MELAKUKAN PEKERJAAN
DENGAN MESIN BUBUT KONVENSIONAL
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR GAMBAR 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Diskripsi 5
B. Petunjuk Penggunaan Modul 5
C. Tujuan Akhir 7
D. Cek Kemampuan 9
BAB II
Pembelajaran 10
1. Kegiatan Belajar 1 10
2. Kegiatan Belajar 2 26
3. Kegiatan Belajar 3 50
DAFTAR PUSTAKA 71
A. Deskripsi
2. Peran Guru
Peran guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan modul ini, adalah :
a. Membantu peserta didik dalam merencanakan proses belajar.
b. Membimbing peserta didik melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam
tahapan belajar.
c. Membantu peserta didik dalam memahami konsep dan praktek baru, serta
menjawab pertanyaan peserta didik mengenai materi pembelajaran.
d. Membantu peserta didik untuk menentukan dan mendapatkan sumber pelajaran
lainnya yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran dalam modul ini.
e. Mengorganisasikan kegiatan belajar kelompok, jika diperlukan.
f. Merencanakan tenaga ahli atau pendamping guru dari tempat kerja, apabila
diperlukan.
g. Menyiapkan proses dan perangkat penilaian.
h. Melaksanakan penilaian.
i. Menjelaskan kepada peserta didik tentang sikap, pengetahuan, dan keterampilan
dari suatu kompetensi, serta kelanjutan pembelajaran setelah kompetensi
dimaksud dikuasai.
j. Mencatat pencapaian kemajuan peserta didik.
C. Tujuan Akhir
Tujuan akhir yang dapat dicapai setelah mempelajari modul ini :
2. Kriteria Keberhasilan
a. Aspek keselamatan kerja diperhatikan
b. Persyaratan kerja ditentukan.
c. Pekerjaan disiapkan.
d. Mesin bubut dioperasikan.
e. Proses memperbesar lubang, membor, mereamer, membuat ulir tunggal, dan
memotong pada mesin bubut dilaksanakan.
f. Kesesuaian komponen dengan spesifikasi diperiksa
1. Kegiatan Belajar 1
b. Uraian Materi
1) Cara Menghitung Sudut Pendakian
Pendakian adalah kemiringan dari sebuah garis yang menggambarkan bidang
miring dari sebuah baji umpamanya, dinyatakan sebagai perbandingan perbedaan
tinggi tegak lurus terhadap garis dasar, untuk suatu jarak tertentu, dan jarak ini, yaitu
pendakian Jika dianggap perlu dapat dipakai lambang di bawah ini, untuk
menunjukkan arah pendakian:
2) Kekasaran Permukaan
Kekasaran permukaan adalah penyimpangan rata-rata aritmetik dari garis rata-rata
permukaan. Dalam dunia indistri, permukaan benda kerja memiliki nilai kekasaran
permukaan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan dari penggunaan alat tersebut.
Pada nilai kekasaran permukaan terdapat beberapa kriteria nilai kualitas (N) yang
berbeda, dimana Nilai kualita kekasaran permukaan tersebut telah diklasifikasikan
oleh ISO. Nilai kualitas kekasaran permukaan terkecil dimulai dari N1 yang memiliki
nilai kekasaran permukaan (Ra) 0,025 μm dan nilai yang paling tinggi adalah N12
dengan nilai kekasarannya 50 μm.
Gambar 1.15
Kekasaran, gelombang dan kesalahan bentuk dari suatu permukaan
Seperti halnya toleransi ukuran (lubang dan poros), harga kekasaran rata-rata
aritmetis Ra juga mempunyai harga toleransi kekasaran. Dengan demikian
masing-masing harga kekasaran mempunyai kelas kekasaran yaitu dari N1
sampai N12. Besarnya toleransi untuk Ra biasanya diambil antara 50% ke atas
dan 25% ke bawah (Munadi, 1988).
Tabel 1.3
Toleransi harga kekasaran rata-rata Ra (Sumber: Munadi,1988)
Gambar 1.17
Penunjukkan Konfigurasi Permukaan
Ada beberapa peralatan yang digunakan pada sebuah mesin bubut. Peralatan-
peralatan tersebut adalah:
1. Plat Cekam (Pencekam)
2. Plat Pembawa
Pelat pembawa adalah peralatan yang ada dalam mesin bubut yang digunakan
pada saat melakukan pembubutan dengan menggunakan dua senter, yakni pada
proses pembubutan konis misalnya. Pelat ini bentuknya menyerupai pelat cekam
tetapi tidak memiliki penjepit. Pelat ini bergerak karena dipasang pembawa dan
dijepit pada benda kerja.
3. Senter
4. Colet
Col et adalah peralatan mesin bubut yang digunakan untuk membantu
menjepit benda kerja yang memiliki permukaan halus, apabila benda kerja
tersebut mau dikerjakan dalam mesin bubut. Dengan kata lain, apabila
salah satu sisi benda kerja telah selesai dikerjakan dan sisii yang satunya
akan dikerjakan, maka untuk mencegah terjadina kerusakan pada
permukaan benda kerja tersebut, dalam menjepitnya harus digunakan kolet.
5. Penyangga
Penangga atau disebut juga dengan kaca matajalan, adalah perlatan mesin bubut
yang digunakan untuk menyangga benda panjang pada saat di bubut. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga benda kerja agar tidak melentur pada saat
dibubut, sehingga kelurusan benda kerja bisa tetap terjada. Ada dua jenis
penyangga yang dapat digunakan, yaitu penyangga tetap (stead rest) dan
penangga jalan (fol ow rest). Kedua jenis penyangga tersebut dapat dilihat
6. Pahat Bubut
Pahat bubut adalah perkakas potong yang digunakan dalam membubut.
Pahat ini terbuat dari bahan logam keras, seperti HSS ataupun Carbida.
Logam-logam tersebut memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari bahan
benda kerjanya, sehingga pahat bisa menyayat dengan baik. Selama
membubut, ujung pahat harus selalu mendapat pendinginan yang kontinyu,
karena jika ujung pahat tersebut panas, pahat akan cepat aus dan tumpul.
Sesuai dengan bentuk dan penggunaannya, pahat-pahat bubut dapat
dinamakan: pahat kasar, pahat penyelesaian, pahat pemotong, pahat alur, pahat
ulir, dan pahat bentuk. Berdasarkan arah pemakanan, pahat dapat
dikelompokkan menjadi pahat kanan dan pahat kiri. Pahat kanan adalah
pahat yang arah pemakanannya dari kanan ke kiri, dan pahat kiri adalah pahat
yang arah pemakannnya dari kiri ke kanan.
Gambar 1.11 Pemegang pahat HSS : (a) pahat alur, (b) pahat dalam,
(c) pahat rata kanan, (d) pahat rata kiri, dan (e) pahat ulir.
Gambar 1.12 Pahat bubut sisipan (inserts), dan pahat sisipan yang
dipasang pada pemegang pahat (tool holders).
Keterangan :
Benda Kerja :
do = diameter mula (mm)
dm = diameter akhir (mm)
lt = panjang pemotongan (mm)
Pahat :
= sudut potong utama/sudut masuk
Mesin Bubut :
a = kedalaman potong (mm)
f = gerak makan (mm/putaran)
n = putaran poros utama (putaran/menit)
1) Kecepatan potong :
d = diameter rata-rata benda kerja ( (do+dm)/2 ) (mm)
n = putaran poros utama (put/menit)
= 3,14
2) Kecepatan makan
3) Waktu pemotongan
4) Kecepatan penghasilan beram
Perencanaan proses bubut tidak hanya menghitung elemen dasar proses bubut, tetapi juga
meliputi penentuan/pemilihan material pahat berdasarkan material benda kerja,
1. Material Pahat
Pahat yang baik harus memiliki sifat-sifat tertentu, sehingga nantinya dapat
menghasilkan produk yang berkualitas baik (ukuran tepat) dan ekonomis (waktu yang
diperlukan pendek). Kekerasan dan kekuatan pahat harus tetap bertahan meskipun
pada temperatur tinggi, sifat ini dinamakan Hot Hardness. Ketangguhan
(toughness)dari pahat diperlukan, sehingga pahat tidak akan pecah atau retak
terutama pada saat melakukan pemotongan dengan beban kejut. Ketahanan aus
sangat dibutuhkan yaitu ketahanan pahat melakukan pemotongan tanpa terjadi keausan
yang cepat. Penentuan material pahat didasarkan pada jenis material benda kerja dan
kondisi pemotongan (pengasaran, adanya beban kejut, penghalusan). Material pahat
yang ada ialah baja karbon sampai dengan keramik dan intan. Sifat hot hardness dari
beberapa material pahat ditunjukkan pada Gambar 1.14
Tabel 1 2.
Contoh penggolongan pahat jenis karbida danpenggunaannya
1. Pendakian adalah kemiringan dari sebuah garis yang menggambarkan bidang miring
dari sebuah baji umpamanya, dinyatakan sebagai perbandingan perbedaan tinggi
tegak lurus terhadap garis dasar, untuk suatu jarak tertentu, dan jarak ini, yaitu
pendakian
2. Kekasaran permukaan adalah penyimpangan rata-rata aritmetik dari garisrata-rata
permukaan
3. Permukaan adalah suatu batas yang memisahkan benda padat dengan sekitarnya.
Istilah lain yang berkaitan dengan permukaan yaitu profil.
4. Profil atau bentuk adalah garis hasil pemotongan secara normal atau serong dari suatu
penampang permukaan
5. Bagian dari profil permukaan dari suatu permukaan, yaitu : Profil Geometris
6. Ideal (Geometrical y Ideal Profile), Profil Referensi (Reference Profile),
7. Profil Terukur (Measured Profile), Profile Dasar (Root Profile),
8. Profile Tengah (Centre Profile), Kedalaman Total (Peak to Val ey),
9. Kedalaman Perataan (Peak to Mean Line), Kekasaran Rata-rata (Mean Roughness
Indec),
10. Kekasaran Rata-rata Kuadratis (Root Mean Square Height).Peralatan yang
digunakan pada sebuah mesin bubut adalah plat cekam, plat pembawa, senter,
col et, penyangga, pahat bubut.
11. Geometri/bentuk pahat bubut terutama tergantung pada material benda kerja dan
material pahat. Untuk pahat bubut bermata potong tunggal, sudut pahat yang
paling pokok adalah sudut beram (rake angle), sudut bebas (clearance angle), dan
sudut sisi potong (cutting edge angle). Sudut-sudut pahat HSS dibentuk dengan
cara diasah menggunakan mesin gerinda pahat (Tool Grinder Machine).
d. Tugas
1. Diketahui suatu bahan mempunyai kecepatan potong 90 m/men, dan diameter bahan
tersebut 30 mm. Berapa kecepatan putaran mesin yang sesuai untuk membubut
bahan tersebut ?
2. Diketahui suatu bahan Vc = 100 m/men ; besar penyayatan (F) = 0,5 mm/put.
Hitung kecepatan pemakanan (F) dalam mm/men, bila diameter bahan 25 mm.
3. Hitung kecepatan putaran spindel jika Vc bahan yang akan dibor 66 m/men akan
di bor dengan diameter mata bor 12 mm
Kedalaman total ini adalah besarnya jarak dari profil referensi sampai dengan
profil dasar.
Modul Menggunakan Mesin Bubut 24
g) Kedalaman Perataan (Peak to Mean Line), Rp
Kedalaman perataan (Rp) merupakan jarak rata-rata dari profil referensi sampai
dengan profil terukur.
h) Kekasaran Rata-rata (Mean Roughness Indec), Ra
Kekasaran rata-rata merupakan harga-harga rata-rata secara aritmetis dari harga
absolut antara harga profil terukur dengan profil tengah.
i) Kekasaran Rata-rata Kuadratis (Root Mean Square Height), Rg
Besarnya harga kekasaran rata-rata kuadratis ini adalah jarak kuadrat rata-rata dari
harga profil terukur sampai dengan profil tengah.
5. Penggunaan senter maksudkan untuk menjaga atau menahan benda kerja agar
kelurusannya terhadap sumbu tetap terjaga.
6. Penangga atau disebut juga dengan kaca matajalan, adalah perlatan mesin bubut
yang digunakan untuk menyangga benda panjang pada saat di bubut. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga benda kerja agar tidak melentur pada saat dibubut, sehingga
kelurusan benda kerja bisa tetap terjaga.
b. Uraian materi
1) Bagian-bagian Mesin Bubut
Mesin Bubut Standar/Biasa
Mesin bubut standar (Gambar 1.1), merupakan salah satu jenis mesin yang
paling banyak digunakan pada bengkel-bengkel pemesinan baik itu di industri
manufaktur, lembaga pendidikan kejuruan dan lembaga dikat atau pelatihan.
Fungsi mesin bubut standar pada prinsipnya sama dengan mesin bubut lainnya,
yaitu untuk: membubut muka/facing, rata lurus/bertingkat, tirus, alur, ulir,
bentuk, mengebor, memperbesar lubang, mengkartel, memotong, dll.
Setiap mesin bubut dengan merk atau prabrikan yang berbeda, pada
umumnya memiliki posisi dan konstruksi tuas/ handel yang berberbeda pula
walaupun pada prinsipnya memiliki fungsi yang sama. Contoh pada jenis
mesin bubut standar “Celtic 14”, dapat memperoleh putaran mesin yang
4) Eretan (carriage)
Eretan (carriage), terdiri dari tiga bagian/elemen diantaranya, Petama:
Eretan memanjang (longitudinal carriage) terlihat pada (Gambar 1.20),
berfungsi untuk melakukan gerakan pemakanan arah memanjang mendekati
atau menajaui spindle mesin, secara manual atau otomatissepanjang
Modul Menggunakan Mesin Bubut 30
meja/alas mesin dan sekaligus sebagai dudukan eretanmelintang. Kedua:
Eretan melintang (cross carriage) terlihat pada (Gambar 1.21), befungsi untuk
melakukan gerakan pemakanan arah melintang mendekati atau menjaui
sumbu senter, secara manual/otomatis dan sekaligus sebagai dudukan eretan
atas. Ketiga: Eretan atas (top carriage) terlihat pada (Gambar 1.22),
berfungsi untuk melakukan pemakanan secara manual kearah sudut yang
dikehendaki sesuai penyetelannya. Bila dilihat dari konstruksinya, eretan
melintang bertumpu pada ertan memanjang dan eretan atas bertumpu pada
eretan melintang. Dengan demikian apabila eretan memanjang digerakkan,
maka eretan melintang dan eretan atas juga ikut bergerak/bergesar.
Gambar 1.23 Nonius pada Roda Pemutar Eretan Memanjang dan Melintang
6) Tuas/Handel
Tuas/ handel pada setiap mesin bubut dengan merk atau pabrikan yang
berbeda, pada umumnya memiliki posisi/letak dan cara penggunaannya.
Maka dari itu, didalam mengatur tuas/handel pada setiap melakukan proses
pembubatan harus berpedoman pada tabel-tabel petunjuk pengaturan yang
terdapat pada mesin bubut tersebut (Gambar 1.25)
Untuk jenis pemegang pahat dapat disetel dengan dudukan rumah pahat
satu buah, karena hanya terdapat dudukan rumah pahat satu buah
apabila ingin mengganti jenis pahat yang lain harus melepasterlebih
dahulu rumah pahat yang sudah terpasang sebelumya. Sedangkan untuk
jenis pemegang pahat dapat disetel dengan dudukan rumah pahat lebih
dari satu (multi), pada rumah pahatnya dapat dipasang dua buah atau
lebih rumah pahat, sehingga apabila dalam proses pembubutan
memerlukan beberapa jenis pahat bubut akan lebih mudah dan praktis
dalam menggunakannya, karena tidak harusmelepas/membongkar pasang
rumah pahat yang sudah terpasang sebelumnya.
Untuk jenis cekam yang lain, rahangnya ada yang berjumlah dua buah
yang di katkan pada rahang satu dengan yang lainnya, tujuannya agar
rahang pada bagian luar dapat dirubah posisinya sehingga dapat
mencekam benda kerja yang memilki diameter relatif besar (Gambar 1.31).
Caranya yaitu dengan melepas baut pengikatnya, baru kemudian dibalik
posisinya dan dikencangkan kembali. Hati-hati dalam memasang
kembali rahang ini, karena apabila pengarahnya tidak bersih, akan
Modul Menggunakan Mesin Bubut 36
mengakibatkan rahang tidak tidak sepusat dan kedudukannya kurang
kokoh/kuat.
Selain jenis cekam yang telah disebutkan diatas, masih ada jenis cekam
lain yiatu cekam yang memiliki rahang dengan bentuk khusus. Cekam
ini digunakan untuk mengikat benda kerja yang perlu pengikatan dengan
cara yang khusus (gambar 1.32).
Cekam pada saat digunakan harus dipasang pada spindel mesin. Cara
pemasangannya tergantung dari bentuk dudukan/pengarah pada spindel
mesin dan cekam. Keduanya harus memilki bentuk yang sama, sehingga
bila dipasangkan akan stabil dan presisi kedudukannya.
Bentukdudukan/pengarah pada spindel pada umumnya ada dua jenis
yaitu, berbentuk ulir dan tirus (Gambar 1.33). Cekam terpasang pada
spindel mesin dapat dilihat pada (Gambar 1.34).
2. Alat Pembawa
Yang termasuk alat pembawa pada mesin bubut adalah, pelat pembawa dan
pembawa (lathe doc).
Pelat Pembawa
Jenis pelat pembawa ada dua yaitu, pelat pembawa permukaan
bertangkai (driving plate) dan pelat pembawa permukaan rata (face plate)
(gambar 1.39). Konstruksi pelat pembawa berbentuk bulat dan pipih,
berfungsi untuk memutar pembawa (lathe-dog) sehingga benda kerja
yang terikat akan ikut berputar bersama spindel mesin (Gambar 1.40).
Pembawa (Late-dog)
Pembawa (late-dog) pada mesin bubut secara garis besar ada dua jenis
yaitu, pembawa berujung lurus (Gambar 1.42) dan pembawa berujung
bengkok (Gambar 1.43). Fungsi alat ini adalah untuk membawa benda
kerja agar ikut berputar bersama spindel mesin.
Senter
Senter (Gambar 1.50) terbuat dari baja yang dikeraskan dan digunakan
untuk mendukung benda kerja yang akan dibubut. Ada dua jenis senter
yaitu senter tetap/mati (senter yang posisi ujung senternya diam tidak
berputar pada saat digunakan) dan senter putar (senter yang posisi ujung
senternya selalu berputar pada saat digunakan. Kedua jenis senter ini
ujung pada bagian tirusnya memiliki sudut 60 , dan bila digunakan
pemasangannya pada ujung kepala lepas (Gambar 1.51).
N = 1000.Cs / π.d
D = Diameter
N = Kecepatan Putar (rpm)
Gerak makan, diatur dengan tuas pemilih gerak makan. Arah gerak makan bisa
aksial (pada reduksi diameter dan pembuatan ulir) atau radial (pada facing).
Kedalaman potong, tidak boleh terlalu dalam karena pemotongan yang terlalu dalam
akan menyebabkan pahat cepat rusak.
Waktu potong berhubungan dengan panjang pemesinan.
Panjang pemesinan menentukan waktu potong dengan persamaan.
T = L/Fr
T = waktu potong (menit)
L = panjang pemesinan (mm)
Fr = feed rate (mm/menit)
Cara kedua, dengan menggeserkan alas putar (swifel base) dengan menentukan
besarnya sudut. Membuat tirus dengan cara menggeser alas putar (swifel base).
tgx=((D-d)/2)/l
Dimana
tg x = Tangen x
D = Diameter terbesar
d = Diameter terkecil
l = Jarak yang ditentukan
c. Rangkuman
a. Semua peralatan disiapkan sesuai dengan kebutuhan atau berdasarkan langkah
kerja dari gambar kerja yang akan dilaksanakan.
b. Selain,macam dan jumlah alat yang akan digunakan, juga dalam penggunaan
alat-alat tersebut harus sesuai dengan prosedur penggunaan masing-masing alat.
d. Tugas
a. Bongkar pasang rahang cekam bubut :
b. Ambil sebuah cekam bubut, kemudian bukalah rahangnya hingga terlepas dari
induknya, bersihkan, lalu pasang kembali sesuai nomor pada rahang mulai dengan
angka 1.
b. Uraian materi
1) Teori Dasar Pengoperasian Mesin Bubut
1. Teori dasar pengoperasian Mesin Bubut.
Pengoperasian mesin bubut pada dasarnya sama dengan pengoperasian mesin
perkakas lainnya. Membubut pada prinsipnya adalah membuat benda bulat
dengan diameter tertentu dengan jalan penyayatan. Dari berbagai mesin
perkakas yang ada, mesin bubutlah yang paling banyak digunakan untuk
memproduksi suatu komponen. Oleh sebab itu diperlukan langkah-langkah
sistematis yang perlu dipertimbangkan sebelum mengoperasikan mesin bubut.
Langkah-langkah tersebut antara lain :
a) Mempelajari gambar kerja untuk menentukan langkah kerja yang efektif
dan efesien.
b) Menentukan karakteristik bahan yang akan dikerjakan untuk menentukan
jenis alat potong dan median pendingin yang akan digunakan.
c) Menetapkan kualitas hasil bubutan yang di nginkan.
d) Menentukan macam geometri alat-alat potong yang digunakan (pahar rata,
alur, ulir, dl )
e) Menentukan alat Bantu yang dibutuhkan didalam proses.
f) Menentukan roda-roda gigi pengganti apabila dikehendaki adanya
pengerjaan-pengerjaan khusus.
g) Menentukan parameter-parameter pemotongan yang berpengaruh dalam
prosese pengerjaan (kecepatan potong, kecepatan sayat, kedalaman
pemakanan, waktu pemotongan dl ).
Untuk melaksanakan semua langkah diatas, kita terlebih dahulu harus dapat
menghidupkan mesin. Setiap mesin mempunyai bagaian sendiri-sendiri untuk
menghidupkan mesin, sebagai contoh pada mesin bubut MARO. Untuk
menghidupkan pada mesin kita harus mengaktifkan saklar aliran listrik kemudian
kita memutar handle sesuai dengan arah putaran yang kita kehendaki
(putaran searah/berlawanan arah jarum jam), sedangkan untuk memetikan kita
cukup menekan tuasrem maka dengan demikian putaran mesin akan berhenti.
Sedangkan pada mesin EMCO, peletakan handle-hanle untuk menghidupkan
Modul Menggunakan Mesin Bubut 50
mesin tidak sama dengan mesin MARO. Tetapi pada prinsipnya cara
menghidupkan sama dengan mesin MARO.
Kereta luncur terdiri dari perletakan majemuk, sadel pahat dan apron.
Konstruksinya kaku karena harus menyangga dan memandu pahat pemotong.
Dilengkapi dengan dua hantaran tangan untuk memandu pahat dalam arah
menyilang. Roda tangan yang atas mengendalikan gerakan perletakan majemuk
dan roda tangan dibawah untukmenggerakkan kereta luncur sepanjang landasan.
Apron yang terletak pada kereta luncur berisi kendali, roda gigi dan mekanisme
lain untuk menghantar kereta luncur baik dengan tangan atau dengan daya.
Ukuran Mesin bubut dinyatakan dalam diameter benda kerja yang dapat diputar,
sehingga sebuah mesin bubut 400 mm mempunyai arti mesin bisa mengerjakan
benda kerja sampai diameter 400 mm. Ukuran kedua yang diperlukan dari
sebuah mesin bubut adalah panjang benda kerja. Beberapa pabrik menyatakan
dalam panjang maksimum benda kerja diantara kedua pusat mesin bubut,
sedangkan sebagaian pabrik lain menyatakan dalam panjang bangku.
Ada beberapa variasi dalam jenis mesin bubut dan variasi dalam desainnya
tersebut tergantung pada jenis produksi atau jenis benda kerja. Pembubut Kecepatan
(speed lathe) adalah mesin bubut yang mempunyai konstruksi sederhana dan terdiri
dari bangku, kepala tetap, ekor tetap dan peluncur yang dapat distel untuk
mendukung pahat. Digunakan untuk pemahatan tangan dan kerja ringan maka
bubut dioperasikan pada kecepatan tinggi. Mesin jenis ini biasanya dipakai untuk
membubut kayu, atau untuk membuat pusat pada silinder logam sebelum dikerjakan
lebih lanjut oleh mesin bubut mesin. Pembubut mesin. Mendapatkan namanya dari
mesin bubut pertama /lama yang digerakkan oleh mesin setelah sebelumnya
digerakkan dengan sabuk atas (overhead belt). Yang membedakannya dari bubut
kecepatan adalah tambahan untuk pengendalian kecepatan spindel dan untuk
Pembubut bangku adalah mesin bubut kecil yang terpasang pada bangku kerja.
Disainnya mempunyai kesamaan dengan mesin bubut kecepatan atau mesin
hanya berbeda dalam ukuran dan pemasangannya. Dibuat untuk benda kecil dan
mempunyai kapasitas ayunan maksimum sebesar 250 mm pada pelat muka.
Operasi Bubut
• pembubutan
• pengeboran
• pengerjaan tepi
• penguliran
• pembubutan tirus
• Penggurdian
• Meluaskan lubang
Pembubutan Silindris
Benda disangga diantara kedua pusatnya. Hal ini ditunjukkan pada gambar 2 A.
Pembubutan Tirus
Terdapat beberapa standar ketirusan dalam praktek komersial. Penggolongan
berikut yang umum digunakan :
1. Tirus Morse. Banyak digunakan untuk tangkai gurdi, leher, dan pusat pembubut.
Ketirusannya adalah 0,0502 mm/mm (5,02%).
2. Tirus Brown dan Sharp. Terutama digunakan dalam memfris spindel mesin :
0,0417 mm/mm (4,166%).
3. Tirus Jarno dan Reed. Digunakan oleh beberapa pabrik pembubut dan
perlengkapan penggurdi kecil. Semua sistem mempunyai ketirusan 0,0500
mm/mm (5,000%), tetapi diameternya berbeda.
4. Pena tirus. Digunakan sebagai pengunci. Ketirusannya 0,0208 mm/mm
(2,083%).
Ketirusan luar yang teliti dapat dipotong pada sebuah pembubut dalam
beberapa cara :
1. Mesin kendali numeris yang dapat memotong kerucut sebagai hal yang biasa.
2. Dengan perlengkapan membubut tirus. Perlengkapan yang diperlihatkan
pada gambar 2 dibautkan pada punggung mesin bubut dan mempunyai batang
pemandu yang dapat dikunci pada sudut atau ketirusan yang di nginkan. Ketika
kereta luncur bergerak sebuah peluncur diatas batang pahat bergerak masuk
dan keluar, sesuai dengan penguncian dari batang.
4. Penguncian pusat ekor tetap yang digeser. Gambar 4. memperlihatkan metode ini.
Kalau ekor tetap digeser secara horisontal dari sumbu sebesar 6,4 mm untuk
batang silinder sepanjang 305 mm, akan diperoleh ketirusan 0,0416 mm/mm
(4,16%). Jadi ketirusan juga ditentukan oleh panjang silinder yang dibubut.
Dalam mengunci pahat untuk ulir-V, terdapat dua metode hantaran pahat. dapat
dihantarkan lurus kedalam benda kerja, ulir terbentuk karena serangkaian potongan
ringan seperti pada gambar 6A. Metode pemotongan ini baik digunakan untuk
pemotongan besi cor atau kuningan.
Metode kedua adalah dengan menghantar pahat pada suatu sudut seperti gambar 6B
dan 6D. Metode ini digunakan untuk membuat ulir pada bahan baja. Pahat diputar
sebesar 290 dan pahat dihantar ke benda kerja sehingga seluruh pemotongan
dilakukan pada sisi kiri dari pahat.
Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa jenis pekerjaan yang dapat dilakukan
dengan menggunakan mesin mesin bubut, diantaranya yaitu :
1) Membubut lurus
Ada dua cara yang dapat dilakukan untuk membubut lurus seperti ditunjukkan
pada gambar 3.1. Pertama, pembubutan memanjang (sejajar benda kerja) untuk
mendapatkan ukuran diameter benda kerja yang dikehendaki. Kedua,
pembubutan permukaan rata (facing), yaitu meratakan permukaan pada bidang
diameter benda kerja untuk menghasilkan pembubutan permukaan datar pada
benda kerja.
2) Membubut eksentris
Eksentrik merupakan sebuah poros yang mempunyai kedudukan center/garis
tengah diameter yang berbeda posisi/tergeser, pada pembubutan ini dapat
dilakukan dengan cara menggeser posisi pencekaman benda kerja sejauh
ukuran yang diminta dengan alat cekam four jaw chuck independent, atau bisa
juga dengan metode penjepitan between center dengan catatan lubang center
sudah dibuat eksentrik.
6) Membubut profil
Pembubutan ini menghasilkan berbagai macam bentuk profil produk. Proses
pembubutan dapat dilakukan secara manual menggerakan eretan secara
bersamaan /simultan atau dapat juga menggunakan pahat profil yang dibentuk
sesuai dengan bentuk profil yang di nginkan, seperti yang diperlihatkan pada
gambar 3.6. di bawah ini.
7) Membubut dalam/boring
Pembubutan jenis ini banyak digunakan untuk keperluan memperbesar lubang
pada benda kerja. Proses kerja pembubutan dalam pada dasarnya sama dengan
membubut rata, namun dilakukan pada bagian dalam diameter benda kerja
yang sebelumnya sudah dilubang menggunakan mata bor.
8) Mengkartel (knurling)
Kartel atau knurling adalah membuat rigi-rigi pada benda kerja yang
berfungsi sebagai pegangan agar tidak licin. Pengkartelan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu berupa roda kartel yang berukuran standar. Roda
kartel tersebut dipasang pada toolpost dan kedudukannya diatur setinggi senter
benda kerja. Benda kerja dicekam pada senter kepala tetap dan sebaiknya
juga didukung menggunakan senter kepala lepas. Prinsip kerja kartel adalah
bukan menyayat benda kerja, tetapi menekan/menusuk benda kerja sehingga
membentuk alur-alur kartel.
Selama proses kartel sebaiknya benda kerja diberikan minyak pelumas untuk
mengurangi panas dan juga membersihkan beram dihasilkan. Bentuk profil
hasil kartel pada umumnya lurus, miring atau silang (diamond).
Ulir Segitiga
Ulir segitiga dapat berupa ulir tunggal maupun ulir ganda. Pahat yang
digunakan untuk membuat ulir segitiga adalah pahat ulir dengan ujung
pahatnya sama dengan sudut ulir atau setengah sudut ulir. Untuk ulir metris
sudut ulirnya adalah sebesar 60O, sedangkan ulir withworth memiliki sudut
55O. Identifikasi ulir biasanya ditentukan berdasarkan diameter mayor dan
kisar ulir (tabel 3.2). Misalnya M10 X 1.5, artinya ulir meteris dengan diameter
mayor/terluar sebesar 10 mm dan memiliki kisar sebesar 1,5 mm. Selain ulir
metris, pada mesin bubut dapat juga dibuat ulir whitworth dengan sudut ulir
55O. Identifikasi ulir ini ditentukan oleh diamter mayor ulir dan jumlah ulir
tiap inchi (tabel 3.3). misalnya untuk ulir whitworth 3/8” maka jumlah ulir tiap
inchi adalah 16 (kisarnya 0,0625”). Ulir jenis ini banyak digunakan untuk
membuat ulir pada pipa dengan tujuan mencegah kebocoran fluida.
Pada pembuatan ulir dengan menggunakan mesin bubut manual maka hal
pertama yang harus diperhatikan adalah sudut pahat. Setelah pahat dipilih,
kemudian dilakukan setting posisi pahat terhadap benda kerja. Setting ini
dilakukan terutama untuk mengecek posisi ujung pahat bubut terhadap sumbu
benda kerja, supaya diperoleh sudut ulir yang simetristerhadap sumbu yang
tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Parameter pemesinan untuk proses
bubut ulir berbeda dengan bubut rata. Hal tersebut terjadi karena pada proses
pembuatan ulir harga gerakmakan (f) adalah kisar (pitch) ulir tersebut, sehingga
Modul Menggunakan Mesin Bubut 66
putaran spindel tidakterlalu tinggi (secara kasar sekitar setengah dari putaran
spindel untukproses bubut rata). Perbandingan harga kecepatan potong untuk
prosesbubut rata (stright turning) dan proses bubut ulit (threading) dapat dilihat
pada tabel 3.4. Supaya dihasilkan ulir yang halus permukaannya perlu
dihindari kedalaman potong yang relatif besar. Walaupun kedalaman ulir
kecil (misalnya untuk ulir M10x1,5, dalamnya ulir 0,934 mm),
prosespenyayatan tidak dilakukan sekali potong, biasanya dilakukan penyayatan
antara 5 sampai 10 kali penyayatan ditambah sekitar 3 kali penyayatan kosong
(penyayatan pada diameter terdalam). Hal tersebut karena pahat ulir
melakukan penyayatan berbentuk V. Agar diperoleh hasil yang presisi
dengan proses yang tidak membahayakan operator mesin, maka sebaiknya
pahat hanya menyayat pada satu sisi saja (sisi potong pahat sebelah kiri untuk
ulir kanan, atau sisi potong pahat sebelah kanan untuk ulir kiri). Proses tersebut
dilakukan dengan cara memiringkan eretan atas dengan sudut 30o untuk ulir
metris. Proses penambahan kedalaman potong (dept of cut) dilakukan oleh eretan
atas .
Berikut ini akan diuraikan langkah-langkah proses bubut ulir segitiga metris
dengan menggunakan mesin konvensional adalah sebagai berikut:
1) Memasang benda kerja pada cekam senter kepala tetap dan memastikan
putarannya center atau tidak oleng. Pada penjelasan ini diasumsikan bahwa
diameter benda kerja sudah sesuai dengan diameter ulir yang akan dibuat.
2) Memasang pahat ulir yang sudah dipersiapkan (diasah terlebih dahulu)
pada tool post dan memastikan ujung pahat ulir setinggi sumbu benda
kerja.
Modul Menggunakan Mesin Bubut 67
3) Atur dan putar posisi eretan atas sehingga sedemikian rupa membentuk
sudut 30O terhadap arah gerakan eretan lintang.
4) Atur handle/tuas pengatur kisar menurut tabel kisar yang tersedia di mesin
bubut sesuai dengan kisar ulir yang akan dibuat (perhatikan gambar 3.14)
5) Memajukan pahat ulir sampai menyentuh pada diameter luar benda kerja.
6) Setting ukuran pada handle eretan lintang menjadi 0 mm.
7) Tarik pahat ke luar benda kerja, sehingga pahat di luar benda kerja
dengan jarak bebas sekitar 10 mm di sebelah kanan benda kerja.
8) Majukan pahat dengan kedalaman potong sekitar 0,1 mm dengan
menggunakan eretan atas.
9) Putar spindel mesin (kecepatan potong mengacu tabel 3.4) kemudian geser
handle gerakan eretan bawah untuk pembuatan ulir (handle otomatis
penguliran) sampai panjang ulir yang dibuat terdapat goresan pahat,
kemudian hentikan mesin dan tarik mundur pahat dengan menggunakan
eretan lintang.
10) Periksa kisar ulir yang dibuat dengan menggunakan kaliber ulir (screw
pitch gage). Apabila sudah sesuai maka proses pembuatan ulir
dilanjutkan, tetapi apabila kisar belum sesuai dengan yang di nginkan
maka periksa kembali posisi handle pengatur kisar pada mesin bubut.
11) Gerakkan pahat mundur dengan cara memutar spindel arah kebalikan,
hentikan setelah posisi pahat di depan benda kerja (Gerakan seperti
gerakan pahat untuk membuat poros lurus.
12) Majukan pahat untuk kedalaman potong berikutnya dengan memajukan
eretan atas.
13) Ulangi langkah 11 dan 12 di atas sampai beberapa kali pemakanan sampai
dengan kedalaman ulir tercapai, pengecekan kedalaman ulir dapat dilakukan
seperti pada langkah 10 diatas.
14) Pada kedalaman ulir maksimal proses penyayatan perlu dilakukan
berulang-ulang agar beram yang tersisa terpotong semuanya.
15) Setelah selesai proses pembuatan ulir, hasil yang diperoleh dicek
ukuranya (diameter mayor, kisar, diameter minor, dan sudut ulir).