Penyusun
1|ZerosicksUntukK3LH
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.....................................................1
Daftar Isi.......................................................................2
ZEROSICKS MAPPING................................................4
INFO GRAPHICS..........................................................5
Hazard..........................................................................6
A. Pengertian Hazard............................................6
B. Berdasarkan faktor penyebabnya..................15
Environment...............................................................18
A. Pengertian Environment.................................18
B. Ergonomic Checkpoint...................................20
Risk.............................................................................35
A. Pengertian Resiko...........................................35
Observation................................................................40
A. Pengertian Pengamatan.................................40
Implementation..........................................................42
A. Pengertian.......................................................42
B. KISS43
Culture, Climate, and Control...................................44
A. Culture, Climate, and Control.........................44
B. Contoh.............................................................46
Knowledge.................................................................48
A. Pengertian Knowledge...................................48
Standard.....................................................................50
A. Undang undang k3..........................................50
B. Keputusan mentri...........................................51
C. Kebijakan Pemerintah.....................................52
D. ISO9001 & 14001.............................................52
DAFTAR PUSTAKA....................................................56
ZEROSICKS MAPPING
INFO GRAPHICS
Hazard
(potensi bahaya)
A. Pengertian Hazard
Gambar Illustrasi
Hazard Sign
Hazard merupakan istilah yang memiliki arti
bahaya, dalam konteks K3 makan kita dapat
mengartikan hazard sebagai segala sesuatu yang
dapat menjadi sumber bahaya baik dari situasi
maupun aktivitas yang dapat menimbulkan potensi
kecelakaan kerja (luka, cidera, patah tulang dll)
maupun penyakit akibat kerja (PAK). (definisi
berdasarkan OHSAS 18001:2007).
10 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
b. Point Ergonomis (Ergonomic)
Poin utama ergonomi adalah potensi bahaya
yang disebabkan oleh ketidakselarasan desain
tempat kerja dan kondisi pekerja, seperti: posisi
kerja yang salah (duduk, berdiri), ukuran pahat,
desain posisi (lokasi peralatan, desain ruang),
Sistem kerja dan metode kerja.
Gambar Illustrasi
Contoh Penggunaan Tangga yang Salah
2. Occupational Safety Hazard (OSH)
11 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
OSH merupakan potensi bahaya yang terdapat di
tempat kerja yang mengakibatkan terjadinya incident,
injury, cacat, gangguan proses, keruskan alat bagi
pekerja maupun proses kerja. Kelompok OSH terdiri
dari:
a. Bahaya Mekanik (Mechanical Hazard)
Gambar Illustrasi
Mechanical Hazard
merupakan potensi bahaya yang berasal dari
benda yang bergerak maupun proses yang
melibatkan pergerakan yang dapat
menyebabkan h seperti benturan, terpotong,
tertusuk, tersayat, tergores, jatuh, terjepit.
b. Bahaya Kimia (Chemical Hazard)
Gambar Illustrasi
Chemical Hazard
Chemical hazard merupakan potensi bahaya
yang berasal dari bahan kimia dalam bentuk
gas, cair dan padat yang mempunyai sifat
mudah terbakar, mudah meledak dan korosif.
c. Bahaya Elektrik (Electrical Hazard)
Gambar Illustrasi
Electrical Hazard
merupakan potensi bahaya yang berasal dari
arus listrik, seperti arus kuat, arus lemah, listrik
statis, elektron bebas.
d. Bahaya Psikologis (Psychological Hazard) 184 /
Bahaya psikologis adalah bahaya potensial yang
terkait dengan psikologi sosial dan poin-poin
organisasi di tempat kerja, yang dapat
memengaruhi kesehatan fisik dan mental pekerja.
Gambar Illustrasi
Stress Akibat Bahaya Psikologi
misalnya pola kerja yang tidak teratur, waktu
kerja yang diluar waktu normal, beban kerja yang
melebihi kapasitas mental, tugas yang tidak
bervariasi, suasana tempat kerja yang terpisah
atau terlalu ramai.
B. Berdasarkan faktor penyebabnya, hazard
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu: faktor manusia,
faktor luar dan sistem manajemen.
1. Faktor Manusia, merupakan potensi bahaya yang
disebabkan oleh manasia pekerja, seperti: human
factor (perilaku, keadaan fisik, mental), human error.
Gambar Illustrasi
Human Error
2. Faktor Luar, adalah potensi bahaya yang disebabkan
oleh keadaan tempat sekitar, seperti: sarana
transportasi, cuaca, bencana alam (badai, banjir,
tanah longsor, petir).
Gambar Illustrasi
Longsor Adalah Faktor Bahaya Luar
3. Sistem Manajemen, adalah potensi bahaya yang
disebabkan oleh penerapan sistem manajemen di
tempat kerja, seperti:
a. Faktor penguat, misalnya: pemberian hadiah,
pemberian pujian, acungan jempol.
b. Faktor kemungkinan, misalnya: sarana yang
memadai (adanya peralatan K3 yang cukup,
adanya bagian yang mengurusi K3), prasarana
yang memadai (adanya biaya untuk development
K3, adanya kemampuan untuk mengembangkan
K3).
c. Faktor mempengaruhi, misalnya sifat dari setiap
individu untuk menpercayai/sugesti kepada
rekannya yang berbeda-beda.
Environment
(Tempat)
A. Pengertian Environment
Gambar Illustrasi
Tempat Kerja
Lingkungan juga bisa disebut tempat, termasuk keadaan alami,
air, tanah atau udara. Lingkungan fisik di sekitar kita disebut
tempat kerja fisik. Tempat kerja fisik secara langsung atau tidak
langsung mempengaruhi siswa. Tempat pengaruh langsung
termasuk meja, kursi, papan tulis atau area kerja. Dan tempat
yang tidak bisa terpengaruh
Secara langsung mencakup pencahayaan, suhu udara,
kelembaban udara, kebisingan, dan sirkulasi udara. Kondisi
tempat ini memiliki pengaruh besar terhadap hasil karya siswa.
Kondisi penempatan yang baik akan mendukung hasil kerja
terbaik dan sebaliknya. Kondisi penempatan yang buruk akan
menyebabkan hasil yang buruk dan pekerjaan lambat.
Saat melakukan pengamatan, seseorang harus memperhatikan
kondisi tempat yang dapat menyebabkan bahaya (hazard). Dapat
berupa pendingin ruangan, kondisi ruangan, kondisi lantai, dan
ketersediaan alat pelindung diri. Status posisi dapat diidentifikasi
melalui pos pemeriksaan ergonomis.
B. Ergonomic Checkpoint
Gambar Illustrasi
Terdapat Aplikasi Ponsel Untuk Melihat Ergonomic
Checkpoint
Menurut Pulat (1992), ergonomi merupakan kajian
terhadap interaksi antara manusia dan objek yang digunakan dan
lingkungan mereka berfungsi. Woodside dan Kocurek (1997)
mendefinisikan ergonomic sebagai kajian yang integral antara
pekerja, pekerjaan, alat, tempat dan lingkungan kerja, yaitu
lingkungan dimana pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan
aman dan nyaman. K.Ima dan Eko Prianto (2017:124)
20 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
mengungkapkan ergonomic sebagai cara mengenali kondisi
lingkungan sekitar (alam, udara, air, tanah) yang menimbulkan
nilai ambang batas.
A. Nilai Ambang Batas (NAB)
keputusan mentri tenaga kerja RI Nomor : Kep-
51/Men/1999 Tentang Nilai Ambang Batas (NAB)
mengatakan bahwa NAB merupakan standar faktor tempat
kerja yang dapat diterima tempat kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-
hari untuk waktu yang tidak melebihi 8 jam sehari atau 40
jam seminggu. Ketetapan NAB menurut keputusan mentri
tenaga kerja RI Nomor: Kep-51/Men/1999 meliputi:
NAB Nilai
2
Getaran Alat 4 m/s
Radiasi Sinar Ultra Ungu 0,1 µW/cm2
faktor fisika Dilakukan sesuai dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Waktu Pemejanan per Intesitas kebisingan dalam
hari dB A
8 85
4 88
2 Jam 91
1 94
30 97
21 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
15 100
7,5 103
3,75 Menit 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,76 Detik 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Catatan: Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dB A,
walaupun sesaat.
Tabel : Nilai Ambang Batas
Sumber: keputusan mentri tenaga kerja RI Nomor: Kep-
51/Men/1999
B. Pendekatan Ergonomi
Pengenalan lingkungan atau Environment dapat
menjadi dasar sumber bahaya, Sumber bahaya yang di
22 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
ketahui dapat disusun untuk menjadi program pelindungan
lingkungan (Anisa Niti Rahayu, 2016: 50). Sanders dan Mc.
Cormick (1987) berpendapat bahwa ada 3 unsur pendekatan
ergonomi atau Environment, yaitu Fokus, Tujuan dan
Pendekatan.
1. Fokus ergonomi merupakan interaksi manusia dengan
produk, peralatan, fasilitas, prosedur, lingkungan kerja
maupun tempat tinggalnya dimana semua komponen
tersebut atas kapasitas dan keterbatasan
kemampuannya menjadi pertimbangan utama.
2. Ergonomi memiliki 2 tujuan utama yaitu untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam bekerja
yang meliputi dari bagaimana dalam penggunaan alat
dengan nyaman sehingga dapat mengurangi kesalahan
dan meningkatkan produksi. Kemudian tujuan ergonomi
selanjutnya yaitu untuk mengembangkan keselamatan
dengan mengurangi kelelahan dan stress yang di alami
pekerja sehingga dapat meningkatkan rasa kepuasan
kerja yang dapat meningkatkan kualitas hidup pekerja.
3. Pendekatan ergonomi dapat dilakukan secara sistematis
dalam mengaplikasikan informasi secara relevan
tentang kapasitas, keterbatasan, karakteristik, tingkah
laku manusia serta motivasi dalam mendesain prosedur
dan lingkungan yang digunakan.
24 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
memperbaiki ergonomi alat yang digunakan tersebut sampai
pekerja tidak merasakan keluhan sakit ketika menggunakan
alat dan dapat dinyatakan pekerja sudah nyaman. OSH
(2002) berpendapat bahwa bagian tubuh pekerja yang
kemungkinan merasakan ketidaknyamanan saat bekerja
antara lain:
1. Leher 7. Jari
2. Pundak atau bahu 8. Paha
3. Lengan atas 9. Lutut
4. Siku 10. Tungkai Kaki
5. Lengan 11. Punggung
6. Tangan/pergelangan tangan 12. Punggung bawah
C. Hubungan Manusia-Mesin
Revolusi industri 4.0 yang di rasakan sekarang
menghadirkan berbagai macam bentuk mesin Industri yang
canggih dimana beberapa mesin bisa menggantikan
pekerjaan yang biasa dilakukan oleh manusia. Walaupun
demikian, untuk pengoperasian dan monitoring mesin
tersebut tentu masih menggunakan tenaga manusia
sehingga terbentuklah istilah hubungan antara mesin-
manusia. Sander dan MC.Cormick (1987), Pulat (1992), dan
Wignjosoebroto (2000) mengelompokkan hubungan manusia-
mesin menjadi 3 kelompok, yaitu :
25 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
1. Sistem Manual, pada sistem ini input akan langsung
menjadi output sedangkan tenaga manusia
berfungsi sebagai pengendali operasi.
2. Sistem Mekanik, sistem ini juga disebut semi
otomatis dimana hampir semua fungi dilakukan oleh
mesin, mesin beroperasi dengan tenaga manusia.
3. Sistem otomatis, pada sistem ini mesin mampu
melakukan semua fungsi dengan sesor-sensor,
manusia berfungsi sebagai monitoring, memasukan
data dan membuat atau merobah program.
D. Anthropometri
Hubungan antara manusia dengan mesin yang
melakukan interaksi tentunya harus dipertimbangkan alat
mesin tersebut dengan kontur tubuh pekerja agar pekerja
yang menggunakan alat tersebut merasa nyaman sehingga
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja. Penyesuaian
ukuran manusia dengan alat kerja disebut dengan istilah
Anthropometri. Menurut hughes (2002) Anthropometri
merupakan ilmu mengukur dan mengkoleksi data karakteristik
fisik dan aplikasinya untuk desain dan evaluasi sistem,
peralatan, produk manufaktur, fasilitas dan lingkungan
manusia. Wignjosoebroto (2000) menyatakan faktor yang
dapat mempengaruhi tubuh manusia yaitu:
26 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
1. Usia, tubuh manusia akan relatif berkembang dalam
rentang umur 0-20 tahun dan akan relatif tetap pada
umur 20-40 tahun kemudian akan menyusut pada umur
40 tahun ke atas.
2. Jenis kelamin, dimensi tubuh manusia juga dipengaruhi
oleh jenis kelamin dimana jenis kelamin laki-laki pada
umumnya cenderung lebih besar dibandingkan
perempuan.
3. Suku bangsa, kebiasaan adat istiadat masing-masing
suku akan mempengaruhi postur tubuhnya.
27 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
untuk tinggi pintu harus di desain dengan ukuran
melebihi ukuran maksimal individu agar tidak
terbentur, untuk itu pendesain harus menggunakan
data pekerja yang paling tinggi. Begitu juga untuk
peletakan tombol alat, untuk mendesain tata letak
tombol maka data yang harus di perhatikan yaitu
data minimal, makan pendesain harus menyesuaikan
tata letak tinggi tombol tersebut dengan
menggunakan data orang dengan tinggi badan
terendah.
2. Desain untuk rata-rata manusia
28 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
karena dapat mengkoordinir dalam rentang populasi
yang cukup besar. Oleh sebab itu untuk
memproduksi desain seperti ini dibutuhkan biaya
yang mahal.
4. Desain Individual
29 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Berdasarkan dari prinsip dasar dan
pengelompokan anthrometris di atas, dapat kita
aplikasikan dalam berbagai macam hal, seperti
pengukuran saat memproduksi meja kerja, gagang
tangan untuk alat kerja tangan hingga bahkan peletakan
komponen alat kerja. Semua harus di atur dan
disesuaikan dengan analisis ergonomic agar dapat
menciptakan rasa nyaman pada pekerja sehingga dapat
meminimalisir terjadinya kecelakaan kerja.
30 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Risk
Resiko
A. Pengertian Resiko
Risk atau resiko kerja merupakan dampak bahaya
yang mungkin saja dapat dialami oleh pekerja ketika
melakukan suatu pekerjaan, bahaya tersebut dapat
berupa kecelakaan yang menimbulkan cidera atau
bahkan penyakit yang dapat di akibatkan oleh
pekerjaan tersebut yang memberikan dampak
kerugian baik secara kesehatan maupun material,
untuk itu suatu industri harus memiliki data material
safety sheet (MSDS) untuk meminimalisir resiko dalam
bidang material.
31 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Gambar
Illustrasi
Risk
Gambar Illustrasi
Potensi Bahaya
A. Resiko Dari Potensi Bahaya
Di kutip dari buku K3 FT UNY oleh Ima (2014)
Potensi bahaya secara umum dapat dikelompokkan sebagai
32 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
berikut:
Potensi Bahaya Sumber bahaya
Hazardous Substances Bahan-bahan bahaya
Pressure Hazards Tekanan Udara
Thermal Hazards Udara Panas
Electrical Hazards Kelistrikan
Mechanical Hazards Alat mekanik
Gravitational and Gravitas dan kecepatan
Acceleration Hazards
Radiation Hazards Radiasi
Microbiological Hazards Microbiologi
Vibration and Noise Kebisingan dan getaran
Hazards
alat
Hazards relating to human Faktor Erginomi
Factors
Enviromental Hazards Lingkungan Kerja
Tabel : Potensi Bahaya
1. Bahaya Mekanis
33 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
dapat berasal dari peralatan listrik yang digunakan oleh
pekerja maupun jaringan listrik. Resiko yang dapat
terjadi dari bahaya listrik yaitu kebakaran, sengatan
listrik dan hubung singkat.
3. Bahaya Kimia
5. Bahaya biologis
C. Pengendalian Resiko
36 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
2. Pendekatan Short Term Gain. Pendekkan ini
berorientasi dalam jangka waktu pendek dan bersifat
temporary atau sementara.
38 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
harus mengatur waktu kerja dan waktu istirahat pekerja,
rotasi kerja untuk mengurangi tingkat kebosanan,
penerapan prosedur kerja, pengaturan ulang jadwal
kerja serta melakukan pelatihan keahlian dan pelatihan
K3.
6. Alat pelindung diri
Ilustrasi Gambar
APD
Langkah-langkah dalam melakukan pengendalian
resiko harus dilakukan dengan baik dan benar agar dapat
menghilangkan, mengendalikan mengamankan sumber-
sumber bahaya maupun gejalanya yang dapat
menimbulkan bahaya. Menurut ima (2014), langkah yang
39 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
baik dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Melalui peraturan undang-undang, salah satu uu
yang mengatur keselamatan dan kesehatan kerja di
Indonesia yaitu UU No.1 tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja.
2. Melakukan standarisasi.
3. Melakukan inspeksi atau pemeriksaan.
4. Riset teknis.
5. Riset medis
6. Riset Psikologis.
7. Riset statistik
8. Pendidikan.
9. Pelatihan.
10. Persuasi.
11. Asuransi.
12. Implementasi.
13. Teknis.
14. Administrasi.
15. Supervisi.
16. Kontrol pekerjaan.
17. Budaya dan motivasi karyawan.
18. Melakukan pencegahan kecelakaan.
19. Menanggulangi kecelakaan.
41 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Observation
Pengamatan
Gambar
Illustrasi
Pengamatan
Observasi dilakukan dengan mengamati tingkat resiko
bahaya yang dapat berdampak terhadap lingkungan, peralatan
kerja atau mesin-mesin yang bekerja dengan menggunakan
analisa 5W+1H. (Ima dan Eko, 2016).
A. Analisis 5W+1H
42 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Bagian yang perlu dilakukan pengamatan meliputi
para pekerja dan lingkungan kerjanya terkait prosedur-
prosedur yang telah diterapkan. Apakah dengan adanya
prosedur tersebut dapat menurunkan tingkat kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja? Bagaimana menerapkan
kedisiplinan pekerja dalam melakukan pekerjaan sesuai
prosedur? Dimanakah tempat yang memiliki potensi
kecelakaan kerja tertinggi? Kapankah seharusnya prosedur
digunakan? Mengapa perlunya diterapkan prosedur
tersebut?
Gambar ilustrasi
Observasi
B. Pengamatan Karyawan
Hal yang perlu diamati dari pekerja atau karyawan
lebih mengenai terhadap kepribadian karyawan dalam
melakukan pekerjaan. Mulai dari bagaimana tingkat
kedisiplinan pekerja, kualitas atau kemampuan pekerja,
kecerdasan atau IQ pekerja, bakat dan minat pekerja,
43 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
mindset pekerja dalam melakukan pekerjaan, serta budaya
pekerja dalam melakukan pekerjaan. Dengan mengamati
semua hal tersebut, maka seorang manajer dapat
mempertimbangkan posisi atau bagian pekerjaan yang
harus di kerjaan oleh pekerja atau mengatur job kerja yang
lebih cocok dikerjakan oleh pekerja tersebut, kemudian
mengatur waktu kerja agar pekerja tidak merasa jenuh
dengan job yang dia kerjakan secara terus menerus. Jika
semua itu dilakukan, makan pekerja akan melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan bidang keahliannya serta
minat dan bakatnya sehingga di harapkan pekerja dapat
melakukan pekerjaan dengan senang hati dan akan
mengurangi tingkat resiko bahaya di sebabkan pekerja
memang senang melakukan pekerjaanya dan dia-pun akan
berhati-hati dalam bekerja. Jika tingkat resiko bahaya kecil
maka kemungkinan kecelakaan kerja yang ditimbulkan oleh
kesalahan pekerja juga akan menjadi kecil.
C. Pengamatan Prosedur
Gambar Ilustrasi
Prosedur
45 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Solution
Solution (solusi) merupakan metode dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mencari
solusi pencegahan dari setiap bahaya risiko yang
akan dialami dalam setiap pekerjaan. Solusi diambil
untuk mendapatkan jalan keluar yang efektif dan
efisien sehingga dapat mengurangi risiko kecelakaan
dengan tepat.
Menurut Ima dan Eko (2016),
mengungkapkan bahwa solusi merupakan langkah
untuk menemukan alternatif solusi dengan prinsip
SMART (specifics, measruable, action, realistic,
time). Maksudnya, solusi tersebut harus spesifik pada
bidang tertentu, terukur sasaran dan targetnya, dapat
dilakukan dengan tindakan nyata, tindakan tersebut
dapat direalisasikan, dan memiliki efektivitas waktu
serta dapat dilakukan secara berkala.
Implementation
A. Pengertian
Implementation (implementasi), merupakan
metode dimana menerapkan pada lapangan
bagaimana menangani kasus-kasus K3 di dalam
pekerjaan lapangan. Di Indonesia, K3 juga
diperingati sebagai Bulan K3 Nasional setiap
tahunnya pada tanggal 12 Januari – 12 Februari.
Hal ini digunakan untuk selalu
mengimplementasikan K3 disetiap pekerjaan
sekecil apapun pekerjaan tersebut.
B. KISS
Perwujudan Zerosicks yaitu Koordinasi, Integrasi,
Sinkron, Sinergi, dan Simpel. Kesehatan dan
keselamatan kerja dilaksanakan dengan
melakukan perwujudan pada lingkungan kerja.
KISS ini sebagai sebuah acuan. Setelah
menemukan solusi pada permasalahan yang kita
jumpai di lapangan, tentu kita akan
menerapkan/mengperwujudkan solusi tersebut.
Namun sebelum mengperwujudankan, solusi
tersebut kita kembali lagi ke metode KISSS, untuk
30 mencocokan/menyesuaikan apakah solusi
tersebut sudah sesuai dengan yang dibutuhkan.
Mulai dari pengkoordinasian pada solusi tersebut
dengan masalah/kendala yang dihadapi,
bagaimana pengintegrasian solusi tersebut, solusi
tersebut sudah sinkron atau belum dengan
kendala yang dihadapi, sinergis tidaknya solusi
tersebut, dan terakhir tentunya simple atau mudah
diterapkan.
Culture, Climate, and Control
Gambar
Illustrasi
Knowledge
Knowledge (pengetahuan) merupakan sebuah ilmu
yang digunakan untuk menambah wawasan yang akan
digunakan untuk keperluan riset agar dapat membuat
tindakan yang lebih lanjut. Pengetahuan perlu
dikembangkan seiring berjalannya waktu karena teknologi
terus berkembang dan kebutuhan atas K3 terus
berkembang.
Selain itu, pengetahuan atau informasi akan K3 juga
harus selalu disosialisasikan. Hal ini dilakukan dalam
rangka selalu mengingatkan setiap pekerja terhadap
pentingnya K3. Berbagai macam cara untuk memberikan
informasi mengenai K3, diantaranya yaitu:
A. Informasi
Informasi biasanya berupa pengumuman yang
berupa teks maupun gambar yang tertempel di papan
pengumuman. Contohnya yaitu:
Gambar Ilustrasi
Informasi warna keselamatan
B. Promosi
Promosi merupakan informasi yang dapat
diartikan berupa penawaran tentang pentingnya
penggunaan alat K3, sehingga penggunaan APD
ketika praktik lebih baik. Contohnya yaitu:
Gambar Ilustrasi
Promosi Produk K3
C. Edukasi
Edukasi tentang K3, berfungsi untuk memberikan
pengetahuan dan pemahaman tentang K3 di dalam
industri, sehingga pelaksanaan K3 akan lebih baik.
Contohnya:
Gambar Ilustrasi
Seminar K3 Dump Truck
D. Orientasi
Orientasi merupakan proses untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Dalam penerapannya di
K3, adaptasi ini berupa adaptasi di lingkungan yang
memiliki peraturan K3 yang ketat. Contohnya:
Gambar ilustrasi
Penyesuiaan Diri dengan K3 di Lapangan
E. Briefing Talk
Briefing talk merupakan briefing atau rapat
singkat yang dilakukan sebelum melakukan pekerjaan
di suatu sift. Dengan adanya briefing talk ini membuat
pekerja setiap hari selalu memperhatikan K3.
Contohnya yaitu:
Gambar Ilustrasi
Briefing K3 Sebelum Bertugas
Standard
Gambar Illustrasi
Standarisasi
61 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
1. UU no 1 Tahun 1970, tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Memuat kewajiban yang harus
dilakukan oleh pengelola bengkel dan syarat-syarat
pelaksanaan praktik yang merujuk kepada K3.
2. UU no 23 Tahun 1992, tentang Kesehatan.
3. UU no 13 Tahun 2003, tentang Ketenagakerjaan.
Memuat tentang hal-hal yang harus dipersiapkan
oleh kepala bengkel maupun industri untuk
menunjang keselamatan kerja dari praktikan.
B. Keputusan Menteri
1. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor Kep-
51/Men/1999, tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di tempat Kerja. Keputusan ini mengatur
tentang faktor fisika seperti suhu, intensitas cahaya,
dan lain-lain dalam bengkel.
2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor Kep-
187/Men/1999, tentang Pengendalian Bahan Kimia
Berbahaya di tempat kerja. Peraturan ini memuat
tentang bagaimana mengendalikan bahan kimia
berbahaya yang digunakan sehingga tidak merusak
lingkungan.
3. Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993,
tentang Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan
62 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
Kerja. Peraturan ini mengatur tentang bagaimana
penyakit yang timbul dan penanganan dalam
hubungan kerja.
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
876/Menkes/SK/IX/VIII/2001, tentang Pedoman
Teknis Analisis Dampak Lingkungan. Peraturan ini
mengatur tentang bagaimana dampak lingkungan
bagi bahan-bahan dan aktivitas di industri.
5. Keputusan Menteri kesehatan Nomor
1217/Menkes/SK/IX/2001, tentang Pedoman
Penanganan Dampak Radiasi. Peraturan ini
mengatur tentang bagaimana penanganan dampak
radiasi dari industri yang menghasilkan radiasi. Baik
nuklir maupun elektromagnetis.
6. Keputusan Menteri kesehatan Nomor
315/Menkes/SK/III/2003, tentang Komite
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sektor
Kesehatan. Peraturan ini mengatur tentang komite
keselamatan dan kesehatan kerja di bagian
kesehatan.
63 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
mengatur tentang bagaimana mengatur kualitas
produk dengan baik namun tetap memperhatikan
unsur Keselamatan dan Kesehatan Kerja disana.
ISO 14001, tentang persyaratan manajemen
lingkungan. Jadi standard ini mengatur tentang bagaimana
mengelola dan mengatur lingkungan dengan baik dan
benar. Hal ini dilakukan agar lingkungan tetap lestari.
64 | Z e r o s i c k s U n t u k K 3 L H
DAFTAR PUSTAKA