Ada banyak faktor yang berkontribusi hingga masalah banjir tahunan di cekungan Brahmaputra, seperti
tekanan populasi yang luar biasa mengganggu ke dataran banjir sungai, ancaman erosi tepian dan
pendangkalan utama saluran dan anak sungainya menyebabkan kemacetan drainase yang parah
(Minakshi dan Goswami 2014).
Banjir di DAS menyebabkan kerusakan parah pada ternak, harta benda dan infrastruktur secara berulang
kali selama setiap musim hujan (Bhatt et al. 2013). Peningkatan curah hujan sebesar 28% selama bulan
Juni 2012 telah menyebabkan jebolnya tanggul anak sungai Brahmaputra. di 43 lokasi yang
menyebabkan kerusakan serius di negara bagian Assam (IFRC 2012). Kerentanan bencana banjir karena
peningkatan kejadian curah hujan ekstrim ditambah dengan kenaikan di saluran utama dan anak-anak
sungainya menyebabkan kemacetan drainase yang parah (Minakshi dan Goswami 2014 )
Cekungan Sungai Kopili (KRB), yang dikeringkan dengan baik oleh anak sungai utama tepi
selatan Sungai Kopili terletak di antara daerah sub-lembab negara bagian Assam dan
Meghalaya. Sebagian besar cekungan ditutupi oleh tanah aluvial. Beberapa aliran kecil
berkontribusi fl mengalir ke cekungan selain dari debit yang diterima dari curah hujan tahunan
rata-rata 1760 mm.
Satu dari Prasyarat utama untuk melaksanakan strategi pengurangan risiko bencana yang
efektif adalah untuk mencegah atau menghindari kerusakan akibat banjir kepada masyarakat.
Ada dua jenis pengendalian banjir yaitu. (i) tindakan struktural dengan cara membangun
dinding penahan banjir, tanggul, waduk penahan, dan (ii) tindakan non-struktural yang meliputi
prakiraan banjir, pemeriksaan dan zonasi bahaya banjir (Li et al. 2016).
Area Studi
Cekungan Sungai Kopili terletak di antara 91̊ - 93 ̊ BT
dan 25 -̊ 27 ̊ LU. Cekungan tersebut dialiri oleh
segudang beberapa sungai kecil yaitu Diju, Misa, Haria,
Digaru, Kolong dan Kopili mengikuti pola drainase
dendritik. Sungai Kopili, yang mengali arus dari
beberapa aliran lainnya, selain curah hujan bergabung
dengan Sungai Brahmaputra setelah melewati panjang
lebih dari 297 km dari puncak Shillong di negara bagian
Meghalaya.
Gambar 1. Peta lokasi wilayah studi. Permukiman ditampilkan sebagai titik merah dan stasiun pengukur
sebagai segitiga merah. Sungai Kopili dan drainase yang ditampilkan sebagai garis solid berwarna biru
dihamparkan pada data model ketinggian digital Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) 30 m
Metodologi
Bahan
▪ 181 set data citra satelit spasial multi-temporal yang terdiri
dari :
Multi-criteria analysis
MCA adalah alat pengambilan keputusan yang dikembangkan untuk
memecahkan masalah multi-kriteria yang kompleks yang mencakup aspek
kualitatif dan / atau kuantitatif dari masalah tersebut. (Mendoza et al. 1999).
Flood risk assessment = Hazard X f {Sosial, Infrastructur (Roads), Land use Vulnerabilities }
▪ Penilaian Kerentanan Sosial terhadap dampak bahaya banjir pada masyarakat dan
lingkungan menggunakan indikator variabel seperti komposisi rumah tangga, jenis
kelamin (populasi perempuan), kemiskinan (populasi kasta/suku terjadwal (SC/ST))
dan pengangguran (populasi buta huruf).
▪ Kerentanan infrastruktur yang berkaitan dengan jalan.
▪ Kerentanan penggunaan lahan sehubungan dengan dampak bahaya banjir pada
area lahan pertanian yang secara langsung akan mempengaruhi mata pencaharian
masyarakat jika terjadi banjir yang berpotensi merusak.
Penurunan indeks kerentanan sosial ekonomi
Untuk menilai Indeks kerentanan sosial Basis data spasial desa cekungan Kopili yang
terintegrasi dengan data Sensus India tahun 2011.ditambahkan dengan lapisan
zonasi bahaya Banjir cekungan Kopili untuk menilai dampak genangan Banjir di daerah
KRB
Penurunan indeks kerentanan infrastruktur
Penilaian kerentanan infrastruktur (jalan) dilakukan dengan mempertimbangkan jalan
logam dan tidak logam sebagai indikator utama dan bobot diberikan sesuai. Jalan logam
telah ditetapkan bobot yang lebih tinggi karena nilai ekonomisnya.
Penurunan indeks kerentanan penggunaan lahan
Penggunaan/penutup lahan yang dihasilkan sebagai bagian dari proyek Sensus ISRO tahun 2012–2013 terintegrasi dengan lapisan desa dan
kemudian dengan lapisan zonasi bahaya banjir. Bobot yang lebih tinggi ditetapkan ke semua area yang cropped dan uncropped yang lebih
rendah ke area yang tidak cropped, masing-masing.Terakhir, penilaian risiko Banjir diperkirakan menggunakan Persamaan :.
Flood risk assessment = Hazard X f {Sosial, Infrastructur (Roads), Land use Vulnerabilities }
Hasil dan Pembahasan
Kopili River Basin adalah salah satu daerah paling rawan banjir di negara itu karena pengosongan berbagai
anak sungai ke sungai ditambah dengan curah hujan yang berlebihan dalam waktu singkat 4 bulan (Juni-
September) setiap tahun. Peristiwa banjir yang berulang di wilayah sungai dinilai dengan mengintegrasikan
lapisan genangan banjir tahunan yang diambil dari data satelit selama 18 tahun musim banjir terakhir untuk
mengklasifikasikan desa-desa ke dalam berbagai zona bahaya banjir. Penilaian risiko banjir dilakukan dengan
menggunakan pendekatan MCA yang pada penelitian ini merupakan hasil produk bahaya dan kerentanan
banjir yang merupakan fungsi dari indeks kerentanan Sosial-ekonomi,
Kerentanan Bahaya
Zonasi bahaya banjir diklasifikasikan sebagai rendah, sedang dan tinggi dan bobot 0,3, 0,6 dan 1 ditetapkan
sesuai. Zona bahaya banjir rendah menandakan bahwa daerah tersebut tergenang air sedikitnya 1–8 kali
dalam 20 tahun terakhir (1977, 1988 dan 1998–2015) dan zona bahaya sedang diklasifikasikan jika daerah
tersebut tergenang 9-12 kali dan zona bahaya tinggi sebanyak 13-20 kali
Kerawanan Rawan Banjir
649 desa = Rendah
95 desa = tinggi.
162 desa = tidak terpengaruh