1. Prosedur K3
Kecelakaan kerja mungkin saja bisa terjadi walaupun kita sudah bekerja dengan hati-hati. Namun jika
semua aspek K3 tidak terpenuhi bisa saja terjadi.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja/K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman
baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau
tempat kerja tersebut. Keselamatan dan kesehatan kerja juga merupakan suatu usaha untuk
mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat, yang dapat mengakibatkan kecelakaan.
Berikut adalah beberapa jenis kecelakaan kerja yang dapat terjadi disektor industri:
a. Teriris, terpotong
b. Terlindas, tertabrak
d. Kebocoran gas
a. Terjepit, terlindas
c. Terinjak
f. Terjatuh, terguling
g. Terjepit, terlindas
h. Tertabrak
b. Terjepit, terlindas
c. Tertabrak
d. Terpeleset
f. Terjatuh, terguling
5) Bengkel Otomotif g. Cedera punggung dan bahu
h. Terbakar
k. Tersengat listrik
Dengan mematuhi prosedur K3 dan mengetahui jenis kecelakaan kerja, diharapkan tenaga kerja
mampu melakukan tindakan preventif agar kecelakaan tersebut tidak terjadi, walaupun terjadi tapi
dengan resiko yang minim.
Berikut adalah prosedur K3 yang harus diketahui dan diterapkan di tempat kerja, terutama di
bengkel otomotif.
2. Prosedur 5S
Bagi anda yang pernah berinteraksi dengan dunia industri tentunya tidak asing dengan istilah 5S.
Industri yang menerapkan program 5S akan terlihat bersih dan teratur. Mereka berpikir keadaan
yang berantakan akan menyembunyikan masalah. Program 5S dipandang sebagai usaha untuk
memunculkan masalah yang selama ini tersembunyi dari para pemecah masalah (problem solver).
5S adalah kunci utama dilingkungan kerja untuk membantu mewujudkan pekerjaan dapat dilakukan
dengan cepat, benar dan aman.
Saat ini, program 5S telah banyak diadopsi oleh berbagai industri di berbagai negara. Popularitas 5S
ini tak lepas dari kesuksesan industri Jepang yang selama ini memusatkan perhatiannya terhadap
pengurangan segala pemborosan (waste). 5S adalah landasan untuk membentuk perilaku manusia
agar memiliki kebiasaan (habit) mengurangi pembororsan di tempat kerjanya.
Program 5S pertama kali diperkenalkan di Jepang sebagai suatu gerakan kebulatan tekad untuk
mengadakan pemilahan (seiri), penataan (seiton), pembersihan (seiso), penjagaan kondisi yang
mantap (seiketsu), dan penyadaran diri akan kebiasaan yang diperlukan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik (shitsuke). Masing-masing S dalam 5S beserta penjelasannya dijelaskan di
bawah ini.
SEIRI
Seiri merupakan langkah awal implementasi 5S, yaitu: pemilahan barang yang
berguna dan tidak berguna:
Dalam langkah awal ini dikenal istilah Red Tag Strategy, yaitu menandai barang-
barang yang sudah tidak berguna dengan label merah (red tag) agar mudah
dibedakan dengan barang-barang yang masih berguna. Barang-barang dengan
label merah kemudian disingkirkan dari tempat kerja. Semakin ramping (lean)
tempat kerja dari barang-barang yang tidak dibutuhkan, maka akan semakin
efisien tempat kerja tersebut.
SEITON
Seiton adalah langkah kedua setelah pemilahan, yaitu: penataan barang yang
berguna agara mudah dicari, dan aman, serta diberi indikasi.
SEISO
Seiso adalah langkah ketiga setelah penataan, yaitu: pembersihan barang yang
telah ditata dengan rapih agar tidak kotor, termasuk tempat kerja dan
lingkungan serta mesin, baik mesin yang breakdown maupun dalam rangka
program preventive maintenance (PM).
Sebisa mungkin tempat kerja dibuat bersih dan bersinar seperti ruang pameran
agar lingkungan kerja sehat dan nyaman sehingga mencegah motivasi kerja yang
turun akibat tempat kerja yang kotor dan berantakan.
SEIKETSU
SHITSUKE
Shitsuke adalah langkah terakhir, yaitu penyadaran diri akan etika kerja:
2. Saling menghormati
Padanan 5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1
Padanan 5S dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris
5S 5R 5S 5P 5K 5S
Suksesnya 5S terletak pada sejauhmana orang melakukan 5S sebagai suatu kebiasaan (habit) bukan
paksaan sehingga inisiatif perbaikan akan muncul dengan sendirinya. Di bawah ini adalah hal-hal
penting yang diperlukan untuk pelaksanaan program 5S di tempat kerja.
Merubah perspektif semua orang dalam organisasi bahwa 5S lebih dari sekedar program
kebersihan maupun housekeeping management.
Dengan mengetahui alat keselamatan kerja dan alat pendukung keselamatan kerja serta cara
penggunaannya, mungkin akan meminimalisir terjadinya kecalakaan kerja. Berikut adalah alat
keselamatan kerja yang harus selalu ada di industri terutama dibengkel otomotif.
Digunakan untuk memadamkan api yang menyebabkan terjadinya kebakaran. Dibengkel otomotif
terutama, sangat besar kemungkinan terjadinya kebakaran, karena banyak bahan-bahan yang
mudah terbakar seperti bahan bakar, oli/pelumas, lap bekas membersihkan tumpahan bahan
bakar/oli, cairan pembersih yang mengandung alkohol, dll. Penyebab terjadinya kebakaran juga
banyak, diantaranya percikan api akibat terjadi korslet (hubungan singkat), terbukanya sirkuit
kelistrikan, kabel tegangan tinggi yang terendam oli/air, salah dalam menggunakan mesin charging,
kecerobohan teknisi (merokok ketika bekerja, membuang puntung rokok sembarangan, ketika
mengerjakan sistem kelistrikan tidak mencabut negatif baterai, dll).
Alat pemadam kebakaran banyak jenisnya disesuaikan dengan kelas-kelas api dan media
pemadamannya, yakni:
Kelas “A” Api Pejal (Solid Fire) Air dan Debu Kering
1) Api Kayu (Pasir)
2) Api Kertas
3) Api Sampah
4) Api Kain
3) Api Varnish
Kelas “C” Api Uap dan Gas (Gas & Steam Fire) Debu Kering (Pasir),
Karbondioksida
1) Butana
(CO2), dan
2) Propane Varpourising Liquid
3) Oxy Acetyline
4) Gas (LPG)
3) Kalsium
4) Magnesium
b. Pakaian Kerja
Untuk mencegah kecelakaan, pilih pakaian kerja yang kuat dan dapat memudahkan pekerjaan.
Hindari pakaian kerja yang memperlihatkan sabuk, gesper, dan kancing yang dapat merusak
kendaraan saat bekerja.
Sebagai tindakan pengamanan terhadap kemungkinan cidera atau terbakar, jangan memperlihatkan
kulit secara terbuka.
c. Sepatu Kerja
Pastikan untuk selalu mengenakan sepatu kerja (safety shoes) saat bekerja, untuk menghindari
bahaya tergelincir, dan cidera kaki karena adanya benda yang terjatuh.
e. Pelindung Kepala
Pelindung kepala (helm) digunakan untuk melindungi kepala agar tidak cidera akibat ada benda yang
jatuh atau kitanya yang jatuh.
f. Pelindung Mata
Pelindung mata (googles) digunakan untuk melindungi mata dari serpihan-serpihan kecil pada saat
bekerja, seperti mengebor, menggerinda, dll. Atau dari cahaya yang keluar pada saat mengelas.
Sehingga mata bisa terbebas dari cidera yang mengakibatkan kebutaan.
g. Pelindung Telinga
Pelindung telinga digunakan untuk melindungi telinga kita dari gangguan pendengaran yang
berdampak pada ketulian, yakni pada saat bekerja diarea yang tingkat kebisingannya melebihi
standar, seperti mengebor, menggerinda, dll.
h. Himbauan/ Rambu-rambu
Perhatikan himbauan/ rambu-rambu tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang terpasang
dibengkel (tempat kerja) dan lingkungan sekitarnya, dan juga harap perhatikan himbauan lainnya.
Himbauan/rambu-rambu tersebut dipasang didaerah tertentu, karena sudah melalui hasil analisis
mengenai K3.
Keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari 5 (lima) aspek yang perlu diperhatikan selama bekerja,
yakni sebagai berikut:
Dalam penerapan konsep keselamatan kerja, satu hal yang harus kita perhatikan adalah bagaimana
lingkungan kerjanya. Kita harus memahami lingkungan kerja kita sebelum kita menerapkan
keselamatan kerja, bengkel otomotif merupakan lingkungan kerja dengan spesifikasi kondisi yang
khusus.
Di bengkel ini, kita mendapati banyak kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Setiap
kondisi dan alat serta bahan yang kita pergunakan pada saat bekerja harus kita sesuaikan dengan
kebutuhannya, misalnya bahan yang mudah terbakar, bahan yang licin, tajam, dan sebagainya. Hal
ini harus kita perhitungkan sebagai aspek keselamatan kerja yang akan kita terapkan.
Jika kita mampu menganalisa kondisi lingkungan kerja, maka kita dapat memberikan antisipasi
penanganan yang tepat. Antisipasi penanganan yang tepat ini dimaksudkan untuk menyediakan
sarana keselamatan kerja yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini hanya dapat kita lakukan jika
kita benar-benar mengenali segala aspek yang ada di lingkungan kerja. Setiap aspek yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja harus kita sediakan sarana keselamatan yang tepat.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja perlu diperhatikan, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara
yang dapat ditempuh untuk menjamin agar tenaga kerja dapat melaksanakan tugas tanpa
mengalami gangguan.
Kondisi fisik dari lingkungan kerja misalnya temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara,
pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, yang berpengaruh terhadap hasil kerja.
b. Pakaian Kerja
c. Sepatu Kerja
e. Kacamata
f. Topi
g. Himbauan
Bekerja dengan aman dan rapi antara lain dengan menjaga agar tempat kerja selalu bersih, dan saat
pekerjaan selesai kembalikan segala sesuatunya dengan teratur, suku cadang bekas harus
dikumpulkan dalam kantong plastik untuk selanjutnya dibuang atau dikembalikan ke pelanggan
(customer), memarkir kendaraan yang akan diperbaiki di dalam garis stall, jangan sampai keluar
karena akan mengganggu kendaraan lain, tidak menempatkan sesuatu di tengah jalan atau pintu
masuk walaupun untuk sementara, karena akan mengganggu mobil keluar atau masuk, tidak
meninggalkan kunci atau suku cadang di lantai, dimana dapat menyebabkan anda atau orang lain
tersandung atau terpeleset, biasakan menempatkan mereka pada pada caddy atau meja kerja,
membersihkan dengan segera setiap bahan bakar, oli atau gemuk yang tertumpah, membersihkan
alat-alat atau SST yang telah dipakai. (Ingat 5S)
Selama bekerja, pakailah selalu fender cover, seat cover, dan floor cover agar tidak merusak
atau mengotori kendaraan.
Oli atau gemuk yang ada pada tangan atau alat-alat anda dapat mengotori kendaraan.
Karena itu tangan dan alat-alat harus dijaga agar tetap bersih.
Jangan sekali-kali memasukkan benda yang tajam seperti obeng ke dalam kantong baju
karena dapat merusak kendaraan dan melukai anda sendiri misalnya anda terjatuh.
Bersihkan selalu minyak dan oli yang tertumpah sehingga kendaraan tidak dalam keadaan
kotor. Jika oli yang tertumpah dibiarkan begitu saja, langganan akan mengira terdapat
kebocoran pada kendaraannya, lalu membawanya kembali ke bengkel.
Apabila kendaraan tertumpah minyak rem, jangan mengelap tumpahan karena dapat
merusak cat. Cara menanganinya adalah dengan memberi air pada tempat yang tertumpah
minyak rem.
a. Jangan meninggalkan peralatan dan komponen dilantai karena orang lain dapat tersandung
karenanya.
b. Bersihkan tumpahan bahan bakar, oli atau stemplet dengan segera untuk mencegah agar tidak
ada yang tergelincir dilantai.
c. Jangan bekerja dengan posisi tubuh yang tidak nyaman. Hal ini tidak hanya mempengaruhi
efisiensi kerja, juga dapat menyebabkan terjatuh atau cidera.
d. Berhati-hatilah saat menangani benda-benda yang berat, karena anda dapat terluka bila benda-
benda tersebut menjatuhi kaki anda, atau punggung anda bisa cidera.
e. Jangan merokok saat bekerja terutama jika sedang bekerja dekat switch, papan switch, motor
listrik, perawatan sistem bahan bakar, motor listrik, baterai yang sedang diisi, dll.
f. Peralatan kelistrikan, hidrolik dan pneumatik dapat menyebabkan cidera serius bila tidak
digunakan dengan benar. Baca buku petunjuk penggunaannya.
h. Jangan menggunakan sarung tangan saat bekerja dengan peralatan yang berputar atau saat
bekerja diarea menggerakkan rotasi.
i. Untuk menaikkan kendaraan pada lift, pertama-tama angkatlah ban sampai berada sedikit
diatas permukaan tanah lalu pastikan bahwa kendaraan telah ditopang dengan aman pada lift
sebelum menaikkan kendaraan seluruhnya. Jangan pernah menggoyang kendaraan bila telah
dinaikkan karena kendaraan dapat jatuh dan melukai anda atau orang disekitar anda.
Pada umumnya kecelakaan kerja terjadi karena dua faktor, yakni kecelakaan dikarenakan faktor
manusia dan kecelakaan dikarenakan faktor fisik seperti mesin, peralatan, rendahnya standar
pengamanan peralatan, dan lingkungan kerja yang buruk. Jadi bijaklah dalam bekerja dengan
memperhatikan aspek-aspek keselamatan kerja tersebut.
Referensi:
Suma’mur P.K, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, CV. Haji Masagung, Jakarta: 1989