalam berbagai program yang tersusun
dengan sistematis, tidak bertindak seolah-olah dikejar-kejar waktu dan
sebagainya. Dewan juga patut menjaga celah-celah yang ada mengenai
perbedaan pendapat karena penggunaan hak-hak dan kewajiban
Dewan/parlemen dalam menelaah sebuah kebijakan Dewan/Parlemen ataupun
Kebijakan Pemerintah jangan sampai dijadikan alasan inakuntability
penyelenggara negara.
2. Kemandirian Lembaga Peradilan
Konsep peradilan yang bersih dan profesional adalah citra positif dalam
tataran supremasi Hukum Indonesia, peradilan adalah pilar terdepan dalam
menegakkan rule of law. Apabila pilar Hukum Indonesia terkontaminasi oleh
interest/kepentingan tertentu, maka citra positif lembaga peradilan tak berarti
dimata masyarakat.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 106
Langkah yang harus ditempuh adalah independensi lembaga peradilan
ditegakkan, recruitmen yang akuntabel atas personil para Hakim, Jaksa, Polisi
dan yang terkait.
Lahirnya UU NO. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bebas dari KKN dan pemisahan struktur antar Departemen Kehakiman
dan Mahkamah Agung perlu di imbangi dengan Justification Functional.
3. Aparatur Pemerintah yang Profesional dan Penuh Integritas.
Eksistensi Aparatur Pemerintah adalah abdi negara dan abdi masyarakat,
yang dalam menjalankan tugas utama dan pengabdiannya adalah untuk
kepentingan negara dan untuk kepentingan masyarakat.
Terkait dengan hal ini tugas aparatur adalah memberi pelayanan-pelayanan
umum (publik) baik yang bersifat kenegaraan maupun kemyarakat dengan tetap
menjaga integritas bangsa.
Keputusan MENPAN No. 81 Tahun 1993 yang dimaksud dengan
pelayanan umum (publik) adalah segala bentuk pelayanan umum yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat dan daerah, dilingkungan
BUMN/D dalam bentuk barang dan jasa, baik dalam rangka pemenuhan
kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan terdapat 3
fungsi utama yakni, environmental service, development service dan protective
service. Sedangkan dilihat dari jenis barang layanan yakni, barang layanan
privat (privat goods) dan barang layanan yang dinikmati (public goods) (Drs
Sutopo dalam LAN:2003:17).
Profesionalitas pelayanan akan berdampak pada persepsi prosesionalitas
aparatur, berikut beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan tentang
profesionalitas aparatur :
1. Recrutmen Aparatur Pemerintah.
2. Budaya kerja dalam instansi
3. Komitmen pimpinan puncak
4. Komunikasi yang akurat
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 107
5. Motivasi
6. Lingkungan Kerja
7. Kemampuan untuk melakukan development (perubahan)
8. Kerjasama melalui kelompok (instansi/badan)
9. Disiplin
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 108
BAB VII
MASYARAKAT MADANI (CIVIL SOCIETY)
A. LATAR BELAKANG
Dalam pidato menyambut HUT kemerdekaan 17/8/1957, Ir.Soekarno
sempat mengemukakan keteladanan Gajah Mada, yang 600 tahun yang lalu
mengatakan “Kebahagiaan dan Kesentosaan bernegara hanya bisa dicapai dengan
“Ginong Pratidina” (gigih berjuang), namun ingatlah “Candra Sengkala” (tanda-
tanda keruntuhannya) “Sirna Ilang Kertaning Bumi”, kegigihan itu hilang, kita
sekarang seolah-olah banyak bersuara sedikit berbuat, kurang memahami arti
demokrasi, (misbegrip van demokratie), cenderung menjadi “demokrasi liar” (the
crazy democracy), jauh dari nilai kemasyarakatan, tidakkah kita merasa malu kalau
dunia berkata “Indonesia is breaking up” (Indonesia mengalami perpecahan) “Quo
Vadis Indonesia” (mau kemana Indonesia) (Kisdarto,2003:63).
Mencuatnya beberapa kasus-kasus penganiayaan, penindasan, pelanggaran
dan lainnya yang semakin marak belakangan ini, memberi kesan yang sangat
negatif terhadap kehidupan masyarakat bangsa secara keseluruhan, sekalipun
terbatas pada oknum/orang tertentu, atau kelompok tertentu, padahal masyarakat
bangsa sangat gencar berbicara tentang makna nilai kemartabatan.
Dalam penyelenggaraan negara terjadi pembatasan terhadap beberapa
lembaga atau media tertentu yang menimbulkan tarik ulur dan konflik
berkepanjangan hingga timbul tindakan anarkis. Pemerintah Orba yang sangat
sentralistik selalu mengumandangkan tentang KeBhineka Tunggal Ikanya, namun
semboyan itu dari rakyat, rakyatlah yang menamainya, dan nilai itu ada pada
rakyat, dan ketika rakyat ingin menyapa sedikit saja keperbedaan yang ada, maka
seluruh “position power” akan dikerahkan untuk menjawabnya.
Pada tataran yang lain era informasi dan komunikasi seolah membuka
semua misteri tentang sisi lain kehidupan manusia yang selama ini tidak kita
ketahui, rasa ingin tahu sebagian unsur masyarakat diaplikasi dalam hal-hal yang
berpatalogi sosial, sebuah paradigma perkembangan generasi muda dan masyarakat
yang bertentangan dengan nilai-nilai agama dan keadaban.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 109
Kita tahu dan mendengar bagaimana disekitar kita, tokoh agama, tokoh
masyarakat kita disudutkan, dipojokkan malahan dihakimin oleh masyarakat kita.
Pers kita, pemikir/ilmuwan kita, sastrawan kita, guru kita, anggota sebagian
masyarakat kita acap kali difilterisasi sedemikian ketat dengan hukum yang kita
buat sendiri dibawah pemerintahan kita. Padahal Pemerintahlah pemimpin dan
panutan kita, Sebuah ungkapan sederhana yang tertinggal “Daunnyo tampek
balindung, batangnyo, tampek basanda, dahannya tampak bagantung, ureknya
tampek baselo”.
Sejumlah masalah tersebut, memunculkan sederet pertanyaan tentang
keadaan masyarakat dan pemerintah kita, kiranya hal mendasar yang perlu dikaji
adalah kekuatan rakyat/masyarakat (civil) kita dalam konteks interaksi-relatinship,
baik antara rakyat dengan negara, rakyat dengan rakyat dan antar Aparatur
Pemerintahan.
Bila hubungan antara masyarakat dan pemerintah ditata dengan baik,
masyarakatnya maka pola interaktif ini akan memposisikan rakyat sebagai bagian
B. PENGERTIAN
“Sistem sosial yang subur yang diasaskan pada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat,
masyarakat mendorong daya usaha serta inisiatif individu baik dari segi pemikiran,
seni, pelaksanaan pemerintahan mengikuti Undang-Undang dan bukan nafsu atau
keinginan individu menjadikan keterdugaan atau predictability serta ketulusan atau
transparency sistem”.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 110
C. WACANA PENDEFINISIAN MASYARAKAT MADANI
Cermatan terhadap terma masyarakat madani diwacanakan dalam
pandangan yang berbeda yang prosesnya disesuaikan dengan kondisi sosial-kultural
suatu negara atau yang menjadi obyeknya.
1. Dikemukan oleh Zbigniew Rau dengan latar belakang kajian pada di kawasan
Eropa Timur dan Uni Sovyet.
Masyarakat madani merupakan suatu masyarakat yang berkembang dari sejarah
yang mengandalkan ruang dimana individu dan perkumpulan tempat mereka
bergabung, bersaing satu sama lain guna mencapai nilai-nilai yang mereka
yakini. Ruang itu timbul diantara hubungan-hubungan yang merupakan hasil
komitmen keluarga dan hubungan-hubungan yang menyangkut kewajiban
mereka terhadap negara. Batasan yang dikemukan Rau menekankan pada
adanya ruang hidup, integrasi sistem nilai individualisme, integrasi sistem nilai
pasar, (market) dan Integrasi sistem nilai pluralisme.
2. Dikemukakan oleh Han Sung-joo dengan latar belakang kasus Korea Selatan.
Han menyatakan bahwa, masyarakat madani merupakan sebuah kerangka
hukum yang melindungi dan menjamin hak-hak dasar individu, perkumpulan
sukarela yang terbebas dari negara, suatu ruang publik yang mampu
mengartikulasikan isu-isu politik, gerakan warga negara yang mampu
mengendalikan diri dan independen, yang secara bersama-sama mengakui
norma-norma dan budaya yang menjadi identitas dan solidaritas yang terbentuk
serta pada akhirnya akan terdapat kelompok inti dalam civil society ini.
Konsep yang dikemukakan oleh Han ini, menekankan pada adanya ruang publik
(public sphere) serta mengandung 4 (empat) ciri dan prasarat bagi terbentuknya
masyarakat madani, yakni pertama, diakui dan dilindungi hak-hak individu dan
kemerdekaan berserikat serta mandiri dari negara. Kedua, adanya ruang publik
yang memberikan kebebasan bagi siapapun dalam mengartikulasikan isu-isu
politik. Ketiga, terdapat gerakan-gerakan kemasyarakatan yang berdasar pada
nilai-nilai budaya tertentu. Keempat, terdapat kelompok inti diantara kelompok
pertengahan yang mengakar dalam masyarakat yang menggerakkan masyarakat
dan melakukan modernisasi sosial ekonomi.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 111
3. Dikemukakan oleh Kim Sunhyuk, juga dalam konteks Korea Selatan. Ia
mengatakan masyarakat madani adalah suatu satuan yang terdiri dari kelompok-
kelompok yang secara mandiri menghimpun dirinya dan gerakan-gerakan
dalam masyarakat yang secara relatif otonom dari negara, yang merupakan
satuan-satuan dasar dari (re) produksi dan masyarakat politik yang mampu
melakukan kegiatan politik dalam suatu ruang publik, guna menyatakan
kepedulian mereka dan memajukan kepentingan-kepentingan mereka menurut
prinsip-prinsip pluralism dan pengelolaan yang mandiri.
Definisi ini menekankan pada adanya organisasi-organisasi kemasyarakatan
yang relatif memposisikan secara otonom dari pengaruh dan kekuasaan negara.
Eksistensi organisasi-organisasi ini mensyaratkan adanya ruang publik (public
sphere) yang memungkinkan untuk memperjuangkan kepentingan tertentu.
Berbagai batasan dalam memahami terma masyarakat madani diatas, jelas
merupakan suatu analisa dari kajian kontekstual terhadap performa yang diinginkan
dalam mewujudkan masyarakat madani. Hal tersebut dapat dilihat dari perbedaan
aksentuasi dalam mensyaratkan idealisme masyarakat madani. Akan tetapi secara
global dari keterbatasan diatas dapat ditarik benang emas, bahwa yang
dimaksudkan dengan masyarakat madani adalah suatu kelompok atau tatanan
masyarakat yang berdiri secara mandiri dihadapan penguasa dan negara yang
memiliki ruang publik (public sphere) dalam mengemukakan pendapat dengan
adanya lembaga-lembaga yang mandiri yang dapat menyaluri aspirasi dan
kepentingan publik.
Wacana Yang Berkembang Di Indonesia; Di Indonesia, terma
masyarakat madani mengalami penerjemahan yang berbeda-beda dengan sudut
pandang yang berbeda pula, seperti masyarakat madani sendiri, masyarakat sipil,
masyarakat kewargaan, masyarakat warga dan civil siciety (tanpa diterjemahkan).
Masyarakat Madani; konsep ini merupakan penerjemahan dari istilah dari
konsep civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada Simposium Nasional dalam rangka Forum Ilmiah pada acara
Festival Istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 112
Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok
masyarakat yang memiliki peradaban maju.
Pemaknaan masyarakat madani ini juga dilandasi oleh konsep tentang Al-
Mujtama” Al-Madani yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib al-Attas (Salah
seorang pendiri Institute for thought and Civilization (ISTAC).
Masyarakat Sipil; merupakan penurunan langsung dari terma civil society.
Istilah ini banyak dikemukakan oleh Mansour Fakih untuk menyebutkan prasyarat
masyarakat dan negara dalam rangka proses penciptaan dunia secara mendasar baru
dan lebih baik.
Masyarakat Kewargaan; konsep ini pernah digulirkan dalam sebuah
seminar Nasional Asosiasi Ilmu Politik Indonesia XII di Kupang NTT. Wacana ini
digulirkan oleh M.Ryas Rasyid dengan tulisannya “Perkembangan Pemikiran
Masyarakat Kewargaan”, Riswanda Immawan dengan karyanya “Rekruitemen
Kepemimpinan dalam Masyarakat Kewargaan dalam Politik Malaysia”. Konsep ini
merupakan respon dari keinginan untuk menciptakan warga negara sebagai bagian
integral negara yang mempunyai andil dalam setiap perkembangan dan kemajuan
negara (state) (Azra Azyumardi,2003:241).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 113
Cisero menamakannya dengan “societies civilies” yaitu sebuah komunitas yang
mendominasi komunitas lainnya. Termanya yang dikedepankannya menekankan
pada konsep Negara Kota (city state).
Thomas Hobbes (1588-1679 M)
Menurut Hobbes, masyarakat madani harus memiliki kekuasaan mutlak, agar mampu
mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi (perilaku politik) setiap
warga negara.
John Locke (1632-1704)
Kehadiran masyarakat madani dimaksudkan untuk melindungi kebebasan dan hak
milik setiap warga negara, masyarakat tidak boleh absolut dan harus membatasi
perannya pada wilayah yang tidak dapat dikelola masyarakat dan memberikan
ruang yang manusiawi bagi warga negara untuk memperoleh haknya secara adil.
Adam Ferguson
Mendasari konteks sosio-kultutal dan politik Skotlandia, Adam Fergoson pada (1767)
menekankan masyarakat madani pada sebuah visi etis dalam kehidupan
bermasyarakat. Untuk mengantisipasi perubahan sosial akibat revolusi industri dan
mencoloknya perbedaan antara publik dan individu. Ferguson berharap publik
memiliki spirit sebagai filter terhadap despotisme, karena itulah dalam masyarakat
madani solidaritas sosial muncul yang diilhami sentimen moral dan sikap saling
menyayangi sesama warga.
Thomas Paine (1737-1804)
Paine mentranskripsi masyarakat madani dengan kelompok masyarakat yang
mempunyai posisi diametral dengan negara, bahkan tesis dari negara. Masyarakat
madani adalah ruang bagi warga negara mengambangkan kepribadian dan peluang
bagi pemuasan kepentingan secara bebas dan tanpa paksaan. Olehnya itu kekuasaan
negara harus dibatasi.
Frederick Hegel (1770-1831)
Hegel menyatakan bahwa struktur sosial dalam masyarakat terbagi dalam 3 (tiga)
entitas, yakni keluarga, masyarakat madani, dan negara. Keluarga merupakan ruang
sosialisasi pribadi anggota masyarakat berciri keharmonisan. Masyarakat madani
merupakan lokasi tempat berlangsungnya percaturan berbagai kepentingan pribadi
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 114
dan golongan untuk kepentingan tertentu terutama ekonomi, sedangkan negara
sebagai representasi ide universal yang bertugas melindungi kepentingan warganya
dan berhak penuh intervensi terhadap masyarakat madani.
Karl Marx
Karl Marx memahami masyarakat madani sebagai kaum borjuis, dalam konteks
hubungan produksi kapitalis, keberadaannya merupakan kendala bagi pembebasan
manusia dari penindasan, makanya ia harus dilenyapkan untuk mewujudkan
masyarakat tanpa kelas. Marx menempatkan masyarakat madani pada sisi relasi
produksi.
Antonia Gramschi
Berbeda dengan Marx, Gramschi menempatkan masyarakat madani pada tataran
suprastruktur yang diistilahkan dengan “political society”. Masyarakat madani
merupakan tempat perebutan posisi hegemonik diluar kekuatan negara. Didalamnya
aparat hegemoni mengembangkan hegemoni untuk membentuk konsensus dalam
masyarakat. Gramschi lebih mengkrucut tekanannya pada kekuatan cendekiawan
sebagai aktor penting dalam proses politik.
Alexis de ‘Tocqueville (1805-1859)
Dengan mencermati latar belakang demokrasi Amerika, de ‘Tocqueville
mengembangkan teori masyarakat madani sebagai entitas penyeimbang kekuatan
negara. Bagi de ‘Tocqueville, masyarakat madani-lah yang menjadikan demokrasi
Amerika mempunyau daya tahan. Dengan terwujudnya pluralitas, kemandirian dan
kapasitas politik masyarakat madani maka kekuasaan negara dapat dikontrol.
Masyarakat madani bersifat otonom, menjadi kekuatan penyeimbang (balancing
force) terhadap kekuatan intervensionis negara, sebagai sumber legitimasi dan
pemrakarsa kritis reflektif (reflektive-force) untuk mengurangi konflik publik,
berorientasi individualistis tapi sensitif terhadap kepentingan publik.
Dari berbagai pandangan tersebut diatas, pandangan Gramschi dan de
‘Tocqueville yang menjadi salah satu inspirasi gerakan demokrasi di Eropa Timur
dan Tengah dasawarsa 80-an, pandangan de ‘Tocqueville kemudian diperkaya oleh
Dawam Rahardjo, Opini Hannah Arrendt dan Juergen Habermas yang menekankan
adanya ruang publik yang bebas (the free publik sphere), Institusionalisasi dari
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 115
ruang publik yang ditandai dengan hadirnya lembaga-lembaga pelayanan semua
kepentingan dan kebutuhan masyarakat (Azra Azumardi,2003:247)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 116
e. Partai politik.
Fungsi dasar partai politik adalah adalah sebagai sarana komunikasi politik,
sosialisasi politik, recruitmen politik, pendidikan politik. Fungsi partai politik
selanjutnya diaplikasi secara nyata bersama rakyat, menghindari persepsi parpol
sekedar embel/simbol belaka. Parpol adalah wahana aspirasi masyarakat.
F. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MADANI
Sejumlah nilai-nilai universal dalam tatanan kehidupan bermasyarakat
yang positivisme, berkeadaban dan dianggap sesuai dengan wacana masyarakat
madani yang seharusnya direalisasikan antara lain :
a. Free Public Sphere
Adanya ruang publik yang bebas dalam mengemukakan secara jujur aspirasi
dan informasi dalam semua aspek kehidupan kemayarakatan.
b. Demokratis
Bersikap santun, tepat dan beradab menempatkan dirinya dalam interalasinya
dengan masyarakat, negara dan lingkungannya, partisipasi politik dan
komunikasi politik dalam kaitannya dengan kebijakan negara terorganisir secara
baik. R.R.Maran (2001:147)
c. Toleran
Saling menghargai dan mempercayai itikad baik antar sesama, akuratif dalam
setiap tutur kata sikap dan perbuatan, menempatkan dirinya sebagian bagian
integral dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
d. Pluralisme
Mengakui adanya perbedaan dibarengi sikap saling menghormati dan tulus
menerima kelebihan, keterbatasan dan kekurangan yang ada pada diri sendiri
dan juga pada orang lain, komunitas tertentu, dan menjadi pencerah masyarakat
setiap ada perbedaan pendapat yang muncul, disamping kritus dan terbuka atas
semua kebijakan negara yang harus memenuhi semua pluralisme yang ada.
e. Keadilan sosial
Menjaga keseimbangan pembagian yang proporsional antara hak dan kewajiban
pribadi dengan hak-dan kewajiban masyarakat serta hak dan kewajiban negara.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 117
DAFTAR PUSTAKA
Bertrand Russel, History of Western Philosophy and its Connection Political and
Social Circomstances from the present day, (disunting Kamdani),
Sejarah Filsafat Barat dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari
zaman kuno hingga sekarang, Pustaka Pelajar. yogyakarta, 2004.
Desi Fernanda, Drs. M.Soc.Sc. Etika Organisasi Pemerintah, LAN. Jakarta, 2003.
Inu Kencana Syafiie, Drs. M.Si. Sistem Pemerintahan Indonesia, Rineka Cipta.
Jakarta, 2002.
Kansil, CST.Drs. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka. Jakarta, 1989
Mohtar Mas’oed, Dr. dan Colin Mac Adrew, Dr. Perbandingan Sistem Politik,
UGM Press. Yogyakarta, 1992
Rafael Raya Maran, Pengantar Sosiologi Politik, Rineka Cipta. Jakarta 2001
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 118
Salamoen Soeharyo, Drs. MPA. dan Nasry Effendy, Drs. Msc. Sistem
Penyelenggaraan Pemerintahan Indonesia, LAN. Jakarta, 2003.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 119
KOMPETENSI
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
(CIVIC EDUCATION)
Kompetensi Dasar
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 120
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara khususnya dan dalam dunia
internasional dengan tetap memegang teguh prinsip, nilai dan falsafah bangsa.
C. Orientasi Perkuliahan Pendidikan Kewarganegaraan
Orientasi Pendidikan kewarganegaraan dalam konteks bangsa (nation) akan
menunjukkan proses pendidikan yang berlangsung guna mampu meramalkan sedini
mungkin profil lulusan yang diharapkan olehnya itu paradigma yang digunakan adalah
paradigma yang humanistik.
Asumsi yang dibangun dari dari paradigma humanistik bahwa manusia
mempunyai potensi dan karakteristik yang berbeda-beda (Azra Azyumardi:2003).
Karenanya dalam pandangan ini mahasiswa ditempatkan sebagai subjek sekaligus
sebagai obyek pembelajaran, sementara dosen memposisikan diri sebagai fasilitator
dan mitra dialog peserta didik.
Materi pembelajaran yang disusun kebutuhan dasar (basic needs), peserta didik
bersifat fleksibel, dinamis dan fenomenologis sehingga suasana pembelajaran bersifat
konstekstual dan memiliki relavansi dengan tuntutan perubahan sosial.
Politeknik Negeri Malang memiliki sejumlah basic needs yang sesuai dengan
tuntutan dan perubahan sosial, yang masing-masingnya telah terakumulasi kedalam
program studi.
Salah satu contoh adalah tentang Output Jurusan Teknik Elektro Program Studi
Manajemen Informatika tak luput dari sorotan publik. Disatu pihak ia memiliki
kemampuan manajerial dan kemampuan teknical yang sangat dibutuhkan dibidang
industri telekomunikasi, data dan informasi semua sektor, tapi dilain pihak
kemampuannya juga memiliki unsur sangat membahayakan bangsa negara dan
masyarakat bila digunakan pada hal-hal negatif.
Kemampuan yang dimiliki juga sangat vital bagi informasi negara dalam
Ketahanan Nasional bangsa, Integrasi Nasional serta Penataan data dan Informasi
dalam kerangka Percepatan Pembangunan Nasional, kalau tidak diarahkan sebaik-
baiknya bisa berakibat fatal.
Asumsi demikian yang menjadi acuan pentingnya keterkaitan materi dengan
masalah-masalah aktual/riil sesuai basic needsnya masing-masing. Suasana
pembelajaran demikian yang diharapkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
education).
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 121
SILABUS
Silabus dalam penyusunan buku ajar ini didasari pada Keputusan Dirjen
Pendidikan Tinggi No. 266/Dikti/Kep/2000 dan No.267/Dikti/Kep/2000 yang
kemudian diperkuat dengan Keputusan Mendiknas No. 045/4/2000 tentang
Kurikulum Inti Perguruan Tinggi Berbasis Kompetensi dan Keputusan Dirjen Dikti
No. 038/Dikti/Kep/2002 tentang Rambu Rambu Pelaksanaan MPK di Perguruan
Tinggi.
Berikut silabus yang dipaparkan antara lain :
1. Negara dan Warganegara
2. Hak Asasi Manusia
3. Demokrasi
4. Wawasan Nusantara
5. Ketahanan Nasional
6. Good Goovernment
7. Civil Society
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬
MKPK_Pendidikan kewarganegaraan (Civic Education)
POLITEKNIK NEGERI MALANG. 122