Anda di halaman 1dari 15

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

TEKNOLOGI DASAR OTOMOTIF


KELS X TEKNIK KENDARAAN RINGAN

BAB 1
KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3)
Kompetensi Dasar

3.1 Memahami prinsip-prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).


4.1 Mengidentifikasi potensi dan risiko kecelakaan kerja.

Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi peserta didik mampu:


1. Menjelaskan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Menjelaskan prinsip Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
3. Menjelaskan jenis potensi dan risiko kecelakaan kerja.
A. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pengertian K3

Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang


ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di tempat kerja/perusahaan
selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap sumber produksi
dapat digunakan secara aman dan efisien (Kepmenaker Nomor
463/MEN/1993). Pengertian lain menurut OHSAS 18001:2007, keselamatan
dan kesehatan kerja (K3) adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan kerja serta orang lain yang berada di tempat
kerja

Berdasarkan Undang-undang Ketenagakerjaan No.13 Tahun 2003 pasal 87,


bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
manajemen perusahaan.

Tujuan K3

Secara umum, tujuan Keselamatan & Kesehatan Kerja (K3), adalah (a)
melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
nasional, (b) menjamin keselamatan dan kesehatan orang lain yang berada
di tempat dan sekitar pekerjaan itu, (c) menjamin terpeliharanya sumber
produksi dan pendayagunaannya secara aman, efisien, dan efektif, (d)
khusus dari segi kesehatan, mencegah dan membasmi penyakit akibat kerja.

.
B. MENERAPKAN KEELAMATAN KERJA

1.       Prosedur K3

Kecelakaan kerja mungkin saja bisa terjadi walaupun kita sudah bekerja dengan hati-hati. Namun jika semua
aspek K3 tidak terpenuhi bisa saja terjadi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja/K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu
bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan
atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

Berikut adalah beberapa jenis kecelakaan kerja yang dapat terjadi disektor industri:

     Teriris, terpotong
    Terlindas, tertabrak

    Elektronik (manufaktur)      Berkontak dengan bahan kimia atau bahan berbahaya lainnya

    Kebocoran gas

    Menurunnya daya pendengaran, daya penglihatan

     Terjepit, terlindas

    Tertusuk, terpotong, tergores


    Produksi metal (manufaktur)
     Jatuh terpeleset

    Terjadinya kontak antara kulit dengan cairan metal, cairan non-metal

     Terjepit, terlindas

    Teriris, terpotong, tergores

    Petrokimia (minyak dan produksi      Jatuh terpeleset


batu bara, produksi karet, produksi     Tertabrak
karet, produksi plastik)     Terkena benturan keras

     Terhirup atau terjadinya kontak antara kulit dengan hidrokarbon dan


abu, gas, uap steam, asap dan embun yang beracun
    Konstruksi      Kemungkinan jatuh dari ketinggian

    Kejatuhan barang dari atas

     Terinjak

    Terkena barang yang runtuh, roboh


    Berkontak dengan suhu panas, suhu dingin, lingkungan yang beradiasi
pengion dan non pengion, bising
     Terjatuh, terguling

     Terjepit, terlindas

    Tertabrak

    Terkena benturan keras

     Kejatuhan barang dari atas (bekerja dibawah kendaraan; kendaraan


sedang diangkat oleh dongkrak/car lift)
    Terjepit, terlindas

     Tertabrak

    Terpeleset

    Cedera tulang dan sendi (keseleo, terkilir)

     Terjatuh, terguling
    Bengkel Otomotif
     Cedera punggung dan bahu

    Terbakar

    Terkena benturan keras

    Berkontak dengan bahan kimia atau bahan berbahaya lainnya, seperti


hidrokarbon (gas sisa pembakaran), minyak rem, elektrolit baterai, dll
     Tersengat listrik

    Teriris, sobek, terluka benda tajam

Prosedur berikut mungkin bisa mencegah terjadinya kecelakaan ditempat kerja yang perlu dilakukan
secara bersama-sama oleh tenaga kerja, perusahaan dan pemerintah, yakni:

1) Peraturan perundangan (UU No 1 tahun 70 tentang keselamatan dan kesehatan kerja, UU No 23 tahun
1992 tentang kesehatan kerja dan UU no 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan)
2) Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resi atau tak resmi mengenai prosedur
kerja yang memenuhi syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja.
3) Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang
diwajibkan.
4) Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang berbahaya, pengujian alat-
alat perlindungan diri, dsb.
5)  Riset medis.
6) Penelitian psikologis.
7) Penelitian secara statistik.
8) Pendidikan.
9) Latihan-latihan.
C. DASAR HUKUM K3

Berdasarkan Undang-Undang no. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat


keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat
aturan K3 adalah:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar radiasi, suara, dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat
kerja baik fisik maupun psikis, peracunan, infeksi, dan
penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan, cara, dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman, atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan, dan penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi.
Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi
Pasal 86 ayat 1 UndangUndang No. 13 Tahun 2003 yang
menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk
memperoleh perlindungan atas:
a) Keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Moral dan kesusilaan.
c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai agama.
D. JENIS – JENIS KECELAKAAN KERJA

Kecelakaan kerja dapat menimpa siapapun dan kapanpun namun bukan berarti
kecelakaan tersebut dapat dihindari. Untuk menghindari kecelakaan kerja terlebih
dahulu harus tahu klasifikasi dari kecelakaan kerja. Klasifikasi dari kecelakaan kerja di
antaranya: a. Menurut jenis kecelakaan
1) Terjatuh

Gambar 1.2 Kecelakaan Akibat Terjatuh


(Sumber: http://www.safetysign.co.id/image-upload/BA071204.png)
2) Tertimpa benda/kejatuhan benda

Gambar 1.3 Kecelakaan Akibat Benda Terjatuh


(Sumber: https://i1.wp.com/katigaku.top/wp-content/uploads/2018/01/penghalang-kepala.jpg?resize=292%2C315&ssl=1)

3) Bahaya dari benda berputar

Gambar 1.4 Bahaya dari Benda Berputar


(Sumber: http://www.safetysign.co.id/image-product/img4379-1505881996.png)

4) Terjepit

Gambar 1.5 Kecelakaan Akibat Terjepit


(Sumber: https://lh5.googleusercontent.com/-DMUmMiGPAHg/Ukxsvu5qTPI/AAAAAAAAB0I/772BrATKeQw/s200/ Tangan
%2520Terjepit.png)

5) Tersengat aliran listrik

Gambar 1.6 Kecelakaan Akibat Tersengat Listrik


(Sumber: https://2.bp.blogspot.com/-oOcI0PD6Z0Q/WjT5QSg6dBI/AAAAAAAACNo/KdAKKZSW7qoRCk5OsnW48-Ass_
HvKxyXQCEwYBhgL/s1600/electrical-hazard-ansi-danger-sign-electricity-electrical.png)
E. MENURUT SUMBER ATAU PENYEBAB KECELAKAAN
a. Dari mesin
b. Bahan/zat berbahaya
c. Lingkungan kerja
F. Menurut sifat luka atau kelainan
a. Patah tulang
b. Memar
c. Gegar otak
d. Luka bakar
e. Keracunan, dan lain-lain

G. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN KERJA


a. Faktor manusia: tingkah laku yang sembrono, pengetahuan yang kurang, keterampilan
yang kurang memadai, kelelahan, kondisi fisik yang kurang sehat, mental yang
labil/stres, dan tidak disiplin dalam mematuhi aturan keselamatan.
b. Faktor alat-alat kerja: kurang sesuai dengan postur tubuh, tidak layak pakai, tidak
memakai alat pengaman.
c. Faktor lingkungan kerja: kondisi tempat kerja yang tidak memenuhi persyaratan, sikap
pimpinan yang kurang mendukung.

H. TINDAKAN BERBAHAYA (UNSAFE PRACTICES)


a. Mengoperasikan mesin tanpa wewenang.
b. Mengoperasikan mesin dengan kecepatan berlebihan.
c. Membuat alat keselamatan tidak bekerja/berfungsi.
d. Gagal memberikan dan memastikan tanda peringatan berbahaya.
e. Menggunakan perkakas yang rusak.
f. Menggunakan perkakas yang salah.
g. Tidak menggunakan alat pelindung diri.
h. Memuat atau menempatkan barang secara tidak benar.
i. Mengangkat dengan cara yang salah.
j. Mengambil posisi badan yang salah.
k. Memperbaiki perkakas (mesin) yang sedang bergerak.
l. Bersenda gurau pada waktu bekerja.
m. 13) Mabuk pada waktu bekerja.

I. KEADAAN BERBAHAYA
a. Penutup atau pelindung keselamatan berada pada posisi yang tidak tepat.
b. Tata rumah tangga (lingkungan kerja) yang jorok dan semrawut.
c. Suara bising yang berlebihan.
d. Ventilasi yang kurang tepat.
e. Adanya penyebaran radiasi.
f. Mesin, alat kerja, dan bahan-bahan produksi dalam keadaan rusak.
g. Sistem pemberian peringatan/tanda yang tidak tepat.
Atmosfir yang tidak terkontrol (gas, debu, dan uap).

P rosedur 5S

Bagi anda yang pernah berinteraksi dengan dunia industri


tentunya tidak asing dengan istilah 5S. Industri yang
menerapkan program 5S akan terlihat bersih dan teratur. 
Mereka berpikir keadaan yang berantakan akan
menyembunyikan masalah. Program 5S dipandang sebagai
usaha untuk memunculkan masalah yang selama ini
tersembunyi  dari para pemecah masalah (problem solver).

5S adalah kunci utama dilingkungan kerja untuk membantu


mewujudkan pekerjaan dapat dilakukan dengan cepat, benar
dan aman.
Saat ini, program 5S telah banyak diadopsi oleh berbagai
industri di berbagai negara. Popularitas 5S ini tak lepas dari
kesuksesan industri Jepang yang selama ini memusatkan 
perhatiannya terhadap pengurangan segala  pemborosan
(waste). 5S adalah landasan untuk membentuk perilaku
manusia agar memiliki kebiasaan (habit) mengurangi
pembororsan di tempat kerjanya.
Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu
gerakan kebulatan tekad untuk mengadakan pemilahan (seiri),
penataan (seiton), pembersihan (seiso), penjagaan kondisi yang
mantap (seiketsu), dan penyadaran diri akan kebiasaan yang
diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik
(shitsuke). Masing-masing S dalam 5S beserta penjelasannya
dijelaskan di bawah ini.
SEIRI
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang yang berguna
dan tidak berguna:
 Barang berguna => Disimpan
   Barang tidak berguna => Dibuang
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy,  yaitu menandai barang-barang
yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah dibedakan dengan
barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan label merah kemudian
disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean) tempat kerja dari barang-barang
yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin efisien tempat kerja tersebut.
SEITON
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang berguna
agara mudah dicari, dan aman, serta diberi indikasi.
Dalam langkah kedua ini dikenal istilah Signboard Strategy, yaitu menempatkan barang-
barang berguna secara rapih dan teratur kemudian diberikan indikasi atau penjelasan
tentang tempat, nama barang, dan berapa banyak barang tersebut agar pada saat akan
digunakan barang tersebut mudah dan cepat diakses. Signboard strategy mengurangi
pemborosan dalam bentuk gerakan mondar-mandir mencari barang.
SEISO
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang telah
ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan lingkungan serta mesin,
baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka program preventive
maintenance  (PM).
Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran agar
lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang turun akibat
tempat kerja yang kotor dan berantakan.
SEIKETSU
Seiketsu adalah langkah selanjutnya setelah seiri, seiton, dan seiso, yaitu: penjagaan
lingkungan kerja yang sudah rapi dan bersih menjadi suatu standar kerja. Keadaan yang
telah dicapai dalam proses seiri, seiton, dan seiso harus distandarisasi. Standar-standar ini
harus mudah dipahami, diimplementasikan ke seluruh anggota organisasi, dan  diperiksa
secara teratur dan berkala.
SHITSUKE
Shitsuke  adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja:
1. Disiplin terhadap standar
2. Saling menghormati
3. Malu melakukan pelanggaran
4. Senang melakukan perbaikan
Padanan  5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1
Padanan 5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
JEPANG INDONESIA INGGRIS

5S 5R 5S 5P 5K 5S

Seiri Ringkas Sortir Sisih Pemilahan Ketertiban Sort

Seiton Rapi Susun Susun Penataan Kerapihan Set in Order

Seiso Resik Sapu Sasap Pembersihan Kebersihan Shine

Seiketsu Rawat Standarisasi Sosoh Penjagaan Kelestarian Standardize

Shitsuk Rajin Swa-disiplin Suluh Penyadaran Kedisiplinan Sustain


e

Suksesnya 5S terletak pada sejauhmana orang melakukan 5S sebagai suatu kebiasaan (habit) bukan
paksaan sehingga inisiatif perbaikan akan muncul dengan sendirinya. Di bawah ini adalah hal-hal penting
yang diperlukan untuk pelaksanaan program 5S di tempat kerja.
 Membutuhkan keterlibatan/partisipasi semua orang dalam organisasi dari level atas sampai level bawah.
 Membutuhkan komitmen manajemen untuk memastikan kegiatan 5S dilakukan setiap hari dan dianggap
sebagai prioritas.
 Merubah perspektif semua orang dalam organisasi bahwa 5S lebih dari sekedar program kebersihan
maupun housekeeping management.
 Menerapkan 5S secara konsisten untuk perubahan budaya.
 Menggunakan sistem visual display untuk mengkomunikasikan  aktivitas 5S secara efektif.
 Melakukan audit 5S secara teratur (mingguan, bulanan, dan surprise audit) untuk menilai performance.
 Membutuhkan edukasi tentang konsep  dan keuntungan aktivitas 5S.
J.  KESELAMATAN KERJA DI BENGKEL OTOMOTIF

Keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari 5 (lima) aspek yang perlu diperhatikan selama bekerja,
yakni sebagai berikut:
(1) Kondisi lingkungan bengkel otomotif (tempat kerja)

Dalam penerapan konsep keselamatan kerja, satu hal yang harus kita perhatikan adalah bagaimana
lingkungan kerjanya. Kita harus memahami lingkungan kerja kita sebelum kita menerapkan
keselamatan kerja, bengkel otomotif merupakan lingkungan kerja dengan spesifikasi kondisi yang
khusus.
Di bengkel ini, kita mendapati banyak kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Setiap
kondisi dan alat serta bahan yang kita pergunakan pada saat bekerja harus kita sesuaikan dengan
kebutuhannya, misalnya bahan yang mudah terbakar, bahan yang licin, tajam, dan sebagainya. Hal ini
harus kita perhitungkan sebagai aspek keselamatan kerja yang akan kita terapkan.
Jika kita mampu menganalisa kondisi lingkungan kerja, maka kita dapat memberikan antisipasi
penanganan yang tepat.  Antisipasi penanganan yang tepat ini dimaksudkan untuk menyediakan
sarana keselamatan kerja yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini hanya dapat kita lakukan jika kita
benar-benar mengenali segala aspek yang ada di lingkungan kerja. Setiap aspek yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja harus kita sediakan sarana keselamatan yang tepat.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja perlu diperhatikan, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara
yang dapat ditempuh untuk menjamin agar tenaga kerja dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami
gangguan.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja misalnya temperatur, kelembaban udara, sirkulasi  udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, yang berpengaruh terhadap hasil kerja.

(2)     Alat Keselamatan Kerja di Bengkel Otomotif


a.        Alat Pemadam Kebakaran
b.       Pakaian Kerja
c.        Sepatu Kerja
d.       Sarung Tangan Kerja
e.       Kacamata
f.         Topi
g.        Himbauan

(3)     Bekerja dengan Aman dan Rapi


Bekerja dengan aman dan rapi antara lain dengan menjaga agar tempat kerja selalu bersih, dan saat
pekerjaan selesai kembalikan segala sesuatunya dengan teratur, suku cadang bekas harus
dikumpulkan dalam kantong plastik untuk selanjutnya dibuang atau dikembalikan ke pelanggan
(customer), memarkir kendaraan yang akan diperbaiki di dalam garis stall, jangan sampai keluar
karena akan mengganggu kendaraan lain, tidak menempatkan sesuatu di tengah jalan atau pintu
masuk walaupun untuk sementara, karena akan mengganggu mobil keluar atau masuk, tidak
meninggalkan kunci atau suku cadang di lantai, dimana dapat menyebabkan anda atau orang lain
tersandung atau terpeleset, biasakan menempatkan mereka pada pada caddy atau meja kerja,
membersihkan dengan segera setiap bahan bakar, oli atau gemuk yang tertumpah, membersihkan
alat-alat atau SST yang telah dipakai. (Ingat 5S)

(4)     Menangani Kendaraan pelanggan

 Selama bekerja, pakailah selalu fender cover, seat cover, dan floor cover agar tidak merusak atau
mengotori kendaraan.
 Jagalah selalu kebersihan fender cover dan seat cover.
 Oli atau gemuk yang ada pada tangan atau alat-alat anda dapat mengotori kendaraan. Karena itu
tangan dan alat-alat harus dijaga agar tetap bersih.
 Jangan sekali-kali memasukkan benda yang tajam seperti obeng ke dalam kantong baju karena
dapat merusak kendaraan dan melukai anda sendiri misalnya anda terjatuh.
 Bersihkan selalu minyak dan oli yang tertumpah sehingga kendaraan tidak dalam keadaan kotor.
Jika oli yang tertumpah dibiarkan begitu saja, langganan akan mengira terdapat kebocoran pada
kendaraannya, lalu membawanya kembali ke bengkel.
 Apabila kendaraan tertumpah minyak rem, jangan mengelap tumpahan karena dapat merusak
cat. Cara menanganinya adalah dengan memberi air pada tempat yang tertumpah minyak rem.

(5)     Perilaku didalam bengkel


a.       Jangan meninggalkan peralatan dan komponen dilantai karena orang lain dapat tersandung
karenanya.
b.   Bersihkan tumpahan bahan bakar, oli atau stemplet dengan segera untuk mencegah agar tidak ada
yang tergelincir dilantai.
c.    Jangan bekerja dengan posisi tubuh yang tidak nyaman. Hal ini tidak hanya mempengaruhi efisiensi
kerja, juga dapat menyebabkan terjatuh atau cidera.
d.      Berhati-hatilah saat menangani benda-benda yang berat, karena anda dapat terluka bila benda-
benda tersebut menjatuhi kaki anda, atau punggung anda bisa cidera.
e.   Jangan merokok saat bekerja terutama jika sedang bekerja dekat switch, papan switch, motor listrik,
perawatan sistem bahan bakar, motor listrik, baterai yang sedang diisi, dll.
f.       Peralatan kelistrikan, hidrolik dan pneumatik dapat menyebabkan cidera serius bila tidak digunakan
dengan benar. Baca buku petunjuk penggunaannya.
g.       Kenakan kacamata pelindung sebelum menggunakan peralatan yang menebarkan serpihan-serpihan
kecil.
h.    Jangan menggunakan sarung tangan saat bekerja dengan peralatan yang berputar atau saat bekerja
diarea menggerakkan rotasi.
i.       Untuk menaikkan kendaraan pada lift, pertama-tama angkatlah ban sampai berada sedikit diatas
permukaan tanah lalu pastikan bahwa kendaraan telah ditopang dengan aman pada lift sebelum
menaikkan kendaraan seluruhnya. Jangan pernah menggoyang kendaraan bila telah dinaikkan karena
kendaraan dapat jatuh dan melukai anda atau orang disekitar anda.
Pada umumnya kecelakaan kerja terjadi karena dua faktor, yakni kecelakaan dikarenakan faktor
manusia dan kecelakaan dikarenakan faktor fisik seperti mesin, peralatan, rendahnya standar
pengamanan peralatan, dan lingkungan kerja yang buruk. Jadi bijaklah dalam bekerja dengan
memperhatikan aspek-aspek keselamatan kerja tersebut.
K. ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

1. Safety helmet berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala
secara langsung.

2. Safety Shoes
Safety shoes berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena benda
tajam atau berat, benda panas, cairan kimia dan sebagainya.

3. Sarung Tangan
Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat
mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan dengan fungsi
masing-masing pekerjaan.

4. Masker (Respirator)
Berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas
udara buruk (misal berdebu, beracun, dsb).
5. Kaca Mata Pengaman (Safety Glasses)
Berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja

6. Penutup Telinga (Ear Plug)


Berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising.

7. Pelindung Wajah (Face Shield)


Berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja

Anda mungkin juga menyukai