Anda di halaman 1dari 67

KATA PENGANTAR

Segala puji tak lupa kami haturkan kepada Tuhan Yang


Maha Esa yang telah memberikan kita kesehatan dan
kesempatan, sehingga buku Zerosicks Untuk K3LH
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dapat kami
selesaikan

Terimakasih kami berikan kepada Bapak K.Ima


Ismara, M.Pd, M.kes yang telah memberikan tugas ini
sehingga menambah wawasan kami mengenai materi ini.
Terimakasih juga kami berikan kepada teman dan
sahabat kami yang selalu mengingatkan mengerjakan
tugas dan memberikan semangat.

Tentu saja buku ini masih memiliki banyak


kekurangan. Maka dari itu kami mohon saran agar
menjadikan kami lebih baik lagi kedepanya.

Penyusun

1|ZerosicksUntukK3LH
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...................................................1
Daftar Isi.........................................................................2
ZEROSICKS MAPPING..............................................4
INFO GRAPHICS.........................................................5
Hazard............................................................................6
A. Pengertian Hazard..............................................6
B. Berdasarkan faktor penyebabnya...................15
Environment.................................................................18
A. Pengertian Environment..................................18
B. Ergonomic Checkpoint.....................................20
Risk...............................................................................35
A. Pengertian Resiko.............................................35
Observation..................................................................40
A. Pengertian Pengamatan...................................40
Implementation............................................................42
A. Pengertian.........................................................42
B. KISS...................................................................43
Culture, Climate, and Control....................................44
A. Culture, Climate, and Control.........................44
B. Contoh................................................................46
Knowledge....................................................................48
A. Pengertian Knowledge.....................................48
Standard.......................................................................50
A. Undang undang k3...........................................50
B. Keputusan mentri.............................................51
C. Kebijakan Pemerintah.....................................52
D. ISO9001 & 14001..............................................52
DAFTAR PUSTAKA..................................................56
ZEROSICKS MAPPING
INFO GRAPHICS
Hazard
(potensi bahaya)

A. Pengertian Hazard

Gambar
Illustrasi
Hazard Sign
Bahaya adalah sifat intrinsik suatu zat, peralatan,
atau proses kerja, yang dapat menyebabkan kerusakan
atau membahayakan area sekitarnya.
Bahaya mengacu pada sumber, kondisi atau
tindakan yang dapat menyebabkan kecelakaan dalam
arti cedera, cacat atau masalah kesehatan atau
kombinasi keduanya (Hudi Hastowo, 2012: 4). Bahaya
(bahaya) adalah keadaan berbahaya
yang Eksposur ke area sekitar atau eksposur ke area
sekitarnya dapat menyebabkan kecelakaan / insiden
(Wahyu Susihono & Feni Akbar Rini, 2013: 211).
Beberapa jenis bahaya: (Hudi Hastowo, 2012: 7)

Jika tidak ada kontak dengan orang (paparan), potensi


bahaya masih akan menjadi bahaya dan tidak akan
menyebabkan dampak atau berkembang menjadi
kecelakaan (kecelakaan). Proses kontak antara potensi
bahaya dan manusia dapat terjadi dalam beberapa cara,
yaitu:

1. Manusia yang menghampiri potensi bahaya.

2. Potensi bahaya yang menghampiri manusia melalui


proses alamiah dan manusia.
3. Potensi bahaya saling menghampiri.
A. Hazard Berdasarkan Sumbernya
Berdasarkan sumbernya, hazard dibedakan menjadi 2
jenis, yaitu: Occupational Health Hazard (OHH) dan
Occupational Safety Hazard (OSH).
1. Occupational Health Hazard (OHH),
Merupakan potensi bahaya di tempat kerja yang
mengakibatkan terjadinya gangguan kesehatan,
kesakitan dan penyakit akibat kerja (PAK). Kelompok
OHH terdiri dari:

a. Bahaya Fisik (Physical Hazard)

Gambar
Illustrasi
Bahaya Fisik
Bahaya fisik adalah potensi bahaya di area fisik.
Contoh bahaya fisik meliputi: panas (panas suhu
udara, panas mesin, radiasi termal, ledakan),
dinamika (putaran motor, roda gigi, alat
pemotong), polusi, dan suara keras.Bahaya
Kimia (Chemical Hazard)
Gambar Illustrasi
Chemical Hazard
Sign
Bahaya kimia adalah bahaya yang disebabkan
oleh zat kimia, zat kimia ini bisa berupa gas,
cairan dan padatan yang berbahaya bagi tubuh
manusia, seperti asam sulfat korosif, zat
radioaktif yang menyebabkan radiasi, minyak,
dan limbah B3 (limbah elektrolitik, limbah). Pabrik
kimia), gas buang berbahaya dan mencemari
tempat itu.Bahaya Biologis (Biological Hazard)
Gambar Illustrasi
Biological
Hazard
Bahaya biologis merujuk pada bahaya potensial
yang dapat disebabkan oleh organisme,
termasuk organisme besar seperti kehidupan liar,
dan mikroorganisme (seperti virus atau bakteri)
yang dapat menyebabkan masalah kesehatan,
penyakit, cedera atau bahkan kematian.

10 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
b. Point Ergonomis (Ergonomic)
Poin utama ergonomi adalah potensi bahaya
yang disebabkan oleh ketidakselarasan desain
tempat kerja dan kondisi pekerja, seperti: posisi
kerja yang salah (duduk, berdiri), ukuran pahat,
desain posisi (lokasi peralatan, desain ruang),
Sistem kerja dan metode kerja.

Gambar Illustrasi
Contoh Penggunaan Tangga yang Salah
2. Occupational Safety Hazard (OSH)

11 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
OSH merupakan potensi bahaya yang terdapat di
tempat kerja yang mengakibatkan terjadinya incident,
injury, cacat, gangguan proses, keruskan alat bagi
pekerja maupun proses kerja. Kelompok OSH terdiri
dari:
a. Bahaya Mekanik (Mechanical Hazard)

Gambar Illustrasi
Mechanical
Hazard
merupakan potensi bahaya yang berasal dari
benda yang bergerak maupun proses yang
melibatkan pergerakan yang dapat
menyebabkan h seperti benturan, terpotong,
tertusuk, tersayat, tergores, jatuh, terjepit.
b. Bahaya Kimia (Chemical Hazard)
Gambar
Illustrasi
Chemical
Hazard
Chemical hazard merupakan potensi bahaya
yang berasal dari bahan kimia dalam bentuk
gas, cair dan padat yang mempunyai sifat
mudah terbakar, mudah meledak dan korosif.
c. Bahaya Elektrik (Electrical Hazard)
Gambar Illustrasi
Electrical Hazard
merupakan potensi bahaya yang berasal dari
arus listrik, seperti arus kuat, arus lemah, listrik
statis, elektron bebas.
d. Bahaya Psikologis (Psychological Hazard) 184 /
Bahaya psikologis adalah bahaya potensial yang
terkait dengan psikologi sosial dan poin-poin
organisasi di tempat kerja, yang dapat
memengaruhi kesehatan fisik dan mental pekerja.

Gambar Illustrasi
Stress Akibat Bahaya Psikologi
misalnya pola kerja yang tidak teratur, waktu
kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang
melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak
bervariasi, suasana tempat kerja yang terpisah
atau terlalu ramai.
B. Berdasarkan faktor penyebabnya, hazard
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: faktor manusia,
faktor luar dan sistem manajemen.
1. Faktor Manusia, merupakan potensi bahaya yang
disebabkan oleh manasia pekerja, seperti: human
factor (perilaku, keadaan fisik, mental), human error.

Gambar
Illustrasi
Human Error
2. Faktor Luar, adalah potensi bahaya yang disebabkan
oleh keadaan tempat sekitar, seperti: sarana
transportasi, cuaca, bencana alam (badai, banjir,
tanah longsor, petir).
Gambar Illustrasi
Longsor Adalah Faktor Bahaya Luar
3. Sistem Manajemen, adalah potensi bahaya yang
disebabkan oleh penerapan sistem manajemen di
tempat kerja, seperti:
a. Faktor penguat, misalnya: pemberian hadiah,
pemberian pujian, acungan jempol.
b. Faktor kemungkinan, misalnya: sarana yang
memadai (adanya peralatan K3 yang cukup,
adanya bagian yang mengurusi K3), prasarana
yang memadai (adanya biaya untuk development
K3, adanya kemampuan untuk mengembangkan
K3).
c. Faktor mempengaruhi, misalnya sifat dari setiap
individu untuk menpercayai/sugesti kepada
rekannya yang berbeda-beda.
Environment

(Tempat)

A. Pengertian Environment

Gambar Illustrasi
Tempat Kerja
Lingkungan juga bisa disebut tempat, termasuk keadaan alami,
air, tanah atau udara. Lingkungan fisik di sekitar kita disebut
tempat kerja fisik. Tempat kerja fisik secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi siswa. Tempat pengaruh langsung
termasuk meja, kursi, papan tulis atau area kerja. Dan tempat
yang tidak bisa terpengaruh
Secara langsung mencakup pencahayaan, suhu udara,
kelembaban udara, kebisingan, dan sirkulasi udara. Kondisi
tempat ini memiliki pengaruh besar terhadap hasil karya siswa.
Kondisi penempatan yang baik akan mendukung hasil kerja
terbaik dan sebaliknya. Kondisi penempatan yang buruk akan
menyebabkan hasil yang buruk dan pekerjaan lambat.
Saat melakukan pengamatan, seseorang harus memperhatikan
kondisi tempat yang dapat menyebabkan bahaya (hazard). Dapat
berupa pendingin ruangan, kondisi ruangan, kondisi lantai, dan
ketersediaan alat pelindung diri. Status posisi dapat diidentifikasi
melalui pos pemeriksaan ergonomis.
B. Ergonomic Checkpoint

Gambar Illustrasi
Terdapat Aplikasi Ponsel Untuk Melihat Ergonomic
Checkpoint
Menurut Lutfi Hani (dalam Putut et al., 2014:
229). Ergonomi adalah studi tentang hubungan
antara perilaku manusia dan pekerjaan. Ergonomi
mempelajari prinsip-prinsip merancang peralatan,
mesin, proses dan tempat kerja.Prinsip-prinsip ini
harus konsisten dengan penggunaan atau
Sesuaikan tugas kerja sesuai kondisi manusia

20 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
untuk mengurangi tekanan yang akan dihadapi
Pada saat yang sama, menurut Astika (dalam Putut
et al., 2014: 229), ergonomi memungkinkan orang
untuk bekerja sesuai dengan kemampuan,
kemampuan, dan keterbatasan mereka. Hasil
akhirnya adalah bahwa manusia dapat berproduksi
secara optimal dalam produksi dan kehidupan
mereka tanpa mengorbankan keselamatan dan
kesehatan mereka sendiri.

20 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
penyesuaian tugas pekerjaan dengan keadaan
tubuh manusia untuk menurunkan stress yang akan
dihadapi
Sedangkan menurut Astika (dalam Jurnal Putut
dkk, 2014: 229) Ergonomi membuat manusia
bekerja sesuai dengan kemampuan, kebolehan,
dan keterbatasannya. Hasil akhirnya manusia
mampu berproduksi optimal,selama umur
produktifnya, tanpa harus mengorbankan
keselamatan dan kesehatannya.
James M. Apple mempertimbangkan masalah
yang terkait dengan ergonomi (dalam Journal of
Putut et al., 2014:
229) adalah prosedur untuk mengatur fasilitas
fisik pabrik untuk mendukung kelancaran proses
produksi. Layout adalah perencanaan,
penggabungan atau integrasi aliran bagian dari
benda kerja untuk mendapatkan hubungan timbal
balik yang paling efektif dan ekonomis antara
pekerja, peralatan dan transfer material. Namun,
pengaturan tata ruang tidak hanya manfaat
ekonomi, tetapi juga konsep kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) harus digunakan untuk
memprioritaskan kenyamanan dan keselamatan

21 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
pekerja.

22 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Gambar Illustrasi
IEA adalah Asosiasi Pengamat Ergonomi. Pos pemeriksaan
ergonomis adalah standar industri yang ditetapkan oleh
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO). Pos pemeriksaan
ergonomis telah menghasilkan beberapa ide dasar, termasuk
menekan bahan yang terbuang, mengurangi kelancaran kerja,
meningkatkan kualitas kerja, meningkatkan pemeliharaan dan
memperbaiki peralatan, memperkenalkan tata letak yang lebih
efektif, mencegah kecelakaan, dan mengatur tempat kerja lebih
aman Dan memperkenalkan metode kerja
lebih baik.
Prinsip dasar pos pemeriksaan ergonomis dibagi menjadi
sembilan tema, yaitu:
1. Penanganan dan Penyimpanan Bahan
Praktikum
Menangani dan menyimpan bahan
secara luas menguraikan cara mengatur bahan,
cara menangani dan mengangkut bahan dalam
waktu yang lebih singkat, mengurangi kegiatan
transportasi bahan dan meningkatkan efisiensi.
Beberapa metode yang dapat diterapkan adalah
menerapkan 5S. Keluarkan barang-barang yang
tidak digunakan, hindari menempatkan barang-
barang di lantai, menghemat ruang dengan
menempatkan barang-barang di rak-rak
tambahan, dan menyimpan barang-barang yang
sering digunakan lebih dekat melalui
penyimpanan jalan (rak beroda). Cobalah untuk
membuat peralatan dengan mudah pindah ke
tempat di mana dibutuhkan, jangan mengangkat
beban lebih tinggi dari yang diperlukan, angkat
material pada ketinggian kerja, dan cobalah
mengangkat lebih efisien dan aman.
2. Handtool/ Peralatan Tangan
Banyak perkakas tangan atau perkakas
tangan digunakan sebagai alat bantu kerja
Digunakan di bengkel listrik. Perkakas tangan
mengacu pada perkakas yang mengandalkan

tenaga kerja.

3. Desain Workspace

Workstation adalah tempat di mana para


pekerja tinggal dan melakukan pekerjaan
mereka. Praktisi dapat menempati stasiun kerja
kapan saja dan di mana saja, atau dapat
menempati salah satu dari beberapa posisi saat
berlatih praktik dokter, seperti: meja, perakitan,
inspeksi dan meja kerja.
Gambar
Illustrasi
Workspace

Dalam penelitian, workstation adalah


ruang bengkel listrik atau setiap sudut ruangan
untuk berlatih. Desain workstation yang baik
dapat mempertahankan kinerja yang lebih efektif
dan, tentu saja, meningkatkan kualitas. Dalam
pos pemeriksaan yang ergonomis, ada lima
aturan untuk desain workstation, yaitu: menjaga
bahan, peralatan, dan kontrol mudah dijangkau.
Meningkatkan postur kerja untuk meningkatkan
efisiensi, masing-masing perlu menggunakan
pegangan (fixture), tang (fixture), tombol /
tongkat (tuas) dan alat-alat lain untuk pekerjaan
catu daya Hemat waktu dan tenaga, dan
tingkatkan isyarat visual (tampilan) dan kontrol
untuk meminimalkan kesalahan.
menghemat waktu dan tenaga, memperbaiki
petunjuk visual (display) dan kendali (control)
untuk meminimalkan kesalahan.
4. Keamanan Mesin
Keselamatan alat berat mengacu pada
penambahan alat atau tindakan lain yang dapat
mencegah pekerja dari kemungkinan bahaya
dari alat berat. Ambil tindakan pencegahan,
seperti: memeriksa status mesin setiap hari,
memasang mesin pelindung dan diri Anda
sendiri (pekerja), membeli mesin yang aman,
menggunakan jenis yang aman yang cocok
untuk perawatan mesin yang benar, dan yang
lebih penting, menggunakan peralatan pelindung
pribadi untuk melindungi pekerja.
5. Pencahayaan
Gambar
Illustrasi
Pencahayaan
Keadaan Situasi cahaya rendah lebih
menguntungkan daripada situasi cahaya rendah.
Cahaya yang tidak cukup dapat menyebabkan
otot dan saraf mata kelelahan, dan dapat
menyebabkan kelelahan tubuh secara
keseluruhan. Kelelahan yang dihasilkan juga
dapat menyebabkan penurunan konsentrasi
kerja dan peningkatan tingkat kesalahan kerja,
yang dapat menyebabkan cacat kerja dan
mungkin berdampak pada kesehatan dan
keselamatan. Pemerintah, melalui Keputusan
Menteri No. 1405 tahun 2002, menetapkan
bahwa informasi adalah jumlah radiasi di area
kerja yang diperlukan untuk kegiatan sementara
yang efektif. Keputusan No. 1045 Republik
Indonesia (Menkes / SK / XI / 2002) menetapkan
nilai pencahayaan minimum 100 lux.
Faktor utama yang dapat digunakan
untuk meningkatkan persyaratan pencahayaan
adalah: sifat tugas, kejelasan
pengelihatan Visi dan lokasi kerja pekerja akan
diimplementasikan. Misalnya, memperbaiki
komponen elektronik membutuhkan lebih banyak
cahaya daripada operator alat berat. Tujuan
menambah atau meningkatkan pencahayaan
adalah untuk meningkatkan kualitas pekerja dan
produk yang akan diproduksi. Dengan mengingat
hal ini, direkomendasikan agar sekolah
menengah kejuruan atau industri mengambil
enam langkah berikut: menggunakan cahaya
alami (sinar matahari), mencegah silau, memilih
latar belakang visual yang sesuai, memilih lokasi
yang cocok untuk sumber cahaya, dan
mempertahankan sumber cahaya yang teratur
dan menghindari bayangan-bayangan.

6. Premis Cuaca Kerja


Gambar Illustrasi
Cuaca Ekstrem
Perubahan musim mengharuskan
penyesuaian workstation dari udara panas dan
dingin. Suhu kerja terbaik adalah 20º-25ºC.
Langkah-langkah yang dapat digunakan untuk
mengurangi dampak perubahan cuaca di area
kerja adalah sebagai berikut: melindungi tempat
kerja dari udara dingin atau panas, menaungi
area kerja dengan menanam pohon,
meningkatkan insulasi panas, meningkatkan
pantulan panas dinding atau lantai, dan
menggunakan aliran udara horizontal ,
Menghilangkan atau mengisolasi sumber polusi,
memperbaiki lantai tempat kerja, dan mencegah
kebakaran dan kecelakaan listrik.

7. Kebisingan dan getaran


Keputusan No. KEP.48 / MENLH /
11/1996 dari Menteri Negara Tempat Tinggal
mengenai tingkat kebisingan buku (noise)
memiliki arti kebisingan berbahaya dari
perusahaan atau kegiatan dalam tingkat dan
kerangka waktu tertentu, yang dapat merusak
kesehatan manusia dan lingkungan.
Kenyamanan. OSHA menetapkan batas hukum
pada paparan kebisingan yang disarankan
selama pekerjaan 90Dba dalam sehari (8 jam).
Biro Keselamatan Kerja Negara Natona
merekomendasikan agar nilai paparan
kebisingan yang diterima dalam satu hari harus
kurang dari 85 dBA. Kebisingan dapat
memengaruhi manusia. Kebisingan dapat

30 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
mengganggu

30 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
konsentrasi, menutupi sumber suara lain atau
menggangu komunikasi, sertamenurunkan
fungsi pendengaran. Kebisingan yang
melampaui nilai ambang batas memiliki dampak
berupa gangguan psikologis (kepala pusing,
mudah marah, susah tidur, stress), gangguan
pendengaran, gangguan tubuh berupa
ketegangan otot, meningkatnya tekanan darah,
meningkatnya produksi adrenaline, dan
meningkatkan detak jantung
Getaran mengacu pada perpindahan
massa secara bergantian melalui kesetimbangan
pada titik referensi, sedangkan getaran mekanis
mengacu pada getaran yang disebabkan oleh
fasilitas dan peralatan manusia (nomor
Kep.MENLH: KEP-49 / MENLH / 11/1996).
Sistem operasi akan bergetar. Getaran
yang terkandung dalam mesin adalah getaran
translasi dan getaran rotasi. Getaran
translasional dapat terjadi secara lateral atau
aksial. Getaran lateral terjadi dalam arah yang
tegak lurus terhadap poros poros, sedangkan
getaran aksial terjadi pada poros poros.

31 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Getaran tubuh manusia dibagi menjadi dua
bagian, yaitu getaran seluruh tubuh dan getaran
lengan. Getaran seluruh tubuh adalah getaran
yang dialami oleh pengemudi kendaraan, dan
dampaknya tergantung pada dokter jaringan
tubuh, seperti 3-6 Hz untuk dada dan perut, 20-
30 Hz untuk kepala dan 100-150 Hz untuk
rahang bawah (Sucofindo, 2002). Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa
ketidaknyamanan yang disebabkan oleh
beberapa organ seperti ini dapat menyebabkan
spondyloarthritis atau efek jangka panjang dari
artritis (Harrington et al., 2005).

Pekerja yang bekerja sebagai operator gergaji,


tempa palu, penggiling, dll. Biasanya mengalami
getaran lengan. Dampak dari tangan yang
bergetar dapat menyebabkan sirkulasi darah dan
saraf yang tidak normal, dan merusak sendi dan
tulang (Sucofindo, 2005).Fasilitas
Pekerja/praktikum
Gambar
Illustrasi
Fasilitas Kerja
Fasilitas magang dirancang untuk
meminimalkan kelelahan menjaga kesehatan
selama magang. Kelelahan dan kondisi yang
tidak menguntungkan menyebabkan
implementasi praktik yang tidak efisien. Magang
secara alami akan mendapatkan peluang
magang. Mulai dari penyediaan air minum,
fasilitas sanitasi (untuk pembersihan diri), tempat
istirahat, ruang makan / kantin, fasilitas
transportasi, jaminan sosial, fasilitas olahraga
dan fasilitas sanitasi, untuk menangani
kecelakaan di tempat kerja, fasilitas APD harus
meminimalkan pekerjaan dan penyakit
Pekerjaan kecelakaan (Sucofindo, 2005).
8. Organisasi Kerja
Organisasi kerja politeknik benar-benar
berbeda dari industri. Dalam organisasi kerja,
industri mencakup pembagian tugas kerja,
pengawasan, sistem pelatihan karyawan baru,
pembagian jam kerja, manajemen sumber daya
manusia (pekerja) dan struktur kepemimpinan
industri. Organisasi kerja Politeknik bertanggung
jawab atas pemimpin bengkel.Jurusan bengkel
adalah tenaga listrik dan tenaga listrik, dan
dilakukan oleh guru dan teknisi peserta
pelatihan. Untuk setiap kegiatan praktis, teknisi
menyiapkan peralatan untuk latihan. Sistem
organisasi kampus berbeda dari dunia industri.
Kegagalan untuk memberi siswa diskusi tentang
pelatihan atau peralatan yang digunakan dalam
praktik
Risk
Resiko

A. Pengertian Resiko

Gambar
Illustrasi
Risk
Resiko Adalah Kombinasi dan konsekuensi
suatu kejadian yang berbahaya dan peluang
terjadinya kejadian tersebut (ILO: 2013).
Resiko Dapat Menimbulkan Penyakit akibat kerja
(PAK) and dan celcelakaan akibat kerja (KAK),
serta material safety data sheet (MSDS) (Ima
Ismara & Eko Prianto, 2016: 124) .
Tidak dapat diramal, Tidak dapat dihindari tapi
dapat dilihat, Tidak dapat diramal ·Dicula
(Hubungan antara bahaya dan resiko dapat dilihat
pada rumus berikut): (Ima Ismara dan Eko Prianto,
2016: 124) (Ima Ismara dkk, 2018: 9).
Unsafe human behavior adalah perilaku pekerja
itu sendiri yang tidak sesuai dengan wewenang,
memindahkan alat keselamatan, menggunakan alat
tidak sesuai prosedur, posisi badan salah, dan
mabuk (Ima Ismara dkk, 2018: 9).
Upaya pencegahan resiko bahaya yang
terjadi dapat dilaksanakan dengan manajemen
resiko. Manajemen resiko adalah metode sistematis
dari suuatu rangkaian kegiatan: penetapan konteks,
identifikasi, analisa, evaluasi, pengendalian serta
komunikasi resiko. (Ismara & Eko Prianto, 2016:
140).
APD diperlukan untuk menghindari
kemungkinan bahaya yang akan terjadi maka
APD harus efektif dan efisien saat digunakan,
baik materialnya (spesifikasi harus sesuai untuk
menanggulangi bahaya), kesesuaian dengan
pemakai dan nyaman/tidak mengganggu
pekerjaan dari pemakai.
Gambar
Illustrasi APD
Alasan Penggunaan APD sebagai tindakan
upaya pencegahan bahaya:
1. Penggunaan APD adalah bagian dari
konsekuensi penerapan beberapa prinsip-
prinsip pengendalian bahaya di tempat kerja.
Lima prinsip pengendalian bahaya di tempat
kerja: penggantian, pemisahan, ventilasi,
pengendalian administratif, perangkat
perlindungan individuals.
2. Tidak adanya lagi alternatif pengganti peranan
manusia dalam sebuah pekerjaan.
3. Pada keadaan yang sama, pengendalian bahaya
lainnya dianggap tidak dapat mengurangi jenis
bahaya yang ada. Benda Tajam (Benda Tajam),
Bahan kerja yang menimbulkan suhu Panas
(Bahan kerja yang menimbulkan suhu panas),
Dan Saibangain (sepatu safety) , Pelindung dari
sengatan listrik, Pelindung telinga, Helpel
pelindung, Kacamata dan lainnya.
Observation
Pengamatan

A. Pengertian Pengamatan

Gambar
Illustrasi
Pengamatan
Pengamatan Analisis kegiatan ini
menggunakan analisa 5W + 1H (what, when,
where, who, why, how) (Ima Ismara & Eko Prianto,
2016: 131).

40 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Menurut Poewandari (Ima Ismara & Eko
Prianto, 2016: 135) pengamatan menjadi penting
karena: (1). Peneliti akan mendapatkan
pemahaman lebih baik tentang konteks yang
diamati. (2). Memungkinkan peneliti untuk bersikap
terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada
pembuktian, dan mendekati masalah secara
induktif. (3). Memungkinkan peneliti mengamati hal-
hal yang oleh partisipan sendiri kurang disadari. (4).
Memungkinkan memperoleh data yang tidak
diungkapkan oleh subyek yang diteliti. (5).
Memungkinkan bergerak lebih jauh dari presepsi
selektif yang ditampilkan subyek. (6). Memungkin
peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif
pada penelitian yang dilaksanakannya.

41 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Implementation

A. Pengertian
Perwujudan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia diartikan sebagai pelaksanaan atau
penerapan. Artinya yang dilaksanakan dan
diterapkan adalah kurikulum yang telah
dirancang / didesain untuk kemudian dijalankan
sepenuhnya.
Secara sederhana perwujudan bisa
diartikan pelaksanaan atau penerapan. Majone
dan Wildavsky (Daram Nordin Dan Usman,
2002), evaluation. Browne dan Wildavsky (dalam
Nurdin dan Usman, 2004: 70) mengemukakan
bahwa "perwujudan adalah perluasan aktivitas
yang saling menyesuaikan". Pengertian
perwujudan sebagai aktivitas yang saling
menyesuaikan juga dikemukakan oleh
Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004).
Adapun Schubert (Daram Nurddin Dan Usman,
2002: 70) mengemukakan bahwa "perwujudan
adalah sistem rekayasa".
B. KISS
Perwujudan Zerosicks yaitu Koordinasi,
Integrasi, Sinkron, Sinergi, dan Simpel.
Kesehatan dan keselamatan kerja dilaksanakan
dengan melakukan perwujudan pada lingkungan
kerja. KISS ini sebagai sebuah acuan. Setelah
menemukan solusi pada permasalahan yang kita
jumpai di lapangan, tentu kita akan
menerapkan/mengperwujudkan solusi tersebut.
Namun sebelum mengperwujudankan, solusi
tersebut kita kembali lagi ke metode KISSS,
untuk 30 mencocokan/menyesuaikan apakah
solusi tersebut sudah sesuai dengan yang
dibutuhkan. Mulai dari pengkoordinasian pada
solusi tersebut dengan masalah/kendala yang
dihadapi, bagaimana pengintegrasian solusi
tersebut, solusi tersebut sudah sinkron atau
belum dengan kendala yang dihadapi, sinergis
tidaknya solusi tersebut, dan terakhir tentunya
simple atau mudah diterapkan.
Culture, Climate, and Control

A. Culture, Climate, and Control


Culture atau Control adalah kegiatan
pembiasaan K3 di lingkungan kerja dan ke para
pekerja dan kegiatan dilaksanakannya pengendalian
seperti monitoring kerja dan evaluasi kerja.
Pembiasaan keselamatan dan kesehatan kerja tidak
bisa dilaksanakan dalam waktu singkat , dibutuhkan
waktu dan program yang tepat serta menarik untuk
para pekerja , agar kebijakan yang dibuat tidak
membebani dan bisa dijalan. Maka proses
pembiasaan ini juga harus dilaksanakan secara
terus-menerus, terintegrasi, dan berkesinambungan.
Pembudayaan dan iklim juga adalah suatu
kesatuan yang terintegrasi dengan culture, sehingga
memerlukan waktu yang lama. Diperlukan perhatian
dan program khusus untuk membuat iklim di
lingkungan kerja yang sesuai demi terciptanya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Jika iklim
dalam lingkungan kerja sudah mendukung, maka
pembentukan culture program yang berkaitan dengan
K3 akan dapat dilaksanakan dengan baik dan
memperoleh hasil sesusai apa yang di harapkan.
Control diperlukan guna mengevaluasi program
yang sudah di lakukan dengan tujuan agar
keadaan lingkungan dan tenaga kerja menjamin
program kebijakan yang sudah dibuat sesuai atau
belum dengan rencana yang ada. Pengendalian
berfungsi sebagai upaya pencegahan pada
penyimpangan dalam pelaksanaan program di
lingkungan kerja. Berikut tingkatan iklim
pekerjaan.

1. Pekerja tidak peduli dengan yang lain


karena berpikir bahwa risiko kerja dimiliki
oleh tiap individu atau bisa disebut
Pathological.
2. Tingkatan kedua adalah keadaan dimana
pekerja bertindak setelah kecelakaan
terjadi.
3. Calculative, pada tingkatan ini bahaya
atau resiko kecelakaan kerja sudah
dikendalikan.
4. Proaktif, pekerja sudah memiliki soft skills
leadership dan perbaikan serta
peningkatan kewaspadaan pada risiko
yang mungkin akan terjadi.
5. Generative adalah tingkat tertinggi,
karena Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) berada pada setiap kegiatan
dalam lingkungan kerja.

B. Contoh
Culture, Climate, dan Control dalam bengkel
listrik adalah pembentukan kebiasaan yang perlu
dilaksanakan dan diajarkan oleh dosen seperti
kebiasaan untuk menggunakan alat dengan aman,
menggunakan baju kerja, memakai sepatu, dan lain
sebagainya. Kemudian contoh dari climate atau
iklim di bengkel listrik adalah terciptanya iklim yang
kondusif antara mahasiswa dengan dosen atau
teknisi maupun mahasiswa yang satu dengan yang
lain. Sikap saling membantu dalam hal positif
perlahan sudah terbentuk. Control atau
pengendalian akan alat kerja di bengkel listrik yang
biasa dilaksanakan adalah menjaga peralatan atau
modul. Hal ini tertangani dengan baik dengan
adanya teknisi pada setiap ruangan yang siap
membantu. Mahasiswa juga sudah diberikan
edukasi untuk cara penggunaan serta perawatan
dan penyimpanan alat apa yang dipakai.
Dalam pembiasaan atau pembentukan culture,
climate, dan control dalam Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) perlu dilaksanakan dengan
terstruktur. Berikut cara membuat kebiasaan K3 di
tempat kerja.
1. Desain area kerja yang aman
2. Selalu Menjaga kebersihan area kerja
3. Libatkan karyawan.
4. Memberikan Instruksi kerja yang jelas
5. Fokus pada hal-hal yang feasible atau masuk
akal dilaksanakan.
6. Membuka diri untuk menerima saran, kritikan
dari bawahan
7. Melakukan Pengamatan
8. Menjaga semua mesin dan peralatan dalam
keadaan baik
9. Hazard, bahaya
10. Melakukan Review
Knowledge

A. Pengertian Knowledge

Gambar
Illustrasi
Knowledge
Ima Ismara dan Eko Prianto (2017: xxvii)
Intellectual knowledge Adalah Melakukan (adalah
melakukan) develops knowledge and research (Dan
diklat sebagai tindakan lebih berikutnya).
Terdapatnya Knowledge Maka sebaiknya
dilaksanakan development pada sistem K3 yang
ada yang ditujukan untuk menyesuaikan keadaan
yang terus berubah dan memperkecil risiko- 32
risiko yang ada
Keberagaman Knowledge Pekerja begitu
berpengaruh pada pembuatan kebijakan yang akan
dilaksanakan karena dalam pembuatannya memiliki
banyak referensi yang dapat digunakan sebagai
sumber. Dengan Macam sumber Referensi yang
dimiliki membuat pembuatan kebijakan menjadi begitu
berkualitas dibanding sumber referensi yang sedikit.
Dari beberapa hal, knowledge ini penting bagi pekerja
agar bisa menyesuaikan keadaannya dengan
pekerjaan yang dijalani, adapun contoh knowledge
seperti informasi, promosi, edukasi, dan sebagainya,
yang mana bisa menambah knowledge pekerja atas
prosedur yang berlaku.
Standard

Gambar Illustrasi

Standarisasi

Standarisasi adalah aturan yang sudah ditetapkan


untuk mengatur K3. Standarisasi terdiri dari Undang-
Undang K3, keputusan menteri, ISO, OHSAS dan
lainnya. Aturan perundangan yang mengatur tentang K3
seperti berikut:

A. Undang undang k3

50 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Undang Undang antara lain: UU No.1 tahun
1970 tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja,
Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.

Infografis
K3 Dalam Undah-undang

B. Keputusan mentri
Keputusan Menteri antara lain: Keputusan
Menteri Tenaga Kerja RI Nomor: Kep-51 / Men /
1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di
tempat kerja Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
876 / Menkes / SK / IX / VIII / 2001 tentang
Pedoanhatan Menter Nomor 315 / Menkes / SK / III /
2003 tentang komite kesehatan dan keselamatan

51 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
kerja sektor kesehatan Peraturan Menteri antara
Land: Peraturan Menteri Tenaga Kerja Number:
PER.05 / MEN / 1996 tentang Sistem Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja

52 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
C. Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999
tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, (5)
Surat Edaran antara Origin: Surat Edaran Dirjen
Binawas No.SE.05 / BW / 1997 35 tentang
Penggunaan Alat Pelindung Diri.
D. ISO9001 & 14001

Gambar
Illustrasi
ISO9001
1. ISO 9001 terkait Standar Kualitas / Mutu
ISO 9001 adalah standar internasional
yang digunakan dunia untuk sertifikasi
Sistem Manajemen Mutu (SMM) dan bersifat
global. SMM menyediakan kerangka kerja
bagi perusahaan dan seperangkat prinsip-
prinsip dasar dengan pendekatan
manajemen secara nyata. Sistem ini besifat
umum dan dapat diterapkan untuk macam
jenis industri. Sistem ini juga bersifat fleksibel
untuk mengarahkan macam industri dalam
mencapai efisiensi dan efektifitas dalam
pengelolaannya untuk mencapai kepuasan
pelanggan.
Suatu lembaga yang telah mendapatkan
akreditasi ISO tersebut dapat dikatakan
memenuhi persyaratan internasional dalam
hal manajemen penjaminan mutu produk.
2. ISO 14001 terkait Standar Lingkungan
Gambar Illustrasi
ISO 14001
ISO 14001 dipelajari oleh macam
bidang pendidikan namun tidak seumum ISO
9001. Manajemen ini banyak ditemui pada
bidang teknik lingkungan. Selain itu sistem
manajemen ini juga mempunyai kaitan
dengan bidang ergonomi terutama pada
kuliah manajemen limbah industri. Seperti
telah disebutkan sebelumnya bahwa bidang
lingkungan hidup atau ekologi dan ergonomi
mempunyai hubungan yang cukup kuat
3. OHSAS 18001.
4. NIOSH.
DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/131873963/pengabdian/
ppm-upaya-upaya pencegahan-kebakaran-dan-
gangguan- kelistrikan

Lisa Moran dan Tina Masciangioli, 2010, Keselamatan


dan keamanan

Laboratorium Kimia, The National Academic Press,


Washington, DC

Dewanti, Nikie dkk. 2018. Faktor Risiko Bahaya Tempat


Kerja dan Lingkungan Rumah pada Kesehatan
Home-based Worker di Kota Semarang. Undip:
Semarang.

Keman S, Kesehatan Perumahan dan Lingkungan


Pemukiman, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Juli
2005; 2 (1): 29-42

Mukono HJ. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan.


Surabaya: Airlangga University Press, 2000. 155-
157.

57 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
58 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H

Anda mungkin juga menyukai